BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan komponen penting dalam struktur suatu konstruksi
khususnya yang berhubungan dengan pondasi. Secara umum tanah dapat
diklasifikasikan atas 3 bagian, yaitu klasifikasi tanah lempung, tanah lanau dan
tanah pasir. Masing – masing klasifikasi tanah tersebut memiliki karakteristik
sendiri. Seperti halnya dengan tanah lempung, memiliki nilai kohesi (c) yang tinggi,
sedangkan tanah pasir memiliki sudut geser (Ø) yang besar. Sementara itu, untuk
keadaan lanau, tanah berada pada kondisi antara lempung dan pasir.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka didalam perancangan suatu konstruksi
faktor tanah sangat perlu diperhatikan. Oleh karena itu perlu dilaksanakan suatu
proses penyelidikan tanah untuk mengetahui keadaan dari tanah tersebut.
Penyelidikan tanah di lapangan dibutuhkan untuk data perancangan pondasi
bangunan – bangunan, seperti : bangunan gedung, dinding penahan tanah,
bendungan, jalan, dermaga dan lain – lain. Bergantung pada maksud dan tujuannya,
penyelidikan dapat dilakukan dengan cara menggali lubang uji (test pit),
pengeboran, dan uji langsung di lapangan (in situ test). Dari data yang diperoleh,
sifat – sifat teknis tanah dipelajari, kemudian digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menganalisis kapasitas dukung dan penurunan. Secara umum
tujuan penyelidikan tanah antara lain:
1) Menentukan kapasitas dukung tanah menurut tipe pondasi yang dipilih.
2) Menentukan tipe dan kedalaman pondasi.
3) Untuk mengetahui posisi muka air tanah.
4) Untuk memprediksi besarnya penurunan.
5) Menentukan besarnya tekanan tanah terhadap dinding penahan tanah atau
pangkal jembatan.
6) Menyelidiki keamanan suatu struktur bila penyelidikan dilakukan pada
bangunan yang telah ada sebelumnya.
1
7) Pada proyek jalan raya dan irigasi, penyelidikan tanah berguna untuk
menentukan letak – letak saluran, gorong – gorong, penentuan lokasi dan
macam bahan timbunan.
Praktikum dibagi menjadi dua bagian yaitu pemeriksaan di lapangan dan
percobaan di laboratorium.
Pemeriksaan di lapangan meliputi :
1. Sondir yaitu : penyelidikan dilapangan secara langsung untuk menentukan
tegangan ijin tanah dengan kedalaman tanah yang biasa dibangun pondasi
melalui perlawanan ujung konus.
2. Boring yaitu : pengambilan contoh tanah dengan bor tangan serta menentukan
jenis lapisan tanah pada kedalaman tertentu.
Percobaan di laboratorium meliputi :
1. Kadar air tanah, yaitu percobaan untuk mengetahui perbandingan antara massa
air yang dikandung tanah dan massa kering tanah (dalam %)
2. Berat jenis Tanah, Yaitu perbandingan antara massa butir-butir dengan air
destilasi di udara dengan volume yang sama dan pada temperatur tertentu.
3. Batas Plastis, yaitu keadaan air minimum bagi tanah tersebut yang masih dalam
keadaan plastis.
4. Batas Susut dan Faktor –faktor Susut Tanah.
5. Batas Cair Tanah, yaitu kadar air tanah pada keadaan batas peralihan antara cair
dan keadaan plastis.
6. Kuat Tekan Bebas (Unconvined Test), yaitu besarnya tekanan maksimal, yang
diperlukan untuk menekan suatu silinder tanah sampai pecah.
7. Pemadatan Tanah untuk mencari kadar air optimum dan pemadatan maksimum.
8. Analisa Saringan, yaitu untuk menentukan distribusi ukuran butir-butir dari
sesuatu tanah.
Dalam laporan ini kami mencoba menjelaskan kegunaan alat / bahan dalam
beberapa gambar, cara kerja data- data hasil percobaan dan perhitungan (dalam
tablel serta grafik hasil perhitungan). Definisi dari beberapa istilah yang terdapat
dalam laporan ini adalah :
2
Kadar Air Tanah (w) : perbandingan antara massa air yang
dikandung tanah dan massa kering tanah.
Berat jenis Tanah (Gs) : Perbandingan antara massa butir-butir dengan
massa air destilasi di udara dengan volume
yang sama pada temperature tertentu.
Batas Cair Tanah (LL) : Kadar air tanah pada keadaan batas peralihan
antara cair dengan keadaan plastis.
Batas Plastis (PL) : Keadaan air minimum bagi tanah tersebut
yang masih dalam keadaan plastis.
Batas Susut (SL) : Kadar air maksimum dimana pengurangan
kadar air selanjutnya tidak menyebabkan
berkurangnya volume tanah.
Angka Susut (VL) Angka perbandingan antara persentase
perubahan volume tanah terhadap volume
kering dengan perubahan kadar air yang
terjadi pada tanah.
Susut Volumetrik (Volumetric Shrinkage) : Persentase pengurangan volume tanah
terhadap volume kering tanah apabila tanah
pada suatu kadar air tertentu berkurang
menjadi pada batas susut tanah.
Susut Linier
( Linier Shrinkage ) : Persentase pengukuran ukuran satu dimensi
tanah terhadap ukuran semula apabila kadar
air tanah berkurang menjadi batas susut tanah.
Perlawanan Penetrasi Konus(PK): Perlawanan tanah terhadap ujung konus
yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas.
Hambatan Lekat (HL) : Perlawanan geser tanah terhadap selubung
bikonus dalam gaya persatuan panjang.
Kadar Air Optimum : Kadar air pada puncak garis lengkung.
(Wc optimal)
3
Kepadatan Maksimum : Massa volume kering yang didapatkan
padakadar air optimum
1.2 Ruang Lingkup
Dalam pelaksanaan praktikum penyelidikan tanah ini meliputi beberapa
pelaksanaan pemeriksaan yang dilaksanakan antara lain :
Pemeriksaan kekuatan tanah dengan sondir
Pemeriksaan contoh lapisan tanah dengan boring
Pemeriksaan kadar air (water content)
Pemeriksaan tekan bebas (unconfined compression test)
Pemeriksaan batas plastis
Pemeriksaan batas cair
Pemeriksaan batas susut
Pemeriksan berat jenis tanah
Test pemadatantanah(compaction test)
Analisa saringan (sieve analysis)
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan Praktikum Penyelidikan Tanah
adalah :
1. Sebagai penerapan teori yang telah diberikan dalam kuliah tatap muka.
2. Untuk mengetahui karakteristik tanah atau sifat – sifat tanah untuk
merencanakan pondasi.
3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami segala prosedur yang harus
dilaksanakan dalam perencanaan dan pembuatan pondasi suatu konstruksi
bangunan.
1.4 Persiapan Praktikum
Pada pelaksanaan praktikum perlu dilakukan persiapan beberapa hal terkait
dengan persiapan sampel tanah yang akan digunakan dalam pengujian. Pelaksanaan
praktikum ini memerlukan dua jenis sampel tanah, yaitu :
4
1. Tanah sampel yang dianggap tidak mendapat perlakuan dari luar (undisturbed
sample).
Pada contoh tanah yang tidak rusak susunan tanahnya atau sedikit
sekali derajat ketergangguannya, maka contoh tanah tersebut disebut contoh tak
terganggu (undisturbedsample). Karakteristik tegangan – regangan tanah harus
diambil dari contoh tanah tak terganggu.
Dalam praktek, sangat sulit diperoleh contoh tanah yang benar – benar
tak terganggu, walaupun penanganan contohnya sudah sangat hati – hati.
Gangguan contoh ini sering mempengaruhi hasil – hasil pengujian laboratorium.
Hvorslev (1984) menyarankan dalam pengambilan contoh tanah, ynag terbaik
adalah dengan cara menekan tabung dengan tidak memukulnya ke dalam tanah.
Tanah sampel tersebut diambil dengan menggunakan sebuah tabung
dengan diameter 6,5 cm dimana tinggi tanah sampel dalam tabung harus
mencapai 15 cm. Tabung yang telah berisi tanah tersebut kemudian dibungkus
dan dilapisi lilin untuk mencegah pengaruh dari kondisi luar.
2. Tanah sampel yang dianggap telah mendapat perlakuan dari luar
Tanah sampel tersebut diambil dari tempat yang berbeda sebanyak 20 kg.
Dimana dari tanah sampel tersebut, jumlah massa yang diperlukan dalam
pengujian ± 12,5 kg.
5
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1 PEMERIKSAAN KEKUATAN TANAH DENGAN SONDIR
Pemeriksaan dilakukan pada :
Tanggal : 12 Oktober 2015
Jam : 09.00 – selesai
Tempat : Jln Gunung Guntur, Padangsambian, Denpasar
2.1.1Tujuan
1. Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta sifat daya dukung maupun
daya lekat setiap kedalaman.
2. Untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat.
3. Untuk mendapatkan tegangan ijin tanah.
Keuntungan alat sondir :
1. Dapat dengan cepat menentukan lapisan keras
2. Dapat diperkirakan perbedaan lapisan
3. Dengan rumus empiris, hasilnya dapat dipergunakan untuk menghitung daya
dukung tiang
4. Cukup baik digunakan untuk tanah yang berbutir halus
Kekurangannnya :
1. Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang salah
2. Tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung
3. Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik, maka hasil yang
diperoleh bisa meragukan.
2.1.2 Benda Uji
Tanah yang berlokasi di Jln. Gunung Guntur, Padangsambian, Denpasar.
