7/31/2019 Anak Sehat BCG
1/22
LAPORAN ILMIAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK SEHAT
IMUNISASI BCG
DI BPS NY.SRI WAHYUNI
MEDOHO - SEMARANG
Disusun oleh :
ASIH WERDININGSIH
P1 7424 1 09 084
Reguler B Semester IV
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG
2010
7/31/2019 Anak Sehat BCG
2/22
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ilmiah dengan judul Asuhan Kebidanan Anak sehat imunisasi
BCG di BPS NY. Sri Wahyuni , Medoho - Semarang telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Semarang, Mei 2011
Pembimbing Klinik Praktikan
Sri Wahyuni, S.SiT Rina Rizqiati
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Bahiyatun, S.Pd, S.SiT, Mkes
7/31/2019 Anak Sehat BCG
3/22
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat,
taufik, hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Ilmiah
dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Anak Sehat dengan Kebutuhan
Imunisasi
Penyusun menyadari bahwa laporan kami masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi sempurnanya laporan ini dan akhirnya penyusun
berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada penyusun
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, Mei 2011
Penyusun
7/31/2019 Anak Sehat BCG
4/22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil penelitian di dunia mengatakan bahwa angka kelahiran dan usia
harapan hidup di suatu negara berkaitan yaitu bahwa makin rendah angka
kelahiran makin tinggi usia harapan hidup. Untuk itu pencegahan terhadap
infeksi merupakan upaya yang menentukan situasi tersebut dan mutlak harus
dilakukan dalam perjalanan hidupnya
Secara konvensional, upaya pencegahan penyakit maupun cidera dan
keracunan dapat dilakukan dengan tiga kategori yaitu pencegahan primer,
sekunder dan tersier. Pencegahan primer adalah semua upaya untuk
menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang mengakibatkan seseorang
menderita sakit atau cacat. Vaksinasi dan imunisasi termasuk dalam pencegahan
primer. Pencegahan sekunder apabila dengan deteksi dini diketahui adanya
penyimpangan kesehatan bayi atau anak sehingga intervensi dapat dilakukan
secepatnya. Sedangkan pencegahan tersier adalah membatasi berlanjutnya suatu
penyakit dengan upaya pemulihan seorang penderita penyakit agar ia mampu
hidup mandiri tanpa bantuan orang lain.
Program imunisasi di Indonesia semakin penting kedudukannya dalam
upaya mencapai Indonesia sehat 2010. Karena sampai saat ini masih banyak
masalah-masalah yang dihadapi Negara Indonesia dalam bidang kesehatan,
salah satunya adalah masih tingginya (AKB) Angka Kematian Bayi yaitu
banyaknya bayi (usia 0 - 12 bulan) yang meninggal per 1000 kelahiran hidup
yang merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui derajat
kesehatan di suatu negara.
Dengan pemberian imunisasi diharapkan bayi dalam kondisi sehat
secara normal dan dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia penerus
bangsa yang berkualitas. Demikian juga halnya dengan kemampuan pelayanan
kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, misalnya
7/31/2019 Anak Sehat BCG
5/22
pelayanan imunisasi dari umur 0-9 bulan. Dengan pemberian imunisasi secara
lengkap diharapkan bayi mendapat kekebalan agar bayi tidak mudah tertular
penyakit-penyakit seperti poliomielitis, difteria, tetanus neonatorum, pertusis,
camapak, dan hepatitis B.
B. Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum
Praktikan/mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada anak
sehat dengan menerapkan manajemen kebidanan.
2.Tujuan Khusus
a. Praktikan/mahasiswa mampu
mengaplikasikan teori kedalam praktek klinik dalam asuhan kebidanan
pada anak sehat yang diperoleh selama pendidikan.
b. Praktikan/mahasiswa mampu
mengembangkan pola pikir dalam bentuk tulisan maupun pelaporan.
C. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Tujuan Penulisan
c. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
7/31/2019 Anak Sehat BCG
6/22
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibody secara pasif
untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.
Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa,
sehingga patogenenisitas atau toksiknya hilang tetapi masih mengandung sifat
antigenisitas. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan,
yaitu :
Kekebalan pasif
Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu
sendiri. Tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh.
Kekebalan aktif
Kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti
pada imunisasi (terpajan secara alamiah). Biasanya berlangsung lebih lama
karena adanya memori imunologik.
B. Tujuan Imunisasi
Bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi),
serta menurunkan prevalensi penyakit. Selain itu memberikan kekebalan pada
bayi dan anak dengan maksud menurunkan kematian dan kesakitan dan
mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
C. Respon Imun
Ada 2 macam respon imun, yaitu respon imun primer dan respon imun
sekunder.
7/31/2019 Anak Sehat BCG
7/22
1. Respon imun primer adalah
respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen.
Antibody yang terbentuk kebanyakan adalah IgM dengan titer dan daya
afinitas yang lebih rendah dibandingkann respon imun sekunder.
2. Respon imun sekunder,
antibody yang dibentuk adalah IgG dengan titer dan afinitas lebih tinggi,
fase lebih pendek disbanding respon imun primer. Pada imunisasi, respon
imun sekunder inilah yang nantinya diharapkan akan memberi respon
adekuat bila terpajan dengan antigen yang serupa. Keberhasilan imunisasi
juga tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
a) Status imun penjamu
b) Faktor genetik
penjamu
c) Kualitas dan kuantitas
vaksin
1. Cara
pemberian Vaksin
2. Dosis vaksin
terlalu tinggi atau terlalu rendah
3. Frekuensi
pemberian
4. Jenis vaksin,
vaksin hidup akan menimbulkan respon imun lebih baik
disbanding vaksin mati atau yang diinaktivasi.
d) Persyaratan vaksin,
ada 4 faktor sebagai persyaratan vaksin :
1. Mengaktivasi APC untuk mempresentasikan antigen dan
memproduksi interleukin.
2. Mengaktivasi sel T dan sel B untuk membentuk sel memori
3. Mengaktivasi sel T dan sel Tc terhadap beberapa epitop, untuk
mengatasi variasi respon imun yang ada dalam polulasi.
7/31/2019 Anak Sehat BCG
8/22
4. Memberi antigen yang persisten.
D. Jenis Vaksin
Vaksin dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu bakteri/virus hidup yang
dilemahkan dan bakteri/virus/komponennya yang dibuat tidak aktif
(inactivated). Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab
penyakit yang diproduksi dengan melakukan modifikasi virus atau bakteri
penyebab penyakit. Mikroorganisme vaksin yang dihasilkan masih memiliki
kemampuan untuk tumbuh (replikasi) dan menimbulkan kekebalan tapi tidak
menyebabkan penyakit. Vaksin hidup bersifat labil dan dapat mengalami
kerusalan bila kena panas dan sinar, maka harus dilakukan pengelolaan dan
penyimpanan dengan baik dan hati-hati. Vaksin hidup yang tersedia saat ini
adalah vaksin campak, gondongan, rubela, polio, rotavirus, demam kuning
(virus hidup). BCG dan demam tifoid oral (bakteri hidup).
Vaksin inactivated terdiri dari seluruh tubuh virus/bakteri, atau fraksi
(komponen) dari kedua organisme tersebut. Dihasilkan dengan cara
membiakkan bakteri/virus dalam media pembiakan kemudian dibuat tidak aktif
(inactivated) dengan pemanasan atau bahan kimia (biasanya formalin). Vaksin
inactivated selalu membutuhkan dosis ganda, pada umumnya dosis pertama
tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi hanya memacu sistem imun.
