1
ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS
KOTORAN DOMBA PADA KELOMPOK TERNAK
TEGUH MANDIRI DESA NAGRAK BOGOR
RADEN YUNADIE ADLIE
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
2
3
ABSTRAK
RADEN YUNADIE ADLIE. Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas
Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor.
Dibimbing oleh SUHARNO
Peningkatan peternakan juga diikuti oleh limbah peternakan yang ikut
meningkat. Unit pengolahan biogas merupakan alternatif yang tepat dalam
menanggulangi permasalahan limbah ternak. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis kelayakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri dalam perencanaan
pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba. Analisis tersebut meliputi aspek
nonfinansial dan finansial serta tingkat kepekaan unit bisnis. Hasil penelitian
menyimpulkan aspek nonfinansial pendirian unit pengolahan biogas ini sudah
terpenuhi. Kelayakan pendirian unit pengolahan biogas dari aspek finansial
ditunjukan dari nilai NPV sebesar Rp.209.416.798, Net B/C 2,31, IRR 26.41%
dan Payback periode 4,303 tahun. Hasil uji kepekaan unit pengolahan biogas
masih dapat bertahan atas penurunan input sebesar 29,447517%, penurunan harga
jual sebesar 25,9038328% dan kenaikan biaya variabel sebesar 215,257202%
Kata kunci : Kelayakan, Pendirian Unit Pengolahan Biogas
ABSTRACT
RADEN YUNADIE ADLIE. Analysis Feasibility of Establishment Biogas
Unit Sheep Waste Plant at Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor.
Supervised by SUHARNO
Increased livestock followed also increased by the livestock waste. Biogas
fecal waste treatment plant is a right alternative to solves livestock waste
problems. The purpose of this research is to analyze the feasibility of Kelompok
Ternak Teguh Mandiri in planning the establishment of biogas processing unit
sheep waste. The analysis includes financial and non-financial aspects and also
the sensitivity of strengthness biogas treatment unit. The results of the study
concluded non-financial feasibility has been fullfilled. Financial aspect feasibility
are shown by NPV Rp.209.416.798, Net B/C 2,31, IRR 26.41% and Payback
periode 4,303 years. Sensitivity test shown that biogas plant unit ability of
decreasing rate of input unit is 29,447517%, decreasimg rate of wholesale price
is 25,9038328% and increasing rate of variable cost as 215,257202%
Keyword: Feasible, Establishment of Biogas Processing
4
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul "Analisis
Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh
Mandiri Desa Nagrak Bogor" adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Raden Yunadie Adlie
H34104010
5
ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS
KOTORAN DOMBA PADA KELOMPOK TERNAK
TEGUH MANDIRI DESA NAGRAK BOGOR
RADEN YUNADIE ADLIE
Skripsi Ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
6
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba
pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor
Nama : Raden Yunadie Adlie
Nim : H34104010
Disetujui oleh
Dr Ir Suharno, MADev
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
p
Judul Skripsi : Pengembangan Karir Karyawan Berbasis Kompetensi pada PT Telekomunikasi Selular
Nama : Raden Tommy Suryatmadi Kesowo NIM : H24097095
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. I . Anggraini Sukmawati, MM Deddy Cabyadi Sutarman, STP, MM. NIP 196710201994032001 NIP 19791007200910 1001
Mengetahui
Ketua Departemen Manajemen
Tanggal Lulus : 1 2 MAR 2014
7
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul "Analisis Kelayakan
Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Desa Nagrak Bogor". Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
lulus dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suharno, MADev
selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Penghargaan tidak lupa
penulis sampaikan kepada Bapak H Tatang Muchtar selaku ketua Kelompok
Ternak Teguh Mandiri, yang telah memberikan keluangan penulis untuk
melakukan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Abah
dan Mamah, serta seluruh pihak atas dukungan, doa dan bantuan yang penulis
terima.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Raden Yunadie Adlie
8
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 7
Kelayakan Usaha Pertanian 7
Aspek Non Finansial 7
Aspek Finansial 8
Teknik Memperkirakan Risiko 9
KERANGKA PEMIKIRAN 10
Kerangka Pemikiran Teoritis 10
Studi Kelayakan Proyek 10
Teori Biaya dan Manfaat 12
Analsis Kelayakan Investasi 12
Analisis Finansial 13
Analisis Sensitivitas 14
Kerangka Pemikiran Operasional 14
METODE PENELITIAN 17
Lokasi dan Waktu Penelitian 17
Jenis dan Sumber Data 17
Metode Pengumpulan Data 17
Metode Analisis Data 18
Analisis Non Finansial 18
Analisis Finansial 20
Analisis Sensitivitas 22
Analisa Laporan Laba Rugi 22
Asumsi Dasar 23
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24
Gambaran Umum Desa Nagrak 24
Sejarah dan Perkembangan 25
Kegiatan Produksi Unit Penggemukan Domba Kurban 26
Organisasi dan Manajemen Perusahaan 26
Pemasaran 28
Bauran Pemasaran 28
HASIL ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS 29
Analisis Kelayakan Nonfinansial 30
Aspek Pasar dan Pemasaran 30
Aspek Teknis 34
Aspek Organisasi dan Manajemen 45
Aspek Hukum dan Perizinan 46
i
9
Aspek Sosial 46
Analisis Kelayakan Finansial 48
Rencana Investasi 48
Rencana Pendanaan (Budgeting) 49
Proyeksi Analisis Aliran Kas 51
Hasil Analisis Kelayakan Investasi 52
Analisis Switching Value 53
SIMPULAN DAN SARAN 54
Simpulan 54
Saran 55
DAFTAR PUSTAKA 56
LAMPIRAN 60
RIWAYAT HIDUP 77
DAFTAR TABEL
1 Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2011-2012 2
2 Daftar Harga Bahan Baku Investasi Pembuatan Tabung Digester Biogas 50
3 Kriteria Kelayakan Unit Usaha Pengolahan Limbah 52
4 Nilai Switching Value Pada Beberapa Kondisi Usaha 53
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Operasional 16
2 Hubungan Antara NPV dan IRR 20
3 Struktur Organisasi Kelompok Ternak Teguh Mandiri 27
4. Saluran Pemasaran Kelompok Ternak Teguh Mandiri 29
5 Pemasaran Biogas Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri 33
6 Pemasaran Pupuk Organik Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri 33
7 Susunan Kandungan Biogas Kotoran Domba 34
8 Tabung Digester Continuous feeding (tetap) 36
9 Konstruksi Tabung Digester 37
10 Tataletak Konstruksi Unit Pengolahan Biogas Kotoran Domba 38
11 Skema Bangunan Pelindung Unit Instalasi Biogas 38
12 Flowchart Proses Pembentukan Biogas 41
13 Pengadukan Bahan Pengisi 42
14 Penyaringan Bahan Pengisi 42
15 Katalis Penangkap Uap Air 43
16 Rangkaian Proses Produksi Biogas 44
ii
10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Siklus Produksi Biogas pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri 61
2 Biaya Investasi dan Penyusutan Unit Pengolahan Biogas 62
3 Biaya operasional Unit Pengolahan Biogas Tahun Pertama 63
4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64
5 Dasar proyeksi perkembangan Unit Pengolahan Biogas 5% pertahun 65
6 Arus Kas (cash flow) Unit Pengolahan Biogas 66
7 Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Input Kotoran
Domba Unit Pengolahan Biogas 68 8 Arus Kas (cash flow) Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Unit
Pengolahan Biogas 70 9 Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Harga POP dan Biogas Unit Pengolahan Biogas 72
10 Percobaan Produksi Biogas pada Galon 74
11 Kandang Domba Pejantan 74
12 Kandang Domba Betina 74
13 Kegiatan Turun Lapang 75
14 Proses Penampungan Biogas 75
15 Kompor Biogas 76
16 Karung Pelastik Transparan 50Kg 76
iii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menghasilkan
pangan berupa protein hewani seperti daging, susu dan telur. Perkembangan
peternakan sangat dipengaruhi oleh permintaan akan protein hewani tersebut.
Menurut Susilorini (2008), faktor yang mendukung dunia peternakan agar selalu
berkelanjutan, yaitu kebutuhan pangan yang meningkat sejalan dengan dengan
pertumbuhan populasi manusia, serta produk pangan dari ternak mempunyai nilai
gizi yang berkualitas. Hal ini menyebabkan produk peternakan berbeda dari
produk pangan hortikultura, produk peternakan tidak digerakkan oleh supply
driven, melainkan consumers driven. Penyerapan protein hewani di Indonesia
yang terus meningkat seiring kesadaran masyarakat akan perlunya makanan
bergizi merupakan salah satu faktor berkembangnya usaha peternakan di
Indonesia. Dirjen Peternakan menyebutkan bahwa tingkat permintaan produk
peternakan masih di dominasi oleh kota-kota besar. Konsumsi daging nasional
tahun 2012 sebesar 1,76 Kg perkapita pertahun didominasi oleh Jakarta 23,3%
dan Bandung sebesar 12,1%, serta beberapa kota besar lainnya seperti Surabaya,
Bali, Makasar, dan Medan. Ketidak merataan konsumsi perkapita produk
peternakan ini menjadikan kota-kota besar memerlukan suplay produk yang lebih
banyak dibandingkan di daerah, sedangkan kantung-kantung produksi peternakan
biasanya berada di daerah dan pinggiran kota. Maka dari itu, peternakan yang
berdekatan dengan kota besar memiliki peluang lebih baik untuk memenuhi
kebutuhan permintaan produk protein hewani.
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang berbatasan langsung dengan
Ibu Kota negara memiliki peluang besar dalam memenuhi kebutuhan produk
peternakan. Akses transportasi yang baik serta ketersediaan sarana dan prasarana
peternakan yang lebih mudah dijangkau, akan mempermudah usaha peternakan
untuk dapat berkembang. Badan Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2013
menyebutkan, perekonomian negeri Pasundan awal tahun 2013 ini tumbuh
sebesar 5,94% dari triwulan IV 2012. Berdasarkan harga berlaku pada triwulan
pertama 2013, dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat
senilai 247,8 triliun rupiah, sektor pertanian berkontribusi sebesar 31,23 triliun
atau 12,60% menempatkan sektor Pertanian pada peringkat ke tiga penyumbang
PDRB setelah Industri pengolahan, Perdagangan dan Pariwisata. Nilai yang
diperoleh sektor pertanian tersebut tidak lepas dari subsektor Peternakan yang
terus berkembang. Subsektor peternakan berkontribusi sebesar 13,39%, atau
menempati posisi ke dua setelah subsektor pertanian tanaman bahan makanan.
Hal tersebut jelas menunjukkan kekuatan peternakan yang dimiliki Jawa Barat
dapat terus berkembang.
Perkembangan peternakan di Jawa Barat saat ini dapat terlihat dari jumlah
populasi ternak yang terus meiningkat. Data Kementrian Pertanian tahun 2012
menyebutkan bahwa peningkatan populasi ternak di Jawa Barat cukup dinamis.
Populasi hewan ternak dari tahun 2011 ke tahun 2012 hampir seluruhnya
mengalami peningkatan, hanya kerbau, kuda dan ayam buras yang jumlahnya
2
sedikit menurun. Peningkatan populasi hewan ternak ini dapat dilihat pada tabel 1
berikut
Tabel 1. Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2011-2012 (ribu ekor)
No Jenis 2011 2012 Trend (%)
1 sapi Perah 140 148 5.405405
2 Sapi Potong 423 441.4 4.168555
3 Kerbau 130.2 128.8 -1.08696
4 Kuda 14.1 13.7 -2.91971
5 Kambing 2016.9 2253.4 10.49525
6 Domba 7041.4 7832.5 10.10022
7 Babi 9.8 11.3 13.27434
8 Ayam Buras 27396.4 27304.7 -0.33584
9 Ayam Petelur 11930.5 12079.2 1.231042
10 Ayam Broiler 583263.4 664210.5 12.18696
11 Itik Manila 9310.7 10230.2 8.988094
Sumber: Departemen Pertanian, 2013
Perkembangan peternakan di Jawa Barat selain dikarenakan jumlah populasi
ternak yang terus meningkat, Jawa Barat juga memiliki beberapa kota dan
kabupaten penyerap produk perternakan. Jawa Barat terdiri dari 26 Kabupaten dan
Kota serta berbatasan langsung dengan Provinsi Banten, Jakarta dan Jawa Tengah
menjadikan peternakan di Jawa Barat sangat strategis dan berdekatan dengan
kota-kota besar. Kabupaten Bogor sebagai salah satu Kabupaten dengan
Pendapatan Asli Daerah terbesar ke dua di Jawa Barat setelah Bekasi, memiliki
lokasi yang sangat strategis. Letak Bogor yang berdekatan dengan kota-kota besar
seperti Jakarta, Depok, Sukabumi, Tangerang Selatan, Cianjur dan Bandung
merupakan keunggulan tersendiri dibandingkan daerah lain.
Perkembangan perekonomian serta pertumbuhan penduduk yang sangat
pesat menjadikan Bogor sebagai Kabupaten berkembang terbaik se-Jawa Barat
tahun 2012. Perkembangan Kabupaten Bogor turut dibantu dengan keberadaan
peternakan dari skala rumah tangga sampai tingkat industri. Peternakan yang
berdekatan dengan kota besar seperti Bogor, diibaratkan seperti dua mata koin
yang berbeda, di satu sisi peternakan tersebut memiliki banyak peluang pasar
dengan jalur distribusi dan tataniaga pemasaran yang singkat, disisi lain selalu
memiliki kendala lahan yang sempit yang berbenturan dengan pemukiman warga,
polusi udara dan pencemaran lingkungan yang dapat terjadi disebabkan limbah
kotoran yang dihasilkan.
Peternakan di Kabupaten Bogor meliputi berbagai macam bidang usaha.
Salah satu bidang usaha peternakan yang saat ini berkembang adalah Peternakan
Domba. Peranannya yang besar dalam memenuhi kebutuhan pangan protein
hewani serta pangsa pasar yang luas menjadikan peternakan domba sebagai
usahaternak yang sangat diminati. Berbasis pemanfaatan sumberdaya lokal,
pemeliharaan yang sederhana dengan modal yang relatif kecil, serta dapat
mewujudkan masyarakat yang produktif, menjadikan usaha ternak Domba banyak
berkembang di Kabupaten Bogor, karena dapat memenuhi karakter usaha
peternakan rumah tangga. Peternakan domba, selain menghasilkan produk utama
3
berupa daging, juga menghasilkan produk sisa berupa limbah kotoran atau faeces
yang bercampur dengan urine serta sisa-sisa pakan yang terbuang. Limbah
tersebut jika tidak ditangani dengan baik dan benar dapat berdampak buruk
terhadap lingkungan, baik air, udara, maupun tanah di sekitarnya.
Limbah sisa usaha ternak domba yang didominasi oleh Faeces,Urine dan
sisa pakan, sebagian besar hanya dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Proses
pengolahan limbah kotoran ternak domba menjadi pupuk kandang hanya melalui
proses permentasi sederhana dengan sistem Bokashi. Pengolahan sistem bokashi
tidak dapat memanfaatkan urine sebagai pupuk cair, urine yang dihasilkan usaha
ternak domba kebanyakan dibuang dan diserap tanah atau ikut terbuang ke aliran
pembuangan, sehingga lingkungan tidak sepenuhnya terhindari dari polusi yang
dihasilkan limbah kotoran usaha ternak domba. Salah satu alternatif penanganan
limbah yang dapat memberikan nilai tambah yang bermanfaat khususnya bagi
peternak dan umumnya bagi lingkungan sekitar adalah dengan mengolah limbah
kotoran ternak tersebut menjadi biogas. Pengolahan limbah kotoran ternak melalui
proses biogas dapat dilaksanakan melalui pendirian instalasi unit produksi biogas.
Biogas merupakan gas metan yang berguna sebagai energi alternatif.
Sifatnya yang mudah terbakar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas
untuk memasak, sumber listrik serta menjadi bahan bakar mesin penggerak
berbahan bakar gas. Perkembangan peternakan domba yang diiringi dengan
peningkatan pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas tetentunya akan
mampu mengatasi masalah krisis energi. Krisis energi dan menipisnya cadangan
minyak bumi saat ini menjadi ancaman dan ketakutan dunia. Proses pembentukan
minyak bumi yang membutuhkan waktu berjuta-juta tahun, berbanding terbalik
dengan proses pemakaiannya. Konsumsi minyak bumi Indonesia menurut data
Statistical Review Of World Energy 2013 mencapai 1,56 juta barel per hari,
menempati posisi 14 dunia di bawah Perancis. Indonesia meskipun merupakan
salah satu negara penghasil minyak dan gas bumi, namun berkurangnya cadangan
minyak, penghapusan subsidi, kelangkaan distribusi, menyebabkan harga minyak
naik dan kualitas lingkungan menurun akibat gas buang hasil pembakaran minyak
bumi. Keadaan ini bila terus berlanjut, akan menjadikan krisis sumber energi
berkepanjangan di Indonesia.
Solusi terbaik dalam memperbaiki masalah krisis energi adalah
mengembangkan dan memanfaatkan sumber energi yang dapat diperbaharui dan
mampu dikembangkan di Indonesia seperti biogas. Sumber energi mempunyai
peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Menurut Widodo
et al, 2005, Energi diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan industri, jasa,
transportasi dan rumah tangga. Peran energi terbaharukan seperti biogas dalam
jangka panjang akan lebih berkembang, khususnya sebagai solusi alternatif
berkurangnya sumber energi fosil. Limbah kotoran ternak yang berlimpah serta
proses pengolahan limbah kotoran yang sederhana, menjadikan biogas sebagai
salah satu pengolahan limbah paling bermanfaat pada usaha ternak domba.
Data dari Departemen Peternakan menyebutkan, populasi hewan ternak
Domba di Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah populasi ternak domba dari tahun 2009 yang berjumlah
5.770.661 ekor menjadi 8.249.844 ekor pada tahun 2012. Peningkatan populasi
ternak tersebut menunjukan Jawa Barat sebagai sentra peternakan domba yang
berkembang, populasi domba di Kabupaten Bogor sendiri pada tahun 2010
4
berjumlah 280.798 ekor, sehingga kotoran atau limbah sisa peternakan domba
yang merupakan bahan baku utama pembuatan biogas dapat dipenuhi. Selain itu
sisa pengolahan limbah kotoran ternak melalui proses biogas tersebut masih dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang bernilai ekonomi tinggi.
Pupuk yang dihasilkan usaha ternak domba saat ini merupakan komoditas
input yang sangat diperlukan bagi pertanian dan perkebunan. Pasokan pupuk
kandang yang diproses secara bokashi secara langsung dapat diserap unsur hara
yang terkandung oleh tanaman, karena banyak mengandung Nitrogen (N), Fosfor
dan Kalium (K) serta berbagai zat hara bermanfaat yang dapat segera berbaur
dengan tanah dan menjadikannya gembur. Berbagai jenis tanaman pertanian
sangat membutuhkan pasokan pupuk kandang, seperti diketahui bahwa lahan
sawah Padi memerlukan 1-2 ton pupuk kandang per hektar setiap siklus
tanamnya. Tomat, kentang, cabe memerlukan 15 ton pupuk kandang per hektar,
serta tanaman perkebunan seperti Pepaya, kakao, karet, kelapa sawit, juga sangat
bergantung pada suplai pupuk kandang. Perkembangan trend atas kampanye
kembali ke alam dan hidup bebas residu kimia atau hidup organik, turut
meningkatkan permintaan atas pupuk kandang yang pada dasarnya merupakan
satu-satunya pupuk organik yang dapat dengan mudah didapat. Pertanian dan
perkebunan organik saat ini mulai banyak diminati oleh para Agribis, karena
pemasaran komoditi organik memiliki segmen pasar eksklusif dengan harga yang
sangat tinggi.
Kebutuhan pupuk kandang dari limbah usaha ternak domba tidak hanya
diminati oleh pertanian dan perkebunan, para hobbies tanaman hias dan dekorasi
taman yang sebagian besar penggelutnya adalah Ibu rumah tangga juga
merupakan pangsa pasar ekslusif bagi limbah usaha ternak ini. Banyak
permintaan di kota-kota besar terhadap pupuk kandang untuk pemeliharaan
tanaman hias di rumahnya. Kesulitan mendapatkan suplai pupuk kandang ini
menjadikan harga pupuk yang dijual di kota-kota besar naik berlipat ganda, hanya
dengan pengemasan yang bersih dan menarik, pupuk limbah usaha ternak domba
ini menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebuah nilai tambah positif lagi
bagi peternakan yang berdekatan dengan kota besar seperti peternakan domba di
Kabupaten Bogor ini.
Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
merupakan salah satu kawasan yang didalamnya terdapat sebuah usaha
peternakan domba. Usaha peternakan ini telah berjalan melampaui kurun waktu
empat tahun. Usaha ini memiliki nama Kelompok Ternak Teguh Mandiri.
Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah sebuah usaha rakyat yang bergerak
dalam bidang pembudidayaan dan pemggemukan domba. Usaha peternakan ini
termasuk dalam skala usaha menengah dengan populasi domba berjumlah 123
ekor. Jumlah ternak tersebut mampu menghasilkan limbah kotoran dan sisa
makanan kurang lebih 3 kwintal perhari. Bau yang dihasilkan dari limbah kotoran
tersebut sudah mulai mencemari kualitas udara di sekitar peternakan. Limbah
kotoran yang berlimpah dengan segala potensi yang dimiliki baik sumber daya
modal, sumber daya fisik maupun sumberdaya manusianya, Kelompok Ternak
Teguh Mandiri dinilai mampu dan perlu mendirikan unit bisnis pengolahan
limbah kotoran dan sisa pakan melalui proses biodigester guna mengurangi
masalah pencemaran kualitas udara sekaligus meningkatkan penerimaan usaha
yang secara langsung meningkatkan kesejahteraan kelompok ternak.
5
Rumusan Masalah
Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah usaha rakyat peternakan domba
yang bergerak di bidang budidaya dan penggemukan. Lokasi usaha yang
dijalankan berada di dekat pemukiman warga. Kebanyakan anggota kelompok
ternak ini memiliki mata pencaharian lain sebagai petani, sehingga usaha yang
dijalankan menerapkan sistem mix farming dengan memadukan pertanian dengan
peternakan domba guna memanfaatkan lahan yang dimiliki sekaligus untuk
memperoleh penerimaan lebih dari pemeliharaan. Jumlah penerimaan tersebut
akan berindikasi kepada kesejahteraan anggota, pengembangan usaha dan
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat di sekitar kelompok ternak.
Populasi hewan ternak di Kelompok ternak ini saat ini berjumlah 123 ekor,
terdiri dari 86 ekor domba jantan, dan 37 domba betina. Populasi tersebut dalam
sehari mampu menghasilkan limbah kotoran dan sisa pakan sekitar 369kg.
Limbah kotoran merupakan sisa dari proses pemeliharaan ternak domba dan
memiliki nilai tambah yang sangat menguntungkan jika dapat dikelola dengan
baik oleh kelompok ternak. Selain itu pengolahan limbah kotoran dimaksudkan
untuk dapat menjaga ekosistem di sekitar lokasi peternakan agar tidak tercemar
dan tentunya akan menambah penerimaan kelompok ternak.
Saat ini kelompok ternak tidak mengolah limbah secara terpadu, kelompok
ternak langsung menjual sisa limbah kotoran yang tidak terolah ke pengumpul
pupuk, atau digunakan untuk anggotanya yang bertani, apabila tidak terolah,
limbah kotoran dan sisa pakan ditampung sementara di tempat penampungan
limbah sampai ada pembeli pupuk kandang yang datang mengambil. Proses
penampungan ini yang sebenarnya menjadi permasalahan bagi kelompok ternak.
Bau yang tidak sedap serta kesan kotor yang ditimbulkan, membuat kelompok
ternak harus melakukan penyemprotan mikro organik pengurai dalam jangka
waktu tertentu, sampai pupuk kandang tersebut laku terjual.
Kelompok ternak dapat menigkatkan penerimaan pada sektor pengolahan
limbah, yaitu melalui pendirian unit bisnis pengolahan biogas kotoran domba.
Pada umumnya tujuan utama pembuatan instalasi biogas adalah untuk
memproduksi energi alternatif yang berguna sebagai pengganti bahan bakar
minyak dan kayu bakar. Hasil lain yang dapat diperoleh diantaranya pupuk
organik yang berguna untuk menyuburkan tanah, media pengembangan protein
sel tunggal dan penyediaan bahan pakan ternak. Secara tidak langsung instalasi
biogas dapat memberantas siklus penyakit dan parasit serta dapat melestarikan
lingkungan karena limbah yang termanfaatkan secara terpadu.
Perencanaan pendirian unit bisnis pengolahan biogas kotoran domba dapat
dimanfaatkan dengan cara memasarkan hasil produksi biogas kepada masyarakat
di sekitar lokasi peternakan. Sisa produksi biogas dapat dimanfaatkan kembali
sebagai pupuk organik dan dapat dijual kepada petani untuk meningkatkan
penerimaan kelompok ternak. Perencanaan pendirian unit bisnis ini diperkirakan
akan membutuhkan beberapa investasi baru berupa tabung biodigester, jalur
pengolahan limbah, jaringan pipa saluran gas methan serta unit pengemasan
pupuk. Proses rencana investasi yang akan dilakukan dalam mendirikan unit
usaha pengolahan limbah kotoran ini perlu perhitungan yang tepat, dalam
memastikan seberapa besar manfaat yang dihasilkan oleh Kelompok Ternak
Teguh Mandiri perlu dikaji melalui analisis studi kelayakan untuk mengetahui
6
seberapa besar manfaat (benefit) yang diperoleh Kelompok ternak. Studi
kelayakan usaha ini juga untuk memastikan bahwa kelompok ternak telah
memenuhi berbagai aspek kelayakan usaha yang akan dijalankan.
Berdasarkan uraian kondisi dan latar belakang tersebut, beberapa
permasalahan yang perlu diteliti antara lain:
1. Bagaimana kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di
Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek non finansial?
2. Bagaimana kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di
Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek finansial?
3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan pendirian unit
pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri
melalui analisis switching value?
Tujuan Penelitian
Rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, menghasilkan tujuan
dari penelitian ini berupa:
1. Menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di
Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek non finansial.
2. Menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di
Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek finansial.
3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan pendirian unit
pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri
melalui analisis switching value.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah berguna sebagai masukan
untuk menentukan kebijakan terkait dengan pengembangan unit pengolahan
biogas kotoran domba.
2. Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama masa
perkuliahan.
3. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai informasi dan bahan pembanding untuk
penelitian selanjutnya.
4. Bagi investor, sebagai informasi dan acuan dalam proses pengambilan
keputusan investasi untuk alokasi modal yang akan ditanamkan.
5. Bagi kreditor, pihak kreditor memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai
salah satu dasar dalam mengambil keputusan untuk memberikan kredit.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan membahas mengenai pendirian unit usaha pengolahan
biogas kotoran domba yang menghasilkan gas metan dan pupuk organik secara
komersil. Pendirian unit tersebut akan diusulkan untuk dapat direalisasikan pada
7
Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Kelompok ternak ini berada di Desa Nagrak,
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Pendirian unit pengolahan limbah pada
kelompok ternak ini diharapkan menjadi salah satu usaha pengembangan kegiatan
bisnis serta menghasilkan sumber energi alternatif bagi masyarakat sekitar.
Penelitian ini mengkaji kelayakan finansial unit pengolahan biogas kotoran
domba menggunakan alat ukur aruskas (cashflow), kemudian menganalisis unit
bisnis ini berdasarkan kriteria kelayakan investasi secara finansial berdasarkan
nilai bersih kini (Net Present Value), tingkat pengembalian Internal (Internal Rate
of Return), rasio manfaat biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio) dan waktu
pengembalian investasi (Payback Period), serta memprediksikan ketahanan unit
usaha dilihat dari menurunnya harga jual pupuk organik dengan menggunakan
analasis sensitivitas berdasarkan arus kas selama umur ekonomis yang
diperhitungkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelayakan Usaha Pertanian
Analisis kelayakan usaha merupakan tahap yang perlu dilakukan sebelum
memulai sebuah usaha. Seperti yang diungkapkan Harahap (2011), bahwa
sebelum melakukan usaha budidaya sapi perah perlu dilakukan terlebih dahulu
analisis kelayakan usaha. Analisis usaha tersebut berfungsi untuk mengetahui
tingkat kelayakan suatu model usaha yang akan atau sedang dijalankan, serta
mengetahui ketahanan terhadap perubahan kondisi usaha yang ekstrim. Penelitian
yang dilakukan oleh Irmawati (2013), Dewi (2010), Hermanto (2010) dan Putri
(2008), mengungkapkan bahwa aspek utama yang perlu diperhatikan dalam
melakukan analisis kelayakan suatu usaha terdiri dari dua aspek, yaitu aspek non
finansial dan aspek finansial.
Aspek Non Finansial
Aspek non finansial yang perlu dianalisis terdiri dari aspek pasar, aspek
teknis, aspek sosial dan aspek organisasi. Aspek aspek tersebut merupakan salah
satu indikator keberhasilan suatu bisnis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Siregar (2009) yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan
Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (studi
kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB) adalah, pada aspek pasar
UPP Darul Fallah memiliki peluang untuk memasarkan output susu murni dan
hasil pengolahan limbah ke berbagai pasar selain kepada masyarakat sekitar.
Berdasarkan aspek teknis, usaha ternak UPP Darul Fallah dan Fakultas peternakan
IPB sudah memenuhi syarat untuk menjadikan usaha ternak sapi perahnya sesuai
dengan pengelolaan yang benar, namun terkadang ada beberapa persyaratan untuk
menjaga kualitas susu yang tidak dilakukan seperti dalam pendistriubusian susu.
Pada aspek manajemen, struktur organisasi yang digunakan masih sangat
sederhana, namun proses produksi tetap dijalankan dengan baik. Selain itu, dari
aspek hukum usaha ternak ini sudah melengkapi berkas-berkas perijinan
usahanya, sehingga sejauh ini tidak ada hambatan dalam aspek hukum. Aspek
8
sosial lingkungan dari UPP Darul Fallah dan Fakultas Petrnakan IPB dalam
memprosuksi susu dan mengelola limbah sudah memperhatikan pemanfaatan
limbah dan ramah lingkungan, selain itu dengan adanya usaha ini dapat membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitar peternakan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011) yang
berjudul “Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi dengan Sapi Potong
pada Kondisi Risiko di Kelompok ternak Dewi Sri” adalah hasil analisis aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan
budaya, dan aspek lingkungan memperlihatkan bahwa kegiatan pengembangan
usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong layak untuk diusahakan. Aspek-
aspek tersebut telah memenuhi segala sesuatu dapat mendorong bisnis tersebut
berkembang seperti ketersediaan pasar, modal, manajemen yang terorganisir
dengan baik serta teknologi yang digunakan juga mendukung usaha tersebut.
Aspek Finansial
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009), Sumantri dan
Fariyanti (2011), salah satu aspek yang perlu dianalisis selanjutnya adalah dari
aspek finansial. Aspek tersebut merupakan indikator yang paling penting dan
yang paling menentukan keberhasilan suatu bisnis karena menyangkut dengan
arus kas, alokasi modal dan efisiensi biaya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Siregar (2009) mengenai aspek finansial UPP Darul Fallah dan Fakultas
Petrnakan IPBmemiliki model usaha yang layak untuk dijalankan. Berdasarkan
kriteria investasi, nilai NPV pada kondisi tanpa risiko menghasilkan nilai sebesar
Rp. 202.456.789,33. Hal tersebut menunjukan bahwa manfaat bersih atau
keuntungan yang diperoleh UPP Darul Fallah selama 10 tahun dengan tingkat
diskonto 5,7% sebesar Rp. 202.456.789,33. Nilai IRR yang diperoleh sebesar
26,13%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari invesatasi
yang ditanamkan pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar sebesar 26,13%,
usaha ternak UPP Darul Fallah tanpa kondisi risiko layak untuk dilakukan
investasi. Kriteria kelayakan investasi berikutnya yaitu Net B/C, berdasarkan
perhitungan nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar 1,74, berdasarkan kriteria
penilaian investasi apabila nilai Net B/C lebih dari satu (Net B/C (1,74) > 1) maka
usaha tersebut layak untuk dijalankan. Waktu pengembalian untuk investasi yang
dilakukan adalah lima tahun 0,9 bulan karena mengikuti asumsi dalam satu bulan
hanya ada 8,8 bulan. Waktu pengembalian tersebut lebih sedikit dari umur usaha
penggilingan padi Sinar Ginanjar, sehingga berdasarkan penilaian usaha ini layak
dijalankan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011)
mengenai aspek finansial adalah pengembangan usaha padi yang berintegrasi
dengan sapi potong pada kondisi normal layak untuk dijalankan dan
dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator kriteria investasi yang
menunjukkan nilai NPV mencapai Rp 511.329.761,71, IRR mencapai 19,8%, Net
B/C mencapai 1,24, dan payback period mencapai enam tahun dua bulan 16 hari.
Petani padi anggota Kelompok ternak Dewi Sri yang mengusahakan padi hanya
memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 510.347.200,43 selama umur bisnis, yakni
15 tahun. Jika petani anggota Kelompok ternak Dewi Sri ingin meningkatkan
pendapatannya, maka mereka dapat mengusahakan ternak sapi potong, biogas,
dan pupuk organik dalam pertanian terintegrasinya. Jika mereka melaksanakan
9
kegiatan usaha pertanian yang terintegrasi tersebut, maka total manfaat bersih
tambahan yang mereka terima adalah Rp 511.329.761,71 selama umur bisnis,
yakni 15 tahun dengan nilai investasi pada tahun pertama sebesar
Rp.3.055.458.750.
Teknik Memperkirakan Risiko
Penelitian yang dilakukan oleh Rosyid (2009), menggunakan teknik
memperkirakan risiko yaitu dengan motode Analisis switching value. Hasil dari
analisis switching value dengan pendekatan parameter penurunan harga susu dan
kenaikan biaya variabel yang dilakukan pada dua skenario. Skenario II (modal
sendiri) merupakan skenario yang paling sensitif terhadap parameter penurunan
harga dan peningkatan biaya variabel dibandingkan skenario I (modal sendiri dan
pinjaman), masing-masing nilai yang diperoleh skenario I sebesar 30,16% dan
55,43% sedangkan Skenario II sebesar 13,03% dan 18,52%.
Penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2010) dan Sumantri dan Fariyanti
(2011) menggunakan teknik memperkirakan risiko yaitu dengan analisis skenario.
Analisis tersebut menggunakan NPV yang diharapkan, Standard Deviation, dan
Coefficient Variation. Hasil penelitian dari Novianti terkait dengan analisis risiko
adalah Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berdasarkan hasil analisis pada
kondisi risiko layak untuk dijalankan. Pada risiko produksi, berdasarkan kriteria
investasi, nilai NPV yang diharapkan Usaha Penggilingan Padi mencapai
Rp.259.662.572, dengan nilai standar deviasi mencapai 388.618.762 dan koefisien
variasi sebesar 1,50. Sedangkan pada risiko harga, nilai NPV yang diharapkan
mencapai Rp.59.440.085, dengan standar deviasi sebesar 108.146.306 dan
menghasilkan nilai koefisien variasi sebesar 1,82. Berdasarkan kriteria penilaian
untuk mengukur tingkat risiko, semakin besar nilai NPV yang diharapkan maka
semakin kecil tingkat risiko yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa risiko
harga pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar memiliki tingkat risiko yang
lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko pada kondisi risiko produksi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011)
mengenai analisis skenario adalah Analisis kelayakan finansial pengembangan
usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong layak untuk diusahakan dengan
adanya risiko produksi dan harga output pada padi di Kelompok ternak Dewi Sri.
Di mana, pada kondisi pengembangan usaha padi yang berintegrasi dengan sapi
potong pada kondisi risiko usaha padi menunjukkan bahwa tingkat risiko yang
paling tinggi ada pada risiko produksi. NPV yang diharapkan merupakan suatu
nilai yang diharapkan oleh pelaku usaha dari suatu investasi yang ditanamkan
pada usaha tersebut.Semakin tinggi NPV, maka tingkat risiko yang dihadapi
semakin besar. NPV yang diharapkan dari kedua kondisi yang paling tinggi
adalah NPV yang diharapkan pada kondisi harga output, yaitu sebesar
Rp.699.615.002,53. Risiko yang paling berpengaruh terhadap kelayakan pada
usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong pada analisis skenario adalah
risiko produksi padi. Hal ini dikarenakan kegiatan usaha ternak baru berjalan satu
tahun dan belum menghasilkan manfaat atau keuntungan dari aspek finansial.
10
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Penalaran seorang peneliti terhadap pengetahuan, teori dan dalil yang
berhubungan dengan topik penelitian mutlak diperlukan. Pengetahuan dan
penalaran tersebut dipelajari dari ilmu-ilmu yang sebelumnya atau dari sumber-
sumber bacaan dan dari penelitian sebelumnya. Teori-teori yang digunakan dalam
penelitian dapat membantu peneliti dalam menjelaskan berbagai aspek dalam
mendukung penelitian yang dilakukan.
Studi Kelayakan Proyek
Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999)
proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber
untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit); atau suatu aktivitas yang
mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu
yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu
unit. Gitinger (1986) mendefinisikan proyek sebagai suatu kegiatan investasi yang
mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat
menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu.
Pengertian lainnya diungkapkan oleh Umar (2005), proyek adalah suatu usaha
yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta
penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan
dilaksanakan dalam suatu bauran produk yang sudah ada dengan
menginvestasikan sumber daya yang dapat dinilai secara independen.
Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat
memberikan manfaat atas investasi yang ditanamkan.Studi kelayakan proyek
menurut Umar (1999) ialah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu
proyek investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan kemampuan
suatu proyek menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan.
Husnan dan Suwarsono (2000) menyatakan studi kelayakan proyek adalah
penelitian tentang mampu atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan
berhasil. Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi proyek yang
dijalankan pihak yang membutuhkan studi kelayakan antara lain:
1. Investor
Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal dalam suatu
proyek akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut (tingkat
keuntungan yang diharapkan).
2. Kreditur (Bank)
Kreditur merupakan pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk
memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan
proyek.
3. Pemerintah
Pemerintah lebih berkepentingan dengan manfaat proyek bagi
perekonomian nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak yang
diberikan proyek tersebut.
11
Terdapat enam aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara lain aspek
teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial,
aspek finansial, dan aspek ekonomis (Kadariah et al, 1999). Gitinger (1986)
membagi aspek-aspek dalam analisis kelayakan mencakup aspek teknis, aspek
institusional-organisasional-manajerial, aspek sosial, aspek komersial, aspek
finansial dan aspek ekonomi. Umar (1999) membagi analisis kelayakan menjadi
aspek teknis, aspek pasar, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan
aspek finansial. Husnan dan suwarsono(2000) membagi aspek-aspek analisis
kelayakan ke dalam aspek pasar, aspek keuangan, aspek manajemen, aspek
hukum, aspek ekonomi dan sosial.Semua aspek tersebut perlu dipertimbangkan
bersama-sama untuk menentukan manfaat yang diperlukan dalam suatu investasi.
Gittinger (1986) menyatakan bahwa pada proyek pertanian ada enam aspek
yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu:
1. Aspek Pasar
Untuk memperoleh hasil pemasaran yang diinginkan, perusahaan harus
menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran
pemasaran.Yang dimaksud dengan bauran pemasaran adalah seperangkat
alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus mencapai tujuan
pemasarannya di pasar sasaran (Kotler, 2002). Analisis aspek pasar pada
studi kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga, program
pemasaran yang akan dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan
pemasaran hasil-hasil produksi. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek,
besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria
pemilihan mesin dan equipment, proses produksi serta ketepatan
penggunaan teknologi.
3. Aspek Manajemen
Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan.
Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri dari
manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal
penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan
manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi,
deskripsi jabatan, personil kunci dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.
4. Aspek Hukum
Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan
yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat,
dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha.
5. Aspek Sosial Lingkungan
Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya
terhadap devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah dimana
proyek dilaksanakan.
6. Aspek Finansial
Pengaruh finansial dan pendanaan terhadap berjalannya sebuah proyek,
serta pengembangan suatu proyek dari dimensi finansial dan pendanaan.
Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat
keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari
pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang
12
tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang
ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan
dan 4) menentukan prioritas investasi (Gray, 1995).
Teori Biaya dan Manfaat
Tujuan analisa dalam analisa proyek harus disertai dengan defenisi berbagai
macam biaya dan manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang
membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefenisikan sebagai
pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap
manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat
jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin.
2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja.
3. Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga dan pinjaman.
Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan
kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi:
1. Manfaat langsung, yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan
kesempatan kerja.
2. Manfaat tidak langsung, yaitu manfaat yang nyata dirasakan dan diperoleh
dengan cara tidak langsung dari berdirinya suatu proyek dan bukan
merupakan tujuan utama proyek, seperti rekreasi, peningkatan strata,
kenyamanan, dan efisiensi usaha.
Kriteria yang bisa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu
proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi
adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari
investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai
perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari
investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986).
Analisis Kelayakan Investasi
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan
biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto
dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money
yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan
suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang
akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang”. Sedangkan
perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran
tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus
manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).
Konsep time value of money (nilai waktu uang) menyatakan bahwa present
value (nilai sekarang) adalah lebih baik daripada yang sama pada future value
(nilai pada masa yang akan datang). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini
13
terjadi yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati
pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa
yang akan datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki
saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang
melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun
bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al., 2001).
Kadariah et al. (2001) juga mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut
berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga
modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat
dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang
penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Tingkat suku bunga ditentukan
melalui proses “discounting”.
