ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ......

88
ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN DOMBA PADA KELOMPOK TERNAK TEGUH MANDIRI DESA NAGRAK BOGOR RADEN YUNADIE ADLIE DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ......

Page 1: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

1

ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS

KOTORAN DOMBA PADA KELOMPOK TERNAK

TEGUH MANDIRI DESA NAGRAK BOGOR

RADEN YUNADIE ADLIE

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

2

Page 3: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

3

ABSTRAK

RADEN YUNADIE ADLIE. Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas

Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor.

Dibimbing oleh SUHARNO

Peningkatan peternakan juga diikuti oleh limbah peternakan yang ikut

meningkat. Unit pengolahan biogas merupakan alternatif yang tepat dalam

menanggulangi permasalahan limbah ternak. Tujuan penelitian ini adalah

menganalisis kelayakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri dalam perencanaan

pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba. Analisis tersebut meliputi aspek

nonfinansial dan finansial serta tingkat kepekaan unit bisnis. Hasil penelitian

menyimpulkan aspek nonfinansial pendirian unit pengolahan biogas ini sudah

terpenuhi. Kelayakan pendirian unit pengolahan biogas dari aspek finansial

ditunjukan dari nilai NPV sebesar Rp.209.416.798, Net B/C 2,31, IRR 26.41%

dan Payback periode 4,303 tahun. Hasil uji kepekaan unit pengolahan biogas

masih dapat bertahan atas penurunan input sebesar 29,447517%, penurunan harga

jual sebesar 25,9038328% dan kenaikan biaya variabel sebesar 215,257202%

Kata kunci : Kelayakan, Pendirian Unit Pengolahan Biogas

ABSTRACT

RADEN YUNADIE ADLIE. Analysis Feasibility of Establishment Biogas

Unit Sheep Waste Plant at Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor.

Supervised by SUHARNO

Increased livestock followed also increased by the livestock waste. Biogas

fecal waste treatment plant is a right alternative to solves livestock waste

problems. The purpose of this research is to analyze the feasibility of Kelompok

Ternak Teguh Mandiri in planning the establishment of biogas processing unit

sheep waste. The analysis includes financial and non-financial aspects and also

the sensitivity of strengthness biogas treatment unit. The results of the study

concluded non-financial feasibility has been fullfilled. Financial aspect feasibility

are shown by NPV Rp.209.416.798, Net B/C 2,31, IRR 26.41% and Payback

periode 4,303 years. Sensitivity test shown that biogas plant unit ability of

decreasing rate of input unit is 29,447517%, decreasimg rate of wholesale price

is 25,9038328% and increasing rate of variable cost as 215,257202%

Keyword: Feasible, Establishment of Biogas Processing

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

4

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul "Analisis

Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh

Mandiri Desa Nagrak Bogor" adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Raden Yunadie Adlie

H34104010

Page 5: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

5

ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS

KOTORAN DOMBA PADA KELOMPOK TERNAK

TEGUH MANDIRI DESA NAGRAK BOGOR

RADEN YUNADIE ADLIE

Skripsi Ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

6

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba

pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor

Nama : Raden Yunadie Adlie

Nim : H34104010

Disetujui oleh

Dr Ir Suharno, MADev

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

p

Judul Skripsi : Pengembangan Karir Karyawan Berbasis Kompetensi pada PT Telekomunikasi Selular

Nama : Raden Tommy Suryatmadi Kesowo NIM : H24097095

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. I . Anggraini Sukmawati, MM Deddy Cabyadi Sutarman, STP, MM. NIP 196710201994032001 NIP 19791007200910 1001

Mengetahui

Ketua Departemen Manajemen

Tanggal Lulus : 1 2 MAR 2014

Page 8: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

7

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul "Analisis Kelayakan

Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri

Desa Nagrak Bogor". Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

lulus dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suharno, MADev

selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Penghargaan tidak lupa

penulis sampaikan kepada Bapak H Tatang Muchtar selaku ketua Kelompok

Ternak Teguh Mandiri, yang telah memberikan keluangan penulis untuk

melakukan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Abah

dan Mamah, serta seluruh pihak atas dukungan, doa dan bantuan yang penulis

terima.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Raden Yunadie Adlie

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

8

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Kelayakan Usaha Pertanian 7

Aspek Non Finansial 7

Aspek Finansial 8

Teknik Memperkirakan Risiko 9

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Studi Kelayakan Proyek 10

Teori Biaya dan Manfaat 12

Analsis Kelayakan Investasi 12

Analisis Finansial 13

Analisis Sensitivitas 14

Kerangka Pemikiran Operasional 14

METODE PENELITIAN 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Jenis dan Sumber Data 17

Metode Pengumpulan Data 17

Metode Analisis Data 18

Analisis Non Finansial 18

Analisis Finansial 20

Analisis Sensitivitas 22

Analisa Laporan Laba Rugi 22

Asumsi Dasar 23

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24

Gambaran Umum Desa Nagrak 24

Sejarah dan Perkembangan 25

Kegiatan Produksi Unit Penggemukan Domba Kurban 26

Organisasi dan Manajemen Perusahaan 26

Pemasaran 28

Bauran Pemasaran 28

HASIL ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS 29

Analisis Kelayakan Nonfinansial 30

Aspek Pasar dan Pemasaran 30

Aspek Teknis 34

Aspek Organisasi dan Manajemen 45

Aspek Hukum dan Perizinan 46

i

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

9

Aspek Sosial 46

Analisis Kelayakan Finansial 48

Rencana Investasi 48

Rencana Pendanaan (Budgeting) 49

Proyeksi Analisis Aliran Kas 51

Hasil Analisis Kelayakan Investasi 52

Analisis Switching Value 53

SIMPULAN DAN SARAN 54

Simpulan 54

Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 56

LAMPIRAN 60

RIWAYAT HIDUP 77

DAFTAR TABEL

1 Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2011-2012 2

2 Daftar Harga Bahan Baku Investasi Pembuatan Tabung Digester Biogas 50

3 Kriteria Kelayakan Unit Usaha Pengolahan Limbah 52

4 Nilai Switching Value Pada Beberapa Kondisi Usaha 53

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Operasional 16

2 Hubungan Antara NPV dan IRR 20

3 Struktur Organisasi Kelompok Ternak Teguh Mandiri 27

4. Saluran Pemasaran Kelompok Ternak Teguh Mandiri 29

5 Pemasaran Biogas Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri 33

6 Pemasaran Pupuk Organik Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri 33

7 Susunan Kandungan Biogas Kotoran Domba 34

8 Tabung Digester Continuous feeding (tetap) 36

9 Konstruksi Tabung Digester 37

10 Tataletak Konstruksi Unit Pengolahan Biogas Kotoran Domba 38

11 Skema Bangunan Pelindung Unit Instalasi Biogas 38

12 Flowchart Proses Pembentukan Biogas 41

13 Pengadukan Bahan Pengisi 42

14 Penyaringan Bahan Pengisi 42

15 Katalis Penangkap Uap Air 43

16 Rangkaian Proses Produksi Biogas 44

ii

Page 11: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Siklus Produksi Biogas pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri 61

2 Biaya Investasi dan Penyusutan Unit Pengolahan Biogas 62

3 Biaya operasional Unit Pengolahan Biogas Tahun Pertama 63

4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64

5 Dasar proyeksi perkembangan Unit Pengolahan Biogas 5% pertahun 65

6 Arus Kas (cash flow) Unit Pengolahan Biogas 66

7 Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Input Kotoran

Domba Unit Pengolahan Biogas 68 8 Arus Kas (cash flow) Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Unit

Pengolahan Biogas 70 9 Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Harga POP dan Biogas Unit Pengolahan Biogas 72

10 Percobaan Produksi Biogas pada Galon 74

11 Kandang Domba Pejantan 74

12 Kandang Domba Betina 74

13 Kegiatan Turun Lapang 75

14 Proses Penampungan Biogas 75

15 Kompor Biogas 76

16 Karung Pelastik Transparan 50Kg 76

iii

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menghasilkan

pangan berupa protein hewani seperti daging, susu dan telur. Perkembangan

peternakan sangat dipengaruhi oleh permintaan akan protein hewani tersebut.

Menurut Susilorini (2008), faktor yang mendukung dunia peternakan agar selalu

berkelanjutan, yaitu kebutuhan pangan yang meningkat sejalan dengan dengan

pertumbuhan populasi manusia, serta produk pangan dari ternak mempunyai nilai

gizi yang berkualitas. Hal ini menyebabkan produk peternakan berbeda dari

produk pangan hortikultura, produk peternakan tidak digerakkan oleh supply

driven, melainkan consumers driven. Penyerapan protein hewani di Indonesia

yang terus meningkat seiring kesadaran masyarakat akan perlunya makanan

bergizi merupakan salah satu faktor berkembangnya usaha peternakan di

Indonesia. Dirjen Peternakan menyebutkan bahwa tingkat permintaan produk

peternakan masih di dominasi oleh kota-kota besar. Konsumsi daging nasional

tahun 2012 sebesar 1,76 Kg perkapita pertahun didominasi oleh Jakarta 23,3%

dan Bandung sebesar 12,1%, serta beberapa kota besar lainnya seperti Surabaya,

Bali, Makasar, dan Medan. Ketidak merataan konsumsi perkapita produk

peternakan ini menjadikan kota-kota besar memerlukan suplay produk yang lebih

banyak dibandingkan di daerah, sedangkan kantung-kantung produksi peternakan

biasanya berada di daerah dan pinggiran kota. Maka dari itu, peternakan yang

berdekatan dengan kota besar memiliki peluang lebih baik untuk memenuhi

kebutuhan permintaan produk protein hewani.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang berbatasan langsung dengan

Ibu Kota negara memiliki peluang besar dalam memenuhi kebutuhan produk

peternakan. Akses transportasi yang baik serta ketersediaan sarana dan prasarana

peternakan yang lebih mudah dijangkau, akan mempermudah usaha peternakan

untuk dapat berkembang. Badan Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2013

menyebutkan, perekonomian negeri Pasundan awal tahun 2013 ini tumbuh

sebesar 5,94% dari triwulan IV 2012. Berdasarkan harga berlaku pada triwulan

pertama 2013, dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat

senilai 247,8 triliun rupiah, sektor pertanian berkontribusi sebesar 31,23 triliun

atau 12,60% menempatkan sektor Pertanian pada peringkat ke tiga penyumbang

PDRB setelah Industri pengolahan, Perdagangan dan Pariwisata. Nilai yang

diperoleh sektor pertanian tersebut tidak lepas dari subsektor Peternakan yang

terus berkembang. Subsektor peternakan berkontribusi sebesar 13,39%, atau

menempati posisi ke dua setelah subsektor pertanian tanaman bahan makanan.

Hal tersebut jelas menunjukkan kekuatan peternakan yang dimiliki Jawa Barat

dapat terus berkembang.

Perkembangan peternakan di Jawa Barat saat ini dapat terlihat dari jumlah

populasi ternak yang terus meiningkat. Data Kementrian Pertanian tahun 2012

menyebutkan bahwa peningkatan populasi ternak di Jawa Barat cukup dinamis.

Populasi hewan ternak dari tahun 2011 ke tahun 2012 hampir seluruhnya

mengalami peningkatan, hanya kerbau, kuda dan ayam buras yang jumlahnya

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

2

sedikit menurun. Peningkatan populasi hewan ternak ini dapat dilihat pada tabel 1

berikut

Tabel 1. Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2011-2012 (ribu ekor)

No Jenis 2011 2012 Trend (%)

1 sapi Perah 140 148 5.405405

2 Sapi Potong 423 441.4 4.168555

3 Kerbau 130.2 128.8 -1.08696

4 Kuda 14.1 13.7 -2.91971

5 Kambing 2016.9 2253.4 10.49525

6 Domba 7041.4 7832.5 10.10022

7 Babi 9.8 11.3 13.27434

8 Ayam Buras 27396.4 27304.7 -0.33584

9 Ayam Petelur 11930.5 12079.2 1.231042

10 Ayam Broiler 583263.4 664210.5 12.18696

11 Itik Manila 9310.7 10230.2 8.988094

Sumber: Departemen Pertanian, 2013

Perkembangan peternakan di Jawa Barat selain dikarenakan jumlah populasi

ternak yang terus meningkat, Jawa Barat juga memiliki beberapa kota dan

kabupaten penyerap produk perternakan. Jawa Barat terdiri dari 26 Kabupaten dan

Kota serta berbatasan langsung dengan Provinsi Banten, Jakarta dan Jawa Tengah

menjadikan peternakan di Jawa Barat sangat strategis dan berdekatan dengan

kota-kota besar. Kabupaten Bogor sebagai salah satu Kabupaten dengan

Pendapatan Asli Daerah terbesar ke dua di Jawa Barat setelah Bekasi, memiliki

lokasi yang sangat strategis. Letak Bogor yang berdekatan dengan kota-kota besar

seperti Jakarta, Depok, Sukabumi, Tangerang Selatan, Cianjur dan Bandung

merupakan keunggulan tersendiri dibandingkan daerah lain.

Perkembangan perekonomian serta pertumbuhan penduduk yang sangat

pesat menjadikan Bogor sebagai Kabupaten berkembang terbaik se-Jawa Barat

tahun 2012. Perkembangan Kabupaten Bogor turut dibantu dengan keberadaan

peternakan dari skala rumah tangga sampai tingkat industri. Peternakan yang

berdekatan dengan kota besar seperti Bogor, diibaratkan seperti dua mata koin

yang berbeda, di satu sisi peternakan tersebut memiliki banyak peluang pasar

dengan jalur distribusi dan tataniaga pemasaran yang singkat, disisi lain selalu

memiliki kendala lahan yang sempit yang berbenturan dengan pemukiman warga,

polusi udara dan pencemaran lingkungan yang dapat terjadi disebabkan limbah

kotoran yang dihasilkan.

Peternakan di Kabupaten Bogor meliputi berbagai macam bidang usaha.

Salah satu bidang usaha peternakan yang saat ini berkembang adalah Peternakan

Domba. Peranannya yang besar dalam memenuhi kebutuhan pangan protein

hewani serta pangsa pasar yang luas menjadikan peternakan domba sebagai

usahaternak yang sangat diminati. Berbasis pemanfaatan sumberdaya lokal,

pemeliharaan yang sederhana dengan modal yang relatif kecil, serta dapat

mewujudkan masyarakat yang produktif, menjadikan usaha ternak Domba banyak

berkembang di Kabupaten Bogor, karena dapat memenuhi karakter usaha

peternakan rumah tangga. Peternakan domba, selain menghasilkan produk utama

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

3

berupa daging, juga menghasilkan produk sisa berupa limbah kotoran atau faeces

yang bercampur dengan urine serta sisa-sisa pakan yang terbuang. Limbah

tersebut jika tidak ditangani dengan baik dan benar dapat berdampak buruk

terhadap lingkungan, baik air, udara, maupun tanah di sekitarnya.

Limbah sisa usaha ternak domba yang didominasi oleh Faeces,Urine dan

sisa pakan, sebagian besar hanya dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Proses

pengolahan limbah kotoran ternak domba menjadi pupuk kandang hanya melalui

proses permentasi sederhana dengan sistem Bokashi. Pengolahan sistem bokashi

tidak dapat memanfaatkan urine sebagai pupuk cair, urine yang dihasilkan usaha

ternak domba kebanyakan dibuang dan diserap tanah atau ikut terbuang ke aliran

pembuangan, sehingga lingkungan tidak sepenuhnya terhindari dari polusi yang

dihasilkan limbah kotoran usaha ternak domba. Salah satu alternatif penanganan

limbah yang dapat memberikan nilai tambah yang bermanfaat khususnya bagi

peternak dan umumnya bagi lingkungan sekitar adalah dengan mengolah limbah

kotoran ternak tersebut menjadi biogas. Pengolahan limbah kotoran ternak melalui

proses biogas dapat dilaksanakan melalui pendirian instalasi unit produksi biogas.

Biogas merupakan gas metan yang berguna sebagai energi alternatif.

Sifatnya yang mudah terbakar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas

untuk memasak, sumber listrik serta menjadi bahan bakar mesin penggerak

berbahan bakar gas. Perkembangan peternakan domba yang diiringi dengan

peningkatan pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas tetentunya akan

mampu mengatasi masalah krisis energi. Krisis energi dan menipisnya cadangan

minyak bumi saat ini menjadi ancaman dan ketakutan dunia. Proses pembentukan

minyak bumi yang membutuhkan waktu berjuta-juta tahun, berbanding terbalik

dengan proses pemakaiannya. Konsumsi minyak bumi Indonesia menurut data

Statistical Review Of World Energy 2013 mencapai 1,56 juta barel per hari,

menempati posisi 14 dunia di bawah Perancis. Indonesia meskipun merupakan

salah satu negara penghasil minyak dan gas bumi, namun berkurangnya cadangan

minyak, penghapusan subsidi, kelangkaan distribusi, menyebabkan harga minyak

naik dan kualitas lingkungan menurun akibat gas buang hasil pembakaran minyak

bumi. Keadaan ini bila terus berlanjut, akan menjadikan krisis sumber energi

berkepanjangan di Indonesia.

Solusi terbaik dalam memperbaiki masalah krisis energi adalah

mengembangkan dan memanfaatkan sumber energi yang dapat diperbaharui dan

mampu dikembangkan di Indonesia seperti biogas. Sumber energi mempunyai

peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Menurut Widodo

et al, 2005, Energi diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan industri, jasa,

transportasi dan rumah tangga. Peran energi terbaharukan seperti biogas dalam

jangka panjang akan lebih berkembang, khususnya sebagai solusi alternatif

berkurangnya sumber energi fosil. Limbah kotoran ternak yang berlimpah serta

proses pengolahan limbah kotoran yang sederhana, menjadikan biogas sebagai

salah satu pengolahan limbah paling bermanfaat pada usaha ternak domba.

Data dari Departemen Peternakan menyebutkan, populasi hewan ternak

Domba di Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah populasi ternak domba dari tahun 2009 yang berjumlah

5.770.661 ekor menjadi 8.249.844 ekor pada tahun 2012. Peningkatan populasi

ternak tersebut menunjukan Jawa Barat sebagai sentra peternakan domba yang

berkembang, populasi domba di Kabupaten Bogor sendiri pada tahun 2010

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

4

berjumlah 280.798 ekor, sehingga kotoran atau limbah sisa peternakan domba

yang merupakan bahan baku utama pembuatan biogas dapat dipenuhi. Selain itu

sisa pengolahan limbah kotoran ternak melalui proses biogas tersebut masih dapat

dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang bernilai ekonomi tinggi.

Pupuk yang dihasilkan usaha ternak domba saat ini merupakan komoditas

input yang sangat diperlukan bagi pertanian dan perkebunan. Pasokan pupuk

kandang yang diproses secara bokashi secara langsung dapat diserap unsur hara

yang terkandung oleh tanaman, karena banyak mengandung Nitrogen (N), Fosfor

dan Kalium (K) serta berbagai zat hara bermanfaat yang dapat segera berbaur

dengan tanah dan menjadikannya gembur. Berbagai jenis tanaman pertanian

sangat membutuhkan pasokan pupuk kandang, seperti diketahui bahwa lahan

sawah Padi memerlukan 1-2 ton pupuk kandang per hektar setiap siklus

tanamnya. Tomat, kentang, cabe memerlukan 15 ton pupuk kandang per hektar,

serta tanaman perkebunan seperti Pepaya, kakao, karet, kelapa sawit, juga sangat

bergantung pada suplai pupuk kandang. Perkembangan trend atas kampanye

kembali ke alam dan hidup bebas residu kimia atau hidup organik, turut

meningkatkan permintaan atas pupuk kandang yang pada dasarnya merupakan

satu-satunya pupuk organik yang dapat dengan mudah didapat. Pertanian dan

perkebunan organik saat ini mulai banyak diminati oleh para Agribis, karena

pemasaran komoditi organik memiliki segmen pasar eksklusif dengan harga yang

sangat tinggi.

Kebutuhan pupuk kandang dari limbah usaha ternak domba tidak hanya

diminati oleh pertanian dan perkebunan, para hobbies tanaman hias dan dekorasi

taman yang sebagian besar penggelutnya adalah Ibu rumah tangga juga

merupakan pangsa pasar ekslusif bagi limbah usaha ternak ini. Banyak

permintaan di kota-kota besar terhadap pupuk kandang untuk pemeliharaan

tanaman hias di rumahnya. Kesulitan mendapatkan suplai pupuk kandang ini

menjadikan harga pupuk yang dijual di kota-kota besar naik berlipat ganda, hanya

dengan pengemasan yang bersih dan menarik, pupuk limbah usaha ternak domba

ini menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebuah nilai tambah positif lagi

bagi peternakan yang berdekatan dengan kota besar seperti peternakan domba di

Kabupaten Bogor ini.

Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

merupakan salah satu kawasan yang didalamnya terdapat sebuah usaha

peternakan domba. Usaha peternakan ini telah berjalan melampaui kurun waktu

empat tahun. Usaha ini memiliki nama Kelompok Ternak Teguh Mandiri.

Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah sebuah usaha rakyat yang bergerak

dalam bidang pembudidayaan dan pemggemukan domba. Usaha peternakan ini

termasuk dalam skala usaha menengah dengan populasi domba berjumlah 123

ekor. Jumlah ternak tersebut mampu menghasilkan limbah kotoran dan sisa

makanan kurang lebih 3 kwintal perhari. Bau yang dihasilkan dari limbah kotoran

tersebut sudah mulai mencemari kualitas udara di sekitar peternakan. Limbah

kotoran yang berlimpah dengan segala potensi yang dimiliki baik sumber daya

modal, sumber daya fisik maupun sumberdaya manusianya, Kelompok Ternak

Teguh Mandiri dinilai mampu dan perlu mendirikan unit bisnis pengolahan

limbah kotoran dan sisa pakan melalui proses biodigester guna mengurangi

masalah pencemaran kualitas udara sekaligus meningkatkan penerimaan usaha

yang secara langsung meningkatkan kesejahteraan kelompok ternak.

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

5

Rumusan Masalah

Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah usaha rakyat peternakan domba

yang bergerak di bidang budidaya dan penggemukan. Lokasi usaha yang

dijalankan berada di dekat pemukiman warga. Kebanyakan anggota kelompok

ternak ini memiliki mata pencaharian lain sebagai petani, sehingga usaha yang

dijalankan menerapkan sistem mix farming dengan memadukan pertanian dengan

peternakan domba guna memanfaatkan lahan yang dimiliki sekaligus untuk

memperoleh penerimaan lebih dari pemeliharaan. Jumlah penerimaan tersebut

akan berindikasi kepada kesejahteraan anggota, pengembangan usaha dan

tanggung jawab sosial terhadap masyarakat di sekitar kelompok ternak.

Populasi hewan ternak di Kelompok ternak ini saat ini berjumlah 123 ekor,

terdiri dari 86 ekor domba jantan, dan 37 domba betina. Populasi tersebut dalam

sehari mampu menghasilkan limbah kotoran dan sisa pakan sekitar 369kg.

Limbah kotoran merupakan sisa dari proses pemeliharaan ternak domba dan

memiliki nilai tambah yang sangat menguntungkan jika dapat dikelola dengan

baik oleh kelompok ternak. Selain itu pengolahan limbah kotoran dimaksudkan

untuk dapat menjaga ekosistem di sekitar lokasi peternakan agar tidak tercemar

dan tentunya akan menambah penerimaan kelompok ternak.

Saat ini kelompok ternak tidak mengolah limbah secara terpadu, kelompok

ternak langsung menjual sisa limbah kotoran yang tidak terolah ke pengumpul

pupuk, atau digunakan untuk anggotanya yang bertani, apabila tidak terolah,

limbah kotoran dan sisa pakan ditampung sementara di tempat penampungan

limbah sampai ada pembeli pupuk kandang yang datang mengambil. Proses

penampungan ini yang sebenarnya menjadi permasalahan bagi kelompok ternak.

Bau yang tidak sedap serta kesan kotor yang ditimbulkan, membuat kelompok

ternak harus melakukan penyemprotan mikro organik pengurai dalam jangka

waktu tertentu, sampai pupuk kandang tersebut laku terjual.

Kelompok ternak dapat menigkatkan penerimaan pada sektor pengolahan

limbah, yaitu melalui pendirian unit bisnis pengolahan biogas kotoran domba.

Pada umumnya tujuan utama pembuatan instalasi biogas adalah untuk

memproduksi energi alternatif yang berguna sebagai pengganti bahan bakar

minyak dan kayu bakar. Hasil lain yang dapat diperoleh diantaranya pupuk

organik yang berguna untuk menyuburkan tanah, media pengembangan protein

sel tunggal dan penyediaan bahan pakan ternak. Secara tidak langsung instalasi

biogas dapat memberantas siklus penyakit dan parasit serta dapat melestarikan

lingkungan karena limbah yang termanfaatkan secara terpadu.

Perencanaan pendirian unit bisnis pengolahan biogas kotoran domba dapat

dimanfaatkan dengan cara memasarkan hasil produksi biogas kepada masyarakat

di sekitar lokasi peternakan. Sisa produksi biogas dapat dimanfaatkan kembali

sebagai pupuk organik dan dapat dijual kepada petani untuk meningkatkan

penerimaan kelompok ternak. Perencanaan pendirian unit bisnis ini diperkirakan

akan membutuhkan beberapa investasi baru berupa tabung biodigester, jalur

pengolahan limbah, jaringan pipa saluran gas methan serta unit pengemasan

pupuk. Proses rencana investasi yang akan dilakukan dalam mendirikan unit

usaha pengolahan limbah kotoran ini perlu perhitungan yang tepat, dalam

memastikan seberapa besar manfaat yang dihasilkan oleh Kelompok Ternak

Teguh Mandiri perlu dikaji melalui analisis studi kelayakan untuk mengetahui

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

6

seberapa besar manfaat (benefit) yang diperoleh Kelompok ternak. Studi

kelayakan usaha ini juga untuk memastikan bahwa kelompok ternak telah

memenuhi berbagai aspek kelayakan usaha yang akan dijalankan.

Berdasarkan uraian kondisi dan latar belakang tersebut, beberapa

permasalahan yang perlu diteliti antara lain:

1. Bagaimana kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di

Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek non finansial?

2. Bagaimana kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di

Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek finansial?

3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan pendirian unit

pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri

melalui analisis switching value?

Tujuan Penelitian

Rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, menghasilkan tujuan

dari penelitian ini berupa:

1. Menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di

Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek non finansial.

2. Menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di

Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek finansial.

3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan pendirian unit

pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri

melalui analisis switching value.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah berguna sebagai masukan

untuk menentukan kebijakan terkait dengan pengembangan unit pengolahan

biogas kotoran domba.

2. Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama masa

perkuliahan.

3. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai informasi dan bahan pembanding untuk

penelitian selanjutnya.

4. Bagi investor, sebagai informasi dan acuan dalam proses pengambilan

keputusan investasi untuk alokasi modal yang akan ditanamkan.

5. Bagi kreditor, pihak kreditor memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai

salah satu dasar dalam mengambil keputusan untuk memberikan kredit.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan membahas mengenai pendirian unit usaha pengolahan

biogas kotoran domba yang menghasilkan gas metan dan pupuk organik secara

komersil. Pendirian unit tersebut akan diusulkan untuk dapat direalisasikan pada

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

7

Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Kelompok ternak ini berada di Desa Nagrak,

Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Pendirian unit pengolahan limbah pada

kelompok ternak ini diharapkan menjadi salah satu usaha pengembangan kegiatan

bisnis serta menghasilkan sumber energi alternatif bagi masyarakat sekitar.

Penelitian ini mengkaji kelayakan finansial unit pengolahan biogas kotoran

domba menggunakan alat ukur aruskas (cashflow), kemudian menganalisis unit

bisnis ini berdasarkan kriteria kelayakan investasi secara finansial berdasarkan

nilai bersih kini (Net Present Value), tingkat pengembalian Internal (Internal Rate

of Return), rasio manfaat biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio) dan waktu

pengembalian investasi (Payback Period), serta memprediksikan ketahanan unit

usaha dilihat dari menurunnya harga jual pupuk organik dengan menggunakan

analasis sensitivitas berdasarkan arus kas selama umur ekonomis yang

diperhitungkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kelayakan Usaha Pertanian

Analisis kelayakan usaha merupakan tahap yang perlu dilakukan sebelum

memulai sebuah usaha. Seperti yang diungkapkan Harahap (2011), bahwa

sebelum melakukan usaha budidaya sapi perah perlu dilakukan terlebih dahulu

analisis kelayakan usaha. Analisis usaha tersebut berfungsi untuk mengetahui

tingkat kelayakan suatu model usaha yang akan atau sedang dijalankan, serta

mengetahui ketahanan terhadap perubahan kondisi usaha yang ekstrim. Penelitian

yang dilakukan oleh Irmawati (2013), Dewi (2010), Hermanto (2010) dan Putri

(2008), mengungkapkan bahwa aspek utama yang perlu diperhatikan dalam

melakukan analisis kelayakan suatu usaha terdiri dari dua aspek, yaitu aspek non

finansial dan aspek finansial.

Aspek Non Finansial

Aspek non finansial yang perlu dianalisis terdiri dari aspek pasar, aspek

teknis, aspek sosial dan aspek organisasi. Aspek aspek tersebut merupakan salah

satu indikator keberhasilan suatu bisnis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Siregar (2009) yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan

Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (studi

kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB) adalah, pada aspek pasar

UPP Darul Fallah memiliki peluang untuk memasarkan output susu murni dan

hasil pengolahan limbah ke berbagai pasar selain kepada masyarakat sekitar.

Berdasarkan aspek teknis, usaha ternak UPP Darul Fallah dan Fakultas peternakan

IPB sudah memenuhi syarat untuk menjadikan usaha ternak sapi perahnya sesuai

dengan pengelolaan yang benar, namun terkadang ada beberapa persyaratan untuk

menjaga kualitas susu yang tidak dilakukan seperti dalam pendistriubusian susu.

Pada aspek manajemen, struktur organisasi yang digunakan masih sangat

sederhana, namun proses produksi tetap dijalankan dengan baik. Selain itu, dari

aspek hukum usaha ternak ini sudah melengkapi berkas-berkas perijinan

usahanya, sehingga sejauh ini tidak ada hambatan dalam aspek hukum. Aspek

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

8

sosial lingkungan dari UPP Darul Fallah dan Fakultas Petrnakan IPB dalam

memprosuksi susu dan mengelola limbah sudah memperhatikan pemanfaatan

limbah dan ramah lingkungan, selain itu dengan adanya usaha ini dapat membuka

lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitar peternakan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011) yang

berjudul “Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi dengan Sapi Potong

pada Kondisi Risiko di Kelompok ternak Dewi Sri” adalah hasil analisis aspek

pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan

budaya, dan aspek lingkungan memperlihatkan bahwa kegiatan pengembangan

usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong layak untuk diusahakan. Aspek-

aspek tersebut telah memenuhi segala sesuatu dapat mendorong bisnis tersebut

berkembang seperti ketersediaan pasar, modal, manajemen yang terorganisir

dengan baik serta teknologi yang digunakan juga mendukung usaha tersebut.

Aspek Finansial

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009), Sumantri dan

Fariyanti (2011), salah satu aspek yang perlu dianalisis selanjutnya adalah dari

aspek finansial. Aspek tersebut merupakan indikator yang paling penting dan

yang paling menentukan keberhasilan suatu bisnis karena menyangkut dengan

arus kas, alokasi modal dan efisiensi biaya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Siregar (2009) mengenai aspek finansial UPP Darul Fallah dan Fakultas

Petrnakan IPBmemiliki model usaha yang layak untuk dijalankan. Berdasarkan

kriteria investasi, nilai NPV pada kondisi tanpa risiko menghasilkan nilai sebesar

Rp. 202.456.789,33. Hal tersebut menunjukan bahwa manfaat bersih atau

keuntungan yang diperoleh UPP Darul Fallah selama 10 tahun dengan tingkat

diskonto 5,7% sebesar Rp. 202.456.789,33. Nilai IRR yang diperoleh sebesar

26,13%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari invesatasi

yang ditanamkan pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar sebesar 26,13%,

usaha ternak UPP Darul Fallah tanpa kondisi risiko layak untuk dilakukan

investasi. Kriteria kelayakan investasi berikutnya yaitu Net B/C, berdasarkan

perhitungan nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar 1,74, berdasarkan kriteria

penilaian investasi apabila nilai Net B/C lebih dari satu (Net B/C (1,74) > 1) maka

usaha tersebut layak untuk dijalankan. Waktu pengembalian untuk investasi yang

dilakukan adalah lima tahun 0,9 bulan karena mengikuti asumsi dalam satu bulan

hanya ada 8,8 bulan. Waktu pengembalian tersebut lebih sedikit dari umur usaha

penggilingan padi Sinar Ginanjar, sehingga berdasarkan penilaian usaha ini layak

dijalankan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011)

mengenai aspek finansial adalah pengembangan usaha padi yang berintegrasi

dengan sapi potong pada kondisi normal layak untuk dijalankan dan

dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator kriteria investasi yang

menunjukkan nilai NPV mencapai Rp 511.329.761,71, IRR mencapai 19,8%, Net

B/C mencapai 1,24, dan payback period mencapai enam tahun dua bulan 16 hari.

Petani padi anggota Kelompok ternak Dewi Sri yang mengusahakan padi hanya

memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 510.347.200,43 selama umur bisnis, yakni

15 tahun. Jika petani anggota Kelompok ternak Dewi Sri ingin meningkatkan

pendapatannya, maka mereka dapat mengusahakan ternak sapi potong, biogas,

dan pupuk organik dalam pertanian terintegrasinya. Jika mereka melaksanakan

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

9

kegiatan usaha pertanian yang terintegrasi tersebut, maka total manfaat bersih

tambahan yang mereka terima adalah Rp 511.329.761,71 selama umur bisnis,

yakni 15 tahun dengan nilai investasi pada tahun pertama sebesar

Rp.3.055.458.750.

Teknik Memperkirakan Risiko

Penelitian yang dilakukan oleh Rosyid (2009), menggunakan teknik

memperkirakan risiko yaitu dengan motode Analisis switching value. Hasil dari

analisis switching value dengan pendekatan parameter penurunan harga susu dan

kenaikan biaya variabel yang dilakukan pada dua skenario. Skenario II (modal

sendiri) merupakan skenario yang paling sensitif terhadap parameter penurunan

harga dan peningkatan biaya variabel dibandingkan skenario I (modal sendiri dan

pinjaman), masing-masing nilai yang diperoleh skenario I sebesar 30,16% dan

55,43% sedangkan Skenario II sebesar 13,03% dan 18,52%.

Penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2010) dan Sumantri dan Fariyanti

(2011) menggunakan teknik memperkirakan risiko yaitu dengan analisis skenario.

Analisis tersebut menggunakan NPV yang diharapkan, Standard Deviation, dan

Coefficient Variation. Hasil penelitian dari Novianti terkait dengan analisis risiko

adalah Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berdasarkan hasil analisis pada

kondisi risiko layak untuk dijalankan. Pada risiko produksi, berdasarkan kriteria

investasi, nilai NPV yang diharapkan Usaha Penggilingan Padi mencapai

Rp.259.662.572, dengan nilai standar deviasi mencapai 388.618.762 dan koefisien

variasi sebesar 1,50. Sedangkan pada risiko harga, nilai NPV yang diharapkan

mencapai Rp.59.440.085, dengan standar deviasi sebesar 108.146.306 dan

menghasilkan nilai koefisien variasi sebesar 1,82. Berdasarkan kriteria penilaian

untuk mengukur tingkat risiko, semakin besar nilai NPV yang diharapkan maka

semakin kecil tingkat risiko yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa risiko

harga pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar memiliki tingkat risiko yang

lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko pada kondisi risiko produksi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011)

mengenai analisis skenario adalah Analisis kelayakan finansial pengembangan

usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong layak untuk diusahakan dengan

adanya risiko produksi dan harga output pada padi di Kelompok ternak Dewi Sri.

Di mana, pada kondisi pengembangan usaha padi yang berintegrasi dengan sapi

potong pada kondisi risiko usaha padi menunjukkan bahwa tingkat risiko yang

paling tinggi ada pada risiko produksi. NPV yang diharapkan merupakan suatu

nilai yang diharapkan oleh pelaku usaha dari suatu investasi yang ditanamkan

pada usaha tersebut.Semakin tinggi NPV, maka tingkat risiko yang dihadapi

semakin besar. NPV yang diharapkan dari kedua kondisi yang paling tinggi

adalah NPV yang diharapkan pada kondisi harga output, yaitu sebesar

Rp.699.615.002,53. Risiko yang paling berpengaruh terhadap kelayakan pada

usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong pada analisis skenario adalah

risiko produksi padi. Hal ini dikarenakan kegiatan usaha ternak baru berjalan satu

tahun dan belum menghasilkan manfaat atau keuntungan dari aspek finansial.

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

10

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Penalaran seorang peneliti terhadap pengetahuan, teori dan dalil yang

berhubungan dengan topik penelitian mutlak diperlukan. Pengetahuan dan

penalaran tersebut dipelajari dari ilmu-ilmu yang sebelumnya atau dari sumber-

sumber bacaan dan dari penelitian sebelumnya. Teori-teori yang digunakan dalam

penelitian dapat membantu peneliti dalam menjelaskan berbagai aspek dalam

mendukung penelitian yang dilakukan.

Studi Kelayakan Proyek

Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999)

proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber

untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit); atau suatu aktivitas yang

mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu

yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu

unit. Gitinger (1986) mendefinisikan proyek sebagai suatu kegiatan investasi yang

mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat

menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu.

Pengertian lainnya diungkapkan oleh Umar (2005), proyek adalah suatu usaha

yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta

penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan

dilaksanakan dalam suatu bauran produk yang sudah ada dengan

menginvestasikan sumber daya yang dapat dinilai secara independen.

Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat

memberikan manfaat atas investasi yang ditanamkan.Studi kelayakan proyek

menurut Umar (1999) ialah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu

proyek investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan kemampuan

suatu proyek menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan.

Husnan dan Suwarsono (2000) menyatakan studi kelayakan proyek adalah

penelitian tentang mampu atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan

berhasil. Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi proyek yang

dijalankan pihak yang membutuhkan studi kelayakan antara lain:

1. Investor

Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal dalam suatu

proyek akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut (tingkat

keuntungan yang diharapkan).

2. Kreditur (Bank)

Kreditur merupakan pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk

memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan

proyek.

3. Pemerintah

Pemerintah lebih berkepentingan dengan manfaat proyek bagi

perekonomian nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak yang

diberikan proyek tersebut.

Page 22: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

11

Terdapat enam aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara lain aspek

teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial,

aspek finansial, dan aspek ekonomis (Kadariah et al, 1999). Gitinger (1986)

membagi aspek-aspek dalam analisis kelayakan mencakup aspek teknis, aspek

institusional-organisasional-manajerial, aspek sosial, aspek komersial, aspek

finansial dan aspek ekonomi. Umar (1999) membagi analisis kelayakan menjadi

aspek teknis, aspek pasar, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan

aspek finansial. Husnan dan suwarsono(2000) membagi aspek-aspek analisis

kelayakan ke dalam aspek pasar, aspek keuangan, aspek manajemen, aspek

hukum, aspek ekonomi dan sosial.Semua aspek tersebut perlu dipertimbangkan

bersama-sama untuk menentukan manfaat yang diperlukan dalam suatu investasi.

Gittinger (1986) menyatakan bahwa pada proyek pertanian ada enam aspek

yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu:

1. Aspek Pasar

Untuk memperoleh hasil pemasaran yang diinginkan, perusahaan harus

menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran

pemasaran.Yang dimaksud dengan bauran pemasaran adalah seperangkat

alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus mencapai tujuan

pemasarannya di pasar sasaran (Kotler, 2002). Analisis aspek pasar pada

studi kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga, program

pemasaran yang akan dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.

2. Aspek Teknis

Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan

pemasaran hasil-hasil produksi. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek,

besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria

pemilihan mesin dan equipment, proses produksi serta ketepatan

penggunaan teknologi.

3. Aspek Manajemen

Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan.

Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri dari

manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal

penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan

manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi,

deskripsi jabatan, personil kunci dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.

4. Aspek Hukum

Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan

yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat,

dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha.

5. Aspek Sosial Lingkungan

Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya

terhadap devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah dimana

proyek dilaksanakan.

6. Aspek Finansial

Pengaruh finansial dan pendanaan terhadap berjalannya sebuah proyek,

serta pengembangan suatu proyek dari dimensi finansial dan pendanaan.

Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat

keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari

pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang

Page 23: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

12

tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang

ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan

dan 4) menentukan prioritas investasi (Gray, 1995).

Teori Biaya dan Manfaat

Tujuan analisa dalam analisa proyek harus disertai dengan defenisi berbagai

macam biaya dan manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang

membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefenisikan sebagai

pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap

manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan

sebagai berikut:

1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat

jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin.

2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang

diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku

dan biaya tenaga kerja.

3. Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga dan pinjaman.

Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan

kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi:

1. Manfaat langsung, yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan

dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan

kesempatan kerja.

2. Manfaat tidak langsung, yaitu manfaat yang nyata dirasakan dan diperoleh

dengan cara tidak langsung dari berdirinya suatu proyek dan bukan

merupakan tujuan utama proyek, seperti rekreasi, peningkatan strata,

kenyamanan, dan efisiensi usaha.

Kriteria yang bisa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu

proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi

adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari

investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai

perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari

investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986).

Analisis Kelayakan Investasi

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan

biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto

dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money

yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan

suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang

akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang”. Sedangkan

perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran

tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus

manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).

Konsep time value of money (nilai waktu uang) menyatakan bahwa present

value (nilai sekarang) adalah lebih baik daripada yang sama pada future value

(nilai pada masa yang akan datang). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini

Page 24: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

13

terjadi yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati

pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa

yang akan datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki

saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang

melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun

bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al., 2001).

Kadariah et al. (2001) juga mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut

berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga

modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat

dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang

penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Tingkat suku bunga ditentukan

melalui proses “discounting”.

Analisis Finansial

Kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan investasi diantaranya adalah

NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit

Cost Ratio), PBP (Pay Back Period) dan analisa kepekaan (Switching Value).

