i
Analisa Perumusan Kebijakan Dinas Kesehatan Kota Salatiga
Terkait Imunisasi Measles Dan Rubella (MR)
Tugas Akhir
Disusun Oleh :
Danang Indra Setiawan
462014031
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR.......................................... i
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ....................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
Pendahuluan .................................................................................................................. 1
Metode .......................................................................................................................... 2
Hasil .............................................................................................................................. 2
Pembahasan................................................................................................................... 5
Kesimpulan dan Saran .................................................................................................. 7
Ucapan Terima Kasih .................................................................................................. 8
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 9
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Surat Izin Penelitian ................................................................................. 11
Lampiran 2 Ethical Clearance .................................................................................... 12
Lampiran 3 Panduan Wawancara ............................................................................... 13
x
Analisa Perumusan Kebijakan Dinas Kesehatan Kota Salatiga Terkait
Imunisasi Measles Dan Rubella (MR)
Sanfia Tesabela Messakh1, Bagus Panuntun2, Danang Indra Setiawan3 1Program Studi S1 Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana
2,3Program Studi S1Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen
Satya Wacana
Email : [email protected]
Abstrak
Campak dan rubella merupakan penyakit yang menular, bila seseorang belum pernah di
Imunisasi MR memiliki resiko tinggi tertular penyakit ini. Untuk menanggulangi kasus
tersebut pemerintah mengadakan program imunisasi MR di 34 provinsi. Pemerintah
melakukan kampanye imunisasi MR (measles dan rubella) dan sasarannya yaitu anak pada
umur 9 bulan hingga 15 tahun. Dinas Kesehatan Kota Salatiga kemudian membuat
kebijakan dan program lokal untuk pelaksanaan imunisasi MR (measles dan
rubella). Perencanaan kampanye dan pelaksanaan imunisasi campak dan rubella (MR) di
Kota Salatiga melibatkan beberapa pihak antara lain Kepala Daerah,tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan lintas sektor lain. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengambarkan proses
perumusan kebijakan teknis pelaksanaan imunisasi MR (measles dan rubella) di tingkat Kota
Salatiga sebagai implementasi kebijakan nasional. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif deskriptif, teknik pengambilan sample data dengan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukan Perumusan kebijakan imunisasi MR sesuai dengan petunjuk
teknis yang diberikan oleh Pemerintah (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perumusan kebijakan imunisasi MR (measles dan
rubella) ditingkat Kota Salatiga meliputi Perencanaan, pelaksanaan dam monitoring evaluasi.
Untuk kebijakan imunisasi sudah dilakukan sesuai petunjuk teknis dari pemerintah.
Kata kunci: Imunisasi Campak dan Rubella, Kebijakan Imunisasi
xi
Abstract
Measles and rubella are contagious diseases, if someone has never been in MR
Immunization has a high risk of contracting this disease. To overcome this case the
government held an MR immunization program. in 34 provinces. The government conducted
an MR (measles and rubella) immunization campaign and the target was children at the age
of 9 months to 15 years. The Salatiga City Health Office then makes local policies and
programs for the implementation of MR immunization (measles and rubella). Campaign
planning and implementation of measles and rubella (MR) immunization in Salatiga City
involve several parties including Regional Heads, religious leaders, community leaders, and
across other sectors. The purpose of this research is to describe the process of formulating
technical policies for the implementation of MR (measles and rubella) immunization at the
Salatiga City level as the implementation of national policies. This research uses descriptive
qualitative method, data sampling technique with purposive sampling technique. The results
of the study show the formulation of the MR immunization policy in accordance with the
technical guidelines provided by the Government (Ministry of Health of the Republic of
Indonesia). so that it can be concluded that The formulation of the MR (measles and rubella)
immunization policy at the Salatiga City level includes planning, implementing and
monitoring evaluation. Immunization policies have been carried out according to technical
instructions from the government.
Keywords: Measles and Rubella Immunization, Immunization Policy
1
Pendahuluan
Campak merupakan penyakit yang mudah menular yang disebabkan oleh virus.