Analisis Finansial
Kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan investasi diantaranya adalah
NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit
Cost Ratio), PBP (Pay Back Period) dan analisa kepekaan (Switching Value).
Analisis kelayakan pada aspek ini sangat penting dilakukan. Tujuan dilakukannya
analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai
melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari pemborosan sumber-
sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak
menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada
sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan 4)
menentukan prioritas investasi (Gray et al, 1992). Analisis finansial terdiri dari:
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara nilai
sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. Menurut Keown
(2001), NPV juga dapat diartikan selisih antara nilai sekarang dari arus kas
yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan
tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
a. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis
sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal.
Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.
b. NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan
dapat dilaksanakan.
c. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan
sebaiknya tidak dilaksanakan.
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan
antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari
net benefit yang negatif. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio
adalah:
a. Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi
b. Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan
c. Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan.
14
3. Internal Rate Return (IRR)
Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value
kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang
diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang
menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol.
Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata
keuntungan interen tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan
dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku
bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang
digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang berlaku.
4. Payback Periode (PP)
Payback periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk
mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal
itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena
modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan
dan Suwarsono, 2000).
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah metode untuk melihat sampai berapa persen
peningkatan atau penurunan suatu unsur dapat mengakibatkan perubahaan dalam
kriteria investasi (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek pada dasarnya
menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari
sisi penerimaan atau pengeluaran yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat
kelayakan proyek. Analisis sensivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan
terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan-
perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat (Kadariah et al,
1999). Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif berubah-ubah
akibat empat masalah yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pelaksanaan dan
hasil (Gittinger, 1986).
Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching
value). Analisis Switching Value digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana
investasi masih dapat memenuhi tingkat minimum layak untuk dilaksanakan.
Analisis ini dilakukan pada biaya variabel dan penurunan harga jual sampai
diperoleh nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga, nilai Net B/C sama dengan
satu dan nilai NPV sama dengan nol. Analisis ini diterapkan pada arus
pengeluaran dan penerimaan dalam analisis kelayakan finansial. Kondisi tersebut
dibuat sampai mencapai nilai NPV mendekati nol, nilai Net B/C mendekati satu
dan nilai IRR mendekati tingkat diskonto yang digunakan (Gittinger, 1986).
Kerangka Pemikiran Operasional
Biogas sebagai sumber energi alternatif terbaharui saat ini adalah solusi
terbaik bagi pengelolaan limbah di Indonesia. Penggunaan yang mudah serta
harga yang ekonomis menjadikan biogas sebagai solusi dari menipisnya cadangan
minyak bumi. Pengurangan subsidi pemerintah terhadap bahan bakar minyak
15
mengakibatkan kenaikan harga bahan bakar minyak dan elpiji, kenaikan harga
tersebut sangat memberatkan rumah tangga berekonomi menengah ke bawah.
Kebutuhan masyarakat akan sumber energi yang terjangkau, mendukung
perkembangan sumber energi alternatif biogas. Ditambah dukungan pemerintah
dan instansi pendidikan dalam mengembangkan teknologi biogas mendukung
perkembangan biogas untuk dapat direalisasaikan di seluruh daerah.
Proses pengolahan biogas berbahan baku zat organik yang dapat terurai oleh
bakteri. Bahan organik yang paling umum digunakan sebagai bahan baku proses
pengolahan biogas adalah limbah pertanian dan peternakan. Penggunaan limbah
kotoran ternak sebagai bahan baku proses pengolahan biogas, akan menghasilkan
pupuk organik dari sisa proses pengolahan biogas berupa lumpur (sludge).
Lumpur sisa proses biogas ini memiliki kandungan zat hara yang dibutuhkan
tumbuhan. Lumpur sisa proses pengolahan biogas dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk organik yang memiliki nilai jual tinggi. Pupuk organik sisa biogas memiliki
kandungan zat hara berbentuk ionik sehingga lebih mudah menyatu dengan tanah
dan lebih cepat diserap oleh tanaman. Pupuk organik sisa pengolahan biogas
memiliki pasar tersendiri, permintaan terbesar pupuk ini adalah para petani
sayuran organik dan bunga potong. Namun, dengan adanya kesadaran masyarakat
akan dampak negatif dari pupuk kimia, memberi dampak positif terhadap
permintaan pupuk organik.
Usaha ternak pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki berbagai
peluang, baik dari segi pasar, lokasi yang strategis, serta sumberdaya yang belum
termanfaatkan. Keberadaan usaha ternak ini yang berlokasi berdekatan dengan
pemukiman warga, sejatinya dapat membantu masyarakat sekitar sebagai
diversifikasi sumber mata pencaharian serta membantu meningkatkan posisi tawar
peternak terhadap pasar. Pembangunan serta pertumbuhan penduduk yang sangat
cepat disekitar lokasi usaha ternak, menjadikan keberadaan peternakan ini sebagai
sorotan. Pengelolaan limbah pada usaha ternak ini sebenarnya tidak mengganggu
masyarakat sekitar, namun dengan bertambahnya populasi domba yang
diternakkan maka kelompok ternak ini perlu melakukan pengelolaan limbah yang
terpadu seperti biogas. Kelompok Ternak Teguh Mandiri diperkirakan mampu
mendirikan unit usaha baru pengelolahan limbah kotoran ternak melalui proses
biogas. Kemampuan ini perlu perhitungan mendalam mengenai kelayakan
finansial dan non finansial
Kelompok Ternak Teguh Mandiri perlu memperhitungkan berapa besar
manfaat dari investasi yang akan dilakukan. Analisis finansial mengkaji NPV,
IRR, Net B/C Rasio, Payback Period, dan tingkat kepekaan usaha. Sehingga
dapat dilihat secara keseluruhan keragaan pengolahan limbah ternak dengan
adanya pembangunan instalasi biogas yang menghasilkan gas untuk bahan bakar
dan pupuk organik cair dan padat, apakah proyek tersebut layak atau tidak
dilaksanakan. Penentuan kelayakan aspek non finansial dilakukan dengan
membandingkan fakta yang terjadi di lapangan dengan teori-teori yang terkait
melalui kegiatan observasi, kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif. Aspek
non finansial menganalisis aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial dan lingkungan serta aspek hukum yang memayungi
pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba ini.
Proses pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba ini selanjutnya
perlu dilakukan analisis sensitivitas menggunakan metode switching value atau
16
nilai pengganti. Perhitungan switching value ini merupakan perhitungan untuk
melihat ambang batas usaha dapat dijalankan meskipun terdapat perubahan pola
komponen biaya dan harga output baik peningkatan maupun penurunan dari nilai
sebelumnya. Komponen perubahan yang digunakan merupakan komponen input
utama yang dapat mempengaruhi hasil produksi sehingga berpengaruh pada
penerimaan usaha. Komponen seperti penurunan harga jual pupuk organik
menjadi fokus pada analisis sensitivitas pada investasi ini. Setelah rangkaian
analisis tersebut dilakukan, maka dapat diketahui apakah pendirian unit
pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok ternak Domba Teguh Mandiri
layak diusahakan atau tidak. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat
pada Gambar 1 berikut
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Permasalahan
1. Pemukiman warga berkembang
sangat pesat di sekitar peternakan
2. Tarif dasar listrik, minyak dan
gas yang melambung tinggi
3. Potensi pencemaran dari limbah
kotoran domba bagi pemukiman
warga sekitar petenakan.
Peluang
1. Kebutuhan masyarakat terhadap
energi alternatif
2. Permintaan pupuk organik
meningkat
3. Bahan baku (limbah kotoran)
melimpah
Pendirian Unit Biogas Kotoran
Domba Pada Kel. Ternak Teguh
Mandiri
Analisi kelayakan investasi
1. Aspek Finansial
2. Aspek Non Finansial
3. Analisis Sensitivitas
Layak
Tidak layak
Rencana pendirian unit usaha
dapat direalisasikan
Dilakukan evaluasi ulang
17
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kabupaten Bogor, tepatnya di Desa Nagrak,
Kecamatan Sukaraja. Pemililahan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja
karena lokasi penelitian yang dekat dengan tempat tinggal peneliti dan kemudahan
dalam mendapatkan data-data yang diperlukan. Desa Nagrak berada diantara
beberapa perumahan yang baru di bangun, serta merupakan jalur alternatif
penghubung Kelurahan Bantar kemang dan Desa Sukaraja. Akses ke pintu Tol
terdekat hanya 10 menit melalui gerbang tol Sentul City. Letak Desa Nagrak yang
strategis belum didiukung dengan transportasi umum yang baik. Angkutan umum
jarang yang menyentuh langsung ke daerah ini, sehingga warga memerlukan
usaha lebih untuk mencapai akses angkutan umum terdekat. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan september–November 2013 atau selama kurang lebih tiga
bulan.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh
melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dilakukan
kepada ketua dan anggota Kelompok Ternak Teguh mandiri dan pihak yang
terkait dengan usaha peternakan domba pada kelompok ternak tersebut. Data
primer ini diantaranya berupa informasi tentang kegiatan peternakan domba yang
tidak didokumentasikan oleh kelompok ternak. Data sekunder diperoleh melalui
data dokumentasi kelompok ternak, jurnal peternakan, Direktorat Jenderal
Peternakan, Dinas Peternakan Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor, Jurnal Badan Pusat Statistik, perpustakaan, buku-buku
ekonomi dan pertanian. Data sekunder ini diantaranya adalah data yang tidak
diperoleh melalui proses wawancara.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan melakukan wawancara, observasi dan diskusi. Lokasi
pengumpulan data dilakukan di lokasi peternakan, perpustakaan IPB, dinas
peternakan kabupaten Bogor, Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor,
kantor desa Nagrak. Teknik wawancara dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk tanya jawab langsung dengan anggota
kelompok dan narasumber lain seperti warga sekitar, tokoh masyarakat dan
pemasok perlengkapan dan peralatan peternakan. Teknik observasi dilakukan
dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi peternak untuk memperoleh
informasi dan data sebagai pelengkap dari hasil wawancara yang telah dilakukan.
Teknik diskusi dilakukan dengan membahas hasil dari wawancara dan observasi.
18
Sedangkan untuk datasekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
studi literatur dan browsing di internet.
Penelitian ini menggunakan teknik dan instrumen penelitian dalam proses
pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu :
1. Teknik observasi untuk memperoleh gambaran mengenai segala hal yang
berhubungan proses pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba dan
pemasarannya.
2. Teknik wawancara dengan mensensus seluruh anggota Kelompok Ternak
Teguh mandiri dan pihak yang berkaitan lainnya. 3. Studi literatur, digunakan untuk memperoleh data-data konsep atau teori
yang berkenaan dengan studi kelayakan.
Metode Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif.
Data dan informasi yang sudah diperoleh diolah dengan menggunakan komputer
melalui program Microsoft Office Excel 2007. Analisis secara kualitatif dilakukan
untuk mendapatkan gambaran pendirian unit pengloahan limbah secaradeskriptif
atau dengan cara diinterpretasikan dari tiap-tiap aspek dalam studikelayakan
pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh
Mandiri. Aspek tersebut antara lain aspek teknis, aspek pasar dan
pemasaran,aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan. Analisis secara
kuantitatif dilakukan pada aspek finansial dengan membandingkan biaya dan
manfaat yang diperoleh dimasa sekarang dengan masa mendatang melalui tingkat
diskonto tertentu. Selain itu, analisis secara kuantitatif ini juga menganalisis
adanya risiko investasi pada produksi pupuk organik melalui proses biogas yaitu
penurunan harga output dan pasokan bahan baku yang berkurang dengan
menggunakan analisis sensitivitas nilai pengganti (switching value). Aspek
finansial yang dianalisis adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Net Benefit per Cost (NetB/C) dan Payback Periode.
Analisis Non Finansial
Pada penelitian ini, analisis kelayakan non finansial akan mengkaji
kelayakan usaha dari berbagai aspek dan dianalisis secara deskriftif seperti aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek
sosial.
1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran
Analisis data yang digunakan untuk melakukan analisis aspek pasar dan
pemasaran di Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah analisis kualitatif
yang digunakan untuk mendeskripsikan kondisi pasar dan strategi
pemasaran yang dapat dijalankan oleh Kelompok ternak ini. Analisis
dilakukan dengan mengidentifikasi keterkaitan antara pasar input dan pasar
output. Analisis aspek pasar dan pemasaran, mengkaji bauran pemasaran
(Produk, harga, distribusi, promosi) yang diusahakan oleh Kelompok
Ternak Teguh Mandiri. Apabila aspek tersebut dapat dipenuhi oleh pihak
kelompok ternak, maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba
pada aspek pasar dan pemasaran layak untuk dijalankan.
19
2. Analisis Aspek Teknis
Aspek teknis dianalisis untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi
pengolahan biogas kotoran domba, skala operasi atau luas produksi,
ketersediaan input, fasilitas produksi, peralatan yang digunakan, dan proses
produksi yang dilakukan. Mengkaji kegiatan yang akan dilakukan
Kelompok Ternak Domba Teguh Mandiri dalam memproduksi pupuk
organik sesuai kriteria produksi pupuk organik melalui proses biogas yang
baik seperti jalur ketersediaan input berupa limbah kotoran domba dari
lokasi peternakan dengan lokasi unit pengolahan biogas tidak berjauhan,
tidak mengganggu pemukiman warga, terdapat akses yang mudah dari dan
menuju lokasi peternakan, tata letak kandang sudah efektif, serta proses
kegiatan produksi dan pemasaran biogas dan pupuk organik yang baik,
maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba ini layak untuk
dijalankan dilihat dari aspek teknis.
3. Analisis Aspek Manajemen
Aspek ini dapat dilihat berdasarkan kesesuaian usaha dengan pola sosial
budaya masyarakat setempat, spesifikasi keahlian dan tanggung jawabpihak
yang terlibat dan bentuk organisasi dan manajemen di Kelompok Ternak
Teguh Mandiri. Analisis aspek manajemen digunakan untuk
mengindetifikasi kegiatan yang tidak perlu, koordinasi diantara aktivitas
yang ada, efisiensi manajemen dan operasi, kesesuaian struktur organisasi
dengan wewenang dan tanggung jawab. Apabila Kelompok Ternak Teguh
Mandiri dapat melakukan pengelolaan dan pembagian kerja pada kegiatan
usahanya maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba pada
aspek manajemen layak untuk dijalankan dilihat dari aspek manajemen.
4. Analisis Aspek Hukum
Tujuan dari analisis aspek hukum ini adalah menganalisis legalitas usaha
yang dijalankan dan menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam
memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan. Aspek hukum
berkaitan dengan prosedur yang berkaitan dengan izin-izin usaha atau
berbagai persyaratan yang harus terlebih dahulu terpenuhi. Aspek hukum ini
meliputi badan hukum pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba,
izin-izin yang dimiliki (Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), izin gangguan, sertifikat tanah atau
dokumen lainnya seperti NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) kelompok
ternak dalam mendukung pendirian unit bisnis baru tersebut. Jika
persyaratan hukum seperti izin usaha, kepemilikan dokumen-dokumen
tersebut sudah dipenuhi oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri, maka
pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba ini layak untuk
dijalankan dilihat dari aspek hukum.
5. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan
Aspek sosial dan lingkungan dilakukan dengan menganalisis dampak yang
ditimbulkan terhadap berjalanya usaha terhadap kondisi sosial dan
lingkungan masyarakat dan anggota kelompok. Analisis dilakukan untuk
menilai apakah pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di
Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki dampak positif atau negatif,
baik untuk anggota Kelompok Ternak Teguh Mandiri sendiri maupun
masyarakat luas, termasuk pemerintah (kontribusi bagi pembangunan
20
760
5160
NPV
IRR
I = Discount Rate (%) 0
10 25 30
-260
daerah). Aspek ini menunjang keberlangsungan suatu bisnis apabila dalam
pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik. Analisis ini akan melihat
apakah Kelompok Ternak Teguh Mandiri memberikan dampak positif bagi
berbagai pihak, jika pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba
mampu memberikan dampak yang positif, maka pendirian unit usaha baru
pada kelompok ternak ini layak untuk dijalankan dilihat pada aspek sosial
dan lingkungan.
Analisis Finansial
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value digunakan untuk menilai manfaat investasi dengan
ukuran nilai kini (present value) dari keuntungan bersih proyek.Jika NPV >
0, maka secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat
yang diperoleh lebih besar dari biaya. Jika NPV = 0, maka manfaat investasi
sama dengan tingkat social opportunitycost of capital, secara finansial
proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk
menutupi biaya yang dikeluarkan. Jika NPV < 0, maka investasi tidak layak
untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil
dari biaya/tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Berikut
hubungan NPV dengan IRR (Nurmalina et al, 2009).
NPV = ∑
( ) dimana
0
0
tt
tt
CB
CB
Ket :
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis
i = Tingkat DR (%)
n = Umur bisnis
Gambar 2. Hubungan Antara NPV dan IRR
21
2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return merupakan suku bunga maksimal (discount rate)
untuk sampai pada NPV bernilai sama dengan nol (seimbang), dengan kata
lain Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern
tahunan dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh IRR lebih besar dari
tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan.
Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku
maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. (Nurmalina et al,
2009)
IRR =
( )
Ket :
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif
= Discount rate yang menghasilkan NPV negative
= NPV positif
= NPV negative
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C ratio merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari
keuntungan bersih yang positif dengan nilai sekarang dari keuntungan
bersih yang negatif. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya
tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang.
Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C ratio dari manfaat
proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C rasionya sebesar satu
atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunitis
capital, tetapi jika nilai Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan. (Nurmalina et al, 2009)
NET B/C = [∑
( )
∑
( )
]
Ket :
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
i = Discount rate (%)
t = Tahun
n = Tahun
4. Payback Period (PP)
Payback of Period (PP) dilakukan untuk mengetahui jangka waktu
pengembalian investasi. Payback Period merupakan jangka waktu periode yang
dibutuhkan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan
di dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin
baik proyek tersebut untuk diusahakan. (Nurmalina et al, 2009)
Payback period =
Ket :
I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab= Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
22
Analisis Sensitivitas
Analisis switching value mencari beberapa perubahan maksimum yang
dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan
keuntungan normal, dimana nilai NPV sama dengan nol. Analisis ini dilakukan
dengan cara mencoba-coba terhadap perubahan variabel yang terjadi dapat
diketahui batasan tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang masih bisa
ditolerir, sehingga suatu usaha masih memperoleh laba normal. Switching value
perlu dilakukan guna melihat sampai berapa persen penurunan harga atau
kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kelayakan
investasi dari kondisi layak menjadi tidak layak.
Analisa Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi dipakai untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke
dalam cashflow.
1. Total Penerimaan (Total Revenue)
Penerimaan total (Total Revenue) perusahaan sama dengan jumlah output
yang dikalikan harga jual (Masyhuri, 2007). total penerimaan dirumuskan
sebagai berikut :
TR = P X Q
Ket :
TR= Total Penerimaan
P = Harga per unit output
Q = Jumlah output
2. Biaya
Biaya tetap total (TFC) adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas
besar kecilnya kuantitas produksi yang dikeluarkan, sedangkan biaya
variabel total (TVC) adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai
dengan perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. (Masyhuri, 2007).
Total biaya dirumuskan sebagai berikut :
TC = TFC – TVC
Ket :
TC = Total biaya
TFC = Total biaya tetap
TVC = Total biaya variabel
3. Penyusutan
Beban penyusutan adalah alokasi atas harga perolehan suatu aktiva tetap.
Karena hanya merupakan alokasi beban, tidak ada lagi kas yang keluar pada
saat beban penyusutan ditetapkan untuk suatu periode tertentu. Salah satu
metode perhitungan penyusutan adalah metode garis lurus (straight line)
yaitu dengan rumus :
Penyusutan =
23
Ket :
Harga Perolehan = harga beli aktiva tetap ditambah biaya pemasangan
dan semua beban yang terkait dengan pembelian
aktiva tetap
Nilai sisa = perkiraan harga jual aktiva tetap jika aktiva tersebut
telah habis umur ekonomisnya
Umur ekonomis = masa pemakaian aktiva tetap yang paling optimal
4. Laba atau Rugi bersih
Suatu laporan laba rugi, mengukur jumlah laba yang dihasilkan oleh
perusahaan dalam jangka waktu tertentu.format paling dasar laporan laba
rugi dapat dinyatakan sebagai berikut :
Penjualan – Beban = Laba bersih
Asumsi Dasar
1. Seluruh modal investasi diasumsikan berdasarkan modal sendiri.
2. Jenis Domba yang di pelihara pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri ini
terdiri dari berbagai macam jenis, seperti Domba Garut, Sulfoks, Merinho,
dan Ekor gemuk lokal.
3. Asumsi limbah kotoran yang dihasilkan setiap ekor domba adalah 3kg/hari,
dengan jumlah populasi saat ini sebanyak 123 ekor maka limbah kotoran
yang dihasilkan diperkirakan sekitar 369kg/hari.
4. Kapasitas produksi dihitung meningkat setiap tahun sebesar 5 persen selama
umur proyek berdasarkan jumlah populasi domba yang terus meningkat.
