U�IVERSITAS I�DO�ESIA
A�ALISIS PE�GARUH PERTUMBUHA� USAHA, EFISIE�SI
MA�AJEME� MODAL KERJA, DA� ALIRA� KAS
PEMEGA�G SAHAM TERHADAP KI�ERJA PASAR
PERUSAHAA�:
STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAA� PERI�GKAT SWA100
SKRIPSI
AGU�G �UGROHO PRIYAMBODO
0806370772
FAKULTAS EKO�OMI
PROGRAM S1 EKSTE�SI AKU�TA�SI
DEPOK
2012
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
U�IVERSITAS I�DO�ESIA
A�ALISIS PE�GARUH PERTUMBUHA� USAHA, EFISIE�SI
MA�AJEME� MODAL KERJA, DA� ALIRA� KAS
PEMEGA�G SAHAM TERHADAP KI�ERJA PASAR
PERUSAHAA�:
STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAA� PERI�GKAT SWA100
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
AGU�G �UGROHO PRIYAMBODO
0806370772
FAKULTAS EKO�OMI
PROGRAM S1 EKSTE�SI AKU�TA�SI
U�IVERSITAS I�DO�ESIA
DEPOK
2012
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
ii
HALAMA� PER�YATAA� ORISI�ALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan benar
�ama : Agung �ugroho Priyambodo
�omor Mahasiswa : 0806370772
Tanda Tangan :
Tanggal : 26 Januari 2012
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
iii
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
iv
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi
S1 Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak,
baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit
bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Aria Farahmita S.E., Ak., CPA, MSM, selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberi arahan dan
bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Kedua orangtua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan
serta dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis.
3. Hidayatul Ummah, dan Teguh Kuncoro yang selalu setia memberikan
dukungan moril bagi penulis.
4. Ilmiya, Morgan, Linda, Ilham, dan Hanif serta teman-teman lainnya yang
telah ikut memberikan dukungan dan semangat bagi penulis baik selama
perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi ini.
5. Serta seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
yang telah banyak membantu penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan pihak-pihak yang telah berjasa bagi penulis. Dan semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan penggunanya.
Depok, 26 Januari 2012
Penulis
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
v
HALAMA� PER�YATAA� PERSETUJUA� PUBLIKASI
TUGAS AKHIR U�TUK KEPE�TI�GA� AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Agung Nugroho Priyambodo
NPM : 0806370772
Program Studi : Sarjana Ekstensi
Departemen : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti �oneksklusif (�on-exclusive
Royaltiy-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Usaha, Efisiensi Manajemen Modal Kerja, dan
Aliran Kas Pemegang Saham Terhadap Kinerja Pasar Perusahaan: Studi Empiris
Pada Perusahaan Peringkat SWA100
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Depok
Pada tanggal: 26 Januari 2012
Yang menyatakan
(Agung Nugroho Priyambodo)
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
vi Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Agung Nugroho Priyambodo
Program Studi : Ekstensi Akuntansi
Judul : Analisis Pengaruh Pertumbuhan Usaha, Efisiensi Manajemen
Modal Kerja, dan Aliran Kas Pemegang Saham Terhadap Kinerja
Pasar Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Peringkat
SWA100
Penelitian ini berusaha untuk memberikan bukti empiris mengenai
pengaruh pertumbuhan usaha, efisiensi working capital management, dan aliran
kas pemegang saham terhadap kinerja pasar perusahaan. Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel kontrol yang dimasukkan ke dalam model penelitian yaitu,
efektivitas penggunaan aset, dan ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan
142 observasi di setiap modelnya, dan menggunakan 3 ukuran kinerja pasar
perusahaan yaitu Sharpe ratio, Jensen’s alpha, dan wealth added index relative to
total assets (WAI™/TA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
usaha, efisiensi working capital management, dan efektivitas penggunaan aset
memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.
Kata kunci: sharpe ratio, jensen’s alpha, wealth added index (WAI™), sustainable
growth rate, cash conversion cycle, dividend yield, ukuran perusahaan, return on
assets (ROA)
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
vii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Agung Nugroho Priyambodo
Study Program: Extension of Accounting
Title : Effect Analysis of Business Growth, Efficiency of Working
Capital Management, and Shareholder's Cash Flow to Company's
Market Performance: Empirical Studies on SWA100 Ranked
Companies
This study aims to provide empirical evidence about the influence of
business growth, efficiency of working capital management, and shareholder’s
cash flows to the company's market performance. There are two control variables
are included in the research model: effectiveness of using assets, and company
size. This study uses 142 observations in each model, and company's market
performance is measured using three methods: Sharpe ratio, Jensen's alpha, and
wealth added index relative to total assets (WAI ™ / TA). The results of this study
indicate that the business growth, efficiency of working capital management, and
effectiveness of using assets has a significant influence on the company's market
performance.
Key words: sharpe ratio, jensen’s alpha, wealth added index (WAI™), sustainable
growth rate, cash conversion cycle, dividend yield, company size, return on assets
(ROA)
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
viii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR DIAGRAM
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I. PE�DAHULUA� 1
1.1 Latar Belakang Penelitian 1
1.2 Perumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.4 Manfaat Penelitian 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 8
1.6 Sistematika Penulisan 8
BAB II. TI�JAUA� LITERATUR 10
2.1 Hipotesis Pasar Efisien 10
2.2 Return 12
2.3 Risiko
13
2.4 Kinerja Pasar Perusahaan 16
2.4.1 Sharpe Ratio 18
2.4.2 Jensen’s Alpha 19
2.4.3 Wealth Added Index Relative to Total Assets (WAI™/TA) 21
2.5 Faktor-Faktor Finansial Perusahaan 23
2.5.1 Sustainable Growth Rate 23
2.5.2 Cash Conversion Cycle 24
2.5.3 Dividend Yield 25
2.6 Penelitian - Penelitian Sebelumnya 25
2.7 Ikhtisar Tinjauan Literatur dan Identifikasi Penelitian Selanjutnya 38
2.8 Perumusan Hipotesis 39
BAB III. METODOLOGI PE�ELITIA� 42
3.1 Kerangka pemikiran 42
3.2 Model Penelitian 45
3.3 Hipotesis Penelitian 46
3.4 Operasionalisasi Variabel 47
3.4.1 Variabel Dependen 47
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
ix Universitas Indonesia
3.4.1.1 Sharpe Ratio 47
3.4.1.2 Jensen’s Alpha (JA) 48
3.4.1.3 Wealth Added Index Relative to Total Assets
(WAI™/TA) 49
3.4.2 Variabel Independen 51
3.4.2.1 Sustainable Growth Rate (SGR) 51
3.4.2.2 Cash Conversion Cycle (CCC) 51
3.4.2.3 Dividend Yield (DY) 52
3.4.2.4 Return on Assets (ROA) 52
3.4.2.5 Ukuran Perusahaan (Log(TA)) 52
3.4.2.6 Dummy Tahun 52
3.5 Data dan Sampel 53
3.6 Teknik Pengujian 54
3.6.1 Uji Kriteria Ekonometrika 54
3.6.1.1 Uji Normalitas 54
3.6.1.2 Uji Multikolinearitas (Multicolinearity) 55
3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas (Heterocedasticity) 55
3.6.1.4 Uji Autokorelasi (Autocorellation) 56
3.6.2 Uji Statistik 57
3.6.2.1 Uji F 57
3.6.2.2 Uji Nilai Koefisien Determinasi (Uji R2) 58
3.6.2.3 Uji t 58
BAB IV. A�ALISIS HASIL PE�ELITIA� 59
4.1 Hasil Pemilihan Sampel 59
4.2 Statistik Deskriptif 60
4.3 Pengujian Kriteria Ekonometrika 65
4.3.1 Uji Normalitas 65
4.3.2 Uji Multikolinesritas (Multicolinearity) 65
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas (Heterocedasticity) 66
4.3.4 Uji Autokorelasi (Autocorellation) 67
4.4 Pengujian Statistik 67
4.4.1 Uji F 67
4.4.2 Uji Nilai Koefisien Determinasi (Uji R2) 68
4.4.3 Uji Hipotesis (Uji t) 69
4.4.3.1 Pengaruh Pertumbuhan Usaha Terhadap
Kinerja Pasar Perusahaan 70
4.4.3.2 Pengaruh Efisiensi Working Capital
Management Terhadap Kinerja Pasar
Perusahaan 73
4.4.3.3 Pengaruh Aliran Kas Pemegang Saham
Terhadap Kinerja Pasar Perusahaan 75
4.4.3.4 Pengaruh Variabel Kontrol Terhadap Kinerja
Pasar Perusahaan 76
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
x Universitas Indonesia
4.4.3.5 Pengaruh Variabel Dummy Tahun Terhadap
Kinerja Pasar Perusahaan 78
BAB V. KESIMPULA� DA� SARA� 80
5.1 Kesimpulan 80
5.2 Implikasi Penelitian 81
5.2 Keterbatasan dan Saran 82
DAFTAR PUSTAKA 83
LAMPIRAN
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
xi Universitas Indonesia
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1 Capital Market Line 18
Diagram 2.2 Security Market Line 20
Diagram 3.1 Kerangka Pemikiran 45
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
xii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian-Penelitian Sebelumnya 33
Tabel 4.1 Ikhtisar Pemilihan Sampel 60
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Regresi 61
Tabel 4.3 Uji Jarque-Bera (JB test) 65
Tabel 4.4 Nilai Tolerance dan VIF 66
Tabel 4.5 Uji Breusch-Pagan-Godfrey 66
Tabel 4.6 Uji Breusch-Godfrey (Lagrange-Multiplier Test) 67
Tabel 4.7 Uji F 68
Tabel 4.8 Nilai Koefisien Determinasi 68
Tabel 4.9 Uji Hipotesis (Uji t) 70
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRA�
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan
Lampiran 2 Hasil (Output) Model Penelitian 1
Lampiran 3 Hasil (Output) Model Penelitian 2
Lampiran 4 Hasil (Output) Model Penelitian 3
Lampiran 5 Hasil (Output) Model Penelitian Yang Menggunakan
Sustainable Growth Rate (SGR) Dengan Time Lag 1
Periode
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB I
PE�DAHULUA�
1.1 Latar Belakang Penelitian
Seiring dengan perkembangan dunia usaha dan perekonomian di
dunia maupun di Indonesia, banyak perusahaan yang melakukan aktivitas
pendanaan baik untuk melakukan ekspansi usaha, maupun hanya untuk
menjaga kelangsungan usahanya. Salah satu alternatif pendanaan bagi
perusahaan adalah dengan mengumpulkan dana masyarakat umum melalui
pasar modal. Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang,
ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Di dalam
Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 memberikan
pengertian yang lebih spesifik tentang pasar modal, yaitu kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek.
Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu
negara, oleh karena itu banyak negara berlomba-lomba untuk memajukan
pasar modal melalui berbagai kebijakan, baik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung. Pasar modal memiliki dua fungsi utama, yaitu
fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Darmadji, 2008). Pasar modal
dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan
fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak
yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan
dana (issuer atau pihak yang menerbitkan efek). Dengan adanya pasar
modal, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan
dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil (return), sedangkan
pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut
sebagai tambahan modal untuk menjalankan kegiatan bisnisnya. Pasar
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
2
Universitas Indonesia
modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena memberikan
kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana,
sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Menurut Jones (2007), Investasi merupakan komitmen dana
terhadap satu atau lebih aset yang akan dipegang selama beberapa waktu
mendatang. Jones (2007) juga menyebutkan bahwa kegiatan investasi
terkait dengan manajemen kekayaan investor yang merupakan jumlah dari
pendapatan sekarang dan nilai saat ini dari pendapatan di masa datang.