Menurut Pattilouw, gejala yang terjadi apabila tertular penyakit campak yaitu bercak
kemerahan dikulit, demam, batuk pilek. Penyakit campak ini sangat berbahaya bila cakupan
imunisasi rendah maka sangat beresiko tertular penyakit tersebut (1). Rubella adalah infeksi
virus yang ditularkan melalui batuk atau bersin. penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam
merah di kulit, dan sering menginfeksi anak –anak, akan tetapi pada penyakit ini yang perlu
menjadi perhatian adalah efek teratogenik apalagi pada kehamilan trimester pertama, bila
terinfeksi dapat menyebabkan, sindrom rubella kongenital, arbortus dan kematian janin (2).
Campak dan Rubella merupakan penyakit menular, bila seseorang belum pernah di
Imunisasi MR (Measles dan Rubella) memiliki resiko tinggi tertular penyakit ini (3).
Penyakit campak dan rubella belum ada pengobatanya akan tetapi dapat dicegah dengan
imunisasi MR (Measles dan Rubella). Imunisasi dengan vaksin MR dapat mencegah dengan
baik untuk penyakit campak dan rubella. Menurut Kemenkes RI (2017), tahun 2010 sampai
2015 jumlah kasus campak yaitu sebanyak 23.164 kasus dan rubella sebanyak 30.463 kasus
(4). Untuk menanggulangi kasus tersebut pemerintah mengadakan program imunisasi MR.
Pelaksanaan kampanye imunisasi MR dilaksanakan di 34 Provinsi. Pelaksanaan kampanye
tersebut dilakukan secara bertahap, di tahun 2017 dilakukan di seluruh jawa, dan tahun 2018
kampanye imunisasi MR dilakukan di Sumatrera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Maluku,
Kalimantan dan Papua (5). Tempat pelayanan imunisasi MR dilakukan di Sekolah,
Pukesmas, Rumah Sakit, Posyandu, dan fasilitas kesehatan lainnya.
Data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah menunjukkan bahwa cakupan imunisasi
MR, sudah mencapai sebanyak 6.774.852 anak atau 80.25% yang terjangkau imunisasi (6).
Di Kota Salatiga, cakupan imunisasi MR sudah mencapai angka 32.288 sasaran.
Keberhasilan kebijakan imunisasi MR,bertumpu pada keberhasilan penerapan pada tingkat
regional dan lokal. Di Kota Salatiga, Dinas Kesehatan Kota Salatiga melalui Puskesmas dan
unit koordinasi lain dibawahnya, menjadi penggerak utama pelaksanaan kebijakan. Dinas
Kesehatan Kota Salatiga kemudian membuat kebijakan dan program lokal, untuk
pelaksanaan imunisasi MR. Perencanaan kampanye dan pelaksanaan imunisasi di Kota
Salatiga melibatkan beberapa pihak antara lain Kepala Daerah, Tokoh masyarakat, tokoh
agama dan lintas sektor terkait(7). Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan proses
perumusan kebijakan teknis pelaksanaan imunisasi MR (Measles dan Rubella) di tingkat
Kota Salatiga sebagai implementasi kebijakan Nasional
2
Metode
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, teknik pengambilan sampel
data dengan teknik purposive sampling yaitu metode penetapan sample yang sesuai tujuan
atau rumusan masalah dalam sebuah populasi. Lokasi penelitian ini di Dinas Kesehatan Kota
Salatiga, bidang P2P (Pengendalian dan Pencegahan Penyakit). Sumber data dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data
wawancara. Lamanya partisipan di wawancara kurang lebih 2 bulan, dengan frekuensi 4
kali. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 2 orang, kriteria partisipan dalam penelitian ini
adalah orang bekerja di Dinas Kesehatan Kota Salatiga, orang yang dibidang kesehatan
masyarakat, berpengalaman di bidang imunisasi, dan ikut andil dalam menangani
pelaksanaan imunisasi MR.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan tujuan mengungkap fakta dan keadaan yang terjadi saat penelitian dan menyuguhkan
data apa adanya. Terdapat tiga teknik analisa data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data atau penambahan data yang dirasa data
tersebut penting sebagai bahan informasi. Kedua, proses pengumpulan informasi yang
disusun berdasarkan urutannya, selanjutnya interpretasi data. Tahap terakhir yaitu, penarikan
kesimpulan.
