ANALISIS PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM DALAM TRANSAKSI
JUAL BELI DI PASAR TRADISIONALKARISA
JENEPONTO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum (S.H.) Pada program Studi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
universitas muhammadiyah makassar
Oleh:
Rinawati
10525 1105 416
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
ii
ANALISIS PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM DALAM TRANSAKSI
JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL
KARISA JENEPONTO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum (S.H.) Pada program Studi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
universitas muhammadiyah makassar
Oleh:
Rinawati
10525 1105 416
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
iii
iv
v
vi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rinawati
NIM : 105251105416
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas : Agama Islam
Kelas : B
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi ini.
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka
bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 29 Syawal 1441 H
21 Juni 2020 M
Yang Membuat Pernyataan
Rinawati
NIM 105251105416
vii
ABSTRAK
RINAWATI. 105 25 1105 416. Judul Skripsi: Analisis Penerapan Etika Bisnis
Islam Dalam Transaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional Karisa Jeneponto.
Dibimbing oleh St. Saleha Majid dan Ulil Amri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan etika etika
bisnis Islam dalam setiap transaksi yang dilakukan pedagang seperti yang kita
ketahui ada beberapa pedagang yang mencari keuntungan itu menghalalkan segala
cara untuk mendapatkan keuntungan maupun kejujuran dalam menakar dan
menimbang.
Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif, pengumpulan data
melalui observasi,wawancara,kuesioner yang dibagikan ke pedagang di pasar
Karisa dan dokumentasi. Analisis datanya ini dimana data yang diperoleh
dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel kemudian diberikan penjelasan dan
kesimpulan disetiap tabel.
Berdasarkan dari hasil observasi hasil obsevasi dan wawancara belum
diterapkan karena dengan berbagai alasan yang dilontarkan oleh pedagang salah
satunya banyak pembeli yang tidak mengerti ketika menawar barang dengan
harga yang sangat murah yang membuat pedagang rugi. Berdasarkan hasil
observasi yang peneliti dapat, masih ada beberapa pedagang yang ketika menjual
barang dia menyembunyikan cacat barang yang dia jual jika barang yang dia jual
acatnya tidak terlalu kentara dan tidak disadari pembeli dan ada juga pedagang
yang kurang sadar akan dirinya sebaga hamba dimana kita mendapatkan rezeki
yang cukup untuk kita selalu berbagi dengan orang lain disini kesadaran peran
pedagang yang kurangdan kuesioner yang diperoleh dari kelima indikator etika
bisnis Islam yang dijadikan tolak ukur, etika bisnis slam belum diterapkan dengan
baik ada beberapa indikator yang dimana pedagang menjawab tidak setuju dan
kurang setuju, terdapat pada indikator tauhid dan kejujuran sedangkan pada
indikator kehendak bebas sudah diterapkan dengan baik. Jika dilihat dari hasil
kuesioner masih ada beberapa pedagang yang berbisnis yang tidak sesuai dengan
etika bisnis slam.
Kata kunci : Etika Bisnis Islam, Jual Beli.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin. Segala puji syukur senantiasa teriring dalam
setiap hela nafas atas kehadirat dan junjungan kita Allah Swt. Bingkisan salam
dan sholawat tercurah kepada kekasih Allah nabiullah muhammad Saw, para
sahabat dan keluarganya serta ummat yang senantiasa istiqomah dijalannya.
Tiada jalan tanpa rintangan,tiada puncak tanpa tanjakan dan tidak ada
kesuksesan tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus
melangkah, akhirnya sampai dititik akhir penyelesaian skripsi yang berjudul :
Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Transaksi Jual Beli Di Pasar
Tradisional Karisa Jeneponto. Namun semua tak lepas dari uluran tangan berbagai
pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan serta bantuan baik moral maupun
materil.
Dibalik kelancaran segala urusan peneliti ada doa yang selalu dilantunkan
setiap hari yaitu kepada kedua orang tua saya ucapan yang tak terhingga dalam
bentuk rasa syukur kepadaorang tua saya tercinta dan tersayang H. Baso dan Hj.
Tija serta kepada saudara-saudara saya dan keluarga penulis yang tiada hentinya
mendoakan dan selalu memberi support sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini serta memberi dorongan moral dan materil selama menempuh
pendidikan.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga, peneliti haturkan kepada :
1. Prof. Dr. H.Abd Rahman Rahim,MM., selaku Rektor
UniversitasMuhammadiyah Makassar.
2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, Dekan Fakultas Agama Islam, Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP., selaku Ketua Prodi Hukum Ekonomi
Syariah. Bapak Hasanuddin, SE.Sy., ME selaku sekretaris Prodi Hukum
Ekonomi Syariah yang senantiasa memberikan arahan-arahan selama
menempuh pendidikan.
ix
4. St. Saleha Majid, S.Ag.,MH dan Ulil Amri, S.Sy.,SH, pembimbing satu dan
dua, yang senantiasa membimbing penulis dalam proses bimbingan, baik
secara lansung maupun secara virtual karena pendemic covid-19 ini. Tekinik
bimibngan yang dilakukan sangat membantu penulis dalam membuat skripsi
ini.
5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar yang senantiasa membimbing penulis selama menempuh pendidikan
S1 Hukum Ekonomi Syariah.
6. Kakak – kakak dari Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, terimakasih atas
bantuan, bimbingan dan supportnya yang telah diberikan kepada penulis.
7. Teman-teman seangkatan terkhusus untuk kelas HES B yang paling the best
terima kasih supportnya dan semangatnya yang telah diberikan dan terima
kasih yang tak terhingga juga kepada sahabat-sahabat yang lur biasa hebatnya
dalam hal memberi dukungan dan bantuan kepada saudariku nabilah,
sulfaidah, fatiha, rahmawati, asmaul husna dan inten eqa saputri terima kasih
bantuannya selama menempuh pendidikan S1 diprodi hokum ekonomi syariah
yang selalu senantiasa memberi motivasi dan mensupport peneliti.
8. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu – persatu yang telah
membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Walaupun demikian, dalam skripsi ini penulis menyadari masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran kritik demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut
penelitian selanjutnya.
Makassar, 29 Syawal 1441 H
21 Juni 2020 M
Penulis
RINAWATI
Nim : 105251105416
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................
................................................................................................................... iiiBER
ITA ACARA MUNAQASYAH ................................................................ iv
PERSETUJUAN PEMIBIMBING ........................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Etika .......................................................................................... 8
B. Etika Bisnis Dan Etika Bisnis Islam ........................................... 9
1. Pengertian Etika Bisnis .......................................................... 9
2. Pengertian Etika Bisnis Islam ................................................. 12
3. Prinsip Etika Bisnis Islam ....................................................... 14
4. Fungsi Etika Bisnis Islam ....................................................... 17
5. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam ............................................ 18
6. Etika Bisnis Dalam Pasar ....................................................... 19
C. Jual Beli ..................................................................................... 21
1. Pengertian Jual Beli ................................................................ 21
2. Dasar Hukum Jual Beli ........................................................... 22
3. Rukun Dan Syarat Jual Beli .................................................... 26
xi
D. Pasar ........................................................................................... 27
1. Pengertian Pasar ..................................................................... 27
2. Macam-macam Pasar.............................................................. 29
3. Struktur Pasar ......................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 33
B. Objek Dan Lokasi Penelitian ...................................................... 33
C. Variabel Penelitian ..................................................................... 33
D. Definsi Operasional Variabel ...................................................... 34
E. Populasi dan Sampel .................................................................. 35
F. Instrumen Penelitian ................................................................... 36
G. Teknik pengumpulan Data .......................................................... 36
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 39
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 41
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 70
B. Saran ........................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 72
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : skala likert ................................................................................. 37
Tabel 4.1 : karakteristik pedagang berdasarkan lamanya berjualan ............. 41
Tabel 4.2 : karakteristik pedagang berdasarkan umur .................................. 42
Tabel 4.3 : karakteristik pedagang berdasarkan jenis jualan ......................... 43
Tabel 4.4 : karakteristik pedagang berdasarkan jenis kelamin ...................... 44
Tabel 4.5 : jawaban pedagang ..................................................................... 50
Tabel 4.6: jawaban pedagang ...................................................................... 51
Tabel 4.7: jawaban pedagang ...................................................................... 51
Tabel 4.8 : jawaban responden berdasarkan indkator tauhid ........................ 52
Tabel 4.9 : jawaban pedagang ..................................................................... 53
Tabel 4.10: jawaban pedagang .................................................................... 54
Tabel 4.11 : jawaban pedagang ................................................................... 54
Tabel 4.12 : jawaban pedagang ................................................................... 55
Tabel 4.13 : jawaban responden berdasarkan indikator kejujuran ................ 56
Tabel 4.14 : jawaban pedagang ................................................................... 58
Tabel 4.15 : jawaban pedagang ................................................................... 59
Tabel 4.16 : jawaban responden berdasarkan indikator keadilan .................. 59
Tabel 4.17 : jawaban pedagang ................................................................... 61
Tabel 4.18 : jawaban pedagang ................................................................... 62
Tabel 4.19 : jawaban responden berdasarkan kehendak bebas ..................... 62
Tabel 4.20 : jawaban pedagang ................................................................... 64
Tabel 4.21 : jawaban pedagang ................................................................... 64
Tabel 4. 22 : jawaban pedagang .................................................................. 65
Tabel 4.23 : jawaban pedagang ................................................................... 65
Tabel 4.24 : jawaban responden berdasarkan kebajikan ............................... 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan jual beli merupakan salah satu kebutuhan masyarakat sebagai
sarana dan prasarana dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu sarana
tempat jual beli itu adalah pasar dalam lingkungan pemasaran dapat berubah dan
serba tidak pasti serta memberikan peluang dan ancaman. Seiring dengan
perkembangan zaman yang ditandai dengan perkembangan ekonomi yang sangat
pesat menimbulkan persaingan bisnis yang sangat tinggi. Dengan persaingan yang
begitu tinggi para pelaku bisnis menggunakan segala cara untuk mendapatkan
keuntungan, bahkan para pelaku bisnis sering mengabaikan etika dalam
menjalankan bisnis. Seperti contoh masih banyak pedagang yang melakukan
penyimpangan-penyimpangan dalam penjual dan masalah yang rawan terjadi
penyimpangan adalah pasar tradisional.
Pelaku penyimpangan ditemukan di pasar tradisional antara lain
pengurangan takaran dari timbangan, pengoplosan barang kualitas bagus dengan
buruk dan lain sebagainya. Sehingga kecurangan-kecurangan tersebut membuat
para calon pembeli itu merasa tidak nyaman untuk datang ke pasar tradisional.
Pembeli atau konsumen seharusnya menerima barang dalam kondisi baik dan
dengan harga yang wajar mereka juga diberi tahu apabila terdapat kekurangan-
kekurangan pada suatu barang yang dijual. Kelengkapan satu informasi
merupakan daya tarik tersendiri karena kelebihan suatu barang atau produk
menjadi faktor yang sangat menentukan bagi pembeli atau konsumen untuk
2
menentukan pilihannya.1 Oleh karena itu informasi merupakan hal pokok yang
dibutuhkan setiap konsumen, kejujuran dalam memberikan informasi sangat
diperlukan oleh pembeli atau konsumen. Nilai kejujuran dipraktekkan oleh Nabi
Muhammmad SAW. Beliau adalah seorang pedagang yang terkenal dengan
kejujurannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran surah Asy-Syu’ara
ayat 181-183:
۞ ظتق سا باىقظطاطاى خظز۞ اى و ل تنا فا اىن أ
۞ فظد ا ف الرض ل تعث ل تبخظا اىاص أشاء
Terjemahan :
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
merugikan;181. dan timbanglah dengan timbangan yang lurus;182. dan janganlah
kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela
dimuka bumi dengan membuat kerusakan; 183”2
Maksud dari ayat di atas adalah Allah Swt. Telah menganjurkan kepada
seluruh umat manusia pada umumnya dan para pelaku bisnis khususnya untuk
jujur dalam menjalankan roda bisnisnya dalam bentuk apapun, adanya sebuah
penyimpangan dalam menimbang, menakar dan mengukur barang merupakan
contoh wujud kecurangan dalam berbisnis.
Penerapan etika bisnis Islam tersebut juga harus mampu dilaksanakan dalam
setiap aspek perekonomian termasuk dalam penyelanggaraan produksi, konsumsi
maupun distribusi. Hal inilah yang sudah dilakukan pada beberapa pelaku usaha
kecil dengan menerapkan etika bisnis Islam dalam kegiatan mereka.
1Gatra. Com satuday,9july 2005. Diakses pada tanggal 15 november 2019 2 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h.374
3
Hal ini dijelaskan dalam surah Al-an’am ayat 162.
ر اىعاى ات ا ظن ت و
Terjemahan :
“Katakanlah : sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan mati ku
hanyalah untuk allah, tuhan semesta alam”.3
Pada masa Rasulullah SAW. Nilai-nilai moralitas sangat diperhatikan dalam
kehidupan pasar, bahkan sampai pada awal kerasulannya beliau adalah seorang
pelaku ekonomi atau pelaku pasar yang aktif dan kemudian menjadi pengawas
pasar yang cermat sampai akhir hayatnya. Beliau telah memulai pengalaman
dagangnya sejak berusia 12 tahun.4
Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan,
Rasulullah SAW sendiri pun telah menyatakan bahwa 9 dari 10 pintu rezeki
adalah melalui pintu berdagang (Hadits). Artinya melalui jalan perdagangan inilah
pintu-pintu rezeki akan dapat dibuka, sehingga karunia terpancar kepadanya.
Konsep datang yang diajarkan Rasulullah SAW ialah apa yang disebut value
driven. Artinya menjaga, mempertahankan dan menarik nilai-nilai pelanggan.
