ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH
KOMODITI BAWANG MERAH
(Kasus : Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)
SKRIPSI
OLEH :
LASMARIA MAY FRISKA SIHOMBING
160304151
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
RIWAYAT HIDUP
Lasmaria May Friska Sihombing lahir di Sisumut pada tanggal 15 Mei 1997,
anak ke empat dari Almarhum bapak M. Sihombing dan ibu Flora Basaria Br.
Sibarani.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Pada tahun 2003 masuk di SDN No. 112234 Pekan Tolan dan lulus pada tahun
2009
2. Pada tahun 2009 masuk di SMPS Ki Hajar Dewantara Kotapinang dan lulus
pada tahun 2012
3. Pada tahun 2012 masuk di SMAS Santo Thomas 2 Medan dan lulus pada tahun
2015
4. Pada tahun 2016 masuk di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMBPTN
Adapun kegiatan yang penah diikuti penulis selama duduk dibangku kuliah adalah
sebagai berikut :
1. Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Panco Warno,
Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada bulan
Juli – Agustus 2019.
2. Anggota di Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian
(IMASEP), Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
3. Anggota di Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen (UKM
KMK) Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
ABSTRAK
LASMARIA MAY FRISKA SIHOMBING (160304151) dengan judul skripsi
“ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Komoditi Bawang
Merah” (Kasus : Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir).
Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Rulianda P. Wibowo, SP., M.Ec, PhD
selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S. selaku anggota
komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis keputusan alih komoditi Bawang
Merah oleh petani di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten
Samosir (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih komoditi
Bawang Merah di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor internal umur petani berpengaruh
nyata terhadap keputusan petani dalam mengalihkan komoditi bawang merah.
Sedangkan faktor internal pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, dan
pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan petani dalam
mengalihkan komoditi bawang merah tersebut. Dan faktor eksternal aksesibilitas
wilayah, luas lahan, produktifitas bawang merah dan jenis tanah tidak
berpengaruh nyata terhadap keputusan petani dalam mengalihkan komoditi
bawang merah.
Kata Kunci : Alih Komoditi, Bawang Merah, Regresi Logistik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
ABSTRACT
LASMARIA MAY FRISKA SIHOMBING (160304151) with the title
“Analysis of Influenced Factors in Converting Shallot” (Case : Desa Cinta
Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir).
Led by a Commitee of Bapak Rulianda P. Wibowo, SP., M.Ec, PhD and Ibu Dr.
Ir. Salmiah, M.S.
This research aims to (1) analyze decision of converting shallot by farmers in
Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir (2) analyze the
influenced factors of converting shallot in Desa Cinta Dame, Kecamatan
Simanindo, Kabupaten Samosir. Analysis method in this research is logistic
regression analysis.
The result of this research showed that the internal factor namely farmer’ s age
effects in real to farmer’ s decision in converting shallot.While internal factors
farming experience, the numbers of family dependents, and education have no
effect in real to farmer’ s decision in converting shallot. And external factors
area accessibility, land area, shallot productivity, and type of soil have no effect
in real to farmer’ s decision in converting shallot.
Keywords : Convert, Shallot, Logistic Regression
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Komoditi Bawang Merah
(Kasus : Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)”.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan
serta kemampuan yang penulis miliki. Namun proses penyelesaian skripsi ini,
penulis menerima banyak bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih dengan kerendahan hati kepada :
1. Bapak Rulianda Purnomo Wibowo, S.P., M.Ec., Ph.D., selaku Ketua Komisi
Pembimbing dan Penasehat Akademik penulis, yang telah berkenan untuk
memberikan bimbingan, dorongan, nasihat serta sumbangan pikiran sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini seperti yang diharapkan.
2. Ibu Salmiah, M.S., selaku anggota komisi pembimbing penulis yang telah
berkenan untuk memberikan bimbingan, dorongan, nasihat serta sumbangan
pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini seperti yang
diharapkan.
3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec., selaku ketua Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan Bapak Ir. M.
Jufri, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dalam penulisan
skripsi dan memberikan kemudahan selama mengikuti perkuliahan.
4. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
khususnya di Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu selama
proses perkuliahan.
5. Ibu penulis Ibu Flora Basaria Br. Sibarani dan seluruh keluarga yang telah
mendukung, mendoakan, dan memberikan perhatian kepada penulis. Skripsi ini
terkhusus penulis persembahkan untuk Almarhum Ayah penulis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
6. Sahabat-sahabat tercinta, Trisuci Ramadani, Yuliana Rizki, Yolanda A.
Simanjuntak, S.P., Monalisa Oktavia, S.P., serta seluruh teman-teman
Agribisnis 2016 yang telah mendukung, mendoakan penulis dalam proses
perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat terkasih, Bosran Yove Ovando Sinabariba, Venny Aprida
Kristien Saragi, Vevi Riana Nainggolan, Antonius Stevan dan Anju Ando yang
telah membantu, mendukung dan mendoakan penulis dalam proses penelitian
dan penyelesaian skripsi ini.
8. Kepala Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, seluruh
staff kantor desa, Keluarga Bapak Kaldin Sinabariba dan Ibu Lelly Ambarita
serta seluruh petani bawang merah yang menjadi sampel dalam penelitian ini
dan telah membantu penulis dalam proses penelitian.
Penulis tentunya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis berharap kepada semua pihak agar dapat menyampaikan kritik
dan saran yang membangun untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Tetapi
penulis senantiasa berharap skripsi ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya. Amin.
Medan, November 2020
Penulis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
DAFTAR ISI
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI ..... ................................................................................................v
DAFTAR TABEL..............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian .........................................................................................4
1.4. Kegunaan Penelitian ....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka ..........................................................................................6
2.1.1. Bawang Merah ....................................................................................6
2.1.2. Alih Komoditi .....................................................................................10
2.2. Landasan Teori .............................................................................................11
2.2.1. Pengambilan Keputusan .....................................................................11
2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Komoditi ..........................12
2.3. Penelitian Terdahulu ....................................................................................20
2.4. Kerangka Pemikiran .....................................................................................28
2.5 Hipotesis Penelitian .......................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ..........................................................31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
3.2. Metode Pengambilan Sampel ......................................................................31
3.3. Metode Pengumpulan Data ..........................................................................32
3.4. Metode Analisis Data ...................................................................................32
3.5. Definisi dan Batasan Operasional ................................................................36
3.5.1. Definisi ...............................................................................................36
3.5.2. Batasan Operasional ...........................................................................38
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1.Deskripsi Wilayah Penelitian ........................................................................39
4.2.Pola Penggunaan Lahan Desa Cinta Dame ...................................................41
4.3.Sarana Dan Fasilitas Umum ..........................................................................41
4.4.Karakteristik Petani .......................................................................................43
4.5.Karakteristik Petani Menurut Aksesibilitas Wilayah ....................................45
4.6.Karakteristik Petani Menurut Luas Lahan ....................................................46
4.7.Karakteristik Petani Menurut Produktifitas Bawang Merahnya ...................46
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Perubahan Luas Lahan dan Jumlah Produksi Bawang Merah di Kecamatan
Simanindo .....................................................................................................48
5.2.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Komoditi Bawang Merah di Desa
Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir ............................49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan ...................................................................................................69
6.2.Saran ..............................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1.1. Luas Lahan (Ha) Dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman
Bawang Merah Di Kecamatan Simanindo Tahun 2014 – 2018
2
2.1. Penelitian Terdahulu 20
3.1. Luas Panen Dan Produksi Tanaman Bawang Merah Menurut
Kecamatan Di Kabupaten Samosir Tahun 2018
31
4.1. Jumlah Penduduk Desa Cinta Dame Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2019
40
4.2. Komposisi Penduduk Menurut Umur Tahun 2019 40
4.3. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun
2019
41
4.4. Pola Penggunaan Lahan Desa Cinta Dame Tahun 2019 41
4.5. Sarana-Sarana Yang Ada Di Desa Cinta Dame Tahun 2019 43
4.6. Fasilitas Pemerintahan Desa Cinta Dame Tahun 2019 43
4.7. Komposisi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur 43
4.8. Komposisi Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani 44
4.9. Komposisi Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan 44
4.10. Komposisi Sampel Berdasarkan Pendidikan Petani 45
4.11. Komposisi Sampel Berdasarkan Aksesibilitas Wilayah 45
4.12. Komposisi Sampel Berdasarkan Luas Lahan 46
4.13. Komposisi Sampel Berdasarkan Produktifitas Bawang Merah 47
5.1. Faktor Internal 50
5.2. Hosmer Dan Lemeshow Test 51
5.3. Uji Seluruh Variabel (Uji G) 52
5.4. Faktor Eksternal 59
5.5. Hosmer Dan Lemeshow Test 61
5.6. Uji Seluruh Variabel (Uji G) 62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1 Skema Kerangka Pemikiran 29
2 Perubahan Luas Lahan Bawang Merah Di Kecamatan
Simanindo Tahun 2014-2018
48
3 Perubahan Jumlah Produksi Bawang Merah Di Kecamatan
Simanindo Tahun 2014-2018
49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1 Data Faktor Internal Petani
2 Data Faktor Eksternal Petani
3 Hasil Uji Faktor Internal Petani
4 Hasil Uji Faktor Eksternal Petani
5 Kuesioner
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bawang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, terutama sebagai
penyedap masakan dan bahan obat-obatan (kesehatan). Ada berbagai jenis bawang
yang dibudidayakan oleh petani Indonesia. Hasil bawang diambil dari bagian
tanaman yang berupa umbi atau batang (semu) dan daun. Bawang yang diambil dari
umbinya ialah bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay; sedangkan yang
diambil daun atau batang semunya ialah bawang daun (loncang) (Aak, 1998).
Bawang merah berasal dari Asia atau Mediterania (Aak, 1998). Daerah penyebaran
tanaman bawang merah diantaranya adalah Eropa Barat, Eropa Timur, Spanyol,
Amerika Serikat, Jepang, Mesir, dan Turki yang merupakan negara penghasil
bawang merah dan bawang bombay terpenting di dunia (Rukmana, 1995).
Varietas bawang merah yang ditanam di Indonesia cukup banyak macamnya, antara
lain : varietas Bima Brebes, Medan (Samosir), Keling, Maja Cipanas, Ampenan,
Sumenep, Kuning, dan Lampung. Varietas Medan (Samosir) banyak ditanam
didaerah Samosir, Sumatera Utara (Wibowo, 2009).
Kabupaten Samosir terkenal dengan bawang merah lokalnya sejak dahulu dan
menjadi daerah penghasil bawang merah nasional. Ciri khas bawang merah lokal
Samosir adalah memiliki warna lebih merah, kadar air rendah, memiliki rasa lebih
pedas dan aroma yang sangat tajam. Bawang merah lokal Samosir ini juga memiliki
harga jual yang tinggi. Bawang merah lokal Samosir ini telah menjadi sumber
ekonomi bagi petani di Samosir.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Tanaman bawang merah banyak ditanam di Kecamatan Simanindo Kabupaten
Samosir dengan luas tanam 77 ha. Desa Cinta Dame merupakan salah satu desa
yang berada di Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara dan
merupakan salah satu sentra produksi bawang merah.
Namun, masa kejayaan bawang merah lokal Samosir memudar dalam rentang waktu
2002-2005. Hal ini dikarenakan faktor hama dan penyakit yang menyerang tanaman
bawang merah hampir di seluruh wilayah Samosir termasuk di Desa Cinta Dame
tersebut dan mengakibatkan petani gagal panen. Akibat dari gagal panen tersebut,
sebagian besar petani bawang merah mulai mengganti komoditi bawang merah
dengan komoditi lain. Hal tersebut menyebabkan terancam punahnya tanaman
bawang merah lokal Samosir.
Tabel 1.1. Luas Lahan (Ha) dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman Bawang
Merah di Kecamatan Simanindo Tahun 2014 – 2018.
Sumber : Simanindo Dalam Angka, 2020
Pada Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa terjadi perubahan luas lahan yang signifikan
setiap tahunnya. Terjadi penurunan yang sangat drastis dari tahun 2015 ke 2016.
Pertumbuhan luas lahan tanaman bawang merah di Kecamatan Simanindo dalam 5
tahun terakhir hanya sebesar 9,22 % yang merupakan pertumbuhan yang kecil jika
diingat potensi bawang merah di Kecamatan Simanindo.
Di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo terdapat luasan Sawah 4 Ha, yang
seluruhnya merupakan sawah tadah hujan yang dapat ditanami 2 kali dalam setahun
No. Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)
1. 2014 47,61 273,44
2. 2015 68,80 361,20
3. 2016 31,10 170,59
4. 2017 32,17 215,81
5. 2018 52 410
Pertumbuhan 9,22 % 49,9 %
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
dengan memakai bantuan mesin pompa dengan memanfaatkan air sungai dan air
Danau Toba. Sementara terdapat sekitar 330.925 Ha praktis hanya ditanam 1 kali
setahun dengan Tanaman Jagung 55 Ha, Umbi-umbian 4 Ha, Kacang-kacangan 5
Ha, dan Bawang Merah 9 Ha.
Pada tahun 2015 diadakan Sosialisasi Pola Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah
yang dihadiri oleh Bank Indonesia, Kepala Dinas Pertanian, Kepala Bidang
Hortikultura, Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah (UPTD) , Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), dan petani Bawang Merah. Sosialisasi Pola Pembiayaan Usaha
Kecil dan Menengah ini diadakan untuk mendorong minat petani untuk
mengembangkan usahatani Bawang Merah. Kemudian pada Maret 2017 diadakan
pertemuan kelompok, yang dihadiri oleh Pimpinan Bank Indonesia cabang Sibolga,
Kabid Hortikultura, UPTD, PPL, pengurus dan anggota kelompok tani Mandiri desa
Cinta Dame. Dari hasil pertemuan disepakati untuk membentuk klaster Bawang
Merah yang dibantu oleh Bank Indonesia cabang Sibolga bekerja sama dengan
pemerintah Kabupaten Samosir dengan diterbitkannya surat keputusan oleh Dinas
Pertanian Kabupaten Samosir (PPL Desa Cinta Dame, 2019).
