i
AKSESIBILITAS PROGRAM PEMBELAJARAN LUAR SEKOLAH DI
KEBUN RAYA KEBUN BINATANG (KRKB) GEMBIRA LOKA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Rahmat Dwi Sanjaya
NIM 13102241045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
APRIL 2017
ii
iii
iv
v
MOTTO
Tebar kebaikan, tuai kebermanfaatan (Penulis)
Jadikan setiap langkah yang dijalani sebagai perwujudan dari sebuah harapan
dan mimpi yang dimiliki (Penulis)
Kehidupan merupakan harmonisasi dari komponen-komponen yang saling
beradu dan berpadu (Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Atas karunia Allah SWT
Aku Persembahkan Karya Tulis ini Kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya
serta do’a yang tidak pernah lupa mereka sisipkan, sehingga penulis dapat
berhasil menyusun karya ini. Terimakasih atas semua pengorbanan yang
telah diberikan.
2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan
ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.
3. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kesempatan
untuk belajar dan mencari pengalaman yang sangat luar biasa.
4. Agama, Nusa, dan Bangsa.
vii
AKSESIBILITAS PROGRAM PEMBELAJARAN LUAR SEKOLAH DI
KEBUN RAYA KEBUN BINATANG (KRKB) GEMBIRA LOKA
YOGYAKATA
Oleh
Rahmat Dwi Sanjaya
NIM 13102241045
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang: (1) aksesibilitas
program pembelajaran luar sekolah, (2) faktor pendukung dan penghambat
aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Subjek penelitian ini yaitu bagian marketing, pemandu program, dan guru
pendamping. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, dokumentasi
dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data
komponensial secara induktif dengan metode interaktif yang meliputi: pengumpulan,
reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan keabsahan data
yang digunakan adalah trianggulasi sumber.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) aksesibilitas program PLS GL zoo
terdiri dari pihak-pihak yang memiliki akses dan peranannya yaitu dinas pendidikan
selaku pemberi izin, pengelola KRKB selaku pemegang kebijakan, Jurusan PLS
selaku konseptor program dan penyedia SDM pemandu, sekolah selaku peserta
program, serta media massa selaku penyebarluasan informasi; kebijakan dan
strategi yang diterapkan yaitu potongan tarif, pemandu, dan membentuk bidang
khusus; pelaksanaan program sudah sesuai dengan langkah-langkah dan mendapat
tanggapan positif; serta upaya untuk memperluas aksesibilitas program yaitu
membuat kebijakan baru, menjalin kerjasama, membuat buku informasi dan
penambahan konten; (2) Faktor pendukung aksesibilitas program meliputi adanya
kepedulian pihak mitra, kebijakan internal yang pro terhadap program, dan
kebutuhan lembaga sekolah akan program pembelajaran luar sekolah. Faktor
penghambat aksesibilitas program meliputi SDM pemandu yang statusnya masih
mahasiswa, kebijakan sekolah, alokasi pendanaan pihak sekolah, dan lokasi.
Kata kunci: Aksesibilitas Program, Pembelajaran Luar Sekolah, Program PLS GL
Zoo
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar
Sekolah di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta”,
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya
bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana
sehingga studi saya berjalan dengan lancar.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran
dalam penyusunan skripsi.
4. Bapak Dr. Sujarwo, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
mengarahkan dan membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi.
5. Ibu Widyaningsih, M. Si., selaku dosen Penasehat Akademik yang selalu
memberikan motivasi dalam proses belajar dan penyusunan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal proses penelitian ini.
7. Direktur Utama Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka, yang
telah memberikan ijin dan bantuan untuk penelitian.
8. Bapak dan Ibu pengelola KRKB Gembira Loka, yang telah bersedia
membantu dalam penelitian.
9. Bapak, Ibu, dan Kakak-kakakku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala
dukungannya.
ix
10. Sahabat-sahabatku di grup Hi Skripsi Rita, Hikmah, dan Ngaesty yang selalu
memberikan dorongan motivasi dan semangat dalam penulisan penelitian ini.
11. Semua teman-teman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2013 yang
telah memberikan bantuan dan motivasi untuk peneluisan penelitian ini.
12. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat
disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas
Akhir Skripsi ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak diatas
menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan
Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain
yang membutuhkannya.
Yogyakarta, 19 April 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ........................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 8
C. Fokus Penelitian ...................................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ........................................................................................ 12
xi
1. Tinjauan tentang Wisata Belajar ....................................................... 12
a. Definisi Wisata Belajar ............................................................... 12
b. Tujuan Wisata Belajar ................................................................. 13
c. Program Wisata Belajar .............................................................. 14
d. Kelebihan dan Kekurangan Wisata Belajar ................................ 15
2. Tinjauan tentang Aksesibilitas Program ........................................... 17
a. Definisi Aksesibilitas .................................................................. 17
b. Program Edukasi di KRKB Gembira Loka................................ 18
c. Komponen Program PLS GL zoo ............................................... 20
d. Aksesibilitas Program PLS GL zoo ............................................ 21
3. Tinjauan tentang Pembelajaran Luar Sekolah .................................. 22
a. Definisi Pembelajaran ................................................................. 22
b. Tujuan Pembelajaran .................................................................. 23
c. Pengertian Pembelajaran Luar Sekolah ...................................... 24
d. Jenis-jenis Pembelajaran Luar Sekolah....................................... 25
e. Langkah-langkah Pembelajaran Luar Sekolah ........................... 29
4. Tinjauan tentang Pendidikan Luar Sekolah ...................................... 36
a. Definisi Pendidikan Luar Sekolah .............................................. 36
b. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ................................................ 38
5. Tinjauan tentang Kebun Binatang..................................................... 39
a. Pengertian Kebun Binatang ........................................................ 39
b. Wisata Belajar di Kebun Binatang .............................................. 41
c. Fungsi Wisata Belajar di Kebun Binatang .................................. 42
xii
B. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 43
C. Kerangka Berpikir ................................................................................... 44
D. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 48
B. Setting Penelitian .................................................................................... 49
C. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian ................................................. 49
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 52
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 56
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 59
G. Keabsahan Data....................................................................................... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 65
1. Lokasi dan Keadaan KRKB Gembira Loka ...................................... 65
2. Profil KRKB Gembira Loka ............................................................. 66
3. Aksesibilitas Program PLS GL zoo .................................................. 75
4. Faktor Pendukung dan Penghambat .................................................. 91
B. Pembahasan ............................................................................................. 95
1. Aksesibilitas Program PLS GL zoo ................................................. 95
2. Faktor Pendukung dan Penghambat .................................................. 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 108
B. Saran ...................................................................................................... 110
xiii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 112
LAMPIRAN .................................................................................................. 116
xiv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Sumber Data Penelitian (Key Informan) ......................................... 51
Tabel 2. Sumber Data Penelitian (Informan) ................................................ 52
Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 58
xv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif ............... 60
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Pedoman Observasi .................................................................. 116
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ............................................................. 118
Lampiran 3. Pedoman Wawancara ............................................................... 121
Lampiran 4. Catatan Lapangan ..................................................................... 126
Lampiran 5. Hasil Dokumen Foto ................................................................ 141
Lampiran 6. Reduksi, Display, dan Kesimpulan .......................................... 147
Lampiran 7. Bagan Struktur Organisasi ........................................................ 165
Lampiran 9. Data Reservasi Program PLS GL zoo Bulan Februari ............. 166
Lampiran 10. Buku Informasi Program Edukasi .......................................... 167
Lampiran 11. Surat Rekomendasi dari Dinas Pendidikan ............................ 177
Lampiran 12. Surat Rekomendasi dari Departemen Agama......................... 178
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian dari Fakultas .......................................... 179
Lampiran 14. Surat Izin Penelitian dari Pemerintah DIY ............................. 180
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dari sekian banyak provinsi yang ada di Indonesia, Yogyakarta menjadi
salah satu provinsi yang menyandang gelar daerah keistimewaan. Hal ini bukan
tanpa alasan, sebagai contoh dari segi budaya masyarakat Yogyakarta masih
memegang teguh adat istiadat warisan leluruh, segi pemerintahan yang masih
menggunakan sistem kerajaan atau keraton, maupun kehidupan sosial
masyarakatnya yang masih sangat kental dengan semangat gotong royong dan
tolong menolong ditengah kebersahajaannya. Fakta tersebut merupakan
beberapa alasan mengapa provinsi ini menyandang gelar sebagai daerah
keistimewaan hingga saat ini. Selain menyandang gelar sebagai daerah
keistimewaan, banyak lagi sebutan yang juga dapat digunakan untuk menyebut
kota ini, seperti kota pendidikan, representasi indonesia dalam lingkup kecil,
kota 1000 perguruan tinggi, kota wisata budaya, dan masih banyak lainnya.
Keseluruhan gelar dan sebutan tersebut merupakan wujud cerminan dari
kesuksesan lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam
mengembangkan dan mengoptimalkan setiap potensi yang dimiliki. Tidak
heran rasanya jika banyak masyarakat ataupun wisatawan yang juga ingin
merasakan “keistimewaan” Kota Yogyakarta.
Banyaknya pilihan wisata yang tersedia di Yogyakarta sudah sejak lama
menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk sekedar
berkunjung melepas penat atau mencari inspirasi baru. Menurut data Dinas
2
Pariwisata DIY pada tahun 2014, jumlah objek wisata yang ada di DIY yaitu
sebanyak 132 objek wisata yang terdiri dari objek wisata alam, wisata budaya,
dan desa/kampung wisata yang tersebar diseluruh wilayah DIY
(visitingjogja.jogjaprov.go.id). Deretan objek wisata yang banyak terdapat di
Yogyakarta tersebut seakan tak pernah kehilangan pesonanya untuk memikat
para wisatawan. Selain karena banyaknya perguruan tinggi yang ada di kota ini,
wisata belajar pun turut andil dalam mempromosikan Yogyakarta menjadi kota
pendidikan. Wisata sambil belajar atau wisata belajar telah menjadi tren di
Yogyakarta seiring bertambahnya pelajar maupun mahasiswa luar daerah yang
memilih Yogyakarta sebagai tujuannya dalam mencari sekolah atau perguruan
tinggi. Kondisi tersebut selain membawa dampak positif dalam dunia
pendidikan di Yogyakarta, juga membawa beberapa dampak negatif yaitu
semakin padatnya Yogyakarta dan daya saing yang semakin ketat dalam segala
sektor kehidupan diakibatkan banyaknya perantau yang akhirnya menetap di
Yogyakarta karena terhipnotis akan keistimewaannya.
Guna upayanya mengemban tanggung jawab sebagai salah satu kota
pendidikan, Yogyakarta telah menyediakan banyak fasilitas pendidikan baik itu
formal maupun nonformal. Fasilitas pendidikan yang ada juga memiliki
beragam model dan variasi, tidak terbatas pada lembaga persekolahan ataupun
formal saja. Dalam kaitannya sebagai kota pendidikan sekaligus kota destinasi
wisata, Yogyakarta telah memiliki berbagai macam tempat dan alternatif
pilihan. Baik dari pihak pemerintahan, swasta, maupun masyarakat telah
banyak berkreasi dan menciptakan fasilitas-fasilitas penunjang pendidikan di
3
Yogyakarta misal perpustakaan kota, taman pintar, museum, kampung cyber,
kebun binatang, desa wisata, dan lain-lain. Konsep perpaduan antara wisata dan
pendidikan yang banyak diterapkan dibanyak tempat wisata di Yogyakarta
merupakan nilai jual positif yang mungkin tidak banyak ditemui di daerah-
daerah lainnya. Hal ini akan semakin menyamarkan anggapan yang selama ini
berkembang ditengah masyarakat bahwa pendidikan adalah sama dengan
sekolahan. Padahal pendidikan tidak harus dilakukan di sekolah, tetapi dapat
dilakukan dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun asalkan sesuai dengan
nilai dan norma serta mengarah kepada hal yang positif.
Salah satu program pembelajaran yang menggabungkan konsep wisata
dan pendidikan yaitu program Pembelajaran Luar Sekolah di Kebun Raya
Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta atau biasa disebut
program PLS GL zoo. Seperti yang tertera pada buku informasi program
edukasi KRKB Gembira Loka, program ini diprakarsai oleh almarhum Sri
Paduka Paku Alam (PA) VIII yang saat itu menginginkan KRKB Gembira Loka
dapat menjadi fasilitas bagi pendidikan anak khususnya penerapan cinta satwa
sejak usia dini. Untuk merealisasikan cita-cita tersebut, pihak KRKB Gembira
Loka menggandeng Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
(FIP UNY) khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) (dalam buku
informasi program edukasi KRKB Gembira Loka hal. 3). Sebagai salah satu
lembaga pemerintah daerah yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan
perlindungan terhadap flora dan fauna, KRKB Gembira Loka juga memiliki
tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
4
yang mengharuskan sebuah perusahaan/lembaga bisnis untuk ikut peduli
terhadap kehidupan masyarakat disekitarnya. Menurut European Commission
(2006) Tanggung jawab sosial perusahaan adalah konsep dimana perusahaan
mengintegrasikan perhatian pada aspek sosial dan lingkungan di dalam kegiatan
bisnis dan interaksi dengan para pemangku kepentingan berdasar pada asas
sukarela (dalam Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2
No.1, Januari-Juni 2011). Di Indonesia sendiri, kebijakan mengenai program
CSR diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas (PT) No. 40 Tahun 2007
ayat 74 tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Impementasi dari program
CSR ini, yaitu adanya program pembelajaran luar sekolah yang sudah
berlangsung selama kurang lebih 4 tahun terakhir.
Program PLS GL zoo telah resmi berjalan setelah adanya surat
kesepakatan kerjasama yang ditandatangi oleh Direktur Utama KRKB Gembira
Loka dan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
tertanggal 17 Februari 2014 setelah melalui 2 tahun tahap perencanaan dan
percobaan. Program ini memungkinkan mahasiswa Jurusan PLS untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki khususnya dalam bidang kepemanduan
dan outbound. Program PLS GL zoo merupakan program pembelajaran luar
sekolah dengan metode outing class dimana para peserta program yang terdiri
dari siswa-siswi tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar
(SD), dan Sekolah Menengah akan dipandu oleh mahasiswa Jurusan PLS untuk
melakukan serangkaian kegiatan rekreatif dan edukatif. Kegiatan Outing Class
merupakan salah satu program pembelajaran yang bertujuan memberikan
5
keterampilan dan keahlian dasar tertentu sebagai sarana menumbuhkan
kreativitas siswa. Mahasiswa Jurusan PLS selaku pemandu juga sebelumnya
telah dibekali mengenai apa-apa yang diperlukan selama kepemanduan di
kebun binatang berlangsung. Pemandu program PLS GL zoo merupakan
mahasiswa aktif Jurusan PLS khususnya yang tergabung dalam tim
kepemanduan.
Secara umum, sasaran dalam program PLS GL zoo yaitu lembaga-
lembaga sekolahan yang ada di wilayah Kota Jogja. Namun selama 4 tahun
berjalan, realita dilapangan membuktikan belum adanya perhatian dan
koordinasi yang baik dengan pihak Dinas Pendidikan DIY selaku pemegang
kebijakan sehingga program baru dapat dinikmati oleh lembaga sekolah dalam
lingkup Kota Jogja dan belum dapat dinikmati lembaga sekolah dilain
kabupaten seperti Gunung Kidul, Kulon Progo, Bantul, dan Sleman. Campur
tangan pihak dinas pendidikan sangat dibutuhkan guna mengembangkan dan
memaksimalkan potensi yang telah dimiliki Provinsi DIY guna menciptakan
fasilitas pembelajaran yang rekreatif dan edukatif. Desain pembelajaran model
ini jika dikembangkan secara maksimal sebenarnya dapat menjadi jawaban bagi
kejenuhan siswa akan model pembelajaran monoton di dalam kelas yang selama
ini diterapakan. Harapannya ketika program dapat berjalan dengan baik dan
lancar, program PLS GL zoo dapat menjadi salah satu destinasi wisata belajar
yang bukan tidak mungkin dapat menambah pendapatan asli daerah dan
menarik semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke DIY khususnya
KRKB Gembira Loka.
6
Jurusan PLS sebagai penyedia Sumber Daya Manusia dalam program
ini selalu berupaya memperbaiki manajemen yang ada guna membuka akses
yang seluas-luasnya bagi mahasiswanya untuk dapat berpartisipasi dalam
program tersebut. Salah satu upaya yang ditempuh yaitu dengan membentuk
tim inti yang fokus mengelola dan mengembangkan program PLS GL zoo agar
dapat lebih baik lagi. Tim inti ini terdiri dari mahasiswa aktif PLS yang
didampingi oleh seorang dosen pendamping serta telah diseleksi dan mengikuti
serangkaian pembekalan. Upaya lain yang juga telah dilakukan oleh pihak
Jurusan PLS yaitu dengan mengintegrasikan program PLS GL zoo ini kedalam
beberapa mata kuliah. Hal ini bertujuan agar seluruh mahasiswa aktif Jurusan
PLS dapat mengakses program ini secara bergiliran. Namun upaya-upaya
tersebut dirasa masih belum mampu menjawab permasalahan yang ada
khususnya dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM) kepemanduan program
PLS GL zoo baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya.
Sistem marketing program PLS GL zoo ini diatur langsung oleh pihak
KRKB Gembira Loka melalui bagian marketing. Jadi secara garis besar,
terdapat pembagian kerja yang cukup jelas antara pihak Jurusan PLS dan KRKB
Gembira Loka. Pembagian kerja tersebut yaitu, Jurusan PLS FIP UNY sebagai
penyedia SDM untuk memandu dan melaksanakan program sedangkan pihak
KRKB Gembira Loka melalui bagian marketing melakukan sosialisasi dan
penyebarluasan informasi keberadaan program PLS GL zoo ke lembaga sekolah
di Kota Jogja. Sosialisasi program PLS GL zoo difokuskan untuk lembaga-
lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD) yang ada
7
di lingkup Kota Jogja. Metode sosialisasi yang digunakan yaitu secara langsung
dengan membagikan selebaran dan undangan ke sekolah-sekolah dengan
pelampiran surat rekomendasi untuk mengikuti program yang dikeluarkan oleh
pihak Dinas Pendidikan DIY. Harga tiket khusus juga diberlakukan bagi
pengunjung KRKB Gembira Loka yang merupakan peserta dari program PLS
GL zoo. Keselurahan kebijakan tersebut diterapkan oleh pihak pengelola KRKB
Gembira Loka guna mempermudah dan memperluas akses lembaga pendidikan
terhadap program ini. Walaupun telah berjalan dengan baik, metode sosialisasi
langsung yang diterapkan dirasa kurang efektif mengingat banyaknya SDM
yang dibutuhkan dan luasnya daerah yang harus dijangkau. Hal ini
kemungkinan besar akan berakibat pada tidak tersampaikannya informasi
mengenai program PLS GL zoo ke sekolah sasaran dengan baik.
Pengembangan terhadap konten dan media yang digunakan dalam
program PLS GL zoo juga sudah semestinya terus dilakukan guna menambah
aksesibilitas program ini bagi lembaga-lembaga pendidikan yang ada di
Yogyakarta. Harapannya, program PLS GL zoo ini dapat dinikmati bukan saja
sebagai program outing class bagi anak-anak PAUD ataupun SD tetapi juga
bagi anak dengan usia yang lebih tinggi bahkan hingga perguruan tinggi dan
masyarakat umum yang mungkin juga membutuhkan program tersebut. Selain
itu, pelibatan media masa untuk meliput dan mendokumentasikan program ini
juga perlu dilakukan guna penyebaran informasi yang lebih luas dan merata
diseluruh wilayah DIY. Media massa sebagai sarana penyampai pesan,
komunikasi, dan informasi kepada khalayak ramai merupakan kekuatan besar
8
untuk menyebarluaskan informasi mengenai program ini. Menurut McQuail
(2005: 3) media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol manajemen,
dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti
kekuatan atau sumber daya lainnya. Oleh karena itu, optimalisasi peran media
massa untuk penyebarluasan informasi mengenai program PLS GL zoo ini
sangat penting diupayakan guna menambah aksesibilitas yang dimiliki.
Secara ringkas dalam empat tahun berjalannya program, permasalahan
yang bersangkutan mengenai aksesibilitas program PLS GL zoo diantaranya
yaitu belum maksimalnya koordinasi dengan Dinas Pendidikan DIY,
terbatasnya sumber daya manusia (mahasiswa) selaku eksekutor dalam hal
kualitas dan kuantitas yang dimiliki, kebijakan yang diambil oleh pihak
pengelola GL zoo, dan kurangnya pelibatan peran media massa guna
penyebarluasan informasi mengenai program tersebut. Permasalahan-
permasalahan tersebut perlu segera diselesaikan agar tidak berlarut-larut dan
mengganggu kelangsungan program kedepannya. Berdasarkan hal tersebut,
penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai aksesibilitas program
pembelajaran luar sekolah di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira
Loka Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas,
telah teridentifikasi beberapa masalah, yaitu :
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pendidikan non formal;
9
2. Belum adanya perhatian dan koordinasi yang baik antara Dinas Pendidikan
DIY dengan KRKB Gembira Loka khususnya dalam hal sosialisasi program
PLS GL zoo;
3. Minimnya sumber daya manusia yaitu mahasiswa selaku eksekutor program
baik dalam hal kualitas maupun kuantitas;
4. Metode sosialisasi langsung yang diterapkan oleh pengelola KRKB
Gembira Loka untuk program PLS GL zoo dirasa kurang efektif mengingat
banyaknya SDM yang dibutuhkan dan luasnya daerah yang harus
dijangkau;
5. Perlunya pengembangan terhadap konten dan media yang digunakan dalam
pelaksanaan program PLS GL zoo;
6. Belum adanya pelibatan media massa guna penyebarluasan informasi
mengenai program PLS GL zoo;
7. Belum diketahuinya aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di
KRKB Gembira Loka Yogykarta baik bagi lembaga sekolah, mahasiswa,
dan pihak KRKB Gembira Loka sendiri.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang terdapat di identifikasi masalah, agar
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak meluas maka peneliti
memfokuskan penelitian pada (1) pelaksanaan program PLS GL zoo, (2) pihak
yang memiliki akses dan peranannya, (3) kebijakan yang telah diterapkan, dan
(4) upaya yang ditempuh untuk memperluas aksesibilitas program
pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta.
10
D. Rumusan Masalah
Dengan berdasarkan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan
masalah-masalah yang akan dibahas dan diteliti yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB
Gembira Loka Yogykarta?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat aksesibilitas program
pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dituliskan di atas, maka
penelitian ini bertujuan:
1. Untuk memperoleh informasi tentang aksesibilitas program pembelajaran
luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta;
2. Untuk mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat aksesibilitas
program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis, harapan tersebut antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan akan menambah kepustakaan penelitian
pendidikan khususnya di Pendidikan Luar Sekolah pada bidang ilmu
pendidikan informal dan sebagai sumber penelitian lebih lanjut.
11
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka
sehingga dapat menjadi bahan acuan dalam evaluasi dan pengembangan
program selanjutnya.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan tentang Wisata Belajar
a. Definisi Wisata Belajar
Wisata diidentikkan sebagai kegiatan melepas penat dan kebosanan
dari rutinitas sehari-hari. Selain hal tersebut, wisata juga dapat digunakan
sebagai sarana refreshing sekaligus membelajarkan bagi anak-anak jika
direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Banyak istilah yang dapat
menggambarkan penggabungan antara wisata dan belajar, diantaranya
karyawisata, studytour, wisata edukasi, outbound edukasi, outing class dan
lain-lainnya. Menurut Husamah (2013: 53), pembelajaran melalui wisata
belajar merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa
dengan kegiatan mempelajari sumber belajar yang ada di luar kelas, dengan
tujuan agar siswa memiliki wawasan yang luas tentang bahan ajar yang
dipelajari di dalam kelas. Sedangkan menurut Moeslichatoen (2007: 21),
wisata belajar merupakan salah satu metode yang melaksanakan kegiatan
pengajaran dengan dunia luar secara langsung yang mendorong anak untuk
memperoleh kesan yang sesuai dengan apa yang diamati.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa wisata
belajar merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diluar kelas atau
sekolah yang dilakukan dengan sengaja dan direncanakan untuk
13
memperkaya wawasan dan pengetahuan siswa dengan memanfaatkan
sumber belajar yang ada dilingkungan sekitar. Kegiatan pembelajaran
model ini akan membawa siswa untuk berinteraksi langsung dengan
lingkungan sekitar sehingga siswa tidak hanya sekedar tahu teorinya saja
tetapi dapat langsung mempraktekkan dan menerapkannya. Tugas guru
dalam proses ini adalah sebagai fasilitator dan konsultan ketika siswa
menemukan kesulitan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Wisata belajar dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat
atau objek di luar sekolah. Hal ini memungkinkan siswa untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman baru yang mungkin tidak akan diperoleh
ketika mereka melakukannya di dalam kelas. Ketika di kelas, pembelajaran
yang dilaksanakan hanya akan melibatkan indera penglihatan dan
pendengaran saja. Namun ketika siswa diajak langsung mengunjungi hal
yang sedang mereka pelajari, siswa dapat melibatkan seluruh indera yang
mereka miliki dalam upayanya bereksplorasi. Semakin banyak indera yang
terlibat dalam sebuah proses pembelajaran, maka semakin baik pula ingatan
akan hal tersebut tersimpan dimemori siswa.
b. Tujuan Wisata Belajar
Banyak ahli yang telah mendefinisakan sekaligus memaparkan
tujuan dari sebuah wisata belajar. Salah satunya yaitu Supriatna dalam
Humasah (2013: 54) yang menguraikan tujuan dari wisata belajar sebagai
berikut:
14
1) Sebagai pembanding antara teori yang dipelajari siswa dikelas dengan
keadaan atau praktek nyatanya di lapangan.
2) Untuk menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar. Kejenuhan
yang terjadi saat proses pembelajaran menyebabkan materi yang
disampaikan oleh guru tidak akan dipahami dan diserap dengan
optimal oleh siswa.
3) Sebagai rekreasi belajar. Untuk menumbukhan motivasi siswa agar
lebih giat lagi dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa wisata
belajar merupakan sebuah kegiatan pengayaan pembelajaran yang
digunakan untuk mengeluarkan siswa dari kejenuhannya terhadap interaksi
dalam kelas dengan tujuan agar siswa mampu kembali optimal dalam
menyerap materi yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar
mengajar dikemudian hari. Wisata belajar juga bertujuan untuk
mengembangkan kreativitas siswa, sehingga mampu memecahkan masalah
yang dihadapi secara mandiri dan percaya diri.
c. Program Wisata Belajar
Wisata belajar sebagai salah satu variasi metode pembelajaran guna
menghindari kejenuhan siswa, dapat dilakukan diberbagai tempat
menyesuaikan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai dari proses
pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Isjoni
dalam Muchsin (2013: 3) yang menyatakan wisata belajar sebagai cara
15
mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau
objek di luar sekolah seperti pabrik, bengkel, peternakan, dan museum.
Pernyataan diatas membuktikan program wisata belajar dapat
diselenggarakan tidak terbatas dalam lingkungan lembaga persekolahan
semata. Wisata belajar sebagai sebuah program pembelajaran dapat
diselenggarakan diberbagai tempat, asal direncanakan dan dipersiapkan
secara matang.