6
2.1.3 Peralatan
a. Alat sondir (2,5 ton).
b. Seperangkat pipa sondir dengan panjang batang masing – masing satu meter.
c. Manometer.
d. Konus dan bikonus.
e. Tiga buah angker dengan perlengkapannya (termasuk setang pemutar untuk
memasukkan angker ke dalam tanah)
f. Kunci –kunci pipa, alat –alat pembersih, oli dan minyak pelumas.
2.1.4 Pelaksanaan
a. Pasang dan atur agar mesin sondir vertikal di tempat yang akan diperiksa dengan
menggunakan angker yang dimasukkan secara kuat ke dalam tanah, dalam hal ini
digunakan tiga buah angker.
b. Pasang Konus dan Bikonus, sesuai pada kebutuhan pipa pertama.
c. Pasang rangkaian pipa pertama bersama konus tersebut (b) pada mesin sondir.
d. Tekan pipa untuk memasukkan bikonus sampai kedalaman tertentu, umumnya
setiap 20 cm
e. Tekan batang, pembacaan manometer dilakukan pada penekanan pertama, catat
hasilnya pada daftar sondir.
f. Tekan pipa bersama batang sampai kedalaman berikutnya yang akan di atur,
pembacaan dilakukan setiap penekanan pipa sedalam 20 cm.
g. Perhitungan sondir dihentikan bila waktu tekanan manometer tiga kali berturut –
turut melebihi 150 kg/cm2.
7
Gambar 2.1.Mesin Sondir Kapasitas 2,5 Ton
8
Manometer
Tabung Hidrolik
Angker
Konus Biasa
BIKONUS KONUS
Gambar 2.2.Perlengkapan Sondir
9
Stang dalam
Disambung pada pipa sondir
Selubung untuk
pengukur hanbatan lekat
Stang dalam
Disambung pada pipa
sondir
II.1.5 Hasil Pemeriksaan
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
KAMPUS BUKIT JIMBARAN TELEPON : (0361) 703385
Lampiran Surat/Laporan No. : Dikerjakan : 25/10/2015
Nomor Contoh : Dihitung :
Pekerjaan : PRAKTIKUM Digambar :
Lokasi : Padangsambian Diperiksa :
TABEL 2.1 PENYONDIRAN
Kedalaman (MT)
Perlawanan Penetrasi
Konus Jumlah
Perlawanan (JP)
Hambatan Lekat
HL x (20/10)
Jumlah Hambatan
Lekat
Hambatan Setempat(Perlawanan
Gesek)
( PK ) HL = JP – PK (JHL)HS =
HL/10
(cm) ( kg/cm2) ( kg/cm2) ( kg/cm2) ( kg/cm) ( kg/cm) ( kg/cm)
0 0 0 0 0 0 0
20 5 10 5 10 10 0,5
40 5 10 5 10 10 0,5
60 5 10 5 10 10 0,5
80 10 15 5 10 15 0,5
100 15 20 5 10 20 0,5
120 20 25 5 10 25 0,5
140 35 40 5 10 40 0,5
160 55 60 5 10 60 0,5
180 50 55 5 10 55 0,5
200 50 55 5 10 55 0,5
220 40 45 5 10 45 0,5
240 170 175 5 10 175 0,5
260 140 145 5 10 145 0,5
10
Gambar 2.3. Grafik Penyondiran
2.1.5 Analisis Hasil Penyelidikan
Perhitungan tegangan ijin tanah dari data sondir (CPT = Cone Penetration Test)
digunakan rumus MAYERHOFF :
Keterangan :
σijin = tegangan ijin tanah (kg/cm2)
PK = penetrasi konus/nilai konus qc (kg/cm2)
B = lebar pondasi (diambil B=1m)
D = kedalaman pondasi (cm)
30 ~ 40 = faktor pembagi, digunakan 40
n = safety factor, n = 3 (muatan normal); n = 2 (muatan sementara)
diambil n = 3
11
Tabel 2.2.Tegangan Ijin Tanah (Daya Dukung Tanah)Pada Tiap Kedalaman
2.1.6 Kesimpulan
Dari data didapatkan perlawanan penetrasi konus sebesar 140 kg/cm2 pada
kedalaman 260 cm.
12
D(cm)
B(m)
PK(kg/cm2) (kg/cm2)
0 1 0 0.000
20 1 5 0.167
40 1 5 0.167
60 1 5 0.167
80 1 10 0.333
100 1 15 0.500
120 1 20 0.667
140 1 35 1.167
160 1 55 1.833
180 1 50 1.667
200 1 50 1.667
220 1 40 1.333
240 1 170 5.667
260 1 140 4.667
2.2 PEMERIKSAANCONTOH LAPISAN TANAH DENGAN BORING
Pemeriksaan dilakukan pada :
Tanggal : 12 Oktober 2015
Jam : 09.00 – selesai
Tempat : Jln. Gunung Guntur, Padangsambian, Denpasar.
2.2.1 Tujuan
1. Untuk mengambil contoh tanah pada kedalaman tertentu sebagai benda uji di
laboratorium.
2. Untuk mendapatkan contoh tanah dari berbagai kedalamansehingga dapat
diketahui jenis lapisan tanah serta kedalaman muka air tanahdari titik yang sedang
diselidiki. Dengan demikian dapat diketahui sifat – sifat lapisan tanah secara
langsung (visual) pada setiap kedalaman dan menjadi contoh tanah baik undisturb
(asli) maupun disturb (tak asli).
2.2.2Benda Uji
Tanah yang berlokasi di Jln. Gunung Guntur, Padangsambian, Denpasar.
2.2.3 Peralatan
a. Bor tangan: stang bor (rod), mata bor (auger).
b. Pipa lurus dan pipa penyambung dengan panjang masing-masing 1 meter.
c. Pipa pemutar.
d. Tabung tempat tanah asli (undisturbed sample)
e. Linggis, pemukul, kunci pipa, plastik dan lilin cair.
2.2.4 Pelaksanaan
a. Dipilih lokasi tertentu yang bukan lokasi bangunan, penimbunan sampah atau
penimbunan benda–benda bekas lainnya, serta dibersihkan dari rumput dan
kotoran lainya.
b. Tanah dilubangi sedikit untuk menancapkan mata bor. Mata bor ditempatkan
dengan baik, tangkai vertikal ke atas.
13
c. Dipasang pipa T dan pipa lurus di putar sambil di tekan contoh tanah pada mata
bor setiap kedalaman tertentu, diambil diamati jenis lapisan tanahnya.
d. Demikian seterusnya sampai kedalaman 0.5 m. Pada kedalaman tersebut mata bor
diganti dengan tabung contoh tanah asli.
e. Pipa T dipukul sehingga contoh tanah dapat masuk ke dalam tabung.
f. Setelah terisi penuh, tabung diangkat. Ujung tanah diratakan dan dibersihkan
kemudian diberi lilin/parafin pada ujung – ujungnya sebagai isolator (agar tanah
tetap dalam keadaan undisturbed).
g. Setelah lilin/parafin mengering contoh diberi label dan ditempatkan pada tempat
yang terlindung.
14
GAMBAR 2.4.ALAT BOR TANGAN
GAMBAR 2.5.MATA BOR KECIL
15
Augher
II.2.5 Hasil Pemeriksaan
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
KAMPUS BUKIT JIMBARAN TELEPON : (0361) 703385
Tabel 2.3 BORING LOG
Kedalaman SimbolDeskripsi
(m)
0.00 Lempung kelanauan
abu kecoklatan
0.20 sedang
0.20 Lempung kelanauan
coklat kehitaman
1,40 sedang
1.40 Lempung kelanauan
coklat muda
1.60 sedang
1.60 Lempung
Kecoklatan
1.80 sedang
1.80 Cadas
Coklat kekuningan
2.00 Keras
Ket:= Lempung
= Cadas
*Tidak terdapat perhitungan di dalam percobaan boring.2.2.6 Kesimpulan :
16
Pada kedalaman 0 – 0,2 meter merupakan lapisan tanah lempung berwarna abu
kecoklatan. Pada kedalaman 0,2 – 1,4 meter merupakan lapisan tanah lempung berwarna
coklat kehitaman. Pada kedalaman 1,4 – 1,6 meter merupakan lapisan tanah lempung
berwarna coklat muda. Pada kedalaman 1,6 – 1,8 meter merupakan lapisan tanah
lempung berwarna kecoklatan. Pada kedalaman 1,8 – 2 meter merupakan lapisan cadas
coklat kekuningan.
Dalam percobaan yang dilakukan sampai kedalaman 2,00 meter, belum ditemukan
muka air tanah.
2.3 PEMERIKSAAN KADAR AIR (WATER CONTENT)
Pemeriksaan dilakukan pada :
Tanggal : 15 – 16 November 2015
Jam : 09.00 – selesai
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Udayana.
2.3.1 Tujuan
1. Untuk memeriksa kadar air suatu contoh tanah.
2. Kadar air tanah adalah perbandingan antara massa air yang dikandung tanah
dengan massa kering tanah yang dinyatakan dalam persen.
2.3.2 Peralatan
Gambar 2.6.Oven dengan suhu konstan pada 1050 C – 1100 C.
17
Gambar 2.7. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram.
Gambar 2.8. Cawan timbang dari gelas atau logam tahan karat.
2.3.3 Pelaksanaan
1. Benda uji (minimal dua buah) ditempatkan dalam cawan
yang bersih, kering dan diketahui massanya.
2. Cawan dan isinya ditimbang kemudian massanya
dicatat.