Kelompok tani yang tergabung dalam Klaster Bawang Merah Kabupaten Samosir
berjumlah 2 kelompok antara lain kelompok tani Mandiri dengan jumlah anggota
sebanyak 13 petani dengan luas lahan yang dikelola 7,88 Ha serta kelompok tani
Saurdot dengan jumlah anggota sebanyak 22 petani dengan luas lahan yang dikelola
19,56 Ha. Usaha tani kelompok tani Mandiri dan Saurdot dapat dibagi dalam dua
komoditi antara lain Tanaman Jagung dan Bawang Merah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
Pada tahun 2019, rencana tanam Bawang Merah pada kelompok tani Mandiri seluas
33 rante dan kelompok tani Saurdot seluas 18 rante. Namun pada laporan
perkembangan tanam bulan Nopember 2019, hanya ada 11 rante lahan yang ditanami
Bawang Merah pada kelompok tani Mandiri dan hanya 4 rante pada kelompok tani
Saurdot.
Adapun berbagai permasalahan yang terjadi beberapa tahun belakangan ini
menyebabkan kendala petani untuk meningkatkan produksi bawang merah.
Permasalahan utama diantaranya adalah serangan hama, perubahan cuaca, harga bibit
yang mahal dan tidak tersedianya bibit unggul.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keputusan alih komoditi bawang merah
dan faktor – faktor yang mempengaruhi alih komoditi bawang merah di Desa Cinta
Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan diteliti sebagai berikut :
a. Bagaimana keputusan alih komoditi Bawang Merah oleh petani di Desa Cinta
Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir ?
b. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi alih komoditi Bawang Merah di Desa
Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir ?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis keputusan alih komoditi Bawang Merah oleh petani di Desa
Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
b. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih komoditi Bawang
Merah di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.
1.4.Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
a. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan dan informasi terkait penelitian, serta
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
b. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki sistem
usahatani bawang merah di Kabupaten Samosir.
c. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi mengenai alih komoditi dan mengenai
bawang merah.
d. Bagi pihak lain, sebagai bahan informasi dan referensi untuk mengembangkan
penelitian selanjutnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Pustaka
2.1.1. Bawang Merah
A. Syarat Tumbuh
1. Iklim
Sebaiknya bawang merah ditanam pada musim kemarau atau akhir musim hujan.
Dengan demikian, masa tumbuh bawang merah berlangsung selama musim
kemarau. Tanaman akan tumbuh baik asal disertai pengairan yang memadai.
Bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu agak
panas dan cuaca cerah. Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut, dan angina yang
sepoi-sepoi. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari sangat diutamakan dan
lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam (Wibowo, 2009).
2. Suhu dan Ketinggian Tempat
Bawang merah sebaiknya ditanam didaerah beriklim kering dengan suhu agak
panas, yaitu sekitar 25-320 C. Pada suhu 22
0 C masih mudah untuk membentuk
umbi, tetapi hasilnya tidak sebaik jika ditanam didataran rendah yang bersuhu
panas.
Bawang merah tumbuh baik pada ketinggian 30 m dpl, yaitu daerah dataran
rendah. Pada ketinggian 800-900 m dpl juga dapat tumbuh, namun pada
ketinggian itu suhunya rendah sehingga pertumbuhan tanaman terhambat dan
umbinya kurang bagus (Wibowo, 2009).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
3. Tanah
Bawang merah dapat ditanam disawah setelah panen padi dan dapat juga ditanah
darat seperti tegalan, kebun, dan pekarangan. Tanah yang gembur, subur, banyak
mengandung bahan organic atau humus sangat baik untuk bawang merah. Tanah
yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya
besar-besar. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung mempunyai aerasi
yang bagus dan drainasenya pun baik.
Nilai pH yang paling baik untuk lahan bawang merah yaitu pH antara 6,0-6,8. Jika
tanahnya terlalu masam, tanaman akan menjadi kerdil. Bila terlalu basa, umbinya
menjadi kecil dan hasilnya rendah (Wibowo, 2009).
B. Budidaya Bawang Merah
1. Persiapan dan Pengolahan Lahan
Persiapan lahan ditujukan bagi lahan bekas penanaman sebelumnya ataupun lahan
yang baru dibuka. Persiapan lahan dan pengolahan lahan dalam budidaya tanaman
bawang merah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Kebersihan lahan
Hal-hal yang pertama dilakukan pada persiapan lahan adalah pembersihan gulma
dan sisa tanaman yang tidak bisa membusuk dan terurai/terdekomposisi, termasuk
tanaman berkayu pada tanah tegalan; serta batu-batu kerikil yang berpengaruh
terhadap susunan tanah.
b. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan bertujuan menyiapkan kondisi tanah sesuai dengan persyaratan
tumbuh tanaman yang dibudidayakan. Dengan pengolahan lahan ini akan tercipta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
kondisi tanah yang gembur. Akibatnya, ketersediaan air dan udara didalam tanah
akan seimbang sehingga gas beracun didalam tanah akan keluar.
2. Penyediaan Bibit
Penyediaan bibit biasanya telah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya dengan
mempertimbangkan kriteria bibit yang baik. Sebelum ditanam, umbi bibit bawang
merah pada bagian ujung umbi dipotong sebesar 1/8 – 1/3 bagian, sesuai dengan
kondisi bibit. Hal ini dilakukan 1 hari sebelum penanaman.
3. Penanaman
Pada bedengan yang telah siap ditanami harus ditentukan jarak tanamnya terlebih
dahulu. Pengaturan jarak tanam dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain:
kesuburan tanah, intensifikasi lahan, jenis tanaman dan perkembangannya. Jarak
tanam yang biasa diterapkan pada penanaman bawang merah adalah 20 cm x 20
cm, 20 cm x 15 cm, dan 15 cm x 10 cm.
Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan tugal atau alat lain. Kedalaman
lubang untuk penanaman bawang merah adalah setinggi ukuran umbi bibit.
Setelah lubang tanam terbentuk, umbi bibit siap ditanam. Cara penanaman umbi
bibit adalah dengan umbi bibit dipegang dengan posisi bagian yang dipotong
berada diatas. Kemudian masukkan bibit ke dalam lubang tanam, sedikit ditekan
agar merekat pada tanah. Posisi akhir ujung bibit sejajar atau sedikit diatas
permukaan tanah. Selanjutnya, lahan yang sudah ditanami bibit tadi ditutup jerami
sebagai mulsa dan disiram secukupnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
4. Penyiangan
Penyiangan dan penggemburan lahan pertanaman bawang merah biasanya
dilakukan dua kali atau lebih selama satu musim tanam. Penyiangan pertama
dilakukan pada saat tanaman mulai tumbuh, pertumbuhan daun mulai tampak,
yaitu pada umur 2-3 minggu setelah tanam. Penyiangan berikutnya dilakukan
pada umur 4-5 minggu setelah tanam. Penyiangan selanjutnya sangat tergantung
kepada kondisi lingkungan.
Alat yang digunakan untuk penyiangan dapat berupa koret atau cangkul kecil, dan
dicabut dengan tangan.
5. Pemupukan
Pemupukan pada bawang merah dapat menggunakan pupuk berupa pupuk
organik, misalnya pupuk kandang dengan dosis 10-20 ton/ha diberikan pada
pupuk dasar. Dapat juga menggunakan pupuk anorganik, dalam setiap hektar
pertanaman, unsur hara yang harus disediakan untuk penanaman bawang merah
ialah 100-120 kg N, 150 kg P2O5 dan 100 kg K2O.
Pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik tersebut dilakukan dalam tiga
tahap:
a. Pada saat pengolahan atau menjelang tanam diberikan pupuk kandang,
b. Pada saat tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam. Pada waktu itu
diberikan ½ bagian pupuk urea serta 1 bagian pupuk TSP dan KCL.
c. Setelah tanaman berumur 4-5 minggu. Pada waktu itu tanaman dipupuk urea
lagi ½ dosis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
Pemupukan pada bawang merah dilakukan dengan membuat alur secara
melingkar ataupun secara larikan. Kedalaman lubang alur antara 3-5 cm atau
setinggi umbi bibit yang ditanam tegak berdiri, sedangkan jarak lubang
pemupukan dengan tanaman bawang merah antara 5-10 cm tergantung
perkembangan tanaman. Setelah pupuk dimasukkan ke dalam lubang tersebut,
lubang pupuk ditutup dengan tanah dan sekaligus dilakukan penyiangan dan
pembumbunan.
6. Pengairan
Pengairan pada bawang merah dilakukan sejak awal tanam selama tujuh hari, pagi
dan sore. Setelah pertumbuhan tanaman semakin baik, penyiraman dilakukan satu
hari sekali. Apabila kondisi kelembaban didalam tanah cukup, pengairan dapat
dilakukan dua hari sekali pada sore hari. Pengairan dilakukan hingga tanaman
berumur minggu.
2.1.2. Alih Komoditi
Menurut Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut
sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan
lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang
menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu
sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk
penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi
keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah
jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Sedangkan alih komoditi adalah perubahan fungsi lahan yang semula untuk
menanam suatu usahatani menjadi usahatani lain.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
Terjadinya alih komoditi lama menjadi komoditi baru diakibatkan oleh beberapa
faktor, diantaranya faktor ekonomi dan faktor social. Menurut Daulay (2003)
faktor ekonomi terdiri dari jumlah tanggungan, luas lahan, dan tenaga kerja,
sedangkan faktor social terdiri dari umur, pendidikan, dan pengalaman
berusahatani. Alih komoditi ini dilakukan untuk menghasilkan pendapatan dan
kesejahteraan yang dianggap lebih tinggi dibanding dengan komoditi lama.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengambilan Keputusan
Setiap pengambilan keputusan pada dasarnya selalu ada alternatif, sedangkan
pada setiap alternatif selalu terdapat resiko sehingga setiap keputusan akan
mempunyai bermacam – macam alternatif dengan tingkat resiko sendiri – sendiri.
Alternatif dalam membuat keputusan minimal mempunyai dua peristiwa/kejadian
yang mana masing-masing dievaluasi sehingga dapat dipilih alternatif yang paling
baik bagi suatu usaha. Keputusan dalam kondisi berisiko terjadi apabila tidak ada
informasi yang sempurna namun memiliki kemungkinan suatu peristiwa akan
terjadi (Suharyadi & Purwanto, 2003).
Keputusan yang diambil petani akan membawa konsekuensi. Besar kecilnya
konsekuensi tergantung pada tingkat kepercayaaan individu petani petani itu
sendiri dalam menentukan pernyataan keputusan yang diambil. Dalam
pengambilan keputusan memberikan ajaran bahwa kriteria penilaian yang tepat
adalah kepuasan yang diharapkan atau expect utility dan tindakan yang paling baik
yang dipilih adalah memaksimumkan kepuasaan yang diharapkan oleh pembuat
keputusan (Soekartawi, 1986).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
Terdapat tiga pola hubungan antara input dan output yang umum digunakan dalam
pendekatan pengambilan keputusan usahatani yaitu:
1. Hubungan antara input-output, yang menunjukkan pola hubungan penggunaan
berbagai tingkat input untuk menghasilkan tingkat output tertentu
(dieksposisikan dalam konsep fungsi produksi)
2. Hubungan antara input-input, yaitu variasi penggunaan kombinasi dua atau
lebih input untuk menghasilkan output tertentu (direpresentasikan pada konsep
isokuan dan isocost)
3. Hubungan antara output-output, yaitu variasi output yang dapat diperoleh
dengan menggunakan sejumlah input tertentu (dijelaskan dalam konsep kurva
kemungkinan produksi dan isorevenue)
Ketiga pendekatan di atas digunakan untuk mengambil berbagai keputusan
usahatani guna mencapai tujuan usahatani yaitu: 1) menjamin pendapatan
keluarga jangka panjang, 2) stabilisasi keamanan pangan, 3) kepuasan konsumsi,
4) status sosial, dsb.
2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Komoditi
Dari uraian diatas maka peneliti merangkum faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi keputusan petani untuk mengalihkan komoditi bawang merah
menjadi komoditi lain adalah umur petani, pengalaman bertani, jumlah
tanggungan keluarga, pendidikan, aksesibilitas wilayah, luas lahan, produktifitas
bawang merah dan jenis tanah.
1. Umur Petani
Padmowiharjo (1994) mengatakan bahwa umur bukan merupakan faktor
psikologis, tetapi yang diakibatkan umur adalah faktor psikologis. Terdapat dua
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
faktor yang menentukan kemampuan seseorang berhubungan dengan umur.
Faktor pertama adalah mekanisme belajar dan pemahaman otak, organ-organ
sensual dan otot organ-organ tertentu. Faktor kedua adalah akumulasi pengalaman
dan bentuk-bentuk proses belajar lainya. Selanjutnya Wiraatmadja mengemukaan
bahwa umur petani akan mempengaruhi petani dalam menerima hal-hal baru.
Kelompok usia produktif menurut Rochaeti dkk (2005) adalah petani yang secara
potensial memiliki kesiapan dan menghasilkan pendapatan untuk mendukung
kehidupan dirinya, keluarganya dan masyarakat. Soeharjo dan Patong (1984)
mengemukaan bahwa kemampuan kerja petani sangat ditentukan oleh umur petani
itu sendiri, sehingga mengkategorikan umur berdasarkan kelompoknya dimana
kisaran 0-14 tahun adalah umur non produktif, 15-54 umur produktif dan kisaran
55 ke atas adalah umur kurang produktif.
2. Pengalaman Bertani
Menurut Soekartawi (1999) pengalaman seseorang dalam berusaha berpengaruh
dalam menerima inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah
cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada pemula.
Lubis (2000) berpendapat bahwa orang yang mempunyai pengalaman relatif
berhasil dalam mengusahakan usahanya, biasanya mempunyai pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang kurang
berpengalaman. Prinsip belajar seseorang cenderung lebih mudah menerima
atau memilih sesuatu yang baru, bila memiliki kaitan dengan pengalaman
masa lalunya. Keputusan petani dalam menjalankan kegiatan usahatani
lebih banyak mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
dirinya maupun pengalaman petani lain. Bila pengalaman usahatani
banyak mengalami kegagalan, maka petani akan sangat berhati-hati dalam
memutuskan untuk menerapkan suatu inovasi yang diperolehnya
(Slamet, 1995).
3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor
yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi
kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani
untuk melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan
keluarganya. Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban
hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota
keluarga akan mempengaruhi keputusan dalam berusaha. Petani yang
memiliki jumlah tanggungan yang besar harus mampu mengambil keputusan
yang tepat agar tidak mengalami resiko yang fatal (Soekartawi, 1999).
