ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS MANGGIS
INDONESIA DI PASAR DUNIA
RIKA ERVINA
105961117316
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS MANGGIS INDONESIA
DI PASAR DUNIA
RIKA ERVINA
105961117316
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
HALAMAN
PENGESAHAN`````````````````````````````````````````````````````
Judul
Nama
Stambuk
Program Studi
Fakultas
Disetujui
Pembimbing Utama Pendamping Pembimbing
Dr. Mohammad Natsir, S.P, M.P. Sitti Khadijah Yahya Hiola, S.TP., M.Si.
NIDN. 0911067001 NIDN. 0923098305
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis
Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P. Dr.Sri Mardiyati, S.P,. M.P.
: Analisis Daya Saing Komoditas Manggis Indonesia di Pasar
,Dunia
: Rika Ervina
: 105961117316
: Agribisnis
: Pertanian
iv
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul
Nama :
Stambuk
Program Studi
Fakultas
KOMISI PENGUJI
Nama
1. Dr. Mohammad Natsir, S.P., M.P.
Ketua Sidang
2. Sitti Khadijah Yahya Hiola, S.TP., M.Si.
Sekretaris
3. Ir. Nailah., M.Si.
Anggota
4. Nadir, S.P., M.Si.
Anggota
Tanda Tangan
Tanggal Lulus : 22 Oktober 2020
: Analisis Daya Saing Komoditas Manggis Indonesia di Pasar Dunia
: Rika Ervina
: 105961117316
: Agribisnis
: Pertanian
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Daya Saing
Komoditas Manggis Indonesia Di Pasar Dunia adalah benar merupakan hasil
karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Oktober 2020
Rika Ervina
vi
ABSTRAK
RIKA ERVINA. 105961117316. Analisis Daya Saing Komoditas Manggis
Indonesia di Pasar Dunia. Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan
SITTI KHADIJAH YAHYA HIOLA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan produksi ekspor
dan impor komoditas manggis Indonesia di pasar dunia, keunggulan kompetitif
terhadap analisis daya saing komoditas manggis Indonesia di pasar dunia dan
keunggulan komparatif terhadap analisis daya saing komoditas manggis Indonesia
di pasar dunia.
Sumber data yang digunakan merupakan data yang diperoleh dari lembaga
FAOSTAT (Food and Agriculture Organization) Penelitian ini menggunakan
data sekunder (time series) dari tahun (2009-2018), jenis penelitian yang
digunakan yaitu kuantitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan), AR (Acceleration Ratio), RCA (Revealed
Comparative Advantage ), dan IDR (Import Dependency Ratio). Pengolahan data
dilakukan menggunakan Software Microsoft Excel 2010.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arah perkembangan (Trend) manggis
Indonesia selama 10 tahun lemah, daya saing dilihat dari keunggulan kompetitif
berada pada perluasan ekspor nilai ISP 0,6, nilai AR sebesar -53,3 stugnan dan
daya saing dilihat dari keunggulan komparatif Indonesia tidak berdaya saing
dengan nilai RCA 0,03 dan nilai IDR sebesar 0,02.
Kata Kunci: Daya Saing. Manggis
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya-
lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tak lupa pula
penulis ucapkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena
beliaulah yang telah menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
penuh berkah. Adapun judul skripsi yang akan dibahas adalah “Analisis Daya
Komoditas Manggis Indonesia di Pasar Dunia”. Skripsi ini merupakan tugas akhir
yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh sarjana S1 Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis sangat berharap semoga dengan adanya Skripsi ini penulis dapat
memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan ilmu yang penulis
miliki.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya Skripsi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung, terutama kepada yang terhormat;
1. Dr. Mohammad Natsir, S.P., M.P Selaku pembimbing Utama dan
Sitti Khadijah Yahya Hiola, S.TP., M.Si. Selaku Pembimbing pendamping
yang telah membimbing saya dalam penulisan Skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P., Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., Selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
4. Kakanda Nadir, S.P., M.Si selaku sekertaris Prodi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Kedua orang tua terutama almarhum ayahanda tercinta Dahlan dan Ibunda
tersayang Rajowiah, adikku tercinta Aswari dan Zalzadila Afiifah Aliyyah,
dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril
maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
penulis.
7. Kepada seluruh teman-teman seangkatan Corak Hijau Angkatan 2016, ,
Anak-Anakka Di Lantang, , LDK Darul Ilmi Makassar, SC Ar-rayyan, dan
HIMAGRI Periode 2019-2020
8. Sahaba-Sahabat Lilis, Lisa, Lita, Sukma, Ayu dan Ima dari SCU Squad.
Jurmida dari masuk kuliah sampai sekarang. Ukhty Aisyah dari Halaqoh
Tarbiyah. Irwan, Nasra dan Wandi dari AU Squad, dan seluruh Keluarga
Corak Hijau Kelas D. Terimakasih telah menjadi sahabat terbaik bagi peneliti
yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, serta doa hingga
peneliti dapat meyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Serta masih banyak lagi pihak-pihak yang sangat berpengaruh dalam proses
penyelesaian skripsi yang tidak bisa peneliti sebutkan satupersatu.
ix
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, Oktober, 2020
Rika Ervina
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ............................................................ iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ..... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1 Tamanan Manggis ............................................................................ 6
2.2 Daya Saing ....................................................................................... 10
2.3 Keunggulan Komparatif .................................................................... 11
2.4 Keunggulan Komparatif ................................................................... 13
2.5 Ekspor Impor Manggis Indonesia ..................................................... 14
2.6 Indikator Akselarasi Perdagangan ..................................................... 16
2.7 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 18
2.8 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 22
xi
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 25
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 25
3.2 Teknik Penelitian Sampel ................................................................. 25
3.3 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 25
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 26
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 26
3.6 Definisi Operasional ......................................................................... 31
IV. GAMBARAN UMUM ........................................................................... 32
4.1 Keadaan Manggis Dunia ................................................................... 32
4.2 Keadaan Manggis Indonesia ............................................................. 38
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 40
5.1 Arah Perkembangan (Trend) Manggis Indoensia .............................. 40
5.2 Keunggulan Komparatif Manggis Indonesia .................................... 44
5.3 Keunggulan Komparatif Manggis Indonesia ...................................... 50
VI. PENUTUP ............................................................................................. 61
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 61
6.2 Saran ................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 63
LAMPIRAN ................................................................................................ 67
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 81
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Manggis di Indonesia ......................... 2
2. Standar Mutu Buah Manggis Menurut SNI ........................................... 7
3. Standar Codex STAN 204-1997 Untuk Buah Manggis .......................... 7
4. Ukuran Buah Manggis Berdasarkan Berat dan Diameter ....................... 9
5. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 18
6. Produksi, Nilai Ekspor Impor Manggis Indonesia Periode 2009-2018 .... 41
7. Hasil Analisis Trend & ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan) pada
Tiga Negara di ASEAN.......................................................................... 48
8. Hasil Analisis Trend dan AR (Acceleration Ratio) pada Tiga Negara di
ASEAN.................................................................................................. 49
9. Hasil Analisis Trend Dan RCA pada Tiga Negara di ASEAN ................ 56
10. Hasil Analisis Trend dan IDR (Import Dependency Ratio) pada 3
Negara di ASEAN ................................................................................. 59
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks 1. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 24
2. Negara Sentra Mangga, Manggis, dan Jambu Bji Dunia, 2013 – 2017 .. 33
3. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Mangga,Manggis, dan
Jambu Biji Dunia, 2000 – 2018 ............................................................ 34
4. Negara Pengekspor Mangga, Manggis, dan Jambu Biji Dunia, 2012 –
2016 .................................................................................................... 35
5. Negara Pengimpor Mangga, Manggis, dan Jambu Biji Dunia, 2012 –
2016 .................................................................................................... 37
6. Perkembangan Volume Ekspor Dan Nilai Ekspor Manggis di
Indonesia 2007-2008 ............................................................................ 38
7. Grafik Produksi(Ton) Manggis Indonesia Tahun 2009-2018 ................ 41
8. Grafik Nilai Ekspor (US$) Manggis Indonesia tahun 2009-2018 .......... 42
9. Grafik nilai impor (US$) manggis Indonesia tahun 2009-2018 ............. 43
10. Grafik Indeks spesialisasi perdagangan manggis Indonesia ................. 45
11. Grafik indeks spesialisasi perdagangan manggis malaysia tahun 2009-
2018 .................................................................................................... 46
12. Grafik indeks spesialisasi perdagangan manggis Thailad tahun 2009-
2018 .................................................................................................... 47
13. Grafik Nilai RCA Manggis Thailand Tahun 2009-2018 ....................... 52
14. Grafik Nilai RCA Manggis Malaysia Tahun 2009-2018 ...................... 53
15. Grafik Nilai RCA Manggis Indonesia Tahun 2009-2018 ...................... 54
16. Grafik Nilai IDR Manggis Thailand Tahun 2009-2018 ...................... 56
17. Grafik Nilai IDR Manggis Malaysia Tahun 2009-2018 ........................ 57
xiv
18. Grafik Nilai IDR Manggis Indonesia Tahun 2009-2018 ....................... 58
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks 1. Nilai Ekspor Impor Manggis Indonesia Periode 2009-2018 ............... 67
2. Nilai Ekspor Impor Manggis Malaysia Periode 2009-2018 ................ 67
3. Nilai Ekspor Impor Manggis Thailand Periode 2009-2018 ................ 67
4. Produksi Manggis Indonesia Periode 2009-2018 ......................................... 68
5. Produksi Manggis Malaysia (Ton) Periode 2009-2018....................... 68
6. Produksi Manggis Thailand (Ton) Periode 2009-2018 ....................... 69
7. Nilai RCA (Revealed Comparative Anvantage) Manggis Indonesia
Tahun 2009-2018 .............................................................................. 69
8. Nilai RCA (Revealed Comparative Anvantage) Manggis Malaysia
Tahun 2009-2018 .............................................................................. 70
9. Nilai RCA (Revealed Comparative Anvantage) Manggis Thailand
Tahun 2009-2018 .............................................................................. 70
10. Hasil Regresi Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Manggis
Indonesia Tahun 2009-2018 .............................................................. 71
11. Hasil Regresi Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Manggis
Malaysia Tahun 2009-2018 ............................................................... 71
12. Hasil Regresi Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Manggis
Thailand Tahun 2009-2018. ............................................................... 72
13. Nilai RCA (Revealed Comparative Anvantage) Manggis Indonesia
Tahun 2009-2018 .............................................................................. 73
14. Nilai RCA (Revealed Comparative Anvantage) Manggis Malaysia
Tahun 2009-2018 .............................................................................. 73
15. Nilai RCA (Revealed Comparative Anvantage) Manggis Thailand
Tahun 2009-2018 .............................................................................. 74
xvi
16. Nilai IDR (Import Dependency Ratio) manggis Indonesia tahun
2009-2018 ......................................................................................... 75
17. Nilai IDR (Import Dependency Ratio) manggis Malaysia Tahun
2009-2018 ......................................................................................... 75
18. Nilai IDR (Import Dependency Ratio) manggis Thailand Tahun
2009-2018 ......................................................................................... 76
19. Lampirann 19 Hasil Analisis IDR Manggis Indonesia Tahun 2009-
2018 .................................................................................................. 77
20. Lampirann 20. Hasil Analisis IDR Manggis Malaysia Tahun 2009-
2018 .................................................................................................. 77
21. Hasil Analisis IDR Manggis Thailand Tahun 2009-2018 ................... 78
22. Hasil Analisis ISP Manggis Indonesia Tahun 2009-2018 .................. 78
23. Hasil Analisis Manggis Malaysia Tahun 2009-2018 .......................... 79
24. Hasil Analisi ISP Manggis Thailand Tahun 2009-2018...................... 79
25. Surat Izin Penelitian ......................................................................... 80
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara berkembang di dunia yang saat ini
sedang meningkatkan pembangunan disegala bidang mulai dari ekonomi sampai
dengan bidang pertanian. Sektor pertanian berperan penting dalam menyerap
tenaga kerja dan memberi kesempatan pendapatan bagi sebagian besar rumah
tangga masyarakat pedesaan di Indonesia. Indonesia merupakan negara agraris
beriklim tropis yang mempunyai potensi hasil bumi melimpah berupa komoditas
hasil pertanian sub sektor tanaman pangan, perkebukan, hortikultura dan
peternakan dengan banyak keragaman jenis.
Kementerian Pertanian (2018) mengemukakan bahwa manggis merupakan
salah satu komoditas hortikultura yang punya peluang ekspor (selain buah
mangga, manggis, salak, nanas) dan menjadi sasaran pembangunan hortikultura
ke depan adalah untuk mengembangkan komoditas hortikultura yang bernilai
tambah dan berdaya saing. Manggis sendiri menempati urutan pertama dalam
ekspor buah-buahan tahun 2015. Tanaman manggis dengan nama latin Garcinia
mangostana L dikenal dengan ratu dari buah karena rasa manis dan asam yang
istimewa yang tidak ditemukan pada buah lain.
Buah manggis merupakan salah satu komoditas buah dengan permintaan
ekspor yang tinggi dan terus menerus meningkat, sehingga manggis menjadi
penyumbang devisa terbesar Indonesia pada sektor hortikultura. Seperti yang
terlihat pada tabel 1.
2
Tabel 1. Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Manggis di Indonesia
Sumber: Data Sekunder (Kementerian Pertanian 2019)
Peningkatan volume ekspor manggis Indonesia lima tahun terakhir selaras
dengan peningkatan nilai ekspornya, khususnya pada tahun 2007 ke 2008
memperlihatkan kesamaan antara volume dan nilai ekspor. Sampai saat ini
manggis menjadi primadona ekspor. Hal ini juga didukung dengan data dari
(UN, 2011) bahwa buah manggis menempati posisi yang penting sebagai
komoditas andalan ekspor Indonesia karena bernilai komersial tinggi. Nilai ekspor
manggis Indonesia mencapai US$ 9,9 Juta pada tahun 2010. Kecocokan
karakteristik lahan dan agroklimat serta sebaran wilayah yang luas
memungkinkan Indonesia mengembangkan manggis. Dengan makin terbukanya
pasar global serta berkembangnya blok-blok perdagangan dunia, menyebabkan
persaingan perdagangan komoditas hortikultura makin tinggi.
Indonesia merupakan negara eksportir manggis dengan peringkat ke-5
dunia sebagai negara produsen manggis, negara dengan pengekspor manggis
terbesar dunia adalah India, Cina, Kenya, Thailand, dan Indonesia. sekitar 25%
produksi manggis Indonesia di ekspor ke beberapa negara seperti Cina,
Hongkong, Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, Kuwait, Oman,
Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Manggis di Indonesia,
2007 – 2012
Tahun Vol. Ekspor (Ton) Nil. Ekspor (000 USD)
2007 9.093 9.093
2008 9.466 9.466
2009 11.31 11.319
2010 11.38 11.388
2011 12.60 12.603
2012 20.16 20.169
3
Qatar, Amerika, Australia, Prancis, Belanda, dan lain sebagainya
(Repuplika.co.id. 2019). Volume ekspor manggis pada 2018 sebesar 38.830 ton.
