BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Teknik Industri
2.1.1 Peramalan
Peramalan atau forecasting adalah seni dan ilmu untuk memprediksi peristiwa-peristiwa
masa depan. Peramalan merupakan perhitungan yang objektif dan dengan menggunakan
data-data masa lalu untuk menentukan sesuatu di masa yang akan datang (Sumayang,
2003, p24). Peramalan adalah sebuah teknik yang menggunakan data historis untuk
memperkirakan proyek yang akan datang (Chapman, 2006, p17).
Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa
depan dengan beberapa model matematis. Bisa jadi berupa prediksi subjektif atau intuitif
tentang masa depan.
Menurut Render (2001, p46), terdapat tiga kategori yang bermanfaat untuk manajer
operasi, yaitu:
a. Peramalan jangka pendek.
Rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi umumnya dari satu hingga tiga bulan.
Untuk merencanakan pembelian, jadwal kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan dan
tingkat produksi.
b. Peramalan jangka menengah.
Peramalan jangka menengah biasanya berjangka tiga bulan hingga tiga tahun.
Peramalan ini sangat bermanfaat untuk perencanaan penjualan, perencanaan dan
produksi, penganggaran kas, dan analisa rencana operasi.
30
c. Peramalan jangka panjang.
Rentang waktunya biasa untuk tiga tahun lebih. Biasanya untuk merencanakan
produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilitas, ekspansi bisnis, penelitian dan
pengembangan.
Terdapat empat tahap utama dalam siklus hidup suatu produk, yaitu tahap pertama yaitu
perkenalan, tahap kedua yaitu pertumbuhan, tahap ketiga yaitu dewasa, dan tahap
keempat yaitu penurunan. Peramalan berguna dalam memproyeksikan tingkat penetapan
karyawan yang berbeda, tingkat persediaan, dan kapasitas produksi ketika produksi
bergerak dari tahap pertama kepada tahap terakhir.
Pendekatan peramalan dapat dilakukan dengan cara kualitatif yaitu dengan
memanfaatkan faktor-faktor seperti intuisi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai
pengambilan keputusan dan untuk peramalan jangka panjang. Sedangkan cara yang
berikutnya yaitu dengan cara kuantitatif menggunakan berbagai model matematis yang
menggunakan data historis dan atau variabel-variabel kausal untuk meramalkan
permintaan.
Dasar-dasar pertimbangan dalam rangka pemilihan metode peramalan yang akan
digunakan sebagai berikut :
1. Pengguna atau pelaku dan kecanggihan metode.
2. Waktu peramalan dan sumber daya yang tersedia.
3. Tergantung pada tujuan penggunaan dan karakteristik keputusan manajemen.
31
Didalam peramalan kuantitatif dapat dibagi menjadi peramalan seri waktu dan model
kausal. Dalam metode seri waktu memiliki empat komponen yang digambarkan pada
Gambar 3.1, antara lain:
1. Trend adalah gerakan ke atas atau ke bawah secara berangsur-angsur dari data
sepanjang waktu.
2. Musim adalah pola data yang berulang setelah periode harian, mingguan, bulanan,
atau kuartalan.
3. Siklus adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. Siklus biasanya
dikaitkan dengan siklus bisnis dan merupakan hal yang sangat penting dalam
analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek.
4. Variasi acak adalah ”tanda” dalam data yang disebabkan oleh peluang dan situasi
yang tidak biasa; variabel acak mengikuti pola yang tidak dapat dilihat. Sering
dihapus dengan menghilangkan periode waktu yang jelas-jelas menyimpang.
Gambar 2.1 Pola Data Permintaan
Untuk pola data Trend, dapat menggunakan metode peramalan regresi linear ataupun
double exponential smoothing satu parameter Brown (Baroto, 2002, p32). Setelah itu,
akan dibandingkan antara kedua metode, yang mana yang lebih baik untuk digunakan.
32
Metode ini dibandingkan dengan melihat kepada Mean Absolute Percentage Error dan
Mean Square Error. Hal ini dikarenakan metode peramalan harus dapat dipercaya
sehingga semakin kecil nilai eror, maka semakin mulus pula peramalannya. Metode
yang akan digunakan dalam meramalkan permintaan untuk pola data Trend adalah:
1. Metode Penghalusan Exponential (Double Exponential Smooting)
Metode pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing) dengan
menambahkan parameter α dalam modelnya untuk mengurangi faktor kerandoman.
Biasanya yang sering digunakan adalah Double Exponential Smoothing satu
parameter supaya peramalan dapat menghasilkan hasil yang mulus.
Dasar pemikirannya serupa dengan rata – rata bergerak linier yang secara
matematis dapat ditunjukan dengan rumus :
( )
mbaF
SSb
SSa
SSS
SXS
ttmt
ttt
ttt
ttt
ttt
+=
−−
=
−=
−+=
−+=
+
−
−
)(1
2
)1(.
1.
'''
'''
'')1(
'''
)1('
αα
αα
αα
Dimana: tX = Data penerimaan pada periode t
a = Faktor atau konstanta pemulusan
mtF + = Perkiraan untuk periode t
Berbeda dengan metode rata-rata bergerak yang hanya menggunakan N data
periode terakhir dalam melakukan perkiraan, metode pemulusan eksponensial
tunggal mengikutsertakan semua periode. Setiap data pengamatan mempunyai
33
kontribusi dalam penentuan nilai perkiraan periode sesudahnya. Namun dalam
perhitungannya cukup diwakili oleh data pengamatan dan hasil perkiraan terakhir,
karena nilai perkiraan periode sebelumnya sudah mengandung nilai-nilai
pengamatan sebelumnya.
2. Metode Asosiatif (Linier Regresion)
Model asosiatif bergantung kepada pengenalan variabel yang dapat dikaitkan dan
dapat digunakan untuk meramalkan nilai variabel yang menjadi perhatian kita.
Metode utama yang dikenal dan digunakan secara luas dalam metode ini adalah
regresi.
Berikut ini rumus – rumus regresi linear sederhana :
( )tbya
ttn
yttynb
bay tt
−=
−
−=
+=
∑ ∑∑ ∑ ∑
22
Dimana:
y = nilai peramalan
a = konstanta y
b = nilai kemiringan
n = jumlah data
t =indeks penunjuk waktu (dimulai dari 0 dan terus berlanjut untuk periode yang
diramalkan).
