ACARA III
PENANAMAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penanaman merupakan salah satu langkah dalam budidaya tanaman yang
dilakukan setelah pesemaian. Penanaman sangat berpengaruh pada hasil
produksi. Kesalahan dalam penanaman dapat menurunkan jumlah produksi,
melainkan juga dapat menyebabkan tanaman tidak tumbuh atau mati sebelum
menghasilkan. Untuk meningkatkan hasil produksi, tata cara penanaman harus
diperhatikan. Cara penanaman benih tanaman berbeda. Tanaman yang sukar
dipindahkan dapat ditanam dengan disebar langsung. Misalnya saja jagung manis,
kacang panjang, kangkung, buncis, wortel, kedelai dan ketimun (Sri Setyati
Harjanti, 1979). Selain itu, benih juga dapat ditanam ditempat yang mudah
dipindahkan. Waktu tanam, persiapan tanah dan bibit juga sangat mempengaruhi
produksi dari tanaman.
B. Tujuan
a. Praktikan dapat mempelajari cara menanam berbagai jenis
tanaman, baik dari golongan tanaman semusim maupun tahunan.
b. Praktikan dapat mempelajari cara menanam tanaman dengan bahan
tanam yang berbeda-beda.
c. Praktikan dapat mengamati pengaruh beberapa macam perlakuan
yang dicoba terhadap masing-masing tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menanam merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam usaha produksi
tanam. Kekeliruan yang terjadi pada tahap ini tidak saja dapat menurunkan
produksi, melainkan juga dapat menyebabkan tanaman tidak tumbuh atau mati
sebelum menghasilkan. Sehingga cara menanam perlu dipelajari dengan baik, agar
kegagalan dapat dihindari. Karena kesalahan dalam bercocok tanam hanya akan
membuang biaya, tenaga dan waktu.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan supaya tanaman dapat tumbuh dan
memberikan hasil yang baik, dalam arti tanaman yang ditanam dapat tumbuh
sesuai dengan yang diharapkan dan memberikan hasil yang optimal. Faktor-
faktor tersebut antara lain :
1. Tanah.
Menurut ahli tanah, tanah adalah sarana produksi tanaman yang mampu
menghasilkan berbagai tanaman (AAK, 1984). Kondisi tanah harus diatur agar
fungsi tanah dapat berperan sebagaimana mestinya. Tanah memiliki beberapa
fungsi antara lain :
Sebagai tempat tegaknya tanaman.
Sebagai media tumbuh yang menyediakan unsur hara, air dan udara.
Sebagai tempat tumbuhnya akar, umbi, polong yang bersifat sebagai
cadangan makanan pada beberapa tanaman.
Karena peranan tanah yang sangat penting, maka kondisi tanah harus
benar-benar dijaga dengan cara pengolahan tanah yang baik. Dimana tujuan dari
pengolahan tanah itu sendiri antara lain, adalah :
Mermperbaiki suhu, peredaran air dan udara dalam tanah.
Meningkatkan sifat fisik tanah.
Mempermudah penggunaan obat-obatan dan pupuk dalam tanah.
2. Jenis tanaman yang diusahakan.
Setiap jenis tanaman memiliki cara penanaman yang berbeda-beda. Ada
jenis tanaman yang bijinya dapat ditanam langsung. Ada tanaman yang perlu
disemaikan terlebih dahulu sebelum ditanam di lapang.
Jenis tanaman juga berpengaruh pada pengolahan tanah. Ada yang
menghendaki pengolahan tanah yang sempurna dan ada yang hanya memerlukan
pengolahan tanah sebagian.
3. Bahan tanam yang digunakan.
Bahan tanam menentukan cara menanam dan pertumbuhan tanaman,
misalnya tebu dengan stek pucuk dapat ditanam dengan direbahkan, tetapi bibit
yang berupa rayungan harus ditanam tegak.
