Acara III Mpp Ri

download Acara III Mpp Ri

of 24

Transcript of Acara III Mpp Ri

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    1/24

    ACARA III

    PENGARUH FAKTOR PERTUMBUHAN TERHADAP POPULASI

    MIKROBIA DALAM BAHAN PANGAN

    A. PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi

    atau masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan

    tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat.

    Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai

    pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang

    semakin besar atau subtansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut

    semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan

    jumlah sel mikroba itu sendiri.

    Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan

    jumlah atau total massa sel yang melebihi inokulum asalnya. Pertumbuhan

    merupakan suatu proses kehidupan yang irreversible artinya tidak dapat

    dibalik kejadiannya. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan

    kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan

    dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel,

    pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil

    pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka

    terjadi pertumbuhan populasi mikroba.

    Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh

    terhadap pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu

    dan suhu optimum tertentu untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran

    suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga kelompok sebagai

    berikut:1) Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu

    pertumbuhan pada suhu 0-20o C. 2) Mesofil, yaitu mikroba yang

    mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20- 45o C. 3) Termofil, yaitu

    mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45o

    C. Kebanyakan mikroba

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    2/24

    perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh baik pada suhu

    ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu

    optimum pertumbuhan sekitar 37o C, yang juga adalah suhu tubuh manusia.

    Oleh karena itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk

    pertumbuhan beberapa bakteri pathogen. Mikroba perusak dan pathogen

    umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 466oC.

    Pencemaran mikrobia pada bahan pangan merupakan hasil

    kontaminasi langsung/ tidak langsung dengan sumber sumber pencemar

    mikrobia seperti tanah, udara, air, debu, saluran pencernaan dan pernapasan

    manusia/ hewan. Namun demikian, hanya sebagian saja dari berbagai

    sumber pencemar yang berperan sebagai sumber mikrobia awal yang

    selanjutnya berkembang biak pada bahan pangan sampai jumlah tertentu.

    Hal ini berakibat populasi mikrobia pada berbagai jenis bahan umumnya

    sangat spesifik tergantung dari jenis bahan pangannya, kondisi lingkungan

    dan cara penyimpanannya. Dalam batas batas tertentu kandungan

    mikrobia pada bahan pangan tersebut. Akan tetapi, apabila kondisi

    lingkungan memungkinkan mikrobia untuk tumbuh dan berkembang lebih

    cepat, maka bahan pangan akan rusak karenanya.

    2. Tujuan

    Untuk mempelajari pengaruh pemanasan, pendinginan, pH, senyawa

    antimikrobia dan hurdle concept terhadap viabilitas dan pertumbuahan

    mikrobia pangan.

    B. TINJAUAN PUSTAKA

    Suhu adalah salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi

    kehidupan dan pertumbuhan organisme. Suhu dapat mempengaruhi

    mikroorganisme dalam dua cara yang berlawanan. 1) apabila suhu naik,

    kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya apabila

    suhu turun, kecepatan metabolisme juga turun dan pertumbuhan diperlambat.

    2) apabila suhu naik atau turun, tingkat pertumbuhan mungkin terhenti,

    komponen sel menjadi tidak aktif dan sel-sel dapat mati (Buckle, 1987).

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    3/24

    Bakteri dan virus dapat dipertahanakan pada suhu -20 0C (suhu pesawat

    pembeku mekanis), -700C (suhu es kering, yaitu CO2 beku), dan bahkan pada

    suhu -1950C (suhu nitrogen cair). Sesungguhnyalah, nitrogen cair seringkali

    digunakan untuk mengawetkan biakan banyak virus dan mikroorganisme, juga

    persediaan sel sel jaringan mamalia yang digunakan dalam virologi serta

    banyak macam riset lainnya. Pada kesemua prosedur ini, pendinginan mula-

    mula dapat mematikan sebagian dari sel-sel itu, namun jumlah yang dapat

    bertahan lebih besar dan tetap hidup untuk waktu lama. Mikroorganisme yang

    dipelihara pada suhu beku atau dibawah suhu beku, dianggap dorman karena

    tidak memperlihatkan adanya aktivitas metabolik yang dapat dideteksi. Hal ini

    merupakan dasar bagi berhasilnya pengawetan pangan dengan menggunakan

    suhu rendah (Pelczar, 1988).

    Sebagian besar bakteri dalam bentuk vegetatifnya akan mati pada suhu

    82-940C, tetapi banyak spora bakteri yang masih tahan pada suhu air mendidih

    1000C selama 30 menit. Untuk sterilisasi yaitu supaya mikroba beserta

    sporanya mati diperlukan pemanasan pada suhu yang lebih tinggi misalnya

    1210C selama 15 menit atau lebih, tergantung dari jumlah dan mutu

    substartnya. Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan uap panas

    misalnya di dalam autoklaf (Winarno, 1980).

    Pseudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastikyang mampu

    mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri

    Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran

    hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara

    bakteri Pseudomonas sp dengan senyawa hidrokarbon. Kemampuan bakteri

    Pseudomonas sp. IA7D dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam

    menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp

    IA7D berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat

    pencemaran hidrokarbon (Anonima, 2012).

    Saccharomyces merupakan genus khamir/ragi/en:yeast yang memiliki

    kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces

    merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk termasuk

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bakteri_hidrokarbonoklastik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrokarbonhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Biosurfaktan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Khamirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ragihttp://en.wikipedia.org/wiki/yeasthttp://id.wikipedia.org/wiki/Glukosahttp://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholhttp://id.wikipedia.org/wiki/Selhttp://id.wikipedia.org/wiki/Klorofilhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bakteri_hidrokarbonoklastik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrokarbonhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Biosurfaktan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Khamirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ragihttp://en.wikipedia.org/wiki/yeasthttp://id.wikipedia.org/wiki/Glukosahttp://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholhttp://id.wikipedia.org/wiki/Selhttp://id.wikipedia.org/wiki/Klorofil
  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    4/24

    kelompok Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 30oCdan pH 4,8. Beberapa

    kelebihan saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini

    cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan

    terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan

    adaptasi. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan

    nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari

    penambahan urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu

    optimum untuk fermentasi antara 28 30 oC (Anonimb, 2012).