Analisis kelayakan pada aspek ini sangat penting dilakukan. Tujuan dilakukannya

analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai

melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari pemborosan sumber-

sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak

menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada

sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan 4)

menentukan prioritas investasi (Gray et al, 1992). Analisis finansial terdiri dari:

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara nilai

sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. Menurut Keown

(2001), NPV juga dapat diartikan selisih antara nilai sekarang dari arus kas

yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan

tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:

a. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis

sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal.

Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

b. NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan

dapat dilaksanakan.

c. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang

dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan

sebaiknya tidak dilaksanakan.

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan

antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari

net benefit yang negatif. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio

adalah:

a. Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi

b. Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan

c. Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan.

Page 25: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

14

3. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value

kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang

diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang

menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol.

Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata

keuntungan interen tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan

dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku

bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang

digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari

tingkat suku bunga yang berlaku.

4. Payback Periode (PP)

Payback periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu

metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk

mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal

itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena

modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan

dan Suwarsono, 2000).

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah metode untuk melihat sampai berapa persen

peningkatan atau penurunan suatu unsur dapat mengakibatkan perubahaan dalam

kriteria investasi (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek pada dasarnya

menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari

sisi penerimaan atau pengeluaran yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat

kelayakan proyek. Analisis sensivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan

terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan-

perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat (Kadariah et al,

1999). Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif berubah-ubah

akibat empat masalah yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pelaksanaan dan

hasil (Gittinger, 1986).

Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching

value). Analisis Switching Value digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana

investasi masih dapat memenuhi tingkat minimum layak untuk dilaksanakan.

Analisis ini dilakukan pada biaya variabel dan penurunan harga jual sampai

diperoleh nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga, nilai Net B/C sama dengan

satu dan nilai NPV sama dengan nol. Analisis ini diterapkan pada arus

pengeluaran dan penerimaan dalam analisis kelayakan finansial. Kondisi tersebut

dibuat sampai mencapai nilai NPV mendekati nol, nilai Net B/C mendekati satu

dan nilai IRR mendekati tingkat diskonto yang digunakan (Gittinger, 1986).

Kerangka Pemikiran Operasional

Biogas sebagai sumber energi alternatif terbaharui saat ini adalah solusi

terbaik bagi pengelolaan limbah di Indonesia. Penggunaan yang mudah serta

harga yang ekonomis menjadikan biogas sebagai solusi dari menipisnya cadangan

minyak bumi. Pengurangan subsidi pemerintah terhadap bahan bakar minyak

Page 26: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

15

mengakibatkan kenaikan harga bahan bakar minyak dan elpiji, kenaikan harga

tersebut sangat memberatkan rumah tangga berekonomi menengah ke bawah.

Kebutuhan masyarakat akan sumber energi yang terjangkau, mendukung

perkembangan sumber energi alternatif biogas. Ditambah dukungan pemerintah

dan instansi pendidikan dalam mengembangkan teknologi biogas mendukung

perkembangan biogas untuk dapat direalisasaikan di seluruh daerah.

Proses pengolahan biogas berbahan baku zat organik yang dapat terurai oleh

bakteri. Bahan organik yang paling umum digunakan sebagai bahan baku proses

pengolahan biogas adalah limbah pertanian dan peternakan. Penggunaan limbah

kotoran ternak sebagai bahan baku proses pengolahan biogas, akan menghasilkan

pupuk organik dari sisa proses pengolahan biogas berupa lumpur (sludge).

Lumpur sisa proses biogas ini memiliki kandungan zat hara yang dibutuhkan

tumbuhan. Lumpur sisa proses pengolahan biogas dapat dimanfaatkan sebagai

pupuk organik yang memiliki nilai jual tinggi. Pupuk organik sisa biogas memiliki

kandungan zat hara berbentuk ionik sehingga lebih mudah menyatu dengan tanah

dan lebih cepat diserap oleh tanaman. Pupuk organik sisa pengolahan biogas

memiliki pasar tersendiri, permintaan terbesar pupuk ini adalah para petani

sayuran organik dan bunga potong. Namun, dengan adanya kesadaran masyarakat

akan dampak negatif dari pupuk kimia, memberi dampak positif terhadap

permintaan pupuk organik.

Usaha ternak pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki berbagai

peluang, baik dari segi pasar, lokasi yang strategis, serta sumberdaya yang belum

termanfaatkan. Keberadaan usaha ternak ini yang berlokasi berdekatan dengan

pemukiman warga, sejatinya dapat membantu masyarakat sekitar sebagai

diversifikasi sumber mata pencaharian serta membantu meningkatkan posisi tawar

peternak terhadap pasar. Pembangunan serta pertumbuhan penduduk yang sangat

cepat disekitar lokasi usaha ternak, menjadikan keberadaan peternakan ini sebagai

sorotan. Pengelolaan limbah pada usaha ternak ini sebenarnya tidak mengganggu

masyarakat sekitar, namun dengan bertambahnya populasi domba yang

diternakkan maka kelompok ternak ini perlu melakukan pengelolaan limbah yang

terpadu seperti biogas. Kelompok Ternak Teguh Mandiri diperkirakan mampu

mendirikan unit usaha baru pengelolahan limbah kotoran ternak melalui proses

biogas. Kemampuan ini perlu perhitungan mendalam mengenai kelayakan

finansial dan non finansial

Kelompok Ternak Teguh Mandiri perlu memperhitungkan berapa besar

manfaat dari investasi yang akan dilakukan. Analisis finansial mengkaji NPV,

IRR, Net B/C Rasio, Payback Period, dan tingkat kepekaan usaha. Sehingga

dapat dilihat secara keseluruhan keragaan pengolahan limbah ternak dengan

adanya pembangunan instalasi biogas yang menghasilkan gas untuk bahan bakar

dan pupuk organik cair dan padat, apakah proyek tersebut layak atau tidak

dilaksanakan. Penentuan kelayakan aspek non finansial dilakukan dengan

membandingkan fakta yang terjadi di lapangan dengan teori-teori yang terkait

melalui kegiatan observasi, kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif. Aspek

non finansial menganalisis aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek

manajemen, aspek sosial dan lingkungan serta aspek hukum yang memayungi

pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba ini.

Proses pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba ini selanjutnya

perlu dilakukan analisis sensitivitas menggunakan metode switching value atau

Page 27: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

16

nilai pengganti. Perhitungan switching value ini merupakan perhitungan untuk

melihat ambang batas usaha dapat dijalankan meskipun terdapat perubahan pola

komponen biaya dan harga output baik peningkatan maupun penurunan dari nilai

sebelumnya. Komponen perubahan yang digunakan merupakan komponen input

utama yang dapat mempengaruhi hasil produksi sehingga berpengaruh pada

penerimaan usaha. Komponen seperti penurunan harga jual pupuk organik

menjadi fokus pada analisis sensitivitas pada investasi ini. Setelah rangkaian

analisis tersebut dilakukan, maka dapat diketahui apakah pendirian unit

pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok ternak Domba Teguh Mandiri

layak diusahakan atau tidak. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat

pada Gambar 1 berikut

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Permasalahan

1. Pemukiman warga berkembang

sangat pesat di sekitar peternakan

2. Tarif dasar listrik, minyak dan

gas yang melambung tinggi

3. Potensi pencemaran dari limbah

kotoran domba bagi pemukiman

warga sekitar petenakan.

Peluang

1. Kebutuhan masyarakat terhadap

energi alternatif

2. Permintaan pupuk organik

meningkat

3. Bahan baku (limbah kotoran)

melimpah

Pendirian Unit Biogas Kotoran

Domba Pada Kel. Ternak Teguh

Mandiri

Analisi kelayakan investasi

1. Aspek Finansial

2. Aspek Non Finansial

3. Analisis Sensitivitas

Layak

Tidak layak

Rencana pendirian unit usaha

dapat direalisasikan

Dilakukan evaluasi ulang

Page 28: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

17

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Bogor, tepatnya di Desa Nagrak,

Kecamatan Sukaraja. Pemililahan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja

karena lokasi penelitian yang dekat dengan tempat tinggal peneliti dan kemudahan

dalam mendapatkan data-data yang diperlukan. Desa Nagrak berada diantara

beberapa perumahan yang baru di bangun, serta merupakan jalur alternatif

penghubung Kelurahan Bantar kemang dan Desa Sukaraja. Akses ke pintu Tol

terdekat hanya 10 menit melalui gerbang tol Sentul City. Letak Desa Nagrak yang

strategis belum didiukung dengan transportasi umum yang baik. Angkutan umum

jarang yang menyentuh langsung ke daerah ini, sehingga warga memerlukan

usaha lebih untuk mencapai akses angkutan umum terdekat. Pengumpulan data

dilakukan pada bulan september–November 2013 atau selama kurang lebih tiga

bulan.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh

melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dilakukan

kepada ketua dan anggota Kelompok Ternak Teguh mandiri dan pihak yang

terkait dengan usaha peternakan domba pada kelompok ternak tersebut. Data

primer ini diantaranya berupa informasi tentang kegiatan peternakan domba yang

tidak didokumentasikan oleh kelompok ternak. Data sekunder diperoleh melalui

data dokumentasi kelompok ternak, jurnal peternakan, Direktorat Jenderal

Peternakan, Dinas Peternakan Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bogor, Jurnal Badan Pusat Statistik, perpustakaan, buku-buku

ekonomi dan pertanian. Data sekunder ini diantaranya adalah data yang tidak

diperoleh melalui proses wawancara.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan melakukan wawancara, observasi dan diskusi. Lokasi

pengumpulan data dilakukan di lokasi peternakan, perpustakaan IPB, dinas

peternakan kabupaten Bogor, Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor,

kantor desa Nagrak. Teknik wawancara dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk tanya jawab langsung dengan anggota

kelompok dan narasumber lain seperti warga sekitar, tokoh masyarakat dan

pemasok perlengkapan dan peralatan peternakan. Teknik observasi dilakukan

dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi peternak untuk memperoleh

informasi dan data sebagai pelengkap dari hasil wawancara yang telah dilakukan.

Teknik diskusi dilakukan dengan membahas hasil dari wawancara dan observasi.

Page 29: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

18

Sedangkan untuk datasekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara

studi literatur dan browsing di internet.

Penelitian ini menggunakan teknik dan instrumen penelitian dalam proses

pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu :

1. Teknik observasi untuk memperoleh gambaran mengenai segala hal yang

berhubungan proses pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba dan

pemasarannya.

2. Teknik wawancara dengan mensensus seluruh anggota Kelompok Ternak

Teguh mandiri dan pihak yang berkaitan lainnya. 3. Studi literatur, digunakan untuk memperoleh data-data konsep atau teori

yang berkenaan dengan studi kelayakan.

Metode Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif.

Data dan informasi yang sudah diperoleh diolah dengan menggunakan komputer

melalui program Microsoft Office Excel 2007. Analisis secara kualitatif dilakukan

untuk mendapatkan gambaran pendirian unit pengloahan limbah secaradeskriptif

atau dengan cara diinterpretasikan dari tiap-tiap aspek dalam studikelayakan

pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh

Mandiri. Aspek tersebut antara lain aspek teknis, aspek pasar dan

pemasaran,aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan. Analisis secara

kuantitatif dilakukan pada aspek finansial dengan membandingkan biaya dan

manfaat yang diperoleh dimasa sekarang dengan masa mendatang melalui tingkat

diskonto tertentu. Selain itu, analisis secara kuantitatif ini juga menganalisis

adanya risiko investasi pada produksi pupuk organik melalui proses biogas yaitu

penurunan harga output dan pasokan bahan baku yang berkurang dengan

menggunakan analisis sensitivitas nilai pengganti (switching value). Aspek

finansial yang dianalisis adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR), Net Benefit per Cost (NetB/C) dan Payback Periode.

Analisis Non Finansial

Pada penelitian ini, analisis kelayakan non finansial akan mengkaji

kelayakan usaha dari berbagai aspek dan dianalisis secara deskriftif seperti aspek

pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek

sosial.

1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisis data yang digunakan untuk melakukan analisis aspek pasar dan

pemasaran di Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah analisis kualitatif

yang digunakan untuk mendeskripsikan kondisi pasar dan strategi

pemasaran yang dapat dijalankan oleh Kelompok ternak ini. Analisis

dilakukan dengan mengidentifikasi keterkaitan antara pasar input dan pasar

output. Analisis aspek pasar dan pemasaran, mengkaji bauran pemasaran

(Produk, harga, distribusi, promosi) yang diusahakan oleh Kelompok

Ternak Teguh Mandiri. Apabila aspek tersebut dapat dipenuhi oleh pihak

kelompok ternak, maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba

pada aspek pasar dan pemasaran layak untuk dijalankan.

Page 30: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

19

2. Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis dianalisis untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi

pengolahan biogas kotoran domba, skala operasi atau luas produksi,

ketersediaan input, fasilitas produksi, peralatan yang digunakan, dan proses

produksi yang dilakukan. Mengkaji kegiatan yang akan dilakukan

Kelompok Ternak Domba Teguh Mandiri dalam memproduksi pupuk

organik sesuai kriteria produksi pupuk organik melalui proses biogas yang

baik seperti jalur ketersediaan input berupa limbah kotoran domba dari

lokasi peternakan dengan lokasi unit pengolahan biogas tidak berjauhan,

tidak mengganggu pemukiman warga, terdapat akses yang mudah dari dan

menuju lokasi peternakan, tata letak kandang sudah efektif, serta proses

kegiatan produksi dan pemasaran biogas dan pupuk organik yang baik,

maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba ini layak untuk

dijalankan dilihat dari aspek teknis.

3. Analisis Aspek Manajemen

Aspek ini dapat dilihat berdasarkan kesesuaian usaha dengan pola sosial

budaya masyarakat setempat, spesifikasi keahlian dan tanggung jawabpihak

yang terlibat dan bentuk organisasi dan manajemen di Kelompok Ternak

Teguh Mandiri. Analisis aspek manajemen digunakan untuk

mengindetifikasi kegiatan yang tidak perlu, koordinasi diantara aktivitas

yang ada, efisiensi manajemen dan operasi, kesesuaian struktur organisasi

dengan wewenang dan tanggung jawab. Apabila Kelompok Ternak Teguh

Mandiri dapat melakukan pengelolaan dan pembagian kerja pada kegiatan

usahanya maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba pada

aspek manajemen layak untuk dijalankan dilihat dari aspek manajemen.

4. Analisis Aspek Hukum

Tujuan dari analisis aspek hukum ini adalah menganalisis legalitas usaha

yang dijalankan dan menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam

memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan. Aspek hukum

berkaitan dengan prosedur yang berkaitan dengan izin-izin usaha atau

berbagai persyaratan yang harus terlebih dahulu terpenuhi. Aspek hukum ini

meliputi badan hukum pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba,

izin-izin yang dimiliki (Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan (IMB),

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), izin gangguan, sertifikat tanah atau

dokumen lainnya seperti NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) kelompok

ternak dalam mendukung pendirian unit bisnis baru tersebut. Jika

persyaratan hukum seperti izin usaha, kepemilikan dokumen-dokumen

tersebut sudah dipenuhi oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri, maka

pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba ini layak untuk

dijalankan dilihat dari aspek hukum.

5. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan

Aspek sosial dan lingkungan dilakukan dengan menganalisis dampak yang

ditimbulkan terhadap berjalanya usaha terhadap kondisi sosial dan

lingkungan masyarakat dan anggota kelompok. Analisis dilakukan untuk

menilai apakah pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di

Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki dampak positif atau negatif,

baik untuk anggota Kelompok Ternak Teguh Mandiri sendiri maupun

masyarakat luas, termasuk pemerintah (kontribusi bagi pembangunan

Page 31: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

20

760

5160

NPV

IRR

I = Discount Rate (%) 0

10 25 30

-260

daerah). Aspek ini menunjang keberlangsungan suatu bisnis apabila dalam

pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik. Analisis ini akan melihat

apakah Kelompok Ternak Teguh Mandiri memberikan dampak positif bagi

berbagai pihak, jika pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba

mampu memberikan dampak yang positif, maka pendirian unit usaha baru

pada kelompok ternak ini layak untuk dijalankan dilihat pada aspek sosial

dan lingkungan.

Analisis Finansial

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value digunakan untuk menilai manfaat investasi dengan

ukuran nilai kini (present value) dari keuntungan bersih proyek.Jika NPV >

0, maka secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat

yang diperoleh lebih besar dari biaya. Jika NPV = 0, maka manfaat investasi

sama dengan tingkat social opportunitycost of capital, secara finansial

proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk

menutupi biaya yang dikeluarkan. Jika NPV < 0, maka investasi tidak layak

untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil

dari biaya/tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Berikut

hubungan NPV dengan IRR (Nurmalina et al, 2009).

NPV = ∑

( ) dimana

0

0

tt

tt

CB

CB

Ket :

Bt = Manfaat pada tahun t

Ct = Biaya pada tahun t

t = Tahun kegiatan bisnis

i = Tingkat DR (%)

n = Umur bisnis

Gambar 2. Hubungan Antara NPV dan IRR

Page 32: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

21

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return merupakan suku bunga maksimal (discount rate)

untuk sampai pada NPV bernilai sama dengan nol (seimbang), dengan kata

lain Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern

tahunan dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh IRR lebih besar dari

tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan.

Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku

maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. (Nurmalina et al,

2009)

IRR =

( )

Ket :

= Discount rate yang menghasilkan NPV positif

= Discount rate yang menghasilkan NPV negative

= NPV positif

= NPV negative

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C ratio merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari

keuntungan bersih yang positif dengan nilai sekarang dari keuntungan

bersih yang negatif. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya

tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang.

Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C ratio dari manfaat

proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C rasionya sebesar satu

atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunitis

capital, tetapi jika nilai Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk

dilaksanakan. (Nurmalina et al, 2009)

NET B/C = [∑

( )

( )

]

Ket :

Bt = Manfaat pada tahun t

Ct = Biaya pada tahun t

i = Discount rate (%)

t = Tahun

n = Tahun

4. Payback Period (PP)

Payback of Period (PP) dilakukan untuk mengetahui jangka waktu

pengembalian investasi. Payback Period merupakan jangka waktu periode yang

dibutuhkan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan

di dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin

baik proyek tersebut untuk diusahakan. (Nurmalina et al, 2009)

Payback period =

Ket :

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab= Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

Page 33: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

22

Analisis Sensitivitas

Analisis switching value mencari beberapa perubahan maksimum yang

dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan

keuntungan normal, dimana nilai NPV sama dengan nol. Analisis ini dilakukan

dengan cara mencoba-coba terhadap perubahan variabel yang terjadi dapat

diketahui batasan tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang masih bisa

ditolerir, sehingga suatu usaha masih memperoleh laba normal. Switching value

perlu dilakukan guna melihat sampai berapa persen penurunan harga atau

kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kelayakan

investasi dari kondisi layak menjadi tidak layak.

Analisa Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi dipakai untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke

dalam cashflow.

1. Total Penerimaan (Total Revenue)

Penerimaan total (Total Revenue) perusahaan sama dengan jumlah output

yang dikalikan harga jual (Masyhuri, 2007). total penerimaan dirumuskan

sebagai berikut :

TR = P X Q

Ket :

TR= Total Penerimaan

P = Harga per unit output

Q = Jumlah output

2. Biaya

Biaya tetap total (TFC) adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas

besar kecilnya kuantitas produksi yang dikeluarkan, sedangkan biaya

variabel total (TVC) adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai

dengan perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. (Masyhuri, 2007).

Total biaya dirumuskan sebagai berikut :

TC = TFC – TVC

Ket :

TC = Total biaya

TFC = Total biaya tetap

TVC = Total biaya variabel

3. Penyusutan

Beban penyusutan adalah alokasi atas harga perolehan suatu aktiva tetap.

Karena hanya merupakan alokasi beban, tidak ada lagi kas yang keluar pada

saat beban penyusutan ditetapkan untuk suatu periode tertentu. Salah satu

metode perhitungan penyusutan adalah metode garis lurus (straight line)

yaitu dengan rumus :

Penyusutan =

Page 34: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

23

Ket :

Harga Perolehan = harga beli aktiva tetap ditambah biaya pemasangan

dan semua beban yang terkait dengan pembelian

aktiva tetap

Nilai sisa = perkiraan harga jual aktiva tetap jika aktiva tersebut

telah habis umur ekonomisnya

Umur ekonomis = masa pemakaian aktiva tetap yang paling optimal

4. Laba atau Rugi bersih

Suatu laporan laba rugi, mengukur jumlah laba yang dihasilkan oleh

perusahaan dalam jangka waktu tertentu.format paling dasar laporan laba

rugi dapat dinyatakan sebagai berikut :

Penjualan – Beban = Laba bersih

Asumsi Dasar

1. Seluruh modal investasi diasumsikan berdasarkan modal sendiri.

2. Jenis Domba yang di pelihara pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri ini

terdiri dari berbagai macam jenis, seperti Domba Garut, Sulfoks, Merinho,

dan Ekor gemuk lokal.

3. Asumsi limbah kotoran yang dihasilkan setiap ekor domba adalah 3kg/hari,

dengan jumlah populasi saat ini sebanyak 123 ekor maka limbah kotoran

yang dihasilkan diperkirakan sekitar 369kg/hari.

4. Kapasitas produksi dihitung meningkat setiap tahun sebesar 5 persen selama

umur proyek berdasarkan jumlah populasi domba yang terus meningkat.

