ANGGARAN DASAR
PERSATUAN INSINYUR INDONESIA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Insinyur
Yang dimaksud dengan Insinyur adalah gelar profesi bagi seorang yang telah memiliki
gelar akademik sebagai sarjana teknik, sarjana pertanian dan/atau sarjana teknik
terapan, lulusan program studi teknik terkait yang telah terakreditasi oleh lembaga
akreditasi perguruan tinggi yang berwenang, dan telah terdaftar sebagai Anggota
Persatuan Insinyur Indonesia.
BAB II
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
Pasal 2
Nama
Organisasi ini dinamakan "PERSATUAN INSINYUR INDONESIA", yang disingkat PII, dan
dalam bahasa Inggris adalah “Institution of Engineers, Indonesia”.
Pasal 3
Jangka Waktu
PII didirikan pada tanggal 23 Mei 1952 di Bandung, untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan, dan telah disahkan sebagai Badan Hukum dengan Surat Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia No. JA5/33/15 tanggal 11 Juni 1952.
Pasal 4
Tempat Kedudukan
PII bertempat kedudukan sebagai berikut :
1. Pengurus Pusat berkedudukan di ibukota Republik Indonesia.
2. Wilayah berkedudukan di ibukota Propinsi.
3. Cabang berkedudukan di tempat-tempat, baik di dalam atau pun di luar negeri, di mana
terdapat konsentrasi anggota PII dalam jumlah yang dipersyaratkanoleh Anggaran
Dasar ini.
4. Badan Kejuruan dan Badan Sekerja Teknologi tingkat nasional berkedudukan di
ibukota Republik Indonesia.
BAB III
AZAS, DASAR, BENTUK, DAN SIFAT
Pasal 5
Azas
PII berazaskan keprofesionalan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dengan berpegang pada iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tidak
bertentangan dengan ideologi dan dasar negara Republik Indonesia.
Pasal 6
Dasar
PII berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 7
Bentuk Organisasi
PII adalah organisasi profesi yang berbentuk perkumpulan yang terbuka dengan jaringan
pusat dan daerah.
Pasal 8
Sifat
PII adalah organisasi profesi yang bersifat nasional, bebas, mandiri, non-partisan dan
nirlaba.
BAB IV
TUJUAN, TUGAS DAN WEWENANG, DAN USAHA
Pasal 9
Maksud Dan Tujuan
PII bertujuan untuk :
1. Menjadi organisasi profesi keinsinyuran secara nasional yang memiliki kesetaraan dan
diakui internasional.
2. Memupuk keprofesionalan korsa Insinyur Indonesia, meningkatkan jiwa serta
semangat persatuan nasional dalam mendarma baktikan kompetensinya kepada
kepentingan bangsa dan negara melalui peningkatan nilai tambah perwujudan cita-cita
bangsa.
3. Meningkatkan kepedulian dan tanggap profesional terhadap permasalahan, tantangan,
serta peluang pembangunan nasional maupun daerah melalui optimasi pemberdayaan
kompetensi profesional secara integratif.
4. Mendorong keprofesionalan dalam penguasaan, pengembangan, pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan inovasi teknologi untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan
umat manusia pada umumnya dan khususnya rakyat Indonesia.
Pasal 10
Tugas Dan Wewenang
PII adalah organisasi profesi yang merupakan wadah berhimpunnya para Insinyur
Indonesia, untuk secara bersama meningkatkan kemanfaatannya bagi bangsa dan
negara, serta penguasaan, pengembangan dan pemberdayaan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kompetensi, untuk nilai tambah kesejahteraan umat manusia pada
umumnya, khususnya rakyat Indonesia, dengan tugas dan wewenang:
1. Meningkatkan peran dan tanggung jawab profesional profesi Insinyur Indonesia
dalam pembangunan daerah, nasional, regional dan internasional.
2. Meningkatkan kompetensi profesional Insinyur Indonesia sehingga berdaya saing
internasional yang mampu menjawab tantangan dalam kancah lokal, nasional,
regional dan internasional.
3. Memberikan pengakuan atas keprofesionalan Insinyur Indonesia bagi Anggota yang
telah memenuhi syarat untuk itu dalam bentuk Sertifikat Insinyur Profesional, serta
melakukan evaluasi atas keprofesionalan Insinyur Indonesia tersebut secara
berkala.
4. Melakukan penilaian atas prestasi Insinyur Indonesia secara berkala, serta
memberikan penghargaan bagi prestasi yang unggul, dan mempromosikan prestasi
yang unggul itu secara luas.
5. Melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pengembangan kompetensi keinsinyuran.
6. Menyelenggarakan kegiatan advokasi dan edukasi profesi keinsinyuran.
7. Membina dan mengembangkan kegiatan yang dapat mendorong Terciptanya iklim
untuk tumbuh-berkembangnya profesi keinsinyuran Indonesia.
8. Membangun sarana pengembangan dan pembinaan kompetensi profesi
keinsinyuran Indonesia yang diakui dunia internasional dengan menyelenggarakan
program-program pengembangan kompetensi profesi kensinyuran secara konsisten
dan berkelanjutan.
9. Memberikan pemahaman dan menerapkan Kode Etik keinsinyuran bagi anggota.
10. Melaksanakan bimbingan dan pengawasan terhadap Insinyur Indonesia agar dalam
menjalankan profesinya selalu menjunjung tinggi nilai moral serta mentaati Kode
Etik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi profesi keinsinyuran.
11. Membentuk prasarana dan sarana keorganisasian di pusat maupun daerah untuk
melaksanakan kegiatan pengembangan dan pembinaan kompetensi profesi dan
kesejahteraan Anggota.
Pasal 11
Usaha
Dalam usahanya untuk mencapai maksud dan tujuannya serta tugas dan wewenangnya,
PII dapat menyelenggarakan berbagai kegiatan peningkatan profesi keinsinyuran,
termasuk kegiatan pengkajian, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan,
sertifikasi keprofesionalan, dan penghargaan prestasi, secara mandiri dan bebas dari
pengaruh siapa pun, dengan tetap mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik PII, dan Keputusan-
Keputusan Kongres PII.
Pasal 12
Kode Etik
1. PII memiliki Kode Etik yang dimaksudkan untuk menjaga martabat dan kehormatan
profesi Insinyur Indonesia, yaitu sebagaimana terlampir.
2. Kode Etik menjadi landasan bagi sikap dan tata-laku setiap Insinyur Indonesia.
3. Anggota wajib mentaati dan melaksanakan Kode Etik serta ketentuan-ketentuan
pelaksanaannya sebagaimana diatur oleh Majelis Kehormatan Insinyur.
4. Bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik dilaksanakan oleh Majelis
Kehormatan Insinyur.
