ANALISIS TRANSPARANSI INFORMASI PUBLIK DINAS
BINA MARGA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
(JALAN)
(STUDI KASUS DI KECAMATAN SUKA MAKMUE)
SKRIPSI
Oleh :
FITRI MUAWIYAH
NIM : 07C20201150
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh gelar sarjana sosial Pada
Fakultas ilmu sosial dan ilmu Politik
Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT
TAHUN 2013
ABSTRAK
Fitri Muawiyah. Analisis Transparansi Informasi Publik Dinas Bina Marga
dalam Pembangunan Infrastruktur (jalan) di Kecamatan Suka Makmue. Di
bawah Bimbingan Sudarman Alwy dan Andi Sayumitra.
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya otonomi daerah yang bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. pemerintah Kabupaten
Nagan Raya melalui Dinas Bina Marga dalam rangka mensejahterakan
masyarakat berupaya melaksanakan pembangunan yaitu pembangunan
infrstruktur. Infrastruktur dalam lingkup pekerjaan umum diantaranya
infrastruktur jalan sebagai prasarana distribusi lalu lintas barang dan manusia
maupun sebagai prasarana pembentuk ruang wilayah. Dalam melaksanakan
pembangunan infrastruktur jalan tersebut, pemerintah Dinas Bina Marga dituntut
untuk menerapkan prinsip transparansi secara sungguh-sungguh agar pelaksanaan
pembangunan tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif secara deskriptif. Tehnik pengumplan data
yang diperlukan adalah data primer dengan data sekunder, sedangkan penelitian
lapangan yang ditujukan untuk mendapatkan data pelaksanaannya dilaksanakan
dalam bentuk wawancara dengan beberapa informan yang dianggap mengetahui
masalah yang diteliti. Hasil penelitian kemudian dianalisa secara kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan, transparansi dalam pelaksanaan program pembangunan
infrstruktur jalan di Kecamatan Suka Makmue oleh Dinas Bina Marga,
masyarakat beranggapan bahwa belum semua elemen dilakukan secara transparan.
Walaupun Dinas Bina Marga telah membuka akses informasi bagi publik
mengenai hal-hal yang menyangkut dengan pelaksanaan program pembangunan
jalan tersebut melalui media seperti Koran, Website dan pemasangan pamplet di
lokasi diadakan program pembangunan infrastruktur jalan.
Kata Kunci : Transparansi, Informasi Publik, Dinas Bina Marga, Pembangunan,
Infrastruktur Jalan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 32 tahun 2004
pengganti UU Nomor 22 tahun 1999 menjelaskan pemberian otonomi daerah
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Nagan Raya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
maasyarakatnya berupaya melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah
satunya adalah pembangunan infrastruktur. Infrastruktur dalam lingkup pekerjaan
umum diantaranya adalah infrastruktur jalan sebagai prasarana distribusi lalu-
lintas barang dan manusia maupun sebagai prasarana pembentuk struktur ruang
wilayah.
Pembangunan infrastruktur jalan mempunyai peran vital dalam
mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa
aman, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Infrastruktur jalan juga memiliki
keterkaitan terhadap proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Hal tersebut
dapat ditunjukkan dengan indikasi bahwa wilayah yang memiliki kelengkapan
system infrastruktur jalan yang berfungsi lebih baik dibandingkan dengan wilayah
lainnya mempunyai tingkat kesejahteraan sosial dan kualitas lingkungan serta
pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pula.
Pemerintah Kabupaten Nagan Raya melalui Dinas Bina Marga
berkomitmen mengutamakan pembangunan infrastruktur jalan karena peran dan
kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi sangat besar. Karena pembangunan
2
infrastruktur jalan akan bermuara pada kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan
program pembangunan infrastruktur jalan, pemerintah Dinas Bina Marga dituntut
untuk menerapkan prisip transparansi informasi (keterbukaan informasi) secara
sunguh-sungguh, menyeluruh, dan memberi tempat bagi partisipasi bagi lapisan
masyarakat lapisan masyarakat dalam proses pengelolaan sumber daya publik,
Nico Andrianto, (2007: h. 20). Hal ini agar pelaksanaan program pembangunan
infrastruktur jalan tercapai sesuai yang telah direncanakan.
Keterbukaan akses informasi disini menjadi penting agar masyarakat dapat
mengawal proses pelaksanaan kebijkan pemerintah Dinas Bina Marga sehingga
masyarakat dapat memastikan apakah program pembangunan yang dilaksanakan
sesuai dengan yang direncanakan. Selanjutnya, transparansi infromasi publik
terhadap penyelenggaraan program pembangunan memiliki manfaat untuk
mengantisipasi terjadinya praktek korupsi terhadap pelaksanaan kegiatan
pemerintah yang berupa kebocoran alokasi anggaran yang menjadikan praktek
pelaksanaan pembangunan tidak optimal.
Selain itu, melalui mengedepankan prinsip transparansi dalam pengelolaan
kinerja pemerintahan, maka publik dapat mengetahui informasi berbagai hal
berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Informasi mengenai Kebijakan
Pemerintah Dinas Bina Marga ini terkait dengan berbagai hal seperti perencanaan
pembangunan, pelaksanaan kegiatan, dan termasuk pengelolaan keuangan serta
pertanggungjawaban kegiatan kebijakan yang sudah diputuskan dan dilaksanakan.
Fenomena yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan
pembangunan infrastruktur jalan pemerintah cendrung terbuka kepada publik
mulai dari masalah penganggaran, perencanaan pembangunan, pelaksanaan,
3
hingga pada tahap evaluasi. Permasalahan tersebut dapat menyebabkan kurang
optimalnya pelaksanaan pembangunan dan bahkan sasaran yang dituju dapat tidak
terlaksana seperti yang direncanakan. Oleh karena itu, dirasa perlu melakukan
penelitian tentang “Analisis Transparansi Informasi Publik Dinas Bina Marga
Dalam Pembangunan Infrastruktur (Jalan) Di Kecamatan Suka Makmue”.
I.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana transparansi informasi
publik Dinas Bina Marga dalam pembangunan infrastruktur (jalan) di
Kecamatan Suka Makmue”?
I.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, adapun tujuan penulis
dalam melakukan penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Bagaimana
transparansi informasi publik Dinas Bina Marga dalam pembangunan
infrastruktur (jalan) di Kecamatan Suka Makmue”.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Secara subjektif. Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikkir ilmiah, sistematis dan metodelogis penulis dalam
memnyusun berbagai kajian literature untuk menjadikan suatu wacana baru dalam
memperkaya khazanah kognitif.
4
2. Secara praktis. Memberikan data dan informasi yang berguna bagi semua
kalangan terutama mereka yang secara serius mengamati jalannya transparansi
pemerintah, serta memberikan masukan bagi pemerintah khususnya di tempat
penelitian ini dilaksanakan agar dapat menerapkan transparansi informasi publik
dalam melaksanakan kinerjanya.
3. Secara akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konsentrasi baik
secara langsung atau tidak bagi kepustakaan departemen ilmu administrasi Negara
dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik mengekplorasi kembali kajian
analisis transparansi informasi publik dalam pembangunan terutama dalam
pembangunan infrastruktur (jalan) di Kecamatan Suka Makmue, Kabupaten
Nagan Raya.
I.5 Sistematika Pembahasan
Bab I yang berisi Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab II yang berisi Tinjauan Pustaka yang memuat, penelitian terdahulu,
Pengertian transparansi, informasi, pembangunan, infrastruktur, organisasi Dinas
Bina Marga Kabupaten Nagan Raya.
Bab III yang berisi Metode peneletitian, yang memuat metode penelitian,
lokasi penelitian, sumber data dan tehnik pengumpulan data, informan, instrumen
penelitian, tehnik analisa data, pengujian kredibilitas data.
Bab IV yang berisi Hasil Dan Pembahasan yang memuat hasil data
penelitian yang diperoleh dari lapangan selama penelitian berlangsung.
5
Bab V yang berisi Simpulan Dan Saran yang memuat kesimpulan dari
hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai
rekomendasi kebijakan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Arif Wahyu Kristianto (2008) yang berjudul Peningkatan
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Kasus
Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa
Campurejo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik) menyimpulkan bahwa
Identifikasi tingkatan partisipasi masyarakat desa Campurejo dalam pelaksanaan
program PPIP yang berupa paving jalan desa antara lain :
1. Tingkatan partisipasi masyarakat yang terkait dengan parameter prakarsa
dan pembiayaan menempati posisi tingkatan konspirasi.
2. Tingkat partisipasi masyarakat yang terkait dengan parameter kemampuan
memobilisasi tenaga menempati posisi tingkatan memberikan informasi.
3. Tingkat partisipasi masyarakat yang terkait dengan parameter kemampuan
menyelesaikan masalah menempati posisi tingkatan diplomasi.
4. Tingkat partisipasi masyarakat yang terkait dengan parameter pelaksanaan
pembangunan menempati posisi deplomasi
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis. Adapun persamaan dalam penelitian ini ialah sama-sama
membahas masalah infrastruktur jalan. Kemudian perbedaan yang dalam
penelitian ini ialah tidak adanya keterlibatan pemerintah dalam proses
pembangunan infrastuktur jalan. Sedangkan penelitian penulis lebih berfokus pada
7
ransparansi informasi publik Dinas Bina Marga terhadap pembangungunan
infrastruktur jalan.
2.2 Pengertian dan Prinsip Transparansi
Transparansi adalah terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak
yang membutuhkan serta disediakan secara memadai, Ratmito, Winarsih,( 2005:
h. 19)). Pemerintah berkewajiban memberikan informasi keuangan dan informasi
lainya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
Kemudian Azyumardi Azra, (2006: h. 32), memberikan pengertian lebih
mendalam bahwa transparansi adalah prinsip yang mengharuskan semua proses
kebijakan dilakukan secara terbuka, Transparansi menjadi pintu masuk, sekaligus
kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Seluruh sekor
kehidupan publik mensyaratkan adanya transparansi, sehingga tidak terjadi distori
dan penyelewengan yang merugikan masyarakat. Dalam bentuk yang paling
sederhana, keterikatan interaksi antar dua indifidu atau lebih mengharuskan.