Investasi dapat dilakukan pada aset-aset finansial (seperti saham, dan
obligasi), maupun pada aset-aset riil (seperti logam mulia, komoditas, dan
properti). Akan tetapi, investasi dalam bentuk saham merupakan investasi
yang paling populer di masyarakat luas dan paling ramai diperdagangkan
di pasar modal, sehingga jika membicarakan investasi dan pasar modal
selalu dikaitkan dengan investasi saham. Investor sebagai pemilik dana
dalam berinvestasi selalu mempertimbangkan dua hal, yaitu return dan
risiko. Investor selalu berharap memperoleh return dari dana yang telah
diinvestasikannya, namun harapan investor tersebut tidak selalu terwujud
karena terdapat ketidakpastian di masa datang. Ketidakpastian itulah yang
sering diidentifikasi sebagai risiko dalam berinvestasi.
Dengan mempertimbangkan return dan risiko, investor dapat
melakukan berbagai analisis ketika mengambil keputusan investasi,
diantaranya seperti analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis
teknikal merupakan analisis yang menggunakan data pasar (seperti harga
saham historis, volume perdagangan, dsb.) untuk melakukan penilaian
terhadap suatu saham. Sedangkan analisis fundamental merupakan
penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai faktor-
faktor finansial suatu perusahaan, kondisi makro ekonomi, dan kondisi
sektor industri suatu perusahaan. Dengan kata lain, analisis fundamental
merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk
mengevaluasi ataupun memproyeksi nilai suatu saham. Karena kemudahan
dalam mendapatkannya, laporan keuangan sampai saat ini masih menjadi
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
3
Universitas Indonesia
sumber informasi utama bagi investor terutama di Indonesia dalam
melakukan analisis fundamental. Akan tetapi, tidak sedikit dari investor
yang masih belum mengetahui sebenarnya faktor-faktor finansial apa saja
yang berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan serta dapat mereka
jadikan dasar dalam pengambilan keputusan investasi.
Penelitian-penelitian di bidang finansial menunjukkan bahwa
terdapat faktor-faktor finansial yang berkaitan erat dengan kinerja pasar
perusahaan yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan
investasi. Faktor-faktor finansial yang diidentifikasi berpengaruh terhadap
kinerja pasar perusahaan antara lain adalah nilai perusahaan (Fama dan
French, 1992; Fama dan French, 1998a,b; Kothari dan Shanken, 1997;
Pontiff dan Schall, 1998), ukuran perusahaan (Fama dan French, 1992;
Rouwenhorst, 1999; Hobart, 2006), dan efektivitas penggunaan aset
(Hobart, 2006).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Soenen di tahun
2003 yang diberi judul “Indicators of Successful Companies”, Johnson dan
Soenen (2003) menganalisa 478 perusahaan di Amerika Serikat pada
periode 1982 sampai 1998. Tujuan dari penelitian mereka adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor finansial yang dapat membedakan mana
perusahaan yang sukses dan mana perusahaan yang kurang sukses. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang berukuran besar,
profitable, dengan working capital management yang efisien dan tingkat
pertumbuhan usaha yang tinggi adalah perusahaan yang menghasilkan
kinerja yang lebih tinggi dari perusahaan-perusahaan lainnya berdasarkan
tiga ukuran kinerja, yaitu Sharpe ratio, Jensen’s alpha, dan economic value
added relative to total assets (EVA®/TA).
Dalam The Economist yang diterbitkan pada tanggal 29 November
2001, Stern Stewart & Co. sebuah konsultan internasional untuk value
management yang lebih dahulu dikenal sebagai pengembang dari metode
economic value added (EVA®) memperkenalkan metode wealth added
index (WAI™). Stern Stewart & Co. menjelaskan bahwa wealth added
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
4
Universitas Indonesia
index (WAI™) adalah indikator adanya kelebihan kekayaan yang
dihasilkan di atas harapan pemegang saham. Dimana harapan tersebut
didasarkan pada risiko saham yang disesuaikan dengan persepsi para
pemegang saham. Gagasan pokok dari wealth added index (WAI™) adalah
perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya hanya jika
pengembalian mereka kepada investor melalui kenaikan harga saham dan
pemberian dividen melampaui cost of equity mereka (tingkat
pengembalian minimum yang diisyarakatkan investor untuk menaruh uang
pada saham berisiko). WAI™ dihadirkan oleh Stern Stewart & Co. untuk
menyempurnakan dua kelemahan utama dari total shareholder return
(TSR) indikator penciptaan nilai yang banyak digunakan untuk menilai
kinerja pasar perusahaan. Kelemahan yang pertama, yaitu metode TSR
tidak melakukan penyesuaian atas risiko saham. Kelemahan yang kedua,
yaitu metode TSR hanya menghitung kinerja saham yang diterbitkan pada
saat awal dan tidak menghitung kinerja saham yang baru diterbitkan oleh
perusahaan.
Berdasarkan pengetahuan penulis, belum banyak penelitian di
Indonesia yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan usaha,
efisiensi working capital management, dan aliran kas pemegang saham
terhadap kinerja pasar perusahaan, terutama penelitian yang menggunakan
wealth added index (WAI™) sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tersebut
dalam konteks perusahaan di Indonesia. Penelitian ini akan penulis beri
judul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Usaha, Efisiensi Manajemen
Modal Kerja, dan Aliran Kas Pemegang Saham Terhadap Kinerja Pasar
Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Peringkat SWA100”.
Penelitian yang penulis lakukan mengadaptasi dari penelitian
Johnson dan Soenen (2003) yang berjudul “Indicators of Successful
Companies”. Akan tetapi terdapat beberapa perbedaan antara penelitian ini
dan penelitian Johnson dan Soenen (2003). Perbedaan yang pertama
adalah penelitian ini dilakukan dalam konteks perusahaan di Indonesia,
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
5
Universitas Indonesia
sedangkan penelitian Johnson dan Soenen (2003) dilakukan dalam konteks
perusahaan di Amerika Serikat. Dengan adanya perbedaan konteks
perusahaan yang diteliti maka terdapat perbedaan asumsi pasar antara
penelitian ini dan penelitian Johnson dan Soenen (2003), dimana Jones
(2007) maupun Schroeder (2009) menyebutkan bahwa pasar modal di
Amerika Serikat efisien dalam bentuk semi-kuat, sedangkan Legowo dan
Machfoedz (1998) menyebutkan bahwa pasar modal di Indonesia efisien
dalam bentuk lemah. Perbedaaan yang kedua adalah dalam penelitian ini
tidak menggunakan ukuran kinerja usaha tetapi hanya ukuran kinerja
pasar, dan menggunakan salah satu metode pengukuran kinerja pasar yang
masih jarang digunakan, yaitu wealth added index (WAI™). Menurut
Jensen (2001) tujuan perusahaan adalah value maximization, maka untuk
mengetahui sukses atau tidaknya suatu perusahaan dapat dilakukan dengan
mengevaluasi kinerja manajemen perusahaan tersebut dalam menjalankan
value maximization. Dan karena keseluruhan perusahaan yang dijadikan
sampel penelitian ini adalah perusahaan publik yang sahamnya
diperdagangkan di bursa saham maka evaluasi kinerja manajemen
perusahaan dalam menjalankan value maximization dilakukan dengan
melihat kinerja pasar perusahaan. Perbedaan yang ketiga adalah penulis
mencoba memasukkan dividend yield sebagai faktor finansial yang diduga
berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan. Dividen menjadi menarik
untuk penulis teliti karena termasuk salah satu faktor finansial yang masih
relatif belum banyak diteliti terutama di Indonesia dalam hubungannya
dengan kinerja pasar perusahaan.
Di dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan tiga metode
untuk mengukur kinerja pasar perusahaan dimana ketiganya merupakan
risk adjusted return, yaitu Sharpe ratio, Jensen’s alpha, dan wealth added
index relative to total assets (WAI™/TA). Terdapat tiga faktor finansial
yang diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan yang
akan diteliti di dalam penelitian ini, yaitu pertumbuhan usaha, efisiensi
working capital management, dan aliran kas pemegang saham. Ketiga
faktor finansial itu masing-masing diwakili oleh sustainable growth rate,
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
6
Universitas Indonesia
cash conversion cycle, dan dividend yield. Dua dari tiga faktor finansial
yang diteliti, kecuali aliran kas pemegang saham adalah faktor finansial
yang terbukti secara empiris di dalam penelitian Johnson dan Soenen
(2003) sebagai faktor-faktor finansial yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap kesuksesan perusahaan dan dapat dijadikan indikator perusahaan
yang sukses.
Stern Stewart & Co. dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan
tahun 2011 bekerja sama dengan majalah SWA membuat dan
mempublikasikan peringkat 100 perusahaan publik dengan kapitalisasi
pasar terbesar di Indonesia berdasarkan metode wealth added index
(WAI™). Dan karena penelitian ini ditekankan pada penggunaan wealth
added index (WAI™) sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan, maka yang
menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang termasuk dalam
peringkat SWA100. Dengan memilih sampel dari perusahaan peringkat
SWA100 tersebut, penulis juga berharap sampel yang digunakan di dalam
penelitian ini dapat merepresentasikan populasinya, yaitu perusahaan-
perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian
ini, penulis tidak mengikutsertakan perusahaan-perusahaan dari kelompok
sektor industri keuangan dan perbankan sebagai sampel penelitian.
Alasannya adalah karena kelompok sektor industri tersebut memiliki
karakteristik khusus yang jauh berbeda dari sektor industri lainnya,
sehingga menyebabkan perlunya penggunaan ukuran atau variabel yang
berbeda.
Peringkat SWA100 tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 disusun
berdasarkan data pasar per 31 Desember 2007 sampai dengan per 31
Desember 2010. Periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 dipilih
penulis agar memperoleh gambaran kondisi terkini dari objek penelitian
ini dan agar hasil dari penelitian ini masih tetap relevan sampai dengan
beberapa waktu mendatang. Di samping itu, pada tahun 2008 terjadi krisis
ekonomi global yang walaupun tidak terlalu berpengaruh terhadap
perekonomian Indonesia namun ikut mempengaruhi kinerja saham-saham
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
7
Universitas Indonesia
di Bursa Efek Indonesia, sehingga dengan memilih periode tersebut
penulis berharap di dalam penelitian ini dapat mencakup periode bullish
maupun bearish.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis uraikan di
atas, maka masalah yang ingin diangkat oleh penulis adalah:
Apakah pertumbuhan usaha, efisiensi working capital management, dan
aliran kas pemegang saham memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar
perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah:
Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan usaha, efisiensi working capital
management, dan aliran kas pemegang saham terhadap kinerja pasar
perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya,
maka diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:
1) Membantu investor dalam mengambil keputusan investasi,
terutama ketika melakukan analisa laporan keuangan dengan
melihat informasi keuangan yang merupakan faktor finansial yang
berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan.
2) Membantu perusahaan (emiten) sebagai masukan bagi mereka
dengan menunjukkan faktor-faktor finansial yang berpengaruh
terhadap kinerja pasar perusahaan, sehingga mereka dapat
mengetahui hal-hal apa saja yang harus ditingkatkan atau
dievaluasi dalam aktivitas usaha mereka untuk meningkatkan
kinerja pasarnya.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
8
Universitas Indonesia
3) Membantu akademisi dan peneliti dalam menambah referensi
untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
hubungan serta pengaruh faktor-faktor finansial terhadap kinerja
pasar perusahaan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada mengetahui bagaimana
signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
yang diteliti melalui model ordinary least squares (OLS) regression.