Program wisata belajar merupakan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan dengan memadukan unsur edukatif dan rekreatif. Menurut
Aditya (2015: 9) program wisata belajar merupakan program yang dapat
mendorong siswa untuk berpikir kreatif dengan bersumber pada
pengetahuan-pengetahuan baru yang diperoleh siswa dengan
mengalaminya langsung sehingga lebih mudah diingat dan dipahami. Dari
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa program wisata belajar
merupakan program pembelajaran yang menggabungkan unsur edukatif dan
rekreatif, dapat dilakukan diberbagai tempat serta dapat mendorong siswa
untuk berpikir kreatif bersumber pada pengalaman yang didapatkannya
secara langsung.
d. Kelebihan dan Kekurangan Wisata Belajar
Menurut Husamah (2013: 54), terdapat sisi positif bagi seorang siswa
yang mengikuti kegiatan wisata belajar yaitu:
16
1) Kegiatan belajar mengajar lebih bermakna sebab siswa
memperolehnya dengan mengalaminya secara langsung;
2) Membangkitkan sisi eksporatif siswa dalam usahanya menyelesaikan
sesuatu;
3) Memperlihatkan kondisi nyata di lapangan dengan
mengintegrasikannya dengan pengajaran di dalam kelas sehingga
menciptakan kepribadian yang komplit baik bagi guru maupun siswa;
4) Memperbanyak pengetahuan dan wawasan yang diperoleh siswa baik
di dalam maupun luar kelas;
5) Memberikan kesenangan siswa terhadap alam sekitarnya.
Dari sekian banyak kelebihan yang diperoleh siswa dengan
mengikuti wisata belajar, terdapat beberapa kekurangan dari kegiatan ini.
Menurut Husamah (2013: 55), kekurangan dari kegiatan wisata belajar
yaitu:
1) Persiapan harus matang dan cenderung memakan waktu yang cukup
lama;
2) Biaya yang relatif tinggi dan sarana prasarana yang relatif banyak;
3) Persiapan yang kurang matang akan memperngaruhi hasil yang
diperoleh dari kegiatan;
4) Resiko yang cukup besar dengan membawa siswa yang jumlahnya
banyak ke lingkungan luar kelas.
17
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai
salah satu kegiatan pembelajaran, wisata belajar memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari kegiatan wisata belajar banyak yang dapat
langsung dirasakan siswa maupun guru ketika kegiatan tersebut
berlangsung. Sedangkan untuk kekurangan yang dimiliki oleh kegiatan
wisata belajar dapat ditanggulangi dengan perencanaan dan persiapan yang
matang sebelum kegiatan akan dilaksanakan.
2. Tinjauan tentang Aksesibilitas Program
a. Definisi Aksesibilitas
Aksesibilitas berasal dari kata dasar akses (access dalam bahasa
inggris) yang berarti jalan masuk. Aksesibilitas/accessibility berarti hal
yang mudah dicapai. Artinya, aksesibilitas tidak hanya melihat faktor
ketersediaan saja, tetapi juga kemudahan dalam mencapai ketersediaan
tersebut. Secara umum, aksesibilitas erat kaitannya dengan ilmu geografi
dan pelayanan bagi orang-orang berkebutuhan khusus. Hal ini sesuai
dengan definisi Tamin (dalam Miro, 2009:18) yang berpendapat bahwa
aksesibilitas adalah mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi
lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat
angkut yang bergerak diatasnya. Pendapat tersebut mendefinisikan
aksesibilitas dalam kaitannya dengan konsep keterjangkauan sebuah lokasi
dengan berbagai macam faktor pertimbangan.
18
Dalam definisi lain, aksesibilitas dapat pula diartikan sebagai
kemudahan atau keterjangkauan terhadap suatu objek. Menurut Bambang
Susantono (2004: 24) aksesibilitas merupakan suatu ukuran potensial atau
kemudahan orang untuk mencapai tujuan dalam suatu perjalanan. Oleh
karena itu, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi, sarana dan
prasarana penghubung. Tingkat aksesibilitas sebuah daerah juga
memperngaruhi tingkat mobilitas penduduknya baik dari luar ke dalam
ataupun sebaliknya. Daerah seperti kawasan perumahan di tengah kota akan
memiliki mobilitas penduduk yang tinggi jika dibandingkan dengan
kawasan pedesaan di bawah kaki pegunungan dikarenakan akses terhadap
fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
aksesibilitas memiliki konteks makna yang luas. Aksesibilitas merupakan
level kemudahan dan keterjangkauan terhadap suatu objek dengan
mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhinya seperti: jarak,
waktu, kondisi sarana prasarana, biaya, informasi dan pihak-pihak yang
memiliki akses di dalamnya. Secara singkat aksesibilitas juga dapat
diartikan sebagai seperangkat komponen yang dapat mempermudah
jalannya sebuah proses.
b. Program Edukasi di KRKB Gembira Loka
KRKB Gembira Loka merupakan salah satu lembaga konservasi ex-
situ yang ada di Provinsi DIY. Menurut peraturan Menteri Kehutanan No.
19
P.31/Menhut-II/2012 tentang lembaga konservasi, lembaga konservasi ex-
situ adalah konservasi tumbuhan dan/atau satwa yang dilakukan diluar
habitat aslinya. KRKB Gembira Loka sebagai lembaga konservasi ex-situ
memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai tempat penelitian, edukasi, dan rekreasi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Tirtodiprojo (2008: 44) yang menyatakan
bahwa konsep Gembira Loka yang naturalistik, adalah sebagai wadah
kegiatan rekreasi alami yang fungsi dan tujuannya sebagai tempat rekreasi,
konservasi, penelitian dan edukasi, perkembangan ilmu zoology dan botani
di Indonesia dan kesadaran masyarakat dalam merawat, menjaga dan
melindungi flora dan fauna. Dari beberapa pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa KRKB Gembira Loka sebagai lembaga yang bergerak
dibidang konservasi khususnya konservasi ex-situ memiliki tiga fungsi
penting yang harus dijalankan disamping fungsinya sebagai pusat
konservasi flora dan fauna yaitu fungsi pendidikan, fungsi penelitian, dan
fungsi rekreasi.
Salah satu dari ketiga fungsi tersebut yaitu fungsi edukasi. Fungsi
edukasi menjadi penting adanya mengingat adanya fungsi ini menjadikan
lembaga konservasi juga bertanggungjawab dalam mendidik generasi
penerus agar dapat peduli terhadap lingkungan dan kelestarian satwa.
Sebagai upaya dalam merealisasikan fungsi edukasi yang diemban, KRKB
Gembira Loka membuat program-program edukatif namun dengan konsep
yang menyenangkan yaitu Pembelajaran Luar Sekolah (PLS GL zoo) dan
Satwa Masuk Sekolah (SMS). Pada penelitian ini, peneliti mengambil titik
20
fokus pada satu program edukasi yang diselenggarakan KRKB
GembiraLoka yaitu program PLS GL zoo mengingat berbagai keterbatasan
yang dimiliki. Program PLS GL zoo dirancang khusus untuk pelajar mulai
dari tingkat TK hingga SMA sebagai salah satu upaya dalam pengenalan
flora dan fauna serta pendidikan konservatif. Selain sebagai realisasi dari
lembaga konservatif yang memiliki fungsi edukasi, program PLS GL zoo
ini juga merupakan program CSR atau program sosial kemasyarakatan.
Program CSR ini merupakan program sebagai implementasi tanggung
jawab sosial yang dimiliki badan usaha atau perusahaan terhadap
masyarakat disekitarnya. Oleh karena itu, program ini tidak berorientasi
kepada keuntungan semata.
c. Komponen program PLS GL zoo
Komponen merupakan bagian-bagian dari sebuah sistem yang
memiliki peran dalam berlangsungnya sebuah proses. Sedangkan yang
dimaksud komponen pembelajaran yaitu kumpulan dari beberapa item/hal
yang memiliki peran dan tugas masing-masing namun berhubungan antara
satu dengan yang lainnya. Komponen program PLS GL zoo mengacu pada
komponen pembelajaran pada umumnya. Menurut Sumiati dan Asra (2009:
3) komponen pembelajaran dibagi dalam tiga kategori utama yaitu guru, isi
atau materi pembelajaran, dan siswa. Lebih lanjut juga dijelaskan bahwa
interaksi antara ketiga komponen tersebut juga melibatkan metode, media
pembelajaran dan penataan lingkungan belajar sehingga tercapai situasi
pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran.
21
Dari komponen pembelajaran yang telah diuraikan diatas, komponen
program PLS GL zoo memiliki sedikit perbedaan baik dalam hal istilah
maupun itemnya. Secara rinci, komponen program PLS GL zoo meliputi
tujuan program, pemandu, peserta program, materi/isi, media pembelajaran,
strategi pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Dalam komponen program
PLS GL zoo tidak terdapat kurikulum yang baku, namun pemberian materi,
pemilihan media, dan strategi yang digunakan disesuaikan dengan tingkatan
perkembangan peserta baik dari segi usia maupun jenjang kelas yaitu dari
PAUD hingga SMA.
d. Aksesibilitas program PLS GL zoo
Aksesibilitas merupakan suatu konsep yang luas dan fleksibel.
Menurut Derek Halden Consultancy (2004) dalam jurnalnya menyebutkan
bahwa pemahaman mengenai aksesibilitas dapat dicirikan melalui tiga
kategori pertanyaan yaitu:
1) Siapa atau dimana – aksesibilitas adalah bagian dari orang, atau
tempat;
2) Apa peluang yang akan dicapai – meliputi fungsi dan aktivitas yang
ada di dalamnya, atau sumber daya (termasuk orang-orang) yang
memungkinkan orang dapat memenuhi kebutuhannya;
3) Bagaimana – faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akses terhadap
suatu objek.
22
Dalam kaitannya dengan sebuah program khususnya program jasa,
aksesibilitas berarti segala komponen yang seharusnya terlibat dalam proses
berjalannya program agar program tersebut dapat berjalan dengan lancar
dan sesuai tujuan serta sasaran dari program itu sendiri dengan melihat
berbagai aspek untuk dipertimbangkan. Aksesibilitas program dalam kaitan
dengan program PLS GL zoo sendiri terdiri dari: (1) pihak-pihak yang
memiliki akses di dalam program PLS GL zoo baik sebagai konsumen
maupun pelaksana kegiatan, (2) pelaksanaan program, (3) strategi dan
kebijakan yang ambil dalam rangka memperluas aksesibilitas yang dimiliki,
(4) fakor-faktor pendukung dan penghambat yang berkaitan dengan
aksesibilitas program PLS GL zoo.
3. Tinjauan tentang Pembelajaran Luar Sekolah
a. Definisi Pembelajaran
Menurut Trianto (2010:17), pembelajaran merupakan aspek kegiatan
manusia yang kompleks dan tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Menurut
Corey (dalam Syaiful Sagala, 2011:61) pembelajaran adalah suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Dari
kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
proses dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti
yang dilakukan berdasarkan pada interaksi antara pengembangan dan
23
pengalaman yang dimiliki sehingga dapat pula merubah tingkah laku
individu tersebut.
Kegiatan pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai
komunikasi dua arah antara orang yang tahu dan orang yang tidak tahu.
Dalam dunia persekolahan, kegiatan pembelajaran diidentikkan sebagai
proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta
didiknya didalam kelas. Hal tersebut menyebabkan timbulnya pandangan
bahwa sumber belajar utama yaitu seorang pendidik. Hal tersebut
menyebabkan kegiatan pembelajaran berubah menjadi proses transfer
pengetahuan pendidik ke peserta didik semata. Padahal sebenarnya masih
banyak sumber belajar lain disekitar peserta didik yang dapat digunakan
guna memperkaya dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.
b. Tujuan Pembelajaran
Sifatnya yang disengaja dan terstruktur, menyebabkan sebuah
pembelajaran pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai. Menurut H.
Daryanto (2005: 58) definisi dari tujuan pembelajaran yaitu tujuan yang
menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan
dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Tujuan
pembelajaran harus dirumuskan berdasarkan pertimbangan yang matang
dan kesesuaiannya dengan komponen pendidikan yang lainnya. Dalam arti
lain, tujuan pembelajaran merupakan garis akhir yang harus dicapai ketika
sebuah pembelajaran dapat dikatakan berhasil.
24
Pendapat serupa disampaikan oleh Wina (2008: 86) yang
mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai kemampuan (kompetensi) atau
keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap siswa setelah
mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Perumusan tujuan
pembelajaran penting adanya karena dapat dijadikan tolak ukur yang nyata
dari keberhasilan dari proses pembelajaran dalam membentuk pola pikir dan
tingkah laku siswa didik. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai juga
menentukan langkah-langkah yang akan diambil sekolah maupun pendidik
dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Dari kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk mempermudah siswa
dalam memperoleh pengetahuan dan pola pikir baru melalui rumusan yang
terperinci dan nyata sehingga pencapaian yang diraih dapat diukur secara
nyata.
c. Pengertian Pembelajaran Luar Sekolah
Pembelajaran luar sekolah merupakan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan diluar ruangan atau sekolah dengan memanfaatkan media
pembelajaran yang dapat mendukung terjadinya proses belajar. Dalam
prosesnya kegiatan ini memcampurkan proses pendidikan nonformal ke
dalam pendidikan formal guna memperoleh metode pembelajaran yang
menyenangkan bagi peserta didik. Menurut Undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pendidikan formal
merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Lebih lanjut juga
25
dijelaskan mengenai pengertian pendidikan nonformal yaitu sebagai jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Oleh karena itu, pembelajaran luar sekolah
merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh lembaga formal
namun dengan perspektif nonformal.
Proses pembelajaran luar sekolah menekankan pada penggalian
informasi dan pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik. Hal ini
dilakukan agar peserta didik memiliki ruang untuk bereksplorasi dan
berkreasi terhadap apa-apa yang mereka temukan dilapangan. Pembelajaran
model ini memungkinkan peserta didik untuk mengalami dan merasakan
langsung, sehingga tidak hanya aspek kognitifnya saja yang akan
berkembang, tetapi afektif dan psikomotoriknya juga. Kegiatan
pembelajaran luar sekolah memanfaatkan lingkungan sekiatr sebagai
sumber belajar guna memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Dalam hal
ini, peneliti berfokus pada kegiatan pembelajaran luar sekolah yang
diselenggarakan di kebun binatang khususnya KRKB Gembira Loka.
Kegiatan pembelajaran tersebut meliputi: bina suasana, pojok kreatif,
mengenal satwa (tour the zoo), dan pengulasan kembali (recalling).
d. Jenis-jenis Pembelajaran Luar Sekolah
Sebagai salah satu metode pembelajaran, pembelajaran luar sekolah
dalam pelaksanaannya memiliki banyak jenis dan variasi. Menurut Agus
(2016: 50) yang dimaksud sebagai metode pembelajaran yaitu cara yang
26
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk tujuan pembelajaran. Diantara
banyak jenis pembelajaran luar sekolah yang ada, peneliti akan
menguraikan tiga jenis pembelajaran luar sekolah yang paling banyak
dilaksanakan, yaitu:
1) Outing class
Outing class merupakan salah satu metode pembelajaran yang
mulai popular khususnya dalam pendidikan anak usia dasar.
Pembelajaran outing class adalah suatu pembelajaran yang
dilaksanakan di luar ruangan kelas atau sekolah yang bertujuan
membekali keterampilan anak didik dan mengembangkan kemampuan
yang dimiliki (Lenterahati. 2012 dalam Wijilestari 2013: 11). Dalam
metode pembelajaran semacam ini, memungkinkan seorang pendidik
dan peserta didik untuk membangun kedekatan yang lebih intim antar
satu sama lain. Pembelajaran outing class dapat diterapkan dalam semua
mata pelajaran.
Menurut Komarudin (dalam Husamah, 2013: 19) outing class
merupakan aktivitas yang dilakukan di luar sekolah yang berisi kegiatan
di luar kelas atau sekolah dan berada di lingkungan luar seperti bermain
di lingkungan sekolah, taman, sawah, dan kegiatan yang sifatnya
petualangan serta dapat mengembangkan aspek pengetahuan yang
relevan. Peserta didik akan lebih mudah dalam memahami sebuah
27
konsep pengetahuan ketika mereka mengerjakan sambil
mempraktekkan. Semakin banyak panca indera yang berinteraksi dalam
sebuah pembelajaran, makan akan semakin baik pula pengetahuan
tersebut disimpan oleh memori peserta didik.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
outing class bukan semata-mata kegiatan memindahkan lokasi belajar
mengajar dari kelas ke alam bebas. Namun, perlu adanya upaya agar
siswa dapat menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas
yang bermuara pada perubahan tingkah laku dan penambahan
pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa
olahraga, outbound, studi kasus, eksplorasi, pengamatan, dan lain-lain.
Harapannya, siswa mampu menyikapi masalah yang dihadapi dengan
kritis dan menyelesaikannya secara mandiri dengan belajar pada
lingkungan sekitarnya.
2) Field Trip
Field trip ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah
untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik
sepatu, bengkel mobil, toserba, dan sebagainya (Asmani 2010: 150).
Field trip adalah sebuah metode pembelajaran yang menggabungkan
antara rekreasi dan belajar. Dalam proses field trip, peserta didik akan
dapat menggunakan semua hal yang ada di lingkungan sekitarnya
sebagai sumber belajar.
28
Pendapat lain disampaikan oleh Syaiful Sagala (2006: 214) yang
menyebutkan metode field trip sebagai pesiar (ekskursi) yang dilakukan
oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu
dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Metode field
trip sengaja dimasukkan kedalam kurikulum sekolah sebagai salah satu
cara untuk menetralisir kejenuhan siswa akan proses belajar mengajar
di dalam kelas yang cenderung monoton dan membosankan. Metode
pembelajaran field trip juga dapat digunakan sebagai ajang peserta didik
untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang di dapatnya di kelas
dengan kehidupan nyata.
Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode field
trip merupakan metode penyampaian materi dengan cara membawa
langsung siswa ke obyek di luar kelas atau di lingkungan yang
berdekatan dengan sekolah agar siswa mendapatkan pengalaman belajar
langsung dan dapat mengintegrasikan pengetahuan yang di dapatnya di
kelas ke dalam kehidupan nyata.
3) Outbound
Menurut Muchlisin (2009: 11) outbound adalah usaha olah diri
(olah pikir dan fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka
melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi secara lebih baik lagi.
Outbound bukan hanya bermakna kegiatan diluar, namun lebih dari itu
29
dimana peserta diajak untuk membuat terobosan-terobosan baru dan
diajak untuk berfikir kreatif. Menurut Djamaludin (2007: 2) dalam dunia
pendidikan sudah banyak lembaga yang menerapkan metode outbound
dalam proses pengajarannya karena dinilai memberikan kontribusi
positif terhadap kesuksesan belajar. Hal tersebut dikarenakan dalam
proses outbound, peserta dituntut untuk dapat mandiri dalam menggali
potensi yang dimiliki dalam suasana yang menyenangkan namun penuh
tantangan sehingga muncul sebagai pribadi yang tangguh dan siap
menghadapi masa depan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa outbound
adalah kegiatan pembelajaran yang berada diluar ruangan atau luar
sekolah dengan tujuan meningkatkan dan mengoptimalkan potensi yang
dimiliki melalui beberapa rangkaian kegiatan/permainan. Bentuk
kegiatan outbound dapat berupa simulasi situasi dalam organisasi yang
dikemas dengan bentuk permainan kreatif, rekreatif, dan edukatif baik
secara individual maupun kelompok dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi diri baik secara individu maupun kelompok.
e. Langkah-langkah Pembelajaran Luar Sekolah
Langkah merupakan tahapan yang harus dilaksanakan secara
berurutan agar dapat mencapai tujuan atau maksud tertentu. Langkah-
langkah Pembelajaran luar sekolah disusun guna mempermudah dan
memperlancar proses berjalannya kegiatan. Langkah-langkah pembelajaran
30
luar sekolah dalam kajian ini akan difokuskan pada pelaksanaan program
PLS GL zoo. Program PLS GL zoo merupakan program pendampingan
yang dilakukan mahasiswa Jurusan PLS FIP UNY terhadap siswa siswi usia
sekolah dasar yang mengikuti program PLS di KRKB Gembira loka.
Menurut Rokhmah (2012: 4), pendamping adalah perorangan atau
lembaga yang melakukan pendampingan, dimana antara kedua belah pihak
(pendamping dan didampingi) terjadi kesetaraan, kemitraan, kerjasama, dan
kebersamaan tanpa ada batas golongan (kelas atau status sosial) yang tajam.
Sedangkan yang dimaksud sebagai pendampingan yaitu suatu kegiatan yang
disengaja dilaksanakan secara sistematis dan sesuai aturan karena
pembelajaran tersebut terjadi ditempat kerja, dan pekerjaanya sesuai dengan
apa yang dikerjakan. (Istiningsih, 2008: 85)
Program PLS GL zoo terdiri atas 3 tahapan pendampingan yaitu yang
meliputi:
1) Perencanaan
Menurut Hamzah (2006: 2) perencanaan adalah kegiatan memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan. Menurut Majid (2008: 15) perencanaan merupakan
penyusunan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam mencapai
tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, perencanaan
dibuat berdasarkan kebutuhan yang ada dan disusun dengan sistematis
serta mudah dipahami.
31
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan kegiatan perencanaan
yaitu kegiatan awal yang digunakan untuk membuat langkah sistematis
guna mencapai tujuan yang diharapkan berdasarkan pada kebutuhan
yang ada. Perencanaan memegang peranan penting dalam sebuah
program ataupun kegiatan. Perencanaan digunakan untuk menjabarkan
rangkaian langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan
program. Perencanaan juga digunakan sebagai garis batas agar
pelaksanaan kegiatan/program dapat tersusun secara sistematis dan
mencapai tujuan yang diinginkan. Diharapkan dengan perencanaan
yang matang, maka kegiatan/program yang akan dilaksanakan dapat
berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan.
Kegiatan perencanaan dalam program PLS GL zoo selanjutnya
dilanjutkan dengan persiapan materi, media pembelajaran, dan SDM
pendamping. Materi dan media pembelajaran yang dipersiapkan
disesuaikan dengan tahapan perkembangan siswa siswi sasaran
kegiatan. Hal ini agar materi yang disampaikan selama kegiatan dapat
diterima dengan baik oleh sasaran. Penyampaian materi dilaksanakan
dengan metode belajar dan bermain. Sedangkan untuk SDM
pendamping merupakan mahasiswa aktif jurusan PLS FIP UNY yang
mendapatkan izin pengalihan perkuliahan pada hari itu. Jumlah
pendamping yang diterjunkan disesuaikan dengan jumlah siswa siswi
sasaran. Biasanya seorang pendamping diberikan tugas untuk memandu
15-20 orang siswa yang tergabung dalam 1 kelompok.
32
2) Pelaksanaan
Rencana yang telah disusun selanjutnya diimplementasikan dalam
bentuk pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pelaksanaan yang didahului
dengan perencanaan yang matang dimaksudkan untuk meminimalkan
hambatan yang mungkin ditemui dan menemukan alternatif solusinya.
Menurut Sujarwo (2013: 38) guna mencapai tujuan yang hendak
dicapai, fasilitator (pendamping) hendaknya memiliki kemampuan
untuk memilih metode, media, alat evaluasi pembelajaran, dan
memanfaatkannya secara tepat. Dalam program PLS GL zoo ini,
tahapan pelaksanaan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Pengondisian peserta
Kegiatan pengondisian peserta didahului dengan penyambutan
peserta dan guru pendamping. Selanjutnya peserta dikondisikan
dengan berbaris sesuai dengan kelas atau kelompok masing-masing.
Kegiatan ini bertujuan sebagai langkah perkenalan awal dalam
upayanya membentuk kedekatan antara peserta dan pendamping.
Kedekatan yang terjalin antar peserta dan pendamping akan
mempermudah pendamping dalam memberikan penjelasan dan
arahan selama program PLS GL zoo berlangsung.
b) Bina suasana
Kegiatan bina suasana diisi dengan perkenalan pendamping,
permainan-permainan dan pembacaan peraturan selama program
33
berlangsung. Menurut Sujarwo (2013: 37) perkenalan menjadi
sangat penting adanya guna membangun hubungan yang hangat
antar fasilitator (pemandu) dan peserta didik. Permainan yang
dilaksanakan dalam tahap bina suasana ini berisi permainan-
permainan kecil yang selain menyenangkan namun juga terdapat
nilai yang terkandung didalamnya. Permainan yang dilakukan
biasanya merupakan permainan yang dapat melatih koordinasi gerak
dan otak peserta program. Agar suasana hangat dapat terbangun
diantara peserta dan pendamping, permainan juga diiringi lagu dan
tanya jawab di dalamnya.
c) Pojok Kreatif
Pojok kreatif merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk
menumbuhkan kreativitas peserta program. Pojok kreatif
menggunakan media pembelajaran yang dapat menunjang proses
pelaksanaan kegiatan. Pojok kreatif disesuaikan dengan tingkatan
perkembangan peserta sasaran. Pengelompokan usia dan pojok
kreatif yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: kelompok usia
PAUD/TK hingga sekolah dasar kelas 1-2 menggunakan media
mewarnai mahkota gajah; kelompok usia kelas 3-4 sekolah dasar
menggunakan gantungan kunci satwa sebagai pojok kreatifnya; dan
kelas 5-6 sekolah dasar hingga SMP menggunakan tabel
pengelompokan binatang yang harus diisi sesuai petunjuk dan
arahan pendamping. Kegiatan pojok kreatif ini merupakan salah satu
34
nilai tambah yang sengaja diadakan guna menunjang kegiatan
wisata belajar di KRKB Gembira loka.
d) Tour the zoo
Kegiatan ini berisi kepemanduan dan penjelasan mengenai
satwa-satwa yang ada di kebun binatang. Dalam kegiatan ini siswa
bebas mengeksplorasi sumber-sumber belajar yang ada
disekitarnya. Jika di dalam kelas, siswa hanya mampu melihat
gambar, membayangkan dan berimajinasi tentang bentuk fisik
satwa, dalam kegiatan ini siswa dapat secara langsung mengamati
dan bereksplorasi secara mandiri. Tugas pendamping dalam
kegiatan ini adalah sebagai fasilitator dan konsultan ketika siswa
menemukan masalah dalam eksplorasinya. Selain bentuk fisik
satwa, dengan bantuan guru dan pendamping, siswa juga dapat
belajar mengenai karakteristik satwa yang juga dapat digunakan
sebagai sumber belajar siswa. Kegiatan tour the zoo ini
menggunakan langkah-langkah yang selain dapat menambah
wawasan dan pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta
kasih terhadap sesama dan cinta lingkungan dalam diri peserta
program.
3) Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan
untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan
35
menyajikan informasi tentang suatu program yang digunakan sebagai
dasar membuat keputusan dan menyusun program selanjutnya (Eko,
2009: 6). Sedangkan menurut Sudaryono (2012: 41) evaluasi kaitannya
dengan sebuah program bertujuan untuk mengetahui pencapaian target
program dan digunakan untuk menentukan seberapa jauh target program
pengajaran tercapai. Tolak ukur yang digunakan yaitu tujuan awal yang
tertera dalam perencanaan dari penyelenggaraan program itu sendiri.
Kesimpulannya, evaluasi merupakan pengumpulan data dan fakta
mengenai pelaksanaan program beserta hambatan-hambatan yang
ditemui untuk dapat dicarikan alternatif solusi guna pengembangan
program. Tingkat kesesuaian antara hasil evaluasi dan tujuan awal
menentukan berhasil tidaknya sebuah program/kegiatan dilaksanakan.
