5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
1/30
1
ABSTRAK
Penelitian ini bertolak dari pernyataan diatas. Sebagai implementasi
maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Permasalahan dalam
penelitian ini adalah Bagaimana penerapan pendekatan problem solving dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas
IV SD sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan minat, aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Metode penelitian yang dikembangkan dengan menggunakan PTK,
adapun teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan
pedoman observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, lembar evaluasi
(LKS). Data yang diperoleh dianalisis dan direfleksi dengan menggunakanmetode deskriptif kualitatif. Prosedur penelitian dilakukan sebanyak 3 siklus yang
didalamnya dilakukan tindakan pembelajaran.
Problem solving bukanlah suatu hal yang asing karena memecahkan
suatu masalah adalah suatu aktivitas dasar bagi manusia. Pendidikanpun pada
hakekatnya adalah suatu proses terus menerus yang ada pada manusia untuk
menanggulangi masalah-masalah dalam hidupnya. Oleh karena itu peserta didik
sebagai salah satu komponen dalam pendidikan harus selalu dilatih dan
dibiasakan berfikir mandiri untuk memecahkan masalah.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendekatan problem solving
ternyata mampu membangkitkan aktivitas, kreatifitas serta semangat siswadalam belajar IPS. Siswa menjadi terbiasa berpikir kritis dalam menganalisis
sebuah permasalahan, membiasakan diri menghadapi dan memecahkan
masalah serta dapat mengembangkan rasa percaya diri. Selain itu prestasi
belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari
hasil nilai evaluasi pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata siswa pada siklus I
memperoleh nilai 7,72, siklus II rata-rata nilai siswa 8,09 dan pada siklus III rata-
rata nilai siswa 8,31. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa cukup
merata dengan tingkat pencapaian yang tergolong cukup berhasil.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah guru hendaknya mengembangkan
metode problem solving dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajarsiswa serta membiasakan siswa sejak dini dalam memecahkan masalah.
Kata Kunci : Problem solving, metode,aktifitas,pendekatan,rekomendasi.
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
2/30
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bansa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatusistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen
pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program
wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir,
olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dlam menghadapi tantanganglobal. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan
lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya
alam Indonesia. Peningkatan efisensi manajemen pendidikan dilakukan melalui
penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan
pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Pembelajaran IPS yang dilaksanakan di SD khusus kelas IV selama ini
masih berlangsung secara tradisional, yaitu meletakkan guru sebagai pusat
belajar siswa (teacher centered). Guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa.
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
3/30
3
sehingga siswa kurang memahami konsep IPS yang dipelajarinya akibatnya
tingkat berpikir dan hasil belajar siswa rendah.
Untuk meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran IPS baik itu minat,
aktivitas maupun hasil belajar siswa, peneliti mencoba mengangkat sebuah
pendekatan yaitu problem solving dalam pembelajaran IPS. Pendekatan utama
dalam metode ini ada dua macam, yaitu : pertama, menciptakan lingkungan yang
dapat merangsang siswa untuk memperoleh motivasi yang kuat guna menjawab
permasalahan dan menemukan jawabannya; kedua, menghadapkan anak
kepada masalah-masalah, kemudian menemukan pemecahannya. Dengan
menggunakan pendekatan problem solving dalam pembelajaran IPS diharapkanketerlibatan siswa lebih mendominasi dengan bimbingan guru
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian mencoba melakukan
sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul Problem Solving Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Materi Mata
Pencaharian Penduduk (Penelitian Tindakan Kelas di kelas IV SDN 2 Saruni
Kabupaten Pandeglang).
Metode Problem solving disebut juga metode pemecahan masalah.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan pada berbagai macammasalah/persoalan. Untuk dapat memecahkan permasalahannya tersebut,
manusia mengupayakan berbagai cara. Setiap individu memiliki cara yang
berbeda untuk dapat menyelesaikan persoalannya, sesuai dengan tingkat
kesulitan yang terdapat pada masalah tersebut. Sesederhana apapun,
sebenarnya individu telah memecah masalah sesuai dengan kemampuannya.
Pengertian problem solving (pemecahan masalah) menurut Tabrani
(1996:8) adalah Usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan mencari suatu
tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Selanjutnya menyatakan bahwa
pemacahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang sangat
tinggi untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan bekal
pengetahuan yang sudah dimiliki.
Syamsu Yusuf (1992:188) pemecahan masalah adalah upaya belajar
partisipatif oleh orang dewasa, dengan bantuan sumber belajar melalui kegiatan
mengidentifikasi dan merumuskan masalah, mencari alternatif dan prioritas
pemecahannya.
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
4/30
4
Selanjutnya Tabrani (1996:15) memberikan pengertian terhadap metode
pemecahan masalah adalah Cara penyajian bahan pelajaran dengan
menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan
disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang siswa tersebut di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan pendekatan problem solving dalam pembelajaran
tentang Mata Pencaharian Penduduk?
2. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan pendekatan problem solvingdalam pembelajaran tentang Mata Pencaharian Penduduk?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan
problem solvingdalam pembelajaran Mata Pencaharian Penduduk?
4. Apakah dengan problem solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif siswa?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :a. Untuk mengetahui penerapan pendekatan problem solving dalam
pembelajaran tentang Mata Pencaharian Penduduk.
b. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pendekatan problem
solvingdalam pembelajaran tentang Mata Pencaharian Penduduk.
c. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan
pendekatan problem solving dalam pembelajaran Mata Pencaharian
Penduduk.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai
pihak diantaranya :
a. Siswa-siswi kelas IV SD dapat menumbuhkan minat dan motivasi untuk
mempelajari IPS serta memupuk kreatifitas dan penuh inisiatif dalam
mempelajari IPS.
b. Guru-guru yang mengajar di SD Kelas IV dapat menerapkan pendekatan
problem solving agar pembelajaran IPS dapat dipahami oleh siswa.
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
5/30
5
c. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi sekolah di SD 2 Saruni untuk
menerapkan penelitian tindakan kelas khususnya dalam pembelajaran IPS
dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran .
TINJAUAN PUSTAKA
1. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan keputusan guru tentang upaya-upaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan cara-cara memprosesnya dengan
terencana dan bertujuan. Di dalamnya tercakup upaya guru untuk mengatur
penggunaan keterampilan-keterampilan mengajar.
Banyak sekali variasi yang dapat dipergunakan oleh guru. Berdasarkan
pada tingkah laku murid, Sudjana & Rivai Ahmad. (1991:36) membedakan 4
kelompok strategi pembelajaran, yaitu :
1) Strategi untuk mendorong penguasaan isi dan keterampilan pengajaran,
misalnya : latihan dan praktek, ceramah, pameran dan demontrasi.2) Strategi untuk mendorong berpikir produktif, misalnya : belajar penemuan
dan belajar kreatif.
3) Strategi untuk menyusun kegiatan-kegiatan, antara lain prosedur
membuka dan menutup pelajaran, pembentukan unit kerja untuk
kegiatan-kegiatan kelompok.
4) Strategi untuk mendorong murid belajar sendiri atau belajar mandiri,
misalnya : pengajaran individual, diskusi kelompok, tugas dan resitasi.
Keputusan tentang strategi pembelajaran yang akan dipilih, tergantung
pada tujuan pembelajaran khusus (TPK), karakteristik murid, dan jenis gaya
mengajar yang paling cocok bagi guru yang bersangkutan
2. Pendekatan Pembelajaran
Kegiatan belajar dalam proses belajar mengajar sebenarnya bukan
masalah baru dalam dunia pendidikan, setidak-tidaknya sebagai konsep walau
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
6/30
6
masih belum sepenuhnya terwujud dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar.
Pendekatan adalah cara umum dalam melihat dan bersikap terhadap
suatu masalah kearah pemecahannya atau sudut pandang yang digunakan
orang dalam memecahkan suatu masalah. Semua pendekatan mempunyai
kelebihan dan kekurangannya disarankan bervariasi / kombinasi berbagai
pendekatan. Menurut Bruner (Dalam Sudjana, 1990:140) berpendapat
pembelajaran dapat dianggap sebagai (a) hakekat seseorang sebagai
pengenal, (b) hakekat dari pengetahuan dan (c) hakekat dari proses
mendapatkan pengetahuan. Sebagai mahluk yang paling mulia diantara
mahluk-mahluk lain memiliki dua kekuatan yakni akal pikirannya dan kemampuan
berbahasa. Dengan dua kemampuan tersebut maka manusia dapat
mengembangkan kemampuan yang ada padanya. Dorongan dan hasrat ingin
mengenal dan mengetahui dunia dan lingkungan alamnya menyebabkan
manusia mempunyai kebudayaan-kebudayaan dalam bentuk konsepsi,
gagasan, pengetahuan maupun karya-karyanya. Kemampuan yang ada dalam
dirinya mendorongnya untuk mengekspresikan apa yang telah dimilikinya.
Sebagai seorang guru, kemampuan untuk merancang sekaligus menerapkan
pembelajaran dalam proses belajar mengajar sekaligus menerapkan
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan berbagai
pendekatan sangat penting untuk dikuasai.
Sebelum kita menentukan pendekatan yang akan kita gunakan dalam
suatu kegiatan belajar mengajar, hendaknya kita mempertimbangkan beberapa
faktor antara lain :
a) Tujuan pembelajaran;
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
7/30
7
b) bahan/materi pelajaran;
c) Fasilitas dan sarana prasarana
d) Jumlah siswa;
e) Waktu dan biaya.