Variabel independen penelitian ini adalah tiga faktor finansial yang diduga
memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan, yaitu pertumbuhan
usaha, efisiensi working capital management, dan aliran kas pemegang
saham. Ketiga faktor finansial itu masing-masing diwakili oleh sustainable
growth rate, cash conversion cycle, dan dividend yield. Sedangkan
variabel dependen penelitian ini adalah ukuran kinerja pasar perusahaan,
yaitu Sharpe ratio, Jensen’s alpha dan wealth added index relative to total
assets (WAI™/TA). Waktu pengamatan dalam penelitian ini adalah empat
tahun, yaitu dari periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Tujuan
penulis memilih periode tersebut adalah agar penulis memperoleh
gambaran kondisi terkini dari objek penelitian ini dan agar hasil dari
penelitian ini masih tetap relevan sampai dengan beberapa waktu
mendatang. Ruang lingkup penelitian ini juga penulis batasi hanya
meneliti perusahaan-perusahaan yang ada di peringkat SWA100 tahun
2008 sampai dengan tahun 2011, kecuali perusahaan-perusahaan dari
kelompok sektor industri keuangan dan perbankan. Alasannya adalah
karena kelompok sektor industri tersebut memiliki karakteristik khusus
yang jauh berbeda dari sektor industri lainnya, sehingga menyebabkan
perlunya penggunaan ukuran atau variabel yang berbeda.
1.6 Sistematika Penulisan
Penelitian yang akan penulis lakukan memiliki sistematika
penulisan sebagai berikut:
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
9
Universitas Indonesia
• Bab I : Pendahuluan
Bab ini memberikan penjelasan singkat mengenai latar
belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat serta sistematika
penulisan.
• Bab II : Tinjauan Literatur
Bab ini menguraikan berbagai teori yang digunakan dalam
penelitian ini. Teori-teori tersebut kemudian digunakan untuk
mengembangkan hipotesis penelitian.
• Bab III : Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai populasi dan sampel penelitian,
serta teknik dan metode analisis data yang penulis gunakan di dalam
penelitian ini.
• Bab IV : Analisis Hasil Penelitian
Bab ini berisikan analisis yang dilakukan oleh penulis terhadap
hasil penelitian yang kemudian diinterpretasikan guna memperoleh
jawaban atas permasalahan yang menjadi dasar dilakukannya
penelitian ini.
• Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini menjelaskan kesimpulan yang didapatkan dari hasil
penelitian yang penulis lakukan, keterbatasan penelitian, serta
rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
10 Universitas Indonesia
BAB II
TI�JAUA� LITERATUR
2.1 Hipotesis Pasar Efisien
Inti dari hipotesis pasar efisien adalah menyatakan bahwa tidak ada
informasi relevan yang diabaikan oleh pasar. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan efisiensi pasar adalah seberapa cepat pasar menyerap
suatu informasi baru yang dicerminkan dengan adanya penyesuaian harga
menuju harga keseimbangan yang baru. Dalam suatu pasar yang efisien,
harga dari suatu sekuritas akan dengan cepat terkoreksi dengan adanya
informasi penting yang berkaitan dengan sekuritas tersebut dan
merefleksikan semua informasi yang tersedia di pasar. Dan kebalikannya,
pada pasar yang tidak atau kurang efisien maka harga sekuritas akan tidak
atau kurang mencerminkan semua informasi yang ada di pasar yang
berkaitan dengan sekuritas tersebut. Dengan kata lain, dalam pasar yang
kurang efisien akan terdapat jeda waktu (lag) dari munculnya suatu
informasi sampai pada proses penyesuaian harga, sehingga terdapat
peluang bagi investor untuk memperoleh keuntungan dari memanfaatkan
jeda waktu (lag) tersebut.
Hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis)
menggambarkan efisiensi pasar surat berharga atas informasi yang
berkaitan terhadap pasar tersebut. Terdapat tiga bentuk pasar dalam
efficient market hypothesis (Jones, 2007), yaitu:
1) Efisien dalam bentuk lemah (weak form).
Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi
di masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk
sekarang. Oleh karena itu, informasi historis tersebut (seperti harga
dan volume perdagangan, serta peristiwa lainnya di masa lalu)
tidak dapat lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
11
Universitas Indonesia
masa yang akan datang, karena sudah tercermin pada harga saat
ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa
memprediksi nilai pasar saham di masa yang akan datang dengan
menggunakan data historis, seperti yang dilakukan dalam analisa
teknikal.
2) Efisien dalam bentuk semi-kuat (semi strong form).
Pasar efisien dalam bentuk semi-kuat berarti harga pasar
sekuritas yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi
historis ditambah dengan semua informasi saat ini yang
dipublikasikan (seperti earning, dividen, pengumuman stock split,
penerbitan saham baru, kesulitan keuangan yang dialami
perusahaan, dan peristiwa-peristiwa terpublikasi lainnya yang
berdampak pada aliran kas perusahaan di masa datang). Pada pasar
efisien bentuk semi-kuat, return tak normal hanya terjadi di seputar
pengumuman (publikasi) suatu peristiwa sebagai representasi dari
respon pasar terhadap pengumuman tersebut. Suatu pasar
dinyatakan efisien dalam bentuk semi-kuat bila informasi terserap
atau direspon dengan cepat oleh pasar (dalam satu hingga dua spot
waktu atau hari di sekitar pengumuman). Return tak normal yang
terjadi berkepanjangan (lebih dari tiga spot waktu) mencerminkan
sebagian respon pasar terlambat dalam menyerap atau
menginterpretasi informasi, dan dengan demikian dianggap pasar
tidak efisien dalam bentuk semi-kuat.
3) Efisien dalam bentuk kuat (strong form).
Pasar efisien dalam bentuk kuat berarti harga pasar saham
yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi historis,
informasi saat ini yang dipublikasikan, serta informasi yang tidak
dipublikasikan (informasi kalangan dalam perusahaan). Pada pasar
efisien bentuk kuat tidak akan ada seorang investor pun yang bisa
memperoleh return tak normal, karena tidak ada kelompok yang
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
12
Universitas Indonesia
memonopoli akses informasi yang berhubungan dengan harga
saham sehingga memperoleh return tak normal dengan
memanfaatkan informasi dari orang dalam perusahaan. Dengan
demikian maka pasar modal akan menjadi sempurna, dimana
semua informasi bebas diperoleh tanpa pungutan biaya, tersedia
bagi siapa saja, dan pada waktu yang bersamaan.
2.2 Return
Di dalam buku yang berjudul “Investments: Analysis and
Management” (Jones, 2007), disebutkan bahwa return dari suatu investasi
terdiri dari dua komponen, yaitu:
1) Yield.
Komponen dasar yang banyak dipikirkan oleh investor saat
mendiskusikan return dari kegiatan investasi adalah aliran kas
(pendapatan) secara periodik yang mereka terima, baik bunga
ataupun dividen tergantung jenis investasi yang kita tanamkan. Jika
kita berinvestasi pada obligasi, maka besarnya yield ditunjukkan
dari bunga obligasi yang dibayarkan. Sedangkan jika kita
berinvestasi pada saham, maka besarnya yield ditunjukkan oleh
besarnya dividen yang kita terima. Yang menarik bagi investor
adalah pembayarannya diberikan secara tunai kepada investor.
Yield diukur dari besarnya aliran kas yang diberikan terhadap harga
dari sekuritas tersebut, seperti harga saat pembelian atau harga
pasar saat ini.
2) Capital gain (loss).
Komponen kedua adalah kenaikan atau penurunan dari
harga sekuritas (baik saham ataupun surat hutang jangka panjang),
yang biasa disebut capital gain (loss). Secara sederhana kita dapat
mengatakan capital gain (loss) sebagai perubahan harga.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Dari kedua komponen return di atas, maka dapat dihitung return total dari
suatu investasi dengan menjumlahkan yield dan capital gain (loss) yang
diperoleh dari suatu investasi.
Total return = Yield + Price change
Capital gain (loss) dapat berupa angka minus (-), nol (0), atau positif (+).
Sedangkan yield hanya dapat berupa angka (0), dan positif (+).
2.3 Risiko
Selain mempertimbangkan return, seorang investor dalam
mengambil keputusan investasi juga perlu mempertimbangkan tingkat
risiko suatu investasi. Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan
perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return harapan
investor. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin
besar risiko investasi tersebut. Jones (2007) menyebutkan bahwa ada
beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu
investasi, yaitu:
1) Risiko suku bunga.
Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi return suatu
investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham
secara terbalik, ceteris paribus. Jika suku bunga naik maka return
investasi yang berkaitan dengan suku bunga (contohnya deposito),
juga akan naik. Kondisi itu dapat menarik minat investor yang
sebelumnya berinvestasi di saham untuk memindahkan dana
investasinya dari saham ke dalam deposito. Jika aksi investor
tersebut terjadi dalam skala besar maka banyak investor yang
menjual sahamnya. Dan sesuai dengan hukum permintaan-
penawaran, jika penawaran lebih banyak dari permintaan maka
harga saham akan turun, ceteris paribus.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
14
Universitas Indonesia
2) Risiko pasar.
Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar.
Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar
saham. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
terjadinya resesi ekonomi, maupun perubahan politik.
3) Risiko inflasi.
Peningkatan inflasi akan mengurangi daya beli uang yang
telah diinvestasikan oleh investor. Maka dari itu, risiko inflasi juga
biasa disebut risiko daya beli. Jika terjadi peningkatan inflasi,
investor biasanya akan menuntut tambahan premium inflasi untuk
mengkompensasi penurunan daya beli yang ia alami.
4) Risiko bisnis.
Risiko dalam menjalankan bisnis pada suatu jenis industri
disebut sebagai risiko bisnis. Contohnya perusahaan pembuat suku
cadang untuk kendaraan roda atau roda empat yang bergerak pada
industri otomotif akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik
industri otomotif itu sendiri.
5) Risiko finansial.
Risiko ini berkaitan dengan kebijakan perusahaan untuk
menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar
proporsi hutang pada modal suatu perusahaan, maka semakin besar
risiko finansial yang dihadapi perusahaan tersebut.
6) Risiko likuiditas.
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang
diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder.
Semakin cepat suatu sekuritas bisa diperdagangkan, maka semakin
likuid sekuritas tersebut, begitupula sebaliknya. Dan semakin tidak
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
15
Universitas Indonesia
likuid suatu sekuritas maka semakin besar pula risiko likuiditas
yang dihadapi.
7) Risiko nilai tukar mata uang.
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang
domestik (negara tempat perusahaan tersebut) dengan nilai mata
uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal sebagai risiko mata
uang (currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk).
8) Risiko negara (country risk).
Risiko ini juga biasa disebut dengan risiko politik, karena
sangat berkaitan dengan kondisi politik suatu negara. Bagi investor
yang berinvestasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi
negara yang bersangkutan sangatlah penting diperhatikan untuk
menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.