Keterbukaan dalam kontek ini merupakan bagian dari kejujuran untuk saling
menjunjung kepercayaan (trust) yang terbina antar indifidu.
Lebih lanjut Azyumardi Azra (2006: h. 32) menyebutkan bahwa,
setidaknya ada lima elemen yang harus terbuka dan melibatkan masyarakat dalam
pembangunan. Pertama, Proses penganggaran yang bersifat dari bawah ke atas
(bottom up), mulai dari perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban
dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran. Hal ini perlu dilakukan untuk
memudahkan masyarakat melakukan kontrol terhadap pengelolaan anggaran.
8
Kedua, Proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan dan
penganggaran. Hal ini terkait pula dengan proses pembahasan tentang sumber-
sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran
belanja) pada semua tingkatan yang tidak cukup hanya melibatkan pihak-pihak
tertentu.
Ketiga, Proses pembahasan tentang pembuatan rancangan tentang
peraturan yang berkaitan dengan strategi penggalangan dana. Misalnya, strategi
penggalangan dana pembangunan dalam penetapan retribusi, pajak serta aturan-
aturan lain yang berkaitan dengan penganggaran pemerintah.
Keempat, Proses pembahasan tentang tatacara dan mekanisme pengelolaan
proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, laporan finansial dan
pertanggungjawaban secara teknis dari proyek yang dikerjakan oleh pimppinan
proyek atau kontraktor. Proses pengawasan dalam pelaksanaan program dan
proyek pembangunan yang berkaitan dengan kepentingan publik atau pemenuhan
kebutuhan masyarakat dan yang lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang
diusulkan oleh masyarakat sendiri.
Kelima, Proses evaluasi terhadap penyelenggaraan proyek yang dilakukan
secara terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif.
Evaluasi harus dilakukan sebagai pertanggungjawaban secara teknis dan fisik dari
setaip out put kerja-kerja pembangunan. Dalam hal ini rakyat paham akan
keseluruhan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah. Jadi,
transparansi itu berarti bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua
pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti
(Mardiasmo, 2004 : h. 30).
9
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,
yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta
hasil-hasil yang dicapai. (Buku Pedoman Program pembangunan Daerah, 2002:
h.18)
Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan.
Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap
aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau publik. Keterbukaan informasi
diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan
kebijakan dibuat beradasarkan preferensi publik. (Buku Pedoman Penguatan
Program Pembangunan Daerah, 2002: h. 18).
Prinsip ini memiliki 2 aspek, yaitu (1) komunikasi publik oleh pemerintah,
dan (2) hak masyarakat terhadap akses informasi. (Meuthia, 2000: h. 151)
Keduanya akan sangat sulit dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan
baik kinerjanya. Manajemen kinerja yang baik adalah titik awal dari transparansi.
Komunikasi publik menuntut usaha afirmatif dari pemerintah untuk membuka dan
mendiseminasi informasi maupun aktivitasnya yang relevan.
Transparansi harus seimbang juga dengan kebutuhan akan kerahasiaan
lembaga maupun informasi-informasi yang mempengaruhi hak privasi individu.
Karena pemerintahan menghasilkan data dalam jumlah besar, maka dibutuhkan
petugas informasi professional, bukan untuk membuat dalih atas keputusan
pemerintah, tetapi untuk menyebarluaskan keputusankeputusan yang penting
kepada masyarakat serta menjelaskan alasan dari setiap kebijakan tersebut.
10
Tetapi secara ringkas dapat disebutkan bahwa, prinsip transparasi paling
tidak dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti :
a. Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua
proses-proses pelayanan publik. Indikator ini mensyaratkan bahwa seluruh
proses tata pemerintahan mulai dari pengorganisasian, alokasi anggaran sampai
pada implementasi kegiatan harus terbuka secara penuh dan dapat dinilai
dengan baik oleh warga masyarakat maupun stakeholders. Dalam konteks ini
penyelenggara pelayanan publik yaitu aparat birokrasi harus menjelaskan
secara penuh kepada stakeholders seluruh persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi oleh warga dalam proses pelayanan publik.
Hal ini mengharuskan agar aparat pelayan publik melakukan upaya-upaya
untuk menyebarluaskan informasi mengenai persyaratan yang harus diketahui
oleh pengguna jasa pelayanan publik. Persoalannya selama ini adalah bahwa
aparat pelayan publik merasa bahwa persayaratan tersebut merupakan urusan dari
pengguna jasa pelayanan publik dan bukan menjadi tanggung jawab mereka.
Hanya dengan memasang persyaratan yang ada di papan pengumuman institusi,
mereka tidak melakukan upaya aktif untuk melakukan sosialisasi di tingkat
masyarakat. Agus Dwiyanto, (2005:h. 243)
b. Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang
berbagai kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses didalam
sektor publik. Indikator ini berkaitan dengan bahwa sebuah peraturan dan
prosedur pelayanan publik harus cukup jelas dimengerti oleh pengguna jasa
pelayanan publik. Aparat pelayan publik harus memiliki kemampuan dan
tersedianya mekanisme dan prosedur yang memungkinkan agar pengguna
11
jasa pelayanan publik dapat memahami dengan jelas mulai dari persyaratan,
prosedur, biaya, waktu yang diperlukan oleh pengguna jasa pelayanan publik.
Persolan yang ada selama ini bahwa fihak aparat birokrasi pemerintahan
seringkali tidak mau memberikan penjelasan secara komprehensif tentang
mengapa persyaratan, prosedur, waktu yang dibutuhkan bagi warga
masyarakat dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.
c. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi
maupun penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani.
Indikator ini berkaitan dengan bahwa sebuah peraturan dan prosedur
pelayanan publik harus cukup jelas dimengerti oleh pengguna jasa pelayanan
publik. Aparat pelayan publik harus memiliki kemampuan dan tersedianya
mekanisme dan prosedur yang memungkinkan agar pengguna jasa pelayanan
publik dapat memahami dengan jelas.
Keterbukaan pemerintah atas berbagai aspek pelayanan publik, pada
akhirnya akan membuat pemerintah menjadi bertanggung gugat kepada semua
stakeholders yang berkepentingan dengan proses maupun kegiatan dalam sector
publik.
2.3 Informasi Publik
Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang
berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini
atau mendatang, Gordon B Davis (1991: h. 28). Selanjutnya geoge H Bodner
(2000 : h. 1) menyatakan bahwa informasi adalah data yang diolah sehingga
dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat.
12
Kemudian lebih lanjut Abdul Kadir (2002: h. 31) mendefisikan informasi
adalah sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkat
pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut. Sedangkan publik
adalah sekelompok orang atau masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas, penulis
menyimpulkan bahwa informasi adalah suatu data yang telah diolah yang berarti
bagi sipenerima dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan.
2.4 Pengertian Pembangunan
Pembangunan ialah suatu perkataan yang digunakan secara meluas dalam
semua media massa di seluruh dunia dan merupakan konsep yang kerap kali
disebut dan dibincangkan oleh semua lapisan masyarakat, sama ada di Timur
maupun di Barat, terutama di kalangan ahli politik, wartawan, dan ahli sains
sosial. Walaupun pembangunan satu perkataan yang sudah biasa didengar dan
diperkatakan oleh banyak orang, tetapi pengertian konsep pembangunan begitu
luas cakupannya. Pengertian pembangunan perlu dihayati sebelum seseorang itu
dapat memahami keseluruhan proses dan teori pembangunan. Usaha untuk
memahami konsep pembangunan itu sendiri jauh lebih sukar daripada memahami
proses dan teori pembangunan.
Menurut Siagian, (2001: h. 4-6) bahwa Pembangunan adalah sebagai
rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan
sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation-building).
Apabila definisi sederhana diatas disimak secara cermat, akan muncul
kepermukaan pling sedikit ada tujuh ide pokok sebagai berikut :
13
Pertama : pembangunan merupakan suatu proses. Berarti pembangunan
merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri
dari taap-tahap yang satu ppihak bersifat indenpendenn akan teteapi pihak lain
merupakan “bagian” dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir (never ending). Banyak
cara yang dapat digunakan uuntuk untuk menetukan pentahapan tersebut, seperti
berdasarkan jangka waktu, biaya atau hasil tertentu yang diharapkan akan
diperoleh.
Kedua : pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan
sebagai swsuatu untuk dilaksanakan. Dengan kata lain, jika dalam
rangkakehidupan bermasyarakat, berbnagsa, bernegara terdapat kegiatan yang
kelihatannya seperti pembangunan, akan tetapi sebenarnya tidak ditetapkan
secarasadar dan hanya terjadi secara sporadis atau insidental, kegiatan tersebut
tidak dapat dikategorikan sebagai pembangunan.
Ketiga : Pembangunan dilakukan secara terencana, baik dalam arti jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Seperti dimaklumi
merencanakanberartimengambil keputusan sekang tentang hal-hal yang akan
dilakukan pada jangka waktu tertentu di masa depan.
Keempat : Rencana pembangunan mengandung makna pertubuhan dan
perubahan. Pertumbuhan dimaksudkan sebagai peningkatan kemampuan suatu
negara atau bangsa dan daerah untuk berkembang dan tidak sadar mampu
mempertahan kan akemerdekaan kedaulatan dan lain-lain. Perubahan mengndung
makna bahwa suatu negara atau bangsa harus bersikap antisipatif dan proaktif
dalam menghadapi tuntutan situasi yang berbeda dari satu jangka waktu ke jangka
waktu yang lai, terlepas apakah situasi yang berbeda tersebut diprediksikan
14
sebelumnya atau tidak. Dengan perkataan lain, suatu negara atau bangsa yang
sedang membangun tidak akan puas jika hanya mampu mempertahankan status
quo yang ada.