5. Suku bunga yang digunakan berdasarkan rata-rata bunga deposito pada 35

bank umum yaitu 7 persen.

6. Satuan tenaga kerja yang digunakan adalah HOK

7. Jumlah hari kerja dalam satu tahun adalah 360 hari.

8. Umur proyek adalah 10 tahun berdasarkan pada umur tabung Bio Digester.

Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tabung bio digester merupakan

aset paling penting dalam usaha jika dijumlahkan merupakan biaya investasi

terbesar.

9. Tidak adanya perubahan peraturan dan kebijakan pemerintah yang berkaitan

dengan objek penelitian selama umur ekonomis yang diperkirakan.

10. Harga peralatan disesuaikan dengan harga beli di pasar saprotan Tani Jaya,

Pasar Anyar, Bogor.

11. Harga bahan bangunan disesuaikan dengan harga beli di Toko Bangunan

Sumber Bangunan, Cimahpar, Bogor.

12. Semua aktiva tetap berwujud akan disusutkan kecuali tanah.

13. Nilai sisa yang ditetapkan untuk bangunan, mesin, serta beberapa peralatan

lain akan habis sesuai umur ekonomis barang, penyusutan dilakukan dengan

menggunakan metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method).

14. Persamaan 1 Kg limbah ternak domba segar setara dengan 0,1725m3 biogas.

1m3 biogas setara dengan 0,46Kg Gas Elpiji dan 1 Kg limbah ternak domba

segar menghasilkan sisa rendemen pupuk organik sebesar 0,72%.

15. Biaya investasi dikeluarkan dalam satu tahun yaitu pada tahun ke-0.

Page 35: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

24

16. Harga jual produk biogas ditetapkan sebesar 1.600/m3. Harga jual Pupuk

Organik Peternakan (POP) akan dijual dengan harga Rp 600,- per kilogram

atau Rp. 30.000,- per karung 50 kg.

17. Biaya perawatan untuk bangunan, instalasi pipa dan infrastruktur

perbulannya ditetapkan sebesar Rp 500.000 perbulan berdasarkan kondisi

yang sebenarnya terjadi pada Kelompok ternak.

18. Tahun ke 0 pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba adalah tahun

2014. Pendirian unit biogas pada tahun ke 0 dperkirakan memerlukan

persiapan yang sangat matang dalam waktu setahun penuh, sehingga tahun

pertama berjalannya unit bisnis ini adalah tahun 2015 besarnya pajak yang

dikenakan pada tahun pertama dan seterusnya adalah 25 persen.

19. Pajak Pendapatan yang digunakan sesuai dengan Tarif dan PTKP yang

dikeluarkan oleh Direktorat Pajak tentang penghasilan sesuai dengan

Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan, Pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas

Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yaitu:

a) Pasal 17 ayat 1 b : Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha

tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen) untuk tahun 2010.

b) Pasal 17 ayat 2 a : Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak

tahun2010.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Desa Nagrak

Desa Nagrak merupakan salah satu dari delapan desa di Kecamatan

Sukaraja, Kabupaten Bogor.Secara wilayah, Desa Nagrak memiliki luas sekitar

230 Ha, dengan areal pertanian sebesar 120Ha dan pemukiman 80Ha. Desa ini

berbatasan langsung dengan beberapa wilayah. Sebelah utara berbatasan dengan

Bantar Kemang, selatan berbatasan dengan Desa Cikeas, timur berbatasan dengan

Desa Cibanon dan barat berbatasan dengan Desa Cijayanti.

Banyak lahan yang berada di Desa Nagrak dimanfaatkan masyarakat untuk

berbagai macam aktivitas, mulai dari pertanian, pendidikan, peternakan, dan

berdagang. Lahan di Desa Nagrak didominasi oleh pemukiman dan lahan

pertanian sederhana yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Letak topografi Desa

Nagrak memiliki jenis lahan sedikit berbukit dengan ketinggian + 400m dari

permukaan laut, dengan curah hujan deras yaitu 0,26-1mm/min, suhu udara

berkisar 22–28 derajart Celcius dengan kelembaban udara 70-80 persen

menjadikannya daerah yang subur dan cocok untuk bertani maupun berternak.

Page 36: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

25

Sejarah dan Perkembangan

Kelompok Ternak Teguh Mandiri mulai dirintis pada tahun 2009 oleh H

Tatang Muchtar yang saat itu merupakan pensiunan Korlap Badan Kependudukan

Keluarga Berencana Nasional Bogor. Kelompok ini merupakan sebuah

perkumpulan peternak yang bergerak dalam bidang jual beli dan peternakan

domba serta pemanfaatan hasil peternakan. Kelompok Ternak Teguh Mandiri

berlokasi di Jl. Cibedug Pabuaran, Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten

Bogor, Jawa Barat. Tujuan awal didirikannya kelompok ini adalah untuk

mengembangkan usaha ternak domba dan merangkul para peternak sekitar dalam

bekerjasama menjalankan usahaternak domba yang berorientasi profit sehingga

memiliki posisi tawar yang kuat serta mampu menyerap tenaga kerja bagi

masyarakat sekitar.

H Tatang Muchtar memulai usaha ternak ini berdasarkan ketertarikan dan

hoby beliau pada dunia pertanian.Berawal dari memelihara tanaman hias, ikan

bawal, burung kicau, hingga saat ini membudidayakan ternak domba digelutinya

secara tekun. Dana pensiun yang didapatnya tiga tahun lalu menumbuhkan ide

bisnis untuk mengembangkan usaha ternak domba menjadi sebuah kelompok

ternak yang dapat membantu para peternak disekitar untuk saling

mendukung.Beliau memilih memelihara domba jantan yang akan dijual pada saat

hari raya Idul Adha karena siklus usaha yang tidak terlalu lama dan resiko yang

relatif kecil. H Tatang Muchtar memulai usaha ternak ini dengan membeli domba

lokal sebesar 20 juta rupiah, yang berasal dari berbagai daerah di sekitar

kelompok ternak.domba yang dibeli adalah domba jantan yang siap untuk

digemukkan dan akan dijual pada lebaran Idul Adha. Adanya peluang dan prospek

kedepan yang sangat baik mengharuskan usaha ini menjadi usaha yang

berorientasi profit, sehingga pada tahun tersebut usaha yang dirintis beliau ini

mempekerjakan dua orang pekerja serta meningkatkan jumlah populasi yang

dipelihara. Pada tahun 2010 beliau merangkul beberapa peternak dan penjual-beli

hewan ternak (yang akrab disebut bandar) untuk membentuk kelompok ternak

yang mampu menjadi wadah para anggotanya, untuk mempermudah usaha serta

membangun jaringan pasar yang luas. Wadah tersebut kemudian terbentuk dengan

diberi nama Kelompok Ternak Teguh Mandiri.

Kelompok Ternak Teguh Mandiri lebih fokus berusaha ternak domba untuk

memenuhi besarnya permintaan saat hari raya Iedul Adha, namun bukan berarti

pada saat hari-hari biasa kandang kelompok ternak ini kosong. Permintaan domba

untuk kebutuhan Akikah dan Pedaging merupakan pendapatan kelompok ternak

yang diandalkan setiap bulan. Populasi ternak domba minimum pada kelompok

ternak ini adalah 50 ekor, yang kebanyakan diantaranya adalah betina.

pemeliharaan domba betina atau indukan selain diperuntukan mendapatkan petet

bakalan dari kandang sendiri, betina juga digunakan untuk memenuhi permintaan

kebutuhan domba untuk keperluan pedaging. H Tatang Muchtar sejak tahun 2013

mulai merintis usaha pertanian jagung manis untuk memanfaatkan potensi lahan

yang tersedia, serta pupuk kandang yang melimpah. Lahan yang digunakan untuk

menanam jagung hanya seluas 2000 m2, dan menghasilkan 1,4 ton jagung manis.

Meskipun baru berjalan dua kali siklus tanam, namun unit bisnis ini dirasakan

sangat membantu kelompok ternak, karena umur penanaman yang hanya empat

Page 37: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

26

bulan, serta sisa penanaman jagung manis yang dapat dijadikan pakan bagi ternak

domba kelompok ternak.

Kegiatan Produksi Unit Penggemukan Domba Kurban

Unit bisnis ini memiliki kegiatan penggemukan Hewan kurban secara

intensif. Hewan kurban yang digemukkan pada kelompok ternak ini adalah domba

jantan. Kegiatan penggemukkan secara intensif dilakukan selama kurang lebih 3

bulan menjelang Idul Adha. Kegiatan usaha pengemukkan hewan kurban meliputi

pengadaan domba jantan muda, pemberian obat cacing pada seluruh hewan

ternak, dan pemberian pakan secara intensif.

Domba jantan muda yang digemukkan adalah domba yang dibeli dari

anggota kelompok, serta peternak disekitar kelompok ternak, serta domba jantan

yang memang dibudidayakan dan lahir di kelompok ternak.

Selanjutnya setelah seluruh hewan ternak berada di kandang, keseluruh

hewan tersebut diberi obat anti parasit dan obat cacing untuk menghindari adanya

parasit yang berada pada ternak yang digemukkan. Selama tiga bulan penuh

ternak yang digemukkan diberi pakan secara intensif agar rataan penambahan

berat maksimal. Hewan ternak yang telah digemukkan dan siap dipasarkan pada

musim kurban laris manis dan selalu habis terjual. Pemasaran hewan kurban ini

dijual ke beberapa daerah, daerah dengan harga yang bersaing.

Penjualan hewan kurban yang dilakukan Kelompok Ternak Teguh Mandiri

memiliki keunggulan dalam pelayanan konsumen, hewan ternak yang dijual

kepada konsumen diantarkan langsung ke tempat pemotongan kurban dan juga

ditawarkan pelayanan potong kurban secara cuma-cuma. Terdapat empat orang

dalam tim potong kurban untuk melaksanakan layanan tersebut. Pelayanan ini

membuat konsumen merasa puas dan meningkatkan kepercayaan konsumen untuk

kembali membeli di tahun depan.

Organisasi dan Manajemen Kelompok Ternak

Organisasi adalah suatu kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara

menyeluruh dengan batas yang relatif dapat ditentukan dan berfungsi secara

berkesinambungan untuk mencapai tujuan bersama. (Stephen P. Robinson dalam

Sumardjo, 2001). Struktur organisasi adalah pengelompokan tugas-tugas atau

jenis pekerjaan yang sama atau hampir sama serta bertingkat-tingkat dan jelas

rentang manajemen dan pengawasan/pengendaliannya, yang bertujuan untuk

menjelaskan bagian-bagian yang ada, hubungan antara bagian, jenjang atasan dan

bawahan atau dengan kata lain struktur organisasi harus memperlihatkan adanya

rentang komunikasi dan rentang pengendalian yang tegas antara atasan dan

bawahan dan antara bagian-bagian yang ada. Struktur organisasi yang ada pada

Kelompok Ternak Teguh Mandiri terdiri dari Ketua kelompok ternak, Sekertaris,

Bendahara, Anggota dan Karyawan. Struktur organisasi Kelompok Ternak Teguh

Mandiri dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 38: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

27

Keterangan :

Gambar 3. Struktur Organisasi Kelompok Ternak Teguh Mandiri.

Gambar 3 menunjukkan pembagian tanggung jawab yang jelas. Struktur

organisasi yang jelas dapat memudahkan pelaksanaan kegiatan usaha yang

dilakukan pada organisasi. Deskripsi tugas dan kegiatan pada setiap lini bagian

adalah sebagai berikut.

1. Anggota

Seluruh kegiatan yang berada pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri

berdasarkan pada keputusan bersama anggota. Seluruh anggota kelompok

memiliki hak dan kewajiban dalam berkontribusi pada kelompok ternak.

Fasilitas dan hasil produk yang dihasilkan kelompok ternak dapat digunakan

anggota. Fungsi pokok anggota adalah membantu memenuhi kebutuhan

kelompok dalam memperoleh input dan bahan baku dalam seluruh kegiatan

usaha kelompok ternak teguh mandiri.Setiap anggota kelompok ternak

bertanggung jawab pada hewan ternak peliharaannya, mulai dari mencari

pakan, memandikan, serta mengobati.

2. Ketua

Peran ketua kelompok ternak adalah sebagai pengatur kegiatan usaha pada

kelompok ternak. Ketua merangkap sebagai manajer produksi, manajer

pemasaran, dan manajer keuangan yang berperan aktif dalam memajukan

kelompok ternak.

3. Bendahara

Ruang lingkup pekerjaan pada Bendahara meliputi seluruh kegiatan

kelompok yang berkaitan dengan pencatatan pendapatan serta pengeluaran

kebutuhan kelompok ternak. Bendahara melakukan pembukuan bulanan

serta memberikan laporan kas kelompok ternak kepada ketua, yang akan

dikoordinasikan langsung kepada para anggota.

4. Sekretaris

Tugas utama sekretaris pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah

membuat laporan dan proposal untuk kegiatan peternakan.

5. Karyawan Tetap

Karyawan tetap pada kelompok ternak memiliki tugas pokok yaitu menjaga

dan membersihkan lokasi usaha ternak, selain itu karyawan tetap juga

bertugas untuk mengantisipasi apabila ada anggota yang tidak sempat

mencari pakan dan mengurus hewan ternak peliharaannya.

Garis komando

Garis koordinasi

Ketua

anggota 4

anggota 3

anggota 2

anggota dst anggota 1

Sekertaris Bendahara

Karyawan Tetap

Page 39: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

28

Pemasaran

Pemasaran adalah proses manajerial yang didalamnya individu dan

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara

menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan

pihak lain (Kotler, 2002). Sedangkan manajemen kegiatan pemasaran adalah

proses yang melibatkan analisis perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang

mencakup barang, jasa dan gagasan dengan tujuan untuk menghasilkan kepuasaan

bagi pihak-pihak yang terlibat. Agar kegiatan pemasaran pemasaran tersebut dapat

tepat pada sasaran pasar, maka perusahaan harus menerapkan strategi pemasaran.

Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah

dengan menerapkan bauran pemasaran (marketing mix) dalam melakukan

kegiatan pemasarannya.

Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang

merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yaitu: produk, struktur harga,

kegiatan promosi,dan sistem distribusi (Kotler, 2002). Bauran pemasaran yang

dilakukan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri merupakan strategi pemasaran

yang bertujuan untuk mempengaruhi permintaan terhadap produknya dalam

rangka menempatkan posisi yang kuat dalamsasaran pasar. Masing-masing sarana

pemasaran yang dirancang perusahaan tersebut merupakan suatu langkah yang

dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.

1. Produk (Product)

Kelompok Ternak Teguh Mandiri menawarkan produk yang berbeda dari

yang peternak lain pada umumnya. Produk utama yang ditawarkan kepada

konsumen adalah domba dewasa siap potong, jasa pemotongan hewan dan

hewan kurban, sedangkan produk yang ditawarkan dari unit bisnis

sampingannya adalah pupuk kandang, dan jagung manis.

Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri produk yang ditawarkan memiliki

nilai lebih dalam menempatkan posisi pada benak konsumen. Pada unit

bisnis penggemukan domba kurban hewan kurban yang dijual dijamin

kualitas dan kesesuaian dengan memenuhi persyaratan hewan kurban,

domba yang dijual harus dalam kondisi sehat, bersih serta sudah dicukur

bulunya. selain itu diberikan pelayanan antar gratis bagi para konsumen

sehingga konsumen puas.

2. Harga (Price)

Harga yang ditawarkan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri sangat

terjangkau. Karena kelompok ternak menetapkan harga jual dibawah harga

pasar, mengingat tingkat perekonomian masyarakat di lingkungan sekitar

kelompok ternak merupakan golongan menengah ke bawah.

3. Promosi (Promotion)

Promosi adalah alat yang digunakan untuk menarik konsumen untuk

melakukan pembelian suatu barang. Target pasar dari adalah masyarakat

lingkungan kelompok ternak. Namun tidak sedikit konsumen yang berasal

dari kota-kota besar, hal ini dikarenakan promosi yang dilakukan secara

langsung oleh H Tatang Muchtar kepada kenalan dan rekanan beliau.

Page 40: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

29

4. Distribusi (Place)

Saluran pemasaran Kelompok Ternak Teguh Mandiri dalam

mendistribusiskan produknya dapat dilihat pada Gambar 4. di bawah ini.

Gambar 4. Saluran PemasaranKelompok Ternak Teguh Mandiri

Saluran pemasaran tingkat nol terjadi pada saat Kelompok Ternak Teguh

Mandiri menjual produk yang ditawarkan langsung kepada Anggota, pedagang

eceran, dan konsumen akhir. Untuk saluran pemasaran tingkat satu terjadi pada

saat pedagang eceran yang membeli produk kelompok ternak dan menjualnya

kepada konsumen akhir.

HASIL ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS

Biogas sebagai sumber energi alternatif terbaharui saat ini sangat diminati

masyarakat. Penggunaan yang mudah serta harga yang ekonomis menjadikan

biogas sebagai solusi kenaikan harga bahan bakar minyak dan elpiji. Kebutuhan

masyarakat akan sumber energi yang terjangkau, mendukung perkembangan

sumber energi alternatif biogas. Permintaan terhadap sumber energi alternatif

biogas semakin meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat akan

ketersediaan bahan bakar minyak yang semakin menipis. Ditambah dukungan

pemerintah dan instansi pendidikan dalam mengembangkan teknologi biogas

mendukung perkembangan biogas untuk dapat sampai pada seluruh pelosok

daerah.

Bahan organik yang paling umum digunakan sebagai bahan baku proses

pengolahan biogas adalah limbah pertanian dan peternakan. Penggunaan kotoran

ternak sebagai bahan baku proses pengolahan biogas, akan memberikan manfaat

tambahan dari limbah sisa proses produksi. Sisa proses pengolahan biogas berupa

lumpur (sludge), memiliki kandungan zat hara yang dibutuhkan tumbuhan.

Lumpur sisa proses pengolahan biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik

yang memiliki nilai jual. Pupuk organik yang dihasilkan dari sisa pengolahan

biogas memiliki keunggulan lebih dibandingkan pupuk organik yang dihasilkan

melalui proses pengomposan. Pupuk organik sisa biogas memiliki kandungan zat

hara berbentuk ionik sehingga lebih mudah menyatu dengan tanah dan lebih cepat

diserap oleh tanaman. Pupuk organik sisa pengolahan biogas memiliki pasar

Kelompok Ternak Teguh

Mandiri

Anggota

Kelompok Tani

Pedagang Eceran

Konsumen Akhir

Page 41: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

30

tersendiri, permintaan terbesar pupuk ini adalah para petani sayuran organik dan

bunga potong. Namun, dengan adanya kesadaran masyarakat akan dampak negatif

dari pupuk kimia, memberi dampak positif terhadap permintaan pupuk organik.

Mayoritas penduduk Desa Nagrak yang berprofesi sebagai petani sangat

mendukung keberadaan unit pengolahan biogas. Kebutuhan akan pupuk organik

serta melambungnya harga minyak tanah menjadikan biogas solusi terbaik untuk

mengatasi masalah krisis energi. Kelompok Ternak Teguh Mandiri sebagai suatu

usaha rakyat yang bergerak di bidang peternakan dinilai mampu memanfaatkan

kondisi lingkungan yang mendukung,ditambah potensi internal yang dimiliki

kelompok ternak dapat menjadi pondasi kuat untuk mendirikan unit pengolahan

biogas.

Kelompok Ternak Teguh Mandiri selama menjalankan usahanya memiliki

image yang baik dimata konsumen dan masyarakat sekitar. Konsumen kelompok

ternak memiliki loyalitas terhadap produk-produk yang dihasilkan. Loyalitas

konsumen bagi kelompok ternak merupakan kekuatan untuk perkembangan

kelompok ternak. Saat ini, Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki unit bisnis

penggemukan domba kurban. Limbah kotoran yang dihasilkan merupakan faktor

internal pendukung utama dalam pendirian unit bisnis pengolahan biogas.

Ketersediaan kotoran domba sangat diperlukan dalam berlangsungnya unit bisnis

yang akan didirikan.

Pendirian unit bisnis pengolahan biogas pada Kelompok Ternak Teguh

Mandiri akan menghasilkan output berupa biogas dan pupuk organik. Produk

biogas dapat dimanfaatkan dengan cara memasarkan hasil produksi biogas kepada

masyarakat di sekitar lokasi peternakan. Sisa produksi biogas berupa pupuk

organik dapat dijual kepada petani untuk meningkatkan penerimaan kelompok

ternak.

Pendirian unit bisnis pengolahan biogas pada Kelompok Ternak Teguh

Mandiri tersebut akan dikaji dalam dua sisi, yaitu analisis kelayakan non finansial

dan analisis kelayakan finansial. Pendirian unti bisnis ini diharapkan akan dapat

meningkatkan penerimaan kelompok ternak.

Analisis Kelayakan Nonfinansial

Aspek Pasar dan Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya

terdapat individu atau kelompok yang berusaha mendapatkan sesuati yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan

produk yang bernilai dengan pihak lain. Unit pengolahan Biogas Kotoran Domba

memproduksi biogas dan pupuk organik. Kedua produk hasil unit usaha ini

termasuk kepada golongan barang superior. Meningkatnya taraf hidup masyarakat

maka kesadaran akan organik dan energi alternatif akan meningkat.