Jumlah ini naik sekitar 324 % dibandingkan 2017 lalu yang hanya 9.167 ton.
Sedangkan nilai ekspor pada 2018 tersebut mencapai Rp 474 miliar. Sehingga
mengalami kenaikan sebesar 778 % dibandingkan 2017 yang hanya sebesar Rp 54
miliar (Badan Pusat Statistik 2019).
Jumlah ekspor manggis tahun 2013 mengalami penurunan yang sangat
drastis yaitu 12.521 ton. Rata-rata kontribusi ekspor manggis terhadap produksi
nasional pada tahun 2011-2015 adalah 13,48% dan sisanya 86,65% masih menjadi
konsumsi lokal (kementerian pertanian, 2015). Hal ini dapat terjadi antara lain
karena kualitas manggis Indonesia yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan
kualitas manggis dari negara eksportir lainnya. Pada akhirnya keadaan ini akan
mengurangi daya saing komoditas manggis Indonesia.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut diatas, penulis tertarik
mengambil penelitian ini dengan judul “Analisis Daya Saing Komoditas Manggis
Indonesia Di Pasar Dunia” penelitian ini bertujuan untuk mengkaji daya saing
komoditas manggis Indonesia ditatanan pasar internasional. meningkatkan daya
saing komoditas manggis di Indonesia dan diharapkan penelitian ini dapat
memberikan informasi kepada pengambil kebijakan untuk meningkatkan kinerja
perdagangan komoditas manggis di pasar dunia.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Bagaimana Perkembangan produksi eskpor dan impor komoditas manggis
Indonesia di pasar dunia?
2. Bagaimana keunggulan kompetitif terhadap analisis daya saing komoditas
manggis Indonesia di pasar dunia?
3. Bagaimana keunggulan komparatif terhadap analisis daya saing komoditas
manggis Indonesia di pasar dunia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian untuk
mengetahui:
1. Perkembangan produksi eskpor dan impor komoditas manggis Indonesia
di pasar dunia!
2. Keunggulan kompetitif terhadap analisis daya saing komoditas manggis
Indonesia di pasar dunia!
3. Keunggulan komparatif terhadap analisis daya saing komoditas manggis
Indonesia di pasar dunia!
5
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa, dapat memperoleh informasi dan bahan acuan mengenai
analisis daya saing komoditas manggis Indonesia dan untuk melengkapi
program perkuliahan S1, program studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar dan sebagai salah satu media latih
untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan sesuai disiplin yang
dipelajari.
2. Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan dan pengetahuan bagi
pembaca mengenai daya saing komoditas manggis Indonesia.
3. Sebagai penambah dan pembanding hasil-hasil penelitian dengan topik
yang sama.
4. Terkhusus bagi pemerintah Indonesia untuk pengambilan kebijakan dan
referensi dalam pengembangan keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif daya saing manggis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Manggis
Tanaman manggis di Indonesia merupakan tanaman yang mudah dijumpai
dari sabang hingga Marauke. Tanaman yang namanya diambil dari nama
penjelajah Perancis, Laurent Grancin itu memiliki banyak sebutan lokal. Secara
fisiologis, manggis memiliki cabang yang teratur, berkulit cokelat dan bergetah.
Bentuk buahnya khas, kulitnya berwarna merah keunguan ketika matang, meski
terdapat terdapat varian warna lain di kulit, yakni merah cerah. Buah manggis
memiliki berapa ruang atau segmen dengan satu biji pada tiap segmennya. Namun
yang dapat menjadi biji sempurna hanya 1-3 biji, setiap biji diselubungi oleh
selaput buah berwarna putih bersih, halus disertai rasa segar (Mardiana, 2011).
a. Standar Mutu
1. Persyaratan mutu buah untuk tujuan ekspor ialah buah harus tetap
segar, sepal berwarna hijau segar, jumlah sepal lengkap, warna kulit
buah hijau kemerahan hingga merah ungu, tangkai buah berwarna hijau
segar dan kulit buah mulus tidak cacat, baik cacat mikrobiologis
maupun cacat mekanis seperti burik dan tidak bergetah.
2. Standar ukuran buah segar untuk tujuan ekspor ialah Kelas Super A
harus berjumlah 6-8 buah/kg, kelas AA berjumlah 10-13 buaa/kg, dan
kelas AAA berjumlah 14-15 buah/kg. Di Indonesia standar mutu buah
manggis dapat mengacu kepada SNI (Tabel 2). Untuk perdagangan
7
3. Internasional standar mutu buah mengacu kepada Standar Codex Stan
204-1997 yang tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Mutu Buah Manggis Menurut SNI
Jenis Persyaratan Mutu Buah Manggis Segar
Mutu Super Mutu I Mutu II
Keseragaman Seragam Seragam Seragam
Diameter >65 mm 55-65 mm <55 mm
Tingkat Kesegaran
Segar
Hijau
segar
Hijau kemerahan
Segar
Hijau
Warna Kulit Buah
Kemerahan
Sampai Muda
Mengkilat
Sampai merah
Muda mengkilat
Kemerahan
Buah yang cacat
atau busuk
0
0
0
Tangkai atau
kelopak
Utuh
Utuh
Utuh
Kadar kotoran
(b/b)
0 0 0
Serangan yang
hidup atau matu
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Warna Daging
Buah segar
Putih bersih khas
manggis
Putih bersih khas
manggis
Putih bersih khas
manggis
Tabel 3. Standar Codex STAN 204-1997 Untuk Buah Manggis
Kode
Ukuran
Bobot
(Gram)
Diameter (mm)
A
B
C
D
E
30-50
51-75
76-100
101-125
>125
38-45
46-52
53-58
59-62
>62
b . Syarat Minimum
1. Utuh.
2. Sepal harus lengkap dan segar.
8
3. Penampakan buah segar, bentuk buah, warna dan rasa buah sesuai
varietas.
4. Keadaan baik, tidak busuk/rusak, layak konsumsi.
5. Bersih bebas dari benda asing.
6. Bebas dari segala bentuk kontaminasi pestisida dan benda asing
lainnya.
7. Bebas dari penyakit getah kuning.
8. Bebas dari kelembaban lura tidak normal, suhu udara ekstrim keluar
dari cold storage.
9. Bebas dari kerusakan yang disebabkan oleh hama dan penyakit.
10. Bebas dari bau dan rasa asing.
11. Buah bebas dari cacat.
12. Setelah dibuka, daging buah tampak normal.
c. Pengkelasan Manggis
Kelas Ekstra
Manggis pada kelas ini harus bermutu Super. Penampilan luar harus
berkarakter sesuai varietas dan/atau tipe komersial. Buah harus bebas
dari kerusakan tanpa pengecualian, kerusakan sangat sedikit, tidak
berpengaruh dari penampakan produksi dan mutu buah didalam
kemasan.
9
Kelas 1
Manggis pada kelas ini harus bermutu baik. Penampilan luar harus
berkarakter sesuai varietas dan/atau tipe komersial. Kerusakan akibat
kelalaian diperbolehkan asal tidak berpengaruh dari penampakan
produksi dan mutu buah di dalam kemasan; kerusakan bentuk sedikit,
kerusakan kulit dan kelopak seperti memar, goresan atau kerusakan
mekanis lainnya sedikit. Total kerusakan tidak lebih dari 10%.
d. Persyaratan Ukuran
Ukuran buah ditentukan dari berat atau diameter melintang buah.
Ukuran buah manggis berdasarkan bentuk dan diameter tertera pada Tabel
dibawah ini.
Tabel 4. Ukuran Buah Manggis Berdasarkan Berat dan Diameter
Ukuran Berat (gram) Diameter (mm)
A 30-50 38-45
B 51-75 46-52
C 76-100 53-58
D 101-125 59-62
E >125 >62
e. Persyaratan Izin Export Manggis
1. Akta pendirian perusahaan berbadan hukum.
2. Akta pelabelan untuk eksport & import Hortikultura.
3. Merek Kemasan yang dijual harus terdaftar di Haki dan registrasi merek.
4. Registrasi kebun.
10
5. Rumah kemas ( Packaging House) yang bebas organisme penyakit
tumbuhan.
6. Sertifikat verifikasi dari pihak karantina China. (BSN 2016)
2.2 Daya Saing
Daya saing ialah dari kemampuan individu, wilayah maupun suatu barang
untuk menjadi lebih unggul dari lainnya. Dalam konsep ekonomi wilayah atau
ekonomi regional yang dimaksud dengan daya saing adalah kemampuan suatu
wilayah untuk menghasilkan produksi yang lebih tinggi dibanding wilayah
lainnya. Pada laporan daya saing global yang dikeluarkan oleh forum ekonomi
dunia. Daya saing didefinisikan sebagai sebuah set dari institusi, kebijakan dan
faktor yang mempengaruhi tingkat produktivias sebuah negara. (Global
Competitiveness Report, 2012).
Menurut Abdullah, 2002 juga berpendapat bahwa daya saing ialah salah
satu kriteria untuk menentukan keberhasilan dan pecapaian sebuah tujuan yang
lebih baik oleh suatu negara dalam peningkatan pedapatan dan pertumbuhan
ekonomi, daya saing didefnisikan dengan masalah produktifitas, yakni dengan
melihat tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.
Meningkatnya produktivitas ini disebabkan oleh peningkatan kualitas input yang
digunakan dan peningkatan teknologi.
Konsep dan defenisi daya saing suatu negara atau suatu daerah mencakup
beberapa elemen utama sebagai berikut.
1. Meningkatnya taraf hidup masyarakat
2. Mampu berkompetisi dengan daerah maupun daerah lain;
11
3. Mampu memenuhi kewajibannya baik domestik maupun internasional
4. Dapat menyediakan lapangan kerja, dan
5. Pembangunan yang berkesinambungan dan tidak membebani generasi
yang akan datang.
2.3 Keunggulan Komparatif
Keunggulan komparatif ialah konsep yang diterapkan suatu negara untuk
membandingkan beragam aktifitas produksi dan perdagangan di dalam negeri
terhadap perdagangan dunia. Defenisi tersebut menjelaskan bahwa biaya produksi
dinyatakan dalam nilai sosial dan harga komoditas diukur pada tingkat harga
dipelabuhan yang berarti juga berupa harga bayangan. Dengan demikian, analisis
Keunggulan komparatif yaitu analisis sosial dan bukan analisis privat
(Murtininrung, 2013).
Hukum keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo
mengatakan bahwa meskipun salah satu negara kurang efisien dibanding negara
lainnya dalam memproduksi kedua komoditas, masih terdapat dasar dilakukannya
perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak (sepanjang proporsi
kerugian absolut satu negara pada kedua komoditas tersebut tidak sama). Negara
yang kurang efisien harus berspesialisasi dalam produksi dan mengekspor
komoditas yang kerugian absolutnya lebih sedikit (yaitu komoditas yang memiliki
keunggulan komparatif). Namun, Ricardo menjelaskan hukum keunggulan
komparatif ini berdasarkan teori nilai tenaga kerja yang tidak dapat diterima
(Munandar,2009).
12
Sebab-sebab dan dampak keunggulan komparatif bagi setiap negara dalam
hubungan perdagangan terhadap pendapatan faktor produksi dikedua negara.
keunggulan komparatif ini kemudian disempurnakan oleh Teori Heckser-Ohlin
(H-O) yang mengatakan bahwa suatu wilayah sebaiknya berspesialisasi pada
barang yang wilayah tersebut mempunyai kandungan (abundance) faktor produksi
yang besar. Oleh karena, produksi dengan menggunakan faktor produksi yang
mempunyai kandungan besar pada suatu wilayah akan cenderung lebih murah,
maka wilayah tersebut juga akan lebih diuntungkan bila mengekspor barang.
2.4 Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu
Negara untuk bersaing di pasar internasional, dalam persaingan global saat ini
suatu bangsa dan negara memiliki competitive advantage of nation dapat bersaing
di pasar internasional bila memiliki empat faktor pendukung, empat faktor utama
yang menentukan daya saing suatu komoditas adalah faktor kondisi (faktor
condition), kondisi permintaan (demand condition), industri terkait dan industri
pendukung yang kompetitif (firm startegy,structure,and riverly). Ada dua faktor
yang mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut, yaitu faktor
kesempatan (change event) dan faktor pemerintahan (government). Secara
bersama-sama faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya
saing tersebut Porters Diamonds Theory. (Hendra Rakhmawan,2009).
Secara oprasional keunggulan kompetitif dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk memasok barang dan jasa pada waktu, tempat dan bentuk yang
diinginkan konsumen, baik di pasar domestik maupun internasional, pada harga
13
yang sama atau lebih baik yang ditawarkan oleh pesaing, seraya memperoleh laba
minimal sebesar ongkos penggunaan (opportunity cost) sumber daya Simatupang
dalam (Kuraisin, 2006). Konsep keunggulan kompetitif ini bukan bersifat
menggantikan konsep keunggulan komparatif, namun konsep ini bersifat saling
melengkapi.
Komoditas tersebut sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen di luar
negeri. Keunggulan yang ketiga ini dengan sendirinya dipandang dari sudut
kepentingan konsumen. Komoditas yang mempunyai potensi ekspor dipandang
dari sudut selera konsumen ini ialah komoditas yang mutu, desain, ketepatan
waktu penyerahan, pengaturan packing dan standarisasi produk itu sesuai dan
memenuhi selera konsumen. Keunggulan ini disebabkan karena faktor teknologi
yang dipunyai oleh negara pengekspor komoditas tersebut.
2.5 Ekspor Impor Manggis Indonesia
Manggis (Garcinia magostana L.) ialah salah satu komoditas hortikultura
Indonesia yang menjadi fokus peningkatan produksi oleh kementerian pertanian.
Pada tahun 2012, kontribusi ekspor manggis terhadap total ekspor buah-buahan
nasional adalah sebesar 37,4% dan proporsi produksi buah manggis terhadap total
produksi buah nasional yaitu sebesar 0,27% (Direktorat Jendral Hortikultura
2012).
Produksi rata-rata manggis tahun 2005-2012 yaitu 103.341 ton/tahun. Pada
tahun 2012 produks manggis mencapai 190.294 ton. Angka produksi tahun 2012
ialah jumlah terbesar dalam kurun waktu 7 tahun terakhir (2005-2012). Laju
peningkaan produksi manggis pada periode 2011-2012 cukup tinggi, yaitu
14
mencapai 61,82%. Volume ekspor manggis Indonesia tahun 2005-2012 ke negara
tujuan berfluktuasi, tetapi rata-ratanya adalah 10.870 ton/tahun dengan laju
pertumbuhan ekspor sebesar 17,49% pertahun dari total ekspor manggis Indonesia
setiap tahunnya (Badan Pusat Statistik 2012).