Dalam kaitannya dengan program PLS GL zoo, evaluasi dilaksanakan
melalui kegiatan yang disebut recalling. Recalling berisi pengulasan
kembali apa-apa yang sudah dialami dan dapatkan oleh peserta program
selama berkeliling kebun binatang. Pengulasan kembali dilakukan
dengan metode bercerita dan sharing pengalaman antar peserta
program. Dari kegiatan tukar cerita inilah akan timbul budaya diskusi
dan saling menghargai sejak anak usia dini. Recalling berfungsi untuk
mengetahui seberapa banyak peserta memahami materi yang telah
diberikan oleh pemandu selama pelaksanaan progam PLS GL zoo
(Sujarwo dalam JPPM, 4 (1), 2017, 90-100).
36
Selain itu, evaluasi program secara keseluruhan yang dilaksanakan
diakhir periode program juga turut diselenggarakan guna perbaikan dan
pengembangan program kearah yang lebih baik lagi. Kegiatan evaluasi
ini diikuti oleh seluruh pihak yang terlibat dalam program PLS GL zoo.
Harapan dari adanya kegiatan ini yaitu seluruh pihak dapat terlibat
langsung dalam pengembangan dan pengambilan kebijakan mengenai
program PLS GL zoo kedepannya.
4. Tinjauan tentang Pendidikan Luar Sekolah
a. Definisi Pendidikan Luar Sekolah
Menurut Marzuki (2010: 93) Pendidikan Luar Sekolah adalah semua
pendidikan baik disengaja atau tidak, dirancang atau tidak, diorganisasikan
atau tidak, yang berlangsung diluar sekolah atau universitas. Menurut
Hamojoyo dalam Kamil (2011: 14), Pendidikan Luar Sekolah dalam
kaitannya sebagai pendidikan nonformal merupakan usaha yang
terorganisir secara sistematis dan berkelanjutan di luar sistem formal,
melalui hubungan sosial yang digunakan untuk membimbing individu,
kelompok maupun masyarakat agar memiliki cita-cita guna meningkatkan
taraf hidup untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Pendidikan nonformal
merupakan salah satu dari tiga jalur pendidikan selain pendidikan formal
atau biasa dikenal dengan pendidikan sekolahan dan pendidikan informal
atau pendidikan dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Walaupun bersifat
nonformal namun pendidikan nonformal tetap memiliki tahapan
37
penyelenggaraan yang jelas mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga
tahap evaluasi guna keberhasilan proses pembelajaran.
Pendidikan luar sekolah juga meliputi pendidikan informal. Namun
terdapat perbedaan diantara keduanya yaitu jika pendidikan nonformal
memiliki standarisasi dan terstruktur maka pendidikan informal adalah
pendidikan yang tidak terstruktur dan bahkan pelaksanaannya terkadang
terjadi tanpa disadari. Namun, keduanya merupakan pendidikan yang dapat
berlangsung sepanjang hayat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Marzuki
(2010: 137) dalam bukunya “Pendidikan Non Formal” yang menyatakan
pendidikan informal sebagai proses belajar yang berlangsung sepanjang
hayat dan terjadi pada setiap individu.
Menurut Sihombing (2001: 1) sebelum pendidikan yang bernama
sekolah ada, Pendidikan luar sekolah sudah lebih dulu ada. Hal ini terbukti
dengan adanya upaya transfer ilmu/pengetahuan secara turun temurun.
Banyak hal yang diberikan orangtua kepada anaknya dilakukan melalui
kegiatan yang sifatnya tidak formal, merupakan bukti adanya pendidikan
luar sekolah jauh sebelum pendidikan sekolahan. Pendidikan luar sekolah
lebih banyak berfokus kepada masyarakat secara langsung. Hal ini
menyebabkan pendidikan luar sekolah memiliki banyak variasi,
pengembangan dalam pelaksanaan programnya dan tidak terbatas ruang dan
waktu. Pendidikan luar sekolah lebih menonjolkan aspek kebermanfaatan
langsung yang dapat diperoleh peserta didiknya setelah mengikuti
pendidikan tersebut. Oleh karena itu, kebanyakan pendidikan luar sekolah
38
lebih menitikberatkan pembelajarannya pada pengembangan keterampilan
dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan nonformal diselenggarakan bagi
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal guna
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Contoh dari beberapa program
pendidikan nonformal yang sudah banyak ditemukan yaitu pendidikan kejar
paket, Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), lembaga pelatihan kerja, kursus,
bimbingan belajar, dan masih banyak lainnya. Lain program lain pula
sasarannya, lain pula metode yang digunakan. Begitulah karakteristik
pendidikan nonformal yang dianggap lebih sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan dari sasarannya.
b. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah
Menurut Sudjana (2004: 47) pendidikan luar sekolah memiliki tujuan
untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai
yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan secara
efektif dan efisien di lingkungan keluarganya, pekerjaannya, masyarakat,
dan bahkan negaranya. Pendidikan luar sekolah berupaya menyiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas guna mencapai kehidupan masa
depan yang lebih baik dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Oleh
karena sifatnya yang fleksibel, maka pendidikan luar sekolah dianggap
39
mampu menyentuh lapisan paling bawah masyarakat yang selama ini
dianggap sebagai kaum yang tidak berdaya.
Sejalan dengan pendapat diatas, tujuan pendidikan luar sekolah juga
tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1991 Bab II pasal 2
yang berbunyi :
1) Melayani Warga Belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang
sendini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan
martabat dan mutu kehidupannya;
2) Membina Warga Belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja
mencari nafkah, atau melanjutkan ketingkat yng lebih tinggi;
3) Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi
dalam jalur pendidikan sekolah.
Kesimpulannya, pendidikan luar sekolah merupakan upaya yang
diselenggarakan guna meningkatkan kualitas sumber daya semaksimal
mungkin dengan tujuan agar masyarakat mampu mengoptimalkan potensi
yang dimiliki dalam rangka meningkatkan atau mewujudkan kesejahteraan
sosialnya maupun negaranya.
5. Tinjauan tentang Kebun Binatang
a. Pengertian Kebun binatang
Kebun binatang merupakan tempat dimana binatang dipelihara dalam
lingkungan buatan sehingga dapat dipertunjukkan ke khalayak ramai.
40
Menurut Abdullah kebun binatang merupakan taman stwa yang artunya
tempat atau wadah dengan fungsi utama konservasi ex-situ yang melakukan
usaha perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka
membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan
dan pelestarian alam (dalam Jurnal Biologi Edukasi Online (JBE), 2010).
Selain fungsinya sebagai tempat untuk konservasi seperti yang telah
dijelaskan diatas, kebun binatang juga dapat pula dimanfaatkan sebagai
sarana memperoleh ilmu pengetahuan dan rekreasi. Oleh karena itu, kebun
binatang sebagai lembaga konservasi mempunyai fungsi lebih dari sekedar
pengembangbiakan dan pelestarian flora serta fauna. Hal tersebut sesuai
dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.31/Menhut-II/2012 tentang
lembaga konservasi yang menyebutkan bahwa kebun binatang sebagai
lembaga konservasi juga memiliki fungsi sebagai tempat pendidikan,
peragaan, penitipan sementara, sumber indukan dan cadangan genetik untuk
mendukung populasi in-situ, sarana rekreasi yang sehat serta penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan kebun binatang
merupakan tempat konservasi flora maupun fauna yang juga memiliki
fungsi sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan. Segala sesuatu yang
tersedia di kebun binatang dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang
dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki individu.
Kegiatan yang berlangsung didalamnya bukan hanya yang sifatnya rekreatif
saja, namun juga edukatif bagi pengunjung dan masyarakat pada umumnya.
41
b. Wisata Belajar di Kebun Binatang
Menurut Surakhmad dalam Suryaningsih (2012: 5) perjalanan wisata
dalam rangka belajar merupakan bentuk pengalaman yang tidak pernah
dapat diabaikan begitu saja, karena karyawisata sesungguhnya memberikan
kesempatan pengalaman kongkrit secara terpimpin. Kegiatan wisata belajar
merupakan salah satu alternatif pilihan kegiatan untuk mengoptimalkan
penyampaian materi pembelajaran oleh pendidik. Pengoptimalan tersebut
dikarenakan adanya integrasi materi pelajaran yang didapat siswa di kelas,
dengan pengalaman langsung yang didapat siswa ketika melakukan wisata
belajar. Hal inilah yang mendasari pentingnya kegiatan wisata belajar
diinternalisasikan dalam kurikulum persekolahan.
Metode pembelajaran secara langsung dan nyata memiliki daya
rangsang terhadap kreativitas anak lebih baik jika dibandingkan
pembelajaran monoton yang terjadi di kelas. Menurut Aditya (2015: 14)
penggunaan metode pembelajaran yang berhubungan langsung dengan
lingkungan sekitar akan meningkatkan daya kreativitas anak. Hal tersebut
berhubungan langsung dengan proses dan kemapuan siswa dalam menyerap
pengetahuan yang disampaikan oleh pendidik.
Kebun binatang dianggap mampu menyediakan sarana pendidikan
penunjang kegiatan pembelajaran luar sekolah. Di kebun binatang, siswa
dapat bukan hanya mendapat sumber belajar dari binatang saja, proses
interaksi dan sosialisasi yang terjadi antar pengunjung, pedangan, dan lain-
lain dapat pula dijadikan sumber belajar untuk menumbuhkan kepekaan
42
sosial siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohani (1990: 19) yang
menyebutkan bahwa sumber belajar siswa tidak hanya terbatas pada apa
yang disampaikan guru dan ada dalam buku tetapi diperlukan faktor
penunjang lain seperti metode, media, dan fasilitas-fasilitas lain termasuk
lingkungan belajar.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa wisata
belajar di kebun binatang merupakan sarana rekreasi yang sekaligus dapat
membelajarkan bagi anak-anak untuk mengoptimalkan perkembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui kegiatan yang
menyenangkan dan membelajarkan.
c. Fungsi Wisata Belajar di Kebun Binatang
Menurut Pringle dalam Lai (2012: 91) kegiatan belajar di kebun
binatang memungkinkan anak-anak untuk mengembangkan pengetahuan
tentang binatang dan kesadaran lingkungan dalam upayanya menuju
lingkungan yang aman untuk mendorong pengembangan keterampilan
sosial. Artinya, anak-anak dapat memanfaatkan lingkungan kebun binatang
sebagai sumber belajarnya dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman
sekaligus dari kegiatannya tersebut. Dari kegiatan eksploratif itulah,
perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak akan dapat
berjalan dengan seimbang. Selain ketiga aspek perkembangan tersebut, sisi
positif lain yaitu anak-anak akan terbiasa kreatif dan mandiri dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
43
Wisata belajar dikebun binatang sebagai salah satu alternatif metode
pembelajaran yang dapat diintegrasikan kedalam kurikulum sekolah
mengingat pentingnya kegiatan sejenis guna meningkatkan pengetahuan
dan wawasan yang dimiliki siswa. Menurut Moeslichatoen (2007: 72), anak
yang dibawa ke kebun binatang akan memperoleh pemahaman penuh
tentang bermacam kehidupan fauna yang ada ditempat tersebut sehingga
dapat menciptakan sikap mencintai binatang. Tidak terbatas pada
mempelajari bentuk fisiknya saja, lebih lanjut anak-anak dengan arahan
guru ataupun pendamping pun dapat belajar mengenai karakteristik
binatang. Karakteristik binatang dapat pula dijadikan sebagai sumber
belajar tentang karakter bagi anak-anak. Karakter binatang misalnya gajah
yang setia, merpati yang sehidup semati dengan pasangannya, dan karakter-
karakter binatang lainnya dapat diajarkan kepada anak sehingga anak dapat
membedakan karakter yang baik dan buruk dengan melihat karakter yang
dimiliki binatang.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian berikut ini adalah penelitian yang dinilai relevan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan dengan mengangkat masalah antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Adityo Gari Purossani tahun 2015 Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah mengenai Pendampingan Pembelajaran Luar
Sekolah Berbasis Wisata Pada Anak SD di Gembira Loka. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pendampingan pembelajaran
44
luar sekolah di Gembira Loka Zoo serta faktor pendukung dan penghambat
yang menyertainya.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyo Nugroho tahun 2013 Program Studi
Pendidikan Geografi mengenai Aksesibilitas Halte dan Kualitas Pelayanan
Trans Jogja dengan Keputusan Pengguna. Penelitian ini bertujuan
mengetahui hubungan aksesibilitas halte dengan keputusan pengguna,
hubungan kualitas pelayanan Trans Jogja dengan keputusan pengguna serta
hubungan aksesibilitas dan kualitas pelayanan Trans Jogja secara bersama-
sama dengan keputusan pengguna.
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan dan belajar merupakan dua hal yang saling terkait satu
dengan yang lainnya. Pendidikan dapat diselenggarakan dimanapun dan dengan
beragam metode. Proses belajar kearah yang lebih baik dan positif merupakan
salah satu tujuan dari diselenggarakannya pendidikan. Lembaga penyedia
fasilitas dan sarana belajar pun kita tidak terbatas pada lembaga persekolahan
saja. Banyak juga tempat wisata yang menawarkan kegiatan wisata belajar guna
menunjang aktivitas pembelajaran di kelas. Kesimpulannya, pendidikan tidak
terbatas dalam sistem persekolahan semata. Pendidikan dapat dilaksanakan di
objek-objek wisata atau biasa disebut sebagai wisata belajar.
Kebun binatang menjadi salat satu objek wisata yang dapat digunakan
sebagai tempat melaksanakan wisata belajar. Salah satunya yaitu yang
dilakukan oleh KRKB Gembira Loka Yogyakarta bekerja sama dengan Jurusan
45
PLS FIP UNY. Program kerjasama dalam bidang CSR tersebut
diimplementasikan dengan mengadakan program Pembelajaran Luar Sekolah
dengan sasaran utama yaitu anak-anak usia sekolah dasar. Program ini
merupakan program pendampingan, dimana jurusan PLS FIP UNY berperan
dalam penyediaan SDM pendamping kegiatan dan KRKB Gembira Loka
sebagai penyedia fasilitas dan sumber belajar. Program kerjasama yang telah
berlangsung selama kurang lebih 4 tahun ini diprioritaskan untuk sekolah-
sekolah dasar yang ada dilingkup Kota Jogja. Kesimpulannya, KRKB Gembira
Loka selaku objek wisata khususnya kebun binatang melaksanakan program
wisata belajar yang dinamakan program pembelajaran luar sekolah dan bekerja
sama dengan jurusan PLS FIP UNY.
Progam pembelajaran luar sekolah yang diselenggarakan di KRKB
Gembira Loka (PLS GL zoo) meliputi: bina suasana, pojok kreatif, tour the zoo,
dan recalling. Kegiatan ini memungkinkan anak untuk dapat mengembangkan
jiwa eksploratif dan mandiri dalam menghadapi permasalahan yang ditemui.
Metode pembelajaran luar sekolah juga diselenggarakan untuk mengurang
kejenuhan peserta terhadap metode pembelajaran dikelas yang sifatnya kaku
dan monoton. Kesimpulannya, program PLS GL zoo dilaksanakan dengan
metode yang berbeda dengan pembelajaran di kelas guna menghindari
kejenuhan siswa.
Permasalahan yang terkait dengan aksesibilitas program PLS GL zoo
meliputi kurangnya koordinasi dan komunikasi dengan dinas pendidikan DIY,
terbatasnya SDM yang dimiliki baik secara kualitas maupun kuantitas,
46
kebijakan yang diambil oleh pihak pengelola KRKB Gembira Loka, serta
kurangnya pelibatan media massa sebagai sarana penyebarluasan informasi
mengenai keberadaan program. Permasalahan-permasalah tersebut
memunculkan banyak pertanyaan seperti sebenarnya pihak mana saja yang
memiliki akses terhadap program ini, bagaimana tanggapan yang diberikan
terhadap pelaksanaan program ini, apa saja kebijakan dan strategi yang telah
diterapkan, apa upaya yang dilakukan untuk memperluas aksesibilitas program
tersebut, dan apa saja faktor pendukung dan penghambat dari aksesibilitas
program PLS GL zoo ini.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat diajukan pertanyaan
penelitian yang dapat menjawab permasalahan yang akan diteliti yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB
Gembira Loka Yogyakarta :
a. Siapa saja pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program PLS GL
zoo?
b. Apa saja peran masing-masing pihak tersebut dalam program PLS GL
zoo?
c. Apa saja kebijakan yang telah diterapkan pihak KRKB Gembira Loka
terkait aksesibilitas program PLS GL zoo?
47
d. Bagaimana pelaksanaan program PLS GL zoo dilihat dari segi
aksesibilitasnya?
e. bagaimana strategi dan upaya yang akan ditempuh guna memperluas
aksesibilitas program PLS GL zoo kedepannya?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat aksesibilitas program
pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogykarta.
a. Apa saja faktor pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo?
b. Apa saja faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo?
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong
(2012: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
prilaku, persepsi, motivasi, tindakan baik secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini
berusaha mendeskripsikan aspek-aspek secara holistik terkait aksesibilitas
program PLS GL zoo.
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan studi
kasus. Penulis memilih penelitian studi kasus karena penelitian studi kasus
berusaha menggambarkan kehidupan dan tindakan-tindakan manusia secara
khusus pada lokasi tertentu dengan kasus tertentu. Penelitian studi kasus
menurut Rachmat (2006: 79) merupakan metode riset yang menggunakan
berbagai macam sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti,
menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu,
kelompok suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Dalam
penelitian ini peneliti ingin berusaha mengungkapkan secara mendalam
aksesibilitas program PLS GL zoo yang dilihat pada: (a) pihak-pihak yang
memiliki akses dan peranannya; (b) pelaksanaan program PLS GL zoo; (c)
49
kebijakan yang sudah diterapkan; dan (d) upaya untuk memperluas aksesibilitas
program PLS GL zoo kedepannya.
B. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di KRKB Gembira Loka yang beralamatkan
di Jl. Kebun Raya No. 2, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lokasi tersebut dipilih sebagai setting penelitian dengan alasan sebagai berikut:
1. Akses transportasi yang mudah dikarenakan letak KRKB Gembira Loka
berada di tengah kota;
2. KRKB Gembira loka merupakan tempat berlangsungnya program;
3. Keseluruhan narasumber yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data
dapat ditemui dilokasi tersebut
4. Lokasi tersebut mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memungkinkan
penelitian dapat berjalan lancar;
5. Sikap terbuka yang ditunjukkan oleh pihak pengelola KRKB Gembira
Loka dalam aktivitas penelitian dan pengumpulan data.
C. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Sumber data atau informan bisa berupa orang, dokumentasi (arsip),
atau berupa kegiatan. Pemilihan subjek penelitian dilakukan menggunakan
teknik pengambilan sampel secara bertujuan (purposive sampling
technique). Penentuan ini berdasarkan pernyataan Sugiyono (2010: 300)
bahwa penentuan sumber data pada orang yang akan diwawancarai maupun
50
diobservasi dilakukan secara purposive sampling, yaitu dipilih dengan
pertimbangan dan tujuan tertentu.
Subjek dalam penelitian ini adalah pemandu dan guru pendamping
dari sekolah peserta program PLS GL zoo. Selain subjek utama tersebut,
peneliti juga mengumpulkan data melalui sumber informasi atau key
informan. Sumber informasi atau key informan yang memiliki cukup
informasi tentang fokus penelitian adalah bagian marketing KRKB Gembira
Loka Yogyakarta. Sumber informasi atau key informan dalam penelitian ini
adalah informan yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan
memiliki cukup informasi dan mengetahui tentang aksesibilitas program
PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Maksud dari pemilihan
subjek ini adalah untuk mendapat sebanyak mungkin informasi dari
berbagai sumber sehingga data yang diperoleh valid dan dapat diakui
kebenarannya.
Subjek penelitian yang menjadi key informan adalah bapak MS dan
bapak YH. Berikut merupakan deskripsi dari key informan penelitian yaitu:
a. Bapak MS adalah salah satu staff bagian marketing di KRKB Gembira
Loka. Beliau menjabat sebagai kepala bidang pendidikan sejak bagian
marketing dipecah menjadi 3 bidang pada 2016.
b. Bapak YH adalah salah satu staff bagian marketing di KRKB Gembira
Loka. Beliau menjabat sebagai kepala bidang humas sejaka bagian
marketing dipecah menjadi 3 bagian pada 2016.
51
Tabel 1. Sumber Data Penelitian (Key Informan)
No. Nama Umur Jabatan di KRKB Gembira Loka
1 MS 39 Kepala Bidang Pendidikan
2 YH 31 Kepala Bidang Humas
Subjek penelitian yang menjadi informan dalam penelitian ini
adalah Ibu TSN dan Ibu SM selaku guru pendamping serta RA dan HKA
selaku pemandu program PLS GL zoo. Berikut merupakan deskripsi dari
informan penelitian yaitu:
a. Ibu TSN merupakan salah satu guru pendamping dari sekolah peserta
program PLS GL zoo di bulan februari. Beliau berumur 45 tahun dan
sekarang menduduki jabatan sebagai kepala sekolah.
b. Ibu SM merupakan salah satu guru pendamping dari sekolah peserta
program PLS GL zoo di bulan februari. Beliau berumur 40 tahun dan
sekarang menduduki jabatan sebagai salah satu guru kelas.
c. RA merupakan salah satu pemandu PLS GL zoo yang tergabung sebagai
tim inti yaitu sebagai koordinator umum pada periode 2015/2016. RA
berusia 20 tahun dan masih berstatus sebagai mahasiswa aktif di Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah.
d. HKA merupakan salah satu pemandu PLS GL zoo yang tergabung
sebagai tim inti yaitu sebagai bidang humas pada periode 2015/2016.
HKA berusia 20 tahun dan masih berstatus sebagai mahasiswa aktif di
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.
52
Tabel 2. Sumber Data Penelitian (Informan)
No. Nama Umur Jabatan
1 TSN 45 Guru Pendamping
2 SM 30 Guru Pendamping
3 RA 20 Pemandu
4 HKA 20 Pemandu
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang
terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat
dinyatakan sebagai obyek penelitian. Pada situasi sosial atau obyek
penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity)
orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono,
2010: 297-298)
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diketahui objek yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah aksesibilitas program pembelajaran
luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif ini yang berperan menjadi instrumen
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti menggunakan peran sosial
interaktif, melakukan pengamatan, wawancara, mencatat hasil pengamatan dan
interaksi bersama informan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Sugiyono
53
(2010: 306) peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan
data lebih banyak pada observasi berperanserta (participan observation),
wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi (Sugiyono, 2010:
309). Untuk mendapatkan data mengenai aksesibilitas program pembelajaran
luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta maka digunakan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dapat diperoleh dari staff
marketing, mahasiswa selaku pemandu kegiatan, serta pihak sekolah selaku
peserta program PLS GL zoo. Adapun teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah dasar pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan
pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa. Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2010: 310)
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Selain itu observasi juga diartikan meliputi
54
kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2010: 199).
Teknik observasi digunakan peneliti karena peneliti ingin
mengetahui secara langsung apa saja yang dilakukan atau yang terjadi di
lapangan mengenai aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di
KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Teknik ini difokuskan untuk
memperoleh data tentang pelaksanaan program, kondisi fisik daerah
penelitian, dan penerapan kebijakan yang berkaitan dengan program PLS
GL zoo. Dari observasi yang dilakukan akan menghasilkan pengamatan
mengenai aktivitas-aktivitas yang relevan dan berkaitan dengan
aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah. Observasi dilakukan pada
aspek fisik dan non fisik yang berkaitan dengan aksesibilitas program
pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta guna
kepentingan penarikan kesimpulan dari data yang telah diperoleh.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2012: 186). Definisi serupa
dikemukakan oleh Esterberg (dalam Sugiyono, 2010: 317) yang
mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
55
makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dilakukan dengan bertatap
muka secara langsung dengan narasumber (face to face). Proses wawancara
yang dilakukan disesuaikan dengan pedoman wawancara yang telah peneliti
susun sebelum kegiatan berlangsung.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dari semua
pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan program pembelajaran luar
sekolah di KRKB Gembira Loka. Dalam penelitian ini menggunakan
wawancara semi struktur. Hal ini dikarenakan wawancara tersebut sudah
termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya
lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Selain itu
dalam wawancara ini pihak yang diwawancarai dimintai pendapat dan ide-
idenya. Teknik wawancara ini digunakan dalam penelitian ini untuk
memperoleh data mengenai pihak-pihak yang memiliki akses terhadap
program serta peranannya terhadap program dalam konteks aksesibilitasnya
dan upaya yang akan dilakukan untuk memperluas aksesibilitas program
PLS GL zoo. Melalui teknik ini, diharapkan dapat mempermudah peneliti
dalam memperoleh data yang valid sesuai keadaan di lapangan untuk
membantu proses penelitian yang dilakukan.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen,
agenda dan sebagainya. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
56
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelititan kualitatif
(Sugiyono, 2010: 329). Teknik dokumentasi telah lama dipergunakan dalam
penelitian sebagai sumber data. Karena dalam banyak hal dokumen sebagai
sumber data dimanfaatkan untuk mengkaji, menafsirkan, bahkan untuk
meramalkan (Moleong, 2012: 217).
Penggunaan studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan
untuk melengkapi data yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara dan
observasi. Data yang dimaksud yaitu berupa foto, dokumen, maupun arsip
yang berkaitan dengan kegiatan pelaksanaan program PLS GL zoo.
Harapannya, data yang diperoleh dari metode dapat menambah serta
melengkapi data yang terkumpul dari dua teknik pengumpulan data lainnya
guna kepentingan penarikan kesimpulan.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen utama dan pendukung. Baik
instrumen utama ataupun instrumen pendukung dalam penelitian ini,
diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat memudahkan peneliti
mendapatkan data secara optimal. Instrumen dalam penelitian ini di antaranya
adalah:
1. Peneliti sebagai instrumen utama.
2. Buku catatan sebagai instrumen pendukung.
3. Pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi.
57
Sugiyono (2010: 306) berpendapat bahwa peneliti kualitatif merupakan
instrumen utama penelitian, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data,
menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Nasution dalam
Sugiyono (2010: 307) mengatakan peneliti sebagai instrumen utama memiliki
ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test
atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk
menentukan arah pengamatan.
6. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan
atau perlakuan.
58
7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh yang menyimpang
justru diberi perhatian. Respon yang berbeda dan bertentangan dipakai
untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai
aspek yang diteliti.
Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data Mengenai Aksesibilitas Program Pembelajaran
Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta
No Aspek Sumber Teknik
Pengumpulan
Data
1 Pihak-pihak yang
memiliki akses terhadap
program PLS GL zoo dan
peranannya
1. Bagian Marketing
KRKB Gembira
Loka
2. Pemandu program
PLS GL zoo
1. Wawancara
2. Dokumentasi
3. Observasi
2 Pelaksanaan program
PLS GL zoo
1. Pendidik atau guru
pendamping
2. Pemandu program
PLS GL zoo
3. Bagian Marketing
KRKB Gembira
Loka
1. Wawancara
2. Observasi
3 Kebijakan serta strategi
yang telah diterapkan
1. Pemandu program
PLS GL zoo
2. Bagian Marketing
KRKB Gembira
Loka
1. Wawancara
2. Observasi
3. Dokumentasi
4 Upaya dan strategi yang
dipilih guna memperluas
aksesibilitas program
PLS GL zoo
1. Bagian Marketing
program PLS GL zoo
2. Pemandu program
PLS GL zoo
1. Wawancara
2. Observasi
5 Faktor pendukung dan
penghambat Aksesibilitas
program PLS GL zoo
1. Bagian Marketing
program PLS GL zoo
2. Mahasiswa yang
tergabung dalam tim
inti program PLS GL
zoo
3. Pendidik/guru
pendamping
1. Wawancara
2. Observasi
3. Dokumentasi
59
F. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2010: 333) mengemukakan bahwa dalam penelitian
kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang bermacam-macam. Sugiyono (2010: 335)
menerangkan bahwa teknik analisis data kualitatif adalah bersifat induktif,
yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya
dikembangkan pola hubungan atau menjadi hipotesis, kemudian data
disimpulkan. Apabila penyimpulan tersebut diterima maka hipotesis tersebut
berkembang menjadi teori.
