“ awal rasa terselip , iya waktu itu memang hanya mata sebagai media “
“ satu , dua atau tiga , entah berapa banyak namun hasil dari media (kamu – aku) sudah tertanam “
“ rasa apa ini ? coklat , keju , atau strawberry ? oh bukan ini rasa nyaman “
“ ..... membiarkan dia tertanam di sini “
“ terasa muna` jika menyebut ini nyaman namun rasa pendusta muncul ketika terucap (tidak , hanya
rasa simpati) “
“ aduh , status yang mencoba untuk setia mempertahankan apa yang menjadi pilihan “
“ .... atau mempertahankan apa yang sudah tertanam , meskipun entah apa ujungnya “
Karna ketika itu muncul , ketika kata nyaman terucap , status memiliki pilihan lain yang sudah lama
ada , bahkan jauh lebih lama sebelum media itu ada dan menyisihkan kata nyaman (ku terhadap
nya) hanya ku – terhadap - nya
“ balasan sempat ada tapi itu hanya dua pilihan antara aku yang merasakan , atau kita yang
merasakan “
“ kemudian pilihan yang sudah lama ada meronta untuk dipertahankan , dan berguman (aku hanya
ingin berusaha tidak membuatnya sakit) “
“ .......... namun jauh dari apa yang mulut utarakan , hati lebih jauh berguman ( bukan ini yang aku
mau )”
Karna bukan KITA ku dengan dia yang aku mau , tapi KITA ku dengan mu yang aku mau . iya kamu ,
kamu yang entah brapa lama menanam rasa ini yang hanya bermediakan mata , yang bahkan aku
pun tak mengerti apa balasan dari rasa ini , karna memang Hanya dan HANYA aku yang merasakan
“....... meskipun berharap balasan itu ada ”
Tapi entah apa kah itu ada ? meskipun aku telah lepas dari pilihanku (dia) sebelum rasa ini ada “
berhayal , ya berhayal kamu menjadi bagian dari (kita) (aku dan kamu) “
“ berhayal , ruas jari akan di isi dengan jarimu “
“ berhayal , aku yang akan ada dibelakangmu saat laju kendaraan mu berjalan ke suatu tempat yang
hanya aku , dan benar benar aku yang slalu ada dibelakangmu “
“ berhayal , memanggilmu dengan sebutan khusus “
“ berhayal , membangun kebahagian hanya kita dan benar benar hanya kita yang tau akan desaign
kebahagian itu “
“ berhayal , akan cerita panjang yang kita sendiri menjadi sutradara dari cerita itu “
Namun , jauh dari semua hayalan itu , 1 hayalan yang membuatku takut
“ berhayal , kamu datang dan memberi jawaban , (berhenti untuk menjadikan ku bagian dari
hayalamu) “
“ dan di saat itu juga , harapan , keinginan atau bahkan hayalan seketika menjadi (berusaha)
tertutup”
“ iya aku takut , aku takut semakin aku takut ....”
“ takut untuk menyakiti hayalan ku yang entah sampai kapan judul dari semua rasa ini akan sama ,
tetap tidak berubah , yaitu HAYALAN “
“ hingga suatu wicara muncul untuk berhenti bahkan berontak mempertahankan rasa ini “
“ .......... karna satu , satu yang aku tau hayalan akan tetap menjadi hayalan “
“ keinginan untuk merubah ? sudah . sudah ada dan sudah pernah , namun tetap , tetap seperti
adanya “
“ peluang , kesempatan atau apa lah itu ... hmm kecil adanya “
“ karna yang memutuskan perubahan itu kamu bukan aku “
“ perubahan dari harapan menjadi balasan “
“ perubahan dari aku menjadi kita “
“ perubahan dari hayal menjadi nyata ”
“ terkadang aku berharap kamu tiba – tiba datang kehadapan ku “
“ ..... dan berkata , ijin kan aku masuk ke dalam dunia hayal mu agar bisa aku wujudkan menjadi
dunia nyata kita “
“ Hmmm sepertinya itu terlalu tinggi untukku ”