Ekspor manggis menempati urutan pertama ekspor buah segar nasional ke
manca negara, disusul oleh nanas dan pisang (Badan Pusat Statistik 2012).
Peluang ekspor maggis Indonesia di pasar dunia yang besar telah membangkitkan
keinginan pemerintah Indonesia untuk mendorong produk tersebut menjadi
komoditas primdona dunia. Namun dalam era globalisasi perdagangan saat ini,
keberadaan komoditas Indonesia di pasar dunia harus bersaing dengan komoditas
sejenis asal negara lain baik di pasar international maupun pasar domestik
(Agustina 2008). Persaingan dapat mengancam keberlanjutan pengembangan
komoditas manggis di Indonesia yang pada gilirannya akan menghambat laju
pertumbuhan produksi dan ekspor, serta mempengaruhi kesejahteraan ekonomi
petani manggis di Indonesia.
Permintaan buah manggis untuk ekspor keberbagai negara terus
meningkat. Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jendral
Hortikultura Indonesia mengekspor buah manggis ke 26 negara ditahun 2015.
Permintaan manggis paling banyak yaitu Malaysia dengan pencapaian 17 ribu ton,
di ikuti Thailand sebanyak 12 ribu ton dan Hongkong 6 ribu ton. Indonesia masih
menduduki peringkat ekspotir ke-31. Peringkat itu jauh dari Meksiko, Thailand,
India, Brasil yang berturut-turut menduduki peringkat 1 sampai 4. Pada tahun
2015, dari sekitar 203.100 ton total manggis yang diproduksi, hanya 21.650 ton
15
yanga layak untuk diekspor keluar negeri. Rendahnya ekspor buah manggis hasil
perkebunan rakyat disebabkan oleh produsen lokal belum mampu memenuhi
permintaan konsumen pasar internasional sesuai dengan standar buah yang baik di
pasar internasional (Firdaus, 2004).
Kementerian perdagangan (Kemendag) mencatat sepanjang januari-mei
tahun 2015, ekspor manggis melonjak tinggi naik 153% atau senilai 13,7 juta bila
dibadingkan periode tahun 2014 yang berjumlah sebesar 6,5 juta. Peluang pasar
ekspor buah-buahan dunia yang besar telah membangkitkan keinginan pemerintah
Indonesia untuk mendorong produk buah-buahan tropika menjadi komoditas
primadona dunia. Hal ini juga dilakukan untuk menghadapi era pasar bebas yang
ditandai dengan masuknya buah-buahan impor ke Indonesia. Indonesia harus
mampu menyajikan produk buah-buhan yang dapat bersaing dengan buah-buahan
impor. Strategi yang harus ditempuh antara lain mempromosikan manggis dengan
mengandalkan buah lokal spesifik (Setyo, 2009).
2.6 Indikator Akselarasi Perdagangan
1. Indeks Keunggulan Komparatif (Revealed Comparative Advantage – RCA).
Konsep comparative advantage diawali oleh pemikiran David
Ricardo yang melihat bahwa kedua negara akan mendapatkan keuntungan
dari perdagangan apabila menspesialisasikan untuk memproduksi produk-
produk yang memiliki comparative advantage dalam keadaan autarky
(tanpa perdagangan) (Kementerian Pertanian, 2015).
16
Menurut (Tulus Tambunan, 2004) memberi definisi RCA yaitu jika
ekspor dari suatu negara dari suatu jenis barang, sebagai suatu persentase
dari jumlah ekspor dari negara berarti negara tersebut lebih tinggi daripada
pangsa dari barang yang sama di dalam jumlah ekspor dunia, berarti negara
tersebut memiliki keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor dari
barang tersebut.
Rumus RCA sebagai berikut:
Dimana :
Xij = Nilai ekspor komoditas i dari negara j (Indonesia).
Xj = Total nilai ekspor non migas negara j (Indonesia).
Xiw = Nilai ekspor komoditas i dari dunia.
Xw = Total nilai ekspor non migas dunia.
X = Ekspor.
i = Komoditas.
j = Negara.
w = Word (Dunia).
2. Import Dependency Ratio (IDR)
Import Dependency Ratio (IDR) ialah formula yang menyediakan
informasi ketergantungan suatu negara terhadap impor suatu komoditas.
Nilai IDR dihitung berdasarkan definisi yang dibangun oleh FAO (Food
and Agriculture Organization of the United Nations). (Kementerian
Pertanian, 2015).
17
Perhitungan nilai IDR tidak termasuk perubahan stok dikarenakan
besarnya stok (baik dari impor maupun produksi domestik) tidak diketahui.
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini memuat tentang penelitian yang telah dilakukan
mengenai kondisi daya saing beberapa tanaman di Indonesia. Penelitian
terdahulu ini sebagai rujukan penelitian yang penulis lakukan, beberapa
penelitian terdahulu sebagai berikut:
Tabel.5 Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Analisis
1. Analisa
Perdagangan
Daya Saing
ASEAN Daya
Saing di Era
Komunitas
Ekonomi
ASEAN.
Mohammad
Natsir dan Sri
Mardiyati (2016)
Metode analisis
menentukan impor
ketergantungan,
kecukupan dan dan
daya saing dalam
perdagangan beras,
menggunakan IDR
(Import Dependency
Ratio), SSR (Self
Sufficiency Ratio).
RCA (Relevealed
Comparative
Advantage) dan AR
(Akselaration Rastio).
Untuk menentukan
Potensi produksi beras
ASEAN mampu melebihi
kecukupan dan ekspor neto,
ketergantungan impor sangat
rendah. Beras ASEAN telah
menjadi basis prosukdi di
kawasan Asia Tenggara dan
memiliki Keunggulan
komparatif, karena
peningkatan produksi,
kecukupan dan ekspor bersih
yang impor ketergangtungan
mengurangi. Namun ASEAN
kinerja perdagangan beras di
tingkat dunia diperkirakan
18
AR dalam
perdagangan beras,
gunakan analisis trend
untuk dengan regresi
berganda.
akan melemah. Hanya
Thailand dan Vietnam di
kawasan ASEAN, yang
memiliki daya saing tinggi
pada tingkat perdagangan
beras dunia.
2. Analisis daya
saing produk
kayu olahan
sekunder (SPWP)
Indonesia di Pasar
Internasional. Ika
Kartika Dewi
(2013)
Metode analisis
Keunggulan
komparatif digunakan
RCA, perbandingan
digunakan ISP dan
CMS untuk
menganalisis
perubahan ekspor
SPWP
Daya siaing Indonesia pada
tahun 2005-2011 dilihat
berdasarkan Keunggulan
komparatif dan kompetitif.
RCA dan Keunggulan
kompetitif yang telah berada
pada tahap pematangan pasar
dunia adalah faktor daya
saing disusul faktor
pertumbuhan standar dan
faktor komposisi komoditas.
3. Analisis Daya
Saing Ekspor
Kopi Indonesia
Di Pasar Dunia.
Purnamasari
Hanani, Dan
Huang, 2014)
Metode analisis
digunakan RCA,
CEP, dan MSI.
Indonesia memiliki nilai
RCA rendah diantara negara
pengekspor utama kopi.
4. Analisis Daya
Saing Manggis
Indonesia Di
Pasar Dunia
(Studi Kasus Di
Sumatera Barat).
Metode analisis yang
digunakan adalah
Constant Market
Share Analysis
(CMSA) dan Policy
Analysis Matrix
Volume ekspor manggis
menunjukkan peningkatan
dari waktu ke waktu. Ini
mengimplikasikan bahwa
potensi pasar internasional
untuk manggis Indonesia
19
Reni Kustiari,
Helena J. Purba,
Dan Hermanto
(2011).
(PAM) cukup prospektif. Namun laju
peningkatan volume ekspor
yang lebih besar dari laju
pertumbuhan nilai ekspor
mengindikasikan adanya
kecenderungan penurunan
harga per
unit ekspor manggis
Indonesia.
5. Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pemintaan Ekspor
Kopi Sumatera
Barat Ke
Malaysia. Indri
Ukrita (2012).
Netode regresi linier
berganda dan RCA
Faktor-faktor yang
memperngaruhi permintaan
ekspor kopi Sumatera Barat
ke Malaysia adalah
pendapatan perkapita
penduduk Malaysia dan
indeks RCA.
6. Analisis Daya
Saing Produk
Ekspor Sumatera
Utara. Hidayat
(2013).
Metode analisis yang
digunakan
RCA,RCTA dan ISP
Provinsi Sumatera Utara
memiliki 10 produk
ungmanggisn dengan daya
saing yang berbeda.
Meskipun ada beberapa
produk ungmanggisn yang
tidak kompetitif atau
memilki posisi kompetitif
yang lemah, namun Provinsi
Sumatera Utara tetap
mengekspor produk
ungmanggisn tersebut.
20
7. Analisis Daya
Saing Komoditas
Kakao Indonesia.
Ragimun (2012).
Metode analisis yang
digunakan RCA, IKP,
dan ISP.
Analisis tahun 2002 sampai
dengan 2011 daya saing
kakao Indonesia masih cukup
bagus, terbukti rata-rata
Revelead Competitive
Advantage (RCA) di atas 4.
Demikian juga dari hasil ISP
rata-rata mendekati 1 yang
berarti spesialisasi Indonesia
merupakan negara
pengekspor. Sedangkan IKP
diperoleh rata-rata kurang
dari 0,35 yang berarti
kerentanan terhadap negara
tujuan ekspor kakao relatif
kecil.
8.
Analisis Pengaruh
Kurs US$/IDR,
Harga Minyak,
Harga Emas
Terhadap Return
Sahan (Studi
Kasus pada BEI
Periode 2007-
2011). Ganda
Hutapea, Elvina
Margaerth, dan
Lukas Tarigan
(2014).
Metode analisis yang
digunakan regresi
multilinier yang
dilakukan dengan
SPSS 21.
Return kurs dan return
minyak berpengaruh secara
signifikan terhadap return
IHSG. Selain itu nilai
koefisien korelasi sebesar
0,448 hal ini tergolong
korelasi sangat lemah.
Konstribusi ketiga return
tersebut terhadap return
IHSG sebesar 19.8%
selebihya 89,2% dipengaruhi
selain ketiga variabel
tersebut.
21
9. Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Ekspor Teh
Indonesia Ke
Inggris 1979-
2012. Muhammad
Chadhir (2015).
Metode analisis yang
digunakan regresi
linier OSL
Kurs riil rupiah terhadap
dollar AS berpengaruh positif
dan signifikan, harga riil teh
internasional positif dan
singnifikan, GDP riil Inggris
berpenagruh negatif dan
signifikan terhadap ekspor teh
Indonesia ke negara Inggris.
10. Analisis Beberapa
Faktor Yang
Berpengaruh
Terhadap Volume
Ekspor Provinsi
Bali 1990-2006.
(2007)
Metode analisis yang
digunakan regresi
linier berganda,
stasioner
Harga rata-rata ekspor kopi,
Kurs USA dan kebijakan
ekspor kopi secara serempak
berpengaruh signifikan.
2.8 Kerangka Pemikiran
Manggis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang punya peluang
ekspor (selain buah mangga, manggis, salak, nanas) dan menjadi sasaran
pembangunan hortikultura ke depan adalah untuk mengembangkan komoditas
hortikultura yang bernilai tambah dan berdaya saing. Buah manggis termasuk
komoditas buah dengan permintaan ekspor yang tinggi dan terus menerus
meningkat, sehingga manggis menjadi penyumbang devisa terbesar Indonesia
pada sektor hortikultura.
Peluang ekspor maggis Indonesia di pasar dunia yang besar telah
membangkitkan keinginan pemerintah Indonesia untuk mendorong produk
22
tersebut menjadi komoditas primdona dunia. Namun dalam era globalisasi
perdagangan saat ini, keberadaan komoditas Indonesia di pasar dunia harus
bersaing dengan komoditas sejenis asal negara lain baik di pasar international
maupun pasar domestik.
Kemampuan merebut pasar perdagangan dan daya saing serta arah
perkembangan manggis Indonesia dapat diamati dengan kinerja perdagangan
manggis Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dengan menggunakan beberapa
metode yaitu analisis RCA (Relevan Comparative Advantage) dan IDR (Import
Dependency Ratio) untuk keunggulan komparatif sedangkan untuk keunggulan
kompetitif, ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan) posisi suatu negara dalam
perdagangan dunia, serta AR (Acceleration Ratio) untuk melihat bagaimana
akselerasi perdagangan manggis Indonesia.
Berikut adalah kerangka pemikiran analaisis daya saing komoditas
manggis Indonesia di pasar dunia.
23
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Daya Saing Komoditas
Manggis Indonesia di Pasar Dunia
Ekspor Impor
Nilai (US$)
Volume (Ton)
Analisis Daya Saing
Manggis Indonesia
Revealed
Comparative
Advantage (RCA)
Indeks Spesialisasi
Perdagangan
(ISP)
Acceleration
Ratio – AR
Import
Dependency Ratio (IDR)
Manggis Indonesia
Daya saing Kompetitif
Daya saing komparatif
24
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) pada website FAO
STAT (Food and Agriculture Organization) untuk memperoleh data ekspor impor
manggis. Penelitian dilakukan dalam waktu kurang lebih 2 bulan, mulai dari bulan
Juli hingga September 2020.
3.2 Teknik Penentuan Sampel.
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sampling
jenuh. Metode ini merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2016). Berdasarkan teknik
pengambilan sampel tersebut, diperoleh jumlah sampel (n) dari data time series
setiap tahun selama periode 2009 – 2018 yang tersedia di FAO STAT.
3.3 Jenis dan Sumber Data.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
merupakan data berupa angka yang diambil dari instansi atau lembaga terkait
seperti FAO STAT (Food and Agriculture Organization) yang diolah dengan
bantuan Software Microsoft Excel 2010.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa data deret waktu (Time Series) dengan waktu 10 tahun yaitu dari tahun
2009 hingga 2018. Hasil–hasil penelitian terdahulu serta jurnal–jurnal terkait juga
digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini.
25
3.4 Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara mengutip secara
langsung data berupa time series yang diambil berdasarkan deret waktu atau data
beberapa tahun yang ada di FAOSTAT (Food and Agriculture Organization).
Data yang dimaksud ini data ekspor impor manggis yang telah ada tersedia di
FAO STAT (Food and Agriculture Organization).
3.5 Teknik Analisis Data.
Untuk perkembangan produksi ekspor dan impor manggis dan
keunggulan kompetitif peneliti menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP).