Rasulullah SAW tidak diragukan lagi dalam ajarannya selalu memperhatikan
bagaimana seorang pedagang menjaga hubungannya dengan konsumen, beliau
tidak pernah bertengkar dengan pelanggannya. Karena reputasiny yang lurus dan
tepat perhitungan dalam berdagang semua orang yang berhubungan dengannya
3Ibid, h.150 4Afzahurrahman,muhammad sebagai pedagang,terj. Dewi nurjulianti, ( Jakarta: yayasan
swarna bhumy, 1997) h.5
4
selalu merasa senang, puas, yakin dan percaya kepada Rasulullah SAW. Sebab,
dalam berdagang yang beliau junjung tinggi yaitu sifat siddiq dan amanah.
Etika bisnis Islam bertujuan mengajarkan manusia untuk menjalin kerja
sama, tolong menolong dan menjauhkan diri dari sifat dengki dan dendam serta
yang bertentangan dengan nilai-nilai syariah. Etika bisnis juga berfungsi sebagai
pengatur terhadap aktivitas pedagang. Karena secara filosofi etika berlandaskan
pada nilai nalar ilmu dan agama untuk menilai. Maka prinsip pengetahuan etika
bisnis Islam mutlak harus dimiliki setiap individu yang melakukan ekonomi baik
itu pedagang atau pebisnis dalam menjalankan aktivitasnya.
Dengan demikian setiap orang tidak boleh merugikan orang lain dan untuk
memperoleh keberkahan dalam jual beli, Islam mengajarkan prinsip-prinsip moral
sebagai berikut :
1. Jujur dalam menakar dan menimbang.
2. Menjual barang halal.
3. Menjual barang yang baik mutunya.
4. Tidak menyembunyikan cacat barang.
5. Tidak melakukan sumpah palsu.
6. Longgar dan murah hati tidak menyaingi penjual lain.
7. Tidak melakukan riba.
8. Mengeluarkan zakat bila telah sampai haulnya.5
Salah satu segmen yang menarik untuk dibicarakan adalah pasar tradisional
yang berada di kabupaten Jeneponto yaitu pasar Karisa. Sebab terdapat beberapa
5Muslich, etika bisnis islam, ( Jakarta: EKONOSIA, 2004), Cet 1,h.29.
5
sikap yang yang tidak sesuai dengan etika. Apakah hal itu muncul karena
ketidakpahaman pedagang tentang jual beli atau karena kesengajaan. Sedangkan
sudah jelas bahwa jual beli tidak boleh dilakukan atas dasar kemauan dan cara
sendiri yang dapat menimbulkan kerugian bagi orang lain. Islam pun selalu
bersumber pada nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia secara
menyeluruh, termasuk wacana dalam jual beli. Akan tetapi jual beli mempunyai
peraturan dalam hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As-sunnah.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
dengan melakukan suatu penelitian ilmiah yang diberi judul “ AnalisisPenerapan
Etika Bisnis Islam Dalam Transaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional Karisa
Jeneponto ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan yang hendak diteliti yaitu:
1. Bagaimana penerapan etika bisnis Islam dalam transaksi jual beli di pasar
TradisionalKarisa Jeneponto?
2. Bagaimana analisis penerapan etika bisnis Islam dalam transaksi jual beli
di pasar Tradisional Karisa Jeneponto?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka adapun
tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini yaitu :
6
1. Untuk mengetahui Bagaimana penerapan etika bisnis Islam dalam
transaksi jual beli di pasar Tradisional Karisa Jeneponto.
2. Untuk mengetahui Bagaimana analisis penerapan etika bisnis Islam dalam
transaksi jual beli di pasar Tradisional Karisa Jeneponto.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini memberikan dekripsi
pengembangan kepada dua wilayah yang berbeda. Yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan referensi yang diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan bagi pembaca terutama tentang penerapan etika bisnis Islam
dalam transaksi jual beli.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya dalam teori ekonomi Islam dalam rangka penerapan
etika bisnis dalam transaksi jual beli di pasar tradisional.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dunia Akademik
Sebagai sumbangan pemikiran bagi universitas selaku lembaga pendidkan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang ekonomi Islam
terutama etika bisns Islam.
b. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis agar dapat membandingkan
ilmu ada dalam perkuliahan teori dengan kenyataan yang di lapangan.
7
Serta memberikan pengalaman dalam mengimplementasikan pengetahuan
dibidang etika bisnis Islam.
c. Bagi Pedagang / Pebisnis
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pedagang tentang hal-
hal yang berkaitan dengan etika perdagangan dalam Islam. Dengan
penelitian ini juga dapat menambah wawasan bagi pedagang di pasar
Karisa kabupaten Jeneponto dalam menerapkan etika bisnis Islam
berdasarkan ajaran Islam yang berorientasi pasar masyarakat muslim.
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Etika
Etika mempunyai pengertian yang jauh lebih luas dari etika. Etika berasal
dari bahasa yunani “ ethos “ yang berarti adat kebiasaan yang merupakan bagian
dari filsafat.6 Etika merupakan studi sistematis tentang tabiat nilai baik, buruk,
benar dan salah. Dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk
mengaplikasikannya atas apa saja. Disini etika dapat dimaknai sebagai dasar
moralitas seseorang dan disaat bersamaan juga sebagai filsufnya dalam
berperilaku. Maka pengertian etika menurut filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh fikiran.
Menurut Satyanugraha, Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral
dalam suatu masyarakat. Dalam pengertian ini maka etika sama artinya dengan
moral atau moralitas, yaitu apa saja yang harus dilakukan dan apa yang tidak
boleh dilakukan. Dalam pandangan ini etika dianggap sebagai ilmu yang
mempunyai tradisi.7
Menelusuri asal usul etika tak lepas dari asal kata ethos dalam bahasa
yunani berarti kebiasaan (costum) atau karakter (character). Etika adalah ilmu
tentang pengetahuan tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik untuk
dijunjung tinggi untuk diperbuat.
6Agus arijanto, etika bisnis bagi pelaku bisnis ( jakarta utara:rajawali pers.2011), h.5.
7 Faisal Badroen, dkk. Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : kencana, 2006). h.5S
9
Etika yang baik mencakup :
1. Kejujuran (honesty) : Mengatakan dan berbuat yang benar, menjunjung
tinggi kebenaran.
2. Ketetapan (reliability) : Janjinya selalu tepat, tepat isi janji (ikrar), waktu,
tempat dan syarat.
3. Loyalitas : Setia kepada janjinya sendiri, setia kepada siapa saja yang
dijanjikan kesetiaannya, setia kepada organisasinya berikut pimpinannya,
rekan-rekan bawahan, relasi, klien anggaran dasar dan anggaran rumah
tangganya.
4. Disiplin : Tanpa disuruh atau dipaksa oleh siapapun taat kepada sistem
peraturan, prosedur dan teknologi yang telah ditetapkan.8
Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai etika, menurut saya etika
adalah suatu aturan berperilaku atau sikap orang dalam bermasyarakat. Dan etika
mempunyai arti yang sangat luas, etika juga sebagai pengontrol dalam melakukan
sesuatu.
B. Etika Bisnis Secara Umum Dan Etika Bisnis Islam
1. Pengertian Etika Bisnis
Dalam kamus besar bahasa indonesia, bisnis diartikan sebagai usaha
dagang, usaha komersial di dunia perdagangan dan bidang usaha. Adapun dari
pandangan Straub dan Attner bisnis adalah suatu organisasi yang menjalankan
aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa yang diinginkan oleh
konsumen untuk memperoleh profit. Adapun definisi barang adalah suatu produk
yang secara fisik memiliki wujud, sedangkan jasa adalah aktivitas-aktivitas atau
pelaku bisnis lainnya.9
8Ibid, h. 5
10
Dalam setiap aktivitas, ada aturan-aturan tertentu yang harus dipatuhi entah
itu aturan tertulis maupun aturan tidak tertulis. Begitupun dalam dunia bisnis, ada
etika-etika yang harus dijalankan agar bisnis berjalan baik. Tanpa adanya etika
dalam berbisnis, persaingan antar perusahaan bisa menjadi tidak sehat, konsumen
dirugikan, pencemaran lingkungan terjadi ataupun memunculkan praktek
monopoli perdagangan. Etika bisnis adalah pedoman dalam menentukan benar
atau tidaknya suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan
bisnis. 10
Standar baik dan buruk menurut ajaran islam berbeda dengan ukuran-ukuran
lainnya. Untuk menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk, juga harus
diperhatikan kriteria (bagaimana cara melakukan perbuatan ini). Penggunaan
kriteria (cara melakukan perbuatan) itu dapat dirujuk kepada ketentuan Al-Quran.
Sebagaimana firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 263:
ل ي ي د ة تبعا أ ذ زل فز ل عزفل هل
Terjemahan :
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi
suatu yang menyakitkan (perasaan si penerima), allah maha kaya lagi maha
penyantun.” 11
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur apakah
sesuatu itu dikategorikan kepada perbuatan baik atau perbuatan buruk didasarkan
kepada :
9 Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, menggagas
bisnisslam, Jakarta: gema insani , 2002. h. 15. 10https://salamadian.com/pengertian-etika-bisnis/( akses tanggal 15 november 2019 ) 11Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,
11
a. Niat , yaitu sesuatu yang melatar belakangi (mendorong) lahirnya sesuatu
perbuatan yang sering disesuaikan dengan kehendak.
b. Dalam hal merealisasikan kehendak tersebut harus dilaksanakan dengan
cara yang baik.
Dengan demikian, maka belajar etika bisnis berarti „ learning for is right or
wrong „ yang dapat memberkahi seseorang untuk berbuat the right thing yang
didasari oleh ilmu, kesadaran dan kondisi yang berbasis moralitas namun
terkadang etika dapat berarti juga etika manajerial atau etika keorganisasional
yang disepakati oleh perusahaan. Selain itu juga dapat berarti pemikiran atau
refleksi tentang perbuatan baik, buruk, tidak wajar dan tidak pantas.12
Pada dasarnya, setiap pelaksanaan dalam bisnis seharusnya menyelaraskan
proses bisnis tersebut dengan etika bisnis yang disepakati secara umum dalam
lingkungan tersebut. Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis
adalah sebagai berikut : 13
1) Prinsip otonomi yaitu sikap kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan.
2) Prinsip kejujuran, terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan
secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau
tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-
syarat. Dua, jujur dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga
sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja internal dalam suatu bisnis.
12 Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islamter.M. Saiful Anam dan
Muhammad Ufuqul Mubin (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h.35 13 Agus arijanto; etika bisnis bagi pelaku bisnis, ( jakarta:raja gofindo persada,2011), h.5
12
3) Prinsip keadilan yaitu menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama
sesuai aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif serta dapat
dipertanggung jawabkan.
4) Prinsip saling menguntungkan, menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian
rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5) Prinsip integritas moral, dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku
bisnis agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pelaku
bisnis maupun perusahaan.
2. Etika Bisnis Islam
Etika bisnis Islam ialah seperangkat prinsip dan norma dimana para pelaku
bisnis harus komitmen padanya dalam bertransaksi, berperilaku dan berelasi guna
mencapai daratan atau tujuan–tujuan bisnisnya dengan selamat. Jadi etika bisnis
Islam adalah studi tentang seseorang atau orgaisasi melakukan usaha atau kontak
bisnis yang saling menguntungkan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Etika bisnis Islam merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-
hal yang benar dan salah yang selanjutnya tentu melakukan hal yang benar
berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yang
berkepentingan dengan tuntutan perusahaan. Etika bisnis Islam merupakan suatu
kebiasaan atau budaya moral yang berkaitan dengan kegiatan bisnis suatu
perusahaan.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa etika bisnis Islam adalah
seperangkat nilai tentang baik, buruk benar, salah dan halal haram dalam dunia
bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas yang sesuai dengan syariah.
13
Karakteristik standar etika bisnis Islam yaitu:
1) Harus memperhatikan tingkah laku dan konsekuensi serius untuk
kesejahteraan manusia.
2) Memperhatikan validitas yang cukup tinggi dari bantuan atau keadilan.
Etika untuk berbisnis secara baik dan fair dengan menegakkan hukum dan
keadilan secara konsisten pada prinsip-prinsip kebenaran. Sebab bisnis tidak
hanya bertujuan untuk profit saja, namun perlu mempertimbangkan nilai-nilai
manusiawi, jika tidak mengorbankan hidup banyak orang, sehingga masyarakat
pun berkepentingan agar bisnis dilaksanakan secara etis.
Etika bisnis Islam bertujuan mengajarkan manusia untuk menjalin
kerjasama, tolong-menolong dan menjauhkan diri dari sifat dengki dan dendam
serta yang bertentangan dengan nilai-nilai syariah. Etika bisnis Islam juga
berfungsi sebagai pengatur terhadap aktivitas ekonomi pedagang. Karena secara
filososfi etika berlandaskan pada nilai nalar ilmu dan agama untuk menilai.
Landasan penilaian ini dalam praktek kehidupan masyarakat sering ditemukan
bahwa secara agama terhadap nilai mengenai hal-hal yang buruk. Buruk atau
jahat, seperti mendzholimi atau dizholimi.
Etika bisnis Islam menurut Mustaq Ahmad adalah ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak yang
bertujuan untuk mendidik moralitas manusia dalam perdagangan yang meliputi
baik perdagangan barang maupun perdagangan jasa yang mengacu pada Al-Quran
dan Hadist.
Menurut Muhammad Djakfar, etika bisnis Islam adalah norma-norma etika
yang berbasiskan Al-Quran dan Hadist yang dijadikan acuan oleh siapapun dalam
14
aktivitas bisnis. Dengan kata lain sebagaimana etika bisnis yang berbasis kitab
suci dan sunah Rasulullah SAW. Sebagaimana halnya etika bisnis modern, tidak
cukup dilihat secara partialistik semata. Tetapi, perlu dilihat juga dalam fungsinya
secara utuh (holistik).