Untuk bibit yang berbentuk tanaman muda ada yang setelah ditanam
memerlukan perlindungan terlebih dahulu sebelum tanaman cukup kuat untuk
menerima cahaya matahari secara langsung.
4. Musim dan waktu tanam.
Tanaman harus ditanam di musim yang tepat. Tanaman yang tidak
ditanam pada musim yang tepat pertumbuhannya akan lambat, atau mudah
terserang serangan hama/ penyakit sehingga produksinya akan berkurang. Tiap
tanaman memiliki waktu tanam yang berbeda, ada tanaman yang baik ditanam
pada musim hujan, kemarau dan akhir musim hujan, atau akhir musim kemarau.
Selain hal-hal diatas faktor yang tersangkut pada penanaman antara lain
energi penyinaran dalam bentuk panas dan cahaya dan udara yang memberikan
karbondioksida dan oksigen. Tanah dan energi penyinaran bervariasi di
permukaan bumi. Walaupun komposisi udara di atas bumi hampir seragam di
atas tanah, presentasi udara di dalam tanah bervariasi sangat besar.
Areal-areal tertentu dari daerah tropik dan beriklim sedang mampu untuk
menyokong pertunbuhan yang subur. Dalam tempat-tempat yang favorable ini,
tanaman menjadi serasi pada keadaan lingkungan dan menjadi bagian yang tak
terpisahkan. Faktor-faktor apapun dari sekeliling tanaman itu yang menjadi
kurang optimum, akan membatasi pertumbuhan tanaman.
Pada penanaman, benih dapat disebar langsung di tempat tanam permanen
atau mula-mula dalam wadah atau tempat dimana tanaman muda dapat
dipindahkan (transplanting) sekali atau dua kali sebelum penanaman permanen.
Penyemaian atau pembibitan ditujukan untuk mananam bibit atau semai untuk
memberikan pengaturan lingkungan yang lebih tepat, selama tahap
perkecambahan yang gawat dan awal pertumbuhan bibit. Dalam penanaman padi
sawah, untuk menghemat waktu selama pengerjaan tanah yang makan waktu
lama, benih telah ditebar dulu di pesemaian khusus.
Tanaman yang sukar dipindahkan atau yang harga satuan tanaman tidak
memadai kerepotan dan biaya pemindahan ditanam dengan sebaran langsung.
Banyak tanaman sayuran selalu ditanam langsung seperti buncis, kacang panjang
panjang, jagung manis, lobak, wortel dan ketimun. Jarak tanam yang tepat sangat
penting dalam sebar langsung, untuk menghindari kebutuhan penjarangan atau
penyulaman yang ekstensif. Hal ini sukar dilaksanakan untuk benih-benih kecil
atau benih yang tidak bundar (lettuce) hingga ada usaha-usaha untuk melakukan
pelengketan (pelleting). Kedalaman tanam tergantung pada tipe perkecambahan,
kandungan air dan oksigen pada tanah. Pada umumnya, bibit dengan keping biji
yang muncul ke atas tanah , biasanya memerlukan penanaman lebih dangkal
daripada bibit yang keping bijinya tertinggal dalam tanah.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Tugal.
Pancong
Tali rafia.
Gembor.
Cangkul
Bahan :
Benih jagung dan kangkung.
Pupuk urea , SP36 dan KCl.
Furadan.
3 petak tanah.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Lahan diolah dengan baik, dibuat 3 petakan sehingga siap untuk ditanami.
2. Benih jagung dan kangkung dipersiapkan.
3. Pupuk dipersiapkan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
4. Lubang dibuat dengan tugal dengan ketentuan:
a. Monokultur Jagung
Jarak tanam 25 x 50 cm, lubang dibuat 6 baris yang terdiri dari 11 lubang
tiap baris, tiap lubang diisi 2 butir biji jagung.
b. Monokultur Kangkung
Jarak tanam 20 x 20 cm, lubang dibuat 14 baris yang terdiri dari 14 lubang
tiap baris, tiap lubang diisi 3 butir biji kangkung.
c. Tumpang Sari Jagung dan Kangkung
Jarak tanam untuk jagung 40 x 50 cm dan untuk kangkung 20 x 20 cm,
jagung dan kangkung ditanam secara selang- seling, jagung dibuat 7 baris
dengan tiap baris terdiri dari 4 lubang, tiap lubang diisi sesuai pada
monokultur, diantara jagung baru dibuat lubang untuk kangkung.