34
Satu cara untuk mengevaluasi keefektifan peramalan yaitu dengan menggunakan
MAPE, MSE dan MAD. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tentang sejauh mana
ramalan memprediksi nilai aktual dengan baik. Semakin kecil nilai MAPE, MSE
dan MAD yang diperoleh berarti memiliki tingkat kesalahan yang semakin kecil.
Berikut adalah rumus-rumus yang digunakan :
n
PE=MAPE∑
n
1=tt
n
e=MSE∑
n
1=t
2i
∑ rata-ratai X-Xn1
=MAD
2.1.2 Fungsi Persediaan
Persediaan memiliki beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari suatu
perusahaan. Fungsi persediaan menurut Render dan Heizer (2001, p314), yaitu:
1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan
yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.
2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya bila permintaan
hanya tinggi pada musim panas, persediaan dapat diadakan selama musim dingin
untuk menghindari biaya kehabisan stok.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan harga dalam jumlah besar.
35
4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5. Untuk menghindari kekurangan stok akibat kejadian tidak terduga.
6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan
menggunakan barang-barang dalam proses dalam persediaannya.
2.1.3 Biaya-Biaya Persediaan
Biaya persediaan adalah keseluruhan biaya operasi atas sistem persediaan. Menurut
Handoko (2000, p333) berikut ini adalah jenis – jenis biaya persediaan, yaitu :
1. Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs) adalah biaya yang
dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun
investasi saran, fisik untuk menyimpan persediaan yang besarnya bervariasi
secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per
periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin
banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi.
Biaya-biaya ini adalah variabel bila bervariasi dengan tingkat persediaan.
Bila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap, maka
tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit.
2. Biaya pemesanan (pembelian)
Setiap kali suatu bahan dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan
(order costs atau procurement costs). Biaya pemesanan adalah biaya yang
berasal dari pembelian pesanan dari supplier. Biaya pemesanan seperti biaya
membuat daftar permintaan, menganalisis supplier, membuat pesanan
36
pembelian, penerimaan bahan, inspeksi bahan, dan pelaksanaan proses
transaksi. Secara normal, biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan
potongan kuantitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar.
3. Biaya penyiapan (manufacturing).
Bila perusahaan memproduksi sendiri bahan-bahan “dalam pabrik”,
perusahaan menghadapi biaya penyiapan (setup costs) untuk memproduksi
komponen tertentu. Biaya persiapan seperti biaya yang dikeluarkan akibat
perubahan proses produksi, pembuatan jadwal kerja, persiapan sebelum
produksi, dan pengecekan kualiatas. Karena konsep biaya ini analog dengan
biaya pemesanan, maka untuk selanjutnya akan digunakan istilah “biaya
pemesanan” yang dapat berarti keduanya.
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (stock-out cost)
Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya
kekurangan bahan adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul
bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan.
Kekurangan bahan bisa dari luar maupun dari dalam perusahaan.
Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat
dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen
tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen lain maupun penundaan
pengiriman maupun idle kapasitas. Biaya kekurangan dari pihak luar dapat
berupa biaya back order, biaya kehilangan kesempatan penjualan, dan biaya
kehilangan kesempatan menerima keuntungan.
37
2.1.4 Safety stock
Safety stock merupakan jumlah dari persediaan barang jadi, yang juga disebut
sebagai “buffer stock”, yang digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan ketika
terjadi hal yang tiba-tiba.
Rumus untuk menghitung safety stock (Greene, 1997, p309) adalah:
Safety stock = Safety Factor * Standar Deviasi
Standar deviasi merupakan hasil perhitungan yang menggunakan data permintaan
selama periode yang bersangkutan.
Rumus untuk menghitung standar deviasi (S) adalah: S = 2(x-x)
n∑
Dengan x = jumlah permintaan dalam periode yang bersangkutan,
x = rata-rata permintaan selama periode yang bersangkutan,
n = jumlah periode data permintaan.
2.1.5 Penjadwalan Produksi
Penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang
tersedia melalui suatu aktivitas atas tugas (Sumayang, 2003, p183). Penjadwalan
mempunyai tujuan untuk mencapai beberapa hal seperti:
2.1 Efisiensi yang tinggi.
2.2 Persediaan atau inventori sedikit.
2.3 Kepuasan pelanggan.
Penjadwalan dapat dibedakan berdasarkan jenis proses produksi, yaitu:
38
• Penjadwalan proses yang terus-menerus atau line process scheduling.
Penjadwalan proses lini digunakan pada jalur proses perakitan atau assembly
line dan pada proses pengolahan. Penjadwalan tergantung pada rancang
bangun proses tersebut terutama untuk satu jenis produk. Tetapi apabila
bermacam-macam jenis produk maka perlu diadakan perubahan pada proses
dan jadwal produksi.
Perubahan ini mungkin saja sederhana tetapi dapat juga rumit sehingga
memerlukan perubahan mendasar pada peralatan dan pada pusat kerja.
Kemampuan mengikuti perubahan proses yang cepat akan memberikan suatu
keunggulan fleksibilitas untuk assembly line.
Apabila jenis produk banyak maka terjadi perubahan proses produksi, untuk
itu perlu menghitung besar persediaan yang paling ekonomis.
• Penjadwalan proses yang terputus-putus atau intermittent process scheduling.
Akan ditemukan istilah-istilah seperti shop atau tempat kerja, job, dan work
center.
Job berarti pelanggan, pasien, bahan baku, produk dalam prosesn, atau
apapun yang mengalir melalui jadwal proses.
Work center adalah pusat kerja yang berarti ruangan kantor, fasilitas, atau
keahlian khusus.
Berbeda dengan penjadwalan di proses line maka penjadwalan di proses ini
masing-masing job mengalir melalui pergerakan yang tidak teratur dan penuh
dengan jadwal mulai dan berhenti.
Aliran yang tidak teratur disebabkan karena pusat kerja dikelompokkan
berdasarkan jenis mesin dan keterampilan pekerja yang sama, sehingga job
39
atau pelanggan akan mengalir dari satu pusat kerja ke pusat kerja yang lain
sesuai dengan jadwal dan tahapan kerja yang telah ditentukan.
Karena aliran dan jalur pekerjaan tidak beraturan maka penjadwalan kadang-
kadang menjadi rumit dan penuh dengan menunggu giliran masuk atau
antrian ke pusat-pusat kerja.
Antrian job akan terjadi pada setiap work center yang menunggu giliran
proses sebagai tahapan untuk dapat meneruskan ke proses berikutnya.