5. Penetapan dan perubahan atas Kode Etik dilakukan oleh dan dalam Kongres PII.
BAB V
ANGGOTA DAN WARGA
Pasal 13
Anggota
Anggota PII terdiri dari:
1. Anggota Biasa.
2. Anggota Luar Biasa.
3. Anggota Mahasiswa.
Pasal 14
Hak Dan Kewajiban Anggota
Setiap Anggota PII:
1. Berkewajiban mentaati dan melaksanakan ketentuan dalam Anggaran Dasar,Anggaran
Rumah Tangga, Keputusan Kongres PII dan Peraturanperaturan PII lainnya, termasuk
kewajiban membayar iuran anggota sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
2. Berkewajiban memelihara rasa kebersamaan dan solidaritas sesama anggota PII.
3. Berkewajiban menjaga nama baik PII dan menjunjung tinggi Kode Etik PII.
4. Berhak mengikuti semua program kegiatan PII yang secara resmi diselenggarakan di
lingkungan PII.
5. Berhak untuk menyampaikan pendapat, usulan dan saran dalam musyawarah dan
pertemuan PII.
6. Berhak untuk memilih dan dipilih bagi jabatan kepengurusan di tingkat nasional dan
daerah serta pada berbagai perangkat organisasi.
7. Berhak untuk mendapatkan advokasi dalam pelaksanaan kerja profesinya.
Pasal 15
Warga
Warga PII terdiri dari:
1. Anggota, yaitu perorangan warganegara Indonesia yang memenuhi persyaratan untuk
menjadi Anggota.
2. Mitra Profesi, yaitu perorangan warganegara asing yang memenuhi persyaratan
sebagai Mitra Profesi.
3. Organisasi Mitra, yaitu lembaga, organisasi atau badan usaha yang berkaitan erat
dengan profesi keinsinyuran, yang memenuhi persyaratan sebagai Organisasi Mitra.
4. Tokoh Kehormatan, yaitu perorangan warganegara Indonesia maupun asing yang
memenuhi persyaratan sebagai Tokoh Kehormatan.
Pasal 16
Hak Dan Kewajiban Warga
Setiap Warga PII:
1. Berkewajiban mentaati dan melaksanakan ketentuan dalam Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Peraturan dan Keputusan yang sah yang dikeluarkan oleh
PII, termasuk kewajiban membayar iuran anggota sebagaimana diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
2. Berkewajiban memelihara rasa kebersamaan dan solidaritas sesama warga PII.
3. Berkewajiban menjaga nama baik PII dan menjunjung tinggi Kode Etik PII.
4. Berhak mengikuti semua program kegiatan PII yang secara resmi diselenggarakan di
lingkungan PII.
5. Berhak untuk menyampaikan pendapat, usulan dan saran dalam musyawarah dan
pertemuan PII.
Pasal 17
Berakhirnya Keanggotaan
Keanggotaan berakhir:
1. Atas permintaan sendiri.
2. Karena meninggal dunia.
3. Karena dipecat atau diberhentikan berdasarkan Keputusan Kongres.
BAB VII
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 18
Perangkat Organisasi
Perangkat organisasi PII adalah.
1. Dewan Penasehat.
2. Dewan Insinyur.
3. Pengurus Pusat.
4. Majelis Kehormatan Insinyur.
5. Dewan Pakar.
6. Badan Kejuruan.
7. Badan Sekerja
8. Cabang
9. Wilayah
10. Forum Anggota Muda.
11. Yayasan dan Badan Usaha.
12. Badan Tetap
13. Badan-Badan lain yang dibentuk Pengurus Pusat dalam memenuhi kebutuhanyang
mendesak, dengan mandat Kongres PII.
Pasal 19
Perangkat Kepengurusan
Perangkat kepengurusan PII adalah :
1. Pengurus Pusat
2. Pengurus Badan Kejuruan
3. Pengurus Badan Sekerja
4. Pengurus Cabang
5. Pengurus Wilayah
6. Pengurus Forum Anggota Muda
Pasal 20
Dewan Penasehat
1. Dewan Penasehat bertugas memberikan nasehat, baik diminta maupun tidak, untuk
kemajuan PII.
2. Dewan Penasehat terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka yang mempunyai keteladanan
dalam menjalankan profesinya serta mempunyai kepedulian terhadap profesi
keinsinyuran.
3. Dewan Penasehat diangkat oleh Pengurus Pusat.
4. Dewan Penasehat sekurang-kurangnya beranggotakan 5 (lima) orang dengan
kepengurusan yang terdiri dari seorang Ketua merangkap Anggota, seorang Wakil
Ketua merangkap Anggota, dan seorang Sekretaris merangkap Anggota.
5. Sekretaris Dewan Penasehat adalah Ketua Purna, yaitu Ketua Umum pada masa bakti
sebelumnya.
6. Masa bakti anggota Dewan Penasehat adalah sesuai dengan jangka waktu masa bakti
Pengurus Pusat, dengan dapat dilakukan perpanjangan untuk periode berikutnya. Dan
pergantian antar waktu anggota Dewan Penasehat dimungkinkan.
7. Bilamana dipandang perlu Pengurus Cabang, Pengurus Wilayah, Pengurus BK dan
Pengurus BS dapat mengangkat Penasehat yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
Pasal 21
Dewan Insinyur
1. Dewan Insinyur adalah Majelis pemangku kepentingan (stake-holder) untuk mengkaji
kebijakan dan strategi pembangunan nasional berkaitan dengan peran keinsinyuran.
2. Dewan Insinyur terdiri dari:
a. Unsur Badan Kejuruan dan Badan Sekerja.
b. Unsur Mantan Ketua Umum.
c. Unsur Yayasan.
d. Perorangan yang dapat memberikan sumbangsihnya bagi pencapaian tujuan dan
fungsi Dewan Insinyur.
3. Anggota Dewan Insinyur ditetapkan oleh Kongres PII berdasarkan usulan Pengurus
Pusat.
4. Masa bakti anggota Dewan Insinyur adalah sesuai dengan jangka waktu masa bakti
Pengurus Pusat, dengan dapat dilakukan perpanjangan untuk periode berikutnya.
Pergantian antar waktu anggota Dewan Insinyur dimungkinkan.
5. Tugas dan wewenang Dewan Insinyur adalah:
a. Merumuskan kebijakan nasional guna mengembangkan profesi keinsinyuran, dan
hal-hal lain yang diamanatkan oleh Kongres PII.
b. Menyelenggarakan pertemuan Dewan Insinyur sekurang-kurangnya 1(satu) kali
dalam setahun.
7. Dewan Insinyur dipimpin Ketua yang dipilih oleh dan dari antara anggota Dewan
Insinyur itu sendiri.
8. Sekretaris Dewan Insinyur dijabat unsur Pengurus Pusat sebagai Sekretaris Bukan
Anggota.
Pasal 22
Pengurus Pusat
1. Tugas dan wewenang Pengurus Pusat adalah:
a. Melaksanakan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta
ketetapan-ketetapan Kongres yang pelaksanaannya menjadi tugas
kepengurusannya.
b. Mengindahkan pertimbangan dan/atau keputusan Dewan Penasehat, Dewan
Insinyur, dan Majelis Kehormatan Insinyur.
c. Melaksanakan tugas-tugas organisasi lainnya.
d. Mengelola tata-usaha serta kekayaan organisasi.