1. Peluang Pasar

Produk pupuk organik mengalami peningkatan permintaan sejak 2010 saat

pengurangan subsidi pupuk kimia dari 17 trilyun menjadi 11 trilyun rupiah,

mengakibatkan harga pupuk kimia subsidi meningkat. Tahun 2014

diperkirakan Kementrian Perindustrian dan Perdagangan permintaan

nasional pupuk organik akan meningkat menjadi 13,4 juta ton, sedangkan

Page 42: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

31

produksi nasional pupuk organik oleh BUMN hanya sebesar 4,69 juta ton.

Kekurangan pupuk organik nasional sebesasr 8,71 juta ton ini diserahkan

pada masyarakat dan pihak swasta untuk bisa memenuhinya. Suplai

nasional yang kurang ini menjadikan excess demand pada produk pupuk

organik sebuah peluang besar bagi Kelompok Ternak Teguh Mandiri.

Penyerapan pupuk organik terbesar adalah para petani padi, cabai, jagung,

dan sayuran lainnya. Produk pertanian tersebut rata-rata membutuhkan 10

ton pupuk organik setiap hektarnya, sehingga dengan luas lahan pertanian

Kota Bogor mencapai 3.116 Ha kebutuhan pupuk organik adalah sebesar

31.160 ton. Permintaan tersebut selama ini terpenuhi oleh pupuk kandang

segar dari peternakan. Kelompok Ternak Teguh Mandiri dengan potensi

pengolahan biogas mampu memberikan nila lebih karema produk pupuk

yang dihasilkan dari unit pengolahan biogas kotoran domba berupa pupuk

organik yang telah dipermentasi melalui proses methanogenesis, sehingga

kandunga zat hara telah terpecah berbentuk molekul ionik yang lebih mudah

diserap tanaman. Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan

sekitarnya sebagai salah satu area pertanian yang dapat dijangkau kelompok

ternak ini memiliki kebutuhan pupuk anorganik sebesar 39.000 ton.

Kenaikan harga eceran pupuk subsidi dan kesadaran penggunaan pupuk

organik memungkinkan permintaan pupuk organik masih terus bertambah.

Biogas sebagai salah satu alternatif sumber energi penghasil panas,

merupakan suatu energi baru terbaharukan yang dapat digunakan untuk

memasak. Kebutuhan rata-rata rumah tangga dengan lima anggota keluarga

yaitu 0,6 kg gas elpiji perhari, yakni setara dengan 1,3 m3 biogas. Jangkauan

jaringan instalasi biogas Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang tahun

pertama direncanakan hanya berjarak 200m dari terminal kontrol, hanya

mampu menjangkau 50 rumah tangga disekitrar peternakan, sehingga

pemasaran biogas masih dalam taraf kecil. Hal tersebut dikarenakan bahwa

biogas belum begitu akrab digunakan penduduk sekitar, dan pemasangan

jaringan distribusi gas yang memerlukan kesesuaian lokasi antara rumah

konsumen yang harus berdekatan dengan peternakan.

2. Penetapan Merek Dagang dan Harga

Merek dagang dari produk biogas Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah

"Gas Hijau". Nama tersebut diambil berdasarkan sumber bahan baku energi

biogas yang merupakan hijauan pakan yang telah dicerna hewan ternak

domba, selain itu api yang dihasilkan pun mengeluarkan warna semu hijau

dari tungku pembakaran. Harga jual produk biogas ditetapkan berdasarkan

perbandingan harga produk subtitusi. Harga yang ditetapkan Kelompok

Ternak Teguh Mandiri sebesar Rp. 1.600 per 1m3. Harga tersebut jauh lebih

terjangkau bila dibandingkan dengan harga gas elpiji 3 Kg, setiap 1 m3

biogas setara dengan 0,46 kilogram elpiji. Gas elpiji tabung 3 Kg setara

dengan 6,5 m3 biogas, jika harga jual Gas elpiji 3 kg adalah Rp.14.000

maka dengan menggunakan biogas konsumen hanya mengeluarkan biaya

Rp.10.400 untuk mendapatkan energi yang setara dengan gas elpiji. Biaya

instalasi pipa gas ditanggung kelompok ternak sebagai investasi dan

pelayanan kepada konsumen. Penetapan harga tersebut terlebih dahulu

akan dikaji dan disepakati oleh seluruh anggota kelompok ternak.

Page 43: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

32

Pupuk organik yang dihasilkan akan diberi merek dagang Pupuk Organik

Peternakan (POP) Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Harga jual Pupuk

Organik Peternakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah Rp 30.000,-

dalam kemasan 50 kilogram, atau sebesar Rp.600,- setiap kilogramnya.

Harga yang ditetapkan kelompok ternak bila dibandingkan harga produk

sejenis di pasaran memiliki harga yang lebih terjangkau. Pupuk Pandawa

produksi Kelompok Tani Maju Bersama Citapen, menetapkan harga pupuk

kandang fermentasi pandawa dengan harga Rp.750,- setiap kilogramnya.

Penetapan harga jual dilakukan berdasarkan sistem Cost-plus pricing

methode (penetapan harga biaya plus), yaitu berdasarkan biaya yang

dikeluarkan untuk proses produksi. Pada penetapan harga pupuk ini dasar

biaya yang digunakan adalah total seluruh biaya pada perhitungan laba rugi

tahun pertama, dibagi dengan jumlah produksi pupuk tahun pertama.

Rp 47.297.968

=

95.645 Kg

= Rp 494/Kg

Harga Jual = Rp 494 + (Rp 494x 23 %)

= Rp 494+ 116

= Rp 600

3. Target dan Segmen Pasar

Segmentasi merupakan proses membagi pasar ke dalam kelompok pembeli

yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik, dan perilaku.

Target pasar utama produk pupuk organik dari Kelompok Ternak Teguh

Mandiri adalah pasar segmented petani sayuran organik. Harga jual POP

Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang jauh lebih tinggi dibandingkan

pupuk kandang yang hanya Rp.150,-, mengharuskan kelompok ternak

melakukan segmentasi pasar, agar produk POP dapat cepat diserap

konsumen. Kelompok ternak dapat bekerjasama dengan toko-toko penjual

kebutuhan tani untuk dapat saling menguntungkan memasarkan POP ke

konsumen akhir. Selain petani sayuran organik, pasar tanaman hias dan ibu-

ibu hobbies tanaman merupakan segmen pasar yang sangat potensial. Proses

segmentasi pasar POP dilakukan perlahan dengan menawarkan pada

kelompok tani organik dan sayuran yang banyak tersebar di Kabupaten

Bogor. Secara umum POP dapat digunakan oleh petani, tanaman hias

maupun tanaman hortikultura.

Biogas dapat digunakan oleh ibu rumah tangga, peternakan ayam pedaging

dan industri-industri kecil yang memerlukan energi panas api. Segmentasi

pasar biogas yang akan diterapkan kelompok ternak hanya berdasarkan letak

geografis. Instalasi pipa pengaliran biogas mengharuskan segmentasi pasar

hanya kepada konsumen yang lokasinya tidak lebih dari 200m dari lokasi

kelompok ternak. Tidak menutup kemungkinan jika Kelompok Ternak

Total Biaya Operasional

Total Produksi Biaya Produksi =

Page 44: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

33

Teguh Mandiri memperluas jangkauan jaringan pipa ke daerah dengan

tingkat permintaan biogas yang lebih tinggi.

4. Jalur Distribusi dan Tataniaga Produk

Lokasi produksi biogas dan pupuk organik ini berada di wilayah desa

Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Jalur tataniaga pemasaran

biogas adalah direct selling yakni langsung ke konsumen akhir. Konsumen

yang dituju adalah rumah tangga masyarakat sekitar kelompok ternak yang

memiliki jarak degan terminal biogas tidak lebih dari 200m. Jalur

pemasaran tataniaga biogas dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pemasaran Biogas Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri

Sedangkan jalur distribusi pupuk organik adalah toko-toko kebutuhan

pertanian yang dapat bekerjasama dalam memasarkan produk POP Kelompok

Ternak Teguh Mandiri. Sistem kerjasama yang akan digunakan adalah titip

kontrak pupuk pada setiap toko. Pupuk organik ini dapat langsung dijual kepada

para petani yang dapat dijangkau oleh kelompok ternak. Jalur distribusi

pemasaran pupuk organik dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pemasaran Pupuk Organik Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri

5. Strategi Pemasaran

Strategi Pemasaram yang dapat dilakukan oleh Kelompok Ternak Teguh

Mandiri salah satunya adalah mempromosikan produk. Promosi merupakan

kegiatan yang penting untuk memperkenalkan produk kepada konsumen. Promosi

bertujuan untuk menginformasi, membujuk dan menarik konsumen agar membeli

dan menggunakan produk yang ditawarkan. Dalam pemasaran biogas, Kelompok

Ternak Teguh Mandiri melakukan beberapa promosi. Promosi yang gencar sangat

dibutuhkan dalam memasarkan produk biogas dikarenakan produk yang

ditawarkan masih sangat baru bagi target pasar yang dituju. Promosi yang akan

dilakukan kelompok ternak antaralain:

Kelompok Ternak Teguh Mandiri

Toko Pertanian

Konsumen Akhir

Kelompok Ternak Teguh Mandiri

Konsumen Akhir

Page 45: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

34

a. Melakukan peluncuran produk yang unik sehingga menarik perhatian

warga sekitar.

b. Melakukan penyuluhan yang intensif kepada para ibu disekitar

komplek peternakan.

c. Instalasi gratis bagi rumah tangga masyarakat sekitar yang memiliki

jarak dengan terminal biogas tidak lebih dari 200m.

d. Jaminan ketersediaan biogas serta pelayanan yang baik kepada para

konsumen.

Sedangkan promosi yang akan dilakukan dalam pemasaran produk pupuk

organik, kelompok ternak menerapakan beberapa promosi untuk

memperkenalkan pupuk organik tersebut. Promosi yang dilakukan antara

lain:

a. Mengikuti berbagai kegiatan pameran, pameran tersebut bertujuan

untuk memperkenalkan produk pada masyarakat luas.

b. Pemberian leaflet pada konsumen dengan tujuan agar masyarakat

mengetahui pentingnya pengguaan pupuk organik bagi tanaman.

c. Memajang banner `dan spanduk produk pada toko-toko yang dapat

bekerjasama dalam memasarkan POP Kelompok Ternak Teguh

Mandiri

d. Melakukan penyuluhan kepada para petani.

e. Pemberian informasi ke berbagai pihak bahwa pupuk hasil biogas

lebih baik dibandingkan dengan kotoran yang langsung diambil dari

kandang.

Aspek Teknis

Biogas adalah gas rawa yang dihasilkan dari proses penguraian atau

fermentasi bahan organik secara kedap udara (anaerob). Gas tersebut dapat

dengan mudah terbakar karena terdapat kandungan gas methan yang sangat

banyak. Biogas mengandung kombinasi gas metana (CH4), karbon dioksida

(CO2), uap air (H2O), dan beberapa gas lain seperti hidrogen sulfida (H2S), gas

nitrogen (N2), gas hidrogen (H2) dan jenis gas lainnya dalam jumlah kecil.

Adapun susunan kombinasi gas yang terdapat pada biogas dapat dilihat pada

Gambar 7.

Gambar 7. Susunan Kandungan Biogas Kotoran Domba.

Karbon dioksoda (CO2) 14,3%

Gas Methan (CH4) 67,7%

Hidrogen (H2)

BIOGAS

Gas Lain 7,8%

Gas tidak mudah

terbakar22,1% %

Uap Air (H2O) Hidrogen sulfida

(H2S) Nitrogen (N2)

Page 46: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

35

Sifatnya yang mudah terbakar dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Gas tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan sangat mudah menguap dan

bercampur udara sekitar. Maka dari itu gas rawa yang dihasilkan diproses dan

ditampung dalam sebuah bak pengurai (digester) kedap udara. Kebudayaan Mesir,

China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar

untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini

dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta (1776),

sedangkan Willam Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang dapat

terbakar tersebut sebagai methan. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan

Tappeiner (1882), memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.

Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan.

Jerman dan Perancis melakukan riset pada masa antara Perang Dunia I dan

beberapa unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah pertanian. Selama

Perang Dunia II banyak petani di Inggris dan benua Eropa yang membuat digester

kecil untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk menggerakkan traktor.

Karena harga BBM semakin murah dan mudah memperolehnya pada tahun 1950-

an pemakaian biogas di Eropa ditinggalkan. Berbeda di negara-negara

berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu

ada. Kegiatan produksi biogas di India telah dilakukan semenjak abad ke-19. Alat

pencerna anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. (FAO, 1991).

Negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan

Papua Niugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat

pembangkit gas bio dengan prinsip yang sama, yaitu menciptakan alat yang kedap

udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang

pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (sludge)

dan pipa penyaluran gas bio yang terbentuk. Menggunakan teknologi tertentu, gas

methan dapat dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan

energi listrik, menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara

sederhana, gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan

penerangan menggunakan kompor gas sebagaimana halnya elpiji. Setiap satu m3

biogas setara dengan 0,46 kilogram elpiji, 0,62 liter minyak tanah, 0,80 liter

bensin, dan 3,5 kilogram kayu bakar (Firmansyah, 2008).

Pendirian unit pengolahan Biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak

Teguh Mandiri dapat direalisasikan jika aspek teknis dapat terpenuhi. Aspek

teknis yang dianalisis pada pendirian unit usaha ini antara lain model digester,

lokasi dan tata letak bangunan, ketersediaan input dan fasilitas produksi, skala

produksi, tahap pendirian unit pengolahan serta proses produksi biogas.

1. Model Digester

Untuk pengolahan biogas yang terbentuk dari bahan-bahan organik

khususnya kotoran domba dapat dibuat beberapa model konstruksi alat penghasil

biogas. Berdasarkan cara pengisiannya ada dua jenis digester (pengolah gas) yaitu

batch feeding dan continuous feeding. Batch feeding adalah jenis digester yang

pengisian bahan organik (campuran kotoran domba dan air) dilakukan sekali

sampai penuh, kemudian ditunggu sampai biogas dihasilkan, setelah biogas tidak

berproduksi lagi atau produksinya sangat rendah, isian digester dibongkar, lalu

diisi kembali dengan bahan organik yang baru.

Continuous feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organiknya

dilakukan periodik dalam jumlah tertentu, hingga biogas mulai berproduksi secara

Page 47: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

36

berkesinambungan. Pada pengisian awal digester diisi penuh, lalu ditunggu

sampai biogas berproduksi. Setelah berproduksi, pengisian bahan organik

dilakukan secara kontinu setiap periode siklus produksi dengan jumlah tertentu.

Digester jenis continuous feeding mempunyai dua model yaitu model tetap (fixed)

dan model terapung (floating). Perbedaan model ini adalah pengumpul biogas

yang dihasilkan. Pada model floating, pengumpul gasnya terapung di atas sumur

pencerna sehingga kapasitasnya akan naik turun sesuai dengan produksi gas yang

dihasilkan dan penggunaannya.

Model digester continuous feeding tetap dapat menjadi pilihan yang tepat

bagi kelompok ternak untuk dapat di realisasikan, karena kapasitas produksi yang

besar dan akan disalurkan ke konsumen membutuhkan produksi biogas yang

stabil, disamping itu pengolahan bahan sisa akan lebih mudah dibandingkan

tabung digester sistem terapung. Setiap pengisian bahan organik yang baru akan

selalu diikuti pengeluaran bahan sisa (sludge). Karena itu, jenis digester ini

didesain dengan membuat lubang pemasukan dan lubang pengeluaran. Sludge

adalah zat organik telah mengalami fermentasi dan menghasilkan biogas yang

keluar dari tabung digester karena adanya input isian baru pada tabung. Sludge

berbentuk lumpur padat yang seluruhnya dapat dimanfaatkan langsung sebagai

pupuk tanaman.

Kelompok Ternak Teguh Mandiri direncanakan akan menggunakan model

tabung digester konstruksi tetap kontinu, yaitu tabung digester dan penampung

gas menjadi satu, sedangkan pengisian kotoran domba dilakukan terus menerus.

Model ini dapat dibuat sesuai dengan kapasitas tampung kotoran ternak dan

jumlah biogas yang ingin dihasilkan. Model permanen ini memang membutuhkan

modal yang lebih besar, tetapi usia ekonominya lebih lama, perawatannya mudah,

dan pengoperasiannya sederhana. Tabung digester model konstruksi tetap kontinu

dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Tabung Digester Continuous Feeding (Tetap).

2. Lokasi dan Letak Bangunan

Pemilihan lahan untuk pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba

menjadi biogas yang sesuai di antaranya dengan mempertimbangkan letak yang

Page 48: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

37

strategis dan kondisi tanah. Lahan untuk instalasi biogas idealnya harus memiliki

letak yang strategis, berdekatan dengan kandang, sumber air tercukupi dan akses

yang luas. Lokasi lahan yang dipilih juga harus sesuai dengan kemiringan relatif

landai dan tidak terdapat banyak gundukan atau lubang.

Lokasi lahan yang landai akan menguntungkan karena dapat dibangun

konstruksi tabung digester dengan mudah. Lokasi yang akan dibangun Kelompok

Ternak Teguh Mandiri tidak jauh dari kandang sehingga kotoran domba dapat

langsung disalurkan ke digester unit pengolahan biogas. Tidak menutup

kemungkinan untuk membangun instalasi biogas jauh dari kandang ternak, namun

akan muncul kendala yang harus dihadapi, yaitu penyediaan kotoran yang perlu

diangkut dari kandang ke lokasi digester. Posisi bak pencampuran dan bak

penyaring harus lebih tinggi dari sumur digester agar cairan pengisi dapat

mengaliri ke sumur digester. Isisan bahan organik berupa campuran kotoran

domba yang sudah melewati proses produksi akan keluar melalui lubang

pengeluaran, yang akan ditampung sebagai bahan baku POP kelompok ternak.

Ilustrasi posisi bak pencampuran dan lubang pengeluaran dapat dilihat pada

gambar 9 berikut

Gambar 9. Konstruksi Tabung Digester

Kapasitas produksi harian kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh

Mandiri yang mencapai 369 Kg setiap harinya memerlukan tabung digester

berkapasitas 3200 liter. Siklus produksi yang memerlukan waktu enam hari

sampai pada pengisian tabung siklus berikutnya, maka kelompok ternak perlu

membangun lima unit sumur digester. Pemanfaatan kotoran ternak yang efisien

pendirian lima unit tabung biogas ini juga akan menjamin keberlangsungan

penyaluran biogas ke konsumen. Luas lahan yang diperlukan untuk membangun

lima instalasi biogas diperlukan lahan seluas 120 m2, dengan panjang 12m dan

lebar 10m. Konstruksi dan tata letak instalasi biogas dapat dilihat pada gambar 10

berikut.

Page 49: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

38

Gambar 10. Tataletak Konstruksi Unit Pengolahan Biogas Kotoran Domba

Cuaca Bogor yang memiliki curah hujan tinggi, memerlukan bangunan

untuk menutup unit pengolahan biogas agar konstruksi tabung dan pipa tidak

cepat rusak. Bangunan yang dibutuhkan dalam pendirian unit bisnis pengolahan

kotoran domba menjadi biogas adalah jenis bangunan semi permanen. Bangunan

sederhana terbuka dengan memiiki atap yang menutupi seluruh areal instalasi

tabung digester bertujuan melindungi tabung dari sengatan matahari dan hujan.

Selain itu, sisa lahan yang tertutup atap, dapat digunakan sebagai tempat

menyimpan pupuk organik padat yang belum didistribusikan. Skema bangunan

penutup instalasi biogas dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Skema Bangunan Penutup Instalasi Biogas

Page 50: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

39

Kondisi lahan dan keadaan goegrafis di areal Peternakan Kelompok Ternak

Teguh Mandiri dinilai sudah cukup mendukung untuk pendirian unit bisnis baru

ini. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan topografi kelompok ternak yang

memiliki ketinggian tempat 400 meter di atas permukaan laut, suhu udara berkisar

22-28 derajart Celcius dengan kelembaban udara 70-80 persen serta kemudahan

mendapatkan sumber bahan baku menjadikan lokasi kelompok ternak ideal untuk

mendirikan unit pengolahan biogas kotoran domba.

3. Input dan Fasilitas Produksi

Input utama yang diperlukan pada unit pengolahan biogas kotoran domba

ini adalah bahan organik berupa kotoran domba, urine domba, dan pakan yang

tersisa. Kebutuhan unit pengolahan biogas kotoran domba menjadi biogas juga

membutuhkan starter rumen isi pencernaan sapi, karung plastik transparan

kapasitas 50kg atau 56x90cm, benang karung, dan peralatan fasilitas produksi

seperti mesin jahit karung, timbangan digital.

Kotoran domba, urine, dan sisa pakan ternak dapat terpenuhi suplainya dari

peternakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang saat ini menghasilkan bahan

baku input biogas sebesar 369kg setiap harinya. Jumlah tersebut sangat layak

untuk dapat menghasilkan biogas sebanyak 60m3 biogas setiap harinya apabila

dapat terolah seluruhnya. ketersediaan bahan organik dari kandang ternak domba

ini adalah terus menerus dan dijamin keberadaannya oleh kelompok ternak karena

sistem pemeliharaan peternakan domba disini adalah budidaya, sehingga jumlah

ternak yang dibudidayakan cenderung konstan.