Dalam teori portofolio modern, risiko total dapat
dipisahkan menjadi dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan
risiko nonsistematis. Risiko sistematis atau yang biasa disebut
dengan risiko pasar adalah risiko yang diakibatkan oleh faktor-
faktor makro dan berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar
secara keseluruhan. Perubahan tersebut mempengaruhi variabilitas
return suatu investasi. Karena terjadi di pasar secara keseluruhan
maka risiko sistematis tidak dapat didiversifikasi. Sedangkan risiko
nonsistematis atau yang biasa dikenal dengan risiko spesifik atau
risiko perusahaan adalah risiko yang tidak terkait dengan
perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko nonsistematis lebih
terkait dengan perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit
sekuritas. Dan berdasarkan teori manajemen portofolio, risiko
perusahaan dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi
terhadap aset investasi yang ada dalam suatu portofolio.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
16
Universitas Indonesia
2.4 Kinerja Pasar Perusahaan
Di dalam komunitas ilmu pengetahuan tidak ada kesepakatan dan
tidak ditentukan secara pasti bagaimana cara untuk mengevaluasi kinerja
suatu perusahaan. Hal itu dapat terlihat dari fakta bahwa begitu banyak
metode yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Salah satu
faktor yang menentukan dalam pemilihan metode yang digunakan untuk
menilai kinerja perusahaan adalah cara pandang, pola pikir, serta
kepentingan dari pihak yang akan menilai kinerja. Banyak pihak
berpendapat bahwa perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang
berhasil mencapai tujuannya. Ada setidaknya dua teori utama mengenai
apa yang menjadi tujuan didirikannya suatu perusahaan (Jensen, 2001),
yaitu:
1) Value maximization theory.
Value maximization theory menyatakan bahwa tujuan
didirikannya suatu perusahaan adalah untuk menciptakan nilai
sebanyak-banyaknya. Yang dimaksud nilai di sini adalah nilai
keseluruhan pemegang klaim finansial atas perusahaan, yaitu
kreditor, pemegang saham preferen, dan pemegang saham biasa.
Akan tetapi dalam pengaplikasiannya, value maximization theory
seringkali diturunkan lebih spesifik lagi menjadi shareholder value
maximization yang berarti menciptakan nilai (kekayaan) sebesar-
besarnya bagi pemegang saham perusahaan. Hal ini dapat
dilakukan karena klaim selain untuk pemegang saham pada
umumnya tidak terpengaruh dengan peningkatan nilai perusahaan.
Dengan adanya perlindungan terhadap kreditor (salah satunya
melalui debt covenant), nilai hutang relatif tidak berubah banyak
dengan adanya perubahan nilai perusahaan.
2) Stakeholder theory.
Stakeholder theory menyatakan bahwa tujuan perusahaan
harus mempertimbangkan seluruh stakeholder perusahaaan. Yang
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
17
Universitas Indonesia
dimaksud stakeholder adalah individu atau kelompok yang
dipengaruhi dan mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan,
sehingga tidak hanya meliputi pemegang klaim finansial, namun
termasuk juga karyawan, konsumen, komunitas masyarakat, dan
pemerintah. Dalam teori ini yang dimaksimalkan adalah nilai untuk
seluruh stakeholder perusahaan (stakeholder maximization).
Stakeholder maximization dipandang lebih bijaksana, karena
mengutamakan tanggung jawab di atas profitabilitas, serta melihat
perusahaan sebagai koalisi untuk melayani semua pihak yang terlibat di
dalamnya sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Namun banyak juga
yang menganggap bahwa stakeholder maximization kurang memiliki
kejelasan dalam hal fokus tujuan, serta seringkali menimbulkan
kebingungan bagi manajemen perusahaan, karena mereka harus melayani
berbagai kepentingan berbeda dengan agenda kepentingan yang berbeda-
beda pula. Dan oleh karena itu, maka hampir sebagian besar perusahaan di
berbagai belahan dunia lebih memilih untuk mengadopsi value
maximization ketimbang stakeholder maximization sebagai tujuan dasar
didirikannya perusahaan mereka. Tidak seperti stakeholder maximization,
value maximization memiliki kejelasan fokus tujuan, tidak
membingungkan, dan dapat dengan mudah diukur keberhasilan
pencapaiannya.
Karena tujuan perusahaan adalah value maximization, maka untuk
mengetahui sukses atau tidaknya suatu perusahaan dapat dilakukan dengan
mengevaluasi kinerja manajemen perusahaan tersebut dalam menjalankan
value maximization. Sehingga, jika manajemen suatu perusahaan berhasil
menciptakan nilai sebanyak-banyaknya bagi pemegang sahamnya, maka
perusahaan itu dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang sukses. Untuk
perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa saham, evaluasi
kinerja manajemen perusahaan dapat dilakukan dengan melihat besarnya
keuntungan ekonomis (economic profit) yang dihasilkan perusahaan
tersebut atau yang sering disebut dengan economic value added (EVA®
).
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
18
Universitas Indonesia
Dengan konsep economic value added (EVA®
) ini, analis dapat
mengevaluasi seberapa besar manajemen perusahaan telah menciptakan
nilai bagi perusahaan atau pemegang saham perusahaan. Sedangkan untuk
mengevaluasi kinerja manajemen perusahaan yang saham perusahaannya
diperdagangkan di bursa saham dapat dilakukan dengan melihat return
saham perusahaan tersebut. Semakin tinggi return yang diberikan oleh
suatu saham, berarti semakin besar pula nilai atau kekayaan baru yang
dihasilkan oleh manajemen perusahaan bagi para pemegang sahamnya.
2.4.1 Sharpe Ratio
Sharpe ratio dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga
disebut dengan reward-to-variability ratio (RVAR). Perhitungan Sharpe
ratio didasarkan pada konsep garis pasar modal (Capital Market Line).
Dimana garis pasar modal (Capital Market Line) adalah garis yang
menggambarkan hubungan antara return harapan dengan risiko total dari
portofolio efisien pada pasar yang seimbang. Portofolio efisien merupakan
portofolio dengan return tertinggi pada risiko tertentu atau portofolio
dengan risiko terendah pada return tertentu. Garis pasar modal dapat
digunakan untuk menentukan tingkat return harapan untuk setiap risiko
portofolio yang berbeda.
Diagram 2.1
Capital Market Line
Sumber: Jones (2007)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung Sharpe ratio adalah
sebagai berikut:
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
19
Universitas Indonesia
Rata-rata total return portofolio p selama periode tertentu dikurangi
rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode tertentu merupakan
excess return portofolio p atau yang biasa disebut dengan risk premium
yang merupakan kompensasi untuk memikul risiko. Sedangkan standar
deviasi portofolio p merupakan pengukur total risiko portofolio p.
Sehingga Sharpe ratio merupakan rasio yang mengukur premi risiko untuk
setiap unit risiko total pada suatu portofolio. Semakin tinggi nilai Sharpe
ratio suatu portofolio maka akan semakin baik kinerja portofolio tersebut,
karena memberikan premi risiko yang lebih tinggi relatif terhadap risiko
total yang dimiliki. Oleh karena itu, nilai Sharpe ratio dapat digunakan
untuk pemeringkatan portofolio. Jika digambarkan dalam bentuk grafik,
maka kinerja pasar akan berada pada garis pasar modal (Capital Market
Line), portofolio yang memiliki kinerja yang lebih baik dari kinerja pasar
(superior) akan berada di atas garis pasar modal, sedangkan portofolio
yang memiliki kinerja yang kurang baik dibanding kinerja pasar akan
berada di bawah garis pasar modal.
2.4.2 Jensen’s Alpha
Jensen’s alpha atau yang sering juga disebut Jensen’s differential
return measure merupakan pengukuran kinerja portofolio yang dihitung
melalui selisih antara excess return aktual dari suatu portofolio selama satu
periode dan premi risiko yang seharusnya didapatkan sesuai tingkat risiko
sistematis yang dimiliki dengan menggunakan capital asset pricing model
(CAPM). Perhitungan Jensen’s alpha didasarkan pada konsep garis pasar
sekuritas (security market line/SML). Dimana garis pasar sekuritas
(security market line/SML) adalah garis yang menghubungkan tingkat
return harapan dari suatu sekuritas dengan risiko sistematis (beta). Garis
pasar sekuritas digunakan untuk menilai sekuritas secara individual pada
kondisi pasar yang seimbang, yaitu menilai tingkat return yang diharapkan
dari suatu sekuritas individual pada suatu tingkat risiko sistematis (beta)
tertentu. Garis pasar sekuritas memberikan gambaran mengenai hubungan
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
20
Universitas Indonesia
antara risiko dan return dari aset-aset individual ataupun portofolio yang
tidak efisien.
Diagram 2.2
Security Market Line
Sumber: Jones (2007)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung untuk Jensen’s
alpha ini adalah sebagai berikut:
Dari persamaan di atas dapat pula dikatakan bahwa Jensen’s alpha
adalah merupakan excess return di atas atau di bawah garis pasar sekuritas
(security market line/SML). Jensen’s alpha juga dapat menunjukkan
perbedaan antara tingkat return aktual yang dihasilkan oleh portofolio
dengan tingkat return harapan jika portofolio tersebut berada pada garis
pasar sekuritas (security market line). Hal itu terlihat dari persamaan
berikut ini:
Nilai Jensen’s alpha yang bernilai positif memiliki arti bahwa suatu
portofolio memberikan return yang lebih besar dari return harapannya
(berada di atas garis pasar sekuritas). Hal itu merupakan kondisi yang
bagus karena berarti portofolio tersebut memiliki return yang relatif lebih
tinggi untuk tingkat risiko sistematisnya. Sedangkan nilai Jensen’s alpha
yang bernilai negatif memiliki arti bahwa suatu portofolio memiliki return
yang relatif lebih rendah untuk tingkat risiko sistematisnya. Dalam
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
21
Universitas Indonesia
penggunaan Jensen’s alpha untuk mengevaluasi kinerja portofolio ataupun
sekuritas individual, Jones (2007) menyatakan bahwa perlu dilakukannya
tes signifikansi secara statistik ketika menginterpretasikan nilai Jensen’s
alpha. Karena walaupun nilai Jensen’s alpha bernilai positif atau negatif,
namun mungkin saja tidak berbeda secara signifikan dengan nol (secara
statistik).
2.4.3 Wealth Added Index Relative to Total Assets (WAI™
/TA)
Metode wealth added index (WAI™
) dikembangkan oleh Stern
Stewart & Co., sebuah konsultan internasional untuk value management
yang lebih dahulu dikenal sebagai pengembang dari metode economic
value added (EVA®
) pada akhir era 1980-an. Metode wealth added index
(WAI™
) sendiri pertama kali dipublikasikan dalam The Economist yang
diterbitkan pada tanggal 29 November 2001. Stern Stewart & Co. (2002)
menjelaskan bahwa wealth added index (WAI™
) adalah indikator adanya
kelebihan kekayaan yang dihasilkan di atas harapan pemegang saham.
Dimana harapan tersebut didasarkan pada risiko saham yang disesuaikan
dengan persepsi para pemegang saham. Gagasan pokok dari wealth added
index (WAI™
) adalah perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang
sahamnya hanya jika pengembalian mereka kepada investor melalui
kenaikan harga saham dan pemberian dividen melampaui cost of equity
mereka (tingkat pengembalian minimum yang diisyarakatkan investor
untuk menaruh uang pada saham berisiko).
Persamaan yang digunakan untuk menghitung WAI™
adalah sebagai
berikut:
TSR merupakan total shareholder return yang dihitung secara
harian. CoE merupakan biaya ekuitas yang dihitung secara harian.
Sedangkan Market Cap Beginning of the Day merupakan kapitalisasi pasar atau
corporate value yang juga dihitung secara harian, dimana kapitalisasi
pasar yang dimaksud adalah posisi di awal periode penghitungan (saat
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
22
Universitas Indonesia
pembukaan perdagangan saham). Menurut Stern Stewart & Co. (2002)
perhitungan WAI™
dengan formula di atas harus dihitung secara harian.