ISP digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan
perkembangan suatu komoditas. ISP ini dapat menggambarkan apakah
untuk suatu komoditas, posisi Indonesia cenderung menjadi negara eksportir
atau importir komoditas pertanian tersebut (Bustamin dan Hidayat, 2013).
Secara umum ISP dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
Xia = Volume atau nilai ekspor komoditas ke-i Indonesia.
Mia = Volume atau nilai impor komoditas ke-i Indonesia.
X = Ekspor.
M = Impor.
i = Komoditas.
26
a = Negara.
Nilai ISP adalah :
-1 s/d -0,5 = Berarti komoditas tersebut pada tahap pengenalan
dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing
rendah atau negara bersangkutan sebagai pengimpor
suatu komoditas.
-0,6 s/d 0,0 = Berarti komoditas tersebut pada tahap substitusi impor
dalam Perdagangan dunia.
1 s/d 0,7 = Berarti komoditas tersebut dalam tahap perluasan
ekspor dalam perdagangan dunia atau memiliki daya
saing yang kuat.
0,8 s/d 1,0 = Berarti komoditas tersebut dalam tahap pematangan
dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing
yang sangat kuat.
2. Akselerasi Perdagangan (Acceleration Ratio – AR).
Menurut (Haryanto, 2009) metode ini digunakan untuk melihat
perbandingan antara percepatan pertumbuhan ekspor suatu negara
terhadap percepatan pertumbuhan impor dunia. Suatu komuditi dikatakan
memiliki Keunggulan kompetitif apabila AR-nya lebih besar dari 1 (AR-
1). Artinya petumbuhan ekspor komoditas di negara x lebih besar dari
pertumbuhan impor (penyerapan) dunia.
Adapun mekanisme penggunaan metode Acceleration Ratio sebagai
berikut :
27
a. Menentukan barang ekspor yang mempunyai kecenderungan (trend)
yang positif (+) dan menyusun urutan trend tersebut dari yang terbesar
hingga ke yang terkecil.
b. Berdasarkan hasil tersebut dihitung Acceleration Ratio, kemudian
dibuat peringkat mulai dari komoditas yang memiliki Acceleration
Ratio terbesar.
Rumus Acceleration Ratio (AR) sebagai berikut :
Dimana :
TXij = Trend Nilai ekspor manggis Indonesia.
TXiw = Trend Nilai ekspor manggis dunia.
T = Trend (Arah Perkembangan).
x = Ekspor.
i = Komoditas.
j = Negara.
w = Word (Dunia).
Nilai Acceleration Ratio (AR) antara lain :
AR > 1 = Memiliki daya saing.
AR < -1 = Daya saing pasar lemah.
AR > +1 = Daya saing penetrasi pasar kuat.
AR > 10 = Perlu dianalisa faktor apa yang menyebabkan AR dominan.
Sedangkan untuk keunggulan komparatif peniliti menggunakan
indikator sebagai berikut:
28
1. Indeks Keunggulan Komparatif (Revealed Comparative Advantage – RCA).
Indeks RCA merupakan metode yang dikenalkan oleh Bella Ballasa,
dasar pemikiran yang melandasi metode ini adalah bahwa kinerja ekspor
suatu negara sangat ditentukan tingkat daya saing relatifnya terhadap produk
serupa buatan negara lain, tentu dengan asumsi (cateris paribus) bahwa
faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor tetap tidak
berubah.
(Tulus Tambunan, 2004) memberi definisi RCA yaitu jika ekspor
dari suatu negara dari suatu jenis barang, sebagai suatu persentase dari
jumlah ekspor dari negara berarti negara tersebut lebih tinggi daripada
pangsa dari barang yang sama di dalam jumlah ekspor dunia, berarti negara
tersebut memiliki keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor dari
barang tersebut.
Rumus RCA sebagai berikut:
Dimana :
Xij = Nilai ekspor komoditas i dari negara j (Indonesia).
Xj = Total nilai ekspor non migas negara j (Indonesia).
Xiw = Nilai ekspor komoditas i dari dunia.
Xw = Total nilai ekspor non migas dunia.
X = Ekspor.
i = Komoditas.
j = Negara.
29
w = Word (Dunia).
Nilai RCA yang lebih dari 1 (RCA > 1) menunjukkan bahwa
manggis hasil produksi Indonesia memiliki keunggulan komparatif di atas
rata-rata (dunia) atau berdaya saing kuat terhadap dunia sehingga dapat
dipertahankan untuk tetap melakukan ekspor. Apabila nilai RCA kurang
dari 1 (RCA < 1) menunjukkan bahwa hasil produksi manggis Indonesia
menunjukkan daya saing yang lemah (Galeh Eko, 2018).
2. Import Dependency Ratio (IDR)
Import Dependency Ratio (IDR) merupakan formula yang
menyediakan informasi ketergantungan suatu negara terhadap impor suatu
komoditas. Nilai IDR dihitung berdasarkan definisi yang dibangun oleh
FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations).
(Kementerian Pertanian, 2015). Penghitungan nilai IDR tidak termasuk
perubahan stok dikarenakan besarnya stok (baik dari impor maupun
produksi domestik) tidak diketahui.
3.6 Definisi Operasional.
1. Volume ekspor manggis Indonesia adalah total manggis yang di ekspor
oleh Indonesia ke seluruh negara tujuan per tahun, dinyatakan dalam
satuan ton.
30
2. Volume impor manggis Indonesia adalah total manggis yang di ekspor
oleh Indonesia ke seluruh negara tujuan per tahun, dinyatakan dalam
satuan ton.
3. Nilai ekspor merupakan total nilai ekspor manggis Indonesia ke pasar
dunia dan dinyatakan dalam satuan US$.
4. Nilai impor merupakan total nilai impor manggis Indonesia ke pasar dunia
dan dinyatakan dalam satuan US$.
5. Keunggulan komparatif (RCA) merupakan teknik yang digunakan untuk
mengukur keunggulan komparatif.
6. Akselerasi Perdagangan (Acceleration Ratio – AR) adalah kemampuan
Indonesia untuk merebut pasar dalam perdagangan manggis.
7. Keunggulan kompetitif (ISP) merupakan teknik yang digunakan untuk
mengukur keunggulan kompetitiff.
8. Import Dependency Ratio (IDR) merupakan formula yang menyediakan
informasi ketergantungan suatu negara terhadap impor suatu komoditas.
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Manggis Dunia
1. Negara Sentra Produksi Mangga, Mangggis Dan Jambu Biji Dunia
Periode lima tahun terakhir (2013-2017) sentra mangga, manggis,
dan jambu biji dunia berada dibeberapa negara di Benua Asia, yaitu India,
China mainland, Thailand, Indonesia, Pakistan, dan Bangladesh dan cukup
mendominasi dengan total kontribusi mencapai 66,53% atau rata-rata
produksi sebesar 32,04 juta ton dari rata-rata produksi dunia sebesar 48,16
juta ton. Dua negara sentra berada di Benua Amerika, yakni Mexico dan
Brazil yang memberikan kontribusi sebesar 7,16% atau rata-rata produksi
sebesar 3,45 juta ton. Serta dua negara sentra lain berada di Benua Afrika,
yaitu Malawi dan Mesir dan memberikan kontribusi sebesar 4,74% atau
rata-rata produksi sebesar 2,28 juta ton.
Produksi mangga, manggis, dan jambu biji Indonesia pada kurun
waktu yang sama berada di urutan empat dunia, atau memberikan kontribusi
sebesar 5,06% dengan rata-rata produksi 2,43 juta ton. Posisi Indonesia
tepat di bawah Thailand yang berada di urutan tiga dunia, dengan rata-rata
produksi mencapai 3,50 juta ton atau berkontribusi 7,26% terhadap produksi
dunia (Gambar 2).
32
Gambar 2. Negara Sentra Mangga, Manggis, dan Jambu Bji Dunia, 2013 – 2017
jsbxsjhxus(Pustadin Kementan 2019)
Melihat laju pertumbuhan produksi negara sentra mangga, manggis,
dan jambu biji selama tahun 2013-2017, semua negara sentra menunjukkan
pertumbuhan positif. Peningkatan tertinggi di Malawi sebesar 21,80% per
tahun, berikutnya Mesir sebesar 18,03% per tahun, dan Bangladesh sebesar
12,43% per tahun. Tujuh negara sentra lain tumbuh melandai di bawah 5%
per tahun.
2. Perkembangan Luas Panen, dan Produksi Mangga, Manggis Dan Jambu Biji
Dunia
Keragaan data manggis dunia periode 2000-2017 disajikan oleh FAO.
Data tersebut tidak spesifik menyajikan data manggis, tetapi merupakan
gabungan dari mangga, manggis, dan jambu biji. Luas panen ketiga
komoditas tersebut di tingkat dunia mengalami pertumbuhan positif, rata-
rata 2,82% per tahun. Pada periode yang sama perkembangan produksi
Mexico
4,10% Indonesia
5,06%
Thailand
7,26%
China mainland
9,57%
Pakistan
3,46%
Brazil
3,06%
India
38,67%
Lainnya
21,57%
Bangladesh 2,52%
Malawi 2,45 %
Mesir 2,29%
Mexico 4,10% Indonesia
5,06%
33
selaras dengan luas panen, juga tumbuh positif dengan peningkatan lebih
tinggi yaitu sebesar 4,32% per tahun. Selama periode tersebut laju
pertumbuhan luas panen tertinggi tahun 2004 sebesar 9,93%, sedangkan
pada produksi terjadi tahun 2013 sebesar 13,44% (Pustadisn Kementan
2019).
Gambar 3. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Mangga,Manggis, dan
Jambu Biji Dunia, 2000 – 2018 (Pustadin Kementan 2019)
Pada tahun 2017 produksi mangga, manggis, dan jambu biji dunia
mencapai 50,65 juta ton, meningkat 4,56% dari tahun 2016 sebesar 48,44
juta ton. Laju pertumbuhan ini lebih tinggi dari luas panen yang meningkat
1,96% menjadi 5,68 juta hektar dari tahun 2016 sebesar 5,57 juta hektar
(Gambar 3).
3. Ekspor dan Impor Mangga, Manggis dan Jambu Biji Dunia
Negara pengekspor mangga, manggis, dan jambu biji dunia tahun
2012–2016 menurut FAO didominasi oleh sepuluh negara dengan total
kontribusi mencapai 82,92%. Rata-rata volume ekspor manggis 10 negara
Produksi (000 Ton)
Luas Panen (000 Ha)
20.000 3.000
25.000 3.500
30.000 4.000
35.000 4.500
40.000 5.000
45.000 5.500
(000 Ton)
50.000
6.000
20
15
20
14
20
16
20
17
20
13
20
12
20
11
20
09
20
10
20
08
20
07
20
06
20
04
20
05
20
02
20
03
20
01
20
00
34
Spanyo 1,77%
Peru7,94% Brazil
8,65%
Belanda
7,33%
Pakistan5,04%
Filipina 1,56%
Indonesia
0,07%
Lainnya 17,01%
India 13,18%
Thailand
13,70%
Meksiko
20,28%
sebesar 1,33 juta ton, sedangkan rata-rata volume ekspor manggis dunia
periode 2012-2016 mencapai 1,60 juta ton. Terkonsentrasi di tiga negara yaitu
Meksiko berperan sebesar 20,28% atau rata-rata volume ekspor 325,11 ribu
ton, Thailand menyumbang 13,70% dengan rata-rata volume ekspor 219,62
ribu ton, dan India sebesar 211,28 juta ton yang memberikan kontribusi
13,18%. Negara lainnya menyumbang di bawah 10%, adalah Brazil, Peru,
Belanda, Pakistan, Ekuador, Spanyol, dan Filipina dengan rata-rata volume
ekspor masing-masing 138,69 ribu ton (berkontribusi 8,65%), 127,30 ribu
ton (7,94%), 117,48 ribu ton (7,33%), 80,76 ribu ton (5,04%), 55,91 ribu
ton (3,49%), 28,45 ribu ton (1,77%), dan 24,97 ribu ton (1,56%). Posisi
Indonesia sebagai negara pengekspor mangga, manggis, dan jambu biji
menempati peringkat 39 dunia dengan kontribusi sangat kecil, hanya 0,07%
atau rata-rata volume ekspor 1,09 ribu ton (Gambar 4).
Gambar 4. Negara Pengekspor Mangga, Manggis, dan Jambu Biji Dunia, 2012 –
2016 (Pustadin Kementan 2019)
0,07 %
35
Perkembangan volume ekspor mangga, manggis, dan jambu biji
dunia tahun 2012-2016 cukup dinamis, tumbuh rata-rata 3,20% per tahun.
Dua negara pengekspor mengalami pertumbuhan cukup nyata, yaitu
Spanyol sebesar 14,52% per tahun dan Peru sebesar 12,65% per tahun. Hal
sebaliknya terjadi di Indonesia yang mengalami pengurangan volume
ekspor hingga 19,09% per tahun. Penurunan volume ekspor tersebut dapat
disebabkan oleh rendahnya tingkat produksi, produktivitas, dan luas panen
yang menentukan potensi seberapa besar kemampuan bersaing dengan
eksportir buah lain dalam menguasai pangsa pasar ekspor buah di negara
tujuan maupun dunia. Semakin tinggi produksi buah maka semakin tinggi
juga potensi ekspornya.
Secara agregat keragaan volume impor mangga, manggis, dan jambu
biji dunia tahun 2012-2016 rata-rata mencapai 1,35 juta ton per tahun.
Negara pengimpor mangga, manggis, dan jambu biji tersebar di 10 negara
dengan total kontribusi mencapai 75,86% terhadap rata-rata total impor
dunia. Terbesar adalah Amerika dengan kontribusi sebesar 29,65% per
tahun atau volume impor mencapai 399,95 ribu ton per tahun, dan Belanda
dengan kontribusi 12,06% atau sebesar 162,66 ribu ton per tahun. Negara
pengimpor lain berkontribusi di bawah 6%. Indonesia berada di urutan ke
73 sebagai pengimpor dengan rata-rata volume impor relatif kecil yaitu
sebesar 334 ton atau berkontribusi 0,02%. Dua tahun terakhir yaitu tahun
2015 dan 2016 Indonesia tidak lagi melakukan impor mangga, manggis, dan
jambu biji, jadi aktivitas impor terakhir dilakukan tahun 2014.
36
UEA 5,86%
Viet Nam
4,88%
2,31% Malaysia 3,94%
Saudi Arabia 4,49%
Inggris 4,69%
Spanyol
Belanda1
2,06%
Jerman4
,73%
Amerika2
9,65%
Indonesia 0,02%
Perancis 3,25%
Gambar 5. Negara Pengimpor Mangga, Manggis, dan Jambu Biji Dunia,
2012 – 2016 (Pustadin Kementan 2019)
Perkembangan volume impor mangga, manggis, dan jambu biji dunia
periode 2012-2016 bervariasi dan cenderung meningkat 14,21% per tahun.