Respon imun protektif baru timbul setelah dosis kedua/ketiga. Vaksin
inactivated yang tersedia saat ini antara lain
a. influenza, polio, rabies, hepatitisa A (seluruh sel virus inactivated).
b. Pertusis, tifoid, kolera (seluruh bakteri inactivated).
c. Hepatitis B, influenza, pertusis a-selular, tifoid Vi (vaksin fraksional
yang termasuk sub-unit).
d. Difteri, tetanus, botulinum (toksoid).
e. Pneumokokus, meningokokus (polisakarida murni)
f. Pneumokokus dan haemophilus influenzae tipe b (gabungan
polisakarida)
7/31/2019 Anak Sehat BCG
9/22
1. Vaksin BCG (Bacille Calmette-Guerin)
Memberi kekebalan terhadap penyakit tuberculosis. Berisi suspensiM.bovis
hidup yang dilemahkan. Vaksin ini tidak mencegah infeksi tuberculosis
tetapi mengurangi resiko tuberculosis berat. Diberikan pada bayi umur 2
bulan, untuk mencapai cakupan yang lebih luas pedoman Depkes tentang
imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan tetap disetujui.
Dosis untuk bayi 1 tahun 0,05 ml dan anak-anak 0,10 ml secara intracutan
didaerah insersio M.deltoideus kanan, karena lebih mudah dilakukan (tidak
terdapat lemak yang tebal, ulkus yang terbentuk tidak mengganggu struktur
otot setempat) dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis bila
diperlukan. BCG merupakan vaksin hidup, sehingga tidak boleh terkena
sinar matahari, disimpan pada suhu 20 80C tidak boleh beku, vaksin yang
diencerkan harus dibuang dalam 8 jam.
Reaksi (KIPI) : Timbul bisul kecil yang semakin membesar dan dapat
terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan
dengan menimbulkan jaringan parut tanpa pengobatan khusus.
Kontra Indikasi : Sedang menderita infeksi HIV/resti HIV, sedang
mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang/sistem limfe, anak dengan gizi buruk, demam tinggi, infeksi kulit
yang luas, pernah sakit BCG, wanita hamil.
2. Vaksin DPT
Memberi kekebalan terhadap penyakit dipteri, pertusis dan tetanus.
Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (tidak boleh umur 6 minggu) dengan
dosis 0,5 ml intramuscular, dengan interval 4-6 minggu. DPT-1 diberikan
pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 3 bulan, DPT-3 pada umur 4 bulan.
selanjutnya DPT-4 diberikan 1 tahun setelah DPT-3, yaitu pada umur 18-24
bulan. DPT-5 pada saat masuk sekolah dasar (pada bulan imunisasi anak
sekolah/BIAS).
7/31/2019 Anak Sehat BCG
10/22
Reaksi KIPI : Demam ringan < 38,50C, kemerahan, bengkak, dan nyeri
pada lokasi injeksi yang akan hilang dalam dua hari. Anak sering gelisah
dan menangis terusbeberapa jam pasca suntikan.
Kontra Indikasi : Demam > 380C atau kejang
3. Vaksi polio oral (OPV)
Kata polio (abu-abu) dan myelon (sumsum), berasal dari bahasa latin yang
berarti medilla spinalis. Penyakit ini disebabkan oleh virus poliomyelitis
pada medulla spinalis yang secara klasik menimbulkan kelumpuhan. Vaksin
ini memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit polio. OPV (oral polio
vaccines) berisi virus polio hidup, dapat diberikan bersamaan dengan DPT.
IPV (inactivated polio vaccine) berisi antigen polio mati.
Diberkan saat bayi lahir sebanyak 4 kali, mengingat OPV berisi virus polio
hidup maka dianjurkan diberikan saat bayi meninggalkan RS/RB agar tidak
mencemari bayi lain. Karena virus polio vaksin dapat diekskresi melalui
tinja. Untuk imunisasi dasar (polio 2,3,4), interval tidak kurang dari 4
minggu. Dosis OPV 2 tetes per oral (0,1 ml), IPV dalam kemasan 0,5 ml
intramuscular. Polio ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi polip-4,
selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun). Disimpan tertutup pada suhu
-150 sampai -250C. Pada imunisasi ini jarang terjadi reaksi KIPI.
Kontraindikasi : Penyakit akut/demam ( 38,50C), muntah/diare berat
harus ditunda.