Hasil
Penelitian ini bertujuan mengambarkan proses perumusan kebijakan teknis
pelaksanaan imunisasi MR (Measles dan Rubella) di tingkat Kota Salatiga sebagai
implementasi kebijakan nasional. Hasil Penelitian kemudian dikelompokkan menjadi 3 tema
yaitu: 1) Perencanaan Program Imunisasi, 2) Pelaksanaan Program Imunisasi, 3) Monitoring
Evaluasi.
1) Perencanaan Program Imunisasi
Pendataan sasaran dalam program Imunisasi MR (Measles dan Rubella)
dilakukan sebelum dilaksanakan kegiatan imunisasi. Berikut adalah gambaran
informasi yang didapatkan dari riset informan diantaranya.
“ Oh kalau pendataan di sekolah to mas kita melalui Dinas Pendidikan, dan
yang belum sekolah pendataannya sama kader-kader posyandu “P1
“Pendataan sasaran juga dibantu oleh kader posyandu dek bagi yang belum
atau tidak bersekolah”P2
Pengelola imunisasi di bidang P2P (Pengendalian dan Pencegahan Penyakit)
meminta data anak sekolah melalui Dinas Pendidikan Kota Salatiga yang dibantu
oleh guru-guru untuk mendata anak di setiap sekolah (Paud, TK, SD/MI, dan
3
SMP/MTS). Petugas Pukesmas dibantu oleh kader melakukan kunjungan ke rumah
warga bagi balita dan anak yang belum sekolah maupun tidak bersekolah.
Sumber daya manusia dalam program imunisasi MR (Measles dan Rubella)
melibatkan beberapa pihak yang bersangkutan. Berikut adalah gambaran informasi
yang didapatkan dari riset informan diantaranya.
“Yang terlibat pasti bagian saya P2P, kepala dKK, Dinas Pendidikan, 6
pukesmas. di pukesmas ya bagian Pemegang pogram Imunisasi serta instansi
terkait mas”P1
Pihak- pihak yang ikut andil dalam program imunisasi yaitu Dinas
Kesehatan Kota salatiga, Dinas Pendidikan, Walikota, Kementrian Agama, Rumah
Sakit sebagai rujukan KIPI, Pemangku Wilayah, Pukesmas, guru, kader posyandu,
tim survailan, pengelola vaksin, dan untuk tenaga pelaksanaannya yaitu dokter,
perawat, bidan, kader.
Sarana prasarana merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan
program imunisasi. Berikut adalah gambaran informasi yang didapatkan dari riset
informan diantaranya.
“Untuk program imunisasi dari pemerintah sarana prasarana semua
didroping dari kemenkes yaitu vaksin MR dan pelarut sejumlah sasaran, ADS 0,5
ml dan ADS 5 ml. Dan perlangkapan lain seperti masker, handscoon disediakan
dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga”P2
Dari penuturan di atas sarana prasarana di sediakan dari pemerintah dan ada
juga pengadaan perlengkapan lain seperti masker, handscoon dan sarana pendukung
lainya serta pos yang sudah ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga untuk
pelaksanaan program imunisasi yaitu Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, Posyandu,
Poskesdes, dan Sekolah.
Pembiayaan pelaksanaan program imunisasi MR di Kota Salatiga diambil
dari APBN (DAK, BOK), dan APBD2. Berikut adalah gambaran informasi yang
didapatkan dari riset informan diantaranya.