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal yang
ditempuh petani pada bangku sekolah. Pendidikan akan berpengaruh terhadap
perilaku dan tingkat adopsi suatu inovasi. Seseorang yang berpendidikan tinggi
cenderung lebih terbuka untuk menerima dan mencoba hal-hal yang baru.
Pendidikan merupakan sarana belajar, yang menanamkan pengertian sikap yang
menguntungkan menuju pembangunan praktek pertanian yang lebih modern.
Mereka yang berpendidikan tinggi lebih cepat melakukan adopsi. Begitu juga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah lebih sulit melaksanakan adopsi
dan inovasi. Pendidikan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pendidikan formal
dan pendidikan informal.
a. Pendidikan Non Formal
Berbagai macam target produksi pertanian akan berhasil baik apabila ketersediaan
dan ketrampilan para petani untuk berproduksi bisa ditingkatkan. Untuk itu
diperlukan pendidikan yang khusus bagi mereka, berupa pendidikan non formal
yakni penyuluhan pertanian
Penyuluhan adalah pendidikan. Program penyuluhan membantu orang untuk
meningkatkan pengetahuan dari aspek teknik pertanian dan pemahaman mereka
tentang proses biologi, fisika dan ekonomi dalam pertanian. Sasaran dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan mereka sehingga
dapat membantu petani untuk mengelola sumberdaya yang tersedia dengan baik.
Penyuluhan pertanian adalah suatu layanan atau yang sistemnya membantu petani
untuk mengidentifikasi dan meneliti permasalahan produksi mereka. Melalui
prosedur bidang pendidikan dapat meningktakan metode dan teknik bertani,
meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan, tingkatan hidup mereka yang
lebih baik, dan mengangkat sosial serta standart bidang pendidikan.
b. Pendidikan Formal
Dari segi pendidikan ciri-ciri bagi adopter yang lebih inovatif, yaitu lebih
berpendidikan, termasuk lebih menguasai kemampuan baca tulis. Orang yang
cepat berhenti dari penggunaan inovasi itu pendidikannya kurang, status sosialnya
rendah, kurang berhubungan dengan agen pembaharu (Hanafi, 1987).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
Mereka yang berpendidikan tinggi akan relatif lebih cepat dalam melaksanakan
adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah akan
sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat (Soekartawi, 2005). Petani yang
mencapai pendidikan lebih tinggi mempunyai tingkat adopsi yang lebih tinggi
daripada mereka yang mencapai tingkat pendidikan yang rendah. Seorang agen
pembaharu dapat mendapatkan hasil yang terbaik ketika berhadapan dengan orang
yang tingkat pendidikannya lebih tinggi (Cruz, 1987).
Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan
menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani
menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya. Tingkat
pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pemahaman yang mereka peroleh dari orang lain ataupun dari sumber
informasi yang lain, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin
semakin baik pula pemahamannya.
5. Aksesibilitas Wilayah
Black (1981) mengatakan bahwa aksesibilitas adalah konsep yang
menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem
jaringan transportasi yang menghubungkannya. Dalam Hurst (1974) dikatakan
bahwa aksesibilitas adalah ukuran dari kemudahan (waktu, biaya, atau usaha)
dalam melakukan perpindahan antara tempat-tempat atau kawasan dalam sebuah
sistem. Sementara itu, Edmonds (1994) menyampaikan bahwa indikator
aksesibilitas adalah nilai numerik, yang mengindikasikan mudah atau sulitnya
untuk mendapatkan akses ke barang-barang dan pelayanan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Dusseldorp (1980) mengatakan bahwa ciri-ciri suatu perdesaan adalah 60% atau
lebih masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Lebih dari separuh
bagian daerah perdesaan mungkin dimanfaatkan untuk pertanian, peternakan atau
kehutanan, walaupun ini tidak selalu berarti bahwa lebih dari separuh bagian
pendapatan regional berasal dari kegiatan ini. Dennis (1998) merinci kebutuhan
perjalanan dan kegiatan transportasi pada kawasan perdesaan ditujukan untuk:
1. Aktivitas subsinten (tradisional), meliputi aktivitas pengumpulan air, bahan
bakar, dan bahan pangan.
2. Tujuan-tujuan ekonomis, seperti aktivitas pertanian, non-pertanian, dan
perdagangan.
3. Pengembangan sumber daya manusia, seperti aktivitas untuk memperoleh
pelayanan pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
4. Tujuan-tujuan sosial lainnya, seperti mengunjungi teman, kerabat, ke tempat-
tempat ibadah, ke kantor-kantor pemerintah, dan sebagainya.
6. Luas Lahan
Kepemilikan lahan pertanian di pedesaan yang masih menggunakan budaya
warisan mengakibatkan makin sempitnya kepemilikan lahan pertanian dari
generasi ke generasi selanjutnya. Hal itu sesuai dengan pendapat Soemitro dalam
Totok Mardikanto (1990: 89) yang mengemukakan sempitnya lahan juga
disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang diikuti pembagian harta warisan
sehingga pemilikan lahan usaha tani menjadi terpecah-pecah dalam luasan yang
kecil-kecil dan tersebar letaknya.
Luas atau sempitnya lahan juga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan bagi
petani yang mengusahakan tanamannya pada lahan tersebut. Hal ini dikarenakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
semakin luas lahan yang diusahakan maka pendapatan juga akan semakin besar.
Jadi besar kecilnya pendapatan petani dari usaha tani dapat ditentukan oleh luas
ladang garapannya. Sayogyo (1987: 102) mengungkapkan makin luasnya usaha
tani maka makin besar penghasilan rumah tangga petani, namun bila lahan yang
diusahakan petani tersebut sempit maka pendapatannya akan rendah.
Mengenai luas lahan, Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987: 88)
mengemukakan bahwa:Luas lahan pertanian adalah jumlah tanah sawah, tegalan,
dan pekarangan yang digarap selama satu tahun dihitung dalam satuan hektar (ha).
Luas lahan pertanian digolongkan kedalam ketiga kelompok masing-masing :
sangat sempit (kurang dari 0,25 ha), sempit (antara 0,25-0,49 ha), sedang (antara
0,50-0,99 ha), dan luas (lebih dari 1,00 ha).
7. Produktifitas
Sinungan (1985:8) mengatakan bahwa produktifitas dapat diartikan sebagai
perbandingan antara jumlah pengeluaran dibagi jumlah masukan dalam periode
tertentu. Terdapat dua aspek penting dalam konsep produktivitas, yakni efisiensi
dan efektivitas. Efisiensi merupakan suatu kemampuan dalam penggunaan
sumberdaya secara minimum guna mencapai hasil yang optimal, sedangkan
efektivitas berkaitan dengan pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-
tujuan yang telah ditentukan.
Konsep produktifitas dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan
dimensi organisasi. Dimensi individu melihat produktifitas dalam kaitannya
dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam
bentuk sikap mental yang mengandung makna keinginan dan upaya individu yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya, sedangkan dimensi
organisasi melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara masukan
(input) dan keluaran (output). Oleh karena itu dalam pandangan ini, peningkatan
produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi juga dari aspek
kualitas. Jadi secara umum produktivitas diartikan sebagai efisiensi dari
penggunaan sumberdaya untuk menghasilkan. Dikaitkan dengan produktivitas
hasil pertanian, khususnya produktivitas usahatani maka upaya peningkatan
produktivitas tidak hanya diukur melalui pengelolaan lahan pertanian saja, namun
terdapat aspek lain yang mempengaruhi, seperti manajemen usaha para petani,
dukungan kelembagaan, serta aspek petani itu sendiri yang menyangkut faktor-
faktor psikologis dari petani (Suhartoyo, 1987:35).
8. Jenis Tanah
Tanah digunakan sebagai tempat berdirinya bangunan dan media tumbuh bagi
tanaman. Untuk mendukung tumbuhnya tanaman, tanah harus memiliki bagian
organic dan lubang yang memadai untuk udara dan air (Strom, 2004).
Topografi dan kontur tanah di Kabupaten Samosir pada umumnya berbukit dan
bergelombang. Berdasarkan pada Klasifikasi Tanah menurut Balai Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT) Wilayah I, wilayah ini memiliki Podsolik
Merah Kuning yang berasosiasi dengan Latosol dan Litosol. Daerah berbatu kapur
ditutupi oleh tanah Podsolik Coklat (peka erosi) dan tanah Renzina.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
2.3. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti
Tahun Terbit
Judul Metode Hasil
1. Dewi
2008
Pengaruh Alih
Fungsi Lahan
Sawah Terhadap
Produksi
Tanaman
Pangan Di
Kabupaten
Badung
Model
Regresi Log
Linear
Bivaribel
Dan Model
Semi Log
1. Alih fungsi lahan
sawah sangat
bergantung pada
banyak faktor misalnya
terjadinya
pembangunan fisik
seperti perkantoran,
jalan, perumahan dll.
2. Luas lahan sawah
nyata berpengaruh
meningkatkan produksi
total tanaman padi,
sedangkan luas sawah
yang beralih kenon
sawah belum dapat
membuktikan
pengaruh produksi padi
secara total di
Kabupaten Badung.
2. Ruswandi
2015
Dampak
Konversi Lahan
Pertanian
Terhadap
Kesejahteraan
Petani Dan
Perkembangan
Wilayah : Studi
Kasus Didaerah
Analisis
Deskriptif,
Analisis
Linear
Berganda,
Dan Analisis
Regresi
Logistik
Binari
Di Lecamatan Lembang
dan Parongpong dalam
periode 10 tahun (1992-
2002) telah terjadi
konversi lahan pertanian
seluas 3.134,49 hektar
(25%) atau 313,5 hektar
per tahun (2,96%).
Penggunaan lahan hutan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
Badung Utara merupakan yang paling
banyak berkurang
(3.732,12 hektar atau
68%), lahan semak
mengalami peningkatan
paling tinggi (2.780,23
hektar atau 1.326%).
Beberapa faktor yang
mempengaruhi konversi
lahan pertanian adalah
kepadatan penduduk tahun
1992, kepadatan petani
pemilik lahan pertanian
tahun 1992, kepadatan
petani nonpemilik lahan
pertanian tahun 1992,
peningkatan kepadatan
petani nonpemilik lahan
pertanian, persentase luas
lahan guntai dalam desa,
peningkatan jumlah
penduduk miskin, dan
jarak desa ke kota
kecamatan. Secara umum,
konversi lahan pertanian
berpeluang menurunkan
kesejahteraan petani.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
3. Ade
2015
Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Alih Fungsi
Lahan Padi
Sawah Dan
Pengaruhnya
Terhadap
Pendapatan
Petani Studi
Kasus: Desa
Suka Maju
Kecamatan
Tanjung Pura
Kabupaten
Langkat
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Laju alih fungsi lahan padi
sawah memiliki rata-rata
sebesar 7,58% pada tahun
2008-2014. Berdasarkan
hasil estimasi faktor-faktor
yang mempengaruhi alih
fungsi lahan sawah di
tingkat wilayah diperoleh
nilai koefisien determinasi
(rsquared) sebesar 80,80%
yang menunjukkan bahwa
variabel luas sawah irigasi,
jumlah sarana pendidikan,
luas sawah dan laju
pertumbuhan penduduk
dapat menerangkan
keragaman variabel
penurunan luas lahan padi
sawah sebesar 80,80%.
Nilai signifikansi f-hitung
0,049 < 0,05, artinya
semua variabel bebas yang
dimasukkan ke dalam
model secara bersama-
sama berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat.
Secara parsial hanya
variabel sarana pendidikan
dan luas sawah yang
berpengaruh nyata.
Sedangkan hasil estimasi
faktor-faktor yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
mempengaruhi alih fungsi
lahan sawah di tingkat
petani diperoleh nilai
koefisien determinasi
(rsquared) sebesar 74,70%
yang menunjukkan bahwa
variabel luas sawah, usia
kepala keluarga, jumlah
tanggungan keluarga,
hama dan proporsi
pendapatan padi sawah
terhadap total pendapatan
rumah tangga dapat
menerangkan keragaman
variabel alih fungsi lahan
padi sawah sebesar
74,70%. Sedangkan
sisanya yaitu 26,30%
diterangkan oleh variabel
lainnya diluar model. Nilai
signifikansi f-hitung 0,000
< 0,05, artinya semua
variabel bebas yang
dimasukkan ke dalam
model secara bersama-
sama berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat.
Secara parsial hanya
variabel luas sawah yang
berpengaruh nyata. Tidak
terjadi multikolinieritas,
autokorelasi dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
heteroskedastisitas serta
asumsi normalitas
terpenuhi.
4. Rusydi
2014
Faktor – Faktor
Yang
Mempengaruhi
Alih Fungsi
Lahan
Persawahan
Menjadi
Perkebunan
Kelapa Sawit
Rakyat Di
Kecamatan
Pegajahan
Kabupaten
Serdang
Bedagai
Analisis
Deskriptif
Dan Metode
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Pada tahun 2009 hingga
tahun 2011 luas panen
padi sawah mengalami
penurunan sebesar 1.651
ha sedangkan luas
perkebunan kelapa sawit
rakyat dari tahun 2010
sampai tahun 2013
meningkatsebesar 181,5 ha
dan faktor pengeluaran
keluarga petani,
produktifitas padi sawah,
dan luas kepemilikkan
lahan berpengaruh
signifikan terhadap alih
fungsi lahan persawahan
menjadi perkebunan
kelapa sawit rakyat di
Kecamatan Pegajahan.
5. Fajar
2009
Pengaruh
Konversi Lahan
Pertanian
Terhadap
Produksi Padi
Di Kabupaten
Asahan
Analisis
Deskriptif,
Ramalan
(Forecasting),
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Pemanfaatan lahan di
Kabupaten Asahan dapat
dibagi menjadi 4 jenis,
yaitu tanah sawah, tanah
kering,
bangunan/pemukiman dan
lain-lain dimana
pemanfataan lahan yang
terbesar jika dilihat dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
rata-rata penggunaannya
terdapat pada tanah kering
dengan rataan 328.314,07
ha, rataan untuk
penggunaan bangunan
sebesar 5.7955,96 ha,
rataan untuk penggunaan
tanah sawah sebesar
45.870,81 ha, dan rataan
penggunaan untuk lain-
lain sebesar 36.878,16 ha.
