8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
1/219
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
2/219
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
3/219
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
4/219
i
NTOLOGI S STR ISL MEDISI V
Mewarnai unia engan Sastra Nusantara
Penanggung Jawab :DPP PPI Yaman 2012Pimpinan Redaksi :M. Umar NawawiSekertaris Redaksi :Haris MuhammadEditor :Syaiful Arif, Ahmad Rifai Arif,Avrian Sukma Riyadi, Mohammad
Bejo
Design Cover :Izzuddin MunawwarLay outer :Hanif Su'udiPenerbit :Departeman Seni dan Budaya GrafisPPI Yaman 2012Sekretariat :Badiuz Zaman Room, Sharea andLaw Faculty, Al Ahgaff University,
Tareem, Hadromaut, Yemen.
Phone :+967714360225/+967737026118E mail :[email protected] II :September 2012Marketing :Departemen Dana dan Usaha PPIYaman 2012
Hak CiptaDPP PPI Yaman 2011-2012
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
5/219
ii
Entah sejak kapan ada istilah sastra dalam kehidupan
manusia dan siapa pula yang melahirkannya. Tapi sangat tak bisa
dipungkiri bahwa tumbuhnya sastra begitu memicu tumbuh dan
berkembangnya sebuah peradaban manusia bisa mejadi sebuah
peradaban yang mencuat. Peradaban manusia bisa berkembang
dan berarti jika memiliki sebuah sastra yang memukau. Sastra
adalah sebuah hal yang elok yang bisa membuat manusia terpana
dengan gaya bahasa yang memiliki tak hanya satu arti.
Dalam peradaban islam sendiri terbukti bahwa
pertumbuhan sastra ada sejak awal bahkan sejak sebelum hadir
agama Ilahi ini. Syair-syair arab yang telah menguasai jagat siapa
yang akan memungkiri akan kesusateraannya. Citra sastra tak
pernah lepas dari lisan para penyair yang telah lebih dahulu
menghidupkan intonasi pertumbuhan sastra dalam kehidupan
manusia. Sastra telah dibawa oleh hati-hati yang jernih oleh
sastrawan terdahulu. Seperti yang telah kita ketahui selama ini
bahwa ilmu balaghah ibarat wadah dari semua sastra yang ada di
dunia arab.
Yaman tak lain adalah bagian dari sekian banyak dunia arabyang kental akan sastra. Sering dijumpai dimana-mana sebuah
sastra terucap keluar seiring basahnya bibir oleh ludah. Mungkin
tak banyak yang menyadari bahwa hampir setiap hari bahkan
setiap waktu yang namannya sastra mengiang di telinga kita. Itu
adalah sebuah hal yang harus disyukuri oleh orang-orang
terutama seperti kita pelajar Indonesia yang ada di negeri saba ini
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
6/219
iii
karena hal itu tak bannyak kita dapatkan di Negara lain bahkan
Negara kita sendiri, Indonesia.
Sastra seakan hanya menjadi sebuah imajinasi yangmengaung dalam hayalan manusia. Butuh sebuah wadah yang
bisa mengekspresikan sebuah tarian kata-kata yang masih
bergoresan dalam pikir manusia. Adalah untuk mewujudkan
sebuah nikmat akan sastra itu menjadi tujuan utama adanya
wadah tersebut. Biar tak hanya diri sendiri yang menikmati, tapi
juga orang lain juga akan menikmati eloknya rangkaian kalimat-
kalimat goyangan sastra.Berangkat dari semua itu, Alhamdulillah dengan penerbitan
Antologi Sastra Islam 2012 oleh PPI Yaman, semoga menjadikan
wadah yang pas dan konkret yang bisa menampung sastra-sastra
karya pelajar Yaman untuk menjadi lebih berkembang. Berada di
Yaman adalah sebuah keberadaan yang patut disyukuri, karena
akan terdapat berbagai keunikan dan daya tarik yang berbeda dari
ungkapan sastra yang lahir dari tarian pena mereka. Beground
yang berbeda akan membawa hasil yang berbeda pula. Bagaimana
mereka mampu mengawinkan rasa, suasana dan nuansa yang
mereka alami dalam sebuah pelaminan yang dinamakan sastra
yang nanntinya akan menghasilkan sebuah karya sastra yang
memukau.
Tim Editor, Agustus 2012
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
7/219
iv
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sastra merupakan bagian dari seni, yang kata seni sendiriidentik dengan keindahan, kehalusan dan hal-hal lain,
yang berkonotasi dengan kata bagus dan elok. Agaknya
inilah salah satu hal yang melatar belakangi mengapa
buku ini merupakan serial dari karya yang diberi judul
besar "Antologi Sastra Islami".
Diberi embel-embel "Islami" karena para pujangga
Indonesia di Yaman ingin mengartikulasikan dan
merepresentasikan Islam dalam bingkai yang indah; agar
Islam menjadi sebuah nilai yang cair yang senantiasa
menjadi denyut nadi kegiatan masyarakat, bukan menjadi
aturan-aturan normatif yang identik dengan pemaksaan.
Al-Qur'an sebagai mukjizat Nabi yang paling mulia
menyimpan sebuah maha karya seni sepanjang masa,
disusun dengan untaian-untaian kata yang indah sehingga
kesan membosankan sama sekali tidak kita temukan di
dalamnya. Mungkin hal ini pula yang membuat tim kami
di PPI Yaman terinspirasi dan kemudian menjatuhkan
pilihannya untuk mengadakan sebuah lomba, sebuah
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
8/219
v
kompetisi dalam menyampaikan Islam yang jauh dari
unsur membosankan. Jika tidak terlalu besar, saya
berharap upaya ini merupakan bagian dari implementasi"berkompetisi dalam kebaikan."
Saya sangat gembira dan mengapresiasi setinggi-tingginya
kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia di Yaman,
Departemen Seni dan Budaya PPI Yaman, Koordinator
beserta kru antologi sastra Islami dan semua pihak yang
telah mensukseskan terselenggaranya lomba seni islami
serta terbitnya buku ini. Lebih dari itu semua, saya sangat
berterima kasih kepada semua seniman Indonesia di
Yaman peserta lomba seni islami: Anda adalah panji Islam
Indonesia yang akan membuktikan kepada bangsa Anda
tentang Islam yang mebawa damai dan Rahmatan lil
'alamin.
Harapan saya, semoga buku ini dapat memberi inspirasi
kepada kita semua akan hakikat Islam yang indah. Amin!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.Mukalla, 02 Ramadlan 1433 H / 21 Juli 2012 M
Muhammad Birrul AlimKetua Umum PPI Yaman
email : [email protected]
voice : 00967714565024 / 00967736673567 /
006285648652587
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
9/219
vi
Prakata Editor ii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi viCerpen 2
Abdul Ghani 2
Diary Hitam 15
Cahaya Di Atas Cahaya 43
Euforia Surgaloka Ghanna 68
Terima Kasih Tuhan 85
SAKA 106Elegi Hati 120
Mimpi Di Fajar Biru 133
In Memoriam 154
La Tayasu 166
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
10/219
vii
Puisi 188
Al Musthofa 188Mengapa 189
Merpati Surga 190
Syetan Tak Pernah Lelah Menggoda 192
Bukan Malaikat 194
Inginku 195
Aku Genangan Air 196
Sujudlah 198
Di Sepertiga Malam yang Terbuang 200
Ayahku Seorang Petani Berhati Suci 202
Selendang Sang Nabi 204
Kuasa Allah 206Sadarkah 207
Islam Di Gendong Dunia 208
Dahulu Dan Sekarang 210
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
11/219
2Abdul Ghani
BDUL GH NIOleh: Syaiful Arif*
alam ini Ghani pasti tak akan bisa tidur. Suara
rerintikan hujan yang berjatuhan memukul-mukul seng atap rumah kecilnya sangat bising
dan mengganggu jadwal tidurnya. Sebenarnya
sangat tak pantas dikatakan jadwal. Dia hanyalah seorang yang
sangat sederhana dan tak butuh jadwal segala. Padahal malam ini
ia seharusnya tidur karena merasakan penat yang luar biasa.
Bayangkan saja. Seharian penuh dia keliling pinggiran kota ini
mengumpulkan rongsokan-rongsokan untuk ia jual dan ia sulap
menjadi tiga piring nasi. Sepiring untuknya, dua piring lagi untuk
adik-adiknya si Sholeh dan Sholehah.
Bukan hanya suara bising itu yang mengganggunya. Seng-
seng atap rumahnya sudah banyak berlubang. Percikan air hujan
juga ikut mengganggunya. Tapi untungnya kedua adiknya sudah
tidur sebelum hujan turun dan air hujan tak mengenai mereka
berdua. Jadi dia sedikit tenang dan baginya keadaan seperti ini
bukanlah masalah. Dia sudah sangat terbiasa dengan keadaan
semacam ini.
Ghani merasa kurang nyaman dengan percikan-percikan air
itu. Ia beranjak menuju sudut rumahnya yang hanya berukuran
M
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
12/219
3Abdul Ghani
3x4 meter itu. Diambilnya kursi tua peninggalan bapaknya, dia
duduk di sana dan dia mulai melamun mengingat ayah dan ibunya
yang sudah tiga tahun lalu meninggalkannya.
Awalnya Ghani tak terima dengan takdir yang ia hadapi.
Ketika orang tuanya meninggal dunia, dia baru berusia sepuluh
tahun. Saat itu dia masih terlalu polos untuk menghidupi adik-
adiknya. Jangankan adik-adiknya. Mencari makan untuk dirinyasendiri sungguh sangat sulit untuk anak berusia sepuluh tahun
sepertinya. Tapi mungkin semua ini karena kucingnya yang selalu
memberi inspirasi padanya. Dia pernah berpikir bagaimana
kucingnya dan anak-anaknya bertahan hidup tanpa kerja di kantor
atau setidaknya mengumpulkan barang rongsokan sepertinya?
Padalah dia jarang memberi makan kucing-kucingnya. Akhirnya dia
tahu bahwa semuanya ada yang mengatur.
Ghani mengingat mengapa ayahnya dulu memberinya nama
Abdul Ghani. Kata ayahnya, dia memberinya nama itu supaya suatu
saat nanti dia kaya raya. Ghani ayah berharap kamu menjadi
orang kaya yang dermawan. Makanya ayah beri kamu nama Abdul
Ghani, katanya dulu. Tapi Ghani hanya tertawa dengan
keadaannya kini. Menjadi orang kaya? Makan saja sulit. Katanyadalam hati.
Hujan masih belum reda. Sebenarnya Ghani merasa
kesulitan untuk tidur. Tapi suara bising hujan itu tak sanggup
melawan rasa letihnya. Iapun terlelap di kursi yang sedari tadi ia
duduki. Suara dengkurannya cukup nyaring dan air kental mulai
mengalir dari mulutnya. Sungguh hari yang melelahkan baginya.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
13/219
4Abdul Ghani
***
Hujan sudah reda. Tak ada lagi suara bising rintik yang
menghujam seng-seng rumah mininya dan yang ada hanya suara
jangkrik-jangkrik yang bersembunyi di belakang sampah yang
bertumpukan di pinggir kali di samping rumahnya. Ghani terbangun
dari tidurnya. Bau busuk sampah-sampah itu sangat menusuk. Tapi
sebenarnya bukan bau busuk itu yang membuatnya bangun. Yang
membangunkannya adalah suara adzan dari mesjid tua di kampung
Ghani.
Ia sudah terbiasa bangun ketika adzan berkumandang
karena dulu ayah dan ibunya selalu membangunkannya dan adik-
adiknya ketika adzan shubuh. Mereka juga selalu diajak sholat
berjamaah di rumah kecil itu. Ghani dan adik-adiknya sampai
sekarang masih takut ditusuk kemudian dipanggang di api besar.
Begitulah ayahnya menakut-nakuti mereka supaya mereka selalu
sholat.
Sholeh, Sholehah Ayo bangun. Sudah shubuh. Kata
Ghani dengan nada yang cukup nyaring.
Kedua adiknya langsung bangun ketika mendengar suara
Ghani. Upacara harian ketika fajar pun berlangsung. Mereka
melakukan sholat jamaah dengan sang imam di rumah itu, ustadz
Abdul Ghani kemudian belajar mengaji bersama ustadz muda itu.