    Saccharomyces cerevisiae adalah mikroorganisme penghasil etanol

    yang paling dikenal saat ini. Efisiensi fermentasi dapat ditingkatkan dengan

    cara mengamobilisasi sel mikroorganisme yang digunakan. Amobilisasi sel

    bertujuan untuk membuat sel menjadi tidak bergerak atau berkurang ruang

    geraknya sehingga sel menjadi terhambat pertumbuhannya dan subtrat yang

    diberikan hanya digunakan untuk menghasilkan produk (Elevri, 2006).

    Proses fermentasi terjadi proses pemecahan disakarida dan hidrolisa

    polisakarida menjadi monosakarida atau gula-gula reduksi yang dapat

    dimanfaatkan oleh sel Saccharomyces cerevisiae untuk aktivitas kehidupannya.

    Selama fermentasi terjadi penurunan konsentrasi gula reduksi karena dipakai

    oleh sel Saccharomyces cerevisiae. Dalam rangka mempertahankanhidupnya

    sel Saccharomyces cerevisiae menghasilkan enzim tertentu yaitu kelompok

    enzim invertase yang berfungsi untuk memecah disakarida menjadi glukosa

    atau gula reduksi sehingga kadar gula reduksi di dalam media fermentasi

    bertambah. Peningkatan kadar gula reduksi ini menyebabkan peningkatan

    konsentrasi etanol(Wignyanto, 2001).

    Saccharomyces cerevisiae dilaporkan sebagai spesies yang paling

    dipelajari dan biokimia paling baik dipahami dari domain ragi. Hal ini terkenal

    karena perannya peliharaan dalam produksi produk fermentasi. Ragi ini

    mengubah gula heksosa untuk etanol, CO2, dan berbagai senyawa termasuk

    alkohol, ester, aldehid, dan asam, yang berkontribusi terhadap atribut sensorik

    dari makanan dan minuman. Fermentasi karbohidrat dalam buah-buahan, biji-

    bijian dan biomassa lainnya menjadi etanol oleh S. cerevisiae adalah proses

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Eumycetes&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ureahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Amonium&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pepton&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Eumycetes&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ureahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Amonium&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pepton&action=edit&redlink=1
  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    5/24

    penting untuk berbagai macam produk dari anggur berkualitas dengan aditif

    bensin. Gliserol adalah gula alkohol diproduksi sebagai produk sampingan dari

    proses fermentasi etanol oleh Saccharomyces cerevisiae. Ini adalah alkohol

    ekonomis penting dengan rasa sedikit manis dan dengan aplikasi dalam

    makanan, minuman, farmasi, dan industri kimia. Gliserol dapat diproduksi

    dengan metode biokimia di mana mikroorganisme yang digunakan (Yalcin,

    2008).

    Pertumbuhan bakteri adalah pertambahan teratur semua komponen

    suatu organisme. Bila suatu perbenihan cair ditanami sel - sel mikroorganisme

    maka akan tumbuh sel hidup yang dapat dilihat dalam 6 fase pertumbuhan

    yaitu : Fase Penyesuaian, Fase Percepatan, Fase Eksponensial, Fase

    Perlambatan, Fase Nol dan Fase Kemunduran. Pertumbuhan akan sangat

    dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang ada termasuk pengaruh dari

    lingkungan luar misalnya adanya sinar ultraviolet (Ariyadi, 2009).

    Spektrum ultraviolet biasanya direkam dengan sampel yang dilarutkan

    dalam pelarut tak mengabsorpsi sepeti misalnya etanol atau heksana, dan

    kadang-kadang digunakangas murni. Sel basanya dibuat dari kuarsa, karena

    kaca tidak meneruskan radiasi ultraviolet dengan baik. Besarnya absorpsi sinar

    ultraviolet berbanding lurus dengan jumlah sampel yang dilewati radiasi itu.

    Panjang gelombang dari daya absorpsi yang maksimum dinyatakan sebagai

    maks, dan keterabsorpsian molnya yang dihitung serta pelarutnya biasannya

    ditunjukkan (Pine, dkk, 1988).

    Di habitat alaminya organisme uniseluler sering terkena stres atau

    kelaparan dan jarang mengalami kondisi yang memungkinkan mereka untuk

    tumbuh. Dalam lingkungan yang kompetitif di mana pertumbuhan dan stres

    periode alternatif, spesies dengan tingkat waktu rata-rata pertumbuhan terbesar

    umumnya akan outcompete yang lain. Untuk mencapai tujuan ini, populasi

    uniseluler perlu strategi yang baik meningkatkan kelangsungan hidup selama

    stres dan memungkinkan dimulainya kembali yang cepat dari pertumbuhan

    segera setelah kondisi membaik. Pengendalian strategi ini penting untuk

    perbaikan pengolahan dan bioteknologi dalam industri makanan, di mana

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    6/24

    kelangsungan hidup mikroba dan pertumbuhan kembali adalah penyebab

    utama pembusukan makanan. Juga latency penyakit infeksi berat seperti

    cisteriosis, listeriosis dan TBC tergantung pada kelangsungan hidup dan

    pemulihan mikroba, misalnya, di dalam makrofag. Pemahaman yang lebih baik

    dari strategi kehidupan mikroba mungkin karena itu juga berkontribusi

    terhadap peningkatan perawatan antibiotik (Geisel, 2011).

    Khasiat bawang putih (Allium sativum) ataugarlic dalam ketabiban cina

    telah lama dikenal. Bawang putih memiliki efek farmakologis yag beragam,

    yakni mencegah kanker, antibiotik, antihipertensif, dan mampu menurunkan

    kolesterol. Bau spesifik bawang putih disebabkan oleh banyaknya kadar

    senyawa sulfur organik yang larut dalam minyak dan air, yang juga merupakan

    zat aktif dari tanaman ini. Bawang putih yang masih utuh hanya mengandung

    sedikit komponen yang aktif. Bawang putih mentah mengandung 1-2% asam

    amino, alliin [S- allyl cysteine sulfoxide; CH2 = CH-CH2-S (O)- CH2-

    CH(NH2)COOH], dan peptida -glutamil dari S-allyl cysteine (Silalahi, 2006).

