Abstrak:
Kata Pengantar:
Daftar Isi:
Bab I : PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
1.3.2 Khusus
1.4 Manfaat
Bab II: TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teori
1. Berat Badan Lahir Bayi
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Menurut (Kosim,
2008, p.12).
a. Pengertian
Berat lahir bayi adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1jam pertama setelah lahir.
b. Macam – macam
Berat badan lahir bayi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
1. Berat Badan Lahir Rendah jika berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gestasi.
2. Berat Badan Lahir Normal bila berat antara 2500 – 4000 gram.
3. Bayi Besar bila berat badan lahir lebih dari 4000 gram.
c. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Berat Bayi Lahir
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor melalui suatu proses yang
berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat
bayi lahir adalah sebagai berikut:
1. Umur Ibu Hamil
Umur ibu erat kaitanya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 20 tahun
merupakan kehamilan berisiko tinggi, dan dua sampai empat kali lebih tinggi di
1
bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur (Sitorus, 1999 dalam
Setianingrum, 2005). Pada umur yang masih muda, perkembangan organ - organ
reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaanya
belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat
menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.
Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan
semakin ringan (Setianingrum, 2005). Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko
tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya.
Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak
peranakan, atau penyakit degenerative pada persendian tulang belakang dan panggul.
Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap
penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan (Sitorus,
1999 dalam Setianingrum, 2005). Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu
yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur
muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang
dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi
organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan
tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung.
(Proverawati, 2009, P.52).
Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat
kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebainya merencanakan
kehamilan pada usia antara 20-30 tahun (Setianingrum, 2005).
2. Umur kehamilan
Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin , semakin tua kehamilan maka
berat badan janin akan semakin bertambah. Pada umur kehamilan 28 minggu berat janin
± 1000 gram, sedangkan pada kehamilan 37 – 42 minggu berat janin di perkirakan
mencapai 2500 – 3500 gram (Wiknjosastro, 2005, p.775).
Kehamilan preterm maupun postterm mempengaruhi berat lahir bayi, semakin
lama kehamilan berlangsung sehingga melampaui usia aterm, semakin besar
2
kemungkinanya bayi yang akan dilahirkan mengalami kekurangan nutrisi dan gangguan
kronis (Cunningham, 2002).
3. Status Gizi Hamil
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung Status gizi pada trimester pertama akan
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa perkembangan dan
pembentukan organ – organ tubuh (organogenesis). Pada trimester II dan III kebutuhan
janin terhadap zat – zat atus gizi semakin meningkat jika tidak terpenuhi, plasenta akan
kekurangan zat makanan sehingga akan mengurangi kemampuannya dalam mensintesis
zat – zat yang dibutuhkan oleh janin. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil tersebut,
dapat menggunakan beberapa cara antara lain: dengan memantau pertambahan berat
badan selama hamil, mengukur lingkar lengan atas (LLA). Dan mengukur kadar Hb.
Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi
ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu
cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling
sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas
(LLA) selama kehamilan (Setianingrum, 2005). Ibu yang kurus dan selama kehamilan
disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai
resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus
mengalami kenaikan berat badanberkisar 11-12,5 kg atau 20% dari berat badan sebelum
hamil (Setianingrum, 2005). Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil juga angat
mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Menurut Sitorus (1999) dalam Setianingrum
(2005) seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinya dibawah
11 gr/dl. Data depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50% ibu hamil menderita anemia.
Anemia pada ibu hamil akan menambah resiko menambah bayi berat lahir rendah
(BBLR), resiko perdarahan sebelum pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan
kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI,
2002). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada
plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin (Setianingrum,
2005).
3
4. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah
yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara
dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat
persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila
terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat
segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2000 dalam Setianingrum, 2005).
5. Kehamilan ganda
Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat
menyebabkan persalinan premature dengan BBLR. Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan
hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia hamil yang
dapat menggangu pertumbuhan janin dalam rahim (Datta, 2004, pp.88-89).
6. Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir
diantaranya adalah Diabetes mellitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH.
Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula
sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah penkreas tidak cukup produksi insulin /
tidak dapat gunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini banyak macamnya diantaranya
adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran,bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir,
(kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan
kelainan pada alat tubuh bayi (Sitorus, 1999 dalam Setianingrum, 2005).
Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu
Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan herpes. Keempat jenis penyakit ini sama
bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat mengganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang
dikandung tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan
pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga
mengakibatkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang
selaput otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya (Sitorus, 1999 dalam
Setianingrum, 2005).
4
7. Faktor kebiasaan ibu
Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk seperti merokok, minum
minuman beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan nutrisi yang salah dapat
menyebabkan anomaly plasenta karena plasenta tidak mendapat nutrisi yang cukup dari
arteri plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu mengantar makanan ke janin.
Selain itu, aktifitas yang berlebihan juga dapat merupakan faktor pencetus terjadinya
masalah berat badan lahir rendah. Kebiasaan – kebiasaan tersebut yaitu:
a. Merokok
Salah satu perilaku negatif yang sering terjadi pada ibu hamil adalah kebiasaan meroko
dan berinteraksi dengan komunitas orang yang merokok. Walaupun ibu tidak meroko
secara langsung tetapi ketika ibu berinteraksi dengan komunitas tersebut, ibu tetap akan
menghirup asap rokok. Organ yang berada pada kondisi seperti ini dikatakana sebagai
perokok pasif dengan resiko yang lebih besar di bandingkan dengan perokok aktif.