Luas lahan pertanian pada
tahun 2020 diramalkan
sebesar 334.351.4 ha,
dimana lahan pertanian
pada tahun 2020
mengalami penurunan luas
lahan sebesar 27.928,42 ha
dibandingkan luas lahan
tahun 2006. Sedangkan
produksi padi pada tahun
2020 diramalkan sebesar
49.989,10 ton, dimana
produksi padi pada tahun
2020 akan mengalami
penurunan sebesar 08.990
ton dibandingkan produksi
padi pada tahun 2006.
6. Tycha
2010
Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Analisis
Deskriptif
Faktor yang paling
mempengaruhi petani
melakukan alih fungsi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
Petani Padi
Sawah
Melakukan Alih
Fungsi Lahan
Ke Komoditi
Perkebunan
(Studi Kasus:
Daerah Irigasi
Namu Sira-Sira,
Kabupaten
Langkat
lahan adalah perbedaan
penerimaan usaha tani
(padi, kakao,dan sawit)
dan kecenderungan
perkembangan harga padi
sawah , kakao, dan sawit.
Di samping itu kecukupan
air serta luas lahan yang
dimiliki petani juga ikut
mempengaruhi keputusan
petani untuk alih fungsi
lahan.
7. Cindi
2013
Analisis
Konversi Lahan
Karet Menjadi
Lahan Kelapa
Sawit ( Studi
Kasus : Desa
Kampung
Dalam,
Kecamatan
Bilah Hulu,
Kabupaten
Labuhan Batu
Kuadrat
Kecil
(Ordinary
Least Suare)
Biaya tenaga kerja karet
dan biaya tenaga kerja
kelapa sawit secara
simultan dan parsial
berpengaruh nyata
terhadap konversi lahan
karet menjadi lahan kelapa
sawit di desa kampung
dalam Kecamatan Bilah
Hulu Kabupaten Labuhan
Batu.
8. Ayu
2017
Faktor Yang
Mempengaruhi
Alih Fungsi
Lahan Pertanian
Pangan Di
Kabupaten
Pandeglang
Uji Regresi
Ordinal
Faktor yang
mempengaruhi alih fungsi
lahan adalah luas
penguasaan lahan, b/c
rasio usahatani padi, dan
kondisi jalan. Usaha
menekan konversi lahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
pangan memerlukan
komitmen pemerintah dan
masyarakat sebagai pelaku
kebijakan. Pembentukan
kelembagaan kawasan
perdesaan berbasis bisnis
komunitas lokal menjadi
salah satu solusi dalam
mencegah alih fungsi
lahan pertanian pangan.
9. Intan
2015
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Alih Fungsi
Lahan Sawah
Menjadi
Tambak Di
Desa
Beurawang
Kecamatan
Jeumpa
Kabupaten
Bireuen
Regresi
Linier
Berganda
Alih fungsi lahan di Desa
Beurawang Kecamatan
Jeumpa, Kabupaten
Bireuen secara simultan
dipengaruhi oleh faktor
modal, pendapatan petani
sawah, pendapatan petani
tambak dan lokasi. Hasil
analisis secara parsial,
hanya variable pendapatan
petani padim dan
pendapatan petani tambak
yang berpengaruh
signifikan terhadap alih
fungi lahan di Desa
Beurawang, Kecamatan
Jeumpa, Kabupaten
Biereuen, sedangkan untuk
variable modal dan lokasi
tidak berpengaruh
signifikan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
10. Merisa
2013
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Alih Fungsi
Lahan Pertanian
Sebagai Upaya
Prediksi
Perkembangan
Lahan Pertanian
Di Kabupaten
Lamongan
Analisis Gwr
(Geographic
ally Weighted
Regression)
Faktor yang berpengaruh
terhadap alih fungsi lahan
pertanian adalah rasio
harga lahan dan rasio
aksesibilitas wilayah.
Dimana dihasilkan
kelompok-kelompok
kecamatan sesuai dengan
faktor alih fungsi yang
mempengaruhinya.
2.4. Kerangka Pemikiran
Bawang merah Samosir merupakan bawang merah khas Sumatera Utara yang
pada awalnya memiliki lahan yang cukup luas namun akhir-akhir ini semakin
menurun, seiring dengan alih komoditi yang dilakukan petani bawang merah
menjadi komoditi lain. Keputusan petani untuk melakukan alih komoditi bawang
merah dipengaruhi oleh faktor internal (umur petani, pengalaman bertani, jumlah
tanggungan keluarga, dan pendidikan) dan faktor eksternal (aksesibilitas wilayah,
luas lahan, produktifitas bawang merah, dan jenis tanah). Secara sistematis dibuat
dalam skema berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
Keterangan :
: Pengaruh
: Hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Faktor Internal :
1. Umur Petani
2. Pengalaman Bertani
3. Jumlah Tanggungan
Keluarga
4. Pendidikan
Bawang Merah Komoditi Lain
Alih Komoditi
Faktor Eksternal :
1. Aksesibilitas Wilayah
2. Luas Lahan
3. Produktifitas Bawang
Merah
4. Jenis Tanah
Keputusan Petani :
Alih Komoditi
Tidak Alih Komoditi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
2.5. Hipotesis Penelitian
Faktor internal (umur petani, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga,
pendidikan petani) dan faktor eksternal (aksesibilitas wilayah, luas lahan,
produktifitas bawang merah, jenis tanah) berpengaruh nyata terhadap keputusan
petani untuk melakukan alih komoditi bawang merah di Desa Cinta Dame, Kec.
Simanindo, Kab. Samosir.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja di Desa
Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir berdasarkan
pertimbangan bahwa Desa Cinta Dame merupakan desa yang memiliki luas panen
dan produksi tanaman bawang merah terbesar di Kecamatan Simanindo. Dan
Kecamatan Simanindo merupakan kecamatan yang memiliki luas panen dan
produksi tanaman bawang merah terbesar di Kabupaten Samosir yakni seluas 77
Ha dan sebesar 7.400 kuintal/tahun.
Tabel 3.1. Luas Panen Dan Produksi Tanaman Bawang Merah Menurut
Kecamatan di Kabupaten Samosir Tahun 2018
Kecamatan Luas (Ha) Produksi (Kuintal)
Sianjur Mula-Mula 39 3210
Harian 20 1210
Sitio-tio 8 516
Onan Runggu 23 1710
Nainggolan 15 495
Palipi 12 872
Ronggur Nihuta 1 120
Pangururan 60 4235
Simanindo 77 7400
Samosir 255 19768
Sumber: Kabupaten Samosir Dalam Angka, 2020
3.2. Metode Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petani bawang merah yang telah
mengalih fungsikan tanaman bawang merahnya menjadi usahatani lain.
Sampel ditentukan dengan menggunakan Nonprobability sampling yakni dengan
teknik Snowball sampling, dikarenakan tidak diketahui jumlah pasti petani
bawang merah yang mengalihkan komoditi bawang merah. Cara ini dilakukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
dengan cara mencari sampel pertama kemudian mewawancarainya, setelah itu
peneliti meminta sampel tersebut untuk menunjuk sampel lain yang akan
diwawancarai sesuai dengan kriteria yang ditentukan, dan begitu seterusnya.
Pada penelitian ini, peneliti menentukan ukuran sampel sebesar 30 sampel,
dikarenakan ukuran sampel minimum yang dapat diterima dalam kebanyakan
penelitian adalah sebesar 30 sampel. (Wahyudi, 2017)
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari wawancara
dengan petani yang melakukan pengalihan komoditi bawang merah di Desa Cinta
Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir dan dengan menggunakan
daftar kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari instansi terkait dalam penelitian, seperti Badan Pusat Statistik dan
Dinas Pertanian.
3.4. Metode Analisis Data
Analisis Regresi Logistik
Metode regresi logistik adalah suatu model analisis statistika yang
mendeskripsikan hubungan antara peubah respon yang memiliki dua kategori atau
lebih dengan satu atau lebih peubah bebas berskala kategori atau interval
(Hosmer dan Lemeshow, 2000).
Menurut Nachrowi et all (2002), model logit adalah model non linear, baik dalam
parameter maupun dalam variabel. Model logit diturunkan berdasarkan fungsi
peluang logistik yang dapat dispesifikasikan sebagai berikut (Juanda, 2009):
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
Dimana e mempresentasikan bilangan dasar logaritma natural (e = 2.718....).
Dengan aljabar biasa, persamaan dapat ditunjukkan menjadi :
Peubah Pi/1 - Pi dalam persamaan diatas disebut sebagai odds, yaitu rasio peluang
terjadinya pilihan 1 terhadap peluang terjadinya pilihan 0 alternatif. Parameter
model estimasi logit harus diestimasi dengan metode maximum likelihood (ML).
Dengan persamaan logaritma natural, maka :
Persamaan model regresi logistik untuk mengetahui faktor internal yang
mempengaruhi alih komoditi bawang merah adalah sebagai berikut :
Dimana :
Pi : Peluang petani mengalihkan komoditi bawang merahnya (Y=1)
1-Pi : Peluang petani tidak mengalihkan komoditi bawang merahnya (Y=0)
α : Intersept
βi : Koefisien regresi
X1 : Umur petani (Tahun)
X2 : Pengalaman bertani (Tahun)
𝑃1 = 𝐹(𝑍𝑖) = 𝐹 (∝ + βXi) =1
1 + 𝑒−𝑧=
1
1 + 𝑒−(α+βXi)
𝑒𝑧 =𝑃𝑖
1 + 𝑃𝑖
𝑍𝑖 = 𝑙𝑛𝑃𝑖
1 − 𝑃𝑖→ 𝑙𝑛
𝑃𝑖
1 − 𝑃𝑖= 𝑍𝑖 = 𝛼 + 𝛽𝑋𝑖
𝑙𝑛𝑃𝑖
1 − 𝑃𝑖= 𝑍 = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝛽4𝑋4+ ∈
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
X3 : Jumlah tanggungan keluarga (Orang)
X4 : Pendidikan Petani (Tahun)
Persamaan model regresi logistik untuk mengetahui faktor eksternal yang
mempengaruhi alih komoditi bawang merah adalah sebagai berikut :
Dimana :
Pi : Peluang petani mengalihkan komoditi bawang merahnya (Y=1)
1-Pi : Peluang petani tidak mengalihkan komoditi bawang merahnya (Y=0)
α : Intersept
βi : Koefisien regresi
X1 : Aksesibilitas wilayah (Km)
X2 : Luas Lahan (Ha)
X3 : Produktifitas bawang merah (Kg/Ha)
X4 : Jenis Tanah (dummy)
Agar diperoleh hasil analisis regresi logit yang baik perlu dilakukan pengujian
untuk melihat model logit yang dihasilkan keseluruhan dapat menjelaskan
keputusan pilihan secara kualitatif. Pengujian parameter yang dilakukan dengan
menguji semua secara keseluruhan dan menguji masing–masing parameter secara
terpisah. Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut :
𝑙𝑛𝑃𝑖
1 − 𝑃𝑖= 𝑍 = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝛽4𝑋4+∈
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
1. Uji Hosmer dan Lemeshow
H0 : (1 - B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/ observasi) = 1. Artinya tidak ada
perbedaan antara distribusi obeservasi dengan distribusi frekuensi
estimasi,sehingga model dinyatakan sesuai untuk digunakan.
H1 : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi
estimasi.
Sig > 0,05 ; tolak H1 ,terima H0
Sig. ≤ 0,05 ; terima H1, tolak H0
2. Uji Seluruh Variabel (Uji G)
H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, dimana tidak ada satupun variabel bebas yang
berpengaruh terhadap variabel terikat.
H1 : βx ≠ 0, sekurang kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh
terhadap variabel terikat.
Sig > 0,05 : tolak H1 ,terima H0
Sig ≤ 0,05 : terima H1, tolak H0
3. Uji Wald
Uji ini untuk menguji signifikansi setiap variabel bebas.
H0 : βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1,2..p maka tidak ada pengaruh antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
H1: βj ≠ 0 maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Wj ≤ 𝑋𝑎,12 atau Sig. > 0,05; tolak H1, terima H0
Wj >𝑋𝑎,12 atau Sig. < 0,05; terima H1, tolak H0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
4. Efek Marginal
Efek marginal dapat melihat rata-rata perubahan dengan cara menghitung suatu
variabel bebas yang mempengaruhi sementara variabel lain dianggap konstan.
Untuk model logit, tingkat perubahan probabilitas dari keterjadian sebuah
peristiwa adalah sebagai berikut :
P = probabilitas petani melakukan alih fungsi lahan
β = koefisien dari variabel independen
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi
dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1. Definisi
Definisi merupakan definisi yang diberikan kepada variabel penelitian dengan
cara memberikan arti atau menspefikasikan kegiatan atau memberikan operasional
yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi dari variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Petani sampel dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan alih fungsi
tanaman bawang merah menjadi usahatani komoditi lain.
2. Alih komoditi adalah perubahan fungsi lahan yang semula untuk menanam
suatu usahatani menjadi usahatani lain.
3. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor internal (tingkat umur
petani, pengalaman bertani, jumlah tanggungan petani, pendapatan petani,dan
Efek Marjinal = β i. Pi . (1 - Pi)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
pendidikan petani) dan faktor eksternal (aksesibilitas wilayah, luas lahan,
produktifitas bawang merah, dan jenis tanah).
4. Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah keputusan petani untuk
melakukan alih fungsi tanam bawang merah.
5. Umur Petani adalah tingkatan umur para petani bawang merah yang menjadi
sampel pada penelitian ini, diukur dalam tahun.
6. Pengalaman Bertani adalah lamanya pengalaman bertani para petani bawang
merah yang menjadi sampel pada penelitian ini, diukur dalam tahun.
7. Jumlah Tanggungan Keluarga adalah seluruh jumlah yang masih dalam
tanggungan para petani bawang merah yang menjadi sampel pada penelitian
ini, diukur dalam jumlah (orang)
8. Pendidikan adalah lamanya pendidikan yang dijalani oleh petani baik formal
maupun non formal, diukur dalam tahun.
9. Aksesibilitas Wilayah adalah ukuran kemudahan untuk mengakses suatu
wilayah tertentu, diukur dalam Kilometer (Km).
