1
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Erina Nindya Lestari1, Ika Ningsih2
1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba
Raya6,Jakarta Pusat, 10430, Indonesia 2. Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Pegangsaan
Timur16,Cikini, Jakarta Pusat, 10430, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak Infeksi bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan salah satu masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi di Asia, khususnya Indonesia dengan kepadatan penduduk yang juga tinggi sehingga berpengaruh terhadap penyebaran penyakit infeksi ini.Hingga saat ini, vankomisin merupakan antibiotik yang dapat digunakan untuk menangani infeksi MRSA.Untuk itu, perlu dikembangkan alternatif antibiotikagar dapat mencegah peningkatan penyakit infeksi akibat MRSA.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSA dengan melihat konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM).Penelitian menggunakan metode makrodilusiekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)dan antibiotik vankomisinsebagai pembanding. Konsentrasi bakteri MRSA dalam penelitian ini sesuai dengan Mc Farland 0,5. Hasil penelitian menunjukkan terjadi kekeruhan pada tabung di setiap konsentrasi dan tumbuh koloni bakteri pada agar Mueller Hinton yang menunjukkan adanya bakteri MRSA. Oleh karena itu, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) pada konsentrasi 1280µg/mL hingga 0,625 µg/mLtidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap MRSA. Katakunci : Aktivitas antibakteri; antibiotik vankomisin; daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri); Methicillin- resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Antibacterial Activity of Ironwood (Eusideroxylon zwageri) Leaf Extract on
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Abstract
Bacterial infection of Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is one of the health problem withhigh prevalence in Asia, especially Indonesia withhigh population density that influence the spread of this infectious disease. Until now, vancomycin is an antibiotic that can be used to treat MRSA infection. It is necessary to develop alternative antibiotic in order to prevent the increase of infection due to MRSA. This study was conducted to determine the antibacterial activity of ironwood(Eusideroxylon zwageri) leaf extract against MRSA to see the minimum inhibitory concentration (MIC) and the minimum bactericidal concentration (MBC). This research used macrodilution method withironwood(Eusideroxylon zwageri) leaf extractand vancomycinas a comparison. Concentration of MRSA in this study based on Mc Farland 0,5. The results showed turbidityoccured in tubes at each concentrations and bacterial colonies grown on Mueller Hinton Agar that indicate the presence ofMRSA.Therefore, from this study we can conclude that the ironwood (Eusideroxylon zwageri) leaf extract at concentration of 1280µg/mL until 0,625 µg/mLdo not have antibacterial activity against MRSA. Keywords : Antibacterial activity; antibiotic vancomycin; ironwood(Eusideroxylon zwageri) leaf; Methicillin- resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
2
Pendahuluan Indonesia merupakan negara dengan kepadatan penduduk yang tinggi.Hal tersebut dapat
memudahkan transmisi penyakit menular yang masih menjadi masalah di
Indonesia.Beberapa perilaku masyarakat Indonesia dapat pula mendukung penyebaran
penyakit menular tersebut, yakni kurangnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan
khususnya lingkungan rumah sakit yang seringkali menjadi lokasi penyebaran penyakit
infeksi yang paling strategis serta menggunakan peralatan pribadi bersama-sama. Selain itu,
penggunaan antibiotik secara tidak tepat ataupun berlebihan dapat pula memicu munculnya
mikroba penginfeksi yang resisten terhadap antibiotik.1
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan bakteri yang bersifat
resisten terhadap antibiotik golongan β laktam.Resistensi tersebut dapat terjadi akibat
pemakaian antibiotik secara tidak tepat.Penyebaran MRSA bisa melalui tindakan medis di
rumah sakit (HA-MRSA) maupun kurangnya kebersihan dalam suatu komunitas (CA-
MRSA). Penyebaran MRSA cukup banyak ditemukan di Asia, misalnya Filipina 5%, Cina
20%, Singapura 60%, Taiwan 60%, dan Hongkong 70%. Begitu pula dengan prevalensinya
di Indonesia mencapai 30-50% di RS Atmajaya, RS Moh. Husein, dan RS Abdul
Moeloek.2,3,4Infeksi MRSA dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, empiema,
endokarditis, ataupun sepsis.Saat ini, terapi yang tepat bagi infeksi MRSA adalah dengan
pemberian antibiotik vankomisin.5,6
Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) berasal dari Kalimantan dengan ciri kayu yang keras dan
kuat, berwarna gelap, dan tahan terhadap air laut. Kayu ulin memiliki beragam manfaat,
salah satunya sebagai obat dengan mengolah daun, batang, biji, dan buahuntuk obat bengkak
dan menghitamkan rambut.7,8 Daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)mengandung
beberapa senyawa fitokimia, seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid, dan
sterol-terpenoid. Pada penelitian yang dilakukan tahun 2007, ekstrak daun kayu ulin
(Eusideroxylon zwageri)mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 2%. Akan tetapi, pengujian ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon
zwageri)terhadap MRSA belum ditemukan.9,10
Oleh karena itu, dengan adanya bagian dari kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)yang dapat
berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri pada Staphylococcus aureus, namun belum
pernah diujikan pada MRSA mendorong peneliti untuk membuktikan ada atau tidaknya
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
3
aktivitas antibakteri ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)terhadap MRSA. Selain
itu, jika terbukti daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)memiliki aktivitas antibakteri
terhadap MRSA, maka dapat digunakan untuk alternatif pengobataninfeksi MRSA dan
menurunkan prevalensi penyakit menular akibat MRSA di Indonesia.