Isi rumen pencernaan sapi merupakan starter tammbahan mikroba

methanogenesis yang memang sangat subur terdapat dalam pencernaan sapi.

Kotoran domba sebenarnya juga memiliki jumlah bakteri mikroba yang cukup

banyak, namun dalam kotoran domba terdapat mikroba colostridium tetani dalam

jumlah kecil yang menghasilkan karat apabila bertemu air, sehingga starter isi

rumen pencernaan sapi dibutuhkan. Isi rumen pencernaan sapi dapat diiperoleh

dari Rumah Potong Hewan (RPH) di Bubulak.

Pengolahan dan pengemasan POP Kelompok Ternakteguh Mandiri

membutuhkan karung plastik transparan 50kg atau 56x90cm. Karung ini banyak

terdapat dipasaran dan dapat dibeli dari penjual karung di Jl. Tole Iskandar

Depok, atau Jalan Baru, Cimanggu. Spesifikasi karung yang bersih dan nyaman

dilihat menjadi salah satu faktor produk POP nyaman untuk dilihat dan mudah

untuk didistribusikannya.

Bahan baku yang mudah didapatkan harus diimbangi dengan fasilitas

produksi pendukung unit pengolahan ini. Kelompok ternak dalam memproduksi

pupuk organik membutuhkan listrik untuk proses pengemasan dan sebagai sumber

penerangan. Alat alat yang digunakan seperti mesin jahit karung dan timbangan

juga memerlukan adanya pasokan listrik. Kapasitas listrik pada kelompok ternak

saat ini adalah 1200 watt, yang digunakan bersamaan dengan peternakan dirasa

cukup untuk memenuhi kebutuhan unit pengolahan biogas kotoran domba.

4. Skala Produksi

Unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh

Mandiri memiliki skala produksi menengah, dengan target produksi biogas rata-

rata sebesar 60m3 dan pupuk organik peternakan rata-rata sebesar 265kg setiap

harinya. Jumlah hewan ternak yang dibudidayakan pada kelompok ternak saat ini

sangat mencukupi untuk memenuhi target produksi tersebut. Saat ini kelompok

Page 51: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

40

ternak memiliki domba dewasa sebanyak 123 ekor, dengan estimasi limbah

peternakan yang dihasilkan setiap harinya mencapai 369kg. Nilai konversi

kotoran menjadi biogas adalah 0,1725 m3 per kg kotoran, maka produksi biogas

setiap harinya mencapai 63,65m3 biogas. Biogas yang dihasilkan tersebut mampu

memenuhi kebutuhan 50 rumah tangga dengan asumsi penggunaan biogas

perharinya sebesar 1,2m3. Asumsi peritungan hari dalam setahun sebesar 360

hari, maka dalam setahun unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok

Ternak Teguh mandiri menghasilkan 22.914,9m3 biogas.

Pupuk organik yang dihasilkan kelompok ternak berasal dari sludge hasil

proses produksi biogas dari tabung digester. Limbah kotoran segar yang diproses

melalui tabung biogas akan menyusut sebanyak 20persen, berbentuk lumpur padat

dan dapat langsung segera digunakan sebagai pupuk. Pengemasan sludge sisa

produksi biogas sulit dilakukan apabila masih berbentuk lumpur, maka dari itu

ada proses pengeringan yang perlu dilakukan. Pengeringan tersebut menyusutkan

lumpur sludge sebanyak 10 persen. Adanya dua tahap penyusutan tersebut

menjadikan perhitungan skala produksi pupuk organik setiap harinya adalah

sebagai berikut

Penyusutan 1 (20%) = 369kg - (0,2x369kg)

= 369kg - 73,8kg

= 295,2kg

Penyusutan 2 (10%) = 295,2kg - (0,1x295,2kg)

= 295,2kg - 29,5kg

= 265,69kg

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa produksi rata-rata perhari

pupuk organik peternakan sebesar 265,69kg, sehingga apabila diakumulasikan

dalam satu tahun, maka produksi pupuk organik Kelompok Ternak Teguh

Mandiri sebanyak 95.645 kg. Skala usaha tersebut akan terus meningkat setiap

tahunnya dengan dasar asumsi yaitu peningkatan populasi domba sebesar 5 persen

setiap tahun.

5. Siklus Produksi

Biogas terbentuk melalui tiga tahap, yaitu: hidrolisis, asidifikasi

(pengasaman), dan metanogenesis. Pada tahap hidrolisis, molekul-molekul

dioksidasi secara enzimatik menjadi molekul-molekul pendek. Molekul rantai

pendek tersebut di uraikan lebih lanjut menjadi asam organik oleh bakteri

asetogenik. Selanjutnya asam organik tersebut diuraikan membentuk gas metana.

Kandungan gas Metana yang ideal pada biogas adalah 60-70 persen. Gas metana

dihasilkan oleh mikroorganisme dan bakteri metanogenesis yang terdapat pada

rawa dan perut rumansia seperti kambing, domba, sapi dan kerbau. Suhu yang

baik untuk proses produksi biogas adalah 30-55 derajat Celcius. Pada suhu

tersebut mikroorganisme dapat bekerja secara optimal merombak bahan-bahan

organik. Flowchart proses pembentukan biogas didalam tabung digester dapat

dilihat pada Gambar 12

Page 52: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

41

Gambar 12. Flowchart proses pembentukan biogas

Pupuk organik sisa pengolahan biogas dihasilkan dari bahan pengisi yang

telah terurai. Bahan pengisi diuraikan oleh bakteri sehingga kandungan zat hara

terpecah menjadi ion-ion kecil. Selama proses penguraian, biogas yang diproduksi

memberikan hawa panas, sehingga menghancurkan bahan pengisi ke bentuk yang

lebih halus.

Tahapan siklus produksi pengolahan Biogas kotoran domba diawali dengan

pemberian starter pada tabung digester, pencampuran kotoran dan urin domba

dengan air hingga berbentuk lumpur, penyaringan campuran kotoran agar terbebas

dari benda asing, pengisian tabung digester oleh campuran kotoran, proses

produksi biogas, pengontrolan tekanan biogas yang telah disalurkan ke terminal

pengontrol, pengaliran biogas ke konsumen dan pengisian kembali bahan pengisi

pada tabung digester. Penjelasan proses produksi tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut.

a. Pemberian Starter pada Tabung Digester.

Awal proses produksi biogas, tabung digester belum memiliki bakteri

metanogenesis yang diperlukan untuk mengurai bahan organik menjadi

biogas. Maka dari itu, tabung digester pada awal proses produksi harus diisi

starter berupa cairan isi rumen sapi. Cairan rumen sapi memiliki kandungan

bakteri metanogenesis yang sangat subur. Kelompok Ternak Teguh Mandiri

dapat membeli isi rumen sapi ini dari rumah potong hewan terdekat. Cairan

isi rumen sapi dialirkan ke tabung digester sebelum diisi oleh bahan pengisi.

Setelah biogas dihasilkan, tabung digester tidak perlu diisi starter lagi.

Starter diperlukan lagi apabila produksi biogas yang menurun, atau setelah

tabung digester dikosongkan.

b. Pencampuran Kotoran dan urin Domba dengan Air.

Bahan pengisi tabung digester adalah campuran kotoran dan urin

domba yang bercampur dengan air. Kotoran domba dari kandang bercampur

dengan air sisa membersihkan kandang ditampung di dalam bak pencampur,

dimana bak tersebut berfungsi untuk menghomogenkan bahan pengisi.

Kotoran ternak dijadikan bahan isian harus memenuhi persyaratan

diantaranya tidak terlalu kental, dalam kondisi segar, tercampur rata dengan

Page 53: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

42

air, serta bebas dari benda-benda keras seperti ranting dan batu. Di dalam

bak pencampur, kotoran domba yang menggumpal dihancurkan dan diaduk

dengan perbandingan air dan kotoran domba 1 : 2. Pengadukan dilakukan

secara merata hingga berbentuk lumpur kental dan bersifat homogen. Laju

produksi biogas tergantung pada kekentalan bahan isian. Bahan isian yang

terlalu cair akan memeperlambat proses produksi, karena bahan organik

yang diuraikan lebih sedikit. Waktu yang dibutuhkan untuk mengolah bahan

isian yang kental relatif singkat dibandingkan bila terlalu encer. Proses

pencampuran ini dilakukan pada sebuah bak penyampuran seluas

100x100x100 cm. Setelah kotoran domba dan air tercampur sempurna maka

campuran tersebut harus disaring terlebih dahulu. Proses pencampuran

kotoran domba dengan air dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Pengadukan Bahan Pengisi.

c. Penyaringan Bahan Pengisi.

Campuran kotoran dialirkan ke bak penyaring untuk memisahkan

benda-benda anorganik yang dapat menghambat proses produksi biogas.

Campuran kotoran yang telah berbentuk lumpur di saring menggunakan

kawat jaring dengan jarak kerenggangan sebesar 2 cm. Saluran bak

penyaring berhubungan langsung denga lubang pemasukan tabung digester.

Sehingga bahan pengisi yang telah disaring bisa langsung dialirkan ke

tabung digester. Proses penyaringan bahan pengisi dapat dilihat pada

Gambar 14.

Gambar 14. Penyaringan Bahan Pengisi

Page 54: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

43

d. Pengisian Bahan Pengisi ke Tabung Digester.

Bahan pengisi yang telah disaring, langsung dialirkan ke tabung

digester. Tabung digester diisi hingga mencapai batas maksimum, yakni

lubang pemasukan dan lubang pengeluaran talah tertutup oleh bahan

pengisi. Tertutupnya lubang pemasukan dan lubang pengeluaran sangat

penting untuk mencegah keluar masuknya udara pada tabung digester.

e. Proses Produksi Gas Biomasa (Biogas)

Bahan pengisi yang telah terisi pada tabung digester akan segera

terurai oleh bakteri metanogenesis. Proses produksi biogas pada awal

pengisian membutuhkan waktu 10 hari. Selama 3 hari pertama gas yang

dihasilkan harus dibuang, karena gas tersebut masih didominasi oleh

Karbon dioksida (CO2). Setelah proses produksi berjalan, biogas dapat

dihasilkan dalam waktu 4-5 hari setelah pengisian terakhir. Selama jangka

waktu tersebut biogas terbentuk melalui tiga tahap, yaitu: hidrolisis,

asidifikasi (pengasaman), dan metanogenesis.

f. Pengaturan Regulator Terminal Kontrol

Biogas yang telah diproduksi pada tabung digester langsung dialirkan

ke tabung katalis uap untuk menangkap uap yang tersimpan pada

kandungan gas, selanjutnya biogas dialirkan ke terminal kontrol

penampungan gas. Katalis penangkap uap dapat dibuat dengan cara

sederhana, yaitu menggunakan botol berisi air yang akan dilalui oleh biogas

menuju terminal kontrol penampungan. Katalis penangkap uap dapat dilihat

pada gambar 15 berikut

Gambar 15. Katalis Penangkap Uap Air

Biogas yang telah melewati katalis akan ditampung pada terminal

kontrol penampungan yang selanjutnya akan dialirkan ke konsumen.

Tekanan udara pada terminal kontrol diawasi agar tetap memiliki tekanan

diatas 25 Psi. Tekanan diperlukan agar biogas dapat sampai ke konsumen.

g. Pengaliran Biogas ke Konsumen

Biogas yang dihasilkan dapat dialirkan ke konsumen melalui instalasi

pipa. Tekanan biogas yang tidak terlalu tinggi, mengharuskan posisi rumah

konsumen harus berada lebih tinggi dari terminal kontrol. Tekanan biogas

yang rendah juga memiliki nilai tambah di umur pakai pipa, karena kerja

pipa tidak terlalu berat. Perawatan pipa harus rutin dilakukan untuk

mencegah kebocoran. Perawatan pipa dapat dilakukan dengan pengecekan

secara manual menggunakan air sabun di setiap stopkeran.

Page 55: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

44

Seminggu sekali

h. Pengisian Ulang Tabung Digester

Tabung digester yang telah memproduksi biogas memerlukan bahan

isian yang masih segar. Dalam jangka waktu 5 hari tabung digester harus

diisi ulang, agar produksi biogas dapat terus berlangsung. Setiap pengisian

ulang tabung digester, akan mengeluarkan sisa pengolahan campuran

kotoran domba berupa lumpur (sludge). Lumpur sisa pengolahan kotoran

domba tersebut selanjutnya dikeringkan untuk diolah menjadi pupuk

organik. Rangkaian proses produksi biogas dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Rangkaian Proses Produksi Biogas

i. Proses Produksi Pupuk Organik

Lumpur sisa pengolahan biogas sebenarnya bisa langsung digunakan

sebagai pupuk organik. Namun untuk mempermudah proses pengemasan,

lumpur tersebut dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur. Proses

penjemuran dilakukan hingga kadar air yang ada pada pupuk tersebut adalah

10 persen. Setelah pupuk organik cukup kering, pupuk organik dapat

langsung dikemas dalam karung plastik ukuran 50 Kg dan diberikan label.

Siklus time schedule produksi unit pengolahan biogas kotoran domba

selama 30 hari dari awal mulai pengisian starter hingga proses output hasil

biogas dan lumpur sludge pada keseluruhan tabung digester dapat dilihat

pada lampiran 1.

6. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biogas

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi biogas. Faktor

keberhasilan produksi biogas adalah dukungan kondisi lingkungan yang

memungkinkan mikroorganisme dan bakteri metanogenesis bekerja secara

optimal. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap produksi biogas sebagai

berikut :

a. Kondisi Anaerob (Kedap Udara)

Biogas dihasilkan melalui beberapa proses fermentasi bahan organik

oleh mikroorganisme secara kedap udara (anaerob). Karena itu, instalasi

pengolah biogas harus tertutup rapat dan tidak ada kemungkinan masuk atau

keluarnya udara didalam digester.

b. Bahan Baku Isian

Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah

pertanian, sisa dapur, dan sampah organik. Bahan baku isian harus terhindar

dari bahan anorganik seperti pasir, batu, plastik, dan beling.

Pengisian starter

pada tabung digester

Pencampuran kotoran

domba dengan air

Penyaringan bahan

pengisi

Pengisian bahan

pengisi

Pengaturan regulator

terminal kontrol

Proses prosuksi

biogas

Pengaliran biogas ke

konsumen

Page 56: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

45

c. Imbangan Karbon dan Nitrogen

Imbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang terkandung dalam bahan

organik sangat menentukan kehidupan dan aktivitas mikroorganisme.

Imbangan C/N yang optimum bagi mikroorganisme perombak adalah 25-30.

d. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman sangat berpengaruh terhadap kehidupan

mikroorganisme. Derajat keasaman yang sesuai bagi kehidupan

mikroorganisme dan bakteri metan adalah 6,8-7,8. Kotoran domba yang

baru dimasukkan umumnya mempunyai pH 8,7. Kemudian setelah

dicampur dengan air dan dimasukkan ke dalam digester, keasamannya turun

menjadi 7,2.

e. Temperatur

Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan

tempertatur yang mendadak di dalam instalasi pengolah biogas. Upaya

untuk menstabilkan temperatur dan menjaga ketahanan biogas dari cuaca

adalah dengan menempatkan instalasi biogas di dalam ruangan tertutup dan

setengah bagian badan dari tabung digester tertanam di dalam tanah.

f. Starter

Starter diperlukan untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme dan

bakteri metan. Semakin subur jumlah populasi mikroorganisme perombak

(bakteri metanogenesis), maka akan semakin optimal produksi biogas. Isi

cairan pada rumen sapi memiliki populasi bakteri metanogenesis yang

sangat banyak, sehingga starter pada digester bisa menggunakan cairan

tersebut.

Aspek Organisasi dan Manajemen

Aspek manajemen dilakukan untuk mengkaji struktur organisasi yang sesuai

dengan unit bisnis yang direncanakan sehingga diketahui jumlah, kualifikasi, dan

deskripsi tugas individu untuk melaksanakan unit bisnis pengolahan kotoran

domba menjadi biogas.

Struktur organisasi merupakan diagram yang menggambarkan jabatan-

jabatan yang ada dari manajemen suatu organisasi serta hubungan jabatan

tersebut. Setiap jabatan mengandung tugas dan tanggung jawab yang jelas dan

memiliki batasan yang jelas dengan jabatan lain. Hubungan timbal balik dan

pengaruh jabatan satu dengan lainnya harus dibatasi secara tegas agar struktur

organisasi yang disusun dapat berfungsi secara harmonis dan tujuan organisasi

dapat diwujudkan secara efektif dan efisien.

Struktur organisasi unit usaha pengolahan biogas masih menyatu dengan

struktur organisasi Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Unit usaha ini dilaksanakan

oleh seorang penanggung jawab produksi biogas dan pupuk organik dari salah

satu anggota kelompok ternak.

Wewenang dan tanggung jawab diberikan kepada ketua kelompok ternak

dalam mengatur unit usaha pengolahan kotoran domba menjadi biogas. Ketua

kelompok ternak membawahi penanggung jawab peternakan untuk mengatur

teknis produksi biogas dan produk pupuk organik. Dalam mengatur produksi

biogas dan pupuk organik, penanggung jawab peternakan dibantu oleh 2 orang

tenaga kerja. Setiap karyawan bertugas untuk melakukan proses produksi hingga

produk siap dijual. Sistem tujuh hari kerja diberlakukan kepada kedua pekerja,

Page 57: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

46

akan tetapi pada hari minggu atau hari libur nasional dilakukan sistem pembagian

jam kerja. Sistem pembagian jam kerja pada hari libur dari kedua pekerja

dilakukan bergantian setiap minggu. Keberadaan pegawai tetap dan dibantu oleh

para anggota menjadikan aspek organisasi dan manajemen dalam pendirian unit

pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri layak

untuk dijalankan.

Aspek Hukum dan Perizinan

Aspek hukum berkaitan dengan prosedur yang berkaitan dengan izin-izin

usaha atau berbagai persyaratan yang harus terlebih dahulu terpenuhi. Aspek

hukum dan perizinan dari pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba

inimenunjukan bahwa Kelompok Ternak Teguh Mandiri mampu memenuhi

ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan. Kelompok ternak sebelum

mendirikan unit pengolahan biogas ini telah memiliku Surat Izin Usaha

Perdagangan dari desa serta izin mendirikan bangunan (IMB) yang dibuat pada

saat pendirian kelompok ternak. Lahan yang digunakan adalah lahan pribadi milik

H Tatang Muchtar yang masih menyatu dengan lokasi peternakan. Kelengkapan

surat-surat lahan mengenai sertifikat lahan serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

dalam pendirian unit pengolahan tersebut telah memenuhi syarat karena telah

dibayar kewajiban tersebut oleh H Tatang Muchtar. Kelengkapan perizinan yang

sampai saat ini belum diurus oleh kelompok ternak adalah akta notaris pendirian

kelompok ternak dan pendaftaran Nomer Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Persyaratan hukum akta notaris dan NPWP akan direncanakan akan segera diurus

setelah masa pajak tahunan selesai, yaitu akhir bulan maret. Kelompok Ternak

Teguh Mandiri dalam kelengkapan perizinan pendirian unit pengolahan Biogas

kotoran domba ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek hukum.

Aspek Sosial

Suatu proyek yang dilaksanakan harus memperhatikan dampak yang

ditimbulkan dan pengaruhnya terhadap lingkungan, masyarakat dan negara. Unit

pengolahan kotoran domba menjadi biogas memberikan pengaruh terhadap

lingkungan, masyarakat dan negara. Berikut ini akan diuraikan secara lebih

terperinci mengenai dampak yang akan ditimbulkan dari pendirian unit

pengolahan kotoran domba menjadi biogas.

1. Lingkungan

Perkembangan usaha peternakan yang sejalan dengan peningkatan populasi

domba menyebabkan meningkatnya jumlah kotoran domba (limbah). Peningkatan

jumlah penduduk yang tidak diiringi dengan peningkatan luas tanah menyebabkan

kepadatan di wilayah pemukiman, hal tersebut menjadi dilema bagi kelestarian

lingkungan. Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang berada di Kabupaten Bogor,

Nagrak, merupakan sebuah usaha berskala menengah yang memiliki unit usaha

penggemukan dan budidaya domba. Usaha peternakan ini menjadi sumber

pendapatan anggota kelompok ternak, namun menciptakan lingkungan yang sehat

dan bebas dari polusi merupakan tanggung jawab semua pihak.

Biogas yang dihasilkan dari instalasi secara tidak langsung telah banyak

membawa manfaat terhadap lingkungan. Limbah yang awalnya ditampung di

lahan tegalan dan menimbulkan bau tidak sedap di sekitar pemukiman warga desa

Nagrak, akan diolah menjadi biogas dan pupuk organik. Maka dengan

Page 58: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

47

dibangunnya unit usaha pengolahan biogas, limbah kotoran dapat dimanfaatkan

dengan baik dan tidak mencemari udara lingkungan pemukiman. Limbah tersebut

diproses di dalam instalasi yang tidak menimbulkan bau. Ampas atau sludge yang

berfungsi sebagai pupuk organik dapat dimanfaatkan petani sekitar untuk

membantu proses perbaikan tanah dari kerusakan pupuk kimia. Biogas setidaknya

dapat mengurangi pencemaran udara, sehingga tingkat pencemaran udara dari

limbah peternakan dapat dikurangi.