3. Cawan dan isinya dimasukkan dalam oven sekitar 1x24
jam atau sampai massanya konstan.
4. Cawan didinginkan kemudian ditimbang, dan massanya
dicatat.
2.3.4 Perhitungan
18
Setelah percobaan selesai dan data yang dibutuhkan didapat, maka dapat dihitung
kadar air (dalam persen) dengan rumus :
Persen kadar air (w) =
dimana :
W1 = massa cawan + tutupnya
W2 = W1 + tanah basah
W3 = W1 + tanah kering
Massa air = (W2 – W1) gram
Massa tanah kering = (W3 – W1) gram
2.3.5 Hasil Pemeriksaan
LABORATORIUM MEKANIKA TANAHPROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS UDAYANA
KAMPUS BUKIT JIMBARAN TELEPON : (0361) 703385
2.4. PEMERIKSAAN KADAR AIR
No Nomor cawan P1 P2
1 Massa cawan kosong (W1 gram ) 6,6 6.6
2 Massa cawan + tanah basah ( W2 gram ) 37,6 36,8
3 Massa cawan + tanah kering ( W3 gram ) 28,6 27,7
4 Massa Air ( W2 - W3 )gram 9 9,1
5 Massa tanah kering ( W3 - W1 )gram 22 21,1
6 Kadar Air {(W2-W3) / (W3 - W1 ) } x 100 % ( % ) 40,9 43,1
7 Kadar air rata-rata ( % ) 42
2.3.6 Kesimpulan
Dari beberapa referensi tentang mekanika tanah, diperoleh variasi tentang harga
kadar air untuk tanah lempung lembek (Soft Clay) yaitu berkisar 30 % - 50 %.
Kadar air rata – rata sample tanah yang diuji adalah 42 %. Ternyata dari percobaan
19
di atas, kadar air rata-rata memenuhi kisaran kadar air untuk tanah lempung yaitu
42%.
2.4 BATAS-BATAS ATTERBERG
DASAR TEORI
Batas-batas Atterberg (Atterberg Limits) tergantung pada air yang terkandung dalam
massa tanah, ini dapat menunjukkan beberapa kondisi tanah sebagai berikut :
a. Cai
r
b. Pla
stis
c. Se
mi padat
d. Pad
at
Batas-batas konsistensi yang paling penting adalah :
1. Batas cair (liquid limit) = LL
menyatakan kadar air minimum dimana tanah masih dapat mengalir di bawah
massanya atau kadar air tanah pada batas antara keadaan cair ke keadaan plastis.
2. Batas Plastis (plastis limit) = PL
menyatakan kadar air minimum dimana tanah masih dalam keadaan plastis atau
kadar air minimum atau tanah dapat digulung-gulung sampai diameter 3,1 mm.
3. Batas susut (shrinkage limit) = SL
menyatakan batas di mana sesudah kehilangan kadar air, tidak menyebabkan
penyusutan volume tanah lagi.
Padat Semi padat Plastis Cair
w (%)
SL PL LL
20
Kadar air bertambah
2.4.1 Pemeriksaan Batas Cair (Liquid Limit)
Pemeriksan dilakukan pada :
Tanggal : 15 – 16 November 2015
Jam : 09.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik sipil,
Universitas Udayana.
2.4.1.1 Tujuan
Untuk mengetahui batas cair (LL)sample tanah.
2.4.1.2 Benda Uji
Contoh tanah yang perlu disediakan untuk pemeriksaan ini sebanyak ± 100
gram dan harus bebas dari 0,425 mm (yang tertahan saringan no. 40), sehingga
dapat langsung diperiksa batas cairnya tanah persiapan terlebih dahulu. Apabila
contoh tanah mengandung butir kasar, maka terlebih dahulu harus dikeringkan
dalam suhu kamar atau dengan alat pengering kurang dari 60o C secukupnya saja
sehingga dapat disaring dengan saringan. Setelah kering, gumpalan tanah
dipecahkan dengan menggerus dalam mortal dengan pestel agar butir-butir tanah
tidak rusak, kemudian disaring dengan saringan no. 40. Bagian yang tertahan dalam
saringan disingkirkan dan yang lolos digunakan sebagai benda uji.
2.4.1.3 Peralatan :
21
Gambar 2.9. Alat Casagranda
Gambar 2.10. Alat pembarut (grooving tool)
Gambar 2.11. Cawan
Gambar 2.12.Spatel
22
Gambar 2.13. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu.
2.4.1.4 Persiapan Alat :
a.Pertama – tama alat Cassagranda yang akan digunakan diperiksa dan distel. Untuk
memastikan alat dapat bekerja dengan baik, baut-bautnya tidak longgar,
sumbu mangkok tidak aus (tidak goyang), dan mangkok tidak terlalu aus pada
bagian alurnya. Alat pembarut diperiksa agar ukurannya benar.
b. Dalam pelaksanaan apabila pegangan diputar, mangkok akan terangkat
setinggi 1 cm, dan alat pembarut digunakan sebagai pengukur, jika tidak
benar setelannya maka harus diperbaiki.
2.4.1.5 Pelaksanaan :
a.Pertama – tama contoh tanah diletakkan dalam mangkok porselen sebanyak ± 100
gram, dicampur dengan air sebanyak kira – kira 15 cc – 20 cc. Diaduk, ditekan
– tekan, dan ditusuk – tusuk dengan spatel. Bila perlu bisa ditambahkan air
secara betahap, 1 cc – 3 cc, diaduk (diaduk sampai benar – benar merata),
ditekan – tekan, dan ditusuk – tusuk, air ditambah lagi dan seterusnya.
b. Apabila adukan telah merata dan kebasahannya telah menghasilkan 30 – 40
pukulan pada percobaan, maka sebagian adukan diletakkan dalam mangkok
Cassagranda, spatel dapat digunakan untuk menyebar dan meratakan adukan
sehingga tidak ada udara yang terperangkap di dalamnya. Tebal tanah pada
bagian terdalam dibuat sebesar 1 cm.
23
c.Alat pembarut digunakan untuk membuat alur lurus pada garis tegah mangkok
searah dengan sumbu alat, sehingga tanah terpisah menjadi dua bagian yang
simetris, dan bentuk alur harus baik tajam dengan ukuran sesuai dengan alat
pembarut. Untuk menghindari alur yang tidak baik atau tergesernya tanah
dalam mangkok, maka dibarut dengan gerakan maju dan mundur beberapa
kali dengan setiap gerakan lebih dalam.
d. Pemutar segera digerakkan, sehingga mangkok terangkat dan jatuh pada
alasnya dengan kecepatan 2 putaran tiap detik, sampai kedua belahan tanah
bertemu ± 1cm. Lalu jumlah pukulan yang diperlukan dicatat.
e.Pada percobaan pertama, jumlah pukulan yang diperlukan harus 30 – 40 kali. Bila
lebih dari 40 pukulan berarti tanah kurang basah. Maka tanah dikembalikan ke
mangkok porselin, dan ditambah air lagi dan diaduk rata.
f. Mangkok Cassagranda dibersihkan kemudian dikeringkan. Pekerjaan no. a – d
diulangi.
g. Contoh tanah yang telah diuji diambil, lalu diperiksa kadar airnya dengan
memasukkannya ke dalam oven selama ± 16 – 24 jam.
h. Sisa tanah dalam mangkok diambil dan dikembalikan ke cawan porselen,
setelah itu ditambahkan lagi air hingga merata. Cassagranda dicuci dan
dikeringkan .
i. Pekerjaan no. b – h diulangi hingga diperoleh 3 sampai 4 data hubungan antara
kadar air dan jumlah pukulan diantara 15 dan 35 pukulan dengan selisih yang
hampir sama pada tiap pukulan.
Percobaan ini dilakukan dari tanah keadan yang kurang cair kemudian ke
keadaan cair.
24
Gambar 2.14. Alat Pembarut (grooving tool
2.4.1.6 Perhitungan :
Penentuan kadar air pada tiap – tiap test yang telah dilakukan dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut :
Persen kadar air (w) =
Dimana :
M1= massa cawan kosong
M2 = massa cawan kosong + tanah basah
M3 = massa cawan kosong + tanah kering
Buat grafik dimana absis adalah jumlah pukulan (N) dan ordinat adalah kadar air
contoh tanah yang bersangkutan.
Yang disebut batas cair adalah kadar air dimana N = 25
25
2.4.1.7Hasil Pemeriksaan
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
KAMPUS BUKIT JIMBARAN TELEPON : (0361) 703385
TABEL 2.5. PEMERIKSAAN BATAS CAIR
No Percobaan No 1 2 3 4
1 Jumlah pukulan 16 21 30 40
2 Massa cawan kosong ( M1 gram ) 6,7 6.1 6,2 6,5
3 Massa cawan + tanah basah ( M2 gram ) 33,7 36,6 35,3 26,4
4 Massa cawan + tanah kering ( M3 gram ) 23,6 24,7 24,7 19,5
5 Massa air ( A = M2 - M3 ) 10,1 11,9 10,6 6,9
6 Massa tanah kering ( B = M3 - M1 ) 16,9 18,6 18,5 13
7 Kadar air W = A/B x 100 % 59,76 63,98 57,3 53,08
8 Batas cair tanah (%) 58,5
26
Gambar 2.15. Grafik batas cair
Secara analitis :
y = -0,2557n + 71,447
= -0,2557(25) + 71,447
= 66,33%
2.4.1.8 Kesimpulan
Dari grafik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada pukulan ke-25
didapatkan nilai batas cair sebesar 66,33 %.