Etika bisnis Islam memposisikan bisnis sebagai usaha manusia untuk
mencari ridha Allah SWT. Oleh karenanya, bisnis tidak bertujuan jangka pendek,
individual dan semata-mata keuntungan yang berdasarkan kalkulasi matematika.
Tetapi bertujuan jangka pendek dan jangka panjang, yaitu tanggung jawab pribadi
dan sosial dihadapan masyarakat, negara dan Allah SWT. Oleh karena itu, pada
prinsipnya pengetahuan akan etika bisnis dalam pandangan Islam mutlak harus
dimiliki oleh setiap para pebisnis / pedagang terutama yang muslim dalam
menghadapi persaingan usaha yang sekarang memasuki era globalisasi untuk
menghindari diri dari berbagai macam tindakan yang dilarang oleh Allah SWT.
3. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam
Islam adalah agama yang memandang betapa pentingnya keadilan demi
terciptanya masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Hal ini tercermin dari
perhatiannya yang besar kepada kaum yang lemah yaitu menjamin dan
melindungi kehidupan mereka tanpa menganiaya seperti yang dilakukan kaum
kapitalis. Tidak pula menganiaya hak-hak dan kebebasan individu, seperti yang
dilakukan komunis. Tetapi Islam berada diantara keduanya. Tidak menyia-
nyiakan dan tidak berlebihan, tidak melampaui batas dan tidak merugikan. Islam
menginginkan agar sistem ekonominya terorganisir sedemikian rupa sehingga
harta tidak hanya dalam genggaman orang kaya saja.
15
a. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama
sesuai dengan acuan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional
objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan menuntut agar tidak ada
pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.14
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Maidah ayat 8 :
شآ ن ل جز شداء باىقظط ا ا ما آ ا أا اىذ
بزل اتقا أ ز ىيتق أل تعدىا اعدىا ة عي
ي ا تع ب
Terjemahan :
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sesekali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil, berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang kamu tidak kerjakan”.15
Maksud dari ayat di atas Allah memerintahkan kepada orang-orang
mukmin agar jika melaksanakan ibadah itu yang ikhlas karena allah semata,
dalam memberikan penyaksian kita diperintahkan agar berlaku yang adil
tanpa memikirkan itu menguntungkan lawandan merugikan sahabat. Perintah
menegakkan kenearan tanpa memandang bulu. Tanpa pandang kawan atau
lawan, jangan berlaku berat sebelah hanya karena rasa kebencian kita.
14 Abdul aziz, Op.Cit, h. 46
15Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,
16
b. Prinsip Kehendak Bebas
Kebebasan berarti bahwa manusia sebagai manusia sebagai individu dan
kolektif mempunyai kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas bisnis.
Dalam ekonomi, manusia bebas mengimplementasikan kaidah-kaidah Islam
karena masalah ekonomi termasuk kepada aspek muamalah bukan ibadah
maka berlakunya padanya kaidah umum “ semuanya boleh kecuali yang
dilarang “
c. Prinsip Tanggungjawab
Dalam dunia bisnis pertanggungjawaban dilakukan kepada dua sisi yakni
sisi vertikal (kepada Allah) dan sisi horizontalnya kepada masyarakat atau
konsumen. Tanggungjawab dalam bisnis harus ditampilkan secara transparan
(keterbukaan). Kejujuran, pelayanan yang optimal dan berbuat yang terbaik
dalam segala urusan.16
d. Prinsip Kebenaran
Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan
perilaku benar yang meliputi proses mencari atau memperoleh komoditas
pengembangan maupun dalam proses upaya untuk meraih atau menetapkan
keuntungan.
Prinsip etika bisnis masa Rasulullah SAW.
1) Jujur dalam menjelaskan produk.
2) Suka sama suka.
3) Tidak menipu ukuran takaran dan timbangan.
16 Ahmad Nur Zaroni, Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Aspek Keagamaan Dalam
Kehidupan ekonomi), Mazahib, Vol.IV, No. 2, Desember 2007, h.181
17
4) Tidak boleh menghina bisnis orang lain agar beralih kepadanya.
5) Bersih dari unsur riba.
6) Mengutamakan kepuasan pelanggan.
7) Teguh menjaga amanah.
8) Toleran dalam berbisnis.
9) Menepati janji.
10) Murah hati.
11) Tidak melupakan akhirat.
4. Fungsi Etika Bisnis Islam
Pada dasarnya terdapat fungsi khusus yang diemban oleh etik bisnis Islam
diantaranya adalah :
a. Etika bisnis berupaya mencari cara untuk menyelaraskan dan menyerasikan
berbagai kepentingan dalam dunia bisnis. Etika bisnis juga mempunyai peran
untuk senantiasa melakukan perubahan kesadaran bagi masyarakat tentang
bisnis. Terutama bisnis Islam. Dan caranya biasanya dengan memberikan
suatu pemahaman serta cara pandang baru tentang pentingnya bisnis dengan
menggunakan nilai-nilai moralitas dan spiritualisme, yang kemudian
terangkum dalam suatu bentuk yang bernama etika bisnis.
b. Etika bisnis terutama etika bisnis Islami juga bisa berperan memberikan suatu
solusi terhadap berbagai persoalan bisnis modern ini yang kian jauh dari nilai-
18
nilai etika. Dalam arti bahwa bisnis yang beretika harus benar-benar merujuk
pada sumber utamanya yaitu Al-Quran dan Sunnah.17
5. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam
Pada dasarnya aturan mengenai perilaku ekonomi diatur dalam Al-Quran.
Jadi, Al-Quran mengatur kegiatan ekonomi dalam bidang produksi, konsumsi,
distribusi dan sirkulasi. Hukum Allah dalam Al-Quran terbagi menjadi dua yaitu
terang dan samar. Hukum yang samar ditemukan oleh ummat Islam dizaman
Rasulullah telah dijelaskan lewat sunnah setelah Al-Quran. Sunnah merupakan
aturan kedua yang mengatur perilaku manusia. Sunnah adalah praktek-praktek
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Al-Quran menegaskan dan menjelaskan bahwa di dalam berbisnis tidak
boleh dilakukan dengan cara kebathilan dan kedzaliman, akan tetapi dilakukan
atas dasar suka rela atau keridhoan, baik ketika untung ataupun rugi, ketika
membeli atau menjual dan sebagainya. . Sesuai dengan hadis sebagai berikut :
طي ه ي عي اه رط ع ة راض شا ب ن ع
اه تفز ا أ اى باىخار با برك اىبعا دق تت تفز ا فا
ا ع قت بزم ب مذبا ا مت ا ع ا ف ب (را اىبخار)ى
Artinya :
Dari Hakim bin Hizam, dia berkata, Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam
bersabda, “ Dua orang yang melakukan jual beli mempunyai hak pilih selagi
belum saling berpisah “, atau beliau bersabda,”hingga keduanya saling berpisah,
jika keduanya saling jujur dan menjelaskan, maka keduanya diberkahi dalam jual
beli itu, namun jika keduanya saling menyembunyikan dan berdusta, maka berkah
jual beli itu akan dihapuskan”. (HR. Bukhori)18
17 Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), h. 76
19
Maksud dari hadist di atas mengatakan bahwa hak pemebeli itu masih ada
sebelum pembeli tersebut meninggalkan tempat transaksi. Dan hendaklah penjual
berkata jujur yang berhubungan dengan barang yang dijual agar mereka diberkahi.
6. Etika Bisnis Dalam Pasar
Dalam transaksi yang terjadi dalam pasar ada beberapa etika yang harus
diperhatikan oleh penjual maupun pembeli antara lain :
a. Tawar menawar
Hampir semua orang tahu bahwa tawar menawar antara pembeli dan
penjual adalah merupakan ciri khusus yang ada dalam dunia perekonomian
pasar, termasuk dalam pasar Islami. Dalam hal tawar menawar, ekonomi
perdagangan islam memberikan tuntutan etika yang sangat berharga, yaitu
karangan mencampuri apalagi mengganjal penawaran yang tengah diajukan
oleh orang lain.
b. Larangan banyak sumpah
Diantara hal yang sering dijumpai di pasar ialah kata-kata sumpah
atau yang sejenisnya yang biasa meluncur dari mulut-mulut pedagang dalam
upaya menawarkan dan mempengaruhi calon pembeli (konsumen) terutama
dalam proses tawar menawar menuju harga jadi. Misalnya “barang ini
sunggu baik, “ saya berani sumpah tidak bohong,” dan yang lain-lain
semakna dengan ini. Permainan kata-kata seperti itu apalagi dengan sumpah
yang melibatkan nama Allah, merupakan perbuatan yang dilarang oleh Nabi
18
Moh. Mursyidi. “Analisis Hadits Al-Khiyar Menurut Perspektif Fiqh Al-Syafi‟i
dan Fiqh Al-Bhukari”
20
Muhammad SAW melalui sabdanya : " sumpah itu (boleh jadi) melariskan
barang dagangan: akan tetapi sumpah itu menghapuskan keberkahan.”
(Hadist riwayat Al-Bukhari dan lain-lain dari abi huraurah ra).
c. Khiar (Al-khiyar)
Khiar berasal dari kata arab al-khiyar, artinya pilihan. Yang dimaksud
dengan hak khiar dalam dunia usaha ialah hak para pihak untuk
membatalkan atau menghentikan suatu akad (transaksi) disebabkan oleh
alasan-alasan yang dibenarkan. Khiar sering di kenal dengan sebutan khiyar
al-mutabayi’ain setiap transaksi jual beli yang telah disepakati para pihak
pada dasarnya adalah sah. Hanya saja setiap para pihak memiliki hak khiar
atau hak untuk membatalkan akad yang telah disepakati para pihak
disebabkan ada alasan-alasan yang mendesak selama kedua belah pihak
masih berada ditempat yang sama.
d. Menghindari jual beli yang diharamkan dan diragukan kehalalannya.
Secara umum, Allah swt menghalalkan jual beli (perdagangan) dan
mengharamkan riba. Jual beli yang dihalalkan pada dasarnya adalah jual
beli yang mabrur, yakni jual beli yang bersih dari unsur-unsur keharaman,
kemaksiatan dan kemungkaran.
21
e. Ihtikar (penimbunan)
Iihtkar (al-ihtikar) adalah pembelian barang (dagangan) yang
dilakukan dengan menahan (ditimbun) dalam jangka waktu tertentu
sehingga menjadi langka barangnya dan menjadi mahal harganya. Ada
sejumlah hadist Nabi pada intinya melarang dan mencelah tindakan ihtikar
(menimbun). Di antaranya : “ orang-orang yang menimbun barang
dagangan, dia itu adalah salah.” (Hadist riwayat Abu Dawud, At-Tarmidzi
Dan Muslim Dari Ma:Mar Ra ).
Dari beberapa penjelasan diatas indikator etika bisnis islam adalah :
Tauhid
Kejujuran
Keadilan
Kehendak bebas
Kebajikan
C. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli (al-ba‟i) secara etimologi atau bahasa adalah pertukaran barang
dengan barang. Jual beli merupakan istilah yang dapat digunakan untuk menyebut
dari dua sisi transaksi uang terjadi sekaligus, yaitu menjual dan membeli. Secara
terminologi menurut Iman Hanafi, beliau mengatakan bahwa jual beli adalah tukar
menukar harta atau barang dengan cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang
disenangi dengan barang yang setara nilai dan manfaatnya nilainya setara dan
22
membawa menfaat bagi masing-masing pihak.19
Menurut Imam Nawawi, jual
beli adalah tukar menukar barang dengan sejenisnya.20
Jual beli merupakan suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara suka rela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima
benda atau barang dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau
keterangan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati.21
Jual beli menurut ilmu
fiqih yaitu saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu atau tukar
menukar sesuatu yang diinginkan dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang
bermanfaat.22
Dari definisi yang telah di ungkapkan diatas dapat disimpulkan bahwa jual
beli merupakan sebuah proses pertukaran barang yang bernilai antara pembeli
dengan penjual atas dasar suka sama suka dan tidak bertentangan dengan syariat
Islam.
2. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli bagian dari mu’amalah mempunyai dasar hukum yang jelas, baik
dari Al-Quran,Al-Sunnah dan telah menjadi ijma’ ulama dan kaum muslimin.
Bahkan jual beli bukan hanya sekedar mu’amalah, akan tetapi menjadi salah satu
media untuk melakukan kegiatan saling tolong menolong sesama manusia.
a. Al-Quran
Adapun dasar hukum yang menjelaskan tentang diperbolehkannya jual beli
dijelaskan didalam Al-Quran surat AL-Baqarah ayat 275 sebaga berikut :
19Wahbah al-zuhaili,al-fiqih al-islami wa Adillatuh, ( Beirut: Dar Al-Fikr, 2005 ), V/1-2 20imam nawawi,Raudhah al-thalibin wa’umdah al-muftin, ( digital library ), al-maktabah
al-syamilah al-isdar al-sani, 2005). 21 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT.Raja Gravindo Persada, 2008) h.68 22 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000) h.111
23
طا اىذ تخبط اىش ا ق ل م با ل ق اىز مي ؤ اىذ
ز ع اىب أ و با ثو اىز ع ا اىب اىا ىل بؤض اى
ز ى أ ا طيف في ت فا رب عظ ل جاء با ف اىز
فا اىد ل أ ا اىار عاا فؤى
Terjemahan :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
berdirinya orang-orang yang kerasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila, keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.”23
Ayat di atas menjelaskan tentang dasar kehalalan hukum jual beli dengan
baik dan melarang praktik jual beli yang mengandung riba. Allah SWT adalah
dzat yang maha mengetahui atas hakikat persoalan kehidupan. Maka, jika suatu
perkara terdapat kemaslahatan, maka akan diperintahkan untuk dilaksanakan.
Sebaliknya jika menyebabkan kemudharatan, maka Allah SWT akan
melarangnya.