10. Luas Lahan adalah besaran lahan yang dimiliki petani, diukur dalam Hektar
(Ha)
11. Produktifitas Bawang Merah adalah perbandingan antara jumlah pengeluaran
pada budidaya bawang merah dibagi jumlah masukan (jumlah produksi
bawang merah) dalam periode tertentu, diukur dalam Kg/Ha.
12. Jenis Tanah adalah jenis tanah tertentu yang cocok untuk budidaya bawang
merah di daerah penelitian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
3.5.2. Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten
Samosir.
2. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2020.
3. Sampel penelitian adalah petani bawang merah yang melakukan alih fungsi
tanam bawang merah menjadi usahatani lain.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH
4.1.Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1. Luas dan Letak Geografis
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Samosir, tepatnya di Desa Cinta Dame,
Kecamatan Simanindo. Desa Cinta Dame merupakan salah satu desa yang berada
di Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara dan merupakan
salah satu sentra produksi bawang merah. Secara geografis Kecamatan Simanindo
terletak diantara 20
32’- 20 45’ Lintang Utara dan 98
0 44’- 98
0 50 Bujur Timur
dengan luas wilayah 198,20 Km2. Desa Cinta Dame secara geografis terletak
diantara 2044’ Lintang Utara dan 98
045’ Bujur Timur dengan luas wilayah 14,32
Km2. Batas-batas wilayah Kecamatan Simanindo adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Pangururan dan Ronggur Nihuta
2. Sebelah Selatan : Danau Toba
3. Sebelah Barat : Kecamatan Onan Runggu, Palipi, dan Danau Toba
4. Sebelah Timur : Danau Toba
Dan batas-batas wilayah Desa Cinta Dame adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Danau Toba
2. Sebelah Selatan : Desa Maduma
3. Sebelah Barat : Desa Simanindo
4. Sebelah Timur : Desa Simarmata
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
4.1.2. Keadaan Penduduk
A. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan pada tahun 2019 adalah sebanyak 20.529 jiwa,
sedangkan Desa Cinta Dame memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.473 jiwa
yang terdiri dari 736 jiwa laki-laki dan 737 jiwa perempuan.
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Desa Cinta Dame Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2019
No. Keterangan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1
2
Laki-laki
Perempuan
843
881
48,89
51,11
Total 1724 100
Sumber: Profil Desa Cinta Dame, 2020
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas terlihat komposisi penduduk Desa Cinta Dame
terdapat jumlah penduduk perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah
penduduk laki-laki. Persentase jumlah penduduk perempuan sebesar 51,11 dan
jumlah penduduk laki-laki sebsesar 48,89.
B. Komposisi Penduduk Menurut Umur
Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Menurut Umur Tahun 2019
No. Golongan Umur (Tahun) Total Penduduk (Orang)
a. Kelompok Pendidikan
1. 0-6 209
2. 7-18 433
3. 19 keatas 200
b. Kelompok Tenaga Kerja
4. 18-56 622
5. 56 keatas 260
Sumber: Profil Desa Cinta Dame, 2020
Berdasarkan Tabel 4.2. jumlah penduduk Desa Cinta Dame berdasarkan
kelompok pendidikan terbesar pada umur 7-18 tahun yaitu sebanyak 433 orang,
dan mayoritas penduduk terbesar pada kelompok usia 18-56 tahun yaitu sebanyak
622 orang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
C. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2019
No. Keterangan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Tidak Pernah Bersekolah 47 3,42
2. Taman Kanak-Kanak 99 7
3. SD 220 15,5
4. SMP 404 28,5
5. SLTA 472 33,4
6. D1-D3 105 7,4
7. S1-S3 68 4,8
Total 1415 100
Sumber: Profil Desa Cinta Dame, 2020
Tabel 4.3. menunjukkan penduduk yang tamat SLTA memiliki persentase terbesar
yakni 33,4% dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tingkat pendidikan
lainnya. Kemudian disusul dengan penduduk yang tamat SMP yaitu 28,5%.
4.2. Pola Penggunaan Lahan Desa Cinta Dame
Tabel 4.4. Pola Penggunaan Lahan Desa Cinta Dame Tahun 2019
No. Jenis Lahan Luas Lahan (Ha)
1. Fasilitas Umum 3
2. Sawah dan Ladang 210
Total 213
Sumber: Profil Desa Cinta Dame, 2020
Tabel 4.4. menunjukkan luas wilayah Desa Cinta Dame sebesar 213 Ha paling
luas digunakan untuk sawah dan ladang 210 Ha dan yang paling sempit adalah
fasilitas umum yakni 3 Ha.
4.3. Sarana Dan Fasilitas Umum
A. Fasilitas Jalan dan Transportasi
Desa Cinta Dame terhubung dengan daerah lain melalui jalan desa yang
merupakan jalan lingkar Kabupaten Samosir. Keadaan jalandesa secara umum
cukup baik, namun ada beberapa jalan menuju dusun dan lahan pertanian yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
hanya difasilitasi batu, sehingga apabila musim hujan, jalan menjadi licin dan
susah diakses. Sarana transportasi yang paling banyak digunakan masyarakat
adalah angkot, becak motor, mobil, dan sepeda motor.
B. Fasilitas Listrik
Desa Cinta Dame secara keseluruhan telah menggunakan tenaga listrik untuk
memenuhi keperluan penerangan dan keperluan aktivitas rumah tangga lainnya.
Sumber pasokan listrik yang digunakan masyarakat Desa Cinta Dame berasal dari
PT. PLN.
C. Fasilitas Air Bersih
Masyarakat di Desa Cinta Dame kebanyakan memanfaatkan sumur pompa/sumur
bor yang dimiliki mereka untuk digunakan dalam kehidupan sehari-harinya. Ada
beberapa masyarakat pesisir yang memanfaatkan Danau Toba untuk sumber air
bersih mereka.
D. Fasilitas Komunikasi
Desa Cinta Dame sudah dicakup hampir semua provider seluler, untuk kestabilan
jaringan tergantung lokasi masyarakat, yang paling stabil hampir diseluruh Desa
Cinta Dame adalah provider Telkomsel.
E. Fasilitas Pemukiman
Rumah penduduk di Desa Cinta Dame sebagian besar sudah permanen, namun
masih terdapat bangunan setengah permanen dan non permanen. Kebanyakan
rumah penduduk masih berbentuk rumah tradisional suku Batak yakni Rumah
Bolon, baik yang sudah direnovasi lebih modern maupun yang masih sederhana
dan sangat tradisional. Tidak terlalu banyak warung-warung yang menyediakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
keperluan sehari-hari di Desa Cinta Dame, sehingga masyarakat harus pergi jauh
ke ibukota Kecamatan ataupun Kabupaten untuk berbelanja.
Tabel 4.5. Sarana-Sarana Yang Ada Di Desa Cinta Dame Tahun 2019
Kategori Jumlah (Unit)
Sarana Ibadah
Gereja 3
Sarana Pendidikan
SD 2
SMP 1
Sumber: Profil Desa Cinta Dame, 2020
F. Fasilitas Pemerintahan
Tabel 4.6. Fasilitas Pemerintahan Desa Cinta Dame Tahun 2019
Kategori Jumlah (Unit)
Kantor Kepala Desa 1
Perpustakan Desa/Kelurahan 1
Sumber: Profil Desa Cinta Dame, 2020
4.4. Karakteristik Sampel
Alih fungsi tanam bawang merah di Desa Cinta Dame ini didukung dengan
faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan petani untuk mengalih
fungsikan bawang merahnya. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor internal
(tingkat umur petani, pengalaman bertani, jumlah tanggungan petani, pendapatan
petani, dan pendidikan petani) dan faktor eksternal (aksesibilitas wilayah, luas
lahan, produktifitas bawang merah, dan jenis tanah).
A. Umur Sampel
Keadaan umur sampel didaerah penelitian dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 4.7. Komposisi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur
No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 30-40 6 20
2. 41-50 10 33
3. 51 keatas 14 47
Total 30 100
Sumber : Data primer diolah dari Lampiran 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Tabel 4.7. menunjukkan jumlah sampel paling tinggi adalah sampel kelompok
umur 51 tahun keatas sebanyak 14 orang (47 %). Jumlah sampel yang paling
rendah adalah sampel kelompok umur 30-40 tahun sebanyak 6 orang (20 %).
B. Pengalaman Bertani
Pengalaman bertani berpengaruh terhadap keputusan petani untuk
mempertahankan usahataninya atau melakukan alih fungsi tanam ke usahatani
lain. Keadaan pengalaman bertani sampel didaerah penelitian dapat dilihat dari
tabel dibawah ini :
Tabel 4.8. Komposisi Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani
No. Lama Pengalaman (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 0-15 9 30
2. 16-30 12 40
3. 31-45 9 30
Total 30 100
Sumber : Data primer diolah dari Lampiran 1
Tabel 4.8. menunjukkan tingkat pengalaman bertani sample yang paling tinggi
adalah pada kisaran 16-30 tahun sebanyak 12 orang (40%) dan yang paling rendah
adalah pada kisaran 0-15 tahun dan 31-45 tahun sebanyak 9 orang (30%).
C. Jumlah Tanggungan Petani
Kondisi jumlah tanggungan sampel didaerah penelitian dapat dilihat dari tabel
dibawah ini :
Tabel 4.9. Komposisi Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan
No. Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. ≤ 3 17 57
2. > 3 13 43
Total 30 100
Sumber : Data primer diolah dari Lampiran 1
Tabel 4.9. menunjukkan kelompok jumlah tanggungan sampel terbesar yaitu
kelompok sampel yang memiliki tanggungan ≤ 3 orang yaitu sebanyak 17 orang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
(57 %) dan yang paling rendah adalah sampel yang memiliki tanggungan > 3
yaitu sebanyak 13 orang sampel (43 %).
D. Pendidikan Sampel
Keadaan pendidikan sampel didaerah penelitian dapat dilihat dari tabel dibawah
ini:
Tabel 4.10. Komposisi Sampel Berdasarkan Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Tidak Tamat SD 3 10
2. SD 7 23
3. SMP 9 30
4. SMA 8 27
5. Diploma 1 3
6. S1 2 7
Total 30 100
Sumber: Data primer diolah dari Lampiran 1
Tabel 4.10. menunjukkan tingkat pendidikan sampel yang paling tinggi adalah
SMP sebanyak 9 orang (30%) dan yang paling rendah adalah Diploma sebanyak 1
orang (3%).
4.5. Karakteristik Sampel Menurut Aksesibilitas Wilayah
Aksesibilitas wilayah berpengaruh terhadap keputusan petani dalam berusahatani,
semakin mudah akses ke lahannya akan mempermudah proses kegiatan usahatani,
begitu pula sebaliknya semakin susah akses ke lahannya akan mempersulit proses
kegiatan usahatani.
Kondisi aksesibiltas wilayah lahan sampel didaerah penelitian dapat dilihat dari
tabel dibawah ini :
Tabel 4.11. Komposisi Sampel Berdasarkan Aksesibilitas Wilayah
No. Jarak (Km) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. ≤ 1 24 80
2. > 1 6 20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
Total 30 100
Sumber : Data primer diolah dari Lampiran 1
Tabel 4.11. menunjukkan kelompok sampel terbesar adalah yang jarak lahan ke
jalan poros ≤ 1 Km yakni sebanyak 24 orang (80%) dan kelompok sampel terkecil
adalah yang jarak lahan ke jalan poros > 1 Km yakni sebanyak 6 orang (20%).
4.6. Karakteristik Sampel Menurut Luas Lahan
Sampel di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir
memiliki luas lahan yang sangat beragam. Kondisi luas lahan sampel didaerah
penelitian dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 4.12. Komposisi Sampel Berdasarkan Luas Lahan
No. Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. ≤ 0,5 11 37
2. 0,5 – 1 11 37
3. > 1 8 26
Total 30 100
Sumber : Data primer diolah dari Lampiran 1
Tabel 4.12. menunjukkan kelompok luas lahan sampel yang paling tinggi adalah
petani yang memiliki luas lahan ≤ 0,5 Ha dan 0,5-1 Ha sebanyak 11 orang (37%),
dan paling rendah kelompok sampel > 1 Ha sebanyak 8 orang (26 %).
4.7. Karakteristik Sampel Menurut Produktifitas
Hasil produktifitas usahatani petani akan menimbulkan pemikiran yang lebih
spesifik untuk mempertahankan usahatani atau menggantinnya dengan yang lain.
Kondisi tingkat produktifitas bawang merah sample dapat dilihat dari tabel
dibawah ini :
Tabel 4.13. Komposisi Sampel Berdasarkan Produktifitas
No. Produktifitas (Kg/Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. ≤ 1.000 8 27
2. 1.000-5.000 17 50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
3. > 5.000 5 17
Total 30 100
Sumber : Data primer diolah dari Lampiran 1
Tabel 4.13. menunjukkan tingkat produktifitas sampel yang paling tinggi adalah
pada kisaran 1.000-5.000 kg/Ha yaitu sebanyak 17 orang (50 %) dan yang paling
rendah adalah kelompok sampel yang memiliki produktifitas > 5.000 kg/Ha yaitu
sebanyak 5 orang (17 %).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Perubahan Luas Lahan dan Jumlah Produksi Bawang Merah di
Kecamatan Simanindo
Hasil penelitian menunjukkan perubahan luas lahan tanaman bawang merah
dilihat dari berbagai tolak ukur seperti, berubahnya jumlah petani yang
mengusahakan bawang merahnya dan berubahnya jumlah produksi bawang
merah. Berdasarkan Tabel 1.1. terlihat perubahan luas lahan dan jumlah produksi
tanaman bawang merah dari tahun 2014-2018 di Kecamatan Simanindo.
Perubahan luas lahan tanaman bawang merah dapat diihat dari gambar dibawah
ini:
Gambar 2: Perubahan Luas Lahan Bawang Merah di Kecamatan Simanindo
Tahun 2014-2018
Berdasarkan Gambar 2, luas lahan tanaman bawang merah di Kecamatan
Simanindo mengalami penurunan luas lahan dari tahun 2015 ke tahun 2016
kemudian terjadi peningkatan di tahun 2017 terus meningkat sampai 2018.