“Untuk keseluruhan biaya to dek diambil dari dana APBD dan APBN,
APBN itu sudah termasuk dana BOK”P2
Dana APBD dialokasikan untuk perlengkapan seperti masker, handscon,
honor narasumber snak untuk kegiatan kampanye, dan untuk dana BOK itu dana non
fisik yang digunakan di Pukesmas dalam kegiatan Program imunisasi MR.
4
2) Pelaksanaan Program Imunisasi
Sebelum dilakukan kegiatan imunisasi MR (Measles dan Rubella), Dinas
Kesehatan Kota Salatiga berkoordinasi dengan puskesmas, kader-kader, guru,
humas pemkot, dan radio.
“Iya mas, sebelumnya kita koordinasi, kemudian kita bersama pukesmas,
kader, pemkot melakukan sosialisasi tentang Program imunisasi MR (Measles dan
Rubella), tempat dan sasaran pemberian imunisasi”P1
“Untuk sosialisasinya itu dek, kita dengan pendekatan ke warga,
pemberitaan di radio, leaflet spanduk”P2
Di tingkat kota, sosialisasi dilakukan dengan menggunakan media poster,
siaran radio dan leaflet yang disebarkan. Di tingkat kecamatan, pemegang program
imunisasi di pukesmas yang di bantu oleh kader-kader melakukan sosialisasi kepada
orang tua anak, dan untuk di sekolah guru-guru melakukan sosialisasi tentang
imunisasi MR kepada orang tua serta murid. Pelaksanaan Kampanye Imunisasi MR
di Kota Salatiga mengikuti petunjuk teknis dari pemerintah dan SK dari Walikota.
Untuk pemberiannya di sekolah dari umur 4 sampai 7 tahun di PAUD dan TK, anak
sekolah usia 7 tahun sampai usia 15 tahun di SD dan SMP sederajat sedangkan
sisanya bagi anak-anak yang tidak bersekolah maupun yang belum sekolah tempat
pelaksanaannya di pos imunisasi yang sudah ditentukan seperti posyandu, pustu, dan
pukesmas.
3) Monitoring Evaluasi.
Monitoring dan evaluasi ditingkat kota Salatiga dilakukan dengan
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Dinas Kesehatan Kota Salatiga mengadakan
monitoring evaluasi dengan lintas pogram dan lintas sektor untuk membahas capaian
kegiatan yang sudah dilakukan.
“Untuk monitoring evaluasinya biasanya dengan PWS dek, setiap bulannya
kita ngecek hasil sama kendalanya di lapangan, setelah itu kita melakukan upaya-
upaya untuk mengatasi masalah yang dihadapi seperti penolakan, alat terbatas
misalnya gitu dek. biasanya kalau yang menolak itu karena keyakinannya, ada yang
bilang haram atau atau hal lain”P2
Setiap pukesmas wajib melaporkan data imunisasi, dan Dinas Kesehatan itu
sendiri melakukan supervisi setiap bulan untuk memantau hasil, dan masalah-
masalah selama kegiatan. Upaya-upaya juga dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota
Salatiga agar program imunisasi dapat diterima baik di masyarakat, dengan
melakukan pendekatan personal terhadap orang tua yang menolak imunisasi,
melakukan pendekatan, advokasi, sosialisasi tentang imunisasi kepada masyarakat,
kader kesehatan, aparat pemerintah yang ada di Kota, kecamatan maupun di desa,
5
dan lintas sektoral, masyarakat yang menolak diminta membuat surat pernyataan
penolakan beserta alasannya.
Pembahasan
1) Perencanaan Program Imunisasi
Pada perencanaan kebijakan untuk program imunisasi meliputi beberapa
komponen yaitu pendataan sasaran, sumber daya manusia, sarana prasarana, dan
pembiayaan. Pendataan sasaran untuk program imunisasi dilakukan oleh petugas
Puskesmas yang dibantu kader-kader dengan mengunjungi rumah warga. dari hasil
wawancara yang mengatakan “Pendataan sasaran juga dibantu oleh kader
posyandu dek bagi yang belum atau tidak bersekolah”P2, Pendekatan partisipasi
masyarakat terhadap kader posyandu itu penting guna membantu kelancaran
pelayanan kesehatan serta sebagai penghubung antara puksesmas dengan
masyarakat(8), Tetapi pada penelitian yang dilakukan Fatikatul Umamah, Pendataan
yang dilakukan kader kurang efektif karena kader mendatangi balita yang terdaftar
di kader posyandu(9).