Penjadwalan proses intermittent mempunyai hubungan sangat erat dengan
beberapa hal berikut ini:
Analisis pemasukan dan pengeluaran atau input-output analysis.
Pemuatan atau loading.
Tahapan atau sequencing.
Pengiriman atau dispatching.
• Penjadwalan proses proyek yang menggunakan Gantt Chart.
Beberapa alat bantu yang digunakan dalam perencanaan proses yaitu:
1) Struktur Produk
Struktur Produk adalah suatu susunan hirarki dari komponen-komponen
pembentuk suatu produk akhir. Biasanya produk akhir ditempatkan di level 0 dan
komponen pembentuk berikutnya adalah ditempatkan di level 1, dan seterusnya.
Pada umumnya produk akhir disebut juga induk atau parent dan komponen
pembentuknya disebut juga anak atau child.
Manfaat Struktur Produk adalah :
1. Mengetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk akhir.
40
2. Memberikan rincian mengenai komponen apa saja yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu produk.
Dalam Struktur Produk ada dua teknik yang digunakan yaitu :
1. Explosion
Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari
induk sampai komponen pada level paling bawah
2. Implosion
Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari
komponen sampai induk atau level atas.
Berikut adalah contoh struktur produk dari pulpen:
Gambar 2.2 Struktur Produk Pulpen
41
Keterangan:
Nilai x menunjukkan no komponen, y menunjukkan kuantitas komponen yang
diperlukan untuk menyusun produk benda
2) Bill Of Material (BOM)
Bill of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua komponen yang
digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan Master Production
Scheduling. Bill Of Material (BOM) adalah daftar (list) dari bahan, material atau
komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur atau mebuat produk akhir.
Menurut Render dan Heizer Bill Of Material dibagi menjadi:
1. Bill Of Material yang berupa modul (modular bills)
Bill Of Material dapat diatur di seputar modul produk. Modul bukan
merupakan produk akhir yang akan dijual, tapi merupakan komponen yang
dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit produk. Modul-modul ini
mungkin merupakan komponen inti dari suatu produk akhir atau pilihan
produk. Bill Of Material untuk modul-modul tersebut disebut modular bill.
2. Bill untuk perencanaan dan Phantom Bills
Ada lagi jenis Bill Of Material yang lain. Yaitu meliputi bill untuk
perencanaan dan Phantom Bills. Bill untuk perencanaan diciptakan agar
dapat menugaskan induk buatan kepada Bill Of Materialnya. Bill untuk
perencanaan mungkin juga dikenal sebagai sebutan pseudo bill atau angka
peralatan. Phantom Bill Of Material adalah Bill Of Material untuk
komponen, biasanya sub-sub perakitan yang hanya ada sementara waktu. Bill
ini langsung bergerak ke perakitan lainnya. Sehingga bill ini diberi kode agar
42
diperlakukan secara khusus; lead timenya nol dan ditangani sebagai bahan
integral dari bahan induknya. Phantom bill tidak pernah dimasukkan kedalam
persediaan.
Ada beberapa format dari Bill of Material (BOM) yaitu:
1. Single-Level BOM
BOM yang menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level komponen-
komponen pembentuknya.
2. Multi-Level BOM
BOM yang menggambarkan struktur produk lengkap dari level 0 sampai level
paling bawah.
3. Indented BOM
BOM yang dilengkapi dengan informasi level setiap komponen.
4. Summarized BOM
BOM yang dilengkapi dengan jumlah total tiap komponen yang dibutuhkan.
2.1.6 Master Production Schedule (MPS)
Aktifitas Master Production Schedule (MPS) pada dasarnya berkaitan dengan bagaimana
menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk (Master Production
Schedule/MPS), memproses transaksi MPS, memelihara catatan-catatan MPS,
mengevaluasi efektifitas dari MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam periode
waktu yang teratur untuk keperluan umpan-balik tinjauan ulang.
43
Fungsi MPS adalah :
1. Menjadwalkan jumlah end item yang akan diproduksi.
2. Memberikan input bagi MRP.
3. Sebagai dasar dari pembuatan perencanaan sumber daya.
4. Merupakan dasar untuk menetapkan janji pengiriman pada konsumen.
Tujuan MPS adalah :
1. Memenuhi target tingkat pelayanan terhadap konsumen.
2. Efisiensi penggunaan sumber daya produksi.
3. Mencapai target tingkat produksi tertentu.
Lingkungan manufaktur sangat menetukan proses penjadwalan MPS, lingkungan yang
umum dipertimbangkan ketika akan mendesain MPS (Chapman, 2006, p78) adalah:
• Make To Stock
Biasanya akan dikirim secara langsung dari gudang produk akhir dan harus ada
stok sebelum pesanan pelanggan tiba. Produk akhir harus dibuat dan diselesaikan
terlebih dahulu sebelum menerima pesanan dari pelanggan.
• Make To Order
Biasanya dikerjakan setelah menerima pesanan dari pelanggan. Seringkali
komponen-komponen memiliki waktu tunggu yang panjang (long lead time)
direncanakan atau dibuat lebih awal guna mengurangi waktu tunggu penyerahan
kepada pelanggan.
• Assembly To Order
44
Pada dasarnya seperti Make To Order, dimana semua komponen yang digunakan
dalam assembly atau proses akhir direncanakan atau dibuat lebih awal, kemudian
disimpan dalam stock guna mengantisipasi pesanan pelanggan.
Menurut Gaspersz (1998, p141-144) pada dasarnya jadwal produksi induk
(Master Production Schedulling = MPS) merupakan suatu pernyataan tentang
produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan
industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan
kuantitas dan periode waktu.
Tabel 2.1 Contoh Tabel MPS
Item No.Lead TimeOn Hand
Periode Past Due 1 2 3 4 5ForecastActual OrderProject Available BalanceAvailable to PromiseMaster ScheduleKapasitas Produksi Terpasang
DescriptionSafety StockDemand Time FencesPlanning Time Fences
Penjelasan mengenai komponen-komponen yang terdapat dalam tabel 3.2 MPS
adalah sebagai berikut :
a) Item No menyatakan kode produk yang akan diproduksi.
b) Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau memanufaktur
suatu produk.
c) On hand menyatakan jumlah produk yang ada di gudang sebagai sisa periode
sebelumnya.
d) Description menyatakan deskripsi produk secara umum.