27
-0,2557n + 71,447
Jadi tanah sampel bedasarkan table diatas termasuk mineral lempung
halloysite.
2.4.2 Pemeriksaan Batas Plastis (Plastic Limit)
Pemeriksan dilakukan pada :
Tanggal : 15 – 16 November 2015
Pukul : 09.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik sipil,
Universitas Udayana.
2.4.2.1 Tujuan
Untuk menentukan batas plastis sample tanah, yaitu nilai kadar air terendah dari
suatu contoh tanah tersebut masih dalam keadaan plastis.
2.4.2.2 Benda Uji :
Contoh tanah yang perlu disediakan untuk pemeriksan ini sebanyak 15 gram
– 20 gram. Contoh tanah ini harus bebas dari butir-butir yang lebih besar dari 0,425
mm (yang tertahan di saringan no. 40). Apabila contoh tanah mengandung butir –
butir kasar, maka tanah tersebut dikeringkan dulu secukupnya sampai gumpalan –
28
Tabel 2.6 Harga-harga Atterberg untuk mineral lempung
gumpalan mudah diremukkan untuk disaring. Gumpalan tersebut digerus dalam
mortal dengan menggunakan pestel. Bagian yang tertahan disaringan no. 40
dibuang dan yang lolos digunakan sebagai benda uji.
2.4.2.3 Peralatan :
a.Cawan porselin
b. Pestel (penumbuk/ penggerus)
c.Spatel
d. Pelat kaca
e.Saringan no. 40.
f. Batangan kawat berdiameter 3 mm untuk ukuran pembanding.
g. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
h. Pengering
Gambar 2.16. Spatel
Gambar2.17. Timbangan
29
Gambar2.18. Oven
2.4.2.4 Pelaksanaan :
a.Tanah diletakkan dalam cawan porselen, dicampur dengan sedikit air, kemudian
diaduk sampai merata. Kadar air tanah yang diberikan adalah sampai tanah
bersifat cukup plastis dan dapat dengan mudah dibentuk menjadi bola dan
tidak terlalu melekat di jari bila ditekan.
Gambar 2.19. Proses penggilingan tanah
b. Tanah tersebut diremas dan dibentuk menjadi bola atau bentuk ellips sampai
dengan diameter ± 8 mm. Kemudian benda uji digiling di atas pelat kaca yang
terletak pada bidang datar di bawah jari – jari tangan dengan tekanan
secukupnya sehinggga akan terbentuk batang – batang diameternya rata.
30
c.Bila pada penggilingan, diameter batang telah menjadi 3 mm (dibandingkan
dengan batang kawat pembanding) dan ternyata batang ini masih licin, maka
batang ini diambil dan dipotong-potong menjadi 6 atau 8 bagian, kemudian
diremas – remas seluruhnya sampai homogen, selanjutnya digiling seperti
tadi. Tanah perlu dikeringkan dengan jalan didiamkan/diaduk – aduk dalam
cawan pencampur.
d. Jika batangan tanah belum mencapai diameter 3 mm sudah menunjukkan
retak, maka tanah tersebut terlalu kering dan percobaan harus diulang dengan
menambahkan kadar airnya.
e.Pekerjaan ini diulang seperti tadi sampai tanah retak – retak dan tidak dapat
digiling menjadi batang yang lebih kecil (meskipun belum mencapai diameter
3 mm).
f. Tanah yang retak – retak tersebut dikumpulkan dan diperiksa kadar airnya.
Gambar 2.20. Tanah yang telah digiling setebal 3mm
31
Gambar 2.21.Tanah yang akan dimasukkan ke dalam oven
Gambar 2.22.Tanah yang dioven
2.4.2.5 Perhitungan:
a.Batas Plastis adalah kadar air yang diperoleh pada pemeriksaan di atas yang
dinyatakan dalam %. Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat
keplastisan suatu tanah. Laporan batas plastis tersebut berupa bilangan bulat
terdekat.
b. Indeks Plastisitas(plasticity index PI) tanah dihitung, yaitu selisih antara batas
cair dan batas plastis suatu tanah(IP = LL – PL).
c.Jika salah satu dari batas plastis atau batas cair tidak dapat diperoleh karena
keadaan tanahnya, maka Index Plastisnya adalah nonplastis.
d. Jika tanahnya berpasir, batas plastisnya dikerjakan lebih dahulu daripada batas
cairnya. Jika batas plastisnya tidak dapat dilaksanakan, maka dapat dinyatakan
bahwa tanahnya nonplastis.
e.Jika ternyata dalam hasil percobaan didapat batas cair lebih besar daripada batas
plastisnya, berarti tanah memiliki Index Plastisitas.
32
2.4.2.6 Hasil Pemeriksaan
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
KAMPUS BUKIT JIMBARAN TELEPON : (0361) 703385
TABEL 2.7. PEMERIKSAAN BATAS PLASTIS
No No cawan L1 L2
1 Massa cawan kosong ( M1 gram ) 6,0 6,4
2 Massa cawan + tanah basah ( M2 gram ) 27 23,9
3 Massa cawan + tanah kering ( M3 gram ) 22,2 19,8
4 Massa air ( A = M2 - M3 ) 4,8 4,1
5 Massa tanah kering ( B = M3 - M1 ) 16,2 13,4
6 Kadar air W = A/B x 100 % 29,2 30,6
7 Batas Plastis 29,9
2.4.2.7 Kesimpulan :
Ikthisar :
Batas Cair : LL = 58,5 %
Batas Plastis : PL = 29,9 %
Indek Plastis : PI = LL – PL = 58,5 % - 29,9 % = 28,6 %
33
Berdasarkan hasil praktikum batas plastis (PL) yang diperoleh dan table
diatas,sehingga dapat di klasifikasikan kedalam jenis tanah lempung plastisitas
tinggi yang nilai PI> 17%.
2.4.3 Pemeriksaan Batas Susut dan Faktor – faktor Susut Tanah (Shrinkage Limit)
Pemeriksan dilakukan pada :
Tanggal : 15 – 16 November 2015
Jam : 09.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik sipil,
Universitas Udayana.
2.4.3.1 Tujuan :
Melakukan pemeriksaan – pemeriksaan untuk menentukan data dari suatu tanah
subgrade yang meliputi : batas susut, angka susut, susut volumemetrik dan susut
linear.
2.4.3.2 Benda Uji
Contoh tanah disiapkan ± 30 gram yang telah dibersihkan dari butir-butir yang
tertahan pada ayakan no. 40 (0,425 mm). Jika contoh tanah dari lapangan
mengandung butir-butir yang lebih besar dari 0,425 mm, tanah dikeringkan di udara
terbuka, kemudian diremukkan pada mortal porselin dengan menggunakan Spatel
dengan kepala terbungkus karet, kemudian disaring dengan ayakan no. 40. Bagian
yang lewat ayakan digunakan sebagai benda uji.
34
Tabel 2.8 Hubungan nilai PI dengan sifat, macam tanah, dan kohesi
2.4.3.3 Peralatan :
a.Cawan Porselen.
b. Spatel.
c.Cawan susut dari porselin, berbentuk bulan dengan alas datar, berdiameter ± 1,44
cm dan tingginya 1,27 cm.
d. Pisau perata (Straight edge).
e.Alat pengukur volume tanah yang terdiri dari mangkuk gelas dengan tiga paku
dan air raksa.
f. Gelas ukur 25 cc.
g. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
2.4.3.4 Pelaksanaan :
a.Tanah diletakkan pada cawan porselen dan diaduk sampai merata dengan air
secukupnya sehingga mengisi semua pori-pori tanah dan jangan sampai ada
udara terperangkap didalamnya. Banyaknya air disesuaikan dengan jenis
contoh tanah yaitu : plastis dan kurang plastis. Apabila benda uji berupa tanah
plastis dengan kadar air lebih 10 % dari batas cair.
b. Massa volume cawan susut ditentukan. Cawan dibersihkan kemudian
ditimbang dan dicatat massanya. Untuk menentukan volume cawan, cawan
ditaruh didalam mangkuk porselin, diisi dengan air sampai penuh. Kemudian
ditekan dengan pelat gelas rata diatas permukaan cawan. Dijaga jangan
sampai ada udara yang terperangkap. Kemudian air raksa yang melekat diluar
cawan dibersihkan. Air raksa pada mangkuk lain dipindahkan dan ditentukan
massanya. Volume cawan sama dengan massa air raksa dibagi dengan berat
jenisnya.
35
Gambar 2.23. Cawan yang diberi air raksa
c.Cawan diisi dengan tanah basah yang sudah disiapkan, bagian dalamnya diolesi
tipis dengan vaselin atau pelumas pekat. Cawan diisi dengan tanah sekitar
sepertiga volumenya dan diletakkan di tengahnya. Cawan dipukulkan dengan
hati-hati pada bidang datar kokoh yang dilapisi dengan beberapa kertas hisap
atau lembaran karet sehingga air tanah akan mengalir mengisi sudut-sudut
cawan. Sejumlah tanah ditambahkan lagi seperti tadi dan dipukul-pukulkan
sehingga tanah memadat dan semua udara bergerak ke permukaan. Percobaan
tersebut diulangi sekali lagi sehingga cawan terisi penuh sampai ke tepi atas.
Kemudian diratakan dengan pisau perata dan tanah yang melekat diluar cawan
dihapus sehingga volume tanah tepat sama dengan volume cawan.