Dalam perencanaan program imunisasi, Sumber daya manusia yang terlibat
bukan hanya tenaga kesehatan namun ada lembaga-lembaga kedinasan lintas
sektoral yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Hasil wawancara dengan
partisipan mengatakan “Yang terlibat pasti bagian saya P2P, kepala dKK, Dinas
Pendidikan, 6 pukesmas. di pukesmas ya bagian Pemegang pogram Imunisasi serta
instansi terkait mas”P1. Sumber daya manusia selain tenaga kesehatan tidak terlibat
secara aktif, hanya melakukan pendataan, pendekatan, dan sosialisasi untuk
menyukseskan program kebijakan. Sumber daya manusia dapat meningkatkan
keberhasilan dalah program tersebut, dengan bekerjasama dengan instansi terkait
dapat mempermudah proses pelaksanaan imunisasi(10).
Sarana pra sarana sangat berpengaruh terhadap kerberlangsungan imunisasi.
Pelayanan imunisasi dapat diperoleh melalui sarana Upaya Kesehatan Bersumber
daya Masarakat(UKBM) seperti polides, poskesdes, dan posyandu, selain intu
pelayanan imunisasi dapat diperoleh melalui non UKBM : rumah sakit, Pukesmas,
dokter praktik dan bidan Praktek(11).
Pembiayaan program imunisasi MR diambil dari APBN, APBD yang
merupakan sumber terbesar dalam pembiayaan kesehatan. Bantuan operasional
kesehatan dimanfatkan untuk pencegahan penyakit dan promosi kesehatan di
masyarakat(12). Sama halnya yang dikatakan partisipan yaitu “Untuk keseluruhan
biaya to dek diambil dari dana APBD dan APBN, APBN itu sudah termasuk dana
BOK”P2
6
Dapat ditarik kesimpulan, pendataan sasaran program imunisasi dapat
dilakukan oleh pukesmas yang dibantu dengan kader-kader. dalam pelaksanaan
imunisasi melibatkan baik itu tenaga kesehatan dan instansi-instansi terkait.
Imunisasi dapat diperoleh melalui UKBM maupun Non UKBM. Pembiayaan
imunisasi diambil daridana APBN dan APBD.
2) Pelaksanaan Program Imunisasi
Dalam pelaksanaannya program imunisasi dituntut untuk melaksanakan
ketentuan program secara efektif dan efisien serta dapat menjalankan fungsi
koordinasi dengan baik. Kesesuaian tersebut dikarenakan persiapan dan penggerakan
masyarakat multak dilakukan untuk mensukseskan pelayanan imunisasi. Pada
pelaksanaan imunisasi dilakukan sesuai pedoman teknis dari mulai pelayanan,
pengelolaan rantai vaksin, penanganan limbah, standar tenaga, pelatihan teknis,
pencatatan dan pelaporan serta supervise. Salah satu faktor penghambat dalam
program imunisasi yaitu Minimnya pengetahuan sebagian masyarakat terhadap
program imunisasi dan masih ada masyarakat yang kurang mendapat informasi
tentang manfaat dan tujuan dari program imunisasi(13). Diadakannya sosialisasi
itu sangat baik dengan harapan masyarakat lebih mengetahui manfaat imunisasi(14).
Terdapat beberapa bentuk sosialisasi yang disampaikan oleh pihak : melalui karang
taruna, pemberian lefleat, website yang dapat diakases, penyuluhan yang dilakukan
di sekolah dan pemberitaan di radio (15). Hal tersebut sesuai dengan Partisipan 2
yang mengatakan “Untuk sosialisasinya itu dek, kita dengan pendekatan ke warga,
pemberitaan di radio, leaflet spanduk”P2
Dapat ditarik keseimpulan Pelaksanaan program imunisasi dilakukan
sesuai pedoman dari pemerintah, dan dikakukannya sosialisasi kepada masyarakat
dapat memberikan pengetahuan dan mendorong untuk ikut andil pelaksanaan
imunisasi.