Jika tidak dihitung secara harian, maka penghitungan WAI™
tidak
mengikutsertakan semua aksi korporasi yang berpengaruh terhadap nilai
WAI™
yang terjadi selama periode penghitungan, seperti penerbitan saham
baru, pembagian dividen, dsb. Timing adjustment diperlukan ketika
mengakumulasikan nilai WAI™
harian menjadi ukuran tahunan atau lima-
tahunan, tujuannya agar nilai WAI™
yang dihasilkan dapat
diperbandingkan dengan periode waktu yang berbeda-beda. Timing
adjustment tersebut dilakukan melalui penyesuaian biaya ekuitas terhadap
tingkat inflasi.
WAI™
dihadirkan oleh Stern Stewart & Co. untuk
menyempurnakan dua kelemahan utama total shareholder return (TSR),
indikator penciptaan nilai yang banyak digunakan untuk menilai kinerja
perusahaan. Kelemahan yang pertama, yaitu metode TSR tidak melakukan
penyesuaian atas risiko saham, walaupun sudah dapat dipastikan
pemegang saham akan mengharapkan return yang lebih tinggi untuk
saham-saham berisiko tinggi. Kelemahan yang kedua, yaitu metode TSR
hanya menghitung kinerja saham yang diterbitkan pada saat awal dan tidak
menghitung kinerja saham yang baru diterbitkan oleh perusahaan.
Sebagaimana penghitungan lainnya yang hanya berdasarkan data pasar,
proses perhitungan WAI™
tidak memerlukan akses ke seluruh isi laporan
keuangan perusahaan. Dengan demikian, selain dapat diperbandingkan
dengan perusahaan-perusahaan di luar negeri tanpa khawatir terdapat
perbedaan standar akuntansi, WAI™
juga terbebas dari praktik-praktik
penyusut nilai seperti pengaturan laba (earnings management).
WAI™
digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan manajemen
perusahaan dalam menciptakan nilai bagi pemegang saham perusahaan.
Berhasil atau tidaknya manajemen perusahaan dalam upayanya
menciptakan nilai bagi pemegang saham perusahaan dapat dilihat dari
besarnya tambahan kekayaan yang diciptakan perusahaan bagi pemegang
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
23
Universitas Indonesia
sahamnya. Jika nilai WAI™
positif berarti ada tambahan kekayaan yang
diciptakan perusahaan bagi pemegang sahamnya (perusahaan digolongkan
sebagai wealth added creator). Namun sebaliknya, jika nilai WAI™
negatif
berarti perusahaan telah menghancurkan kekayaan pemegang saham
(perusahaan digolongkan sebagai wealth destroyer). Menurut Stern (2009)
besarnya WAI™
juga turut dipengaruhi oleh ukuran (size) perusahaan.
Oleh sebab itu, agar lebih objektif dalam menilai tambahan kekayaan yang
diciptakan perusahaan bagi pemegang sahamnya maka digunakanlah
wealth added index relative to total assets (WAI™
/TA).
2.5 Faktor-Faktor Finansial Perusahaan
Yang dimaksud dengan faktor-faktor finansial perusahaan adalah
segala hal yang berkaitan dengan keuangan suatu perusahaan yang
memiliki arti tertentu atau dapat pula berupa data mentah keuangan suatu
perusahaan yang telah diolah sehingga memiliki arti tertentu (contohnya
seperti rasio keuangan). Berdasarkan hasil penelitian-penelitian
sebelumnya sejumlah faktor finansial diduga selalu berkaitan erat dengan
kinerja pasar perusahaan.
2.5.1 Sustainable Growth Rate
Demi mengembangkan usahanya di masa mendatang, perusahaan
pasti membutuhkan uang untuk mewujudkan rencana jangka panjangnya.
Ada beberapa opsi yang dapat dilakukan oleh sebuah perusahaan terbuka
untuk mendapatkan uang tersebut yaitu dengan mendapatkan pinjaman
atau menerbitkan saham baru, namun ada konsekuensi dari dua tindakan
itu yaitu adanya tambahan beban atau tambahan pembayaran dividen.
Sustainable growth rate merupakan tingkat pertumbuhan usaha tertinggi
yang dapat dipertahankan oleh perusahaan tanpa harus meningkatkan
leverage keuangannya (Higgins, 1977). Konsep sustainable growth rate
muncul dari pertanyaan, “Seberapa cepat suatu perusahaan dapat tumbuh
dan berkembang tanpa harus meminjam uang melebihi debt ratio yang
dikehendaki dan tanpa harus menerbitkan lebih banyak saham?”.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
24
Universitas Indonesia
Sustainable growth rate merepresentasikan uang yang tetap tinggal di
dalam perusahaan atau dengan kata lain laba yang tidak didistribusikan
kepada para pemegang saham, yang dapat diinvetasikan kembali untuk
kemajuan perusahaan atau ekspansi usaha. Dengan begitu setidaknya
terdapat dua cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk
meningkatkan sustainable growth rate mereka, yaitu dengan
meningkatkan profitabilitas usaha mereka atau dengan mengurangi
pembayaran dividen. Semakin tinggi sustainable growth rate maka akan
semakin bagus, karena berarti akan semakin fleksibel keuangan
perusahaan yang dapat digunakan untuk ekspansi usaha. Perhitungan
sustainable growth rate adalah seperti berikut:
2.5.2 Cash Conversion Cycle
Arus kas yang terus berputar dari suppliers ke persediaan,
kemudian ke piutang usaha, dan kembali lagi menjadi kas, itulah yang
disebut cash conversion cycle. Perusahaan yang memiliki cash conversion
cycle yang pendek dapat diasumsikan kegiatan operasinya berjalan lancar
tanpa adanya hambatan yang berarti, karena perusahaan tersebut dapat
menghasilkan kas dalam waktu yang relatif singkat dari kegiatan
operasinya. Semakin pendek cash conversion cycle suatu perusahaan maka
akan membuat semakin tinggi likuiditas dari perusahaan tersebut. Setiap
perusahaan dituntut untuk tidak hanya menghasilkan penerimaan dan laba,
namun juga memastikan bahwa penerimaan tersebut dapat menghasilkan
kas dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan memiliki cash
conversion cycle yang pendek maka perusahaan akan terhindar dari risiko
mengalami kekurangan kas untuk menjalankan operasi maupun membayar
kewajiban dan beban, sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup dari
perusahaan itu. Cash conversion cycle adalah proxy dari efisiensi working
capital management. Working capital adalah total investasi perusahaan
dalam aset lancar maupun aset lainnya yang mana aset tersebut diharapkan
untuk diubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang. Namun
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
25
Universitas Indonesia
seringkali ketika kata working capital digunakan sebenarnya yang
dimaksud adalah net working capital yaitu selisih antara aset lancar dan
kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan (Keown et al., 2005).
Perhitungan cash conversion cycle adalah seperti berikut:
2.5.3 Dividend Yield
Dividend yield merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
suatu perusahaan membayarkan dividen pada setiap tahunnya relatif
terhadap harga saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam bentuk
persentase. Dividend yield adalah suatu cara untuk mengukur seberapa
besar aliran kas yang didapatkan oleh investor untuk setiap rupiah dana
yang diinvestasikan pada saham suatu perusahaan. Semakin besar nilai
dividend yield, maka akan semakin menarik bagi investor dan pemegang
saham, karena perusahaan dianggap mampu memberikan nilai tambah
kepada mereka. Hal itu dikarenakan dividen merupakan manfaat langsung
yang dapat dirasakan oleh para pemegang saham atas keberhasilan dan
keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan. Selain itu, dividen juga
dipandang sebagai suatu bentuk apresiasi yang diberikan oleh perusahaan
kepada para pemegang saham atas kontribusi mereka di dalam perusahaan.
Perhitungan dividend yield adalah seperti berikut:
2.6 Penelitian-Penelitian Sebelumnya
Banyak penelitian telah dilakukan untuk meneliti mengenai
hubungan dan pengaruh faktor-faktor finansial terhadap kinerja
perusahaan, baik itu kinerja usaha maupun kinerja pasar perusahaan. Pada
paragraf-paragraf selanjutnya penulis akan menguraikan secara singkat
sejumlah penelitian yang meneliti pengaruh faktor-faktor finansial
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
26
Universitas Indonesia
terhadap kinerja perusahaan yang telah dilakukan baik di dalam negeri
maupun di luar negeri.
Pada tahun 2003 Johnson dan Soenen melakukan penelitian yang
diberi judul “Indicators of Successful Companies”. Johnson dan Soenen
(2003) menggunakan sharpe ratio, jensen’s alpha, dan economic value
added relative to total assets (EVA®
/TA) sebagai metode untuk mengukur
kesuksesan perusahaan secara finansial. Tujuan dari penelitian yang
dilakukan oleh Johnson dan Soenen di tahun 2003 ini adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang dapat membedakan mana
perusahaan yang sukses dan mana perusahaan yang kurang sukses secara
finansial. Informasi keuangan yang diduga dapat menjadi indikator
perusahaan yang sukses secara finansial yang mereka teliti antara lain
adalah book-to-market ratio, ukuran perusahaan, sustainable growth rate,
return on assets (ROA), struktur permodalan, rasio likuiditas, cash
conversion cycle, earnings volatality, pengeluaran R&D, dan pengeluaran
iklan. Dalam penelitiannya tersebut, Johnson dan Soenen menemukan
bukti empiris bahwa ukuran perusahaan, sustainable growth rate, return
on assets (ROA), dan cash conversion cycle adalah informasi keuangan
yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kesuksesan perusahaan secara
finansial. Selanjutnya, Johnson dan Soenen (2003) menguji kemampuan
prediksi dari informasi-informasi keuangan itu dalam mendefinisikan
perusahaan yang sukses secara finansial melalui pendekatan binary logit
model (logistic regression). Uji tersebut dimaksudkan guna mengetahui
apakah informasi-informasi keuangan yang diteliti memiliki potensi
menjadi indikator perusahaan yang sukses secara finansial atau tidak. Dan
dari hasil penelitiannya itu, pada akhirnya Johnson dan Soenen (2003)
mendapatkan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan, sustainable growth
rate, return on assets (ROA), dan cash conversion cycle adalah informasi
keuangan yang dapat dijadikan indikator perusahaan yang sukses secara
finansial.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
27
Universitas Indonesia
Kemudian pada penelitian lainnya yang berjudul “Modelling the
Relationship between Financial Indicators and Company Performance –
An Empirical Study for US Listed Companies”, Hobart (2006)
menggunakan tiga ukuran kinerja perusahaan. Ketiga ukuran kinerja
perusahaan yang digunakan oleh Hobart yaitu kinerja profitabilitas yang
diwakili oleh return on investment (ROI), kinerja pasar yang diwakili oleh
perubahan nilai pasar akhir tahun perusahaan, dan kinerja arus kas yang
diwakili oleh arus kas kepada pemegang saham. Dalam penelitiannya itu,
Hobart melakukan pemodelan mengenai hubungan tujuh belas indikator
finansial terhadap ketiga ukuran kinerja perusahaan yang mempunyai
tujuan hampir sama dengan Johnson dan Soenen di tahun 2003 yaitu untuk
mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menjadi indikator penting
bagi kesuksesan finansial perusahaan. Indikator-indikator finansial yang
diteliti dalam penelitian Hobart (2006) ini adalah book-to-market ratio,
ukuran perusahaan, sustainable growth rate, return on assets (ROA),
struktur permodalan, current ratio, quick ratio, cash conversion cycle,
peringkat efek saham, peringkat hutang jangka panjang, peringkat hutang
jangka pendek, pengeluaran R&D, pengeluaran modal, pengeluaran iklan,
opini auditor, perubahan persentase penjualan, dan EBIT margin. Di
dalam penelitiannya tersebut, Hobart (2006) menemukan bukti empiris
bahwa opini auditor, cash conversion cycle, struktur permodalan,
perubahan persentase penjualan, dan sustainable growth rate mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ketiga ukuran kinerja perusahaan yang
ia gunakan.