Pendekatan metode merupakan salah satu komponen dalam proses
belajar mengajar. Unsur tersebut yang akan menentukan hidup tidaknya, menarik
tidaknya proses belajar mengajar. Adapun komponen proses belajar mengajar
yang yang perlu kita perhatikan antara lain :
a) Tujuan yang ingin dicapai/harus dicapai;
b) Bahan/materi pelajaran yang akan dibicarakan;
c) Evaluasi, penilaian untuk mengetahui sejauh mana siswa sampai pada
tujuan;
d) Guru dan siswa
Unsur tujuan, bahan pelajaran, pendekatan, metode dan evaluasi dalam
proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan saling
pengaruh mempengaruhi, karena proses belajar mengajar sudah barang tentu
dipengaruhi oleh bagian-bagian tersebut. Sebagai kriteria berhasil tidaknya
proses belajar mengajar haruslah dilihat dari tujuan, dalam arti sejauhmana para
siswa dapat mencapai tujuan yang diinginkan (PGSD, 2002/Modul 9:2)
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Siswa
Berbagai faktor turut serta dalam mempengaruhi peserta didik tatkala
melakukan proses belajar. Proses pembelajaran merupakan proses yang sangat
kompleks, interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan sekolah ditambah
dengan terlibatnya lingkungan tempat sekolah berada akan turut serta
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
8/30
8
membentuk kondisi yang sangat kompleks dalam proses pembelajaran di
sekolah.
Syah (2002:182) mengungkapkan bahwa ada dua faktor yang turut serta
mempengaruhi proses pembelajaran, yakni : 1) Faktor intern siswa, yaitu hal-hal
atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri; 2) Faktor
ekstern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri
siswa.
a. Faktor Intern Siswa
Faktor intern yakni faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi
gangguan atau kekurang mampuan psiko-pisik yakni : 1) bersifat kognitif (ranah
cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa; 2)
bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap; dan 3)
bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat
indera penglihatan dan pendengaran (Syah, 2002:183).
Sedangkan Yusuf (1992:11) mengungkapkan bahwa : Ada enam faktor
dari dalam (intern) siswa yang dapat mempengaruhi proses belajar yakni (1)
intelegensi/kecerdasan; (2) bakat/kemampuan khusus; (3) sikap; (4) minat; (5)
motif; dan (6) suasana emosinya.
b. Faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi
semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar. Faktor lingkungan ini meliputi :
1) Lingkungan keluarga, contohnya perhatian orang tua, status sosial ekonomi,
2) Lingkungan masyarakat, contohnya teman sepermainan, keadaan
masyarakat,
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
9/30
9
3) Lingkungan sekolah, contohnya gedung, perhatian guru, sarana dan
prasarana (Syah, 2002:183).
Sehubungan dengan itu, Moh. Surya (1979:68) mengungkapkan bahwa
Tujuh faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran, yaitu : (1)
karakteristik pelajar, (2) karakteristik pengajar; (3) interaksi belajar mengajar; (4)
karakteristik kelompok; (5) fasilitas fisik; (6) subjek matter, dan (7) lingkungan
luar.
Sedangkan menurut Natawijaya (1979:33) : Yang mempengaruhi
perbuatan belajar yang berada di luar diri seseorang (Faktor ekstern) adalah
sebagai berikut : (a) kontinyuitas, (b) latihan (exercise), dan (c) penguatan
(reinforcement).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa faktor ekstern yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah
lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat). Hal-hal yang termasuk didalamnya
terdiri atas : 1) Karakteristik pengajar; 2) Interaksi belajar mengajar; 3)
karakteristik kelompok; 4) fasilitas fisik; 5) subjek matter; 6) Terus menerus 7)
latihan; dan 8) penguatan.
2. Hasil Belajar
Muh. Surya (1995:25) mengemukakan bahwa Hasil belajar ditandai
dengan adanya perubahan seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang
diperoleh individu setelah melalui suatu proses melajar meliputi perubahan
keseluruhan tingkah laku. Jadi tidak hanya satu aspek atau satu macam tingkah
laku saja, melainkan seluruh aspek tingkah laku secara integral.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa harus dilakukan penilaian. Dalam
hal ini fungsi penilaian ialah (1) untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
10/30
10
pengajaran; dan (2) untuk mengetahui keefektifan proses belajar yang telah
dilakukan guru (Sujana, 1989:111). Dengan demikian fungsi penilaian dalam
proses pembelajaran bermanfaat bagi siswa dan guru. Penilaian hasil belajar
dapat dilakukan dengan dua tahap yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Penilaian tahap jangka pendek yakni penilaian yang dilakukan guru pada akhir
proses pembelajaran. Penilaian ini disebut penilaian formatif. Kedua tahap
jangka panjang, yakni penilaian yang dilakukan setelah proses pembelajaran
berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode tertentu, misalnya
penilaian tengah semester atau penilaian akhir semester. Penilaian ini disebut
penilaian sumatif.
Dalam proses belajar mengajar, penilaian formatif dan sumatif sangat
penting dilaksanakan. Bahkan prestasi akhir siswa selama satu semester sering
digunakan data yang diperoleh dari hasil penilaian formatif dan hasil penilaian
sumatif.