Ya. Tak berlebihan jika si Ghani dipanggil ustadz. Dialah yang
mengajarkan kedua adiknya membaca Al-Qur'an. Dia sendiri
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
14/219
5Abdul Ghani
sudah lancar sekali memaca Al-Qur'an meski usianya baru sepuluh
tahun. Itu semua berkat ayah dan ibunya. Meski keadaan ekonomi
sangat menekan, mereka masih memperhatikan agama ketiga
anaknya. Ghanipun tak akan sanggup mengajikan adik-adiknya di
mesjid kampungnya. Guru ngajinya meminta bayaran bulanan dari
setiap muridnya. Bagaimana dia bisa membayarnya?
Ghani langsung saja memakai pakaian dinasnya. Kaos putihcompang-camping yang sudah kusut dan celana abu-abu yang juga
sudah tua, lebih tua dari pada usianya. Dia ingat sekali bahwa
celana itu memang benar-benar tua. Celana itu adalah celana
bapaknya ketika kecil, diberikan oleh sang kakek tercinta yang
berprofesi sebagai pemulung handal. Celana yang pantas
dimasukkan ke museum kota setempat.
Hari ini Ghani tak perlu lagi berkeliling mengelilingi kota
untuk mencari rongsokan-rongsokan. Jam sepuluh pagi di kantor
daerah ada rapat pejabat yang akan dihadiri ratusan orang dari
berbagai daerah. Ya bukan dia yang mau mengikuti rapat. Tapi dia
senang sekali meski sebenarnya bukan dia yang akan mengikuti
pertemuan itu. Hampir bisa dipastikan kalau ada acara rapat
besar seperti ini akan banyak sisa makanan yang dibuang ditempat sampah depan kantor.
Makanan enak kok dibuang-buang di tempat sampah.Diberikan ke saya dan adik-adik saya kan lumayan. Gumamnyadalam hati. Ghani yang masih polos suatu hari pernah berdoa
semoga di kantor itu ada rapat tiap hari supaya sisa-sisa makanan
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
15/219
6Abdul Ghani
juga banyak dan dia tak perlu memulung setiap hari yang hasilnya
tak jelas. Ghani Ghani
Ghani sudah standbydi depan kantor. Dia tak akan bosandi sana karena di sana sudah ada teman sebayanya yang juga
berprofesi sebagai pemulung. Dia bisa bercanda dan tertawa
bersama temannya itu. Awalnya cuma Ghani yang tahu bahwa
banyak sisa makanan seusai rapat. Tapi dia kasihan melihat
temannya kelelahan berkeliling seharian mencari barangrongsokan. Apalagi dia dan adik-adiknya tak akan sanggup
menghabiskan makanan-makanan itu bertiga karena sisa makanan
itu memang sangat banyak.
Ghani Japra, teman dari kecil Ghani menyapanya.
Mereka lagi rapat apa ya? Lanjutnya. Ghani mengenal Japra
memang begitu. Jiwa ingin tahunya sangat tinggi. Sehari saja bisapuluhan pertanyaan yang ia ajukan.
Memangnya penting kita tahu? Ketus Ghani.
Ya. Nggak sih. Yang penting itu kan cuma makan
kita.Tapi barangkali mereka membicarakan kita yang melarat ini.
Kapan ya mereka rapat sama kita? Ujar si Japra sedikitberimajinasi tinggi.
Rapat sama kita? Si Ghani benar-benar tidak percaya
dengan apa yang dikatakan Japra. Ia hanya tertawa terbahak-
bahak sembari memegang perutnya yang sakit karena tertawa.
Sudahlah, Pra Jangan menghayal. Kita tunggu saja makanannya.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
16/219
7Abdul Ghani
Uang mereka kan banyak. Mereka belikan apa ya? Tanya
si Japra.
Japra Japra tanya saja sendiri kalau mereka sudah
keluar! Ghani mulai angkat suara. Bukan karena dia marah, tapi
dia memang sering begitu dengan si Japra.
Tapi kok kata orang-orang mereka banyak yang korupsi
ya? Apa uang mereka kurang banyak?! Pertanyaan si Japra mulai
mendalam.
Em. Iya ya. Uang puluhanjuta kan bisa kita belikan nasi
untuk bertahun-tahun. Kok harus korupsi? Ghani mulai
terjerumus ke dalam pembicaraan Japra.
Perbincangan politik mereka berdua semakin seru saja.Topik pagi ini adalah korupsi. Padahal mereka tak tahu persis apa
itu korupsi. Tapi Ghani dulu pernah bertanya kepada ayahnya apa
itu korupsi. Sang ayah hanya memberitahunya kalau korupsi itu
adalah mengambil uang rakyat. Berarti mengambil uang kita,
Yah? Kata Ghani dulu kepada ayahnya.
Setelah ayahnya dulu memberitahunya tentang korupsipejabat, Ghani langsung bercerita kepada teman sejolinya, Japra.
Mereka berdua berjanji akan membenci pejabat. Mereka
menyangka bahwa semua pejabat sama, memakan uang mereka
meskipun mereka merasa tidak pernah uang mereka diambil
pejabat karena semua hasil kerja mereka, mereka belikan nasi
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
17/219
8Abdul Ghani
dan kebutuhan sehari-hari mereka. Pola pikir yang sangat polos
dan sederhana.
Rapat pejabat sudah berakhir dan bincang-bincang politik
antara Ghani dan Japra juga berakhir. Ghani dan Japra berlari ke
samping kantor biar tak ada pejabat yang melihat mereka.
Mereka sudah terlanjur membenci pejabat. Seakan-akan mereka
takut di hadapan pejabat. Kini mereka hanya menunggu Pak Jamal,
penjaga kantor membuang sisa-sisa makanan ke tempat sampah didepan kantor.
Dan akhirnya Pak Jamal membuang sisa-sisa makanan itu.
Wah Banyak sekali makanannya, Ghani, kata Japra senang.
Bisa buat makan besok lagi, lanjutnya. Perkiraan Japra tak salah
karena makanan itu memang sangat banyak.
Pasti mereka sudah makan sebelum rapat, kata Ghani
menebak.
Apa mungkin mereka sengaja sisakan untuk kita?
Pertanyaan Japra mulai keluar lagi.
Kenal kita saja tidak. Bagaimana mau menyisakan
makanan untuk kita? Tak mungkin lah Ghani masih menyimpan
rasa benci kepada pejabat.
Mereka segera menghampiri tempat sampah kuning di
depan kantor itu. Si Japra mengeluarkan sisa-sisa makanannya
dan si Ghani mengeluarkan sisa minuman botolnya. Senyum mereka
melebar karena makanan dan minuman itu sungguh banyak sekali.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
18/219
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
19/219
10Abdul Ghani
begitu. Si Ghani tak separah itu. Dia hanya menyembunyikan
minuman sisa yang ia pegang di belakang badannya.
Adik kenapa? Sapa pejabat itu dengan nada yang sangat
halus. Dia pasti bisa membaca raut wajah Japra dan Ghani yang
sedang ketakutan. Makanya dia tak angkat volume suaranya.
Ghani dan Japra hanya bisa diam. Mereka tak tahu harus
berbicara apa. Tapi si Ghani benar-benar merasa bingung dengan
pejabat itu. Masa ada pejabat yang baik?! Katanya dalam hati.
Si Japra sudah tak kuat mengulurkan tangannya lebih
lama lagi. Rasa pegal mulai menyerang otot-otot tangannya dan ia
turunkan plastik berisi makanan itu.
Pajabat itu mulai mendekati Japra dan Ghani. Kedua
tangannya mendarat di kepala mereka berdua dan si Japrapun
semakin gemetar. Senyum pejabat itu membuat Ghani sedikit
berubah pikiran. Tapi dia tak langsung mengklaim bahwa pejabat
itu baik. Yang ia pikirkan adalah bahwa lelaki itu bukan seorang
pejabat. Makanya dia mau senyum untuk mereka berdua.
Tanpa rasa takut lagi Ghani bertanya kepada lelaki itu,
Om bukan pejabat ya?
Kelihatannya bagaimana? Pejabat itu balik bertanya.
Sejenak Ghani memandangi lelaki itu dari ujung kaki ke
ujung kepala. Pakaian Om seperti pejabat. Tapi Om pasti bukan
pejabat, tapipengusaha. Katanya setelah melakukan prediksi.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
20/219
11Abdul Ghani
Saya pejabat. Sahut pejabat itu. Dan sekarang Ghani
mulai sadar bahwa selama ini dia berburuk sangka kepada pejabat.
Kok Om baik? Si Ghani masih menyimpan sedikit rasa
tidak percaya kepada pejabat itu. Gambar buruk pejabat yang
sudah lama ia simpan masih belum hilang secara total. Pejabat itu
hanya tersenyum. Namun senyum kali ini lebih lebar dan akhirnya
diapun tertawa mendengar omongan Ghani. Sementara itu dia jugatertawa melihat Japra yang tak henti gemetaran.
Memangnya kalau pejabat tidak boleh baik? tanya
pejabat itu dengan nada sedikit menyindir.
Japra mulai angkat suara. Dia sudah tak lagi gemetaran
dan dia mulai berani berbicara di hadapan pejabat itu. Boleh,
Om.
Makanya jangan berburuk sangka kepada orang lain.
Kata pejabat itu dengan senyum yang masih lebar.
Tapi kata ayah Ghani banyak pejabat yang korupsi.
Korupsi kan artinya mengambil uang rakyat. Japra lebih berani
lagi berargumen di depan pejabat itu. Untuk kali ini dia tak lagigemetar karena dia sudah yakin bahwa pejabat itu memang
benar-benar baik.
Tapi banyak bukan berarti semuanya kan? Kata pejabat
itu mengajarkan Ghani dan Japra. Sudahlah. Hilangkan pikiran
buruk kalian itu. Om mau mengambil berkas Om yang ketinggalan
di dalam. Oh ya. Nama adik-adik siapa? Lanjut pejabat itu.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
21/219
12Abdul Ghani
Saya Japra dan dia teman saya, Ghani. Si Japra
ternyata kini lebih berani dari pada Ghani. Padahal tadi dia takutsekali melihat pejabat itu hingga gemetaran seakan-akan melihat
malaikat maut saja.
Nama Om Abdullah. Balas lelaki itu.
Sama dengan nama ayah Ghani dong, kata Japra
menyeletuk.
Ghani spontan teringat kepada ayahnya. Dia menghayal
kalau saja yang mengusap kepalanya tadi adalah ayahnya. Kali ini
tak seperti tadi malam. Tadi malam dia memang mengingat
almarhum ayahnya tapi tanpa air mata sedangkan sekarang
butiran-butiran air mata Ghani mulai menetes. Japra pun merasa
bersalah karena telah menyinggung perasaan Ghani.
Tentu pak Abdullah merasa aneh dengan hal itu. Langsung
saja dia tanyakan kepada Ghani, Kenapa, Ghani?
Ghani hanya bisa menangis dan tak menjawab pertanyaan
itu. Japra langsung menjawabnya dengan nada penyesalan, Ayah
dan ibunya sudah meninggal tiga tahun lalu.
Abdullah mendekati Ghani dan menghapus air matanya.
Ghani merasa lebih tenang dan semua prasangka buruknya
terhadap pejabat kini hilang total. Tapi ia lebih teringat kepada
ayahnya. Air matanya semakin deras. Begitu juga si Japra.
Penyesalannya semakin besar, padahal dia tidak berniat
menyinggung Ghani sama sekali.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
22/219
13Abdul Ghani
Setelah Abdullah yakin bahwa Ghani sudah tak menangis
lagi, dia langsung masuk ke dalam kantor mengambil berkasnya
yang ketinggalan. Di tengah perjalannya ke dalam kantor ia
sempat berpikir menjadikan mereka berdua sebagai anak angkat.
Sudah lama anak satu-satunya meninggal dunia. Akhirnya dia
memutuskan untuk menguji mereka berdua. Bukan ujian
pertanyaan, tapi dia berniat menguji mereka kejujuran.
Sebelum Abdullah mengendarai mobil mewahnya dia
sengaja menjatuhkan dompet tebalnya di dekat Ghani dan Japra.
Dia langsung naik ke dalam mobil dan menjauh dari mereka
berdua. Tapi dia sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan
matang. Dia melihat ke kaca spion mobilnya, dan benar. Mereka
melambaikan tangan sambil berteriak kencang menandakan ingin
mengembalikan dompet itu.
Abdullah pun kembali ke arah mereka dengan senyuman
bangga dan senang.