Gambar2.24. Cawan yang dberi tanah basah
36
Gambar 2.25. Tanah yang siap dioven
d. Massa basah dan massa kering ditentukan. Setelah cawan terisi tanah segera
ditimbang dan dicatat massa cawan berisi tanah basah. Tanah dibiarkan
mengering di udara sampai warnanya berubah dari tua menjadi muda.
Kemudian dikeringkan di dalam oven dengan temperatur 110o C, dan
didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang dan dicatat massanya.
e.Volume kering ditentukan dengan cara mengeluarkan dari cawan, kemudian
dicelupkan ke dalam mangkuk gelas. Mula-mula mangkuk gelas ditempatkan
dalam cawan porselin, diisi mangkok dengan air raksa sampai melimpah,
kemudian ditekan dengan pelat gelas berpaku tiga buah di atas mangkuk. Air
raksa yang melekat di luar mangkuk dihapus, dan mangkuk ditempatkan pada
porselin kosong. Kemudian tanah kering ditekan kedalam air raksa dengan
hati-hati dengan gelas berpaku diatas mangkuk, air raksa yang tumpah kita
pindahkan dalam suatu mangkuk dan ditentukan massa air raksa tersbut.
Volume tanah kering sama dengan massa air raksa dibagi dengan
massajenisnya.
37
Gambar 2.26. Proses Penghitungan volume kering
Gambar2.27. Air raksa dalam cawan
2.4.3.5 Perhitungan :
1. Batas Susut (Shrinkage Limit)
a. Batas susut dari suatu tanah adalah kadar air maximum dimana
pengurangan kadar air selanjutnya tidak menyebabkan berkurangnya
volume tanah.
b. Apabila berat jenis tanah G diketahui, maka batas susut tanah dapat
dihitung sebagai berikut :
SL =
Dimana :
SL = Batas susut tanah
W0 = Massa benda uji setelah kering
V0 = Volume benda uji setelah kering
G = Berat jenis tanah
c. Apabila berat jenis tanah tidak diketahui, maka batas susut (SL) dihitung
dari data yang diperoleh pada percobaan sebagai berikut :
SL = w -
Dimana :
SL = Batas susut
w = Kadar air tanah basah
38
W0 = Massa benda uji setelah kering
V = Volume benda uji basah
V0 = Volume benda uji setelah dikeringkan
2 Angka Susut (Shrinkage Ratio)
Angka susut dari suatu tanah adalah angka perbandingan antara “ persentase
perubahan volume tanah terhadap volume kering “ dengan grafik “perubahan
kadar air yang terjadi pada tanah (dalam %) “ .
3. Susut Volumetrik (Volumetric Shrinkage)
a. Susut linear suatu tanah adalah persentase ukuran satu dimensi (panjang )
tanah terhadap ukuran semula apabila kadar air tanah berkurang menjadi
pada batas susut tanah.
b. Besarnya susut linear (Ls) dapat di hitung dengan rumus :
Ls = 100 x 1 -
4. Berat jenis Tanah
Dari data hasil pemeriksaan, yaitu angka susut dan volumetric berat jenis
tanah dapat dihitung sebagai berikut:
G =
39
2.4.3.6 Hasil Pemeriksaan
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
KAMPUS BUKIT JIMBARAN TELEPON : (0361) 703385
TABEL 2.9. PEMERIKSAAN BATAS SUSUT
Berat jenis butir/tanah : Gs = 2,1 (gr/cm3)
No No cawan susut SK1 SK2
1 Massa cawan + tanah kering ( M1 gram ) 37,1 30,1
2 Massa cawan susut ( M2 gram ) 24 15,7
3 Massa tanah kering ( Mo =M1 - M2 gram ) 13,1 14,4
4Massa air raksa yang didesak oleh tanah kering +cawan (M3 gram) 451,3 449,9
5 Massa cawan ( M4 gram ) 305,4 305,4
6 Massa air raksa ( M5 =M3 - M4 gram ) 145,9 144,5
7 Volume tanah kering ( Vo = M5 /13,6 Cm³ ) 10,7 10,6
8 Batas susut tanah ( SL = {(Vo/Mo) - (1/Gs)} x 100% 40,7 32,6
9 Batas susut tanah rata-rata 36,65
2.4.3.7 Kesimpulan :
Batas susut sample tanah (SL) = 36,65 %
2.4.4 Kesimpulan Batas – Batas Atterberg
40
Batas Cair (LL) = 58,5 %
Batas Plastis (PL) = 29,9 %
Batas Susut (SL) = 36,65 %
Indek Plastis : PI = LL – PL = 28,6 %
Berdasarkan klasifikasi AASHTO bahwa tanah dengan indeks plastis sebesar 11
atau lebih tergolong tanah lempung. Dari praktikum yang telah dilakukan dengan
melihat nilai dari batas plastis maka tanah yang telah diuji termasuk jenis tanah
lempung yang memiliki nilai PI >17
Batas-batas Atterberg yang diketahui yang mana hasil batas susut (Ws) sebesar
36,65 % memiliki persentase yang lebih besar daripada batas plastis dan lebih kecil
daripada batas cair. Batas plastis (Wp) sebesar 29,9 % memiliki persentase yang
paling kecil. Batas Cair (Wc) sebesar 58,5 % memiliki persentase yang paling
besar. ( Wp < Ws<Wc ).
2.5 PEMERIKSAANBERAT JENIS TANAH
41
Tabel 2.10 Hubungan nilai PI dengan sifat, macam tanah, dan kohesi
Pemeriksaan dilakukan pada :
Tanggal : 15 – 16 November 2015
Jam : 09.00 – selesai
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Sipil, Universitas Udayana.
2.5.1 Tujuan
Untuk menentukan berat jenis tanah.
2.5.2 Benda Uji
Contoh tanah yang digunakan untuk pemeriksaan secara duplo (dua percobaan yang
terpisah).
2.5.3 Peralatan
.
Gambar 2. 28. Piknometer
42
Gambar2.29. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
a. Air.
b. Alat pemanas (kompor).
Gambar 2.30. Alat pemanas
c. Oven dengan pengatur suhu.
Gambar 2.31. Oven
43
Alat Pemanas
d. Cawan porselen (mortas) dengan pestel (penumbuk berkepala karet untuk
menghancurkan gumpalan tanah menjadi butir – butir halus).(ambil fotonya)
2.5.4 Pelaksanaan
a. Piknometer dibersihkan luar dalam dan dikeringkan, kemudian ditimbang (= W1).
b. Contoh tanah tersebut dihancurkan dalam cawan porselen dengan menggunakan
pestel, kemudian dikeringkan dalam oven. Ambil tanah kering dari oven dan
langsung didinginkan dalam desikator, setelah dingin dimasukkan kedalam
piknometer sebanyak ± 10 gram. Piknometer dengan tutupnya yang berisi tanah
ditimbang (= W2).
c. Isikan piknometer tersebut dengan air sehingga tanah terendam sepenuhnya dan
didiamkan ± 2 – 10 jam.
d. Setelah langkah diatas, air destilasi ditambah 1/2 sampai 2/3 piknometer. Udara
yang terperangkap diantara butiran tanah harus dihilangkan dengan cara merebus
piknometer kira-kira selama 10 menit, kemudian didinginkan kembali.
e. Setelah dingin air destilasi ditambahkan lagi hingga piknometer penuh lalu
ditutup. Bagian luarnya dikeringkan dengan kain kering. Kemudian piknometer,
air dan tanah ditimbang (= W3) dan suhunya diukur.
f. Setelah selesai, piknometer dikosongkan dan dibersihkan kemudian diisi penuh
dengan air destilasi bebas udara. Bagian luarnya dikeringkan dengan kain, lalu
ditimbang (= W4).
2.5.5 Perhitungan
Setelah seluruh tahapan kegiatan di atas selesai dilakukan dan data-data yang
diperlukan diperoleh, maka spesific gravity/ berat jenis dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Gs =
=
44
2.5.6 Hasil Pemeriksaan
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
KAMPUS BUKIT JIMBARAN TELEPON : (0361) 703385
TABEL 2.11. PEMERIKSAAN BERAT jenis
No No Sampel A B
1 Massa piknometer ( W1 gram ) 70,6 70,3
2 Massa piknometer + tanah ( W2gram ) 95,6 93,3
3 Massa Piknometer + tanah + air ( W3 gram ) 188,3 187,4
4 Massa Piknometer + air ( W4 gram ) 174,9 176,0
5 Temperatur ( C ) 28,5 28,5
6 A = W2 - W1 25 25
7 B = W3 - W4 13,4 11,4
8 C = A - B 11,6 13,6
9 Berat jenis G1 = A/C 2,2 1,8
10 Rata -rata G1 2
2.5.7 Kesimpulan :
Nilai specific gravity, Gs berbagai jenis tanah berdasarkan buku Mekanika Tanah
(Redana, 2010) adalah sebagai berikut :
Pasir : 2,65 – 2,67
Pasir kelanauan : 2,67 – 2,70
Lempung Inorganik : 2,70 – 2,80
Tanah bermika atau besi : 2,75 – 3,00
Tanah Organik : 1,00 – 2,60
45
Kesimpulan : Dari hasil pemeriksaan, maka didapatkan berat jenis rata-rata sampel
adalah (Gs) = 2. Sehingga berat jenis yang diperoleh dari percobaan tersebut tidak
memenuhi syarat berat jenis tanah lempung dan memenuhi persyaratan tanah organik.
2.6 PEMADATAN TANAH (PROCTOR TEST)
Pemeriksaan dilakukan pada :
Tanggal : 15 – 16 November 2015
Pukul : 09.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik sipil,
Universitas Udayana.