Tinjauan Teoritis
• Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) termasuk bakteri Staphylococcus yang
merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat dengan diameter 0,5-1,5 µm, bergerombol
seperti buah anggur, bersifat fakultatif anaerob, tidak aktif bergerak (non motil), dan tidak
membentuk spora. Bakteri ini membentuk koloni berbentuk bola dan berwarna putih susu.
Bakteri ini tumbuh dengan optimal pada suhu 370 C dan seringkali ditemukan pada hidung,
tenggorokan, aksila, sela jari kaki, dan perineum. Transmisi Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) dapat dibagi menjadi dua, yaitu health care-associated
MRSA (HA-MRSA) dan community-associated MRSA (CA-MRSA).2,11,12,13
Zat yang berperan sebagai faktor virulensi MRSA, diantaranya katalase, koagulase,
hemolisin, toksin eksfoliatif, toksin sindrom syok toksik, dan enterotoksin.Methicillin-
resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dapat menyebabkan pneumonia, meningitis,
empiema, endokarditis, ataupun sepsis.Sampel untuk diagnosis dapat diperoleh melaluiswab
pada luka dengan mengambil pus, darah, aspirat trakea, atau cairan spinal, kemudian
dilakukan penanaman pada agar nutrien dan agar darah, ujiGram, uji katalase,dan uji
sensitivitas terhadap antibiotik.Terapi yang menjadi drug of choice untukMRSA dengan
pemberian antibiotik vankomisin serta tindakan bedah, seperti nekrotomi. Pencegahan
terhadap infeksi MRSA adalah menjaga kebersihan diri dengan hand hygiene (cuci tangan),
menghindari penggunaan bersama peralatan pribadi, serta menjaga kebersihan luka.5,6,14,15
• Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri)
Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) berasal dari Kalimantan dengan ciri kayu yang keras dan
kuat, berwarna gelap, dan tahan terhadap air laut. Tinggi pohon kayu ulin ini mencapai 50
meter dengan diameter hingga 120 cm. Batang pohon kayu ulin tumbuh lurus, susunan daun
kayu ulin berselang-seling dengan daun muda berwarna merah dan daun tua berwarna hijau,
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
4
bunga kayu ulin tumbuh pada ketiak daun yang berbau harum, dan buah kayu ulin berbentuk
bulat telur dengan ukuran 10-18 cm dengan diameter 7-10 cm. Daun kayu ulin memiliki
berbagai manfaat, yakni di bidang ekonomi, ekologi, sosial budaya, dan kesehatan. Daun
kayu ulin mengandung senyawa fitokimia, seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin,
triterpenoid, dan sterol-terpenoid.7,9,10
• Antibiotik Vankomisin
Vankomisin merupakan antimikroba golongan glikopeptida.Kelas terapi dari vankomisin
adalah antiinfeksi, sedangkan subkelas terapinya adalah antibakteri.Vankomisin memiliki
sifat fisikokimia, berupa serbuk berwarna coklat, tidak berbau, mudah larut dalam air, dan
tidak larut dalam kloroform dan eter.Vankomisin diberikan secara intravena.Dosis yang
diberikan pada anak sebesar 20-40 mg/kgBB/hari dan dewasa sebesar 2-4
gr/hari.Mekanisme kerja dari vankomisin, yakni menghambat sintesis dinding sel
bakteri.Vankomisin dapat menimbulkan efek samping berupa mulut pahit, mual, muntah,
gagal ginjal, dan ruam kulit.16,17,18,19
Metode Penelitian
Desain penelitian yangdigunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratorium
dengan memberikan intervensi ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) yang berasal
dari LIPI kepada bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang berasal
dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI dengan konsentrasi 1280 µg/mL hingga 0,625
µg/mL. Desain penelitian yang digunakan ini bertujuan untuk dapat mengetahui efektivitas
antibakteri dari ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)terhadap bakteri Methicillin-
resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dengan menggunakan pembanding, yakni
antibiotik vankomisin dengan konsentrasi 128 µg/mL hingga 0,25 µg/mL. Metode yang
digunakan adalah metode in vitro berupa makrodilusi tabung. Cara kerja yang dilakukan
dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Tania Graciana.20 Akan
tetapi, ekstrak yang digunakan adalah ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri).