5. Pupuk dasar diberikan pada saat tanam diletakkan 5 cm dari tanaman yaitu
pupuk SP 36, Urea dan Kcl.
6. Pengamatan dilakukan mulai 7 hari setelah tanam, kemudian setelah 14 hari
setelah tanam dipupuk dengan Urea.
7. Sampel tanaman yang akan diamati ditentukan.
8. Komponen tinggi tanaman dan jumlah daun pertumbuhannya diamati.
V. HASIL PENGAMATAN
Monokultur Jagung
Sampel Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu VTanaman JD TT JD TT JD TT JD TT123456789
222222222
8,44,96,78,05,45,34,26,16,4
676755666
13,524,026,527,022,617,523,524,020,0
776766666
29,034,538,037,029,423,428,529,926,0
877977887
32,438,542,045,234,327,835,035,730,9
∑ 18 55,4 54 198,6 57 275,7 68 321,82 6,2 6 22,0 6,3 30,6 7,5 35,75
Monokultur Kangkung
Sampel Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu VTanaman JD TT JD TT JD TT JD TT123456789
544643334
13,412,311,814,115,47,212,54,820,7
766976668
16,015,515,315,218,810,515,07,524,0
9891587889
15,016,416,918,017,410,915,29,421,3
991016888910
21,319,520,422,719,914,217,815,324,6
∑ 36 112,2 61 137,8 81 140,5 87 175,74 12,4 6,7 15,3 9 15,6 87 175,7
Tumpangsari Jagung
Sampel Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu VTanaman JD TT JD TT JD TT JD TT123456789
233222222
10,224,119,311,418,69,012,78,210,8
567566656
18,427,025,619,824,018,320,517,218,2
668678757
21,629,332,428,337,227,230,125,726,0
678688767
29,231,436,531,639,329,833,729,430,3
∑ 20 124,3 52 189 60 262,3 63 291,22,2 13,8 5,7 21,0 6,6 29,14 7 32,35
Tumpangsari Kangkung
Sampel Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu VTanaman JD TT JD TT JD TT JD TT123456789
222334543
6,311,19,06,15,28,75,44,85,0
676867775
11,815,212,011,27,813,110,99,211,3
796967986
16,617,412,911,69,617,314,48,312,1
8979771087
22,024,117,315,612,119,518,612,414,0
∑ 28 61,6 59 102,5 68 120,2 72 155,63,1 6,84 6,5 11,38 7,5 13,35 8 17,28
VI. PEMBAHASAN
Maksud dan tujuan praktikum Penanaman ini adalah mempelajari cara
menanam berbagai jenis tanaman, baik dari golongan tanaman semusim maupun
tahunan, mempelajari cara menanam tanaman dengan bahan tanam yang berbeda-
beda dan mempelajari atau mengamati pengaruh beberapa macam perlakuan yang
dicoba terhadap masing-masing tanaman.
Dalam menanam, yang perlu diperhatikan juga adalah pemupukan.
Pemberian pupuk tergantung pada jenis tanaman yang akan dibudidayakan.
Pemberian secara broadcast, menunjuk pada penebaran terserak dari bahan secara
merata pada permukaan tanah, biasanya dilakukan sebelum tanaman ditanamkan.
Pemberian pupuk yang lebih efektif yaitu cara topdressing, yaitu penempatan
pupuk langsung di atas tanaman tumbuh. Bila tanaman peka terhadap kerusakan
atau kebakaran pupuk, pupuk dapat ditempatkan sepanjang sisi tanaman sebagai
side dressing. Cara ini sering dilaksanakan bersama penyiangan, jadi tercampur
dengan tanah. Pupuk dapat juga ditempatkan dalam jaluran tak terputus di antara
barisan (band placement) atau dapat dijatuhkan di belakang bajak di dasar aluran,
yang disebutplow –sole placement. (Sri Setyati Harjadi, 1979).