Dompet Om Abdullah jatuh, celetuk Ghani sambil
mengulurkannya ke tangan Abdullah.
Om tadi sengaja menjatuhkan dompet Om untuk menguji
kejujuran kalian. Ternyata kalian jauh lebih jujur dari pada anak-
anak kota, sahut Abdullah dengan senyum yang sangat
bersahabat. Kalian mau Om jadikan anak angkat? Lanjutnya
menjelaskan kepada mereka niat baiknya.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
23/219
14Abdul Ghani
Si Ghani dan Japra saling menatap tak percaya dengan
perkataan Abdullah. Tapi saya punya dua adik, Om, kata Ghani.Saya juga punya satu adik, Om. Tambah Japra.
Bagus dong. Berarti saya punya lima anak. Kalian mau,
kan? Rupanya Abdullah lebih senang dari pada hanya memiliki dua
anak angkat. Ghani dan Japra hanya mengiyakan kata Abdullah.
Kalian tinggal di mana? Lanjutnya.
Di dekat kali, Om. Sahut Ghani.
Kalau begitu biar Om antar kalian ke rumah kalian,
kemudian kalian ikut Om ke rumah dan kalian menjadi anak Om,
ajak Abdullah.
Japra tak bisa percaya dengan nasibnya ini. Apalagi si
Ghani. Padahal dulu dia sangat membenci pejabat karena salah
sangka. Ternyata sekarang dia bahkan menjadi anak angkat
seorang pejabat. Dia juga tak habis pikir dengan namanya sendiri,
Abdul Ghani. Dia ingat harapan ayahnya dulu, katanya dia
berharap Ghani menjadi orang kaya yang dermawan. Ternyata
harapan itu tercapai dan hidupnya kini berputar seratus delapan
puluh derajat.
*Penulis Adalah Mahasiswa S1 Tingkat 4 univ. Al Ahgaff, fak.
Syariah, Tareem, Hadromaut, Yaman.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
24/219
15Diary Hitam
Diary Hitam(Gelombang Pahit Prahara Cinta)
By: Micdarul Chair El-Sharafy *
Hidupku adalah cabikan lukaSerpihan tanpa makna
Hari-hari yang meranggas lara
Namun,,,
Dalam naungan suci cinta
Simfoni perjuanganku menggema
14 Oktober 2008
ekujur tubuhku gemetar menahan buncahan duka.Terus tanpa henti, aku mencakar-cakar tembok
putih, tempat aku duduk termangu di pojok
ruangan. Air mataku mengucur deras, badanku
lemas. Sedikitpun, tak kuhiraukan raut kusut wajahku. Biarlah,
memang seharusnya aku menangis. Ya, menangis menjerit, seiring
dawai kepedihan sanubari sendiri.
S
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
25/219
16Diary Hitam
"Mas Syafi', maafkan istrimu ini, hiks hiks.," suaraku
risau mendesau, lesung pipiku lembab, bermandikan linang air
mata.
Malam kian mengelam. Giris gerimis turun menyapa sunyi.
Lolongan serigala gurun malam bersahut-sahutan. Ringkikan
jangkrik mengerik-ngerik kepongahanku. Mengusik kepul asap
kepedihanku. Tubuhku berguncang, bergetar dan berputar.
Semakin lama semakin kencang. Meliuk-liuk sembari menggenggam
diary hitam, sebuah buku catatan perjuangannya mempertahankan
sketsa cintaku.
Mas Syafi' Haidar.
Dimanakah engkau kini? Masih hidupkah? Atau sudah
tiada?
Tanpa kusadari, gigi menggigit bibir mungilku. Asin. Bau
darah. Aahh, aku begitu menyesal telah terlalu membencimu, Mas.
Namun, apakah sesal yang berjejalan di dadaku dapat
mengembalikanmu kemari?
"Mas Syafi' Mas Syafi'," panggilku dengan suara parau.Batinku tertancap beliung kepedihan.
Aku pandangi foto Mas Syafi', yang ada tepat di lembaran
pertama, suamiku tercinta. Teduh, mengayomi. Aku hanya bisa
memendam rasa kecewa tiada tara. Bukan pada rembulan yang
mengikutiku pada saat ini, atau pada gugus bintang yang mengintai
pedih dalam liang-liang diri. Tetapi, karena aku telah
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
26/219
17Diary Hitam
menggoreskan luka pedih dalam hatimu. Pedih, dan sangat
menyakitkan. Hatimu yang tersembilu mendengar permintaan
talakku. Mas, sungguh aku menyesal!! Kuharap engkau kembali. Dan
kini, selendang malam pun kian gelap.
*****
--- 14 Oktober 2008 ---
Tepat di tanggal ini, engkau pergi. Dua tahun kemarin. Aku
laksana diterjang badai. Jasadku terhempas kesana-kemari.
Engkau pergi, di kala aku tengah terbaring lumpuh di rumah sakit.
Saat itu aku mencercamu
"Suami tak punya otak! Istri sakit malah pergi tanpa
tujuan jelas! Dasar!"
Hingga akhirnya masa menyadarkanku, bahwa kepergianmu
ibarat taruhan jiwa demi menyelamatkan hayat istri tersayang.
Tiap kali aku mengingat memori mesra bersamamu, kornea mataku
terlihat seperti kepingan kaca pecah. Rasa bersalah berdebam-
debam menohok dadaku.
Fuih! Kutarik nafas panjang, tanda penyesalan tiada tara.
Andai saja waktu dapat terulang, pekikku dalam hati.
Ir. Syafi' Haidar, M.Tech, M.Eng
Seorang cendikiawan muda keturunan Melayu yang
sekaligus dosen terbang dari International Islamic University
Islamabad (IIUI), Pakistan. Dia diminta oleh rektor Hadhramawt
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
27/219
18Diary Hitam
for Sains and Technology University, kota Mukalla-Yaman, untuk
bersedia sumbangsih keilmuan di fakultas Fisika. Seusai melalui
proses rumit, tepatnya pada tanggal 22 Mei 1999, dia memulai
kiprah perdananya sebagai tenaga pengajar di kampusku.
Baru pertama kali aku mendengarkan presentasinya,
kalbuku langsung berdegub kencang. Terpikat erat, seakan
terhipnotis kalam spektakulernya bersarat jutaan pengetahuan.
Aku masih ingat betul, waktu itu dia tengah menjelaskan tentang
bantahan Al- Qur'an terhadap teori Ptolemeus.
Dengan mencuplik firman Allah surat An-Naml: 88, dia
menjelaskan bahwasanya bumi tidak diam. Al-Qur'an yang secara
simbolis mengambil term gunung untuk mewakili bumi menyatakan
hal tersebut. Dan akhirnya, kemajuan astronomi modernmenunjukkan bahwa bumi memang tidak diam, alias bergerak.
Momen paling berkesan saat itu adalah ketika aku dipaksa
mengembalikan saputangannya oleh Helwa, teman sebangku.
Saat itu, langkah kakiku terasa berat, seperti menyeret
besi seribu karat. Aku malu, sungkan, tapi ingin berjumpa.
Setapak demi selangkah menuju ruang pojok utara lantai tiga
gedung fakultas. Dag.. dig.. dug.., jantungku rasanya ingin
menjebol kerangka tulang rusukku.
Tok.. tok.. tok.. perlahan aku ketok pintu kubus berwarna
cokelat kopi.
"Assalmu'alaikum", ucapku.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
28/219
19Diary Hitam
"Cari siapa?!."
Deg!! Ada bunyi suara membelakangiku. Segera aku
picingkan pandangan, dan, "Baa.. baap.. pp, ba.. pak Syafi'?!"
Saking kaget dan groginya, tanganku sekonyong-konyong
menyodorkan saputangan miliknya tanpa aku sadari sebelumnya.
Sembari kepala merunduk malu, tak kuasa menatap keharibaan
auranya.
"Oohh, terima kasih! Sapu tangan ini penuh jutaan
kenangan bersama ibunda tercintaku. Beruntung, kamu telah
mengembalikannya. Syukur, Alhamdulillah. Oh ya, nama kamu
siapa?" bertanya balik kepadaku.
"Na.. naj.. wa salsabila, Pak!." Aku memberanikan diriuntuk menatap wajah tampan dosen berdarah Melayu. Setelah
sebelumnya, korneaku menatap serius lantai putih.
Subhnallah! Bola mataku syahdu mengagumikebinarannya. Menakjubkan!! Aku jadi salah tingkah, tanpa ada
sebab pasti, aku berlari meninggalkan Bapak Syafi' yang masih
dalam keadaan tercengang keheranan melihat respekperbuatanku.
Hatiku bertanya, kenapa aku malah berlaku seperti orang
bodoh? Ada apa dengan diriku sesungguhnya? Tak biasanya aku
seperti ini? Aneh!! Ataukah benar, aku jatuh cinta padanya?! Agh,
rasanya terlalu singkat untuk itu. Entahlah
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
29/219
20Diary Hitam
*****
Isak parauku semakin membuncang.
Malam hari Ied Fitri yang seharusnya aku gemakan takbir,
justeru penuh luapan air mata. Apalagi saat aku membalik
lembaran ketiga diary hitam Mas Syafi'. Di sana tertulis:
--- 09 April 2001 ---"Badai musibah membawa berkah."
Memoriku langsung berputar tajam, mengembalikan
kenangan bersamanya. Ceritanya, selepas aku memperoleh nilai
cumlaudeujian semester, aku shoppingbersama teman seobrolanke Mustahlek Mall, sekitar 500 meter arah kanan pantai Cornies,
Mukalla. Maksud hati ingin mencari tambahan reverensi buku
materi di Jael Jadid Bookstory. Tapi, temanku justru membelok
ke Mustahlek. Katanya sekedar mampir, tapi hampir lima jam
belum juga puas menjelajahi seluruh isi Mall terbesar di Provinsi
Hadhramawt ini.
Tatkala melihat jam menunjukkan 21.00 WY. Tanpa
berpikir panjang lagi, aku nyelonongkeluar meninggalkan merekayang masih renyah menikmati gebyar Mall, aku tunggu mereka di
halte taksi.
Gila! Sudah hampir setengah jam aku menunggu, sialan!,
gerutu hatiku.
"Woy, Najwa!!."
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
30/219
21Diary Hitam
Daun telingaku menangkap suara dari seberang
memanggil-manggil. Aku palingkan wajahku ke samping. Dan..,
"dasar, tega banget kalian!! Aku sudah korban waktu begitu lama,
eh, kalian malah enak-enak makan di situ," teriakku emosional.
Tanpa berpikir panjang, saya langsung menyebrang jalan.
Tapi.....
Gguuubbbrrrraaakkkkk!!!!
Mobil sedan Camry silver dengan kencangnya menabrak,
diriku terpental jauh, kepalaku membentur keras jalan aspal.
Sebelum aku pingsan, aku melihat sosok lelaki mendekat,
kemudian menggendong ke tepi jalanan. Seusai itu, pandanganku
kabur, dan aku pun tak sadarkan diri.
*****
Setelah tiga hari lamanya, akhirnya aku dapat melewati
masa kritis. Abah dan umi' nampak sangat gembira ria mengetahui
kepulihanku. Namun, kira-kira siapa lelaki yang membopong diriku
ke tepi jalan? Sayang, panca pengelihatanku saat itu agak remang-
remang, tak jelas pastinya.
"Najwa, abah dan umi telah sepakat untuk
mengkhitbahkanmu dengan seseorang. Dia telah berjasa besar
demi keselamatan nyawamu," tutur abah santun sambil mengelus
uraian rambut keriting pirangku.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
31/219
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
32/219
23Diary Hitam
Benar-benar aneh!! Mu'amalah abah sangat berbeda daribiasanya. Umi' juga. Aku curiga. Pasti ada hal yang disembunyikan
tentang diriku.
"Najwa, anakku sayang!" Abah memanggilku mesra.
"Labbaik, Abah!" responku lembut.
"Entah, bagaimana abah dan umi'mu membalas perjuangankeras Syafi'. Dialah yang telah menolong jiwamu untuk tetap
dapat bernafas di dunia ini. Dia pula rela mendonorkan darah
segarnya demi kemaslahatan nyawamu. Setelah bermusyawarah
dengan umi', abah memutuskan untuk meminangkanmu sebagai
calon pendamping hidupnya."
HAHH!!