    Bawang putih (A. sativum) memiliki sifat antimikrobial terhadap S.

    aureus. Memiliki aktivitas bakteristatis dan bakterisidal sewaktu diuji in vitro

    yang menggunakan bawang putih mentah. Oleh karena itu, bawang putih

    dapat digunakan berhasil untuk mengobati keracunan makanan kausatif agen

    seperti S. aureus. Selain itu, studi lain juga diperlukan untuk membangun

    komponen yang tepat atau standardisasi farmakologi dan evaluasi klinis

    bawang putih (Daka, 2011).

    Selama bertahun-tahun Profesor Leistner dan rekan-rekannya di pusat

    Federal untuk daging penelitian Kulmbach, Jerman, telah menganjurkan

    Pengawetan makanan dengan metode gabungan (The Hurdle Concept). Inti

    dari pendekatan ini adalah bahwa makanan dapat tetap stabil dan aman bahkan

    tanpa refrigerasi, dan dapat diterima secara organoleptik dan bergizi berkat

    ringan proses diterapkan (Leistner, 1978).Modus hurdler concept ini mungkin

    tambahan atau bahkan sinergis dengan perhatian khusus sebagai sarana untuk

    menentukan hambatan sehingga yang mencapai stabilitas mikroba dan

    keamanan terbaik (Leistner, 1992 et McMeekin, 2000).

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    7/24

    B. METODOLOGI PERCOBAAN

    1. Alat

    a. Pipet steril 1 ml

    b.Penangas air 600 C

    c. Cawan petri steril

    d.Tabung reaksi steril

    e. Propipet

    f. Pipet volume

    g.Kuvet

    h.Spektrofotometer

    2. Bahan

    a. Pengaruh pemanasan

    - 4 tabung PDB (potato dekstrose broth)

    - 4 tabung NB (nutrient broth)

    - Suspensi kulturSaccharomyces danPseudomonas

    b. Pengaruh Suhu Rendah

    - 3 tabung PDB (potato dekstrose broth)

    - 3 tabung NB (nutrient broth)

    - Suspensi kulturSaccharomyces danPseudomonas

    c. Pengaruh pH

    - 3 tabung PDB (potato dekstrose broth) dengan pH 3, 7 dan 9

    - 3 tabung NB (nutrient broth) dengan pH 3, 7 dan 9

    - Suspensi kulturSaccharomyces danPseudomonas

    d. Pengaruh Antimikroba (Ekstak Bawang Putih)

    - 4 tabung PDB (potato dekstrose broth)

    - 4 tabung NB (nutrient broth)

    - Suspensi kulturSaccharomyces danPseudomonas

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    8/24

    - Ekstrak bawang putih dengan proporsi bawang putih : air = 1:1; 1:2; 1:3

    e. Pengaruh Pemanasan dan Senyawa Antimikrobia

    - 4 tabung PDB (potato dekstrose broth)

    - 4 tabung NB (nutrient broth)

    - Suspensi kulturSaccharomyces danPseudomonas

    - Ekstrak bawang putih dengan proporsi bawang putih : air = 1:1; 1:2

    3. Cara Kerja

    a. Pengaruh pemanasan

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    9/24

    c. Pengaruh suhu rendah

    b. Pengaruh pH

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    10/24

    c. Pengaruh Antimikroba (Ekstrak Bawang Putih)

    d. Pengaruh Pemanasan dan Senyawa Antimikrobia

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    11/24

    D. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tabel 3.1 Pengaruh Pemanasan

    Jenis mikroba Pertumbuhan setelah pemanasan pada suhu 600 C

    0 5 10 20

    Saccharomyces 0,402 0,047 0,180 0,069

    0,402 0,077 0,086 0,078

    Pseudomonas 0,262 0,0118 0,105 0,113

    Sumber : Laporan Sementara

    Pada praktikum ini, dilakukan perlakuan pemanasan untuk mengetahui

    pengaruh pemanasan terhadap faktor pertumbuhan populasi mikrobia. Pada

    shift 1 mikrobia yang digunakan adalah Saccharomyces dan pada shift 2

    mikrobia yang digunakan adalah Pseudomonas. Mikrobia Saccharomyces

    sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke dalam 4 tabung yang berisi media PDB

    (Potato Dekstrose Broth), sedangakan untuk mikrobia Pseudomonas

    sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke dalam 4 tabung yang berisi media NB

    (Nutrient Broth). Salah satu dari tabung disebut dibiarkan tanpa perlakuan

    sebagai kontrol dan 3 tabung lain dilakukan pemanasan dengan suhu 60oC

    dengan variasi waktu yang berbeda yaitu 5 menit, 10 menit, dan 20 menit.

    Setelah itu, keempat tabung tadi diinkubasi pada suhu kamar selama 1 hari.

    Setelah proses inkubasi selama 1 hari, keempat tabung tersebut diamati

    untuk mengetahui pertumbuhan mikrobia. Pengamatan dilakukan dengan cara

    pengukuran menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 500

    nm. Pertumbuhan mikrobia diukur berdasarkan kekeruhan tiap tabung media

    yang telah ditanami mikrobia. Banyak mikrobia yang tumbuh berbanding

    lurus dengan tingkat kekeruhan, jadi semakin keruh tabung, semakin banyak

    jumlah mikrobia yang tumbuh.