45
e) Safety stock merupakan stok pengaman yang harus ada di tangan sebagai antisipasi
terhadap kebutuhan di masa akan datang.
f) Demand Time Fences (DTF) adalah periode mendatang dari MPS di mana dalam
periode ini perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau tidak diterima karena akan
menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat ketidaksesuaian atau kekacauan
jadwal.
g) Planning Time Fences (PTF) merupakan batas waktu penyesuaian pesanan di mana
permintaan masih boleh berubah. Perubahan masih akan dilayani sepanjang material
dan kapasitas masih tersedia.
h) Forecast merupakan rencana penjualan atau peramalan penjualan untuk item yang
dijadwalkan itu.
i) Actual Order (AO) merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat pasti.
j) Projected Available Balance (PAB) merupakan perkiraan jumlah sisa produk pada
akhir periode. PAB dihitung dengan menggunakan rumus:
PAB t < DTF = PABt-1 + MSt – AO
PAB DTF < t < PTF = PABt-1 + MSt – AO atau Ft (pilih yang besar)
k) Available to Promise memberikan informasi tentang berapa banyak item atau produk
tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk pesanan pelanggan,
sehingga berdasarkan informasi ini bagian pemasaran dapat membuat janji yang
tepat bagi pelanggan.
ATPt = ATPt-1 + MSt – AOt
l) Master Schedule merupakan jadwal produksi atau manufakturing yang diantisipasi
untuk produk atau item tertentu.
46
2.1.7 Metode Petersen Silver
Metode ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui kemulusan data,
sehingga dapat diketahui metode lot size yang tepat untuk digunakan. Jika data yang
diteliti menunjukkan adanya kemulusan (hasil perhitungan lebih kecil dari 0.25) maka
akan dipergunakan metode statik sedangkan bila tidak (hasil perhitungan lebih besar dari
0.25) maka akan digunakan metode dinamik.
Untuk metode Petersen silver rumus yang akan digunakan yaitu :
V = 1
D
Dn
2n
1tt
n
1t
2t
−
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛∑
∑
=
=
Dimana data untuk Dt didapatkan dari data permintaan per periode
2.1.8 Material Requirement Planning (MRP)
2.1.8.1 Pengertian MRP
MRP merupakan suatu prosedur logis berupa aturan keputusan dan teknik
transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk menerjemahkan jadwal induk
produksi menjadi “kebutuhan bersih” untuk semua item. Sistem MRP dikembangkan
untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan akan item-item dependent
secara lebih baik dan efisien.
Menurut Schoeder (2000, p368) persediaan untuk independent demand
didefinisikan sebagai persediaan yang dipengaruhi atau tunduk pada kondisi-kondisi
pasar dan bebas dari operasi misalnya : persediaan barang jadi dan suku cadang pada
suatu perusahaan manufaktur yang digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen
47
pada suatu perusahaan persediaan ini harus dikelola dengan metoda titik pemesanan.
Sebaliknya untuk dependent demand tidak dipengaruhi oleh kondisi-kondisi pasar dan
hanya tergantung pada permintaan suku cadang ditingkat atasnya. Beberapa ciri-ciri
dependent demand adalah :
- Ada hubungan matematis antara kebutuhan suatu item dengan item yang lain yang
berada pada level yang lebih tinggi
- Kebutuhan diturunkan dari pemakaian item dalam pembuatan item lain
- Misal kebutuhan akan bahan baku, komponen atau su assembly dalam pembuatan
suatu produk jadi
- Item perlu ada hanya pada saat dibutuhkan
- Diperlukan MRP untuk menjadwalkan seluruh komponen dependent yang
diperlukan dalam rencana MPS/JIP
2.1.8.2 Tujuan dan Manfaat Sistem MRP
Sistem MRP adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan informasi
yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang, dan
penjadwalan ulang). Tindakan ini juga merupakan dasar untuk membuat keputusan baru
mengenai pembelian atau produksi yang merupakan perbaikan atas keputusan yang telah
dibuat sebelumnya.
Ada empat tujuan yang menjadi ciri utama sistem MRP yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
48
Menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus selesai (atau meterial harus
tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah
direncanakan dalam jadwal induk produksi (JIP).
2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item
Dengan diketahuinya kebutuhan akhir, sistem MRP dapat menentukan secara
tepat sistem penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal
setiap item.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan
Memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus
dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat pada pabrik
sendiri.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah
direncanakan
Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan
pada waktu yang diinginkan, maka sistem MRP dapat memberikan indikasi
untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan menentukan
prioritas pesanan yang realistik. Jika penjadwalan ulang ini masih tidak
memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu pesanan
harus dilakukan.
49
2.1.8.3 Mekanisme Dasar dari Proses MRP
Tabel 2.2 Contoh Tabel MRP
Part no : Description:
BOM UOM : On hand :
Lead time : Order policy :
Safety stock : Lot size :
period Past due 1 2 3 4 5 6 7 8
gross requirement
scheduled receipts
projected available balance 1
net requirement
planned order receipts
planned order release
projected available balance 2
Penjelasan mengenai tabel sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Part no menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit
2. BOM (Bill of Materials) UOM (Unit of Material) menyatakan satuan komponen
atau material yang akan dirakit
3. Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk merilis atau mengirim
suatu komponen.
4. Safety stock menyatakan cadangan material yang harus ada sebagai antisipasi
kebutuhan dimasa yang akan datang.
50
5. Description menyatakan deskripsi material secara umum.
6. On Hand menyatakan jumlah material yang ada di tangan sebagai sisa periode
sebelumnya.
7. Order Policy menyatakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menentukan
ukuran lot yang dibutuhkan saat memesan barang.
8. Lot Size menyatakan penentuan ukuran lot saat memesan barang.
9. Gross Requirement menyatakan jumlah yang akan diproduksi atau dipakai pada
setiap periode. Untuk item akhir (produk jadi), kuantitas gross requirement sama
dengan MPS (Master Production Schedule). Untuk komponen, kuantitas gross
requirement diturunkan dari Planned Order Release induknya.
10. Scheduled Receipts menyatakan material yang dipesan dan akan diterima pada
periode tertentu.
