7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
1/36
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA
KELAS IV SDN 2 SARUNI DALAM MATERI MATA PENCAHARIANPENDUDUK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
( Oleh : Saefullah )
ABSTRAK
Penelitian ini bertolak dari pernyataan diatas. Sebagai implementasimaka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Permasalahan dalampenelitian ini adalah Bagaimana penerapan dan pendekatan problem solvingdapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dikelas IV SD sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan minat, aktivitasdan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Metode penelitian yang dikembangkan dengan menggunakan PTK,adapun teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakanpedoman observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, lembar evaluasi(LKS). Data yang diperoleh dianalisis dan direfleksi dengan menggunakanmetode deskriptif kualitatif. Prosedur penelitian dilakukan sebanyak 3 siklus yangdidalamnya dilakukan tindakan pembelajaran.
Problem solving bukanlah suatu hal yang asing karena memecahkansuatu masalah adalah suatu aktivitas dasar bagi manusia. Pendidikanpun padahakekatnya adalah suatu proses terus menerus yang ada pada manusia untukmenanggulangi masalah-masalah dalam hidupnya. Oleh karena itu peserta didiksebagai salah satu komponen dalam pendidikan harus selalu dilatih dandibiasakan berfikir mandiri untuk memecahkan masalah.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendekatan problem solvingternyata mampu membangkitkan aktivitas, kreatifitas serta semangat siswadalam belajar IPS. Siswa menjadi terbiasa berpikir kritis dalam menganalisissebuah permasalahan, membiasakan diri menghadapi dan memecahkanmasalah serta dapat mengembangkan rasa percaya diri. Selain itu prestasibelajar siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari
hasil nilai evaluasi pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata siswa pada siklus Imemperoleh nilai 7,72, siklus II rata-rata nilai siswa 8,09 dan pada siklus III rata-rata nilai siswa 8,31. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa cukupmerata dengan tingkat pencapaian yang tergolong cukup berhasil.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah guru hendaknya mengembangkanmetode problem solving dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajarsiswa serta membiasakan siswa sejak dini dalam memecahkan masalah.
Kata Kunci: Penerapan, pendeketan, problem solving,metode penelitian,kreatifitas, kesimpulan, rekomendasi
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
2/36
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
3/36
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bansa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untk
mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi
manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan
dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan
diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya
melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing
dlam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan
dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan
efisensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen
berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Pembelajaran IPS yang dilaksanakan di SD khusus kelas IV
selama ini masih berlangsung secara tradisional, yaitu meletakkan guru
sebagai pusat belajar siswa (teacher centered). Guru lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa.
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
4/36
sehingga siswa kurang memahami konsep IPS yang dipelajarinya
akibatnya tingkat berpikir dan hasil belajar siswa rendah.
Untuk meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran IPS baik itu
minat, aktivitas maupun hasil belajar siswa, peneliti mencoba mengangkat
sebuah pendekatan yaitu problem solving dalam pembelajaran IPS.
Pendekatan utama dalam metode ini ada dua macam, yaitu : pertama,
menciptakan lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk
memperoleh motivasi yang kuat guna menjawab permasalahan dan
menemukan jawabannya; kedua, menghadapkan anak kepada masalah-
masalah, kemudian menemukan pemecahannya. Dengan menggunakan
pendekatan problem solving dalam pembelajaran IPS diharapkan
keterlibatan siswa lebih mendominasi dengan bimbingan guru
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian mencoba
melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul Problem
Solving Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Dalam
Materi Mata Pencaharian Penduduk (Penelitian Tindakan Kelas di kelas IV
SDN 2 Saruni Kabupaten Pandeglang).
Metode Problem solvingdisebut juga metode pemecahan masalah.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan pada berbagai macam
masalah/persoalan. Untuk dapat memecahkan permasalahannya
tersebut, manusia mengupayakan berbagai cara. Setiap individu memiliki
cara yang berbeda untuk dapat menyelesaikan persoalannya, sesuai
dengan tingkat kesulitan yang terdapat pada masalah tersebut.
Sesederhana apapun, sebenarnya individu telah memecah masalah
sesuai dengan kemampuannya.
Pengertian problem solving (pemecahan masalah) menurut Tabrani
(1996:8) adalah Usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan mencari
suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Selanjutnya
menyatakan bahwa pemacahan masalah merupakan suatu tingkat
aktivitas intelektual yang sangat tinggi untuk mencari penyelesaian
masalah yang dihadapi dengan bekal pengetahuan yang sudah dimiliki.
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
5/36
Syamsu Yusuf (1992:188) pemecahan masalah adalah upaya
belajar partisipatif oleh orang dewasa, dengan bantuan sumber belajar
melalui kegiatan mengidentifikasi dan merumuskan masalah, mencari
alternatif dan prioritas pemecahannya.
Selanjutnya Tabrani (1996:15) memberikan pengertian terhadap
metode pemecahan masalah adalah Cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk
dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau
jawabannya oleh siswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang siswa tersebut di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan pendekatan problem solving dalam
pembelajaran tentang Mata Pencaharian Penduduk?
2. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan pendekatan problem
solvingdalam pembelajaran tentang Mata Pencaharian Penduduk?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan
pendekatan problem solving dalam pembelajaran Mata Pencaharian
Penduduk?
4. Apakah dengan problem solving dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif siswa?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui penerapan pendekatan problem solving dalam
pembelajaran tentang Mata Pencaharian Penduduk.
b. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pendekatan
problem solving dalam pembelajaran tentang Mata Pencaharian
Penduduk.
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
6/36
c. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan
menerapkan pendekatan problem solving dalam pembelajaran Mata
Pencaharian Penduduk.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada
berbagai pihak diantaranya :
a. Siswa-siswi kelas IV SD dapat menumbuhkan minat dan motivasi
untuk mempelajari IPS serta memupuk kreatifitas dan penuh inisiatif
dalam mempelajari IPS.
b. Guru-guru yang mengajar di SD Kelas IV dapat menerapkan
pendekatan problem solving agar pembelajaran IPS dapat dipahami
oleh siswa.
c. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi sekolah di SD 2 Saruni
untuk menerapkan penelitian tindakan kelas khususnya dalam
pembelajaran IPS dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran .
TINJAUAN PUSTAKA
1. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan keputusan guru tentang upaya-
upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dan cara-cara memprosesnya
dengan terencana dan bertujuan. Di dalamnya tercakup upaya guru untuk
mengatur penggunaan keterampilan-keterampilan mengajar.
Banyak sekali variasi yang dapat dipergunakan oleh guru.
Berdasarkan pada tingkah laku murid, Sudjana & Rivai Ahmad. (1991:36)
membedakan 4 kelompok strategi pembelajaran, yaitu :
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
7/36
1) Strategi untuk mendorong penguasaan isi dan keterampilan
pengajaran, misalnya : latihan dan praktek, ceramah, pameran dan
demontrasi.
2) Strategi untuk mendorong berpikir produktif, misalnya : belajar
penemuan dan belajar kreatif.
3) Strategi untuk menyusun kegiatan-kegiatan, antara lain prosedur
membuka dan menutup pelajaran, pembentukan unit kerja untuk
kegiatan-kegiatan kelompok.
4) Strategi untuk mendorong murid belajar sendiri atau belajar
mandiri, misalnya : pengajaran individual, diskusi kelompok, tugas
dan resitasi.
Keputusan tentang strategi pembelajaran yang akan dipilih,
tergantung pada tujuan pembelajaran khusus (TPK), karakteristik murid,
dan jenis gaya mengajar yang paling cocok bagi guru yang bersangkutan.
2. Pendekatan Pembelajaran
Kegiatan belajar dalam proses belajar mengajar sebenarnya bukan
masalah baru dalam dunia pendidikan, setidak-tidaknya sebagai konsep
walau masih belum sepenuhnya terwujud dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar.
Pendekatan adalah cara umum dalam melihat dan bersikap
terhadap suatu masalah kearah pemecahannya atau sudut pandang yang
digunakan orang dalam memecahkan suatu masalah. Semua pendekatan
mempunyai kelebihan dan kekurangannya disarankan bervariasi /
kombinasi berbagai pendekatan. Menurut Bruner (Dalam Sudjana,
1990:140) berpendapat pembelajaran dapat dianggap sebagai (a)
hakekat seseorang sebagai pengenal, (b) hakekat dari pengetahuan dan
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
8/36
(c) hakekat dari proses mendapatkan pengetahuan. Sebagai mahluk yang
paling mulia diantara mahluk-mahluk lain memiliki dua kekuatan yakni
akal pikirannya dan kemampuan berbahasa. Dengan dua kemampuan
tersebut maka manusia dapat mengembangkan kemampuan yang ada
padanya. Dorongan dan hasrat ingin mengenal dan mengetahui dunia dan
lingkungan alamnya menyebabkan manusia mempunyai kebudayaan-
kebudayaan dalam bentuk konsepsi, gagasan, pengetahuan maupun
karya-karyanya. Kemampuan yang ada dalam dirinya mendorongnya
untuk mengekspresikan apa yang telah dimilikinya. Sebagai seorang guru,
kemampuan untuk merancang sekaligus menerapkan pembelajaran
dalam proses belajar mengajar sekaligus menerapkan pembelajaran
dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan berbagai
pendekatan sangat penting untuk dikuasai.
Sebelum kita menentukan pendekatan yang akan kita gunakan
dalam suatu kegiatan belajar mengajar, hendaknya kita
mempertimbangkan beberapa faktor antara lain :
a) Tujuan pembelajaran;
b) bahan/materi pelajaran;
c) Fasilitas dan sarana prasarana
d) Jumlah siswa;
e) Waktu dan biaya.