5. Suku bunga yang digunakan berdasarkan rata-rata bunga deposito pada 35
bank umum yaitu 7 persen.
6. Satuan tenaga kerja yang digunakan adalah HOK
7. Jumlah hari kerja dalam satu tahun adalah 360 hari.
8. Umur proyek adalah 10 tahun berdasarkan pada umur tabung Bio Digester.
Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tabung bio digester merupakan
aset paling penting dalam usaha jika dijumlahkan merupakan biaya investasi
terbesar.
9. Tidak adanya perubahan peraturan dan kebijakan pemerintah yang berkaitan
dengan objek penelitian selama umur ekonomis yang diperkirakan.
10. Harga peralatan disesuaikan dengan harga beli di pasar saprotan Tani Jaya,
Pasar Anyar, Bogor.
11. Harga bahan bangunan disesuaikan dengan harga beli di Toko Bangunan
Sumber Bangunan, Cimahpar, Bogor.
12. Semua aktiva tetap berwujud akan disusutkan kecuali tanah.
13. Nilai sisa yang ditetapkan untuk bangunan, mesin, serta beberapa peralatan
lain akan habis sesuai umur ekonomis barang, penyusutan dilakukan dengan
menggunakan metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method).
14. Persamaan 1 Kg limbah ternak domba segar setara dengan 0,1725m3 biogas.
1m3 biogas setara dengan 0,46Kg Gas Elpiji dan 1 Kg limbah ternak domba
segar menghasilkan sisa rendemen pupuk organik sebesar 0,72%.
15. Biaya investasi dikeluarkan dalam satu tahun yaitu pada tahun ke-0.
24
16. Harga jual produk biogas ditetapkan sebesar 1.600/m3. Harga jual Pupuk
Organik Peternakan (POP) akan dijual dengan harga Rp 600,- per kilogram
atau Rp. 30.000,- per karung 50 kg.
17. Biaya perawatan untuk bangunan, instalasi pipa dan infrastruktur
perbulannya ditetapkan sebesar Rp 500.000 perbulan berdasarkan kondisi
yang sebenarnya terjadi pada Kelompok ternak.
18. Tahun ke 0 pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba adalah tahun
2014. Pendirian unit biogas pada tahun ke 0 dperkirakan memerlukan
persiapan yang sangat matang dalam waktu setahun penuh, sehingga tahun
pertama berjalannya unit bisnis ini adalah tahun 2015 besarnya pajak yang
dikenakan pada tahun pertama dan seterusnya adalah 25 persen.
19. Pajak Pendapatan yang digunakan sesuai dengan Tarif dan PTKP yang
dikeluarkan oleh Direktorat Pajak tentang penghasilan sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, Pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas
Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yaitu:
a) Pasal 17 ayat 1 b : Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha
tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen) untuk tahun 2010.
b) Pasal 17 ayat 2 a : Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak
tahun2010.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Nagrak
Desa Nagrak merupakan salah satu dari delapan desa di Kecamatan
Sukaraja, Kabupaten Bogor.Secara wilayah, Desa Nagrak memiliki luas sekitar
230 Ha, dengan areal pertanian sebesar 120Ha dan pemukiman 80Ha. Desa ini
berbatasan langsung dengan beberapa wilayah. Sebelah utara berbatasan dengan
Bantar Kemang, selatan berbatasan dengan Desa Cikeas, timur berbatasan dengan
Desa Cibanon dan barat berbatasan dengan Desa Cijayanti.
Banyak lahan yang berada di Desa Nagrak dimanfaatkan masyarakat untuk
berbagai macam aktivitas, mulai dari pertanian, pendidikan, peternakan, dan
berdagang. Lahan di Desa Nagrak didominasi oleh pemukiman dan lahan
pertanian sederhana yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Letak topografi Desa
Nagrak memiliki jenis lahan sedikit berbukit dengan ketinggian + 400m dari
permukaan laut, dengan curah hujan deras yaitu 0,26-1mm/min, suhu udara
berkisar 22–28 derajart Celcius dengan kelembaban udara 70-80 persen
menjadikannya daerah yang subur dan cocok untuk bertani maupun berternak.
25
Sejarah dan Perkembangan
Kelompok Ternak Teguh Mandiri mulai dirintis pada tahun 2009 oleh H
Tatang Muchtar yang saat itu merupakan pensiunan Korlap Badan Kependudukan
Keluarga Berencana Nasional Bogor. Kelompok ini merupakan sebuah
perkumpulan peternak yang bergerak dalam bidang jual beli dan peternakan
domba serta pemanfaatan hasil peternakan. Kelompok Ternak Teguh Mandiri
berlokasi di Jl. Cibedug Pabuaran, Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Tujuan awal didirikannya kelompok ini adalah untuk
mengembangkan usaha ternak domba dan merangkul para peternak sekitar dalam
bekerjasama menjalankan usahaternak domba yang berorientasi profit sehingga
memiliki posisi tawar yang kuat serta mampu menyerap tenaga kerja bagi
masyarakat sekitar.
H Tatang Muchtar memulai usaha ternak ini berdasarkan ketertarikan dan
hoby beliau pada dunia pertanian.Berawal dari memelihara tanaman hias, ikan
bawal, burung kicau, hingga saat ini membudidayakan ternak domba digelutinya
secara tekun. Dana pensiun yang didapatnya tiga tahun lalu menumbuhkan ide
bisnis untuk mengembangkan usaha ternak domba menjadi sebuah kelompok
ternak yang dapat membantu para peternak disekitar untuk saling
mendukung.Beliau memilih memelihara domba jantan yang akan dijual pada saat
hari raya Idul Adha karena siklus usaha yang tidak terlalu lama dan resiko yang
relatif kecil. H Tatang Muchtar memulai usaha ternak ini dengan membeli domba
lokal sebesar 20 juta rupiah, yang berasal dari berbagai daerah di sekitar
kelompok ternak.domba yang dibeli adalah domba jantan yang siap untuk
digemukkan dan akan dijual pada lebaran Idul Adha. Adanya peluang dan prospek
kedepan yang sangat baik mengharuskan usaha ini menjadi usaha yang
berorientasi profit, sehingga pada tahun tersebut usaha yang dirintis beliau ini
mempekerjakan dua orang pekerja serta meningkatkan jumlah populasi yang
dipelihara. Pada tahun 2010 beliau merangkul beberapa peternak dan penjual-beli
hewan ternak (yang akrab disebut bandar) untuk membentuk kelompok ternak
yang mampu menjadi wadah para anggotanya, untuk mempermudah usaha serta
membangun jaringan pasar yang luas. Wadah tersebut kemudian terbentuk dengan
diberi nama Kelompok Ternak Teguh Mandiri.
Kelompok Ternak Teguh Mandiri lebih fokus berusaha ternak domba untuk
memenuhi besarnya permintaan saat hari raya Iedul Adha, namun bukan berarti
pada saat hari-hari biasa kandang kelompok ternak ini kosong. Permintaan domba
untuk kebutuhan Akikah dan Pedaging merupakan pendapatan kelompok ternak
yang diandalkan setiap bulan. Populasi ternak domba minimum pada kelompok
ternak ini adalah 50 ekor, yang kebanyakan diantaranya adalah betina.
pemeliharaan domba betina atau indukan selain diperuntukan mendapatkan petet
bakalan dari kandang sendiri, betina juga digunakan untuk memenuhi permintaan
kebutuhan domba untuk keperluan pedaging. H Tatang Muchtar sejak tahun 2013
mulai merintis usaha pertanian jagung manis untuk memanfaatkan potensi lahan
yang tersedia, serta pupuk kandang yang melimpah. Lahan yang digunakan untuk
menanam jagung hanya seluas 2000 m2, dan menghasilkan 1,4 ton jagung manis.
Meskipun baru berjalan dua kali siklus tanam, namun unit bisnis ini dirasakan
sangat membantu kelompok ternak, karena umur penanaman yang hanya empat
26
bulan, serta sisa penanaman jagung manis yang dapat dijadikan pakan bagi ternak
domba kelompok ternak.
Kegiatan Produksi Unit Penggemukan Domba Kurban
Unit bisnis ini memiliki kegiatan penggemukan Hewan kurban secara
intensif. Hewan kurban yang digemukkan pada kelompok ternak ini adalah domba
jantan. Kegiatan penggemukkan secara intensif dilakukan selama kurang lebih 3
bulan menjelang Idul Adha. Kegiatan usaha pengemukkan hewan kurban meliputi
pengadaan domba jantan muda, pemberian obat cacing pada seluruh hewan
ternak, dan pemberian pakan secara intensif.
Domba jantan muda yang digemukkan adalah domba yang dibeli dari
anggota kelompok, serta peternak disekitar kelompok ternak, serta domba jantan
yang memang dibudidayakan dan lahir di kelompok ternak.
Selanjutnya setelah seluruh hewan ternak berada di kandang, keseluruh
hewan tersebut diberi obat anti parasit dan obat cacing untuk menghindari adanya
parasit yang berada pada ternak yang digemukkan. Selama tiga bulan penuh
ternak yang digemukkan diberi pakan secara intensif agar rataan penambahan
berat maksimal. Hewan ternak yang telah digemukkan dan siap dipasarkan pada
musim kurban laris manis dan selalu habis terjual. Pemasaran hewan kurban ini
dijual ke beberapa daerah, daerah dengan harga yang bersaing.
Penjualan hewan kurban yang dilakukan Kelompok Ternak Teguh Mandiri
memiliki keunggulan dalam pelayanan konsumen, hewan ternak yang dijual
kepada konsumen diantarkan langsung ke tempat pemotongan kurban dan juga
ditawarkan pelayanan potong kurban secara cuma-cuma. Terdapat empat orang
dalam tim potong kurban untuk melaksanakan layanan tersebut. Pelayanan ini
membuat konsumen merasa puas dan meningkatkan kepercayaan konsumen untuk
kembali membeli di tahun depan.
Organisasi dan Manajemen Kelompok Ternak
Organisasi adalah suatu kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara
menyeluruh dengan batas yang relatif dapat ditentukan dan berfungsi secara
berkesinambungan untuk mencapai tujuan bersama. (Stephen P. Robinson dalam
Sumardjo, 2001). Struktur organisasi adalah pengelompokan tugas-tugas atau
jenis pekerjaan yang sama atau hampir sama serta bertingkat-tingkat dan jelas
rentang manajemen dan pengawasan/pengendaliannya, yang bertujuan untuk
menjelaskan bagian-bagian yang ada, hubungan antara bagian, jenjang atasan dan
bawahan atau dengan kata lain struktur organisasi harus memperlihatkan adanya
rentang komunikasi dan rentang pengendalian yang tegas antara atasan dan
bawahan dan antara bagian-bagian yang ada. Struktur organisasi yang ada pada
Kelompok Ternak Teguh Mandiri terdiri dari Ketua kelompok ternak, Sekertaris,
Bendahara, Anggota dan Karyawan. Struktur organisasi Kelompok Ternak Teguh
Mandiri dapat dilihat pada Gambar 1.
27
Keterangan :
Gambar 3. Struktur Organisasi Kelompok Ternak Teguh Mandiri.
Gambar 3 menunjukkan pembagian tanggung jawab yang jelas. Struktur
organisasi yang jelas dapat memudahkan pelaksanaan kegiatan usaha yang
dilakukan pada organisasi. Deskripsi tugas dan kegiatan pada setiap lini bagian
adalah sebagai berikut.
1. Anggota
Seluruh kegiatan yang berada pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri
berdasarkan pada keputusan bersama anggota. Seluruh anggota kelompok
memiliki hak dan kewajiban dalam berkontribusi pada kelompok ternak.
Fasilitas dan hasil produk yang dihasilkan kelompok ternak dapat digunakan
anggota. Fungsi pokok anggota adalah membantu memenuhi kebutuhan
kelompok dalam memperoleh input dan bahan baku dalam seluruh kegiatan
usaha kelompok ternak teguh mandiri.Setiap anggota kelompok ternak
bertanggung jawab pada hewan ternak peliharaannya, mulai dari mencari
pakan, memandikan, serta mengobati.
2. Ketua
Peran ketua kelompok ternak adalah sebagai pengatur kegiatan usaha pada
kelompok ternak. Ketua merangkap sebagai manajer produksi, manajer
pemasaran, dan manajer keuangan yang berperan aktif dalam memajukan
kelompok ternak.
3. Bendahara
Ruang lingkup pekerjaan pada Bendahara meliputi seluruh kegiatan
kelompok yang berkaitan dengan pencatatan pendapatan serta pengeluaran
kebutuhan kelompok ternak. Bendahara melakukan pembukuan bulanan
serta memberikan laporan kas kelompok ternak kepada ketua, yang akan
dikoordinasikan langsung kepada para anggota.
4. Sekretaris
Tugas utama sekretaris pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah
membuat laporan dan proposal untuk kegiatan peternakan.
5. Karyawan Tetap
Karyawan tetap pada kelompok ternak memiliki tugas pokok yaitu menjaga
dan membersihkan lokasi usaha ternak, selain itu karyawan tetap juga
bertugas untuk mengantisipasi apabila ada anggota yang tidak sempat
mencari pakan dan mengurus hewan ternak peliharaannya.
Garis komando
Garis koordinasi
Ketua
anggota 4
anggota 3
anggota 2
anggota dst anggota 1
Sekertaris Bendahara
Karyawan Tetap
28
Pemasaran
Pemasaran adalah proses manajerial yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara
menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan
pihak lain (Kotler, 2002). Sedangkan manajemen kegiatan pemasaran adalah
proses yang melibatkan analisis perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang
mencakup barang, jasa dan gagasan dengan tujuan untuk menghasilkan kepuasaan
bagi pihak-pihak yang terlibat. Agar kegiatan pemasaran pemasaran tersebut dapat
tepat pada sasaran pasar, maka perusahaan harus menerapkan strategi pemasaran.
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah
dengan menerapkan bauran pemasaran (marketing mix) dalam melakukan
kegiatan pemasarannya.
Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yaitu: produk, struktur harga,
kegiatan promosi,dan sistem distribusi (Kotler, 2002). Bauran pemasaran yang
dilakukan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri merupakan strategi pemasaran
yang bertujuan untuk mempengaruhi permintaan terhadap produknya dalam
rangka menempatkan posisi yang kuat dalamsasaran pasar. Masing-masing sarana
pemasaran yang dirancang perusahaan tersebut merupakan suatu langkah yang
dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.
1. Produk (Product)
Kelompok Ternak Teguh Mandiri menawarkan produk yang berbeda dari
yang peternak lain pada umumnya. Produk utama yang ditawarkan kepada
konsumen adalah domba dewasa siap potong, jasa pemotongan hewan dan
hewan kurban, sedangkan produk yang ditawarkan dari unit bisnis
sampingannya adalah pupuk kandang, dan jagung manis.
Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri produk yang ditawarkan memiliki
nilai lebih dalam menempatkan posisi pada benak konsumen. Pada unit
bisnis penggemukan domba kurban hewan kurban yang dijual dijamin
kualitas dan kesesuaian dengan memenuhi persyaratan hewan kurban,
domba yang dijual harus dalam kondisi sehat, bersih serta sudah dicukur
bulunya. selain itu diberikan pelayanan antar gratis bagi para konsumen
sehingga konsumen puas.
2. Harga (Price)
Harga yang ditawarkan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri sangat
terjangkau. Karena kelompok ternak menetapkan harga jual dibawah harga
pasar, mengingat tingkat perekonomian masyarakat di lingkungan sekitar
kelompok ternak merupakan golongan menengah ke bawah.
3. Promosi (Promotion)
Promosi adalah alat yang digunakan untuk menarik konsumen untuk
melakukan pembelian suatu barang. Target pasar dari adalah masyarakat
lingkungan kelompok ternak. Namun tidak sedikit konsumen yang berasal
dari kota-kota besar, hal ini dikarenakan promosi yang dilakukan secara
langsung oleh H Tatang Muchtar kepada kenalan dan rekanan beliau.
29
4. Distribusi (Place)
Saluran pemasaran Kelompok Ternak Teguh Mandiri dalam
mendistribusiskan produknya dapat dilihat pada Gambar 4. di bawah ini.
Gambar 4. Saluran PemasaranKelompok Ternak Teguh Mandiri
Saluran pemasaran tingkat nol terjadi pada saat Kelompok Ternak Teguh
Mandiri menjual produk yang ditawarkan langsung kepada Anggota, pedagang
eceran, dan konsumen akhir. Untuk saluran pemasaran tingkat satu terjadi pada
saat pedagang eceran yang membeli produk kelompok ternak dan menjualnya
kepada konsumen akhir.
HASIL ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS
Biogas sebagai sumber energi alternatif terbaharui saat ini sangat diminati
masyarakat. Penggunaan yang mudah serta harga yang ekonomis menjadikan
biogas sebagai solusi kenaikan harga bahan bakar minyak dan elpiji. Kebutuhan
masyarakat akan sumber energi yang terjangkau, mendukung perkembangan
sumber energi alternatif biogas. Permintaan terhadap sumber energi alternatif
biogas semakin meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat akan
ketersediaan bahan bakar minyak yang semakin menipis. Ditambah dukungan
pemerintah dan instansi pendidikan dalam mengembangkan teknologi biogas
mendukung perkembangan biogas untuk dapat sampai pada seluruh pelosok
daerah.
Bahan organik yang paling umum digunakan sebagai bahan baku proses
pengolahan biogas adalah limbah pertanian dan peternakan. Penggunaan kotoran
ternak sebagai bahan baku proses pengolahan biogas, akan memberikan manfaat
tambahan dari limbah sisa proses produksi. Sisa proses pengolahan biogas berupa
lumpur (sludge), memiliki kandungan zat hara yang dibutuhkan tumbuhan.
Lumpur sisa proses pengolahan biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik
yang memiliki nilai jual. Pupuk organik yang dihasilkan dari sisa pengolahan
biogas memiliki keunggulan lebih dibandingkan pupuk organik yang dihasilkan
melalui proses pengomposan. Pupuk organik sisa biogas memiliki kandungan zat
hara berbentuk ionik sehingga lebih mudah menyatu dengan tanah dan lebih cepat
diserap oleh tanaman. Pupuk organik sisa pengolahan biogas memiliki pasar
Kelompok Ternak Teguh
Mandiri
Anggota
Kelompok Tani
Pedagang Eceran
Konsumen Akhir
30
tersendiri, permintaan terbesar pupuk ini adalah para petani sayuran organik dan
bunga potong. Namun, dengan adanya kesadaran masyarakat akan dampak negatif
dari pupuk kimia, memberi dampak positif terhadap permintaan pupuk organik.
Mayoritas penduduk Desa Nagrak yang berprofesi sebagai petani sangat
mendukung keberadaan unit pengolahan biogas. Kebutuhan akan pupuk organik
serta melambungnya harga minyak tanah menjadikan biogas solusi terbaik untuk
mengatasi masalah krisis energi. Kelompok Ternak Teguh Mandiri sebagai suatu
usaha rakyat yang bergerak di bidang peternakan dinilai mampu memanfaatkan
kondisi lingkungan yang mendukung,ditambah potensi internal yang dimiliki
kelompok ternak dapat menjadi pondasi kuat untuk mendirikan unit pengolahan
biogas.
Kelompok Ternak Teguh Mandiri selama menjalankan usahanya memiliki
image yang baik dimata konsumen dan masyarakat sekitar. Konsumen kelompok
ternak memiliki loyalitas terhadap produk-produk yang dihasilkan. Loyalitas
konsumen bagi kelompok ternak merupakan kekuatan untuk perkembangan
kelompok ternak. Saat ini, Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki unit bisnis
penggemukan domba kurban. Limbah kotoran yang dihasilkan merupakan faktor
internal pendukung utama dalam pendirian unit bisnis pengolahan biogas.
Ketersediaan kotoran domba sangat diperlukan dalam berlangsungnya unit bisnis
yang akan didirikan.
Pendirian unit bisnis pengolahan biogas pada Kelompok Ternak Teguh
Mandiri akan menghasilkan output berupa biogas dan pupuk organik. Produk
biogas dapat dimanfaatkan dengan cara memasarkan hasil produksi biogas kepada
masyarakat di sekitar lokasi peternakan. Sisa produksi biogas berupa pupuk
organik dapat dijual kepada petani untuk meningkatkan penerimaan kelompok
ternak.
Pendirian unit bisnis pengolahan biogas pada Kelompok Ternak Teguh
Mandiri tersebut akan dikaji dalam dua sisi, yaitu analisis kelayakan non finansial
dan analisis kelayakan finansial. Pendirian unti bisnis ini diharapkan akan dapat
meningkatkan penerimaan kelompok ternak.
Analisis Kelayakan Nonfinansial
Aspek Pasar dan Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya
terdapat individu atau kelompok yang berusaha mendapatkan sesuati yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain. Unit pengolahan Biogas Kotoran Domba
memproduksi biogas dan pupuk organik. Kedua produk hasil unit usaha ini
termasuk kepada golongan barang superior. Meningkatnya taraf hidup masyarakat
maka kesadaran akan organik dan energi alternatif akan meningkat.