2.6.1 Tujuan :
1. Untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah apabila
dipadatkan dengan dengan tenaga tertentu (dalam hal ini digunakan cara Standar
Proctor)
2. Untuk menentukan massa volume kering maximum ( γd max ) dan kadar air
optimum (Wopt) dari suatu contoh tanah.
2.6.2 Peralatan
a. Cetakan besi yang berbentuk silinder. Silinder ini terdiri dari silinder utama dan
silinder sambungan yang dapat dilepas dan pelat alas yang dapat dilepas pula.
Dalam percobaan ini digunakan silinder kecil dengan ukuran diameter 10,13 cm ;
tinggi 11,61 cm : volume = 935,71 cm3.
Gambar 2.32. Mold
b. Penumbuk, digunakan penumbuk tangan 50, mm dengan massa 2,5 kg dan tinggi
jatuh bebas 30 cm.
46
Mold
Sampel Tanah
Gambar 2.33. Alat Penumbuk
c. Alat untuk mengeluarkan contoh tanah dari silinder.
d. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram.
Gambar 2.34. Timbangan elektrik
e. Lengser besar (large flat-pan).
f. Penggaris dengan pinggiran lurus atau pisau.
g. Ayakan no. 4
h. Cawan.
i. Oven.
2.6.3 Pelaksanaan
Persiapan Benda Uji :
a. Contoh tanah dioven terlebih dahulu, kemudian semua gumpalan-gumpalan
tanah dipecahkan.
b. Tanah tersebut diayak dengan ayakan no. 4. Lalu semua tanah yang telah lolos
ayakan no. 4 dikumpulkan dalam lengser besar.
c. Karena akan dilakukan 6 kali percobaan, maka disediakan enam benda uji dengan
massa masing-masing 2,5 kg.
47
d. Pada tiap benda uji ditambahkan air, lalu dicampur dengan rata. Dan diperoleh
benda uji dengan kadar air berbeda-beda. Dalam percobaan ini, jumlah air yang
digunakan pada tiap-tiap benda uji adalah sebagai berikut :
Percobaan ke 1 2 3 4 5 6
Jumlah air yang digunakan 175 mm 350 mm 525 mm 700 mm 875 mm 1050 mm
Persiapan Alat :
a. Alat silinder pemadatan (Silinder Utama) dibersihkan dan ditimbang massanya.
b. Plat alas dan silinder dipasang. Pada saat penumbukan silinder dipasang ditempat
yang kokoh.
Pemadatan :
a. Tanah lembab yang telah disiapkan dimasukkan kedalam cetakan dalam tiga lapis
yang kira sama tebalnya. Tiap lapis harus dipadatkan secara merata dengan
standard proctor test harmer sebanyak 25 kali (tanah yang diletakkan pada lapisan
teratas harus lebih tinggi daripada cetakan). Silinder perpanjangan yang
disambung pada bagian atas cetakan dilepaskan. Pelepasan silinder harus hati-
hati, agar tidak merusak tanah yang sudah dipadatkan dalam silinder.
Gambar2.35. Tanah yang akan ditumbuk
b. Dengan menggunakan penggaris besi atau pisau, kelebihan tanah dipotong di atas
cetakan tersebut.
48
c. Massa dari silinder dan tanah yang telah dipadatkan ditimbang.
d. Contoh Tanah dari cetakan dikeluarkan sedikit contoh tanah lalu ditimbang
e. Hal yang sama dilakukan pada tiap benda uji ( 6 kali percobaan ), sehingga
diperoleh 6 data.
Gambar2.36. Tanah yang diratakan
Gambar 2.37. Penimbangan massa tanah yang dipadatkan
49
Gambar2.38. Pengambilan sedikit sampel Tanah yang akan diuji
GAMBAR 2.39. CETAKAN BESI
50
GAMBAR 2.40. PENUMBUK
2.6.4 Perhitungan :
Massa Volume tanah lembab dari tiap-tiap test :
γb =
Massa Volume kering dari tiap-tiap test :
γd =
Keterangan :
= Massa volume saat kadar udara nol
Gs = Massa spesifik butiran padat tanah
= Massa volume air
w = Kadar air
2.6.5 Hasil Pemeriksaan
51
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
KAMPUS BUKIT JIMBARAN TELEPON : (0361) 703385
TABEL 2.12. PERCOBAAN PEMADATAN TANAH
Jenis Tanah : Lempung
Ukuran Silinder Cara = A/B/C/D
Diameter : 10,13 cm Massa penumbuk = 2,5 kg
Tinggi : 11,61 cm Jumlah lapis = 3 lapis
Volume : 935,71 cm3 Jumlah tumbukan tiap lapis =25/25/25
No Uraian C1 C2 C3 C4 C5 C6
1 Penambahan air gram 1 2 3 4 5 6
2 Massa Mold + Tanah Padat gram 4585 4778 4850 4885 4843 4839
3 Massa Mold gram 3350 3350 3350 3350 3350 3350
4 Massa Tanah Padat (W) gram 1235 1428 1500 1535 1493 1489
5 Massa Volume Basah b= gr/cm31,31 1,52 1,60 1,64 1,59 1,59
Kadar Air
6 No. Cawan Timbang C1 C2 C3 C4 C5 C6
7 Massa Cawan + Tanah Basah(W2) gram 49,7 49,5 36,4 55,0 57,6 62,8
8 Massa Cawan + Tanah Kering(W3)gram 43,3 39,5 29,3 39,5 38,8 41,6
9 Massa Cawan Timbang(W1)gram 6,1 5,4 6,6 5,9 6,7 6,2
10 Massa Air (A) = W2-W3gram 6.4 10 7.1 15.5 18.8 21.2
11 Massa Tanah Kering (B) = W3-W1gram 37.2 34.1 22.7 33.6 32.1 35.4
12 Kadar Air (w) = 17.20 29.33 31.28 46.13 58.57 59.89
13 Massa Volume Kering γd= gr/cm31.118 1.175 1.219 1.122 1.003 0.994
52
Tabel 2.13. Nilai Zero Air Void(ZAV)
No. Kadar Air dgr/cm3 zavgr/cm3
1 17.204 1.118 1.534
2 29.326 1.175 1.293
3 31.278 1.219 1.261
4 46.131 1.122 1.062
5 58.567 1.003 0.938
6 59.887 0.994 0.927
Nilai Gs = 2,085
2.6.6 Analisa Hasil Percobaan
Energi yang dibutuhkan untuk pemadatan (E)pada uji protor standar, dapat ditulis
sebagai berikut :
=
= 6,012 kg/cm2
53
2.6.7 Kesimpulan :
Berdasarkan grafik diatas diperoleh nilai kadar air optimum sebesar 40.08%
dengan nilai massa volume kering (γd) maksimum sebesar 1,15 gr/cm3. Sedangkan
energi yang dibutuhkan untuk pemadatan pada uji protor standar adalah 6,012 kg/cm2
2.7 PEMERIKSAAN DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN TANAH (SIEVE
ANALYSIS)
Pemeriksan dilakukan pada :
Tanggal : 15 – 16 November 2015
Pukul : 09.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik sipil,
Universitas Udayana.
2.7.1 Tujuan :
Untuk menentukan distribusi ukuran butir dari suatu tanah.
2.7.2 Benda Uji
Tanah yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah tanah yang sudah
dikeringkan dengan oven yang kemudian dihancurkan.
2.7.2 Peralatan :
a. Saringan
Terdiri atas satu susunan saringan dengan tutup atas dan bawah, nomor saringan
(standar ASTM) dan ukurannya adalah sebgai berikut :
No. 3/8” (9,50 mm)
No. 4” (4,75 mm)
No. 10” (2,00 mm)
No. 20” (0,850 mm)
No. 40” (0,425 mm)
No. 80” (0,180 mm)
No. 100” (0,150 mm)
No. 200” (0,074 mm)
Pan (0,00 mm)
54
Gambar 2.42. Satu Set Saringan
b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
Gambar 2.43.Timbangan ketelitian 0,01 gram
c. Oven.
55
Gambar 2.44.Oven
d. Mesin penggetar (Sieve Shaker)
Gambar 2.45.Mesin Penggetar
e. Contoh tanah asli.
f. Stop watch
2.7.3 Pelaksanaan :
a. Tanah dikeringkan dalam oven.
b. Bongkahan – bongkahan tanah dihancurkan.
c. Tanah yang butiran – butirannya sudah terpisah ditaruh pada ayakan yang sudah
disusun dengan nomor kecil diletakkan paling atas.
d. Ayakan di goyang dengan mesin penggoyang ± 10 menit.
e. Setelah selesai, semua tanah yang tertahan di tiap – tiap ayakan ditimbang.
56
Berikut adalah beberapa contoh tanah yang tertahan pada ayakan:
f.
g.
h.
i.
Gambar 2.46 Tanah yang tertahan pada ayakan
j. Prosentase dari semua butiran yang lolos dari tiap-tiap ayakan ditentukan.
2.7.4 Hasil Pemeriksaan
57
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
KAMPUS BUKIT JIMBARAN TELEPON : (0361) 703385
.