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
5
Hasil Penelitian
Data hasil penelitian diperoleh dari percobaan secara eksperimental yang dilaksanakan di
Laboratorium Mikrobiologi FKUI. Uji kepekaan makrodilusi antibiotik vankomisin terhadap
MRSA dilakukansatu kali secara duplo. Begitu pula dengan uji kepekaan ekstrak daun kayu
ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSA. Pada masing-masing percobaan digunakan
bakteri MRSA dengan konsentrasi sesuai Mc Farland 0,5 (1,5 x 108 CFU/mL).
Uji Kepekaan Antibiotik Vankomisin terhadap MRSA
• Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
Gambar 1. Hasil KHM antibiotik vankomisin terhadap MRSA
Tabel 1. HasilKHM antibiotik vankomisin terhadap MRSA
Tabung Konsentrasi Hasil (Keruh +, Bening -)
Set 1 Set 2
Kontrol positif +
Kontrol negatif -
Antibiotik vankomisin 128 µg/mL - -
Antibiotik vankomisin 64 µg/mL - -
Antibiotik vankomisin 32 µg/mL - -
Antibiotik vankomisin 16 µg/mL - -
Antibiotik vankomisin 8 µg/mL - -
Antibiotik vankomisin 4 µg/mL - -
Antibiotik vankomisin 2 µg/mL - -
Antibiotik vankomisin 1 µg/mL + +
Antibiotik vankomisin 0,5 µg/mL + +
Antibiotik vankomisin 0,25 µg/mL + +
Kontrol positif = BHI steril + bakteri MRSA; Kontrol negatif = BHI steril
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
6
Pada tabel 1 diperoleh hasil tabungkeruh pada konsentrasi 0,25 µg/mL hingga 1 µg/mL yang
menunjukkan bahwa bakteri tetap tumbuh pada konsentrasi tersebut. Akan tetapi, tabung
mulai jernih pada konsentrasi 2 µg/mL yang membuktikan bahwa MRSA dapat dihambat
pertumbuhannya pada konsentrasi tersebut.Oleh karena itu, diperoleh konsentrasi hambat
minimum antibiotik vankomisin terhadap MRSA pada konsentrasi sebesar 2 µg/mL.
• Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
Gambar 2. Hasil KBM antibiotik vankomisin terhadap MRSA
Tabel 2. HasilKBM antibiotik vankomisin terhadap MRSA
Tabung Konsentrasi Koloni Bakteri
(Tumbuh+, Tidak Tumbuh -)
Set 1 Set 2
Kontrol positif +
Kontrol negatif -
Antibiotik vankomisin 8 µg/mL - -
Antibiotik vankomisin 4 µg/mL - -
Antibiotik vankomisin 2 µg/mL - -
Antibiotik vankomisin 1 µg/mL + +
Antibiotik vankomisin 0,5 µg/mL + +
Kontrol positif = BHI steril + bakteri MRSA; Kontrol negatif = BHI steril
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
7
Pada tabel 2 dapat dilihat hasil kultur tabung mulai dari konsentrasi8 µg/mL hingga 0,5
µg/mL secara duplo pada agar Muller-Hinton yang menunjukkan adanya koloni bakteri
pada agar yang telah dikultur dari tabung konsentrasi 0,25 µg/mL, 0,5 µg/mL, dan 1
µg/mL. Akan tetapi, pada konsentrasi 2 µg/mL tidak terdapat koloni bakteri di agar
Mueller-Hinton tersebut.Oleh karena itu, diperoleh konsentrasi bunuh minimum antibiotik
vankomisin terhadap MRSA pada konsentrasi sebesar 2 µg/mL.