    Dari hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami

    mikrobia Saccharomyces yang pertama, diketahui absorbansi tabung dengan

    tanpa perlakuan pemanasan adalah 0,402 , absorbansi tabung dengan

    pemanasan 5 menit adalah 0,047 , absorbansi tabung dengan pemanasan 10

    menit adalah 0,180 , dan absorbansi tabung dengan pemanasan 20 menit

    adalah 0,069 . Untuk hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    12/24

    ditanami mikrobia Saccharomyces yang kedua, diketahui absorbansi tabung

    dengan tanpa perlakuan pemanasan adalah 0,402 , absorbansi tabung

    dengan pemanasan 5 menit adalah 0,077 , absorbansi tabung dengan

    pemanasan 10 menit adalah 0,086 , dan absorbansi tabung dengan

    pemanasan 20 menit adalah 0,078 . Sedangkan dari hasil pengukuran

    absorbansi pada tabung media yang ditanami mikrobia Pseudomonas yang

    pertama diketahui absorbansi tabung dengan tanpa perlakuan pemanasan

    adalah 0,262 , absorbansi tabung dengan pemanasan 5 menit adalah 0,118

    , absorbansi tabung dengan pemanasan 10 menit adalah 0,105 , dan

    absorbansi tabung dengan pemanasan 20 menit adalah 0,113 .

    Saccharomyces merupakan genus khamir/ragi/en:yeast yang memiliki

    kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces

    merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk termasuk

    kelompok Eumycetes. Saccharomyces adalah yeast yang tidak tahan pada

    suhu panas. Saccharomyces dapat tumbuh dengan baik pada suhu 30oC

    (Anonimb, 2012) Namun, dari hasil pengamatan terjadi beberapa

    penyimpangan. Pada pengukuran absorbansi tabung bermedia PDB yang

    ditanami Saccharomyces baik yang pengukuran pertama dan kedua, hasil

    pengamatan menunjukkan penurunan jumlah mikrobia antara tabung menit

    ke-5 bila dibandingkan dengan tabung menit ke-0 (tabung kontrol). Namun,

    pada tabung menit ke-10, terjadi kenaikan jumlah mikrobia bila dibandingkan

    dengan tabung menit ke-5. Selanjutnya, jumlah mikrobia menurun kembali

    pada tabung menit ke-20. Penyimpangan tersebut terjadi mungkin disebabkan

    adanya kontaminasi selama proses pemanasan, tidak stabilnya suhu saat

    proses pemanasan, atau kurang telitinya praktikan dalam menera angka di

    spektrofotometer.

    Pseudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu

    mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon (Anonima, 2012). Pseudomonas

    merupakanbakteri yang tidak tahan panas sehingga akan mati pada suhu

    tinggi. Menurut Winarno (1980) sebagian besar bakteri dalam bentuk

    vegetatifnya akan mati pada suhu 82-940

    C. Pada pengamatan dengan

    http://id.wikipedia.org/wiki/Khamirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ragihttp://en.wikipedia.org/wiki/yeasthttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bakteri_hidrokarbonoklastik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Khamirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ragihttp://en.wikipedia.org/wiki/yeasthttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bakteri_hidrokarbonoklastik&action=edit&redlink=1
  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    13/24

    menggunakanPseudomonas ini juga terjadi penyimpangan. Pada pengukuran

    absorbansi tabung bermedia NB yang ditanami Pseudomonas, hasil

    pengamatan menunjukkan penurunan jumlah mikrobia antara tabung menit

    ke-5 bila dibandingkan dengan tabung menit ke-0 (tabung kontrol). Pada

    tabung menit ke-10, juga terjadi penurunan jumlah mikrobia bila

    dibandingkan dengan tabung menit ke-5. Namun, jumlah mikrobia

    mengalami kenaikan pada tabung menit ke-20. Penyimpangan tersebut terjadi

    mungkin disebabkan adanya kontaminasi selama proses pemanasan, tidak

    stabilnya suhu saat proses pemanasan, atau kurang telitinya praktikan dalam

    menera angka di spektrofotometer.

    Tabel 3.2. Pengaruh Suhu Rendah

    Jenis mikroba Pertumbuhan setelah perlakuan suhu rendah

    Suhu kamar Suhu refri Suhu freezer

    Saccharomyces 0,337 0,044 0,048

    Pseudomonas 0,238 0,061 0,049

    Sumber : Laporan Sementara

    Pada praktikum ini, dilakukan perlakuan penyimpanan pada suhu rendah

    untuk mengetahui pengaruh suhu rendah terhadap faktor pertumbuhan

    populasi mikrobia. Pada shift 1 mikrobia yang digunakan adalah

    Saccharomyces dan pada shift 2 mikrobia yang digunakan adalah

    Pseudomonas. Mikrobia Saccharomyces sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke

    dalam 3 tabung yang berisi media PDB (Potato Dekstrose Broth), sedangakan

    untuk mikrobia Pseudomonas sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke dalam 3

    tabung yang berisi media NB (Nutrient Broth). Selanjutnya, ketiga tabung

    tersebut masing-masing diinkubasi selama 1 hari di tiga tempat yang

    suhunya berbeda yaitu di freezer, refri, dan suhu kamar. Setelah proses

    inkubasi selama 1 hari, tabung-tabung tersebut diamati untuk mengetahui

    pertumbuhan mikrobia dengan menggunakan spektrofotometer.

    Dari hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami

    mikrobia Saccharomyces, diketahui absorbansi tabung yang diinkubasi pada

    suhu kamar adalah 0,337 , tabung yang diinkubasi pada suhu refri adalah

    0,044 , dan tabung yang diinkubasi pada suhu

    freezer adalah 0,048 .

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    14/24

    Sedangkan untuk hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang

    ditanami mikrobiaPseudomonas diketahui absorbansi tabung yang diinkubasi

    pada suhu kamar adalah 0,238 , tabung yang diinkubasi pada suhu refri

    adalah 0,061 , dan tabung yang diinkubasi pada suhu freezeradalah 0,049

    .