11. Projected Available Balance I ( PAB I ) menyatakan kuantitas material yang ada
di tangan sebagai persediaan pada awal periode. PAB I dapat dihitung dengan
menambahkan material on hand periode sebelumnya dengan Scheduled Receipts
pada periode itu dan menguranginya dengan Gross Requirement pada periode
yang sama. Atau jika dimasukkan pada rumus adalah sebagai berikut :
PAB I = (PAB II)t-1 - (Gross Requirement)t + (Scheduled Receipts)t
12. Net Requirements menyatakan jumlah bersih (netto) dari setiap komponen yang
harus disediakan untuk memenuhi induk komponennya atau untuk memenuhi
Master Production Scheduled. Net Requirements sama dengan nol jika Projected
Available Balance I lebih besar dari nol dan sama dengan minus jika Projected
Available Balance I kurang sama dengan dari nol.
Net Requirement = -(PAB I)t + Safety stock
51
13. Planned Order Receipts menyatakan kuantitas pemesanan yang dibutuhkan pada
suatu periode. Planned Order Receipts muncul pada saat yang sama dengan Net
Requirements, akan tetapi ukuran pemesanannya (lot sizing) bergantung kepada
Order Policy-nya. Selain itu juga harus mempertimbangkan Safety stock juga.
14. Planned Order Release menyatakan kapan suatu pesanan sudah harus dilakukan
atau dimanufaktur sehingga komponen ini tersedia ketika dibutuhkan oleh induk
itemnya. Kapan suatu pesanan harus dilakukan ditetapkan dengan periode Lead
time sebelum dibutuhkan.
15. Projected Available Balance II ( PAB II ) menyatakan kuantitas material yang
ada di tanagn sebagai persediaan pada akhir periode. PAB II dapat dihitung
dengan cara mengurangkan Planned Order Receipts pada Net Requirements.
PAB II = (PAB II) t-1 + (Schedule receipt) t – (Gross Requirement) t +
(Planned Order Receipt) t
atau dapat disingkat :
PAB II = (PAB I)t + (Planned Order Receipt)
2.1.8.4 Prosedur Sistem MRP
Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah
ini harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item.
Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
- Netting : Perhitungan kebutuhan bersih.
- Lotting : Penentuan ukuran lot.
- Offsetting : Penetapan besarnya lead time.
- Explosion : Perhitungan selanjutnya untuk item level di bawahnya.
52
2.1.8.4.1 Netting
Netting adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan
bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaaan
persediaan ( yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan). Data yang diperlukan
dalam proses perhitungan kebutuhan bersih ini adalah :
1. Kebutuhan kotor untuk setiap periode.
2. Persediaan yang dipunyai pada awal perencanaan.
3. Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan.
2.1.8.4.2 Lotting
Untuk menjamin bahwa semua kebutuhan-kebutuhan akan dipenuhi, pesanan
akan dijadwalkan untuk penyelesaian pada awal periode dimana ada kebutuhan bersih
yang positif. Ukuran dari pesanan dapat mungkin sama dengan kebutuhan bersih di
periode yang bersangkutan, atau mungkin saja lebih besar yang meliputi kebutuhan
bersih di periode mendatang untuk memanfaatkan skala ekonominya.
Lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan
optimal untuk setiap item secara individual didasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan
bersih yang telah dilakukan. Ukuran lot menentukan besarnya jumlah komponen yang
diterima setiap kali pesan. Penentuan ukuran lot ini sangat tergantung pada besarnya
biaya-biaya persediaan, seperti biaya pesan, biaya simpan, biaya modal, dan harga
barang itu sendiri. Ada banyak alternatif metode untuk menentukan ukuran lot. Beberapa
teknik diarahkan untuk meminimalkan total ongkos set-up dan ongkos simpan. Teknik-
teknik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Economic Order Quantity (EOQ)
53
Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah tetap. Penentuan lot berdasarkan biaya
pesan dan biaya simpan, dengan formula seperti berikut :
HADEOQ 2
=
dimana :
EOQ = jumlah pemesanan yang ekonomis
D = Demand rata-rata per horison
A = biaya pesan bahan baku
H = biaya simpan bahan baku dalam suatu periode
Metode EOQ ini biasanya dipakai untuk horizon perencanaan selama satu tahun
sebesar dua belas bulan. Metode EOQ baik digunakan bila semua data konstan dan
perbandingan biaya pesan dan simpan sangat besar.
2. Period Order Quantity (POQ)
Teknik POQ disebut juga dengan Economic Time CycIe. Teknik
POQ ini digunakan untuk menentukan interval waktu order (Economic
Order Interval) dengan formula seperti berikut :
D
EOQ=POQ
dimana :
POQ = Total Periode dalam melakukan pemesanan
EOQ = jumlah pemesanan yang ekonomis
D = Demand rata-rata per horison
54
Keuntungan menggunakan teknik POQ adalah dapat
menghasilkan lot size order yang berbeda dalam memenuhi net
requirement dengan mengkalkulasikan kebutuhan dari beberapa periode. Teknik
POQ ini akan lebih baik kemampuannya jika
digunakan pada saat biaya setup tiap tahun sama tetapi biaya carrying-nya
lebih rendah.
3. Lot-For-Lot (LFL)
Teknik penetapan ukuran lot dilakukan atas dasar pesanan diskrit. Di samping itu,
teknik ini merupakan cara paling sederhana dari semua teknik ukuran lot yang ada.
Teknik ini selalu melakukan perhitungan kembali (bersifat dinamis) terutama
apabila terjadi perubahan pada kebutuhan bersih. Penggunaan teknik ini bertujuan
untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan
menjadi nol. Oleh karena itu sering digunakan untuk item-item yang mempunyai
biaya simpan per unit sangat mahal.
2.2. Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan pengaturan orang, data, proses, dan teknologi
informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan
menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung organisasi. (Whitten dan
Bentley, 2004, p12).
Pemain yang terlibat dalam suatu sistem adalah:
• System analyst: merupakan fasilitator atau pelatih yang menjembatani jurang
komunikasi yang biasanya berkembang di antara sistem non-teknis (owner dan
user) dengan sistem teknis (designer dan builder).
55
• System owner: biasanya mempunyai jabatan manajemen dan lebih tertarik pada
inti sistem, berapa biaya yang dikeluarkan dan apakah keuntungan yang dapat
diberikan pada perusahaan.
• System user: lebih memperhatikan bagaimana fungsi sistem berpengaruh pada
pekerjaan mereka. Apakah memberikan kemudahan, mudah digunakan, dan
mudah dimengerti.
• System designer: spesialis dari sistem informasi. Tertarik pada teknologi
informasi yang dipilih dan rancangan sistem yang menggunakan teknologi.