An-Nisa ayat 29 sebagai berikut :
تجار ذ ع تن باىباطو ل أ ن ب اىن ا ل تؤميا أ آ ا أا اىذ
ا ذ ر بن ما فظن ل تقتيا أ ن تزاضة
Terjemahan :
“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali degan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
23 Departemen Agama RI, AL-Quran dan terjemahan.h.47
24
sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
allah adalah maha penyayang kepadamu”.24
Ayat di atas menjelaskan bahwa berniagalah sesuai dengan syariat Islam
jangan mengambil harta sesamamu dengan cara yang batil atau tidak benar dan
janganlah kamu melakukan sesuatu yang bisa mencelakai dirimu sendiri. Dan
aturan main perdagangan Islam melarang adanya penipuan diantara kedua belah
pihak yakni penjual dan pembeli harus ridha dan sepakat serta harus
melaksanakan berbagai etika yang harus dilakukan oleh para pedagang muslim
dalam melaksanakan jual beli dengan menggunakan dan mematuhi etika
perdagangan Islam.
b. Hadist Nabi
Berkaitan dengan jual beli, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh salah satu
sahabatnya mengenai pekerjaan yang baik, maka jawaban beliau ketika itu adalah
jual beli. Sesuai hadist Nabi riwayat ibnu majah :
اه طي آى ي عي اىبزم : اىب ع ى : ل ف اىب
ع ت ل ىيب ز ىيب ع يط اىبز باىش قارض ، اى ، را اب اج )أجوة
(ع ب
Artinya :
Nabi bersabda,: Ada tiga hal yang mengandung berkah; jual beli secara tidak
tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandung dengan jewawut
untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah dari
shuhaib).25
24
Ibid, h.83 25https://tafsirq.com/fatwa/dsn-mui/murabahah ( akses tanggal 17 november 2019 )
25
Maksud dari hadist ditas menjelaksan selain jual beli yang terjadi dipasar
ataupun secara tunai ada trnasaksi secara tidak tunai di antaranya jua beli
mudharabha.
c. Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan mayoritas mujtahidin diantara umat Islam pada
suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW atau hukum syar’i mengenai suatu
kejadian. Berdasarkan kandungan ayat-ayat Al-Quran dan berdasarkan sabda
Rasulullah di atas maka umat sepakat bahwa jual sudah berlaku sejak zaman
Rasulullah hingga saat ini.
Hukum dalam jual beli dapat menjadi haram, mubah, sunnah dan wajib atas
dasar ketentuan sebagai berikut :
Hukum jual beli menjadi haram, jika menjual belikan sesuatu yang
diharamkan oleh syara’.
Hukum jual beli menjadi sunnah, apabila seseorang bersumpah untuk
menjual barang-barang yang tidak membahayakan, maka yang
melaksanakan yang demikian itu sunnah.
Jual beli hukumnya makruh, jika jual beli pada waktu datangnya panggilan
adzan sholat jumaat.
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dipahami bahwa jual beli
dengan tidak mengikuti ketentuan hukum islam tidak diperbolehkan dan tidak sah,
seperti terdapat hal penipuan dan kecurangan serta saling menjatuhkan.26
26 Daud Ali, Asas-asas Hukum Islam, Rajawali Press, Jakarta, 1991, hlm. 144
26
3. Rukun Dan Syarat Jual Beli
Menurut jumhur ulama rukun jual beli itu ada empat, antara lain :
a. Ada orng yang berakad atau Al-muta’aqidaini (penjual dan pembeli)
b. Ada shigat (lafal ijab dan qabul)
c. Ada barang yang dibeli
d. Ada nilai tukar pengganti barang27
Adapun syarat-syarat jual beli yang sesuai dengan rukun jual beli yang
dikemukakan oleh jumhur ulama adalah sebagai berikut :
a. Syarat orang yang berakad
1) Berakal
2) Orang yang melakukan akad itu adalah orang berbeda
b. Syarat ijab qabul
1) Orang yang mengucapkan telah baligh dan berakal
2) Qabul sesuai dengan ijab
c. Syarat barang yang diperjual belikan
1) Barang itu ada dan jelas keberadaanya
2) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia
3) Hak milik terhadap barang tersebut
4) Barang diserahkan saat transaksi.
Adapun yang menjadi indikator jual beli yaitu :
Barang
Tawar menawar
27 Muhammad Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta : PT.Raja
Gravindo, 2004), h. 118
27
Uang
Adapun bentuk jual beli yang dianggap melarang ketentuan syariah, diantaranya :
1. Membeli brang dengan harga yang lebih mahal dari harga pasar.
2. Membeli barang untuk ditahan (ditimbun) agar dapat dijual dengan harga
yang lebih mahal sedangkan masyarakat umum sangat membutuhkannya.
3. Menjual barang untuk keperluan maksiat.
4. Jual beli dengan penipuan
5. Menjual yang bukan atau belum menjadi miliknya dan tidak punya hak akan
barang terebut.
6. Jual beli utang.28
D. Pasar
1. Pengertian pasar
Secara harfiah pasar berarti tempat berkumpulnya antara penjual dan
pembeli untuk tukar menukar barang atau jual beli. Barang Secara sederhana
pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk
melakukan transaksi, pengertian ini mengandung arti pasar memiliki tempat atau
lokasi tertentu tertentu sehingga memungkinkan penjual dan pembeli bertemu. Di
dalam pasar terdapat penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli
produk, baik barang maupun jasa.29
Pasar dapat pula diartikan sebagai suatu kelompok orang-orang yang
diorganisasikan untuk melakukan tawar menawar (tempat melakukan penawaran
dan permintaan) sehingga demikian terbentuk harga.
28 Muhamad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah, ( Jakarta : PT. Serambi Ilmu
Semesta), cet. ke-1,2010, h. 82-83 29 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2013), Cet. Ke- 9, h. 169
28
Menurut William J. Stonton mengemukakan pengertian yang lain tentang
pasar ini, yakni pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas,
uang untuk berbelanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi dalam
pengertian tersebut terdapat tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar :
a. Orang dengan segala keinginan.
b. Daya beli mereka.
c. Tingkah laku dalam pembelian mereka.
Meskipun seseorang mempunyai keinginan untuk membeli suatu barang,
tetapi tanpa ditunjang oleh daya beli dan kemampuan untuk membelanjakan
uangnya, maka seorang tersebut bukan bagian dari pasar. Sebaliknya seseorang
mempunyai kemampuan tetapi ia tidak ingin membeli suatu barang ia bukan
merupakan pasar bagi penjualan barang tersebut.30
Dalam pandangan Islam pasar merupakan wahana atau tempat transaksi
ekonomi yang ideal, tetapi memiliki berbagai kelemahan yang tidak cukup
memadai percapaian tujuan ekonomi yang Islami. Secara teorotik maupun
praktikal pasar memiliki beberapa kelemahan, misalnya mengabaikan distribusi
pendapatan dan keadilan, tidak selarasnya antara prioritas individu dengan sosial
antara berbagai kebutuhan, adanya kegagalan pasar, ketidaksempurnaan
persaingan, dan lain-lain. Islam sangat menghargai perniagaan yang halal dan
baik.31
30 M.Mursid, Manajemen Pemasaran, Ed.1 Cet. Ke-7,( Jakarta : Bumi Aksara, 2014), h. 31 Akhmad Mujahidin, Etika Bisnis Dalam Islam “Analisis TErhadap Aspek Moral
PelakuPasar”, Jurnal Hukum Islam, Vol IV no. 2, Desember 2005, h.121
29
2. Macam-macam pasar
a. Pasar tradisional
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007
mendefinisikan pasar tradisional sebagai pasar yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara dan usaha milik
daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios,
los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat atau koperasi dengan usaha kecil, modal kecil dan dengan proses jual
beli barangan dagangan melalui tawar menawar.
Menurut Menteri Pedagangan Republik Indonesia, pasar tradisional
merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang
dihasilkan oleh para pelaku ekonomi berskala menengah kecil serta mikro. Salah
satu pelaku pasar tradisional adalah para petani, nelayan, pengrajin dan home
industry (industri rakyat).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara lansung, bangunannya
terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka penjual
maupun suatu pengelolah pasar. Pada pasar tradisional ini sebagai besar menjual
kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur
sayuran, telur, daging, kain, bahan elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu juga
menjual kue tradisional.
Sedangkan ciri-ciri pasar tradisional sebagai berikut :
1) Pasar tradisional dimiliki, dibangun dan dikelola oleh pemerintah daerah.
30
2) Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli. Tawar menawar
adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar. Hal ini yang dapat
menjalin hubungan sosial antara pedagang dan pembeli yang lebih dekat.
3) Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama. Meskipun
semua berada pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap penjual
menjual barang yang berbeda-beda. Selain itu juga terdapat
pengelompokkan dagangan sesuai dengan jenis dagangannya seperti
kelompok pedagang ikan, sayur, buah, bumbu dan daging.
4) Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal. Barang
dagangan yang dijual di pasar tradisional ini adalah hasil bumi yang
dihasilkan oleh daerah tersebut. Meskipun ada beberapa dagangan yang
diambil dari hasil bumi dari daerah lain. Namun tidak sampai mengimport
keluar pulau atau negara. 32
b. Pasar modern
Pasar modern tidak banyak berbeda dengan pasar tradisional, namun pasar
jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara lansung melainkan pembeli
melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode) , berada dalam
bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani
oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan seperti : buah,
sayuran, daging. Sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang
dapat bertahan lama.
32Republik Indonesia, peraturan menteri dalam negeri No. 20 th. 2012, bab ll, pasal 4
31
Ciri-ciri pasar modern adalah sebagai berikut :
1) Tidak terikat pada tempat tertentu, bisa dimana saja.
2) Alat pembayaran bisa non tunai (transfer).
3) Penjual dan pembeli tidak harus bertemu lansung.
4) Pada situasi tertentu seperti supermarket tidak bisa menawar.
5) Harga sudah tertera dan diberi barcode.
6) Barang yang dijual beranekaragam dan umumnya tahan lama.
7) Berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan sendiri (swalayan).
8) Ruangan ber- AC dan nyaman tidak terkena tarik panas matahari.
9) Tempat bersih.
10) Tata tempat sangat diperhatikan untuk mempermudah dalam pencarian
barang.
11) Pembayaran dilakukan dengan membawa ke cashir dan tidak bisa ditawar
lagi .33
3. Struktur pasar
Tingkat persaingan pasar dikelompokkan menjadi empat macam, sebagai
berikut :
1) Pasar persaingan sempurna (prefect competition)
Yang sering disebut pasar persaingan murni (pure competition) adalah pasar
di mana terdapat banyak penjual tetapi tidak satupun diantara mereka yang
33 Nel Arianty, Analisis Perbedaan Pasar Modern Dan Pasar Tradisional Ditinjau Dari
Strategi Tata Letak (Lay Out) Dan Kualitas Pelayanan Untuk Meningkatkan Posisi Tawar Pasar
Tradisional, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 13 no. 01 April 2013 ISSN 1693-7619, h. 18
32
berkemampuan mempengaruhi harga pasar yang berlaku baik dengan
mengubah jumlah penawaran maupun harga produksi.
2) Pasar persaingan tidak sempurna (imperfect copetition)
Yaitu bentuknya berupa pasar monopoli, oligopoli dan monopolistik. Suatu
pasar dikatakan pasar monopoli apabila seluruh penawaran terhadap sejenis
barang pada pasar dikuasai oleh seorang penjual.
3) Pasar persaingan monopolistik
Pasar persaingan monopolistik dapat didefinisikan sebagai pasar dengan
banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak.
4) Pasar oligopoly
Pasar oligoply adalah pasar yang terdiri atas beberapa penjual jumlahnya
antara 10 sampai dengan 15 penjual. Istilah oligopoly berasal dari kata
oligos polein (bahasa yunani) mempunyai arti yang menjual sedikit. 34
pasar
oligopoly ini banyak di perkotaan maupun di pedesaan dan biasanya pasar
oligopoly ini hanya berlansung beberapa saat saja tidak sampai seharian.
Para penjual hanya berdagang mulai dari jam 6 sampai jm 9 pagi saja dan
itu kebanyakan terjadi pada pasar olygopoly. Meskipun pasar oligopoly ini
terhitung sedikit tetapi biasanya ramai oleh pengunjung.
34Syafril, Ekonomi ( jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004) h.116
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan
langsung di pasar Karisa Kabupaten Jeneponto dengan menggunakan skala Likert
dengan 1 sampai 5 skor berdasarkan data-data yang diperoleh dari pasar Karisa
Kabupaten Jeneponto.
Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode pendekatan penelitian
secara kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis
terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.Tujuan
penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis dan teori-teori serta hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.
Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatifkarena
hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan
ekspresi matematis serta hubungan-hubungan kuantitatif.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pasar Karisa Kabupaten Jeneponto.Objek dalam
penelitian ini adalah para pedagangyang ada di pasar Karisa Kabupaten
Jeneponto.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi penyebab pada variabel lain. Dalam penelitian ini terdapat dua
34
variabel bebas diantaranya Etika Bisnis Islam. Variabel ini dikatakan
variabel bebas dikarenakan keberadaan variabel ini tidak bergantung pada
adanya variabel lain atau bebas dari ada atau tidaknya variabel lain.
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah jual beli. Dinamakan variabel terikat karena kondisi atau
variasinya terikat atau dipengaruhi oleh variasi variabel lain, yaitu
dipengaruhi oleh variabel bebas.
D. Definisi Operasional Variabel
Berikut ini adalah pengertian tentang defenisi operasional variabel:
1. Etika bisnis Islam adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk benar, salah
dan halal haram dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip
moralitas yang sesuai dengan syariah.
2. Jual beli adalah tukar menukar harta atau barang dengan cara tertentu atau
tukar menukar sesuatu yang disenangi dengan barang yang setara nilai dan
manfaatnya nilainya setara dan membawa menfaat bagi masing-masing
pihak.35
Menurut Imam Nawawi, jual beli adalah tukar menukar barang
dengan sejenisnya.