Gambar 3.Pewarnaan Gram pada koloni bakteri di Agar MuellerHinton (vankomisin terhadap MRSA)
Selanjutnya koloni bakteri tersebut dilakukan uji konfirmasi berupa Pewarnaan Gram untuk
dapat memastikan bakteri dalam agar Mueller Hinton tersebut adalah MRSA.Hasil
Pewarnaan Gram diperoleh morfologi bakteri kokus atau bulat bergerombol seperti anggur
dan Gram positif (ungu). Hal ini membuktikan bahwa tidak ada kontaminasi bakteri lain
dalam percobaan ini.
Uji Kepekaan Ekstrak Daun Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSA
• Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
Gambar 4. Hasil KHM ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSAset
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
8
Gambar 5. Hasil KHM ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSAset 2
Tabel3. Hasil KHM ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)terhadap MRSA
Tabung Konsentrasi Hasil (Keruh +, Bening -)
Set 1 Set 2
Kontrol positif +
Kontrol negatif -
E. zwageri 1280 µg/mL + +
E. zwageri 640 µg/mL + +
E. zwageri 320 µg/mL + +
E. zwageri 160 µg/mL + +
E. zwageri 80 µg/mL + +
E. zwageri 40 µg/mL + +
E. zwageri 20 µg/mL + +
E. zwageri 10 µg/mL + +
E. zwageri 5 µg/mL + +
E. zwageri 2,5 µg/mL + +
E. zwageri 1,25 µg/mL + +
E. zwageri 0,625 µg/mL + +
Kontrol positif = BHI steril + bakteri MRSA; Kontrol negatif = BHI steril
Dari tabel 3 dapat dilihattabung yang berisi BHI, ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)
dengan konsentrasi 1280 µg/mL hingga 0,625 µg/mL, dan bakteri MRSAmenunjukkan cairan yang
keruh. Hal tersebut membuktikan bahwa pertumbuhan bakteri MRSAtidak dapat dihambat oleh
ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) 1280 µg/mL hingga 0,625 µg/mL.Oleh karena itu,
konsentrasi hambat minimum ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSA
dengantidak didapatkan dalam percobaan ini.
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
9
• Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
Gambar 6. Hasil KBM ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSA set 1 (atas), set 2 (bawah)
Tabel4. Hasil KBM ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSA
Tabung Konsentrasi Koloni Bakteri
(Tumbuh +, Tidak Tumbuh -) Set 1 Set 2
Kontrol positif +
Kontrol negatif -
E. zwageri 1280 µg/mL + +
E. zwageri 640 µg/mL + +
E. zwageri 320 µg/mL + +
E. zwageri 160 µg/mL + +
E. zwageri 80 µg/mL + +
E. zwageri 40 µg/mL + +
E. zwageri 20 µg/mL + +
E. zwageri 10 µg/mL + +
E. zwageri 5 µg/mL + +
E. zwageri 2,5 µg/mL + +
E. zwageri 1,25 µg/mL + +
E. zwageri 0,625 µg/mL + +
Kontrol positif = BHI steril + bakteri MRSA; Kontrol negatif = BHI steril
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
10
Dari tabel 4 didapatkan hasil bahwa koloni bakteri MRSA masih tumbuh pada agar Mueller-
Hinton mulai dari konsentrasi ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) sebesar1280
µg/mL hingga 0,625 µg/mL. Oleh karena itu, konsentrasi bunuh minimum ekstrak daun
kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSAtidak dapat didapatkan dalam percobaan
ini.
Gambar 7.Pewarnaan Gram pada koloni bakteri di Agar Mueller-Hinton(E. zwageri terhadap MRSA)
Hasil Pewarnaan Gram menunjukkan koloni bakteri MRSA dengan ciri kokus atau
bulatbergerombol seperti anggur dan Gram positif (ungu). Hal ini membuktikan bahwa tidak
terjadi kontaminasi dari bakteri lain dalam percobaan ini.
