Makalah Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Kasus Kanker Payudara
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Palliatif CareDosen : Leny
Oleh :
S1 Keperawatan Tingkat III ASEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
“HUTAMA ABDI HUSADA”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan
kesengsaraan dan kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker
merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit-penyakit kardiovaskular
(Ama, 1990). Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per
tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah
penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya
ditemukan di negara sedang berkembang (Parkin,et al 1988 dalam Sirait, 1996).
Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap
100.000 penduduk per tahunnya.Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun
ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta
perubahan pola penyakit (Tjindarbumi, 1995).Menurut hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) 1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit
terbesar penyebab utama kematian di Indonesia. Angka proporsi penyakit kanker
di Indonesia cenderung meningkat dari 3,4 (SKRT 1980) menjadi 4,3 (SKRT
1986), 4,4 (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995). Data Profil Kesehatan RI 1995
menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat inap di rumah sakit di
Indonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%. Selain itu,
peningkatan proporsi penderita yang dirawat inap juga terjadi peningkatan di
rumah sakit DKI Jakarta pada 1993 dan 1994, dari 4,5% menjadi 4,6%.
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif
tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995).Dari 600.000 kasus
kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya.Sebanyak 350.000 di
antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang
berkembang (Moningkey, 2000). Di Amerika Serikat, keganasan ini paling sering
terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000 wanita didiagnosis
menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang
menyerang wanita.Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara
yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap
tahunnya (Oemiati, 1999). American Cancer Society memperkirakan kanker
payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal
antara 1990-2000 (Moningkey, 2000).
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher
rahim di Indonesia (Tjindarbumi, 1995).Sejak 1988 sampai 1992, keganasan
tersering di Indonesia tidak banyak berubah.Kanker leher rahim dan kanker
payudara tetap menduduki tempat teratas.Selain jumlah kasus yang banyak, lebih
dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey,
2000). Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut
golongan penyebab sakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu
dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari, 1998).
Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan
dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam
keadaan lanjut.Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker
tersebut.Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat
dicegah.Tjindarbumi (1982) mengatakan, bila penyakit kanker payudara
ditemukan dalam stadium dini, angka harapan hidupnya (life expectancy) tinggi,
berkisar antara 85 s.d. 95%. Namun, dikatakannya pula bahwa 70--90% penderita
datang ke rumah sakit setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam stadium
lanjut.
Sebagai tolak ukur keberhasilan pengobatan kanker, termasuk kanker
payudara, biasanya adalah 5 year survival (ketahanan hidup 5 tahun) (Sirait,
1996). Vadya dan Shukla menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
prognosis dan ketahanan hidup penderita kanker payudara adalah besar tumor,
status kelenjar getah bening regional, skin oedema ‘pembengkakan kulit’, status
menopause, perkembangan sel tumor, residual tumor burden (tumor sisa), jenis
patologinya, dan metastase, terapi, serta reseptor estrogen. Selain itu, ditambahkan
pula dengan umur dan besar payudara.Azis FM dkk.menyatakan bahwa ketahanan
hidup penderita kanker dipengaruhi oleh pengobatan, ukuran tumor, jenis
histologi, ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemia, dan penyulit seperti
hipertensi.
Tjindarbumi (1982) melaporkan pengobatan kanker payudara dengan
simpel mastektomi tanpa sinar memberikan ketahanan hidup 79% dan mastektomi
radikal memberikan ketahanan hidup 5 tahun 70--95%.Informasi tentang faktor-
faktor ketahanan hidup memberikan manfaat yang besar.Bukan hanya untuk
peningkatan penanganan penderita kanker payudara, tapi juga untuk memberikan
informasi yang cukup kepada masyarakat tentang kanker payudara dan
perkembangan serta prognosis penyakit tersebut di masa mendatang.
Menurut data di atas, penulis tertarik untuk membahas konsep dasar
penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan kanker payudara dalam makalah
ini.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud kanker payudara ?
b) Bagaimana etiologi dari kanker payudara ?
c) Bagaimana anatomi fisiologi payudara ?
d) Bagaimana patofisiologi dari kanker payudara ?
e) Apa manifestasi klinis dari kanker payudara ?
f) Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dengan klien kanker
payudara ?
1.3 Tujuan Penulisan
a) Untuk mengetahui definisi dari kanker payudara.
b) Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari kanker payudara.
c) Untuk mengetahui bagaimana anatomi fisiologi payudara.
d) Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari kanker payudara.
e) Untuk mengetahui apa manifestasi klinis dari kanker payudara.
f) Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan
dengan klien kanker payudara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP PENYAKIT
2.1.1 Pengertian
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker
bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi
pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu
sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit
(Erik T, 2005, hal : 39-40).
Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan
lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase
pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di
tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit (Erik T, 2005).
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya
onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan
payudara (Karsono, 2006).
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-
masing mempunyai saluran ke papila mammae, yang disebut duktus laktiferus.
Jadi kanker payudara adalah suatu pertumbuhan sel yang bersifat patologis
arau tidak normal. Sel tersebut tumbuh secara cepat, apabila tidak segera ditangani
maka akan menyebar (metastase) ke organ-organ lain dan menyebabkan kematian.
2.1.2 Etiologi
Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti
(Price & Wilson, 1995), namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang
penyebab terjadinya Ca mammae, yaitu:
• Mekanisme hormonal
Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan
dalam lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi ca
mammae (Smeltzer & Bare, 2002: 1589).
- Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa
abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
- Genetik
- Ca mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage
genetic” autosomal dominan (Reeder, Martin, 1997).
- Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17
mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan
(Reeder, Martin, 1997).
- mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan
riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995)
serta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
- Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi
interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan
jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor .
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa
faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara,
yaitu :
a. Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker
payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja
membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang
diantaranya berubah ke arah sel ganas.
b. Masa reproduksi yang relatif panjang.
c. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
d. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
e. Wanita yang belum mempunyai anak
f. Faktor genetic, kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x
lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita
kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46)
2.1.3 Anatomi fisiologi Payudara
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot
penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral
ats kelenjr payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya kearah aksila,
disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Diantara kelenjar susu dan fasia
pectoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan
lemak. Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamnetum
cooper yang memberi rangka untuk payudara.
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus,
sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari
payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal
terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke
kelenjar interpektoralis.
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan
pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas,
sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan
progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar
hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari
sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang
timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik,
terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto
mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)
2.1.4 Patofisiologi
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung
pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia
permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari
penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan
prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung
reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya
dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara
normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen
Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara
hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone
treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy).
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
a. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan
kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel
memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih
rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
b. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya
keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita
karena kanker (Maternity Nursing, 1997). Penyebab pasti belum diketahui,
namun ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan
pada mammae, yaitu:
Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen
dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor
pertumbuhan sel mammae (Smeltzer & Bare, 2002). Dimana salah satu
fungsi estrogen adalah merangasang pertumbuhan sel mammae .
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya
pada usia muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae,
tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa hormone estrogenlah yang,
menyebabkan kanker mammae pada manusia. Namun menarche dini dan
menopause lambat ternyata disertai peninmgkatan resiko Kanker
mammae dan resiko kanker mammae lebih tinggi pada wanita yang
melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
Virus, Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan
adanya massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
Genetik
o Kanker mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya
“linkage genetic” autosomal dominan.
o Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom
17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi
malignan.
o mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan
riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995)
serta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan
produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya
proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor.
Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan timbulnya sel kanker
pada jaringa epithelial dan paling sering pada system duktal. Mula-mula
terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal. Sel ini akan
berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker butuh
waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa
yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai
jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri,
seperti periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah
dan terjadi ulserasi pada kanker lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran
limfe dan melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di kelenjer
limfe menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjer limfe regional.
Disamping itu juga bisa menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak
(peau d’ orange). Penyebaran yang terjadi secara hematogen akan
menyebabkan timbulnya metastasis pada jaringan paru, pleura, otak
tulang (terutama tulang tengkorak, vertebredan panggul)
Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan
progersif lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan
yang sangat, anoreksia dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini
dinyatakan sebagai kakeksi kanker.
2.1.5 Pathway
Hiper plasia pada sel mammae
Mendesakjaringan sekitar
MendesakSel syaraf
MendesakPembuluh darah
Mensuplai nutrisi ke
jaringan ca
Menekan jaringan pada mammae
nyeri
Aliran darah terhambat
Peningkatan konsistensi mammae
Hipermetabolis ke jaringan
Suplai nutrisi jaringan lain
Berat badan turun
Mammae membengkak
Massa tumor mendesak ke jaringan luar
Perfusi jaringan terganggu
Ulkus
Gg integritas kulit/ jaringan
Ukuran mammae abnormal
Mammae asimetrik
Gg body image
hipoxia
Necrose jaringan
Infeksi
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Interupsi sel saraf sel
Kurang pengetahuan
C emas
Infiltrasi pleura parietale
Expansi paru menurun
Gg pola nafas
Bakteri Patogen
2.1.6 Manisfestasi klinik
Gejala umum Ca mamae adalah :
Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena
mulai timbul pembengkakan
Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting
susu, mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
Ada cairan yang keluar dari puting susu
Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi
dan terjadi retraksi
Ada rasa sakit
Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium
darah meningkat
Ada pembengkakan didaerah lengan
Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah.
Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan
padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya
dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara. (Erik T,
2005, hal : 42)
2.1.7 Klasifikasi
a. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN)
atau penyebaran luas.
b. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada
penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
c. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor
lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
d. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua
tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh
e. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada
atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN
supraklavikular.
f. Stadium IIIc : Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis
kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan
terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna dan metastase
kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular
ipsilateral
g. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh. (Setio W, 2000, hal :
285)
Status penampilan (performance status) kanker menurut WHO (1979) :
0 : Baik, dapat bekerja normal.
1 : Cukup, tidak dapat bekerja berat namun bekerja ringan bisa.
2 : Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri
sendiri 50% dari waktu sadar.
3 : Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri,
perlu tiduran lebih 50% dari waktu sadar.
4 : Jelek sekali, tidak dapat bangun dan tidak dapat merawat diri sendiri,
hanya tiduran saja.
2.1.8 Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum
menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara
pemeriksaan adalah sebagai berikut :
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput,
lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau
keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara.
c. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala,
dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan
telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara.
Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada
ketiak kiri.
e. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar
susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan
mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat
digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada
sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin
dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara
sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan
(www.vision.com jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber :
Ramadhan)
2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik
Pada metastasis luas, terjadi peningkatan Laju Endap Darah (LED).
Hiperkalsemia sering dijumpai pada kanker payudara lanjut. Metastasis ke hati
atau tulang menyebabkan peningkatan kadar alkalin fosfatase.Carcino Embryonic
Antigen (CEA) dapat berepran sebagai penunda kanker payudara berulang.
1. Mamografi
Pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal
ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker. Mamografi dapat
mengenali sebagian kanker payudara hingga 2 tahun sebelum
mencapai ukuran yang dapat diraba. Keterbatasan mamografi adalah
tidak dapatmemperlihatkan kanker klinis pada payudara yang sangat
padat (misalnya wanita muda dengan mamaria displasia) dan tidak
dapat memperlihatkan kanker tipe modular. Indikasi mamografi:
a. Untuk skrining pada interval reguler
b. Untuk menilai massa payudara yang tidak jelas atau diragukan
atau perubahan payudara yang mencurigakan lainnya
c. Untuk mengevaluasi setiap payudara pada interval yang telah
dibuat diagnosis kanker payudara yang mungkin dapat diobati
d. Untuk mencari kanker payudara tersembunyi dari kanker primer
yang tidak diketahui pada wanita dengan penyakit metastasis di
nodus aksila
e. Untuk melakukan penilaian pada wanita dengan payudara besar
yang sulit diperiksa
f. Untuk meyakinkan wanita dengan kankerofobia
2. Ulltrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit
dengan kista. Mungkin juga berguna untuk melihat massa fokal
yang teraba pada wanita berumur <30 tahun. Menunjukkan jaringan
solid yang mungkin ganas yang terletak di dekat atau di dalam kista.
3. Biopsi
Diagnosis pasti kanker memerlukan analisis jaringan. Indikasi
biopsi yaitu:
a. Massa payudara menetap
b. Discharge puting berdarah, serosa atau serosasanguinosa yang
bukan galaktore
c. Hasil mamografi yang mencurigakan atau positif
d. Perubahan eksematoid pada puting
Biopsi jarum (dengan anastesi lokal) dapat digunakan untuk
mengaspirasi sel tumor atau mendapatkan inti kecil jaringan.
4. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan
sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan
sentrifugis darah. (Michael D, dkk, 2005)
5. Pemeriksaan payudara sendiri
6. Pemeriksaan payudara secara klinis
7. USG Payudara, pemeriksaan darah lengkap, X-ray dada, therapy
medis, pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi
2.1.10 Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke
paru,pleura, tulang dan hati.