Aku dan Bapak Syafi' terperanjat kaget mendengar apa
yang barusan abah katakan. Setengah tidak percaya. Aku, antara
kebahagiaan dan kekhawatiran. Benar! Kebahagiaan, karena jiwaku
telah lama mendambakan esensinya. Tapi, masih terbesit
kekhawatiran akan penolakannya. Situasi begitu tegang. Saking
mencengkramnya, tanganku sampai menggigil gemetar.
"Sekarang, bagaimana tanggapanmu, Syafi'?" ujar abah
memecah kepongahan.
Sedari tadi Syafi' hanya menundukkan kepala. Entah apa
yang dia pikirkan, semoga hasilnya menyeka kegelisahan sukmaku.
Dan kini, saatnya dia menjawab
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
33/219
24Diary Hitam
"Bismillah", ucapnya lirih, namun aku mampumendengarnya.
"Abah, umi' dan Najwa yang saya hormati. Ibarat kata
bagai memakan buah simalakama. Saya takut menyakiti diri kalian,
wahai bangsa Arab. Sesungguhnya Saya tak pantas untuk
menerima hal ini. Bukan karena Saya tak mencintainya, namun
antara Saya dan Najwa ada kesenjangan strata."
Deg!! Hatiku berdesir mendengarnya. Abah, umi'tercengang, sebelum kemudian bertanya.
"Kesenjangan strata dalam perihal apa, Syafi'?"
"Sesungguhnya kalian adalah insan istimewa, pilihan Allah
SWT. Cukuplah, Nabi Muhammad, Al-Qur'an dan bahasa ahlisurga menjadi unsur kelebihan kalian dari pada kami, kaum Ajam
(selain Arab, red). Arab ialah barang tambang yang mempunyai
keutamaan dibandingkan kaum Ajam, sebagaimana yang dikatakan
imam Zainal 'Abidin Ali, cucu Ali bin Abi Thalib. Maka, pantaslah
imam Suyuthi berkata dalam karya monumentalnya yang berjudul
al-khosois bahwasanya: tak ada satupun kaum Ajam yang se-kufuuntuk menikah dengan keluarga Rasulullah SAW secara khusus,
dan bangsa Arab secara umumnya."
"Lantas, bagaimana pendapat Bapak dengan pidato
Rasulullah yang menyatakan bahwa orang Arab tak lebih utama
dari orang Ajam, dan begitu pula sebaliknya?" cerutusku
memotong.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
34/219
25Diary Hitam
"Najwa, imam At-Turmudzi berkata: hadits tersebut
gharib, tak dikenal. Yahya bin Mu'in melemahkan hadits ini. AbuHatim berpendapat hadits tersebut mungkar. Ditambah An-Nasaimengatakan bahwa hadits tadi matruk," paparnya yakin.
"Sebelumnya, maaf Syafi', bukankah imam Nawawi
berkata bahwasanya jikalau seorang wali itu menikahkan wanita
dengan seseorang yang tidak kufu' melalui ridhonya, maka
pernikahan itu sah. Apalagi walinya itu sangat dekat, seperti
bapaknya?" umi' yang sedari tadi diam, kini angkat bicara.
"Memang seperti itu adanya. Namun, perbedaan strata
sangatlah mempengaruhi terhadap keharmonisan bahtera rumah
tangga kami kelak," jawabnya tenang.
"Lalu apa manfaat cinta dalam kronologi manusia?", aku
mendebatnya.
"Cinta ibarat oase kesejukan di tengah kegersangan
fatamorgana dunia. Cinta tak akan sirna seiring berlajunya waktu,
namun dia akan memberikan warna lain. Warna kecacatan dan
keburukan yang dahulu kalanya tak terlihat ketika mereka
bermadu kasih. Maka dari itu, cinta membutuhkan pengalaman
yang mampu membumikan benihnya ke dalam lubuk hati."
"Berarti anda meragukan ketulusan hati Najwa, Pak? Tak
cukupkah pengorbanan Najwa demi sebuah cinta dan kasih
sayang? Bapak Syafi' tega menyembilu sukma Najwa. Hati Najwa
sakit, Pak! Ternyata, Bapak Syafi' tak lebih dari para pecundang
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
35/219
26Diary Hitam
cinta yang hanya bisa memonopoli perasaan wanita. Sungguh
kejam Anda, Pak!"
Aku menangis parau, tak kuasa menahan gejolak jiwa yang
membuncang. Sedangkan Bapak Syafi', dia hanya merunduk,
merenungi apa yang aku ucapkan. Raut wajahnya berubah pucat
pasi, muram, penuh kebimbangan.
10 menit, suasana ruangan sunyi senyap. Terlarut dalam
pencarian secerca cahaya, titik penyelesaian. Hingga akhirnya,
Bapak Syafi' angkat bicara
"Sejujurnya, aku menaruh simpati kepadamu, Najwa!
Ketika Engkau mengantarkan sapu tanganku yang tertinggal,
tatkala engkau memandangku kala mengajar, dan ujungnya saat
Engkau mengutarakan polemik hatimu akan rasa cintamu terhadap
diriku," ucapnya, sayup-sayup dia menatapku sebentar, kemudian
menunduk kembali. Hatiku bergetir dahsyat, sebelum saatnya dia
melanjutkan perkataannya.
"Namun, Aku merasa minder. Meski orang telah
menyebutku sebagai insinyur besar, Aku sangatlah sensitif jika
berkaitan dengan calon istri. Keluargamu termasuk orang
terpandang di kota Mukalla, Engkau juga tergolong primadona
kampus yang didambakan oleh sejuta mahasiswa dari berbagai
elemen, dan."
"Dan ternyata Najwa Salsabila lebih mencintaimu, lantas
apa respon Anda, Pak?" potongku mempersingkat waktu.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
36/219
27Diary Hitam
"A aku," ucapnya terbata-bata. "Aku, akan meminangmu
dalam ayunan Allah, Najwa."
Alhamdulillah Umi' merangkulku riang gembira. Hatiku
seperti bertaburan kembang melati, semerbak harum mewangi.
Abah tak henti-hentinya bertahmid, seraya memeluk tubuh Bapak
Syafi'.
*****
--- Mukalla, 22 Mei 2001 ---
"Aku rajut mahligai cintaku bersama Najwa Salsabila,bidadariku."
Wahai para penikmat ceriteraku!
Coba anda rasakan, betapa indahnya prosesi bulan madu di
awal kronologi bahtera rumah tangga kita. Darah pujangga
mengalir deras di seantero urat tubuhnya. Romantis! Simfoni
cinta Romeo-nya menawarkan cawan anggur memabukkan siapa
saja yang meneguknya. Kala itu, Syafi' sering kali memohon:
"Tuhan, biarkanlah fajar subuh tertidur panjang, kamimasih ingin berselimut selendang kelabu malam, menatapikemerlip gugusan bintang, sunggingan senyum manis purnama,bermadu kasih bersama kekasih cintaku, Najwa Salsabila. Selaksa
pesona, laksana eksotika putri Shinta di alam khayangan."
Semenjak awal pernikahan kami, dia memintaku untuk
memanggilnya dengan "MAS." Seperti panggilan akrab ibunda
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
37/219
28Diary Hitam
tercintanya kepada sang suami, yang setelah itu aku ketahui dia
berasal dari Jawa, Indonesia.
Tapi, ya Allah! Sekarang, aku lemah tak berdaya tanpa
eksistensi Mas Syafi'. Rajutan mahligai cinta kita kian bercerai-
berai. Aku mempolitisasi busuk perasaan tulusnya, menyumpah-
serapahi di khalayak masyarakat, menginjak martabat "Ir"-nya di
meja kampus. Dia sabar menerima buruknya syakwasangka, cerca-
makiku. Walaupun akhirnya, dia memutuskan untuk pergi jauh
demi menjaga perasaan istri tercintanya.
Jujur! Dialah mihrab cinta sejatiku, ya Allah
*****
Episode gelombang pahit prahara cinta baru saja dimulai.Perkawinanku yang telah memasuki tahun ke-empat, belum juga
membuahkan sang buah hati. Kecemasan, kegelisahan dan
kegundahan mewarnai bahtera rumah tanggaku. Gosip tak sedap
kanan-kiri semakin menggatalkan daun telingaku dan Mas Syafi',
suamiku.
"Kok belum punya anak juga, kira-kira siapa yangbermasalah, yah?!"
Mulanya berbisik-bisik, tapi akhirnya menjadi berisik pula.
Setiap aku mendengar gunjingan tetangga, aku pulang dengan
menangis parau. Mas Syafi', tampil beserta kebijaksaannya,
memelukku penuh curahan kasih sayang.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
38/219
29Diary Hitam
Atas tuntutan naluriku, tanpa sepengetahuan siapapun,
aku mengajak Mas Syafi' berkonsultasi ke salah satu
laboratorium termasyhur di kota Mukalla. Di sana aku
memeriksakan gangguan kehamilan.
"Tuan Syafi', silahkan Anda masuk ke ruang dokter!"
panggil seorang suster bercadar hitam dengan memakai jas dinas
putih.
"Mas, aku ikut, yah!" pintaku memelas.
"Tenang, sayang! Semuanya pasti baik-baik saja, kok!
Percaya pada Mas, yah!" ucapnya sembari mengecup kening
beningku.
Lima menit berselang
Mas Syafi' mulai nampak keluar dari ruangan dokter. Aura
wajahnya masih tetap berseri seperti sedia kala.
"Yuk, ikutan masuk, sayang!" ajaknya kepadaku.
Hatiku gontai menapaki lantai menuju ruangan dokter.
Kayak apa persisnya aku di saat itu, aku tak bisa
menerjemahkannya dalam cerita ini.
Ya Tuhan! Teguhkanlah hatiku menerima qadha dan qadar-
Mu.
Dokter perempuan tua renta di depanku terlihat canggung
memberitahukan hasil laborat. Dia menatap suamiku cukup lama,
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
39/219
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
40/219
31Diary Hitam
Sebuah penjelasan yang seakan menamatkan episode
hayatku. Impianku menjadi seorang bunda kandas ditengah jalan.
Shockberat!
*****
Hidupku adalah cabikan luka, serpihan tanpa makna, hari-hari yangmeranggas lara. Namun, dalam naungan suci cinta, simfoni
perjuanganku menggema (Mukalla, 141008)
Setelah sekian lama, aku baru menyadari kamuflase
skenariomu. Engkau sungguh tak ingin menodai perasaan hatiku.
Sampai dirimu rela disumpah-serapahi para tetangga, dihina
karena kemandulan yang Engkau rekayasa.
Benar! Simfoni cintamu telah merubah hari-harimu yangmeranggas lara menjadi euforia seribu pesona. Engkau berani
memanipulasi undang-undang kedokteran, hanya karena rasa kasih
sayangmu terhadap diriku, Najwa Salsabila, istri tercintamu.
Ketika itu, Engkau berani membujuk dokter untuk
merekayasa hasil laborat yang ternyata memvonis bahwa aku
terjangkit penyakit endrometriosis. Terjadi pertumbuhanabnormal jaringan impian di luar uterus.
Dengan usaha jungkir balik, engkau berusaha membujuk
dokter. Kontan saja, dokter menolak semerta-merta. Namun,
akibat terus didesak, akhirnya dokter setuju merekayasa hasil
vonis laborat untuk mengalihkan asal permasalahnnya ke pihak
suami.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
41/219
32Diary Hitam
Dan dimulailah pagelaran dramatis yang mencompang-
campingkan jubah kebijaksaanmu, menginjak hina mahkota
kepemimpinanmu.
*****
Lima tahun berlalu
Aku dan Mas Syafi' mampu mempertahankankeharmonisan mahligai keluarga kami menghadapi polemik
kemandulan ini. Hingga tibalah rasa egoisme darah Arabku muncul,
aku mulai sering mencaci maki dirinya, karena ketidaksuburannya.
Sampai suatu saat, aku melontarkan permintaan cerai selamanya.
"Mas Syafi', Saya telah bersabar menerima caci-maki
selama tujuh tahun. Berdoa, bermunajat maupun pelbagai usahatelah kita usahakan. Kesabaranku juga mempunyai batas
kewajaran. Rasanya, sangat pantas jikalau Saya mendambakan
buah hati, Mas. Dan sepertinya, Mas Syafi' tak mampu
mewujudkan impianku tersebut. Saya kecewa, Mas!"