3) Monitoring Evaluasi.
Monitoring evaluasi dilakukan guna menjaga kegiatan agar berjalan sesuai
program yang sudah ditentukan. Monitoring evaluasi dilaksanakan secara teratur dan
sistematis baik secara rutin maupun paska kegiatan kampanye. Monitoring
dilakukan melalui instrument pencatatan, pelaporan cakupan dan logistik imunisasi,
pemantauan wilayah setempat dan KIPI (Kejadian Pasca Imunisasi). Kegiatan
supervisi imunisasi di pukesmas tidak hanya memantau proses kerja berlangsung,
namun dalam pelaksanaannya monitoring kinerja adalah membandingkan dan
menilai apakah kinerja yang dilakukan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan
sebelumnya atau tidak. Pelaksanaan supervisi kesehatan dasar dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kota ke puskesmas secara berkala, hasil-hasil pelaksanaan kegiatan
7
ditemukan permasalahan dan diberikan pengarahan serta perbaikan demi untuk
tercapainya hasil-hasil kegiatan yang maksimal(16). Monitoring evaluasi itu
dilaksanakan dengan mendata jumlah sasaran, sumber saya manusia yang ikut andil
dalam program imunisasi, kebutuhan alat dan bahan yang digunakan dalam
pelaksanaan imunisasi serta pelaporan hasil imunisasi(17). Penelitian tersebut seperti
yang dikatakan partisipan yaitu “Untuk monitoring evaluasinya biasanya dengan
PWS dek, setiap bulannya kita ngecek hasil sama kendalanya di lapangan”. Pada
kegiatan monitoring evaluasi tidak hanya memantau hasil-hasil kegiatan tetapi juga
memecahkan masalah seperti penolakan terhadap program baru. Upaya-upaya telah
dilakukan agar diterima di masyarakat, Penanggungjawab program imunisasi hanya
memberikan himbauan kepada masyarakat yang menolak, membuat surat pernyataan
penolakan sebagai data pelaporan dan mensosialisasikan program imunisasi dengan
melibatkan masyarakat dan lintas sektoral(18). Apabila dari berbagai pihak
berkeyakinan bahwa pelaksanaan imunisasi berbahaya bagi anak-anak dalam hal ini
tenaga kesehatan memberikan edukasi tentang resiko dan efek samping
imunisasi(19). Tokoh agama juga memiliki pengaruh penting dalam pelaksanaan
imunisasi karena menjadi panutan masyarakat dalam berperilaku dengan pendekatan
spiritual(20). Pada kasus penolakan imunisasi belum ada sanksi hukum yang tegas
kepada yang menolak, belum ada aturan hukum dapat diterapkan sepenuhnya di
masyarakat. Kebijakan yang dilakukan hanya dengan melakukan pendekatan,dan
sosialisasi.
Kesimpulan dan saran
Perumusan kebijakan imunisasi MR (measles dan rubella) ditingkat Kota Salatiga
meliputi Perencanaan, pelaksanaan dam monitoring evaluasi. Untuk kebijakan imunisasi
sudah dilakukan sesuai petunjuk teknis dari pemerintah. Hasil penelitian ini sebatas
gambaran perumusan kebijakan Dinas Kesehatan Kota Salatiga Terkait Imunisasi Measles
Dan Rubella (MR), oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian lanjut terhadap perencanaan
kebijakan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga. Saran peneliti untuk Dinas
Kesehatan agar pihak Dinas Kesehatan Kota membuat kebijakan yang tegas bagi yang
menolak imunisasi.