Untuk menentukan suatu sistem pertanaman yang akan digunakan, baik itu
pola tanam tunggal atau pola tanam tumpang sari, perlu dipertimbangkan
keuntungan dan kerugiannya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk
penentuan tersebut di antaranya :
a. Tanaman yang toleran terhadap naungan dapat ditanam dengan tanaman-
tanaman yang tinggi atau tanaman-tanaman yang diajir.
b. Setelah salah satu tanaman campuran berakhir, tipe tanaman lain harus
dipilih untuk melanjutkan pola tanam berikutnya.
1. Jagung (baby corn)
Sebelum pelaksanaan penanaman baby corn, persiapan yang perlu
dilakukan adalah persiapan lahan dan benih. Untuk lahan sendiri, tanaman ini
tidak membutuhkan lahan dengan persyaratan tanah yang tajam karena tanaman
ini dapat ditanam hampir semua jenis tanah namun tanah yang subur, gembur dan
kaya humus merupakan syarat baby corn dapat tumbuh dengan dengan baik. Agar
tanah dapat berfungsi secara maksimal, maka tanah perlu diolah. Adapun tujuan
pengolahan tanah adalah :
Memperbaiki tekstur tanah.
Memberikan tambahan humus atau kesuburan tanah dengan pemberian
pupuk kandang.
Membuat tanah sedemikian sehingga ssirkulasi udara dalam tanah menjadi
lebih baik.
Mendorong aktivitas mikroba tanah dan membebaskan hara tanaman
dalam tanah supaya hara tanaman tersebut dapat diambil oleh akar jagung.
Memberantas atau mencegah pertumbuhan rumput.
Mematikan hama dalam tanah.
Persiapan lain yang tak kalah penting yaitu persiapan benih. Benih yang
memiliki kualitas genetik yang baik maka tingkat produksinya juga baik. Memilih
benih yang baik adalah langkah awal penanaman guna mencapai produksi yang
tinggi. Benih yang baik berasal dari suatu jenis tanaman yang dihasilkan oleh
varietas yang mempunyai syarat-syarat berikut :
1. Daya adaptabilitas tinggi terhadap kondisi tertentu.
2. Kemurniannya baik.
3. Daya hasil baik.
4. Mempunyai sifat-sifat yang diinginkan.
5. Tahan terhadap hama dan penyakit serta
6. Memenuhi kualitas yang dikehendaki.
Secara fisik benih yang baik mempunyai penampilan sebagai berikut :
1. Berdaya kecanbah tinggi.
2. Warna dan berat biji seperti yang dikehendaki.
3. Tingkat keseragaman tinggi.
4. Bebas dari penyakit benih bawaan.
5. Bebas dari rerumputan, kerusakan biji dan
6. Bebas dari campuran dengan varietas lain.
Setelah benih dan lahan siap, mulailah masuk ketahap penanaman.
Penanaman pun tidak asal menanam, harus dilakukan pada waktu yang tepat agar
baby corn tidak mengecewakan hasilnya. Adapun waktu penanaman baby corn
yang tepat sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Pada dasarnya tanaman
ini tidak membutuhkan banyak air, namun meskipun demikian pada saat
pertumbuhan dan pembentukan tongkol, air harus benar-benar diperhatikan.
Bersamaan dengan penanaman benih, dilakukan juga pemupukan dasar yaitu urea,
SP 36, dan furadan pada satu lubang tanam bersamaan dengan benih baby corn.