Peningkatan volume impor cukup tinggi terjadi di Uni Emirat Arab sebesar
28,01% per tahun atau 79,07 ribu ton per tahun, diikuti Inggris 12,95% per
tahun atau 63,24 ribu ton per tahun, Perancis 12,86% per tahun atau 43,79
ribu ton per tahun, dan Spanyol 12,08% per tahun atau 31,10 ribu ton per
tahun. Volume impor Indonesia dalam waktu tiga tahun yaitu 2012-2014
terus mengalami penurunan hingga 51,50% per tahun. Dua tahun terakhir
(2015-2016) kegiatan impor tiga komoditas stop sma sekali. Hal ini
menunjukkan bahwa produksi tiga jenis komoditas tersebut sudah
mencukupi untuk memenuhi domestik (Gambar 5).
4.2 Keadaan Manggis Indonesia
1. Perkembangan Ekspor dan Impor Manggis Indonesia
Selama kurun waktu lima tahun terakhir (2014 – 2018) perkembangan
37
volume ekspor manggis tumbuh positif rata-rata sebesar 130,01% per tahun.
Pertumbuhan ini bersifat semu karena dua tahun sebelumnya mengalami
penurunan volume ekspor secara berturut-turut sebesar 8,44% dan 73,77%.
Jadi peningkatan ekspor pada tahun 2018 menjadi 38,83 ribu ton
mengembalikan kuantitas ekspor seperti tahun 2015 sebesar 38,18 ribu ton.
Gambar. 6 Perkembangan Volume Ekspor Dan Nilai Ekspor Manggis Di Indonesia,
2007-2008
Peningkatan volume ekspor manggis lima tahun terakhir selaras dengan
peningkatan nilai ekspornya. Hanya saja tingginya laju pertumbuhan nilai ekspor
tahun 2018 sebesar 725,25% lebih dikarenakan oleh turunnya kurs nilai mata
uang rupiah terhadap mata uang dolar (Gambar 6).
Sampai saat ini Indonesia tidak melakukan impor komoditas manggis,
kebutuhan buah manggis domestik sudah tercukupi oleh produksi dalam negeri,
bahkan sudah surplus. Kelebihan pasokan manggis Indonesia menjadi komoditas
45.000
40.000
35.000
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Vol. Ekspor (Ton) 9.093 9.466 11.31 11.38 12.60 20.16 7.648 10.08 38.17 34.95 9.167 38.83
Nil. Ekspor (000 USD) 9.93 9.466 11.319 11.388 12.603 20.169 5.734 6. 545 17.212 20.220 4.031 33.268
38
ekspor ke banyak negara. Dua tahun terakhir ekspor manggis Indonesia sudah
merambah ke beberapa negara di Asia, salah satunya Malaysia sebagai
pengimpor terbesar sebanyak 9,21 ribu ton atau sebesar 38,37% dari total
volume ekspor manggis Indonesia sebesar 24 ribu ton. Negara kedua adalah
Thailand mengimpor sebesar 5,68 ribu ton atau berkontribusi 23,65% terhadap
total volume ekspor manggis Indonesia, dan ketiga Vietnam mengimpor 3,15
ribu ton atau berkontribusi 13,13%.
39
V. HASIL DAN PEMBAHSAN
5.1 Arah Perkembangan (Trend) Manggis Indonesia
Analisis trend ialah suatu metode analisis statistika yang ditujukan untuk
melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang.
(Atmajaya, 2009) dalam (Lisna, 2017) trend yaitu gerakan jangka panjang yang
memiliki kecenderungan menuju pada satu arah, yaitu arah naik dan turun.
Sedangkan menurut Purwanto (2011), trend adalah suatu gerakan kecenderungan
naik atau turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari
waktu ke waktu dan nilainya cukup rata atau mulus (smooth).
Tabel 6. Produksi, Nilai Ekspor Impor Manggis Indonesia Periode 2009-2018
Tahun T Produksi
(Ton)
Nilai Ekspor
(US$)
Nilai Impor
(US$)
2009 1
2.569.200 1161 555
2010 2
1.576.376 1065 817
2011 3
2.460.570 2025 808
2012 4
2.774.784 2192 942
2013 5
2.514.187 1413 348
2014 6
2.733.508 1801 582
2015 7
2.176.448 1821 -
2016 8
2.184.399 638 -
2017 9
2.566.046 1043 1
2018 10
3.083.643 1052 5
Rata-Rata 2463916,1 1421,1 405,8
Sumber: FAO, diolah 2020
40
Gambar 7. Grafik Produksi(Ton) Manggis Indonesia Tahun 2009-2018
Berdasarkan gambar 7 grafik produksi manggis Indonesia mengalami
pergerakan yang fluktuatif dibeberapa tahun selama 10 tahun terakhir. Produksi
rendah terjadi pada tahun 2010 dengan nilai 1.576.376 ton kemudian meningkat
pesat di tahun 2018 dengan nilai 3.083.643 ton. Terjadi penurunan produksi pada
tahun 2010 dikarenakan ilklim yang kurang mendukung dan kualitas bibit
manggis yang kurang baik dan kembali meningkat di tahun berikutnya karena
adanya bantuan bibit unggul dari pemerintah.
Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa produksi manggis
tidak mengalami signifikan dengan nilai 0,27. Nilai trend atau perkembangan dari
produksi manggis Indonesia dari tahun ke tahun yaitu sebesar 52.128,09 yang
artinya Indonesia hanya mampu memproduksi manggis 52,128 ribu ton dengan
nilai R2 sebesar 0,1469 atau 14% yang artinya tingkat produksi manggis 10 tahun
masih lemah.
2.569.200
1.576.376
2.460.570
2.774.784
2.514.187 2.733.508
2.176.448 2.184.399
2.566.046
3.083.643
y = 52128x + 2E+06 R² = 0,1469
-
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Ton
Tahun
Produksi (Ton) Manggis Indonesia
Tahun 2009-2018
Volume (Ton) Linear ( Volume (Ton))
41
Gambar 8. Grafik Nilai Ekspor (US$) Manggis Indonesia tahun 2009-2018
Berdasarkan gambar 8 grafiik nilai ekspor manggis Indonesia dari tahun
2009-2018 di atas sama dengan grafik volume produksi yaitu berfluktuatif yang
dimulai pada tahun 2010 sebesar 1065 US$. Tahun selanjutnya mengalami variasi
fluktuasi yang akhirnya pada tahun 2016 nilai ekspor manggis menurun dengan
nilai sebesar 638 US$. Hal ini terjadi karena terkadang ketika buah manggis
Indonesia telah dikirim, ujung-ujungnya terhenti di badan karantina atau
pemeriksaan kesehatan di negara tujuan. Hal ini disebabkan karena kualitas
barang kita dinilai tidak sesuai dengan ketentuan di negara importir. Kemudian
kembali meningkat di tahun selanjutnya.
Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai ekspor
manggis Indonesia tidak mengalami signifikan dengan nilai 0,37. Nilai trend atau
perkembangan dari ekspor manggis Indonesia dari tahun ke tahun yaitu sebesar
1161 1065
2025 2192
1413
1801 1821
638
1043 1052
y = -53,303x + 1714,3 R² = 0,0997
0
500
1000
1500
2000
2500
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
US$
Tahun
Nilai Ekspor (US$) Manggis Indonesia Tahun
2009-2018
Nilai Ekspor (US$) Linear ( Nilai Ekspor (US$))
42
-53,30 yang artinya nilai ekspor manggis Indonesia masih rendah dengan R2
sebesar 0,0997 atau 9% yang artinya nilai ekspor selama 10 tahun masih lemah.
Gambar 9. Grafik nilai impor (US$) manggis Indonesia tahun 2009-2018
Berdasarkan gambar 9 grafik nilai impor manggis Indonesia dari tahun
2009-2018 berfluktuatif sama halnya dengan gambar 7 dan gambar 8, dapat
dilihat pada tahun 2012 nilai impor manggis meningkat dari tahun sebelumnya
dengan nilai 942 US$ dan tahun 2013 menurun dengan nilai mencapai 348 US$,
tahun selanjutnya kembali meningkat namun tahun 2015 dan 2016 menurun
drastis dengan nilai 0 US$.
Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai impor
manggis Indonesia mengalami signifikan dengan nilai 0,0032. Nilai trend atau
perkembangan dari nilai ekpsor manggis Indonesia dari tahun ke tahun yaitu
sebesar -104,812 yang artiya nilai impor manggis Indonesia lebih rendah dengan
nilai -104,812 US$ per tahun dengan nilai R2 sebesar 0,682 atau 68% yang
artinya nilai impor manggis ke Indonesia cukup kuat selama 10 tahun terakhir.
555
817 808
942
348
582
0 0 1 5
y = -104,81x + 982,27 R² = 0,682
-200
0
200
400
600
800
1000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
US$
Tahun
Nilai Impor (US$) Manggis Indonesia Tahun
2009-2018
Nilai Impor (US$) Linear ( Nilai Impor (US$))
43
Menurut (Imam Ghozali, 2011) nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Apabila nilai koefisien determinasi semakin besar, maka
semakin besar kemampuan semua variabel independen dalam menjelaskan
variansi dari variabel dependenya.
Tingginya nilai impor dibandingkan dengan volume ekspor dikarenakan
minat masyarakat yang masih menyukai produk buah impor ketimbang dalam
negeri serta minimnya upaya pengembangan produksi buah dalam negeri.
Kalaupun ada eskpor buah, dinilai hanya sementara karena tidak disertai
penanganan terpadu dan berkelangjutan. Hal ini didukung oleh Ketua Umum
Asosiasi Eskportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI) Hasan Johnny Widjaja
menyapampaikan bahwa trend konsumsi buah dalam negeri masih menyukai
buah-buah impor ketimbang dalam negeri. Selain karena minat konsumen, juga
karena pengembangan varietas buah dalam negeri tidak sekuat asing.
5.2 Keunggulan Kompetitif Manggis Indonesia
Keunggulan kompetitif pada penelitian ini menggunakan dua analisis
pertama Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) dan kedua Acceleration Ratio (AR).
Menurut (Pearson, et al 2005) dalam (Desi dan Ermi 2017) keunggulan
kompetitif adalah suatu indikator secara privat, dimana didasarkan pada suatu
harga pasar komoditas tersebut atau nilai uang yang berlaku saat yang digunakan
untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya yang digunakan merupakan suatu
44
cara untuk mempertahankan dan mencapai keunggulan kompetitif. Apabila suatu
komoditas tidak memiliki keunggulan kompetitif, hal ini diperkirakan disuatu
negara penghasil komoditas tersebut terjadi distorsi pasar atau terjadi kerugian
oleh produsen akibat adanya suatu hambatan.
5.2.1 Indeks Spesialisasi Perdagangan Manggis Indonesia
ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan) digunakan untuk
menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu komoditas. ISP
ini dapat menggambarkan apakah untuk suatu komoditas, posisi
Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau importir komoditas
Pertanian tersebut (Bustamin dan Hidayat, 2013).
a. Indeks Spesialisasi Perdagangan Manggis Indonesia
Gambar 10. Grafik Indeks Spesialisasi Perdagangan Manggis Indonesia
Berdasarkan gambar 10 di atas dapat dilihat grafik nilai ISP
Indonesia pada periode 2009-2018 mengalami pergerakan fluktuasi. Nilai
intersep (a) yaitu 0,09 dengan nilai rata-rata ISP yaitu sebesar 0,6 (1 s/d
0,35
0,13
0,43 0,40
0,60 0,51
1,00 1,00 1,00 0,99 y = 0,0992x + 0,0964
R² = 0,8356
-
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Nila
i
Tahun
Nilai ISP Manggis Indonesia Tahun 2009-2018
ISP
Linear (ISP)
45
0,7) yang artinya manggis pada negara Indonesia dalam tahap perluasan
ekspor dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing yang kuat
(Kementerian Pertanian 2015). Dengan hasil tersebut dapat pula dikatakan
bahwa ISP Indonesia untuk produk manggis di pasar dunia adalah sebagai
eksportir.
Terlihat pada gambar 10 grafik pada tahun 2009-2015 terus
mengalami peningkatan walapun tahun selanjutnya sedikit menurun.
Dalam perkembangan manggis Indonesia selama 10 tahun terakhir
mengalami signifikan dengan nilai 0,000215. Nilai trend yaitu 0,0991 atau
9,91 US$ ton yang artinya ISP Indonesia mengalami perkembangan sangat
tinggi dalam 10 tahun terakhir dengan R2 0,8356 yang artinya manggis
Indonesia memiliki pengaruh 83 % terhadap manggis dunia. Sesuai yang
dikatakan (Imam Ghozali, 2011) nilai R2
yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Apabila nilai
koefisien determinasi semakin besar, maka semakin besar kemampuan
semua variabel independen dalam menjelaskan variansi dari variabel
dependenya.
Nilai ISP Indonesia yang dalam tahap perluasan ekspor dalam
perdagangan dunia atau memiliki daya saing yang kuat dikarenakan
beberapa faktor yaitu memiliki kualitas yang sesuai dengan Standarisasi
Nasional Indonesia (SNI) selain itu bibit yang digunakan adalah bibit yang
berkualitas tinggi dari bantuan pemerintah.
46
b. Indeks Spesialisasi Perdagangan Manggis Malaysia
Gambar 11. Grafik Indeks Spesialisasi Perdagangan Manggis Malaysia Tahun
2009-2018
Berdasarkan gambar 11 grafik di atas dapat dilihat nilai ISP
Malaysia pada periode 2009-2018 berfluktuasi namun posisi lemah pada
tahap perkembangan selama 10 tahun terakhir. Nilai intersep (a) ISP
Indoensia yaitu 0,01. Nilai rata-rata ISP Malaysia yaitu sebesar -0,48 (-1
s/d -0,5) yang posisi manggis Malaysia dalam tahap pengenalan dalam
perdagangan dunia atau memiliki daya saing rendah atau negara
Malaysia sebagai importir (Kementerian Pertanian 2015).
Pada tahun 2009-2013 nilai ISP Malaysai terus menurun dan pada
tahun 2014 meningkat dengan nilai -0,21691 namun nilai ISP pada tahun
selanjutnya kembali mengalami penurunan dan tidak mengalami
signifikan dalam perkembangan selama 10 tahun dengan nilai 0,25. Nilai
trend yaitu 0,0185 yang artinya ISP Malaysia mengalami perkembangan
sebesar 1,85 ton selama 10 tahun terakhir dengan nilai R2 0,1552 yang
-0,50 -0,59 -0,58
-0,70
-0,43
-0,22
-0,52
-0,35
-0,59
-0,36
y = 0,0185x - 0,5846 R² = 0,1552
-0,80
-0,60
-0,40
-0,20
0,00
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Nila
i
Tahun
Nilai ISP Manggis Malaysia Tahun 2009-2018
ISP Linear (ISP)
47
artinya manggis Malaysia memiliki pengaruh 15% terhadap manggis
dunia. Menurut (Imam Ghozali, 2011) nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas.
c. Indeks Spesialisasi Perdagangan Manggis Thailand
Gambar 12. Grafik Indeks Spesialisasi Perdagangan Manggis Thailad
Tahun 2009-2018
Bedasarkan gambar 12 di atas dapat dilihat nilai ISP Thailand
pada periode 2009-2018 relatif cukup sama. Nilai intersep (a) yaitu -0,04.