35Wahbah al-zuhaili,al-fiqih al-islami wa Adillatuh, ( Beirut: Dar Al-Fikr, 2005 ), V/1-2
35
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suhasimi Airkunto adalah “keseluruhan objek yang diteliti”.36
Berdasarkan pendapat tersebut populasi dalam penelitian ini adalah pedagang
di pasar Karisa. Dalam penelitian ini, populasi sebanyak 75 orang yang
menjadi pedagang tetap di lokasi penelitian.
2. Sampel
Adapun sampel yang merupakan bagian dari suatu populasi.37
Maka
dari itu dari sampel dari penelitian ini adalah sebagian pedagang di pasar
Karisa di Jeneponto. Pada saat penelitian berlangsung menggunakan Rumus
sloving, sebagai berikut :
Rumus Slovin : n = N
(1+𝑒2N)
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat error (5%)
Diketahui : n = 75
1+(0.05)2(75)
= 75
1,1875
= 63 Responden
36 Suharsimi, Airkunto.Prosedur Penelitian. (Jakarta:Rineka Cipta 2010),h.102. 37 Umar, Husain.Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,2001), h.136.
36
F. Instrumen Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder.Data primer, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan secara
langsung objek yang diteliti, yang berupa angket.Sedangkan data sekunder, yaitu
data yang diperoleh secara tidak langsung atau penelitian arsip yang memuat
peristiwa masa lalu yang dapat dapat diperoleh dari jurnal, majalah, buku, data
statisitik maupun dari internet.Selain itu, data juga dapat diperoleh dalam bentuk
yang sudah dipublikasikan yang tersedia di perusahaan seperti literatur, company
profile, jurnal, dan sebagainya. Selanjutnya dalam kegiatan penelitian ini,penulis
menggunakan bebarapa alat yang mendukung dalam melakukan penelitian ini,
yaitu : handphone, alat tulis, serta kamera.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara
yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Teknik yang dipergunakan dalam
proses pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas metode 38
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di
lapangan atau lokasi penelitian yang sedang dilakukan.Observasi dilakukan
bertujuan untuk mendapatkan data-data kongkret di tempat
penelitian.Observasi digunakan untuk menemukan permasalahan yang harus
38Ejournal.uinsamata.ac.id diakses 10 Oktober 2018.
37
diteliti, dan juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam.
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan
memberikan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab oleh para
responden. Dalam hal ini, jumlah maupun kualifikasi para responden
ditentukan berdasarkan dengan metode pengambilan sampel.
Cara pengumpulan data ini dipilih dengan harapan bahwa peneliti,
melalui jawaban responden mampu memperoleh informasi yang relevan
dengan permasalahan yang dikaji dan mempunyai derajat yang tinggi.Jumlah
pertanyaan yang ada, diambil dari masing-masing item yang diperoleh dari
masing-masing indikator variabel, baik indikator independen maupun
variabel dependen.
Angket diberikan langsung kepada responden dengan tujuan agar lebih
efektif dan efesien menjangkau jumlah sampel dan mudah memberikan
penjelasan berkenaan dengan pengisian angket tersebut. Instrument yang
digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini menggunakan skala Likert
dengan skor 1-5, Jawaban responden berupa pilihan 5 (lima) alternatif yang
ada yaitu :
Table 3.1 Skala Likert
ALTERNATIF JAWABAN
JAWABAN SKOR
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
38
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, yaitu percakapan
yang bertujuan untuk memperoleh informasi.39
Komunikasi ini dilakukan
secara lansung oleh pihak yang membutuhkan informasi dengan pihak lain
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dengan cara ini, kita dapat
menggali informasi lebih mendalam karena segala sesuatu yang tidak
dipahami dapat ditanyakan secara lansung. Dalam hal ini, penulis
memperoleh informasi dari para pedagang yang berada di pasar Karisa
Kabupaten Jeneponto.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya.40
Dokumentasi ini
digunakan untuk mendapatkan keterangan dan penerangan pengetahuan dan
bukti.
39
Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara,2012), 113.
40
SuharsimiArikunto, op. cit., h. 149 .
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah singkat pasar Karisa Kabupaten Jeneponto
Pasar karisa berada di jalan pahlawan kecamatan binamu Kabupaten
Jeneponto Pasar Karisa sebelumnya bernama pasar bonto sunggu dimana pasar
bonto sunggu dipindahkan ke karisa, lokasi pasar bonto sunggu sebelumnya tidak
jauh dari karisa alasan kenapa dipindahkan karena lokasi pasar Bonto Sunggu
sangat sempit dan tidak strategis pasar tersebut juga sangat sederhana sehingga
pemerintah inisiatif untuk memindahkan pasar Bonto Sunggu ke karisa karena
selain lokasinya yang luas, lahan tersebut juga bagus dan strategis untuk di
bangun pasar setelah dipindahkan pasar Bonto Sunggu berubah nama menjadi
pasar Karisa atau biasa juga disebut pasar induk Karisa.
Pasar Karisa merupakan pasar sentral Kabupaten Jeneponto yang
merupakan pasar strategis yang terletak dipinggir jalan poros Jeneponto Bantaeng.
Pemerintah menyediakan bangunan yang lebih kokoh dan lebih luas dibandingkan
lokasi pasar yang sebelumnya dan hal itu mendapat dukungan yang kuat dari
masyarakat pada umumnya. Luas pasar karisa sekitar 2 hektar dan pasar Karisa
juga dekat dengat pusat kota sehingga mudah dijangkau. Pasar di naungi PEMDA
(Pemerintah daerah), pasar ini buka dari pagi sampai sore dan pasar ini terbuka
setiap hari. Barang-barang yang di jual beraneka ragam diantaranya kebutuhan
pokok, sayur mayur, ikan, bumbu, buah-buahan, rempah,peralatan rumah tangga
40
dan pakaian. Kelebihan dari pasar jenis tradisional ini adalah produk-produk dari
hasi pertanian rakyat sehingga murah bagi masyarakat.
2. Tujuan Pasar Karisa
Bertujuan untuk menjadikan pasar karisa yang dari tradisional menjadi pasar
modern semua uptd berusaha mengubah pasar karisa dari level tradisional kelevel
modern namun itu membutuhkan usaha yang cukup maksimal.
3. Kepemilikan dan struktur organisasi pasar
Hak kepemilikan Pasar Karisa oleh pemerintah Kabupaten Jeneponto dan
yang mengelolah pasar yaitu dinas perdagangan dn perindustrian yang
sebelumnya dikelolah oleh badan pendapatan daerah akan tetapi, aktivitas
administrasi pasar secara lansung yang ditangani oleh kantor pasar yang
merupakan lembaga di bawah kantor cabang yang diketuai oleh bapak sbair Ilyas
S.pd.MM.
4. Sarana dan prasarana
Sebagai salah satu tempat perkumpulan masa yang memiliki peranan
penting dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat terutama kebutuhan
sandang dan pangan, maka sebuah pasar tidak dapat dilepaskan dari sarana dan
prasarana sebab tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung maka
kegiatan dalam pasar akan terganggu atau bahkan tidak akan dapat berlansung.
Hal ini berlaku setiap pasar termasuk salah satu Pasar Karisa.
41
Sarana dan prasarana yang ada di Pasar Karisa yaitu
a. Tempat berjualan
Los
Gardu
Pkl
b. Parkiran.
c. Musholah.41
B. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Responden
Pada bagian ini sebelum peneliti menggambarkan hasil kuesioner yang
disebarkan kepada para pedagang yang sedang melakukan transaksi penjualan di
pasar Karisa Jeneponto, terlebih dahulu akan dibahas mengenai gambaran
karakteristik responden berdasarkan nama, lama responden berjualan, jenis usaha,
jenis kelamin dan umur. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17-18 januari 2020
dengan jumlah responden 63 orang pedagang. Gambaran umum responden dalam
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Responden berdasarkan lamanya berjualan
Tabel 4.1
Karakteristik pedagang berdasarkan lamanya berjualan.
No. Lama usaha Jumlah Persentase
1 < 1 tahun 33 55.0 %
2 1-10 tahun 20 33.3 %
3 > 10 tahun 7 11.7 %
Jumlah 60 100%
Sumber : Data primer diolah pada tanggal 10 april 2020
41Subair ilyas, kepala pasar, (wawancara), pada tanggal 4 februari 2020.
42
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 33 orang atau 55.0 %
dari angket yang disebarkan menjawab bahwa mereka berjualan sebagai
pedagang di pasar karisa kurang dari 1 (satu) tahun.sedangkan 20 orang atau
33.3% responden menjawab berjualan 1-10 tahun dan 7 orang atau 11.7%
responden menjawab telah berjualan diatas 10 tahun.
b. Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.2
Karakteristik pedagang berdasarkan Umur
No. Umur jumlah Persentase
1 21-30 tahun 8 13.3 %
2 31-40 tahun 19 31.7 %
3 41-50 tahun 17 28.3 %
4 51-60 tahun 12 20.0 %
5 61-70 tahun 4 6.7 %
Jumlah 60 100%
Sumber : Data primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden pada
pedagang tersebar pada kelompok umur, responden terbesar terdapat pada
kelompok umur 31-40 tahun yaitu 19 orang atau 31.7 %. Selanjutnya
kelompok terbesar kedua pada kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 17
orang atau 28.3 %. Kemudian umur 51-60 sebanyak 12 orang responden atau
20.0 %, begitupun dengan kelompok umur 21-30 tahun responden sebanyak 8
43
orang atau 13.3 % dan kelompok umur 61-70 tahun berjumlah 4 orang atau
6.7 %.
c. Responden berdasarkan jenis usaha
Tabel 4.3
Karakteristik pedagang berdasarkan Jenis Usaha.
No. Jenis usaha jumlah Persentase
1 Beras 10 16.7 %
2 Pakaian 8 13.3 %
3 ART 5 8.3 %
4 Ayam 3 5.0 %
5 Makanan 5 8.3 %
6 Sayuran 5 8.3 %
7 Ikan 11 18.3 %
8 Campuran 7 11.7 %
9 Bahan pertanian 2 3.4 %
10 Mainan 1 1.7 %
11 Sendal 1 1.7 %
12 Kosmetik 2 3.3 %
Jumlah 60 100%
Sumber : Data primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini memiliki jenis usaha yang bervariatif yaitu jenis usaha beras
yang berjumlah 10 orang atau 16.7 %, pakaian 8 orang atau 13.3 %, alat
44
rumah tangga sebanyak 5 orang atau 8.3 %, ayam sebanyak 3 orang atau 5.0
%, makanan sebanyak 5 orang atau 8.3 %, sayuran sebanyak 5 orang atau 8.3
%, ikan sebanyak 11 orang atau 18.3 %, campuran 7 orang atau 11.7%, bahan
pertanian sebanyak 2 orang atu 3.4 %, penjual mainan sebanyak 1 orang atau
1.7 % sendal 1 orang atau 1.7% dan kosmetik sebanyak 2 orang atau 3.3 %
dari tital responden.
d. Responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.4
Karakteristik pedagang berdasarkan Jenis Kelamin.
No. Jenis kelamin Jumlah Persentase
1 Perempuan 47 78.3 %
2 laki-laki 13 21.7%
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jawaban kuesioner oleh
para pedagang dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan
pedagang yang berjenis kelamin laki-laki. Untuk perempuan sebanyak 47
orang atau 78.3 % dan untuk laki-laki sebanyak 13 orang atau 21.7 %.
2. Penerapan etika bisnis Islam dalam transaksi jual beli di pasar Karisa
Kabupaten Jeneponto
Pasar Karisa merupakan pasar tradisional yang berada di Kabupaten
Jeneponto dimana pasar ini di ketuai oleh bapak subair ilyas S.pd.M.M. selain
sebagai tempat untuk mendapatkan barang-barang atau kebutuhan pokok oleh
45
mayoritas penduduk Jeneponto, yang paling diutamakan oleh penduduk setempat
adalah harganya terjangkau, dan masih menjadi interaksi sosial yang kuat dalam
masyarakat dan mekanisme transaksinya menggunakan metode tawar menawar.
Kelebihan lainnya adalah pengalaman berbelanja luar biasa, dimana kita bisa
melihat dan memegang secara lansung produk pada umumnya masih sangat segar.
Bentuk transaksi penjualan di pasar Karisa sendiri yaitu menggunakan sistem
kredit dan ada juga yang cash (tunai) bagi yang tidak mampu membayar secara
cash (tunai) bisa memilih dengan kredit dengan catatan ada hubungan keluarga
dengan penjual atau berteman dekat dengan penjual dan transaksi kredit ini biasa
terjadi di penjual pakaian. Di kecamatan binamu mayoritas masyarakatnya
bermata pencaharian petani seperti sayur dan padi.
a. Hasil observasi pedagang di pasar Karisa Kabupaten Jeneponto
Dari hasil observasi yang peneliti peroleh dari beberapa pedagang yaitu
yang pertama mengenai cara pedagang menawarkan dagangannya kepada
pembeli yaitu dengan berbagai macam cara, diantaranya mengobral barang
dagangannya kepada pembeli yang lewat didepan kiosnya, ada juga yang
menawarkan barang dagangannya dengan cara memuji barang dagangannya
lebih baik daripada barang dagangan milik orang lain. Kemudian dari hasil
observasi peneliti menemukan bahwa ada pembeli yang tertarik dengan
dagangannya dan diperbolehkannya untuk mencoba barangnya selama barang
itu tidak lecet dan sebagian juga penjual tidak membolehkan pembeli
mencobanya takut barang dagangannya rusak atau kotor.