Metode Problem Solving(Pemecahan Masalah)
1. Pengertian Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Metode Problem solving disebut juga metode pemecahan masalah.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan pada berbagai macam
masalah/persoalan. Untuk dapat memecahkan permasalahannya tersebut,
manusia mengupayakan berbagai cara. Setiap individu memiliki cara yang
berbeda untuk dapat menyelesaikan persoalannya, sesuai dengan tingkat
kesulitan yang terdapat pada masalah tersebut. Sesederhana apapun,
sebenarnya individu telah memecah masalah sesuai dengan kemampuannya.
Pengertian problem solving (pemecahan masalah) menurut Tabrani
(1996:8) adalah Usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan mencari suatu
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
11/30
11
tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Selanjutnya menyatakan bahwa
pemacahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang sangat
tinggi untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan bekal
pengetahuan yang sudah dimiliki.
Syamsu Yusuf (1992:188) pemecahan masalah adalah upaya belajar
partisipatif oleh orang dewasa, dengan bantuan sumber belajar melalui kegiatan
mengidentifikasi dan merumuskan masalah, mencari alternatif dan prioritas
pemecahannya.
Selanjutnya Tabrani (1996:15) memberikan pengertian terhadap metode
pemecahan masalah adalah Cara penyajian bahan pelajaran dengan
menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan
disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Dari beberapa definisi pemecahan masalah yang dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa Metode Pemecahan Masalah adalah suatu cara belajar yang
lebih tinggi tingkatannya dengan mengangkat masalah sebagai sumber
pembahasannya, untuk kemudian dianalisis dan disintesis sehingga ditemukan
alternatif pemecahannya.
Memahami masalah sangat penting bagi siswa karena tanpa adanya
pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu
menyelesaikan masalah dengan benar. Setelah memahami masalah siswa
merencanakan penyelesaian. Dalam merencanakan penyelesaian sangat
tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Semakin
bervariasi pengalaman siswa, maka kecenderungan siswa akan lebih kreatif.
Setelah rencana penyelesaian dibuat, dilakukan penyelesaian atas apa yang
telah dilakukan mulai dari langkah pertama sampai ketiga. Dengan demikian
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
12/30
12
maka berbagai kesalahan dapat terkoreksi, sehingga siswa dapat menyelesaikan
masalah dengan benar.
Metode ini dapat digunakan mulai dari kelas III SD. Karena pada masa itu
rasa ingin mengetahui secara alamiah sudah mulai tampak pada diri anak,
walaupun peran guru pada masa itu lebih mendominasi.
Atas dasar kesadaran bahwa mengajar sebenarnya adalah untuk meneliti
dengan seksama, menemukan, memikirkan, menganalisis dan menyelidki bahan
pelajaran. Mengajar bukanlah sekedar berpidato, menyampaikan ilmu
pengetahuan serta mengkomunikasikannya, maka Problem solvinglahir sebagai
suatu bentuk metoda yang diharapkan dapat membantu guru dalam suatu proses
mengajar. Problem solving lebih mengutamakan pemikiran induktif dibandingkan
deduktif. Siswa dihadapkan pada suatu masalah kemudian menempatkannya
pada situasi buatan yang ingin diketahuinya.
Russell (Cheppy, 1991:89) mengemukakan bahwa Problem solving
kelihatannya lebih kompleks dibanding dengan berpikir asosiatif dan lebih
dikuasai oleh tujuan, kendala dari luar ataupun situasi lain dibanding dengan
faktor-faktor autistis yang mempengaruhi fantasi anak didik. Dengan metoda ini
keterlibatan kegiatan sendiri dari siswa akan lebih mendominasi. Tentu saja
dengan bimbingan para guru.
Pendekatan utama dalam metode ini ada dua macam, yaitu : pertama,
menciptakan lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk memperoleh
motivasi yang kuat guna menjawab permasalahan dan menemukan jawabannya;
kedua, menghadapkan anak kepada masalah-masalah, kemudian menemukan
pemecahannya.
Hipotesis Tindakan
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
13/30
13
Bertolak dari uraian tersebut di atas, maka hipotesis yang disajikan
adalah Jika pembelajaran IPS disajikan dengan menggunakan pendekatan
Metode problem solving maka kreativitas dan hasil belajar siswa akan
lebih meningkat.
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
14/30
14
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas yang difokuskan
pada situasi yang berlangsung di dalam kelas yang sering disebut dengan
classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas ini guru dapat
meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang dilakukan di kelas, guru
juga dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya
dalam proses pembelajaran, melalui tindakan-tindakan yang direncanakan,
dilaksanakan, dan dievaluasi agar guru memperoleh umpan balik yang sistematis
tentang apa yang telah dilakukannya dalam proses belajar mengajar. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Suyanto dalam bukunya Pedoman Pelaksanaan
Penelitian Tindakan kelas (1997 : 6) bahwa karakteristik penelitian tindakan
kelas yaitu adanya tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar
mengajar di kelas.