Iqbal, Muhammad (2004) melakukan penelitian untuk mengetahui
apakah economic value added (EVA®
), return on assets (ROA), return on
equity (ROE), dan earnings per share (EPS) secara bersama-sama dan
secara individual memiliki pengaruh terhadap harga saham dan juga
terhadap market value added (MVA). Penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi pool least square terhadap 20 perusahaan dengan periode
2000-2002 dengan menggunakan dua model yaitu model pertama meneliti
pengaruh EVA®
, ROA, ROE, dan EPS terhadap harga saham dan model
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
28
Universitas Indonesia
kedua meneliti EVA®
, ROA, ROE, dan EPS terhadap MVA. Hasil dari
penelitian model pertama menunjukkan bahwa EVA®
, ROA, ROE, dan
EPS secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap harga
saham, dan dalam penelitian secara individual hanya ROA dan EPS yang
memiliki pengaruh signifikan, sedangkan EVA®
dan ROE tidak memiliki
pengaruh signifikan. Hasil dari penelitian model kedua menunjukkan
bahwa EVA®
, ROA, ROE, dan EPS secara bersama-sama memiliki
pengaruh signifikan terhadap MVA, dengan EVA®
dan ROA secara
individual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap MVA, sedangkan
ROE dan EPS secara individual tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap MVA.
Yunarti (2006) meneliti untuk mengetahui variabel fundamental
apa saja yang berpengaruh terhadap return saham. Sampel yang digunakan
adalah perusahaan-perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEJ periode 2003-
2005 dengan melibatkan variabel rasio keuangan earnings per share,
return on equity, price-earnings ratio, price to book value, debt to equity
ratio, dan return on assets. Hasil penelitian menunjukkan bahwa earnings
per share, return on equity, price earnings ratio, price to book value dan
return on assets memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
namun hanya variabel return on equity yang memiliki pengaruh positif
terhadap return saham.
Sianipar (2006) meneliti untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh informasi akuntansi terhadap harga pasar saham perusahaan-
perusahaan yang tergabung dalam dua belas kelompok industri di BEJ
dengan fondasi teoritis yang berdasarkan model Feltham-Ohlson (1995)
dalam periode amatan tahun 2002-2004. Komponen informasi akuntansi
yang digunakan adalah nilai buku ekuitas, laba sisa, aktiva operasi bersih,
dan laba operasional. Hasil penelitian menunjukkan variabel nilai buku
ekuitas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap harga pasar saham
pada 3 dari 10 kelompok industri, laba sisa memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap harga pasar saham pada 1 dari 10 kelompok industri,
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
29
Universitas Indonesia
aktiva operasi bersih memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap harga
pasar saham pada 2 dari 10 kelompok industri, sementara laba operasional
memiliki pengaruh namun tidak signifikan terhadap harga pasar saham
perusahaan publik yang terdaftar di BEJ. Secara simultan semua variabel
tersebut berpengaruh siginifikan terhadap harga saham perusahaan.
Harto, Budi (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham. Rasio keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah earnings per share (EPS), return on
equity (ROE), price to book value (PBV), price earnings ratio (PER) dan
debt to equity ratio (DER). Metode penelitian yang digunakan adalah
metode panel data, karena data pengujian dibagi dua yaitu cross-section
(banyak perusahaan) dan time series (tahun pengujian lebih dari satu
tahun), sedangkan untuk model penelitiannya menggunakan random effect
model. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa earnings per share, return
on equity, dan price to book value memiliki pengaruh signifikan terhadap
harga saham, sedangkan rasio keuangan price earnings ratio dan debt to
equity ratio tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Selain itu, diketahui bahwa variabel earnings per share, price earnings
ratio, dan price to book value memiliki hubungan positif dengan harga
saham. Sedangkan variabel return on equity dan debt to equity ratio
memiliki hubungan negatif dengan harga saham. Berdasarkan hasil
penelitiannya, Harto, Budi (2007) menyimpulkan bahwa para investor
dalam mengambil keputusan investasinya pada suatu saham dapat
menggunakan informasi rasio keuangan earnings per share, return on
equity, dan price to book value. Sedangkan informasi rasio keuangan price
earnings ratio dan debt to equity ratio tidak memberikan manfaat yang
signifikan jika dijadikan dasar informasi bagi investor dalam pengambilan
keputusan.
Roswati (2007) meneliti hubungan antara variabel current ratio,
total assets turnover, debt to equity ratio, return on equity, earnings per
share dan price to book value terhadap harga saham pada industri
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
30
Universitas Indonesia
manufaktur dengan sub industri retail, makanan dan minuman, rokok,
produk otomotif, dan farmasi. Ditemukan bahwa dalam industri retail,
rasio yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham adalah return on
equity, earnings per share dan price to book value. Dalam industri
makanan dan minuman rasio keuangan yang berpengaruh signifikan
terhadap harga saham adalah earnings per share dan price to book value.
Dalam industri rokok rasio keuangan yang berpengaruh signifikan
terhadap harga saham adalah current ratio, total assets turnover, debt to
equity ratio, earnings per share dan price to book value. Dalam industri
otomotif rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap harga
saham adalah debt to equity ratio, return on equity, earnings per share dan
price to book value. Di industri farmasi rasio keuangan yang berpengaruh
signifikan terhadap harga saham adalah current ratio, earnings per share
dan price to book value. Dalam lima kategori industri tersebut secara
keseluruhan, rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap harga
saham adalah current ratio, total assets turnover, debt to equity ratio,
earnings per share dan price to book value. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan variasi rata-rata harga saham masih dapat dijelaskan dengan
sangat baik oleh rasio-rasio keuangan dalam jangka waktu 1-3 bulan,
terhitung sejak publikasi laporan keuangan tahunan.
Purwandari (2007) menganalisa hubungan rasio keuangan earnings
per share, assets turnover, quick ratio, dan debt ratio terhadap return
saham dengan menggunakan dua model perhitungan return saham yang
berbeda yaitu, buy-and-hold return dan cummulative return. Sampel yang
digunakan adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam
LQ 45 selama tiga kali berturut-turut dalam periode 2000-2004. Hasil
penelitian menunjukkan variabel rasio keuangan yang memiliki hubungan
yang positif dan signifikan terhadap buy-and-hold return adalah earnings
per share dan assets turnover. Sedangkan pada cummulative return,
diperoleh hasil bahwa earnings per share, assets turnover dan quick ratio
memiliki hubungan yang positif dan signifikan.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Fadhliyah (2008) meneliti untuk mengetahui pengaruh nilai buku
ekuitas dan laba per saham terhadap harga saham dan apakah terdapat
perbedaan hubungan laba per saham dan nilai buku ekuitas terhadap harga
saham perusahaan dalam industri defensive dan siklikal. Ada dua model
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, pertama adalah model
Ohlson dan kedua adalah modifikasi model Ohlson dengan penambahan
variabel dummy. Penelitian ini menggunakan sampel seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan nilai buku
ekuitas dan laba per saham terhadap harga saham pada seluruh sampel dan
masing-masing sampel industri. Penelitian ini juga menemukan adanya
perbedaan pengaruh nilai buku ekuitas dan laba per saham terhadap harga
saham berdasarkan nilai laba yang diperoleh dan berdasarkan kelompok
industri.
Mulyono (2008) meneliti secara empiris mengenai manfaat dari
laporan keuangan untuk menjelaskan return saham. Selain itu, dalam
penelitian ini juga dilihat mengenai variabel-variabel apa saja (dalam
laporan keuangan perusahaan) yang paling bermanfaat bagi investor dalam
mengambil keputusan investasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu rasio profitabilitas (net profit margin, return on equity, return on
assets), rasio likuiditas (current ratio, quick ratio), rasio solvabilitas (debt
to equity ratio, debt to total assets, times interest earned ratio, Rasio
Aktivitas (total assets turnover, inventory turnover), rasio pasar (price
earnings ratio, price to book value), dan ukuran perusahaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa laporan interim memiliki nilai manfaat
yang lebih rendah dibandingkan laporan keuangan tahunan dalam
menjelaskan return saham. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
variabel yang bermanfaat bagi investor guna menjelaskan market adjusted
return maupun abnormal return saham adalah rasio profitabilitas (net profit
margin, return on equity), rasio turnover (total assets turnover), rasio
market value (price to book value) dan faktor ukuran perusahaan (log total
assets). Dari penelitian ini juga dapat terlihat bahwa pergerakan harga
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
32
Universitas Indonesia
saham banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kinerja finansial
perusahaan.
Alfian (2009) menganalisa pengaruh kinerja perusahaan terhadap
imbal hasil saham di pasar modal Indonesia. sampel yang digunakan yaitu
saham-saham LQ 45 yang terdaftar di bursa efek Indonesia dari tahun
2005 sampai tahun 2007. Beberapa ukuran kinerja perusahaan yang
digunakan yaitu total assets turnover, return on assets, return on equity,
perubahan EPS, perubahan penjualan dan profit margin. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa beberapa ukuran kinerja perusahaan memiliki
sebagian kemampuan untuk menjelaskan imbal hasil saham selama
periode pengujian. Total assets turnover memiliki hubungan yang
signifikan dan pengaruh yang diberikan ialah positif, hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar perputaran total aktiva akan semakin besar pula
imbal hasil saham perusahaan. return on assets juga memiliki hubungan
yang signifikan dan memiliki pengaruh yang positif terhadap imbal hasil
saham perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar return on
assets perusahaan maka akan semakin besar pula imbal hasil saham
perusahaan. Hubungan yang signifikan dan memiliki pengaruh yang
positif terhadap imbal hasil saham perusahaan juga ditemukan pada return
on equity. Sedangkan yang tidak memiliki hubungan yang signifikan
dengan imbal hasil saham perusahaan adalah variabel perubahan EPS,
perubahan penjualan, serta profit margin.
Andyono (2009) meneliti pengaruh faktor fundamental perusahaan
yang digambarkan dengan book-to-market ratio, kebijakan pendanaan
perusahaan, dan ukuran perusahaan, serta kondisi makroekonomi yang
digambarkan oleh inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan PDB
sektor tambang terhadap imbal hasil saham perusahaan pertambangan
pada periode 2004-2008 dengan rentang data tahunan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa book-to-market ratio, ukuran perusahaan, tingkat
inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan PDB sektor tambang
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
33
Universitas Indonesia
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat imbal hasil saham
perusahaan pertambangan.
Berikut ini disajikan tabel yang merupakan rangkuman dari
penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan pada paragraf-
paragraf di atas:
Tabel 2.1
Rangkuman Penelitian-Penelitian Sebelumnya
Penelitian Variabel
Dependen
Variabel Independen Variabel Yang
Signifikan
Johnson,
Soenen
(2003)
Sharpe ratio,
Jensen’s
alpha,
EVA®
/TA
Book-to-market Ratio,
Size, Sustainable growth
rate, ROA, Capital
Structure, Liquidity,
Cash Conversion Cycle,
Earnings Volatility, R&D
Expenditures,
Advertising Expenditures
Sharpe ratio:
Book-to-market
Ratio, Size,
Sustainable
growth rate,
ROA, Cash
Conversion
Cycle,
Advertising
Expenditures.