    Bakteri dapat dipertahanakan pada suhu rendah, misal di tempat -200C

    (suhu pesawat pembeku mekanis), -700C (suhu es kering, yaitu CO2 beku),

    dan bahkan pada suhu -1950C (suhu nitrogen cair). Pendinginan mula-mula

    dapat mematikan sebagian dari sel-sel itu, namun jumlah yang dapat bertahan

    lebih besar dan tetap hidup untuk waktu lama. Mikroorganisme yang

    dipelihara pada suhu beku atau dibawah suhu beku, dianggap dorman karena

    tidak memperlihatkan adanya aktivitas metabolik yang dapat dideteksi. Hal

    ini merupakan dasar bagi berhasilnya pengawetan pangan dengan

    menggunakan suhu rendah (Pelczar, 1988). Jika dibandingkan dengan teori,

    terjadi sebuah penyimpangan pada tabung yang ditanami mikrobia

    Saccharomyces. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tabung yang

    diinkubasi pada freezer yang memiliki suhu di bawah 0oC mengalami

    kenaikan jumlah mikrobia bila dibandingkan dengan tabung yang diinkubasi

    pada refri yang memiliki suhu lebuh tinggi (diatas 0oC). Hal ini dapat

    disebabkan suhu refri yang dgunakan terlalu besar karena Saccharomyces

    yang merupakankhamir dapat tumbuh dengan baik pada suhu sekitar 30 0C

    (Anonimb,2012).

    Tabel 3.3. Pengaruh pH

    Jenis mikroba Pertumbuhan pada media berbeda pH

    Asam Netral Basa

    Saccharomycess 0,224 0,475 0,267

    Pseudomonas 0,037 0,209 0,002

    Sumber : Laporan Sementara

    Pada praktikum ini, dilakukan perlakuan perbedaan pH untuk mengetahui

    pengaruh pH terhadap faktor pertumbuhan populasi mikrobia. Pada shift 1

    mikrobia yang digunakan adalah Saccharomyces dan pada shift 2 mikrobia

    yang digunakan adalahPseudomonas. Mikrobia Saccharomyces sebanyak 0,1

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    15/24

    ml disuspensikan ke dalam 3 tabung yang berisi media PDB (Potato

    Dekstrose Broth) yang tiap tabungnya memiliki pH yang berbeda yaitu asam,

    netral dan basa. Untuk mikrobia Pseudomonas, sebanyak 0,1 ml

    disuspensikan ke dalam 3 tabung yang berisi media NB (Nutrient Broth) yang

    juga tiap tabungnya memiliki pH yang berbeda yaitu asam, netral dan basa..

    Selanjutnya, semua tabung tersebut diinkubasi selama 1 hari pada suhu

    kamar. Setelah proses inkubasi selama 1 hari, tabung-tabung tersebut diamati

    untuk mengetahui pertumbuhan mikrobia dengan menggunakan

    spektrofotometer.

    Dari hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami

    mikrobia Saccharomyces, diketahui absorbansi tabung dengan pH asam

    adalah 0,224 , absorbansi tabung dengan pH netral adalah 0,475 , dan

    absorbansi tabung dengan pH basa adalah 0,267 . Sedangkan untuk hasil

    pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami mikrobia

    Pseudomonas diketahui absorbansi tabung dengan pH asam adalah 0,037 ,

    absorbansi tabung dengan pH netral adalah 0,209 , dan absorbansi tabung

    dengan pH basa adalah 0,02 .

    Kondisi pH berpengaruh pada jenis mikrobia yang tumbuh.

    Saccharomyces dapat tumbuh dengan baik pada pH 4,8 (Anonimb,2012). Jika

    dibandingkan dengan teori, data yang didapat tidak sesuai karena jumlah

    mikrobia paling banyak ada di tabung dengan pH netral, bukan pH asam. Hal

    ini mungkin disebabkan adanya kontaminasi pada saat penanaman atau tidak

    sterilnya peralatan yang digunakan. Bakteri dapat tumbuh optimum pada pH

    sekitar 6,5 -7,5 dan tidak dapat tumbuh dengan baik pada pH dibawah 5,0

    atau diatas 8,5 kecuali bakteri asam asetat (Acetobacter suboxydans) dan

    bakteri yang mengoksidasi sulfur. Pseudomonas adalah salah satu jenis

    bakteri. Jika dibandingkan dengan teori, data pengamatan sudah sesuai karena

    jumlah mikrobia paling banyak ada di tabung dengan pH netral.

    Tabel 3.4. Pengaruh Antimikroba (Ekstrak Bawang Putih)

    Jenis mikroba Pertumbuhan setelah penambahan senyawa

    antimikroba

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    16/24

    kontrol 1:1 1:2 1:3

    Saccharomycess 0,463 0,364 0,472 0,465

    Pseudomonas 0,199 0,286 0,238 0,224Sumber : Laporan Sementara

    Pada praktikum ini, dilakukan penambahan ekstrak bawang putih untuk

    mengetahui pengaruh antimikroba terhadap faktor pertumbuhan populasi

    mikrobia. Pada shift1 mikrobia yang digunakan adalah Saccharomyces dan

    pada shift 2 mikrobia yang digunakan adalah Pseudomonas. Mikrobia

    Saccharomyces sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke dalam 4 tabung yang berisi

    media PDB (Potato Dekstrose Broth). Salah satu tabung tidak diberi

    penambahan ekstrak bawang putih yang berfungsi sebagai sebagai tabung

    kontrol dan 3 tabung lain diberi penambahan ekstrak bawang putih dan air

    dengan proporsi yang berbeda-beda antara lain 1:1, 1:2, dan 1:3. Untuk

    mikrobia Pseudomonas, sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke dalam 4 tabung

    yang berisi media NB (Nutrient Broth). Salah satu tabung tidak diberi

    penambahan ekstrak bawang putih yang berfungsi sebagai tabung kontrol

    dan 3 tabung lain diberi penambahan ekstrak bawang putih dan air dengan

    proporsi yang berbeda-beda antara lain 1:1, 1:2, dan 1:3. Selanjutnya, semua

    tabung tersebut diinkubasi selama 1 hari pada suhu kamar. Setelah proses

    inkubasi selama 1 hari, tabung-tabung tersebut diamati untuk mengetahui

    pertumbuhan mikrobia dengan menggunakan spektrofotometer.