47,61
68,8
31,1 32,17
52
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2014 2015 2016 2017 2018
Luas
Lah
an (
Ha)
Tahun
Luas Lahan Bawang Merah (Ha)
Luas Lahan Bawang Merah (Ha)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
Gambar 3: Perubahan Jumlah Produksi Bawang Merah di Kecamatan
Simanindo Tahun 2014-2018
Berdasarkan Gambar 3, jumlah produksi bawang merah di Kecamatan Simanindo
mengalami penurunan dari tahun 2015 ke tahun 2016 kemudian terjadi
peningkatan di tahun 2017 sampai 2018.
5.2.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Komoditi Bawang Merah di
Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.
5.2.1. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi keputusan petani dalam mengalihkan
komoditi bawang merah diuji dengan menggunakan regresi model logistik biner.
Analisis ini bertujuan untuk melihat peluang variabel bebas yaitu umur petani,
pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, dan pendidikan apakah
memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat yaitu keputusan petani
untuk mengalihkan komoditi bawang merah (1) dan keputusan petani untuk tidak
mengalihkan komoditi bawang merah (0). Melalui uji yang dianalisis dengan
software SPSS maka didapatkan hasil pada Tabel 5.1.
273,44
361,2
170,59
215,81
410
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
2014 2015 2016 2017 2018
Jum
lah
Pro
du
ksi (
Ton
)
Tahun
Jumlah Produksi Bawang Merah (Ton)
Jumlah Produksi Bawang Merah (Ton)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
Tabel 5.1. Faktor Internal
Variable B Wald Exp (B) Signifikansi
Constant -12,274 3,649 0,000 0,056
Umur Petani 0,363 4,343 1,438 0,037
Pengalaman Bertani -0,226 2,724 0,798 0,099
Jumlah Tanggungan Keluarga -0,083 0,095 0,921 0,758
Pendidikan 0,154 0,747 1,166 0,388
Sumber : Data primer diolah dari Lampiran 3
Nagelkerke R Square = 0,413
Chi-square = 9,342 (Sig. 0,314)
G = 10,328 (Sig. 0,035)
Adapun rumus dari metode logit ini adalah:
𝑙𝑛𝑃𝑖
1 − 𝑃𝑖= −12,274 + 0,363𝑋1 − 0,226𝑋2 − 0,083𝑋3 + 0,154𝑋4
Pi = Peluang petani mengalihkan komoditi bawang merah (Y=1)
1-Pi = Peluang petani tidak mengalihkan komoditi bawang merahnya (Y=0)
X1 = Umur Petani (Tahun)
X2 = Pengalaman Bertani(Tahun)
X3 = Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang)
X4 = Pendidikan (Tahun)
Nilai Nagalkarke R Square digunakan untuk melihat seberapa besar model
mampu menjelaskan variabel terikat. Dari hasil penelitian diperoleh nilai
Nagalkarke R Square model ini sebesar 0,413, maka dapat diartikan bahwa model
dengan variabel bebas mampu menjelaskan 41,3% variabel terikat dan 58,7%
merupakan variabel lain yang tidak dimaksudkan kedalam model.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
A. Uji Hosmer and Lemeshow
H0 : ( 1 - B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/ observasi) = 1. Artinya tidak
ada perbedaan antara distribusi obeservasi dengan distribusi frekuensi estimasi,
sehingga model dinyatakan sesuai untuk digunakan.
H1 : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi
estimasi.
Sig > 0,05 ; tolak H1, terima H0
Sig. ≤ 0,05 ; terima H1, tolak H0
Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu uji kelayakan dari model
regresi logistik biner yang digunakan. Analisis ini didasarkan pada uji Hosmer
Lemeshow Test. Hasil uji Hosmer Lemeshow Test dapat ditunjukkan pada tabel
berikut:
Tabel 5.2. Hosmer dan Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig
1 9,342 8 0,314
Sumber : Data primer diolah dari Lampiran 3
Dari hasil perhitungan pada Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa nilai Chi-square yang
diperoleh adalah sebesar 9,342 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,314. Tingkat
signifikansi yang diperoleh > 0,05, sehingga tolak H1, terima H0, dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai signifikansi distribusi observasi tidak
berpengaruh nyata terhadap distribusi frekuensi estimasi, sehingga model logit
sesuai untuk digunakan.
B. Uji Seluruh Variabel (uji G)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
H0 β1 = β2 = β3 = β4 = 0, dimana tidak ada satupun variabel bebas yang
berpengaruh terhadap variabel terikat.
H1 : βx ≠ 0, sekurang kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh
terhadap variabel terikat.
Sig > 0,05 : tolak H1, terima H0
Sig ≤ 0,05 : terima H1, tolak H0
Tabel 5.3. Uji Seluruh Variabel (Uji G)
Step Chi-square Df Sig
1 10,328 4 0,035
Sumber : Data primer diolah dari Lampiran 3
Tabel 5.3. menunjukkan nilai G yang diperoleh adalah sebesar 10,328 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,035. Tingkat signifikansi yang diperoleh < 0,05,
sehingga tolak H0, terima H1, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai signifikansi berpengaruh nyata, artinya bahwa sekurang-kurangnya terdapat
satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
C. Uji Wald
Uji ini untuk menguji signifikansi setiap variabel bebas.
H0 : βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1,2..p maka tidak ada pengaruh antara
variable bebas dengan variabel terikat.
H1: βj ≠ 0 maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Wj ≤ 𝑥𝑎,12 atau Sig. > 0,05; tolak H1, terima H0
Wj >𝑥𝑎,12 atau Sig. < 0,05; terima H1, tolak H0
Pada hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 5.1., dapat dilihat nilai Wald
dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
1. Pengaruh Umur Terhadap Keputusan Alih Komoditi
Nilai Wald antara variabel umur terhadap keputusan alih komoditi yaitu sebesar
4,343 lebih besar dari nilai Chi Square (3,841) dan dari tingkat signifikansi yang
diperoleh yakni 0,037 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel umur
berpengaruh nyata terhadap keputusan petani dalam mengalih fungsikan bawang
merahnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Soetrisno (2002) yang
menyatakan kondisi rendahnya mutu sumber daya manusia dilihat dari umur para
petani. Umur rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh
terhadap produktivitas pertanian Indonesia. Petani yang berusia tua biasanya
cenderung sangat konservatif dalam menyikapi perubahan atau inovasi teknologi.
2. Pengaruh Pengalaman Bertani Terhadap Keputusan Alih Komoditi
Nilai Wald antara variabel pengalaman bertani terhadap keputusan yaitu sebesar
3,649 lebih kecil dari nilai Chi Square (3,841) dan dari tingkat signifikansi yang
diperoleh yakni 0,099 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman
bertani tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan petani. Hal tersebut tidak
sesuai dengan teori dari Slamet (1995) bahwa keputusan petani dalam
menjalankan kegiatan usahatani lebih banyak mempergunakan pengalaman, baik
yang berasal dari dirinya maupun pengalaman petani lain.
3. Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Keputusan Alih Komoditi
Nilai Wald antara variabel tanggungan petani terhadap keputusan yaitu sebesar
0,094 lebih kecil dari nilai Chi Square (3,841) dan dari tingkat signifikansi yakni
0,758 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah tanggungan tidak
berpengaruh nyata terhadap keputusan petani. Hal tersebut tidak sesuai dengan
teori Soekartawi (1999) yang menyatakan semakin banyak anggota keluarga akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi.
Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam
berusahatani.
Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Harini dan Pewista (2013) yang
menyatakan semakin banyaknya tanggungan keluarga tentunya pengeluaran
keluarga juga semakin besar. Untuk mendapatkan penghasilan rumah tangga yang
besar tentunya akan dilakukan berbagai upaya, tidak sedikit orang yang memiliki
lahan pertanian akan mengkonversikan lahan pertaniannya untuk menghasilkan
tambahan agar dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
4.Pengaruh Pendidikan Terhadap Keputusan Alih Komoditi
Nilai Wald antara variabel tingkat pendidikan terhadap keputusan yaitu sebesar
0,747 lebih kecil dari nilai Chi Square (3,841) dan dari tingkat signifikansi yakni
0,388 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pendidikan tidak
berpengaruh nyata terhadap keputusan petani. Tinggi atau rendahnya pendidikan
tersebut tidak berpengaruh terhadap keputusan petani hal ini tidak sesuai dengan
teori yang diutarakan Muhibbin (2002) bahwa tingkat pendidikan individu
merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam suatu pengambilan keputusan.
Hal ini disebabkan dalam pendidikan formal petani tidak belajar tentang
bagaimana mengelola usahatani. Petani mendapatkan pelajaran mengenai
pengelolaan usahatani melalui pengamatan, dan pengalaman dari petani tersebut
selama berusahatani.
Dari hasil uji regresi logistik faktor internal kita bisa menarik kesimpulan bahwa
variabel pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga dan pendidikan tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk mengalihkan komoditi
bawang merah. Faktor-faktor tersebut menjadi tidak berpengaruh disebabkan
karena tidak adanya perbedaan yang signifikan dari petani yang menjadi sampel
penelitian, sehingga tidak sesuai dengan hipotesis variabel yang menyatakan
bahwa pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga dan pendidikan
mempengaruhi keputusan petani dalam mengalihkan komoditi bawang merah.
Sedangkan variabel umur petani berpengaruh nyata terhadap keputusan petani
untuk mengalihkan komoditi bawang merah.
D. Efek Marjinal
Hasil uji regresi logistik dari 4 faktor internal yaitu terdapat satu variabel yang
signifikan yaitu variabel umur petani dengan penjelasan sebagai berikut:
Diketahui :
β1 = 0,363
Odds ratio X1 (eYi ) = 1,438
Probabilitas =𝑒𝑌𝑖
1+ 𝑒𝑌𝑖
= 1,438
1+1,438
= 1,438
2,438
= 0,589 = 58,9 %
Efek Marjinal = βi. Pi. (1 - Pi)
= 0,363 . 0,589 . 0,411
= 0,087
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
Variabel umur petani secara signifikan berpengaruh nyata terhadap probabilitas
keputusan petani mengalihkan komoditi bawang merah. Koefisien variabel
sebesar 0,363, ini berarti jika variabel lain konstan dan proporsi umur petani
meningkat 1 tahun dari total umur petani maka rata-rata estimasi naik sebesar
0,363. Nilai Odds Ratio sebesar 1,438 artinya petani yang lebih tua berpeluang
untuk mengalihkan komoditinya sebanyak 1,438 kali lipat dibandingkan petani
yang lebih muda.
Nilai efek marginal dari variable umur petani adalah sebesar 0,087 yaitu setiap
peningkatan 1 tahun umur petani, maka akan menaikkan probabilitas pengambilan
keputusan petani untuk mengalihkan komoditi bawang merahnya sebesar 8,7 %.
Artinya semakin tua umur petani, maka peluang petani untuk mengalihkan
komoditi bawang merah semakin besar.
Hasil uji regresi logistik dari empat faktor internal terdapat tiga variabel yang
tidak signifikan yaitu pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga dan
pendidikan dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Pengalaman Bertani
Β2 = -0,226
Odds ratio X2 (eYi ) = 0,798
Probabilitas =𝑒𝑌𝑖
1+ 𝑒𝑌𝑖
= 0,798
1+0,798
= 0,798
1,798
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
= 0,443 = 44,3 %
Efek Marjinal = βi. Pi. (1 - Pi)
= -0,226 . 0,443 . 0,557
= -0,055
Variabel pengalaman bertani secara signifikan tidak berpengaruh nyata terhadap
probabilitas keputusan petani untuk mengalihkan bawang merah. Koefisien
variabel sebesar -0,226, ini berarti jika variabel lain konstan dan proporsi
pengalaman bertani meningkat 1 tahun dari total pengalaman bertani maka rata-
rata estimasi menurun sebesar 0,226. Nilai Odds Ratio sebesar 0,798 artinya
petani yang memiliki pengalaman bertani lebih kecil berpeluang mengalihkan
komoditinya sebanyak 0,798 kali lipat dibandingkan petani yang memiliki
pengalaman bertani lebih lama.
Nilai efek marginal dari variabel pengalaman bertani adalah sebesar -0,055 yaitu
setiap peningkatan 1 tahun pengalaman bertani, maka akan menurunkan
probabilitas pengambilan keputusan petani untuk mengalih fungsikan bawang
merahnya sebesar 5,5 %. Artinya semakin lama pengalaman bertani, maka
peluang petani untuk mengalihkan komoditi bawang merah semakin kecil.
2. Jumlah Tanggungan Keluarga
Β3 = -0,083
Odds ratio X3 (eYi ) = 0,921
Probabilitas =𝑒𝑌𝑖
1+ 𝑒𝑌𝑖
= 0,921
1+0,921
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
= 0,921
1,921
= 0,479= 47,9 %
Efek Marjinal = βi. Pi. (1 - Pi)
= -0,083 . 0,479 . 0,521
= -0,020
Variabel jumlah tanggungan secara signifikan tidak berpengaruh nyata terhadap
probabilitas keputusan petani untuk mengalihkan bawang merah. Koefisien
variabel sebesar -0,083, ini berarti jika variabel lain konstan dan proporsi jumlah
tanggungan meningkat 1 satuan dari total jumlah tanggungan maka rata-rata
estimasi menurun sebesar 0,083. Nilai Odds Ratio sebesar 0,921 artinya petani
yang memiliki jumlah tanggungan sedikit berpeluang mengalihkan komoditinya
sebanyak 0,921 kali lipat dibandingkan petani yang memiliki jumlah tanggungan
lebih banyak.
Nilai efek marginal dari variabel jumlah tanggungan adalah sebesar -0,020 yaitu
setiap peningkatan 1 orang tanggungan, maka akan menurunkan probabilitas
pengambilan keputusan petani untuk mengalih fungsikan bawang merahnya
sebesar 2 %. Artinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka peluang
petani untuk mengalihkan komoditi bawang merah semakin kecil.
3. Pendidikan Petani
Β3 = 0,154
Odds ratio X3 (eYi ) = 1,166
Probabilitas =𝑒𝑌𝑖
1+ 𝑒𝑌𝑖
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
= 1,166
1+1,166
= 1,166
2,166
= 0,538 = 53,8 %
Efek Marjinal = βi. Pi. (1 - Pi)
= 0,154 . 0,538 . 0,462
= 0,038
Variabel pendidikan petani secara signifikan tidak berpengaruh nyata terhadap
probabilitas keputusan petani untuk mengalihkan bawang merah. Koefisien
variabel sebesar 0,154, ini berarti jika variabel lain konstan dan proporsi
pendidikan petani meningkat 1 satuan dari total pendidikan petani maka rata-rata
estimasi naik sebesar 0,154. Nilai Odds Ratio sebesar 1,166 artinya petani yang
memiliki pendidikan tinggi berpeluang mengalihkan komoditinya sebanyak 1,166
kali lipat dibandingkan petani yang memiliki pendidikan rendah.