Jensen’s alpha:
Book-to-market
Ratio, Size,
Sustainable
growth rate,
ROA, Cash
Conversion
Cycle.
EVA®
/TA: Size,
Sustainable
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
34
Universitas Indonesia
growth rate,
ROA, Cash
Conversion
Cycle, R&D
Expenditures,
Advertising
Expenditures.
Hobart
(2006)
ROI,
Shareholder
Cash Flow, 5
Market Value
Book-to-market Ratio,
Size, Sustainable growth
rate, ROA, Capital
Structure, Cash
Conversion Cycle, R&D
Expenditures,
Advertising
Expenditures, Capital
Expenditures, Auditor’s
Opinion, Current Ratio,
Quick Ratio, Sales
Percentage Change,
EBIT Margin, Long
Term Credit Rating,
Short Term Credit
Rating, Common Stocks
Rating
ROI: Auditor’s
Opinion, Cash
Conversion
Cycle, Capital
Structure, Sales
Percentage
Change,
Sustainable
growth rate,
Book-to-market
Ratio, EBIT
Margin, ROA,
Common Stocks
Rating, Current
Ratio.
Shareholder
Cash Flow:
Auditor’s
Opinion, Cash
Conversion
Cycle, Capital
Structure, Sales
Percentage
Change,
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
35
Universitas Indonesia
Sustainable
growth rate,
Size.
5 Market Value:
Auditor’s
Opinion, Cash
Conversion
Cycle, Capital
Structure, Sales
Percentage
Change,
Sustainable
growth rate,
Book-to-market
Ratio, EBIT
Margin, ROA,
Common Stocks
Rating, Size,
Capital
Expenditures.
Iqbal,
Muhammad
(2004)
Harga saham
dan Market
Value Added
(MVA)
EVA®
, ROA, ROE, EPS Secara bersama-
sama terhadap;
harga saham:
EVA®
, ROA,
ROE, EPS.
MVA: EVA®
,
ROA, ROE,
EPS.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
36
Universitas Indonesia
Secara
individual
terhadap;
harga saham:
ROA, EPS
MVA: EVA®
,
ROA
Yunarti
(2006)
Return
saham
EPS, ROE, PER, PBV,
DER, ROA
EPS, ROE,
PER, PBV.
Sianipar
(2006)
Harga saham Nilai buku ekuitas, laba
sisa, aktiva operasi
bersih, laba operasional
Nilai buku
ekuitas, laba
sisa, aktiva
operasi bersih.
Harto, Budi
(2007)
Harga saham EPS, ROE, PBV, PER,
DER
EPS, ROE, PBV
Roswati
(2007)
Harga saham Current Ratio, DER,
TATO, ROE, EPS, P/B
Ratio
Industri retail:
ROE, EPS, P/B
Ratio.
Subindustri
makanan &
minuman: EPS,
P/B Ratio.
Subindustri
rokok: Current
Ratio, DER,
TATO, EPS,
P/B Ratio.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
37
Universitas Indonesia
Subindustri
produk
otomotif: DER,
ROE, EPS, P/B
Ratio.
Subindustri
farmasi: Current
Ratio, EPS, P/B
Ratio.
5 industri
disatukan: DER,
TATO, EPS,
P/B Ratio.
Purwandari
(2007)
Buy-and-
hold return,
cummulative
return
EPS, TATO, Quick
Ratio, DER
Buy-and-hold
return: EPS,
TATO, Quick
Ratio, Debt
Ratio.
Cummulative
return: EPS,
TATO, Quick
Ratio, Debt
Ratio.
Fadhliyah
(2008)
Harga saham Nilai buku ekuitas, EPS Nilai buku
ekuitas, EPS.
Mulyono
(2008)
Return
Saham
8et Profit Margin, ROE,
ROA, Current Ratio,
8et Profit
Margin, ROE,
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
38
Universitas Indonesia
Quick Ratio, DER, Debt
to Total Asset, Times
Interest Earned Ratio,
TATO, Inventory
Turnover, PER, PBV,
ukuran perusahaan
TATO, PBV,
ukuran
perusahaan.
Alfian
(2009)
Return
Saham
TATO, ∆ EPS, Profit
Margin, ROA, ROE, ∆
Sales
TATO, ROA,
ROE.
Andyono
(2009)
Return
Saham
Book-to-market Ratio,
kebijakan pendanaan
perusahaan, ukuran
perusahaan, tingkat
inflasi, tingkat suku
bunga SBI, pertumbuhan
PDB
Book-to-market
Ratio, ukuran
perusahaan,
tingkat inflasi,
tingkat suku
bunga SBI,
pertumbuhan
PDB.
Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012
2.7 Ikhtisar Tinjauan Literatur dan Identifikasi Penelitian Selanjutnya
Berdasarkan uraian di atas mengenai penelitian-penelitian
sebelumnya, dapat diketahui bahwa sampai dengan saat ini tidak sedikit
penelitian baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang telah dilakukan
untuk meneliti hubungan ataupun pengaruh faktor-faktor finansial
terhadap kinerja perusahaan. Dan melalui penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya telah didapatkan bukti empiris bahwa beberapa
faktor finansial yang terbukti mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kinerja perusahaan, yaitu seperti return on assets (ROA), total assets
turnover (TATO), return on equity (ROE), dan earnings per share (EPS).
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
39
Universitas Indonesia
Berdasarkan pengetahuan penulis, belum banyak penelitian di
Indonesia yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan usaha,
efisiensi working capital management, dan aliran kas pemegang saham
terhadap kinerja pasar perusahaan, terutama penelitian yang menggunakan
wealth added index (WAI™
) sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan.
Sehingga menurut penulis, penelitian semacam itu menarik untuk
dilakukan dalam konteks perusahaan di Indonesia.
Dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, juga
banyak penelitian yang belum memasukkan dividen sebagai faktor
finansial yang diduga berkaitan erat dengan kinerja pasar perusahaan.
Menurut pengetahuan penulis, besarnya nilai dividen suatu perusahaan
termasuk salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh beberapa investor di
Indonesia dalam berinvestasi. Dengan dasar pemikiran tersebut, maka
dalam penelitian ini penulis memasukkan dividen sebagai faktor finansial
yang diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan. Bagi
diri penulis, hal itu menjadi menarik untuk diteliti guna mendapatkan bukti
empiris apakah memang benar dividen merupakan faktor finansial yang
berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan.
2.8 Perumusan Hipotesis
Johnson dan Soenen (2003) dalam penelitiannya menemukan bukti
empiris bahwa sustainable growth rate memiliki pengaruh positif
signifikan baik terhadap Sharpe ratio, terhadap Jensen’s alpha, maupun
terhadap EVA®
/TA. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hobart (2006)
juga ditemukan bukti empiris bahwa sustainable growth rate memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap return on investments (ROI).
Sustainable growth rate merupakan tingkat pertumbuhan usaha tertinggi
yang dapat dipertahankan oleh perusahaan tanpa harus meningkatkan
leverage keuangannya (Higgins, 1977). Sustainable growth rate
merepresentasikan uang yang tetap tinggal di dalam perusahaan, atau
dengan kata lain laba yang tidak didistribusikan kepada para pemegang
saham yang dapat diinvetasikan kembali untuk kemajuan atau ekspansi
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
40
Universitas Indonesia
usaha. Dengan memiliki nilai sustainable growth rate yang tinggi maka
keuangan perusahaan akan semakin lebih fleksibel dan dapat digunakan
untuk ekspansi usaha. Adanya ekspansi usaha memungkinkan perusahaan
untuk meningkatkan kinerja usahanya di masa datang. Oleh sebab itu,
sustainable growth rate diduga memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap kinerja pasar perusahaan. Berdasarkan teori dan hasil penelitian-
penelitian sebelumnya, maka rumusan hipotesis yang diajukan penulis
adalah:
H1: Pertumbuhan usaha memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap kinerja pasar perusahaan.
Pada penelitian Johnson dan Soenen (2003) ditemukan bukti
empiris bahwa cash conversion cycle memiliki pengaruh negatif (antara
panjang siklus dan kinerja) signifikan baik terhadap EVA®
/TA, terhadap
Sharpe ratio, maupun terhadap Jensen’s alpha. Begitu juga dalam
penelitian yang dilakukan oleh Hobart (2006) yang menemukan bukti
empiris bahwa cash conversion cycle memiliki pengaruh negatif signifikan
baik terhadap return on investment (ROI), maupun terhadap perubahan
nilai pasar akhir tahun perusahaan. Cash conversion cycle adalah arus kas
yang terus berputar dari suppliers ke persediaan, kemudian ke piutang
usaha, dan kembali lagi menjadi kas. Perusahaan yang memiliki cash
conversion cycle yang pendek dapat diasumsikan kegiatan operasinya
berjalan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti, karena perusahaan
tersebut dapat menghasilkan kas dalam waktu yang relatif singkat dari
kegiatan operasinya. Dengan memiliki cash conversion cycle yang pendek
maka perusahaan akan terhindar dari risiko mengalami kekurangan kas
untuk menjalankan operasi maupun membayar kewajiban dan beban,
sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup dari perusahaan itu.
Tersedianya kas yang cukup untuk menjalankan operasi akan membuat
perusahaan tidak akan pernah kehilangan kesempatan bisnis yang ada.
Dengan demikian, cash conversion cycle diduga memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan. Cash conversion
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
41
Universitas Indonesia
cycle merupakan proxy dari efisiensi working capital management.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, maka
rumusan hipotesis yang diajukan penulis adalah:
H2: Efisiensi working capital management memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.
Di dalam penelitian Van Horne dan McDonald (1971) ditemukan
bukti empiris bahwa kebijakan dividen suatu perusahaan memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap nilai pasar saham. Naranjo et al.
(1998) dalam penelitiannya juga menemukan bukti empiris bahwa
dividend yield memiliki hubungan positif dengan return saham. Kemudian
dalam penelitian Lie (2005) ditemukan bukti empiris bahwa perusahaan
yang memutuskan untuk berhenti membagikan selamanya atau dengan
kata lain menghilangkan dividen mengalami kinerja usaha yang buruk
selama tiga bulan pertama setelah pengumuman dan tiga bulan berikutnya.
Dividend yield adalah suatu cara untuk mengukur seberapa besar aliran kas
yang didapatkan oleh investor untuk setiap rupiah dana yang
diinvestasikan pada saham suatu perusahaan. Semakin besar nilai dividend
yield, maka akan semakin menarik bagi investor dan pemegang saham,
karena perusahaan dianggap mampu memberikan nilai tambah kepada
mereka. Hal itu dikarenakan dividen merupakan manfaat langsung yang
dapat dirasakan oleh para pemegang saham atas keberhasilan dan
keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan. Nilai dividend yield yang
tinggi secara tidak langsung juga mengindikasikan kondisi keuangan
perusahaan yang baik, dan tersedianya kas yang cukup bagi perusahaan
untuk menjalankan usahanya. Oleh sebab itu, dividend yield diduga
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.