    Dari hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami

    mikrobia Saccharomyces, diketahui absorbansi tabung kontrol adalah 0,463

    , absorbansi tabung dengan perbandingan 1:1 adalah 0,364 , absorbansi

    tabung dengan perbandingan 1:2 adalah 0,472 dan absorbansi tabung

    dengan perbandingan 1:3 adalah 0,472 . Sedangkan untuk hasil pengukuran

    absorbansi pada tabung media yang ditanami mikrobia Pseudomonas,

    diketahui absorbansi tabung kontrol adalah 0,199 , absorbansi tabung

    dengan perbandingan 1:1 adalah 0,286 , absorbansi tabung dengan

    perbandingan 1:2 adalah 0,238 dan absorbansi tabung dengan

    perbandingan 1:3 adalah 0,224 .

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    17/24

    Bawang putih (A. sativum) memiliki sifat antimikrobial contohnya

    terhadap S. aureus. Bawang putih juga memiliki aktivitas bakteristatis dan

    bakterisidal (Daka, 2011). Jika dibandingkan dengan teori, pada pengamatan

    tabung yang ditanami Saccharomyces ada yang sudah sesuai dan ada yang

    belum. Urutan penurunan jumlah mikrobia dari terbesar ke terkecil adalah

    tabung 1:1 (0,364 ); tabung kontrol (0,463 ); tabung 1:3 (0,465 ); dan

    tabung 1:2 (0,472 ). Pengamatan sudah sesuai karena tabung dengan

    proporsi 1:1 mengalami penurunan jumlah mikrobia paling banyak. Namun

    hasil pengamatan juga ada yang tidak sesuai karena jumlah mikrobia tabung

    1:2 (0,472 ) justru lebih besar bila dibandingkan dengan tabung kontrol

    (0,463 ) dan tabung 1:3 (0,465).

    Sedangkan untuk pengamatan tabung yang ditanami Pseudomonas, jika

    dibandingkan dengan teori, hasilnya tidak sesuai Urutan penurunan jumlah

    mikrobia dari terbesar ke terkecil adalah tabung kontrol (0,199 ); tabung 1:3

    (0,224 ); tabung 1:2 (0,238 ); dan tabung 1:1 (0,286 ). Seharusnya,

    semakin pekat bawang putih yang ditambahkan maka semakin menurun pula

    jumlah mikrobia yang tumbuh karena aktivitas antimikroba yang dimiliki

    semakin besar sehingga semakin besar pula kekuatan bakterisidalnya.

    Penyimpangan yang terjadi kemungkinan disebabkan kurang sterilnya alat

    yang dipakai atau adanya kesalahan pada teknik aseptis sehingga terjadi

    kontaminan

    Tabel 3.5. Pengaruh Pemanasan dan Senyawa Antimikrobia

    Jenis mikroba

    Pertumbuhan setelah pemanasan dan penambahan

    senyawa antimikroba

    kontrol 1:1 1:2 1:3

    Saccharomycess 0,086 - 0,268 0,097

    Pseudomonas 0,161 0,067 0,134 0,108

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    18/24

    Sumber : Laporan Sementara

    Pada praktikum ini, dilakukan kombinasi perlakuan pemanasan dan

    penambahan ekstrak bawang putih atau yang disebut hurdle concept untuk

    mengetahui pengaruh kombinasi pemanasan dan penambahan antimikroba

    terhadap faktor pertumbuhan populasi mikrobia. Pada shift1 mikrobia yang

    digunakan adalah Saccharomyces dan pada shift2 mikrobia yang digunakan

    adalah Pseudomonas. Mikrobia Saccharomyces sebanyak 0,1 ml

    disuspensikan ke dalam 4 tabung yang berisi media PDB (Potato Dekstrose

    Broth). Salah satu tabung hanya diberi perlakuan pemanasan saja yang

    berfungsi sebagai sebagai tabung kontrol dan 3 tabung lain diberi

    penambahan ekstrak bawang putih dan air dengan proporsi yang berbeda-

    beda antara lain 1:1, 1:2, dan 1:3 lalu dipanaskan pada suhu 60oC selama 10

    menit. Untuk mikrobia Pseudomonas, sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke

    dalam 4 tabung yang berisi media NB (Nutrient Broth). Salah satu tabung

    hanya diberi perlakuan pemanasan saja yang berfungsi sebagai sebagai

    tabung kontrol dan 3 tabung lain diberi penambahan ekstrak bawang putih

    dan air dengan proporsi yang berbeda-beda antara lain 1:1, 1:2, dan 1:3 lalu

    dipanaskan pada suhu 60oC selama 10 menit. Selanjutnya, semua tabung

    tersebut diinkubasi selama 1 hari pada suhu kamar. Setelah proses inkubasi

    selama 1 hari, tabung-tabung tersebut diamati untuk mengetahui pertumbuhan

    mikrobia dengan menggunakan spektrofotometer.

    Dari hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami

    mikrobia Saccharomyces, diketahui absorbansi tabung kontrol adalah 0,086

    , absorbansi tabung dengan perbandingan 1:1 adalah 0,364 , absorbansi

    tabung dengan perbandingan 1:2 adalah 0,268 dan absorbansi tabung

    dengan perbandingan 1:3 adalah 0,097 . Sedangkan untuk hasil pengukuran

    absorbansi pada tabung media yang ditanami mikrobia Pseudomonas,

    diketahui absorbansi tabung kontrol adalah 0,108 , absorbansi tabung

    dengan perbandingan 1:1 adalah 0,161 , absorbansi tabung dengan

    perbandingan 1:2 adalah 0,067 dan absorbansi tabung dengan

    perbandingan 1:3 adalah 0,134 .

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    19/24

    Pengawetan makanan dengan metode gabungan (the Hurdle Concept).