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan dan
memperbaiki kegiatan belajar mengajar di sekolah. Penelitian tindakan kelas
dapat menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan
pendidikan karena dalam penelitian tindakan kelas selalu dicari alternatif baru
agar proses pembelajaran dapat terselenggara secara efektif dan efisien.
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
15/30
15
Penelitian tindakan kelas dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek
pendidikan, sehingga dengan PTK guru dapat mengadaptasi teori yang ada untuk
kepentingan proses dan atau produk pembelajaran yang lebih efektif, optimal dan fungsional.
Dengan demikian, jelaslah bahwa penelitian tindakan kelas ditujukan untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan dalam praktek pendidikan di lapangan, khususnya dalam
suatu praktek pembelajaran yang dilaksanakan guru di suatu kelas tertentu.
Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu model siklus. Model siklus yang
digunakan yaitu model menurut Kemis dan Mc.Taggart (Suyanto dalam bukunya Pedoman
Pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas, 1997 : 16) yaitu terdiri dari empat komponen yaitu :
a. Rencana yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
b. Tindakan yaitu apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan,
peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
c. Observasi yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa.
d. Refleksi yaitu peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak
dari tindakan dari pelbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama
guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal.
Desain penelitian dapat dikemukakan dalam gambar sebagai berikut :
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
16/30
16
Penjajagan Rencana Desain/ Penjajagan
Implementasi
Perbaikan
PeningkatPerbaikan
lebih baik
Observasi Observasi Observasi
Keadaan sebelum Keadaan sesudah
dilakukan tindakan dilakukan tindakan
Upaya perubahan dengan
Dilaksanakan tindakan
Refleksi
Refleksi
GambarDesain Penelitian ( Suyanto, 1997:12)
AWAL RD/Pelaksanaan
PTK
AKHIR Perencanaan
Model Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus (cycle). Tiap siklus
tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali sampai tercapainya tujuan yang
diinginkan. Pada tahap-tahap dalam satu siklus yang dilaksanakan peneliti dan guru sudah
melibatkan diri secara aktif dan intensif dalam rangkaian kegiatan nenelitian.
Model siklus yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk spiral seperti yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart ( Kasbolah , 1988 : 13 ) yang meliputi perencanaan
(plan), pelaksanaan (act), pengawasan (observe), dan refleksi (reflect). Siklus berikutnya,
kegiatan peneliti pada dasarnya sarna, tapi adanya modivikasi dan koreksi pada setiap
tatiapnya. Siklus kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
17/30
17
Gambar 3.2 Penelitian Tindakan Model Spiral
(Kemmis dan Taggart, 1988 : 13)
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan yaitu menyusun rencana tindakan dan penelitian tindakan
yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran IPS untuk mencapai tujuan penelitian.
Perencanaan tersebut yaitu dengan membuat rencana pembelajaran yang menggunakan
pendekatan problem solving sebaik mungkin dan dapat dilaksanakan secara efektif dalam
berbagai situasi lapangan. Pada tahap ini juga peneliti mempersiapkan beberapa instrumen
penelitian yaitu LKS, lembar observasi, lembar wawancara, dan catatan lapangan dan tes
hasil belajar yang digunakan selama melaksanakan tindakan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
18/30
18
Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat.
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh guru sendiri sebagai peneliti, tetapi dalam proses
observasi guru dibantu oleh teman sejawat dengan menggunakan beberapa alat instrument
penelitian yaitu LKS, lembar observasi, lembar wawancara, dan catatan lapangan serta tes
hasil belajar siswa.
Pelaksanaan penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa siswa kelas IV
sebelumnya kurang dapat memahami dalam penguasaan materi kependudukan. Untuk
itulah peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam rangka memperbaiki
pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Suyanto (Kasbolah dalam buku
penelitian tindakan kelas 1998:32) bahwa tujuan penelitian tindakan kelas yaitu
meningngkatkan dan/atau memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah.
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga siklus, setiap siklus disajikan dalam satu
tindakan dengan urutan sajian materi tentang kependudukan, dan latihan soal yang
menekankan pada aktivitas siswa, pemahaman konsep, dan hasil belajar.
Adapun pelaksanaan tindakan setiap siklus adalah sebagai berikut
TABEL 3.1
SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
SiklusPelaksanaan
Ket.Hari/Tanggal Waktu Materi
Siklus I 07.00-08.10
Perkembangan
penduduk di
Indonesia
Diskusi Kelompok
Evaluasi Individu
Siklus II 07.00-08.10
Permasalahan
penduduk diIndonesia
Diskusi Kelompok
Evaluasi Individu
Siklus
III07.00-08.10
Perpindahan
penduduk
Di Indonesia
Diskusi Kelompok
Evaluasi Individu
c. Tahap Observasi
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini yaitu menggunakan observasi langsung.