8
Ucapan Terimakasih
Doa dan puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-
Nya sampai tuntasnya tugas akhir ini.Penulis sadar bahwa dalam proses penulisan ini tidak
lepas dari dukungan baik secara materil dan sepiritual yang diberikan oleh beberapa pihak.
Ucapan terimakasih ini ditujukan kepada semua pihak yang telah memberi bantuan,
dukungan, semangat, serta bimbingan kepada penulis. Penulis menyampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu, terkhususnya :
1. Kepada orang tua tercinta yang selama ini membantu dalam bentuk perhatian, kasih
sayang dan semangat, serta doa yang tak henti-hentinya mengalir demi kelancaran
dan kesuksesan penulis.
2. kepada Fransisca Putry Novitasari tersayang yang telah memberi semangat serta
dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir.
3. Kepada bapak Dr. Suryasatriya Trihandaru, M.Sc.nat selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana
4. Kepada Sanfia Tesa Mesakh selaku dosen pembimbing pertama yang selalu
memberikan bimbingan, arahan, dorongan kepada peneliti sehingga tugas akhir ini
dapat terselesaikan.
5. Kepada dr. Bagos Pantuntun selaku dosen pembimbing kedua yang selalu
memberikan bimbingan, arahan, motivasi kepada peneliti sehingga tugas akhir ini
dapat terselesaikan.
6. Kepada Dinas Kesehatan Kota Salatiga yang telah memberikan kesempatan bagi
peneliti untuk dapat melangsungkan penelitian dan memperoleh data.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Pattilouw Jaty. Perilaku Pencarian Pengobatan Terhadap Penyakit Campak Pada
Masyarakat Waelua Kecamatan Ambalau Kabupaten Buru Selatan Provinsi Maluku.
JST Kesehatan. 2016;6: 381 – 387
2. Hardiana Acep. Analisis Penyebaran dan Genotipe rubella di jawa barat tahun 2011–
2013. jurnal farmasi klinik Indonesia. 2015;4: 1 -7
3. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Imunisasi Di Indonesia [Internet]. 2016. p.
11.Availablefrom:http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/I
nfoDatin-Imunisasi-2016.pdf
4. Kemenkes RI.Imunisasi Campak-Rubella (MR). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI;
2017
5. Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Kampanye Imunisasi Measles Rubela. Jakarta:
Kemenkes RI; 2017.
6. Dinkes Jawa Tengah. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah; 2017. Available from:
www.dinkesjatengprov.go.id.
7. Dinkes Kota Salatiga. Kamapanye Imunisasi Campak dan Rubela (MR). 2017.
Available from: http://www.dkksalatiga.org/.
8. Habibah Z, Sungkar S. Cakupan pemberian obat pencegahan massal filariasis di
Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2012-2013. eJKI. 2015;3(3):199–203
9. Ummamah F. Rapid Assessment Sub Pin Difteri Putaran Ketiga Di Desa
Tambakrejo Jombang. J Berk Epidemiol. 2016;4(1):50–61.
10. Erpan LN, Trisnantoro L, Tudiono. Koordinasi Pelaksanaan Pembiayaan program
Kesehatan ibu dan Anak di kabupaten Lombok Tengah Propinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2011. J Kebijak Kesehat Indones [Internet]. 2012;1(1):42–51. Available
from: https://journal.ugm.ac.id/jkki/article/download/3074/2730
11. Mardiah N. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Imunisasi Dasar di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2007. 2010;
12. Aridewi A, Kartasurya, M I, Sriatmi A. Analisis Pemanfaatan Bantuan Operasional
Kesehatan dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus. J Manaj Kesehat Indones.
2013;1(1):32–40.
13. Juanda KP. EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI CAMPAK
Kata Kunci : Efektivitas Program , Program Imunisasi Campak. 2017;5:6409–20.
14. Sugiharto M, Budisuari MA. REVIEW IMPLEMENTASI IMUNISASI DASAR
LENGKAP YANG DILAKSANAKAN BIDAN DI KABUPATEN BANGKALAN
10
TAHUN 2015 Review of Implementation of Complete Basic Immunization
Performed by Midwifes in Bangkalan District , 2015. 2017;8(2):187–202.