Emosiku mencapai titik puncaknya, alur pikiranku telah
lepas kendali. Sehingga Aku tega mengucapkan dengan nada suaramelecit lengking:
"Mas, talak Aku tiga kali!"
Spontan, Mas Syafi' kaget bagai tersambar petir
halilintar. Raut mukanya memurung, rasa putus asa kian
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
42/219
33Diary Hitam
menyelimuti urat nadinya. Terlihat, butiran embun air mata
menetes dari muara kelopak matanya.
Hati kecilku menyatakan penyesalan, tapi apa jadinya?!
Nasi telah berubah menjadi bubur.
"Istriku, berikan waktu tiga hari untuk Mas Syafi'
memikirkan hal tersebut. Mas Syafi' tak ingin istana keluarga
kita roboh di persimpangan jalan sebelum mencapai tujuan,"
pintanya memohon.
Bagaikan patung yang membisu, aku mulai tak menggubris
segala ucapannya. Sejak saat itu, hilanglah rasa hormat patuhku
sebagai seorang istri tersayangnya.
*****
"Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang Najwa alami,
melainkan sesuatu yang Najwa kenang."
Keesokan harinya
Badanku lemas, tiada gairah mensuplay makanan, mual danmuntah. Wajahku pucat layu, mata membengkak. Pinggang terasa
nyeri ngilu, disertai sesak nafas. Bahkan lebih parahnya,
kencingku serasa perih tapi keluarnya cuma sedikit. Berwarna
merah darah seperti mengancam jiwa.
Aku malu untuk menelpon Mas Syafi' yang saat itu sedang
mengisi seminar "Fisika Lingkungan" di Andalus University, kota
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
43/219
34Diary Hitam
Ma'rib-Yaman. Memang, apa pedulinya dia dengan kondisiku?,
serapah batinku. Lantas, aku memutuskan berangkat sendiri ke
rumah sakit tanpa ditemani seorangpun.
Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, baik darah
maupun urine, pengambilan gambar struktur anggota dalam
dengan metode Ultrasound, seorang nephrologist atau ahli ginjal
menghampiriku seraya berkata:
"Maaf, ibu Najwa! Anda mengalami kegagalan fungsi ginjal
secara serius. Saya menyarankan agar Anda menginap guna
mendapatkan pengontrolan secara periodik."
Astaghfirullah!!! Aku kaget setengah mati.
"Bagaimana itu terjadi, dokter?" tanyaku penuhkebingungan.
"Hasil penelitian kami menyatakan ada sebuah sumbatan
pada saluran kemih anda, sepertinya terjadi penyempitan atau
striktur."
Allah, Tuhanku
Alangkah banyaknya kekhilafan hamba terhadap-Mu. Baru
saja kemarin Engkau mengujiku dengan musibah kemandulan Mas
Syafi', Sekarang, Engkau malah ingin merengut nyawaku dengan
penyakit gagal ginjal ini.
Asa hayatku kian meredup. Kehancuran dan kehampaan
menghantui otak sehatku. Aku menjadi setengah gila akibat
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
44/219
35Diary Hitam
permainan keji dunia. Tubuhku cukup berbaring membatu di ruang
inap VIP. Entah mengapa, kebencianku kepada Mas Syafi' semakin
membuncang. Apalagi selepas aku divonis positif mengidap
penyakit gagal ginjal. Dokter menyatakan nyawaku tak akan dapat
terselamat kecuali ada orang yang rela mendonorkan ginjalnya.
Pikirku bernalar, sebentar lagi Najwa Salsabila, putri
kesayangan walikota Mukalla, akan segera hangus dari permukaan
bumi. Tinggal menunggu masa penantian
*****
Aku tak tahu dari arah mana turunnya mukjizat Tuhan.
Ada seseorang yang rela mencangkok ginjalnya demi
keselamatanku. Dokter segera mengoperasi total ginjalku.
Alhamdulillah Proses transplantasi ginjal berjalan lancar, danaku semakin mendekati kesembuhan.
Tapi, Mas Syafi' kemana? Istrinya mengalami masa kritis,
dia justru pergi tanpa pamit. Suami macam apa dia?!, gerutuku
saat memberesi perlengkapan untuk persiapan pulang ke rumah.
Sebelum beranjak meninggalkan rumah sakit, seorangsuster memanggilku sambil memberiku sepucuk surat berwarna
biru laut dan buku diary hitam.
"Ini titipan dari si penyumbang ginjal, terimalah!" ucapnya
menyungging senyum.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
45/219
36Diary Hitam
Perlahan aku buka secarik lembaran biru laut tersebut.
Aroma wangi melati menyeruak masuk lubang hidungku. Dan,
ternyata surat dari
Untuk kekasih hatiku, Najwa Salsabila
Gubahan pesona putri Balqies tahun millennia
Mukalla, 14 Oktober 2008Aku,
Adalah kubangan lumpur hitam yang mendebu, menempeldi sandal dan sepatu, hingga di atas aspal, terguyur hujan,terpelanting, masuk comberan. Siapa sudi memandangatau sekedar mengulurkan tangan?!
Tanpa uluran tangan kasihmu, sayang! Aku, tetaplahlumpur hitam yang malang. Namun, terlalu banyak akumenodai gaun sucimu, sayang. Sehingga, aku menjauhidirimu sedini hari.
Najwa Salsabila, sayangku!
Jikalau eksistensiku dalam kehidupanmu adalahkebahagiaan, maka ingatlah. Namun, tatkala dirikuhanyalah kehancuran, maka lupakanlah. Dan sesungguhnya,"Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang Najwa alami,melainkan sesuatu yang Najwa kenang."
Sang Pujangga Hatimu,
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
46/219
37Diary Hitam
Syafi' Haidar
Astagfirullah!!! Betapa dzalimnya hamba kepada MasSyafi'. Dia tega berkorban mendonorkan ginjalnya demi
kemaslahatanku. Tapi, mengapa hamba tega mengkhianatinya?!
Secepat kilat, aku menelpon nomer handphone suamiku.
"Maaf, nomer yang anda hubungi sedang tidak aktif."
Nomer ponselnya sudah tak aktif lagi.
Mas Syafi', dimanakah Engkau? Najwa ingin berlutut
memohon restu ridhomu, suamiku.
Sejak saat itu, aku menyadari kesalahan besarku
terhadap Mas Syafi'. Romansa asmaranya sungguh tulus, murni
atas nama cinta. Tak bergeming sedikitpun, walau badai topanmenghantam.
*****
Hari ini, 23 Juni 2011
Merupakan lebaran Ied fitri kedua tanpa kehadirannya.
Putri pertamaku, Farah Stivana Zahra, sering menanyakan dimana
keberadaan ayahandanya.
"Bunda, papa dimana? Kok gak pernah jenguk Farah? Apa
papa sudah gak sayang sama Farah, yah?" dengan logat balitanya
dia bertanya. Mimik polos Farah acapkali membuatku menangis
tersedu. Andai kata dulu aku mau bersabar, mungkin tak akan
seperti ini alur ceritanya.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
47/219
38Diary Hitam
"Papa bentar lagi datang, Farah. Papa lagi sibuk di luar
kota. Papa sayang banget sama Farah. Farah tenang saja, yah
sayang!" ucapku sembari mengecup lembut kening mungilnya.
"Tapi, kenapa lama sekali, bunda? Farah kangen banget
sama papa."
Aku tak kuat lagi membendung air mata. Dari balik ruang
tamu, abah dan umi' hanya sedih melihat malangnya nasibku. Aku
memeluk erat putri pertamaku. Menangisi betapa fatalnya
perbuatanku ini.
Harus beralasan apalagi aku di depan Farah. Sebentar
lagi, dia akan mengetahui kebloonan ibunda tercintanya.
Farah Stivana Zahra, putri tunggalku ini lahir setahunsetelah terjadinya polemik dahsyat dalam bahtera rumah
tanggaku. Penyakit Endometriosis yang aku derita semakin
menunjukkan titik kesembuhan. Singkatnya, pada tanggal 12
Agustus 2009, Farah Stivana Zahra menatap dunia untuk pertama
kalinya.
"Na Najwa.. cepat ke depaaann!!"
Suara abah memanggilku keras. Ada apa, jarang sekali
abah menyeruku setengah membentak. Aku menggendong Farah
menuju ruang tamu. Dan
Deegg!! Tubuhku bagai tersengat ribuan watt setruman
listrik. Hatiku seperti meledak semburat. Mataku melotot serasa
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
48/219
39Diary Hitam
ingin keluar dari sarangnya. Mustahil!! Seorang lelaki separuh
baya, tinggi semampai, berbadan tegap gagah yang sekarang
berada di ruang tamu itu adalah
"Mas Syafi' Haidar!!"
Semerta-merta, aku turunkan Farah pelan, sebelum
akhirnya aku berlutut merangkul betis kaki Mas Syafi'.
"Mas, maafin Najwa!! Najwa khilaf atas semuanya. Najwa
gak ingin lagi ditinggal Mas Syafi'. Najwa insyaf, Mas!!" kataku
diringi isak air mata menyeruak seru.
Sambil perlahan mengangkatku, dia merangkulku hangat.
Aku pun membalasnya dengan dekapan erat. Kerinduanku telah
menjulang tinggi tanpa batas.
"Najwa, ini merupakan level permainan hidup yang harus
kita hadapi. Kita masih dalam tahap proses. Maka wajar jikalau
salah satu dari kita berbeda pendapat, atau bahkan bertengkar
sengit." ujarnya penuh pendewasaan. Aura wajahnya sungguh
teduh mengayomi.
"Mas Syafi' masih marah dengan Najwa?," tanyaku
mengiba.
"Najwa, entah seberapa dalam rasa cintaku padamu,
sehingga membutakan mata hatiku untuk menilik kealpaanmu.
Engkau adalah belahan kalbuku, sekarang dan selamanya."
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
49/219
40Diary Hitam
Ya Allah!! Beruntung sekali aku bersuamikan Mas Syafi'.
Seratus persen dia tidak mencintaiku karena aspek kekayaan,
kecantikan bahkan kedudukan. Dia mencintai, menyayangiku
setulus nuraninya.
Aku raih tangan si kecil Farah, kemudian menggendongnya
menghadap papa yang selama ini ia kangeni.
"Farah, ini papa Syafi' yang selalu Farah tanyain?,"
bisikku manja di dekat pipi halusnya.
"Ini papa Syafi'?!" tanya Farah polos sambil mengacung-
acungkan jari mungil telunjuknya.
"Iya, sayang!!" jawabku sembari mencium pipinya.
"Papa jahat, kenapa ninggalin Farah lama banget?!"
cerocos Farah sekenanya.
Mas Syafi' langsung memintaku agar dia menggendong
Farah. Setelah berada di dekapannya, Mas Syafi' berkata:
"Farah, anakku! Maafin papa yah, sayang! Papa gak akan
tinggalin kamu sendirian lagi. Janji, deh!!" ujar Mas Syafi'
menghibur.
"Bener, yah pa!" pinta Farah memanja.
"Papa janji nanti kalau pergi kemanapun, Farah dan bunda
pasti papa ajak. Okey!," balas Mas Syafi' sambil gemas menciumi
tangan imut Farah.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
50/219
41Diary Hitam
"Oh ya, papa ada sedikit kejutan buat Farah," lanjut Mas
Syafi' sembari menggeledah tas ransel hitamnya. Tranaaa
"Ouwh, bagus banget boneka pandanya, Pa!! Makasih
papa!!." Farah tampak riang gembira. Dia merangkul hangat papa
tercintanya. Mas Syafi' mengedipkan mata kanannya kala
menatapku. Masya Allah!
*****
Dalam larutnya kelambu malam, ketika Mas Syafi' tengah
mendongengi Farah dengan cerita anak sholeh, sambil duduk di
tepi gorden hijau jendela, menatap sihir panorama kota, iseng-
iseng aku menulis di lembaran terakhir diary Mas Syafi'.
"Aku dan engkau bukanlah sebuah kisah. Kenangan danpengalaman, itulah kita. Sehingga, aku merasa bahwa aku taksanggup jika harus menjauh. Malah semakin dekat, lebih dekatdan sangat dekat. Sebab engkau adalah"
Belum sempat goresan tanganku melanjutkan, Mas Syafi'
merangkul mesra dari belakang seraya berbisik manis madu dekat
daun telingaku: "Sebab engkau adalah kekasih hati dan kenanganterindahku, Najwa Salsabila."