Kelima : Pembangunan mengarah kepada modernitas. Modernitas disini
dapat diartikan antara lain sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik dari pada
sebelumnya, cara berfikir yang rasional dan sistem budaya yang kuat tetapi
fleksibel. Walaupun demikian, perlu diingatkan bahwa konsep modernitas tidak
identik dengan cara hidup gaya barat. Setiap negara atau bangsa yang modern
harus tetap mempertahankan jati dirinyan yang bersumber dari nilai – nilai yang
dipandang luhur oleh negara yang bersangkutan. Bahwa ada aspek-aspek nilai
tersebut yang memerlukan penyesuaian karena tuntutan zaman,itupun harus diakui
dan dijadikan masukan dan merumuskan strategi yang akan ditempuh.
keenam : Modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan
pembangunan perdefinisi bersifat multidimensional. Artinya, modernitas tersebut
mencakup seluruh segi kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersangkutan
semakin kukuh fondasinya dan semakin mantap keberadaannya sehingga menjadi
negara banhsa-bangsa lain didunia karena mampu menciptakan situasi yang
membuatnya berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan negara bangsa
tersebut.
Dari pembahasan diats kita sampai batasan pengertian atau definisi kerja
dari administrasi pembangunan, yaitu seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu
negara atau bangsa untuk tumbuh, berkembang, dan berubah secara sadar dan
terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan negara atau bangsa yang
bersangkutan dalam rangkai pencapaian tujuan akhirnya.
15
Definisi tersebut secara implisit menunjukkan bahwa upaya dan kegiatan
pembangunan merupakan upaya nasional. Artinya, menyelenggarakan kegiatan
pembangunan bukan hanya tugas dan tanggung jawab pemerintah dengan segala
aparat dan seluruh jajarannya meskipun harus diakui bahwa peranan pemerintah
cukup dominan. Para politisi dengan kekuatan sosial-politik harus turut berperan.
Dunia usaha memainkan peranan yang besar terutama dibidang ekonomi. Para
teoritisi dan cendikiawan ditantang untuk memberikan sumbangsihnya, khususnya
dalam penguasaan dan kemampuan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Para pembentuk opini turut berperan dalam memberdayakan
masyarakat, antara lain melalui peningkatan melalui peningkatan melaksanakan
pengawasan sosial. Bahkkan rakyat jelata pun harus ikut dilibatkan. Singkatnya,
pembangunan merupakan urusan semua pihak dalam suatu masyarakat bangsa.
Dalam penyelenggaraan kegiatan pembangunan, tidak ada warga masyarakat
bangsa yang hanya berperan sebagai “ penonton”, semua harus berperan sebagai
“pemain”.
Dari pengertian pembangunan sebagaimana yang dikemukakan diatas, dapat
dirumuskan konsep pembangunan sebagai kegiatan atau usaha secara sadar,
terencana dan berkelanjutan untuk mengubah kondisi suatu masyarakat menuju
kondisi yang lebih baik lagi.
2.5 Infrastruktur
Infrastruktur adalah sistem fisik yang menyediakan transportasi,
pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lain yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan
ekonomi (Grigg, 1988). Infrastuktur dapat dibagi menjadi 13 kategori, yaitu : 1)
16
sistem penyedia air; 2) system pengelolaan air limbah; 3) fasilitas pengelolaan
limbah (padat); 4) fasilitas pengendalian banjir, drainase dan irigasi; 5) fasilitas
lintas air dan navigasi; 6) fasilitas transportasi; 7) sistem transportasi publik; 8)
sistem kelistrikan; 9) fasilitas gas dan energi alam; 10) gedung publik; 11) fasilitas
perumahan publik; 12) taman kota; dan 13) fasilitas komunikasi (Grigg, 1988).
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem
sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem
infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur
dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan
untuk berfungsinya sistem sosial dan ekonomi masyarakat (Grigg, 2000). Definisi
teknik juga memberikan spesifikasi apa yang dilakukan sistem infrastruktur dan
mengatakan bahwa infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem
sehingga memberikan pelayanan publik yang penting.
Peran infrastruktur sebagai mediator antara sistem ekonomi dan sosial
dalam tatanan kehidupan manusia dengan lingkungan alam menjadi sangat
penting. Infrastruktur yang kurang (bahkan tidak) berfungsi akan memberikan
dampak yang besar bagi manusia. Sebaliknya, infrastruktur yang terlalu
berkelebihan untuk kepentingan manusia tanpa memperhitungkan kapasitas daya
dukung lingkungan akan merusak alam yang pada hakekatnya akan merugikan
manusia termasuk makhluk hidup yang lain. Berfungsi sebagai suatu pendukung
sistem sosial dan sistem ekonomi, maka infrastruktur perlu dipahami dan
dimengerti secara jelas terutama bagi penentu kebijakan (Kodoatie R.J, 2005).
17
2.6 Organisasi Dinas Bina Marga
Berdasarkan Qanun Nagan Raya Nomor: 4 tahun 2008 tentang susunan
organisasi dan tata kerha Dinas Kabupaten nagan raya.
A. Susunan Organisasi Dinas Bina Marga
a. Kepala dinas
b. Sekretariat.
c. Bidang jalan
d. Bidang jembatan.
e. UPTD
f. Kelompok jabatan fungsional.
a. Kedudukan, Tugas pokok dan Fungsi Kepala Dinas
1. Kepala Dinas berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada bupati
melalui Sekda (sekretaris daerah).
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang disebutkan diatas, kepala
dinas mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Membantu kepala darah dalam merumuskan kebijakan umumdan teknis
dengan pekerjaan umum;
b. Memimpin dan membina dinas dalam pelaksanaan tugas yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan
pemerintah daerah;
c. Menyiapkan kebijakan umum daerah dalam bidang bina marga;
d. Menetapkan kebijakan teknis di bidang jalan, jembatan, pengujian dan
peralatan sesuai dengan kebijakan umum yang di tetapkan oleh Bupati;
18
e. Melaksanakan kerjasama dengan instansi dan organisasi lain yang
menyangkut bidang jalan, jembatan,pengujian dan peralatan; dan
f. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh bupati
sesuai dengan tugasnya.
b. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris.
1. Sekretaris mempunyai kedudukan sebagai unsur pembantu pimpinan dan
pengelolaan administrasi. Sekretaris di pimpin oleh seorang sekretaris
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas
melalui Sekretaris.
2. Sesuai dengan kedudukan tersebut, Sekretaris mempunyai tugas pokok
untuk melakukan pembinaan dan pengelolaan administrasi umum,
perlengkapan, keuangan, kepegawaian, penataan arsip, organisasi dan
tatalaksana, hubungan masyarakat dan koordinasi penyusunan
perencanaan strategis, program kerja evaluasi dan pelaporan serta
pelayanan administrasi kepada seluruh unit kerja di lingkungan Dinas.
3. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Sekretaris mempunyai fungsi
untuk menyelenggarakan urusasn surat menyurat, kearsipan dan laporan,
melaksanakan urusan keuangan, administrasi umum dan melaksakan
tugas kepala dinas dalam hal kepala dinas berhalangan.
Sedangkan berdasarkan penjabaran tugas pokok dari sekretaris diatas ialah
sebagai berikut :
a. Pembinaan dan pengelolaan administrasi umum, kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, rumah tangga, penataan arsip dan
dokumentasi serta organisasi dan tatalaksana;
19
b. Penyusunan rencana strategis jangka pendek dan jangka panjang serta
pengkajian dan evaluasi secara berkala;
c. Penyusunan program kerja dan kegiatan, pengumpulan dan pengolahan
dataserta penyusunan laporan pelaksanaan program dan kegiatan;
d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian serta evaluasi terhadap
terhadap pelaksanaan program dan kegiatan;
e. Pelaksanaan koordinasi dengan bidang dan unit pelaksana teknis dinas
dalam bidang penyusunan program dan evaluasi serta pengawasan;
f. Penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dinas;
g. Menyiapkan data, informasi dan hubungan dengan masyarakat;
h. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala
dinas sesuai dengan tugasnya.
c. Kedudukan, Tugas pokok dan Fungsi Sub bagian dan kepegawaian
1. Kepala sub bagian umum berkedudukan sebagai pembantu sekretaris Dinas
untuk memberikan pelayanan ketatausahaan dan bertanggung jawab kepada
sekretaris.
2. Sesuai dengan kedudukanya, maka kepala sub bagian umum mempunyai
tugas pokok sebagai berikut :
a. Membantu dan bertanggung jawab kepada Sekretaris dalam hal
Pelaksanaan urusan administrasi umum dan perlengkapan yang
diperlukan oleh dinas;
b. Pelayanan perjalanan dinas dan keperluan rumah tangga dinas;
c. Penerimaan, pencatatan, penyimpanan, dan pendistribusian
perlengkapan dinas;
20
d. Pemeliharaan dan pengendalian barang-barang inventaris dinas;
e. Pelaksanaan administrasi surat menyurat diperlukan dinas;
f. Penyelenggaraan keamanan di lingkungan dinas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
d. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Sub Bagian
Kepegawaian.
1. Kepala sub bagian kepegawaian berkedudukan sebagai pembantu
sekretaris Dinas untuk memberikan pelayanan ketatausahaan dan
bertanggung jawab kepada sekretaris.
2. Sesuai dengan kedudukanya, maka kepala sub bagian kepegawaian
mempunyai tugas pokok sebagai berikut :
a. Penyiapan bahan usulan kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, mutasi
pegawai, pensiun, dan penghargaan;
b. Penyiapan bahan usulan program diklat dan pengembangan pegawai;
c. Pelaksanaan pengelolaan kepegawaian di lingkungan dinas;
d. Penyusunan laporan administrasi kepegawaian;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
e. Tugas Kepala Sub Bagian Keuangan.