15. Mahmudah U, Cahyati WH, Wahyuningsih AS. Jurnal Kesehatan Masyarakat. J
Kesehat Masy. 2013;8(2):113–20.
16. Apriyanto RH, Subsidi K, Kesehatan P, Apriyanto RH, Kuntjoro T, Lazuardi L, et
al. Implementasi Kebijakan Subsidi Pelayanan Kesehatan Dasar terhadap Kualitas
Pelayanan Puskesmas Di Kota Singkawang. J Kebijak Kesehat Indones.
2013;2(4):180–8.
17. Anggraini D., Wulandari R. 1 Pelaksanaan Supervisi Imunisasi Campak Di
Puskesmas Wilayah Surabaya Utara. J Adm Kesehat Indones. 2016;4(1):1–8.
18. Rusharyati D. Program Imunisasi di Kab. Karanganyar ( Kajian Kasus Penolakan
Imunisasi Anak Di Kabupaten Karanganyar ). J Pasca Sarj Huk UNS. 2017;Vol. V.
19. Purnama sari. Dilema etik penolakan imunisasi, antara hak orang tua dan tanggung
jawab pemberi pelayanan kesehatan. Tanggung, D A N Pemberi, Jawab Kesehatan,
Pelayanan. 2015;7–12.
20. Sulistyani P, Shaluhiyah Z, Cahyo K. Gambaran Penolakan Masyarakat Terhadap
Imunisasi Dasar Lengkap Bagi Balita (Studi Di Kelurahan Sendangmulyo,
Kecamatan Tembalang, Kota Semarang). J Kesehat Masy [Internet].
2017;5(5):1081–91. Available from:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/19238/18263
11
Lampiran 1
12
Lampiran 2
13
Lampiran 3
Daftar wawancara
1. siapa saja yang terlibat ?
2. 5M
a. Man (Manusia), sebagai tenaga kerja yang terlibat ?
b. Machines (Mesin), merujuk pada mesin sebagai fasilitas/alat penunjang
kegiatan baik operasional maupun nonoprasional ?
c. Money (Uang/Modal),merujuk pada uang sebagai modal untuk pembiayaan
seluruh kegiatan. ?
d. Method (Metode/Prosedur), merujuk pada metode/prosedur sebagai panduan
pelaksanaan.?
e. Materials (Bahan baku), merujuk pada bahan baku sebagai unsur utama
untuk melaksanakan kegiatan tersebut ?
3. bagaimana teknis (metode, cakupannya) ?
4. bagaimana koordinasi dinkes dengan dinas pendidikan tentang imunissi mr ?
5. bagaimana teknis aturan dukungan proses perencanaan ?
6. bagaimana stratgi pelaksanaan imunisasi mr
7. siapa saja sasaran untuk pelaksanaan imunisasi mr ?
8. bagaimana koordinasi dengan organisasi lain ?
9. ( fasilitas kesehatan) :
a. RS,
b. pusksmas,
c. klinik swasta,
d. dokter pribadi,
e. bidan mandiri
10. apakah ada peraturan daerah yang tersendiri untuk pencapaian imunisasi mr yang
diharapkan dari pemerintah
11. apakah ada peraturan daerah yang tersendiri untuk pencapaian imunisasi mr yang
diharapkan dari pemerintah
12. bagaimana koordinasi dengan pemerintah daerah dalam pendanaan imunisasi
13. Kapan pelaksanaan kampanye imunisasi MR ?
14. Bagaimana mekanisme pengadaan fasilitas untuk imunisasi MR ?
15. bagaimana monitoring evaluasi paska imunisasi ?
16. bagaimana strategi pelaksanaan imunisasi ?
17. bagaimana mengatasi kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan ?
18. bila ada penolakan bagaimana mengatasinya ?
19. bagaimana pendataan sasarannya ?
20. bagaimana koordinasi dan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor ?
Top Related