Pembahasan
Tingginya transmisi penyakit menular menjadi salah satu masalah kesehatan di
Indonesia.Hal ini berkaitan dengan kepadatan penduduk Indonesia disertai perilaku
masyarakat Indonesia yang mendukung penyebaran penyakit menular, diantaranya
kurangnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan.Penggunaan antibiotik yang tidak tepat
atau berlebihan juga mengakibatkan munculnya bakteri penyebab infeksi yang resisten
terhadap antibiotik, misalnya Methicillin-resistant Staphylococcus aureus
(MRSA).Penyebaran MRSA yang resisten terhadap antibiotik β laktam ini cukup banyak
ditemukan di kawasan Asia maupun Indonesia. Oleh karena itu, untuk dapat mencegah
peningkatan penyebaran infeksi MRSA dikembangkan berbagai penelitian dengan
menggunakan ekstrak tanaman untuk dapat menjadi alternatif antibiotik bagi infeksi
MRSA.1
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
11
Penulis telah melakukan penelitian untuk dapat mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak
daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap bakteri MRSA di Laboratorium
Mikrobiologi Klinik FKUI.Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik
makrodilusi.MRSA merupakan bakteri yang masih sensitif terhadap antibiotik vankomisin
atau bukan termasuk bakteri vancomysin-resistant Staphylococcus aureus.Oleh karena itu,
dilakukan pembuktian dengan melihat konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi
bunuh minimum (KBM) dari antibiotik vankomisin terhadap MRSA. Kemudian digunakan
sebagai pembanding untuk dapat mengetahui konsentrasi hambat minimum (KHM) dan
konsentrasi bunuh minimum (KBM) dari ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)
terhadap MRSA.
Ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) merupakan variabel bebas untuk melihat
pengaruhnya terhadap MRSA. Hal ini dikarenakan pemanfaatan kayu ulin (Eusideroxylon
zwageri) cukup tinggi di Indonesia, salah satunya di bidang kesehatan, namun belum pernah
diujikan pada MRSA.9 Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi daun kayu ulin
(Eusideroxylon zwageri) pada penelitian ini adalah Dimetil Sulfoksida (DMSO). DMSO
merupakan pelarut aprotik polar yang memiliki sifat antibakteri yang lebih rendah
dibandingkan pelarut lainnya, seperti etanol dan metanol sehingga DMSO menjadi pilihan
pelarut ekstrak yang baik karena tidak memiliki pengaruh yang signifikan untuk aktivitas
antibakteri dalam penelitian ini.21 Metode yang dipilih untuk penelitian ini adalah
makrodilusi tabung untuk dapat mengetahui konsentrasi hambat minimum (KHM) dan
konsentrasi bunuh minimum (KBM) ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)
terhadap MRSA. Metode lain yang biasanya digunakan dalam uji antibakteri adalah metodi
difusi cakram, namun ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) yang diperoleh dari
LIPI bersifat crude extract sehingga ekstrak tidak dapat tersebar merata jika dilakukan
dengan metode difusi cakram.22
Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil konsentrasi hambat minimum (KHM) dan
konsentrasi bunuh minimum (KBM) dari vankomisin terhadap MRSA sebesar 2 µg/mL.Hal
ini membuktikan bahwa antibiotik vankomisin masih sensitif terhadap MRSA. Sementara
itu, tidak didapatkan konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum
(KBM) pada ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) mulai dari konsentrasi
terhadap bakteri MRSA 1280 µg/mL hingga 0,625 µg/mL.