TABEL 2.14. ANALISA SARINGAN (SIEVE ANALYSIS)
No Saringan Massa Tertahan Jumlah Persen %
mm Inchi Tertahan Jumlah Tertahan Lolos
9,500 No 3/8 ″ 15 15 1.876173 100
4,750 No 4″ 79.8 94.8 9.981238 90.0188
2,000 No 10″ 260.4 355.2 32.57036 57.4484
0,850 No 20″ 203.2 558.4 25.41588 32.0325
0,425 No 40″ 90.2 648.6 11.28205 20.7505
0,180 No 80″ 70 718.6 8.755472 11.995
0,150 No100″ 7.2 725.8 0.900563 11.0944
0,074 No 200″ 32.3 758.1 4.040025 7.05441
0 pan 41.4 799.5 5.178236 1.87617
% yang tertahan =
% lolos = 100% - % komulatif
58
Gambar 2.47 Grafik Analisa Saringan
2.7.5 Kesimpulan
Berdasarkan buku Mekanika Tanah (Redana, 2010):
Kerikil : 4,75 mm - 2 mm
Pasir : 0,85 mm - 0,15 mm
Lanau : 0,106 mm
Lempung : < 0,075 mm
Dari grafik analisa saringan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan diameter tanah yang lolos saringan, didapatkan jenis tanah lempung
karena terdapat butiran tanah yang lolos saringan No. 200 dengan diameter 0,074
mm sebesar 7.05441 %.
59
Kerikil
Pasir
Lanau
Lempung
2.8 PEMERIKSAAN TEKAN BEBAS (UNCONFINED COMPRESSION TEST)
Pemeriksaan dilakukan pada :
Tanggal : 15 – 16 November 2015
Jam : 09.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik sipil,
Universitas Udayana.
2.8.1 Tujuan :
1. Untuk menentukan nilai kekuatan tanah tersebut dalam keadaan bebassampai
mencapai keruntuhan. Kuat tekan bebas adalah besarnya tekanan aksial yang
diperlukan untuk menekan suatu silinder tanah sampai pecah.
2. Untuk menentukan besarnya sudut geser dalam sample tanah.
3. Untuk menentukan besarnya kohesi sample tanah.
2.8.2 Benda Uji :
Benda uji berupa tanah kohesif berbentuk silinder, tinggi benda uji tanah kohesif
antara 2 – 3 kali diameternya. Diameter minimum benda uji adalah 3,30 cm. Apabila
diameter benda uji 7,0 cm, butir tanah terbesar diijinkan adalah 1/10 kali diameter
benda uji, sedangkan bila diameter benda uji lebih besar dari 7,10 cm, butir tanah
terbesar yang diijinkan adalah 1/6 kali diameter benda uji.
2.8.3 Peralatan :
60
Gambar 2.48. Mesin penekan tanah
Gambar 2.49. Alat pengeluar contoh tanah
Gambar 2.50. UNCONFINED COMPRESSION TEST
61
Gambar 2.51.Tabung cetak belah
Gambar 2.52.Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
Gambar 2.53. Mengukur diameter dan tinggi.
62
2.8.4 Pelaksanaan :
Persiapan benda uji :
a. Contoh tanah dikeluarkan dengan alat pengeluar, kemudian cetakan diolesi
tipis dengan pelumas. Setelah itu contoh tanah dimasukkan ke cetakan belah,
benda uji dipotong rata bagian atas dan bawahnya, kemudian cetakan dibuka.
b. Ukuran contoh tanah asli bisa disesuaikan dengan diameter silinder benda uji
yang diinginkan.
Pembebanan :
a. Benda uji diletakkan pada alat tekan, berdiri vertikal dan sentris pada pelat
dasar alat.
b. Alat tekan diatur, sehingga pelat atas menyentuh benda uji tegangan pada
pembacaan nol.
c. Alat tersebut dikerjakan dengan kecepatan 0,5 – 20 % terhadap tinggi benda
uji permenitnya. Pembacaan arloji pengukur dicatat setiap 30 detik.
d. Pembebanan dihentikan apabila telah tampak keretakan pada benda uji.
e. Perubahan bentuk benda uji dicatat dan disket/digambar sudut keretakannya
(α).
f. Pelaksanaan pemeriksaan ini harus secepatnya, agar kadar air tidak berubah
karena penguapan.
2.8.5 Perhitungan :
a. Luas penampang contoh tanah dikoreksi dengan rumus :
A =
Dimana :
A0 = Luas contoh tanah mula-mula (cm2)
1 – ε = Koreksi
b. Beban (P) dihitung dengan rumus :
P = γ . χ
Dimana :
γ = Kalibrasi alat (0,205 kg/cm2)
63
χ = Beban pembacaan arloji
c. Dari sudut keretakan (α), dapat dihitung sudut geser dalam (Φ) dengan
rumus: Φ = 2 (α – 45o)
2.8.6 Hasil Pemeriksaan
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
KAMPUS BUKIT JIMBARAN TELEPON : (0361) 703385
TABEL 2.16.PEMERIKSAAN TEKAN BEBAS (UNCONFINED TEST)
Ø sample : 6,8 cm Faktor kalibrasi : 0,205 kg/cm2
Tinggi sample mula mula : 14 cm Kadar air : 42 %
Luas mula – mula : 36,31 cm2 α : 55°
Volume contoh : 508,43 cm3 Ø : 0
Massa contoh : 816,8 gr cu : 0,261 kg/cm2
Massa volume : 1,606 gr/cc Kuat Tekan (qu) : 1,619 kg/cm2
Waktu Pemendekan Tanah Luas Beban Tekanan
Pembacaan ∆L Regangan Tampang tanah Pembacaan Beban P P/A
arloji a= 10 ³ ε = ∆L Koreksi Luas di Arloji ( kg ) (kg/cm2)
( cm ) 1 -ε Koreksi (A)
1 140 0,140 1 0,99 35,6127 5.54 0.1568
2 280 0,280 2 0,98 35,9842 8.61 0.2509
3 420 0,420 3 0,97 36,3556 11.48 0.3446
4 560 0,560 4 0,96 36,72569 14.15 0.4378
5 700 0,700 5 0,95 37,1183 17.02 0.5434
6 840 0,840 6 0,94 37,5193 19.07 0.6290
7 980 0,980 7 0,93 37,9199 20.30 0.6924
8 1120 1,120 8 0,92 38,32103 21.12 0.7458
64
Keterangan :
a = batas elastik
b = batas plastik
o – a = sifat elastik
a – b = sifat plastik
2.8.7 Kesimpulan :Dari hasil percobaan didapat kuat tekan bebas sampel tanah:
Kuat tekan bebas sampel tanah
qu = 1,619 kg/cm2
Pada uji ini, sudut geser dalam (Ø) = 0 dan tidak ada tegangan sel (σ3 = 0), yang
ada hanya beban vertikal (σ1) menyebabkan tanah menjadi retak dibagi satuan
luas yang dikoreksi (A) disebut Unconfined Compression Strength (qu).
65
a
b
O
4. Lingkaran Mohr :
2.9 PEMERIKSAAN UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR)
Pemeriksan dilakukan pada :
Tanggal : 15 – 16Oktober 2013
Jam : 09.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah,Jurusan Teknik sipil,Fakultas Teknik
Universitas Udayana.
2.9.1 Tujuan
Untuk mengetahui nilai kohesi dan besar sudut geser.
2.9.2 Benda Uji
Tanah tidak terganggu yang dikeluarkan dari tabung dipotong menggunakan ring
pemotong, sehingga ketebalannya sama dengan ketebalan ring pemotong.
Dalam praktikum ini benda uji yang digunakan salah, seharusnya benda uji
berupa pasir.
2.9.3 Peralatan :
a. Mesin Direct Shear
b. Cetakan/ring pemotong contoh tanah
c. Kawat pemotong (trimmer)
d. Tabung percobaan
e. Batu Porous
f. Plat bergerigi
g. Dial Penurunan
66
Cu = qu /2
σ3
τ
σ1½ (σ1 + σ3) σ
Ø = 0
h. Alat pengukur waktu (timer)
2.9.4 Pelaksanaan :
a. Keluarkan contoh tanah yang tidak terganggu (undisturbed) dari
tabung(atau buat remolded sample), dan potong menggunakan ring
pemotong.potong ketebalan tanah dengan menggunakan kawat pemotong
(trimmer), agar ketebalan contoh tanah sama dengan ketebalan ring pemotong.
b. Pasang batu porous pada bagian bawah tabung percobaan, kemudian
pasang plat bergerigi di atas batu porous.
c. Keluarkan contoh tanah dari ring pemotong, dan masukan ke dalam
tabung percobaan (diatas plat bergerigi)
d. Letakan batu bergerigi diatas contoh tanah, kemudian pasang batu
porous di atas batu bergerigi
e. Masukan tabung percobaan kedalam kompartemen, dan atur dial
penurunan agar jarum menunjukan angka nol.
f. Atur torak beban dan pencatat gaya geser (proving ring) agar tepat
menempel pada tabung percobaan.
g. Selesai persiapan, siapkan timer (stopwatch) untuk memulai
percobaan.