Observasi merupakan kegiatan mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan atau
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
19/30
19
dikenakan terhadap siswa. Kegiatan observasi ini dilakukan dengan sengaja untuk
menghasilkan adanya peningkatan dalam praktik pendidikan dan pengajaran dalam kondisi
kelas tertentu.
Dalam kegiatan observasi ini peneliti menggunakan tekhnik pengamatan partisipatif
artinya pengamatan dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses
pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini yaitu dilakukan oleh guru dan didampingi oleh observer.
Tekhnik pengamatan partisipatif ini dengan menggunakan lembar observasi dan catatan
lapangan.
d. Tahap Refleksi
Tahap refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi atau
penjelasan terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi ini
merupakan bagian yang amat penting, sebab pada tahapan ini data yang telah terkumpul
dalam kegiatan observasi harus secepatnya dianalisis, diinterpretasikan atau diberi makna
sehingga dapat mengetahui sejauhmana hasil yang diperoleh dari tindakan pembelajaran
yang kita laksanakan, apakah materi bisa dilanjutkan atau perlu diadakan perbaikan.
Dalam tahap refleksi ini, peneliti mengadakan diskusi dengan observer tentang hasil
tindakan pada akhir tindakan. Diskusi ini dilaksanakan berdasarkan hasil pencatatan
observasi langsung secara cermat terhadap pelaksanaan tindakan, hasilnya kemudian
direfleksi. Apabila hasil refleksi yang diperoleh disepakati, selanjutnya hasil refleksi tersebut
dijadikan acuan untuk pembelajaran pada tindakan selanjutnya.
Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 2 Saruni Kabupaten Pandeglang.
Yang menjadi subjek penelitian yaitu siswa kelas IV yang berjumlah 22 orang, 10 siswa laki-
laki dan 12 siswa perempuan.
Pemilihan sekolah tempat penelitian ditetapkan dengan pertimbangan sebagai
berikut :
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
20/30
20
1. Lokasi sekolah adalah tempat bekerja peneliti, yaitu sebagai guru kelas yang mengajar di
kelas IV. Hal ini untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data yang
dikumpulkan.
2. Masih banyak permasalahan yang dihadapi peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran
IPS khususnya materi kependudukan di Indonesia.
Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang benar, diperlukan instrumen yang tepat sehingga
masalah yang diteliti akan terefleksi dengan baik. Instrument penelitian yang digunakan
untuk mengumpulkan data, antara lain :
a. Observasi
Menurut Kasbolah dalam bukunya penelitian tindakan kelas (1999:94), observasi
adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan
setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang
ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat sampingannya.
Fungsi dari observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan
dengan rencana tindakan yang disusun sebelumnya dan untuk mengetahui seberapa jauh
pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan
perubahan yang diinginkan.
Observasi bila dilihat dari segi pelaksanaannya dibagi menjadi dua yaitu observasi
non-partisipatif dan observasi partisipatif. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti
menggunakan observasi partisipatif yaitu jenis observasi yang pengamatnya terlibat pada
sebagian atau seluruh kegiatan yang diamati.
b. Wawancara
Menurut Molleong dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif (1996:180) wawancara
adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh
informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan
tujuan tertentu. Wawancara digunakan untuk menggali dan mengumpulkan data yang hanya
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
21/30
21
dapat diungkapkan secara lisan dan tepat dengan kata-kata seperti ide, pendapat,
pemikiran, wawasan dari orang yang diamati.
c. Catatan Lapangan
Menurut Suyanto (1997:7), catatan lapangan sangat cocok digunakan untuk
mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses. Catatan
lapangan merupakan catatan teknis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian
kualitatif.
d. Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa ini berisi tentang beberapa kegiatan siswa yang berupa tugas,
latihan atau permasalahan yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok tentang konsep
yang akan dipelajari. LKS ini bertujuan untuk melihat hasil kerja siswa secara berkelompok
untuk mengaplikasaikan konsep-konsep yang telah dikuasainya. Data atau hasil kerja dari
LKS ini akan digunakan sebagai patokan untuk melakukan refleksi dan merancang
pelaksanan tindakan pembelajaran selanjutnya.
Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data yang digunakan yaitu analisis data
kualitatif dan analisis data kuantitatif. Data hasil observasi, catatan lapangan, dan
wawancara dianalisis secara kualitatif. Hal-hal yang dianalisis yaitu hasil dari observasi
aktivitas siswa, pemahaman siswa, hasil belajar siswa beserta faktor-faktor yang
menyebabkan siswa kurang memahami materi kependudukan selama pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan pendekatan problem solving. Sedangkan menganalisis
hasil wawancara siswa dan guru dilaksanakan setelah pembelajaran dilaksanakan.