Suatu penelitian di Ontario menunjukkan akibat merokok tersebut menyebabkan
terjadinya plasenta abruption dan plasenta previa. Plasenta abruption dapat terjadi akibat
pengurangan aliran darah ke plasenta yang akhirnya menyebabkan nekrosis pada periper
dari plasenta. Sedangkan plasenta previa terjadi karena terjadinya pembesaran plasenta
sebagai akibat dari berkurangnya transpot oksigen dari ke fetus akibat paparan CO.
Plasenta berubah secara tetap dengan kerusakan pada kemampuan plasenta untuk
melakukan pertukaran gas karena terjadinya pengentalan dari trophoblastic basal lamina
dan mengurangi ukuran pada kapiler dari fetus. Jika plasenta tersebut bermasalah, maka
hal ini dapat menggangu suplai makan ke janin. Karena lingkungan rahim tidak ideal
maka janin tidak tumbuh dengan kecepatan yang semestinya. Maka tanpa adanya
bantuan medis, bayi tersebut akan lahir kecil tidak sesuai usia kehamilan walaupun lahir
tepat pada waktunya (Bobak & Jansen, 2000, p.316).
b. Konsumsi minuman beralkohol dan obat – obatan terlarang
Konsumsi obat – obatan terlarang dan konsumsi minuman beralkohol pada wanita hamil
juga dapat menimbulkan efek negatif bagi dirinya maupun janin yang sedang di
kandungnya. Miller dan Mark (2000) menyatakan, alcohol yang dikonsumsi ibu hamil
secara jelas pasti akan melintasi plasenta dan bebas mencapai janin. Meskipun terbukti
5
bahwa alcohol dalam jumlah kecil hingga sedang dapat pula menimbulkan efek yang
lebih per harinya. Kafein menyebrang dari darah ibu ke janin melalui plasenta. Hati janin
belum memiliki enzim untuk memecah kafein karena enzim ini tidak akan terbentuk
sebelum umur janin berumur 9 bulan.
c. Pekerjaan yang melelahkan
Seorang wanita hamil dengan aktifitas kerja yang berat beresiko mengalami persalinan
premature atau bayi dengan BBLR. Jenis pekerjaan juga dihubungkan dengan
penghasilan yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi wanita hamil
tersebut. Dari bebrapa penelitian, persalianan premature dan BBLR dapat terjadi pada
wanita yang bekerja terus menerus selama kehamilan, terutama bila pekerjaan tersebut
memerlukan kerja fisik atau berdiri untuk waktu yang lama. Keadaan ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta kesejahteraan janin yang
dikandungnya (Ferrer H, 2001). Selain itu, wanita hamil yang memiliki aktifitas kerja
yang berat maka akan mempengaruhi psikologinya. Hal ini disebabkan oleh ketertekanan
yang dipicu dari pekerjaanya tersebut (Bobak & Jansen, (2000, p.315).
d. Konsumsi kafein
Kafein dapat merusak kromosom yang meningkatkan kegiatan mutasi genetika.
Oleh sebab itu, tidak mengherankan bahwa resiko cacat bawaan sejak lahir lebih tinggi
pada bayi yang ibunya meminum kafein yang terdapat pada kopi sebanyak 600 mg lebih
per harinya. Kafein menyebrang dari darah ibu ke janin melalui plasenta. Hati janin
belum memiliki enzim untuk memecah kafein karena enzim ini tidak akan terbentuk
sebelum umur janin berumur 9 bulan.
Oleh karena itu, wanita yang banyak minum kopi dan minuman ringan yang
ditambah kafein, janin akan terus menerus terpapar kadar kafein yang tinggi. Dan angka
kejadian keguguran spontan, lahir mati, dan BBLR atau premature jelas lebih tinggi
terjadi pada wanita yang meminum 4 – 6 cangkir kopi setiap hari.
6
8. Berat badan ibu
Berat badan ibu akan menentukan seberapa banyak asupan makanan yang harus
ibu konsumsi pada waktu hamil. Harapannya, kebutuhan gizi janin tercukupi dan bayi
yang akan lahir dengan berat badan normal. (Wibisono & Bulan ayu, 2009). Melakukan
penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan atas LLA secara
teratur mempunyai arti klinis penting, karena ada hubungan yang erat antara
pertambahan berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir bayi. Pertambahan
berat badan hanya sedikit, menghasilakan rata-rata berat badan lahir bayi yang lebih
rendah dan resiko yang lebih tingggi untuk terjadinya bayi BBLR dan kematian bayi,
pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dapat digunakan sebagai indicator
pertumbuhan janin dalam rahim. Berdasarkan pengamatan pertambahan berat badan ibu
selama kehamilan dipengaruhi berat badannya sebelum hamil. Pertambahan yang
optimal kira-kira 20% dari berat badan ibu sebelum hamil (Cunningham dkk., 1997), jika
berat badan tidak bertambah, lingkar lengan atas < 23,5 cm menunjukkan ibu mengalami
kurang gizi. (Mufdlilah, 2009, p.2).
Kerangka konsep
Bab III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab IV: HASIL PENELITIAN
Bab V: PEMBAHASAN
Bab VI: KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
Analisis Univariat
Analisis Bivariat
8
9
10
Top Related