Macam-macam teknik analisis data kualitatif menurut Spradley dalam
Sugiyono (2010: 348) sebagai berikut:
1. Analisis domain (domain analysis). Memperoleh gambaran yang umum
dan menyeluruh dari obyek/ penelitian atau situasi sosial. Ditemukan
berbagai domain atau kategori. Diperoleh dengan pertanyaan grand dan
minitour. Peneliti menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk
peneliti selanjutnya. Makin banyak domain yang dipilih, maka akan
semakin banyak waktu yang diperlukan untuk penelitian.
2. Analisis taksonomi (taxonomic analysis). Domain yang dipilih tersebut
selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci, untuk mengetahui struktur
internalnya. Dilakukan dengan observasi terfokus.
3. Analisis komponensial (componential analysis). Mencari ciri spesifik pada
setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antar elemen.
60
Dilakukan melalui obervasi dan wawancara terseleksi dengan pernyataan
yang mengontraskan (contrast question).
4. Analisis tema kultural (discovering cultural theme). Mencari hubungan
diantara domain, dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan, dan
selanjutnya dinyatakan kedalam tema judul penelitian.
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis komponensial
yang dilakukan secara induktif. Aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh. Model interaktif yang dimaksudkan adalah sebagai
berikut:
Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif
Sumber: Miles dan Huberman (dalam M. Djamal 2015: 146)
Adapun komponen-komponen analisis data Model Interaktif diatas
dapat diuraikan sebagai berikut:
Pengumpulan
Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan
Kesimpulan atau
Verifikasi
61
1. Reduksi data
Reduksi data adalah pengelompokan data-data yang telah
terkumpul, dipilah, dan diurutkan kedalam pola sesuai focus penelitian.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih, hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya yang
sesuai dan kemudian membuang data yang tidak diperlukan. (Sugiyono,
2010: 338) Selain itu disajikan secara sistematik agar mudah dibaca maupun
dipahami sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas.
Reduksi data didalam penelitian ini dimaksudkan dengan
merangkum data, memilih hal-hal pokok, diusun secara sistematik sehingga
memberikan gambaran secara jelas terkait dengan hasil pengamatan terkait
aksesibilitas program PLS GL zoo. Data yang direduksikan meliputi hasil
wawancara dengan Pengelola KRKB Gembira Loka, Mahasiswa selaku
pemandu kegiatan, dan pihak sekolah peserta program. Data lain yang harus
direduksikan yaitu hasil observasi terkait penerapan kebijakan terkait
program PLS GL zoo serta dokumentasi berupa foto maupun dokumen atau
arsip yang berkaitan dengan penelitian. Kemudian peneliti membuat
ringkasan terhadap data yang telah diperoleh dan dikumpulkan agar peneliti
mudah dalam mengendalikan data sesuai dengan kebutuhan penelitian.
2. Penyajian Data (Display Data)
Setelah data direduksi maka tahap selanjutnya yaitu mendisplaykan
data. Data yang diperoleh di lapangan berupa uraian deskriptif kemudian
62
disajikan secara sederhana untuk memudahkan peneliti memahami hasil
penelitian yang telah diperoleh. Dalam penelitian kualitatif penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sebagainya. (Sugiyono, 2010: 341)
Penyajian data dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk
memudahkan peneliti memahami hasil penelitian yang telah didapatkan.
Teknik yang digunakan yaitu peneliti menyajikan dan menghubungkan
data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, maupun
dokumentasi yang telah direduksikan menjadi sebuah narasi yang mudah
dipahami. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat mengetahui tindakan apa
yang akan dilakukan selanjutnya.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan yaitu peneliti mencari makna dari data yang terkumpul
kemudian menyusun pola hubungan tertentu ke dalam satu kesatuan
informasi yang mudah dipahami dan ditafsirkan sesuai dengan masalahnya.
Pada tahap ketiga ini merupakan tahapan dimana peneliti harus memaknai
data yang terkumpul kemudian dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dan
mudah dipahami dengan mengacu pada masalah yang diteliti. Selanjutnya
data tersebut dibandingkan dan dihubungkan dengan yang lainnya agar
mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang
sedang diteliti. Secara singkat, pada tahap ini peneliti melakukan
pemaknaan dan penyajian data yang telah berupa narasi sehingga dapat
63
diperoleh kesimpulan dari aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah
di KRKB Gembira Loka Yogyakarta.
G. Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility
(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability
(reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas) (Sugiyono, 2010: 366).
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat triangulasi sumber, teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi
sumber dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi waktu dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik
lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu triangulasi sumber karena menggunakan teknik yang sama
pada sumber yang berbeda-beda.
Kesimpulannya, keabsahan data dalam penelitian ini diuji menggunakan
teknik trianggulasi sumber. Hal tersebut dilakukan dengan cara
membandingkan hasil wawancara dengan bagian marketing, pemandu, dan
pihak sekolah peserta program PLS GL zoo. Tujuan akhir dari teknik ini yaitu
membandingkan informasi-informasi yang diperoleh dari pihak-pihak tersebut
64
mengenai hal yang sama agar diperoleh kebenaran dari informasi yang
didapatkan sehingga menghindari subjektivitas dari diri peneliti itu sendiri.
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Lokasi dan Keadaan KRKB Gembira Loka
Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka memiliki letak
yang strategis dan mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun
transportasi umum karena letaknya yang berada ditengah Kota Jogja.
KRKB Gembira Loka beralamatkan di Jl. Kebun Raya No. 2, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya yang strategis dipusat
Kota Jogja dan berada dijalur utama yang banyak dilalui transportasi umum
memudahkan masyarakat maupun wisatawan untuk mengunjungi KRKB
untuk sekedar rekreasi atau bahkan melakukan pembelajaran bagi anak-
anak mengenai flora dan fauna.
KRKB Gembira Loka sebagai tempat rekreasi sekaligus lembaga
konservasi ex-situ memiliki fasilitas yang sangat memadai. Kantor direktur
utama, gedung marketing, gedung HRD, ruang pertemuan, ruang
keamanan, gudang penyimpanan, dan pos informasi merupakan fasilitas
yang dapat digunakan pengelola KRKB guna melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Selain itu, KRKB Gembira Loka juga memiliki
fasilitas yang dapat diakses pengunjung atau wisatawan seperti:
laboratorium alam, kolam benih, silvikultur, kandang percontohan,
panggung, area bermain, pertunjukan satwa, mushola, kamar mandi,
66
pendopo, serta banyak fasilitas-fasilitas lain yang ada di KRKB Gembira
Loka.
2. Profil KRKB Gembira Loka
a. Sejarah Berdirinya Gembira Loka
Ide awal pembangunan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira
Loka berasal dari keinginan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada tahun
1933 akan sebuah tempat hiburan, yang dinamakan Kebun Rojo. Ide
tersebut direalisasikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan
bantuan Ir. Karsten, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Ir. Karsten
kemudian memilih lokasi disebelah barat sungai Winongo, karena dianggap
sebagai tempat paling ideal untuk pembangunan Kebun Rojo tersebut.
Namun akibat dampak Perang Dunia II dan juga pendudukan oleh Jepang,
pembangunan Kebun Rojo terhenti.
Pada saat proses pemindahan ibukota negara dari Yogyakarta
kembali ke Jakarta di tahun 1949 setelah berakhirnya Perang Dunia II,
tercetus lagi sebuah ide untuk memberikan kenang-kenangan kepada
masyarakat Yogyakarta berupa sebuah tempat hiburan. Pemerintah pusat
yang dipelopori oleh Januismadi dan Hadi, SH. Ide tersebut mendapat
sambutan hangat dari masyarakat Yogyakarta, akan tetapi realisasinya
masih belum dirasakan oleh masyarakat. Hingga di tahun 1953, dengan
berdirinya Yayasan Gembira Loka Yogyakarta yang diprakarsai oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka KGPAA Paku Alam VIII
67
sebagai ketua, maka pembangunan Kebun Rojo yang tertunda baru benar-
benar dapat direalisasikan.
Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1959, KGPAA
Paku Alam VIII menunjuk Tirtowinoto untuk melanjutkan pembangunan
Gembira Loka. Dipilihnya Tirtowinoto karena yang bersangkutan dinilai
memiliki kecintaan terhadap alam dan minat yang besar terhadap
perkembangan Gembira Loka. Ternyata sumbangsih Tirtowinoto yang tidak
sedikit, baik dalam hal pemikiran maupun material, terbukti mampu
membawa kemajuan yang pesat bagi Gembira Loka. Sehingga pada tahun
1978, ketika koleksi satwa yang dimiliki semakin lengkap, sehingga
pengunjung Gembira Loka mampu mencapai 1,5 juta orang.
Dalam perkembangannya, pada bulan November 2009 Yayasan
Gembira Loka menjalin kerjasama dengan PT. Buana Alam Tirta untuk
mengelola Gembira Loka, dan diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan potensi Gembira Loka di masa depan.
b. Visi dan Misi KRKB Gembira Loka
1) Visi :
Melestarikan tumbuh-tumbuhan dan satwa sesuai dengan alam
habitatnya, sehingga bermanfaat bagi alam dan kehidupan manusia.
2) Misi :
a) Mengembangbiakkan dan melestarikan tumbuhan
68
b) Menyejahterakan satwa dengan memelihara, merawat satwa sesuai
habitatnya dan menangkarkan satwa dengan menjaga kemurnian
genetik.
c) Tempat penelitian satwa yang memberikan informasi dan sarana
pendidikan serta penyadaran untuk mencintai dan melestarikan.
d) Tempat rekreasi berwawasan lingkungan yang kreatif dan edukatif.
e) Sebagai paru-paru kota dan cadangan resapan air
c. Sarana dan Prasarana
KRKB Gembira Loka sebagai tempat rekreasi dan lembaga
konservasi memiliki sarana dan prasarana yang berguna untuk memfasilitasi
pengunjung dan wisatawan agar mendapatkan pelayanan dan rasa nyaman
saat berkunjung dan menghabiskan waktu di KRKB Gembira Loka. Adanya
sarana dan prasarana ini juga berfungsi sebagai pendukung kegiatan yang
diselenggarakan oleh pihak KRKB Gembira Loka setiap harinya. Sarana
dan prasarana yang dimiliki oleh KRKB Gembira Loka antara lain:
1) Gedung Kantor
Gedung kantor merupakan fasilitas yang digunakan oleh direktur
dan staff KRKB Gembira Loka untuk melaksanakan tugas dan tanggung
jawab yang diembannya. Gedung kantor ini juga berfungsi sebagai
tempat untuk melakukan koordinasi antar bagian dan pihak-pihak yang
berkepentingan dalam perumusan kebijakan dan perencanaan program
69
serta agenda-agenda lain yang berkaitan dengan pengelolaan KRKB
Gembira Loka.
2) Ruang Informasi
Ruang informasi digunakan untuk keperluan penyampaian
informasi maupun yang berkaitan dengan kedatangan maupun
kepulangan pengunjung. Pengunjung dapat menggunakan ruang ini
sebagai untuk menyampaikan pemberitahuan kepada rombongannya
untuk segera berkumpul di tempat yang telah ditentukan. Adanya
ruangan informasi ini dilatarbelakangi kebutuhan pengunjung akan
sebuah fasilitas yang dapat memudahkan mereka dalam mengumpulkan
anggota atau mencari anggota rombongan yang terpisah serta
penyebarluasan informasi mengenai barang hilang dan kondisi darurat
lainnya.
3) Mushola
Pengunjung dapat menggunakan fasilitas yang diberikan oleh
pihak KRKB Gembira Loka berupa mushola yang dibangun secara
terpisah yaitu dua dibagian atas dan satu bagian bawah KRKB Gembira
Loka. Fasilitas ini dibangun guna memudahkan pengunjung yang
beragama islam untuk melaksankan ibadah Sholat.
4) Laboratorium Alam
Laboratorium alam merupakan ruangan yang didalamnya terdapat
beberapa jenis flora dan fauna yang telah diawetkan. Hal ini bertujuan
untuk memberikan informasi dan pembelajaran kepada pengunjung
70
tentang berbagai flora dan fauna serta ekosistemnya yang ada di
lingkungan sekitar maupun di alam bebas.
5) Gelar Satwa Terampil
Gelar Satwa Terampil (GST) merupakan kegiatan yang bersifat
hiburan dimana dalam pertunjukan tersebut akan ditampilkan satwa-
satwa yang telah dilatih sehingga memiliki keterampilan tertentu. Selain
bertujuan untuk memberikan hiburan kepada pengunjung, GST juga
difungsikan untuk menyajikan tontonan yang berbeda serta khas di
KRKB Gembira Loka dan tidak bisa didapatkan ditempat-tempat
rekreasi lainnya.
6) Kolam Benih
Kolam benih terletak persis disebelah laboratorium alam. Kolam
benih merupakan tempat dimana pengelola KRKB Gembira Loka
melakukan proses pengembangbiakan beberapa spesies ikan yang
nantinya akan disebar ke kolam-kolam yang ada di KRKB ketika telah
mencapai usia dewasa. Kolam ini dapat pula difungsikan sebagai
sumber belajar bagi anak-anak yang ingin mengetahui tentang budidaya
ikan air tawar.
7) Kandang Percontohan
Kandang percontohan merupakan sederet kandang yang berada
dalam sebuah tempat tertentu dan berisi kambing, domba, dan sapi.
Selain sebagai penambah koleksi satwa yang ada di KRKB Gembira
Loka, satwa-satwa yang ada dikandang ini dapat pula digunakan sebagai
71
sumber belajar seperti memberi makan kambing dan memerah susu
karena karakter satwanya yang cenderung jinak dan tidak berbahaya
bagi pengunjung khususnya anak-anak.
8) Silvikultur
Silvikultur merupakan tempat pengelola KRKB Gembira Loka
menyimpan berbagai macam bibit tanaman yang nantinya akan
dikembangbiakkan. Gudang bibit ini juga dapat menjadi fasilitas bagi
pengunjung yang ingin belajar bercocok tanam berbagai jenis tanaman
maupun mengolah pupuk kandang secara langsung.
d. Program Pembelajaran Luar Sekolah (PLS GL zoo)
Program PLS GL zoo merupakan program hasil kerjasama antara
pihak KRKB Gembira Loka dengan Universitas Negeri Yogyakarta
khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Pembagian peran dan
tanggung jawab diantara dua lembaga itupun cukup jelas, KRKB Gembira
Loka selaku penggagas sekaligus pemilik program berperan dalam
penyediaan fasilitas dan penyebarluasan informasi. Sedangkan dari pihak
Jurusan PLS berperan sebagai konseptor program dan materi serta
penyediaan sumber daya manusia yang nantinya akan menjadi pemandu
dalam program tersebut.
Program PLS GL zoo membidik pelajar usia TK hingga SMA sebagai
peserta program. Penyelenggaraan program ini dilaksanakan pada hari aktif
sekolah yaitu pada hari senin-jumat. program PLS GL zoo ini dimaksudkan
72
agar siswa-siswi peserta program mendapat pembelajaran secara langsung
dan dengan metode eksploratif namun tetap menyenangkan. Dalam
pelaksanaan program ini, siswa-siswi akan dipandu oleh beberapa orang
pemandu yang nantinya akan membimbing dan mengarahkan mereka dalam
melakukan pembelajaran di luar ruangan ini.
Konten yang dimasukkan dalam pelaksanaan program ini bersifat
fleksibel dan menyesuaikan dengan kebutuhan peserta program. Konten-
konten tersebut diantaranya yaitu bina suasana, pojok kreatif, outbound
sederhana, membuat pupuk organik, pembibitan tanaman, dan memerah
susu sapi. Konten tersebut merupakan konten tambahan yang dimaksudkan
agar peserta mendapat pembelajaran lain diluar materi flora dan fauna.
Konten pembelajaran tersebut merupakan hasil pengembangan dari konsep-
konsep materi yang dirancang dan disinkronkan dengan fasilitas yang
tersedia di dalam KRKB Gembira Loka.
Sebagai program CSR yang tidak berorientasi pada keuntungan
semata, bukan berarti fasilitas dan program yang diselenggarakan bersifat
seadanya. Fasilitas yang akan diterima oleh peserta program PLS GL zoo
yaitu: pemandu, potongan harga tiket 50%, hasil karya dari kegiatan pojok
kreatif yang boleh dibawa pulang, bahan pembelajaran disediakan
berdasarkan kebutuhan dan tingkatan kelas peserta, pembelajaran di
laboratorium alam atau fasilitas pembelajaran lainnya, dan berkeliling
KRKB Gembira Loka didampingi oleh pemadu. Banyaknya fasilitas yang
73
didapatkan oleh peserta tentunya merupakan bukti nyata keseriusan pihak
KRKB maupun Jurusan PLS dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran
diluar sekolah ini.
Pelaksanaan program PLS GL zoo berlangsung kurang lebih selama
2 jam. Secara garis besar, pelaksanaan Progam PLS GL zoo ini terbagi
menjadi :
1) Penyambutan
Penyambutan dilaksanakan sebelum kegiatan PLS GL zoo
dimulai. Penyambutan dilakukan oleh tim pemandu kepada sekolah
yang menjadi peserta program yang dilanjutkan denga perkenalan
pemandu, doa, dan foto bersama.
2) Bina Suasana
Kegiatan bina suasana ini berfungsi sebagai penghangat suasana
dan pengakraban peserta dengan tim pemandu. Kegiatan ini akan
dipimpin oleh seorang mainspeaker atau pemandu utama yang
memimpin jalannya kegiatan pada hari tersebut. Kegiatan ini biasanya
diisi dengan permainan-permainan dan mini outbound.
3) Pojok Kreatif
Kegiatan pojok kreatif ini merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk mengasah kreativitas peserta program PLS GL zoo. Konten dalam
74
kegiatan ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkatan kelas peserta.
Konten dalam kegiatan ini biasanya mencakup: membuat mahkota
gajah, membuat pupuk organik, memerah susu sapi, memberi pakan
ikan, dan menanam bibit menggunakan polybag.
4) Berkeliling KRKB Gembira Loka
Kegiatan ini memberi kesempatan peserta untuk mengeksplorasi
lingkungan sekitarnya dan menjadikannya sebagai sumber belajar.
Dalam kegiatan ini peserta dapat merasakan dan mengalami secara
langsung apa yang mereka akan pelajari. Konsep yang ditonjolkan
dalam kegiatan ini adalah rekreatif namun tetap edukatif.
5) Pengulasan kembali
Kegiatan ini merupakan kegiatan terakhir sebelum tim pemandu
menyerahkan kembali siswa-siswi peserta program ke pihak sekolah.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengulas kembali apa yang telah
didapatkan, dialami, dan dipelajari oleh peserta program selama
pelaksanaan program pada hari tersebut. Metode yang biasa digunakan
yaitu peserta diminta maju ke depan dan menceritakan apa yang sudah
dia lakukan selama kegiatan berlangsung. Metode ini dipilih karena
lebih dapat mempresentasikan ketercapaian penyerapan materi dan
tujuan dari program PLS GL zoo. Kegiatan ini diakhiri dengan
berpamitan dan bersalam-salaman antara tim pemandu dengan guru
pendamping dari pihak sekolah.
75
3. Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira
Loka
Pembelajaran sebagai proses tidak tahu menjadi tahu dan tidak
mengerti menjadi mengerti merupakan sebuah proses yang akan terus
terjadi dalam kehidupan individu. Pembelajaran yang sama dapat pula
memiliki dampak yang berbeda ketika dialami oleh individu yang berbeda
pula. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran juga berkaitan pada
pengembangan dan interaksi antar pengalaman serta pengetahuan yang
telah dimiliki individu sebelumnya. Pembelajaran sebagai proses yang
berlangsung terus meneruspun terjadi tidak terbatas hanya dilingkungan
persekolahan saja, namun dapat terjadi dimanapun seorang individu berada.
Oleh karena itu, pembelajaran terkadang terjadi secara alami dan bahkan
tidak disadari oleh individu itu sendiri.
Pembelajaran luar sekolah merupakan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan diluar ruangan atau sekolah dengan memanfaatkan media
pembelajaran yang dapat mendukung terjadinya proses belajar. Proses
belajar yang dimaksud disini yaitu proses belajar mandiri yang dilakukan
oleh peserta didik dengan tujuan memunculkan jiwa eksploratif dan kreatif
peserta didik. Dalam kegiatan ini, pendidik berperan sebagai pengawas dan
fasilitator pemecah masalah ketika peserta didik mengalami kebingungan.
Keunggulan dari pembelajaran model ini yaitu memungkinkan peserta didik
untuk mengalami dan merasakan langsung, sehingga tidak hanya aspek
76
kognitifnya saja yang akan berkembang, tetapi afektif dan psikomotoriknya
juga.
Program PLS GL zoo merupakan program pembelajaran di luar
ruangan bagi peserta didik lembaga sekolah di Kota Jogja yang
diselenggarakan oleh KRKB Gembira Loka bekerjasama dengan Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta. Progam PLS GL zoo ini memungkinkan pesertanya untuk
dapat secara langsung mengamati dan mempelajari satwa-satwa yang ada di
KRKB Gembira Loka guna memperoleh pengetahuan dan pengalaman
langsung dilapangan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
latar belakang diselenggarakannya program PLS GL zoo yaitu untuk
menjalankan fungsi KRKB Gembira Loka sebagai lembaga konservasi dan
membuka akses bagi siswa-siswi untuk berkunjung dan belajar tentang
satwa secara langsung.
Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan KRKB Gembira
Loka mengungkapkan bahwa:
“Program PLS GL zoo adalah upaya KRKB dalam menjalankan
fungsinya sebagai lembaga konservasi yaitu sebagai tempat
penelitian, edukasi, dan rekreasi. Fungsi edukasi menjadi penting
adanya guna menjamin pendidikan bagi generasi penerus yang peduli
terhadap kelestarian satwa. Oleh karena itu, GL zoo membuat
program edukasi yang diantaranya yaitu Pembelajaran Luar Sekolah
(PLS) dan Satwa Masuk Sekolah (SMS). Sedangkan latarbelakang
lain yaitu adanya gagasan dari Sri Paduka Paku Alam VIII, yang
berkeinginan GL zoo bisa di kunjungi anak-anak sekolah setiap
harinya. Adanya gagasan tersebut, semakin memperkuat GL zoo
77
untuk membuat program edukasi yang sesuai dengan visi dan
misinya sebagai lembaga konservasi.”(CW-1)
Pendapat senada disampaikan oleh Bapak YH selaku bagian marketing
bidang humas KRKB Gembira loka. Beliau mengungkapkan bahwa:
“Ide awal program ini berasal dari gagasan Sri Paduka Paku Alam
VIII yang menginginkan GL zoo dapat dikunjungi anak-anak setiap
harinya. Gagasan tersebut kemudian dirasa sejalan dengan salah satu
fungsi GL zoo sebagai lembaga konservasi yaitu sebagai tempat
edukasi. Oleh karena itu, dibuatlah program-program berbasis
pendidikan seperti PLS dan SMS guna merealisasikan gagasan dan
fungsi edukasi tersebut.” (CW-2)
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa latar belakang
diselenggarakannya program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka yaitu
adanya gagasan dan masukan untuk menjadikan KRKB Gembira Loka yang
dapat menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara proses pembelajaran
mengenai flora dan fauna bagi siswa-siswi dan masyarakat pada umumnya
guna menciptakan generasi yang peduli terhadap kelestarian satwa dan
lingkungan sekitarnya. Data tersebut diperkuat dengan adanya hasil studi
dokumentasi yang dilakukan peneliti terhadapt buku informasi program
edukasi KRKB Gembira Loka yang menyatakan bahwa latar belakang
diselenggarakannya program ini mengacu pada tugas pokok dan fungsi
KRKB Gembira Loka sebagai lembaga konservasi ex-situ. (Lihat lampiran
9)
Program PLS GL zoo sebagai kegiatan pembelajaran di luar ruangan
ditujukan untuk siswa-siswi lembaga sekolah yang ada di lingkup Kota
Jogja mulai dari Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga
78
Sekolah Menengah Atas (SMA). Dari hasil observasi lapangan yang telah
dilakukan, peneliti mengungkapkan bahwa:
“Kebanyakan lembaga sekolah yang mengikuti program PLS GL zoo
berasal dari jenjang TK hingga SD saja.sangat jarang ditemui peserta
program berasal dari tingkat SMP atau SMA” (CL-5)
Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira
Loka mengungkapkan bahwa:
“Selama berjalan kurang lebih 3 tahun, sudah banyak sekolah yang
telah mengikuti Program ini. Dari mulai PAUD hingga Siswa SMA.
Namun memang kebanyakan sekolah peserta berasal dari tingkat
PAUD hingga SD saja, masing jarang dari SMP atau SMA. Mungkin
karena konten program yang belum sesuai dengan keinginan pihak
sekolah, tapi hal tersebut akan terus kami perbaiki dan kembangkan.”
(CW-1)
RA selaku Pemandu dalam program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka
mengungkapkan bahwa:
“Untuk selama ini kebanyakan peserta itu anak-anak usia PAUD
hingga SD. Jarang mendapat peserta dari SMP atau SMA. Ya,
memang kalau dilihat konten program ini belum cocok jika harus
diberikan kepada siswa-siswi usia SMP-SMA karena pasti terlalu
mudah bagi mereka.Tapi kami selaku pemandu lapangan juga sudah
menyampaikan masukan-masukan terkait hal ini kepada pengelola.”
(CW-3)
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa sasaran yang
coba dibidik dalam program PLS GL zoo ini yaitu mulai dari PAUD hingga
SMA. Namun, yang berjalan selama ini kebanyakan sekolah peserta berasal
dari siswa-siswi PAUD hingga SD saja, hal ini dikarenakan konten dari
program PLS GL zoo yang masih harus dikembangkan dan disesuaikan
dengan tingkatan materi siswa-siswi SMP hingga SMA. Hal ini juga
79
diperkuat dengan adanya studi dokumentasi yang telah dilakukan peneliti
pada dokumen reservasi peserta program PLS GL zoo pada bulan februari
(Lihat lampiran 8).
Program PLS GL zoo sebagai salah satu program edukasi di KRKB
Gembira Loka merupakan hasil kerjasama antara pihak KRKB Gembira
Loka dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) khususnya Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah. Selain dua pihak tersebut, masih banyak pihak
lain yang juga memiliki akses terhadap program ini. Dari hasil observasi
yang telah dilakukan mengenai pihak-pihak yang memiliki akses terhadap
program ini, peneliti mengungkapkan bahwa:
“Pihak-pihak yang berhasil diidentifikasi memiliki akses terhadap
program PLS GL zoo yaitu tentunya dari internal KRKB itu sendiri.