Setiap melakukan analisis data dilakukan triangulasi. Triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan atau pengecekan terhadap data itu. Dalam hal ini penganalisissan dilakukan yaitu
dengan memanfaatkan dan membandingkan hasil penelitian peneliti, hasil observasi
observer dan hasil wawancara siswa.
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
22/30
22
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Setelah diperoleh hasil penelitian dan diuraikan pada bagian terdahulu
selanjutnya hasil penelitian tersebut akan dikonfirmasikan dengan literatur-
literatur yang terdapat pada bab II. Berdasarkan uraian di atas menunjukan
adanya perkembangan sikap siswa terhadap pebelajaran IPS dalam hal ini
tentang materi mata pencaharian penduduk menunjukan tingkat kemampuan
siswa yang baik.
Di awal pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah, siswa pada umumnya menunjukan perilaku yangt pasif dan kaku.
Mereka cenderung tidak menujukan respons secara aktif pada kegiatan
pembelajaran yang disajikan guru, kekakuan ini muncul karena peran guru
berubah dari seorang informatori menjadi seorang fasilitator atau seorang
moderator. Akan tetapi sejalan dengan berjalannya tindakan-tindakan yang
dilakukan guru sikap siswa mulai berubah. Perubahan ini ditunjukan dalam
bentuk perilakunya, siswa menampakkan antusias dan semangat untuk belajar.
Mereka bukan lagi menjadi pendengar atau penerima informasi, tapi menjadi
siswa yang proaktif dalam proses pembelajaran karena mendapat fasilitas yang
memadai untuk memahami materi pembelajaran..
Perkembangan sikap yang lain ditampilkan saat siswa melakukan diskusi
kelompok karena pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah
menggunakan diskusi kelompok. Di awal tindakan masing-masing
memperlihatkan egoismenya mereka sukar untuk bekerja sama, sifat egoisme
tampak berkurang dan muncul sikap dan sifat mau menerima dengan
memperlihatkan aktivitas kerja sama di antara siswa. Hal ini menujukan adanya
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
23/30
23
pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan ini muncul karena dengan
pemecahan masalah, diberikan kesempatan atau menciptakan peluang atau
kondisi sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah ini, selain
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran, siswa juga ikut berperan
aktif dalam menemukan dan memecahkan masalah. Keaktifan siswa sangat jelas
terlihat pada kegiatan diskusi kelompok. Guru memotivasi siswa untuk
membandingkan jawaban mereka dengan sesama anggota kelompoknya. Guru
mengarahkan siswa lainnya untuk bereaksi (berdebat, baik setuju maupun tidak
setuju) terhadap jawaban temannya. Guru juga mengarahkan jawaban siswa
untuk dijadikan kesimpulan. Kenyataan tersebut sesuai dengan gambaran yang
diberikan oleh Mulyana (1997) yaitu pembelajaran pemecahan masalah dapat
mengubah konsep siswa yang belum sesuai dengan pembelajaran dan dapat
memberikan pengaruh positif terhadap aktifitas siswa serta dapat meningkatkan
keterampilan mengungkapkan ide atau gagasannya, mengamati, merumuskan
cara memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil pengamatannya.
Dalam kegiatan tanya jawab, pada awalnya siswa terlihat ragu-ragu,
bahkan mempunyai perasaan takut untuk mengemukakan jawaban atau
pendapatnya. Tetapi, setelah guru berusaha untuk bersikap akrab dan
bersahabat, siswa mulai mau berbicara untuk mengemukakan pendapatnya.
Bahkan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran selanjutnya siswa terlihat
antusias dan mulai terbuka untuk melakukan tanya jawab, baik dengan guru
maupun antar siswa. Tindakan guru tersebut sudah memenuhi kompetensi yang
disyaratkan Uzer Usman (1995:19) yaitu kemampuan menciptakan iklim belajar
mengajar yang tepat melalui pengelolaan kelas yang baik yang memungkinkan
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
24/30
24
siswa merasa aman untuk belajar, seperti belajar sambil bermain dan bekerja.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Winataputra (2001:34) yang mengemukakan
bahwa proses pembelajaran akan berhasil apabila guru dapat mengkondisikan
kegiatan belajar secara efektif.
Temuan yang sangat penting adalah, adanya peningkatan hasil belajar
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peneliti. Pada siklus I rata-
rata siswa memperoleh nilai 6,00, siklus II rata-rata nilai siswa 8,0 dan pada
siklus III rata-rata nilai siswa 8,23. Hasil ini cukup baik dan sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh peneliti.
Berdasarkan uraian di atas pencapaian hasil belajar yang ditunjukkan
dalam tingkat penguasaan materi dalam penelitian ini cukup tinggi (di atas 75%)
serta pembelajaran konsep kependudukan cukup tepat apabila menggunakan
pendekatan pemecahan masalah. Kondisi ini membuktikan bahwa pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik, yang
didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 2 Saruni
Kabupaten Pandeglang.