Nilai rata-rata ISP Thailand yaitu sebesar 0,89 (0,8 s/d 1.0) yang artinya
posisi manggis Thailand menandakan bahwa posisi negara Thailand pada
tahap pematangan dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing
yang kuat (Kementrian Pertanian, 2015).
Namun pada tahun 2015 mengalami penurunan dengan nilai
0,9948 dan terus menurun hingga titik terendah pada tahun 2018 dengan
1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99
0,85 0,88 0,95
0,26 y = -0,0482x + 1,1541 R² = 0,4078
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Nila
i
Tahun
Nilai ISP Manggis Thailand Tahun 2009-2018
ISP Linear (ISP)
48
nilai 0,257 dan dalam perkembangan manggis Thailand selama 10 tahun
mengalami signifikan dengan nilai 0,0469 yang artinya nilai ISP
Thailand mengalami perkembangan sebesar 4,69 ton selama 10 tahun
dengan nilai R2 0,4078 yang artinya manggis Thailand memiliki
pengaruh 40% terhadap kebutuhan manggis dunia. Menurut (Imam
Ghozali, 2011) nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat
terbatas.
Tabel 7 Hasil Analisis Trend & ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan) pada
Tiga Negara di ASEAN tahun 2009-2018
Area Rata-Rata ISP Trend ISP Prob. Uji-t Convident
Level
Dunia - 188.854,42 0,0004 99%
Ind 0,6 0,09 0,0002 99%
May -0,48 0,01 0,2599 non Sig.
Thai 0,89 -0,04 0,0468 90%
Sumber: FAO, diolah 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat tingkat kepercayaan diri
(confidence level) dunia dan Indonesia dengan nilai 99%, kemudian
Thailand dengan nilai 90%. Dari ketiga negara di atas yang tidak signifikan
hanya negara Malaysia atau tingkat kepercayaan diri non Sig. nilai rata-rata
ISP tertinggi dengan nilai 0,89 diduduki Thailand dengan analisis trend
sebesar -0,0481, menyusul Indonesia dengan nilai rata-rata ISP sebesar 0,6
dengan analisis trend sebesar 0,0991. Posisi ketiga adalah Malaysia dengan
nilai rata-rata ISP sebesar -0,48. nilai analisis trend sebesar 0,0184. Dapat
disimpulkan ISP manggis Indonesia dalam tahap perluasan ekspor dalam
perdagangan dunia atau memiliki daya saing yang kuat.
49
5.2.2 Akselerasi Perdagangan Manggis Indonesia
Acceleration Ratio (AR) digunakan dalam penelitian ini untuk
melihat perbandingan antara percepatan pertumbuhan ekspor suatu negara
terhadap percepatan pertumbuhan impor dunia. Suatu negara dapat
dikatakan memiliki daya saing serta penetrasi yang kuat dalam merebut
pasar terhadap suatu produk apabila memiliki nilai AR mendekati atau
lebih dari 1 (AR>1). Apabila nilai AR suatu negara kurang dari nol
(AR<0) atau mendekati -1 berarti ada yang merebut pangsa pasar
pemasok sehingga negara tadi tidak dapat merebut pasar. Penetrasi pasar
disini penting untuk dapat melihat seberapa besar percepatan perdagangan
manggis Indonesia dan anggota negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, dan
Thailand) dalam merebut pasar dunia atau internasional untuk produk
manggis.
Tabel 8. Hasil Analisis Trend dan AR (Acceleration Ratio) pada Tiga
Negara di ASEAN tahun 209-2018
Area AR
Trend Nilai
Ekspor (US$) Prob. Uji-t
Convident
Level
Dunia - 188.854,42 0,0000 99%
Thailand 197,4 9119,33 0,2773 non Sig.
Malaysia 0,004
822,03
0,0318 90%
Indonesia 0,0002
-53,30
0,3740 non Sig.
Sumber: FAO, diolah 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai AR dari masing-masing
negara berdasarkan peringkat dengan nilai AR tertinggi yaitu sebesar 197,4
dengan kata lain nilai tersebut melebihi angka satu (AR > 1). Artinya
50
petumbuhan ekspor komoditas di negara Thailand lebih besar dari
pertumbuhan impor (penyerapan) dunia hal tersebut terlihat dengan nilai
ekspor manggis Thailand yang besar terhadap dunia dibandingkan Malaysia
dan Indonesia. Thailand juga dapat menjadi market leader dalam perdagangan
manggis dunia.
Peringkat tertinggi kedua dengan nilai AR 0,004 (AR>1) tidak
mendekati 1 namun tidak kurang dari nol di tempati oleh Malaysia, dengan
nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa Malaysia berada jauh di bawah nilai
AR dari Thailand dengan selisih AR kedua negara tersebut sebesar 197,4. Hal
tersebut menjelaskan bahwa Malaysia tetap berdaya saing namun penetrasi
pasar atau kemampuan merebut pasar yang tergolong masih lemah dalam
perdagangan dunia serta memiliki nilai ekpsor yang lemah terhadap dunia.
Peringkat ketiga yaitu Indonesia dengan nilai AR 0,0002 (AR>1) tidak
mendekati 1 namun tidak kurang dari nol. Hal tersebut menjelaskan bahwa
Malaysia dan Indonesia tetap berdaya saing namun penetrasi pasar atau
kemampuan merebut pasar yang tergolong masih lemah dalam perdagangan
dunia serta memiliki nilai ekspor yang lemah terhadap dunia.
5.3 Keunggulan Komparatif Manggis Indonesia
Keunggulan komparatif pada penelitian ini menggunakan dua analisis
pertama (Revealed Comparative Advantage – RCA) dan yang kedua Import
Dependency Ratio (IDR). Menurut (Apri dan Lizia 2011), keunggulan
komparatif merupakan suatu konsep yang diterapkan suatu negara untuk
membandingkan beragam aktivitas produksi dan perdagangan dunia. Biaya
51
produksinya dinyatakan dalam nilai sosial, dan harga komoditas diukur pada
tingkat harga di pelabuhan yang berarti juga berupa biaya sosial. Indokator
keunggulan komparatif digunakan untuk mengetahui apakah suatu negara
memiliki keunggulan ekonomi untuk suatu komoditas.
5.3.1 Daya Saing (RCA) Manggis Indonesia
Daya saing dapat diartikan sebagai kemampuan atau keunggulan
komoditas pertanian untuk mempertahankan perolehan laba dan pangsa
pasar sehingga dapat mempertahankan kelanjutan usaha. RCA merupakan
salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja ekspor
komoditas manggis Indonesia di pasar dunia. Nilai RCA yang lebih dari 1
(RCA>1) menunjukkan bahwa manggis hasil produksi Indonesia
memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata (dunia) atau berdaya
saing kuat terhadap dunia sehingga dapat dipertahankan untuk tetap
melakukan ekspor. Apabila nilai RCA kurang dari 1 (RCA<1)
menunjukkan bahwa hasil produksi lemah.
52
a. Daya Saing (RCA) Manggis Thailand
Gambar 13. Grafik Nilai RCA Manggis Thailand Tahun 2009-2018.
Berdasarkan gambar 13 grafik di atas menunjukkan pergerakan nilai
RCA periode 2009-2018 mengalami fluktuasi atau menunjukkan pergerakan
naik turun atau tidak tetap dengan kondisi trend atau perkembangan yang
menurun setiap tahunnya sebesar -0,0567 US$. Nilai intersep yaitu 3,7672,
nilai trend sebesar -0,0567 atau RCA Thailand mengalami penurunan
sebesar -5.67 US$ ton setiap tahunnya selama 10 tahun. Nilai RCA tertinggi
berada pada tahun 2013 dengan nilai sebesar 4,83, sedangkan nilai RCA
terendah berada pada tahun 2018 sebesar 0,54. Manggis Thailand memiliki
nilai rata-rata RCA lebih dari 1 (RCA>1) dengan nilai rata-rata sebesar 3,46.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Thailand memiliki daya
saing dalam produk manggis di pasar dunia.
3,33 2,93
2,52
3,70
4,83 4,78
3,98 3,70
4,24
0,54
y = -0,0567x + 3,7672 R² = 0,0185
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Nila
i
Tahun
Nilai RCA Manggis Thailand Tahun 2009-2018
RCA Linear (RCA)
53
b. Daya Saing (RCA) Manggis Malaysia
Gambar 14. Grafik Nilai RCA Manggis Malaysia Tahun 2009-2018
Berdasarkan gambar 14 grafik di atas menunjukkan nilai RCA
manggis Malaysia pada periode tahun 2009-2018 relatif fluktuasi atau
menunjukkan pergerakan naik turun atau tidak tetap dengan kondisi
trend atau perkembangan yang meningkat setiap tahunnya sebesar
0,0149. Nilai intersep yaitu sebesar 0,099 nilai trend yaitu 0,0149 atau
RCA Malaysia meningkat sebesar 1,49 US$ ton setiap tahun selama
10 tahun. Nilai tertinggi berada pada tahun 2014 sebesar 0,34
sedangkan nilai RCA terendah berada pada tahun 2011 sebesar 0,09.
Manggis Malaysia memiliki nilai rata-rata RCA lebih kecil dari 1
(RCA˂1) dengan nilai rata-rata sebesar 0,18. Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa Malaysia tidak memiliki daya saing dalam
produk manggis di pasar dunia.
0,15
0,08 0,09 0,08
0,25
0,34
0,19
0,24
0,11
0,28
y = 0,015x + 0,099 R² = 0,2366
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Nila
i
Tahun
Nilai RCA Manggis Malaysia Tahun 2009-2018
RCA Linear (RCA)
54
c. Daya Saing (RCA) Manggis Indonesia
Gambar 15. Grafik Nilai RCA Manggis Indonesia Tahun 2009-2018
Berdasarkan gambar 15 grafik di atas nilai RCA manggis
Indonesia pada periode 2009-2018 relatif berfluktuasi atau
menunjukkan pergerakan naik turun atau tidak tetap dengan kondisi
trend atau perkembangan yang cenderung menurun dari tahun ke tahun
dengan nilai sebesar -0,0041. Nilai intersep yaitu 0,0557, nilai trend
sebesar -0,0041 atau RCA Indonesia mengalami penurunan sebesar -
0,41 US$ ton setiap tahunnya selama 10 tahun. Nilai RCA tertinggi
berada pada tahun 2012 sebesar 0,5 sedangkan nilai RCA terendah
berada pada tahun 2016 sebesar 0,1. Manggis Indonesia memiliki
nilai rata-rata RCA lebih kecil dari 1 dengan nilai rata-rata sebesar
0,03. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia
tidak memiliki daya saing dalam produk manggis di pasar dunia.
Melihat daya saing komparatif dengan menggunakan metode
0,05
0,03
0,05 0,05
0,03 0,04 0,04
0,01 0,01 0,02
y = -0,0041x + 0,0557 R² = 0,6765
0,00
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Nila
i
Tahun
Nilai RCA Manggis Indonesia Tahun 2009-2018
RCA Linear (RCA)
55
RCA memperlihatkan produk ekspor ini tidak memiliki daya saing.
Hal ini terlihat setiap tahunnya nilai RCA yang diperoleh kurang dari
1. Dan dapat diketahui 10 tahun terakhir 2009-2018 kinerja ekspor
masih lemah jika dilihat dari keunggulan komparatif, namun jika
dilihat dari keunggulan kompetitif manggis Indonesia mampu berdaya
saing dan dalam taham perluasan ekspor. Nilai RCA Indonesia tidak
memenuhi nilai rata-rata ini dikarenakan percepatan bisnis atau nilai
AR Indonesia stagnan artinya Indonesia tidak tumbuh dan tidak
berkembang.
Tabel 9. Hasil Analisis Trend Dan RCA Pada Tiga Negara di ASEAN Tahun
2009-2018
Area Rata-Rata
RCA Trend RCA Prob. Uji-t
Convident
Level
Dunia - 188.854,42 0,0000 99%
Thai 3,46 -0,05 0,7075 non Sig.
May 0,18 0,01 0,1539 non Sig.
Ind 0,03 -0,0 0,0034 95%
Sumber: FAO, diolah 2020
Berdasarkan hasil analisis trend dan RCA di atas dapat dilihit nila i
tertinggi RCA berada pada negara Thailand sebesar 3,46. Nilai Prob. Uji-t
0,7075 yang menunjukkan bahwa (Confidence Level) atau tingkat
kepercayaan non Sig. Menyusul negara Malaysia yang berada di posisi kedua
nilai rata-rata RCA sebesar 0,18. Nilai Prob. Uji-t 0,1539 sama halnya dengan
Thailand, Malaysia juga memiliki (Confidence Level) atau tingkat
kepercayaan non Sig. Posisi ketiga adalah Indonesia nilai rata-rata RCA
56
sebesar 0,03. Nilai Prob. Uji-t 0,0034 berbeda dengan Thailand dan Malaysia,
Indonesia memiliki (Confidence Level) atau tingkat kepercayaan 95%.
5.3.2 Import Dependency Ratio (IDR) Manggis
a. Import Dependency Ratio (IDR) Manggis Thailand
Gambar 16. Grafik Nilai IDR Manggis Thailand Tahun 2009-2018
Berdasarkan gambar 16 grafik di atas nilai IDR manggis
Thailand pada periode tahun 2009-2018 relatif berfluktuasi atau
menunjukkan pergerakan naik turun atau tidak tetap, dengan kondisi
trend atau perkembangan yang cenderung meningkat dari tahun ke
tahun dengan nilai sebesar 0,1982. Nilai intersep yaitu - 0,6769, nilai
trend 0,198167 mengalami peningkatan sebesar 19,8167 ton setiap
tahunnya. Nilai IDR terendah berada pada tahun 2009 sebesar -0,21
sedangkan nilai IDR tertinggi berada pada tahun 2018 sebesar 2,07.