Lalu ada pula Jurusan PLS yang meliputi kepala jurusan, dosen, dan
mahasiswanya. Akses juga dimiliki oleh Dinas Pendidikan selaku
pemegang kebijakan secara makro dan media massa sebagai
penyebarluas informasi. Terakhir yaitu lembaga sekolah di lingkup
Kota Jogja selaku peserta program PLS GL zoo ini.” (CL-6)
Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira
Loka mengungkapkan bahwa:
“Banyak pihak yang terlibat dan memiliki akses ke dalam program
ini, dari dalam KRKB sendiri ada Bapak Direktur Utama, bagian
marketing yang terdiri dari bidang pendidikan, humas, dan reservasi.
Ada lagi dari pihak UNY seperti mahasiswa dan dosen jurusan PLS.
serta pihak-pihak dari luar seperti Dinas Pendidikan, sekolah selaku
peserta program, dan media massa.” (CW-1)
Lebih lanjut, hal senada juga diungkapkan oleh Bapak YH selaku
bagian marketing bidang humas di KRKB Gembira Loka. Beliau
mengungkapkan bahwa:
80
“Pihak yang ada di dalam program ini tentunya dari internal KRKB
ada Bapak Direktur Utama dan bagian marketing serta bidangnya.
Selanjutnya dari pihak mitra, UNY ada mahasiswa dan dosen jurusan
PLS. Terakhir ada dari dinas pendidikan, sekolahan peserta, dan
media massa yang juga ikut mempromosikan program ini.” (CW-2)
Berdasarkan pernyataan diatas diketahui bahwa banyak pihak yang
telah memiliki akses ke dalam program PLS GL zoo. Pihak-pihak tersebut
terbagi dalam 3 bagian yaitu internal KRKB Gembira Loka, UNY, dan
pihak luar. Dari internal KRKB Gembira Loka, pihak-pihak yang terlibat
dan memiliki akses dalam program PLS GL zoo ini yaitu Direktur Utama
dan Bagian Marketing yang terdiri dari bidang pendidikan, bidang humas,
dan bidang reservasi. Dari pihak UNY, terdapat mahasiswa dan dosen dari
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang juga memiliki akses terhadap
program PLS GL zoo ini. Sedangkan, dari pihak luar terdapat Dinas
Pendidikan, Lembaga Sekolah, dan media massa yang terlibat dan memiliki
akses terhadap program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka.
Pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program PLS GL zoo
memiliki peranan masing-masing dalam penyelenggaraan program tersebut.
Peranan yang dimiliki oleh pihak-pihak tersebut difungsikan untuk
menjamin kelangsungan penyelenggaraan program PLS GL zoo agar sesuai
dengan tujuan awalnya. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti
mengungkapkan bahwa:
“Walaupun tidak ada pembagian tugas dan peran tertulis secara rinci,
namun dalam pelaksanaannya pihak-pihak yang memiliki akses telah
memahami peranannya masing-masing dalam penyelenggaraan
program PLS GL zoo.” (CL-6)
81
Bapak YH selaku bagian marketing bidang humas di KRKB Gembira Loka
mengungkapkan bahwa:
“Pihak utama dalam program ini yaitu KRKB dan Jurusan PLS FIP
UNY. KRKB berperan dalam penyediaan tempat pelaksanaan serta
alat dan bahan yang digunakan. Sedangkan Jurusan PLS selaku
konseptor program dan penyedia SDM pelaksana program. Selain
itu masih ada Dinas Pendidikan yang berperan dalam pemberian izin
publikasi program ini ke sekolah-sekolah di wilayah Kota Jogja dan
tentunya pihak sekolah selaku peserta program. Terakhir ada
beberapa media massa yang juga pernah meliput program ini dan
kami fungsikan hal tersebut guna membantu tugas kami
mensosialisasikan program ini ke sekolah-sekolah di wilayah DIY.”
(CW-2)
RA selaku pemandu program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka
mengungkapkan bahwa:
“Pertama pasti GL zoo sebagai penyedia fasilitas, sarana prasarana,
serta alat dan bahan. Selanjutnya UNY sebagai konseptor materi dan
penyedia SDM pelaksana program. Selain 2 pihak tersebut masih
ada Dinas Pendidikan Kota Jogja selaku pemberi izin dan
penyebarluasan informasi serta pihak sekolah selaku peserta
program. Ada juga media massa yang pernah meliput program ini
dan kami sangat menyambut baik hal itu karena dapat menjadi
alternatif kami dalam menyebarluaskan informasi program ini ke
masyarakat di Yogyakarta.” (CW-3)
Berdasarkan pernyataan diatas diketahui bahwa pihak-pihak yang
dapat mengakses program PLS GL zoo memiliki peranan masing-masing
dalam penyelenggaraan program. Peranan tersebut diantaranya, Dinas
Pendidikan yang sudah mengeluarkan perizinan dan surat rekomendasi
terhadap program PLS GL zoo bagi sekolah-sekolah di Kota Jogja (Lihat
lampiran 10). Selanjutnya ada juga dari pihak internal KRKB Gembira Loka
seperti Direktur Utama selaku pemegang kebijakan, bagian marketing dan
82
bidangnya yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan program
tersebut misal dalam hal penyediaan fasilitas, alat dan bahan. Kemudian ada
juga dari pihak UNY yang berperan dalam konseptor materi dan konten
program serta penyediaan SDM pemandu kegiatan. Selain itu, tentunya
pihak sekolah yang berperan sebagai konsumen atau peserta dari program
PLS GL zoo itu sendiri. Terakhir, media massa yang memiliki peran dalam
menyebarluaskan informasi mengenai program PLS GL zoo di KRKB
Gembira Loka kepada masyarakat luas.
Sebagai program yang bertujuan untuk melaksanakan salah satu
fungsi lembaga konservasi yaitu fungsi edukasi, program PLS GL zoo
dirancang guna memperluas aksesibilitasnya. Kebijakan-kebijakan yang
diterapkan pun berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan
pihak sekolah peserta. Hal tersebut dilakukan salah satunya dikarenakan
program PLS GL zoo ini merupakan program CSR atau program sosial yang
tidak berorientasi pada keuntungan semata namun lebih kepada perluasan
aksesibilitas terhadap program tersebut.
Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira
Loka mengungkapkan bahwa:
“Kebijakannya yang pertama pengurangan tarif bagi siswa peserta
program PLS GL zoo dikarenakan program ini juga merupakan
program CSR atau program sosial KRKB selaku badan usaha. Kedua
yaitu pembentukan divisi khusus yang menangani program PLS GL
zoo ini secara khusus yang merupakan pecahan dari bagian marketing
yaitu bidang pendidikan, humas, dan reservasi di tahun 2016.
Selanjutnya kebijakan yang berlaku pada tahun 2014-2016 yang
membatasi sekolah peserta program hanya dilingkup Kota Jogja.
Kemudian kebijakan setiap 15 siswa akan dipandu oleh 1
83
pendamping yang berasal dari mahasiswa PLS yang telah diberi
pelatihan dan masuk dalam tim kepemanduan PLS GL zoo. Hal
tersebut akan sangat membantu para guru dalam menyampaikan
pembelajaran pada saat kegiatan.” (CW-1)
HKA selaku pemandu program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka
mengungkapkan bahwa:
“Setau Saya salah satunya yaitu pengurangan tarif tiket masuk bagi
peserta program PLS GL zoo. Hal ini karena PLS GL zoo merupakan
Program CSR atau sosial dari KRKB. Adanya bagian khusus yang
menangani program PLS GL zoo juga. Selanjutnya yaitu pembatasan
jumlah sekolah peserta yang hanya dilingkup Kota Jogja dan belum
ke daerah/kabupaten lainnya. Lalu pendampingan pada saat program
dilaksanakan dimana seorang pemandu akan mendampingi 10-15
siswa, jadi akan mempermuda tugas guru juga.” (CW-4)
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa
penerapan kebijakan guna perluasan aksesibilitas program PLS GL zoo
cukup efektif dan berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan semakin
bertambahnya antusiasme lembaga sekolah yang ingin mengikuti program
PLS GL zoo yang salah satunya dikarenakan kebijakan-kebijakan yang
sangat memudahkan berbagai pihak terutama lembaga sekolah dalam
mengakses program ini. Kebijakan tersebut salah satunya yaitu dengan
adanya fasilitas khusus yang akan didapatkan peserta program baik siswa
maupun guru pendamping ketika mengikuti program PLS GL zoo. Hal ini
sesuai dengan yang tertera dalam hasil studi dokumentasi buku informasi
program edukasi KRKB Gembira Loka. (Lihat lampiran 9)
Berdasarkan pernyataan diatas diketahui bahwa kebijakan-kebijakan
yang diterapkan dalam program PLS GL zoo salah satunya dimaksudkan
guna mempermudah akses sekolah-sekolah di Kota Jogja untuk mengikuti
84
program tersebut. Kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya yaitu adanya
potongan tarif tiket masuk bagi peserta yang menggunakan paket PLS,
adanya pemandu yang telah diberi pelatihan sehingga lebih siap dalam
mendampingi dan memberikan materi-materi mengenai satwa yang ada di
KRKB Gembira Loka, dan terakhir yaitu adanya kebijakan dimana bagian
marketing dari KRKB Gembira Loka mulai tahun 2016 dipecah menjadi
tiga bagian guna memperjelas tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan
program PLS GL zoo. Pembagian tugas tersebut dapat dilihat dari hasil studi
dokumentasi profil KRKB Gembira Loka bagian struktur organisasi yang
telah dilakukan peneliti. (Lihat lampiran 7)
Komponen yang tidak kalah penting adanya dalam program PLS GL
zoo yaitu pihak sekolah selaku peserta program PLS GL zoo. Selama
berjalan dari tahun 2014-2016, program PLS GL zoo mengkhususkan
sekolah peserta program dalam lingkup Kota Jogja. Kebijakan tersebut
diambil guna mengantisipasi banyaknya permintaan terhadap program PLS
GL zoo yang sebenarnya masih dalam tahap pengembangan dan
pematangan konsep. Hal lain yang menjadi pertimbangan yaitu kapasitas
dan kualitas dari pemandu program yang jelas masih perlu ditingkatkan.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti mengungkapkan bahwa:
“ Kebanyakan sekolah-sekolah peserta program PLS GL zoo memilih
program tersebut sebagai kegiatan field trip atau outing class
dikarenakan sesuai dengan tema pembelajaran yang akan
disampaikan serta adanya pemandu yang mendampingi dalam
kegiatan.” (CL-5)
85
RA selaku pemandu program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka
mengungkapkan bahwa:
“Kebanyakan dari sekolah yang jadi peserta program ini, latar
belakang keikutsertaannya yang pertama karena sesuai dengan tema
pembelajarannya, lalu karena dalam program ini siswa akan
didampingi pemandu jadi memudahkan tugas guru, ada juga yang
ikut karena biayanya akan lebih murah jika dibanding masuk KRKB
tanpa paket PLS. Tapi kebanyakan sih ya karena dapatnya dobel,
dapat pembelajaran secara langsung dan dapat rekreasi juga.” (CW-
3)
Ibu SM selaku Guru pendamping dari TK Marga Jaya yang menjadi salah
satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa:
“Sebenarnya tujuan utama kami berkunjung ke KRKB ini yaitu untuk
melakukan kegiatan pembelajaran outing class yang sudah kami
rencanakan dalam program rencana pembelajaran. Ketika
mendapatkan informasi adanya program ini, kami rasa program ini
sangat pas untuk pembelajaran anak-anak dan sangat membantu
pihak guru dalam pelaksanaanya karena didampingi oleh pemandu-
pemandu yang lebih paham mengenai satwa-satwa yang ada disini.”
(CW-5)
Ibu TSN selaku Guru pendamping dari TK ABA Bodeh yang menjadi salah
satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa:
“Maksud utama sekolah kami sebelumnya yaitu mengadakan field
trip. Jadikan sinkron dengan adanya program PLS GL zoo ini. Tujuan
sekolah tercapai, anak-anak juga dapat pembelajaran, dapat rekreasi
juga. Apalagi mendapatkan pemandu yang sudah pengalaman dan
paham tentang binatang-binatang disini, pihak guru merasa sangat
terbantu.” (CW-6)
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa latar belakang
pihak sekolah mengikuti program PLS GL zoo yaitu (1) adanya pemandu
yang mendampingi siswa-siswi peserta selama kegiatan berlangsung
sehingga meringankan tugas guru, (2) adanya kebijakan potongan biaya
masuk bagi siswa-siswi sekolah peserta program PLS GL zoo, (3) program
86
PLS GL zoo dianggap relevan dengan tujuan sekolah yang akan
mengadakan field trip dan outing class, dan (4) siswa peserta program PLS
GL zoo dianggap mendapatkan edukasi sekaligus rekreasi dalam sekali
kegiatan.
Program PLS GL zoo diselenggarakan berdasarkan langkah-langkah
dan panduan yang telah dibuat bersama oleh pihak KRKB Gembira Loka
dan pihak UNY yang diwakili oleh dosen-dosen Jurusan PLS. Namun, tidak
jarang pemberian konten dan pelaksanaan program juga menyesuaikan
dengan permintaan dan kebutuhan dari pihak sekolah selaku peserta
program. Respon positif pun banyak dilontarkan oleh pihak sekolah terkait
penyelenggaraan dan konten dari program PLS GL zoo. Tidak jarang pihak
sekolah juga memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
guna kemajuan program ini. Dari hasil observasi yang telah dilakukan,
peneliti mengungkapkan bahwa:
“Pelaksanaan dan konten yang ada dalam program PLS GL zoo sudah
baik, hanya saja memang perlu adanya penambahan kegiatan atau
konten agar kegiatan lebih rekreatif dan membelajarkan tidak hanya
bagi pelajar usia anak-anak, tetapi juga yang berusia dewasa.” (CL-
7)
Ibu SM selaku Guru pendamping dari TK Marga Jaya yang menjadi salah
satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa:
“Menurut saya sudah lumayan bagus untuk pelaksanaannya. Anak-
anak juga terlihat senang dan menikmati selama program berjalan.
Cuma perlu ditambahkan kegiatannya misalkan outbound yang dapat
melatih psikomotorik anak. Soalnya sekolah juga berharap dengan
adanya kegiatan ini, anak-anak akan dapat berkembang 3 aspek
perkembangannya sekaligus.” (CW-5)
87
Ibu TSN selaku Guru pendamping dari TK ABA Bodeh yang menjadi salah
satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa:
“Menurut saya kegiatan ini sudah sesuai dengan harapan kami selaku
guru, namun perlu ada penambahan konten untuk memunculkan
semangat siswa dalam mengikuti kegiatan ini. Ada beberapa kegiatan
yang tertulis dibuku informasi, namun dilapangan juga tidak
dilaksanakan. Seperti memberi makan rusa secara langsung
contohnya. Namun terlepas dari itu semua, baik pemandu maupun
pelaksanaan kegiatan hari ini sudah cukup bagus.” (CW-6)
RA selaku pemandu program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka
mengungkapkan bahwa:
“Banyak yang menanggapi positif kegiatan ini dan berniat
mengikutinya lagi di tahun depan. Tidak jarang kami juga
mendapatkan masukan-masukan dari pihak sekolah peserta agar
program PLS GL zoo ini dapat lebih baik lagi.” (CW-3)
Berdasarkan pernyataan diatas diketahui bahwa banyak tanggapan-
tanggapan positif yang disampaikan pihak sekolah selaku peserta program
PLS GL zoo mengenai pelaksanaan dan konten dari program ini. Dalam
pelaksanaannya program PLS GL zoo sudah cukup baik dan sesuai dengan
harapan dari pihak sekolah. Namun, perlu adanya pengembangan dan
penambahan konten agar siswa menjadi lebih antusias lagi mengikuti
program dan mendapat lebih banyak lagi pembelajaran dan pengalaman.
Sebagai penambah dan pengganti guru selama pelaksanaan program,
pemandu haruslah sadar betul akan tanggung jawab dan peranannya
tersebut. Dengan tahapan dan konten yang telah disusun sebelumnya, pihak
pemandu selaku pendamping kegiatan berusaha semaksimal mungkin
memainkan peranan dan menunaikan tanggung jawabnya tersebut.
88
Kebanyakan pihak sekolah berharap setelah mengikuti program PLS GL
zoo, peserta didiknya akan mendapatkan tambahan positif dalam dirinya.
Ibu SM selaku Guru pendamping dari TK Marga Jaya yang menjadi salah
satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa:
“Saya harap setelah mengikuti Program ini anak-anak jadi mengenal
macam-macam binatang melalui pengalaman langsung. Juga
bertambah wawasan dan pengalaman yang berguna baginya kelak
ketika dewasa.” (CW-5)
Ibu TSN selaku Guru pendamping dari TK ABA Bodeh yang menjadi salah
satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa:
“Harapannya anak mendapatkan makna dari setiap kegiatan yang
dilakukannya disini. Menjadi sayang binatang, peduli terhadap
lingkungan, dan juga melatih kepercayaan diri anak juga.” (CW-6)
Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira
Loka mengungkapkan bahwa:
“Kebanyakan sih harapannya setelah mengikuti program PLS GLzoo
ini,siswa-siswinya jadi lebih tahu tentang satwa dan peduli terhadap
lingkungan dan kelestarian flora dan fauna agar kelak dapat dinikmati
dimasa yang akan datang.” (CW-1)
Berdasarkan pernyataan diatas, diketahui harapan pihak sekolah bagi
peserta didiknya setelah mengikuti program PLS GL zoo ini antara lain
yaitu menambah wawasan dan pengetahuan yang dimiliki peserta didik
mengenai flora dan fauna dengan pembelajaran langsung, peserta didik
lebih sayang terhadap satwa, lebih peduli terhadap lingkungan disekitarnya
dan kelestariannya, serta peserta didik dapat melatih kepercayaan dirinya.
Adanya evaluasi penyelenggaraan program diakhir periode program
PLS GL zoo, digunakan pihak-pihak pemangku kebijakan untuk menjaring
89
masukan-masukan yang ada guna pengembangan program kearah yang
lebih baik. Kebijakan tersebut dirumuskan dan ditetapkan bersama oleh
pihak KRKB Gembira Loka dan pihak UNY melalui Jurusan PLS dengan
berdasarkan hasil evaluasi yang ada. Ditahun 2017, berdasarkan hasil
evaluasi dan analisis kebutuhan dan permasalahan yang ada, maka
diambillah beberapa kebijakan baru guna meningkatkan aksesibilitas
program PLS GL zoo bagi pihak-pihak terkait.
Guna melengkapi data yang ada, peneliti juga melakukan observasi
langsung mengenai upaya pihak KRKB Gembira Loka dalam memperluas
aksesibilitas program PLS GLzoo. Dari hasil observasi tersebut, peneliti
mengungkapkan bahwa:
“Upaya yang dilakukan oleh pihak KRKB melalui bidang pendidikan
yaitu membuat buku informasi program edukasi di KRKB Gembira
Loka yang nantinya akan diperguanakn sebagai sarana sosialisasi dan
penyebarluasan informasi. Upaya lain yaitu dengan mengikuti acara-
acara perkumpulan atau pertemuan kepala sekolah yang biasa
dilakukan di Dinas Pendidikan” (CL-8)
Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira
Loka mengungkapkan bahwa:
“Di tahun ini ada beberapa kebijakan baru yang diambil guna
memperluas segmentasi pasar program PLS GL zoo. Kebijakan
tersebut diantaranya perluasan penyebaran informasi dan sosialisasi
program PLS GL zoo ke seluruh Provinsi DIY. Lalu kami juga
mengadakan buku informasi mengenai program-program edukasi di
KRKB ini yang rencana akan kami distribusikan ke sekolah-sekolah
di DIY. Mulai tahun ini kami juga menggandeng Departemen Agama
guna mempermudah penyebaran informasi dan sosialisasi kami
kesekolah-sekolah yang dinaunginya seperti MTs, Mi, RA, dan lain-
lain. Kami juga menambahkan konten pembelajaran pada
pelaksanaan program PLS GL zoo seperti memeras susu sapi,
budidaya ikan, memberi makan rusa, dll. Terakhir, bidang
pendidikan kami mulai tahun ini juga aktif mensosialisasikan
90
program ini melalui forum-forum kepala sekolah, forum guru, dan
sejenisnya.” (CW-1)
Bapak YH selaku bagian marketing bidang humas di KRKB Gembira Loka
mengungkapkan bahwa:
“Tahun ini banyak kebijakan baru guna meningkatkan aksesibilitas
program PLS GL zoo. Mulai dari mencetak buku informasi,
bekerjasama dengan Departemen Agama, penambahan variasi
konten pembelajaran selama pelaksanaan program, dan masih
banyak lainnya. Pokoknya semua upaya coba kami lakukan guna
memperluas penyebaran informasi mengenai program ini keseluruh
wilayah di DIY.” (CW-2)
Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil studi dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti. Peneliti mendapatkan fakta bahwa program PLS GL
zoo mulai tahun 2017 telah direkomendasikan oleh Departemen Agama
DIY sebagai program pembelajaran diluar kelas yang dapat diikuti oleh
sekolah-sekolah naungannya seperti MI, MTs, RA, dan lain-lain. (Lihat
lampiran 11)
Dari pernyataan diatas diketahui bahwa kebijakan-kebijakan baru
yang diterapkan mulai tahun 2017 ini merupakan salah satu upaya pihak
KRKB Gembira Loka dalam memperluas aksesibilitas program PLS GL
zoo keseluruh sekolah yang ada di provinsi DIY. Maksud lainnya yaitu agar
lebih banyak lagi pihak yang akan ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan
program PLS GL zoo kedepannya sehingga program ini dapat menjadi salah
satu alternatif pembelajaran luar sekolah khususnya mengenai flora dan
fauna.
91
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Aksesibilitas Program Pembelajaran
Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka
Aksesibilitas program pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira
Loka (PLS GL zoo) memiliki faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaannya. Faktor pendukung dalam aksesibilitas program PLS GL
zoo diantaranya yaitu fasilitas yang dimiliki, keberadaan pihak mitra,
integrasi materi pembelajaran dengan program, serta dukungan internal dari
dalam KRKB Gembira Loka.
Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira
Loka mengungkapkan bahwa:
“Kami sangat merasa terbantu dengan adanya pihak mitra yang juga
ikut peduli terhadap program ini seperti UNY dan Dinas Pendidikan.
Selain itu, dari internal KRKB pun banyak juga yang memberikan
respon positif terhadap program ini. Hal ini terlihat dari kebijakan-
kebijakan yang diambil dan saya rasa sangat mempermudah kami
selaku penanggungjawab program. Tekakhir yaitu banyaknya
fasilitas pembelajaran yang ada di lingkungan KRKB ini, dan
semuanya itu dapat pula dimanfaatkan untuk mendukung program
PLS GL zoo.” (CW-1)
RA selaku pemandu program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka
mengungkapkan bahwa:
“Fasilitas guna penyelenggaraan program PLS GL zoo sudah
memadai. Peserta program dapat memanfaatkan seluruh sarana
pembelajaran yang ada mulai dari Laboratorium Alam, hutan buatan,
dan gudang bibit untuk belajar tentang flora. Peserta juga dapat
menggunakan kandang percontohan, kolam benih, dan seluruh satwa
yang ada di KRKB untuk pembelajaran mengenai fauna. Selain itu
pihak KRKB juga menyediakan fasilitas penunjang seperti
panggung, area outbound, dan pertunjukan satwa yang juga dapat
digunakan sebagai kegiatan tambahan dalam program ini. Faktor
92
pendukung lain yaitu adanya koordinasi yang telah terjalin antara
KRKB dengan Dinas Pendidikan dan pihak UNY selaku penyedia
SDM pemandu. Faktor pendukung dari pihak sekolah juga ada, yaitu
adanya materi-materi pembelajaran yang memang mengharuskan
penyelenggaraan kegiatan luar ruangan sehingga dapat
diintegrasikan dengan program ini.” (CW-3)
Ibu TSN selaku Guru pendamping dari TK ABA Bodeh yang menjadi salah
satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa:
“Menurut saya yang pertama fasilitas yang dimiliki untuk
pelaksanaan program sudah sangat mencukupi. Lalu selanjutnya
adanya peran dari Dinas Pendidikan yang ikut mengarahkan kami
selaku pihak sekolah untuk mengikuti kegiatan ini. Yang terakhir ya
karena pihak sekolah banyak yang merasa butuh terhadap program
seperti ini. Karena dikurikulum baru kan banyak teman-tema
pembelajaran yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan-kegiatan
luar ruangan misalnya program PLS GL zoo ini.” (CW-6)
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa
fasilitas, sarana, dan prasarana yang dimiliki KRKB guna menunjang
kebutuhan program PLS GL zoo dalam kondisi yang baik dan masih layak
digunakan guna memperlancar pelaksanaan program. Hal ini merupakan
salah satu faktor pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo. Hasil studi
dokumentasi yang dilakukan peneliti terhadap fasilitas yang dimiliki KRKB
Gembira Loka menunjukkan bahwa fasilitas yang dimiliki KRKB guna
menunjang program PLS GL zoo sudah sangat memadai dan dalam kondisi
yang baik. (Lihat lampiran 5 No. 2)
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa faktor
pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo diantaranya yaitu keberadaan
pihak mitra yang juga ikut peduli terhadap penyelenggaraan program PLS
93
GL zoo ini yaitu dari UNY khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah dan
dari Dinas Pendidikan. Faktor pendukung lain yaitu adanya kebijakan-
kebijakan internal dari pihak KRKB yang mempermudah pihak sekolah
selaku peserta dan mahasiswa selaku pemandu program dalam mengakses
program tersebut. Terakhir yaitu kebutuhan lembaga-lembaga sekolah
terhadap program pembelajaran luar sekolah yang dapat diintegrasikan
dengan tema-tema pembelajaran yang ada.