1. Kepala sub babgian mempunyai tugas membantu dan bertanggung jawab
kepada Sekretaris dalam hal :
a. Pelaksanaan pengendalian dan pengelolaan keuangan dinas;
b. Penyusunan laporan pertanggungjawaban pengelolaan administrasi
keuangan dinas;
c. Pengamanan uang kas, tanda bukti brankas, dan surat-surat berharga;
21
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
f. Target Bidang jalan
- Kenyamanan bagi pemakai jalan
- Kelancaran bagi moda angkutan
- Pemeliharaan Rutin Jalan
- Rehabilitasi Jalan
- Pelaporan kondisi Jalan
- Pengamanan fasilitas pelengkap jalan
g. Bidang jalan
1. Bidang jalan adalah unsur pelaksana teknis di bidang pembangunan jalan.
2. Bidang jalan dipimpin oleh seorang kepala bidang yang berada di bawah
dan bertanggung jaawab kepada kepala Dinas melalui Sekretaris.
3. Berdasarkan kedudukan kepala bidang jalan tersebut, kepala bidang jalan
mempunyai tugas pokok melaksanakan pembangunan, pemeliharaan, dan
perawatan jalan.
4. Untuk menyelenggarakan tugas yang sebagaimana dimaksud diatas, bidang
jalan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan perencanaan pembangunan, pengelolaan pembangunan,
pemeliharaan jalan dan rekayasa lalulintas;
b. Pelaksanaan standar pembangunan jalan serta pemeliharaan dan
perawatan jalan;
c. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian teknis di bidang
pembangunan, pemeliharaan dan perawatan jalan;
22
d. Pelaksanaan bimbingan teknis pembangunan, pemeliharaan dan
pengawasan serta pengendalian di bidang jalan;
e. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh
kepala dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
Sedangkan penjabaran bidang jalan, Bidang jalan di bagi dalam beberapa
bagian yaitu sebagai berikut :
1. Seksi pembangunan jalan;
2. Seksi pemeliharaan dan perawatan.
1. Kepala Seksi Pembangunan Jalan
Kepala seksi pembangunan jalan mempunyai tugas membantu dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bina Marga dalam hal :
a. Penyiapan bahan dan pengolahan data dalam rangka penyusunan program
kerja pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan/peningkatan
jalan dan jembatan;
b. Pelaksanaan dan pengelolaan leger (penyangga) jalan dan jembatan;
c. Pengumpulan dan pengelolaan kondisi jalan dan jembatan;
d. Pemberian izin pemanfaatan/penggunaan sebagian Daerah Manfaat Jalan
(DMJ) yang bersifat tetap;
e. Pengkoordinasian dan konsultasi dengan dinas/ instansi/lembaga lainnya
dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas;
f. Evaluasi dan laporan hasil pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
23
2. Kepala Seksi Pemeliharaan Jalan
Kepala seksi pemeliharaan dan perawatan jalan mempunyai tugas
membantu dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bina Marga dalam hal :
a. Penyiapan bahan penyusunan petunjuk teknis pemeliharaan jalan dan
jembatan;
b. Pengumpulan dan pengolahan data kondisi serta pemeliharaan jalan dan
jembatan;
c. Pelaksanaan pengelolaan pemeliharaan jalan dan jembatan serta
pemanfaatannya;
d. Pengelolaan alat berat yang meliputi perbaikan atas kerusakan,
pengaturan, penggunaan, dan pengadministrasian kontrak sewa alat berat;
e. Pengkoordinasian dan konsultasi dengan dinas/ instansi/lembaga lainnya
dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas.
h. Visi dan Misi
Visi
a. Meningkatkan pembangunan dan peningkatan isfrastruktur
pembanguna.
b. Menyidiakan jaringan jalan dan jembatan yang memenuhi
kebutuhan barang dan jasa.
c. Mengembangkan prasarana dan sarana transportasi darat sehingga
memberikan akses transportasi yang lebih baik.
d. Melakukan rehabilitas dan rekonstruksi prasarana dan sarana
transportasi darat.
24
Misi
a. Memanfaatkan sumber daya alam yang ada.
b. Membangun, memperbaiki dan memelihara prasarana yang belum
ada dan yang telah.
c. Membangun wilayah dengan program pengembangan wilayah
yang terpadu dan selaras.
i. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Dinas Bina Marga Kabupaten Nagan Raya adalah unsur pelaksanaan
pemerintah daerah dibidang jalan, jembatan, pengujian dan peralatan.
b. Kepala Dinas Bina Marga dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada kepala daerah memlalui skretaris daerah.
Berikut ini struktur organisasi Dinas Bina Marga Kabupaten Nagan Raya :
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,
2003: h. 3) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan prilaku yang dapat diamati.
Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu
memberikan gambaran mengenai bagaimana transparansi informasi publik Dinas
Bina Marga dalam pembangunan infrastruktur jalan di Kecamatan Suka Makmue
tersebut didukung data-data tertulis seperti data-data dari hasil wawancara.
3.2 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Dinas Bina
Marga Kabupaten Nagan Raya.
3.3 Sumber Data Dan Tehnik Pengumpulan Data
3.3.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan data
primer dan data sekunder. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah Dinas
Bina Marga Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh.
Menurut Umu Narimawati, (2008: h. 98 ) data primer adalah data yang
berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk
terkomplikasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui
26
narasumber atau dalam istilah tekhnisnya informan, yaitu orang yang kita jadikan
objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan
informasi atau data.
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data
pada pengumpulan data, (Sugiyono, 2008: h. 402). Data ini bersifat mendukung
keperluan data primer seperti buku-buku, artikel, makalah, peraturan-peraturan,
struktur organisasi, jadwal, waktu, , petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, dan
lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
3.3.2 Tehnik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
digunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan
yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa,
sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi
langsung. Sedang observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan
tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki, (Maman Rahman,
1999: h. 77).
Dalam kegiatan pengumpulan data metode observasi merupakan salah satu
metode utama disamping metode wawancara. Dalam hal ini pengamatan yang
dilakukan melalui dua cara yaitu sebagai berikut :
27
a. Pengamat berperan serta adalah dimana pengamat melakukan dua peran
sekaligus sebagai pengamat dan menjadi anggota resmi dari kelompok yang
diamati.
b. Pengamat tanpa berperan serta yaitu pengamat hanya berfungsi untuk
mengadakan pengamatan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi langsung
yaitu di Kecamatan Suka Makmue, Kabupaten Nagan Raya. Pengamatan
dilakukan sendiri secara langsung ditempat yang menjadi objek penelitian,
sedangkan objek yang diamati adalah transparansi informasi publik Dinas Bina
Marga dalam pembangunan infrastruktur (jalan) di Kecamatan Suka Makmue
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan subjek penelitian yang meliputi
keterbukaan informasi mengenai pelaksanaan program pembangunan kepada
masyarakat.
2. Wawancara.
Wawancara adalah tehnik pengumpulan data dengan sebuah percakapan
antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajuakan oleh peneliti kepada
subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab, (Sudarwan Darwin,
2002: h. 135).
Ada bermacam-macam cara pembagian jenis wawancara yang dikemukakan
dalam kepustakaan, diantaranya dikemukakan oleh Patton (dalam Moleong, 2002:
h. 197) dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua model wawancara yaitu
sebagai berikut :
a. Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, yaitu jenis wawancara
yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :
28
1. Pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang
dinyatakan dalam proses wawancara.
2. Penyusunan pokok-pokok dilakukan sebelum wawancara dilakukan.
3. Pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu dinyatakan secara berurutan.
4. Penggunaan dan pemilihan kata-kata untuk wawancara dalam hal tertentu tiak
perlu dilakukan sebelumnya.
5. Petunjuk wawancara hanya berisi petunjuk secara garis besar tentang proses
dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat
tercakup seluruhnya.
b. Wawancara baku terbuka, yaitu jenis wawancara yang mengggunakan
seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara
penyajiannya juga sama untuk setiap informan.
3. Dokumentasi
Tehnik dokumentasi adalah mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dallil
atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
(MamanRacman, 1999: h. 96).
Dokumen dalam penelitian ini digunakan sebagai sumber data karena
dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk
menguji, menafsir, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2002: h. 191).
4. Etika Penelitian
Dalam menulis karya ilmiah ini penulis harus memperhatikan etika
penelitian, terutama yang berkenaan dengan informan dalam hal pengumpulan
atau penulisan data dan informasi. Etika penelitian yang dimaksud ialah
29
berkenaan dengan keterwakilan dan kerahasiaan. Pada saat akan melakukan
wawancara atau tanya jawab penulis terlebih dahulu meminta izin pada partisipan,
yaitu dengan menyampaikan surat permohonan penelitian secara lisan kepada
partisipan. Selain itu penulis juga meminta kesediaan informan untuk
mencantumkan namanya tersebut pada karya ilmiah penulis dan partisipan tidak
merasa keberatan dalam hal tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penulisan nama partisipan dalam
karya ilmiah ini telah mendapat persetujuan dari para informan yang
bersangkutan. Penulis juga menjelaskan kepada partisipan bahwa penelitian ini
merupakan tugas akhir penulis yang merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan penulis dan tidak menyangkut dengan kepentingan
apapun.
3.3.3 Informan
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatis,
maka dalam penelitian ini tidak mengenal adanya sampel, melainkan informan.
Hal ini di butuhkan untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengtenai
masalah penelitian yang sedang di bahas. Adapun dalam penentuan informan
menggunakan metode purposive sampling (pengambilan sampel secara acak).
Lebih lanjut Irawan Soehartono (2008: h. 62) tehnik pengambilan sampel secara
purposive sampling adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel
diserahkan pada pertimbangan pengumpulan data yang menurut penulis sesuai
dengan maksud dan tujuan penelitian.
Berdasarkan keterangan diatas, maka yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
30
1. Kepala bidang pembangunan jalan Dinas Bina Marga Kabupaten Nagan Raya 1
orang.
Pemimlihan kepala bidang pembangunan jalan dijadikan nara sumber
karena :
a. Dianggap mengetahui secara mendalam mengenai transparansi pemerintah
dalam pembangunan infrastruktur (jalan).
b. Sebagai pelaksana teknis di bidang pembangunan jalan.