Pendekatan metode merupakan salah satu komponen dalam
proses belajar mengajar. Unsur tersebut yang akan menentukan hidup
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
9/36
tidaknya, menarik tidaknya proses belajar mengajar. Adapun komponen
proses belajar mengajar yang yang perlu kita perhatikan antara lain :
a) Tujuan yang ingin dicapai/harus dicapai;
b) Bahan/materi pelajaran yang akan dibicarakan;
c) Evaluasi, penilaian untuk mengetahui sejauh mana siswa sampai pada
tujuan;
d) Guru dan siswa
Unsur tujuan, bahan pelajaran, pendekatan, metode dan evaluasi
dalam proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan
saling pengaruh mempengaruhi, karena proses belajar mengajar sudah
barang tentu dipengaruhi oleh bagian-bagian tersebut. Sebagai kriteria
berhasil tidaknya proses belajar mengajar haruslah dilihat dari tujuan,
dalam arti sejauhmana para siswa dapat mencapai tujuan yang diinginkan
(PGSD, 2002/Modul 9:2)
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Siswa
Berbagai faktor turut serta dalam mempengaruhi peserta didik
tatkala melakukan proses belajar. Proses pembelajaran merupakan
proses yang sangat kompleks, interaksi antara sejumlah individu dalam
lingkungan sekolah ditambah dengan terlibatnya lingkungan tempat
sekolah berada akan turut serta membentuk kondisi yang sangat
kompleks dalam proses pembelajaran di sekolah.
Syah (2002:182) mengungkapkan bahwa ada dua faktor yang turut
serta mempengaruhi proses pembelajaran, yakni : 1) Faktor intern siswa,
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
10/36
yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa
sendiri; 2) Faktor ekstern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang
datang dari luar diri siswa.
a. Faktor Intern Siswa
Faktor intern yakni faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi
gangguan atau kekurang mampuan psiko-pisik yakni : 1) bersifat kognitif
(ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi siswa; 2) bersifat afektif (ranah rasa), antara lain
seperti labilnya emosi dan sikap; dan 3) bersifat psikomotor (ranah karsa),
antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan
pendengaran (Syah, 2002:183).
Sedangkan Yusuf (1992:11) mengungkapkan bahwa : Ada enam
faktor dari dalam (intern) siswa yang dapat mempengaruhi proses belajar
yakni (1) intelegensi/kecerdasan; (2) bakat/kemampuan khusus; (3) sikap;
(4) minat; (5) motif; dan (6) suasana emosinya.
b. faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang
meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar. Faktor lingkungan
ini meliputi :
1) Lingkungan keluarga, contohnya perhatian orang tua, status sosial
ekonomi,
2) Lingkungan masyarakat, contohnya teman sepermainan, keadaan
masyarakat,
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
11/36
3) Lingkungan sekolah, contohnya gedung, perhatian guru, sarana dan
prasarana (Syah, 2002:183).
Sehubungan dengan itu, Moh. Surya (1979:68) mengungkapkan
bahwa Tujuh faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran,
yaitu : (1) karakteristik pelajar, (2) karakteristik pengajar; (3) interaksi
belajar mengajar; (4) karakteristik kelompok; (5) fasilitas fisik; (6) subjek
matter, dan (7) lingkungan luar.
Sedangkan menurut Natawijaya (1979:33) : Yang mempengaruhi
perbuatan belajar yang berada di luar diri seseorang (Faktor ekstern)
adalah sebagai berikut : (a) kontinyuitas, (b) latihan (exercise), dan (c)
penguatan (reinforcement).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa faktor ekstern yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah
lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat). Hal-hal yang termasuk
didalamnya terdiri atas : 1) Karakteristik pengajar; 2) Interaksi belajar
mengajar; 3) karakteristik kelompok; 4) fasilitas fisik; 5) subjek matter; 6)
Terus menerus 7) latihan; dan 8) penguatan.
2. Hasil Belajar
Muh. Surya (1995:25) mengemukakan bahwa Hasil belajar
ditandai dengan adanya perubahan seluruh aspek tingkah laku.
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses melajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jadi tidak hanya satu aspek
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
12/36
atau satu macam tingkah laku saja, melainkan seluruh aspek tingkah laku
secara integral.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa harus dilakukan penilaian.
Dalam hal ini fungsi penilaian ialah (1) untuk mengetahui tercapai tidaknya
tujuan pengajaran; dan (2) untuk mengetahui keefektifan proses belajar
yang telah dilakukan guru (Sujana, 1989:111). Dengan demikian fungsi
penilaian dalam proses pembelajaran bermanfaat bagi siswa dan guru.
Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan dua tahap yaitu jangka
pendek dan jangka panjang. Penilaian tahap jangka pendek yakni
penilaian yang dilakukan guru pada akhir proses pembelajaran. Penilaian
ini disebut penilaian formatif. Kedua tahap jangka panjang, yakni penilaian
yang dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung beberapa kali
atau setelah menempuh periode tertentu, misalnya penilaian tengah
semester atau penilaian akhir semester. Penilaian ini disebut penilaian
sumatif.
Dalam proses belajar mengajar, penilaian formatif dan sumatif
sangat penting dilaksanakan. Bahkan prestasi akhir siswa selama satu
semester sering digunakan data yang diperoleh dari hasil penilaian
formatif dan hasil penilaian sumatif.