Pasang beban N, dan segera jalankan mesin (T) bersamaan dengan stopwatch
h. Catat besarnya gaya yang terjadi pada proving ring (T) dan dial
penurunan pada setiap interval tertentu
i. Percobaan dilanjutkan sampai contoh tanah hancur, yang ditunjukan dari gaya
pada proving ring yang konstan
j. Ulangi proses percobaan (langkah a sampai i) pada contoh tanah yang baru dan
beban normal (N) yang lebih bessar
k. Percobaan dilakukan minimal 3 kali dengan beban normal (N) yang berbeda-beda.
l. Hitung tekanan normal dan tegangan geser maksimum yang terjadi
m. Gambarkan grafik hubungan antara tekanan normal dan tegangan geser, kemudian
tentukan besarnya kohesi dan sudut geser- dalam tanah
67
2.9.3 Hasil Pemeriksaan
TABEL 2.17. UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR)
LRC : 0.87 N/ Div
Horiz. Dial P1 8 kg P2 16 kg P3 24 kg
Reading (0.01 mm)
Dial Reading
Gaya Geser
Dial Reading
Gaya Geser
Dial Reading
Gaya Geser
(N) (Kg) (N) (Kg) (N) (Kg)
P1*LRC N/10 P2*LRC N/10 P3*LRC N/1010 2 1.74 0.174 5 4.35 0.435 5 4.35 0.435
20 5 4.35 0.435 6 5.22 0.522 10 8.7 0.87
40 11 9.57 0.957 15 13.05 1.305 19 16.53 1.653
60 15 13.05 1.305 21 18.27 1.827 27 23.49 2.349
80 20 17.4 1.74 29 25.23 2.523 39 33.93 3.393
100 25 21.75 2.175 26 22.62 2.262 46 40.02 4.002
120 30 26.1 2.61 41 35.67 3.567 55 47.85 4.785
140 34 29.58 2.958 49 42.63 4.263 60 52.2 5.22
160 39 33.93 3.393 46 40.02 4.002 69 60.03 6.003
180 41 35.67 3.567 48 41.76 4.176 76 66.12 6.612
200 46 40.02 4.002 50 43.5 4.35 87 75.69 7.569
250 56 48.72 4.872 64 55.68 5.568 108 93.96 9.396
300 66 57.42 5.742 79 68.73 6.873 126 109.62 10.962
350 75 65.25 6.525 92 80.04 8.004 144 125.28 12.528
400 82 71.34 7.134 106 92.22 9.222 155 134.85 13.485
450 90 78.3 7.83 120 104.4 10.44 165 143.55 14.355
500 97 84.39 8.439 134 116.58 11.658 172 149.64 14.964
600 105 91.35 9.135 136 118.32 11.832 128 111.36 11.136
700 110 95.7 9.57 145 126.15 12.615 180 156.6 15.66
800 114 99.18 9.918 150 130.5 13.05 182 158.34 15.834
900 120 104.4 10.44 152 132.24 13.224 185 160.95 16.095
1000 120 104.4 10.44 157 136.59 13.659 186 161.82 16.182
1100 120 104.4 10.44 161 140.07 14.007 187 162.69 16.269
1200 120 104.4 10.44 161 140.07 14.007 188 163.56 16.356
1300 120 104.4 10.44 161 140.07 14.007 188 163.56 16.356
68
NO TES
MASSA RING (gr)
MASSA SAMPE
L + RING (gr)
MASSA (gr)
TINGGI SAMPEL
(cm) h
DIAMETER
SAMPEL (cm) Φ
LUAS (cm2)
A0
MASSA VOL
BASAH (gr/cc)
γ
TEGANGAN NORMAL (kg/cm2)
σ
TEGANGAN GESER (kg/cm2)
τ
KOHESI (kg/cm2)
c
SUDUT GESER
(...°)ф
1 57.6 180 122.4 2.7 5.7 25.51 1,777 4.704 0,4070,261 2002 57.6 184.9 127.3 2.7 5.7 25.51 1,848 6.311 0,549
3 57.6 178.2 120.6 2.7 5.7 25.51 1,750 7.369 0,641
Grafik 2.53 Hubungan Tegangan Geser dengan Tegangan Normal
69
2.9.3 Kesimpulan
Nilai kohesi (c) = 0,261 diperoleh pada saat nilai x = 0 pada
persamaan y = 11,383x + 0,0686. Besar sudut geser (ф) adalah sudut yang
dibentuk oleh gradient persamaan y = 11,383x + 0,0686 dengan garis
horizontal, yaitu sebesar 20o (berdasarkan persamaan geometri).
Kesimpulan ini tidak dapat diterima jika disesuaikan dengan teori
yang ada karena pemeriksaan yang dilakukan salah.
70
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil perhitungan praktikum yang diperoleh, maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kekuatan tanah dengan sondir
Dari data (menggunakan 3 angker) didapatkan perlawanan penetrasi konus
sebesar 250 kg/cm2 pada kedalaman 260 cm.
Jika ditetapkan angka keamanan (safety factor) sebesar 3 maka tegangan
ijin tanah pada kedalaman 260 cm adalah6,250 kg/cm2
b. Pemeriksaan contoh lapisan tanah dengan boring
Pada kedalaman 0 – 1,00 meter merupakan lapisan tanah lempung
berwarna coklat kehitaman. Pada kedalaman 1,00 – 2,00 merupakan lapisan
tanah lempung berwarna coklat muda.
o Dalam percobaan yang dilakukan sampai kedalaman 2,00 meter, belum
ditemukan muka air tanah.
c. Pemeriksaan kadar air (water content)
Dari beberapa referensi tentang mekanika tanah, diperoleh variasi tentang
harga kadar air untuk tanah lempung lembek (Soft Clay) yaitu berkisar 30 % - 50
%. Kadar air rata – rata sample tanah yang diuji adalah 33.835 %. Ternyata dari
percobaan di atas, kadar air rata-rata memenuhi kisaran kadar air untuk tanah
lempung yaitu 33.835%.
d. Pemeriksaan tekan bebas
Dari hasil percobaan didapat kuat tekan bebas sample tanah:
1. Kuat tekan bebas sampel tanah
qu = 1,619kg/cm2
71
2. Sudut geser dalam sample tanah :
= 2 (α – 45 0) = 2 (500 – 45 0)
= 100
3. Kohesi sample tanah :
c u= = 0,8095 kg/cm2
e. Pemeriksaan batas – batas Atterberg
Batas Cair : LL = 44,3 %
Batas Plastis : PL = 41,2 %
Indek Plastis : PI = LL – PL = 44,3 % - 41,2 % = 3,1 %
Berdasarkan hasil praktikum batas plastis (PL) yang diperoleh,sehingga
dapat di klasifikasikan kedalam jenis tanah lanau
Berdasarkan klasifikasi AASHTO bahwa tanah dengan indeks plastis
sebesar 11 atau lebih tergolong tanah lempung. Dari praktikum yang telah kami
lakukan dengan melihat nilai dari batas plastis maka tanah yang telah kami uji
termasuk jenis tanah lanau yang memiliki nilai PI>7
f. Berat jenis
Massa spesifik tanah berlempung (tanah lanau), berkisar antara 2,6 - 2,9.
Dari hasil pemeriksaan, maka didapatkan berat jenis rata-rata sample adalah
(Gs)=2,1045. Sehingga berat jenis yang diperoleh dari percobaan tersebut tidak
memenuhi syarat berat jenis tanah lempung. Hal ini dapat terjadi akibat kelalian
pada pelaksanaan praktikum maupun terjadi pada kesalahan alat praktikumnya,
misalnya pada saat penimbangan contoh sampel tanah dapat dipengaruhi oleh
pengaruh dari luar contohnya pengaruh angin.
g. Test pemadatan
Berdasarkan grafik diperoleh nilai kadar air optimum sebesar 34,17 %
dengan nilai massa volume kering (γd) maksimum sebesar 1,26 gr/cm3.
Sedangkan energi yang dibutuhkan untuk pemadatan pada uji protor standar
adalah 6,012 kg/cm2
72
g. Analisa saringan
Menurut Sistem Klasifikasi Unified (USCF) batasan-batasan ukuran butir
jenis tanah. Dari grafik analisa saringan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut: Berdasarkan diameter tanah yang lolos saringan, didapatkan jenis tanah
lempung kepasiran, karena ukuran butir tanah yang tertahan pada saringan No.
200 dengan diameter 0,075 mm, yang mana persen lolosnya sebesar 4,55 %.
3.2 Saran
Berdasarkan segala hal yang didapatkan dalam pelaksanaan praktikum
penyelidikan tanah yang telah dilaksanakan, maka kami dapat menyampaikan
beberapa saran antara lain:
a. Pelaksanaan Uji Bor pada tanah di lapangan hendaknya dilaksanakan lebih
seksama guna mendapatkan hasil yang lebih baik.
b. Pada saat pengujian berat jenis tanah hendaknya dilaksanakan lebih teliti
agar hasil yang diperoleh lebih maksimal dan juga perlu diperhatikan
pengaruh-pengaruh dari luar.
c. Pemeriksaan analisa saringan hendaknya dilaksanakan lebih teliti agar
hasil yang diperoleh lebih maksimal juga saat penimbangannya.
d. Dalam penyiapan sampel tanah untuk uji tekan bebas (Unconfined),
diharapkan tanah yang diambil tidak mendapatkan “perlakuan” dari luar.
Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga kualitas tanah agar tetap sama
pada saat proses pengujian sampel.
e. Dalam proses pratikum disarankan hany diikuti 2 kelompok maksimal 10
orang mahasiswa dan ditemani lebih dari 1 pembimbing setiap
kelompokagar proses praktikum berjalan kondusif
PDAFTAR PUSTAKA
73
Das, Braja M 1998. Mekanika Tanah (Prinsip – Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I.
Jakarta : Erlangga
LH, Shirley. 1987. Penuntun Praktis Geoteknik dan Mekanika Tanah
(PenyelidikanLapangan dan Laboratorium). Bandung : NOVA
Hardiyatmo, Christiady. 2002. Teknik Fondasi 1 Edisi Kedua. Yogyakarta : Beta Offset
Swijana, I Ketut. Maria Hidayati, Annisa. Dodik Wirya Ardana, Made. Reti Adnyana,
Wayan. 2005. Buku Ajar Teknik Pondasi. Jurusan / Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Udayana.
Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah Laboratorium Mekanika Tanah Program
Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana.
74