    Inti dari pendekatan ini adalah bahwa makanan dapat tetap stabil dan aman

    bahkan tanpa refrigerasi, dan dapat diterima secara organoleptik dan bergizi

    (Leistner, 1978 et McMeekin,2000). Pada metode hurdle concept ini

    dilakukan penggabungan perlakuan pemanasan dan penambahan ekstrak

    bawang putih. Saccharomycess danPseudomonas merupakan mikrobia yang

    tidak tahan pada suhu tinggi. Bawang putih memiliki sifat antimikrobial dan

    memiliki aktivitas bakteristatis dan bakterisidal (Daka, 2011). Jika

    dibandingkan dengan teori, pada pengamatan tabung yang ditanami

    Saccharomyces tidak sesuai yaitu jumlah mikrobia paling sedikit justru ada di

    tabung kontrol yang hanya diberi perlakuan pemanasan saja. Urutan

    penurunan jumlah mikrobia dari terbesar ke terkecil adalah tabung kontrol

    (0,086 ); tabung 1:3 (0,097 );dan tabung 1:2 (0,268 ); dan tabung 1:2

    (0,472 ). Sedangkan untuk pengamatan tabung yang ditanami

    Pseudomonas, jika dibandingkan dengan teori, hasilnya tidak sesuai Urutan

    penurunan jumlah mikrobia dari terbesar ke terkecil adalah tabung 1:2 (0,067

    ); tabung 1:3 (0,134 ); tabung kontrol (0,108 ); dan tabung 1:1 (0,161

    ). Jika dilihat dari teori, seharusnya tabung yang memiliki jumlah mikrobia

    paling sedikit adalah tabung 1:1 karena memiliki antimikroba paling pekat

    dengan perlakuan pemanasan yang lama. Penyimpangan yang terjadi

    kemungkinan disebabkan kurang sterilnya alat yang dipakai atau adanya

    kesalahan pada teknik aseptis sehingga terjadi kontaminan. Secara

    keseluruhan, bila data hasil pengamatan perlakuan hurdle concept

    dibandingkan dengan data hasil pengamatan penambahan senyawa

    antimikroba saja diketahui bahwa jumlah mikrobia yang ada pada perlakuan

    hurdle concept lebih sedikit daripada dengan yang ditambahkan antimikroba

    saja. Oleh karena itu dapat disimpulkan dapat disimpulkan bahwa

    penggabungan cara pemanasan dan penambahan senyawa antimikrobia

    (hurdle concept) lebih efektif untuk mempertahankan mutu dan daya simpan

    suatu bahan pangan.

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    20/24

    E. KESIMPULAN

    Kesimpulan dari praktikum Acara III, Pengaruh Faktor Pertumbuhan

    terhadap Populasi Mikrobia dalam Bahan Pangan ini adalah:

    2. Saccharomyces merupakan genus khamir/ragi/ yeast yang memiliki

    kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces

    dapat tumbuh dengan baik pada suhu 30oC

    3. Untuk praktikum 3.1 pengaruh pemanasan terhadap faktor

    pertumbuhan populasi mikrobia dari hasil pengukuran absorbansi pada

    tabung media yang ditanami mikrobia Saccharomyces yang pertama,

    diketahui absorbansi tabung dengan tanpa perlakuan pemanasan adalah

    0,402 , absorbansi tabung dengan pemanasan 5 menit adalah 0,047 ,

    absorbansi tabung dengan pemanasan 10 menit adalah 0,180 , dan

    absorbansi tabung dengan pemanasan 20 menit adalah 0,069 . Untuk

    hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami mikrobia

    Saccharomyces yang kedua, diketahui absorbansi tabung dengan tanpa

    perlakuan pemanasan adalah 0,402 , absorbansi tabung dengan

    pemanasan 5 menit adalah 0,077 , absorbansi tabung dengan pemanasan

    10 menit adalah 0,086 , dan absorbansi tabung dengan pemanasan 20

    menit adalah 0,078 .

    4. Pseudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang

    mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon dan merupakanbakteri

    yang tidak tahan panas sehingga akan mati pada suhu tinggi

    5. Hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami

    mikrobia Pseudomonas diketahui absorbansi tabung dengan tanpaperlakuan pemanasan adalah 0,262 , absorbansi tabung dengan

    pemanasan 5 menit adalah 0,118 , absorbansi tabung dengan pemanasan

    10 menit adalah 0,105 , dan absorbansi tabung dengan pemanasan 20

    menit adalah 0,113 .

    6. Terjadi penyimpangan dalam pengamatan pengaruh pemanasan

    terhadap faktor pertumbuhan populasi mikrobia baik tabung yang ditanami

    Saccharomyces maupunPseudomonas

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bakteri_hidrokarbonoklastik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bakteri_hidrokarbonoklastik&action=edit&redlink=1
  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    21/24

    7. Penyimpangan tersebut terjadi mungkin disebabkan adanya

    kontaminasi selama proses pemanasan, tidak stabilnya suhu saat proses

    pemanasan, atau kurang telitinya praktikan dalam menera angka di

    spektrofotometer.

    8. Bakteri dapat dipertahankan pada suhu rendah, misal di tempat

    -200C (suhu pesawat pembeku mekanis), -700C (suhu es kering, yaitu CO2

    beku), dan bahkan pada suhu -1950C (suhu nitrogen cair).

    9. Dari hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang

    ditanami mikrobia Saccharomyces, diketahui absorbansi tabung dengan

    pH asam adalah 0,224 , absorbansi tabung dengan pH netral adalah 0,475

    , dan absorbansi tabung dengan pH basa adalah 0,267 .

    10. Pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami mikrobia

    Pseudomonas diketahui absorbansi tabung dengan pH asam adalah 0,037

    , absorbansi tabung dengan pH netral adalah 0,209 , dan absorbansi

    tabung dengan pH basa adalah 0,02 .

    11. Saccharomyces dapat tumbuh dengan baik pada pH 4,8

    12. Terjadi penyimpangan pada biakan Saccharomyces karena jumlah

    mikrobia paling banyak ada di tabung dengan pH netral, bukan pH asam.

    13. Penyimpangan mungkin disebabkan adanya kontaminasi pada saat

    penanaman atau tidak sterilnya peralatan yang digunakan.

    14. Bakteri dapat tumbuh optimum pada pH sekitar 6,5 -7,5 dan tidak

    dapat tumbuh dengan baik pada pH dibawah 5,0 atau diatas 8,5 kecuali

    bakteri asam asetat (Acetobacter suboxydans) dan bakteri yang

    mengoksidasi sulfur.

    15. Bawang putih (A. sativum) memiliki sifat antimikrobial dan

    memiliki aktivitas bakteristatis dan bakterisidal.