46
Kemudian dari hasil observasi dilapangan mengenai kecacatan barang
peneliti menemukan sebagian penjual seprti penjual tomat dan ikan ada yang
mencampur dengan ikan yang berkualitas baiktetapi pedagang mengemasnya
dengan kemasan yang baik misalnya memakai kantong plastik yang warna
hitam sehingga tidak terlihat oleh pembeli.42
b. Hasil wawancara para pedagang di pasar Karisa Kabupaten Jeneponto
Pedagang di pasar Karisa sebagian melakukan sistem jual beli sesuai
dengan etika bisnis Islam ada juga yang belum menerapkan etika bisns Islam
karena menurut mereka jika dia menerapkan etika bisnis islam maka barang
yang mereka jual memiliki cacat kebanyakan konsumen maupun pembeli
enggan untuk membeli barang yng cacat walaupun harganya lebih murah.
Dari hasil wawancara pedagang yang bernama saudari Mona yang
berumur 26 tahun seorang pedagang pakaian dia mengatakan bahwa :
“ saya merasa serba serba salah kalau mau menerapkan etika bisnis Islam,
karena biasa pembeli tidak mau juga mengerti, karena biasa saya jujur dengan
modal barangnya dan keuntungannya saya dapat sekian tapi kadang mereka
juga tidak mau mengerti dengan kita sebagai penjual, kadang mereka juga
menawar dengan harga yang sangat rendah jadi keuntungan yang didapat
sedikit sekali dan kadang saya rugi. Tetapi kadang ada juga pembeli yang
biasa mengerti karena dia juga menganggap bahwa penjul mencari
keuntungan, asalkan tidak berlebihan, jadi kalau saya mendapat pembeli yang
mengerti yah saya senang”.43
Berdasarkan wawancara di atas, Mona merasa serba salah dalam
menerapkan etika bisnis Islam karena biasanya dia jujur dalam berdagang
dengan memberikan harga yang sesungguhnya kepada pembeli dengan
42Hasil pengamatan lansung (observai), pada tanggal 17 januari 2020. 43Mona, peadagang pakaian (wawancara), pada tanggal 17 januari 2020
47
mengambil keuntungan yang sewajarnya namun terkadang pembeli tidak
mengerti dan melakukan penawaran yang sangat rendah sehingga
merugikannya.
Adapun hasil wawancara dengan daeng sakking yang berumur 47 tahun
seorang penjual sendal, dia mengatakan bahwa :
“saya sudah menerapkan etika bisnis islam karena saya sudah jujur kepada
pembeli apabia ada barang yang saya jual cacat karena saya fikir bahwa
membohongi pembeli itu tidak boleh dan kita berdoa. Makanya kalau ada
pembeli ingin membeli barang tetapi barang itu rusak atau cacat saya pasti
jujur dan memberikan sedikit potongan harga dan mendapat keuntungan yang
sedikit yang penting barang itu laku disamping itu banyak pelanggan juga
yang suka dan menjadi pelanggan tetap”.44
`Berdasarkan wawancara di atas daeng sakking selalu jujur dalam
melakukan proses jual beli apabila ada cacat pada barang yang ia jual ia akan
memberitahukan kepada pembeli sehingga pembeli dapat mengetahuinya dan
barang yang memiliki cacat akan mendapatkan pengurangan harga daripada
barang yang tanpa cacat. Dalam mengambil keuntungan juga harusnya
mengambil keuntungan yang sewajarnya saja tanpa harus mengambil
keuntungan yang terlalu tinggi sebab apabila barang yang dijual terlalu tinggi
akan mengakibatkan barang tersebut tidak laku.
Dari hasil wawancara seorang pedagang bernama risna seorang pedagang
mainan dia menyatakan bahwa :
“ saya paham sedikit tentang etika bisnis Islam, akan tetapi saya tidak selalu
menerapkan, kadang-kadang saya terapkan dan kadang juga tidak, karena
takutnya jika saya terapkan terus etika bisnis Islam nanti jualan saya tidak
laku dan saya pasti rugi. Jadi, saya liha dulu kondisi bagaimana barang itu
44Deng sakking, pedagang sendal (wawancara), pada tanggal 17 januari 2020.
48
cacatnya parah atau tidak, jika cacatnya hanya sedikit maka saya
memberitahu kepada pembeli dengan jujur dan biasanya pembeli juga mau
membelinya dengan potongan harga sedikit. Jika barangnya memiliki cacat
yang parah saya tidak memberitahukan kepada pembeli nanti pembelinya
tidak mau membelinya dan saya rugi”. 45
Dari hasil wawancara di atas bahwa risna memahami etika bisnis Islam
namun untuk selalu berlaku jujur Dan menerapkansistem syariah itu tidak
memungkinkan jadi dia menerapkan etika bisnis islam itu dalam kondisi
tertentu saja biar barangnya tetap laku dan tidak rugi.
3. Analisis Penerapan etika bisnis Islam dalam transaksi jual beli di tinjau
dari prinsip-prinsip etika bisnis Islam
Dalam berbisnis dan bekerja wajib bagi seiap manusia untuk memahami
bagaimana bertransaksi agar tidak terjerumus dalam jurang keharaman karena
ketidaktahuan mereka. Oleh sebab itu seorang pedagang harus menerapkan
prinsip-prinsip etika bisnis Islam dalam berdagang sekaligus menempatkan diri
sebagai pedagang yang melakukan praktek kejujuran dan berusaha menghindari
memperoleh kekayaan dengan cara yang tidak adil agar menjadi pebisnisyang
berpegang teguh kepada etika islam karena dengan begitu usaha yang dijalani
akan sukses. Manusia hidup di dunia mempunyai dua posisi yaitu sebagai hamba
dan khalifah. Sebagai hamba artinya manusia wajib menyembah kepada allah dan
beribadah kepada allah. Sedangkan khalifah artinya manusia harus bekerja
memakmurkan bumi dan mengelolah sumber daya secara optimal, Dari hasil
penelitian mengenai penerapan etika bisnis Islam dalam transaksi penjualan di
pasar Karisa, bahwasanya secara garis besar pedagang sudah menerapkan atau
45Risna, pedagang mainan (wawancara), pada tanggal 17 januari 2020.
49
menjalankan etika bisnis islam meskipun ada sebagian yang belum menerapkan
etika bisnis Islam. Dari hasil wawancara yang peneliti dapat dari menganalisis
penerapan etika bisnis Islam para pedagang dalam melakukan transaksi jual beli
ditinjau dari prinsip-prinsip etika bisnis Islam. beberapa pedagang yang belum
menerapkan atau menjalankan etika bisnis. Dari beberapa hasil wawancara yang
peneliti dapat dari beberapa pedagang yang dijadikan sampel penelitian dapat
diketahui bahwasanya para pedagang di pasar karisa ternyata mereka menerapkan
sesuai pada teori ini yang jelas melihat pada kewajiban yang harus dilakukan
seorang penjual atau pedagang sebagai bentuk pertangungjawaban misalnya
memberi pelayanan yang baik kepada semua konsumen tanpa harus membeda-
bedakan dan menawarkan barang dan jasa yang berkualitas.
Selanjutnya, penulis akan menganalisis data primer yang di dapat dari hasil
kuesioner yang peneliti bbagikan kepada para responden yaitu pedagang .
kuesioner ini masing-masing berjumlah 15 pernyataan. Kuesioner ini bersifat
terbatas artinya responden diminta menjawab dengan memilih jawaban yang
telah tersedia saja. Setelah hasil kuesioner diadakan pengelolahan. Maka langkah
selanjutnya penulis akan menginterpertasikan hasil jawaban sesuai dengan item-
item kuesioner yang telah diajukan kepada para responden serta diambil
kesimpulan hasil kuesioner tersebut sebagai berikut :
a. Indikator tauhid
Tauhid adalah konsep dalam akidah islam yang menyatakan keesaan Allah
Swt. Apapun yang dikerjakan harus berpedoman pada ajaran islam bagaimana
barang yang di jual harus halal dan terhindar dari unsur riba.
50
Pada indikator tauhid penulis mengajukan 2 (dua) pernyataan yang menjadi
gambaran perilaku pedagang perhadap penerapan etika bisnis islam dalam
transaksi penjualn di pasar karisa kabupaten jeneponto. Untuk lebih jelas
mengenai data dalam transaksi penjualan maka akan dijelaskan satu persatu
sebagai berikut :
1. Dalam berdagang selalu memperhatikan kehalalannya dan terhindar
dari riba.
Tabel 4.5
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 18 30.0 %
Setuju 41 68.3 %
Kurang setuju 1 1.7 %
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Berdasarkan dari tabel dapat diketahui bahwa 18 orang atau 30.0 %
pedagang menjawab sangat setuju, 41 orang atau 68.3 % menjawab setuju
dan 1 orang atau 1.7 % menjawab kurang setuju.
51
2. Ketika mendapatkan rezeki yang lebih menyisihkan untuk
disedekahkan.
Tabel 4.6
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 24 40.0 %
Setuju 33 55.0 %
Kurang setuju 3 5.0 %
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 24 orang atau 40.0 %
pedagang menjawab sangat setuju, 33 orang atau 55.0 % menjawab setuju
dan 3 orang atau 5.0 % menjawab kurang setuju.
3. Tidak bersifat serakah dan menimbun barang.
Tabel 4.7
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 7 11.7 %
Setuju 52 86.7 %
Kurang setuju 1 1.7 %
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
52
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa 7 orang atau 11.7 %
pedagang menjawab sangat setuju, 52 orang atau 86.7 % menjawab setuju
dan 1 orang atau 1.7 menjawab kurang setuju.
Tabel dari kuesioner keseluruhan yang ada dari pernyataan-pernyataan
di atas tersebut :
Tabel 4.8
Jawaban rsponden berdasarkan indikator tauhid
Alternative
jawaban
Pernyataan
Jumlah
Persentase
(100%) 1 2 3
Sangatsetuju 18 24 7 49 27.2 %
Setuju 41 33 52 126 70.0 %
Kurang setuju 1 3 1 5 2.8 %
Tidak setuju 0 0 0 0 0
Sangat tidak setuju 0 0 0 0 0
Jumlah 60 60 60 180 100 %
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Pada indikator tauhid alternatif jawaban setuju merupakan jawaban yang
paling banyak diberikan kepada pedagang yaitu 126 atau 70.0%, 49 atau 27.2%
pedagang menjawab sangat setuju dan hanya 5 atau 2.8% yang menjawab kurang
setuju. Hal ini menggambarkan bahwa penerapan etika bisnis islam dalam
transaksi jual beli ditinjau dari prinsip-prinsip etika bisnis islam jika dilihat dari
segi jawaban pedagang sudah baik dalam bersikap saat melakukan transaksi jual
beli di pasar karisa Jeneponto. Dalam beraktivitas di dunia kerja maupun di dunia
53
bisnis, islam mengharuskan untuk tidak bersifat serakah dan memperhatikan halal
atau haramnya suatu barang yang di perjual belikan, barang yang kita jual harus
halal dan terhindar dari transaksi yang megandung riba. Sebagaimana dengan
firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 275 sebagai berikut :
اىز ز ع اىب أ و ا
Artinya :
“Padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
Dari ketiga pernyataan diatas berdasarkan indikator tauhid yang sudah
diterapkan dengan baik adalah ketika seorang pedagang mendapatkan keuntungan
yang baik dia senantiasa untuk berzedekah dan berbagi rezeki kepada orang lain
dan tidak bersifat serakah.
b. Indikator kejujuran
Kejujuran itu hal yang sangat penting dalam berdagang karena dengan
kejujuran akan membuahkan sebuah kepercayaan dari seorang pelanggan
sehingga kejujuran ini harus dimiliki oleh setiap pedagang.
1) Jujur dalam menakar dan menimbang.
Tabel 4.9 Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 30 50.0 %
Setuju 30 50.0 %
Kurang setuju 0 0
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
54
Berdasarkan dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 30 orang atau
50.0 % pedagang menjawab sangat setuju dan 30 orang atau 50.0 %
menjawab setuju.
2) Dalam menawarkan barang menjelaskan kualitas barang.
Tabel 4.10
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 11 18.3 %
Setuju 44 73.3 %
Kurang setuju 3 5.0 %
Tidak setuju 2 3.3 %
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari tabel diatas diketahui bahwa 11 orang atau 18.3% pedagang
menjawab sangat setuju, 44 orang 73.3% menjawab setuju, 3 orang atau
5.0% yang menjawab kurang setuju, dan 2 orang atau 3.3% menjawab tidak
setuju.
3) Tidak menyembunyikan cacat barang dan kekurangan barang.
Tabel 4.11
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 10 16.7 %
Setuju 46 76.7 %
Kurang setuju 2 3.3 %
Tidak setuju 2 3.3 %
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari tabel diatas diketahui bahwa 10 orang atau 16.7% pedagang
55
menjawab sangat setuju, 46 orang atau 76.7% menjawab setuju, 2 orang
atau 3.3% menjawab kurang setuju, dan 2 orang atau 3.3% yang menjawab
tidak setuju.
4) Jujur dalam menjelaskan modal maupun keuntungan yang
didapatkan.
Tabel 4.12
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 4 6.7 %
Setuju 52 86.7 %
Kurang setuju 3 5.0 %
Tidak setuju 1 1.7 %
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari hasil tabel diatas diketahui bahwa 4 orang atau 6.7% pedagang
menjawab sangat setuju, 52 orang atau 86.7% mejawab setuju, 3 orang atau
5.0% menjawab kurang setuju, dan 1 orang atau 1.7% menjawab tidak
setuju.