-0,21 -0,06 0,02 0,01 0,01 0,01
0,59 0,83 0,85
2,07 y = 0,1982x - 0,6769 R² = 0,7361
-1,00
-0,50
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Qu
anti
ty
Tahun
Nilai IDR Thailand Tahun 2009-2018
IDR Linear (IDR )
57
b. Import Dependency Ratio (IDR) Manggis Malaysia
Gambar 17. Grafik Nilai IDR Manggis Malaysia Tahun 2009-2018
Berdasarkan gambar 17 grafik di atas nilai IDR Malaysia
periode tahun 2009-2018 mengalami fluktuasi atau menunjukkan
pergerakan naik turun atau tidak tetap dengan kondisi trend atau
perkembangan yang cenderung menurun dari tahun ke tahun dengan
nilai sebesar -26,67. Nilai intersep yaitu 270,98, nilai trend sebesar -
26,6697 atau IDR Malaysia mengalami penurunan sebesar -2.666,97
ton setiap tahunnya selama 10 tahun. Nilai IDR tertinggi berada pada
tahun 2012 sebesar 465,3 sedangkan nilai IDR terendah berada pada
tahun 2018 sebesar -595,9.
-157,4 -175,5
455,8 465,3 453,0 374,6
158,9 128,0 136,3
-595,9 y = -26,67x + 270,98
R² = 0,054
-800,0
-600,0
-400,0
-200,0
0,0
200,0
400,0
600,0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Qu
anti
ty
Tahun
Nilai IDR Malaysia Tahun 2009-2018
IDR Linear (IDR )
58
c. Import Dependency Ratio (IDR) Manggis Indonesia
Gamabar. 18 Grafik Nilai IDR Manggis Indonesia Tahun 2009-2018
Berdasarkan gambar 18 grafik di atas nilai IDR manggis
Indonesia pada periode 2009-2018 relatif berluktuasi pergerakan naik
turun atau tidak tetap dengan kondisi trend atau perkembangan yang
cenderung meningkat dari tahun ke tahun dengan nilai sebesar -
0,0067. Nilai intersep yaitu 0,0576, nilai trend -0,00674 atau IDR
Indonesia mengalami penurunan sebesar -0674 ton setiap tahunnya
selama 30 tahun. Nilai IDR tertinggi berada pada tahun 2010 sebear
0,07 sedangkan nilai IDR terendah berada pada tahun 2014, 2015 dan
2016 sebesar 0 ini dikarenakan pada tahun 2014, 2015 dan 2016
Indonesia tidak melakukan impor manggis terhadap negara eksportir.
Sampai saat ini Indonesia tidak melakukan impor komoditas
manggis, kebutuhan buah manggis domestik sudah tercukupi oleh
produksi dalam negeri, bahkan sudah surplus. Kelebihan pasokan
0,03
0,07
0,04 0,04
0,02 0,01
0,00 0,00 0,00 0,00
y = -0,0067x + 0,0576 R² = 0,7067
-0,02
0,00
0,02
0,04
0,06
0,08
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Qu
anti
ty
Tahun
Nilai IDR Manggis Indonesia Tahun 2009-2018
IDR Linear (IDR )
59
manggis Indonesia menjadi komoditas ekspor ke banyak negara (Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian 2019).
Tabel 10. Hasil Analisis Trend Dan IDR (Import Dependency Ratio)
Pada 3 Negara Di ASEAN Tahun 2009-2018
Area Rata-Rata
IDR Trend IDR Prob. Uji-t
Convident Level
Dunia - 188854,4 0,0000 0,99%
Indonesia 0,02 -0,0 0,0023 0,95%
Malaysia 124,3 -26,6 0,5181 non Sig.
Thailand 0,41 0,1 0,0014 95%
Sumber: FAO, diolah 2020
Berdasarkan tabel diatas nilai trend dan Nilai IDR pada 3 negara di
ASEAN menunjukkan bahwa posisi pertama nilai rata-rata IDR berada
pada negara Malaysia dengan nilai 124,3, artinya Malaysia ketergantungan
impor terhadap negara eksportir. nilai trend -26,6 ton, dengan Prob. Uji-t
yaitu 0,5181 yang menunjukkan confidence level atau tingkat kepercayaan
Malaysia non Sig. Menyusul Thailand di posisi kedua nilai rata-rata IDR
sebesar 0,41, nilai trend 0,1 dengan Prob. Uji-t yaitu 0,0014 tingkat
kepercayaan diri sebesar 95 %,. Kemudian posisi ketiga berada pada
negara Indonesia dengan nilai rata-rata IDR sebesar 0,02, nilai trend -0,0
dengan Prob. Uji-t 0,0023 tingkat kepercayaan diri sebesar 95%. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga negara di atas yang menunjukkan
ketergangtungan impor manggis terhadap negara eksportir adalah
Malaysia menyusul Thailand kemudian Indonesia.
60
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Arah perkembangan (trend) manggis Indonesia menunjukkan hasil
tingkat impor manggis ke Indonesia selama 10 tahun lemah.
2. Nilai daya saing keunggulan kompetitif Indeks Spesialisasi
Perdaganagn Indonesia berada pada tahap perluasan ekspor dalam
perdagangan dunia (eksportir). Hal tersebut mengindikasikan bahwa
kawasan ASEAN masih memiliki peluang untuk menjadi market
leader untuk dunia. Sedangkan Akselerasi perdagangan (kemampuan
merebut pasar) pada kawasan ASEAN (Indonesia dan Malaysia)
tergolong masih lemah.
3. Nilai daya keunggulan komparatif RCA pada kawasan ASEAN
(Indonesia dan Malaysia) tidak berdaya saing dalam perdagangan
manggis dunia. Sedangkan nilai RCA Thailand memiliki daya saing
dalam produk manggis di pasar dunia.
6.2 Saran
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Ekspor perkembangan produksi, ekspor impor manggis Indonesia menunjukkan
arah yang berfluktuasi dengan tingkat produksi dan ekspor yang semakin
61
meningkat sedangkan impor ke Indonesia menurun. Pemerintah perlu
mempertahankan atau meningkatkan produksi manggis agar kebutuhan
dalam negara terpenuhi.
2. Kawasan ASEAN dalam ISP yang selain perlu peningkatan produksi produksi
perlu pula dilakukan penganekaragaman produk manggis sesuai dengan
kebutuhan pasar dunia agar dapat bertahan dan berdaya saing kuat. Sedangkan
Akselarasi Perdagangan (kemampuan merebu pasar) pada kawasan ASEAN
tergolong masih sangat lemah. Hal ini menunjukkan perlunya kerjasama antara
semua anggota ASEAN untuk mewujudkan cita-cita MEA untuk menjadi
sentra produksi terutama dalam pengembangan inovasi yang lebih efisien.
3. Kawasan ASEAN dalam RCA perlu perluasan tanam dan peningkatan
produktivitas agar dapat bertahan dan berdaya saing kuat, mengingat Indonesia
memilin SDA yang melimpah.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Piter. 2002. Daya Saing Daerah: Konsep dan Pengukurannya Di
Indonesia.BPFE: Yogyakarta.
Agustina T. 2008. Analisis Daya Saing Apel Ropis di Kota Batu. Jurusan Sosial
Ekonmi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember. Jembar. Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian 2 (2).
Budi Ramanda Bustami dan Paidi Hidayat. 2013. Analisis Daya Saing Produk
Ekspor Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Vol.1.
No.2
BPS (Badan Pusat Statistic). 2012. Statistik Indonesia. BPS. Jakarta
BPS. 2019. Stastitik Tanaman Sayuran dan Buah-buahan Semusim Indonesia.
Badan Pusat Statistik. http://www.bps.go.id.
BSN (Badan Standarisasi Nasional). 2016 Standar Nasional Indonesia SNI-3391-
2000). Syarat Manggis . Jakarta, Indonesia: BSN
Chadhir Muhammad. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor
Teh Indonesia Ke Inggris 1979-2012. Jurnal Penelitian. Jurusan Ekonomi
Pembangunan. Fakultas Ekonomi.Universitas Negeri Semarang. Vol.4
No.3.
Direktorat Jendral Hortikultura. 2012. Laporan Akntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2012. Jakarta.
Firdaus A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Galeh Eko Prasetyo. 2018. Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Karet Alam
Indonesia.. Skripsi. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Univerrsitas Muhammadiyah Makassar.
Ganda Hutapea, Elvina Margaerth, dan Lukas Tarigan. 2014. Analisis Pengaruh
Kurs US$/IDR, Harga Minyak, Harga Emas Terhadap Return Sahan
(Studi Kasus pada BEI Periode 2007-2011). Jurnal Ilmiah. Buletin
Ekonomi ISSN:1410-3842.
Ghozali Imam 2011. Aplikasi Analisis Multivarate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Deponegoro
63
Global Competitiveness Report http://weforum.org/reprts/global-competitiveness-
report-2012-2013.
Haryanto, Tri. 2009. Ekonomi Pertanian. Surabaya. Airlangga University Press.
Hidayat. 2013. Analisis Daya Saing Produk Ekspor Sumatera Utara. Jurnal
Ekonomi dan Keuangan. 1 (2). 14876.
Ika Kartika Dewi. 2013. Analisis daya saing produk kayu olahan sekunder
(SPWP) Indonesia di Pasar Internasional. Departemen Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Indri Ukrita. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemintaan Ekspor Kopi
Sumatera Barat Ke Malaysia. Jurnal Penelitian Lumbung. Vol. 11 No. 1.
Kementerian Pertanian, 2015. Kinerja Perdagangan Komoditas Petanian. Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2015
Kementerian Pertanian. 2015. Modul Pemberdayaan Dalam Upaya Khusus
Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2015 Kerjasama
Kementerian Pertanian RI dengan Perguruan Tinggi. Jakarta. 34 hal.
Kementerian Pertanian. 2018. Modul Penampingan Mahasiswa dalam Upaya
Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai. Badan
Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian 2015. 196
hal.
Kementeriaan Pertanian 2019. Outlook Manggis. Komoditas Pertanian Subsektor
Hortikultura. Badan Pusat Statistik Dan Informasi Pertanian Kementerian
Pertania`N 2019
Laila Sayekti Apri, dan Zamzami Lizia,. 2011. Analisis Keunggulan Komparatif
Dan Kompetitif Jeruk Siam di Sentra Produksi. Widyariset.
Lisna. 2017. Analisis Trend Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai di
Sulawesi Selatan. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah
Makassar, Makassar.
Mardiana, L,. 2011. Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Murtiningrum, Fery. 2013. Analisis Daya Saing Usahatani Kopi Rebusta (coffee
Canephora) di Kabupaten Rejang Lebong. Tesis Bengkulu: Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu.
64
Munandar. 2009. Budgeting: Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, dan
Pengawasan Kerja. Edisi Pertama. BPFE UGM: Yogyakarta.
Natsir, Mohammad. Mardiyati, Sri. 2016. Analysis of Competitiveness Asean Rice
Trade in The Era of Asean Economic Community. Proceeding International
Conference on Agribusiness Development for Human Welfare.
Agribusiness Department, Agriculture Faculty, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/12847 diakses 11 Juni 2020.
Purnamasari Hanani, Dan Huang. 2014. Analisis Daya Saing Ekspor Kopi
Indonesia Di Pasar Dunia. Jurnal Agrise. Vol. 14, No. 01:58-66.
Ragimun. 2012. Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia. Jurnal
Pembangunan Manusia. Vol.6 No.2.
Rakhmawan, Hendra. 2009. Analisis Daya Saing Komoditas Udang Indonesia di
pasar Internasional.IPB: Bogor.
Ratna Sari Dewi, dan Tety Ermi. 2017. Export Competitieness Analysis Or Coffee
Indonesian The World Market
Reni Kustiari, Helena J. Purba, Dan Hermanto. 2011. Analisis Daya Saing
Manggis Indonesia Di Pasar Dunia(Studi Kasus Di Sumatera Barat).
Jurnal Agro Ekonomi. Volume 30 No. 1, Mei 2012 : 81-107
Republika.co.id. 2019 https://www.republika.co.id/berita/ekonom i/pertanian /19 /02 /
21pn9qtu423-Indonesia-eksportir-manggis-peringkat-lima-di-dunia
Purwanto, Tri Joko. 2011. Anaisis Besarnya Pengaruh Pembiyaan, Financing to
Deposit Ratio (FDR) dan Ratio Non Performing Financial (NPF) Terhadap
Laba Bank Syariah. Jurnal Ilmiah Akuntansi.
Putu Krisna Adwitya Sanjaya. 2007. Analisis Beberapa Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Volume Ekspor Provinsi Bali 1990-2006. Jurnal ekonomi dan
sosial. Vol.1 No.2
Setyo,. 2009. Analisis Aliran Perdagangan Manggis Indoesia. Skripsi. Fakultas
Eknomi dan Manajemen. Institute Bogor. Bogor.
Tambunan, Tulus T.H, 2004. Globalisasi dan Perdagangan Internasional. Bogor
Selatan . Ghalia Indonesia.
UN. 2011. United Nations Commodity Trade (UNCOMTRADE) Statistic
Database, 2011. http://unstats.un.org/unsd/comtrade.
65
Vivin Kuraisin. 2006. Analisis Daya Saing dan Dampak Perrubahan Kebijakan
Pemerintah Terhada Komoditas Susu Sapi. Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumberdaya Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
157 hal.