2. Kasi pembangunan jalan Dinas Bina Marga Kabupaten Nagan Raya 1 orang.
Pemilihan kepala seksi pembangunan jalan sebagai informan karena dianggap :
a. Mengetahui secara mendalam mengenai transparansi pemerintah dalam
pembangunan infrastruktur (jalan).
b. Sebagai pengelolaan data dalam rangka penyusunan program kerja
pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan jalan.
3. Masyarakat kecamatan Suka Makmue 13 orang.
Pemilihan masyarakat sebagai informan karena masyarakat dianggap sebagai
penilai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah.
Jumlah informan dalam dalam penelitian ini adalah 15 orang.
3.4 Instrumen Penelitian
Adapun yang dimaksud dengan instrumen penelitian adalah alat pada
waktu penelitian menggunakan suatu metode. Adapun instrument yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, pedoman observasi untuk
mendapatkan informasi tentang transparansi informasi publik Dinas Bina Marga
dalam pembangunan infrastruktur (jalan) di Kecamatan Suka Makmue.
(Suharsimi Arikunto, 2002: h. 126).
31
3.5 Tehnik Analisa Data
Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dirumuskan kerja (Moleong, 2001: h. 103). Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif, dimana pembahasan penelitian serta hasilnya
diuraikan melalui kata-kata berdasarkan data empiris yang diperoleh. Data yang
dperoleh dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif, maka data yang
digunakan non statistik.
Analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung secara interaktif,
dimana pada setiap tahapan kegiatan tidak berjalan sendiri-sendiri. Meskipun
tahap penelitian dilakukan sesuai dengan yang direncanakan, akan tetapi kegiatan
ini tetap harus dilakukan secara berulang antara kegiatan pengumpulan data,
redaksi data, penyajian data serta verifikasi atau penarikan suatu kesimpulan.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, digunakan langkah-langkah
atau alur yang terjadi bersamaan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesim pulan atau alur verifikasi (Milles, 1992: h. 15-19).
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mencari dan mengumpulkan data yang
diperlukan yang dilakukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data yang ada
dilapangan, kemudian data tersebut dicatat.
2. Reduksi data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang
tertulis dilapangan (Miles, 1992: h. 17).
32
Reduksi data ini bertujuan untuk menganalisis data yang lebih mengarah,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data agar diperoleh
kesimpulan yang dapat ditarik atau verifikasi.
Dalam penelitian ini, proses reduksi data dilakukan dengan
mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian
dipilih dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan data.
3. Penyajian data
Penyajian data adalah pengumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles dan
Heberman, 1992; h. 18).
Dalam hal ini, data yang dikategorikan tersebut kemudian diorganisasikan
sebagai bahan penyajian data. Data tersebut disajikan secara deskriptif yang
berdasarkan aspek yang diteliti yaitu analisis transparansi informasi publik Dinas
Bina Marga dalam pembangunan infrastruktur jalan di Kecamatan Suka Makmue.
4. Verifikasi data dan penarikan kesimpulan.
Verifikasi data adalah sebagian dari suatu kegiatan utuh, artinya makna-
makna yang muncul dari data telah disajikan dan diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya (Miles dan Huberman, 1992: h. 19).
Penarikan kesimpulan berdasarkan pada pemahaman terhadap data yang disajikan
dan dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada
pokok permasalahan yang diteliti.
3.6 Pengujian Kredibilitas Data
Uji kredilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
33
ketekunan dalam penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan
member check. Digunakannya uji ini di maksudkan untuk mendapatkan data yang
lebih mendalam mengenai subjek penelitian (Sugiyono, 2008: h. 270).
Adapun penguji kredibilitas data adalah sebagai berikut :
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan pengamatan
yang dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang memadai. Menurut
Moleong (2007: h. 327 ) perpanjangan pengamatan berarti peneliti tinggal
dilapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.
2. Peningkatan ketekunan
Melakukan pengamatan secara lebih mendalam untuk memperoleh
kepastian data. Meningkatkan ketekunan dilakukan dengan membaca berbagai
referensi baik dari buku maupun dokumen yang terkait dengan temuan yang
diteliti sehingga berguna untuk memeriksa data apakah benar dan bisa dipercaya
atau tidak kebenarannya.
3. Triangulasi
Triangulasi dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan dari beberapa
pihak secara terpisah namun dengan karakteristik yang sama, kemudian hasilnya
di cross cheek antara jawaban yang satu dengan jawaban yang lain. Triangulasi
dalam penelitian dilakukan terhadap orang tua dan sahabat. Hasil jawaban dari
beberapa pihak tersebut kemudian dilihat persamaan dan perbedaannya, sehingga
dapat dilihat penerimaan diri berdasarkan pengalaman psikologis obesitas dari
orang yang satu dengan orang yang lain.
34
4. Pemeriksaan teman sejawat
Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil
temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan
mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan yang
berguna untuk proses penelitian.
5. Analisis kasus negatif
Menurut sugiyono (2008: h. 275) melakukan analisis kasus negatif berarti
peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan.
6. Member check
Member check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara
mendiskusikan hasil penelitian dengan sumber-sumber yang telah
memberikandata untuk mengecek kebenaran data dan interprestasinya. Menurut
Moleong, (2007: h. 336) pengecekan dilakukan dengan jalan sebagai berikut :
a. Penilaian dilakukan oleh informan
b. Mengkoreksi kekeliruanMenyediakan tambahan informasi secara sukarela.
c. Memasukkan informan dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan
untuk mengintikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data.
d. Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.
Pengujian kredibilitas bertujuan untuk menilai kebenaran dari temuan
penelitian kualitatif. Kredibilitas ditujukan ketika partisipan mengungkapkan
bahwa transkip penelitian memang benar-benar sebagai pengalaman dirinya
sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang telah ditranskipkan
untuk dibaca ulang oleh partisipan.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, kondisi lingkungan yang diteliti
merupakan hal yang sangat penting yang harus diketahui oleh peneliti. Dinas Bina
Marga merupakan salah satu dari beberapa Dinas yang berada di Kabupaten
Nagan Raya yang bertugas di bidang pengelolaan dan pembangunan infrastruktur
jalan. Dinas Bina Marga berdiri atau telah ada sejak tahun 2000. Adapun lokasi
Dinas Bina Marga Kabupaten Nagan Raya terletak di Desa Lueng Baroe
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.
Kabupaten Nagan Raya ibu kotanya adalah Suka Makmue yang berjarak
sekitar 287 km atau 8 jam perjalanan dari Banda Aceh. Kabupaten ini berdiri
berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2002 (Tanggal 2 Juli 2002) sebagai hasil
pemekaran Kabupaten Aceh Barat. Kabupaten Nagan Raya secara geografis
terletak pada lokasi 030 40’ - 040 38’ Lintang Utara dan 960 11’ - 960 48’ Bujur
Timur dengan luas wilayah 3.363,72 km2 (336.372 hektar) dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Tengah
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gayo Luwes dan Aceh Barat
Daya
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.
36
4.1.1 Dinamika Pegawai
Dinas Bina Marga memiliki kepadatan pegawai dengan jumlah 38 orang,
yang terdiri dari 38 orang dengan pegawai negeri sipil. Dengan rincian jenis
kelamin pegawai Dinas Bina Marga dapat dilihat dalam tabel 1 sebagai berikut :
Tabel : 4.1
Klasifikasi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 32
2 Perempuan 6
Jumlah 38
Sumber: Profil Dinas Bina Marga, Nagan Raya, 2012
Dilihat dari tabel di atas bahwa jumlah pegawai yang berjenis kelamin
laki-laki lebih besar dari jumlah pegawai yang berjenis kelamin perempuan. Jenis
kelamin pegawai laki-laki berjumlah 32 orang, sedangkan pegawai dengan
berjenis kelamin perempuan berjumlah 6 orang.
Sedangkan jumlah pegawai berdasarkan Umurnya dapat dilihat pada tabel
berikut di bawah ini :
Tabel : 4.2
Jumlah Pegawai Berdasarkan Umur
No Golongan Umur Jumlah
1. 20-26 10
2. 27-32 17
3. 33-38 5
4. 39-44 3
5. < 45 3
Total 38
Sumber : Profil Dinas Bina Marga 2012
Adapun klasifikasi pegawai berdasarkan pangkat/Golongan. Klasifikasi
pangkat/Golongan pegawai Dinas Bina Marga dapat dilihat pada tabel 3 sebagai
berikut :
37
Tabel : 4.3
Klasifikasi pegawai Dinas Bina Marga berdasarkan pangkat/Golongan
No Pangkat/Golongan Jumlah
2 IV/a 2
3 III/a 10
4 III/b 7
5 III/d 1
6 II/a 10
7 II/b 3
8 11/c 1
9 I/c 2
10 I/d 2
Jumlah 38
Sumber : Profil Dinas Bina Marga, 2012
4.1.2 Struktur Organisasi Bidang Jalan
STRUKTUR ORGANISASI BIDANG JALAN
Ir. BUSTAMAM
Kepala Bidang Jalan
ISKANDAR, ST
Kasi Pemeliharaan Jalan Kasi Pemb. Jalan
38
4.2 Hasil Penelitian
Penulis akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan
informan di lapangan, data penelitian yang menggunakan daftar pertanyaan
dengan melakukakan Wawancara langsung kepada informan yaitu sebanyak 15
orang iforman.
Adapun data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa
informan tersebut akan disajikan dalam bentuk kutipan Wawancara.
4.2.1 Krakteristik Informan
Dalam karakteristik informan akan dijelaskan data mengenai identitas
informan yang terdiri dari jenis kelamin dan usia informan.
Dapat di gambarkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada
jenis kelamin perempuan. Untuk sebaran informan berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel : 4.4
Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 12 80
2 Perempuan 3 20
Total 15 100
Sumber : Hasil penelitian 2012
Perbedaan jumlah laki-laki dengan 12 orang dan perempuan 3 orang
seperti yang tercantum dalam tabel diatas bukan berarti terdapat perbedaan jender
antara laki-laki dengan perempuan dalam hal mendapatkan informasi dan
keterlibatan dalam tahapan pelaksanaan program pembanggunan infrastruktur
jalan di Kecamatan Suka Makmue. Perbedaan tersebut hanyalah suatu kebetulan
tanpa unsur kesengajaan. Perbandingan jumlah tersebut tidak menjadi kendala
39
utama bagi terwujudnya transparansi informasi publik Dinas Bina Marga dalam
pembangunan infrastuktur jalan di Kecamatan Suka Makmue.