Subhnallah.Desiran angin malam pantai Cornies, Mukalla,serasa merasuki penjuru relung jiwaku. Kemerlip lampu apartemen
memanjakan pemandangan merdunya. Apalagi, jika sang kekasih
berlipur sayang dalam sorotan remang rembulan.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
51/219
42Diary Hitam
Mas Syafi Haidar, persembahan agung Tuhan untuk diriku!Rabban hablan min azwajin wa dzurriyyatin qurrata a'yun,
waj'aln lil muttaqina imm
* Penulis Adalah Mahasiswa S1 Tingkat 5univ. Al Ahgaff, fak.
Syariah, Tareem, Hadromaut, Yaman.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
52/219
43Cahaya Di Atas Cahaya
By: Adly Al Fadly
ata kecil itu masih meneteskan airmata. Dari
jauh kulihat ia menelungkup sendirian di pojok
asrama. Siluet cahaya rembulan membuat
sosoknya terlihat lebih jelas, tergugu dikeremangan malam. Pelan-
pelan aku mulai menghampirinya
Iyas . . . kenapa menangis? Tanyaku sambil menepuk
pundak kecil Iyas. Iyas berbalik dan kaget mendapati diriku yang
muncul tiba-tiba. Dengan cepat tangan kecilnya menghapus sisa
airmata yang masih mengalir mambasahi pipinya. Ia tak
menghiraukan hadirku. Ia malah diam dan berbalik
membelakangiku
Iyas . . Kak Maula kan cuma bertanya? Kenapa Iyas
menangis? Kalau Iyas punya masalah, Iyas bisa cerita sama Kak
Maula. InsyaAllah jika Kak Maula mampu, Kak Maula pastimembantu Iyas.
Aku mencoba berbicara pelan. Iyas masih tetap pada
pendiriannya. Terdiam. Sesekali suara ingusnya terdengar
membuat pundaknya bergetar.
Iyas . . . aku memanggilnya lagi.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
53/219
44Cahaya Di Atas Cahaya
Iyas sedih, Kak. Iyas tidak bisa masuk surga. Suara
kanak-kanaknya terdengar serak. Aku kaget dengan perkataan
Iyas.
Maksud Iyas? Semua orang bisa masuk surga termasuk
Iyas.
Tapi surga ada di telapak kaki ibu, Kak ! Aku semakin
bingung dengan jawaban Iyas. Aku mencoba mencerna kata-kata
Iyas. Belum sempat aku memahami, Iyas kembali menyahut,
Sedangkan Iyas, Iyas tidak memiliki ibu, Kak. Dari kecil
Iyas tak pernah tahu siapa ibu Iyas. Surga hanya ada buat
mereka yang memiliki ibu, Kak. Iyas tak akan bisa masuk surge.
Iyas kembali menangis. Tangisnya semakin deras. Ia masih
membelakangiku. Pelan-pelan aku membalikkan badannya.
Siapa bilang Iyas tidak memiliki ibu? Bunda Rahma kan
ibunya Iyas, juga ibunya Kak Maula, jawabku sambil
menggenggam kedua lengan Iyas.
Tapi Bunda Rahma bukan ibu kandung Iyas, Kak. Kak
Maula tahu itu, kan? Surga hanya ada di telapak kaki ibu yang
melahirkan anaknya. Dari Iyas kecil hingga Iyas berusia sebelastahun, Iyas tak pernah tahu siapa ibu kandung Iyas. Iyas rindu,
Kak! Iyas berteriak dan berontak dari genggamanku. Dadanya
naik turun seiring dengan deru tangisnya. Aku memeluk tubuh
kecil Iyas. Kusandarkan kepalanya di dadaku.
Iyas! Aku mengelus kepala Iyas. Pundaknya masih
bergetar menahan isak tangis yang sesekali masih ia tahan.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
54/219
45Cahaya Di Atas Cahaya
Iyas tahu tidak? Tuhan itu maharahman dan maharahim.
Tuhan menciptakan surga tidak hanya dengan satu jalan. Banyak
jalan untuk bisa mendapatkan surga. Kalau Iyas rajin sholat, rajin
puasa dan rajin berbuat kebaikan, Iyas pasti bisa masuk surga.
Aku menarik bahu Iyas dan menatap matanya dalam-dalam.
Kuhapus sisa airmata yang masih mengalir di pipinya. Aku
memangku Iyas dan merangkulnya erat.
Surga memang ada di telapak kaki ibu, tapi bukan
berarti itu jalan satu-satunya. Kak Maula dari kecil juga tidak
pernah tahu siapa ibu kandung Kak Maula. Masa Kak Maula tidak
bisa masuk surga gara-gara tidak memiliki ibu? Kalau begitu
Tuhan tidak adil dong? Banyak juga kan yang memiliki ibu tapi
durhaka? Masa orang durhaka bisa masuk surga? Pelan-pelan aku
menenangkan hati Iyas. Jilbab putihku berkibar diterpa angin
malam. Kupererat pelukanku ke tubuh mungil Iyas. Berharap iamerasa tentram berada di sisiku.
Andai Ibu dan Ayah Iyas ada di sini pasti mereka
sayang dan bangga memiliki anak seperti Iyas yang selalu ingin
berbakti pada orang tuanya.
Jika Ibu dan Ayah Iyas sayang pada Iyas, kenapa
mereka tega meninggalkan Iyas sendirian di panti ini? Iyas
mendongak ke arahku, memotong perkataanku. Aku terdiam
bingung. Tak tahu harus menjawab apa.
Kenapa Kak Maula diam? Kenapa, Kak? Kenapa Ibu dan
Ayah Iyas meninggalkan Iyas? Padahal Iyas ingin bersama
mereka?
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
55/219
46Cahaya Di Atas Cahaya
Mmm, mungkin . .mmm
Maula...Iyas... ayo masuk ke dalam, Nak! Angin malamtidak baik untuk kesehatan. Bunda Rahma pemilik panti berteriak
dari depan kamar.
Iya bunda, sebentar! Jawabku sambil berteriak.
Iyas, ayo masuk ke dalam! Kataku sambil berdiri tapi
tanganku segera ditarik oleh Iyas.
Tapi Kak, Kak Maula belum menjawab pertanyaan Iyas.
Sebentar saja, Kak! Iyas menatap mukaku.
InsyaAllah besok Kak Maula jawab. Sekarang masukdulu yuk, nanti dimarahi sama Bunda! Aku menarik tangan Iyas
dan menggandengnya menuju kamar. Kulirik gurat-gurat
kekecewaan tergambar di wajah Iyas. Ia tentu kecewa dengan
sikapku. Tapi aku sendiri bingung harus menjawab apa. Padahal
tanpa disadari seorangpun, hatiku juga merasakan perih yang
sama seperti yang dirasakan Iyas. Aku juga merindukan kasih
sayang seorang ibu yang selama ini selalu aku damba. Akupun tak
tahu siapa Ayah dan Ibu kandungku. Tapi aku harus bisa melawan
rasa itu. Aku harus bisa ikhlas menerima takdir Tuhan yang telahtergariskan atasku. Aku juga harus bisa menentramkan hati adik-
adik kecilku di panti ini, yang juga merasakan pedih yang sama
sepertiku. Kehilangan ayah dan ibu.
# # # #
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
56/219
47Cahaya Di Atas Cahaya
Kulihat Iyas telah lelap di sampingku. Aku beranjak dari
tidurku berganti duduk bersandar pada dinding kamar. Aku masih
terngiang dengan dengan pertanyaan Iyas barusan. Rasa
keingintahuan seorang anak kecil memang sangat besar, karena
pada dasarnya masa kanak-kanak adalah masa ingin tahu tentang
sesuatu. Jika ia tidak mendapat jawaban, ia pasti akan terus
mencarinya hingga ia menemukan jawaban itu.
Hhhh! Aku mendesah pelan. Kupandangi langit-langit
kamar yang tak berplafon. Entah sejak kapan Bunda Rahma
membangun panti ini. Hampir 18 tahun aku di sini. Dari kecil Bunda
Rahma yang merawatku kala aku tak mempunyai orang tua yang
seharusnya mengasuhku. Bunda Rahma orang yang sungguh mulia.
Tak pernah beliau pilih-pilih kasih terhadap anak-anak panti yang
berjumlah hampir lima puluhan, padahal Bunda Rahma sendiri
mempunyai anak. Oleh Bunda, kami semua disekolahkan disekolahan desa. Bunda Rahma selalu menanamkan rasa kasih
sayang pada diri kami. Bunda berharap jika kami sudah besar
nanti, kami mampu manyayangi dan menolong sesama.
# # # #
Bunda Rahma sedang menata kitab seusai pengajian
malam panti, ketika Iyas memeluknya dari belakang.
Bunda...! Iyas menggelayut manja.
Ada apa, Iyas? Bunda Rahma menoleh sambil
menggenggam kedua tangan Iyas yang melingkar di leher bunda.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
57/219
48Cahaya Di Atas Cahaya
Iyas sayang Bunda karena Allah, Iyas membisiki
telinga Bunda Rahma. Bunda Rahma terperanjat. Ia segera
menoleh pada Iyas. Mata Bunda berkaca-kaca. Dengan penuh
sayang Bunda Rahma mencium pipi Iyas dan menarik tubuh Iyas
ke pangkuannya.
Bunda juga sayang Iyas karena Allah, bisik Bunda
sambil mencium ubun-ubun Iyas.
Bunda...! Iyas kembali bersuara.
Iya, Sayang?
Bunda mau tidak menjadi cahaya bagi Iyas seperti
cahaya rembulan itu? Kata Iyas sambil menunjuk ke arah
rembulan yang bersinar terang.
Maksud Iyas?
Bunda... Bunda tahu kan kalau di atas sinar rembulan
ada sinar matahari yang menyinarinya?
Hmmm, Bunda mengerti. Cahaya rembulan kan berasal
dari pantulan cahaya matahari, Bunda Rahma manggut-manggut.
Iyas ingin bunda menjadi cahaya bagi Iyas yang bisa
mengantarkan Iyas menuju cahaya di atas cahaya Bunda. Seperti
cahaya matahari di atas cahaya rembulan.
Bunda tidak mengerti maksud Iyas? Kening Bunda
Rahma mengernyit.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
58/219
49Cahaya Di Atas Cahaya
Bunda..., Iyas pengen Bunda menjadi cahaya bagi Iyas
yang mampu mengantarkan Iyas menuju cahaya di atas cahaya
bunda, yaitu cahayanya Allah. Bukankah ridlonya Allah tergantung
ridlonya orang tua. Itu berarti Allah adalah cahaya di atas
cahaya. Dan Iyas tidak akan pernah bisa meraih cahaya Allah jika
Iyas tidak memiliki cahaya orang tua. Iyas kan tidak punya orang
tua, makanya bunda mau kan menjadi orang tua Iyas? Biar Iyas
bisa meraih cahaya di atas cahaya itu.
Airmata Bunda Rahma meleleh. Hatinya begitu tersentuh
dengan penuturan Iyas. Ia tak pernah menyangka anak sekecil
Iyas mampu berfikir sejauh itu. Bunda Rahma semakin
mempererat pelukannya.
Tentu saja Iyas, bunda pasti mau menjadi orang tua
bagi Iyas. Menjadi cahaya sebagai pengantar Iyas menuju cahaya
di atas cahaya yang diinginkan Iyas, suara Bunda Rahma serak.
Bunda Rahma terisak. Ia tidak tega melihat anak-anak seperti
Iyas yang sangat mendambakan kehadiran orang tua mereka. Ia
tahu kalau sebenarnya Iyas sangat merindukan Bunda dan Ayah
kandungnya.
Bunda kenapa menangis? Iyas mendongak ke arah
Bunda Rahma.
Nggak kok, Iyas. Bunda hanya terharu dengan ucapan
Iyas. Bunda janji akan menjadi cahaya terindah bagi Iyas.
Iyas tersenyum. Matanya berbinar terang seterang
cahaya rembulan yang menerangi malam kala itu.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
59/219
50Cahaya Di Atas Cahaya
# # # #
Yazid, Amar, lihat Iyas tidak? Tanyaku pada Yazid danAmar yang lagi asyik bermain kelereng.
Nggak tahu kak, coba Kak Maula cari di depan asrama
dekat kolam. Biasanya Iyas di sana, jawab Yazid. Aku segera
menyusuri koridor asrama menuju tempat yang dimaksud Yazid.