    16. Urutan penurunan jumlah mikrobia Saccharomyces dari terbesar ke

    terkecil adalah tabung 1:1 (0,364 ); tabung kontrol (0,463 ); tabung 1:3

    (0,465 ); dan tabung 1:2 (0,472 ).

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    22/24

    17. Urutan penurunan jumlah mikrobia Pseudomonas dari terbesar ke

    terkecil adalah tabung kontrol (0,199 ); tabung 1:3 (0,224 ); tabung 1:2

    (0,238 ); dan tabung 1:1 (0,286 ).

    18. Terjadi penyimpangan pada biakan Saccharomyces dan

    Pseudomonas karena seharusnya semakin pekat bawang putih yang

    ditambahkan maka semakin menurun pula jumlah mikrobia yang tumbuh

    karena aktivitas antimikroba yang dimiliki semakin besar sehingga

    semakin besar pula kekuatan bakterisidalnya.

    19. Penyimpangan yang terjadi kemungkinan disebabkan kurang

    sterilnya alat yang dipakai atau adanya kesalahan pada teknik aseptis

    sehingga terjadi kontaminan

    20. Pengawetan makanan dengan metode gabungan (the Hurdle

    Concept). Inti dari pendekatan ini adalah bahwa makanan dapat tetap stabil

    dan aman bahkan tanpa refrigerasi, dan dapat diterima secara organoleptik

    dan bergizi.

    21. Pada metode hurdle concept ini dilakukan penggabungan

    perlakuan pemanasan dan penambahan ekstrak bawang putih.

    22. Urutan penurunan jumlah mikrobia biakan Saccharomyces dari

    terbesar ke terkecil adalah tabung kontrol (0,086 ); tabung 1:3 (0,097

    );dan tabung 1:2 (0,268 ); dan tabung 1:2 (0,472 ).

    23. Urutan penurunan jumlah mikrobia untuk tabung biakan

    Pseudomonas, dari terbesar ke terkecil adalah tabung 1:2 (0,067 );

    tabung 1:3 (0,134 ); tabung kontrol (0,108 ); dan tabung 1:1 (0,161 ).

    24. Terjadi penyimpangan pada biakan Saccharomyces dan

    Pseudomonas karena seharusnya semakin pekat bawang putih yang

    ditambahkan maka semakin menurun pula jumlah mikrobia yang tumbuh

    karena aktivitas antimikroba yang dimiliki semakin besar sehingga

    semakin besar pula kekuatan bakterisidalnya.

    25. Penyimpangan yang terjadi kemungkinan disebabkan kurang

    sterilnya alat yang dipakai atau adanya kesalahan pada teknik aseptis

    sehingga terjadi kontaminan

  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    23/24

    26. penggabungan cara pemanasan dan penambahan senyawa

    antimikrobia (hurdle concept) lebih efektif untuk mempertahankan mutu

    dan daya simpan suatu bahan pangan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonima, 2012. Pseudomonas sp. http://id.wikipedia.org/wiki/Pseudomonas.

    Diakses pada hari Rabu, 18 April 2012. Pada pukul 13.06 WIB.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pseudomonashttp://id.wikipedia.org/wiki/Pseudomonas
  • 7/30/2019 Acara III Mpp Ri

    24/24

    Anonimb, 2012. Saccharomyces. http://id.wikipedia.org/wiki/Saccharomyces.

    Diakses pada hari Rabu, 18 April 2012. Pada pukul 13.12 WIB .

    Ariyadi, T dan Sinto Dewi, 2009. Pengaruh Sinar Ultra Violet Terhadap

    Pertumbuhan Bakteri bacillus sp. Sebagai Bakteri Kontaminan. Jurnal

    Keaehatan, Vol.2, No.2 Desember 2009.

    Buckle, K. A, 1987.Ilmu Pangan. Penerbit UI-Press. Jakarta.

    Daka, Deresse. 2011. Antibacterial Effect of Garlic (Allium Sativum) on

    Staphyloccus Aureus: An In Vitro Study. African Journal of

    Biotechnology Vol. 10 (4), pp. 666-669, 24 January, 2011.

    Elevri, Putra Asga dan Surya Rosa Putra. 2006. Produksi Etanol Menggunakan

    Saccharomyces Cerevisiae yang Diamobilisasi Dengan Agar Batang.

    Akta Kimindo Vol. 1 No. 2 April 2006: 105-114. LaboratoriumBiokimia, jurusan Kimia FMIPA ITS.

    Geisel, Nico. 2011. Optimal Resting-Growth Strategies of Microbial Populations

    in Fluctuating Environments. Vol. 6 No. 4 15 April 2011. 1

    Departament de Fisica Fonamental, Facultat de Fisica, Universitat de

    Barcelona, Barcelona, Spain.

    McMeekin, Thomas A et al. 2000. Quantifying the Hurdle Concept by Modelling

    The Bacterial Growth/No Growth Interface. International Journal of

    Food Microbiology 55 (2000) 9398. Tasmania, Australia.

    Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Penerbit UI-

    Press. Jakarta.

    Pine, Stanley H, dkk. 1988.Kimia Organik 2. Penerbit ITB. Bandung.

    Silalahi, Jansen, 2006.Makanan Fungsional. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

    Wignyanto, dkk. 2001.Pengaruh Konsentrasi Gula Reduksi Sari Hati Nanas Dan

    Inokulum Saccharomyces Cerevisiae Pada Fermentasi Etanol. Jurnal

    Teknologi Pertanian, vol. 2, no. 1, april 2001 : 68-77.

    Winarno, dkk. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Penerbit PT Gramedia.

    Jakarta.

    Yalcin, Seda Karasu. 2008. Effects Of Ph And Temperature On Growth AndGlycerol Production Kinetics Of Two Indigenous Wine Strains Of

    Saccharomyces Cerevisiae From Turkey. Vol 39 Hal. 325. Abant Izzet

    http://id.wikipedia.org/wiki/Saccharomyceshttp://id.wikipedia.org/wiki/Saccharomyces