Metode Problem Solving(Pemecahan Masalah)
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
13/36
1. Pengertian Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Metode Problem solvingdisebut juga metode pemecahan masalah.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan pada berbagai macam
masalah/persoalan. Untuk dapat memecahkan permasalahannya
tersebut, manusia mengupayakan berbagai cara. Setiap individu memiliki
cara yang berbeda untuk dapat menyelesaikan persoalannya, sesuai
dengan tingkat kesulitan yang terdapat pada masalah tersebut.
Sesederhana apapun, sebenarnya individu telah memecah masalah
sesuai dengan kemampuannya.
Pengertian problem solving (pemecahan masalah) menurut Tabrani
(1996:8) adalah Usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan mencari
suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Selanjutnya
menyatakan bahwa pemacahan masalah merupakan suatu tingkat
aktivitas intelektual yang sangat tinggi untuk mencari penyelesaian
masalah yang dihadapi dengan bekal pengetahuan yang sudah dimiliki.
Syamsu Yusuf (1992:188) pemecahan masalah adalah upaya
belajar partisipatif oleh orang dewasa, dengan bantuan sumber belajar
melalui kegiatan mengidentifikasi dan merumuskan masalah, mencari
alternatif dan prioritas pemecahannya.
Selanjutnya Tabrani (1996:15) memberikan pengertian terhadap
metode pemecahan masalah adalah Cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
14/36
dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau
jawabannya oleh siswa.
Dari beberapa definisi pemecahan masalah yang dikemukakan
dapat disimpulkan bahwa Metode Pemecahan Masalah adalah suatu cara
belajar yang lebih tinggi tingkatannya dengan mengangkat masalah
sebagai sumber pembahasannya, untuk kemudian dianalisis dan
disintesis sehingga ditemukan alternatif pemecahannya.
Memahami masalah sangat penting bagi siswa karena tanpa
adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak
mungkin mampu menyelesaikan masalah dengan benar. Setelah
memahami masalah siswa merencanakan penyelesaian. Dalam
merencanakan penyelesaian sangat tergantung pada pengalaman siswa
dalam menyelesaikan masalah. Semakin bervariasi pengalaman siswa,
maka kecenderungan siswa akan lebih kreatif. Setelah rencana
penyelesaian dibuat, dilakukan penyelesaian atas apa yang telah
dilakukan mulai dari langkah pertama sampai ketiga. Dengan demikian
maka berbagai kesalahan dapat terkoreksi, sehingga siswa dapat
menyelesaikan masalah dengan benar.
Metode ini dapat digunakan mulai dari kelas III SD. Karena pada
masa itu rasa ingin mengetahui secara alamiah sudah mulai tampak pada
diri anak, walaupun peran guru pada masa itu lebih mendominasi.
Atas dasar kesadaran bahwa mengajar sebenarnya adalah untuk
meneliti dengan seksama, menemukan, memikirkan, menganalisis dan
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
15/36
menyelidki bahan pelajaran. Mengajar bukanlah sekedar berpidato,
menyampaikan ilmu pengetahuan serta mengkomunikasikannya, maka
Problem solving lahir sebagai suatu bentuk metoda yang diharapkan
dapat membantu guru dalam suatu proses mengajar. Problem solving
lebih mengutamakan pemikiran induktif dibandingkan deduktif. Siswa
dihadapkan pada suatu masalah kemudian menempatkannya pada situasi
buatan yang ingin diketahuinya.
Russell (Cheppy, 1991:89) mengemukakan bahwa Problem solving
kelihatannya lebih kompleks dibanding dengan berpikir asosiatif dan lebih
dikuasai oleh tujuan, kendala dari luar ataupun situasi lain dibanding
dengan faktor-faktor autistis yang mempengaruhi fantasi anak didik.
Dengan metoda ini keterlibatan kegiatan sendiri dari siswa akan lebih
mendominasi. Tentu saja dengan bimbingan para guru.
Pendekatan utama dalam metode ini ada dua macam, yaitu :
pertama, menciptakan lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk
memperoleh motivasi yang kuat guna menjawab permasalahan dan
menemukan jawabannya; kedua, menghadapkan anak kepada masalah-
masalah, kemudian menemukan pemecahannya.
Hipotesis Tindakan
Bertolak dari uraian tersebut di atas, maka hipotesis yang disajikan
adalah Jika pembelajaran IPS disajikan dengan menggunakan
pendekatan Metode problem solving maka kreativitas dan hasil
belajar siswa akan lebih meningkat.
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
16/36
16
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas yang
difokuskan pada situasi yang berlangsung di dalam kelas yang sering
disebut dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan
kelas ini guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang
dilakukan di kelas, guru juga dapat melakukan penelitian terhadap siswa
dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran, melalui
tindakan-tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar
guru memperoleh umpan balik yang sistematis tentang apa yang telah
dilakukannya dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Suyanto dalam bukunya Pedoman Pelaksanaan Penelitian
Tindakan kelas (1997 : 6) bahwa karakteristik penelitian tindakan kelas
yaitu adanya tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar
mengajar di kelas.