Faktor penghambat dalam aksesibilitas Program Pembelajaran Luar
Sekolah di KRKB Gembira Loka (PLS GL zoo) diantaranya yaitu SDM
Pemandu dan kondisi dari pihak sekolah. Dari hasil observasi yang telah
dilakukan, peneliti mengungkapkan bahwa:
“Satu-satunya faktor penghambat yang ditemukan yaitu SDM
Pemandu yang statusnya masih mahasiswa. Hal ini jelas akan
menjadi penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo karena
sebagai mahasiswa pasti juga memiliki tanggung jawab lain diluar
kepemanduan PLS GL zoo sehingga akan terpecah fokus dan sulit
untuk mencapai profesionalitas kerja.” (CL-5)
Bapak MS selaku bagian marketing bidang pendidikan di KRKB Gembira
Loka mengungkapkan bahwa:
“Kebanyakan sekolah terutama sekolah negeri sudah memiliki
susunan rencana kegiatan selama satu tahun, sehingga keterlambatan
dalam sosialisasi dapat menyebabkan program PLS GL zoo tidak
dapat diakses oleh sekolah tersebut atau menunggu tahun ajaran
berikutnya karena tidak tercantum dalam rencana pembelajaran
tahunan yang telah disusun. Selain itu, SDM pemandu yang notabene
masih berstatus mahasiswa pasti lah memiliki tanggung jawab lain
terkait perkuliahannya dan memiliki batas waktu sebelum harus
menyelesaikan jenjang perkuliahannya. Hal ini berdampak pada
94
pergantian pemandu setiap tahunnya sehingga baik dari pihak KRKB
maupun Jurusan PLS harus melatihnya dari dasar kembali.” (CW-1)
RA selaku pemandu program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka
mengungkapkan bahwa:
“Karena statusnya masih mahasiswa, jadi setiap tahun pasti
pemandu akan mengalami perubahan karena pemandu yang lama
pasti harus menyelesaikan jenjang perkuliahannya. Hal ini
berdampak pada harus adanya pengulangan pelatihan dari dasar
kembali oleh pihak KRKB maupun PLS sehingga sulit untuk
mencapai kondisi pemandu yang professional. Sebagai mahasiswa
kan juga banyak tanggungannya, harus mengikuti perkuliahn, harus
mengerjakan tugas yang diberikan dosen, dan lain-lain. Selain itu,
dari pihak sekolah juga ada. Misal dalam hal lokasi yang jauh dari
KRKB dan tidak adanya alokasi dana untuk program-program luar
ruangan. Kasus lain yaitu keterlambatan menerima informasi
mengenai PLS yang berimbas pada tidak tercatatnya program
pembelajaran luar sekolah dalam rencana pembelajaran dalam satu
tahun ajaran.” (CW-3)
Ibu TSN selaku Guru pendamping dari TK ABA Bodeh yang menjadi salah
satu peserta program PLS GL zoo mengungkapkan bahwa:
“Seperti Saya ini yang baru mengetahui keberadaan program PLS GL
zoo tahun ini. Kurang komunikasi dan sosialisasi menyebabkan
banyak sekolah yang belum mengetahui adanya program PLS GL
zoo. Lalu jarak juga bisa menjadi penghambat. Terakhir yaitu
kurikulumnya. Kebanyakan sekolah apalagi yang negeri kan sudah
merancang rencana pembelajaran selama satu periode, jadi ketika
program PLS GL zoo ini belum diketahui mereka dan mereka belum
masukkan dalam rancangan pembelajaran periode tersebut, ya
terpaksa mereka harus menunggu sampai semester berikutnya untuk
melaksanakannya atau malah menggantinya dengan kegiatan lain
sejenis.” (CW-6)
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa faktor
penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo diantaranya yaitu SDM
pemandu yang selalu mengalami perubahan setiap tahunnya dikarenakan
statusnya yang masih mahasiswa aktif sehingga menyebabkan harus adanya
95
pengulangan pelatihan dasar kepada pemandu-pemandu tersebut. Faktor
lainnya yaitu kebijakan pihak sekolah terutama sekolah negeri yang telah
membuat rencana pembelajaran selama satu tahun ajaran sehingga
terkadang hal ini mempersulit pihak sekolah itu sendiri dalam mengikuti
program PLS GL zoo karena tidak tercantum dalam rencana tersebut.
Penghambat lainnya yaitu mengenai alokasi dana yang dimiliki sekolah dan
jarak antar sekolah dan KRKB selaku lokasi penyelenggaraan program.
B. Pembahasan
1. Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira
Loka
Pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal sebagai jalur
pendidikan di luar pendidikan formal memiliki fungsi dan peranan
tersendiri. Menurut Hamojoyo (dalam Kamil, 2011: 14) Pendidikan Luar
Sekolah merupakan usaha yang terorganisir secara sistematis dan
berkelanjutan di luar sistem formal, melalui hubungan sosial yang
digunakan untuk membimbing individu, kelompok, maupun masyarakat
agar memiliki cita-cita guna meningkatkan taraf hidup untuk
kesejahteraannya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui pendidikan luar
sekolah memiliki fungsi sebagai penambah, pelengkap, dan pengganti
pendidikan formal yang ada. Sifatnya yang fleksibel menjadikan jenis
pendidikan ini memiliki ragam bentuk dan metode yang sangat variatif. Hal
96
inilah yang menyebabkan pendidikan luar sekolah dapat menyasar berbagai
golongan dengan masalah dan kebutuhan yang beragam pula.
Salah satu bentuk pendidikan luar sekolah yaitu pembelajaran luar
sekolah. Menurut Corey (dalam Syaiful Sagala, 2011: 61) pembelajaran
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola
untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Secara
sederhana pembelajaran luar sekolah dapat diartikan sebagai kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan diluar ruangan atau sekolah yang
dilakukan secara sengaja dengan memanfaatkan media pembelajaran yang
dapat mendukung terjadinya proses belajar. Pembelajaran luar sekolah
merupakan konsep pembelajaran nonformal yang diinternalisasikan ke
dalam pendidikan formal dengan tujuan menciptakan suatu pembelajaran
yang menyenangkan dan menarik bagi peserta didik. Dalam pembelajaran
model ini, peserta didik difokuskan untuk dapat mandiri dalam
bereksplorasi terhadap lingkungan disekitarnya guna mendapatkan
informasi, pengetahuan, maupun pengalaman.
Pembelajaran luar sekolah dalam prosesnya dapat dilakukan dimana
saja karena tidak terbatas ruang dan waktu. Pembelajaran luar sekolah
sebagai salah satu metode pembelajaran memiliki beragam bentuk dan jenis.
Salah satu yang cukup banyak dilakukan yaitu wisata belajar. Wisata belajar
merupakan metode pembelajaran yang dikemas secara rekreatif namun
97
tetap menonjolkan unsur-unsur edukasi. Wisata belajar memungkinkan
peserta didik untuk dapat refreshing dan melepas penat sekaligus
membelajarkan jika direncanakan dengan baik. Konsep penggabungan
antara wisata dan belajar ini memiliki banyak bentuk dan variasi, antara
lain: karyawisata, study tour, outbound, outing class, dan wisata edukasi.
Lokasi yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran model ini pun
sangat beragam karena menyesuaikan kebutuhan dan informasi yang ingin
digali.
Kebun binatang merupakan tempat dimana binatang dipelihara dalam
lingkungan buatan sehingga dapat diperunjukkan pada khalayak ramai.
Selain fungsinya sebagai tempat rekreasi dan konservasi, kebun binatang
juga dapat difungsikan sebagai tempat edukasi. Lingkungannya yang
dipenuhi dengan sumber-sumber belajar, menjadikan kebun binatang cocok
untuk digunakan sebagai tempat pembelajaran luar sekolah. Informasi yang
dapat digali pun tidak terbatas pada seputar binatang saja, tetapi dapat pula
mengenai lingkungan alam sekitar dan sosialisasi antar masyarakat yang
terjadi di dalamnya. Pembelajaran dengan metode wisata edukasi di kebun
binatang juga tidak terbatas pada aspek fisiknya saja. Siswa dapat pula
menjadikan karakteristik yang dimiliki binatang-binatang yang ada di kebun
binatang sebagai sumber belajarnya.
Kebun Raya dan Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka merupakan
salah satu dari sekian banyak kebun binatang yang ada di Indonesia. KRKB
98
Gembira Loka sebagai lembaga konservasi yang fokus guna melestarikan
flora dan fauna memiliki tiga fungsi penting yaitu sebagai tempat rekreasi,
tempat penelitian, dan tempat pendidikan. Upaya yang ditempuh guna
merealisasikan fungsi tersebut khususnya fungsi pendidikan, KRKB
Gembira Loka menggagas sebuah program edukasi yang dinamai
Pembelajaran Luar Sekolah Gembira Loka Zoo atau biasa disebut PLS GL
zoo. Program PLS GL zoo merupakan program hasil kerjasama antara pihak
KRKB Gembira Loka dengan Universitas Negeri Yogyakarta khususnya
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Program ini diperuntukkan bagi
pelajar usia TK hingga SMA diseluruh Kota Jogja yang telah mendaftar dan
melakukan reservasi terlebih dahulu. Dalam pelaksanaannya, peserta akan
dipandu untuk mengunjungi dan mengamati fasilitas pendidikan yang ada
di KRKB Gembira Loka, mengasah kreativitas yang dimiliki, serta
berkeliling KRKB Gembira Loka.
Program PLS GL zoo ini memungkinkan peserta yang berstatus
pelajar untuk dapat menggali informasi, pengetahuan, dan pengalaman
secara langsung mengenai flora dan fauna yang ada di KRKB didamping
oleh pemandu yang merupakan mahasiswa Jurusan PLS. Program ini
merupakan gabungan dari jenis-jenis pembelajaran luar sekolah yang ada
yaitu: outing class, field trip, dan outbound. Program PLS GL zoo dapat
dikatakan sebagai pembelajaran luar sekolah jenis outing class karena
kegiatan pembelajarannya dilakukan di luar ruangan atau kelas serta dapat
memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kreativitas dan aspek-
99
aspek pengetahuan melalui kegiatan pojok kreatif dan keliling KRKB
Gembira Loka. Hal ini sesuai dengan pendapat Komarudin (dalam
Husamah, 2013: 19) yang menyebutkan outing class sebagai aktivitas yang
dilakukan di luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau sekolah dan
berada dilingkungan luar seperti bermain di sekitar sekolah, taman, sawah,
dan kegiatan lain yang sifatnya petualangan serta dapat mengembangkan
aspek pengetahuan yang relevan.
Program PLS GL zoo dalam pelaksanaanya juga mengajak para
peserta untuk mempelajari dan mengamati secara langsung apa yang Ia
butuhkan agar mendapatkan informasi, pengetahuan, dan pengalaman
secara mandiri guna melengkapi materi yang didapatkannya di kelas. Hal
ini telah sesuai dengan pengertian pembelajaran luar sekolah jenis field trip
yang disampaikan Syaiful Sagala (2006: 214) yang menyebutkan field trip
sebagai pesiar (ekskursi) yang dilakukan oleh peserta didik untuk
melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari
kurikulum sekolah. Metode ini banyak digunakan selain untuk memperkaya
wawasan dan pengetahuan peserta didik, juga untuk menghindari
kebosanan serta kejenuhan peserta didik terhadap pembelajaran yang ada di
kelas. Lebih lanjut salah satu tahapan dari pelaksanaan program PLS GL
zoo yaitu adanya pojok kreatif dan bina suasana. Kedua kegiatan ini
bertujuan untuk mengasah kreativitas, kepercayaan diri, dan memotivasi
peserta sehingga akan memunculkan pribadi-pribadi yang tangguh dan
mandiri setelah mengikuti program PLS GL zoo ini. Tujuan ini sesuai
100
dengan tujuan dari pembelajaran luar sekolah jenis outbound yang telah
tercantum dalam kajian teori yang menyebutkan outbound tidak hanya
bermakna kegiatan diluar, namun lebih dari itu dimana peserta diajak
berpikir kreatif dan membuat terobosan-terobosan baru. Bentuk kegiatan
yang dapat diselenggarakan dalam pembelajaran luar sekolah jenis ini
berdasarkan pada prinsip kreativitas, rekreatif, dan edukatif baik dengan
sasaran individu maupun kelompok.
Aksesibilitas program merupakan salah satu komponen penting yang
harus diketahui guna kepentingan pengembangan program kearah yang
lebih baik lagi. Aksesibilitas sendiri memiliki pengertian sebagai level
kemudahan dan keterjangkauan terhadap suatu objek dengan
mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhi. Secara singkat
aksesibilitas dalam konteks sebuah program diartikan sebagai seperangkat
komponen yang keberadaannya dapat memudahkan jalannya sebuah proses.
Menurut Derek Halden Consultancy (2004) dalam jurnalnya menyebutkan
bahwa pemahaman mengenai aksesibilitas dapat dicirikan melalui tiga
kategori pertanyaan yaitu:
a. Siapa atau dimana – aksesibilitas adalah bagian dari orang, atau tempat;
b. Apa peluang yang akan dicapai – meliputi fungsi dan aktivitas yang ada
di dalamnya, atau sumber daya (termasuk orang-orang) yang
memungkinkan orang dapat memenuhi kebutuhannya;
c. Bagaimana – faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akses terhadap
suatu objek.
Pertanyaan “siapa” dalam konteks penelitian ini mengacu pada
pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program PLS GL zoo
101
(stakeholder). Menurut Freeman (1984) dalam Sukada (2007: 98), pihak
yang memiliki akses atau pemangku kepentingan (stakeholder) tersebut
merupakan mereka yang memiliki kepentingan dan keputusan tersendiri,
baik sebagai individu maupun wakil kelompok. Pengertian tersebut juga
mencakup mereka yang mempengaruhi atau terkena pengaruh dari program.
Hasil penelitian yang telah dilakukan, pihak yang memiliki akses terhadap
program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka antara lain: Dinas
Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, lembaga sekolah di Kota
Yogyakarta, Pengelola KRKB Gembira Loka, dan media massa. Pihak-
pihak yang memiliki akses tersebut selanjutnya memiliki peranan masing-
masing dalam penyelenggaraan program PLS GL zoo ini. Peranan tersebut
diantaranya, Dinas Pendidikan mengeluarkan perizinan dan surat
rekomendasi terhadap program PLS GL zoo bagi sekolah-sekolah di Kota
Jogja. Selanjutnya ada juga dari pihak internal KRKB Gembira Loka seperti
Direktur Utama selaku pemegang kebijakan, bagian marketing dan
bidangnya yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan program
tersebut misal dalam hal penyediaan fasilitas, alat dan bahan. Kemudian
pihak UNY yang berperan dalam konseptor materi dan konten program
serta penyediaan SDM pemandu kegiatan. Selain itu, ada pihak sekolah
yang berperan sebagai konsumen atau peserta dari program PLS GL zoo itu
sendiri. Media massa yang memiliki peran dalam menyebarluaskan
informasi mengenai program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka kepada
masyarakat luas. Pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program PLS
102
GL zoo melaksanakan peranannya masing-masing agar proses
penyelenggaraan program PLS GL zoo dapat berjalan lancar dan sesuai
dengan tujuan awalnya. Hal ini sesuai dengan prinsip stakeholder menurut
Wibisono (2007: 96) yang menyatakan bahwa antara stakeholder dan
perusahaan (dalam hal ini program PLS GL zoo) terjadi hubungan yang
saling mempengaruhi, sehingga perubahan pada salah satu pihak akan
memicu dan mendorong terjadinya perubahan pada pihak yang lainnya. Hal
ini membuktikan pihak-pihak yang memiliki akses merupakan komponen
atau satu kesatuan utuh yang melaksanakan peranannya masing-masing
guna mempermudah jalannya sebuah sistem.
Pertanyaan “apa” berkaitan dengan aksesibilitas program PLS GL
zoo ini berkenaan dengan konteks pelaksanaan program dan strategi serta
kebijakan yang diterapkan berkaitan dengan aksesibilitas program tersebut.
Menurut Sujarwo (2013: 36) pelaksanaan pembelajaran khsusunya
pembelajaran orang dewasa yang didasarkan pada belajar pada pengalaman,
terdapat 3 tahapan penting didalamnya yaitu: tahap pendahuluan, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan,
pelaksanaan program pendampingan PLS GL zoo mengacu pada prinsip
belajar dari pengalaman yang telah dikemukakan diatas karena didalamnya
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilaksanakan secara
sistematis dan terstruktur. Hasil ini juga didukung dengan hasil penelitian
dari Sujarwo pada tahun 2017 tentang Desain Model Wisata Belajar di
Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta sebagai Laboratorium Luar
103
Kampus yang menyatakan bahwa langkah-langkah program PLS GL zoo
terdiri dari tahap pendahuluan, kegiatan inti dan penutup (JPPM, 4 (1),
2017, 90-100). Berdasarkan teori dan hasil penelitian tersebut, peneliti
memperoleh hasil penelitian yang menunjukkan adanya tanggapan positif
dari pihak sekolah selaku peserta berkaitan dengan program PLS GL zoo
khususnya dalam hal lagkah-langkah pelaksanaannya. Pelaksanaan
program PLS GL zoo sudah cukup baik dan sesuai dengan harapan dari
pihak sekolah. Namun, perlu adanya pengembangan dan penambahan
konten agar siswa menjadi lebih antusias lagi mengikuti program dan
mendapat lebih banyak lagi pembelajaran dan pengalaman.
Selanjutnya mengenai strategi dan kebijakan yang diterapkan
berkaitan dengan aksesibilitas program PLS GL zoo, sudah banyak
diterapkan baik oleh pihak KRKB Gembira Loka maupun pemandu
program. Dari hasil penelitian diketahui strategi dan kebijakan yang sudah
diterapkan meliputi: adanya potongan tarif tiket masuk bagi peserta yang
menggunakan paket PLS, adanya pemandu yang telah diberi pelatihan
sehingga lebih siap dalam mendampingi dan memberikan materi-materi
mengenai satwa yang ada di KRKB Gembira Loka, dan terakhir yaitu
adanya kebijakan dimana bagian marketing dari KRKB Gembira Loka
mulai tahun 2016 dipecah menjadi tiga bagian guna memperjelas tugas dan
fungsinya dalam penyelenggaraan program PLS GL zoo. Kebijakan serta
strategi yang telah ditempuh tersebut bertujuan untuk memperluas
aksesibilitas program PLS GL zoo keseluruh pihak-pihak yang
104
berkepentingan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nurcholis
(2007: 263) mengenai definisi kebijakan sebagai keputusan suatu organisasi
yang dimaksudkan untukmencapai tujuan tertentu dan biasanya berisikan
ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan
keputusan kedepan dan penerapan atau pelaksanaan suatu kebijakan yang
telah diterapkan.
Pertanyaan “bagaimana” sesuai teori aksesibilitas program yang telah
dijabarkan diatas mengacu pada upaya yang dilakukan guna memperluas
aksesibilitas program PLS GL zoo kedepannya. Upaya yang dilakukan
didasarkan pada hasil evaluasi yang diselenggarakan pada akhir periode.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sujarwo tahun 2017 tentang Desain
Model Wisata Belajar di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta
sebagai Laboratorium Luar Kampus yang menyatakan bahwa tahapan
dalam kegiatan pendampingan program PLS GL zoo terdiri dari tahap
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi (JPPM, 4 (1), 2017, 90-
100). Pelaksanaan program selama satu periode kepemanduan selanjutnya
dievaluasi secara menyeluruh guna mendapatkan pedoman untuk perbaikan
dan pengembangan program kedepannya. Berbekal dari hasil evalausi
tersebut, munculah kebijakan dan upaya-upaya yang harus dilakukan oleh
keseluruhan pihak yang memiliki akses terhadap program ini guna
pengembangan program kedepannya. Dari hasil penelitian diketahui
kebijakan dan upaya yang ditempuh diantaranya yaitu:
105
a. Membuat kebijakan baru. Mulai pada tahun 2017 program PLS GL
zoo terbuka untuk seluruh lembaga sekolah yang ada di provinsi DIY;
b. Memperluas kerjasama. Menjalin kerjasama dengan Departemen
Agama selaku lembaga yang menaungi sekolahan-sekolah berbasis
keagamaan seperti MTs, MI, dan RA serta lembaga sekolah sejenis
agar dapat berpartisipasi dalam program PLS GL zoo;
c. Membuat buku informasi mengenai program edukasi yang ada di
KRKB Gembira Loka yang meliputi Program Pembelajaran Luar
Sekolah (PLS) dan Satwa Masuk Sekolah (SMS). Buku informasi ini
nantinya akan dibagikan keseluruh sekolah yang ada di provinsi DIY
melalui forum-forum pertemuan kepala sekolah atau organisasi guru
yang ada di DIY agar informasi mengenai keberadaan program ini
dapat terakses oleh semua lembaga sekolah.
d. Penambahan konten pembelajaran meliputi perah susu sapi, membuat
pupuk kompos, melihat budidaya tanaman dan ikan air tawar, serta
pengayaan materi kepada pemandu program PLS GL zoo.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Aksesibilitas Program PLS GL zoo di
KRKB Gembira Loka
Menurut Pringle (dalam Lai, 2012: 91) kebun binatang sebagai
tempat pelaksanaan kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa untuk
dapat mengembangkan pengetahuan tentang binatang dan kesadaran
lingkungan. Kebun binatang sebagai tempat penyelenggaraan pembelajaran
106
memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Menurut Husamah (2013:
54), terdapat sisi positif bagi seorang siswa yang mengikuti kegiatan wisata
belajar khususnya di kebun binatang, yaitu:
a. Kegiatan belajar mengajar lebih bermakna sebab siswa
memperolehnya dengan mengalaminya secara langsung;
b. Membangkitkan sisi eksporatif siswa dalam usahanya menyelesaikan
sesuatu;
c. Memperlihatkan kondisi nyata di lapangan dengan
mengintegrasikannya dengan pengajaran di dalam kelas sehingga
menciptakan kepribadian yng komplit baik bagi guru maupun siswa;
d. Memperbanyak pengetahuan dan wawasan yang diperoleh siswa baik
di dalam maupun luar kelas;
e. Memberikan kesenangan siswa terhadap alam sekitarnya.
Pembelajaran langsung di kebun binatang memungkinkan peserta
didik untuk dapat berinteraksi langsung dengan apa yang sedang
dipelajarinya merupakan salah satu kelebihan dari metode pembelajaran ini.
Namun, disisi lain kebun binatang juga memiliki kelemahan jika
dipergunakan sebagai lokasi pembelajaran. Kebun binatang yang notabene
merupakan tempat umum yang dapat diakses oleh khalayak ramai tentunya
akan sulit untuk dapat selalu menjaga kondusifitasnya sehingga pelaksanaan
pembelajaran akan mengalami banyak gangguan dan hambatan.
Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka selaku
pemegang kebijakan dalam program PLS GL zoo tentunya memiliki
keunggulan dan kelemahan dalam penyelenggaraan program edukasinya.
Hal ini juga berkaitan dengan tingkat aksesibilitas yang dimiliki oleh
program edukasi tersebut khususnya program PLS GL zoo. Dalam
kaitannya dengan aksesibilitas program PLS GL zoo, hasil penelitian juga
107
menemukan adanya faktor pendukung dan penghambat yang berpengaruh
terhadap aksesibilitas program tersebut. Faktor pendukung dalam
aksesibilitas program PLS GL zoo yaitu keberadaan pihak mitra yang juga
ikut peduli terhadap penyelenggaraan program PLS GL zoo ini yaitu dari
UNY khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah dan dari Dinas
Pendidikan. Faktor pendukung lain yaitu adanya kebijakan-kebijakan
internal dari pihak KRKB yang mempermudah pihak sekolah selaku peserta
dan mahasiswa selaku pemandu program dalam mengakses program
tersebut. Terakhir yaitu kebutuhan lembaga-lembaga sekolah terhadap
program pembelajaran luar sekolah yang dapat diintegrasikan dengan tema-
tema pembelajaran yang ada.
Faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo diantaranya
yaitu SDM pemandu yang selalu mengalami perubahan setiap tahunnya
dikarenakan statusnya yang masih mahasiswa aktif sehingga menyebabkan
harus adanya pengulangan pelatihan dasar kepada pemandu-pemandu
tersebut. Faktor lainnya yaitu kebijakan pihak sekolah terutama sekolah
negeri yang telah membuat rencana pembelajaran selama satu tahun ajaran
sehingga terkadang hal ini mempersulit pihak sekolah itu sendiri dalam
mengikuti program PLS GL zoo karena tidak tercantum dalam rencana
tersebut. Penghambat lainnya yaitu mengenai alokasi dana yang dimiliki
sekolah dan jarak antar sekolah dengan KRKB selaku lokasi
penyelenggaraan program.
108
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Aksesibilitas merupakan salah satu komponen penting yang harus
diketahui guna kepentingan pengembangan program kedepannya. Aksesibilitas
dapat diartikan sebagai level kemudahan dan keterjangkauan terhadap suatu
objek dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhinya. Dalam
kaitannya dengan sebuah program, aksesibilitas diartikan sebagai seperangkat
komponen yang keberadannya dapat mempermudah berjalannya sebuah proses.
Berkaitan dengan hal tersebut, aksesibilitas program PLS GL zoo ada dan
melekat dalam tahapan-tahapan pelaksanaan programnya yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Aksesibilitas program yang dimaksud
mengacu pada konsep teori yang telah dibahas dalam penelitian ini.
Aksesibilitas program PLS GL zoo terdiri dari pihak-pihak yang memiliki akses
dan peranannya, pelaksanaan program dan kebijakan yang diterapkan, serta
upaya memperluas aksesibilitas program kedepannya.
Pihak yang memiliki akses dan peranannya yaitu meliputi (1) dinas
pendidikan selaku pemberi izin dan surat rekomendasi, (2) pengelola KRKB
Gembira Loka selaku pemegang kebijakan dan penyedia fasilitas, (3) jurusan
PLS selaku konseptor materi dan penyedia SDM pemandu, (4) lembaga sekolah
selaku peserta program, dan (5) media massa selaku penyebarluas informasi
mengenai keberadaan program. Dalam hal pelaksanaan program, program PLS
109
GL zoo mengacu pada langkah-langkah yang telah disusun dengan mengacu
pada prinsip belajar dari pengalaman. Hal tersebut mendapat tanggapan positif
dari pihak sekolah selaku peserta program.
Selama 4 tahun berjalannya program, kebijakan yang telah diterapkan
yaitu meliputi: adanya potongan tarif, adanya pemandu yang mendampingi
peserta selama pelaksanaan program, dan adanya kebijakan perombakan
struktur organisasi dimana bagian marketing mulai tahun 2016 dipecah menjadi
3 bidang guna memperjelas tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan
program PLS GL zoo. Terakhir yaitu upaya yang dilakukan pihak KRKB
Gembira Loka guna memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo
kedepannya yaitu meliputi (1) membuat kebijakan baru yaitu membuka akses
program PLS GL zoo bagi semua lembaga sekolah yang ada diwilayah DIY, (2)
memperluas kerjasama yaitu dengan Departemen Agama, (3) membuat buku
informasi mengenai program edukasi yang diselenggarakan KRKB Gembira
Loka, dan (4) penambahan konten pembelajaran yang ada dalam pelaksanaan
program PLS GL zoo.
Aksesibilitas program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka memiliki
faktor pendukung yaitu keberadaan pihak mitra yang juga ikut peduli terhadap
penyelenggaraan program PLS GL zoo ini yaitu dari UNY khususnya Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah dan dari dinas pendidikan. Faktor pendukung lain
yaitu adanya kebijakan-kebijakan internal dari pihak KRKB yang
mempermudah pihak sekolah selaku peserta dan mahasiswa selaku pemandu
110
program dalam mengakses program tersebut. Terakhir yaitu kebutuhan
lembaga-lembaga sekolah terhadap program pembelajaran luar sekolah yang
dapat diintegrasikan dengan tema-tema pembelajaran yang ada.
Selain faktor pendukung diatas, terdapat pula faktor penghambat
aksesibilitas program PLS GL zoo yaitu SDM pemandu yang selalu mengalami
perubahan setiap tahunnya dikarena statusnya yang masih mahasiswa aktif
sehingga menyebabkan harus adanya pengulangan pelatihan dasar kepada
pemandu-pemandu tersebut. Faktor lainnya yaitu kebijakan pihak sekolah
terutama sekolah negeri yang telah membuat rencana pembelajaran selama satu
tahun ajaran sehingga terkadang hal ini mempersulit pihak sekolah itu sendiri
dalam mengikuti program PLS GL zoo karena tidak tercantum dalam rencana
tersebut. Penghambat lainnya yaitu mengenai alokasi dana yang dimiliki
sekolah dan jarak antar sekolah dan KRKB selaku lokasi penyelenggaraan
program.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang aksesibilitas program pembelajaran
luar sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta yang telah dilakukan,
terdapat beberapa saran yang peneliti akan ajukan yaitu:
1. Gencarkan sosialiasai program, salah satunya dengan perluas relasi
terutama dengan media massa agar informasi mengenai program PLS GL
zoo dapat tersebar lebih luas dan merata.