66
L
A
M
P
I
R
A
N
67
Lampiran 1. Nilai Ekspor Impor Manggis Indonesia Periode 2009-2018
Nilai ekspor impor manggis Indonesia (US$)
Tahun Ekspor Impor
2009 1161 555
2010 1065 817
2011 2025 808
2012 2192 942
2013 1413 348
2014 1801 582
2015 1821 0
2016 638 0
2017 1043 1
2018 1052 5
Sumber:FAO, diolah 2020
Lampiran 2. Nilai Ekspor Impor Manggis Malaysia Periode 2009-2018
Nilai ekspor impor manggis Malaysia (US$)
Tahun ekspor Impor
2009 2907 8631
2010 2308 8844
2011 3193 11975
2012 2859 15943
2013 8261 20646
2014 12630 19627
2015 6391 20381
2016 8707 18265
2017 5204 19887
2018 10999 23574
Sumber:FAO, diolah 2020
Lampiran 3. Nilai Ekspor Impor Manggis Thailand Periode 2009-2018
Nilai ekspor impor manggis Thailand (US$)
Tahun ekspor Impor
2009 71410 107
2010 80972 256
2011 96345 675
2012 128139 359
2013 180342 473
2014 199320 860
2015 173050 14299
2016 165849 10302
68
2017 275509 7515
2018 31599 18676
Sumber:FAO, diolah 2020
Lampiran 4. Produksi Manggis Indonesia Periode 2009-2018
Produksi Manggis Indonesia (Ton)
2009 2569200
2010 1576376
2011 2460570
2012 2774784
2013 2514187
2014 2733508
2015 2176448
2016 2184399
2017 2566046
2018 3083643
Sumber:FAO, diolah 2020
Lampiran 5. Produksi Manggis Malaysia (Ton) Periode 2009-2018
Produksi Manggis Malaysia (Ton)
2009 21302
2010 22596
2011 67681
2012 78676
2013 69266
2014 77198
2015 98315
2016 102046
2017 113824
2018 67087
Sumber:FAO, diolah 2020
69
Lampiran 6. Produksi Manggis Thailand (Ton) Periode 2009-2018
Produksi Manggis Thailand (Ton)
2009 21302
2010 22596
2011 2793640
2012 3295586
2013 3421213
2014 3597589
2015 3331113
2016 3404745
2017 3803164
2018 3791208
Sumber:FAO, diolah 2020
Lampiran 7. Nilai RCA (Revealed Comparative Anvantage) Manggis
Indonesia Tahun 2009-2018
RCA Manggis Indonesia
Tahun [Xij] [Xis] [Wj] [Ws] Xij/Xis Wj/Ws
RCAij
[Xij/Xis] /
[Wj/Ws]
2009 1161 21225528 995081 950959938 5,46983E-05 0,001046396 0,05
2010 1065 30722000 1156038 1084742336 3,46657E-05 0,001065726 0,03
2011 2025 41820099 1371521 1320239084 4,84217E-05 0,001038843 0,05
2012 2192 38277449 1464013 1337670643 5,72661E-05 0,00109445 0,05
2013 1413 34873531 1689744 1396562909 4,05178E-05 0,00120993 0,03
2014 1801 36340198 1938457 1415993970 4,95594E-05 0,001368973 0,04
2015 1821 32768552 1957182 1269553804 5,55716E-05 0,00154163 0,04
2016 638 31991289 2082151 1281965774 1,99429E-05 0,001624186 0,01
2017 1043 39695726 2822900 1409971102 2,62749E-05 0,002002098 0,01
2018 1052 36110025 2574145 1448641160 2,91332E-05 0,001776938 0,02
rata-rata 0,03
Sumber: FAO, diolah 2020
70
Lampiran 8. Nilai RCA (Revealed Comparative Anvantage) Manggis Malaysia
Tahun 2009-2018
RCA Manggis Malaysia
Tahun [Xij] [Xis] [Wj] [Ws] Xij/Xis Wj/Ws
RCAij [Xij/Xis]
/ [Wj/Ws]
2009 2907 18433792 995081 950959938 0,0001577 0,001046396 0,15
2010 2308 25912684 1156038 1084742336 8,90683E-05 0,001065726 0,08
2011 3193 35709575 1371521 1320239084 8,94158E-05 0,001038843 0,09
2012 2859 30875159 1464013 1337670643 9,25987E-05 0,00109445 0,08
2013 8261 26991412 1689744 1396562909 0,00030606 0,00120993 0,25
2014 12630 26839984 1938457 1415993970 0,000470567 0,001368973 0,34
2015 6391 22311243 1957182 1269553804 0,000286448 0,00154163 0,19
2016 8707 22348191 2082151 1281965774 0,000389606 0,001624186 0,24
2017 5204 23778153 2822900 1409971102 0,000218856 0,002002098 0,11
2018 10999 22466942 2574145 1448641160 0,000489564 0,001776938 0,28
rata-rata 0,18
Sumber:FAO, diolah 2020
Lampiran 9. Nilai RCA (Revealed Comparative Anvantage) Manggis Thailand
Tahun 2009-2018
RCA Manggis Thailand
Ttahun [Xij] [Xis] [Wj] [Ws] Xij/Xis Wj/Ws
RCAij [Xij/Xis] / [Wj/Ws]
2009 71410 20464395 995081 950959938 0,003489475 0,001046396 3,33
2010 80972 25894955 1156038 1084742336 0,003126941 0,001065726 2,93
2011 96345 36763926 1371521 1320239084 0,00262064 0,001038843 2,52
2012 128139 31657128 1464013 1337670643 0,004047714 0,00109445 3,70
2013 180342 30877359 1689744 1396562909 0,00584059 0,00120993 4,83
2014 199320 30479222 1938457 1415993970 0,006539537 0,001368973 4,78
2015 173050 28195128 1957182 1269553804 0,006137585 0,00154163 3,98
2016 165849 27580447 2082151 1281965774 0,006013282 0,001624186 3,70
2017 275509 32474730 2822900 1409971102 0,008483796 0,002002098 4,24
2018 31599 33111973 2574145 1448641160 0,000954307 0,001776938 0,54
rata-rata 3,46
Sumber:FAO, diolah 2020
71
Lampiran 10. Hasil Regresi Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Manggis Indonesia Tahun 2009-2018.
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,914097564
R Square 0,835574357
Adjusted R Square 0,815021151
Standard Error 0,141271186
Observations 10 ANOVA
df SS MS F
Significance
F
Regression 1 0,8113584 0,81135838
Residual 8 0,159660385 0,019958
Total 9 0,971018763
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value
Intercept 0,096394808 0,096506593 0,998842 0,3471211 t 0,099169789 0,015553446 6,376066 0,0002145
Lampiran 11. Hasil Regresi Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Manggis Malaysia Tahun 2009-2018.
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,39396265
R Square 0,15520657
Adjusted R
Square 0,049607391
Standard Error 0,13859037 Observations 10
ANOVA
df SS MS F Significance
F
Regression 1 0,028230311 0,02823031 1,46977 0,259967
72
Residual 8 0,153658324 0,01920729
Total 9 0,181888635
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value Intercept -0,584565131 0,094675246 -6,1744242 0,00027
t 0,0185 0,015258298 1,21234096 0,25997
Lampiran 12. Hasil Regresi Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Manggis Thailand Tahun 2009-2018.
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,638576116
R Square 0,407779456
Adjusted R
Square 0,333751888
Standard Error 0,18639485
Observations 10
ANOVA
df SS MS F Significance
F
Regression 1 0,191381379 0,19138 5,50848106 0,046899258
Residual 8 0,277944322 0,03474 Total 9 0,469325701
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value
Intercept 1,154072775 0,127331924 9,0635 1,7597E-05
t
-
0,048164035 0,020521398 -2,347 0,046899
73
Lampiran 13. Nilai RCA (Revealed Comparative Anvantage) Manggis
Indonesia Tahun 2009-2018.
Regression Statistics
Multiple R 0,822479416
R Square 0,67647239
Adjusted R
Square 0,636031439
Standard
Error 0,009105455
Observations 10
ANOVA
df SS MS F
Significance
F
Regression 1 0,001386858 0,001387 16,72741 0,003485999
Residual 8 0,000663274 8,29E-05
Total 9 0,002050132
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value
Intercept 0,055677328 0,00622021 8,951037 1,93E-05
T
-
0,004100049 0,001002478 -4,08992 0,003486
Lampiran 14. Nilai RCA (Revealed Comparative Anvantage) Manggis
Malaysia Tahun 2009-2018.
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,486424137
R Square 0,236608441
Adjusted R
Square 0,141184496
Standard Error 0,086236389
Observations 10
74
ANOVA
df SS MS F
Significance
F
Regression 1 0,018439706 0,01844 2,47955 0,153982918
Residual 8 0,059493718 0,00744
Total 9 0,077933423
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value
Intercept 0,09898994 0,058910668 1,68034 0,1314
T 0,014950304 0,009494314 1,57466 0,15398
Lampiran 15. Nilai RCA (Revealed Comparative Anvantage) Manggis
Thailand Tahun 2009-2018.
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,136196413
R Square 0,018549463
Adjusted R
Square -0,104131854
Standard Error 1,324961888
Observations 10
ANOVA
df SS MS F
Significance
F
Regression 1 0,265435913 0,26544 0,1512 0,707535546
Residual 8 14,04419204 1,75552
Total 9 14,30962795
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value
Intercept 3,767187432 0,905121282 4,16208 0,00316
T -0,056722174 0,145873503 -0,3888 0,70754
75
Lampiran 16. IDR (Import Dependency Ratio) manggis Indonesia tahun
2009-2018
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,840637
R Square 0,706671
Adjusted R
Square 0,670005
Standard
Error 0,013937
Observations 10
ANOVA
Df SS MS F
Significance
F
Regression 1 0,003744 0,003744 19,27311 0,002317
Residual 8 0,001554 0,000194
Total 9 0,005298
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value
Intercept 13,58406 3,089551 4,396773 0,002297
T -0,00674 0,001534 -4,39011 0,002317
Lampiran 17. IDR (Import Dependency Ratio) manggis Malaysia Tahun 2009-
2018
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,232433 R Square 0,054025
Adjusted R
Square -0,06422 Standard Error 358,379
Observations 10
ANOVA
Df SS MS F
Significance
F
Regression 1 58680,1 58680,1 0,456884 0,518143
Residual 8 1027484 128435,5
76
Total 9 1086164
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value Intercept 53823,78 79445,2 0,677496 0,517201
T -26,6697 39,45623 -0,67593 0,518143
Lampiran 18. IDR (Import Dependency Ratio) manggis Thailand Tahun 2009-
2018
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,857977
R Square 0,736124
Adjusted R
Square 0,703139
Standard Error 0,381011
Observations 10
ANOVA
Df SS MS F
Significance
F
Regression 1 3,239781 3,239781 22,31726 0,001494
Residual 8 1,161354 0,145169
Total 9 4,401135
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value
Intercept -398,596 84,46221 -4,71922 0,001504
T 0,198167 0,041948 4,724115 0,001494
77
Lampirann 19 Hasil Analisis IDR Manggis Indonesia Tahun 2009-2018
IDR Manggis Indonesia
Tahun Produksi
(Ton)
Impor
(quantity)
Ekspor
(quantity)
(Produksi-Impor-
Ekspor)
Impor/(produksi-
Impor-Ekspor)x 100
2009 2569200 821 1415 2566964 0,03
2010 1576376 1129 999 1574248 0,07
2011 2460570 989 1485 2458096 0,04
2012 2774784 1052 1515 2772217 0,04
2013 2514187 387 1089 2512711 0,02
2014 2733508 233 1149 2732126 0,01
2015 2176448 0 1243 2175205 0,00
2016 2184399 0 473 2183926 0,00
2017 2566046 1 883 2565162 0,00
2018 3083643 0 842 3082801 0,00
rata-rata 0,02
Lampirann 20. Hasil Analisis IDR Manggis Malaysia Tahun 2009-2018
IDR Manggis Malaysia
Tahun Produksi
(Ton) Impor
(quantity) Ekspor
(quantity) (Produksi-
Impor-Ekspor) Impor/(produksi-
Impor-Ekspor)x 100
2009 21302 40676 6462 -25836 -157,4
2010 22596 42015 4525 -23944 -175,5
2011 67681 50960 5540 11181 455,8
2012 78676 60637 5006 13033 465,3
2013 69266 48675 9847 10744 453,0
2014 77198 50324 13440 13434 374,6
2015 98315 55140 8469 34706 158,9
2016 102046 51158 10912 39976 128,0
2017 113824 61389 7397 45038 136,3
2018 67087 62411 15149 -10473 -595,9
rata-rata 124,3
78
Lampiran 21. Hasil Analisis IDR Manggis Thailand Tahun 2009-2018
IDR Manggis Thailand
Tahun Produksi
(Ton) Impor
(quantity) Ekspor
(quantity)
(Produksi-
Impor-
Ekspor)
Impor/(produksi-Impor-Ekspor)x 100
2009 21302 257 144079 -123034 -0,21
2010 22596 69 144566 -122039 -0,06
2011 2793640 412 152285 2640943 0,02
2012 3295586 375 196441 3098770 0,01
2013 3421213 299 252904 3168010 0,01
2014 3597589 385 246676 3350528 0,01
2015 3331113 18380 218816 3093917 0,59
2016 3404745 26597 183290 3194858 0,83
2017 3803164 29945 244480 3528739 0,85
2018 3791208 71684 260081 3459443 2,07
rata-rata 0,41
Lampiran 22. Hasil Analisis ISP Manggis Indonesia Tahun 2009-2018
ISP Manggis Indonesia Tahun [Xia] [Mia] (Xia-Mia) (Xia+Mia) (Xia-Mia)/(Xia+Mia)
2009
1.161
555 606 1.716 0,35
2010
1.065
817 248 1.882 0,13
2011
2.025
808 1.217 2.833 0,43
2012
2.192
942
1.250 3.134 0,40
2013
1.413
348 1.065 1.761 0,60
2014
1.801
582
1.219 2.383 0,51
2015
1.821
- 1.821 1.821 1,00
2016
638
-
638 638 1,00
2017
1.043
1 1.042 1.044 1,00
2018
1.052
5
1.047 1.057 0,99
rata-rata ISP 0,6
79
Lampiran 23. Hasil Analisis Manggis Malaysia Tahun 2009-2018
ISP Manggis Malaysia
Tahun Nilai Ekspor (Us$)
[Xia] Nilai Impor (Us$) [Mia]
(Xia-Mia) (Xia+Mia) (Xia-
Mia)/(Xia+Mia)
2009 2.907
8631 (5.724)
11.538
-0,50
2010 2.308
8844 (6.536)
11.152
-0,59
2011 3.193
11975 (8.782)
15.168
-0,58
2012 2.859
15943 (13.084)
18.802 -0,70
2013 8.261
20646 (12.385)
28.907 -0,43
2014 12.630
19627 (6.997)
32.257 -0,22
2015 6.391
20381 (13.990)
26.772 -0,52
2016 8.707
18265 (9.558)
26.972 -0,35
2017 5.204
19887 (14.683)
25.091
-0,59
2018 10.999
23574 (12.575)
34.573
-0,36
Rata-Rata -0,48
Lampiran 24. Hasil Analisis ISP Manggis Thailand Tahun 2009-2018
ISP Manggis Thailand
Tahun [Xia] [Mia] (Xia-Mia) (Xia+Mia) (Xia-Mia)/(Xia+Mia)
2009 71.410 107 71.303 71.517 1,00
2010 80.972 256 80.716 81.228 0,99
2011 96.345 675 95.670 97.020 0,99
2012 128.139 359 127.780 128.498 0,99
2013 180.342 473 179.869 180.815 0,99
2014 199.320 860 198.460 200.180 0,99
2015 173.050 14299 158.751 187.349 0,85
2016 165.849 10302 155.547 176.151 0,88
2017 275.509 7515 267.994 283.024 0,95
2018 31.599 18676 12.923 50.275 0,26
rata-rata 0,89
80
26. Surat Izin Penelitia
81
27. Uji Turnitin
82
RIWAYAT HIDUP
Rika Ervina, lahir di Bulukumba sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara pada tanggal 11 April 1998,
dan merupakan buah kasih sayang dari orang tua ayahanda
Dahlan dan ibunda Rajowiah.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMK
NEGERI 4 Bulukumba dan lulus pada tahun 2016. Pada
tahun 2016 penulis lulus seleksi perguruan tinggi dengan Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di PT London
Sumatera Tbk. Selain itu penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Agribisnis
periode 2019/2020 sebagai Anggota Bidang Pemberdayaan Keperempuanan.
Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang
berjudul “Analisis Daya Saing Komoditas Manggis Indonesia Di Pasar Dunia”.
Top Related