4.2.2 Transparansi Informasi Publik Dalam Pembangunan Infrstruktur
Jalan Di Kecamatan Suka Makmue
Dalam pelaksanaan program pembangunan, khususnya pembangunan
infrastruktur jalan yang membuat suatu kegagalan dalam pelaksanaan program
pembangunan tersebut adalah karena dalam penyusunan, pelakasanaan,
penganggaran dan evaluasi program pembangunan kurang terbuka kepada publik.
Seharusnya dengan lahirnya otonomi daerah memberikan kesempatan bagi publik
(masyarakat) untuk ikut mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.
Ada 5 elemen transparansi informasi publik dalam pelaksanaan program
pembangunan yaitu (1). proses penganggaran yang bersifat dari bawah ke atas,
proses penganggaran yang bersifat dari bawah keatas yaitu mulai dari
perencanaan, implementasi, laporan pertangungjawaban, evaluasi kerja anggaran.
(2). Proses penyusunan kegiatan yaitu mulai dari sumber dana, alokasi anggaran.
(3). Proses pembahasan pembuatan rancangan tentang peraturan yang berkaitan
dengan penggalangan dana. (4). Proses pembahasan tentang tatacara dan
mekanisme pengelolaan proyek yaitu mulai dari pelaksanaan tender, laporan
finansial, pertanggungjawaban secara teknis pimpinan proyek, pengawasan, dan
(5). Proses evaluasi. Kelima elemen tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
4.2.2.1 Proses Penganggaran Yang Bersifat Dari Bawah Ke Atas.
Penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu
anggaran. Oleh karenanya, dalam hal ini suatu keterbukaan informasi publik
dalam proses penganggaran yang bersifat dari bawah ke atas adalah hal penting
yang perlu dilakukan oleh pemerintah Dinas Bina Marga sebagai pengelola
40
pembangunan infrastruktur jalan. Adapun yang termasuk proses penganggaran
yang bersifat dari bawah ke atas yaitu mulai dari perencanaan, implementasi,
laporan pertangggungjawaban dan evaluasi anggaran.
1. Perencanaan
Peranan keterbukaan informasi publik dalam perencanaan pembangunan
sangat penting. Keterbukaan informasi publik merupakan kontribusi masyarakat
secara nyata dan positif dalam penyusunan perncanaan pembangunan di
wilayahnya. Masyarakat memberikan kontribusi dalam mengidentifikasi program
pembangunan sesuai dengan kebutuhan potensi, daerah dan keinginan kelompok
masyarakat, bukan sekedar sebagai keinginan masyarakat, tetapai harus dengan
menggunakan kriteria terukur. Oleh kerena itu keterbukaan informasi publik
dalam program pembangunan infrastruktur jalan oleh Dinas Bina Marga
merupakan suatu hal yang harus dilakukan dalam tahap perencanaan
pembangunan.
Untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana keterbukaan
informasi Dinas Bina Marga dalam perencanaan pembangunan dilakukan
wawancara dengan pejabat instansi terkait dan masyarakat. Berdasarkan
wawancara dengan bapak Iskandar, ST selaku kepala seksi bidang jalan Dinas
Bina Marga Kabupaten Nagan Raya menyatakan bahwa :
“Pemerintah sampaikan informasi mengenai progam pembangunan
yang dilaksanakan melalui media cetak (Koran), website dan melalui
pemasangan pamplet di lokasi program pembangunan diadakan”.
(Wawancara 04 Oktober 2012).
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa pemerintah sebagai
pengelola pembangunan telah membuka informasi mengenai perencanaan
41
pembangunan melalui media masa yaitu melalui Koran, website, dan pemasangan
pamplet.
Kemudian ketika diwawancarai apakah ada penyampaian infomasi
mengenai perencanaan pembangunan, bapak Iskandar,ST selaku kepala seksi
bidang jalan Dinas Bina Marga Kabupaten Nagan Raya juga memberikan
informasi bahwa:
“Ada, karena hal-hal yang dipublikasikan kepada publik mulai dari
tahap lelang, perencanaan dan sebagainya, serta anggaran
pembangunan”. (Wawancara 04 Oktober 2012).
Lebih lanjut Marzuki selaku masyarakat Kecamatan Suka Makmue
menyatakan bahwa :
“Pemerintah sampaikan informasi mengenai pelaksanaan program
pembangunan melalui media seperti Koran, internet (website), dan
pemasangan plang dilokasi diadakan pembangunan. Saya pernah
membaca selebaran informasi tersebut, adapun isi dari penyampaian
yaitu sedang diadakan pembangunan jalan dengan jumlah anggaran
Rp 5 Milyar, lebar, panjang dan ketebalan aspal dan
pengelola”.(Wawancara 06 Oktober 2012).
Kemudian lebih lajut bapak Syukri selaku masyarakat kecamatan Suka
Makmue menyatakan bahwa :
“Benar yang disampaikan oleh bapak Marzuki bahwa penyampaian
informasi mengenai perencanaan program pembangunan ada dan
saya pernah membaca informasi tersebut dikoran”. (Wawancara 06
Oktober 2012).
Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa Dinas Bina Marga
membuka informasi publik mengenai perencanaan pembangunan infrastruktur
jalan Di Kecamatan Suka Makmue melalui media yang ada yaitu Koran dan
website serta pemasangan plang di lokasi diadakannya pembangunan tersebut.
42
Ketika diwawancarai mengenai keterlibatan masyarakat dalam
perencanaan pembangunan, bapak Marzuki selaku masyarakat juga memberikan
informasi bahwa :
“Selama ini masyarakat dilibatkan kalau dalam pembangunan lorong
desa karena masyarakat itu sendiri yang melaksanakan program
pembangunan tersebut, sedangkan dalam pelaksanaan program
pembangunan jalan poros, kami masyarakat sama sekali tidak ada
dilibatkan, dan yang dilibatkan hanya orang-orang yang
berkepentinagan saja yaitu tim perencana”. (Wawancara 06 2012).
Berdasarkan keterangan diatas diketahui bahwa pemerintah belum
melibatkan masyarakat untuk memonitor perencanaan pembangunan infrastruktur
jalan di Kecamatan Suka Mamue. Hal tersebut hendaknya menjadi masukan bagi
pemerintah Dinas Bina Marga sebagai pengelola pembangunan untuk melakukan
perubahan dalam sistem perencanaan pembangunan, yang mana masyarakat dari
berbagai lapisan harus dilibatkan dalam perencanaan pembangunan tersebut.
Pelibatan ini sangat dibutuhkan agar program pembangunan yang dilaksanakan
benar - benar tepat sasaran.
2. Implementasi
Implementasi atau sering disebut pelaksanaan, adapun yang dimaksud
pelaksanaan disini adalah pelaksanaan anggaran, oleh karenanya pelaksanaan
anggaran program pembangunan harus digunakan melalui tugas dan wewenang
yang jelas. Penyimpangan - penyimpangan dari tujuan awal yang telah ditetapkan
hanya boleh dilakukan jika didasarkan pada aturan dan panduan yang jelas dan
seharusnya tidak boleh ada perbedaan yang jauh antara anggaran dan pengeluaran
riil. Dalam hal ini tentu keterbukaan dan keterlibatan masyarakat sangat perlu
dilakukan. Wawancara dengan Bapak Iskandar, ST selaku Kepala seksi bidang
jalan Dinas Bina Marga Kabupaten Nagan Raya menyatakan bahwa :
43
“Ada, karena disetiap pelaksanaan program pembangunan
pemerintah selalu memberikakn informasi kepada publik baik yang
menyangkut dengan anggaran”. (Wawancara 04 Oktober 2012)
Kemudian ketika diwawancarai mengenai kebenaran sebagaimana yang
dikatakan oleh pihak pemerntah yaitu Kepala seksi bidang jalan Dinas Bina
Marga Kabupaten Nagan Raya Bapak Syukri selaku masyarakat menyatakan
bahwa :
“Penyampaian informasi ada, tapi mengenai implementasi atau
pelaksanaan anggaran program pembangunan selama ini belum ada
karena saya belum pernah melihat adanya informasi yang membahas
masalah pelaksanaan anggagran tersebut, meskipun ada hanya
informasai masalah total anggara saja”. (Wawancara 06 Oktober
2012)
Hal senada juga dinyatakan oleh Bapak Syamsudin selaku masyarakat
menyatakan bahwa :
“Benar yang disampaikan oleh Bapak Syukri yang bahwasanya
mengenai pelaksanaan anggaran belum ada penyampaian informasi
kepada masyarakat yang membahas masalah tersebut. (Wawancara
07 Oktober 2012).
Selanjutnya ketika diwawancarai mengenai perlunya keterbukaan
informasi mengenai pelaksanaaan anggaran bagi masyarakat, Bapak Muhtarudin
selaku masyarakat menyatakan bahwa :
“Sangat perlu, agar masyarakat mengetahui sekaligus ikut
mengontrol anggaran, apakah pelaksanaan anggaran digunakan
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan”. (Wawancara 07
Oktober 2012)
Dari keterangan di atas, maka dapat dikatakan bahwa dalam tahap
implementasi anggaran pemerintah yaitu Dinas Bina Marga belum memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk ikut mengetahui dalam tahap ini.
44
Demikian halnya Ketika diwawancarai mengenai keterlibatan masyarakat dalam
memonitor implementasi anggaran, Bapak Marzuki selaku masyarakat juga
menyatakan bahwa :
“Dalam implementasi anggaran masyarakat tidak dilibatkan”.
(Wawancara 06 Oktober 2012).