111
2. Pengembangan terhadap konten program agar dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginan peserta yang berasal dari usia dasar hingga tingkat menengah
atas bahkan mahasiswa.
3. Bentuk tim inti yang professional agar dapat menjadi role model bagi
pemandu-pemandu yang lain dan penjamin keberlanjutan program.
112
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. (2010). Kajian Pemanfaatan Kebun Binatang Mini Jantho sebagai
Penunjang Pembelajaran Biologi. Jurnal Biologi Edukasi Online. Diakses
http://www.jurnal.unsyiah.a.id/JBE/article/view/437/597 pada hari Jumat
tanggal 14 April 2017 pukul 10.17 WIB.
Abdul Majid. (2008). Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Adityo Gari P. (2015). Pendampingan Pembelajaran Luar Sekolah Berbasis Wisata
Pada Anak SD di Gembira Loka Zoo Tahun 2012/2013. Skripsi.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Agus Suprijono. (2016). Model-model Pembelajaran Emansipatoris. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Bambang Susantono. (2004). Langkah Kecil yang Kita Lakukan Menuju
Transportasi yang Berkelanjutan. Jakarta: Majalah Transportasi Indonesia.
Derek Halden. (2004). Accessibility Planning: Developing and Piloting
Approaches. London: Tidak diterbitkan. Versi terjemahan.
Djamaludin Ancok. (2007). Outbound Managenet Training. Yogyakarta: UII Press.
Djuju Sudjana. (2004). Pendidikan Non Formal. Bandung: Fallah Production.
Eko Putro Widyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Fidel Miro. (2009). Perencanaan Transportasi bagi Mahasiswa, Perencana dan
Praktisi. Jakarta: Erlangga.
H. Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
H.A.R. Tilaar. (2002). Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamzah B. Uno (2006). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Grup.
Hanif Nurcholis (2007). Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Husamah. (2013). Pembelajaran Luar Kelas (Outdoor Learning). Jakarta: Pustaka
Karya.
113
Istiningsih. (2008). Model Pendampingan Berbasis Among dalam Penyuluhan
Pertanian Padi Organik di Sleman Yogyakarta. Jurnal Penelitian UNY.
Yogyakrta: UPT-UNY.
Lai, C. (2012). A Study of Informal Science Learning at Taipei Zoo. The Jounal of
Human Resource and Adult Learning, 8(2), 91-97. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/1318922292?accountid=31324.
Lexy J. Moleong. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
M. Djamal. (2015). Paradigma Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maya Sofie Rokhmah. (2012). Pelaksanaan Pendampingan Bagi Anak Korban
Kekerasan di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal FIP hal 1-13.
McQuail. (2005). Mass Communication Theory 6th Edition. London: SAGE
Publications Ltd. Versi terjemahan.
Moeslichatoen, R. (2007). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Rineka Cipta.
Muchsin (2013). Pengaruh Penggunaan Metode Karyawisata Terhadap Prestasi
Belajar Kognitif IPS Kelas IV Sekolah Dasar. Artikel Jurnal PGSD UNY.
Hlm. 1-11.
Muchlisin Asti Badiatul. (2009). Fun Outbound: Merancang Kegiatan Outbound
yang Efektif. Yogyakarta: Diva Press.
Mustofa Kamil. (2011). Pendidikan Non Formal (Pengembangan melalui PKBM
di Indonesia). Bandung: Alfabeta.
Nurul Zuriah. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.31/Menhut-II/2012 tahun 2012 tentang
lembaga konservasi.
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah.
Rachmat Kriyantono. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada
Media Group.
Rohani. (1990). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
114
Saleh Marzuki. (2010). Pendidikan Non Formal (Dimensi dalam Keaksaraan
Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi). Bandung: ROSDA.
Sihombing Umberto. (2001). Pendidikan Luar Sekolah (Masalah, Tantangan dan
Peluang). Jakarta: Wirakarsa.
Siti Septyany Dewi, dkk. (2012). Peran Parenting Education Berbasis Budaya Jawa
Dalam Meningkatkan Kualitas Orang Tua Untuk Mendidik Anak. Makalah
disajikan dalam Seminar Penelitian Latihan Mahasiswa, pada tahun 2012 di
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sudaryono. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Sujarwo. (2013). Pembelajaran Orang Dewasa (Metode dan Teknik). Yogyakarta:
Venus Gold Press.
Sujarwo, S., Samsi, I., & Wibawa, L. (2017). Desain model wisata belajar di Kebun
Binatang Gembiraloka Yogyakarta sebagai Laboratorium Luar Kampus.
Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 4(1), 90-100.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jppm.v4i1.12535.
Sukada, Sonny dkk. (2007). Membumikan Bisnis Berkelanjutan. Jakarta: Indonesia
Business Links.
Sumiati & Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Suryaningsih. (2012). Penerapan Metode Karyawisata dalam Upaya Meningkatkan
Prestasi Belajar IPS di Kelas V SDN Nanggulan Maguwoharjo. Artikel
Jurnal PGSD Hal 1-15.
Syaiful Sagala. (2007). Manajemen Stratejik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Tirtodiprojo, dkk. (2008). Panduan satwa. Yogyakarta: Kebun Raya dan Kebun
Binatang Gembira Loka.
115
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Unang Mulkhan dkk. (2011). Peran Pemerintah dalam Kebijakan Corporate Social
Responsibility (CSR) dalam Upaya Mendorong Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development). Jurnal Ilmiah Administrasi
Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.1. Halaman 274-281.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang Perseroan Terbatas (PT) No. 40 Tahun 2007 ayat 74 tentang
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Wijilestari, Tutik Sih. (2013). Pengembangan Kemampuan Kecerdasan Naturalis
Melalui Metode Pembelajaran Outing Class Pada Anak Kelompok B 1 Tk
Mta 1 Kebakkramat Tahun 2012/2013. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wina Sanjaya. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Grup.
Wirawan. (2011). Evaluasi Teori, Model, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: Rajawali
Press.
Yusuf Wibisono. (2007). Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social
Responsibility). Gresik: Fascho Publishing.
116
Lampiran 1. Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI
No Aspek Deskripsi
1 Identifikasi Lembaga:
a. Letak Geografis
b. Sejarah Berdiri
c. Visi dan Misi
d. Struktur Organisasi
2 Fasilitas:
a. Sarana
b. Prasarana
3 Pelaksanaan Program PLS GL zoo:
a. Pelaksanaan Program
b. Konten Program
4 Aksesibilitas Program PLS GL zoo:
a. Pihak yang memiliki akses dan
peranannya;
b. Penerapan Kebijakan
c. Upaya perluasan aksesibilitas
5 Faktor Pendukung dan Penghambat
Aksesibilitas Program PLS GL zoo
117
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi
PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Berupa Catatan/Arsip Tertulis
a. Profil KRKB Gembira Loka
b. Struktur Pengelolaan Program PLS GL zoo
c. Dokumen Reservasi Kegiatan PLS GL zoo selama Satu bulan
d. Buku informasi Program edukasi di KRKB Gembira Loka
e. Surat rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan
Departemen Agama
2. Foto
a. Gedung atau fisik KRKB Gembira Loka
b. Sarana dan prasarana yang dimiliki KRKB Gembira Loka
c. Pelaksanaan kegiatan program pembelajaran luar sekolah
118
PEDOMAN DOKUMENTASI
SARANA DAN PRASARANA KRKB GEMBIRA LOKA
No
Objek
Keterangan
Keterangan
Ada Tidak
1 Gedung Kantor √ Baik
2 Kamar Mandi √ Memadai
3 Mushola √ Baik
4 Fasilitas Cuci Tangan √ Memadai
5 Ruang informasi √ Baik
6 Pengeras Suara √ Baik
7 Halaman √ Memadai
8 Museum Flora dan Fauna √ Baik
9 Kantin √ Memadai
10 Papan Pengumuman √ Baik
11 Pos keamanan √ Baik
12 Tempat Parkir √ Memadai
119
13 Alat Transportasi √ Memadai
14 Akses Disabilitas √ Baik
120
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Pengelola Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB
Gembira Loka
Hari, tanggal :
Waktu :
Tempat :
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Alamat :
II. PERTANYAAN
1. Apa latarbelakang penyelenggaraan program PLS GL zoo di KRKB
Gembira Loka Yogyakarta?
2. Pihak-pihak mana saja yang memiliki akses terhadap penyelenggaraan
Program PLS GL zoo?
3. Apa peranan dari masing-masing pihak tersebut?
121
4. Apa harapan yang ingin dicapai setelah adanya koordinasi dan komunikasi
yang intens dengan pihak Dinas Pendidikan Kota Jogja?
5. Siapa saja yang berperan dalam pengambilan kebijakan terkait Program
PLS GL zoo?
6. Strategi dan kebijakan apa saja yang telah diterapkan guna meningkatkan
aksesibilitas program PLS GL zoo?
7. Apa dampak yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan tersebut?
8. Apa rencana kebijakan jangka panjang yang mungkin diambil pihak
KRKB Gembira Loka terkait program PLS GL zoo?
9. Selama ini, pihak sekolah mana saja yang sudah mengikuti program?
10. Apa harapan pihak sekolah setelah mengikuti program PLS GL zoo?
11. Apa upaya untuk memperluas aksesibilitas Program PLS GL zoo yang
akan dilakukan oleh KRKB Gembira Loka?
12. Apa saja faktor pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo?
13. Apa saja faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo?
122
Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Mahasiswa yang Tergabung dalam Tim Inti Program
Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka
Hari, tanggal :
Waktu :
Tempat :
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Alamat :
II. PERTANYAAN
1. Berapa jumlah mahasiswa yang tergabung dalam tim kepemanduan
Program PLS GL zoo?
2. Bagaimana sistem rekruitmen yang diterapkan dalam tim kepemanduan
Program PLS GL zoo?
3. Bagaimana pembagian tugas yang ada dalam tim kepemanduan Program
PLS GL zoo?
4. Selama ini, pihak sekolah mana saja yang sudah mengikuti program?
123
5. Pihak-pihak mana saja yang memiliki akses terhadap penyelenggaraan
Program PLS GL zoo?
6. Apa peranan dari masing-masing pihak tersebut?
7. Dari pihak-pihak tersebut, mana saja yang ikut berpartisipasi dalam
mengembangkan kualitas tim kepemanduan Program PLS GL zoo?
8. Strategi dan kebijakan apa saja yang telah diterapkan guna meningkatkan
aksesibilitas program PLS GL zoo?
9. Apa latar belakang pihak sekolah mengikuti program PLS GL zoo?
10. Apakah penyelenggaraan program PLS GL zoo sudah sesuai dengan
harapan pihak sekolah selaku peserta program?
11. Apa saja faktor pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo?
12. Apa saja faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo?
124
Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Guru atau Pendamping Sekolah Peserta Program Pembelajaran
Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka
Hari, tanggal :
Waktu :
Tempat :
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Alamat :
II. PERTANYAAN
1. Darimana pihak sekolah mengetahui tentang program PLS GL zoo?
2. Apakah informasi yang disebarkan sudah cukup efektif untuk
mempromosikan Program PLS GL zoo ke lembaga sekolah yang ada di
Kota Jogja?
3. Apa yang melatarbelakangi pihak sekolah mengikuti Program PLS GL
zoo?
4. Apa tujuan mengikuti Program PLS GL zoo?
125
5. Sudah berapa kali sekolah mengikuti Program PLS GL zoo?
6. Apa kelebihan dari Program PLS GL zoo?
7. Apa harapan pihak sekolah setelah mengikuti program PLS GL zoo?
8. Apakah penyelenggaraan program PLS GL zoo sudah sesuai dengan
harapan pihak sekolah selaku peserta program?
9. Apakah Anda berminat untuk mengikuti kembali Program PLS GL zoo?
10. Apa saja faktor pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo?
11. Apa saja faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo?
126
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Nomor : 01
Tanggal : 05 Oktober 2016
Waktu : 09.00 – 13.00 WIB
Tempat : KRKB Gembira Loka
Kegiatan : Observasi Awal
Deskripsi
Rabu, 05 Oktober 2016 pukul 09.00 WIB peneliti bergabung bersama tujuh
pemandu menjadi pendamping dalam program PLS GL zoo. Langkah awal ini
peneliti tempuh guna melihat dan mengamati langsung proses pelaksanaan program
PLS GL zoo yang nantinya akan dijadikan bahan penelitian. Dari mengikuti
kegiatan tersebut, peneliti sedikit banyak sudah mengerti tahap-tahap dalam
pelaksanaan program PLS GL zoo. Setelah melakukan pendampingan selama
kurang lebih 2 jam, selanjutnya peneliti mulai bertanya-tanya terkait program PLS
GL zoo kepada salah satu pemandu yang bertugas pada hari itu yaitu RA. RA lalu
mulai bercerita mengenai bagaimana awal mula program ini dapat terselenggara
dan bagaimana dia bisa tergabung dalam tim pemandu PLS GL zoo. RA juga
menceritakan beberapa pengalamannya ketika menjadi pemandu dalam program
PLS GL zoo ini.
127
Peneliti kemudian menemui pak YH di ruangan marketing setelah
sebelumnya sudah membuat janji melalui pesan singkat. Bapak YH merupakan
bagian marketing KRKB Gembira Loka yang juga ditunjuk untuk mengembangkan
program PLS GL zoo. Setelah bertemu dengan Bapak YH, peneliti kemudian
memperkenalkan diri. Selesai peneliti memperkenalkan diri, kemudian pak YH
juga sedikit memperkenalkan diri dan mulai bercerita tentang masa kuliahnya dulu.
Percapakan dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan dari peneliti mengenai
sejarah dan latar belakang terselenggaranya program PLS GL zoo, pihah-pihak
yang terlibat didalamnya, dan harapan kedepan terhadap program tersebut.
Setelah dirasa cukup dengan penjelasan dan informasi yang diperoleh
terkait program PLS GL zoo, peneliti kemudian berterimakasih dan pamit pulang
kepada Bapak YH. Diakhir percakapan Bapak YH menyampaikan bahwa peneliti
diperbolehkan untuk menemui beliau kembali jika data yang diperoleh dirasa
kurang atau masih ada yang harus dilengkapi.
128
Catatan Lapangan
Nomor : 02
Tanggal : 12 Oktober 2016
Waktu : 09.00 – 11.00 WIB
Tempat : KRKB Gembira Loka
Kegiatan : Observasi Lanjutan
Deskripsi
Rabu, 12 Oktober 2016 peneliti kembali melakukan observasi lanjutan
untuk menanyakan beberapa hal hasil observasi awal yang menurut peneliti masih
dapat dijadikan fokus permasalahan untuk diteliti. Peneliti bertemu dengan Bapak
YH setelah sebelumnya telah membuat janji lewat pesan singkat. Obrolan dimulai
dengan bahasan-bahasan santai agar terkesan tidak kaku dan lebih hangat. Kepada
Bapak YH, peneliti mulai bertanya mengenai hal-hal yang sebelumnya telah
dipersiapkan dalam catatan kecil mulai dari sekolah mana saja yang pernah terlibat
dalam program PLS GL zoo, tanggapan beliau tentang program tersebut, dan
kebijakan-kebijakan yang ada didalamnya.
Dari informasi-informasi yang didapatkan, kemudian peneliti mulai
menyimpulkan permasalahan-permasalahan yang ada dalam penyelenggaraan
program PLS GL zoo. Permasalahan-permasalahan tersebut kemudian peneliti
kembali tanyakan kepada bapak MS yang merupakan bagian pendidikan di KRKB
Gembira Loka. Bapak MS ditemui langsung oleh peneliti diruangan berbeda setelah
129
selesai melakukan observasi dengan bapak YH. Hasil dari wawancara dengan
bapak MS menunjukkan bahwa permasalahan-permasalahan tersebut memang
terjadi selama ini dan sudah ada yang diupayakan penyelesaiannya serta ada pula
yang belum. Setelah berpamitan dengan bapak MS, ditempat lain peneliti kemudian
membuat mapping permasalahan yang dihadapai dan mengkerucutkannya. Hasil
dari mapping masalah tersebut,ditemukan satu permasalahan pokok dan dirasa
peneliti cukup sesuai untuk dijadikan fokus penelitian yang akan dilakukan peneliti
kemudian.
130
Catatan Lapangan
Nomor : 03
Tanggal : 03 Januari 2017
Waktu : 08.00 – 10.00 WIB
Tempat : Ruang Bagian Marketing KRKB Gembira Loka
Kegiatan : Izin Penelitian Secara Lisan
Deskripsi
Pada selasa, 03 Januari 2017 peneliti datang ke KRKB Gembira Loka pada
pukul 08.00 WIB untuk bertemu dengan Bapak MS setelah sebelumnya telah
membuat janji melalui pesan singkat. Tujuan utama peneliti pada hari tersebut yaitu
menyampaikan permohonan izin secara lisan dan mecari informasi mengenai
prosedur untuk melakukan penelitian di KRKB Gembira Loka. Setelah bertemu
dengan Bapak MS diruangannya, kemudian peneliti mulai menyampaikan
tujuannya tersebut. Bapak MS kemudian menyambut baik maksud dari peneliti
untuk mengadakan penelitian di KRKB Gembira Loka khususnya di dalam
Program Pembelajaran Luar Sekolah (PLS GL zoo).
Dari Bapak MS kemudian peneliti diarahkan untukbertemu dengan Bapak
YH selaku bidang humas untuk mencari informasi mengenai prosedur dalam
melakukan penelitian di KRKB Gembira Loka. Sesampainya diruangan Bapak YH,
peneliti langsung menyampaikan maksud dan tujuannya. Obrolan dilanjutkan
dengan penjelasan dari Bapak YH mengenai prosedur dan syarat administrative
131
yang harus dipenuhi peneliti jika ingin melakukan penelitian di KRKB Gembira
Loka. Setelah merasa cukup jelas dengan informasi yang disampaikan oleh Bapak
YH, kemudian peneliti berpamitan untuk pulang.
132
Catatan Lapangan
Nomor : 04
Tanggal : 05 Januari 2017
Waktu : 09.00 – 10.00 WIB
Tempat : Ruang Bagian Marketing KRKB Gembira Loka
Kegiatan : Menyerahkan Surat Izin Penelitian
Deskripsi
Pada hari kamis, 05 Januari 2017 peneliti kembali datang ke KRKB
Gembira Loka. peneliti sampai di lokasi pada pukul 09.00 WIB dan langsung
menuju ruang administrasi guna menyerahkan surat izin observasi. Setelah
menyerahkan surat tersebut, peneliti kemudian mengisi beberapa formulir dan
mengumpulkan berkas yang telah dibawa guna dilampirkan bersama formulir
tersebut untuk kelengkapan administrasi. Setelah selesai mengurus surat izin
penelitian tersebut, peneliti kemudian menuju ruang bagian marketing KRKB
Gembira Loka guna menemui Bapak MS dan YH.
Peneliti menemui Bapak MS dan YH pada kesempatan itu bermaksud untuk
memohon izin guna kesedian beliau menjadi narasumber dalam penelitian yang
dilakukan peneliti. Pertemuan tersebut juga digunakan peneliti untuk membuat janji
lebih lanjut guna pelaksanaan wawancara kepada kedua calon narasumber tersebut.
Kedua calon naraumber tersebut menanggapi positif dan bersedia menjadi
narasumber dalam penelitian yang dilakukan peneliti. Setelah mendapat kejelasan
133
mengenai jadwal pertemuan guna melakukan wawancara, kemudian peneliti
berpamitan dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada kedua narasumber
tersebut.
134
Catatan Lapangan
Nomor : 05
Tanggal : 16 Januari 2017
Waktu : 07.30 – 12.00 WIB
Tempat : KRKB Gembira Loka
Kegiatan : Wawancara dengan Pemandu Program PLS GL zoo
Deskripsi
Pada hari Senin, 16 Januari 2017 peneliti tiba di KRKB Gembira Loka pukul
07.30 WIB untuk mengikuti kepemanduan dengan salah satu sekolah dasar dari
Kota Yogyakarta. Peneliti melakukan kepemanduan dengan 7 pemandu lainya.
Peneliti bertemu dengan koordinator pemandu RA. Dengan janji yang telah
disepakati hari sebelumnya peneliti melakukan wawancara dengan RA dan HKA
terkait fokus penelitian yang diambil peneliti. Peneliti melakukan wawancara
setelah kegiatan kepemanduan. Peneliti melakukan wawancara di rest area depan.
Peneliti memulai obrolan dengan bahasan-bahasan ringan guna mengakrabkan
suasana mengingat narasumber memiliki umur yang tidak terpaut jauh dengan
peneliti.
Peneliti kemudian menanyakan seputar aksesibilitas program PLS GL zoo
yang berkaitan dengan pemandu program. Setelah dirasa cukup peneliti
mengucapkan terimakasih dan berpamitan untuk selanjutnya menuju HKA selaku
narasumber wawancara berikutnya. Peneliti kemudian kembali menanyakan
135
pertanyaan yang sama guna memperoleh data yang valid.setelah dirasa cukup,
peneliti kemudian mengucapkan terimakasih dan berpamitan. Pada hari itu, peneliti
juga melaksanakan observasi lapangan guna mengamati peserta program PLS GL
zoo dan kepamanduan yang dilakukan pemandu pada hari itu. Dari hasil observasi
yang dilakukan peneliti mendapati fakta bahwa status pemandu yang masih
mahasiswa merupakan salah satu faktor penghambat aksesibilitas program. Hasil
observasi yang dilakukan juga menunjukkan bahwa kebanyakan sekolah peserta
program berasal dari TK dan SD,sangat jarangdari SMP atau SMA. Terakhir hasil
observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa kebanyakan sekolah
mengikuti program PLS GL zoo yaitu karena untuk melaksanakan kegiatan field
trip dan outing class.
136
Catatan Lapangan
Nomor : 06
Tanggal : 31 Januari 2017
Waktu : 09.00 – 13.00 WIB
Tempat : KRKB Gembira Loka
Kegiatan : Wawancara dengan Bagian Marketing KRKB Gembira Loka
Deskripsi
Pada hari Selasa, 31 Januari 2017 peneliti tiba di KRKB Gembira Loka
pukul 09.00 untuk melakukan wawancara dengan pihak pengelola, peneliti telah
membuat janji dengan 2 pengelola KRKB dari Bagian Marketing yaitu bidang
pendidikan, dan Humas. Peneliti memulai wawancara pada pukul 9.10 WIB dengan
Bapak MS selaku bidang pendidikan KRKB Gembira Loka di ruang bagian
marketing. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pertanyaan seputar aksesibilitas
program PLS GL zoo mulai dari kebijakan yang ada hingga rencana jangka
panjangnya. Setelah selesai melakukan wawancara peneliti mengucapkan
terimakasih dan berpamitan. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dari
bidang humas yaitu Bapak YH, wawancara dimulai pukul 9.30 WIB dengan fokus
penelitian terkait reservasi program PLS GL zoo dan upaya yang dilakukan dalam
memperluas aksesibilitasnya. Sesekali wawancara juga diselingi dengan obrolan-
obrolan ringan guna mecairkan suasana. Setelah selesai melakukan wawancara,
peneliti mengucapkan terimakasih dan berpamitan.
137
Pada kesempatan itu, peneliti juga melakukan observasi langsung
dilapangan dikarenakan pada saat itu juga terdapat sekolah yang sedang mengikuti
program PLS GL zoo. Observasi pada kesempatan itu difokuskan pada pihak-pihak
yang memiliki akses terhadap program dan peranannya terhadap penyelenggaraan
program. Kegiatan ini dilakukan guna mendukung data yang telah diperoleh dari
wawancara yang telah dilaksanakan. Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan
bahwa banyak pihak-pihak yang memiliki akses ke dalam program PLS GL zoo
dan masing-masing pihak tersebut telah memiliki peranannya masing-masing.
138
Catatan Lapangan
Nomor : 07
Tanggal : 07 Februari 2017
Waktu : 09.00 – 12.00 WIB
Tempat : KRKB Gembira Loka
Kegiatan : Wawancara dengan Guru Pendamping Kegiatan dari sekolah
peserta Program PLS GLzoo
Deskripsi
Pada tanggal 07 Februari 2017 peneliti melakukan wawancara dengan
pendamping atau guru pembimbing peserta program pembelajaran luar sekolah di
kebun binatang gembira loka. Wawancara dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan kegiatan program pembelajaran luar sekolah. Peneliti
memperkenalkan diri serta menyampaikan maksud dan tujuannya menemui Ibu SM
dan Ibu SM pun bersedia memberikan informasi sepanjang pengetahuannya
mengenai program pembelajaran luar sekolah. Peneliti kemudian mengajukan
pertanyaan seputar aksesibilitas program PLS GL zoo meliputi, latar belakang
sekolah mengikuti program, tanggapan terhadap pelaksaaan program, darimana
mengetahui tentang program ini, dan lain-lain.
Peneliti dan narasumber berbincang-bincang sekaligus mengamati kegiatan
yang sedang berlangsung yaitu pojok kreatif. Setelah selesai melakukan
wawancara, peneliti berpamitan kepada narasumber dan mempersilahkan
139
narasumber melanjutkan pendampingan kepada peserta didik. Narasumber
meminta maaf jika informasi yang disampaikan kurang lengkap dan peneliti pun
berterimakasih atas informasi yang disampaikan. Pada kesempatan itu, peneliti juga
melakukan observasi langsung guna mengamati konten dan pelaksanaan program
PLS GL zoo. Hasil yang didapat dari kegiatan observasi ini yaitu konten dan
pelaksanaan program PLS GL zoo sudah baik, namun perlu adanya penambahan
dan pengembangan agar dapat memperluas aksesibilitas yang dimiliki.
140
Catatan Lapangan
Nomor : 08
Tanggal : 13 Februari 2017
Waktu : 13.00 – 17.00 WIB
Tempat : KRKB Gembira Loka
Kegiatan : Mengikuti kegiatan sosialisasi di Dinas Pendidikan Kulon Progo
Deskripsi
Pada hari Senin, 13 Februari 2017 peneliti bergabung bersama rombongan
pengelola KRKB Gembira Loka guna melakukan sosialisasi program PLS GL zoo
di Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo. Kegiatan ini merupakan acara
pertemuan kepala sekolah dasar negeri di Kabupaten Kulon Progo. Dalam
kesempatan ini peneliti sekaligus melakukan observasi mengenai upaya yang
dilakukan pihak KRKB Gembira Loka dalam memperluas aksesibilitas program
PLS GL zoo. Dari hasil observasi peneliti menemukan beberapa upaya yang telah
dilakukan pihak KRKB Gembira Loka yaitu membuat buku informasi program
edukasi yang ada di KRKB Gembira Loka, bekerjasama dengan Departemen
Agama, dan aktif menyosialisasikan program PLS GL zoo melalui forum-forum
guru dan kepala sekolah. Setelah acara selesai kemudian peneliti sedikit melakukan
wawancara dengan pengelola KRKB Gembira Loka guna memastikan kevalid-an
data yang didapatkan peneliti dari kegiatan observasi.
141
Lampiran 5. Hasil Dokumen Foto
DOKUMENTASI FOTO
1. Foto Pelaksanaan Program PLS GL zoo
Kegiatan penyambutan peserta sebagai tahap awal pelaksanaan program PLS
GL zoo
Kegiatan bina suasana guna mengakrabkan peserta dengan pemandu
142
Pojok kreatif sebagai nilai tambah dalam pelaksanaan program PLS GL zoo.
Media dalam pojok kreatif disesuaikan dengan tingkatan usia dan kelas
peserta program.