Nilai efek marginal dari variabel pendidikan petani adalah sebesar 0,038 yaitu
setiap peningkatan 1 satuan pendidikan petani, maka akan menaikkan probabilitas
pengambilan keputusan petani untuk mengalih fungsikan bawang merahnya
sebesar 3,8 %. Artinya semakin tinggi pendidikan petani, maka peluang petani
untuk mengalihkan komoditi bawang merah semakin besar.
5.2.2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan petani dalam mengalihkan
komoditi bawang merah dengan menggunakan regresi model logistik biner.
Analisis ini bertujuan untuk melihat peluang variabel bebas yaitu aksesibilitas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
wilayah, luas lahan, produktifitas bawang merah dan jenis tanah apakah memiliki
pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat yaitu keputusan petani untuk
mengalihkan komoditi bawang merah (1) dan keputusan petani untuk tidak
mengalihkan bawang meraha (0). Melalui uji yang dianalisis dengan software
SPSS maka didapatkan hasil pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Faktor Eksternal
Variable B Wald Exp (B) Signifikansi
Constant 0,037 0,000 1,037 0,985
Aksesibilitas Wilayah 0,378 0,317 1,459 0,574
Luas Lahan -3,312 2,143 0,036 0,143
Produktifitas Bawang Merah 0,000 0,552 1,000 0,457
Jenis Tanah 23,483 0,000 1,579 0,998
Sumber : Data primer diolah dari Lampiran 4
Nagelkerke R Square = 0,793
Chi-square = 0,975 (Sig. 0,998)
G = 24,601 (Sig. 0,000)
Adapun rumus dari metode logit ini adalah:
𝑙𝑛𝑃𝑖
1 − 𝑃𝑖= 0,037 + 0,378𝑋1 − 3,312𝑋2 + 0,000𝑋3 + 23,483𝑋4
Pi = Peluang petani mengalihkan komoditi bawang merah (Y=1)
1-Pi = Peluang petani tidak mengalihkan komoditi bawang merahnya (Y=0)
X1 = Aksesibilitas Wilayah (Km)
X2 = Luas Lahan (Ha)
X3 = Produktifitas Bawang Merah (Kg/Ha)
X4 = Jenis Tanah (Dummy)
Nilai Nagalkarke R Square digunakan untuk melihat seberapa besar model
mampu menjelaskan variabel terikat. Dari hasil penelitian diperoleh nilai
Nagalkarke R Square model ini sebesar 0,793, maka dapat diartikan bahwa model
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
dengan variabel bebas mampu menjelaskan 79,3% variabel terikat dan 20,7%
merupakan variabel lain yang tidak dimaksukkan kedalam model.
A. Uji Hosmer and Lemeshow
H0 : ( 1 - B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/ observasi) = 1. Artinya tidak
ada perbedaan antara distribusi obeservasi dengan distribusi frekuensi estimasi,
sehingga model dinyatakan sesuai untuk digunakan.
H1 : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi
estimasi.
Sig > 0,05 ; tolak H1, terima H0
Sig. ≤ 0,05 ; terima H1, tolak H0
Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu uji kelayakan dari model
regresi logistik biner yang digunakan. Analisis ini didasarkan pada uji Hosmer
Lemeshow Test. Hasil uji Hosmer Lemeshow Test dapat ditunjukkan pada tabel
berikut:
Tabel 5.5. Hosmer dan Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig
1 0,975 8 0,998
Sumber : Data primer diolah dari Lampiran 4
Dari hasil perhitungan pada Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa nilai Chi-square yang
diperoleh adalah sebesar 0,975 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,998. Tingkat
signifikansi yang diperoleh > 0,05, sehingga tolak H1, terima H0, dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai signifikansi distribusi observasi tidak
berpengaruh nyata terhadap distribusi frekuensi estimasi, sehingga model logit
sesuai untuk digunakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
B. Uji Seluruh Variabel (uji G)
H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, dimana tidak ada satupun variabel bebas yang
berpengaruh terhadap variabel terikat.
H1 : βx ≠ 0, sekurang kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh
terhadap variabel terikat.
Sig > 0,05 : tolak H1, terima H0
Sig ≤ 0,05 : terima H1, tolak H0
Tabel 5.6. Uji Seluruh Variabel (Uji G)
Step Chi-square Df Sig
1 24,601 4 0,000
Sumber : Data primer diolah dari Lampiran 4
Tabel 5.6. menunjukkan nilai G yang diperoleh adalah sebesar 24,601 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000. Tingkat signifikansi yang diperoleh < 0,05,
sehingga tolak H0, terima H1, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai signifikansi berpengaruh nyata, artinya bahwa sekurang-kurangnya terdapat
satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
C. Uji Wald
Uji ini untuk menguji signifikansi setiap variabel bebas.
H0 : βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1,2..p maka tidak ada pengaruh antara
variable bebas dengan variabel terikat.
H1: βj ≠ 0 maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Wj ≤ 𝑥𝑎,12 atau Sig. > 0,05; tolak H1, terima H0
Wj >𝑥𝑎,12 atau Sig. < 0,05; terima H1, tolak H0
Pada hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 5.4., dapat dilihat nilai Wald
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu sebagai berikut:
1. Pengaruh Aksesibilitas Wilayah Terhadap Keputusan Alih Komoditi
Nilai Wald antara variabel aksesibilitas wilayah terhadap keputusan alih komoditi
bawang merah yaitu sebesar 0,317 lebih kecil dari nilai Chi Square (3,841) dan
dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,574 > 0,05, dapat disimpulkan
bahwa variabel aksesibilitas wilayah tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan
petani dalam mengalihkan komoditi bawang merahnya.
2. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Keputusan Alih Komoditi
Nilai Wald antara variabel luas lahan terhadap keputusan yaitu sebesar 2,143 lebih
kecil dari nilai Chi Square (3,841) dan dari tingkat signifikansi yang diperoleh
yakni 0,143 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan tidak
berpengaruh nyata terhadap keputusan petani.
3. Pengaruh Produktifitas Bawang Merah Terhadap Keputusan Alih Komoditi
Nilai Wald antara variabel produktifitas bawang merah terhadap keputusan yaitu
sebesar 0,552 lebih kecil dari nilai Chi Square (3,841) dan dari tingkat signifikansi
yakni 0,457 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel produktifitas bawang
merah tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan petani.
4.Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Keputusan Alih Komoditi
Nilai Wald antara variabel jenis tanah terhadap keputusan yaitu sebesar 0,000
lebih kecil dari nilai Chi Square (3,841) dan dari tingkat signifikansi yakni 0,998
> 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel jenis tanah tidak berpengaruh nyata
terhadap keputusan petani.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
Dari hasil uji regresi logistik faktor eksternal kita bisa menarik kesimpulan bahwa
variabel aksesibilitas wilayah, luas lahan, produktifitas bawang merah, dan jenis
tanah tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk mengalihkan
bawang merah. Faktor-faktor tersebut menjadi tidak berpengaruh disebabkan
karena tidak adanya perbedaan yang signifikan dari petani yang menjadi sampel
penelitian, sehingga tidak sesuai dengan hipotesis variabel yang menyatakan
bahwa aksesibilitas wilayah, luas lahan, produktifitas bawang merah dan jenis
tanah mempengaruhi keputusan petani dalam mengalihkan komoditi bawang
merah.
D. Efek Marjinal
Hasil uji regresi logistik dari empat faktor eksternal, semua variabel tidak
signifikan yaitu aksesibilitas wilayah, luas lahan, produktifitas bawang merah, dan
jenis tanah dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Aksesibilitas Wilayah
Β1 = 0,378
Odds ratio X2 (eYi ) = 1,459
Probabilitas =𝑒𝑌𝑖
1+ 𝑒𝑌𝑖
= 1,459
1+1,459
= 1,459
2,459
= 0,593 = 59,3 %
Efek Marjinal = βi. Pi. (1 - Pi)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
= 0,378 . 0,593 . 0,407
= 0,091
Variabel aksesibilitas wilayah secara signifikan tidak berpengaruh nyata terhadap
probabilitas keputusan petani untuk mengalihkan komoditi bawang merah.
Koefisien variabel sebesar 0,378, ini berarti jika variabel lain konstan dan proporsi
aksesibilitas wilayah meningkat 1 satuan dari total aksesibilitas wilayah maka
rata-rata estimasi naik sebesar 0,378. Nilai Odds Ratio sebesar 1,459 artinya
petani yang memiliki aksesibilitas wilayah lebih jauh, berpeluang mengalihkan
komoditinya sebanyak 1,459 kali lipat dibandingkan petani yang memiliki
aksesibilitas wilayah dekat.
Nilai efek marginal dari variabel pengalaman bertani adalah sebesar 0,091 yaitu
setiap peningkatan 1 satuan aksesibilitas wilayah, maka akan menaikkan
probabilitas pengambilan keputusan petani untuk mengalihkan komoditi bawang
merah sebesar 9,1 %. Artinya semakin jauh aksesibilitas wilayah, maka peluang
untuk mengalihkan komoditi bawang merah semakin besar.
2. Luas Lahan
Β2 = -3,312
Odds ratio X3 (eYi ) = 0,036
Probabilitas =𝑒𝑌𝑖
1+ 𝑒𝑌𝑖
= 0,036
1+0,036
= 0,036
1,036
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
= 0,034 = 3,4 %
Efek Marjinal = βi. Pi. (1 - Pi)
= -3,312 . 0,034 . 0,966
= -0,108
Variabel luas lahan secara signifikan tidak berpengaruh nyata terhadap
probabilitas keputusan petani untuk mengalihkan komoditi bawang merah.
Koefisien variabel sebesar –3,312, ini berarti jika variabel lain konstan dan
proporsi luas laahn meningkat 1 satuan dari total jumlah luas lahan maka rata-rata
estimasi menurun sebesar 3,312. Nilai Odds Ratio sebesar 0,036 artinya petani
yang memiliki luas lahan sempit berpeluang mengalihkan komoditinya sebanyak
0,036 kali lipat dibandingkan petani yang memiliki lahan yang luas.
Nilai efek marginal dari variabel luas lahan adalah sebesar -0,108 yaitu setiap
peningkatan 1 satuan luas lahan, maka akan menurunkan probabilitas
pengambilan keputusan petani untuk mengalihkan komoditi bawang merah
sebesar 10,8 %. Artinya semakin luas lahan petani, maka peluang petani untuk
mengalihkan komoditi bawang merah semakin kecil.
3. Produktifitas Bawang Merah
Β3 = 0,000
Odds ratio X3 (eYi ) = 1,000
Probabilitas =𝑒𝑌𝑖
1+ 𝑒𝑌𝑖
= 1,000
1+1,000
= 1,000
2,000
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
= 0,5 = 50%
Efek Marjinal = βi. Pi. (1 - Pi)
= 0,000 . 0,5 . 0,5
= 0,000
Variabel produktifitas bawang merah secara signifikan tidak berpengaruh nyata
terhadap probabilitas keputusan petani untuk mengalihkan komoditi bawang
merah. Koefisien variabel sebesar 0 , ini berarti jika variabel lain konstan dan
produktifitas bawang merah meningkat 1 satuan dari total produktifitas bawang
merah maka rata-rata estimasi tidak mengalami kenaikan maupun penurunan.
Nilai Odds Ratio sebesar 1,000 artinya produktifitas bawang merah setiap petani
tidak mempengaruhi peluang petani dalam mengalihkan komoditinya.
Nilai efek marginal dari variabel produktifitas bawang merah adalah sebesar 0
yaitu setiap peningkatan 1 satuan produktifitas bawang merah, maka tidak akan
menaikkan atau menurunkan probabilitas pengambilan keputusan petani untuk
mengalihkan komoditi bawang merah. Artinya produktifitas bawang merah tidak
berpengaruh terhadap peluang petani untuk mengalihkan komoditi bawang merah.
4. Jenis Tanah
Β4 = 23,483
Odds ratio X2 (eYi ) = 1,579
Probabilitas = 𝑒𝑌𝑖
1+ 𝑒𝑌𝑖
= 1,579
1+1,579
= 1,579
2,579
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
= 0,612 = 61,2 %
Efek Marjinal = βi. Pi. (1 - Pi)
= 23,483 . 0,612 . 0,388
= 5,576
Variabel jenis tanah secara signifikan tidak berpengaruh nyata terhadap
probabilitas keputusan petani untuk mengalihkan komoditi bawang merah.
Koefisien variable sebesar 23,483. Nilai Odds Ratio sebesar 1,579 artinya petani
dengan jenis tanah berpasir berpeluang mengalihkan komoditinya sebanyak 1,579
kali dibandingkan petani dengan jenis tanah liat.
Nilai efek marginal dari variabel jenis tanah sebesar 5,576 yaitu nilai tanah
berpasir akan lebih tinggi sebesar 5,576 dibandingkan dengan jika tanah liat.
Artinya semakin berpasir tanah dilahan petani, maka peluang petani untuk
mengalihkan komoditi bawang merah semakin kecil.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Faktor internal dan faktor eksternal secara simultan berpengaruh nyata
terhadap keputusan petani untuk melakukan alih komoditi bawang merah di
Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.
2. Umur petani secara parsial berpengaruh nyata terhadap keputusan petani
untuk melakukan alih fungsi tanam bawang merah di Desa Cinta Dame,
Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.
3. Petani yang memiliki umur lebih tua berpeluang lebih besar untuk
mengalihkan komoditinya dibandingkan petani yang lebih muda.
3.2. Saran
1. Untuk Petani
Agar tetap mempertahankan usahatani bawang merah dengan memperluas
lahan bawang merah, khususnya bagi petani-petani muda.
2. Untuk Pemerintah
Agar memberikan pelatihan untuk petani-petani muda dalam berusahatani
bawang merah dengan menggunakan teknologi yang mendukung.
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
Agar melakukan penelitian mengenai studi kelayakan dan efisiensi budidaya
bawang merah di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten
Samosir.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1998. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius : Yogyakarta.