2. K etua Umum dengan dibantu oleh Wakil Ketua Umum membentuk Pengurus Pusat
dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender setelah berakhirnya
Kongres yang mengangkatnya.
3. Pengurus Pusat dalam waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender
setelah terbentuk, harus sudah menyusun dan mensahkan berlakunya Tata-Kerja
Kepengurusan yang berisikan:
a. Uraian tugas dan tanggung jawab setiap anggota Pengurus.
b. Mekanisme organisasi dan tata-tertib rapat Pengurus.
4. Pengurus Pusat terdiri dari:
a. Pengurus Harian.
b. Pengurus Lengkap.
5. Pengurus Harian terdiri dari:
a. Ketua Umum.
b. Wakil Ketua Umum.
c. Ketua Purna.
d. Sekretaris Jenderal.
e. Sekurang-kurangnya seorang Ketua Bidang, yang jumlahnya sesuai dengan
kebutuhan Pengurus Pusat,sekurang-kurangnya 1(satu) orang.
f. Ketua-Ketua Komite.
g. Sekurang-kurangnya seorang Wakil Sekretaris Jenderal, yang jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan Pengurus Pusat.
h. Bendahara Umum.
i. Sekurang-kurangnya seorang Wakil Bendahara, yang jumlahnya sesuai dengan
kebutuhan Pengurus Pusat.
6. Pengurus Pusat membentuk Komite-Komite, yang sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Komite Keanggotaan.
b. Komite Akreditasi Dan Sertifikasi.
c. Komite Pendidikan Dan Pelatihan.
d. Komite Kerjasama Internasional.
7. Pengurus Lengkap terdiri atas Pengurus Harian dan para anggota pengurus Bidang
dan Komite.
8. Ketua Umum mewakili PII secara hukum, di dalam maupun di luar pengadilan.
9. Pengurus Pusat dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh suatu Badan
Pelaksana yang dipimpin Direktur Ekesekutif.
10. Badan Tetap, Panitia, Tim dan Biro dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
11. Ketua Umum ditetapkan oleh dan dalam Kongres PII
12. Ketua Umum menyampaikan pertanggung-jawaban pelaksanaan kerja
kepengurusannya di akhir masa baktinya kepada dan di dalam Kongres berikutnya.
13. Masa bakti Pengurus Pusat adalah 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal Kongres
mengangkatnya.
14. Ketua Umum tidak dapat dipilih kembali.
15. Dalam hal Ketua Umum berhalangan tetap maupun tidak tetap, Wakil Ketua Umum
dengan serta merta menggantikannya sebagai pelaksana tugas Ketua Umum.
16. Wakil Ketua Umum dipilih oleh dan dalam Kongres PII, dan Wakil Ketua Umum
yang terpilih secara serta-merta ditetapkan sebagai Ketua Umum pada masa bakti
kepengurusan Pengurus Pusat berikutnya.
17. Apabila Wakil Ketua Umum berhalangan tetap, maka jabatan itu dikosongkan, dan
Kongres berikutnya memilih sekaligus seorang Ketua Umum dan Wakil Ketua
Umum.
18. Apabila Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum keduanya berhalangan tetap, maka
Sekretaris Jenderal melaksanakan tugas sebagai Ketua Umum untuk dalam waktu
30 (tiga Puluh) hari menyelenggarakan Kongres luar biasa untuk memilih sekaligus
seorang Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum.
Pasal 23
Majelis Kehormatan Insinyur
1. Majelis Kehormatan Insinyur merupakan perangkat organinsasi PII yang berfungsi
secara aktif menegakkan Kode Etik dan tata-laku keprofesian (code of conduct)
Insinyur Indonesia dalam menjalankan profesinya.
2. Majelis Kehormatan Insinyur bertugas untuk memberikan nasehat dan
pertimbangan pada Pengurus Pusat, baik diminta ataupun tidak, dalam masalah-
masalah yang berkaitan dengan etika profesi serta tata-laku keprofesian Anggota.
3. Majelis Kehormatan Insinyur mempunyai wewenang untuk mengusulkan pada
Pengurus Pusat, tindakan yang perlu diambil Pengurus Pusat dalam masalah
pelaksanaan etika profesi terhadap Anggota.
4. Majelis Kehormatan Insinyur bertugas memberikan saran pada Pengurus Pusat,
dalam memberikan advokasi bagi Anggota yang menghadapi masalah dalam
menjalankan profesinya.
5. Majelis Kehormatan Insinyur bertugas memberikan saran pada Pengurus Pusat,
untuk menyelesaikan masalah-masalah sertifikasi kompetensi, pelanggaran Kode
Etik dan tata-laku keprofesian.
6. Anggota Majelis Kehormatan Insinyur ditunjuk berdasarkan kemampuan, integritas,
dan etika profesionalnya yang tinggi, serta perhatian dan pemahamannya yang luas
terhadap profesi Insinyur.
7. Anggota Majelis Kehormatan Insinyur ditetapkan oleh Kongres atas usulan dari
Dewan Insinyur.
8. Majelis Kehormatan Insinyur di pimpin oleh seorang ketua merangkap anggota,
seorang wakil ketua merangkap anggota dan seorang sekretaris merangkap
anggota yang dipilih oleh dan dari antara anggota Majelis Kehormatan Insinyur itu
sendiri.
9. Sidang Majelis Kehormatan Insinyur bersifat tertutup dan rahasia, kecuali bilamana
ditentukan atau diputuskan lain oleh sidang tersebut.
10. Semua pembiayaan kegiatan Majelis Kehormatan Insinyur dibebankan kepada
Pengurus Pusat.
11. Masa bakti anggota Majelis Kehormatan Insinyur adalah sesuai dengan jangka
waktu masa bakti Pengurus Pusat, dengan dapat dilakukan perpanjangan untuk
periode berikutnya. Dan pergantian antar waktu anggota Majelis Kehormatan
Insinyur dimungkinkan.
Pasal 24
Dewan Pakar
1. Dewan Pakar berfungsi memberikan pemikiran, pertimbangan dan pendapat yang
bersifat keilmuan dan kompetensi keinsinyuran serta menerima dan menyalurkan
aspirasi masyarakat umum yang berkaitan dengan pengembangan keinsinyuran
kepada Pengurus Pusat.
2. Dewan Pakar beranggotakan para tokoh keinsinyuran Indonesia yang memiliki
kemampuan dalam penguasaan teknologi dan keinsinyuran yang diakui dan dihormati
di lingkungan profesi keinsinyuran.
3. Dewan Pakar Dewan pakar diangkat oleh pengurus Pusat, dan terdiri dari seorang
ketua merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap anggota serta anggota-
anggota.
4. Masa bakti anggota Dewan Pakar adalah sesuai dengan jangka waktu masa bakti
Pengurus Pusat, pergantian antar waktu anggota Dewan Pakar dimungkinkan.
Pasal 25
Badan Kejuruan dan Badan Sekerja Teknologi
1. Badan Kejuruan, yang disingkat BK, adalah wadah berhimpunnya para Insinyur yang
didirikan berdasarkan kesamaan kejuruannya, yaitu disiplin ilmu pengetahuan dan
teknologi keinsinyurannya.
2. Badan Sekerja, yang disingkat BS, adalah wadah berhimpunnya para Insinyur yang
didirikan berdasarkan kesamaan bidang pekerjaan, walaupun beraneka-ragam
kejuruannya.
3. Pembentukan BK dan/atau BS yang baru dilakukan atas prakarsa sekurang-kurangnya
25 (dua puluh lima) orang anggota PII sekejuruan atau sebidang - kerja, dan disahkan
oleh pengurus pusat berdasarkan pertimbangan Dewan Insinyur.
4. Pengurus BK dan/atau Pengurus BS di tingkat nasional masing-masing sekurang-
kurangnya terdiri dari:
a. Ketua.
b. Wakil Ketua.
c. Sekretaris.
d. Bendahara.
e. Perangkat kepengurusan yang menyelenggarakan pengembangan profesi di
bidangnya , dan program sertifikasi ke profesionalan bagi BK dan/atau BS.
5. Pembentukan cabang BK dan/atau BS di daerah dimungkinkan, apabila di daerah
tersebut sudah terbentuk Cabang PII, dan ditingkat nasional sudah terbentuk BK dan
/atau BS yang bersangkutan.
6. Pembentukan BK dan/atau BS di daerah dilakukan atas prakarsa sekurang-kurangnya
25 (dua puluh lima) orang anggota PII yang sekejuruan dan/atau sebidang-kerja
disuatu cabang dan disahkan oleh Pengurus Cabang yang bersangkutan.
7. Kepengurusan BK dan BS didaerah adalah bagian yang tidak terpisahkan dan
merupakan kelengkapan organisasi dari pengurus cabang didaerah yang
bersangkutan.
8. Pengurus BK dan/atau BS tingkat Nasional dipilih serta ditetapkan oleh dan dalam
konfensi Nasional BK dan BS yang bersangkutan. Dan disahkan oleh Pengurus Pusat
9. Pengurus BK dan/atau BS menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan Kerja
Kepengurusannya diakhir masa baktinya kepada dan di dalam Konfensi Nasional BK
dan atau BS yang bersangkutan.
10.Masa Bakti pengurus BK dan Pengurus BS ditingkat Nasional maupun daerah masing-
masingnya adalah 3 (tiga) Tahun.
11.Dalam hal 6 (enam) bulan setelah masa bakti suatu Pengurus BK atau BS terlampaui
belum juga diselenggarakan Konvensi Nasional untuk pemilihan kepengurusan baru,
maka Pengurus Pusat berwenang menunjuk suatu kepengurusan sementara yang
bertugas untuk sesegera mungkin melaksanakan Konvensi Nasional bagi memilih
Pengurus BK atau Pengurus BS baru.
Pasal 26
Cabang
1. Cabang, sebagai perangkat organisasi di tingkat daerah, adalah wadah tempat seluruh
warga PII mengembangkan kegiatan organisasi dan profesinya di daerah yang
bersangkutan.
2. Cabang dapat dibentuk oleh sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) Anggota aktif
yang berdomisili di satu daerah, serta disahkan pembentukannya oleh Pengurus
Pusat.
3. Nama Cabang disesuaikan dengan nama daerah tempat Cabang itu berdomisili.
4. Pengurus Cabang adalah perangkat kepengurusan di tingkat daerah dengan
kepengurusan yang sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Ketua.
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris.
d. Bendahara.
e. Perangkat kepengurusan yang menyelenggarakan pengembangan profesi dan tata
laksana program sertifikasi didaerahnya.
5. Pengurus Cabang dipilih serta ditetapkan oleh dan dalam Musyawarah Cabang yang
bersangkutan. Dan disahkan oleh Pengurus Pusat.
6. Pengurus Cabang menyampaikan pertanggung-jawaban pelaksanaan kerja
kepengurusannya di akhir masa baktinya kepada dan di dalam Musyawarah Cabang
7. Masa bakti Pengurus Cabang adalah 3 (tiga) tahun.
8. Dalam hal 6 (enam) bulan setelah masa bakti suatu Pengurus Cabang
terlampauibelum juga diselenggarakan Musyawarah Cabang untuk pemilihan
kepengurusan baru, maka Pengurus Pusat, berwenang menunjuk suatu kepengurusan
sementara yang bertugas untuk sesegera mungkin melaksanakan Musyawarah
Cabang bagi memilih Pengurus Cabang baru.
Pasal 27
Wilayah
1. Di setiap Propinsi yang mempunyai lebih dari 1 (satu) cabang, dapat membentuk
Pengurus Wilayah yang berkedudukan di ibukota Propinsi untuk bertindak sebagai
koordinator wilayah, dengan persetujuan Pengurus Pusat.
2. Pengurus Wilayah adalah perangkat kepengurusan di tingkat Propinsi yang
kepengurusannya dipilih dan ditetapkan berdasarkan kesepakatan Cabang-Cabang
dalam Musyawarah Wilayah di propinsi yang bersangkutan, serta disahkan oleh
Pengurus Pusat.
3. Pengurus Wilayah sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Ketua.
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris.
d. Bendahara.
e. Anggota Pengurus yang menangani hubungan kelembagaan ditingkat propinsi
4. Tugas Utama Pengurus Wilayah adalah mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan Cabang
yang ada di Wilayah yang bersangkutan supaya dapat berjalan lebih efektif dan
optimal, terutama yang berkaitan dengan administrasi singkronisasi dan harmonisasi
serta kerjasama dan komunikasi eksternal dengan lembaga-lembaga tingkat Propinsi
tetapai khususnya yang tidak merupakan kegiatan pelayanan keanggotaan :
5. Pengurus Wilayah menyelenggarakan Musyawarah Wilayah yang diikuti Cabang-
Cabang di Propinsi yang bersangkutan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setahun.
6. Pengurus Wilayah menyampaikan pertanggung-jawaban pelaksanaan kerja
kepengurusannya di akhir masa baktinya kepada dan di dalam Musyawarah Wilayah
di Propinsi yang bersangkutan.
7. Masa bakti Pengurus Wilayah adalah 3 (tahun).
8. Dalam hal 6 (enam) bulan setelah masa bakti suatu Pengurus Wilayah terlampaui
belum juga diselenggarakan Musyawarah Wilayah untuk pemilihan kepengurusan
baru, maka Pengurus Pusat dengan pertimbangan cabang-cabang dipropinsi yang
bersangkutan berwenang menunjuk suatu kepengurusan sementara yang bertugas
untuk sesegera mungkin melaksanakan musyawarah wilayah bagi memilih Pengurus
Baru.
9. Semua pembiayaan kegiatan Pengurus Wilayah dibebankan kepada Cabang-Cabang
yang ada pada Propinsi yang bersangkutan.
Pasal 28
Forum Anggota Muda
1. Forum Anggota Muda, yang disingkat FAM adalah perangkat organisasi yang dibentuk untuk mewadahi dinamika warga baru PII kategori Anggota Biasa yang berusia setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun demi kepentingan pembinaan dan kaderisasi anggota.
2. Kepengurusan FAM disahkan sebagai berikut: a. FAM tingkat nasional disahkan oleh Pengurus Pusat. b. FAM tingkat daerah disahkan oleh Pengurus Cabang. c. FAM di lingkungan BK dan/atau BS disahkan oleh Pengurus BK dan/atau BS yang bersangkutan.
3. FAM memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan Pengurus yang mengesahkannya.
4. Semua kegiatan FAM harus dilaporkan dan dipertanggung-jawabkan pada Pengurus yang mengesahkannya.
5. Pengurus FAM pada setiap tingkatan dipilih serta ditetapkan oleh dan dalam Temu Anggota FAM untuk tingkatnya masing-masing, yang penyelenggaraannya
dilaksanakan bersamaan dengan musyawarah pergantian kepengurusan PII di tingkat yang bersangkutan. Dan disahkan oleh Pengurus Pusat.
6. Pengurus FAM pada setiap tingkatan menyampaikan pertanggung-jawaban pelaksanaan kerja kepengurusannya di akhir masa baktinya kepada dan di dalam Temu Anggota FAM untuk tingkatnya masing-masing.
7. Masa bakti kepengurusan FAM disesuaikan dengan masa bakti kepengurusan PII di masing-masing tingkat.
8. Pergantian kepengurusan FAM di setiap tingkatan dilakukan melalui Temu Anggota
FAM pada tingkatannya masing-masing, yang penyelenggaraannya dilaksanakan
bersamaan dengan musyawarah pergantian kepengurusan PII di tingkat yang
bersangkutan
Pasal 29
Badan Badan Tetap Pengurus Pusat
1. Guna mengelola kegiatan organisasi yang berkesinambungan antar masa bakti kepengurusan, Pengurus Pusat dapat membentuk Badan-Badan Tetap dengan persetujuan Kongres, sekurang-kurangnya badan pengkajian Center for Engineering and Industrial Policy Studies yang disingkat CEIPS.
2. Badan Tetap adalah perangkat organisasi otonom yang dipimpin oleh seorang Direktur yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat.
3. Direktur Badan Tetap dapat menyusun perangkat-perangkat organisasi sepanjang diperlukan dan dengan sistem pengelolaan keuangan yang mandiri.
4. Apabila Pengurus Pusat memprakirakan suatu keadaan yang mendesak dalam waktu
dekat akan memerlukan dibentuknya suatu Badan Tetap tertentu, Pengurus Pusat
dapat meminta mandat dari Kongres untuk pembentukan Badan Tetap dimaksud di
luar waktu Kongres namun laksana dengan persetujuan Kongres. Dan pembentukan
Badan Tetap tersebut akan dipertanggung-jawabkan pada Kongres berikutnya
Pasal 30
Panitia Dan Tim
1. Guna penanganan tugas-tugas organisasi yang bersifat sementara (ad-hoc) yang
belum tertangani oleh perangkat kepengurusan yang ada, baik di tingkat nasional,
daerah, BK dan/atau BS, dapat dibentuk Panitia dan/atau Tim yang bertanggung-
jawab kepada pengurus yang membentuknya.
2. Panitia dapat dibentuk untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan peringatan atau acara khusus, dengan jangka waktu kerja kepanitiaan yang
tertentu.
3. Tim dapat dibentuk untuk menangani kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
keprofesian, pengabdian masyarakat, dan hubungan kelembagaan external, dengan
jangka waktu kerja yang singkat.
4. Semua pembiayaan kegiatan Panitia dan/atau Tim dibebankan kepada Pengurus
Pusat.
Pasal 31
Badan Pelaksana dan Direksi Eksekutif
1. Guna menjamin kelancaran pengelolaan tugas organisasi dalam rangka mewujudkan
kebijakan Pengurus Pusat dan mengelola kegiatan organisasi secara keseluruhan,
Pengurus Pusat, sesuai kebutuhan dan kemampuan keuangannya, membentuk
suatu Badan Pelaksana yang dipimpin oleh Direktur Eksekutif.
2. Badan Pelaksana adalah perangkat organisasi dan/atau perorangan di luar struktur
keorganisasian PII, yang bekerja secara penuh waktu serta diangkat dan
diberhentikan oleh Pengurus Pusat berdasarkan ikatan perjanjian kerja untuk jangka
waktu tertentu.
3. Direktur Eksekutif haruslah seorang sarjana, yang memiliki kemampuan manajemen
dan komunikasi, serta mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai profesi
keinsinyuran, mempunyai dedikasi tinggi, memiliki jaringan komunikasi luas, bekerja
penuh waktu, serta diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Pusat.
4. Semua pembiayaan kegiatan Badan Pelaksana dibebankan kepada Pengurus Pusat.
Pasal 32
Biro
1. Biro-Biro merupakan perangkat organisasi yang dibentuk Pengurus Pusat untuk
membantu pelaksanaan tugasnya, khususnya untuk mewujudkan kebijakan Komite-
Komite Pengurus Pusat dalam pelaksanaannya sehari-hari.
2. Rincian tugas, kewenangan dan tanggung-jawab Biro ditetapkan oleh Komite yang
bersangkutan.
3. Biro dipimpin oleh Kepala Biro yang dibantu oleh sekurang-kurangnya 1 (satu) orang
personil.
4. Kepala Biro diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Pusat atas usulan Komite.
5. Personil Biro adalah personil Badan Pelaksana yang ditempatkan di Biro, dan oleh
karena itu personil Biro berada di bawah koordinasi Direktur Eksekutif.
6. Semua pembiayaan kegiatan Biro dibebankan kepada Pengurus Pusat.
Pasal 33
Yayasan Dan Badan Usaha
1. PII dalam melaksanakan kegiatannya untuk mencapai tujuan organisasi, baik sendiri
maupun berkerjasama dengan pihak lain, dapat membentuk Yayasan dan/atau
Badan Usaha yang didirikan dan dikelola oleh Pengurus Pusat, Pengurus Cabang,
Pengurus BK dan/atau Pengurus BS, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Pembentukan Yayasan dan/atau Badan Usaha dilakukan dengan persetujuan Dewan
Insinyur.
3. Pengurus Yayasan dan Badan Usaha terdiri dari sekurang-kurangnya:
a. Badan Pengawas.
b. Badan Pengurus/Pengelola. dengan tetap memenuhi ketentuan perundangan
yang berlaku mengenai bentuk organisasi dan kepengurusan Yayasan dan
Badan Usaha.
4. Seluruh kegiatan Yayasan dan Badan Usaha yang dibentuk harus dipertanggung-
jawabkan secara berkala kepada kepengurusan PII yang membentuknya dengan
tembusan kepada Dewan Insinyur.
5. Seluruh kegiatan Yayasan dan Badan Usaha yang dibentuk harus dilaksanakan
dengan memenuhi kaidah-kaidah tatakelola kelembagaan yang baik (good corporate
governance).
6. Dewan Insinyur, melalui Pengurus Pusat, dapat melikwidasi Yayasan dan/atau
Badan Usaha sesuai dengan tatacara yang berlaku untuk hal itu, apabila terjadi
pelanggaran peraturan perundang-undangan, pelanggaran tatakelola kelembagaan
yang baik, dan kerugian moril maupun materiil bagi PII.
BAB VIII
KEKUASAAN, MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 34
Kekuasaan
Kekuasaan tertinggi di lingkungan PII berada pada:
1. Kongres di tingkat nasional.
2. Konvensi Nasional di lingkungan BK dan BS.
3. Musyawarah Cabang di tingkat daerah.
4. Musyawarah Wilayah di tingkat Propinsi yang mempunyai lebih dari 1 (satu) Cabang.
Pasal 35
Musyawarah
Musyawarah di lingkungan PII terdiri dari:
1. Kongres dan/atau Kongres Luar Biasa.
2. Konvensi Nasional di tingkat BK dan/atau BS.
3. Musyawarah Cabang.
4. Musyawarah Wilayah pada Propinsi yang mempunyai lebih dari 1 (satu) Cabang.
5. Temu Anggota FAM di tingkatannya masing-masing.
Pasal 36
Rapat
Rapat di lingkungan PII terdiri dari:
1. Rapat Pimpinan Nasional.
2. Rapat Dewan Insinyur.
3. Rapat Pengurus Pusat.
4. Rapat Dewan Pakar.
5. Sidang Majelis Kehormatan Insinyur.
6. Rapat Pengurus BK dan/atau Pengurus BS.
7. Rapat Pengurus Cabang.
8. Rapat Pengurus Wilayah.
9. Rapat Pengurus FAM.
Pasal 37
Kongres
1. Kongres adalah musyawarah tertinggi organisasi PII yang dihadiri oleh:
a. Peserta Kongres, yang terdiri dari:
i. Pengurus Pusat.
ii. Utusan Cabang.
iii. Utusan Wilayah dari Propinsi yang mempunyai sekurang-kurangnya 5 (lima)
Cabang.
iv. Utusan BK dan Utusan BS.
b. Peninjau Kongres, yang terdiri dari:
i. Undangan Pengurus Pusat.
ii. Anggota Dewan Insinyur.
iii. Anggota Majelis Kehormatan Insinyur.
iv. Anggota Pengurus Pusat.
v. Utusan Wilayah dari Propinsi yang mempunyai kurang dari 5 (lima) Cabang.
vi. Anggota PII yang berminat hadir sebagai Peninjau.
2. Kongres diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun oleh Pengurus Pusat.
3. Kongres memiliki kewenangan dan kewajiban untuk:
a. Menetapkan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga bilaman
diperlukan.
b. Menilai pertanggung-jawaban Pengurus Pusat mengenai hal-hal yang telah
dikerjakan selama masa bakti kepengurusannya.
c. Menetapkan Garis-garis Besar Program Kerja PII.
d. Memberhentikan Ketua Umum lama dan mengangkat Ketua Umum baru.
e. Memilih dan mengangkat seorang Wakil Ketua Umum, yang akan menjadi Ketua
Umum pada masa bakti sesudah masa bakti yang mendatang. Dan apabila Wakil
Ketua Umum masa bakti sebelumnya berhalangan tetap untuk menjalankan tugas
sebagai Ketua Umum maka Kongres sekaligus juga memilih dan mengangkat
Ketua Umum yang baru untuk masa bakti yang mendatang.
f. Menetapkan anggota Dewan Insinyur.
g. Menetapkan anggota Majelis Kehormatan Insinyur.
h. Mengubah di mana perlu dan menetapkan pedoman pokok dan kebijakan
organisasi.
i. Membahas dan menetapkan hal-hal lain yang perlu, satu dan lain dengan tidak
menyimpang dari ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
j. Menetapkan tempat penyelenggaraan Kongres berikutnya.
4. Ketentuan mengenai hak suara dalam Kongres adalah sebagai berikut:
a. Pengurus Pusat sebagai peserta Kongres memiliki 5 (lima) suara.
b. Setiap BK dan BS yang mempunyai jumlah anggota 1 (satu) orang sampai
dengan 2500 (dua ribu lima ratus) orang memiliki masing-masing 1 (satu) suara.
Dan selanjutnya untuk setiap kelipatan dari 2500 (dua ribu lima ratus) orang
jumlah anggota, memiliki tambahan 1 (satu) suara.
c. Setiap Cabang masing-masing memiliki 1 (satu) suara.
d. Setiap Wilayah dari Propinsi yang mempunyai sekurang-kurangnya 5 (lima)
Cabang masing-masing memiliki 1 (satu) suara.
e. Peninjau Kongres tidak memiliki hak suara.
5. Setiap Peserta dan Peninjau Kongres mempunyai hak bicara.
6. Tatacara pelaksanaan Kongres terlebih rinci diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 38
Kongres Luar Biasa
1. Kongres Luar Biasa hanya dapat diadakan atas penetapan Dewan Insinyur
berdasarkan permohonan tertulis dari:
a. Pengurus Pusat dan/atau
b. Pengurus Cabang, Pengurus BK dan Pengurus BS yang jumlahnya
sekurang-kurangnya ½ (setengah) dari masing-masing jumlah Cabang, jumlah BK
dan jumlah BS pada saat yang bersangkutan.
2. Kongres Luar Biasa hanya dianggap sah bilamana dihadiri oleh perwakilan yang sah
dari sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) jumlah Cabang serta BK dan BS pada
saat yang bersangkutan.
3. Ketentuan-ketentuan lainnya untuk Kongres Luar Biasa adalah sebagaimana juga
ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk Kongres.
Pasal 39
Konvensi Nasional
1. Konvensi Nasional BK dan/atau BS adalah musyawarah tertinggi organisasi BK atau
BS yang bersangkutan, yang dihadiri oleh:
a. Peserta Konvensi Nasional BK dan/atau BS, yang terdiri dari anggota yang
terdaftar dalam BK dan/atau BS yang bersangkutan dan Pengurus BK atau
Pengurus BS yang bersangkutan.
b. Peninjau Konvensi Nasional BK dan/atau BS, yang terdiri dari undangan
Pengurus BK atau Pengurus BS yang bersangkutan dan anggota BK atau BS
yang lainnya yang berminat hadir sebagai Peninjau.
2. Konvensi Nasional BK dan/atau BS diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun oleh
masing-masing Pengurus BK dan/atau Pengurus BS yang bersangkutan.
3. Konvensi Nasional BK dan/atau BS memiliki kewenangan dan kewajiban untuk:
a. Menilai pertanggung-jawaban Pengurus BK dan/atau Pengurus BS mengenai
hal-hal yang telah dikerjakan selama masa bakti kepengurusannya.
b. Menetapkan Garis-garis Besar Program BK dan/atau BS.
c. Memberhentikan Ketua BK dan/atau BS yang lama dan mengangkat Ketua BK
dan/atau BS yang baru.
d. Membahas tatakerja keinsinyuran yang unggul (engineering best practices) di
kejuruannya atau bidang kerjanya.
e. Membahas bakuan kompetensi dan sertifikasi keprofesionalan di kejuruannya
4. Tatacara pelaksanaan Konvensi Nasional BK dan/atau BS diatur terlebih jauh dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 40
Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang adalah musyawarah tertinggi organisasi PII di tingkat daerah
yang dihadiri oleh:
a. Peserta Musyawarah Cabang, yang terdiri dari Anggota yang terdaftar dalam
Cabang yang bersangkutan dan Pengurus Cabang yang bersangkutan.
b. Peninjau Musyawarah Cabang, yang terdiri dari undangan Pengurus Cabang
yang bersangkutan.
2. Musyawarah Cabang diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun oleh Pengurus
Cabang yang bersangkutan.
3. Musyawarah Cabang memiliki kewenangan dan kewajiban untuk:
a. Menilai pertanggung-jawaban Pengurus Cabang mengenai hal-hal yang telah
dikerjakan selama masa bakti kepengurusannya.
b. Menetapkan Garis-garis Besar Program Cabang.
c. Memberhentikan Ketua Cabang yang lama dan mengangkat Ketua Cabang yang
baru.
4. Tatacara pelaksanaan Musyawarah cabang diatur terlebih jauh dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 41
Musyawarah Wilayah
1. Musyawarah Wilayah adalah musyawarah tertinggi organisasi PII di tingkat Propinsi,
yang dihadiri oleh:
a. Peserta Musyawarah Wilayah, yang terdiri dari Utusan Cabang-Cabang dalam
Propinsi yang bersangkutan.
b. Peninjau Musyawarah Wilayah, yang terdiri dari undangan Pengurus Wilayah
yang bersangkutan.
2. Musyawarah Wilayah diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun oleh Pengurus
Wilayah yang bersangkutan.
3. Musyawarah Wilayah memiliki kewenangan dan kewajiban untuk:
a. Menilai pertanggung-jawaban Pengurus Wilayah mengenai hal-hal yang telah
dikerjakan selama masa bakti kepengurusannya.
b. Menetapkan Garis-garis Besar Program Wilayah.
c. Memberhentikan Ketua Wilayah lama dan mengangkat Ketua Wilayah baru.
4. Tatacara pelaksanaan Musyawarah Wilayah diatur terlebih jauh dalam Anggaran
Rumah Tangga
Pasal 42
Kuorum & Pengambilan Keputusan
1. Persidangan musyawarah-musyawarah di lingkungan PII dinyatakan sah apabila
jumlah peserta sidang telah memenuhi kuorum, yaitu apabila jumlah pemegang hak
suara yang hadir sebagai peserta sidang telah mencapai sekurang-kurangnya 2/3
(dua per tiga) dari seluruh jumlah pemegang hak suara.
2. Apabila kuorum untuk suatu sidang tidak terpenuhi maka dimulainya sidang ditunda
sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali penundaan yang masing-masingnya selama 15
(lima belas) menit. Dan setelah itu dengan berapapun jumlah peserta sidang yang
hadir sidang dinyatakan sah untuk dapat dimulai.
3. Keputusan dalam musyawarah-musyawarah di lingkungan PII diambil berdasarkan
hikmah dalam kebijaksanaan permusyawaratan untuk mencapai mufakat.
4. Bila permusyawaratan tidak mencapai mufakat, maka keputusan diambil menurut
suara terbanyak.
5. Suara terbanyak dinyatakan mencapai keputusan bila disetujui oleh sekurang-
kurangnya ½ (setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah pemegang suara yang sah
dalam suatu persidangan musyawarah yang memenuhi kuorum. Kecuali untuk
keputusan mengenai hal-hal tertentu yang persyaratan suara terbanyaknya
ditetapkan berbeda dalam Anggaran Dasar ini.
Pasal 43
Rapat Pimpinan Nasional
1. Rapat Pimpinan Nasional, yang disingkat RAPIMNAS, adalah musyawarah untuk
menyusun, membahas dan mengevaluasi ketetapan operasional organisasi, serta
pelaksanaan program PII, baik Pengurus Pusat, Cabang maupun BK dan/atau BS.
yang diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali di antara 2 (dua) Kongres.
2. RAPIMNAS dihadiri oleh unsur-unsur Dewan Penasehat, Majelis Kehormatan
Insinyur, Dewan Insinyur, Dewan Pakar, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah,
Pengurus Cabang, Pengurus BK, Pengurus BS dan Badan-Badan di lingkungan PII.
Serta juga Anggota yang berminat sebagai Peninjau.
3. RAPIMNAS diselenggarakan oleh Pengurus Pusat.
4. Keputusan yang diambil dalam RAPIMNAS tidak boleh bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Keputusan Kongres
Pasal 44
Rapat Pengurus Pusat
Rapat Pengurus Pusat terdiri dari:
1. Rapat Pengurus Lengkap:
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
b. Diikuti oleh:
i. Pengurus Lengkap.
ii. Dewan Pakar.
c. Dipimpin oleh Ketua Umum atau anggota Pengurus Pusat lain yang ditunjuk Ketua
Umum, dengan didampingi Sekretaris Jenderal.
2. Rapat Pengurus Harian:
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
b. Diikuti oleh:
i. Pengurus Harian.
ii. Anggota kepengurusan PII lainnya yang dipandang perlu hadir sehubungan
dengan masalah yang dibahas dalam rapat.
c. Dipimpin oleh Ketua Umum atau anggota Pengurus Pusat lain yang ditunjuk Ketua
Umum, dengan didampingi Sekretaris Jenderal.
Pasal 45
Rapat Pengurus BK atau BS
Rapat Pengurus BK atau BST terdiri dari:
1. Rapat Pengurus Lengkap BK atau BS:
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
b. Diikuti oleh:
i. Pengurus Lengkap
ii. Majelis Penilai Sertifikasi Insinyur Profesional.
c. Dipimpin oleh Ketua Umum atau anggota Pengurus BK atau BS lain yang ditunjuk
Ketua Umum, dengan didampingi Sekretaris Umum.
2. Rapat Pengurus Harian:
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
b. Diikuti oleh:
i. Pengurus Harian
ii. Anggota kepengurusan BK atau BS lainnya yang dipandang perlu hadir
sehubungan dengan masalah yang dibahas dalam rapat.
c. Dipimpin oleh Ketua Umum atau anggota Pengurus BK atau BS lain yang ditunjuk
Ketua Umum, dengan didampingi Sekretaris Umum
Pasal 46
Rapat Pengurus Cabang
Rapat Pengurus Cabang terdiri dari:
1. Rapat Pengurus Lengkap Cabang :
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
b. Diikuti oleh:
i. Pengurus Lengkap
ii. Dewan Penasehat
iii. Pengurus BK atau BS setempat
c. Dipimpin oleh Ketua Cabang atau anggota Pengurus Cabang lain yang ditunjuk
Ketua Cabang, dengan didampingi Sekretaris Cabang.
2. Rapat Pengurus Harian:
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
b. Diikuti oleh:
i. Pengurus Harian
ii. Anggota kepengurusan Cabang lainnya yang dipandang perlu hadir
sehubungan dengan masalah yang dibahas dalam rapat.
c. Dipimpin oleh Ketua Cabang atau anggota Pengurus cabang lain yang ditunjuk
Ketua Cabang, dengan didampingi Sekretaris Cabang.
Pasal 47
Rapat Pengurus Wilayah
Rapat Pengurus Wilayah terdiri dari:
1. Rapat Pengurus Lengkap:
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
b. Diikuti oleh:
i. Pengurus Lengkap.
ii. Pengurus Cabang-Cabang dalam Propinsi yang bersangkutan.
d. Dipimpin oleh Ketua Wilayah atau anggota Pengurus Wilayah lain yang ditunjuk
Ketua Wilayah, dengan didampingi Sekretaris Wilayah.
2. Rapat Pengurus Harian:
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
b. Diikuti oleh:
i. Pengurus Harian
ii. Anggota kepengurusan Wilayah lainnya yang dipandang perlu hadir
sehubungan dengan masalah yang dibahas dalam rapat.
c. Dipimpin oleh Ketua Wilayah atau anggota Pengurus Wilayah lain yang ditunjuk
Ketua Wilayah, dengan didampingi Sekretaris Wilayah.
BAB IX
KEKAYAAN
Pasal 48
Keuangan
1. Sumber Keuangan PII diperoleh dari:
a. Uang pangkal keanggotaan.
b. Iuran keanggotaan.
c. Biaya sertifikasi keprofesionalan.
d. Sumbangan dan/atau usaha lain yang sah, tidak mengikat, serta sesuai dengan
azas dan tujuan PII.
2. Proporsi bagian dana yang diperuntukkan bagi kegiatan Cabang serta BK dan BS
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
3. Pengelolaan keuangan Pengurus Pusat dan perangkatnya dilaksanakan terpusat di
bawah pengendalian Pengurus Pusat secara transparan dan akuntabel sesuai
dengan norma akuntansi yang berlaku.
4. Laporan keuangan Pengurus Pusat harus diaudit secara teratur setiap tahun oleh
Akuntan Publik.
Pasal 49
Pengelolaan Harta Milik (Asset)
1. Harta milik (Asset) PII terdiri atas dana milik PII, dan harta lainnya yang diperoleh PII
dengan sah, termasuk tetapi tidak terbatas pada sumbangan, iuran para anggota PII,
hibah dan penerimaan lainnya yang sah dan tidak mengikat.
2. Pengurus Pusat, Pengurus BK dan Pengurus BST serta Pengurus Cabang wajib
mengelola dengan baik seluruh harta milik (asset) PII selama masa baktinya.
3. Keputusan untuk memindahkan hak milik serta menggadaikan dan/atau
menjaminkan baik benda bergerak maupun tidak bergerak Harta Milik organisasi,
harus diputuskan dalam rapat Pengurus Lengkap, dan dengan pertimbangan Dewan
Insinyur.
BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR, ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN
PEMBUBARAN
Pasal 50
Perubahan Anggaran Dasar
1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan dalam Kongres atas usul yang
diajukan oleh:
a. Dewan Insinyur dan/atau
b. Sekurang-kurangnya 1/3 (satu per tiga) dari jumlah pemegang hak suara dalam
Kongres.
2. Perubahan Anggaran Dasar harus mendapat persetujuan dari sekurangkurangnya
2/3 (dua per tiga) dari jumlah pemegang hak suara yang sah dalam suatu
persidangan Kongres yang memenuhi kuorum.
Pasal 51
Perubahan Anggaran Rumah Tangga
1. Perubahan Anggaran Rumah Tangga dilakukan dalam Kongres atas usul yang
diajukan oleh:
a. Pengurus Pusat dan/atau
b. Sekurang-kurangnya 1/4 (satu per empat) dari jumlah pemegang hak suara
dalam Kongres.
2. Perubahan Anggaran Rumah Tangga juga dapat dilakukan oleh Pengurus Pusat
dibawah pengawasan Dewan insinyur apabila telah terlebih dahulu ditetapkan oleh
Kongres untuk melimpahkan wewenang perubahan Anggaran Rumah Tangga yang
tersebut dalam Pasal 41 ayat 1 di atas ini kepada Dewan Insinyur.
3. Pelimpahan wewenang Kongres kepada Dewan Insinyur untuk melakukan
perubahan Anggaran Rumah Tangga harus mendapat persetujuan dari sekurang-
kurangnya ½ (setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah pemegang hak suara yang
sah dalam suatu persidangan Kongres yang memenuhi kuorum.
Pasal 52
Pembubaran Organisasi
1. Pembubaran PII hanya dapat diputuskan dalam Kongres Luar Biasa yang khusus
diadakan hanya untuk maksud tersebut dan harus disetujui oleh sekurangkurangnya
2/3 (dua per tiga) dari jumlah pemegang hak suara yang sah dalam suatu
persidangan Kongres Luar Biasa yang memenuhi kuorum.
2. Sisa Harta Milik(asset) organisasi sesudah terlebih dahulu diambil untuk pelunasan
semua hutang-hutang dan ongkos-ongkos pembubaran harus diserahkan kepada
suatu badan (perkumpulan) yang bertujuan sosial.
BAB XI
PENUTUP
Pasal 53
Pengaturan Lebih Lanjut Dan Penafsiran
1. Hal-hal yang tidak diatur, belum diatur, dan/atau tidak cukup diatur dalam Anggaran
Dasar ini, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
2. Bilamana diperlukan Pengurus Pusat dapat mengeluarkan Peraturan Pengurus
Pusat, Peraturan Tata-Kerja Kepengurusan, dan Peraturan Tata-Tertib Rapat, yang
tidak satupun boleh bertentangan dengan isi dan makna Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
3. Perbedaan penafsiran terhadap isi dan makna yang terkandung dalam Anggaran
Dasar diputuskan oleh Kongres.
4. Perbedaan penafsiran terhadap isi dan makna yang terkandung dalam Anggaran
Rumah Tangga diputuskan oleh Dewan Insinyur.
Pasal 54
Penutup
1. Setelah Anggaran Dasar yang lama mengalami perubahan-perubahan, maka
Anggaran Dasar ini telah disahkan oleh Kongres Nasional XVIII PII tahun 2009 di
Manado.
2. Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal 8 Desember 2009.
Ditetapkan di : Manado
Pada tanggal : 8 Desember 2009
KONGRES NASIONAL XVIII PERSATUAN INSINYUR INDONESIA
Pimpinan Sidang
Ketua
Ir. Iin Arifin Takhyan, ME
Sekretaris
Ir. Heru Dewanto M.Sc (Eng)
Top Related