Tour the zoo merupakan kegiatan dimana peserta dipandu untuk berkeliling
KRKB Gembira Loka dengan didampingi pemandu yang juga bertugas untuk
memberikan pengarahan dan materi mengenai flora dan fauna yang ada.
143
Recalling atau pengulasan kembali merupakan kegiatan akhir dalam
pelaksanaan program PLS GL zoo. Kegiatan ini bertujuan mengulas kembali
tentang apa yang sudah disampaikan pemandu selama berjalannya program
dan apakah sudah dapat diterima dengan baik oleh peserta.
2. Foto Fasilitas Penunjang Program PLS GL zoo
Sarana pengolahan pupuk kompos yang difungsikan sebagai pojok kreatif bagi
peserta program usia sekolah dasar kelas 5 dan 6 serta sekolah menengah
144
Kandang sapi perah merupakan fasilitas baru yang dimiliki KRKB Gembira
Loka guna menunjang program PLS GL zoo. Kegiatan yang dilakukan
diantaranya yaitu memerah susu sapi, memberi makan sapi, dan minum susu
sapi yang telah diolah sebelumnya.
Kolam benih berisi benih-benih ikan yang sengaja dibudidayakan untuk
menambah koleksi satwa yang ada di KRKB Gembira Loka sekaligus sebagai
sarana pembelajaran bagi peserta program PLS GL zoo.
145
Silvikultur merupakan tempat budidaya tanaman yang ada di KRKB Gembira
Loka. Silvikultur juga dimanfaatkan sebagai fasilitas penunjang program PLS
GL zoo bagi peserta yang ingin belajar mengenai tumbuh-tumbuhan.
Laboratorium Alam merupakan fasilitas pendidikan yang dimiliki KRKB
Gembira Loka. Bangunan tersebut berisi replika-replika flora dan fauna,
gambaran ekosistem, serta berbagai jenis awetan-awetan flora dan fauna yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar siswa peserta program PLS GL zoo
146
3. Foto kegiatan sosialisasi program PLS GL zoo
Kegiatan sosialisasi gencar dilakukan oleh pihak KRKB Gembira Loka
guna menyebarluaskan informasi mengenai program edukasi yang
dimiliki dan dapat diakses oleh lembaga sekolahan diseluruh wilayah
diprovinsi D.I. Yogyakarta. Hal tersebut merupakan salah satu yang
dilakukan untuk memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo
kedepannnya.
147
Lampiran 6. Reduksi, Display, dan Kesimpulan
Reduksi, Display, dan Kesimpulan Hasil Wawancara
Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di Kebun Raya Kebun
Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta
1. Apa latar belakang penyelenggaraan program PLS GL zoo di KRKB Gembira
Loka?
MS (CW-1) : “Program PLS GL zoo adalah upaya KRKB dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga konservasi yaitu
sebagai tempat penelitian, edukasi, dan rekreasi. Fungsi
edukasi menjadi penting adanya guna menjamin pendidikan
bagi generasi penerus yang peduli terhadap kelestarian
satwa. Oleh karena itu, GL zoo membuat program edukasi
yang diantaranya yaitu Pembelajaran Luar Sekolah (PLS)
dan Satwa Masuk Sekolah (SMS). Sedangkan latarbelakang
lain yaitu adanya gagasan dari Sri Paduka Paku Alam VIII,
yang berkeinginan GL zoo bisa di kunjungi anak-anak
sekolah setiap harinya. Adanya gagasan tersebut, semakin
memperkuat GL zoo untuk membuat program edukasi yang
sesuai dengan visi dan misinya sebagai lembaga
konservasi.”
148
YH (CW-2) : “Ide awal program ini berasal dari gagasan Sri Paduka Paku
Alam VIII yang menginginkan GL zoo dapat dikunjungi
anak-anak setiap harinya. Gagasan tersebut kemudian dirasa
sejalan dengan salah satu fungsi GL zoo sebagai lembaga
konservasi yaitu sebagai tempat edukasi. Oleh karena itu,
dibuatlah program-program berbasis pendidikan seperti PLS
dan SMS guna merealisasikan gagasan dan fungsi edukasi
tersebut.”
Kesimpulan : latar belakang penyelenggaraan Program PLS GL zoo yaitu
adanya gagasan dan masukan untuk menjadikan KRKB
Gembira Loka yang dapat menjalankan fungsinya sebagai
penyelenggara proses pembelajaran mengenai flora dan
fauna bagi siswa-siswi dan masyarakat pada umumnya guna
menciptakan generasi yang peduli terhadap kelestarian
satwa dan lingkungan sekitarnya.
2. Selama ini, pihak sekolah mana saja yang sudah mengikuti program?
MS (CW-1) : “Selama berjalan kurang lebih 3 tahun, sudah banyak
sekolah yang telah mengikuti Program ini. Dari mulai PAUD
hingga Siswa SMA. Namun memang kebanyakan sekolah
peserta berasal dari tingkat PAUD hingga SD saja, masih
jarang dari SMP atau SMA. Mungkin karena konten
149
program yang belum sesuai dengan keinginan pihak sekolah,
tapi hal tersebut akan terus kami perbaiki dan kembangkan.”
RA (CW-3) : “Untuk selama ini kebanyakan peserta itu anak-anak usia
PAUD hingga SD. Jarang mendapat peserta dari SMP atau
SMA. Ya, memang kalau dilihat konten program ini belum
cocok jika harus diberikan kepada siswa-siswi usia SMP-
SMA karena pasti terlalu mudah bagi mereka.Tapi kami
selaku pemandu lapangan juga sudah menyampaikan
masukan-masukan terkait hal ini kepada pengelola.”
Kesimpulan : Peserta Program PLS GL zoo selama ini yaitu mulai dari
PAUD hingga SMA. Namun, kebanyakan sekolah peserta
berasal dari siswa-siswi PAUD hingga SD saja, hal ini
dikarenakan konten dari Program PLS GL zoo yang masih
harus dikembangkan dan disesuaikan dengan tingkatan
materi siswa-siswi SMP hingga SMA.
3. Pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam penyelenggaraan Program PLS GL
zoo?
MS (CW-1) : “Banyak pihak yang terlibat dan memiliki akses ke dalam
program ini, dari dalam KRKB sendiri ada Bapak Direktur
Utama, bagian marketing yang terdiri dari bidang
pendidikan, humas, dan reservasi. Ada lagi dari pihak UNY
seperti mahasiswa dan dosen jurusan PLS. serta pihak-pihak
150
dari luar seperti Dinas Pendidikan, sekolah selaku peserta
program, dan media massa.” (CW-1)
YH (CW-2) : “Pihak yang ada di dalam program ini tentunya dari internal
KRKB ada Bapak Direktur Utama dan bagian marketing
serta bidangnya. Selanjutnya dari pihak mitra, UNY ada
mahasiswa dan dosen jurusan PLS. Terakhir ada dari dinas
pendidikan, sekolahan peserta, dan media massa yang jg ikut
mempromosikan program ini.”
Kesimpulan : Pihak-pihak yang memiliki akses terbagi dalam 3 bagian
yaitu internal KRKB Gembira Loka, UNY, dan pihak luar.
Dari internal KRKB Gembira Loka, pihak-pihak yang
terlibat dan memiliki akses dalam Program PLS GL zoo ini
yaitu Direktur Utama dan Bagian Marketing yang terdiri dari
bidang pendidikan, bidang humas,dan bidang reservasi. Dari
pihak UNY, terdapat mahasiswa dan dosen dari Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah yang juga memiliki akses terhadap
Program PLS GL zoo ini. Sedangkan, dari pihak luar
terdapat Dinas Pendidikan, Lembaga Sekolah, dan media
massa yang terlibat dan memiliki akses terhadap Program
PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka.
151
4. Apa peranan dari masing-masing pihak tersebut?
MS (CW-1) : “Pihak utama dalam program ini yaitu KRKB dan Jurusan
PLS FIP UNY. KRKB berperan dalam penyediaan tempat
pelaksanaan serta alat dan bahan yang digunakan.
Sedangkan Jurusan PLS selaku konseptor program dan
penyedia SDM pelaksana program. Selain itu masih ada
Dinas Pendidikan yang berperan dalam pemberian izin
publikasi program ini ke sekolah-sekolah di wilayah Kota
Jogja dan tentunya pihak sekolah selaku peserta program.
Terakhir ada beberapa media massa yang juga pernah
meliput program ini dan kami fungsikan hal tersebut guna
membantu tugas kami mensosialisasikan program ini ke
sekolah-sekolah di wilayah DIY.”
RA (CW-3) : “Yang pasti pertama GL zoo sebagai penyedia fasilitas,
sarana prasarana, serta alat dan bahan. Selanjutnya UNY
sebagai konseptor materi dan penyedia SDM pelaksana
program. Selain 2 pihak tersebut masih ada Dinas
Pendidikan Kota Jogja selaku pemberi izin dan
penyebarluasan informasi serta pihak sekolah selaku peserta
program. Ada juga media massa yang pernah meliput
program ini dan kami sangat menyambut baik hal itu karena
dapat menjadi alternatif kami dalam menyebarluaskan
informasi program ini ke masyarakat di Yogyakarta.”
152
Kesimpulan : Dinas Pendidikan yang sudah mengeluarkan perizinan dan
surat rekomendasi terhadap Program PLS GL zoo bagi
sekolah-sekolah di Kota Jogja. Selanjutnya ada juga dari
pihak internal KRKB Gembira Loka seperti Direktur Utama
selaku pemegang kebijakan, bagian marketing dan
bidangnya yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan
program tersebut misal dalam hal penyediaan fasilitas, alat
dan bahan. Kemudian ada juga dari pihak UNY yang
berperan dalam konseptor materi dan konten program serta
penyediaan SDM pemandu kegiatan. Selain itu, tentunya
pihak sekolah yang berperan sebagai konsumen atau peserta
dari Program PLS GL zoo itu sendiri. Terakhir, media massa
yang memiliki peran dalam menyebarluaskan informasi
mengenai Program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka
kepada masyarakat luas.
5. Strategi dan kebijakan apa saja yang telah diterapkan guna meningkatkan
aksesibilitas program PLS GL zoo?
MS (CW-1) : “Kebijakannya yang pertama pengurangan tarif bagi siswa
peserta Program PLS GL zoo dikarenakan program ini juga
merupakan program CSR atau program sosial KRKB selaku
badan usaha. Selanjutnya pembentukan divisi khusus yang
menangani Program PLS GL Zoo ini secara khusus yang
153
merupakan pecahan dari bagian marketing yaitu bidang
pendidikan, humas, dan reservasi di tahun 2016. Lalu
selanjutnya kebijakan yang berlaku pada tahun 2014-2016
yang membatasi sekolah peserta program hanya dilingkup
Kota Jogja. Selanjutnya yaitu setiap 15 siswa akan dipandu
oleh 1 pendamping yang berasal dari mahasiswa PLS yang
telah diberi pelatihan dan masuk dalam tim kepemanduan
PLS GL zoo. Sehingga akan sangat membantu para guru
dalam menyampaikan pembelajaran pada saat kegiatan.”
HKA (CW-4) : “Yang saya tahu salah satunya yaitu pengurangan tarif tiket
masuk bagi peserta Program PLS GL zoo. Hal ini karena
PLS GL zoo merupakan Program CSR atau sosial dari
KRKB. Adanya bagian khusus yang menangani Program
PLS GL zoo juga. Selanjutnya yaitu pembatasan jumlah
sekolah peserta yang hanya dilingkup Kota Jogja dan belum
ke daerah/kabupaten lainnya. Lalu pendampingan pada saat
program dilaksanakan dimana seorang pemandu akan
mendampingi 10-15 siswa, jadi akan mempermuda tugas
guru juga.”
Kesimpulan : Kebijakannya yaitu adanya potongan tarif tiket masuk bagi
peserta yang menggunakan paket PLS, adanya pemandu
yang telah diberi pelatihan sehingga lebih siap dalam
mendampingi dan memberikan materi-materi mengenai
154
satwa yang ada di KRKB Gembira Loka, dan terakhir yaitu
adanya kebijakan dimana bagian marketing dari KRKB
Gembira Loka mulai tahun 2016 dipecah menjadi tiga bagian
guna memperjelas tugas dan fungsinya dalam
penyelenggaraan Program PLS GL zoo.
6. Apa latar belakang pihak sekolah mengikuti program PLS GL zoo?
RA (CW-3) : “Kebanyakan dari sekolah yang jadi peserta program ini,
latar belakang keikutsertaannya yang pertama karena sesuai
dengan tema pembelajarannya, lalu karena dalam program
ini siswa akan didampingi pemandu jadi memudahkan tugas
guru, ada juga yang ikut karena biayanya akan lebih murah
jika dibanding masuk KRKB tanpa paket PLS. Tapi
kebanyakan sih ya karena dapatnya dobel, dapat
pembelajaran secara langsung dan dapat rekreasi juga.”
SM (CW-5) : “Sebenarnya tujuan utama kami berkunjung ke KRKB ini
yaitu untuk melakukan kegiatan pembelajaran outingclass
yang sudah kami rencanakan dalam program rencana
pembelajaran. Ketika mendapatkan informasi adanya
program ini, kami rasa program ini sangat pas untuk
pembelajaran anak-anak dan sangat membantu pihak guru
dalam pelaksanaanya karena didampingi oleh pemandu-
155
pemandu yang lebih paham mengenai satwa-satwa yang ada
disini.”
TSN (CW-6) : “Maksud utama sekolah kami sebelumnya yaitu
mengadakan field trip. Jadikan sinkron dengan adanya
program PLS GL zoo ini. Tujuan sekolah tercapai, anak-
anak juga dapat pembelajaran, dapat rekreasi juga. Apalagi
mendapatkan pemandu yang sudah pengalaman dan paham
tentang binatang-binatang disini, pihak guru merasa sangat
terbantu.”
Kesimpulan : latar belakang pihak sekolah mengikuti Program PLS GL
zoo yaitu (1) adanya pemandu yang mendampingi siswa-
siswi peserta selama kegiatan berlangsung sehingga
meringankan tugas guru, (2) adanya kebijakan potongan
biaya masuk bagi siswa-siswi sekolah peserta Program PLS
GL zoo, (3) Program PLS GL zoo dianggap relevan dengan
tujuan sekolah yang akan mengadakan field trip dan outing
class, dan (4) siswa peserta Program PLS GL zoo dianggap
mendapatkan edukasi sekaligus rekreasi dalam sekali
kegiatan.
7. Apakah penyelenggaraan program PLS GL zoo sudah sesuai dengan harapan
pihak sekolah selaku peserta program?
156
SM (CW-5) : “Menurut saya sudah lumayan bagus untuk
pelaksanaannya. Anak-anak juga terlihat senang dan
menikmati selama program berjalan. Cuma perlu
ditambahkan kegiatannya misalkan outbound yang dapat
melatih psikomotorik anak. Soalnya sekolah jg berharap
dengan adanya kegiatan ini, anak-anak akan dapat
berkembang 3 aspek perkembangannya sekaligus.”
TSN (CW-6) : “Menurut saya kegiatan ini sudah sesuai dengan harapan
kami selaku guru, namun perlu ada penambahan konten
untuk memunculkan semangat siswa dalam mengikuti
kegiatan ini. Ada beberapa kegiatan yang tertulis dibuku
informasi, namun dilapangan juga tidak dilaksanakan.
Seperti memberi makan rusa secara langsung contohnya.
Namun terlepas dari itu semua, baik pemandu maupun
pelaksanaan kegiatan hari ini sudah cukup bagus.”
RA (CW-3) : “Banyak yang menanggapi positif kegiatan ini dan berniat
mengikutinya lagi di tahun depan. Tidak jarang kami juga
mendapatkan masukan-masukan dari pihak sekolah peserta
agar program PLS GL zoo ini dapat lebih baik lagi.”
Kesimpulan : Dalam pelaksanaannya Program PLS GL zoo sudah cukup
baik dan sesuai dengan harapan dari pihak sekolah. Namun,
perlu adanya pengembangan dan penambahan konten agar
157
siswa menjadi lebih antusias lagi mengikuti program dan
mendapat lebih banyak lagi pembelajaran dan pengalaman.
8. Apa harapan pihak sekolah setelah mengikuti program PLS GL zoo?
SM (CW-5) : “Saya harap setelah mengikuti Program ini anak-anak jadi
mengenal macam-macam binatang melalui pengalaman
langsung. Juga bertambah wawasan dan pengalaman yang
berguna baginya kelak ketika dewasa.”
TSN (CW-6) : “Harapannya anak mendapatkan makna dari setiap kegiatan
yang dilakukannya disini. Menjadi sayang binatang, peduli
terhadap lingkungan, dan juga melatih kepercayaan diri anak
juga.”
MS (CW-1) : “kebanyakan sih harapannya setelah mengikuti program
PLS GLzoo ini,siswa-siswinya jadi lebih tahu tentang satwa
dan peduli terhadap lingkungan dan kelestarian flora dan
fauna agar kelak dapat dinikmati dimasa yang akan datang.”
Kesimpulan : harapan dari pihak sekolah kepada peserta didik yang telah
mengikuti Program PLS GL zoo yaitu bertambahnya
wawasan dan pengetahuan yang dimiliki peserta didik
mengenai flora dan fauna dengan pembelajaran langsung,
peserta didik lebih sayang terhadap satwa, lebih peduli
terhadap lingkungan disekitarnya dan kelestariannya, serta
peserta didik dapat melatih kepercayaan dirinya.
158
9. Apa upaya untuk memperluas aksesibilitas Program PLS GL zoo yang akan
dilakukan oleh KRKB Gembira Loka?
MS (CW-1) : “Di tahun ini ada beberapa kebijakan baru yang diambil
guna memperluas segmentasi pasar Program PLS GL zoo.
Kebijakan tersebut diantaranya perluasan penyebaran
informasi dan sosialisasi Program PLS GL zoo ke seluruh
Provinsi DIY. Lalu kami juga mengadakan buku informasi
mengenai program-program edukasi di KRKB ini yang
rencana akan kami distribusikan ke sekolah-sekolah di DIY.
Mulai tahun ini kami juga menggandeng Departemen
Agama guna mempermudah penyebaran informasi dan
sosialisasi kami kesekolah-sekolah yang dinaunginya seperti
MTs, Mi, RA, dan lain-lain. Kami juga menambahkan
konten pembelajaran pada pelaksanaan Program PLS GL
zoo seperti memeras susu sapi, budidaya ikan, memberi
makan rusa, dll. Terakhir, bidang pendidikan kami mulai
tahun ini juga aktif mensosialisasikan program ini melalui
forum-forum kepala sekolah, forum guru, dan sejenisnya.”
YH (CW-2) : “tahun ini banyak kebijakan baru guna meningkatkan
aksesibilitas program PLS GL zoo. Mulai dari mencetak
buku informasi, bekerja sama dengan Departemen Agama,
penambahan variasi konten pembelajaran selama
159
pelaksanaan program, dan masih banyak lainnya. Pokoknya
semua upaya coba kami lakukan guna memperluas
penyebaran informasi mengenai program ini keseluruh
wilayah di DIY.”
Kesimpulan : kebijakan-kebijakan baru yang diterapkan mulai tahun
2017 ini merupakan salah satu upaya pihak KRKB Gembira
Loka dalam memperluas aksesibilitas Program PLS GL zoo
keseluruh sekolah yang ada di provinsi DIY. Maksud lainnya
yaitu agar lebih banyak lagi pihak yang akan ikut ambil
bagian dalam penyelenggaraan Program PLS GL zoo
kedepannya sehingga program ini dapat menjadi salah satu
alternatif pembelajaran luar sekolah khusunya mengenai
flora dan fauna.
10. Apa saja faktor pendukung aksesibilitas program PLS GL zoo?
MS (CW-1) : “Kami sangat merasa terbantu dengan adanya pihak mitra
yang juga ikut peduli terhadap program ini seperti UNY dan
Dinas Pendidikan. Selain itu, dari internal KRKB pun
banyak juga yang memberikan respon positif terhadap
program ini. Hal ini terlihat dari kebijakan-kebijakan yang
diambil dan saya rasa sangat mempermudah kami selaku
penanggungjawab program. Tekakhir yaitu banyaknya
fasilitas pembelajaran yang ada di lingkungan KRKB ini,
160
dan semuanya itu dapat pula dimanfaatkan untuk
mendukung program PLS GL zoo.”
RA (CW-3) : “Fasilitas guna penyelenggaraan Program PLS GL zoo
sudah memadai. Peserta program dapat memanfaatkan
seluruh sarana pembelajaran yang ada mulai dari
Laboratorium Alam, hutan buatan, dan gudang bibit untuk
belajar tentang flora. Peserta juga dapat menggunakan
kandang percontohan, kolam benih, dan seluruh satwa yang
ada di KRKB untuk pembelajaran mengenai fauna. Selain itu
pihak KRKB juga menyediakan fasilitas penunjang seperti
panggung, area outbound, dan pertunjukan satwa yang juga
dapat digunakan sebagai kegiatan tambahan dalam program
ini. Faktor pendukung lain yaitu adanya koordinasi yang
telah terjalin antara KRKB dengan Dinas Pendidikan dan
pihak UNY selaku penyedia SDM pemandu. Faktor
pendukung dari pihak sekolah juga ada, yaitu adanya materi-
materi pembelajaran yang memang mengharuskan
penyelenggaraan kegiatan luar ruangan sehingga dapat
diintegrasikan dengan program ini.”
TSN (CW-6) : “Menurut saya yang pertama fasilitas yang dimiliki untuk
pelaksanaan program sudah sangat mencukupi. Lalu
selanjutnya adanya peran dari Dinas Pendidikan yang ikut
mengarahkan kami selaku pihak sekolah untuk mengikuti
161
kegiatan ini. Yang terakhir ya karena pihak sekolah banyak
yang merasa butuh terhadap program seperti ini. Karena
dikurikulum baru kan banyak teman-tema pembelajaran
yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan-kegiatan luar
ruangan misalnya Program PLS GL zoo ini.”
Kesimpulan : faktor pendukung aksesibilitas Program PLS GL zoo
diantaranya yaitu keberadaan pihak mitra yang juga ikut
peduli terhadap penyelenggaraan Program PLS GL zoo ini
yaitu dari UNY khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
dan dari Dinas Pendidikan. Faktor pendukung lain yaitu
adanya kebijakan-kebijakan internal dari pihak KRKB yang
mempermudah pihak sekolah selaku peserta dan mahasiswa
selaku pemandu program dalam mengakses program
tersebut. Terakhir yaitu kebutuhan lembaga-lembaga
sekolah terhadap program pembelajaran luar sekolah yang
dapat diintegrasikan dengan tema-tema pembelajaran yang
ada.
11. Apa saja faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo?
MS (CW-1) : “Kebanyakan sekolah terutama sekolah negeri sudah
memiliki susunan rencana kegiatan selama satu tahun,
sehingga keterlambatan dalam sosialisasi dapat
162
menyebabkan program PLS GL zoo tidak dapat diakses oleh
sekolah tersebut atau menunggu tahun ajaran berikutnya
karena tidak tercantum dalam rencana pembelajaran tahunan
yang telah disusun. Selain itu, SDM pemandu yang notabene
masih berstatus mahasiswa pasti lah memiliki tanggung
jawab lain terkait perkuliahannya dan memiliki batas waktu
sebelum harus menyelesaikan jenjang perkuliahannya. Hal
ini berdampak pada pergantian pemandu setiap tahunnya
sehingga baik dari pihak KRKB maupun Jurusan PLS harus
melatihnya dari dasar kembali.”
RA (CW-3) : “Karena statusnya masih mahasiswa, jadi setiap tahun pasti
peamndu akan mengalami perubahan karena pemandu yang
lama pasti harus menyelesaikan jenjang perkuliahannya. Hal
ini berdampak pada harus adanya pengulangan pelatihan dari
dasar kembali oleh pihak KRKB maupun PLS sehingga sulit
untuk mencapai kondisi pemandu yang professional.
Sebagai mahasiswa kan juga banyak tanggungannya, harus
mengikuti perkuliahn, harus mengerjakan tugas yang
diberikan dosen, dan lain-lain. Selain itu, dari pihak sekolah
juga ada. Misal dalam hal lokasi yang jauh dari KRKB dan
tidak adanya alokasi dana untuk program-program luar
ruangan. Kasus lain yaitu keterlambatan menerima informasi
mengenai PLS yang berimbas pada tidak tercatatnya
163
program pembelajaran luar sekolah dalam rencana
pembelajaran dalam satu tahun ajaran.”
TSN (CW-6) : “Seperti Saya ini yang baru mengetahui keberadaan
program PLS GL zoo tahun ini. Kurang komunikasi dan
sosialisasi menyebabkan banyak sekolah yang belum
mengetahui adanya Program PLS GL zoo. Lalu jarak juga
bisa menjadi penghambat. Terakhir yaitu kurikulumnya.
Kebanyakan sekolah apalagi yang negeri kan sudah
merancang rencana pembelajaran selama satu periode, jadi
ketika Program PLS GL zoo ini belum diketahui mereka dan
mereka belum masukkan dalam rancangan pembelajaran
periode tersebut, ya terpaksa mereka harus menunggu
sampai semester berikutnya untuk melaksanakannya atau
malah menggantinya dengan kegiatan lain sejenis.”
Kesimpulan : faktor penghambat aksesibilitas Program PLS GL zoo
diantaranya yaitu SDM pemandu yang selalu mengalami
perubahan setiap tahunnya dikarena statusnya yang masih
mahasiswa aktif sehingga menyebabkan harus adanya
pengulangan pelatihan dasar kepada pemandu-pemandu
tersebut. Faktor lainnya yaitu kebijakan pihak sekolah
terutama sekolah negeri yang telah membuat rencana
pembelajaran selama satu tahun ajaran sehingga terkadang
hal ini mempersulit pihak sekolah itu sendiri dalam
164
mengikuti Program PLS GL zoo karena tidak tercantum
dalam rencana tersebut. Penghambat lainnya yaitu mengenai
alokasi dana yang dimiliki sekolah dan jarak antar sekolah
dan KRKB selaku lokasi penyelenggaraan program.
165
Lampiran 7. Bagan Struktur
166
Lampiran 8. Data Reservasi Program PLS GL zoo Bulan Februari
No. Tanggal Nama Sekolah Jumlah Peserta
(Orang) Keterangan
1 02 Feb 2017 TK PEMBINA
BANTUL 105
2 02 Feb 2017 SD MUH SAPEN
JOGJA 252
3 03 Feb 2017 KB/TK SURYA
MARTA JOGJA 60
4 07 Feb 2017 KB/TK AN NISA
JOGJA 26
5 07 Feb 2017 TK MARGAJAYA
KOTAGEDE 25
6 08 Feb 2017 SD NGUPASAN
JOGJA 72
7 09 Feb 2017 SD MUH SAPEN
JOGJA 199
8 09 Feb 2017
TK BODEH
GAMPING
SLEMAN
85
9 16 Feb 2017 TK MASYITOH
GK
38
10 21 Feb 2017 SDN 4 WATES 115
11 23 Feb 2017 SD BUDI UTAMA 91
12 23 Feb 2017 MI BLEMBLEM 52
167
Lampiran 9. Konten Buku Informasi Program Edukasi
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
Lampiran 10. Surat Rekomendasi dari Dinas Pendidikan
178
Lampiran 11. Surat Rekomendasi dari Departemen Agama
179
Lampiran 12. Surat Izin Penelitian dari Fakultas
180
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian dari Pemerintah DIY
Top Related