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
25/30
25
Kesimpulan
Berdasarkan atas keseluruhan analisis beserta pembahasan hasil
penelitian yang telah diuraikan sebelumnya. Peneliti mencoba merumuskan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran IPS dalam topik sumber daya alam tentang pertanian dengan
menggunakan pendekatan problem solving yaitu dengan memahami
masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan serta
memeriksa kembali ternyata mampu membangkitkan antusias, aktivitas,
kreatifitas serta semangat siswa dalam belajar IPS. Hal itu memberikan
sebuah rangsangan untuk berpikir kritis dan menganalisis terhadap sebuah
permasalahan. Selain itu juga dapat meningkatkan pemahaman materi
pelajaran, menggali pengetahuan baru dengan sendirinya, membantu
mentransfer pengetahuan siswa ke dalam masalah yang terjadi dunia nyata,
mengembangkan rasa tanggung jawab, membiasakan diri menghadapi dan
memecahkan masalah serta dapat mengembangkan rasa percaya diri.
2. Penerapan problem solving dalam pembelajaran IPS khususnya dalam materi
tentang sumber daya alam tentang pertanian mendapatkan kesan dan respon
yang cukup baik. Hal ini terlihat dari antusias dan
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
26/30
26
semangatnya dalam mengikuti setiap tahap pembelajaran model problem
solving. Dalam sesi tanya jawab dan diskusi kelompok siswa cukup aktif dan
merata baik itu dari siswa yang pintar, sedang maupun kurang. Hasil positif
lainnya adalah siswa menjadi terlatih dalam menemukan suatu masalah, berfikir
kreatif dalam segala situasi atas inisiatifnya sendiri sehingga belajar lebih
bermakna.
3. Prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan pokok bahasan
sumber daya alam tentang pertanian dengan menggunakan pendekatan
problem solving mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam setiap
siklusnya. Hal ini terlihat baik dari hasil kerja kelompok maupun dari hasil
evaluasi. Nilai rata-rata siswa pada siklus I siswa memperoleh nilai 7,72,
siklus II rata-rata nilai siswa 8,09 dan pada siklus III rata-rata nilai siswa 8,31.
Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa cukup merata dengan tingkat
pencapaian yang tergolong cukup berhasil.
Saran
Setelah melaksanakan penelitian tindakan kelas, serta berdasarkan hasil
observasi dan analisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan pembelajaran IPS
di SD, dan untuk perbaikan-perbaikan serta meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran IPS, peneliti menyarankan :
1. Guru hendaknya membekali dirinya dengan berbagai keterampilan baik itu
keterampilan mengelola kelas, keterampilan membuka pelajaran,
keterampilan menggunakan berbagai macam metode dan keterampilan di
dalam memberdayakan alat peraga. Dan Guru hendaknya tidak terpaku
hanya kepada metode ceramah saja dalam pembelajaran IPS, walaupun
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
27/30
27
praktis namun metode ceramah kurang menggali aktivitas dan kreatifitas
siswa.
2. Kepala Sekolah hendaknya mendorong para guru serta memberikan
kesempatan untuk terus meningkatkan keilmuannya dengan cara mengikuti
berbagai pendidikan dan latihan atau seminar-seminar pendidikan baik lokal
maupun nasional.
3. Bagi pembaca atau peneliti yang berminat dalam penelitian yang relevan,
hasil penelitian bisa dijadikan gambaran awal atau dasar untuk ditindaklanjuti
pada penelitian berikutnya, terutama pada variabel-variabel yang belum
terungkap.
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
28/30
28
DAFTAR PUSTAKA
Chepy. (1986) Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya : Karya Anda
Depdiknas (2002). Kurikulum Berbasi Kompetensi. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995/1996). Metodik Khusus
Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar, Jakarta :
Depdikbud.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Media
Makmur Maju Mandiri.
Herry Sukirman. (2003). Dasar-dasar Didaktik dan Penerapannya dalam
Pembelajaran. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional.
Karli Hasbullah, dkk. (2001). Model-model Pembelajaran Implementasi Kurikulum
BerbasisKompetensi. Bandung bina Media Informasi.
Kasbolah, K. (1998/1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Pendidikan
Tinggi. Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar . Depdikbud.
Moh. Surya. (2005) Psikologi Pendidikan. Bandung : Publikasi Jurusan Psikologidan Bimbingan FIP IKIP.
Muhibbin Syah. (2002) Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Nasution, S. (1994). Psikologi Pendidikan. Jakarta : UT..
Nana Sudjana, (1991). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Baru Algensindo.
------------, (2007) Media Pengajaran. Bandung :Algensindo.
Negara Republik Indonesia, 2003. Undang-Undang Negara RI No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. PT. Koalang Klede Putra Timur
Jakarta.
Nursyid Sumaatmadja. (2002). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Bandung : Alumni.
Poerwadarminta. WJS. (1984) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN.
Balai Pustaka.
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
29/30
29
5/28/2018 Artikel Karya Ilmiah
30/30
30
Top Related