4. Vaksin campak
Memberikan kekebalan terhadap penyakit campak. Di anjurkan diberikan
dalam satu dosis 0,5 ml subkutan pada umur 9 bulan. diberikan sebanyak 1
kali, namun dianjurkan pemberian imunisasi ulangan pada saat masuk
sekolah dasar (5-6 tahun). Namun Disimpan pada suhu 20 80C, sebanyak 1
kali.
Reaksi KIPI : Demam > 39,50C yang terjadi pada hari ke 5-6 sesudah
imunisasi berlangsung yang selama 2 hari.
7/31/2019 Anak Sehat BCG
11/22
Kontraindikasi : bayi yang menderita demem tinggi, ibu hamil, riwayat
alergi, orang yang sedang memperoleh immunoglobulin/bahan-bahan yang
berasal dari darah.
5. Vaksin hepatitis B
Memberi kekebalan terhadap penyakit hepatitis B. Diberikan segera setelah
lahir, diberikan sedini mungkin 12 jam setelah lahir (Hep B-1). Hep B-2
diberikan dengan interval 1 bulan setelah Hep B-1 (bayi umur 1 bulan).
untuk respon optimal, interval Hep B-2 dan Hep B-3 minimal 2 bulan,
terbaik 5 bulan. Hep B-3 diberikan 2-5 bulan setelah Hep B-2, yaitu pada
umur 3-6 bulan. Disimpan pada suhu 40 80C, dengan dosis 0,5 ml
intramuscular, dengan interval 4-6 minggu sebanyak 3 kali. Sasaran usia
hepatitis B, yaitu :
a. Semua BBL
b. Individu yang pekrjaannya berresiko tertular
c. Karyawan dilembaga cacat mental
d. Pasien hemodialisis
e. Individu yang serumah dengan pengidap hepatitis B / kontak
akibat hubungan seksul
f. Homoseksual, biseksual, heteroseksual.
Reaksi KIPI : Tidak terdapat efeksamping, namun kadang menimbulkan
demam ringan untuk 2 hari, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan,
pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi.
Kontraindikasi : umumnya berupa reaksi lokal ringan dan bersifat
sementara, kadang demam ringan untuk 1-2 hari.
E. Tata Cara Pemberian Imunisasi
Sebelum melakukan imunisasi, dianjurkan mengikuti tata cara sebagai berikut :
1. Memberitahukan secara rici tentang resiko vaksinasi dan apabila tidak
diimunisasi.
7/31/2019 Anak Sehat BCG
12/22
2. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secapatnya bila
terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan.
3. Baca informasi tentang vaksin yang akan diberikan.
4. melakukan Tanya jawab dengan arang tua atau pengasuh sebelum
melakukan imunisasi.
5. tinjau kembali apakah ada indikasi kontra terhadap vaksinasi yang akan
diberikan.
6. periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila
diperlukan.
7. periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan
dengan baik.
8. periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda
perubahan, periksa tanggal kadaluwarsa.
9. yakinbahwa vaksin tersebut diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula
vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal.
10. berikan vaksin dengan teknik yang benar.
Hal-hal yang harus dilakukan setelah pemberian vaksin :
1. Beri petunjuk (tertulis) kepada orang tua atau pengasuh, apa yang harus
dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau yang lebih berat.
2. catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.
3. catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas
Kesehatan bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).
4. periksa status iminisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan
vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan.
5. dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan
secara rinci bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti diatas dan
berpegang pada prinsip higienis, surat persetujuan yang valid dan
pemeriksaan sebelum imunisasi harus dikerjakan.
Penyimpanan
7/31/2019 Anak Sehat BCG
13/22
Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus
didinginkan pada temperature 20 80C dan tidak membeku. Beberapa vaksin
akan tidak aktif bila beku (DTP, Hib, Hepatitia B dan A). Namun ada vaksin
yang dapat disimpan dalam keadaan beku, yaitu OPV dan yellow Fever.
Pengenceran
Vaksin kering dan beku harus diencerkan dengan cairan kusus dan
digunakan dalam periode tertentu. Jika vaksin sudah diencerkan, harus diperiksa
tanda-tanda kerusakannya (warna dan kejernihan). Vaksin campak yang telah
diencerkan cepat mengalami perubahan warna pada suhu kamar. Jarum ukuran
21 steril dianjurkan untuk mengencerkan dan jarum 23 dengan panjang 25 mm
untuk menyuntikkan vaksin.
Pembersihan Kulit
Tempat penyuntukan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan.
Namun bila kulit telah bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan.
Pemberian Suntikan
Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntukan intramuscular atau
cubcutan dalam. Tapi terdapat pengecualian pada jenis vaksin OPV diberikan
per-oral dan BCG dengan suntukan intradermal (dalam kulit)bagi petugas
kesehatan yang kurang berpengalaman dalam memberikan suntikan subkutan
dalam, dianjurkan untuk memberikan dengan cara intramuscular.
Teknik Dasar dan Ukuran Jarum
Pada setiap suntukan harus digunakan semprit dan jarum baru, sekali
pakai dan steril. Standar jarum suntik dengan ukuran panjang 25mm. pada bayi
kurang bulan dan bayi kecil dipakai jarum ukuran 26, panjang 16mm. untuk
suntikan subkutan pada lengan atas, pakai jarum ukuran 27, panjang 12mm.
untuk suntikan intramuscular pada orang dewasa gemuk, pakai jarum ukuran
23, panjag 38mm. untuk suntikan intradermal pada vaksin BCG pakai jarum
ukuran 25-27, panjang 10mm.
Arah Sudut Jarum pada Suntikan Intramuskular
Jarum disuntikkan dengan sudut 450 600 kedalam otot, akan
mengalami hambatan ringan pada waktu jarum masuk ke dalam otot. Kerusakan
7/31/2019 Anak Sehat BCG
14/22
saraf dan pembuluh vaskuler dapat terjadi apabila suntikan diarahkan pada
sudut 900 .
Tempat Suntikan yang Dianjurkan
Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi
pada bayi dan anak-anak usia dibawah 12 bulan. Regio deltoid adalah alternatif
untuk vaksinasi pada anak-anak yang lebih besar (sudah bisa berjalan) dan
orang dewasa. Untuk vaksinasi BCG, harus disuntik pada kulit diatas insersi
otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan diatas puncak pundak memberi resiko
terjadinya keloid.
Posisi Anak dan Lokasi Suntikan
Vaksin yang diberikan harus diberikan pada bagian dengan resiko paling
kecil terhadap kerusakan saraf, pembuluh darah vaskuler dan jaringan lainnya.
1) Vastus lateralis adalah otot bayi yang tebal
dan besar, yang mengisi bagian anterolateral paha. Vaksin harus diberikan
kedalam batas antara sepertiga otot bagian tengah yang merupakan bagian
yang paling tebal dan padat. Anak diletakkan diatas meja periksa, dipegang
oleh orang tua/pengasuh/posisi setengah tidur pada panghuan orang tua.
Kedua tangan dipegang menyilang, paha dipegang antara jempol dan jari-
jari. Posisi ini akan mengurangi hambatan dalam proses penyuntikan dan
membuatnya lebih lancar.
2) Deltoid, yang baik adalah pada tengah otot,
yaitu separuh antara akromion dan insersi pada tengah humerus. Jarum
ditusukkan dengan sudut 500 600 mengarah pada akromion. Untuk
mendapatkan lokasi deltoid yang baik, buka baju sehingga daerah lengan
atas dari pundak sampai siku terbuka.
Pengambilan Vaksin dari Botol (Vial)
Untuk vaksin yang diambil menembus tutp karet atau yang dilarutkan,
harus memakai jarum baru. Bila vaksin telah diambil dari vial yang terbuka,
maka dapat memakai jarum yang sama.
Pemberian Dua atau Lebih vaksin pada Hari yang sama
7/31/2019 Anak Sehat BCG
15/22
Pemberian vaksin yang berbeda sesuai umur dihari yang sama telah
dianjurkan. Vaksin inactivated dan vaksin hidup, khususnya yang telah
terjadwal, dapat diberikan pad Seventeen - 10[1]. Ayah.mp3 a lokasi yang
berbeda saat kunjungan hari itu. Lebih dari satu macam vaksin virus hidup
dapat diberikan pada hari yang sama, tetapi apabila hanya satu yang
diberikan,vaksin virus hidup yang kedua tidal bolej diberikan dalam waktu 4
minggu dari vaksin yang pertama, sebeb respon vaksin kedua mungkin telah
berkurang.
F. Jadwal Imunisasi
Jadwal imunisasi secara berkala akan dievaluasi penyempurnaan,
berdasarkan pada perubahan pola penyakit, kebijakan Depkes/WHO dan
pengedaan vaksin di Indonesia. Berikut merupakan jadwal pemberian imunisasi
rekomendasi IDAI
Jenis Vaksin Jumlah
Vaksinasi
Selang Waktu
Pemberian
Dosis Sasaran
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
1 kali
3 kali
4 kali
1 kali
3 kali
-
4 minggu
4 minggu
-
4-6 minggu
0,05 ml (intarcutan)
0,5 ml (intramuscular)
2 tetes per oral
0,5 ml (sub-kutan)
0,5 ml (intramuscular)
Bayi 2 bulan
Bayi usia1,2,3 bulan
Setelah bayi lahir
Bayi usia 9 bulan
Setelah bayi lahir
7/31/2019 Anak Sehat BCG
16/22
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK SEHAT DENGAN KEBUTUHAN
IMUNISASI BCG
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 1 Juni 2011
Waktu : 06.30 WIB
Tempat : BPS Ny. Sri Wahyuni
II IDENTITAS
a. Identitas Bayi :
Nama : By Ny W
Tanggal/Jam lahir : 6 April 2011/ pukul 20.00 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
b. Identitas Orang tua :
Nama ibu : Ny. W
Umur : 24 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gajah timur Dalam
Nama suami : Tn. H
Umur : 28 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gajah timur Dalam
7/31/2019 Anak Sehat BCG
17/22
III. Data Subyektif
1. Alasan Datang : Ibu menyatakan ingin mengimunisasikan bayinya
Keluhan Utama: Ibu menyatakan tidak ada keluhan
2. Riwayat Kesehatan :
Dahulu : Bayi lahir normal, menangis spontan, tidak ada kelainan bawaan.
Sekarang : Bayi sehat, bayi akan diimunisasi Hepatitis 3 dan polio 4.
Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit DM, jantung, hipertensi, malaria,
asma, PMS, HIV/AIDS dan keturunan kembar
3. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas :
Dahulu : tidak ada
Sekarang : Aterem, perempuan, BB 3000gr, PB 47cm, lahir spontan,
ditolong bidan, nifas normal.
4. Riwayat tumbang :
Pertumbuhan BB : normal, kenaikan BB rata-rata 350gr/bulan.
Perkembangan anak : Baik, bayi sudah bisa duduk
Kelainana bawaan : Tidak ada
5. Riwayat Imunisasi :
Tgl 6 4 2011 : Hb 1, Polio 1
6. Pola kebiasaan sehari-hari :
a. Pola nutrisi : Bayi masih minum ASI tanpa jadwal.
b. Pola eliminasi : Bayi BAB 3x/hari, BAK 7x/hari
c. Pola istirahat : Bayi tidur rata-rata 14 jam sehari
7/31/2019 Anak Sehat BCG
18/22
d. Pola aktifitas : Bayi aktif dan sudah bias duduk
IV. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum :
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : N = 120x/mnt
RR = 40x/mnt
T = 360C
2. Pengukuran Antropometri :
BB : 8000 gr
PB : 67 cm
LK : - cm
LD : - cm
Lila : - cm
3. Status Praesent :
Kepala : Mesochepal, simetris, tidak ada lesi, distribusi rambut
merata.
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak mongoloid
Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih jernih
Hidung : Simetris, tidak ada penumpukan sekret, tidak ada
pembesaran polip.
Mulut : Simetris, tidak labiopalatosisis, tidak stomatitis
Telinga : Simetris, tidak ada sekret, tidak OMA/OMP.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid, dan vena
jugularis
Dada : Simetris, ekspansi maksimal, tidak ada retaraksi
Pulmo/cor : Tidak ada stredor/murmur jantung
7/31/2019 Anak Sehat BCG
19/22
Abdomen : Tidak ada lesi, tidak omfalokel
Genetalia : Normal, JK perempuan
Punggung : Normal, tidak ada spina bifida.
Anus : Normal, tidak atresia ani
Ekstremitas : Tidak ada lesi, tidak odem
Kulit : Bersih, kemerahan, tidak ada lesi.
V. ANALISA
Bayi S Umur 1 bulan, dengan kebutuhan imunisasi BCG
VI. PLANNING
1. Menjelaskan tujuan imunisasi BCG kepada orang tua
H : Ibu mengerti tujuan imunisasi BCG
2. Menyiapkan alat imunisasi
H : Alat imunisasi telah siap
3. Menyiapkan pasien
H : Pasien telah berbaring diatas bed dengan posisi terlentang, dibedong
4. Memberikan imunisasi BCG secara IC dosis 0,05 ml
H : Bayi telah diimunisasi BCG secara IC dosis 0,05 ml
5. Menjelaskan kepada orang tua bahwa imunisasi ini tidak
menimbulkan efek samping.
H : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
7/31/2019 Anak Sehat BCG
20/22
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan penulis, dapat ditemukan
bahwa Bayi S merupakan bayi dengan kebutuhan imunisasi BCG. Hal tersebut
dapat diketahui melalui tanda-tanda :
Bahwa sebelumnya Bayi S telah mendapatkan imunisasi :
Tgl 6 4 2007 : Hb 1, Polio 1
Tgl 1 6 2007 : BCG
Dari keterangan tersebut dapat ditetapkan bahwa Bayi S sehat, dengan
kebutuhan imunisasi BCG dan diberikan penanganan sebagai berikut :
1. Memberikan penjelasan mengenai tujuan imunisasi BCG kepada
orang tua
2. Menyiapkan alat imunisasi
3. Membaringkan pasien diatas bed dengan posisi terlentang dengan
dibedong
4. Memberikan imunisasi BCG dengan dosis 0,05 ml secara IC5. Menjelaskan kepada orang tua bahwa imunisasi ini tidak
menimbulkan efek samping.
Penanganan Anak Sehat dengan kebutuhan iunisasi BCG di BPS ini dinilai
sudah cukup memenuhi standart teori yang telah ditetapkan, bayi S telah
mendapatkan imunisasi BCG.
7/31/2019 Anak Sehat BCG
21/22
BAB V
PENUTUP
Dari semua tindakan asuhan kebidanan yang telah penulis laksanakan
selama praktek di BPS Ny. Sri Harti, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
dan saran sebagai berikut.
A. Kesimpulan
Dalam pemberian asuhan kebidanan pada bayi imunisasi BCG tidak
menemukan adanya hambatan, ternyata dengan adanya ibu/keluarga untuk
merawat bayinya dan memberikan imunisasi sesuai jadwal. Bisa terlihat saat
penulis membimbing atau melaksanakan asuhan kebidanan.
B. Saran
Rekan-rekan mahasiswa/tenaga kesehatan serta kader agar selalu
memperhatikan kemungkinan berbagai masalah yang dapat timbul setelah
dilakukan imunisasi, maka petugas pemberi pelayanan imunisasi harus
memberikan konseling tentang pengertian, manfaat imunisasi, tujuan, cara
pemberian dan efek samping dari imunisasi yang akan diberikan serta
keteraturan dan kesesuaian jadwal imunisasi.
7/31/2019 Anak Sehat BCG
22/22
DAFTAR PUSTAKA
Ranuh. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia Edisi Pertama Tahun 2001. Jakarta :
SATGAS IMUNISASI-IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA.
Ranuh. 2005.Pedoman Imunisasi Di Indoneisa Edisi Kedua Tahun 2005. Jakarta :
SATGAS-IKATAN DOKER ANAK INDONESIA.
Top Related