1. Peluang Pasar
Produk pupuk organik mengalami peningkatan permintaan sejak 2010 saat
pengurangan subsidi pupuk kimia dari 17 trilyun menjadi 11 trilyun rupiah,
mengakibatkan harga pupuk kimia subsidi meningkat. Tahun 2014
diperkirakan Kementrian Perindustrian dan Perdagangan permintaan
nasional pupuk organik akan meningkat menjadi 13,4 juta ton, sedangkan
31
produksi nasional pupuk organik oleh BUMN hanya sebesar 4,69 juta ton.
Kekurangan pupuk organik nasional sebesasr 8,71 juta ton ini diserahkan
pada masyarakat dan pihak swasta untuk bisa memenuhinya. Suplai
nasional yang kurang ini menjadikan excess demand pada produk pupuk
organik sebuah peluang besar bagi Kelompok Ternak Teguh Mandiri.
Penyerapan pupuk organik terbesar adalah para petani padi, cabai, jagung,
dan sayuran lainnya. Produk pertanian tersebut rata-rata membutuhkan 10
ton pupuk organik setiap hektarnya, sehingga dengan luas lahan pertanian
Kota Bogor mencapai 3.116 Ha kebutuhan pupuk organik adalah sebesar
31.160 ton. Permintaan tersebut selama ini terpenuhi oleh pupuk kandang
segar dari peternakan. Kelompok Ternak Teguh Mandiri dengan potensi
pengolahan biogas mampu memberikan nila lebih karema produk pupuk
yang dihasilkan dari unit pengolahan biogas kotoran domba berupa pupuk
organik yang telah dipermentasi melalui proses methanogenesis, sehingga
kandunga zat hara telah terpecah berbentuk molekul ionik yang lebih mudah
diserap tanaman. Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan
sekitarnya sebagai salah satu area pertanian yang dapat dijangkau kelompok
ternak ini memiliki kebutuhan pupuk anorganik sebesar 39.000 ton.
Kenaikan harga eceran pupuk subsidi dan kesadaran penggunaan pupuk
organik memungkinkan permintaan pupuk organik masih terus bertambah.
Biogas sebagai salah satu alternatif sumber energi penghasil panas,
merupakan suatu energi baru terbaharukan yang dapat digunakan untuk
memasak. Kebutuhan rata-rata rumah tangga dengan lima anggota keluarga
yaitu 0,6 kg gas elpiji perhari, yakni setara dengan 1,3 m3 biogas. Jangkauan
jaringan instalasi biogas Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang tahun
pertama direncanakan hanya berjarak 200m dari terminal kontrol, hanya
mampu menjangkau 50 rumah tangga disekitrar peternakan, sehingga
pemasaran biogas masih dalam taraf kecil. Hal tersebut dikarenakan bahwa
biogas belum begitu akrab digunakan penduduk sekitar, dan pemasangan
jaringan distribusi gas yang memerlukan kesesuaian lokasi antara rumah
konsumen yang harus berdekatan dengan peternakan.
2. Penetapan Merek Dagang dan Harga
Merek dagang dari produk biogas Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah
"Gas Hijau". Nama tersebut diambil berdasarkan sumber bahan baku energi
biogas yang merupakan hijauan pakan yang telah dicerna hewan ternak
domba, selain itu api yang dihasilkan pun mengeluarkan warna semu hijau
dari tungku pembakaran. Harga jual produk biogas ditetapkan berdasarkan
perbandingan harga produk subtitusi. Harga yang ditetapkan Kelompok
Ternak Teguh Mandiri sebesar Rp. 1.600 per 1m3. Harga tersebut jauh lebih
terjangkau bila dibandingkan dengan harga gas elpiji 3 Kg, setiap 1 m3
biogas setara dengan 0,46 kilogram elpiji. Gas elpiji tabung 3 Kg setara
dengan 6,5 m3 biogas, jika harga jual Gas elpiji 3 kg adalah Rp.14.000
maka dengan menggunakan biogas konsumen hanya mengeluarkan biaya
Rp.10.400 untuk mendapatkan energi yang setara dengan gas elpiji. Biaya
instalasi pipa gas ditanggung kelompok ternak sebagai investasi dan
pelayanan kepada konsumen. Penetapan harga tersebut terlebih dahulu
akan dikaji dan disepakati oleh seluruh anggota kelompok ternak.
32
Pupuk organik yang dihasilkan akan diberi merek dagang Pupuk Organik
Peternakan (POP) Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Harga jual Pupuk
Organik Peternakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah Rp 30.000,-
dalam kemasan 50 kilogram, atau sebesar Rp.600,- setiap kilogramnya.
Harga yang ditetapkan kelompok ternak bila dibandingkan harga produk
sejenis di pasaran memiliki harga yang lebih terjangkau. Pupuk Pandawa
produksi Kelompok Tani Maju Bersama Citapen, menetapkan harga pupuk
kandang fermentasi pandawa dengan harga Rp.750,- setiap kilogramnya.
Penetapan harga jual dilakukan berdasarkan sistem Cost-plus pricing
methode (penetapan harga biaya plus), yaitu berdasarkan biaya yang
dikeluarkan untuk proses produksi. Pada penetapan harga pupuk ini dasar
biaya yang digunakan adalah total seluruh biaya pada perhitungan laba rugi
tahun pertama, dibagi dengan jumlah produksi pupuk tahun pertama.
Rp 47.297.968
=
95.645 Kg
= Rp 494/Kg
Harga Jual = Rp 494 + (Rp 494x 23 %)
= Rp 494+ 116
= Rp 600
3. Target dan Segmen Pasar
Segmentasi merupakan proses membagi pasar ke dalam kelompok pembeli
yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik, dan perilaku.
Target pasar utama produk pupuk organik dari Kelompok Ternak Teguh
Mandiri adalah pasar segmented petani sayuran organik. Harga jual POP
Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang jauh lebih tinggi dibandingkan
pupuk kandang yang hanya Rp.150,-, mengharuskan kelompok ternak
melakukan segmentasi pasar, agar produk POP dapat cepat diserap
konsumen. Kelompok ternak dapat bekerjasama dengan toko-toko penjual
kebutuhan tani untuk dapat saling menguntungkan memasarkan POP ke
konsumen akhir. Selain petani sayuran organik, pasar tanaman hias dan ibu-
ibu hobbies tanaman merupakan segmen pasar yang sangat potensial. Proses
segmentasi pasar POP dilakukan perlahan dengan menawarkan pada
kelompok tani organik dan sayuran yang banyak tersebar di Kabupaten
Bogor. Secara umum POP dapat digunakan oleh petani, tanaman hias
maupun tanaman hortikultura.
Biogas dapat digunakan oleh ibu rumah tangga, peternakan ayam pedaging
dan industri-industri kecil yang memerlukan energi panas api. Segmentasi
pasar biogas yang akan diterapkan kelompok ternak hanya berdasarkan letak
geografis. Instalasi pipa pengaliran biogas mengharuskan segmentasi pasar
hanya kepada konsumen yang lokasinya tidak lebih dari 200m dari lokasi
kelompok ternak. Tidak menutup kemungkinan jika Kelompok Ternak
Total Biaya Operasional
Total Produksi Biaya Produksi =
33
Teguh Mandiri memperluas jangkauan jaringan pipa ke daerah dengan
tingkat permintaan biogas yang lebih tinggi.
4. Jalur Distribusi dan Tataniaga Produk
Lokasi produksi biogas dan pupuk organik ini berada di wilayah desa
Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Jalur tataniaga pemasaran
biogas adalah direct selling yakni langsung ke konsumen akhir. Konsumen
yang dituju adalah rumah tangga masyarakat sekitar kelompok ternak yang
memiliki jarak degan terminal biogas tidak lebih dari 200m. Jalur
pemasaran tataniaga biogas dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pemasaran Biogas Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Sedangkan jalur distribusi pupuk organik adalah toko-toko kebutuhan
pertanian yang dapat bekerjasama dalam memasarkan produk POP Kelompok
Ternak Teguh Mandiri. Sistem kerjasama yang akan digunakan adalah titip
kontrak pupuk pada setiap toko. Pupuk organik ini dapat langsung dijual kepada
para petani yang dapat dijangkau oleh kelompok ternak. Jalur distribusi
pemasaran pupuk organik dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pemasaran Pupuk Organik Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri
5. Strategi Pemasaran
Strategi Pemasaram yang dapat dilakukan oleh Kelompok Ternak Teguh
Mandiri salah satunya adalah mempromosikan produk. Promosi merupakan
kegiatan yang penting untuk memperkenalkan produk kepada konsumen. Promosi
bertujuan untuk menginformasi, membujuk dan menarik konsumen agar membeli
dan menggunakan produk yang ditawarkan. Dalam pemasaran biogas, Kelompok
Ternak Teguh Mandiri melakukan beberapa promosi. Promosi yang gencar sangat
dibutuhkan dalam memasarkan produk biogas dikarenakan produk yang
ditawarkan masih sangat baru bagi target pasar yang dituju. Promosi yang akan
dilakukan kelompok ternak antaralain:
Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Toko Pertanian
Konsumen Akhir
Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Konsumen Akhir
34
a. Melakukan peluncuran produk yang unik sehingga menarik perhatian
warga sekitar.
b. Melakukan penyuluhan yang intensif kepada para ibu disekitar
komplek peternakan.
c. Instalasi gratis bagi rumah tangga masyarakat sekitar yang memiliki
jarak dengan terminal biogas tidak lebih dari 200m.
d. Jaminan ketersediaan biogas serta pelayanan yang baik kepada para
konsumen.
Sedangkan promosi yang akan dilakukan dalam pemasaran produk pupuk
organik, kelompok ternak menerapakan beberapa promosi untuk
memperkenalkan pupuk organik tersebut. Promosi yang dilakukan antara
lain:
a. Mengikuti berbagai kegiatan pameran, pameran tersebut bertujuan
untuk memperkenalkan produk pada masyarakat luas.
b. Pemberian leaflet pada konsumen dengan tujuan agar masyarakat
mengetahui pentingnya pengguaan pupuk organik bagi tanaman.
c. Memajang banner `dan spanduk produk pada toko-toko yang dapat
bekerjasama dalam memasarkan POP Kelompok Ternak Teguh
Mandiri
d. Melakukan penyuluhan kepada para petani.
e. Pemberian informasi ke berbagai pihak bahwa pupuk hasil biogas
lebih baik dibandingkan dengan kotoran yang langsung diambil dari
kandang.
Aspek Teknis
Biogas adalah gas rawa yang dihasilkan dari proses penguraian atau
fermentasi bahan organik secara kedap udara (anaerob). Gas tersebut dapat
dengan mudah terbakar karena terdapat kandungan gas methan yang sangat
banyak. Biogas mengandung kombinasi gas metana (CH4), karbon dioksida
(CO2), uap air (H2O), dan beberapa gas lain seperti hidrogen sulfida (H2S), gas
nitrogen (N2), gas hidrogen (H2) dan jenis gas lainnya dalam jumlah kecil.
Adapun susunan kombinasi gas yang terdapat pada biogas dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7. Susunan Kandungan Biogas Kotoran Domba.
Karbon dioksoda (CO2) 14,3%
Gas Methan (CH4) 67,7%
Hidrogen (H2)
BIOGAS
Gas Lain 7,8%
Gas tidak mudah
terbakar22,1% %
Uap Air (H2O) Hidrogen sulfida
(H2S) Nitrogen (N2)
35
Sifatnya yang mudah terbakar dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Gas tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan sangat mudah menguap dan
bercampur udara sekitar. Maka dari itu gas rawa yang dihasilkan diproses dan
ditampung dalam sebuah bak pengurai (digester) kedap udara. Kebudayaan Mesir,
China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar
untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini
dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta (1776),
sedangkan Willam Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang dapat
terbakar tersebut sebagai methan. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan
Tappeiner (1882), memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.
Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan.
Jerman dan Perancis melakukan riset pada masa antara Perang Dunia I dan
beberapa unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah pertanian. Selama
Perang Dunia II banyak petani di Inggris dan benua Eropa yang membuat digester
kecil untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk menggerakkan traktor.
Karena harga BBM semakin murah dan mudah memperolehnya pada tahun 1950-
an pemakaian biogas di Eropa ditinggalkan. Berbeda di negara-negara
berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu
ada. Kegiatan produksi biogas di India telah dilakukan semenjak abad ke-19. Alat
pencerna anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. (FAO, 1991).
Negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan
Papua Niugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat
pembangkit gas bio dengan prinsip yang sama, yaitu menciptakan alat yang kedap
udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang
pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (sludge)
dan pipa penyaluran gas bio yang terbentuk. Menggunakan teknologi tertentu, gas
methan dapat dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan
energi listrik, menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara
sederhana, gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan
penerangan menggunakan kompor gas sebagaimana halnya elpiji. Setiap satu m3
biogas setara dengan 0,46 kilogram elpiji, 0,62 liter minyak tanah, 0,80 liter
bensin, dan 3,5 kilogram kayu bakar (Firmansyah, 2008).
Pendirian unit pengolahan Biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak
Teguh Mandiri dapat direalisasikan jika aspek teknis dapat terpenuhi. Aspek
teknis yang dianalisis pada pendirian unit usaha ini antara lain model digester,
lokasi dan tata letak bangunan, ketersediaan input dan fasilitas produksi, skala
produksi, tahap pendirian unit pengolahan serta proses produksi biogas.
1. Model Digester
Untuk pengolahan biogas yang terbentuk dari bahan-bahan organik
khususnya kotoran domba dapat dibuat beberapa model konstruksi alat penghasil
biogas. Berdasarkan cara pengisiannya ada dua jenis digester (pengolah gas) yaitu
batch feeding dan continuous feeding. Batch feeding adalah jenis digester yang
pengisian bahan organik (campuran kotoran domba dan air) dilakukan sekali
sampai penuh, kemudian ditunggu sampai biogas dihasilkan, setelah biogas tidak
berproduksi lagi atau produksinya sangat rendah, isian digester dibongkar, lalu
diisi kembali dengan bahan organik yang baru.
Continuous feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organiknya
dilakukan periodik dalam jumlah tertentu, hingga biogas mulai berproduksi secara
36
berkesinambungan. Pada pengisian awal digester diisi penuh, lalu ditunggu
sampai biogas berproduksi. Setelah berproduksi, pengisian bahan organik
dilakukan secara kontinu setiap periode siklus produksi dengan jumlah tertentu.
Digester jenis continuous feeding mempunyai dua model yaitu model tetap (fixed)
dan model terapung (floating). Perbedaan model ini adalah pengumpul biogas
yang dihasilkan. Pada model floating, pengumpul gasnya terapung di atas sumur
pencerna sehingga kapasitasnya akan naik turun sesuai dengan produksi gas yang
dihasilkan dan penggunaannya.
Model digester continuous feeding tetap dapat menjadi pilihan yang tepat
bagi kelompok ternak untuk dapat di realisasikan, karena kapasitas produksi yang
besar dan akan disalurkan ke konsumen membutuhkan produksi biogas yang
stabil, disamping itu pengolahan bahan sisa akan lebih mudah dibandingkan
tabung digester sistem terapung. Setiap pengisian bahan organik yang baru akan
selalu diikuti pengeluaran bahan sisa (sludge). Karena itu, jenis digester ini
didesain dengan membuat lubang pemasukan dan lubang pengeluaran. Sludge
adalah zat organik telah mengalami fermentasi dan menghasilkan biogas yang
keluar dari tabung digester karena adanya input isian baru pada tabung. Sludge
berbentuk lumpur padat yang seluruhnya dapat dimanfaatkan langsung sebagai
pupuk tanaman.
Kelompok Ternak Teguh Mandiri direncanakan akan menggunakan model
tabung digester konstruksi tetap kontinu, yaitu tabung digester dan penampung
gas menjadi satu, sedangkan pengisian kotoran domba dilakukan terus menerus.
Model ini dapat dibuat sesuai dengan kapasitas tampung kotoran ternak dan
jumlah biogas yang ingin dihasilkan. Model permanen ini memang membutuhkan
modal yang lebih besar, tetapi usia ekonominya lebih lama, perawatannya mudah,
dan pengoperasiannya sederhana. Tabung digester model konstruksi tetap kontinu
dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Tabung Digester Continuous Feeding (Tetap).
2. Lokasi dan Letak Bangunan
Pemilihan lahan untuk pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba
menjadi biogas yang sesuai di antaranya dengan mempertimbangkan letak yang
37
strategis dan kondisi tanah. Lahan untuk instalasi biogas idealnya harus memiliki
letak yang strategis, berdekatan dengan kandang, sumber air tercukupi dan akses
yang luas. Lokasi lahan yang dipilih juga harus sesuai dengan kemiringan relatif
landai dan tidak terdapat banyak gundukan atau lubang.
Lokasi lahan yang landai akan menguntungkan karena dapat dibangun
konstruksi tabung digester dengan mudah. Lokasi yang akan dibangun Kelompok
Ternak Teguh Mandiri tidak jauh dari kandang sehingga kotoran domba dapat
langsung disalurkan ke digester unit pengolahan biogas. Tidak menutup
kemungkinan untuk membangun instalasi biogas jauh dari kandang ternak, namun
akan muncul kendala yang harus dihadapi, yaitu penyediaan kotoran yang perlu
diangkut dari kandang ke lokasi digester. Posisi bak pencampuran dan bak
penyaring harus lebih tinggi dari sumur digester agar cairan pengisi dapat
mengaliri ke sumur digester. Isisan bahan organik berupa campuran kotoran
domba yang sudah melewati proses produksi akan keluar melalui lubang
pengeluaran, yang akan ditampung sebagai bahan baku POP kelompok ternak.
Ilustrasi posisi bak pencampuran dan lubang pengeluaran dapat dilihat pada
gambar 9 berikut
Gambar 9. Konstruksi Tabung Digester
Kapasitas produksi harian kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh
Mandiri yang mencapai 369 Kg setiap harinya memerlukan tabung digester
berkapasitas 3200 liter. Siklus produksi yang memerlukan waktu enam hari
sampai pada pengisian tabung siklus berikutnya, maka kelompok ternak perlu
membangun lima unit sumur digester. Pemanfaatan kotoran ternak yang efisien
pendirian lima unit tabung biogas ini juga akan menjamin keberlangsungan
penyaluran biogas ke konsumen. Luas lahan yang diperlukan untuk membangun
lima instalasi biogas diperlukan lahan seluas 120 m2, dengan panjang 12m dan
lebar 10m. Konstruksi dan tata letak instalasi biogas dapat dilihat pada gambar 10
berikut.
38
Gambar 10. Tataletak Konstruksi Unit Pengolahan Biogas Kotoran Domba
Cuaca Bogor yang memiliki curah hujan tinggi, memerlukan bangunan
untuk menutup unit pengolahan biogas agar konstruksi tabung dan pipa tidak
cepat rusak. Bangunan yang dibutuhkan dalam pendirian unit bisnis pengolahan
kotoran domba menjadi biogas adalah jenis bangunan semi permanen. Bangunan
sederhana terbuka dengan memiiki atap yang menutupi seluruh areal instalasi
tabung digester bertujuan melindungi tabung dari sengatan matahari dan hujan.
Selain itu, sisa lahan yang tertutup atap, dapat digunakan sebagai tempat
menyimpan pupuk organik padat yang belum didistribusikan. Skema bangunan
penutup instalasi biogas dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Skema Bangunan Penutup Instalasi Biogas
39
Kondisi lahan dan keadaan goegrafis di areal Peternakan Kelompok Ternak
Teguh Mandiri dinilai sudah cukup mendukung untuk pendirian unit bisnis baru
ini. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan topografi kelompok ternak yang
memiliki ketinggian tempat 400 meter di atas permukaan laut, suhu udara berkisar
22-28 derajart Celcius dengan kelembaban udara 70-80 persen serta kemudahan
mendapatkan sumber bahan baku menjadikan lokasi kelompok ternak ideal untuk
mendirikan unit pengolahan biogas kotoran domba.
3. Input dan Fasilitas Produksi
Input utama yang diperlukan pada unit pengolahan biogas kotoran domba
ini adalah bahan organik berupa kotoran domba, urine domba, dan pakan yang
tersisa. Kebutuhan unit pengolahan biogas kotoran domba menjadi biogas juga
membutuhkan starter rumen isi pencernaan sapi, karung plastik transparan
kapasitas 50kg atau 56x90cm, benang karung, dan peralatan fasilitas produksi
seperti mesin jahit karung, timbangan digital.
Kotoran domba, urine, dan sisa pakan ternak dapat terpenuhi suplainya dari
peternakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang saat ini menghasilkan bahan
baku input biogas sebesar 369kg setiap harinya. Jumlah tersebut sangat layak
untuk dapat menghasilkan biogas sebanyak 60m3 biogas setiap harinya apabila
dapat terolah seluruhnya. ketersediaan bahan organik dari kandang ternak domba
ini adalah terus menerus dan dijamin keberadaannya oleh kelompok ternak karena
sistem pemeliharaan peternakan domba disini adalah budidaya, sehingga jumlah
ternak yang dibudidayakan cenderung konstan.