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
12
Hingga saat ini belum ada penelitian lain yang dilakukan mengenai aktivitas antibakteri
ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSA. Akan tetapi, ada salah satu
penelitian yang dilakukan pada tahun 2007 dengan menggunakan ekstrak daun kayu ulin
(Eusideroxylon zwageri) terhadap bakteri Staphylococcus aureus.Dari penelitian tersebut,
didapatkan hasil ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 2%. Hal ini disebabkan oleh
adanya kandungan daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), berupa senyawa fitokimia,
seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid, dan sterol-terpenoid yang dapat
menghambat sintesis dinding sel bakteri Staphylococcus aureus.10 Penelitian lain
menyatakan bahwa kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) juga memiliki aktivitas antifungal
yang dapat menekan pertumbuhan Coriolus versicolor dan Tyromeces polutris akibat dari
kandungan eusiderin di dalamnya.23 Selain itu, biji kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) pada
konsentrasi 100 µg/ mL memiliki manfaat penting bagi kesehatan, yakni berpengaruh untuk
menghambat produksi melanin dari sel melanoma B16 dengan toksisitas yang rendah.24
Pada penelitian ini, konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum
(KBM) ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSA tidak didapatkan
pada konsentrasi 1280 µg/mL hingga 0,625 µg/mL. Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu kandungan daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)tidak dapat mempengaruhi
sintesis dinding sel dari MRSA. Hal ini dikarenakanMRSA memiliki SCCmec yang
mengandung gen mecA. Gen mecA ini dapat mengode PBP2A, kemudian menghasilkan
PBP abnormal. PBP abnormal memiliki afinitas yang rendah terhadap antibiotik β laktam
dan penisilin. Oleh karena itu, pemberian antibiotik β laktam dan penisilintidak efektif
sebagai terapi infeksi MRSA karena MRSA dapat tetap tumbuh. Begitu pula dengan
pemberian ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) yang tidak dapat menghambat
pertumbuhan dan membunuh MRSA.3,10
Selain itu, pada penelitian ini digunakan konsentrasi ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon
zwageri) terbatas hanya sebesar 1280 µg/mL hingga 0,625 µg/mL, namun tidak dapat
menghambat pertumbuhan maupun membunuh MRSA.Oleh karena itu, penambahan
konsentrasi ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) dapat dilakukan untuk bisa
mengetahui pengaruhnya terhadap MRSA. Selain penambahan konsentrasi ekstrak,
penelitian juga dapat dilakukan secara triplo untuk dapat memberikan hasil yang lebih
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
13
akurat.25
Penelitian ini memiliki kelebihan, yakni penelitian mengenai aktivitas antibakteri ekstrak
daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSA belum pernah dilakukan
sebelumnya sehingga menjadi penelitian pertama yang dilakukan.Di samping itu, terdapat
kekurangan juga dari penelitian ini, yaitu keterbatasan jumlah ekstrak sehingga penelitian ini
tidak dapat dilakukan secara triplo.
Kesimpulan
Setelah dilakukan serangkaian penelitian mengenai aktivitas antibakteri ekstrak daun kayu ulin
(Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSA, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa konsentrasi
hambat minimum (KHM) ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) terhadap MRSA tidak
didapatkan pada konsentrasi 1280 µg/mL hingga 0,625 µg/mL. Hal ini dibuktikan dengan larutan
yang terlihat keruh pada seluruh tabung reaksi di setiap konsentrasi.
Kemudian konsentrasi bunuh minimum (KBM) ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon
zwageri) terhadap MRSA tidak didapatkan pada konsentrasi 1280 µg/mL hingga 0,625
µg/mL. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri pada seluruh
tabung reaksi di setiap konsentrasi yang telah dikultur pada agar Mueller-Hinton.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat memberikan saran, yakni:
1. Menambahkan konsentrasi ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), misalnya
2560 µg/mL atau lebih tinggi lagi sehingga dapat mengetahui konsentrasi hambat
minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) ekstrak tersebut terhadap
MRSA.
2. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak daun kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) yang
telah diisolasi zat aktifnya sehingga dapat dilihat pengaruhnya secara optimal.
3. Menggunakan metode penelitian yang lain, misalnya metode mikrodilusi untuk
memanfaatkan jumlah ekstrak yang terbatas dengan lebih efektif dan penelitian dapat
dilakukan secara triplo.
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
14
4. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan dari ekstrak daun kayu ulin
(Eusideroxylon zwageri) untuk mengetahui kandungan lain di dalamnya.
Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Data dan informasi tahun 2014 profil
kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;2015. p.1-5.
2. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. The staphylococci. In:
Jawetz, Melnick, and Adelberg’s medical microbiology. 25th ed. California: McGraw-
Hill; 2010. p. 209-19.
3. CDC. Methicillin-resistantStaphylococcus aureus (MRSA) infections
[Internet].2015[Cited on Jul 25 2015; 13.00]. Available from:
https://www.cdc.gov/mrsa/.
4. Mardiastuti H, Karuniawati A, Kiranasari A, Ikaningsih, dan Kadarsih R. Emerging
resistance pathogen: situasi terkini di Asia, Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah,
dan Indonesia. Maj Kedokt Indon. 2007; Vol. 57 (3): 75-9.
5. Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, Zinkernagel RM. Medical microbiology. New York:
Thieme; 2005. p.229-33.