Bertindak sebagai penerjemah kebutuhan bisnis dari keinginan user dengan
merancang database, input, output, layar, jaringan, dan software.
• System builder: spesialis teknik yang membangun sistem informasi dan
komponennya berdasarkan pada spesifikasi rancangan yang dibuat oleh system
designer.
Terdapat beberapa keuntungan dengan menggunakan sistem informasi (Whitten dan
Bentley, 2004, p14), yaitu:
• Meningkatkan keuntungan bisnis.
• Mengurangi biaya yang dikeluarkan.
• Menaikkan nilai saham di pasar.
• Memperbaiki hubungan dengan konsumen.
• Menghemat biaya pada sistem.
• Meningkatkan efisiensi.
• Memperbaiki pengambilan keputusan.
• Tingkat kesalahan menjadi semakin kecil.
56
• Memiliki pemahaman dan pengertian yang sesuai dengan peraturan.
• Memperbaiki keamanan.
• Meningkatkan kapasitas.
Dalam menerapkan sistem informasi diperlukan analisa dan perancangan sistem
yang tepat dan akurat agar dapat sesuai dengan kebutuhan yang ada, mengingat
membutuhkan biaya yang cukup besar didalam perancangan dan penerapannya.
Analisis sistem merupakan teknik pemecahan masalah yang menguraikan sistem
menjadi komponen-komponen untuk dipelajari apakah sistem tersebut bekerja dan
berinteraksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Whitten dan Bentley, 2004, p186).
Perancangan sistem adalah rancangan yang dapat mewakili komponen-
komponen dari sistem dan menyatukannya kembali menjadi sistem yang utuh dan
diharapkan menjadi sistem yang lebih baik dari yang sebelumnya. Aktifitas di dalamnya
dapat berupa penambahan, pengurangan, atau perubahan komponen pada sistem awal.
Menggunakan metode Object Oriented Analysis & Design (OOAD) yang
bertujuan agar semua data tersedia untuk semua fungsi (Mathiassen, 2000, p4).
Beberapa keuntungan yang didapatkan dari OOAD adalah:
- Merupakan konsep yang umum yang dapat digunakan untuk memodel hampir
semua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum (natural language).
– Noun menjadi object atau class
– Verb menjadi behaviour
– Adjective menjadi attributes
– Membuat perubahan menjadi lokal, tidak bepengaruh pada modul yang lainnya.
57
Gambar 2.3 Konteks Sistem
Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.3, konteks sistem dapat dilihat dari dua
pandangan perspektif: sistem memodelkan sesuatu (problem domain) dan sistem
dioperasikan oleh user (application domain) (Mathiassen, 2000, p6). Problem domain
merupakan bagian dari sebuah konteks yang diatur, diawasi, atau dikendalikan oleh
sebuah sistem. Sedangkan application domain adalah suatu organisasi yang mengatur,
mengawasi, atau mengendalikan problem domain. Problem domain mendeskripsikan
tujuan sistem, dan juga bagian dari realitas mengenai sistem yang akan mendukung
pengaturan, pengawasan, dan pengendalian. Sedangkan application domain merupakan
suatu bagian dari organisasi user.
user
System
Application Domain Problem Domain
58
Gambar 2.4 Siklus Pengembangan dengan OOAD
OOA&D mencakupi empat perspektif melalui empat aktifitas utama, seperti
pada Gambar 2.4 (Mathiassen, 2000, p14). Hubungan keempat aktifitas yang penting
dan bertahap dapat berubah dari satu proyek ke proyek lainnya. Sebagai notasi, akan
digunakan Unified Modeling Language (UML). Terdapat dua keuntungan dengan
menggunakan UML, yaitu UML dapat membangun suatu divisi di antara proses dan
notasi dan UML memberikan akses kepada pasar yang lebih luas dalam
pengembangannya. Langkah awal yaitu dengan memilih sistem.
ComponentDesign
ArchitecturalDesign
ApplicationDomain Analysis
Problem Domain Analysis
Specifications of components
Model
Requirementsfor use
Specifications of architecture
59
Gambar 2.5Aktifitas dalam Memilih Sistem
Pada Gambar 2.5 pemilihan sistem didasarkan pada tiga aktifitas (Mathiassen,
2000, p25). Aktifitas pertama berfokus pada tantangan: untuk mendapatkan kilasan
mengenai situasi dan cara orang dalam menginterpretasikan tantangan tersebut. Yang
kedua, membuat dan mengevaluasi ide untuk perancangan sistem. Yang ketiga, definisi
sistem diformulasikan dan dipilih. Situasi didefinisikan melalui rich picture. Rich
picture sebuah penggambaran proses bisnis . Ide mendeskripsikan bagian dari solusi
yang dapat diringkas menjadi satu atau beberapa definisi. Dan tujuan mendefinisikan
sistem adalah untuk memilih sistem yang akan dkembangkan.
Situation
Ideas
Systems System Definition
60
Sistem definisi secara FACTOR adalah:
• Functionality: Fungsi sistem yang mendukung tugas application-domain.
• Application domain: Bagian dari suatu organisasi yang berhubungan dengan
administrasi, monitor, atau mengendalikan problem domain.
• Conditions: Dengan kondisi yang bagaimana sistem akan dikembangkan dan
digunakan.
• Technology: Semua teknologi yang digunakan untuk mengembangkan dan
menjalankan sistem.
• Objects: object yang utama didalam problem domain.
• Responsibility: tanggung jawab sistem (kegunaan) secara keseluruhan dalam
hubungannya dengan konteks sistem.
2.2.1 Analisa Problem Domain
Terdapat 3 kegiatan yang terjadi dalam analisa problem domain seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 2.6 (Mathiassen. 2000. p46):
• Mencari elemen dari Problem Domain yaitu objects, classes, dan events
• Buat model berdasarkan hubungan strutural antara class dan objects yang dipilih.
• Interaksi antar object dan class serta behaviour dari object dan class.
61
Gambar 2.6 Aktifitas dalam Analisa Problem Domain
• System definition adalah suatu uraian ringkas dari suatu sistem terkomputerisasi
yang dinyatakan dalam bahasa alami.
• Class adalah objek atau event yang merupakan bagian dari sistem.
• Structure adalah hubungan antara class dan objek.
• Behaviour adalah properti yang bersifat dinamis yang dimiliki oleh objek.