Isi rumen pencernaan sapi merupakan starter tammbahan mikroba
methanogenesis yang memang sangat subur terdapat dalam pencernaan sapi.
Kotoran domba sebenarnya juga memiliki jumlah bakteri mikroba yang cukup
banyak, namun dalam kotoran domba terdapat mikroba colostridium tetani dalam
jumlah kecil yang menghasilkan karat apabila bertemu air, sehingga starter isi
rumen pencernaan sapi dibutuhkan. Isi rumen pencernaan sapi dapat diiperoleh
dari Rumah Potong Hewan (RPH) di Bubulak.
Pengolahan dan pengemasan POP Kelompok Ternakteguh Mandiri
membutuhkan karung plastik transparan 50kg atau 56x90cm. Karung ini banyak
terdapat dipasaran dan dapat dibeli dari penjual karung di Jl. Tole Iskandar
Depok, atau Jalan Baru, Cimanggu. Spesifikasi karung yang bersih dan nyaman
dilihat menjadi salah satu faktor produk POP nyaman untuk dilihat dan mudah
untuk didistribusikannya.
Bahan baku yang mudah didapatkan harus diimbangi dengan fasilitas
produksi pendukung unit pengolahan ini. Kelompok ternak dalam memproduksi
pupuk organik membutuhkan listrik untuk proses pengemasan dan sebagai sumber
penerangan. Alat alat yang digunakan seperti mesin jahit karung dan timbangan
juga memerlukan adanya pasokan listrik. Kapasitas listrik pada kelompok ternak
saat ini adalah 1200 watt, yang digunakan bersamaan dengan peternakan dirasa
cukup untuk memenuhi kebutuhan unit pengolahan biogas kotoran domba.
4. Skala Produksi
Unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh
Mandiri memiliki skala produksi menengah, dengan target produksi biogas rata-
rata sebesar 60m3 dan pupuk organik peternakan rata-rata sebesar 265kg setiap
harinya. Jumlah hewan ternak yang dibudidayakan pada kelompok ternak saat ini
sangat mencukupi untuk memenuhi target produksi tersebut. Saat ini kelompok
40
ternak memiliki domba dewasa sebanyak 123 ekor, dengan estimasi limbah
peternakan yang dihasilkan setiap harinya mencapai 369kg. Nilai konversi
kotoran menjadi biogas adalah 0,1725 m3 per kg kotoran, maka produksi biogas
setiap harinya mencapai 63,65m3 biogas. Biogas yang dihasilkan tersebut mampu
memenuhi kebutuhan 50 rumah tangga dengan asumsi penggunaan biogas
perharinya sebesar 1,2m3. Asumsi peritungan hari dalam setahun sebesar 360
hari, maka dalam setahun unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok
Ternak Teguh mandiri menghasilkan 22.914,9m3 biogas.
Pupuk organik yang dihasilkan kelompok ternak berasal dari sludge hasil
proses produksi biogas dari tabung digester. Limbah kotoran segar yang diproses
melalui tabung biogas akan menyusut sebanyak 20persen, berbentuk lumpur padat
dan dapat langsung segera digunakan sebagai pupuk. Pengemasan sludge sisa
produksi biogas sulit dilakukan apabila masih berbentuk lumpur, maka dari itu
ada proses pengeringan yang perlu dilakukan. Pengeringan tersebut menyusutkan
lumpur sludge sebanyak 10 persen. Adanya dua tahap penyusutan tersebut
menjadikan perhitungan skala produksi pupuk organik setiap harinya adalah
sebagai berikut
Penyusutan 1 (20%) = 369kg - (0,2x369kg)
= 369kg - 73,8kg
= 295,2kg
Penyusutan 2 (10%) = 295,2kg - (0,1x295,2kg)
= 295,2kg - 29,5kg
= 265,69kg
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa produksi rata-rata perhari
pupuk organik peternakan sebesar 265,69kg, sehingga apabila diakumulasikan
dalam satu tahun, maka produksi pupuk organik Kelompok Ternak Teguh
Mandiri sebanyak 95.645 kg. Skala usaha tersebut akan terus meningkat setiap
tahunnya dengan dasar asumsi yaitu peningkatan populasi domba sebesar 5 persen
setiap tahun.
5. Siklus Produksi
Biogas terbentuk melalui tiga tahap, yaitu: hidrolisis, asidifikasi
(pengasaman), dan metanogenesis. Pada tahap hidrolisis, molekul-molekul
dioksidasi secara enzimatik menjadi molekul-molekul pendek. Molekul rantai
pendek tersebut di uraikan lebih lanjut menjadi asam organik oleh bakteri
asetogenik. Selanjutnya asam organik tersebut diuraikan membentuk gas metana.
Kandungan gas Metana yang ideal pada biogas adalah 60-70 persen. Gas metana
dihasilkan oleh mikroorganisme dan bakteri metanogenesis yang terdapat pada
rawa dan perut rumansia seperti kambing, domba, sapi dan kerbau. Suhu yang
baik untuk proses produksi biogas adalah 30-55 derajat Celcius. Pada suhu
tersebut mikroorganisme dapat bekerja secara optimal merombak bahan-bahan
organik. Flowchart proses pembentukan biogas didalam tabung digester dapat
dilihat pada Gambar 12
41
Gambar 12. Flowchart proses pembentukan biogas
Pupuk organik sisa pengolahan biogas dihasilkan dari bahan pengisi yang
telah terurai. Bahan pengisi diuraikan oleh bakteri sehingga kandungan zat hara
terpecah menjadi ion-ion kecil. Selama proses penguraian, biogas yang diproduksi
memberikan hawa panas, sehingga menghancurkan bahan pengisi ke bentuk yang
lebih halus.
Tahapan siklus produksi pengolahan Biogas kotoran domba diawali dengan
pemberian starter pada tabung digester, pencampuran kotoran dan urin domba
dengan air hingga berbentuk lumpur, penyaringan campuran kotoran agar terbebas
dari benda asing, pengisian tabung digester oleh campuran kotoran, proses
produksi biogas, pengontrolan tekanan biogas yang telah disalurkan ke terminal
pengontrol, pengaliran biogas ke konsumen dan pengisian kembali bahan pengisi
pada tabung digester. Penjelasan proses produksi tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut.
a. Pemberian Starter pada Tabung Digester.
Awal proses produksi biogas, tabung digester belum memiliki bakteri
metanogenesis yang diperlukan untuk mengurai bahan organik menjadi
biogas. Maka dari itu, tabung digester pada awal proses produksi harus diisi
starter berupa cairan isi rumen sapi. Cairan rumen sapi memiliki kandungan
bakteri metanogenesis yang sangat subur. Kelompok Ternak Teguh Mandiri
dapat membeli isi rumen sapi ini dari rumah potong hewan terdekat. Cairan
isi rumen sapi dialirkan ke tabung digester sebelum diisi oleh bahan pengisi.
Setelah biogas dihasilkan, tabung digester tidak perlu diisi starter lagi.
Starter diperlukan lagi apabila produksi biogas yang menurun, atau setelah
tabung digester dikosongkan.
b. Pencampuran Kotoran dan urin Domba dengan Air.
Bahan pengisi tabung digester adalah campuran kotoran dan urin
domba yang bercampur dengan air. Kotoran domba dari kandang bercampur
dengan air sisa membersihkan kandang ditampung di dalam bak pencampur,
dimana bak tersebut berfungsi untuk menghomogenkan bahan pengisi.
Kotoran ternak dijadikan bahan isian harus memenuhi persyaratan
diantaranya tidak terlalu kental, dalam kondisi segar, tercampur rata dengan
42
air, serta bebas dari benda-benda keras seperti ranting dan batu. Di dalam
bak pencampur, kotoran domba yang menggumpal dihancurkan dan diaduk
dengan perbandingan air dan kotoran domba 1 : 2. Pengadukan dilakukan
secara merata hingga berbentuk lumpur kental dan bersifat homogen. Laju
produksi biogas tergantung pada kekentalan bahan isian. Bahan isian yang
terlalu cair akan memeperlambat proses produksi, karena bahan organik
yang diuraikan lebih sedikit. Waktu yang dibutuhkan untuk mengolah bahan
isian yang kental relatif singkat dibandingkan bila terlalu encer. Proses
pencampuran ini dilakukan pada sebuah bak penyampuran seluas
100x100x100 cm. Setelah kotoran domba dan air tercampur sempurna maka
campuran tersebut harus disaring terlebih dahulu. Proses pencampuran
kotoran domba dengan air dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Pengadukan Bahan Pengisi.
c. Penyaringan Bahan Pengisi.
Campuran kotoran dialirkan ke bak penyaring untuk memisahkan
benda-benda anorganik yang dapat menghambat proses produksi biogas.
Campuran kotoran yang telah berbentuk lumpur di saring menggunakan
kawat jaring dengan jarak kerenggangan sebesar 2 cm. Saluran bak
penyaring berhubungan langsung denga lubang pemasukan tabung digester.
Sehingga bahan pengisi yang telah disaring bisa langsung dialirkan ke
tabung digester. Proses penyaringan bahan pengisi dapat dilihat pada
Gambar 14.
Gambar 14. Penyaringan Bahan Pengisi
43
d. Pengisian Bahan Pengisi ke Tabung Digester.
Bahan pengisi yang telah disaring, langsung dialirkan ke tabung
digester. Tabung digester diisi hingga mencapai batas maksimum, yakni
lubang pemasukan dan lubang pengeluaran talah tertutup oleh bahan
pengisi. Tertutupnya lubang pemasukan dan lubang pengeluaran sangat
penting untuk mencegah keluar masuknya udara pada tabung digester.
e. Proses Produksi Gas Biomasa (Biogas)
Bahan pengisi yang telah terisi pada tabung digester akan segera
terurai oleh bakteri metanogenesis. Proses produksi biogas pada awal
pengisian membutuhkan waktu 10 hari. Selama 3 hari pertama gas yang
dihasilkan harus dibuang, karena gas tersebut masih didominasi oleh
Karbon dioksida (CO2). Setelah proses produksi berjalan, biogas dapat
dihasilkan dalam waktu 4-5 hari setelah pengisian terakhir. Selama jangka
waktu tersebut biogas terbentuk melalui tiga tahap, yaitu: hidrolisis,
asidifikasi (pengasaman), dan metanogenesis.
f. Pengaturan Regulator Terminal Kontrol
Biogas yang telah diproduksi pada tabung digester langsung dialirkan
ke tabung katalis uap untuk menangkap uap yang tersimpan pada
kandungan gas, selanjutnya biogas dialirkan ke terminal kontrol
penampungan gas. Katalis penangkap uap dapat dibuat dengan cara
sederhana, yaitu menggunakan botol berisi air yang akan dilalui oleh biogas
menuju terminal kontrol penampungan. Katalis penangkap uap dapat dilihat
pada gambar 15 berikut
Gambar 15. Katalis Penangkap Uap Air
Biogas yang telah melewati katalis akan ditampung pada terminal
kontrol penampungan yang selanjutnya akan dialirkan ke konsumen.
Tekanan udara pada terminal kontrol diawasi agar tetap memiliki tekanan
diatas 25 Psi. Tekanan diperlukan agar biogas dapat sampai ke konsumen.
g. Pengaliran Biogas ke Konsumen
Biogas yang dihasilkan dapat dialirkan ke konsumen melalui instalasi
pipa. Tekanan biogas yang tidak terlalu tinggi, mengharuskan posisi rumah
konsumen harus berada lebih tinggi dari terminal kontrol. Tekanan biogas
yang rendah juga memiliki nilai tambah di umur pakai pipa, karena kerja
pipa tidak terlalu berat. Perawatan pipa harus rutin dilakukan untuk
mencegah kebocoran. Perawatan pipa dapat dilakukan dengan pengecekan
secara manual menggunakan air sabun di setiap stopkeran.
44
Seminggu sekali
h. Pengisian Ulang Tabung Digester
Tabung digester yang telah memproduksi biogas memerlukan bahan
isian yang masih segar. Dalam jangka waktu 5 hari tabung digester harus
diisi ulang, agar produksi biogas dapat terus berlangsung. Setiap pengisian
ulang tabung digester, akan mengeluarkan sisa pengolahan campuran
kotoran domba berupa lumpur (sludge). Lumpur sisa pengolahan kotoran
domba tersebut selanjutnya dikeringkan untuk diolah menjadi pupuk
organik. Rangkaian proses produksi biogas dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Rangkaian Proses Produksi Biogas
i. Proses Produksi Pupuk Organik
Lumpur sisa pengolahan biogas sebenarnya bisa langsung digunakan
sebagai pupuk organik. Namun untuk mempermudah proses pengemasan,
lumpur tersebut dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur. Proses
penjemuran dilakukan hingga kadar air yang ada pada pupuk tersebut adalah
10 persen. Setelah pupuk organik cukup kering, pupuk organik dapat
langsung dikemas dalam karung plastik ukuran 50 Kg dan diberikan label.
Siklus time schedule produksi unit pengolahan biogas kotoran domba
selama 30 hari dari awal mulai pengisian starter hingga proses output hasil
biogas dan lumpur sludge pada keseluruhan tabung digester dapat dilihat
pada lampiran 1.
6. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biogas
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi biogas. Faktor
keberhasilan produksi biogas adalah dukungan kondisi lingkungan yang
memungkinkan mikroorganisme dan bakteri metanogenesis bekerja secara
optimal. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap produksi biogas sebagai
berikut :
a. Kondisi Anaerob (Kedap Udara)
Biogas dihasilkan melalui beberapa proses fermentasi bahan organik
oleh mikroorganisme secara kedap udara (anaerob). Karena itu, instalasi
pengolah biogas harus tertutup rapat dan tidak ada kemungkinan masuk atau
keluarnya udara didalam digester.
b. Bahan Baku Isian
Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah
pertanian, sisa dapur, dan sampah organik. Bahan baku isian harus terhindar
dari bahan anorganik seperti pasir, batu, plastik, dan beling.
Pengisian starter
pada tabung digester
Pencampuran kotoran
domba dengan air
Penyaringan bahan
pengisi
Pengisian bahan
pengisi
Pengaturan regulator
terminal kontrol
Proses prosuksi
biogas
Pengaliran biogas ke
konsumen
45
c. Imbangan Karbon dan Nitrogen
Imbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang terkandung dalam bahan
organik sangat menentukan kehidupan dan aktivitas mikroorganisme.
Imbangan C/N yang optimum bagi mikroorganisme perombak adalah 25-30.
d. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman sangat berpengaruh terhadap kehidupan
mikroorganisme. Derajat keasaman yang sesuai bagi kehidupan
mikroorganisme dan bakteri metan adalah 6,8-7,8. Kotoran domba yang
baru dimasukkan umumnya mempunyai pH 8,7. Kemudian setelah
dicampur dengan air dan dimasukkan ke dalam digester, keasamannya turun
menjadi 7,2.
e. Temperatur
Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan
tempertatur yang mendadak di dalam instalasi pengolah biogas. Upaya
untuk menstabilkan temperatur dan menjaga ketahanan biogas dari cuaca
adalah dengan menempatkan instalasi biogas di dalam ruangan tertutup dan
setengah bagian badan dari tabung digester tertanam di dalam tanah.
f. Starter
Starter diperlukan untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme dan
bakteri metan. Semakin subur jumlah populasi mikroorganisme perombak
(bakteri metanogenesis), maka akan semakin optimal produksi biogas. Isi
cairan pada rumen sapi memiliki populasi bakteri metanogenesis yang
sangat banyak, sehingga starter pada digester bisa menggunakan cairan
tersebut.
Aspek Organisasi dan Manajemen
Aspek manajemen dilakukan untuk mengkaji struktur organisasi yang sesuai
dengan unit bisnis yang direncanakan sehingga diketahui jumlah, kualifikasi, dan
deskripsi tugas individu untuk melaksanakan unit bisnis pengolahan kotoran
domba menjadi biogas.
Struktur organisasi merupakan diagram yang menggambarkan jabatan-
jabatan yang ada dari manajemen suatu organisasi serta hubungan jabatan
tersebut. Setiap jabatan mengandung tugas dan tanggung jawab yang jelas dan
memiliki batasan yang jelas dengan jabatan lain. Hubungan timbal balik dan
pengaruh jabatan satu dengan lainnya harus dibatasi secara tegas agar struktur
organisasi yang disusun dapat berfungsi secara harmonis dan tujuan organisasi
dapat diwujudkan secara efektif dan efisien.
Struktur organisasi unit usaha pengolahan biogas masih menyatu dengan
struktur organisasi Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Unit usaha ini dilaksanakan
oleh seorang penanggung jawab produksi biogas dan pupuk organik dari salah
satu anggota kelompok ternak.
Wewenang dan tanggung jawab diberikan kepada ketua kelompok ternak
dalam mengatur unit usaha pengolahan kotoran domba menjadi biogas. Ketua
kelompok ternak membawahi penanggung jawab peternakan untuk mengatur
teknis produksi biogas dan produk pupuk organik. Dalam mengatur produksi
biogas dan pupuk organik, penanggung jawab peternakan dibantu oleh 2 orang
tenaga kerja. Setiap karyawan bertugas untuk melakukan proses produksi hingga
produk siap dijual. Sistem tujuh hari kerja diberlakukan kepada kedua pekerja,
46
akan tetapi pada hari minggu atau hari libur nasional dilakukan sistem pembagian
jam kerja. Sistem pembagian jam kerja pada hari libur dari kedua pekerja
dilakukan bergantian setiap minggu. Keberadaan pegawai tetap dan dibantu oleh
para anggota menjadikan aspek organisasi dan manajemen dalam pendirian unit
pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri layak
untuk dijalankan.
Aspek Hukum dan Perizinan
Aspek hukum berkaitan dengan prosedur yang berkaitan dengan izin-izin
usaha atau berbagai persyaratan yang harus terlebih dahulu terpenuhi. Aspek
hukum dan perizinan dari pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba
inimenunjukan bahwa Kelompok Ternak Teguh Mandiri mampu memenuhi
ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan. Kelompok ternak sebelum
mendirikan unit pengolahan biogas ini telah memiliku Surat Izin Usaha
Perdagangan dari desa serta izin mendirikan bangunan (IMB) yang dibuat pada
saat pendirian kelompok ternak. Lahan yang digunakan adalah lahan pribadi milik
H Tatang Muchtar yang masih menyatu dengan lokasi peternakan. Kelengkapan
surat-surat lahan mengenai sertifikat lahan serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
dalam pendirian unit pengolahan tersebut telah memenuhi syarat karena telah
dibayar kewajiban tersebut oleh H Tatang Muchtar. Kelengkapan perizinan yang
sampai saat ini belum diurus oleh kelompok ternak adalah akta notaris pendirian
kelompok ternak dan pendaftaran Nomer Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Persyaratan hukum akta notaris dan NPWP akan direncanakan akan segera diurus
setelah masa pajak tahunan selesai, yaitu akhir bulan maret. Kelompok Ternak
Teguh Mandiri dalam kelengkapan perizinan pendirian unit pengolahan Biogas
kotoran domba ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek hukum.
Aspek Sosial
Suatu proyek yang dilaksanakan harus memperhatikan dampak yang
ditimbulkan dan pengaruhnya terhadap lingkungan, masyarakat dan negara. Unit
pengolahan kotoran domba menjadi biogas memberikan pengaruh terhadap
lingkungan, masyarakat dan negara. Berikut ini akan diuraikan secara lebih
terperinci mengenai dampak yang akan ditimbulkan dari pendirian unit
pengolahan kotoran domba menjadi biogas.
1. Lingkungan
Perkembangan usaha peternakan yang sejalan dengan peningkatan populasi
domba menyebabkan meningkatnya jumlah kotoran domba (limbah). Peningkatan
jumlah penduduk yang tidak diiringi dengan peningkatan luas tanah menyebabkan
kepadatan di wilayah pemukiman, hal tersebut menjadi dilema bagi kelestarian
lingkungan. Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang berada di Kabupaten Bogor,
Nagrak, merupakan sebuah usaha berskala menengah yang memiliki unit usaha
penggemukan dan budidaya domba. Usaha peternakan ini menjadi sumber
pendapatan anggota kelompok ternak, namun menciptakan lingkungan yang sehat
dan bebas dari polusi merupakan tanggung jawab semua pihak.
Biogas yang dihasilkan dari instalasi secara tidak langsung telah banyak
membawa manfaat terhadap lingkungan. Limbah yang awalnya ditampung di
lahan tegalan dan menimbulkan bau tidak sedap di sekitar pemukiman warga desa
Nagrak, akan diolah menjadi biogas dan pupuk organik. Maka dengan
47
dibangunnya unit usaha pengolahan biogas, limbah kotoran dapat dimanfaatkan
dengan baik dan tidak mencemari udara lingkungan pemukiman. Limbah tersebut
diproses di dalam instalasi yang tidak menimbulkan bau. Ampas atau sludge yang
berfungsi sebagai pupuk organik dapat dimanfaatkan petani sekitar untuk
membantu proses perbaikan tanah dari kerusakan pupuk kimia. Biogas setidaknya
dapat mengurangi pencemaran udara, sehingga tingkat pencemaran udara dari
limbah peternakan dapat dikurangi.