Dari keterangan di atas, maka dapat dikatakan bahwa dalam tahap
implementasi anggaran pemerintah yaitu Dinas Bina Marga belum memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk ikut mengetahui dan melibatkan masyarakat
untuk memonitor dalam tahap ini.
3. Laporan Pertanggungjawaban dan Evaluasi Kerja Anggaran
Laporan pertanggungjawaban anggaran merupakan suatu untuk mengukur
apakah dana publik telah digunakan secara tepat untuk tujuan penggunaan dana
publik tadi ditetapkan dan tidak digunakan secara ilegal. Oleh karena itu, Dinas
Bina Marga sudah seharusnya membuka informasi dan melibatkan masyarakat.
wawancara dengan Bapak Iskandar, ST selaku kepala seksi bidang jalan Dinas
Bini Marga Kabupaten Nagan Raya ketika diwawancarai mengenai keterbukaan
informasi kepada publik dalam laporan pertanggungjawaban menyatakan :
“Ada, laporan pertanggungjawaban mengenai anggaran program
pembangunan tersebut kami sampaikan ataupun publikasikan
melalui Koran dan website”. (Wawancara 04 Oktober 2012).
Marzuki selaku masyarakat menyatakan bahwa :
“Kalau boleh saya jujur, selama ini belum pernah melihat adanya
penyampaian informasi mengenai laporan pertanggungjawaban
anggaran program pembangunan, yang saya tahu penyampaiann
informasi mengenai total anggaran saja dan dalam anggaranpun
tidak ada informasi sampai pada rincian-rincian”. (Wawancara 06
Oktober 2012).
45
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa pemerintah Dinas
Bina Marga sebagai pemilik program pembangunan tersebut belum terbuka
dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui dalam
pertanggungjawaban atas program pembangunan yang dilaksanakan.
Ketika diwawancarai mengenai keterlibatan masyarakat dalam memonitor
pertanggungjawaban anggaran, Bapak syukri selaku masyarakat juga menyatakan
bahwa :
“Tidak dilibatkan, jadi saya merasa bahwa kami masyarakat tidak
perlu tahu itukan urusan pemilik proyek dengan pelaksana proyek”.
(Wawancara 06 oktober 2012).
Berdasarkan Wawancara di atas dapat diketahui bahwa pemrintah Dinas
Bina Marga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat dalam
pertanggungjawaban anggaran atas program pembangunan yang dilaksanakan.
Hal ini membuat masyarakat kurang peka terhadap program yang dilakukan
pemerintah dan beranggapan bahwa pembangunan hanya milik pemerintah saja.
Evaluasi kerja anggaraan juga hal yang diperlukan adanya keterbukaan
informasi bagi publk. Keterbukaan informasi tersebut bertujuan agar masyarakat
(publik) mengetahui mengenai anggaran dalam program pembangunan, dan
publik juga dapat ikut mengontrol segala kinerja anggaran sehingga tidak terjadi
penyelewengan anggagran.
hal ini berdasarkan wawancara dengan Marzuki selaku masyarakat
menyatakan bahwa :
“Saya rasa selama ini mengenai penilain anggaran tidak ada
informasi kepada publik, karena jujur selama ini saya belum pernah
melihat informasi yang membahas mengenai penilaian anggaran
untuk program pembangunan jalan baik di Koran, ataupun pamplet”.
(Wawancara 06 Oktober 2012).
46
Hal senada juga di sampaikan oleh Bapak Syukri selaku masyarakat yang
menyatakan bahwa :
“Boleh saya jujur bahwa selama pelaksanaan proram pembangunan
berjalan hingga program pembanggunan selesai tidak ada informasi
yang membahas masalah tersebut kepada masyarakat, dan yang
masyarakat tahu hanya pembanggunan sudah selesai”. (Wawancara
06 Oktober 2012).
Dari data di atas kita dapat katakan bahwa pemerintah belum terbuka
dalam evaluasi anggaran dengan cara memberikan akses informasi mengenai
evaluasi anggaran.
4.2.2.2 Proses Penyusunan Kegiatan Atau Proyek Pembangunan Dan
Penganggaran.
Dalam proses penyusunan kegiatan proyek dan penganggaran memang hak
Dinas sebagai pengelola pembangunan untuk menyusun kegiatan pembangunan
tersebut, sudah tentu masyarakat ikut mengetahui informasi dan bukan hanya
pihak pemerintah sendiri serta orang-orang berkepentingan yang mengetahui
informasi dalam tahap ini. Hal ini agar masyarakat dapat ikut mengetahui
penyusunan dan arah kegiatan pembangunan serta penganggaran yaitu asal usul
anggaran program pembangunan.
1. Sumber Dana
Sumber dana merupakan suatu asal anggaran yang digunakan dalam
melaksanakan program pembangguan infrastruktur jalan tersebut, maka dalam hal
ini keterburkaan informasi publik oleh Dinas Bina Marga mengenai pembahasan
yang menyangkut dengan sumber Pendaan program adalah suatu yang harus
dilakukan oleh pihak pemerintah melalui Dinas Bina Marga selaku pengelola
program pembangunan. Hal ini agar publik dapat mengetahui asal dari anggaran
47
yang digunakan dalam pembangunan tersebut. Berdasarkan wawancara dengan
bapak Iskandar, ST selaku kepala seksi bidang jalan Dinas Bina Marga
menyatakan bahwa :
“Melalui media yang telah saya sebutkan sebelumnya yaitu melalui
media surat kabar, website. Adapun sumber anggaran yang
digunakan dalam pembangunan bersumber dari APBD dan DAK”.
(Wawancara 05 Oktober 2012).
Kemudian wawancara dengan Marzuki selaku masyarakat menyatakan
bahwa:
“Ada, adapun dana untuk program pembangunan infrastruktur jalan
bersumber dari APBD dan DAK+Sharing, sedangkan untuk
pembangunan lorong-lorong desa itu bisa dari dana PNPM, ADG
dan lain-lain”. (Wawancara 06 Oktober 2012)
Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa dalam
program pembangunan dana sudah jelas bersumber dari APBD (Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah) dan DAK (Dana Alokasi Khusus).
2. Alokasi Anggaran
Alokasi anggaran dana dalam program pembangunan yaitu semua
pengeluaran anggaran yang digunakan selama pelaksanaan program berjalan
hingga pada selesainya program pembangunan. Jadi dalam hal ini keterbukaan
informasi oleh Dinas Bina Marga melaului penyampaian - penyampaian
informasi melalui media yang tersedia kepada publik menjadi hal yang penting
harus dilakukan oleh pemerintah yaitu Dinas Bina Marga sebagai pengelola
program pembangunan tersebut. Wawancara dengan Bapak Iskandar, ST selaku
Kepala seksi bidang jalan Dinas Bina Marga beliau menyatakan bahwa :
“Ada, seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya bahwa semua
yang menyangkut dengan pelaksanaaan pembangunan yang sedang
dilaksanakan pemerintah publikasikan melalui website, Koran, serta
48
ada juga melalui pemasangan pamplet dilokasi diadakan pekerjaan”.
(Wawancara 04 Oktober 2012).
Selanjutnya Bapak Syukri selaku masyarakat menyatakan bahwa :
“Penyampaian informasi ada, namun hanya mengenai jumlah total
anggaran saja, dan mengenai alokasi anggaran yaitu hal yang
membahas pengeluaran, penggunaan anggaran saya belum melihat
adanya informasi yang menyampaikan hal tersebut”. (Wawancara 06
Oktober 2012).
Berdasarkan wawancara diatas, maka kita dapat pahami bahwa melalui
Dinas Bina Marga sebagai pengelola sekaligus pemilik program pembangunan
infrastruktur jalan sudah mencoba memberikan informasi dalam mengenai
anggaran, namun mengenai tahap Alokasi Anggaran belum memberikan informasi
kepada publik
Kemudian lebih lanjut ketika diwawancarai mengenai keterlibatan
masyarakat dalam alokasi anggaran. Marzuki Selaku Masyarakat juga menyatakan
bahwa :
“Masyarakat belum ada dilibatkan dalam tahap alokasi anggaran, hal
ini membuat masyarakat tidak bisa memonitor apakah pengalokasian
anggaran sesuai dengan kebutuhan dan keperluan program atau
tidak”. (Wawancara 06 Oktober 2012).
Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa dalam tahap alokasi
aanggaran pemerintah masih enggan mengikut sertakan masyarakat untuk ikut
memonitor mengenai pengeluaran dan penggunaan-penggunaan anggaran.
4.2.2.3 Proses Pembahasan Tentang Pembuatan Rancangan Tentang
Peraturan Yang Berkaitan Dengan Strategi Penggalangan Dana.
Dalam pelaksanaan pembangunan proses pembahasan tentang pembuatan
rancangan tentang peraturan yang berkaitan dengan strategi penggalangan dana
tidak ada karena berdasarkan Wawancara dengan bapak Iskandar, ST selaku kepala
49
seksi bidang jalan Dinas Bina Marga Kabupaten Nagan Raya beliau menyatakan
bahwa :
“Dana pembangunan bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK)
dan Anggaran Pendapatan belanja Daerah (APBD)”. (Wawancara 05
Oktober 2012).
Dari keterangan di atas, dapat kita katakan sudah jelas bahwa dana
pelaksanaan program pembangunan infrastruktur jalan bersumber dari Dana
Alokasi khusus (DAK) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
4.2.2.4 Proses Pembahasan Tentang Tatacara Dan Mekanisme Pengelolaan
Proyek.
Menjadi sangat penting keterbukaan informasi publik dalam proses
pembahasan tentang tatacara dan mekanisme pengelolaan proyek yaitu mulai dari
pelaksanaan tender, laporan finansial dan pertanggungjawaban secara teknis dari
proyek yang dikerjakan oleh pimpinan proyek atau kontraktor. Proses pengawasan
dalam pelaksanaan program dan proyek pembangunan yang berkaitan dengan
kepentingan publik atau pemenuhan kebutuhan masyarakat dan yang lebih khusus
lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.