Tujuan dalam pemilihan sistem adalah untuk menentukan (menyepakati)
karakteristik sistem secara menyeluruh.. Prinsip dalam memilih system adalah:
• Memahami situasi.
• Menumbuhkan gagasan baru.
• Menggambarkan alternative sistem.
System Definition
Classes
Behaviour
Structure Model
Iterate
62
Class seperti pada Gambar 2.7 (Mathiassen, 2000, p55):
• Prinsip: Klasifikasikan object didalam problem domain.
– Object: suatu entitas yang mempunyai identitas, state dan behavior.
– Class: adalah deskripsi dari kumpulan object yang mempunyai struktur,
behavior pattern dan attribute yang sama.
• Prinsip : Object diberi karakter sesuai dengan eventnya.
– Event: insiden yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih object.
Gambar 2.7 Aktifitas dalam Memilih Class dan Event
Cara menentukan class adalah:
• Cari calon.
– Jangan membuang terlalu cepat, lebih baik dievaluasi dengan teliti.
• Model baru atau perbaiki situasi tidak hanya seperti apa adanya
• Bagaimana menemukan candidate untuk class.
– Kata benda didalam keterangan atau pembicaraan.
– Daftar dari tipical object.
Find candidates for classes
Find candidates for events
Evaluate and select systematically
Event table
63
– Cari persamaan dengan sistem komputer.
– Literatur teknis didalam problem domain.
• Beri nama class secara hati hati.
– Sederhana, mudah dibaca, tepat, tidak membingungkan, seperti yang
digunakan di problem domain.
Cara menentukan event adalah:
• Cari event didalam problem domain, bukan didalam sistem komputer
• Jika event tidak instantaneous harus dipecah menjadi event yang lebih kecil
• Dimana menemukan candidate events :
– Kata kerja didalam penjelasan atau wawancara
– Daftar event yang umum atau tipikal type dari event
– Sistem komputer yang sejenis
– Literatur teknis didalam problem domain
Cara menentukan structure adalah sebagai berikut:
• Dimulai dengan class dan event yang ada pada event table.
• Tentukan struktur object dan struktur class.
• Hubungkan antar class.
• Hasilnya adalah class diagram.
Hubungan yang terjadi antara class dalam structure adalah:
64
• Asosiasi: hubungan yang dinyatakan dengan angka dan melambangkan kaitan
antara satu class dengan class yang lain (Gambar 2.8).
Gambar 2.8 Hubungan Asosiasi
• Agregasi: hubungan yang menyatakan suatu class merupakan suatu bagian dari
class yang lain (Gambar 2.9).
Gambar 2.9 Hubungan Agregasi
Car Person 0..*
1..* Ownership Owned By Used By
Name is optional, but recommended
Anywhere from zero to many
Anywhere from one to many
4..*
1..* 1
1 1 1 1
1
Body Motor Wheel
Cam Shaft Cylinder
Car
1 2..*
Assembly side Component side (min and max)
One and only one Body is Owned by Car
Anywhere from four to many
A car has
65
• Generalisasi: hubungan yang menyatakan bahwa beberapa class berada dalam
satu grup dengan atribut utama yang sama (Gambar 2.10).
Gambar 2.10 Hubungan Generalisasi
Behaviour pada sistem adalah: apa yang dilakukan oleh class tersebut dan
digambarkan melalui statechart diagram. Event yang terjadi dalam statechart ini
memiliki tiga tipe, yaitu: sequence: event yang berurutan, selection: event yang hanya
dilakukan berdasarkan pilihan, dan iteration: event yang dilakukan nol hingga berulang-
ulang (Gambar 2.11).
Gambar 2.11 Struktur pada Statechart Diagram
Passenger Car
Private CarTaxi
Account
LoanChecking Bank book
Service Person
EmployeeCustomer
Group under one generalisation
Multiple inheritance
Class without objects
Taxi “is a” passenger car or Taxis are a subset of passenger cars
66
2.2.2 Analisa Application Domain
Aktifitas utama pada analisa application domain digambarkan pada gambar di bawah
ini:
Gambar 2.12 Aktifitas dalam Analisa Application Domain
Yang dilakukan dalam tahap usage adalah (Gambar 2.13 ):
Gambar 2.13 Aktifitas dalam Tahap Usage
System Definitionand model
Usage Interfaces
Functions Requirements
Iterate
Evaluate systematically
Find actors and use cases
System definitionUse casesand actors
Explorepatterns
67
• Actor: abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem.
- Actors adalah orang yang mengerjakan pekerjaan.
• Use case: pola interaksi antara sistem dan aktor didalam application domain.
- Ikuti proses bagaimana pekerjaan akan dilakukan
Cara menentukan Actor dan Use Case adalah sebagai berikut:
• Berdasarkan pekerjaan dan pembagian pekerja.
• Identifikasikan actors.
• Jelaskan use cases.
Yang dilakukan dalam tahap Function adalah (Gambar 2.14):
Gambar 2.14 Aktifitas dalam Tahap Function
• Temukan function dalam use case.
Specifycomplexfunctions
Find functions
Evaluate critically
System Definition
Function listUse Cases
68
• Tentukan tipe function
• Tentukan spesifikasi function
Terdapat 4 tipe function (Mathiassen. 2000, p140),yaitu:
• Update; diaktivasi karena adanya konsekuens event pada PD (Problem Domain)
yang menghasilkan terjadinya perubahan dalam status model.
Update*
I F MAD
PD
*
Gambar 2.15 Fungsi: Update
• Read; diaktivasi karena aktor membutuhkan suatu informasi dan sebagai
hasilnya, komputer menampilkan bagian yang diperlukan kepada aktor.
Read
*
I F MAD
PD
Gambar 2.16 Fungsi: Read
• Compute; diaktivasi karena aktor membutuhkan suatu informasi secara
matematis dan sebagai hasilnya, sistem akan menghitung dan menampilkan
hasilnya pada aktor.
69
Compute
*I F M
AD
PD
Gambar 2.17 Fungsi: Compute
• Signal; diaktivasi karena terjadinya perubahan pada status dalam model yang
terkait dan sebagai hasilnya, sistem akan menampilkan sinyal balik kepada aktor.
Signal
*
I F MAD
PD
Gambar 2.18 Fungsi: Signal
Spesifikasi dari function adalah:
• Simple: function yang mudah dilakukan, misalnya membuat data baru.
• Medium: function yang memerlukan keterjelasan data, misalnya membuat janji.