Limbah dari biogas ini adalah pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk
yang bahan dasarnya diambil dari alam dengan jumlah dan unsur hara yang
terkandung secara alami (Simamora et al, 2005). Pupuk organik merupakan bahan
pembenah tanah paling baik dan alami. Bentuk pupuk baik organik maupun
anorganik dapat berupa padat dan cair. Pupuk organik padat berupa kompos.
Pupuk organik cair merupakan pupuk organik dalam bentuk cair, umumnya
berupa ekstrak bahan organik yang dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol,
atau minyak.
Sludge (lumpur sisa pembuatan biogas) sudah mempunyai sifat seperti
pupuk kompos, tetapi karena bentuknya lumpur akan menyulitkan dalam
pengemasan dan pengangkutan. Karena itu, sebaiknya sludge dipisahkan menjadi
bagian padatan dan cairan. Bagian padatan disebut pupuk organik padat yang
telah dipisahkan dari cairan pengikat. Kandungan unsur hara dalam pupuk organik
ini berbentuk ionik dikarenakan sudah terjadinya proses fermentasi.
Pemisahan sludge dapat dilakukan dengan alat yang sederhana. Alat yang
digunakan berupa kawat saringan pasir dengan jarak kerenggangan 0,5 cm yang
dipasang di saluran pembuangan cairan pada bak penampung sludge. Setelah
cairan terpisah, sludge dijemur hingga cairan menguap seluruhnya. Cairan yang
dipisahkan dari sludge sebenarnya mengandung unsur hara yang tinggi, namun
karena proses pengolahan cairan ini membutuhkan area yang cukup luas, maka
cairan ini tidak dikomersilkan. Cairan ini sudah tidak berbau sehingga dapat
langsung dialirkan ke lahan pertanian.
2. Masyarakat
Pendirian unit usaha pengolahan biogas dapat menciptakan lapangan kerja
baru bagi masyarakat sekitar. Karena adanya unit usaha ini dan hasil
sampingannya yang menambah penerimaan kelompok ternak dapat
memberdayakan masyarakat sekitar. Sisa pengolahan biogas yang diolah menjadi
pupuk organik memberikan dua keuntungan sekaligus pada peternak. Pertama
terciptanya lapangan kerja dan yang kedua dihasilkannya penerimaan tambahan
dari penjualan pupuk organik. Biogas sebagai sumber energi alternatif
memberikan manfaat yang cukup besar bagi rumah tangga disekitar kelompok
ternak. Selama ini masyarakat mengalami kesulitan dalam mendapatkan minyak
tanah. Minyak tanah yang langka dan BBM yang relatif meningkat lima tahun
terakhir ini menyebabkan keberadaan biogas khususnya di wilayah sentra
peternakan sangat dipertimbangkan.
3. Negara
Pembuatan instalasi biogas diharapkan dapat membantu pemerintah
menanggulangi kelangkaan BBM sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.
Kelangkaan BBM di daerah, terutama pedesaan baik itu dari akibat terlambatnya
pasokan BBM dari pusat dapat diminimalkan dengan adanya sumber energi
alternatif. Sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan selain biogas
48
diantaranya biodiesel. Pengembangan sumber energi alternatif sejenis yang dapat
lebih mengacu kepada daerah, dimana bahan baku tersedia berlimpah. Oleh
karena itu pemerintah dapat terus menggali potensi negara dengan
memberdayakan sumber energi yang selama ini terabaikan.
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis finansial merupakan tahap akhir dalam melakukan kajian
kelayakan pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas.
Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui jumlah modal, jenis-jenis
penggunaannya dalam pendirian dan pelaksanaan operasional biogas. Aspek
finansial meliputi kelayakan dan ketahanan usaha terhadap berbagai kondisi.
Perencanaan finansial dapat menguraikan perencanaan biaya dan perencanaan
pendanaan yang diperlukan dalam pendirian unit bisnis pengolahan kotoran
dombamenjadi biogas. Perencanaan biaya ini meliputi biaya investasi dan biaya
operasional, dimana biaya operasional tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel.
Analisis yang digunakan dalam menganalisis perencanaan finasial
Kelompok Ternak Teguh Mandiri pada Kajian Pengembangan Bisnis ini adalah
analisis Penerimaan dan Biaya, analisis Rugi atau Laba, analisis Arus tunai,
analisis sensitivitas dan analisis nilai pengganti (switching value). Alat
penghitung Indikator kelayakan usaha yang digunakan adalah analisis NPV (net
present value), Net B/C (Net Benefit/Cost) dan IRR (Internal Rate of Return),
yang sekaligus dapat ditampilkan dalam analisis financial melalui arus tunai (cash
flow). Analisis sensitivitas dan analisis nilai pengganti merupakan metode
pengujian ketahanan pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi
biogas terhadap kondisi-kondisi yang mungkin terjadi
Rencana Investasi
Investasi adalah modal yang dikeluarkan untuk pengadaan infrastruktur
yang pertama kali sewaktu memulai usaha dan dapat digunakan lebih dari satu
tahun periode. Dalam perencanaan pendirian unit bisnis pengolahan kotoran
domba menjadi biogas memerlukan adanya perencanaan biaya. Perencanaan biaya
tersebut meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Rencana investasi
dalam pendirian unit bisnis ini meliputi pengadaan lahan, bangunan, konstruksi
tabung digester, peralatan dan instalasi jaringan pipa ke konsumen.
1. Lahan
Lahan yang akan dibutuhkan dalam rencana pendirian unit bisnis ini
tidak terlalu luas. Besarnya luas lahan yang dibutuhkan untuk pendirian unit
bisnis peengolahan kotoran domba menjadi biogas adalah 120 m2.Pemilihan
lahan untuk pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas
yang sesuai di antaranya dengan mempertimbangkan letak yang strategis
dan kondisi tanah. Lahan untuk instalasi biogas idealnya harus memiliki
letak yang strategis, berdekatan dengan kandang, sumber air tercukupi dan
akses yang luas. Lokasi lahan yang dipilih juga harus sesuai dengan
kemiringan relatif landai dan tidak terdapat banyak gundukan atau lubang.
Lokasi lahan yang landai akan menguntungkan karena dapat dibangun
konstruksi tabung digester dengan mudah. Namun untuk letak bak
49
pengaduk dan bak penyaring harus berada di lokasi yang lebih tinggi dari
lokasi tabung digester, untuk lebih mudah mengalirkan bahan pengisi
tabung digester. Kondisi lahan dan keadaan goegrafis di areal Peternakan
Kelompok Ternak Teguh Mandiri saat ini dinilai sudah cukup mendukung
untuk pendirian unit bisnis baru ini. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan
topografi kelompok ternak yang memiliki ketinggian tempat 400 meter di
atas permukaan laut, suhu udara berkisar 22 – 28 derajart Celcius dengan
kelembaban udara 70 - 80 persen.
2. Bangunan
Bangunan yang dibutuhkan dalam pendirian unit bisnis pengolahan
kotoran domba menjadi biogas adalah jenis bangunan semi permanen.
Bangunan sederhana terbuka dengan memiiki atap yang menutupi seluruh
areal instalasi tabung digester bertujuan melindungi tabung dari sengatan
matahari dan hujan. Selain itu, sisa lahan yang tertutup atap, dapat
digunakan sebagai tempat menyimpan pupuk organik padat yang belum
didistribusikan.
3. Konstruksi Tabung digester
Sumur digester adalah tempat untuk menampung dan memfermentasi
bahan organik. Digester harus mampu menampung kotoran ternak yang
dialirkan secara kontinu dari kandang. Digester dibuat di dalam tanah yang
digali sehingga posisinya lebih rendah bak pencampuran dan bak
penyaringan. Dengan demikian kotoran ternak dari bak penyaringan dapat
langsung dialirkan ke tabung digester.
4. Peralatan
Peralatan yang akan digunakan dalam rencana investasi ini antara lain
mesin jahit karung, timbangan digital, selang air,serokan kayu, sepatu bot
dan masih banyak lagi. Sebagian Peralatan yang dibutuhkan tersebut
merupakan peralatan yang sudah ada di kelompok ternak. Namun untuk
meningkatkan produktifitas dan kenyamanan tenaga kerja dalam
menjalankan proses produksi, seluruh peralatan tersebut akan menggunakan
peralatan baru.
5. Instalasi Jaringan Pipa ke Konsumen
Jaringan pipa ke konsumen merupakan investasi yang memerlukan
penanganan dan perawatan lebih. Pemasangan instalasi pipa gas
menggunakan dua jenis pipa, yakni pipa pvc dan pipa besi. Pipa pvc atau
pipa paralon digunakan pada lokasi yang aman dan tidak beresiko
pecah/bocor. Penggunaan pipa besi digunakan untuk melewati lokasi yang
membutuhkan ketahanan karena kemungkinan untuk pecah/bocor sangat
tinggi. Untuk mengontrol terjadinya kebocoran pada instalasi pipa, setiap
50m akan dipasang barometer dan stop kran pipa. Sehingga, ketika
diketahui ada kebocoran, stop kran yang paling berdekatan dengan sumber
kebocoran akan langsung segera ditutup.
Rencana Pendanaan (Budgeting)
Di dalam budgeting pendirian unit bisnis ini, akan diuraikan mengenai
penyusunan rencana pembiayaan dan perkiraan penerimaan yang akan diperoleh
dengan adanya rencana pengembangan bisnis melalui pendirian unit bisnis
pengolahan kotoran domba menjadi biogas
50
a. Lahan
Rencana biaya investasi pengadaan lahan dalam rencana
pengembangan bisnis pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba
menjadi biogas akan dilakukan dengan cara membeli lahan baru. Harga
lahan di daerah lokasi kelompok ternak adalah sebesar Rp 100.000 per m2,
dimana luasan lahan yang dibutuhkan adalah 120 m2. Jumlah biaya investasi
untuk pembelian lahan bangunan dalam rencana pengembangan bisnis ini
adalah Rp 12.000.000,-.
b. Bangunan
Perencanaan pendirian bangunan yang akan diinvestasikan dalam
rencana pengembangan bisnis pendirian unit bisnis ini akan dilakukan
secara borongan, sesuai dengan jumlah luas bangunan yang akan di bangun.
Biaya borongan pendirian bangunan penutup instalasi biogas adalah sebesar
Rp.300.000 per m2, dimana luasan bangunan yang akan di bangun seluas
120 m2. Jumlah biaya investasi untuk pendirian bangunan dalam rencana
pengembangan bisnis ini adalah Rp 36.000.000,-.
c. Konstruksi Tabung digester
Berdasarkan hasil pengamatan dari peternak sapi Kelurahan Kebon
Pedes, kebutuhan bahan bangunan untuk membangun instalasi biogas
menggunakan lima tabung digester berkapasitas 3,5 m2 biogas dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar Harga Bahan Baku Pembuatan Investasi Tabung Digester Biogas
No Jenis Barang Jumlah Satuan Harga/Satuan
(Rp) Total(Rp)
1 Pasir 4 colt 260000 1040000 2 Semen 20 Sak 65000 1300000 3 Kayu (kaso) 1 Kubik 600,000 600000 4 Triplek 4mm 30 Lembar 38000 1140000 5 Kerangka besi 22 Batang 50,000 1100000 6 Bata merah 2000 Unit 600 1200000 7 Cat (flinkote) 5 Kaleng 60,000 300000 8 Balok 6x12 10 Batang 70000 700000 9 Balok 5x10 15 Batang 60000 900000 10 Tenaga kerja gali tanah 5 HOK 55000 275000 11 Tenaga kerja tukang 6 HOK 75000 450000 Jumlah 9005000
Sumber: Peternak Sapi Kelurahan Kebon Pedes
Investasi membangun lima buah tabung digester dilakukan dengan
melakukan pengawasan langsung dalam pembangunannya. Biaya investasi
yang dibutuhkan untuk membangun sebuah tabung digester berkapasitas
3200 liter membutuhkan biaya sebesar Rp. 9.005.000,-. Jumlah biaya
investasi untuk membangun konstruksi tabung digester dalam rencana
pengembangan bisnis ini adalah Rp 45.025.000,-.
d. Peralatan Produksi
Nilai investasi peralatan produksi yang akan digunakan dalam rencana
pengembangan bisnis ini merupakan nilai kebutuhan peralatan produksi
yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan prosuksi. Total biaya investasi
51
peralatan yang diperlukan sebesar Rp. 13.980.000,-. Rincian investasi
peralatan dapat dilihat pada Lampiran 2.
e. Instalasi Jaringan Pipa ke Konsumen
Biaya investasi untuk instalasi jaringan pipa ke konsumen dalam
rencana pengembangan bisnis ini adalah Rp 42.000.000,-. Nilai tersebut
diasumsikan dari jarak lokasi kelompok ternak dengan konsumen terjauh
adalah 700 meter, sehingga nilai ditetapkan berdasarkan pengalian jarak
dengan biaya yang diperlukan setiap meternya.
Proyeksi Aliran Kas
Aliran kas pendirian unit bisnis pengolahan kotoran dombamenjadi biogas
terdiri dari kas masuk dan aliran kas keluar. Aliran kas masuk (inflow) berasal dari
penerimaan penjualan biogas dan pupuk organik peternakan yang diusahakan.
Arus kas keluar (outflow) berasal dari pengeluaran biaya investasi dan biaya
operasional.
1. Arus Penerimaan (Inflow)
Manfaat atau penerimaan unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi
biogas bersumber dari penjualan biogas dan pupuk organik. Biogas yang
dihasilkan dalam unit bisnis ini dipasarkan ke rumah tangga masyarakat sekitar.
Biaya yang ditetapkan kepada konsumen berdasarkan jumlah pemakaian biogas
yang tertera pada meteran penggunaan. Satuan hitung yang ditetapkan pada
pemakaian biogas adalah meter kubik (m3). Harga yang ditetapkan Kelompok
Ternak Teguh Mandiri dalam menjual biogas adalah Rp. 1.600 per m3. Jika
asumsi kemampuan domba memproduksi kotoran per ekor rata-rata adalah 3 kg
per hari, dan populasi yang dipelihara adalah 123 ekor, maka limbah kotoran
setiap tahun adalah 132.840 Kg. Nilai konversi kotoran menjadi biogas adalah
0,1725 m3 per kg kotoran. Jadi jumlah biogas yang dapat dipasarkan setiap tahun
adalah 22.848,5 m3. Dengan harga jual biogas ke konsumen sebesar Rp. 1.600 m
3,
Kelompok ternak mampu menerima hasil penjualan biogas pada tahun pertama
sebesar Rp. 36.663.840,-.
Diketahui jumlah rataan penyusutan limbah kotoran domba setelah
mengalami proses fermentasi biogas adalah 20 persen, maka rendemen limbah
pengolahan biogas setiap tahunnya adalah 106.272 Kg. Setelah dikeringkan dan
siap dijual, sludge akan susut sebesar 10 persen. Maka jumlah pupuk organik yang
dapat dijual adalah 95.645 Kg. Dengan harga jual pupuk sebesar Rp 600/Kg,
penerimaan yang dapat diterima dari hasil produksi pupuk organik pada tahun
pertama adalah Rp 57.386.880,-. Peningkatan jumlah populasi domba pada
Kelompok Ternak Teguh Mandiri diperkirakan meningkat 5 persen setiap
tahunnya, sehingga unit pengolahan kotoran domba dapat berkembang seiring
dengan peningkatan pasokan kotoran yang meningkat sebesar 5 persen. Rincian
penerimaan dapat dilihat pada Lampiran 4.
2. Arus Pengeluaran (Outflow)
Arus pengeluaran dalam analisis kelayakan unit bisnis pengolahan kotoran
domba menjadi biogas terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Arus
biaya mencerminkan pengeluaran-pengeluaran yang akan terjadi selama masa
proyek.
52
a. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan sekali dalam proses
produksi untuk memperoleh beberapa manfaat sampai secara ekonomis
tidak menguntungkan lagi (Lipsey et al, 1986). Pada pendirian unit bisnis
pengolahan kotoran domba menjadi biogas, biaya investasi dikeluarkan
pada awal pendirian secara keseluruhan.
Biaya investasi unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas
terdiri dari biaya investasi lahan, bangunan, instalasi jaringan pipa, peralatan
produksi. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 2.
b. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk
kebutuhan proses produksi. Besarnya biaya operasional ini dihitung
pertahun, hal ini untuk mempermudah proses perhitungan. Biaya
operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah total pertahunnya tetap
(konstan), tidak dipengaruhi oleh perubahan intensitas volume produksi.
Biaya tetap yang dikeluarkan pada unit bisnis instalasi biogas ini terdiri dari
biaya upah tenaga kerja, biaya perawatan instalasi biogas, biaya listrik,
biaya telepon, dan promosi.
Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah
seiring dengan adanya perubahan intensitas volume produksi. Biaya variabel
yang dikeluarkan pada unit bisnis pengolahan kotoran dombamenjadi biogas
ini terdiri dari biaya kotoran domba, biaya pengemasan pupuk organik,
starter, karung dan benang. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Hasil Analisis Kelayakan Investasi
Kriteria kelayakan investasi unit usaha pengolahan biogas dilihat dari nilai
NPV, IRR, B/C Ratio, dan Payback periode. Analisis dilakukan pada tingkat suku
bunga 7 persen. Tingkat suku bunga tersebut merupakan tingkat suku bunga
deposito yang berlaku di bank-bank umum. Kriteria investasi dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria Kelayakan Unit Usaha Pengolahan biogas kotoran domba Kriteria Investasi Tingkat Suku Bunga 7 persen
NPV
IRR
B/C Ratio
Payback periode
Rp 209.416.798
26.41 %
2.31
4,330 tahun (4 tahun 3 bulan 28 hari) dari 10 tahun
Sumber : Cashflow Pendirian Unit Pengolahan Biogas Kotoran domba.
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai NPV yang diperoleh yaitu
Rp 209.416.798, artinya unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas
selama umur proyek akan memperoleh manfaat sebesar Rp 209.416.798. Nilai ini
menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan lebih dari nol sehingga usaha ini layak
untuk dijalankan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 2.310 artinya setiap
Rp 1,000 biaya yang dikeluarkan maka akan menghasilkan manfaat sebesar Rp
2.310. Nilai Net B/C ini jelas sangat layak untuk dijalankan. Nilai untuk kriteria
53
IRR sebesar 26.41 persen. Berdasarkan nilai IRR tersebut, maka pendirian unit
bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas pada kelompok ternak ini layak
dilaksanakan, karena nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yakni 7 persen.
Artinya modal lebih menguntungkan digunakan untuk mendirikan unit bisnis
pengolahan kotoran dombamenjadi biogas dibandingkan disimpan di bank dalam
bentuk deposito. Sedangkan untuk tingkat pengembalian investasi usaha
pengolahan kotoran domba menjadi biogas yaitu selama 4.303 tahun atau 4 tahun
3 bulan dan 28 hari. Berdasarkan hasil analisis, waktu pengembalian investasi
tidak melebihi umur proyek sehingga usaha tersebut layak untuk diusahakan.
Analisis Switching Value
Analisis Switching Value yang dilakukan pada pendirian unit pengolahan
Biogas kotoran domba ini dilakukan melalui tiga variasi skenario kondisi. Kondisi
pertama adalah skenario penurunan pasokan bahan baku kotoran domba. Skenario
ini didasari atas kegiatan peternakan domba kelompok ternak yang tidak
meneapkan minimal domba yang dibudidayakan. Apabila pada saat Iedul Adha
kondisi kandang banyak domba yang terjual, maka skenario ini digunakan untuk
mengantisipasi batas maksimal berkurangnya pasokan kotoran domba. Kondisi
skenario kedua adalah memperhitungkan batas toleransi penurunan harga jual
output, baik biogas maupun pupuk organik. Skenario ini diperhitungkan untuk
mengantisipasi melimpahnya suplai atau adanya barang subtitusi yang dapat
menurunkan harga komoditas biogas dan pupuk organik. Kondisi skenario ketiga
adalah peningkatan biaya variable. Skenario ini dianalisis untuk mengantisipasi
kenaikan harga bahan baku input pada unit pengolahan biogas ini.
Hasil analisis Switching value pada variabel penurunan harga jual,
penurunan pasokan bahan baku serta keenaikan biaya variabel dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Switching Value Pada Beberapa Kondisi Usaha
Skenario Kondisi Usaha Switching Value Persentase Kepekaan Unit Biogas
Terhadap Perubahan Kondisi Usaha
Penurunan pasokan bahan baku 29,447517%
Penurunan harga jual output 25,9038328%
Peningkatan total biaya variabel 215,257202%
Sumber: Arus Kas Pendirian Unit Pengolahan Biogas Kotoran Domba
Berdasarkan Tabel 4. batas persentase perubahan dari hasil analisis
Switching Value pada penurunan pasokan bahan baku berupa kotoran domba
sebesar 29,447517%. Sedangkan pada penurunan harga jual, unit usaha ini
mempu bertahan hingga batas penurunan harga sebesar 25,9038328%. Pada
peningkatan biaya variabel, unit pengolahan biogas ini memiliki kekuatan yang
baik, yakni mampu bertahan hingga 215,257202%. Ketiga skenario ini
menunjukan unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak
Teguh Mandiri sangat layak untuk dijalankan. Pada ketiga kondisi tersebut nilai
NPV adalah Rp 0,-; net B/C adalah satu dan nilai IRR adalah 7 persen
menunjukan tingkat IRR sama dengan tingkat suku bunga deposito. Dasar
penghitungan analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 7.