Addhitama, F.A. 2009. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Produksi
Padi Di Kabupaten Asahan. Universitas Sumatera Utara Press : Medan.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Simanindo Dalam Angka 2015. BPS :
Samosir.
. 2016. Kecamatan Simanindo Dalam Angka 2016.
BPS : Samosir.
. 2017. Kecamatan Simanindo Dalam Angka 2017.
BPS : Samosir.
. 2018. Kecamatan Simanindo Dalam Angka 2018.
BPS : Samosir.
. 2019. Kecamatan Simanindo Dalam Angka 2019.
BPS : Samosir.
Dewi, N.P.M. 2008. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap Produksi
Tanaman Pangan Di Kabupaten Badung. Buletin Studi Ekonomi :
Denpasar.
Goenawan, C.M. 2014. Analisis Konversi Lahan Karet Menjadi Lahan Kelapa
Sawit (Studi Kasus : Desa Kampong Dalam, Kecamatan Bilah Hulu,
Kabupaten Labuhan Batu). Universitas Sumatera Utara Press : Medan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gujarati, D. 2003. Ekonometri Dasar. Terjemahan : Sumarno Zain. Erlangga :
Jakarta.
. 2006. Ekonometrika Dasar. Erlangga : Jakarta.
Hansen dan Mowen.( 2001). Akuntansi Manajemen Biaya Jilid 2. Salemba Empat
: Jakarta.
Hasyim, Hasman. 2006. Analisis Hubungan Karakteristik Petani Kopi Terhadap
Pendapatan (Studi Kasus: Desa Dolok Seribu Kecamatan Paguran
Kabupaten Tapanuli Utara). Jurnal Komunikasi Penelitian. Lembaga
Penelitian : Medan.
Irawan, R. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan
Persawahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Di Kecamatan
Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara Press
: Medan.
Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi Dan Bisnis Edisi Kedua. Institut
Pertanian Bogor Press : Bogor.
Kementerian Pertanian. 2015. Modul Pemberdayaan dalam Upaya Khusus
Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2015. Kerjasama
Kementerian Pertanian RI dengan Perguruan Tinggi. Jakarta.
. 2015. Modul Pendampingan Mahasiswa dalam Upaya Khusus Peningkatan
Produksi Padi, Jagung dan Kedelai. Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian 2015.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kurniasari, M. dan Putu Gde Ariastita. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Alih Fungsi Lahan Pertanian Sebagai Upaya Prediksi Perkembangan
Lahan Pertanian Di Kabupaten Lamongan. Institut Tekonologi Sepuluh
Nopember Press : Surabaya.
Kusumastuti, A.C. 2017. Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan
Pertanian Pangan Di Kabupaten Pandeglang. Institut Pertanian Bogor
Press : Bogor.
Lestari, T. 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani.
Institut Pertanian Bogor Press : Bogor.
Lubis, N, L. 2000. Adopsi Teknologi dan Faktor Yang Mempengaruhinya.
Universitas Sumatera Utara Press : Medan.
Matondang, T. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi
Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan Ke Komoditi Perkebunan (Studi
Kasus : Daerah Irigasi Namu Sira-Sira, Kabupaten Langkat). Universitas
Sumatera Utara Press : Medan.
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi Ke-Tiga.LP3S : Jakarta.
Mulyadi. (2001). Akuntansi Manajemen (Konsep, Manfaat dan Rekayasa).
Salemba Empat : Yogyakarta.
Nachrowi, D. dan Hardius Usman. 2002. Pendekatan Populer Dan Praktis
Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi Dan Keuangan. Universitas
Indonesia Press : Jakarta.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nasution, A. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi
Lahan Padi Sawah Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani.
Universitas Sumatera Utara Press : Medan.
Padmowiharjo. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya : Jakarta.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Cinta Dame, 2019. Laporan Kegiatan
Bulanan Pendamping Klaster 2019. PPL : Samosir.
Rochaety, dkk. 2005. Sistem informasi manajemen pendidikan. Bumi Aksara :
Jakarta.
Rukmana, R. 1995. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen.
Kanisius : Jakarta.
Ruswandi, A. 2015. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Kesejahteraan
Petani Dan Perkembangan Wilayah : Studi Kasus Di Daerah Bandung
Utara. Institut Pertanian Bogor Press : Bogor.
Sari, I.M. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah
Menjadi Tambak Di Desa Beurawang, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten
Bireuen. Universitas Almuslim Press : Aceh.
Slamet. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi. Rienika Cipta :
Jakarta.
Soeharjo dan Potang. 1994. Ekonomi Pertanian Indonesia. Angkasa : Bandung.
Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani
Kecil. Universitas Indonesia Press : Jakarta.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
. 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada :
Jakarta.
. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia : Jakarta.
. 2006. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia : Jakarta.
Suharyadi Dan Purwanto S.K. 2003. Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan
Modern, Jilid 1. Salemba Empat : Jakarta.
Wahyudi, S. 2017. Statistika Ekonomi Konsep, Teori, dan Penerapan. Universitas
Brawijaya Press : Malang.
Wibowo, S. 2009. Budidaya Bawang Merah. Penebar Swadaya : Jakarta.
Winardi, 1998. Pengantar Ilmu Ekonomi. Tarsito : Bandung.
Wiraatmadja,S. 1985. Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian. CV Yasaguna :
Jakarta.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1. Data Faktor Internal Petani
Nomor
Sampel
Umur
Petani
(Tahun)
Pengalaman
Bertani
(Tahun)
Jumlah
Tanggungan
(Tahun)
Pendidikan
Petani
(Tahun)
Keputusan
Petani
1 41 15 6 6 0
2 57 20 5 9 1
3 52 32 6 9 1
4 37 12 3 13 0
5 50 26 6 6 1
6 56 30 5 12 1
7 42 15 3 6 1
8 31 5 1 12 1
9 45 16 3 9 0
10 36 10 5 12 0
11 60 40 0 6 0
12 52 40 5 9 0
13 53 25 4 12 1
14 45 20 3 6 0
15 41 20 5 12 0
16 65 40 0 0 1
17 60 40 0 6 1
18 57 33 3 12 1
19 39 10 6 12 1
20 51 7 4 16 1
21 45 21 3 9 1
22 33 10 4 9 0
23 65 35 3 0 1
24 47 20 2 6 1
25 66 40 2 9 1
26 46 4 5 12 1
27 70 45 3 0 1
28 58 25 3 9 1
29 40 20 3 9 1
30 41 17 3 16 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2. Data Faktor Eksternal Petani
Nomor
Sampel
Aksesibilitas
Wilayah
Luas
Lahan
Produktifitas
Bawang Merah
Jenis
Tanah
Keputusan
Petani
1 1 0.4 1250 0 0
2 0.2 0.4 2500 1 1
3 2 0.44 4375 0 1
4 3 0.84 5833 0 0
5 0.1 0.48 3750 1 1
6 0.05 1 3750 1 1
7 0.15 0.2 6000 1 1
8 0.1 0.16 5000 1 1
9 0.5 1 4350 0 0
10 0.2 1 3500 0 0
11 2 1 5000 0 0
12 2 2 4166 0 0
13 0.1 1.5 1152 1 1
14 1 0.8 0 0 0
15 0.03 0.08 6250 0 0
16 0.15 0.16 428.57 1 1
17 0.4 0.2 6000 1 1
18 0.05 0.68 160 1 1
19 2 0.015 3750 0 1
20 0.15 0.88 3750 1 1
21 1 0.74 10000 0 1
22 5 1.2 1000 0 0
23 0.15 1 2000 1 1
24 1 0.6 750 1 1
25 1 0.6 750 0 1
26 0.15 0.6 2875 1 1
27 0.05 0.84 500 1 1
28 0.15 0.64 120 1 1
29 0.5 0.48 3750 1 1
30 0.1 0.8 2500 1 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3. Hasil Uji Faktor Internal Petani
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 30 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 30 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 30 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Alih Komoditi 0
Alih Komoditi 1
Block 0 : Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Keputusan Petani
Percentage
Correct
Tidak
Alih
Komoditi
Alih
Komoditi
Step 0 Keputusan
Petani
Tidak Alih
Komoditi
0 9 .0
Alih Komoditi 0 21 100.0
Overall Percentage 70.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .847 .398 4.523 1 .033 2.333
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables X1 4.453 1 .035
X2 .711 1 .399
X3 .417 1 .518
X4 .076 1 .783
Overall Statistics 8.022 4 .091
Block 1 : Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 10.328 4 .035
Block 10.328 4 .035
Model 10.328 4 .035
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 26.324a
.291 .413
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates
changed by less than .001
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 9.342 8 .314
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Keputusan Petani =
Tidak Alih Komoditi
Keputusan Petani = Alih
Komoditi
Total Observed Expected Observed Expected
Step
1 1 2 2.380 1 .620 3
2 2 1.792 1 1.208 3
3 3 1.396 0 1.604 3
4 0 1.255 3 1.745 3
5 0 .928 3 2.072 3
6 1 .653 2 2.347 3
7 1 .330 2 2.670 3
8 0 .177 3 2.823 3
9 0 .073 3 2.927 3
10 0 .016 3 2.984 3
Classification Tablea
Observed
Predicted
Keputusan Petani
Percentage Correct
Tidak
Alih
Komoditi
Alih
Komoditi
Step
1
Keputusan
Petani
Tidak Alih
Komoditi 5 4 44.6
Alih
Komoditi 2 19 90.5
Overall Percentage 80.0
a. The cut is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
X1 .363 .174 4.343 1 .037 1.438 1.022 2.024
X2 -.226 .137 2.724 1 .099 .798 .610 1.043
X3 -.083 .269 .095 1 .758 .921 .544 1.559
X4 .154 .178 .747 1 .388 1.166 .823 1.653
Constant -12.274 6.425 3.649 1 .056 0.000
a. Variable(s) entered on step 1: X1,X2,X3,X4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Correlation Matrix
Constant X1 X2 X3 X4
Step 1 Constant 1.000 -.924 .733 -.229 -.637
X1 -.924 1.000 -.921 .098 .396
X2 .733 -.921 1.000 -.052 -.188
X3 -.229 .098 -.052 1.000 -.070
X4 -.637 .396 -.188 -.070 1.000
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4. Hasil Uji Faktor Eksternal Petani
Case Processing Summary
UnweightedCasesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 30 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 30 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 30 100.0
b. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Alih Komoditi 0
Alih Komoditi 1
Block 0 : Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Keputusan Petani
Percentage
Correct
Tidak
Alih
Komoditi
Alih
Komoditi
Step 0 Keputusan
Petani
Tidak Alih
Komoditi
0 9 .0
Alih Komoditi 0 21 100.0
Overall Percentage 70.0
c. Constant is included in the model.
d. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .847 .398 4.523 1 .033 2.333
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables X1 7.279 1 .007
X2 3.861 1 .049
X3 .229 1 .632
X4 16.813 1 .000
Overall Statistics 18.533 4 .001
Block 1 : Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 24.601 4 .000
Block 24.601 4 .000
Model 24.601 4 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 12.051a
.560 .793
b. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations
has been reached. Final solution cannot be found
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 .975 8 .998
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Keputusan Petani =
Tidak Alih Komoditi
Keputusan Petani = Alih
Komoditi
Total Observed Expected Observed Expected
Step
1 1 3 2.828 0 .172 3
2 3 2.599 0 .401 3
3 2 2.098 1 .902 3
4 1 1.283 2 1.717 3
5 0 .191 3 2.809 3
6 0 .000 3 3.000 3
7 0 .000 3 3.000 3
8 0 .000 3 3.000 3
9 0 .000 3 3.000 3
10 0 .000 3 3.000 3
Classification Tablea
Observed
Predicted
Keputusan Petani
Percentage Correct
Tidak
Alih
Komoditi
Alih
Komoditi
Step
1
Keputusan
Petani
Tidak Alih
Komoditi 8 1 88.9
Alih Komoditi 2 19 90.5
Overall Percentage 90.0
b. The cut is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step
1a
X1 .378 .671 317 1 .574 1.459 .392 5.433
X2 -3.312 2.262 2.143 1 .143 .036 .000 3.071
X3 .000 0.000 .552 1 .457 1.000 1.000 1.001
X4 23.483 8844.605 .000 1 .998 1.579 .000
Constant .037 1.918 .000 1 .985 1.037
b. Variable(s) entered on step 1: X1,X2,X3,X4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Correlation Matrix
Constant X1 X2 X3 X4
Step 1 Constant 1.000 -.346 -.426 -.627 .000
X1 -.346 1.000 -.451 .192 .000
X2 -.426 -.451 1.000 -.075 .000
X3 -.627 .192 -.075 1.000 .000
X4 .000 .000 .000 .070 1.000
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5. Kuesioner
KUESIONER
PENELITIAN SKRIPSI TENTANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI ALIH KOMODITI BAWANG MERAH
(Kasus :Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)
1. IDENTITAS RESPONDEN
a. Nama : Bapak/Ibu .......................................................
b. Alamat : ........................................................................
c. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
d. Umur : ………….Tahun
2. KARAKTERISTIK RESPONDEN
e. Tingkat Pendidikan : ( ) Tidak Tamat SD
( ) SD
( ) SMP
( ) SMA
( ) Diploma
( ) S1
( ) S2
f. Pekerjaan Pokok : ........................................................................
Pekerjaan Sampingan: ...................................................................
g. Pengalaman Bertani : …………..Tahun
NO. RESPONDEN :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
h. Jumlah Tanggungan : ..................................................................
No Nama
Hubungan
Keluarga
Umur
(Tahun)
Jenis
Kelamin
(L/P)
Pendidikan
(Sekolah/Tidak
Sekolah) Pekerjaan
1
2
3
4
5
6
i. Luas Lahan : ........................................................................
j. Kepemilikan Lahan: Milik Sendiri / Sewa / Bagi Hasil / Lembaga
3. FAKTOR LAIN
k. Produktifitas Bawang Merah :
Produktifitas = 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝐾𝑔)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 (𝐻𝑎)
Produktifitas = …………………..…𝐾𝑔
…………………𝐻𝑎
Produktifitas = …………..
l. Aksesibilitas Wilayah
Jarak dari lahan kejalan poros / jalan aspal : .................................. Km
m. Jenis Tanah : ........................................................................
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Top Related