• Complex: function yang membutuhkan data yang lengkap dan detail, misalnya
memberikan daftar janji yang mungkin dilakukan.
• Very complex: function yang mempunyai beberapa function di dalamnya,
misalnya membuat jadwal.
Interface adalah fasilitas yang membuat model sistem dan function dapat berinteraksi
dengan actors, yang dilakukan dalam tahap Interface adalah (Gambar 2.19):
70
Gambar 2.19 Aktifitas dalam Tahap Interface
• User interface harus dapat mewakili hubungan model dan function dengan user
secara jelsa dan mudah dimengerti.
• Interface yang baik dilandaskan akan kebutuhan user dan bagaimana sistem akan
digunakan.
• Analisis harus dilakukan berdasarkan deskripsi yang jelas tentang user dengan
elemen-elemen yang terkait.
2.2.3 Desain Arsitektur
Terdapat dua bagian yang terjadi dalam desain arsitektur, yaitu:
• Component architecture: struktur sistem yang terdiri dari komponen yang saling
terkoneksi.
Function list
Class diagram Explore
patterns
Describe interfaceelements
Determine interface elements
Description ofinterfaces
Use cases Evaluate interface
elements
71
• Process architecture: struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses yang saling
bergantungan (interdependent).
Aktifitas yang dilakukan pada desain arsitektur akan diperlihatkan pada Gambar 2.20.
Gambar 2.20 Aktifitas dalam Desain Arsitektur
Beberapa kualitas desain yang baik adalah:
• Sistem memodel bagian dari problem domain yang sudah disetujui bersama
dengan user
• Fungsi dari sistem correspond pada requirement dari application domain
• Interface merupakan implementasi dari interaksi yang telah di terangkan.
• Platform teknis digunakan secara efektif
• Sistem dapat diadaptasi terhadap requirement baru dan kebutuhan.
a. Kriteria
Aktifitas yang terdapat pada penentuan criteria adalah:
72
Gambar 2.21 Aktifitas dalam Menentukan Kriteria
Tujuan dari criteria adalah untuk mengatur prioritas perancangan (Mathiassen, 2000,
p177). Terdapat 12 jenis kriteria software :
1. Usable adalah kemampuan sistem untuk beradapatasi dengan situasi organisasi,
tugas dan hal – hal teknis.
2. Secure adalah kemampuan untuk melakukan pencegahan terhadap akses yang
tidak berwenang.
3. Efficient adalah penggunaan secara ekonomis terhadap fasilitas technical
platform.
4. Correct adalah sesuai dengan kebutuhan.,
5. Reliable adalah ketepatan dalam melakukan suatu fungsi.
6. Maintainable adalah kemampuan untuk perbaikan sistem yang rusak.
7. Testable adalah penempatan biaya untuk memastikan sistem bekerja sesuai
dengan yang diinginkan.
8. Flexible adalah kemampuan untuk modifikasi sistem yang berjalan.
73
9. Comprehensible adalah usaha yang diperlukan untuk memperoleh
pengertian akan suatu sistem.
10. Reusable adalah potensi untuk menggunakan sistem pada bagian sistem lain
yang saling berhubungan.
11. Portable adalah kemampuan sistem untuk dapat dipindahkan ke technical
platform yang lain.
12. Interoperable adalah kemampuan untuk merangkai sistem ke dalam sistem yang
lain.
Tabel 2.3 Prioritas Kriteria
Kriteria Very Important Important Less Important Irrelevant Easily FulfilledUsable Secure Efficient ...
b. Component
Menurut Mathiassen et al. (2000, p189), tujuan dari components adalah untuk
menciptakan sistem yang comprehensible dan flexible. Component architecture adalah
sebuah struktur sistem dari components yang saling berhubungan. Aktifitas yang terjadi
ditunjukkan pada Gambar 2.22.
74
Gambar 2.22 Aktifitas dalam Desain Arsitektur-Component
• Komponen adalah server dan beberapa dari client.
• Server memberikan kumpulan dari operation (atau services) pada client.
• Client menggunakan server secara independent.
• Arsitektur yang baik untuk mendistribusikan system secara geografis.
• Bentuk distribusi dari bagian sistem harus diputuskan antara client dan server.
Dimana dengan distribusi client dan server data-data umumnya disimpan pada
server, dan dapat diakses oleh bagian lain yang memiliki autorisasi kedalamnya.
Selain itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan perlu dilakukan
back-up dari data-data yang disimpan terutama dengan pola centralized data.
75
Pada Tabel 2.4 akan diperlihatkan macam-macam distribusi untuk Client/Server.
Tabel 2.4 Lima Macam Distribusi Client/Server
Client Server Arsitektur U U + F + M Distributed Presentation U F + M Local Presentation
U + F F + M Distributed Functionality U + F M Centralised Data
U + F + M M Distributed Data
c. Process
Menurut Mathiassen et al. (2000, p209), tujuan process adalah untuk mendefinisikan
struktur program secara fisik. Aktifitas yang dilakukan diperlihatkan pada Gambar 2.23.
Gambar 2.23 Aktifitas dalam Desain Arsitektur-Process
• Komponen yang berbeda perlu ditempatkan pada prosesor yang berbeda.
• Pertama, pisahkan objek yang aktif dari komponen program yang pasif.
• Kedua, tentukan prosesor yang tersedia.
Class diagram and component specifications
Deployment diagram
Distribute program
Identify shared
Select coordination mechanisms
Explore distribution patterns
Explore coordination patterns
76
• Distribusikan komponen program dan objek aktif kepada prosesor tersebut.
2.2.4 Komponen Model
Komponen model adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model
dari problem domain. Analisis : model dijelaskan dengan menggunakan class diagram
dan statechart diagram, model juga digunakan sebagai dasar untuk mendesain
komponen model yang berorientasi object.
Tujuan dari komponen model adalah untuk memberikan data yang sekarang dan
data historis ke user dan sistem yang lainnya. Informasi yang di simpan berhubungan
dengan sistem yang ada didalam problem domain. Hasil dari aktifitas komponen model
adalah class diagram dari aktivitas analisis yang direvisi. Yang akan direvisi adalah
model class yang mempunyai hubungan many-to-many sehingga akan menambah class
baru di antaranya.
Database merupakan kumpulan dari class-class yang tersedia dalam class
diagram. Sehingga class yang ada didalamnya akan dihubungkan melalui database
beserta hubungan yang terkait (McLeod, 2001, p179).
Top Related