54
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kelompok Ternak Teguh Mandiri sebagai salah satu usaha rakyat yang
memiliki unit peternakan domba, menghasilkan limbah kotoran domba segar
mencapai 0,3 ton per hari. Kondisi eksternal dan internal kelompok ternak dinilai
mampu untuk mendirikan unit bisnis pengolahan biogas. Produk yang dihasilkan
berupa biogas dan pupuk organik padat. Biogas dipasarkan langsung ke
masyarakat sekitar kelompok ternak, sedangkan pupuk organik padat dipasarkan
ke petani sekitar kelompok ternak dan beberapa daerah pertanian lainnya.
Dalam menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan biogas ini,
dilakukan melalui analisis non finansial, analisis finansial dan analisis kepekaan
sensitifitas. Analisis kelayakan non finansial menunjukan bahwa pendirian unit
pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri dari
berbagai aspek layak untuk dilaksanakan. Aspek pasar dan pemasaran
menunjukan bahwa adanya excess demand terhadap pupuk organik yang dapat
menjadi peluang bagi kelompok ternak, selain itu biogas yang dihasilkan dengan
harga yang ditetapkan lebih ekonomis dibandingkan elpiji. Aspek teknis
kelompok ternak memperlihatkan bahwa Kelompok Ternak Teguh Mandiri
mampu mendirikan unit pengolahan biogas berdasarkan lahan yang menunjang,
serta bahan baku yang melimpah. Aspek manajemen dan Organisasi kelompok
ternak yang sudah berjalan saat ini dianggap cukup mampu untuk menambah unit
pengolahan biogas kotoran domba ini karena tenaga kerja dan anggota yang dapat
saling membantu dalam menjalankan unit pengolahan limbah ini. Aspek Hukum
dan Perizinan pada kelompok ternak pada dasarnya sudah mampu untuk
mendirikan unit pengolahan biogas kotoran domba. Kelompok ternak saat ini
sudah memiliki izin usaha dan Izin Mendirikan Bangunan dari Desa Sukaraja.
Aspek Sosial dari rencana didirikannya unit pengolahan biogas kotoran domba
pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri tidak akan menimbulkan penolakan sosial,
karena memiliki banyak manfaat bagi lingkungan, masyarakat dan negara dan
dinilai mampu bermanfaat bagi masyarakat sekitar dalam penyediaan energi
alternatif, serta mampu mengurangi pencemaran lingkungan.
Kelayakan finansial yang dianalisis dalam pendirian unit pengolahan
Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri meliputi nilai
NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period. Hasil analisis kelayakan financial yang
didapat adalah nilai NPV yang diperoleh yaitu Rp 209.416.798, Angka tersebut
menunjukkan nilai manfaat yang diterima saat ini dari penerimaan bersih
Kelompok Ternak Teguh Mandiri selama sepuluh tahun kedepan dengan
memperhitungkan tingkat suku bunga tujuh persen per tahun. Nilai Net B/C yang
diperoleh yaitu sebesar 2,31 artinya setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan, maka
akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 2.310. Nilai Net B/C ini menunjukan
pendirian unit bisnis ini layak untuk dijalankan. Nilai untuk kriteria IRR sebesar
26.41 persen. Berdasarkan nilai IRR tersebut, maka proyek pendirian unit bisnis
pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri layak
dilaksanakan, karena nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang
ditetapkan yaitu tujuh persen. Artinya modal lebih menguntungkan dialokasikan
55
untuk pendirian unit bisnis pengolahan biogas dibandingkan disimpan dalam
bentuk deposito. Sedangkan untuk tingkat pengembalian investasi usaha,
pendirian unit bisnis ini memerlukan waktu selama 4,303 tahun atau 4 tahun 3
bulan dan 28 hari. Berdasarkan hasil analisis, waktu pengembalian investasi tidak
melebihi umur proyek 10 tahun, sehingga usaha tersebut layak untuk diusahakan.
Dalam antisipasi menghadapi beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi
kelayakan pendirian unit bisnis ini, dihitung tingkat kepekaan unit bisnis terhadap
tiga kondisi, yakni penurunan jumlah pasokan bahan baku, penurunan harga jual
dan kenaikan total biaya variabel. Dari hasil analisis nilai pengganti, unit bisnis
pengolahan kotoran domba masih dapat bertahan atas penurunan pasokan bahan
baku sebesar 29,447517%, penurunan harga jual output sebesar 25,9038328% dan
kenaikan total biaya variabel sebesar 215,257202%.
Secara keseluruhan, pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba pada
Kelompok Ternak Teguh Mandiri ini sangat layak untuk diusahakan. Harga bahan
baku yang murah serta harga jual yang sangat tinggi menjadikan beberapa nilai
analisis nampak tidak rasional. Namun, jika melihat dari sifat barang, proses
produksi dan tingkat permintaan yang ada, produk biogas dan pupuk organik
memang mampu menjadi usaha yang sangat layak jika dikelola dengan benar.
Saran
Rencana pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba merupakan
salah satu alternatif rencana pengembangan bisnis yang dapat dilakukan oleh
Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang bertujuan untuk meningkatkan
penerimaan. Lokasi kelompok ternak yang memiliki akses ke kota-kota besar
menjadikan peluang pasar pupuk organik peternakan produksi Kelompok Ternak
Teguh Mandiri masih terbuka lebar. Strategi kelompok ternak untuk dapat
menangkap peluang tersebut harus memiliki perencanaan yang tepat seperti
perencanaan pemasaran dan keberlanjutan produksi. Adapun saran yang dapat
diberikan antara lain :
1. Mengoptimalkan kegiatan pemasaran seperti kegiatan promosi dan survei
pasar untuk meningkatkan jumlah konsumen sehingga akan meningkatkan
pendapatan. Untuk produk pupuk organik padat, kegiatan promosi yang
dilakukan dapat berupa personall selling yang didukung dengan penjelasan
singkat tentang manfaat produk dan keunggulan yang dimiliki, serta
memperkenalkan produk dengan pemberian contohproduk.
2. Mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki oleh kelompok tani seperti
pengoptimalan sumber bahan baku yang diproduksi sendiri, tenaga kerja,
pemasaran dan peralatan produksi. Kelompok ternak diharapkan dapat
memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada dengan lebih efektif dan
efisien.
3. Menjalin hubungan yang baik terhadap konsumen dan pelanggan dalam
memberikan pelayanan dan kepuasan, sehingga keberlanjutan transaksi dan
jalinan relasi terjalin kuat antara Kelompok Ternak Teguh Mandiri dengan
konsumen.
56
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2008. Sumberdaya Kabupaten
Bogor Dalam Angka. Bogor: BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2012. Data Jumlah Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Bandung: BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator
Utama Sosial Ekonomi Indonesia. Jakarta: BPS.
[FAO] Food amd Agroculture Organization. 2001. The Development and Use of
Biogas Technology in Rural Asia. www.fao.org/nr/climpag/
[IPB] Institut Pertanian Bogor. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bogor:
IPB Press.
AAK. 2007. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta : Kanisius.
Angipora, Marius P. 2002. Dasar-dasar Pemasaran Edisi Kedua. Jakarta : Divisi
Buku Perguruan Tinggi PT. Raja Grafindo Persada.
Bilad, R. M. 2008. Teknologi Biogas untuk Peternak. http://sasak.org/univ-
ks/tepat-guna/655-tutorial-pembuatan-biogas.
BP. Statistic Review of World Energy. 2013. [E-book].
www.bp.com/statisticalreview.com
Cooper, D. dan C.W. Emory. 1998. Metode Penelitian Bisnis Edis Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Dawson, K. A. 1993.Current and Future Role of Yeast Culture in Animal
Production.A Review of Research Over The Last Seven Years.In : TTP.
Lyons Ed. Biotechnology in The Feed Industry. Altech Technical
Publications, Nicholas Ville, K. Y. Vol. IX. Pp. 269 - 291.
Dewi, Triana G. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak
Kambing Perah (Kasus: Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat dan JICA. 2002. Standar Kualitas Makanan
Sapi Perah. Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat,
Bandung.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Total Produksi Nasional Daging. Jakarta:
Direktorat Jenderal Peternakan
Fariyanti A, Sumantri B. 2011. Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi
dengan Sapi Potong pada Kondisi Risiko di Kelompo Tani Dewi Sri.
Bogor : Program Studi Sains Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Firmansyah, Cecep. 2008. Hemat Energi dengan Kotoran Sapi dalam Pidato
Sambutan General Manager PLN. www.energiportal.com
Gaspersz, Vincent. 2005. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Gray, M. 1995. Pengantar Evaluasi Proyek. PT. Gramedia. Jakarta.
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
57
Harahap, Dolly M. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah PT. Rejo Sari
Bumi Unit Tapos, Kecamatan Ciawi, Bogor, [Skripsi]. Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Hermanto, Bangun Tri. Sistem Produksi dan Kelayakan Usaha Peternakan
Kambing Peranakan Etawah Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay
Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat. [Skripsi].
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Horngren, C. T., T. Harrison, A. Robinson dan H. Secokusumo. 1996. Akuntansi
di Indonesia. Jakarta : PT Salemba Emban Patria.
Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Unit
Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Irmawati, Dewi. 2013. Sistem Produksi dan Kelayakan Usaha Peternakan
Kambing EtawaStudi kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan
Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat.[Skripsi]. Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia: Jakarta.
Keown, Arthur J. 2001. Financial Management International Edition. Prentice
Hall.
Kharistya, Amaru. 2004. Rancang Bangun dan Uji Kinerja Biodigester Plastik
Polyethilene Skala Kecil (Studi Kasus Ds. Cidatar Kec. Cisurupan, Kab.
garut), Tugas Akhir, Fakultas Pertanian. UNPAD. Bandung.
Khomsan, Ali. 2003. Budaya Minum Susu dan Peningkatan Sumberdaya Manusia
Kita. www.gizi.net (13 Desember 2013).
Kotler, Philip and Gary Armstrong. 1995. Principles of Marketing. Prentice - Hall,
New Jersey, U. S. A.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid Dua. Hendra Teguh,dkk,
penerjemah. Jakarta. PT. Prenhallindo. Terjemahan dari Marketing
Management.
. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid Satu. Benyamin Molan, dkk,
penerjemah. PT. INDEKS Kelompok Gramedia.
. 1993. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi
Dan Pengendalian Volume Satu. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Lipsey, Steiner dan Douglas. 1986. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Masyhuri, 2007. Ekonomi Mikro. UIN-Malang Press. Malang.
Mathis, Robert dan John H. Jackson.2001. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Edisi-1. Jakarta : PT Salemba Emban Patria.
Manglayang Farm Online. Teknik Pembuatan Biogas/ Infrastruktur Pembangkit
Biogas. www.manglayangfarmonline.com
Novianti, Eka. 2010. Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi pada Kondisi
Risiko (Studi Kasus di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginandjar,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat). [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Nurmalina, R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Departemen
Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
58
Pajak Bumi dan Bangunan. www. jakarta.go.id/pbb.htm 2007
Pappas, L dan Hirschey. 1995. Ekonomi Manajerial. Binarupa Aksara. Jakarta.
Putri, Kirana A. 2008. Studi Kelayakan Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat di
Wilayah Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Program Studi Manajemen Agribisnis. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.
Rachmina, Dwi dan Nunung Kusnadi. 2007. Panduan Gladi Karya. Program
Diploma III Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE.
Santoso, B. S. Biogas, BBM Murah Meriah. dalam Suara Merdeka.
www.suaramerdeka.com
Saudur, Rico. 2008. Kajian Pengembangan Bisnis Peningkatan Kemampuan
Produksi Sapi Perah Melalui Perbaikan Tatalaksana Dan Pemanfaatan
Probiotik Bioplus Saccharomyces Cerevisiae Pada Peternakan Sapi Perah
Mammalia Kabupaten Bogor-Jawa Barat. Program Diploma III
Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.
Sembiring, A. 2007. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Usaha
Pembuatan Kompos Dari Tandan Kosong kelapa Sawit (Studi Kasus PT.
XYZ). [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Intitut Pertanian Bogor. Bogor
Shiddieqy, Ikhsan, M. 2009. Prinsip Dasar Pembuatan Biogas. Pikiran Rakyat
Online, (24 maret 2009). www.PRonline.com/pphp/ikhsanshiddieqy.
Simamora, Salundik dan sri. 2005. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar
Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Siregar, Yosi Kumala S. 2009. Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan
Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos.
[Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Sugianto. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Suherman. 2005. Formulasi Pupuk Kompos Organik Berbasis Kompos Untuk
Berbagai Tanaman. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Sumantri, Bayu, Fariyanti, Anna. 2009. Kelayakan Pengembangan Usaha
Integrasi Padi dengan Sapi Potong pada Kondisi Risiko di Kelompok Tani
Dewi Sri. [Jurnal]. Institut Pertanian Bogor.
Sumardjo, Jaka Sulaksana dan Wahyu Aris. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan
Agribisnis. Jakarta. Penebar Swadaya
Susilorini, E. T. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo. 1995. Pengantar Bisnis Modern (Pengantar
Ekonomi Perusahaan Modern). Yogyakarta : Liberty.
Umar, Husein. 1999. Riset Strategi Perusahaan. PT Gramedia Pustaka utama.
Jakarta.
_____ . 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
_____ . 2007. Studi Kelayakan Bisnis. PT Gramedia Pustaka utama.
Jakarta.
59
Widodo, T. W., Asari, A., Ana, N., Elita, R., 2005. Rekayasa dan Pengujian
Reaktor Biogas Skala Kelompok Tani Ternak, Jurnal Enjiniring Pertanian,
Vol. IV, No. 1, April 2006. Wulandari, I. 2007. Analisis Kelayakan Proyek Instalasi Biogas Dalam Mengelola
Limbah Ternak Sapi Perah (Kasus di Kelurahan Kebon Pedes Bogor).
Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.
IntitutPertanian Bogor. Bogor
60
LAMPIRAN
1
Lampiran 1. Siklus Produksi Biogas pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri.
61
2
Lampiran 2. Biaya Investasi dan Penyusutan Unit Pengolahan Biogas.
No Komponen Jumlah Satuan Harga/Satuan
(Rp)
Jumlah
Biaya (Rp) Umur
Ekonomis Nilai Sisa
Penyusutan per
Tahun
1 Lahan 120 m2 100,000 12,000,000 -- 25,000,000 -
2 Bangunan 120 m2 300,000 36,000,000 10 3,600,000 3,240,000
3 Instalasi Biogas 5 Unit 9,005,000 45,025,000 10 4,502,500 4,052,250
4 Instalasi Terminal Biogas 1 Unit 3,000,000 3,000,000 10 300,000 270,000
5 Instalasi Jaringan Pipa 700 m 60,000 42,000,000 10 4,200,000 3,780,000
6 Stoper Keran dan Barometer mini 350 Unit 15,000 5,250,000 5 525,000 945,000
7 Saluran Pembuangan Limbah Cair 30 m 90,000 2,700,000 5 270,000 486,000
8 Mesin Jahit Karung 1 Unit 1,250,000 1,250,000 5 125,000 225,000
9 Timbangan Digital 1 Unit 4,500,000 4,500,000 10 450,000 405,000
10 Pompa Air 1 Unit 4,000,000 4,000,000 5 400,000 720,000
11 Instalasi Saluran Air 25 m 30,000 750,000 5 75,000 135,000
12 Perlengkapan Produksi
a. Serokan 2 Unit 30,000 60,000 2 30,000
b. Pengaduk Kotoran 2 Unit 80,000 160,000 2 80,000
c. Cangkul 2 Unit 100,000 200,000 2 100,000
d. Selang Air 3/4" 30 m 34,000 1,020,000 2 510,000
e. Kawat Penyaring Kotoran 5 Unit 100,000 500,000 2 250,000
f. Kawat Penyaring sludge 8 Unit 80,000 640,000 5 128,000
l. Perlengkapan Karyawan 2 Unit 450000 900,000 2 450,000
TOTAL 159,955,000 39,447,500 15,806,250
62
57
3
Lampiran 3. Biaya operasional Unit Pengolahan Biogas Tahun Pertama.
No Keterangan Jumlah Satuan Harga/Satuan (Rp) Total (Rp)
Biaya Variabel
1 Kotoran Domba 132,840 kg 50 6,642,000
2 Strater 66 baskom 13,000 863,460
3 Karung + Benang 2,657 unit 1,500 3,985,200
Sub Total 11,490,660
No Keterangan Jumlah Satuan Harga/Satuan (Rp) Total (Rp)
Biaya Tetap
1 Gaji Karyawan 2 Orang 12,000,000 24,000,000
2 Perawatan 12 Bulan 500,000 6,000,000
3 Listrik 12 Bulan 200,000 2,400,000
4 Promosi 1 Tahun 1,000,000 1,000,000
5 Telepon 12 Bulan 200,000 2,400,000
6 PBB 1 Tahun 150,000 150,000
Sub Total 35,950,000
Total 47,440,660
63
4
Lampiran 4. Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas.
Keterangan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penerimaan
Biogas 36,663,840 38,497,032 40,421,884 42,442,978 44,565,127 46,793,383 49,133,052 51,589,705 54,169,190 56,877,649
Pupuk Padat 57,386,880 60,256,224 63,269,035 66,432,487 69,754,111 73,241,817 76,903,908 80,749,103 84,786,558 89,025,886
Total Penerimaan 94,050,720 98,753,256 103,690,919 108,875,465 114,319,238 120,035,200 126,036,960 132,338,808 138,955,748 145,903,536
Pengeluaran
Biaya Variabel 11,490,660 11,883,866 12,478,060 13,101,963 13,757,061 14,444,914 15,167,160 15,925,518 16,721,793 17,557,883
Biaya Tetap 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000
Penyusutan 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250
Total Pengeluaran 63,246,910 63,640,116 64,234,310 64,858,213 65,513,311 66,201,164 66,923,410 67,681,768 68,478,043 69,314,133
Profit Before Tax 30,803,810 35,113,140 39,456,609 44,017,252 48,805,927 53,834,036 59,113,550 64,657,040 70,477,705 76,589,403
Tax 25% 7,700,953 8,778,285 9,864,152 11,004,313 12,201,482 13,458,509 14,778,388 16,164,260 17,619,426 19,147,351
Profit After Tax 23,102,858 26,334,855 29,592,457 33,012,939 36,604,445 40,375,527 44,335,163 48,492,780 52,858,279 57,442,052
R/C Ratio 1.5 1.6 1.6 1.7 1.7 1.8 1.9 2.0 2.0 2.1
64
5
Lampiran 5. Dasar proyeksi perkembangan Unit Pengolahan Biogas 5% pertahun
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kotoran Domba 132,840 139,482 146,456 153,779 161,468 169,541 178,018 186,919 196,265 206,078
Karung dan Benang 2,657 2,790 2,929 3,076 3,229 3,391 3,560 3,738 3,925 4,122
Pupuk Organik Padat 95,645 100,427 105,448 110,721 116,257 122,070 128,173 134,582 141,311 148,376
65
6
Lampiran 6. Arus Kas (cash flow) Unit Pengolahan Biogas.
66
7
67
8
Lampiran 7. Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Input Kotoran Domba Unit Pengolahan Biogas
68
9
69
10
Lampiran 8. Arus Kas (cash flow) Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Unit Pengolahan Biogas
70
11
71
12
Lampiran 9. Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Harga POP dan Biogas Unit Pengolahan Biogas
72
13
73
74
Lampiran 10. Percobaan Produksi Biogas pada Galon
Lampiran 11. Kandang Domba Pejantan
Lampiran 12. Kandang Domba Betina
75
Lampiran 13. Kegiatan Turun Lapang
Lampiran 14. Proses Penampungan Biogas
76
Lampiran 15. Kompor Biogas
Lampiran 16. Karung Plastik Transparan 50Kg
77
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 15 Juli 1988.Sebagai
anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sansan Taten Umarna dan
Ibu Latifah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Bangka
III Bogor Timur pada tahun 2000, kemudian pada tahun 2003 penulis lulus dari
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri III dan pada tahun 2006 penulis lulus
dari Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bogor. Pada tahun yang sama, penulis
diterima sebagai mahasiswa pada program keahlian Manajemen Agribisnis
Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor melalui jalur reguler dan
lulus pada tahun 2009.
Lulus Program Diploma, penulis mengambil beberapa kursus, hingga pada
tahun 2010 penulis melanjutkan jenjang pendidikan pada program sarjana alih
jenis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.