Limbah dari biogas ini adalah pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk

yang bahan dasarnya diambil dari alam dengan jumlah dan unsur hara yang

terkandung secara alami (Simamora et al, 2005). Pupuk organik merupakan bahan

pembenah tanah paling baik dan alami. Bentuk pupuk baik organik maupun

anorganik dapat berupa padat dan cair. Pupuk organik padat berupa kompos.

Pupuk organik cair merupakan pupuk organik dalam bentuk cair, umumnya

berupa ekstrak bahan organik yang dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol,

atau minyak.

Sludge (lumpur sisa pembuatan biogas) sudah mempunyai sifat seperti

pupuk kompos, tetapi karena bentuknya lumpur akan menyulitkan dalam

pengemasan dan pengangkutan. Karena itu, sebaiknya sludge dipisahkan menjadi

bagian padatan dan cairan. Bagian padatan disebut pupuk organik padat yang

telah dipisahkan dari cairan pengikat. Kandungan unsur hara dalam pupuk organik

ini berbentuk ionik dikarenakan sudah terjadinya proses fermentasi.

Pemisahan sludge dapat dilakukan dengan alat yang sederhana. Alat yang

digunakan berupa kawat saringan pasir dengan jarak kerenggangan 0,5 cm yang

dipasang di saluran pembuangan cairan pada bak penampung sludge. Setelah

cairan terpisah, sludge dijemur hingga cairan menguap seluruhnya. Cairan yang

dipisahkan dari sludge sebenarnya mengandung unsur hara yang tinggi, namun

karena proses pengolahan cairan ini membutuhkan area yang cukup luas, maka

cairan ini tidak dikomersilkan. Cairan ini sudah tidak berbau sehingga dapat

langsung dialirkan ke lahan pertanian.

2. Masyarakat

Pendirian unit usaha pengolahan biogas dapat menciptakan lapangan kerja

baru bagi masyarakat sekitar. Karena adanya unit usaha ini dan hasil

sampingannya yang menambah penerimaan kelompok ternak dapat

memberdayakan masyarakat sekitar. Sisa pengolahan biogas yang diolah menjadi

pupuk organik memberikan dua keuntungan sekaligus pada peternak. Pertama

terciptanya lapangan kerja dan yang kedua dihasilkannya penerimaan tambahan

dari penjualan pupuk organik. Biogas sebagai sumber energi alternatif

memberikan manfaat yang cukup besar bagi rumah tangga disekitar kelompok

ternak. Selama ini masyarakat mengalami kesulitan dalam mendapatkan minyak

tanah. Minyak tanah yang langka dan BBM yang relatif meningkat lima tahun

terakhir ini menyebabkan keberadaan biogas khususnya di wilayah sentra

peternakan sangat dipertimbangkan.

3. Negara

Pembuatan instalasi biogas diharapkan dapat membantu pemerintah

menanggulangi kelangkaan BBM sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.

Kelangkaan BBM di daerah, terutama pedesaan baik itu dari akibat terlambatnya

pasokan BBM dari pusat dapat diminimalkan dengan adanya sumber energi

alternatif. Sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan selain biogas

Page 59: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

48

diantaranya biodiesel. Pengembangan sumber energi alternatif sejenis yang dapat

lebih mengacu kepada daerah, dimana bahan baku tersedia berlimpah. Oleh

karena itu pemerintah dapat terus menggali potensi negara dengan

memberdayakan sumber energi yang selama ini terabaikan.

Analisis Kelayakan Finansial

Analisis finansial merupakan tahap akhir dalam melakukan kajian

kelayakan pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas.

Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui jumlah modal, jenis-jenis

penggunaannya dalam pendirian dan pelaksanaan operasional biogas. Aspek

finansial meliputi kelayakan dan ketahanan usaha terhadap berbagai kondisi.

Perencanaan finansial dapat menguraikan perencanaan biaya dan perencanaan

pendanaan yang diperlukan dalam pendirian unit bisnis pengolahan kotoran

dombamenjadi biogas. Perencanaan biaya ini meliputi biaya investasi dan biaya

operasional, dimana biaya operasional tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel.

Analisis yang digunakan dalam menganalisis perencanaan finasial

Kelompok Ternak Teguh Mandiri pada Kajian Pengembangan Bisnis ini adalah

analisis Penerimaan dan Biaya, analisis Rugi atau Laba, analisis Arus tunai,

analisis sensitivitas dan analisis nilai pengganti (switching value). Alat

penghitung Indikator kelayakan usaha yang digunakan adalah analisis NPV (net

present value), Net B/C (Net Benefit/Cost) dan IRR (Internal Rate of Return),

yang sekaligus dapat ditampilkan dalam analisis financial melalui arus tunai (cash

flow). Analisis sensitivitas dan analisis nilai pengganti merupakan metode

pengujian ketahanan pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi

biogas terhadap kondisi-kondisi yang mungkin terjadi

Rencana Investasi

Investasi adalah modal yang dikeluarkan untuk pengadaan infrastruktur

yang pertama kali sewaktu memulai usaha dan dapat digunakan lebih dari satu

tahun periode. Dalam perencanaan pendirian unit bisnis pengolahan kotoran

domba menjadi biogas memerlukan adanya perencanaan biaya. Perencanaan biaya

tersebut meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Rencana investasi

dalam pendirian unit bisnis ini meliputi pengadaan lahan, bangunan, konstruksi

tabung digester, peralatan dan instalasi jaringan pipa ke konsumen.

1. Lahan

Lahan yang akan dibutuhkan dalam rencana pendirian unit bisnis ini

tidak terlalu luas. Besarnya luas lahan yang dibutuhkan untuk pendirian unit

bisnis peengolahan kotoran domba menjadi biogas adalah 120 m2.Pemilihan

lahan untuk pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas

yang sesuai di antaranya dengan mempertimbangkan letak yang strategis

dan kondisi tanah. Lahan untuk instalasi biogas idealnya harus memiliki

letak yang strategis, berdekatan dengan kandang, sumber air tercukupi dan

akses yang luas. Lokasi lahan yang dipilih juga harus sesuai dengan

kemiringan relatif landai dan tidak terdapat banyak gundukan atau lubang.

Lokasi lahan yang landai akan menguntungkan karena dapat dibangun

konstruksi tabung digester dengan mudah. Namun untuk letak bak

Page 60: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

49

pengaduk dan bak penyaring harus berada di lokasi yang lebih tinggi dari

lokasi tabung digester, untuk lebih mudah mengalirkan bahan pengisi

tabung digester. Kondisi lahan dan keadaan goegrafis di areal Peternakan

Kelompok Ternak Teguh Mandiri saat ini dinilai sudah cukup mendukung

untuk pendirian unit bisnis baru ini. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan

topografi kelompok ternak yang memiliki ketinggian tempat 400 meter di

atas permukaan laut, suhu udara berkisar 22 – 28 derajart Celcius dengan

kelembaban udara 70 - 80 persen.

2. Bangunan

Bangunan yang dibutuhkan dalam pendirian unit bisnis pengolahan

kotoran domba menjadi biogas adalah jenis bangunan semi permanen.

Bangunan sederhana terbuka dengan memiiki atap yang menutupi seluruh

areal instalasi tabung digester bertujuan melindungi tabung dari sengatan

matahari dan hujan. Selain itu, sisa lahan yang tertutup atap, dapat

digunakan sebagai tempat menyimpan pupuk organik padat yang belum

didistribusikan.

3. Konstruksi Tabung digester

Sumur digester adalah tempat untuk menampung dan memfermentasi

bahan organik. Digester harus mampu menampung kotoran ternak yang

dialirkan secara kontinu dari kandang. Digester dibuat di dalam tanah yang

digali sehingga posisinya lebih rendah bak pencampuran dan bak

penyaringan. Dengan demikian kotoran ternak dari bak penyaringan dapat

langsung dialirkan ke tabung digester.

4. Peralatan

Peralatan yang akan digunakan dalam rencana investasi ini antara lain

mesin jahit karung, timbangan digital, selang air,serokan kayu, sepatu bot

dan masih banyak lagi. Sebagian Peralatan yang dibutuhkan tersebut

merupakan peralatan yang sudah ada di kelompok ternak. Namun untuk

meningkatkan produktifitas dan kenyamanan tenaga kerja dalam

menjalankan proses produksi, seluruh peralatan tersebut akan menggunakan

peralatan baru.

5. Instalasi Jaringan Pipa ke Konsumen

Jaringan pipa ke konsumen merupakan investasi yang memerlukan

penanganan dan perawatan lebih. Pemasangan instalasi pipa gas

menggunakan dua jenis pipa, yakni pipa pvc dan pipa besi. Pipa pvc atau

pipa paralon digunakan pada lokasi yang aman dan tidak beresiko

pecah/bocor. Penggunaan pipa besi digunakan untuk melewati lokasi yang

membutuhkan ketahanan karena kemungkinan untuk pecah/bocor sangat

tinggi. Untuk mengontrol terjadinya kebocoran pada instalasi pipa, setiap

50m akan dipasang barometer dan stop kran pipa. Sehingga, ketika

diketahui ada kebocoran, stop kran yang paling berdekatan dengan sumber

kebocoran akan langsung segera ditutup.

Rencana Pendanaan (Budgeting)

Di dalam budgeting pendirian unit bisnis ini, akan diuraikan mengenai

penyusunan rencana pembiayaan dan perkiraan penerimaan yang akan diperoleh

dengan adanya rencana pengembangan bisnis melalui pendirian unit bisnis

pengolahan kotoran domba menjadi biogas

Page 61: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

50

a. Lahan

Rencana biaya investasi pengadaan lahan dalam rencana

pengembangan bisnis pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba

menjadi biogas akan dilakukan dengan cara membeli lahan baru. Harga

lahan di daerah lokasi kelompok ternak adalah sebesar Rp 100.000 per m2,

dimana luasan lahan yang dibutuhkan adalah 120 m2. Jumlah biaya investasi

untuk pembelian lahan bangunan dalam rencana pengembangan bisnis ini

adalah Rp 12.000.000,-.

b. Bangunan

Perencanaan pendirian bangunan yang akan diinvestasikan dalam

rencana pengembangan bisnis pendirian unit bisnis ini akan dilakukan

secara borongan, sesuai dengan jumlah luas bangunan yang akan di bangun.

Biaya borongan pendirian bangunan penutup instalasi biogas adalah sebesar

Rp.300.000 per m2, dimana luasan bangunan yang akan di bangun seluas

120 m2. Jumlah biaya investasi untuk pendirian bangunan dalam rencana

pengembangan bisnis ini adalah Rp 36.000.000,-.

c. Konstruksi Tabung digester

Berdasarkan hasil pengamatan dari peternak sapi Kelurahan Kebon

Pedes, kebutuhan bahan bangunan untuk membangun instalasi biogas

menggunakan lima tabung digester berkapasitas 3,5 m2 biogas dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar Harga Bahan Baku Pembuatan Investasi Tabung Digester Biogas

No Jenis Barang Jumlah Satuan Harga/Satuan

(Rp) Total(Rp)

1 Pasir 4 colt 260000 1040000 2 Semen 20 Sak 65000 1300000 3 Kayu (kaso) 1 Kubik 600,000 600000 4 Triplek 4mm 30 Lembar 38000 1140000 5 Kerangka besi 22 Batang 50,000 1100000 6 Bata merah 2000 Unit 600 1200000 7 Cat (flinkote) 5 Kaleng 60,000 300000 8 Balok 6x12 10 Batang 70000 700000 9 Balok 5x10 15 Batang 60000 900000 10 Tenaga kerja gali tanah 5 HOK 55000 275000 11 Tenaga kerja tukang 6 HOK 75000 450000 Jumlah 9005000

Sumber: Peternak Sapi Kelurahan Kebon Pedes

Investasi membangun lima buah tabung digester dilakukan dengan

melakukan pengawasan langsung dalam pembangunannya. Biaya investasi

yang dibutuhkan untuk membangun sebuah tabung digester berkapasitas

3200 liter membutuhkan biaya sebesar Rp. 9.005.000,-. Jumlah biaya

investasi untuk membangun konstruksi tabung digester dalam rencana

pengembangan bisnis ini adalah Rp 45.025.000,-.

d. Peralatan Produksi

Nilai investasi peralatan produksi yang akan digunakan dalam rencana

pengembangan bisnis ini merupakan nilai kebutuhan peralatan produksi

yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan prosuksi. Total biaya investasi

Page 62: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

51

peralatan yang diperlukan sebesar Rp. 13.980.000,-. Rincian investasi

peralatan dapat dilihat pada Lampiran 2.

e. Instalasi Jaringan Pipa ke Konsumen

Biaya investasi untuk instalasi jaringan pipa ke konsumen dalam

rencana pengembangan bisnis ini adalah Rp 42.000.000,-. Nilai tersebut

diasumsikan dari jarak lokasi kelompok ternak dengan konsumen terjauh

adalah 700 meter, sehingga nilai ditetapkan berdasarkan pengalian jarak

dengan biaya yang diperlukan setiap meternya.

Proyeksi Aliran Kas

Aliran kas pendirian unit bisnis pengolahan kotoran dombamenjadi biogas

terdiri dari kas masuk dan aliran kas keluar. Aliran kas masuk (inflow) berasal dari

penerimaan penjualan biogas dan pupuk organik peternakan yang diusahakan.

Arus kas keluar (outflow) berasal dari pengeluaran biaya investasi dan biaya

operasional.

1. Arus Penerimaan (Inflow)

Manfaat atau penerimaan unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi

biogas bersumber dari penjualan biogas dan pupuk organik. Biogas yang

dihasilkan dalam unit bisnis ini dipasarkan ke rumah tangga masyarakat sekitar.

Biaya yang ditetapkan kepada konsumen berdasarkan jumlah pemakaian biogas

yang tertera pada meteran penggunaan. Satuan hitung yang ditetapkan pada

pemakaian biogas adalah meter kubik (m3). Harga yang ditetapkan Kelompok

Ternak Teguh Mandiri dalam menjual biogas adalah Rp. 1.600 per m3. Jika

asumsi kemampuan domba memproduksi kotoran per ekor rata-rata adalah 3 kg

per hari, dan populasi yang dipelihara adalah 123 ekor, maka limbah kotoran

setiap tahun adalah 132.840 Kg. Nilai konversi kotoran menjadi biogas adalah

0,1725 m3 per kg kotoran. Jadi jumlah biogas yang dapat dipasarkan setiap tahun

adalah 22.848,5 m3. Dengan harga jual biogas ke konsumen sebesar Rp. 1.600 m

3,

Kelompok ternak mampu menerima hasil penjualan biogas pada tahun pertama

sebesar Rp. 36.663.840,-.

Diketahui jumlah rataan penyusutan limbah kotoran domba setelah

mengalami proses fermentasi biogas adalah 20 persen, maka rendemen limbah

pengolahan biogas setiap tahunnya adalah 106.272 Kg. Setelah dikeringkan dan

siap dijual, sludge akan susut sebesar 10 persen. Maka jumlah pupuk organik yang

dapat dijual adalah 95.645 Kg. Dengan harga jual pupuk sebesar Rp 600/Kg,

penerimaan yang dapat diterima dari hasil produksi pupuk organik pada tahun

pertama adalah Rp 57.386.880,-. Peningkatan jumlah populasi domba pada

Kelompok Ternak Teguh Mandiri diperkirakan meningkat 5 persen setiap

tahunnya, sehingga unit pengolahan kotoran domba dapat berkembang seiring

dengan peningkatan pasokan kotoran yang meningkat sebesar 5 persen. Rincian

penerimaan dapat dilihat pada Lampiran 4.

2. Arus Pengeluaran (Outflow)

Arus pengeluaran dalam analisis kelayakan unit bisnis pengolahan kotoran

domba menjadi biogas terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Arus

biaya mencerminkan pengeluaran-pengeluaran yang akan terjadi selama masa

proyek.

Page 63: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

52

a. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan sekali dalam proses

produksi untuk memperoleh beberapa manfaat sampai secara ekonomis

tidak menguntungkan lagi (Lipsey et al, 1986). Pada pendirian unit bisnis

pengolahan kotoran domba menjadi biogas, biaya investasi dikeluarkan

pada awal pendirian secara keseluruhan.

Biaya investasi unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas

terdiri dari biaya investasi lahan, bangunan, instalasi jaringan pipa, peralatan

produksi. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 2.

b. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk

kebutuhan proses produksi. Besarnya biaya operasional ini dihitung

pertahun, hal ini untuk mempermudah proses perhitungan. Biaya

operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah total pertahunnya tetap

(konstan), tidak dipengaruhi oleh perubahan intensitas volume produksi.

Biaya tetap yang dikeluarkan pada unit bisnis instalasi biogas ini terdiri dari

biaya upah tenaga kerja, biaya perawatan instalasi biogas, biaya listrik,

biaya telepon, dan promosi.

Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah

seiring dengan adanya perubahan intensitas volume produksi. Biaya variabel

yang dikeluarkan pada unit bisnis pengolahan kotoran dombamenjadi biogas

ini terdiri dari biaya kotoran domba, biaya pengemasan pupuk organik,

starter, karung dan benang. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada

Lampiran 3.

Hasil Analisis Kelayakan Investasi

Kriteria kelayakan investasi unit usaha pengolahan biogas dilihat dari nilai

NPV, IRR, B/C Ratio, dan Payback periode. Analisis dilakukan pada tingkat suku

bunga 7 persen. Tingkat suku bunga tersebut merupakan tingkat suku bunga

deposito yang berlaku di bank-bank umum. Kriteria investasi dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Kelayakan Unit Usaha Pengolahan biogas kotoran domba Kriteria Investasi Tingkat Suku Bunga 7 persen

NPV

IRR

B/C Ratio

Payback periode

Rp 209.416.798

26.41 %

2.31

4,330 tahun (4 tahun 3 bulan 28 hari) dari 10 tahun

Sumber : Cashflow Pendirian Unit Pengolahan Biogas Kotoran domba.

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai NPV yang diperoleh yaitu

Rp 209.416.798, artinya unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas

selama umur proyek akan memperoleh manfaat sebesar Rp 209.416.798. Nilai ini

menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan lebih dari nol sehingga usaha ini layak

untuk dijalankan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 2.310 artinya setiap

Rp 1,000 biaya yang dikeluarkan maka akan menghasilkan manfaat sebesar Rp

2.310. Nilai Net B/C ini jelas sangat layak untuk dijalankan. Nilai untuk kriteria

Page 64: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

53

IRR sebesar 26.41 persen. Berdasarkan nilai IRR tersebut, maka pendirian unit

bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas pada kelompok ternak ini layak

dilaksanakan, karena nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yakni 7 persen.

Artinya modal lebih menguntungkan digunakan untuk mendirikan unit bisnis

pengolahan kotoran dombamenjadi biogas dibandingkan disimpan di bank dalam

bentuk deposito. Sedangkan untuk tingkat pengembalian investasi usaha

pengolahan kotoran domba menjadi biogas yaitu selama 4.303 tahun atau 4 tahun

3 bulan dan 28 hari. Berdasarkan hasil analisis, waktu pengembalian investasi

tidak melebihi umur proyek sehingga usaha tersebut layak untuk diusahakan.

Analisis Switching Value

Analisis Switching Value yang dilakukan pada pendirian unit pengolahan

Biogas kotoran domba ini dilakukan melalui tiga variasi skenario kondisi. Kondisi

pertama adalah skenario penurunan pasokan bahan baku kotoran domba. Skenario

ini didasari atas kegiatan peternakan domba kelompok ternak yang tidak

meneapkan minimal domba yang dibudidayakan. Apabila pada saat Iedul Adha

kondisi kandang banyak domba yang terjual, maka skenario ini digunakan untuk

mengantisipasi batas maksimal berkurangnya pasokan kotoran domba. Kondisi

skenario kedua adalah memperhitungkan batas toleransi penurunan harga jual

output, baik biogas maupun pupuk organik. Skenario ini diperhitungkan untuk

mengantisipasi melimpahnya suplai atau adanya barang subtitusi yang dapat

menurunkan harga komoditas biogas dan pupuk organik. Kondisi skenario ketiga

adalah peningkatan biaya variable. Skenario ini dianalisis untuk mengantisipasi

kenaikan harga bahan baku input pada unit pengolahan biogas ini.

Hasil analisis Switching value pada variabel penurunan harga jual,

penurunan pasokan bahan baku serta keenaikan biaya variabel dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Switching Value Pada Beberapa Kondisi Usaha

Skenario Kondisi Usaha Switching Value Persentase Kepekaan Unit Biogas

Terhadap Perubahan Kondisi Usaha

Penurunan pasokan bahan baku 29,447517%

Penurunan harga jual output 25,9038328%

Peningkatan total biaya variabel 215,257202%

Sumber: Arus Kas Pendirian Unit Pengolahan Biogas Kotoran Domba

Berdasarkan Tabel 4. batas persentase perubahan dari hasil analisis

Switching Value pada penurunan pasokan bahan baku berupa kotoran domba

sebesar 29,447517%. Sedangkan pada penurunan harga jual, unit usaha ini

mempu bertahan hingga batas penurunan harga sebesar 25,9038328%. Pada

peningkatan biaya variabel, unit pengolahan biogas ini memiliki kekuatan yang

baik, yakni mampu bertahan hingga 215,257202%. Ketiga skenario ini

menunjukan unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak

Teguh Mandiri sangat layak untuk dijalankan. Pada ketiga kondisi tersebut nilai

NPV adalah Rp 0,-; net B/C adalah satu dan nilai IRR adalah 7 persen

menunjukan tingkat IRR sama dengan tingkat suku bunga deposito. Dasar

penghitungan analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 7.