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan dan
memperbaiki kegiatan belajar mengajar di sekolah. Penelitian tindakan
kelas dapat menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan efisiensi
pengelolaan pendidikan karena dalam penelitian tindakan kelas selalu
dicari alternatif baru agar proses pembelajaran dapat terselenggara
secara efektif dan efisien.
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
17/36
17
Penelitian tindakan kelas dapat menjembatani kesenjangan antara
teori dan praktek pendidikan, sehingga dengan PTK guru dapat
mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan proses dan atau produk
pembelajaran yang lebih efektif, optimal dan fungsional.
Dengan demikian, jelaslah bahwa penelitian tindakan kelas
ditujukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam praktek pendidikan di
lapangan, khususnya dalam suatu praktek pembelajaran yang
dilaksanakan guru di suatu kelas tertentu.
Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu model siklus.
Model siklus yang digunakan yaitu model menurut Kemis dan Mc.Taggart
(Suyanto dalam bukunya Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan
kelas, 1997 : 16) yaitu terdiri dari empat komponen yaitu :
a. Rencana yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap
sebagai solusi.
b. Tindakan yaitu apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai
upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
c. Observasi yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
d. Refleksi yaitu peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas
hasil atau dampak dari tindakan dari pelbagai kriteria. Berdasarhan
hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi
perbaikan terhadap rencana awal.
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
18/36
18
Desain penelitian dapat dikemukakan dalam gambar sebagai
berikut :
Penjajagan Rencana Desain/ Penjajagan
Implementasi
Perbaikan
Peningkat
Perbaikanlebih baik
Observasi Observasi Observasi
Keadaan sebelum Keadaan sesudah
dilakukan tindakan dilakukan tindakan
Upaya perubahan denganDilaksanakan tindakan
Refleksi
Refleksi
Gambar
Desain Penelitian ( Suyanto, 1997:12)
AWAL RD/Pelaksanaan
PTK
AKHIR Perencanaan
Model Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus
(cycle). Tiap siklus tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa
kali sampai tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada tahap-tahap dalam
satu siklus yang dilaksanakan peneliti dan guru sudah melibatkan diri
secara aktif dan intensif dalam rangkaian kegiatan nenelitian.
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
19/36
19
Model siklus yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk spiral
seperti yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart ( Kasbolah , 1988 :
13 ) yang meliputi perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengawasan
(observe), dan refleksi (reflect). Siklus berikutnya, kegiatan peneliti pada
dasarnya sarna, tapi adanya modivikasi dan koreksi pada setiap tatiapnya.
Siklus kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.2 Penelitian Tindakan Model Spiral
(Kemmis dan Taggart, 1988 : 13)
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
20/36
20
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan yaitu menyusun rencana tindakan dan
penelitian tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran IPS
untuk mencapai tujuan penelitian. Perencanaan tersebut yaitu dengan
membuat rencana pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem
solving sebaik mungkin dan dapat dilaksanakan secara efektif dalam
berbagai situasi lapangan. Pada tahap ini juga peneliti mempersiapkan
beberapa instrumen penelitian yaitu LKS, lembar observasi, lembar
wawancara, dan catatan lapangan dan tes hasil belajar yang digunakan
selama melaksanakan tindakan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan rencana tindakan
yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh guru sendiri
sebagai peneliti, tetapi dalam proses observasi guru dibantu oleh teman
sejawat dengan menggunakan beberapa alat instrument penelitian yaitu
LKS, lembar observasi, lembar wawancara, dan catatan lapangan serta
tes hasil belajar siswa.
Pelaksanaan penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa
siswa kelas IV sebelumnya kurang dapat memahami dalam penguasaan
materi kependudukan. Untuk itulah peneliti melaksanakan penelitian
tindakan kelas dalam rangka memperbaiki pembelajaran sebagaimana
yang dikemukakan oleh Suyanto (Kasbolah dalam buku penelitian
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
21/36
21
tindakan kelas 1998:32) bahwa tujuan penelitian tindakan kelas yaitu
meningngkatkan dan/atau memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah.
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga siklus, setiap siklus
disajikan dalam satu tindakan dengan urutan sajian materi tentang
kependudukan, dan latihan soal yang menekankan pada aktivitas siswa,
pemahaman konsep, dan hasil belajar.
Adapun pelaksanaan tindakan setiap siklus adalah sebagai berikut
TABEL 3.1SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
SiklusPelaksanaan
Ket.Hari/Tanggal Waktu Materi
Siklus I 07.00-08.10Perkembanganpenduduk diIndonesia
Diskusi KelompokEvaluasi Individu
Siklus II 07.00-08.10Permasalahanpenduduk diIndonesia
Diskusi KelompokEvaluasi Individu
SiklusIII
07.00-08.10PerpindahanpendudukDi Indonesia
Diskusi KelompokEvaluasi Individu
c. Tahap Observasi
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini yaitu menggunakan observasi
langsung. Observasi merupakan kegiatan mengamati atas hasil atau
dampak dari tindakan atau dikenakan terhadap siswa. Kegiatan observasi
ini dilakukan dengan sengaja untuk menghasilkan adanya peningkatan
dalam praktik pendidikan dan pengajaran dalam kondisi kelas tertentu.
Dalam kegiatan observasi ini peneliti menggunakan tekhnik
pengamatan partisipatif artinya pengamatan dilakukan oleh orang yang
terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
22/36
22
yaitu dilakukan oleh guru dan didampingi oleh observer. Tekhnik
pengamatan partisipatif ini dengan menggunakan lembar observasi dan
catatan lapangan.
d. Tahap Refleksi
Tahap refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi,
dan eksplanasi atau penjelasan terhadap semua informasi yang diperoleh
dari pelaksanaan tindakan. Refleksi ini merupakan bagian yang amat
penting, sebab pada tahapan ini data yang telah terkumpul dalam
kegiatan observasi harus secepatnya dianalisis, diinterpretasikan atau
diberi makna sehingga dapat mengetahui sejauhmana hasil yang
diperoleh dari tindakan pembelajaran yang kita laksanakan, apakah materi
bisa dilanjutkan atau perlu diadakan perbaikan.
Dalam tahap refleksi ini, peneliti mengadakan diskusi dengan
observer tentang hasil tindakan pada akhir tindakan. Diskusi ini
dilaksanakan berdasarkan hasil pencatatan observasi langsung secara
cermat terhadap pelaksanaan tindakan, hasilnya kemudian direfleksi.
Apabila hasil refleksi yang diperoleh disepakati, selanjutnya hasil refleksi
tersebut dijadikan acuan untuk pembelajaran pada tindakan selanjutnya.
Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 2 Saruni
Kabupaten Pandeglang. Yang menjadi subjek penelitian yaitu siswa kelas
IV yang berjumlah 22 orang, 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
23/36
23
Pemilihan sekolah tempat penelitian ditetapkan dengan
pertimbangan sebagai berikut :
1. Lokasi sekolah adalah tempat bekerja peneliti, yaitu sebagai guru
kelas yang mengajar di kelas IV. Hal ini untuk mempermudah peneliti
dalam mengumpulkan data yang dikumpulkan.
2. Masih banyak permasalahan yang dihadapi peneliti dalam
pelaksanaan pembelajaran IPS khususnya materi kependudukan di
Indonesia.
Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang benar, diperlukan instrumen yang
tepat sehingga masalah yang diteliti akan terefleksi dengan baik.
Instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data, antara
lain :
a. Observasi
Menurut Kasbolah dalam bukunya penelitian tindakan kelas
(1999:94), observasi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk
mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari
proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang
ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat sampingannya.
Fungsi dari observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian
pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang disusun
sebelumnya dan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
24/36
24
yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan
perubahan yang diinginkan.
Observasi bila dilihat dari segi pelaksanaannya dibagi menjadi dua
yaitu observasi non-partisipatif dan observasi partisipatif. Dalam
pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipatif
yaitu jenis observasi yang pengamatnya terlibat pada sebagian atau
seluruh kegiatan yang diamati.
b. Wawancara
Menurut Molleong dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif
(1996:180) wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan
tertentu. Wawancara digunakan untuk menggali dan mengumpulkan data
yang hanya dapat diungkapkan secara lisan dan tepat dengan kata-kata
seperti ide, pendapat, pemikiran, wawasan dari orang yang diamati.
c. Catatan Lapangan
Menurut Suyanto (1997:7), catatan lapangan sangat cocok
digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk
melukiskan suatu proses. Catatan lapangan merupakan catatan teknis
tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.
d. Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa ini berisi tentang beberapa kegiatan siswa yang
berupa tugas, latihan atau permasalahan yang harus dipecahkan oleh
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
25/36
25
setiap kelompok tentang konsep yang akan dipelajari. LKS ini bertujuan
untuk melihat hasil kerja siswa secara berkelompok untuk
mengaplikasaikan konsep-konsep yang telah dikuasainya. Data atau hasil
kerja dari LKS ini akan digunakan sebagai patokan untuk melakukan
refleksi dan merancang pelaksanan tindakan pembelajaran selanjutnya.
Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data yang digunakan
yaitu analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Data hasil
observasi, catatan lapangan, dan wawancara dianalisis secara kualitatif.
Hal-hal yang dianalisis yaitu hasil dari observasi aktivitas siswa,
pemahaman siswa, hasil belajar siswa beserta faktor-faktor yang
menyebabkan siswa kurang memahami materi kependudukan selama
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pendekatan problem
solving. Sedangkan menganalisis hasil wawancara siswa dan guru
dilaksanakan setelah pembelajaran dilaksanakan.
Setiap melakukan analisis data dilakukan triangulasi. Triangulasi
yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan atau pengecekan terhadap data
itu. Dalam hal ini penganalisissan dilakukan yaitu dengan memanfaatkan
dan membandingkan hasil penelitian peneliti, hasil observasi observer dan
hasil wawancara siswa.
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
26/36
26
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Setelah diperoleh hasil penelitian dan diuraikan pada bagian
terdahulu selanjutnya hasil penelitian tersebut akan dikonfirmasikan
dengan literatur-literatur yang terdapat pada bab II. Berdasarkan uraian di
atas menunjukan adanya perkembangan sikap siswa terhadap
pebelajaran IPS dalam hal ini tentang materi mata pencaharian penduduk
menunjukan tingkat kemampuan siswa yang baik.
Di awal pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah, siswa pada umumnya menunjukan perilaku yangt
pasif dan kaku. Mereka cenderung tidak menujukan respons secara aktif
pada kegiatan pembelajaran yang disajikan guru, kekakuan ini muncul
karena peran guru berubah dari seorang informatori menjadi seorang
fasilitator atau seorang moderator. Akan tetapi sejalan dengan berjalannya
tindakan-tindakan yang dilakukan guru sikap siswa mulai berubah.
Perubahan ini ditunjukan dalam bentuk perilakunya, siswa menampakkan
antusias dan semangat untuk belajar. Mereka bukan lagi menjadi
pendengar atau penerima informasi, tapi menjadi siswa yang proaktif
dalam proses pembelajaran karena mendapat fasilitas yang memadai
untuk memahami materi pembelajaran..
Perkembangan sikap yang lain ditampilkan saat siswa melakukan
diskusi kelompok karena pembelajaran dengan pendekatan pemecahan
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
27/36
27
masalah menggunakan diskusi kelompok. Di awal tindakan masing-
masing memperlihatkan egoismenya mereka sukar untuk bekerja sama,
sifat egoisme tampak berkurang dan muncul sikap dan sifat mau
menerima dengan memperlihatkan aktivitas kerja sama di antara siswa.
Hal ini menujukan adanya pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan
ini muncul karena dengan pemecahan masalah, diberikan kesempatan
atau menciptakan peluang atau kondisi sehingga siswa aktif dalam proses
pembelajaran.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah ini,
selain memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran, siswa juga
ikut berperan aktif dalam menemukan dan memecahkan masalah.
Keaktifan siswa sangat jelas terlihat pada kegiatan diskusi kelompok. Guru
memotivasi siswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan
sesama anggota kelompoknya. Guru mengarahkan siswa lainnya untuk
bereaksi (berdebat, baik setuju maupun tidak setuju) terhadap jawaban
temannya. Guru juga mengarahkan jawaban siswa untuk dijadikan
kesimpulan. Kenyataan tersebut sesuai dengan gambaran yang diberikan
oleh Mulyana (1997) yaitu pembelajaran pemecahan masalah dapat
mengubah konsep siswa yang belum sesuai dengan pembelajaran dan
dapat memberikan pengaruh positif terhadap aktifitas siswa serta dapat
meningkatkan keterampilan mengungkapkan ide atau gagasannya,
mengamati, merumuskan cara memecahkan masalah dan
mengkomunikasikan hasil pengamatannya.
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
28/36
28
Dalam kegiatan tanya jawab, pada awalnya siswa terlihat ragu-
ragu, bahkan mempunyai perasaan takut untuk mengemukakan jawaban
atau pendapatnya. Tetapi, setelah guru berusaha untuk bersikap akrab
dan bersahabat, siswa mulai mau berbicara untuk mengemukakan
pendapatnya. Bahkan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran
selanjutnya siswa terlihat antusias dan mulai terbuka untuk melakukan
tanya jawab, baik dengan guru maupun antar siswa. Tindakan guru
tersebut sudah memenuhi kompetensi yang disyaratkan Uzer Usman
(1995:19) yaitu kemampuan menciptakan iklim belajar mengajar yang
tepat melalui pengelolaan kelas yang baik yang memungkinkan siswa
merasa aman untuk belajar, seperti belajar sambil bermain dan bekerja.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Winataputra (2001:34) yang
mengemukakan bahwa proses pembelajaran akan berhasil apabila guru
dapat mengkondisikan kegiatan belajar secara efektif.
Temuan yang sangat penting adalah, adanya peningkatan hasil
belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan oleh
peneliti. Pada siklus I rata-rata siswa memperoleh nilai 6,00, siklus II rata-
rata nilai siswa 8,0 dan pada siklus III rata-rata nilai siswa 8,23. Hasil ini
cukup baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti.
Berdasarkan uraian di atas pencapaian hasil belajar yang
ditunjukkan dalam tingkat penguasaan materi dalam penelitian ini cukup
tinggi (di atas 75%) serta pembelajaran konsep kependudukan cukup
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
29/36
29
tepat apabila menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Kondisi ini
membuktikan bahwa pembelajaran menjadi lebih bermakna dan kualitas
pembelajaran menjadi lebih baik, yang didasarkan pada hasil penelitian
yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 2 Saruni Kabupaten Pandeglang.