1. Pelaksanaan Tender
Pelaksanaan tender juga menjadi salah satu tahapan dalam pelaksanaaan
program pembangunan infrasruktur jalan yaitu suatu tahap tawar menawar
mengenai proyek atau program yang akan dilakukan. Adapun penawaran tersebut
antara dengan para masyarakat yang tertarik dengan proyek yang disediakan oleh
pemilik proyek (owner). Dalam hal ini keterbukaan informasi publik sangat
diperlukan agar tidak terjadi suatu ketidak jujuran didalamnya.
50
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Iskandar, ST Selaku Kepala seksi
bidang jalan Dinas bina Marga Kabupaten Nagan Raya menyatakan bahwa :
“Pada saat pembahasan masyarakat tidak dilibatkan, namun saat
pelelangan tender pemerintah mempublikasikan mengenai lelang
tender melalui Koran, website, dan melibatkan semua kalangan
masyarakat”. (Wawancara 04 Oktober 2012).
Selanjutnya bapak Syamsudin selaku masyarakat Suka Makmue juga
mengatakan bahwa :
“Penyampaian informasi mengenai pelelangan tender melalui media
ada dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat, namun apabila
jumlah anggaran mencapai 5 milyar keatas. Sedangkan apabila
dalam jumlah anggaran yang lebih kecil yaitu hanya mencapai Rp
300 juta ke bawah penyampaian disampaikan langsung kepada
masyarakat (Pl) dan tidak dipublikasikan melalui media”.
(Wawancara 07 Oktobber 2012).
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Syukri selaku masyarakat
menyatakan bahwa:
“Benar ada penyampaian informasi mengenai tender lelang, saya
pernah melihat dan membaca informasi tersebut yang memberikan
kesempatan bagi semua kalangan masyarakat untuk ikut dan
terlibat”. (Wawancara 06 Oktober 2012).
Pernyataan di atas menggambarkan bahwa pemerintah mencoba terbuka
dengan menyampaikan informasi lelang tender melalui media dalam proses
pelelanggan tender.
2. Laporan Finansial
Keterbukaan informasi publik dalam laporan finansial juga menjadi
sangat penting yang harus dilakukan oleh pemerintah kepada publik agar publik
(masyarakat) dapat menilai mengenai keuangan apakah terjadi penyelewengan
atau tidak dalam pengelolaan keuangan. Sesuai wawancara dengan Bapak
51
Iskandar, ST selaku kepala seksi bidang jalan Dinas Bina Marga beliau
menyatakan bahwa :
“Ada, seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa kami
mempublikasikan semua yang menyangkut dengan program yang
dilaksanakan melalui media yang saya sebutkan tadi, jadi mengenai
laporan finansial ada publikasi kepada publik”. (05 Oktober 2012).
Lebih lanjut Wawancara dengan bapak Marzuki selaku masyarakat
menyatakan bahwa :
“Ada, saya pernah melihat, namun keuangan yang di sampaikan
hanya mengenai jumlah total anggaran untuk pembangunan
saja”.(Wawancara 06 Oktober 2012).
Kemudian lebih lanjut Bapak Syukri selaku masyarakat juga menyatakan
bahwa :
“Benar yang di sampaikan Bapak Marzuki informasi mengenai
keuangan itu ada, namun hanya pada tota anggaran saja, sedangkan
menganai keuangan secara rinci saya belum melihat adanya
penyampaian informasi pemerintah dalam hal ini”. (Wawancara 06
Oktober 2012).
Dari keterangan diatas dapat kita katakan bahwa dalam laporan finansial
pemerintah belum transparan dan belum melibatkan masyarakat meskipun
pemerintah menyatakan bahwa pemerintah telah mempublikasikan laporan
keuangan melalui media kepada publik meskipun tidak sampai pada rinci-
riancianya.
Kemudian ketika diwawancarai mengenai keterlibatan masyarakat juga
bapak Syukri menyatakan bahwa :
“Mayarakat tidak dilibatkan dalam tahap ini. Yang saya tahu
biasanya kalau masalah laporan finansial itu urusan kontraktor
dengan Dinas bina marga sebagai pemilik proyek jadi masyarakat
tidak tahu dalam hal ini. Yang masyarakat tahu bahwa pembangunan
sudah selesai”. (Wawancara 06 Oktober 2012).
52
Dari keterangan diatas dapat kita katakana bahwa dalam laporan finansial
pemerintah belum transparan dan belum melibatkan masyarakat meskipun
pemerintah menyatakan bahwa pemerintah telah mempublikasikan laporan
keuangan melalui media kepada publik.
3. Pertanggungjawaban Secara Teknis Dari Pimpinan Proyek
Pertanggungjawaban secara teknis dari pimpinan proyek artinya bahwa
kontraktor sebagai pimpinan proyek yang telah diberi tugas oleh pemilik proyek
melalui perjanjian kontrak. Pekerjaan yang dilakukan harus sesuai dengan kontrak
atau syarat-syarat dan rencana kerja. Dalam hal ini sangat diperlukan keterbukaan
informasi publik oleh Dinas Bina Marga agar program yang dilaksanakan tercapai
secara maksimal dan sesuai dengan perencanaan awal.
Wawancara dengan Bapak Iskandar, ST selaku Kepala seksi bidang jalan
Dinas Bina Marga Kabupaten Nagan Raya menyatakan bahwa :
“Jika mengenai pertanggungjawaban pimpinan proyek memang
tidak ada publikasi kepada publik, namun saya rasa dengan melihat
hasil kerja di lapangan saya rasa itu sudah mewakili karena selama
ini belum ada komplen atau kritikan apaun dari masyarakat”.
(Wawancara 04 Oktober 2012).
Dari keterangan di atas dapat kita ketahui bahwa pemerintah menganggap
dengan melihat hasil kerja di lapangan sudah mencerminkan bahwa pemerintah
sudah terbuka mengenai pertanggungjawaban secara teknis dari proyek yang
dikerjakan Masyarakat menyatakan bahwa :
“Yang saya tahu biasanya setelah selesai terlaksananya proyek,
pimpinan proyek bertanggung jawab kepada pemerintah yaitu Dinas
Bina Marga sebagai pemilik program, jadi masyarakat disini yang
masyarakat tahu hanya bahwasanya pembangunan sudah
selesai”.(Wawancara 06 Oktober 2012).
53
Ketika diwawancarai mengenai adakah penyampaian informasi kepada
masyarakat oleh pemerintah yaitu Dinas Bina Marga mengenai program
pembangunan yang telah selesai dikerjakan oleh pimpinan program, masyarakat
menyatakan bahwa :
“Tidak ada, karena itu memang urusan para kontraktor dengan
pemilik program pembangunan, dan masyarakat di sini hanya tahu
bahwa pembangunan sudah selesai”. (Wawancara 06 Oktober 2012).
Dari keterangan di atas dapat kita ketahui bahwa dalam
pertanggungjawaban teknis pemerintah belum juga memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk mengetahui dan bahkan terlibat dalam tahap ini, sesungguhnya
keterbukaan informasi publik dalam tahap ini agar masyarakat mengetahui
rogram pembangunan yang laksanakan/dikerjakan telah sesuai dengan yang telah
direncanakan.
4. Pengawasan
Pengawasan merupakan peran penting dan positif dalam proses
pelaksanaan program pembangunan khususnya pembangunan fisik infrastruktur
jalan dan menjamin segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya dan sesuai
waktunya. Oleh karena keterbukaan informasi publik dalam tahap pengawasasn
sangat diperlukan.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Iskandar, ST selaku kepala seksi
bidang jalan Dinas Bina Marga beliau menyatakan bahwa :
“Program pembangunan yang dilaksanakan merupakan milik
bersama dan pembangunan tersebut berdasarkan usulan masyarakat
melalui proposal kepada Dinas Bina Marga, jadi secara tidak
langsung masyarakat juga mempunyai hak untuk ikut mengawasi
kinerja program tersebut”. (Wawancara 04 Oktober 2012).
54
Berdasarkan keterangan di atas bahwa pembangunan tersebut merupakan
milik bersama, jadi masayarakat juga ikut
dalam pengawasan pelaksanaan program pembnagunan yang sedang berjalan.
Selanjutnya Bapak Marzuki selaku masyarakat ketika diwawancarai
mengenai keterlibatan masyarakat dalam pengawasan menyatakan bahwa :
“Dalam pelaksanaan program pembangun jalan raya (besar) tidak
ada keterlibatan masyarakat dalam pengawasan karena sudah ada
senidiri konsultan pengawas yang melakukan pengawasan, namun
kalau dalam proyek kecil yang dilaksanakan dilorong-lorong desa
masyarakat dilibatkan secara penuh”. (Wawancara 06 Oktober
2012).
Hasil Wawancara di atas, dapat dipahami bahwa masyarakat tidak ikut
dilibatkan karena merasa sudah ada sendiri konsultan pengawas. Berdasarkan
pengamatan di lapangan bahwa keterlibatan masyarakat dalam program
pembangunan infrastruktur jalan di kecamatan Suka Makmue masih sangat
rendah, hal itu terlihat masih tidak adanya keterlibatan masyarakat dalam
pembangunan tersebut.
4.2.2.5 Proses Evaluasi Terhadap Penyelenggaraan Proyek
Evaluasi harus dilakukan sebagai pertanggungjawaban secara teknis dan
fisik dari setiap out put kerja-kerja pembangunan. Evaluasi atau penilaian adalah
tahap akhir dari pelaksanaan program pembangunan infrastruktur jalan. Maka
dalam tahap ini keterbukaan informasi publik menjadi faktor penting dalam
keberhasilan pembagunan yang maksimal dan sesuai dengan perencanaaan.
Berdasarkan Wawancara dengan Bapak Iskandar, ST selaku kepala seksi bidang
jalan Dinas Bina Marga Kabupaten Nagan Raya menyatakan bahwa :
“Saya rasa kami pihak Dinas Bina Marga sebagai pengelola
pembangunan sudah terbuka kepada publik. Tahap evaluasi di
55
lapangan dilalukan secara terbuka dan apabila terjadi ketidak
sesuaian dalam pelaksanaan a
Top Related