Tabel dari kuesioner keseluruhan yang ada dari pernyataan-pernyataan
di atas tersebut :
56
Tabel 4.13
Jawaban rsponden berdasarkan indikator kejujuran
Alternative
jawaban
Pernyataan
Jumlah
Persentase
(100%) 1 2 3 4
Sangatsetuju 30 11 10 4 55 23.0 %
Setuju 30 44 46 52 172 71,6 %
Kurang setuju 0 3 2 3 8 3.3%
Tidak setuju 0 2 2 1 5 2.1%
Sangat tidak setuju 0 0 0 0 0 0
Jumlah 60 60 60 60 240 100 %
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Pada indikator kejujuran alternatif jawaban selalu merupakan jawaban yang
paling banyak diberikan oleh pedagang yaitu sebesar 172 atau 71.6 % ini jawaban
dari alternatif jawaban setuju dan paling terbanyak kedua adalah adalah alternatif
jawaban sangat setuju yaitu 55 atau 23.0 %. Sedangkan yang meilih alternatif
jawaban kurang setuju yaitu 8 atau 3.3 % dan alternatif jawaban tidak setuju 5
atau 2.1 %.
Hal ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip kebenaran pada transaksi
jual beli dipasar karisa. Jika dilihat dari hasil kuesioner pedagang sudah cukup
bagus namun jika dilihat dari hasilkuesioneryangpenulis dapat di lihat ada
beberapa pedagang yang berpendapat tidak setuju dan kurang setuju terhadap
indikator kejujuran.
57
Seharusnya dalam berbisnis pedagang dianjurkan untuk selalu mengatakan
apa adanya tanpa menutup-nutupi mengenai kualitas dari produk yang dijualnya
serta mengedepankan kebenaran informasi dari informasi tersebut. Jika produk
tersebut baik bagi pedagang harusnya mengatakan baik, dan jika produknya
tersebut buruk pedagang harus mengatakan buruk. Mengenai aspek takarandan
ukuran dikatakan bahwa kejujuran dalam hal takaran maupun ukuran mutlak
harus ada etika bisnis islam yang mana pebisnis dilarang mengurangi timbangan
ketika menakar dan meminta dilebihkan ketika menerima takaran. Sebagaimana
firman Allah dalam QS.Al-Muthaffifin (83): 1-3 yang berbunyi :
ا ماى ۞ ف ا امتاىا عي اىاص ظت ۞ اىذ طفف ول ىي
۞ خظز س أ
Artinya:1.kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. 2. (yaitu) orang-
orang yang apabila menerima takaran darioranglainmerekamintadipenuhi.3.
Danapabilamerekamenakarataumenimbanguntukoranglain,merekamengurangi”.46
Maksud dari ayat di atas orang-orang yang curang akan menerima
kecelakaan besar, maksud dari curang yaitu orang-orang yang kalau menerima
takaran selalu meminta lebih dan jika menakar untuk orang lain mereka
mengurangi takarannya.
Barangkalidarisikapkejujuranmakaakanmelahirkanpersaudaraandankemitraa
nantarapihakyangbertansaksi,sehinggamuncullahkondisisalingmenguntungkandia
ntarapenjualdanpembeli darikeempat pernyataandiatas dapat diketahuipenerapan
46Departemen Agama RI
58
etika dalam berdagang seperti kejujuran dalam menakar dan timbang itu lumayan
bagus.
c. Indikator keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperakukan secara adil sesuai
dengan kriteria yang rasional, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan. Setiap
manusia punya hak untuk perlakukan secara adil dalam keadaan apapun terutama
dalam transaksi juakl beli.
1) Dalam berdagang memberikan harga yang sama ke semua pembeli.
Tabel 4.14
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 4 6.7 %
Setuju 53 88.3 %
Kurang setuju 2 3.3 %
Tidak setuju 1 1.7
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 4 atau 6.7 %
pedagang menjawab sangat setuju, 53 atau 88.3 % menjawab setuju, 2 atau
3.3 % menjawab kurang setuju dan 1 atau 1.7 % menjawab tidak setuju.
2) Dalam berdagang tidak membedakan pembeli dari segi penampilan.
59
Tabel 4.15
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 13 21.7 %
Setuju 46 76.7 %
Kurang setuju 1 1.7 %
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari hasil tabel di atas diketahui bahwa 13 atau 21.7 % menjawab
sangat setuju,46 atau 76.7 % menjawab setuju dan 1 atau 1.7 % menjawab
kurang setuju.
Tabel dari kuesioner keseluruhan yang ada dari pernyataan-pernyataan
di atas tersebut :
Tabel 4.16
Jawaban responden berdasarkan indikator keadilan
Alternative
jawaban
Pernyataan Jumlah
Persentase
(100%) 1 2
Sangatsetuju 4 13 17 14.0 %
Setuju 53 46 99 82.5 %
Kurang setuju 2 1 3 2.5 %
Tidak setuju 1 0 1 1 %
Sangat tidak setuju 0 0 0 0
Jumlah 60 60 120 100 %
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
60
Pada indikator keadilan alternatif jawaban setuju merupakan jawaban yang
paling banyak diberikan pedagang yaitu 99 atau 82.5 %, alternatif jawaban sangat
setuju yang kedua terbanyak yaitu 17 atau 14.0 % sedangkan yang kurang setuju
yaitu 3 atau 2.5 %dan tidak setuju yaitu 1 atau 1 %. Hal ini menggambarkan
bahwa penerapan etika bisnis islam dalam transaksi jual beli jika ditinjau dari
prinsip-prinsip etika bisnis islam dari segi jawaban pedagang mengatakan dalam
bertransaksimereka baik dengan menyamakan semua pembeli itu salah sikap yang
mendorong pembeli untuk tetap untuk menjadi pelanggan yang baik karena
pedagang juga bersikap baik tanpa harus ada yang dibeda-bedakankarenaa prinsip
keadilan menuntut untuk setiap manusia diperlakukan secara sama sesuai dengan
acuan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional, objektif dan dapat di
pertanggungjawabkan. Dalam beraktivitas di dunia kerja maupun di dunia bisnis,
islam mengharuskan untuk berbuat adil tidak terkecuali pada pihak yang tidak
disukai. Hal ini sesuai denganfirman Allah dalam surah Al-Maidah ayat 8 :
ة شـ اق ن ل جز شداء بٲىقظط ا ما ءا أا ٱىذ
بزل ٱ ٱتقا ٱ أ ز ىيتق أل تعدىا ٱعدىا عي
ي ا تع ب
Artinya :“ Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena allah, menjadi saksi dengan adil dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dengan takwa. Dan
bertakwalah kepada allah, sesungguhnya allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan “
61
Dari ayat di atas sudah jelas bahwa kita dalam segala aktivitas terutama di
dunia bisnis, kita sebagai manusia di anjurkan untuk bersikap adil dan allah
mengetahui apa yang kita perbuat.
Dari kedua pernyataan di atas berdasarkan indikator keadilan yang sudah di
terapkan dengan baik adalah pedagang memberikan harga yang sama kepada
semua pembeli ini dibuktikan oleh jawaban responden yang memilih setuju dan
juga dalam al penawaran barang kepada pembeli dia tidak pernah membeda-
bedakan dari segi penampilan misalnya yang berhijab atau tidak dan
berpenampilan bagus atau tidak.
d. Indikator kehendak bebas
Kebebasan berarti bahwa manusia sebagai individu yang kolektif
mempunyai kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas bisnis.
1) Dalam menawarkan barang tidak boleh memaksa pembeli untuk
membeli barang dagangan.
Tabel 4.17
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 51 85.0 %
Setuju 9 15.0 %
Kurang setuju 0 0
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
62
Berdasarkan tabel di atas data diketahui bahwa 51 atau 85.0 %
pedagang menjawab sangat setuju dan 9 atau 15.0 % menjaawab setuju.
2) Membiarkan pedagang lain menjual barang yang sama dan bersaing
secara sehat.
Tabel 4.18
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 12 20.0 %
Setuju 48 80.0 %
Kurang setuju 0 0
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa 12 atau 20.0 % pedagang
menjawab sangat setuju dan 48 atau 80.0 % pedagang menjawab setuju.
Tabel dari kuesioner keseluruhan yang ada dari pernyataan-pernyataan di
atas tersebut :
Tabel 4.19
Jawaban rsponden berdasarkan indikator kehendak bebas
Alternative
jawaban
Pernyataan
Jumlah Persentase
(100%) 1 2
Sangatsetuju 9 12 21 17.5 %
63
Setuju 51 48 99 82.5 %
Kurang setuju 0 0 0 0
Tidak setuju 0 0 0 0
Sangat tidak
setuju
0 0 0 0
Jumlah 60 60 120 100 %
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari kedua pernyataan di atas dapat diketahui bahwa membiarkan pedagang
lain menjual barang dagangan yang sama dan bersaing secara sehat sudah
diterapkan dengan baik di pasar karisa kabupaten jeneponto dari table di atas
pedagang hanya menjawab setuju dan sangat setuju. Sedangkan menawarkan
barang kepembeli tidak boleh memaksa juga sudah diterapkan dengan baik karena
semua orang punya hak untuk memilih apa yang dia inginkan.
Hal ini menunjukkan bahwa penerapan etika bisnis slam apabila ditinjau
dari indikator kehendak bebas dapat dikatakan baik karena pedagang dalam
bersikap atau berprilaku memaksa dalam menawarkan barangdaangannya.
Manusia dianugerahi kehendak bebas (free will) untuk membimbing
kehidupannya sebagai khalifah. Berdasarkan aksioma kehendak bebas ini, dalam
bisnis manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suatu perjanjian atau tidak,
meaksanakan bentuk aktivitas bisnis tertentu dan berkreasi mengembangkan
potensi bisnis yang ada. Dalam mengembangkan potensi bisnis yang ada. Dalam
mengembangkan kreasi terhadap pilihan-pilihan, ada 2 konsekuensi yang melekat,
di satu sis ada niat dan konsekuensi buruk yang dapat dilakukan dan diraih, tetapi
64
di sisi lain ada niat dan konsekuensi baik yang dapat diakukan dan diraih.
Konsekuensi baik dan buruk sebagai bentuk risik dan menfaat yang bakal
diterimanya yang dalam islam berdampak pada pahala dan dosa.
e. Indikator kebajikan
Kebajikan adalahperilakuataukualitas yangmemenuhikebaikan
moralsebagaipondasiprinsipdan moralkebaikan.
1) Dalam menawarkn dagangan tidak menjelek-jelekkkan pedagang lain.
Tabel 4.20
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 13 21.7 %
Setuju 47 78.3 %
Kurang setuju 0 0
Tidak setuju 0 k0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa bahwa 3 atau 21.7 % para
pedagang menjawab sangat setuju dan 47 atau 78.3 % mereka menjawab setuju.
2) Sikap dalam menawarkan barang harus sopan, ramah dan atas dasar
suka sama suka.
Tabel 4.21
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
65
Sangat setuju 9 15.0 %
Setuju 51 85.0 %
Kurang setuju 0 0
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa9 atau 15.0 % pedagang
menjawab sangat setuju dan 51 atau 85.0 % menjawab setuju.
3) Tidak boleh bersumpah atas nama Allah dalam menawarkan barang.
Tabel 4.22
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 35 58.3 %
Setuju 25 41.7 %
Kurang setuju 0 0
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa 35 atau 58.3 % pedagang
menjawab sangat setuju dan 25 atau 85.04.7 % menjawab setuju.
66
4) Jual beli dilakukan atas dasar suka sama suka
Tabel 4.23
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 16 26.7 %
Setuju 44 73.3 %
Kurang setuju 0 0
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa 16 atau 26.7 % pedagang
menjawab sangat setuju dan 44 atau 73.3 % menjawab setuju.
Tabel dari kuesioner keseluruhan yang ada dari pernyataan-pernyataan di
atas tersebut :
Tabel 4.24
Jawaban rsponden berdasarkan indikator kebajikan
Alternative
jawaban
Pernyataan
Jumlah Persentase
(100%) 1 2 3 4
Sangatsetuju 13 9 35 16 73 30.4 %
Setuju 47 51 25 44 167 69.6 %
Kurang setuju 0 0 0 0 0 0
Tidak setuju 0 0 0 0 0 0
67
Sangat tidak setuju 0 0 0 0 0 0
Jumlah 60 60 60 60 240 100 %
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Pada indikator kebajikan alternative jawaban setuju merupakan jawaban
yang banyak diberikan oleh pedagang yaiyu sebesar 167 atau 69.6 % dan.
Sedangkan 73 atau 30.4 % pedagang memilih sangat setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa penerapan indicator kebajikan pada transaksi
jual beli di pasar karisa jika dilihat dari segi jawaban pedagang cukup baik karena
pedagang dalam menawarkan barang ke pembeli dalam bersikap cukup baik dan
juga mereka berfikir sebelum melakukan sumpah karena sbenarnya sumpah tidak
baik dilakukan mengatas namakan allah dalam urusan manusia. Sedangkanjual
beli atas dasar suka sama suka itu juga sangat diperlukan dalam jual beli Karena
pembeli yang memiliki hak juga dalam memilih barang yang dia suka. Jual beli
atas dasar suka sama suka ini dijelaskan dalam QS An-nisa ayat seagai berikut :
An-Nisa ayat 29 sebagai berikut :
تجار ذ ع تن باىباطو ل أ ن ب اىن ا ل تؤميا أ آ ا أا اىذ
ا ذ ر بن ما فظن ل تقتيا أ ن تزاضة
Terjemahan :
“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali degan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
allah adalah maha penyayang kepadamu”.47
47
Ibid, h.83
68
Ayat di atas menjelaskan bahwa berniagalah sesuai dengan syariat Islam
jangan mengambil harta sesamamu dengan cara yang batil atau tidak benar dan
janganlah kamu melakukan sesuatu yang bisa mencelakai dirimu sendiri. Dan
aturan main perdagangan Islam melarang adanya penipuan diantara kedua belah
pihak yakni penjual dan pembeli harus ridha dan sepakat serta harus atas dasar
suka sama suka dan melaksanakan berbagai etika yang harus dilakukan oleh para
pedagang muslim dalam melaksanakan jual beli dengan menggunakan dan
mematuhi etika perdagangan Islam.