Tanah yang disukai baby corn adalah yang gembur, kaya humus dan
mempunyai tingkat kemiringan tidak lebih dari 8 %. Karena daya adaptasinya
terhadap lingkungan tinggi, maka baby corn dapat berproduksi tinggi pada tanah
yang kurang subur asalkan mendapat pemeliharaan yang teliti. Selain itu, tanaman
baby corn juga membutuhkan curah hujan yang tidak terlalu tinggi, tapi
mencukupi kebutuhan terutama saat pertumbuhan dan pembentukan tongkol.
Kisaran curah hujan ideal bagi baby corn adalah 100 – 125 mm setiap bulan
dengan distribusi yang merata.
PH tanah yang baik untuk pertumbuhan jagung di Indonesia adalah antara
5,5-7,5. Pengapuran sangat dianjurkan pada tanah-tanah yang pH nya rendah
kurang dari 5,5.
Tanaman baby corn sangat membutuhkan sinar matahari. Untuk itu,
sebaiknya lahan penanamannya berada di tempat terbuka dan setiap hari mendapat
sinar matahari dalam jangka waktu yang panjang.
Baby corn sebenarnya adalah nama lain dari tongkol jagung yang dipetik
pada waktu masih muda. Tanaman baby corn adalah tanaman jagung sehingga
struktur dan fungsi yang ada pada baby corn sama dengan tanaman jagung. Sifat
pertumbuhan baby corn adalah apikal dominan yang berarti titik dominasi
pertumbuhan adapada pucuk batang. Sifat ini dapat menyebaabkan tongkol yang
paling atas berkembang lebih besar daripada yaang bawah dan terjadi konpetisi
antar tongkol. Sifat apikal dominan juga menghambat pemunculan tongkol baru
yang akan tumbuh. Akibatnya untuk setiap tanaman jagung bisa dipetik 3 - 5
tongkol baby corn tergantung daerah penanaman ( Penebar Swadaya, 1992 )
Pada pengamatan yang dilakukan diketahui rata-rata tinggi tanaman dan
rata-rata jumlah daun pada minggu II setelah tanam adalah 6,2 cm dan 2 helai,
minggu III setelah tanam diperoleh 22 cm dan 6 helai, minggu IV setelah tanam
30,6 cm dan 6 helai, minggu V setelah tanam 35,75 cm dan 7 helai. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa tanaman jagung tumbuh dengan baik.
2. Kangkung
Kangkung darat pada umumya diperbanyak dengan bijinya. Pada
bedengan dibuat lubang tanam kecil dengan tugal yang jarak antar lubangnya
20 cm dan jarak baris antar lubang 20 cm untuk monokultursedangkanuntuk
tumpang sari berjarak 40 x 50 cm dengan jarak tanam yang begitu berarti tidak
ada persaingan antara tanaman. Panjang bedengan tergantung pada keadaan dan
keinginan kita. Dalam tiap-tiap lubang itu ditanam 2-3 biji, kemudian ditutup
dengan tanah tipis-tipis. Kangkung darat sebaiknya ditanam pada musim
penghujan. Ini disebabkan oleh kebutuhan airnya yang tinggi, apalagi jika
kangkung ini ditanam di lahan kering. Tanah yang hendak ditanami kangkung
darat diolah terlebih terlebih dahulu. Tanah dicangkul sedalam 30 cm, kemudian
ditambahkan pupuk kandang. Kangkung darat pada umumya diperbanyak dengan
bijinya. Pada bedengan dibuat lubang tanam kecil dengan tugal yang jarak antar
lubangnya 20 cm dan jarak baris antar lubang 20 cm. Panjang bedengan
tergantung pada keadaan dan keinginan kita. Dalam tiap-tiap lubang itu ditanam
2-3 biji, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis.