Dan benar. Di sana Iyas sedang asyik memberi makan ikan-ikan di
kolam.
Iyas..!
Eh, Kak Maula ngagetin Iyas aja! Ada apa, Kak? Iyas
menoleh ke arahku.
Iyas.. kok masih suka menyendiri sih? Padahal baru tadi
malam Bunda Rahma mengadakan acara syukuran buat ulang tahun
Iyas yang ke-18 dan juga Dek Fadhil. Bunda Rahma kan berpesan
pada Iyas untuk bersikap dewasa dan tak boleh suka menyendiri
lagi. Kalau Iyas punya masalah. Kapanpun Kak Maula selalu siap
untuk membantu Iyas semampu Kak Maula. Iyas terseyum
melihat kekhawatiranku.
Iyas tidak apa-apa kok, Kak. Iyas Cuma kadang sering
merasa aneh sendiri pada diri Iyas. Kenapa Iyas masih cengeng
ya, Kak? Padahal Iyas laki-laki dan telah menginjak usia dewasa.
Iyas mengajakku duduk di tepi kolam.
Iyas, semua manusia pasti merasakan kesedihan. Dan
menangis itu wajar. Itu fitrah seorang manusia. Tapi, manusia
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
60/219
51Cahaya Di Atas Cahaya
tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan. Allah tidak suka pada
hamba-Nya yang berlarut-larut dalam kesedihan. Aku mencoba
memberi pengertian pada Iyas.
Memangnya Iyas mikirin apa? Kok kelihatannya sedih?
Tanyaku.
Iyas masih sering teringat Bunda dan Ayah kandung
Iyas. Kenapa Iyas masih merasa kalau mereka itu ada, Kak? Iyas
sering iri melihat teman-teman Iyas bermanja-manja pada orangtua mereka. Kenapa Iyas tak bisa merasakannya? Iyas rindu
dengan Ayah dan Bunda kandung Iyas.
Mata Iyas menitikkan airmata tapi dengan cepat dihapus
oleh punggung tangannya. Aku kembali tersentak untuk kesekian
kalinya. Aku selalu bingung jika dihadapkan pada posisi seperti ini.
Akankah aku mengatakan yang sebenarnya? Sebenarnya aku tahukalau Iyas masih memiliki ibu kandung. Ingatanku kembali pada 17
tahun silam. Kala usiaku menginjak 7 tahun. Seorang ibu seusia
Bunda Rahma menitipkan bayinya yang tak lain adalah Iyas kepada
Bunda Rahma. Kuingat Bunda Rahma sempat menolak Iyas karena
Iyas masih membutuhkan perhatian ibu kandungnya. Tapi entahlah
aku tak begitu mengerti waktu itu. Semuanya tiba-tiba telah
terjadi seperti sekarang.
Kak..! Aku tersentak dari bayang-bayang masa laluku
dan masa lalu Iyas.
I..iya, Iyas?
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
61/219
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
62/219
53Cahaya Di Atas Cahaya
Oh Ibu, apakah engkau tak merasakan getar kerinduan
anakmu? Bisikku perih di dalam hati.
# # # #
Iyas telah sampai di depan rumah persis seperti alamat
yang aku berikan. Tentunya tanpa sepengetahuan Bunda Rahma.
Iyas terus menunggu di depan pagar menanti sang empu rumah
keluar. Tak berapa lama dari balik pintu muncul seorang
perempuan paruh baya seusia Bunda Rahma. Hati Iyas bergetar.Apakah sosok di depannya memang ibu kandungnya yang selama ini
begitu ia rindu kehadirannya.
Cari siapa, Mas? Perempuan itu bertanya pada Iyas.
Bunnda..? Iyas mendesis lirih dan terbata. Perempuan
itu terperanjat. Tubuhnya sedikit limbung seakan slide-slidememory menghampiri alam sadarnya. Matanya berkaca-kaca.
Bunda..ini Iyas bunda. Bunda mengenali Iyas, kan? Iyas
mendekati perempuan itu. Tubuh perempuan itu semakin
bergetar. Entah, apa yang ia rasakan. Apakah benar ia ibu
kandung Iyas? Iyas semakin mendekat ke arah perempuan itu.
Tidaakkkamu bukan anakku. Aku tak mengenalmu.
Kamu salah. Pergi! Pergi!! Perempuan itu terisak dan berlari ke
dalam rumah.
Bunda Iyas yakin kamu bunda kandung Iyas. Iyas
sangat merindukan bunda. Bundaaa!!! Iyas menggedor pintu
rumah. Airmatanya berderai.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
63/219
54Cahaya Di Atas Cahaya
Bundaa, Iyas sangat ingin bersama bunda. Apa salah
Iyas hingga bunda meninggalkan Iyas? Bundaa, buka pintunya
bunda! Iyas terisak di depan pintu.
Bundaaaa!!
# # # #
Maafkan Maula, Bunda, Maula tidak tega melihat Iyas
selalu menangis. Iyas rindu pada ibu kandungnya. Aku memelukBunda.
Sudahlah Maula, nasi telah menjadi bubur. Bunda hanya
takut Iyas semakin depresi dengan kejadian ini. Ibunya memang
tak mengharapkan hadirnya. Mata Bunda Rahma berkaca-kaca.
Aku menunduk. Aku semakin merasa bersalah.
Kau hiburlah Iyas! Jangan sampai ia melakukan hal-hal
yang bisa membahayakan jiwanya. Syetan selalu membisiki hati-
hati yang kosong. Bunda Rahma berbalik dari hadapanku
menghadap jendela. Tangis Bunda Rahma semakin deras.
# # # #
Semakin hari, Iyas semakin menjauh dari keramaian.Sering kulihat ia menangis sendirian seakan tak terima dengan
kenyataan ini. Beberapa kali aku mencoba menghiburnya tapi tak
menunjukkan respon positif hingga suatu hari kulihat Bunda
Rahma berlari tergopoh-gopoh kebingungan dan menghampiriku.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
64/219
55Cahaya Di Atas Cahaya
Maula, cepat panggil Iyas! Kita ke rumah sakit
sekarang! Aku kaget dengan ucapan Bunda. Pikiranku mulai
menerka-nerka.
Ada apa, Bunda? Tanyaku dengan kebingungan.
Ibunya Iyas masuk rumah sakit. Cepat panggil Iyas!
teriak Bunda Rahma cemas.
# # # #
Setelah kami diagnosa, Ibu Afifa mengalami depresi
berat hingga membuat penyakit gagal ginjalnya kambuh. Keadaan
beliau sekarang sangat kritis. Penyakit gagal ginjalnya telah
memasuki stadium akhir. Dan itu sangat berbahaya. Kami tak bisa
melakukan apa-apa kecuali menunggu donor ginjal yang bersedia
mendonorkan ginjalnya untuk Ibu Afifa. Kami juga tidak bisamenentukan sampai kapan Ibu Afifa bisa bertahan. Bunda Rahma
menjerit mendengar penjelasan dokter. Telapak tangannya
menutupi mulutnya. Aku tertunduk. Kedua sudut mataku berair.
Aku tahu ini semua salahku. Akulah yang mengakibatkan ini semua
terjadi. Sejenak kami semua terdiam. Hening. Bingung dengan
keadaan.
Saya bersedia, Dok. Saya bersedia mendonorkan ginjal
saya untuk bunda Afifa, tiba-tiba Iyas menyahut membuat kami
semua terperanjat.
Iyas Bunda Rahma menoleh kepada Iyas. Raut
mukanya kaget dan cemas.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
65/219
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
66/219
57Cahaya Di Atas Cahaya
Sudahlah Maula, tidak baik terus menerus menyesal.
Sekarang kita hanya bisa berdoa. Menyandarkan semuanya di sisi
Allah. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk Iyas dan
ibunya. Bunda Rahma menghiburku dengan suara serak. Tubuhku
semakin dipeluknya erat. Setetes airmata menetes membasahi
ubun-ubunku. Aku semakin tergugu dipelukan Bunda. Tiba-tiba
dokter yang menangani Iyas keluar dari ruang bedah. Serentak
aku dan Bunda berdiri.
Bagaimana, Dok? Tanya Bunda Rahma cemas. Hatiku
ketar-ketir.
Sejauh ini pendonoran ginjal ke tubuh Ibu Afifa
berjalan lancar. Kita hanya bisa menunggu sampai Ibu Afifa
tersadar. Semoga tidak ada penolakan dari tubuhnya dengan
ginjal yang didonorkan saudara Iyas.
Lalu, kondisi Iyas bagaimana, Dok? Dia baik-baik saja,
kan? Bunda Rahma semakin cemas.
Itu yang kami sesalkan, Bu, jawaban Dokter membuat
Bunda Rahma dan aku shock. Kurasakan tubuh Bunda Rahma
bergetar hebat. Airmataku kembali mengucur.
M..maksud Dokter? Bunda Rahma terbata-bata.
Kami tak menyangka kemungkinan terburuk itu terjadi.
Secara tes medis saudara Iyas memenuhi kriteria pendonor
ginjal. Tapi di tengah-tengah operasi pembedahan, kondisi tubuh
saudara Iyas drop. Daya tahannya tiba-tiba menurun hingga
memicu pendarahan yang keluar semakin banyak. Kami telah
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
67/219
58Cahaya Di Atas Cahaya
menangani sekuat kami. Untuk saat ini kami tak bisa memastikan
kondisi Iyas. Sekarang ia tak sadarkan diri. Ibu dan Adik teruslah
berdoa, semoga ada mukjizat yng membuat kesehatan Iyas
kembali pulih.
Keterangan Dokter terdengar seakan halilintar yang
menyambar aku dan Bunda Rahma. Bunda Rahma menjerit.
Bibirnya bergetar menyebut nama Iyas. Aku semakin tergugu
dalam tangisku bercampur rasa bersalahku.
Iyaaaasss I..yaaasss!! Tubuh Bunda Rahma limbung.
Tiba-tiba Bunda Rahma pingsan.
# # # #
Aku dan Bunda Rahma masih tetap menunggui Iyas. Iyas
masih tak sadarkan diri. Kondisinya masih kritis, sedangkanibunya telah melewti masa-masa kritisnya. Sampai saat ini Ibu
Afifa tidak pernah tahu siapa yang mendonorkan ginjal untuknya.
Pun Ibu Afifa tidak tahu kalau Iyas dirawat di rumah sakit
tempat ia juga dirawat.
Bun...daaa....Bunda...!! Aku dan Bunda Rahma kaget dan
serentak menoleh.
Iyas... Bunda Rahma segera berlari menuju Iyas
disusul aku.
Bund..daa.....Bundaaa.. Iyas mengigau di bawah alam
sadarnya,
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
68/219
59Cahaya Di Atas Cahaya
Iya sayang, ini Bunda. Bunda ada di samping Iyas.
Bunda Rahma terisak. Ia membelai kepala Iyas. Aku menggenggam
erat telapak tangan Iyas.
Bunndaaa... Iyas rindu dengan Bundaaa... Tangis Bunda
Rahma semakin deras. Bunda Rahma tahu siapa yang dimaksud
Iyas di bawah alam sadarnya. Hatiku tersentak. Getir. Airmataku
tak berhenti menetes. Iyas sangat merindukan ibunya. Aku
berlari keluar dengan tersedu-sedu. Hatiku tak kuat melihat
betapa tersiksanya Iyas dengan perasaan rindu yang bertahun-
tahun dipendamnya. Iyas tentu sangat tersiksa dengan perasaan
yang setiap hari selalu muncul membuat tangisnya terpancing
keluar. Diam-diam tanpa sepengetahuan Bunda Rahma aku berlari
menuju kamar tempat Bunda Afifa, ibu kandung Iyas dirawat. Aku
tidak tega melihat Iyas tersiksa seperti ini. Kenapa ibunya begitu
tega meyiksa Iyas dengan perasaan yang maha dahsyat sepertiini? Aku membuka pintu kamar.
Siapa kamu? Bunda Afifa bertanya padaku. Suaranya
masih lemah.
Ibu mataku masih sembab. Sesekali aku menghapus
airmataku yang kadang masih menetes. Bunda Afifa heran melihat
tingkahku.
Bu, kenapa Ibu tega menyiksa Iyas. Iyas sangat
merindukan kehadiran Ibu. Bertahun-tahun Iyas menangisi Ibu.