Berdasarkan dari hasil kuesioner yang diperoleh dari para pedagang di pasar
karisa kabupaten jeneponto jika dilihat dari ke-lima indikator etika bisnis islam
yang dijadikan sebagai tolak ukur penerapan etika bisnis Islam di Pasar Karisa
belum diterapkan dengan baik oleh para pedagang terutama pada prinsip tauhid,
kejujuran dan keadilanbelum diterapkan dengan baik. Hal ini terlihat jawaban para
pedagang dan berdasarkan hasil observasi yang peneliti dapat, masih banyak para
pedagang yang menawarkan barang dagangan dengan harga yang berbeda kepada
para pembeli, dan para pedagang sungkan untuk menjelaskan harga yang
sesungguhnya kepada para pembeli danada juga pedagang yang menawarkan
barang dengan cara menyembunyikan cacat yang terdapat pada barang jualannya,
selain itu pedagang di Pasar Karisa Jeneponto belum menerapkan sifat kejujuran
dalam melakukan transaksi jual beli baik dari segi hal menawarkan barang
maupun dalam hal takaran dan timbangan. Sedangkan dalam Islam transaksi jual
beli yang dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh
agama Islam yang bernilai ibadah.
69
Dengan jual beli selain mendapatkan ketentuan-ketentuan material guna
memenuhi kebutuhan ekonomi seseorang juga sekaligus dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Dalam hal ini, hokum dan aturan jual beli dalam islam
menjadi hal yang sangat diprioritaskan. Hal tersebut dikarenakan jika akad jual
belinya tidak sesuai dengan tata aturan yang diterapkanoleh syariat, maka dapat
dipastikan akad jual beli yang berlansung tidak biasa di anggap sah. Jika demikian
keadaannya, maka akan terjadi kedzaliman terhadap pihak lain yang saling
melakukan transaksi, padahal islam senantiasa mengaur umatnya agar hidup
berdampingan, dan tidak saling merugikan.
Menurut Muhammad Djakfar, etika bisnis Islam adalah norma-norma etika
yang berbasiskan Al-Quran dan Hadist yang dijadikan acuan oleh siapapun dalam
aktivitas bisnis. Dengan kata lain sebagaimana etika bisnis yang berbasis kitab
suci dan sunah Rasulullah SAW. Sebagaimana halnya etika bisnis modern, tidak
cukup dilihat secara partialistik semata. Tetapi, perlu dilihat juga dalam fungsinya
secara utuh (holistik).
Dari pendapat Muhammad Djakfar yang dikemukakan di atas dengan hasil
yang saya dapatkan itu belum sesuai dengan apa yang secara teori di sampaikan
oleh para ahli. Etika yang berbasis Al-Quran dan Hadist belum diterapkan dengan
baik oleh para pedagang sebabmasih banyak yang melanggar etika bisnis Islam.
Sedangkan agama dan praktiknya itu harus berkorelasi dan tidak dapat di pisahkan
serta harus memiliki dasar yang kuat untuk melakukan transaksi. Islam
mengajarkan kita banyak hal terutama dalam kebaikan dan kesopanan. Islam
memberikan jaminan kepada para pedagang yang berlaku jujur dalam berdagang
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
data ditarik beberapa kesimpulan dari analisis penelitian penerapan etika bisnis
islam dalam transaksi jual beli di pasar Karisa Kabupaten Jeneponto sebagai
berikut :
1. Penerapan etika bisnis secara umum yang dilihat dari hasil obsevasi dan
wawancara belum diterapkan karena dengan berbagai alasan yang dilontarkan
oleh pedagang salah satunya banyak pembeli yang tidak mengerti ketika
menawar barang dengan harga yang sangat murah yang membuat pedagang
rugi.Berdasarkan hasil observasi yang peneliti dapat, masih ada beberapa
pedagang yang ketika menjual barang dia menyembunyikan cacat barang yang
dia jual jika barang yang dia jual cacatnya tidak terlalu kentara dan tidak
disadari pembeli dan ada juga pedagang yangkurang sadar akan dirinya sebaga
hamba dimana kita mendapatkan rezeki yang cukup untuk kita selalu berbagi
dengan orang lain disini kesadaran peran pedagang yang kurang.
2. Berdasarkan hasil kuesioner yang diperoleh dari para pedagang di Pasar karisa
jika ditinjau dari ke-limaindikator etika bisnis Islam yang dijadikan tolak ukur,
penerapan etika bisnis Islam di Pasar Karisa belum diterapkan dengan baik
oleh para pedagang terdapat pada indikator tauhid karena terlihat ada beberapa
pedagang yang menjawab kurang setuju begitupun dengan indikator kejujuran
masih ada pedagang yang menjawab kurang setuju sedangkan indikator
71
kehendak bebas dan kebajikan itu sudah diterapkan dengan baik. Pada
indikator keadilan juga belum diterapkan dengan baik dalam Hal ini terlihat
dari jawaban para pedagang dan berdasarkan hasil observasi yang peneliti
dapat, masih ada para pedagang yang menawarkan barang dagangan dengan
harga yang berbeda kepada para pembeli, selain itu pedagang di Pasar karisa
belum menerapkan sifat kejujuran dalam melakukan transaksi jual beli baik
dari segi hal menawarkan barang maupun jujur dalam menjelaskan kualitas
dan cacat barang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan kepada
pedagang Pasar Karisayaitu Pedagang Pasar Karisa diharapkan untuk selalu
bersikap baik dalam setiap transaksi apapun, tidak memaksa pembeli untuk
membeli barang dagangan yang dijual, bersikap adil kepada semua pembeli,
dan pedagang perlu meningkatkan sifat kejujuran baik dalam hal takaran dan
timbangan serta mengatakan yang sejujurnya tentang kekurangan dan
kelebihan barang dagangan yang dijual agar dapat di jalankan dan bertahan
lama dan pembeli dapat menaruh kepercayaan kepada pedagang.
72
DAFTAR PUSTAKA
Afzahurrahman, 1997. Muhammad Sebagai Pedagang, Jakarta: Yayasan Swarna
Bhumy.
Azwar Saifuddin, 2007. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arijanto, Agus, 2011. Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis. Jakarta utara: Rajawali
Pers.
Arifin, Johan, 2009. Etika Bisnis Islam. Semarang: Walisongo Pres.
Arianty, Nel, 2013. Analisis Perbedaan Pasar Modern dan Pasar Tradisional
Ditinjau Dari Strategi Tata Letak ( Lay Out ) Dan Kualitas Pelayanan
Untuk Meningkatkan Posisi Tawar Pasar Tradisional,Jurnal Manajemen
dan Bisnis.
Badroen, Faisal, 2006. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Prenada Media Group.
Bungin, M. Burhan, 2007. Penelitian Kualitatif,Ekonomi,Kebijakan Publik dan
Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana.
Daud, Ali, 1991. Asas-asas Hukum Islam, Jakarta: Rajawali Pres.
Departemen, Agama RI.Al-Quran dan Terjemahannya.
Erni R, Ernawan, 2011. Busines Etihics. Bandung: Alfabeta.
Hasan, Muhammad Ali, 2004. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. Jakarta:
PT Raja Gravindo.
Haroen, Nasrun,2000. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Kasmir, 2013. Kewirausahaan. Jakarta: Raja Gravindo Persada.
Keraf, Sonny, 1998. Etika Bisnis. Yogyakarta: Kamisius.
Latif,Azharuddin, 2015. Fikih Muamalah. Jakarta: UIN Jakarta Pres.
Muslich, 2004. Etika Bisnis Islam. Jakarta: Ekonosia.
Mursidah, Umi, 2017. Penerapan Etika Bisnis Dalam Transaksi Jual Beli Di
Pasar Tradisional (Studi Pasar Betung Kecamatan Sekincau Kabupaten
Lampung Barat) Skripsi Universitas Raden Intan Lampung.
73
Muchlich, Ahmad Wardi, 2005. Fikih Muamalah. Jakarta: Azzam.
Muhajidin, Akhmad, 2005. Etika Bisnis Dalam Islam “ Analisis Terhadap Aspek
Moral Perilaku Pasar, Jurnal Hukum Islam.
M. Mursid, 2014. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Naqvi, Syed Nawad Haider, 2003. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nur Zaroni, Ahmad, 2007. Bisnis Dalam Perspekyif Islam ( telah aspek
keagamaan dalam kehidupan ekonomi), Mazahib,Vol.IV,No.2,Desember.
Nafik, Muhammad2010. Bursa Efek Dan Investasi Syariah. Jakarta: PT Serambi
Ilmu.
Suharsimi, Airkunto, 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta.
Syafril, 2004. Ekonomi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sujarweni, V. Wiranta, 2019. Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Pustakabarupres.
Suhendi, Hendi, 2008. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D) Bandung: Alfabeta.
Umar, Husain.2001.Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis, Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada
Republik Indonesia, 2002. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 th. 2012, bab
ll pasar Yusanto, Muhammad Ismail, Menggagas Bisnis Islam. Jakarta :
Gema Insani.
..
RIWAYAT HIDUP
RINAWATI,Lahir di jeneponto tanggal 02 juni 1996. Putri
kedua dari pasangan H.Baso dan Hj.Tija. Penulis
menyelesaikan jenjang pendidikannya di SD No.77 Goyang
tepatnya di Jeneponto Sulawesi Selatan pada tahun 2009.
Peneliti melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama
di Mts Nurul Iman Tarowang dan tamat tahun 2012. Setelah itu peneliti
melanjutkan sekolah menengah atas di Smk Alif Syawal Bulukumba dan tamat
pada tahun 2015. Kemudian pada tahun 2016 baru penulis melanjutkan
pendidikan di Perguruan Tinggi Swasta Universitas Muhammadiyah
Makassarfakultas Agama Islam program studi Hukum Ekonomi Syariah. Selama
menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasidi HMJ HES periode 2018-
2019 sebagai anggota bidang sosial ekonomi.
Atas ridho Allah SWT dan kerja keras,pengorbanan serta kesabaran pada tahun
2020 penulis mengakhiri masa perkuliahan S1 dengan judul : “ Analisis
Penerapan Etika bisnis Islam Dalam Transaksi Jual Beli Di Pasar
Tradisional Karisa Jeneponto”.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner
KUESIONER ANALISISI PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM DAAM
TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL KARISA
JENEPONTO
Identitas Pedagang
Nomor Kuesioner : (diisi oleh penyebar kuesioner)
Nama Lengkap :
Umur :
Jenis Usaha :
Jenis Kelamin : L/ P
Lamanya berdagang :
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Berikan respon anda sebenar-benarnya untuk setiap indikator yang ada
pada kolom sebelah kiri dengan memberikan tanda centang () pada salah satu
angka yang tersedia pada kolom alternatif jawaban.
Keterangan pilihan jawaban :
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Netral (N)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
No
Daftar Pernyataan
Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
STS TS N S SS
Tauhid
1 Dalam berdagang selalu memperhtikan
kehalalannya dan terhindar dari riba
2 Ketika mendapatkan rezeki yang lebih
menyisihkan untuk disedekahkan
3 tidak bersikap serakah dan menimbun
barang
Kejujuran
4 Jujur dalam menakar dan menimbang
5 Dalam menawarkan barang menjelaskan
baik buruknya maupun cacat atau tidak
barang dagangan
6 Jujur dalam menjelaskan modal maupun
keuntungan yang didapatkan
7 tidak menyembunyikan cacat barang dan
kekurangan barang
Keadilan
8 Dalam berdgang memberikan harga yang
sama ke semua pembeli
9 Dalam berdagang tidak membedakan
pembeli dari segi penampilan
Kehendak bebas
10 Dalam menawarkan barang tidak boleh
memaksa pembeli untuk membeli barang
dagangan
11 Membiarkan pedagang lain menjual barang
yang sama dan bersaing secara sehat
Kebajikan
12 Dalam menawarkn dagangan tidak
menjelek-jelekkkan pedagang lain
13 Sikap dalam menawarkan barang harus
sopan, ramah dan atas dasar suka sama
suka
14 Tidak bleh bersumpah atas nama Allah
dalam menawarkan barang
15 Jual beli yang dilakukan atas dasar suka
sama suka
Lampiran 2 : Olah Data
P1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
KS 1 1.7 1.7 1.7
S 41 68.3 68.3 70.0
SS 18 30.0 30.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
P2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
KS 3 5.0 5.0 5.0
S 33 55.0 55.0 60.0
SS 24 40.0 40.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
P3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
KS 1 1.7 1.7 1.7
S 52 86.7 86.7 88.3
SS 7 11.7 11.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
P4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
S 30 50.0 50.0 50.0
SS 30 50.0 50.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
P5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
TS 2 3.3 3.3 3.3
KS 3 5.0 5.0 8.3
S 44 73.3 73.3 81.7
SS 11 18.3 18.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
P6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
TS 2 3.3 3.3 3.3
KS 2 3.3 3.3 6.7
S 46 76.7 76.7 83.3
SS 10 16.7 16.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
P7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
TS 1 1.7 1.7 1.7
KS 3 5.0 5.0 6.7
S 52 86.7 86.7 93.3
SS 4 6.7 6.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
P8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
TS 1 1.7 1.7 1.7
KS 2 3.3 3.3 5.0
S 53 88.3 88.3 93.3
SS 4 6.7 6.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
P9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
KS 1 1.7 1.7 1.7
S 46 76.7 76.7 78.3
SS 13 21.7 21.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
P10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
S 51 85.0 85.0 85.0
SS 9 15.0 15.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
P11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
S 48 80.0 80.0 80.0
SS 12 20.0 20.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
P12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
S 47 78.3 78.3 78.3
SS 13 21.7 21.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
P13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
S 51 85.0 85.0 85.0
SS 9 15.0 15.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
P14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
S 25 41.7 41.7 41.7
SS 35 58.3 58.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
P15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
S 44 73.3 73.3 73.3
SS 16 26.7 26.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Lampiran 3 : Dokumentasi
Lampiran 4 : Surat-Surat Izin Meneliti
Top Related