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu
tahun. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak
mengandung air, dan berlubang-lubang. Batang tanaman kangkung tumbuh
merambat atau menjalar dan percabangannya banyak. Selama fase pertumbuhan,
tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji. Pada kangkung darat
biji berfungsi sebagai alat perbaanyakan tanaman secara generatif.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman tumpangsari jagung
dan kangkung diketahui rata-rata tinggi tanaman dan rata-rata jumlah daun pada
minggu II setelah tanam untuk tanaman jagung adalah 13,8 cm dan 2 helai,
minggu III setelah tanam diperolah 21 cm dan 6 helai, minggu IV setelah tanam
29,14 cm dan 7 helai, minggu V setelah tanam 32,35 cm dan 7 helai. Pada
tanaman kangkung diketahui rata-rata tinggi tanaman dan rata-rata jumlah daun
pada minggu II setelah tanam adalah 6,84 cm dan 3 helai, minggu III setelah
tanam diperolah 11,38 cm dan 7 helai, minggu IV setelah tanam 13,35 cm dan 8
helai, minggu V setelah tanam 17,28 cm dan 8 helai.
Sedangkan pada penanaman monokultur didapatkan rata-rata tinggi
tanaman dan rata-rata jumlah daun pada minggu II setelah tanam adalah 12,4 cm
dan 4 helai, minggu III setelah tanam diperolah 15,3 cm dan 7 helai, minggu IV
setelah tanam 15,6 cm dan 9 helai, minggu V setelah tanam 19,5 cm dan 10 helai.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tanaman kangkung tumbuh dengan baik.
Jika dibandingkan dengan tanaman monokultur, maka pertumbuhannya
akan lebih baik tanaman yang monokultur. Hal ini disebabkan unsur hara pada
tanaman yang ditanam secara monokultur akan lebih tercukupi dibandingkan
dengan tumpangsari. Walaupun kenyataannya seperti itu, akan tetapi metode
tumpangsari juga menguntungkan.
Menurut Rahmat Sutarya dkk (1995) keuntungan yang didapat dari pola
tanam tumpang sari antara lain sebagai berikut :
Mengurangi resiko kegagalan panen, karena jika salah satu tanaman tidak
memberikan hasil, masih ada kemungkinan tanaman kedua atau ketiga
yang akan memberikan keuntungan.
Pemanfaatan tanah yang lebih baik pada satuan waktu yang sama.
Keuntungan dari penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja.
Pola tanam ini mungkin dapat mempertahankan populasi serangga hama
dan infeksi virus pada tingkat yang rendah tetapi hal ini belum jelas
dibuktikan dalam percobaan.
Pola tanam yang rapat akan mencegah erosi tanah dan menekan
pertumbuhan rerumputan.
Dengan pola tanaman campuran dari beberapa jenis tanaman yang
berbeda, maka penggunaan cahaya matahari, air dan unsur hara menjadi
maksimum.
Pengaruh naungan dari tanaman-tanaman yang tinggi dapat bermanfaat
untuk pertumbuhan beberapa jenis tanaman. Adapun penambahan
beberapa pupuk berguna untuk mempercepat perkembangan bibit atau
benih. Penggunaan pestisida berguna agar benih tidak termakan oleh
serangga atau hewan lain.
VII. KESIMPULAN
a. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penanam yaitu tanah, pola tanam,
jarak tanam, saat menanam, cara menanam, dalamnya tanam, jenis
tanaman yang diusahakan, bahan tanam, musim atau iklim.
b. Pada sistem penanaman yang lebih menguntungkan adalah pada tumpang
sari karena kemungkinan gagal yang lebih sedikit, selain itu juga hasilnya
tidak hanya satu macam tanaman saja.
c. Penanaman merupakan pekerjaan menempatkan benih atau bibit pada
tanah yang sudah disiapkan dengan tujuan agar tumbuh dan berkembang
dengan harapan memberi hasil yang optimum.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. PT Gramedia: Jakarta.
Karnomo,W.H, dkk. 1989. Diktat Pengantar Produksi Tanaman Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman : Purwokerto.
Nazaruddin. 1995. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya; Jakarta.
Rukmana, Rahmat.Ir. 1994. Bertanam Kangkung . Penerbit Kanisius : Jakarta.
Tim Penebar Swadaya. 1995. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya : Jakarta.
Top Related