6. Yuwono. Pandemi resistensi antimikroba belajar dari MRSA. Jurnal Kulit Kelamin.
2010; 42(1): 2837-50.
7. Kementerian Kehutanan Indonesia. 50 taman nasional di Indonesia [Internet]. 2010
[Cited on Jul 25 2015; 13.00]. Available from:
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_index.htm.
8. Susanto M. Status litbang ulin (Eusideroxylon zwageri T.et B.). Bogor: Pusat Litbang
Hutan Tanaman dan Tropenbos International Indonesia; 2006. p. 1-10.
9. Fauzi MA, Susanto M. Sebaran dan potensi ulin (Eusideroxylon zwageri teijsm. &
binn.) di provinsi Jambi. Bogor: Pusat Litbang Hutan Tanaman dan Tropenbos
International Indonesia; 2006. p. 115-9.
10. Ajizah A, Thihana, Mirhanuddin. Potensi ekstrak kayu ulin (Eusideroxylon Zwageri T
Et B) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara invitro.
Jurnal Bioscientiae. 2007; 4(1): 37-42.
11. Seubert H. MRSA [Internet]. 2008 [cited on 2015 Jul 25; 13.30]. Available from:
http://bioweb.uwlax.edu/bio203/s2008/seubert_heid/Classification.htm.
12. Fort G. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Philadhelphia: Elsevier;
2015. p. 797.
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
15
13. National Institute of Allergy and Infectious Diseases. Methicillin-
resistantStaphylococcus aureus (MRSA): transmission [Internet]. 2008 Mar 4 [cited
2015 Jul 25; 13.40]. Available from: http://www.niaid.nih.gov/topics/antimicrobial
resistance/examples/mrsa/Pages/transmission.aspx.
14. Talaro KP, Chess B. Drugs, microbes, host-the elements of chemoteraphy. In:
Foundations in microbiology. 8thed. New York: McGraw-Hill; 2012. p. 351-85.
15. Mandell GL, Bennet JE, Dolin R. Bacterial disease. In: Mandell, Douglas, and
Bennett’s principles and practice of infectious diseases. 7th ed. Philadelphia: Churchill
Livingstone Elsevier; 2009. p. 2543-5.
16. Brunton LL, Chabner BA, Knollmann BC. Protein synthesis inhibitors and
miscellaneous antibacterial agents. In: Goodman and Gilman’s: the pharmacological
basis of therapeutics. 12th ed. California: McGraw-Hill; 2011. p. 1194-6.
17. Setiabudy R. Farmakologi dan terapi. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012. p.
728.
18. Medline Plus. Vankomisin [Internet]. 2014 [Cited on Jul 25 2015; 13.20]. Available
from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a604038.html.
19. Medscape. Vankomisin [Internet]. 2015 [Cited on Jul 25 2015; 13.30]. Available
from: http://reference.medscape.com/drug/vancocin-vankomisin-342573.
20. Graciana T, Ningsih I. Efektivitas ekstrak daun nagasari (Mesua ferrea) terhadap
bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus aureus[Skripsi]. Jakarta: Universitas
Indonesia; 2016. p. 15-17.
21. Wadhwani T, Desai K,Patel D,Lawani D, Bahaley P,Joshi P, et al. Effect of various
solvents on bacterial growth in context of determining MIC of various antimicrobials.
The Internet Journal of Microbiology2008; 7 (1): 1-7.
22. Jorgensen JH, Ferraro MJ. Antimicrobial susceptibility testing: a review of general
principles and contemporary practices. Medical Microbiology 2009; 49 (1): 1749-55.
23. Samejima W, Yoshimoto M. The role of extractives in decay resistance of ulin wood
(Eusideroxylon zwageri T. Et B). Utokyo Repository 2007; 82 (1): 8.
24. Arung ET, Kusuma IW, Christy EO, Shimizu K. Evaluation of medicinal plants from
Central Kalimantan for antimelanogenesis. Journal of Natural Medicines 2009; 63 (4):
473-80.
25. Patel JB, Cockerill FR, Alder J, Bradford PA, Eliopoulos GM, Hardy DJ, et al.
Performance standards for antimicrobial susceptibility testing: twenty fourth
informational supplement. Clinical Laboratory Standard Institute 2014; 34 (1): 72.
Aktivitas Antibakteri ..., Erina Nindya Lestari, FK UI, 2016
Top Related