Airmataku tak mampu kutahan. Bayang-bayang Iyas yang
tergeletak lemah di ranjang muncul dalam fikiranku. Kulihat bunda
Afifa memalingkan mukanya.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
69/219
60Cahaya Di Atas Cahaya
Bu, tolong! Aku mohon kasihanilah Iyas! Ibu boleh
membenci Iyas, tapi lihatlah Iyas sekarang! Iyas membutuhkan
kehadiran Ibu.
Aku tak pernah membencinya, airmata mulai
membasahi pipi bunda Afifa.
Lantas, kenapa Ibu tega menyiksa perasaan Iyas
seperti itu? Dia sangat merindukan Ibu. Ia sering menyendiri
hanya untuk menghayalkan ibu kandungnya. Lihat dia sekarang,Bu! Aku menarik tangan bunda Afifa.
Aku tak ingin teringat dengan almarhum suamiku, ayah
Iyas. Aku terlalu mencintainya. A..ku aku tak mau mengingat
sosoknya. Hatiku selalu sedih jika mengingat suamiku. Ia
meninggal saat aku mengandung Iyas. Kamu tak tahu perasaanku
Bunda Afifa menatapku. Airmatanya terus mengalir.
Tegakah Ibu mengorbankan Iyas, darah daging Ibu,
hanya karena perasaan itu? Apakah Ibu tidak merasa bersalah?
Apakah Ibu pernah membayangkan terpisah dengan orang tua
kandung Ibu? Aku pernah merasakannya, Bu, bahkan sampai
sekarang. Sakit rasanya. Itulah yang selalu mendera hati Iyas.
Aku yang selalu bersamanya. Aku yang mengerti betapa iatersiksa dengan perasaannya. Ia sangat rindu dengan Ibu. Aku
benci dengan alasan yang dilontarkan Bunda Afifa. Kenapa harus
ada Ibu yang begitu egois dengan perasaannya?
Jangan kau robek masa laluku. Kamu tak tahu
perasaanku. Aku bisa gila jika teringat suamiku, Bunda Afifa
menjawab sengit.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
70/219
61Cahaya Di Atas Cahaya
Tak tahu perasaan Ibu? Memangnya Ibu tahu perasaan
Iyas? Seharusnya Ibu yang bisa memahami perasaan Iyas. Iyas
yang bisa gila jika memikirkan Ibu terus menerus. Ia darah daging
Ibu. Darah Ibu mengalir ditubuhnya. Tak pernah sedikit pun aku
menyangka ada Ibu semacam anda. Dimana naluri kasih sayang
Ibu? Tangisku semakin deras.
Sudahcukup!! Jangan kau campuri urusanku! Kamu tak
tahu apa-apa, Bunda Afifa berteriak. Ia menuding mukaku kasar.
Aku menggeleng-geleng shock. Tak kusangka hati bunda Afifa
sekeras batu.
Kalau saja Ibu tahu, Ibu sangat beruntung memiliki
malaikat sebaik Iyas. Andai saja tak ada Iyas, nasib Ibu belum
tentu selamat. Sayang jika Iyas harus kehilangan hidupnya hanya
demi perempuan yang begitu dirindukannya tapi tak pernah
merasa, Aku memojokkan bunda Afifa. Aku menatapnya sinis.
Bunda Afifa tersentak.
Apa maksud kamu? Bunda Afifa kebingungan.
Ibu tahu siapa yang mendonorkan ginjalnya demi
keselamatan ibu? Aku bergetar. Tangis dan emosiku semakin
memuncak.
Tahukah, Bu? Siapa yang telah berkorban untuk Ibu?
Siapa, Bu? Ibu tidak tahu, kan? Emosiku semakin tidak
terkontrol. Mulut Bunda Afifa menganga tertutupi oleh oleh
tangan kanannya. Nafasnya serasa berhenti. Bunda Afifa tak
mampu berkata apa-apa.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
71/219
62Cahaya Di Atas Cahaya
Iyaslah orangnya. Iyas rela mengorbankan ginjalnya
demi Ibu. Iyas rela mengorbankan nyawanya demi keselamatan
Ibu hingga kini tergeletak tak berdaya karena pendarahan yang
tak kunjung berhenti. Hanya karena siapa, Bu? Hanya karena
siapa? Iyaslah yang berkorban itu semua. Iyas yang selalu
merindukan Ibu. Iyas yang selalu berdoa untuk ibu. Iyas yang
selalu mengharapkan kehadiran Ibu. Iyaslah orangnya, Bu!! Aku
semakin tergugu. Nafasku tak beraturan menuntaskan semua
emosiku yang memuncak. Aku menyudutkan Bunda Afifa yang takberhati itu.
Aa..pa? IyIyaas? Tangis bunda Afifa pecah.
Hatinya bergetar. Sedikit pun ia tak menyangka, anak yang dulu
dibuangnya kini justru menyelamatkan jiwanya. Bunda Afifa
menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Tangis
penyesalannya terdengar pilu.
Iyas anakku Bunda Afifa menjerit pedih.
# # # #
Bunda...Bunda! Iyas rindu BundaBunda!! kesadaran
Iyas masih belum kembali. Matanya masih terpejam.
Iyaass, buka matamu, Nak. Ini bunda. Bunda yang
selama ini Iyas rindukan, Bunda Afifa menggigit bibirnya
menahan tangis. Dengan penuh kasih sayang ia membelai kepala
Iyas. Aku dan Bunda Rahma terisak di samping kiri Iyas. Kulihat
dilayar monitor detak jantungnya berdetak lemah. Bibir Iyas
pucat bagaikan mayat. Aku tak tega melihat Iyas.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
72/219
63Cahaya Di Atas Cahaya
Iyasbuka matamu, Nak! Bunda rindu dengan Iyas.
Maafkan Bunda Iyas. Bunda janji akan selalu berada di sisi Iyas.
Buka matamu, Nak! tangis bunda Afifa semakin menderas. Tetes
airmatanya jatuh mengalir di kening Iyas. Tangan kanannya
mengenggam erat tangan Iyas. Tiba-tiba jemari Iyas bergerak.
Matanya mengerjap-ngerjap.
Alhamdulillah ya Allah!! Aku dan Bunda Rahmaserempak menjerit.
I Iyas me.. rasakan rinnddu itu begitu de..kaatt..!!
Iyas bersuara lemah dan terbata.
Ini bunda, Nakini Bunda kandung Iyas. Bunda yang
selalu dirindukan Iyas. Lihat, Iyas! Bunda Afifa semakin erat
menggenggam tangan Iyas. Matanya terus mengucurkan airmata.
Bunn..daaI..iiyyaass rindu Bundaaa Iyas memandang
bunda Afifa. Tangan kirinya menggapai wajah bunda Afifa seakan
memastikan bahwa ini semua nyata.
Iya, Iyas.. Bunda juga rindu dengan Iyas. Maafkan
Bunda selama ini yang tak pernah mau mengasuh Iyas. Iyas janji
cepat sembuh ya? Bunda ingin bisa hidup di sisi Iyas. Iyas jugamenginginkan hal itu kan? Iyas mengangguk lemah. Kedua sudut
matanya mulai berair. Tangan kirinya menghapus airmata yang
mengalir di pipi bunda Afifa. Aku tak kuat melihat Iyas dan bunda
Afifa. Bunda Rahma masih terisak.
Bunndaa, maukaah..Bun..da memel..luuk Iyas? I..yas ingin
merasa..kan pelukan hangat Bunnda..aa yang tak pernah Iyas
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
73/219
64Cahaya Di Atas Cahaya
rasakan. Selagi Iyas sekarang memi..liki kesem..patan itu. Air
muka Iyas pucat. Aku mulai berprasangka yang tidak-tidak. Bunda
Afifa langsung mendekap putranya dengan erat. Iyas merasakan
ketenangan yang amat sangat. Kerinduan yang bertahun-tahun ia
pendam kini telah terobati. Kedua sudut matanya mengucurkan
airmata.
Iyas, Iyas harus bisa sembuh ya! Iyas akan bisa hidup
bersama Bunda, Iyas. Bunda yang selama ini selalu Iyas rindukan,
ucap Bunda Rahma sambil mencium kening Iyas. Iyas memanndang
Bunda Rahma sambil tersenyum.
Bunda Rahhmaa, terimaa ka..sih atas semua kebai..kan
Bunnd..aa sela..maa ini. Iyas berjanji tak akaan per..nah
meelupakan Bunndaa. Bunda Rahhma te..ttap mennnjadi caha..yaa
Iyas. Cahaya dii..atas cahaya itu a..kan Iyyas raih dengan dua
cahaya yaaang ki..ni dimili..ki Iyas. Cahayaa Bundaa Raahhma daan
Bundda A..aafifa. Nafas Iyas terlihat lemah. Ia tak bisa
berbicara lancar. Iyas berganti menoleh ke arahku.
Kaak Maaulaa Kakaklah yaa.nng se..lama ini
men..dampingiii Iyas. Yang sel..llalu memotiva..si Iyyas. Hhh, Iyyas
takkaan bissa me..hhnemukan ca..haya Iyyas tanpaa kak Mauulaaa.
Terima kasih, Kaak. Aku tersenyum dalam tangisku yang masih
berderai. Aku menggenggam jemari Iyas sambil kuanggukkan
kepalaku. Iyas berbalik menoleh pada bunda Afifa.
Bunnd..daaahhhh.hhhhhhhhhh belum sempat Iyas
menyelesaikan perkataannya tiba-tiba tubuh Iyas mengejang.
Nafasnya makin tak karuan. Bulatan hitam di matanya hampir
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
74/219
65Cahaya Di Atas Cahaya
tertutup tergantikan warna putih pucat. Iyas terlihat sangat
kesakitan. Bunda Afifa dan Bunda Rahma menjerit panik. Bunda
Afifa menggoyang-goyang tubuh Iyas. Kulihat dilayar monitor
gambar detak jantung Iyas telah lurus menandakan tak ada
detaknya.
DokterDokterIyas anfal, Dok.! Aku berlari keluar
memanggil dokter. Bunda Afifa menggenggam erat tangan kanan
Iyas. Bunda Rahma membisik ke telinga Iyas sambil menggenggam
tangan kirinya. Keduanya tak dapat menahan isak tangisnya
melihat keadaan Iyas.
Buunn.dhhhaaa..hhhhhh.., tiba-tiba Iyas tersentak.
Seolah telah terlepas dari berton-ton beban yang menindihnya. Ia
seperti mendapatkan kekuatan untuk kembali sadar. Kekuatan
seorang bunda mampu menjadi spirit batin bagi darah dagingnya.
Nafasnya semakin lemah. Dadanya berdetak tak karuan. Sentakan
dadanya membuat ia tak bisa menghirup nafas banyak. Bibirnya
semakin pucat. Ia masih berusaha untuk berkata.
Buunndaaa. Iiiyyyaas menncciuum w..angi ssurgaa.
Ssurgaa yyang a..dda dii..telaapaak ka..ki bbunndaa. Bbboleehkah
Iyyaass meenciium teelapak kkaaki Bunnddaa. IIyaas inngiiin
mmennjadiii pppeengg..huuni ssurgaa ddeng..aan menggenggaam
riidloo Bunddaa. Bunda Afifa semakin tergugu. Tangisnya
semakin deras membasahi pipinya. Dadanya bergetar dengan
ucapan Iyas. Ia mengangguk mengiyakan permintaan Iyas. Dengan
dibantu Bunda Rahma Iyas menunduk mencium telapak kaki bunda
Afifa. Tangis bunda Afifa dan Bunda Rahma semakin berderai.
8/13/2019 Antologi Sastra Islam Edisi v Cetakan II
75/219
66Cahaya Di Atas Cahaya
Bunda Afifa memeluk kepala Iyas dan membenamkan dalam
dadanya. Airmatanya berjatuhan diwajah Iyas.
Bunndaaa Iyas menoleh lemah ke arah bunda Afifa
dan Bunda Rahma bergantian.
Keerriindu..an Iyyass tel..aah teroobati. Iyyaass aakkan
mmmenjemputt caahaaya di aataas cahhaya ittuu. Iyyaass jaanjji
aakaan mennjadi caahhayya bbunnda kelaak. Rridlloi Iyyass
bunndaa. Maafkaan seeggalaa keesaalaahn Iyyass suara Iyassemakin melemah. Matanya separuh tertutup. Nadinya hampir tak
terasa denyutny
Top Related