Kesimpulan
Berdasarkan atas keseluruhan analisis beserta pembahasan hasil
penelitian yang telah diuraikan sebelumnya. Peneliti mencoba
merumuskan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran IPS dalam topik sumber daya alam tentang pertanian
dengan menggunakan pendekatan problem solving yaitu dengan
memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah,
menyelesaikan serta memeriksa kembali ternyata mampu
membangkitkan antusias, aktivitas, kreatifitas serta semangat siswa
dalam belajar IPS. Hal itu memberikan sebuah rangsangan untuk
berpikir kritis dan menganalisis terhadap sebuah permasalahan.
Selain itu juga dapat meningkatkan pemahaman materi pelajaran,
menggali pengetahuan baru dengan sendirinya, membantu
mentransfer pengetahuan siswa ke dalam masalah yang terjadi
dunia nyata, mengembangkan rasa tanggung jawab, membiasakan
diri menghadapi dan memecahkan masalah serta dapat
mengembangkan rasa percaya diri.
2. Penerapan problem solving dalam pembelajaran IPS khususnya
dalam materi tentang sumber daya alam tentang pertanian
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
30/36
30
mendapatkan kesan dan respon yang cukup baik. Hal ini terlihat
dari antusias dan
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
31/36
31
semangatnya dalam mengikuti setiap tahap pembelajaran model problem
solving. Dalam sesi tanya jawab dan diskusi kelompok siswa cukup
aktif dan merata baik itu dari siswa yang pintar, sedang maupun
kurang. Hasil positif lainnya adalah siswa menjadi terlatih dalam
menemukan suatu masalah, berfikir kreatif dalam segala situasi
atas inisiatifnya sendiri sehingga belajar lebih bermakna.
3. Prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan pokok
bahasan sumber daya alam tentang pertanian dengan
menggunakan pendekatan problem solving mengalami peningkatan
yang cukup signifikan dalam setiap siklusnya. Hal ini terlihat baik
dari hasil kerja kelompok maupun dari hasil evaluasi. Nilai rata-rata
siswa pada siklus I siswa memperoleh nilai 7,72, siklus II rata-rata
nilai siswa 8,09 dan pada siklus III rata-rata nilai siswa 8,31. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman siswa cukup merata dengan
tingkat pencapaian yang tergolong cukup berhasil.
Saran
Setelah melaksanakan penelitian tindakan kelas, serta berdasarkan hasil
observasi dan analisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan
pembelajaran IPS di SD, dan untuk perbaikan-perbaikan serta
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran IPS, peneliti
menyarankan :
1. Guru hendaknya membekali dirinya dengan berbagai keterampilan
baik itu keterampilan mengelola kelas, keterampilan membuka
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
32/36
32
pelajaran, keterampilan menggunakan berbagai macam metode
dan keterampilan di dalam memberdayakan alat peraga. Dan Guru
hendaknya tidak terpaku hanya kepada metode ceramah saja
dalam pembelajaran IPS, walaupun praktis namun metode
ceramah kurang menggali aktivitas dan kreatifitas siswa.
2. Kepala Sekolah hendaknya mendorong para guru serta
memberikan kesempatan untuk terus meningkatkan keilmuannya
dengan cara mengikuti berbagai pendidikan dan latihan atau
seminar-seminar pendidikan baik lokal maupun nasional.
3. Bagi pembaca atau peneliti yang berminat dalam penelitian yang
relevan, hasil penelitian bisa dijadikan gambaran awal atau dasar
untuk ditindaklanjuti pada penelitian berikutnya, terutama pada
variabel-variabel yang belum terungkap.
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
33/36
33
DAFTAR PUSTAKA
Chepy. (1986) Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya : Karya Anda
Depdiknas (2002). Kurikulum Berbasi Kompetensi. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995/1996). Metodik KhususPengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar, Jakarta :Depdikbud.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Media
Makmur Maju Mandiri.
Herry Sukirman. (2003). Dasar-dasar Didaktik dan Penerapannya dalamPembelajaran. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional.
Karli Hasbullah, dkk. (2001). Model-model Pembelajaran ImplementasiKurikulum BerbasisKompetensi. Bandung bina Media Informasi.
Kasbolah, K. (1998/1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar .Depdikbud.
Moh. Surya. (2005) Psikologi Pendidikan. Bandung : Publikasi JurusanPsikologi dan Bimbingan FIP IKIP.
Muhibbin Syah. (2002) Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada.
Nasution, S. (1994). Psikologi Pendidikan. Jakarta : UT..
Nana Sudjana, (1991). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :Sinar Baru Algensindo.
------------, (2007) Media Pengajaran. Bandung :Algensindo.
Negara Republik Indonesia, 2003. Undang-Undang Negara RI No. 20tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. PT. KoalangKlede Putra Timur Jakarta.
Nursyid Sumaatmadja. (2002). Metodologi Pengajaran Ilmu PengetahuanSosial. Bandung : Alumni.
Poerwadarminta. WJS. (1984) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :PN. Balai Pustaka.
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
34/36
34
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
35/36
35
7/22/2019 Artikel Tugas Saefullah
36/36
Top Related