Selain itu Komplikasi Ca Mammae yaitu:
a. metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darahkapiler
( penyebaran limfogen dan hematogen0, penyebarab hematogen dan limfogen
dapat mengenai hati, paru, tulang, sum-sum tulang ,otak ,syaraf.
b. gangguan neuro varkuler
c. Faktor patologi
d. Fibrosis payudara
e. kematian
2.1.11 Penatalaksanaan
1. Dengan cara pembedahan, diantaranya:
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari
lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang
luas dengan kulit yang terkena).
b. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua
kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi seluruh payudara, semua atau
sebagian besar jaringan aksial
d. Mastektomi radikal, seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor
dibawahnya : seluruh isi aksial.
e. Mastektomi radikal yang diperluas sama seperti mastektomi radikal
ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
2. Dengan cara non pembedahan, diantaranya:
a. Penyinaran : Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat
direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar
limfe aksila.
b. Kemoterapi : Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker
dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara
pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai
khasiat membunuh sel kanker.
c. Terapi hormon dan endokrin : Kanker yang telah menyebar, memakai
estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi
hipofisektomi. (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 - 1600)
3. Manipulasi hormonal : Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk
kanker yang sudah bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral
oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.
4. Radiotherapy : Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak
jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan
kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot
pectoralis, radang tenggorokan.
2.1.12 Terapi Paliatif Pada Kanker PayudaraKemoterapi Paliatif
Kemoterapi paliatif merupakan istilah yang dapat berarti banyak. Dalam
arti yang luas, istilah ini mengarah kepada penggunaan obat antikanker dalam
menangani keganasan yang tidak dapat diobati. Hal ini hanyalah salah satu aspek
dari spektrum yang luas mengenai terapi paliatif pada pasien-pasien dengan
keganasan. WHO mendefinisikan terapi paliatif sebagai terapi aktif total pada
pasien-pasien yang menderita penyakit yang tidak berespon terhadap terapi
kuratif.
Kemoterapi paliatif digunakan dengan terapi antikanker lainnya jika dapat
menurunkan morbiditas terkait-terapi, bahkan jika tidak dapat meningkatkan
kemungkinan penyembuhan. Fungsi organ dapat dipertahankan pada pasien-
pasien dengan keganasan melalui kombinasi kemoterapi dan terapi paliatif.
Akan tetapi, mayoritas keganasan dengan metastasis pada orang dewasa
tidak dapat disembuhkan dengan kemoterapi.
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian keperawatan
1. Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi :
Terabanya benjolan atau penebalan payudara, tanpa adanya rasa sakit,
pengeluaran rabas dari puting payudara, berdarah atau serosa, cekungan
atau perubahan kulit payudara, asimetris payudara, retraksi atau adanya
skuama pada puting payudara, terdapat tanda-tanda stadium lanjut seperti
nyeri, pembentukan ulkus, dan edema.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
b. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
4. Riwayat menstruasi dan menepouse
Tanyakan mens pertama, lama mens dalam satu kali periode mens,
keluhan yang di alami, menepouse umur berapa, keluhan pada ibu.Adanya
awitan haid sebelum usia 12 tahun dan nuliparitas, kehamilan cukup bulan
pertama setelah usia 35 tahun, awitan menopouse yang lambat, atau
riwayat haid lebih dari 40 tahun.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya hubungan seorang wanita yang ibu atau saudarinya (saudara
dekat, keturunan pertama/ first degree relatives) pernah/ sering mendrita
kanker payudara.
6. Pengkajian fisik meliputi : Keadaan umum, tingkah laku, BB dan TB.
7. Pengkajian fokus pada pemerikasaan Payudara, dilihat kesimetrisan bentuk
payudara, warna kulit, keadaan puting, palpasi bila ada benjolan dan
keluhan nyeri pada payudara saat dipalpasi dan pengeluaran darah atau
cairan dari nipple. Biasanya didapatkan kondisi asimetris, retraksi atau
adanya skuama pada puting payudara.Tanda-tanda stadium lanjut yaitu
nyeri, pembentukan ulkus dan edema. Benjolan yang teraba seperti massa
keras atau kokoh, tidak lunak terfiksir dengan batas tidak tegas.
8. Pemeriksaan laboratorium
Mamografi, biopsy, USG, pemeriksaan hematologi.
9. Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari sebelum sakit dan saat sakit,
meliputi :
a. Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan,
makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan
sesudah masuk RS.
b. Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan
sesudah masuk RS.
c. Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit
d. Personal hygiene
Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari dan frekuensi
mencuci rambut dalam seminggu
10. Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual
a. Status psikologis
1) Status emosi
2) Kecemasan
3) Pola koping
4) Gaya komunikasi
5) Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran,
identitas diri, ideal diri
b. Status sosial
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan
masyarakat lain karena merasa malu dengan keadaan dirinya.
c. Kegiatan keagamaan
2.2.2 Diagnosa
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan
dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.
2. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek
samping kemotherapi.
4. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan
hipermetabolik, dan kurangnya intake.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi) dan malnutrisi.
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek
kemotherapi, deficit imunologik dan penurunan intake nutrisi.
2.2.3 Perencanaan
NODIAGNOSA
KEPERAWATANTUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
1. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.Kriteria hasil :1. Klien menyatakan
pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat.
2. Klien berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya.
1. Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
2. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.
3. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.
4. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
5. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.
6. Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.
7. Observasi texture, turgor kulit.8. Observasi intake out put.
1. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
2. Memberikan informasi tentang status gizi klien.
3. Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.
4. Kalori merupakan sumber energi.
5. Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
6. Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
7. Mengetahui status nutrisi klien.8. Mengetahui keseimbangan
nutrisi klien..
2. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan :1. Klien dapat mengatakan
secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
2. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.
3. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo- batan.
4. Bekerjasama dengan pemberi informasi.
1. Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
2. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
3. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
4. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.
5. Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
6. Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.
1. Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
2. Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
3. Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.
4. Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
5. Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
6. Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
3. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut
Tujuan :1. Membrana mukosa tidak
1. Diskusikan dengan klien tentang metode pemeliharan oral hygine.
1. Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut
berhubungan dengan efek samping kemotherapi.
menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
2. Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
3. Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut.
2. Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras.
3. Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda superinfeksi oral.
dan gigi.2. Mencegah rasa tidak nyaman
dan iritasi lanjut pada membran mukosa.
3. Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.
4. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan hipermetabolik dan kurangnya intake.
Tujuan :Klien menunjukkan keseimbangan cairan.Kriteria hasil :Tidak ada tanda-tanda dehidrasi:1. Vital sign normal.2. Mukosa normal.3. Turgor kulit bagus.4. Capilarry refill normal5. Jumlah urine output
normal /urine seimbang dengan asupan.
6. Suara tidak parau.
1. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
2. Timbang berat badan jika diperlukan.
3. Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.
4. Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.
1. Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.
2. Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.
3. Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.
4. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
5. Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie.
6. Pantau tanda vital tiap 1 – 2 jam.
7. Pantau masukan, pastikan sedikitnya 1500 ml cairan per oral setiap 24 jam.
8. Pantau haluaran, pastikan sedikitnya 1000 - 1500 ml/24 jam..
9. Jelaskan tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metoda-metoda untuk mencapai tujuan masukan cairan.
5. Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.
6. TD, suhu nadi dan pernapasan sebagi indicator kegagalan sirkulasi.
7. Catatan masukan membantu mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan.
8. Catatan haluaran membantu mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan.
9. Informasi yang jelas akan meningkatkan kerjasama klien untuk terapi.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi), malnutrisi.
Tujuan :1. Klien mampu
mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
2. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama.
2. Jaga personal hygine klien dengan baik.
3. Monitor temperatur.
4. Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.
1. Mencegah terjadinya infeksi silang.
2. Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
3. Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
4. Mencegah terjadinya infeksi.
Kolaboratif5. Monitor Hb, Lekosit,BBS/LED dan
Eritrosit.6. Berikan antibiotik bila diindikasikan.
5. Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.
6. Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek kemotherapi, deficit imunologik dan penurunan intake nutrisi.
Tujuan :1. Klien dapat
mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
2. Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
1. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
2. Ubah posisi klien secara teratur.
3. Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
1. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
2. Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.
3. Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan
kesengsaraan dan kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker
merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit-penyakit kardiovaskular,
Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun
jaringan ikat pada payudara. Gejala permulaan kanker payudara sering tidak
disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita
yang berobat dalam keadaan lanjut.Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka
kematian kanker tersebut.Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker
masih dapat dicegah.
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. 1995. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dan
Dokumentasi Edisi 4 Alih Bahasa Yasman Asih. Jakarta : EGC
Doenges, M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara Cetakan I. Jakarta : Dian Rakyat
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2
.Terjemahan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Junadi, Purnawan. 1982. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Volume I. Terjemahan.
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Mansjoer, Arif., et all. (1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius.
1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah. Surabaya :
Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya
Sjamsuhidajat R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta : EGC
Tapan. 2005. Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer Jakarta : Elex
Media Komputindo
Top Related