Page 65: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

54

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kelompok Ternak Teguh Mandiri sebagai salah satu usaha rakyat yang

memiliki unit peternakan domba, menghasilkan limbah kotoran domba segar

mencapai 0,3 ton per hari. Kondisi eksternal dan internal kelompok ternak dinilai

mampu untuk mendirikan unit bisnis pengolahan biogas. Produk yang dihasilkan

berupa biogas dan pupuk organik padat. Biogas dipasarkan langsung ke

masyarakat sekitar kelompok ternak, sedangkan pupuk organik padat dipasarkan

ke petani sekitar kelompok ternak dan beberapa daerah pertanian lainnya.

Dalam menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan biogas ini,

dilakukan melalui analisis non finansial, analisis finansial dan analisis kepekaan

sensitifitas. Analisis kelayakan non finansial menunjukan bahwa pendirian unit

pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri dari

berbagai aspek layak untuk dilaksanakan. Aspek pasar dan pemasaran

menunjukan bahwa adanya excess demand terhadap pupuk organik yang dapat

menjadi peluang bagi kelompok ternak, selain itu biogas yang dihasilkan dengan

harga yang ditetapkan lebih ekonomis dibandingkan elpiji. Aspek teknis

kelompok ternak memperlihatkan bahwa Kelompok Ternak Teguh Mandiri

mampu mendirikan unit pengolahan biogas berdasarkan lahan yang menunjang,

serta bahan baku yang melimpah. Aspek manajemen dan Organisasi kelompok

ternak yang sudah berjalan saat ini dianggap cukup mampu untuk menambah unit

pengolahan biogas kotoran domba ini karena tenaga kerja dan anggota yang dapat

saling membantu dalam menjalankan unit pengolahan limbah ini. Aspek Hukum

dan Perizinan pada kelompok ternak pada dasarnya sudah mampu untuk

mendirikan unit pengolahan biogas kotoran domba. Kelompok ternak saat ini

sudah memiliki izin usaha dan Izin Mendirikan Bangunan dari Desa Sukaraja.

Aspek Sosial dari rencana didirikannya unit pengolahan biogas kotoran domba

pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri tidak akan menimbulkan penolakan sosial,

karena memiliki banyak manfaat bagi lingkungan, masyarakat dan negara dan

dinilai mampu bermanfaat bagi masyarakat sekitar dalam penyediaan energi

alternatif, serta mampu mengurangi pencemaran lingkungan.

Kelayakan finansial yang dianalisis dalam pendirian unit pengolahan

Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri meliputi nilai

NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period. Hasil analisis kelayakan financial yang

didapat adalah nilai NPV yang diperoleh yaitu Rp 209.416.798, Angka tersebut

menunjukkan nilai manfaat yang diterima saat ini dari penerimaan bersih

Kelompok Ternak Teguh Mandiri selama sepuluh tahun kedepan dengan

memperhitungkan tingkat suku bunga tujuh persen per tahun. Nilai Net B/C yang

diperoleh yaitu sebesar 2,31 artinya setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan, maka

akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 2.310. Nilai Net B/C ini menunjukan

pendirian unit bisnis ini layak untuk dijalankan. Nilai untuk kriteria IRR sebesar

26.41 persen. Berdasarkan nilai IRR tersebut, maka proyek pendirian unit bisnis

pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri layak

dilaksanakan, karena nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang

ditetapkan yaitu tujuh persen. Artinya modal lebih menguntungkan dialokasikan

Page 66: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

55

untuk pendirian unit bisnis pengolahan biogas dibandingkan disimpan dalam

bentuk deposito. Sedangkan untuk tingkat pengembalian investasi usaha,

pendirian unit bisnis ini memerlukan waktu selama 4,303 tahun atau 4 tahun 3

bulan dan 28 hari. Berdasarkan hasil analisis, waktu pengembalian investasi tidak

melebihi umur proyek 10 tahun, sehingga usaha tersebut layak untuk diusahakan.

Dalam antisipasi menghadapi beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi

kelayakan pendirian unit bisnis ini, dihitung tingkat kepekaan unit bisnis terhadap

tiga kondisi, yakni penurunan jumlah pasokan bahan baku, penurunan harga jual

dan kenaikan total biaya variabel. Dari hasil analisis nilai pengganti, unit bisnis

pengolahan kotoran domba masih dapat bertahan atas penurunan pasokan bahan

baku sebesar 29,447517%, penurunan harga jual output sebesar 25,9038328% dan

kenaikan total biaya variabel sebesar 215,257202%.

Secara keseluruhan, pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba pada

Kelompok Ternak Teguh Mandiri ini sangat layak untuk diusahakan. Harga bahan

baku yang murah serta harga jual yang sangat tinggi menjadikan beberapa nilai

analisis nampak tidak rasional. Namun, jika melihat dari sifat barang, proses

produksi dan tingkat permintaan yang ada, produk biogas dan pupuk organik

memang mampu menjadi usaha yang sangat layak jika dikelola dengan benar.

Saran

Rencana pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba merupakan

salah satu alternatif rencana pengembangan bisnis yang dapat dilakukan oleh

Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang bertujuan untuk meningkatkan

penerimaan. Lokasi kelompok ternak yang memiliki akses ke kota-kota besar

menjadikan peluang pasar pupuk organik peternakan produksi Kelompok Ternak

Teguh Mandiri masih terbuka lebar. Strategi kelompok ternak untuk dapat

menangkap peluang tersebut harus memiliki perencanaan yang tepat seperti

perencanaan pemasaran dan keberlanjutan produksi. Adapun saran yang dapat

diberikan antara lain :

1. Mengoptimalkan kegiatan pemasaran seperti kegiatan promosi dan survei

pasar untuk meningkatkan jumlah konsumen sehingga akan meningkatkan

pendapatan. Untuk produk pupuk organik padat, kegiatan promosi yang

dilakukan dapat berupa personall selling yang didukung dengan penjelasan

singkat tentang manfaat produk dan keunggulan yang dimiliki, serta

memperkenalkan produk dengan pemberian contohproduk.

2. Mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki oleh kelompok tani seperti

pengoptimalan sumber bahan baku yang diproduksi sendiri, tenaga kerja,

pemasaran dan peralatan produksi. Kelompok ternak diharapkan dapat

memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada dengan lebih efektif dan

efisien.

3. Menjalin hubungan yang baik terhadap konsumen dan pelanggan dalam

memberikan pelayanan dan kepuasan, sehingga keberlanjutan transaksi dan

jalinan relasi terjalin kuat antara Kelompok Ternak Teguh Mandiri dengan

konsumen.

Page 67: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

56

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2008. Sumberdaya Kabupaten

Bogor Dalam Angka. Bogor: BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2012. Data Jumlah Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Bandung: BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator

Utama Sosial Ekonomi Indonesia. Jakarta: BPS.

[FAO] Food amd Agroculture Organization. 2001. The Development and Use of

Biogas Technology in Rural Asia. www.fao.org/nr/climpag/

[IPB] Institut Pertanian Bogor. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bogor:

IPB Press.

AAK. 2007. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta : Kanisius.

Angipora, Marius P. 2002. Dasar-dasar Pemasaran Edisi Kedua. Jakarta : Divisi

Buku Perguruan Tinggi PT. Raja Grafindo Persada.

Bilad, R. M. 2008. Teknologi Biogas untuk Peternak. http://sasak.org/univ-

ks/tepat-guna/655-tutorial-pembuatan-biogas.

BP. Statistic Review of World Energy. 2013. [E-book].

www.bp.com/statisticalreview.com

Cooper, D. dan C.W. Emory. 1998. Metode Penelitian Bisnis Edis Kelima.

Jakarta: Erlangga.

Dawson, K. A. 1993.Current and Future Role of Yeast Culture in Animal

Production.A Review of Research Over The Last Seven Years.In : TTP.

Lyons Ed. Biotechnology in The Feed Industry. Altech Technical

Publications, Nicholas Ville, K. Y. Vol. IX. Pp. 269 - 291.

Dewi, Triana G. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak

Kambing Perah (Kasus: Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat dan JICA. 2002. Standar Kualitas Makanan

Sapi Perah. Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat,

Bandung.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Total Produksi Nasional Daging. Jakarta:

Direktorat Jenderal Peternakan

Fariyanti A, Sumantri B. 2011. Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi

dengan Sapi Potong pada Kondisi Risiko di Kelompo Tani Dewi Sri.

Bogor : Program Studi Sains Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Firmansyah, Cecep. 2008. Hemat Energi dengan Kotoran Sapi dalam Pidato

Sambutan General Manager PLN. www.energiportal.com

Gaspersz, Vincent. 2005. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis.

Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Universitas

Indonesia. Jakarta.

Gray, M. 1995. Pengantar Evaluasi Proyek. PT. Gramedia. Jakarta.

Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Page 68: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

57

Harahap, Dolly M. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah PT. Rejo Sari

Bumi Unit Tapos, Kecamatan Ciawi, Bogor, [Skripsi]. Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Hermanto, Bangun Tri. Sistem Produksi dan Kelayakan Usaha Peternakan

Kambing Peranakan Etawah Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay

Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat. [Skripsi].

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Horngren, C. T., T. Harrison, A. Robinson dan H. Secokusumo. 1996. Akuntansi

di Indonesia. Jakarta : PT Salemba Emban Patria.

Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Unit

Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.

Irmawati, Dewi. 2013. Sistem Produksi dan Kelayakan Usaha Peternakan

Kambing EtawaStudi kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan

Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat.[Skripsi]. Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia: Jakarta.

Keown, Arthur J. 2001. Financial Management International Edition. Prentice

Hall.

Kharistya, Amaru. 2004. Rancang Bangun dan Uji Kinerja Biodigester Plastik

Polyethilene Skala Kecil (Studi Kasus Ds. Cidatar Kec. Cisurupan, Kab.

garut), Tugas Akhir, Fakultas Pertanian. UNPAD. Bandung.

Khomsan, Ali. 2003. Budaya Minum Susu dan Peningkatan Sumberdaya Manusia

Kita. www.gizi.net (13 Desember 2013).

Kotler, Philip and Gary Armstrong. 1995. Principles of Marketing. Prentice - Hall,

New Jersey, U. S. A.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid Dua. Hendra Teguh,dkk,

penerjemah. Jakarta. PT. Prenhallindo. Terjemahan dari Marketing

Management.

. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid Satu. Benyamin Molan, dkk,

penerjemah. PT. INDEKS Kelompok Gramedia.

. 1993. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi

Dan Pengendalian Volume Satu. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Lipsey, Steiner dan Douglas. 1986. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Masyhuri, 2007. Ekonomi Mikro. UIN-Malang Press. Malang.

Mathis, Robert dan John H. Jackson.2001. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Edisi-1. Jakarta : PT Salemba Emban Patria.

Manglayang Farm Online. Teknik Pembuatan Biogas/ Infrastruktur Pembangkit

Biogas. www.manglayangfarmonline.com

Novianti, Eka. 2010. Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi pada Kondisi

Risiko (Studi Kasus di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginandjar,

Kabupaten Karawang, Jawa Barat). [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Nurmalina, R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Departemen

Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Page 69: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

58

Pajak Bumi dan Bangunan. www. jakarta.go.id/pbb.htm 2007

Pappas, L dan Hirschey. 1995. Ekonomi Manajerial. Binarupa Aksara. Jakarta.

Putri, Kirana A. 2008. Studi Kelayakan Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat di

Wilayah Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Program Studi Manajemen Agribisnis. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.

Rachmina, Dwi dan Nunung Kusnadi. 2007. Panduan Gladi Karya. Program

Diploma III Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian

Bogor.

Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE.

Santoso, B. S. Biogas, BBM Murah Meriah. dalam Suara Merdeka.

www.suaramerdeka.com

Saudur, Rico. 2008. Kajian Pengembangan Bisnis Peningkatan Kemampuan

Produksi Sapi Perah Melalui Perbaikan Tatalaksana Dan Pemanfaatan

Probiotik Bioplus Saccharomyces Cerevisiae Pada Peternakan Sapi Perah

Mammalia Kabupaten Bogor-Jawa Barat. Program Diploma III

Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.

Sembiring, A. 2007. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Usaha

Pembuatan Kompos Dari Tandan Kosong kelapa Sawit (Studi Kasus PT.

XYZ). [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Intitut Pertanian Bogor. Bogor

Shiddieqy, Ikhsan, M. 2009. Prinsip Dasar Pembuatan Biogas. Pikiran Rakyat

Online, (24 maret 2009). www.PRonline.com/pphp/ikhsanshiddieqy.

Simamora, Salundik dan sri. 2005. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar

Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Siregar, Yosi Kumala S. 2009. Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan

Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos.

[Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Sugianto. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

Suherman. 2005. Formulasi Pupuk Kompos Organik Berbasis Kompos Untuk

Berbagai Tanaman. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut

Pertanian Bogor.

Sumantri, Bayu, Fariyanti, Anna. 2009. Kelayakan Pengembangan Usaha

Integrasi Padi dengan Sapi Potong pada Kondisi Risiko di Kelompok Tani

Dewi Sri. [Jurnal]. Institut Pertanian Bogor.

Sumardjo, Jaka Sulaksana dan Wahyu Aris. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan

Agribisnis. Jakarta. Penebar Swadaya

Susilorini, E. T. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo. 1995. Pengantar Bisnis Modern (Pengantar

Ekonomi Perusahaan Modern). Yogyakarta : Liberty.

Umar, Husein. 1999. Riset Strategi Perusahaan. PT Gramedia Pustaka utama.

Jakarta.

_____ . 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

_____ . 2007. Studi Kelayakan Bisnis. PT Gramedia Pustaka utama.

Jakarta.

Page 70: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

59

Widodo, T. W., Asari, A., Ana, N., Elita, R., 2005. Rekayasa dan Pengujian

Reaktor Biogas Skala Kelompok Tani Ternak, Jurnal Enjiniring Pertanian,

Vol. IV, No. 1, April 2006. Wulandari, I. 2007. Analisis Kelayakan Proyek Instalasi Biogas Dalam Mengelola

Limbah Ternak Sapi Perah (Kasus di Kelurahan Kebon Pedes Bogor).

Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.

IntitutPertanian Bogor. Bogor

Page 71: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

60

LAMPIRAN

Page 72: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

1

Lampiran 1. Siklus Produksi Biogas pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri.

61

Page 73: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

2

Lampiran 2. Biaya Investasi dan Penyusutan Unit Pengolahan Biogas.

No Komponen Jumlah Satuan Harga/Satuan

(Rp)

Jumlah

Biaya (Rp) Umur

Ekonomis Nilai Sisa

Penyusutan per

Tahun

1 Lahan 120 m2 100,000 12,000,000 -- 25,000,000 -

2 Bangunan 120 m2 300,000 36,000,000 10 3,600,000 3,240,000

3 Instalasi Biogas 5 Unit 9,005,000 45,025,000 10 4,502,500 4,052,250

4 Instalasi Terminal Biogas 1 Unit 3,000,000 3,000,000 10 300,000 270,000

5 Instalasi Jaringan Pipa 700 m 60,000 42,000,000 10 4,200,000 3,780,000

6 Stoper Keran dan Barometer mini 350 Unit 15,000 5,250,000 5 525,000 945,000

7 Saluran Pembuangan Limbah Cair 30 m 90,000 2,700,000 5 270,000 486,000

8 Mesin Jahit Karung 1 Unit 1,250,000 1,250,000 5 125,000 225,000

9 Timbangan Digital 1 Unit 4,500,000 4,500,000 10 450,000 405,000

10 Pompa Air 1 Unit 4,000,000 4,000,000 5 400,000 720,000

11 Instalasi Saluran Air 25 m 30,000 750,000 5 75,000 135,000

12 Perlengkapan Produksi

a. Serokan 2 Unit 30,000 60,000 2 30,000

b. Pengaduk Kotoran 2 Unit 80,000 160,000 2 80,000

c. Cangkul 2 Unit 100,000 200,000 2 100,000

d. Selang Air 3/4" 30 m 34,000 1,020,000 2 510,000

e. Kawat Penyaring Kotoran 5 Unit 100,000 500,000 2 250,000

f. Kawat Penyaring sludge 8 Unit 80,000 640,000 5 128,000

l. Perlengkapan Karyawan 2 Unit 450000 900,000 2 450,000

TOTAL 159,955,000 39,447,500 15,806,250

62

57

Page 74: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

3

Lampiran 3. Biaya operasional Unit Pengolahan Biogas Tahun Pertama.

No Keterangan Jumlah Satuan Harga/Satuan (Rp) Total (Rp)

Biaya Variabel

1 Kotoran Domba 132,840 kg 50 6,642,000

2 Strater 66 baskom 13,000 863,460

3 Karung + Benang 2,657 unit 1,500 3,985,200

Sub Total 11,490,660

No Keterangan Jumlah Satuan Harga/Satuan (Rp) Total (Rp)

Biaya Tetap

1 Gaji Karyawan 2 Orang 12,000,000 24,000,000

2 Perawatan 12 Bulan 500,000 6,000,000

3 Listrik 12 Bulan 200,000 2,400,000

4 Promosi 1 Tahun 1,000,000 1,000,000

5 Telepon 12 Bulan 200,000 2,400,000

6 PBB 1 Tahun 150,000 150,000

Sub Total 35,950,000

Total 47,440,660

63

Page 75: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

4

Lampiran 4. Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas.

Keterangan Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penerimaan

Biogas 36,663,840 38,497,032 40,421,884 42,442,978 44,565,127 46,793,383 49,133,052 51,589,705 54,169,190 56,877,649

Pupuk Padat 57,386,880 60,256,224 63,269,035 66,432,487 69,754,111 73,241,817 76,903,908 80,749,103 84,786,558 89,025,886

Total Penerimaan 94,050,720 98,753,256 103,690,919 108,875,465 114,319,238 120,035,200 126,036,960 132,338,808 138,955,748 145,903,536

Pengeluaran

Biaya Variabel 11,490,660 11,883,866 12,478,060 13,101,963 13,757,061 14,444,914 15,167,160 15,925,518 16,721,793 17,557,883

Biaya Tetap 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000 35,950,000

Penyusutan 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250 15,806,250

Total Pengeluaran 63,246,910 63,640,116 64,234,310 64,858,213 65,513,311 66,201,164 66,923,410 67,681,768 68,478,043 69,314,133

Profit Before Tax 30,803,810 35,113,140 39,456,609 44,017,252 48,805,927 53,834,036 59,113,550 64,657,040 70,477,705 76,589,403

Tax 25% 7,700,953 8,778,285 9,864,152 11,004,313 12,201,482 13,458,509 14,778,388 16,164,260 17,619,426 19,147,351

Profit After Tax 23,102,858 26,334,855 29,592,457 33,012,939 36,604,445 40,375,527 44,335,163 48,492,780 52,858,279 57,442,052

R/C Ratio 1.5 1.6 1.6 1.7 1.7 1.8 1.9 2.0 2.0 2.1

64

Page 76: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

5

Lampiran 5. Dasar proyeksi perkembangan Unit Pengolahan Biogas 5% pertahun

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kotoran Domba 132,840 139,482 146,456 153,779 161,468 169,541 178,018 186,919 196,265 206,078

Karung dan Benang 2,657 2,790 2,929 3,076 3,229 3,391 3,560 3,738 3,925 4,122

Pupuk Organik Padat 95,645 100,427 105,448 110,721 116,257 122,070 128,173 134,582 141,311 148,376

65

Page 77: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

6

Lampiran 6. Arus Kas (cash flow) Unit Pengolahan Biogas.

66

Page 78: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

7

67

Page 79: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

8

Lampiran 7. Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Input Kotoran Domba Unit Pengolahan Biogas

68

Page 80: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

9

69

Page 81: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

10

Lampiran 8. Arus Kas (cash flow) Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Unit Pengolahan Biogas

70

Page 82: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

11

71

Page 83: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

12

Lampiran 9. Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Harga POP dan Biogas Unit Pengolahan Biogas

72

Page 84: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

13

73

Page 85: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

74

Lampiran 10. Percobaan Produksi Biogas pada Galon

Lampiran 11. Kandang Domba Pejantan

Lampiran 12. Kandang Domba Betina

Page 86: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

75

Lampiran 13. Kegiatan Turun Lapang

Lampiran 14. Proses Penampungan Biogas

Page 87: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

76

Lampiran 15. Kompor Biogas

Lampiran 16. Karung Plastik Transparan 50Kg

Page 88: ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN … · Aspek Teknis 34 ; Aspek Organisasi dan ... 4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64 . ... akan mempermudah usaha peternakan

77

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 15 Juli 1988.Sebagai

anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sansan Taten Umarna dan

Ibu Latifah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Bangka

III Bogor Timur pada tahun 2000, kemudian pada tahun 2003 penulis lulus dari

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri III dan pada tahun 2006 penulis lulus

dari Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bogor. Pada tahun yang sama, penulis

diterima sebagai mahasiswa pada program keahlian Manajemen Agribisnis

Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor melalui jalur reguler dan

lulus pada tahun 2009.

Lulus Program Diploma, penulis mengambil beberapa kursus, hingga pada

tahun 2010 penulis melanjutkan jenjang pendidikan pada program sarjana alih

jenis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor.