AKUNTANSI KAS
PENGERTIAN KAS DAN SETARA KASKas merupakan aktiva atau sumberdaya
ekonomi perusahaan yang paling cepat dapat
ditukarkan (likuid) dengan sumberdaya atau aktiva
lainnya dan tidak dibatasi penggunaannya. Yang
termasuk kas adalah uang koin, uang kertas, cek,
uang yang disimpan di bank yang penggunaannya
tidak dibatasi. Aktiva yang setara dengan kas (atau:
setara kas) adalah aktiva lancar perusahaan yang
segera dapat dikonversikan menjadi kas. Yang
termasuk aktiva setara kas adalah deposito
berumur kurang dari 3 bulan, investasi dalam surat
hutang (obligasi) atau surat berharga ekuitas
(saham) yang dimaksudkan untuk spekulasi dan
sewaktu-waktu dapat dijual (marketable
securities/available on sale securities).
MASALAH-MASALAH DALAM PELAPORAN KAS:1. Kas yang dibatasi penggunaannya untuk
tujuan tertentu (dana). Termasuk dalam
pengertian dana adalah:
Kas kecil (Petty Cash) yaitu dana yang
disisihkan untuk membayar pengeluaran-
pengeluaran rutin perusahaan yang
jumlahnya tidak terlampau besar (material)
atau tidak memerlukan cek. Biasanya
jumlah kas kecil tidak terlampau besar atau
material, sehingga dana kas kecil
digabungkan pelaporannya dengan kas.
Penyisihan kas untuk membayar obligasi
(sinking fund) atau untuk membayar
pembangunan, pembelian atau renovasi
aktiva tetap. Kas yang dicadangkan untuk
hal-hal tertentu apabila jumlahnya tidak
material tetap dilaporkan sebagai kas
namun harus dicantumkan atau dijelaskan
dalam Catatan Atas Laporan Keuangan
(Notes to Financial Statement). Apabila
jumlahnya material, maka dana ini harus
dipisahkan pelaporannya dengan kas,
apakah sebagai aktiva lancar lainnya atau
sebagai investasi.
Penyisihan kas yang diwajibkan bank
sebagai syarat pinjaman. Kas ini
diklasifikasi sebagai investasi jangka
panjang atau aktiva lain-lain.
2. Bank Overdraft (cerukan)
Cerukan terjadi karena saldo kas di bank
tidak mencukupi membayar cek yang ditulis
perusahaan tetapi bank tetap
membayarkannya dan akibatnya saldo di
bank menjadi minus. Cerukan atau Bank
Overdraft harus direklasifikasi (dipindahkan)
menjadi hutang lancar.
Contoh: Saldo bank PT. A per 31/12-
2005 menunjukkan saldo (500). PT. A
harus membuat reklasifikasi:
1
Cash 500 Bank Overdraft 500
PENGENDALIAN ATAS KASKarena Kas memiliki risiko kehilangan dan
kecurangan yang tinggi, maka perusahaan
sebaiknya menetapkan pengendalian internal yang
baik untuk kas. Beberapa pengendalian internal
yang dapat diterapkan terhadap akun kas adalah:
1. Memisahkan fungsi penyimpan, pencatat dan
otorisasi kas untuk menghindari
penyalahgunaan kas. Kecurangan kas
potensial terjadi apabila fungsi-fungsi itu
disatukan.
2. Menggunakan sistem Imprest (dana tetap)
untuk dana kas kecil. Sistem Imprest
menghasilkan pengendalian internal yang
lebih baik daripada sistem dana berfluktuasi.
3. Melakukan perhitungan kas (Cash Opname)
secara mendadak pada waktu tertentu
4. Menyetorkan penerimaan kas ke bank setiap
hari.
5. Menyimpan kas yang belum sempat
disetorkan ke bank di wadah penyimpanan
yang aman dari pencurian dan kebakaran
(Misalnya: menyediakan brankas).
6. Melakukan Rekonsiliasi Bank
DANA KAS KECIL (Petty Cash)Dana kas kecil adalah kas yang disisihkan untuk
pengeluaran-pengeluaran harian yang relatif kecil
yang tidak memerlukan cek. Dalam
mengoperasikan system dana kas kecil, dilakukan
pemisahan antara kasir pemegang kas kecil dengan
kasir utama. Secara periodik kasir utama atau
bendahara mengisi kas di kasir kas kecil. Ada dua
pendekatan atau kebijakan dalam system dana
kas kecil:
Sistem Dana Berfluktuasi (Fluctuating
system), yaitu sistem kas kecil dimana
pengisian kas kecil dilakukan dalam jumlah
yang tidak teratur dan tidak didasarkan
bukti kas keluar. Setiap pengeluaran kas
kecil yang terjadi langsung dicatat dengan
mengkreditkan akun kas kecil. Dalam
sistem ini tidak ada pertanggungjawaban
terhadap pengeluaran kas kecil.
Sistem Dana Tetap (Imprest System), yaitu
sistem kas kecil dimana pengisian kas kecil
didasarkan pada jumlah pengeluaran di
bukti kas keluar kas kecil. Pada saat
transaksi terjadi tidak dilakukan
pencatatan atas bukti-bukti transaksi.
Kasir kas kecil hanya mengumpulkan bukti-
bukti pengeluaran kas. Pencatatan
transaksi pengeluaran dilakukan setelah
dilakukan pengisian kas kecil. Kas kecil diisi
hanya sejumlah pengeluaran yang terjadi
sehingga dana kas kecil tetap, kecuali
dilakukan kebijakan perubahan saldo kas
kecil.
Contoh:
2
Pada tanggal 5/1-2006 PT. A membentuk dana kas kecil sebesar Rp.400.000 dan diisi setiap minggu.
Pengeluaran yang terjadi selama satu minggu adalah:
6/1-2006 Dibayar biaya perjalanan dinas Rp.125.000
7/1-2006 Dibayar biaya bensin Rp.20.000
9/1-2006 Pembelian alat tulis kantor Rp.50.000
10/1-2006 Dibayar pembelian materai Rp.18.000
11/1-2006 Dibayar biaya bnsin Rp.15.000
Tanggal 12/1-2006 kas kecil diisi. Catat transaksi diatas dengan menggunakan:
A. Sistem imprest, dimana sewaktu penghitungan ditemukan jumlah kas kecil tersisa Rp.169.500
B. Sistem berfluktuasi. Pengisian kas kecil Rp. 350.000. Berapa sisa kas kecil seharusnya?
Jawaban:
Transaksi Imprest Fluctuating
Dibentuk dana kas kecil Rp.
400.000
Petty Cash 400.000
Cash 400.000
Petty Cash 400.000
Cash 400.000
6/1-06 Biaya perjalanan dinas Tidak dicatat Traveling expense 125.000
Petty Cash 125.000
7/1-06 Biaya Bensin Rp. 200.000 Tidak dicatat Fuel & Oil Expense 20.000
Petty Cash 20.000
9/1-06 Pembelian alat tulis
Rp.50.000
Tidak dicatat Supplies Expense 50.000
Petty Cash 50.000
10/1-06 Pembelian Materai Tidak dicatat Supplies Expense 18.000
Petty Cash 18.000
11/1-06 Pembelian Bensin Rp.
15.000
Tidak dicatat Fuel & Oil Expense 15.000
Petty Cash 15.000
12/1-06 Pengisian kas kecil Travelling Expense 125.000
Fuel & Oil Expense 35.000
Supplies Expense 68.000
Cash sort & Over 2.500
Cash 230.500
Petty Cash 350.000
Cash 350.000
Saldo kas kecil setelah pengisian Rp.169.500+ Rp. 230.500 = Rp.400.000 Rp. 172.000+350.000 = Rp. 522.000
3
REKONSILIASI BANKRekonsiliasi bank dibuat untuk
menyesuaikan akun kas di bank menurut catatan
perusahaan dan menurut catatan bank (rekening
Koran). Apabila perusahaan memiliki rekening giro
di bank, maka bank mengeluarkan rekening Koran
bank secara teratur setiap bulan. Rekening Koran
tersebut biasanya berbeda dengan akun kas di
bank menurut catatan perusahaan. Rekonsiliasi
bank dibuat untuk mengetahui penyebab
perbedaan itu. Perbedaan ini biasanya disebabkan
oleh:
1. Perusahaan telah mencatat penerimaan kas
dalam akun kas dibank, namun sampai
rekening Koran diterima, penerimaan kas
tersebut belum tercantum. Contoh: Setoran
dalam perjalanan (Deposit in transit), yaitu
setoran yang sudah dicatat menambah saldo
akun kas di bank di buku besar perusahaan
namun sampai rekening Koran diterbitkan
belum tercantum di Rekening Koran.
2. Perusahaan telah mencatat pengeluaran cek
(pengeluaran kas) di register cek, namun
sampai rekening Koran diterima perusahaan,
cek-cek (pengeluaran kas) itu belum ada di
rekening Koran karena cek belum ditukarkan
pelanggan. Pengeluaran ini disebut Cek yang
belum dicairkan (Outstanding Cheque) yaitu
Cek yang sudah ditulis perusahaan dan
diserahkan serta telah dicatat sebagai
pengeluaran, namun sampai rekening Koran
dikeluarkan oleh bank belum dicairkan oleh si
pemegang cek. Karena belum diuangkan oleh
si penerima cek, maka bank belum
mengurangkan dari saldo bank.
3. Bank telah mencatat penerimaan kas dalam
rekening Koran bank, namun perusahaan
tidak mengetahui adanya penerimaan kas
atau penagihan yang dilakukan bank sampai
rekening Koran diterima. Contoh: Setoran
pelanggan yang langsung ke rekening
perusahaan atau penagihan bank kepada
pelanggan (Collected by Bank)
4. Bank telah mendebitkan/ membebankan
perusahaan, namun perusahaan belum
mengetahui samapi menerima rekening
Koran. Pembebanan bank (Bank Charges)
biasanya terdiri dari:
Biaya administrasi, yaitu biaya pengurusan
rekening perusahaan
Cek kosong (Not Sufficient Fund/NSF),
yaitu cek-cek yang diterima perusahaan
dari pelanggan namun ketika dicairkan
dana pelanggan tidak memadai.
5. Kesalahan- kesalahan Bank atau
perusahaan. Kesalahan-kesalahan yang sering
terjadi adalah kesalahan mencatat jumlah cek
atau penerimaan atau kesalahan pendebitan
atau pengkreditan yang dilakukan oleh bank.
Ada beberapa pendekatan atau cara
membuat rekonsiliasi bank:
1. Rekonsiliasi bank 1 kolom
menyesuaikan saldo rekening Koran bank
agar sesuai dengan saldo kas di bank di
buku besar atau sebaliknya, menyesuaikan
4
saldo kas di bank di akun Buku besar
perusahaan agar sesuai dengan saldo di
rekening Koran.
2. Rekonsiliasi bank 2 kolom
menyesuaikan saldo rekening Koran Bank
dan catatan saldo kas di bank di buku
besar perusahaan sehingga diperoleh
saldo kas di bank yang sebenarnya.
3. Rekonsiliasi bank 4 kolom (Proof of
Cash) biasanya digunakan oleh auditor
untuk memeriksa mutasi bank perusahaan
dan meguji saldo bank. Dilakukan dengan
menyesuaikan saldo bank awal,
penerimaan bank, pengeluaran bank dan
saldo akhir.
Contoh:
PT. AYALA SUKSES
REKONSILIASI BANK
PER 30 Juni 2004
Balance per bank statement (Saldo menurut rekening Koran) Rp. 7.000.000
Add: - Deposit in transit 1.540.000
Less: - Outstanding cheque Rp. (2.000.000)
Balance per book Rp. 6.540.000
Catatan Kas di Bank bulan Juli: Rekening Koran Buku
Saldo 31 Juli 2004 8.650.000 9.250.000
Setoran Juli 5.000.000 5.810.000
Cek bulan juli 4.000.000 3.100.000
Penagihan wesel tagih 1.000.000 0
Biaya bank 15.000 0
NSF Cheque 335.000 0
Diminta:
Buat Rekonsiliasi bank dengan bentuk 1 kolom, 2 kolom dan 4 kolom.
1. Rekonsiliasi Bank 1 kolom (menyesuaikan saldo kas di bank menurut rekening Koran bank menuju
saldo kas di buku besar perusahaan, atau sebaliknya).
Dalam membuat rekonsiliasi bank model ini,
harus diasumsikan salah satu saldo salah dan perlu
disesuaikan menuju saldo yang dianggap benar.
Apabila saldo kas di bank menurut rekening Koran
bank diasumsikan salah, maka perlu disesuaikan ke
saldo kas di bank menurut buku besar yang
diasumsikan benar. Sebaliknya, apabila saldo kas di
bank menurut buku besar diasumsikan salah, maka
perlu disesuaikan ke saldo kas di bank menurut
rekening koran yang diasumsikan benar.
Model 1 kolom untuk rekonsiliasi bank PT.
Ayala Sukses dapat dibuat sebagai berikut:
5
6
PT. AYALA SUKSES
REKONSILIASI BANK
(Saldo di rekening Koran menuju saldo di buku besar)
Per 31 Juli 2009
Saldo kas di bank menurut rekening koran 8.650.000
Menambah:
Deposit in transit 2.350.000
Bank Charge 15.000
NSF Cheque 335.000
Mengurangi:
Outstanding Checks (1.100.000)
Notes Receivable (1.000.000)
Saldo Kas di Bank menurut Buku Besar 9.250.000
Keterangan:
1. Pos- pos yang menambah saldo rekening
Koran adalah penerimaan-penerimaan yang
belum terlihat dalam rekening Koran, namun
sudah dicatat oleh perusahaan di buku besar
(yaitu deposit in transit). Pembebanan oleh
Bank (biaya administrasi, NSF Cheque) dan
pendapatan bunga atas simpanan
(pendapatan jasa giro) belum dicatat oleh
perusahaan sebagai pengeluaran dan
penerimaan sehingga harus ditambahkan ke
saldo rekening Koran.
2. Pos-pos yang mengurangi saldo rekening
Koran adalah pengeluaran-pengeluaran yang
sudah dicatat di buku besar namun tidak
terlihat di rekening Koran (contoh:
Outstanding Cheque). Penagihan-penagihan
bank kepada pelanggan atau setoran
pelanggan ke rekening perusahaan yang
belum dicatat perusahaan ke buku besar
(dalam kasus itu adalah Note Receivable)
harus dikurangkan dari rekening Koran.
2. Rekonsiliasi Bank 2 kolom (menyesuaikan masing-masing saldo kas di bank untuk mencari saldo
yang sebenarnya)
Rekening Koran ini dibuat dengan
menyesuaikan kedua saldo kas di bank, baik
menurut buku besar ataupun menurut rekening
Koran. Tujuannya adalah mencari saldo kas di bank
yang sebenarnya.
Model 2 kolom untuk kasus PT. AYALA SUKSES
dapat dibuat sebagai berikut:
7
PT. AYALA SUKSES
REKONSILIASI BANK
Per 31 Juli 2004
Saldo kas di bank menurut
rekening koran
8.650.000 Saldo kas di bank menurut
Buku Besar
9.250.000
Menambah: Menambah:
Deposit in transit 2.350.000 Notes Receivable 1.000.000
Mengurangi: Mengurangi:
Outstanding Checks (1.100.000) Bank Charge (15.000)
NSF Cheque (335.000)
Saldo seharusnya Kas di Bank 9.900.000 Saldo seharusnya Kas di
Bank
9.900.000
Keterangan:
1. Perhitungan setoran dalam perjalanan ( Deposit in transit) bulan juli:
Setoran bulan juli menurut buku Rp.5.810.000
Setoran bulan juli menurut rekening koran (Rp.5.000.000)
Selisih setoran Rp. 810.000
Setoran dalam perjalanan bulan juni Rp. 1.540.000
Setoran dalam perjalanan bulan juli Rp. 2.350.000
2. Perhitungan Cek-cek yang masih beredar ( Oustanding Cheques) bulan juli:
Cek-cek bulan juli dikeluarkan perusahaan Rp. 3.100.000
Cek bulan juli menurut Rekening Koran (termasuk cek
bulan juni) Rp. 4.000.000
Cek-Cek beredar bulan juni (Rp. 2.000.000)
Cek bulan juli yang sebenarnya diterima bank (Rp.2.000.000)
Cek-Cek yang beredar bulan juli Rp. 1.100.000
3. Unsur-unsur yang menambah atau mengurangi saldo akun kas di bank menurut buku besar
adalah unsur yang belum dicatat di buku besar sampai rekening Koran diterima.
4. Unsur-unsur yang menambah atau mengurangi saldo rekening Koran adalah unsure yang belum
dicatat oleh bank sebagai penerimaan atau pengeluaran samapi rekening Koran dikirimkan.
Rekonsiliasi Bank 4 kolom
8
Ada 3 cara melakukan rekonsiliasi bank 4 kolom:
1. Saldo rekening koran dan saldo kas di
bank menurut buku besar disesuaikan
untuk mencari saldo yang benar
2. Saldo bank disesuaikan (dicari
perbedaannya) terhadap saldo buku
perusahaan
3. Saldo buku besar disesuaikan terhadap
saldo rekening koran.
Penyesuaian dibuat terhadap saldo awal, saldo
penerimaan dan saldo pengeluaran pada bulan
dilakukannya rekonsiliasi bank, dan saldo akhir.
1. Saldo rekening koran dan saldo kas di bank menurut buku besar disesuaikan untuk mencari
saldo yang benar
Untuk kasus PT. AYALA SUKSES dibuat rekonsiliasi bank 4 kolom berikut ini:
PT. AYALA SUKSESREKONSILIASI BANK 4 KOLOM (PROOF OF CASH)
PER 31 Juli 2007
KeteranganSaldo per Juli Saldo per
30-Jun-04 Penerimaan Pengeluaran 31/07/2007Saldo rekening koran Rp 7.000.000 Rp 6.000.000 Rp 4.350.000 Rp 8.650.000 Setroran dalam perjalanan a. Per 31 Juni 2007 Rp 1.540.000 Rp(1.540.000) Rp - b, Per 31 Juli 2007 Rp 2.350.000 Rp 2.350.000 Outstanding Cheque: a. Per 31 Juni 2007 Rp(2.000.000) Rp(2.000.000) b, Per 31 Juli 2007 Rp 1.100.000 Rp(1.100.000)Saldo kas di bank yang benar Rp 6.540.000 Rp 6.810.000 Rp 3.450.000 Rp 9.900.000 Saldo Kas di Bank menurut buku besar Rp 6.540.000 Rp - Rp - Rp 9.250.000 Penagihan wesel tagih Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 Biaya jasa bank Rp 15.000 Rp (15.000)NSF Cheque Rp 335.000 Rp (335.000)Saldo kas di bank yang benar Rp 6.540.000 Rp 1.000.000 Rp 350.000 Rp 9.900.000
2. Saldo bank disesuaikan (dicari perbedaannya) terhadap saldo buku perusahaan
Untuk kasus PT. AYALA SUKSES dibuat rekonsiliasi bank 4 kolom berikut ini:
PT. AYALA SUKSES
REKONSILIASI BANK 4 KOLOM (PROOF OF CASH)PER 31 Juli 2007
KeteranganSaldo per Juli Saldo per
30-Jun-04 Penerimaan Pengeluaran 31/07/2007Saldo rekening koran Rp 7.000.000 Rp 6.000.000 Rp 4.350.000 Rp 8.650.000 Setroran dalam perjalanan a. Per 31 Juni 2007 Rp 1.540.000 Rp(1.540.000) Rp - b, Per 31 Juli 2007 Rp 2.350.000 Rp 2.350.000 Outstanding Cheque: a. Per 31 Juni 2007 Rp(2.000.000) Rp(2.000.000)
9
b, Per 31 Juli 2007 Rp 1.100.000 Rp(1.100.000)Penagihan wesel Rp(1.000.000) Rp(1.000.000)Biaya Jasa Bank Rp (15.000) Rp 15.000 NSF Cheque Rp (335.000) Rp 335.000 Saldo kas di bank menurut buku besar Rp 6.540.000 Rp 5.810.000 Rp 3.100.000 Rp 9.250.000
3. Saldo buku besar disesuaikan terhadap saldo rekening koran.
Untuk kasus PT. AYALA SUKSES dibuat rekonsiliasi bank 4 kolom berikut ini:
PT. AYALA SUKSESREKONSILIASI BANK 4 KOLOM (PROOF OF CASH)
PER 31 Juli 2007
KeteranganSaldo per Juli Saldo per
30-Jun-04 Penerimaan Pengeluaran 31/07/2007Saldo menurut buku besar Rp 6.540.000 Rp 5.810.000 Rp 3.100.000 Rp 9.250.000 Setroran dalam perjalanan a. Per 31 Juni 2007 Rp(1.540.000) Rp 1.540.000 Rp - b, Per 31 Juli 2007 Rp(2.350.000) Rp(2.350.000)Outstanding Cheque: a. Per 31 Juni 2007 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 b, Per 31 Juli 2007 Rp(1.100.000) Rp 1.100.000 Penagihan wesel Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 Biaya Jasa Bank Rp 15.000 Rp (15.000)NSF Cheque Rp 335.000 Rp (335.000)Saldo kas di bank menurut buku besar Rp 7.000.000 Rp 6.000.000 Rp 4.350.000 Rp 8.650.000
Membuat Pencatatan Penyesuaian Saldo Kas di Bank di buku besar
Penyesuaian dilakukan untuk unsur- unsur yang belum dicatat di buku besar sampai rekening
Koran diterima. Untuk kasus PT. Ayala Sukses, penyesuaian dicatat sebagai berikut:
1. Menyesuaikan penerimaan kas
Cash 1.000.000
Note Receivable 1.000.000
2. Menyesuaikan Pengeluaran kas
Bank charge expense 15.000
Account Receivable 335.000
Cash 350.000
10
AKUNTANSI PIUTANG (Receivable)
Piutang (Receivable) merupakan klaim
suatu entitas terhadap pelanggan atau pihak lain
atas uang, jasa atau barang. Untuk tujuan
pelaporan keuangan piutang dapat diklasifikasikan
atas piutang jangka panjang dan piutang jangka
pendek. Piutang Jangka Panjang adalah klaim
kepada pihak lain yang diharapkan tertagih lebih
dari satu periode akuntansi atau lebih dari satu
siklus operasi. Piutang Jangka Pendek merupakan
klaim kepada pelanggan atau pihak lain yang
diharapkan tertagih dalam satu tahun atau satu
siklus operasi normal.
Selanjutnya, piutang dapat juga
digolongkan di neraca atas Piutang Dagang dan
Piutang Non Dagang. Piutang Dagang terdiri atas
Piutang wesel (Notes Receivable) dan Piutang
Usaha (Account Receivable). Piutang wesel
merupakan janji tertulis dari pelanggan atau pihak
lain kepada perusahaan untuk membayar sejumlah
uang tertentu pada suatu tanggal di masa depan.
Piutang Usaha merupakan janji lisan dari pelanggan
untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
suatu tanggal di masa depan. Piutang wesel bisa
berjangka panjang dan berjangka pendek,
tergantung perjanjian antara peminjam/pembeli
dengan yang memberi pinjaman/penjual.
Sedangkan Piutang Usaha biasanya berjangka
pendek dan diharapkan ditagih dalam 30 hari, 45
hari atau 60 hari tergantung syarat-syarat
penjualan (term). Piutang Non Dagang timbul dari
berbagai jenis transaksi yang bukan dari kegiatan
perdagangan, misalnya piutang karyawan, piutang
kepada pemegang saham, uang muka
PIUTANG USAHA (ACCOUNT RECEIVABLE)
PENGAKUAN PIUTANG USAHAPiutang usaha diakui/dicatat sebesar nilai
pertukaran atau nilai faktur yang telah disepakati
oleh pihak penjual dan pembeli. Dalam pengakuan
atas piutang usaha, terdapat dua faktor yang
memengaruhi pencatatan nilai piutang usaha,
yaitu:
1. Diskun Dagang (Trade discount).
Diskun dagang adalah diskun yang
diberikan oleh penjual kepada pembeli atas dasar
daftar harga yang diberikan penjual. Diskun ini
biasanya diberikan karena pembeli membeli
barang/jasa dalam volume/jumlah tertentu atau
kebijakan perusahaan memberikan diskun untuk
mencegah terjadinya perubahan harga berulang-
ulang (harga tetap sesuai katalog, namun diberikan
diskun). Apabila terdapat diskun dagang maka
piutang usaha diakui senilai jumlah neto (setelah
dikurangi diskun). Misalnya, PT. Aris memberikan
diskun 30% untuk setiap pembelian barang.
11
Apabila pada tanggal tersebut daftar harga
menunjukkan harga perunit Rp. 20.000, maka PT.
Aris mencatat penjualan 100 unit barang yang
dijual secara kredit sebagai berikut:
2. Diskun Tunai (Cash Discount).
Berbeda dengan diskun dagang, diskun
tunai diberikan apabila pembeli barang membayar
sesuai dengan periode diskun yang tercantum
dalam syarat-syarat pembayaran. Apabila pembeli
membayar dalam periode yang disebutkan dalam
syarat-syarat pembelian (term), maka diskun
diberikan sebesar persentase tertentu. Misalnya,
syarat 2/10, net 30 maka diskun 2% diberikan
apabila membayar dalam 10 hari sejak tanggal
penagihan/faktur dan jatuh tempo dalam masa 30
hari sejak tanggal penjualan, atau 2/10 EOM
(Ending of Month) maka diskun 2% diberikan
apabila membayar dalam 10 hari sejak akhir bulan.
Pengakuan terhadap diskun tunai dan piutang
dapat dilakukan dengan dua pendekatan:
a. Metode Neto ( Net Method).
Piutang diakui sebesar jumlah penjualan
setelah dikurangi dengan diskun. Metode ini
mengasumsikan pembeli akan mengambil
kesempatan untuk memanfaatkan diskun yang
diberikan. Apabila diskun tidak diambil
(pembayaran melebihi periode diskun) maka
manajemen pembeli tidak efisien. Diskun yang
tidak diambil akan diakui sebagai keuntungan
karena diskun penjualan dibatalkan (Sales Discount
Forfeited).
Transaksi Nama Akun D K1. Penjualan kredit Rp. 25.000.000. Syarat 2/10, n/30 Account receivable 24,500,000
Sales 24,500,000 2. Diterima pengembalian barang (retur) Rp.500.000 Sales return 490,000
Account receivable 490,000 Cash 14,700,000
Account receivable 14,700,000 Cash 9,500,000
Account receivable 9,310,000 Sales discount forfeited 190,000
3. Diterima cicilan piutang usaha dalam periode diskun, jumlah piutang Rp. 15.000.000
4. Diterima pelunasan piutang usaha Rp.9.500.000 setelah periode diskun
b. Metode bruto (Gross Method).
Piutang dicatat sebesar nilai yang ada
pada faktur dan diskun dicatat dalam akun “Diskun
Penjualan” apabila perusahaan menerima
pembayaran pada periode diskun. Metode ini
merupakan metode yang paling mudah diterapkan
dan paling banyak digunakan. Diskun penjualan
disajikan di laporan rugi-laba (Income Statement)
sebagai pengurang dari akun Penjualan.
12
Dibandingkan metode bruto, metode neto
menghasilkan praktik yang lebih baik karena
piutang disajikan dekat dengan nilai realisasinya.
Dalam kenyataan, metode neto sulit diterapkan
karena membutuhkan analisa tambahan dan
pencatatan penyesuaian diakhir perode untuk
diskun tunai yang tidak diambil (Sales Discount
Forfeited).
PENILAIAN PIUTANG USAHAPiutang Usaha dinilai sebesar nilai realisasi
neto (Net Realizable Value), yaitu nilai yang
diperkirakan bisa dikonversi menjadi kas. Untuk
menilai Piutang Usaha pada nilai realisasinya, maka
perlu mengestimasi piutang usaha yang tak
tertagih dan penaksiran atas retur dan penyisihan
penjualan yang akan terjadi. Untuk menaksir
jumlah piutang yang tak tertagih terdapat dua
metode yang biasa digunakan:
1. Metode Penghapusan Langsung (Direct
Write-Off Method)
2. Metode Penyisihan (Allowance Method)
Metode Penghapusan Langsung
Metode ini digunakan hanya bila piutang
yang tidak tertagih tidak material. Secara teoretis,
metode ini tidak cocok karena tidak memadankan
biaya dan pendapatan periode. Metode
Penghapusan Langsung mencatat biaya piutang tak
tertagih (Bad debt Expense) pada periode ketika
piutang usaha tidak bisa ditagih. Piutang yang
benar-benar tidak bisa ditagih dicatat dengan
mendebit akun biaya piutang tak tertagih dan
mengkreditkan akun piutang usaha. Apabila setelah
dihapus, pelanggan membayar kembali setelah
periode penghapusan piutang usaha, maka
penerimaan itu dicatat sebagai keuntungan (Gain
from Uncollectible Amount Recovery). Metode ini
merupakan metode yang diwajibkan dalam
Undang-Undang Perpajakan.
Metode Penyisihan (Allowance Method)
Dalam metode penyisihan, setiap akhir
periode akuntansi ditaksir/ diestimasi jumlah biaya
piutang tidak tertagih. Hasil taksiran biaya piutang
tak tertagih (Bad debt Expense) dicatat ke jurnal
dengan mendebit akun biaya piutang tak tertagih
dan mengkredit akun penyisihan untuk piutang tak
tertagih (Allowance For Doubtful Account).
Apabila pelanggan benar-benar tidak bisa
13
membayar, dengan demikian piutang usaha harus
dihapus, maka penghapusan itu dicatat dengan
mendebit akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih
(Allowance For Doubtful Account) dan mengkredit
akun Piutang Usaha. Pembayaran kembali setelah
piutang dihapus dilakukan dengan mendebit
Piutang Usaha yang sudah dihapus dan mengkredit
kembali akun Penyisihan Piutang Yang Tak Tertagih
(Allowance For Doubtful Account). Metode
penyisihan menilai piutang dalam jumlah yang
dapat direalisasikan. Metode ini cocok dengan
Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)/Standar
Akuntansi Keuangan (SAK).
Misalnya, total penjualan PT. A selama
Tahun 2006 Rp. 250.000.000. berdasarkan
pengalaman sebelumnya, 2% dari total penjualan
akan sulit ditagih. Pada tanggal 1/5-2007 salah
seorang pelanggan PT. A jatuh pailit, sehingga
Piutang Usaha sebesar Rp. 500.000 atas nama
pelanggan itu diputuskan oleh manajemen harus
dihapus. Tanggal 28/1-2008 pelanggan itu
memberitahukan akan membayar seluruh
kewajibannya pada tanggal 5 maret 2008. Transaksi
Piutang PT. A dapat dicatat dengan kedua metode
seperti ilustrasi dalam tabel berikut ini:
Menaksir Jumlah Biaya Piutang Tak Tertagih
Biaya piutang yang tak tertagih ditaksir
berdasarkan pertimbangan dan pengalaman
masa- masa sebelumnya terkait dengan Piutang
Usaha dan transaksi penjualan. Pertimbangan
yang cermat dan wajar harus dilakukan agar
mencerminkan nilai realisasi dari Piutang Usaha
pada tanggal penyusunan laporan keuangan.
Untuk membantu dalam membuat
pertimbangan, ada dua pendekatan yang bisa
dipakai:
1. Pendekatan Laporan Rugi-Laba (Income
Statement Approach)
2. Pendekatan Neraca (Balance Sheet
Approach)
Pendekatan Rugi Laba dalam menaksir Biaya Piutang Tak Tertagih
14
Penaksiran didasarkan jumlah penjualan
kredit yang terjadi dalam periode itu dan
manajemen suatu entitas mempertimbangkan
jumlah piutang yang tidak tertagih dari penjualan
kredit yang terjadi dalam periode itu. Persentase
ketidaktertagihan piutang berdasarkan
pertimbangan manajemen itu dikalikan dengan
total penjualan kredit dalam periode itu. Misalnya
dalam tahun 2006 penjualan kredit yang dilakukan
sebesar Rp. 650.000.000 dan berdasarkan
pengalaman tahun sebelumnya piutang yang sulit
ditagih 0,5% dari penjualan. Maka, tahun 2006
jumlah piutang tak tertagih adalah 0,5% x Rp.
650.000.000= Rp. 3.250.000. Biaya piutang tak
tertagih dan Penyisihan piutang dicatat sebagai
berikut:
Pendekatan Neraca dalam menaksir Biaya Piutang Tak Tertagih
Pendekatan neraca dilakukan dengan
membuat suatu bagan atau skedul Analisa Atas
Umur Piutang Usaha (Aging Schedule). Piutang
usaha diklasifikasikan berdasarkan umur piutang
usaha sejak tanggal penagihan atau faktur
dikeluarkan sampai tanggal penyusunan laporan
keuangan. Piutang usaha masing-masing pelanggan
(Customer) dikelompokkan berdasarkan umur
piutang masing- masing pelanggan. Biasanya
pengelompokkan didasarkan kelipatan dari hari
jatuh tempo ( misalnya, piutang usaha jatuh tempo
30 hari, maka piutang pelanggan dikelompokkan
dalam kelipatan 30, yaitu 60 hari, 90 hari atau 120
hari). Setelah pengelompokan dilakukan maka
manajemen menaksir, berdasarkan pengalaman
periode-perode sebelumnya, ketidaktertagihan
dalam setiap kelompok piutang pelanggan.
Total taksiran jumlah piutang usaha tak
tertagih merupakan jumlah Akun Penyisihan
Piutang Tak Tertagih yang akan disajikan di neraca.
Selisih antara jumlah Akun Penyisihan Piutang Tak
Tertagih sebelum dilakukan penyesuaian dengan
jumlah akun penyisihan Piutang Tak Tertagih hasil
perhitungan merupakan jumlah Akun Biaya Piutang
tak tertagih pada periode itu.
Misalnya, dari akun Piutang Usaha di Buku
Besar PT. A per 31 Desember 2007 saldo akhir
Piutang Usaha sebesar Rp. 207.160.000. Jumlah
Piutang Usaha tersebar pada pelanggan berikut
(data diambil dari buku pembantu/kartu Piutang
Usaha):
15
Piutang Usaha dan Penyisihan untuk Piutang yang
tak tertagih sebelum disesuaikan menunjukkan
saldo piutang usaha Rp. 207.160.000 dan
Penyisihan untuk Piutang yang tak tertagih Rp.
7.456.000. Kebijakan Piutang perusahaan untuk
penyisihan adalah:
- Piutang usaha jatuh tempo 30 hari
- Umur 31-60 hari, persentase ketertagihan
90%
- Umur 61-90 hari, persentase ketertagihan
85%
- Umur 91-120 hari persentase ketertagihan
80%
- > 120 hari, persentase ketertagihan Piutang
75%
Analisa atas Umur Piutang Usaha dapat dibuat
seperti tabel dibawah ini:
Biaya Piutang tak tertagih (Bad debt Expense) per 31 Desember 2007 dapat dihitung sebagai berikut:
-- Allowance for Doubtful Account setelah penyesuaian Rp. 14.755.000
16
-- Allowance for Doubtful Account sebelum penyesuaian Rp. 7.456.000
Bad Debt expense Rp. 7.299.000
Biaya Piutang Tak Tertagih dicatat ke jurnal umum dengan cara sebagai berikut:
WESEL TAGIH (PROMISORY NOTE)Di Indonesia, wesel memiliki dua bentuk yaitu
wesel aksep (Bank Draft) dan promes (Promisory
Note). Wesel Aksep (Bank draft) merupakan surat
berharga yang berisi perintah tak bersyarat dari
bank penerbit draft kepada pihak lainnya (tertarik)
untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang
tertentu atau orang yang ditunjuknya pada waktu
yang telah ditentukan. Bank draft ini adalah
merupakan cek namun sumber dana
pembayarannya adalah berasal dari rekening bank
penerbit bukan dari rekening nasabah perorangan.
Sedangkan Promes dalam akuntansi dapat juga
disebut "nota yang dapat diuangkan" adalah
merupakan suatu kontrak yang berisi janji secara
terinci dari suatu pihak ( pembayar) untuk
membayarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya
(pihak yang dibayar). Kewajiban ini dapat timbul
dari adanya suatu kewajiban pelunasan suatu
hutang. Misalnya, dalam suatu transaksi penjualan
barang dimana pembayarannya mungkin saja
dilakukan sebagian secara tunai dan sisanya
dibayar dengan menggunakan satu atau beberapa
promes. Dalam promes disebutkan jumlah pokok
hutang serta bunga (apabila ada) dan tanggal jatuh
17
PENGAKUAN WESEL Wesel biasanya dibebani bunga dan direalisasikan
sesuai dengan kondisi suku bunga pasar untuk
instrumen yang sesuai dengan wesel itu. Namun
untuk wesel berjangka waktu pendek, bunga pasar
tidak memengaruhi nilai realisasi wesel.
WESEL JANGKA PENDEK BERBUNGAMisalnya, Pada tanggal 15 Januari 2007 PT. A
melakukan penjualan barang kepada PT. B dan
menerima wesel (promes) 3 bulan berbunga
10%/tahun. Nilai wesel Rp. 10.000.000. PT. A
mencatat wesel itu dijurnal sebagai berikut:
Wesel jangka pendek diklasifikasikan sebagai aktiva lancar dan disajikan sama dengan piutang usaha.
Wesel jangka panjang berbunga; suku bunga nominal berbeda dengan suku bunga pasar (efektif)
Nilai realisasi wesel jangka panjang berbunga
biasanya memperhitungkan pengaruh dari suku
bunga pasar wesel yang berisiko sama dengan
wesel itu. Untuk mengetahui jumlah nilai realisasi
dari wesel, maka harus dicari nilai sekarang dari
wesel dan nilai sekarang dari anuitas penerimaan
bunga wesel itu. Misalnya, pada awal januari 2007
Bank X memberi pinjaman Rp. 10.000.000 kepada
PT.A dan menerima wesel jangka panjang berbunga
10%. Wesel jatuh tempo selama 3 tahun dan suku
bunga pasar untuk wesel yang berisiko sama
adalah 12%, maka nilai sekarang wesel dapat
dihitung sebagai berikut:
18
Nilai Jatuh tempo wesel Rp10.000.000Nilai sekarang dari nilai jatuh tempo:
Rp7.117.802
Nilai sekarang dari anuitas penerimaan bunga
Rp2.401.831
Nilai Sekarang dari wesel Rp9.519.633Perbedaan (diskun) Rp480.367
tempojatuhNilair n
)1(
1
000.000.10.)12,01(
13
Rp
weselbungaPendapar
r n
tan)1(
11
000.000.1.12,0
)12,01(
11
3
Rp
Pemasukan ke jurnal pada awal januari 2007 dilakukan sebagai berikut:
Diskun yang dihasilkan diamortisasi selama periode
jatuh tempo wesel. Skedul Amortisasi dengan
metode bunga efektif dapat dilakukan sebagai
berikut:
Pemasukan ke jurnal untuk amortisasi diskun dan penerimaan pendapatan bunga pada tahun pertama
dibuat:
19
WESEL JANGKA PANJANG BERBUNGA; SUKU BUNGA NOMINAL WESEL SAMA DENGAN SUKU BUNGA PASAR (EFEKTIF)
Misalnya, PT. B meminjamkan sejumlah uang
Rp.65.000.000 kepada PT. X dan menerima
wesel 3 tahun berbunga 10%. Suku bunga wesel
dan suku bunga pasar untuk wesel yang
memiliki resiko yang sama adalah 10%. Ini
berarti wesel diterbitkan sama dengan nilai
nominal, sehingga tidak ada diskun yang dicatat.
PT. B mencatat wesel itu sebagai berikut:
WESEL BERBUNGA NOL (ZERO-INTEREST BEARING NOTE)
Wesel berbunga nol merupakan wesel yang tidak
mencantumkan tingkat suku bunga nominal pada
wesel namun nilai realisasi wesel lebih kecil dari
nilai nominal wesel. Perbedaan antara nilai nominal
dan nilai realisasi dicatat sebagai diskun dan
daimortisasi pada saat penutupan buku sebagai
pendapatan bunga sebesar suku bunga yang
menyamakan dengan nilai sekarang dari wesel.
Pada saat wesel dilunaskan maka pihak peminjam
harus membayar sebesar nilai nominal dari wesel
itu.
Misal, PT. X meminjam Rp. 100 juta dari
PT.A dan memberi wesel 3 tahun berbunga nol,
dimana nilai sekarang dari wesel Rp. 77.218.000.
Tingkat suku bunga implisit yang menyamakan nilai
nominal dan nilai sekarang adalah 9 % (lihat tabel
nilai sekarang pada periode 3 dan suku bunga 9%,
nilai sekarang Rp1 untuk periode 3 tahun dan suku
bunga 9% adalah Rp. 0,77218). Untuk mencatat
transaksi itu di jurnal PT. A adalah sebagai berikut:
Diskun wesel diamortisasi pada akhir periode dengan menggunakan metode bunga efektif:
20
Pencatatan ke jurnal untuk amortisasi pada periode pertama adalah:
PENILAIAN WESEL TAGIHSama seperti Piutang Usaha, wesel juga
disajiakan sebesar nilai realisasi neto (Net
Realizable Value), yaitu nilai yang diestimasi bisa
direalisasi setelah dikurangi penyisihan-penyisihan
piutang wesel. Estimasi atas Wesel tagih yang tidak
tertagih bisa juga dilakukan dengan pendekatan
neraca atau pendekatan rugi laba, sama seperti
pada Piutang Usaha.
PELEPASAN PIUTANG USAHA DAN WESELDalam peristiwa bisnis normal, piutang
usaha dan wesel ditagih ketika jatuh tempo dan
dikeluarkan dari pembukuan. Namun, terdapat
peristiwa dimana perusahaan pemilik piutang dan
wesel membutuhkan kas dalam waktu singkat
sehingga melakukan transfer piutang ke
perusahaan lain. Alasan lainnya dilakukan
pelepasan piutang adalah:
1. Memberikan fasilitas kepada pembeli
karena hampir seluruhnya perusahaan
dalam industri itu melakukan penjualan
secara kredit/cicilan. Apabila tidak
dilakukan, maka perusahaan tidak dapat
bersaing. Biasanya perusahaan dalam
industri jenis (misalnya perusahaan
penjual mobil atau sepeda motor) ini
bekerjasama dengan suatu perusahaan
pendanaan ( Finance Company) atau Bank.
2. Perusahaan sulit atau tidak memiliki akses
melakukan pinjaman ke pihak lain atau
untuk menghindari penyimpangan dari
persetujuan pinjaman.
3. Penagihan piutang akan memakan waktu
yang panjang dan mahal sehingga
mengalihkan ke pihak lain penagihan
piutang.
Transfer piutang usaha dan wesel ke pihak
lain untuk memperoleh kas dapat dilakukan
dengan:
1. Menggadaikan Piutang Usaha
2. Mentransfer piutang usaha
dengan perjanjian tanggung
renteng atau non tanggung
renteng (Factoring).
21
MENGGADAIKAN PIUTANG USAHAPiutang Usaha dan wesel bisa menjadi
jaminan atas pinjaman. Dalam perjanjian biasanya
perusahaan pemilik piutang tetap melakukan
penagihan kepada debiturnya dan menyetorkan
hasil penagihan kepada pihak yang memberinya
pinjaman. Biasanya, perusahaan pemberi pinjaman
(bank atau perusahaan pembiayaan) akan
membebankan suatu beban keuangan (Finance
charge). Setiap penagihan digunakan untuk
melunasi pinjaman. Apabila pinjaman tidak dilunasi
maka pemberi pinjaman memiliki hak melakukan
penagihan atas jaminan. Akun Piutang Usaha tetap
dipegang dan dicatat oleh perusahaan yang
menggadaikan piutang usaha.
Misalkan, 1 Mei 2007 PT. A menjaminkan
Piutang Usaha senilai Rp. 100.000.000 kepada Bank
untuk pinjaman Rp. 80 Juta. Bank membebankan
suatu beban keuangan 2% dan bunga wesel
pinjaman 12%. Cicilan PT. A dilakukan setiap bulan
atas penerimaan Piutang usaha. Transaksi yang
terjadi atas piutang usaha:
1. Bulan Mei PT. A menagih piutang senilai
Rp. 30.000.000, diskun tunai Rp. 600.000
dan retur penjualan Rp. 2.000.000.
2. Pada bulan Juni PT. A melakukan
pembayaran kepada Bank X atas
penagihan Piutang Usaha.
3. Seluruh Piutang Usaha berhasil ditagih
Bulan Juni dan terdapat penghapusan
piutang Rp. 5 Juta.
4. Pada bulan Juli dilunaskan seluruh
pinjaman kepada Bank X
Pencatatan ke jurnal yang harus dilakukan
kedua belah pihak adalah:
22
TRANSFER (ANJAK) PIUTANGPiutang Usaha juga bisa ditransfer (dijual
atau dijaminkan) untuk memperoleh kas. Piutang
usaha biasanya dijual ke perusahaan pendanaan
(Finance Company) . Dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 84/PMK. 012/2006 tentang
perusahaan pembiayaan disebutkan Anjak Piutang
(Factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek
suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang
itu. Transfer piutang dilakukan dengan tanggung
renteng/dengan jaminan (with recourse) maupun
tanpa tanggung renteng/tanpa jaminan (Without
Recourse). Transfer Piutang usaha biasanya
dilakukan dengan pemberitahuan atau notifikasi
kepada pelanggan agar melakukan pembayaran
kepada Faktor (pihak yang menerima transfer
piutang usaha/Transferee)
Transfer Piutang tanpa Tanggung Renteng/tanpa
jaminan
Transfer piutang usaha tanpa tanggung
renteng dianggap sebagai penjualan piutang usaha.
Dalam transfer piutang tanpa tanggung renteng,
pihak pembeli piutang (Faktor) menanggung
seluruh Risiko ketidaktertagihan piutang.
Pengendalian terhadap piutang usaha berpindah
23
kepada Faktor. Faktor akan mengenakan beban
pendanaan (Finance Charge) dan menahan
persentase tertentu dari piutang usaha sebagai
jaminan (retensi) apabila ada klaim dari pelanggan
terhadap barang rusak atau ada pengembalian
(retur) atau ada piutang yang tidak tertagih. Dalam
transaksi ini, pihak penjual piutang mengakui
keuntungan atau kerugian dari penjualan piutang.
Keuntungan atau kerugian penjualan piutang dapat
dihitung dengan cara:
- Nilai Buku Piutang Usaha xxx
- Nilai Realisasi Penjualan Piutang Usaha xxx
- Nilai yang ditahan factor
(Retensi Kepada Faktor) xxx+ (xxx)
Keuntungan (Kerugian) Penjualan Piutang usaha xxx
TRANSFER PIUTANG SECARA TANGGUNG RENTENG/DENGAN JAMINANTransfer Piutang Usaha secara tanggung
renteng dapat dipandang sbagai transaksi
penjualan atau transaksi pinjam meminjam dengan
jaminan Piutang Usaha. PSAK No. 43 menjelaskan
bahwa Transfer Piutang Usaha dapat dipandang
sebagai penjualan apabila keadaan-keadaan
berikut semuanya terpenuhi:
1. Klien (Pihak yang mentransfer) tidak lagi
memiliki manfaat ekonomi masa depan
dari piutang dan tidak menanggung risiko
kolektibilitas yang terkandung dalam
piutang;
2. Kewajiban klien dalam perjanjian recourse
(tanggung renteng) dapat
diestimasi/ditaksir secara andal; dan
3. Klien tidak memiliki kewajiban atau opsi
untuk membeli kembali piutang itu.
Apabila ketiga ketentuan itu tidak
terpenuhi, maka transfer piutang usaha harus
dipandang sebagai pinjaman, bukan sebagai
penjualan.
Perbedaan antara penjualan piutang dengan
tanggung renteng dan tanpa tanggung renteng
adalah pihak pemilik piutang usaha mentransfer
piutang usaha dan menjamin pembayaran piutang
usaha sebesar kewajiban tanggung renteng yang
disepakati apabila pelanggan gagal membayar
piutang usaha. Kewajiban tanggung renteng
(Recourse Liability) dianggap pihak penjual piutang
(Transferor) sebagai kerugian penjualan Piutang.
Apabila estimasi ketidaktertagihan piutang usaha
tidak terjadi, maka Pihak Penjual (Tranferor) akan
mencatat kembali kewajiban tanggung renteng ini
sebagai pendapatan. Namun, apabila pelanggan
gagal membayar piutang, maka akun kewajiban
tanggung renteng dibebankan ke akun Retensi
pada Faktor.
Contoh transaksi dan pencatatan
untuk membedakan kedua model penjualan
piutang itu dapat diilustrasikan sebagai berikut:
1. Tanggal 1/5-2008 PT. A mentransfer
Piutang Usaha Jangka Pendek kepada
suatu perusahaan pembiayaan. Piutang
Usaha yang ditransfer sebesar Rp. 150
juta. Perusahaan pembiayaan
mengenakan beban pendanaan (Finance
24
Charge) 5% dari piutang dan menahan 10
% sebagai jaminan atas retur atau diskun
penjualan. Ditaksir, Rp. 3juta dari piutang
usaha itu akan sulit ditagih.
2. Selama bulan Mei dan Juni, Pihak Faktor
melakukan penagihan Piutang
Rp.138.250.000. Retur Rp. 5.000.000,
diskun yang diberikan Rp. 5.750.000 dan
tak tertagih Rp.3.000.000.
25
26
27
Top Related