Dividend yield merupakan proxy dari aliran kas pemegang saham.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, maka
rumusan hipotesis yang diajukan penulis adalah:
H3: Aliran kas pemegang saham memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
42 Universitas Indonesia
BAB III
METODOLOGI PE ELITIA
3.1 Kerangka Pemikiran
Dengan mempertimbangkan return dan risiko, investor dapat
melakukan berbagai analisis ketika mengambil keputusan investasi,
diantaranya seperti analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis
teknikal merupakan analisis yang menggunakan data pasar (seperti harga
saham historis, volume perdagangan, dsb.) untuk melakukan penilaian
terhadap suatu saham. Sedangkan analisis fundamental merupakan
penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai faktor-
faktor finansial suatu perusahaan, kondisi makro ekonomi, dan kondisi
sektor industri suatu perusahaan. Dengan kata lain, analisis fundamental
merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk
mengevaluasi ataupun memproyeksi nilai suatu saham. Karena kemudahan
dalam mendapatkannya, laporan keuangan sampai saat ini masih menjadi
sumber informasi utama bagi investor terutama di Indonesia dalam
melakukan analisis fundamental. Akan tetapi, tidak sedikit dari investor
yang masih belum mengetahui sebenarnya faktor-faktor finansial apa saja
yang berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan serta dapat mereka
jadikan dasar dalam pengambilan keputusan investasi.
Penelitian-penelitian di bidang finansial menunjukkan bahwa
terdapat faktor-faktor finansial yang berkaitan erat dengan kinerja pasar
perusahaan yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan
investasi. Faktor-faktor finansial yang diidentifikasi berpengaruh terhadap
kinerja pasar perusahaan antara lain adalah nilai perusahaan (Fama dan
French, 1992; Fama dan French, 1998a,b; Kothari dan Shanken, 1997;
Pontiff dan Schall, 1998), ukuran perusahaan (Fama dan French, 1992;
Rouwenhorst, 1999; Hobart, 2006), dan efektivitas penggunaan aset
(Hobart, 2006).
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
43
Universitas Indonesia
Pada penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Soenen di tahun
2003 yang diberi judul “Indicators of Successful Companies”, Johnson dan
Soenen (2003) menganalisa 478 perusahaan di Amerika Serikat pada
periode 1982 sampai 1998. Tujuan dari penelitian mereka adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor finansial yang dapat membedakan mana
perusahaan yang sukses dan mana perusahaan yang kurang sukses. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang berukuran besar,
profitable, dengan working capital management yang efisien dan tingkat
pertumbuhan usaha yang tinggi adalah perusahaan yang menghasilkan
kinerja yang lebih tinggi dari perusahaan-perusahaan lainnya berdasarkan
tiga ukuran kinerja, yaitu Sharpe ratio, Jensen’s alpha, dan economic value
added relative to total assets (EVA®
/TA). Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan di luar negeri, faktor-faktor finansial yang terbukti secara
empiris berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan, antara lain: ukuran
perusahaan, return on assets (ROA), sustainable growth rate, dan cash
conversion cycle.
Berdasarkan teori, hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, dan
dengan mengadaptasi dari penelitian Johnson dan Soenen (2003) maka
penelitian ini akan menguji signifikansi pengaruh faktor-faktor finansial
berikut ini, yaitu pertumbuhan usaha, efisiensi working capital
management, dan aliran kas pemegang saham terhadap kinerja pasar
perusahaan melalui model ordinary least squares (OLS) regression.
Ketiga faktor finansial yang diteliti masing-masing diwakili oleh
sustainable growth rate, cash conversion cycle, dan dividend yield.
Kinerja pasar perusahaan diwakili oleh Sharpe ratio, Jensen’s alpha, dan
WAI™
/TA. Dalam penelitian ini juga akan dimasukkan faktor finansial
efektivitas penggunaan aset, dan ukuran perusahaan sebagai variabel
kontrol. Kedua faktor finansial yang menjadi variabel kontrol tersebut
diwakili oleh return on assets (ROA), dan nilai total aset perusahaan.
Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, secara
umum efektivitas penggunaan aset yang diukur melalui return on assets
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
44
Universitas Indonesia
(ROA) terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pasar
perusahaan (Johnson dan Soenen, 2003; Hobart, 2006). Rasio return on
assets (ROA) digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan seberapa
efektif suatu perusahaan dalam menggunakan aset-aset yang dimilikinya
untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini merupakan indikator yang
berguna untuk mengetahui seberapa menguntungkan suatu perusahaan
relatif terhadap seluruh aset yang dimilikinya. Semakin besar rasionya
maka semakin baik, karena itu berarti perusahaan menghasilkan lebih
banyak uang dari yang telah diinvestasikan di dalam perusahaan.
Keefektifan perusahaan dalam penggunaan aset-aset yang dimilikinya
untuk menghasilkan keuntungan merupakan faktor penting bagi
kesuksesan finansial perusahaan, dan menjadi salah satu faktor yang sering
dipertimbangkan oleh investor. Oleh karena itu, efektivitas penggunaan
aset yang diwakili oleh return on assets (ROA) dalam penelitian ini
diprediksi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja pasar
perusahaan.
Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, secara
umum ukuran perusahaan yang diukur melalui nilai total aset perusahaan
terbukti berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan
(Fama dan French, 1992; Rouwenhorst, 1999; Hobart, 2006). Ukuran
perusahaan dianggap merepresentasikan kinerja kumulatif perusahaan di
masa lalu. Sehingga perusahaan dengan aset kecil dapat diindikasikan
memiliki kinerja yang tidak begitu baik di masa-masa yang lalu. Dengan
begitu maka semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin rendah
return yang akan didapatkan oleh investor. Hal itu karena perusahaan kecil
dianggap memiliki risiko yang lebih tinggi. Dan sesuai dengan konsep risk
& return, maka investor akan mengharapkan return yang lebih tinggi dari
perusahaan kecil dibanding perusahaan besar. Oleh karena itu, ukuran
perusahaan yang diukur melalui nilai total aset perusahaan dalam
penelitian ini diprediksi memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
kinerja pasar perusahaan. Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
45
Universitas Indonesia
hubungan antar variabel penelitian dengan berdasarkan adaptasi dari
penelitian Johnson dan Soenen (2003):
Diagram 3.1
Kerangka Pemikiran
Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012
3.2 Model Penelitian
Terdapat tiga model penelitian yang akan digunakan dalam
ordinary least squares (OLS) regression penelitian ini. Berikut ini adalah
ketiga model penelitian tersebut:
a. Model penelitian 1
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
46
Universitas Indonesia
b. Model penelitian 2
c. Model penelitian 3
Ordinary least squares (OLS) regression di dalam penelitian ini
digunakan untuk menguji bagaimana signifikansi pengaruh pertumbuhan
usaha, efisiensi working capital management, dan aliran kas pemegang
saham terhadap kinerja pasar perusahaan. Oleh sebab itu, ketiga model
penelitian di atas digunakan untuk menguji hipotesis satu sampai dengan
hipotesis tiga.
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah penulis tuangkan secara
mendalam pada Bab II, maka penjabaran secara spesifik hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Pertumbuhan usaha memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap kinerja pasar perusahaan.
Keterangan:
SR = Sharpe ratio;
JA = Jensen’s alpha;
WAIPERTA = wealth added index relative to total assets;
SGR = sustainable growth rate;
CCC = cash conversion cycle;
DY = dividend yield;
ROA = return on assets;
LOGTA = logaritma nilai total assets;
D08 =
1 jika observasi pada tahun 2008 atau 0 jika
lainnya;
D09 =
1 jika observasi pada tahun 2009 atau 0 jika
lainnya;
D10 =
1 jika observasi pada tahun 2010 atau 0 jika
lainnya;
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Atau H0: β1 ≤ 0
H1: β1 > 0
H2: Efisiensi working capital management memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.
Atau H0: β2 ≥ 0
H2: β2 < 0
H3: Aliran kas pemegang saham memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.
Atau H0: β3 ≤ 0
H1: β3 > 0
3.4 Operasionalisasi Variabel
3.4.1 Variabel Dependen
3.4.1.1 Sharpe Ratio
Sharpe ratio (SR) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
dimana:
RVAR = Sharpe ratio (Reward-to-Variability Ratio)
= average total return for portfolio p
TRp = total return for portfolio p
=
Dt = dividends paid during the period
PE = price at the end of period
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
48
Universitas Indonesia
PB = price at the beginning of period
= average risk-free rate
= rata-rata suku bunga SBI
SDp = standard deviation of return portfolio p
= dihitung selama periode pengamatan dari tahun 2007-
2010 dan diasumsikan tetap selama kurun waktu tersebut
=
n = number of returns in the sample
3.4.1.2 Jensen’s Alpha (JA)
Jensen’s alpha (JA) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
dimana:
αp = Jensen’s alpha
= average total return for portfolio p
TRp = total return for portfolio p
=
Dt = dividends paid during the period
PE = price at the end of period
PB = price at the beginning of period
= average risk-free rate
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
49
Universitas Indonesia
= rata-rata suku bunga SBI
= average return on market
βp = beta for portfolio p
= dihitung selama periode pengamatan dari tahun 2007-
2010 dan diasumsikan tetap selama kurun waktu tersebut
=
Cov p,M = Covariance between portfolio p and market
=
RM = return on market
σ2
M = variance market
=
n = number of returns in the sample
3.4.1.3 Wealth Added Index Relative to Total Assets (WAI™
/TA)
Semua nilai WAI™
yang digunakan di dalam penelitian ini
penghitungannya dilakukan oleh Stern Stewart & Co. Indonesia yang
dipublikasikan dalam Majalah SWA setiap tahunnya dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2011. Wealth added index (WAI™
) dihitung oleh
Stern Stewart & Co. Indonesia dengan rumus sebagai berikut:
dimana:
TSR = Total shareholder return daily
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
50
Universitas Indonesia
=
Dt = dividends paid during the period
PE = price at the end of period
PB = price at the beginning of period
CoE = Cost of equity daily
=
= Average risk-free rate
= Average return on the market
= Beta of the security
Market Cap Beginning of the Day = Kapitalisasi pasar saat pembukaan
perdagangan saham
TSR merupakan hasil akumulasi perubahan harga saham
perusahaan yang masuk dalam peringkat SWA100 yang dihitung secara
harian dalam kurun waktu lima tahun. TSR ini belum disesuaikan dengan
asumsi bahwa dividen diinvestasikan kembali. Kemudian CoE dihitung
secara harian berdasarkan hari perdagangan saham dengan menggunakan
metode Stern Stewart dan memperhitungkan empat jenis risiko, yaitu
risiko bisnis (business risk) masing-masing sektor, risiko finansial
(financial risk) yang meliputi utang dan modal, sovereign risk, serta risiko
mata uang (currency risk). Sedangkan kapitalisasi pasar (market
capitalization) atau corporate value adalah hasil dari jumlah saham yang
beredar di pasar dikalikan dengan harga saham, yang juga dihitung secara
harian. Dalam perhitungan WAI™, kapitalisasi pasar yang dimaksud
adalah posisi di awal periode penghitungan (saat pembukaan perdagangan
saham). Semua data pasar yang diperlukan untuk penghitungan WAI™
diperoleh Stern Stewart & Co. dari Bloomberg. Selanjutnya WAI™
daily
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
51
Universitas Indonesia
diakumulasikan selama lima tahun. Ketika diakumulasikan, CoE
disesuaikan dengan tingkat inflasi, yang disebut Stern Stewart & Co.
sebagai timing adjustment. Penyesuaian tersebut diperlukan agar nilai
WAI™
yang dihasilkan dapat diperbandingkan dengan periode waktu yang
berbeda-beda. Wealth added index relative to total assets (WAI™
/TA)
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
3.4.2 Variabel Independen
3.4.2.1 Sustainable Growth Rate (SGR)
Sustainable growth rate (SGR) dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
dimana:
ROE t1 = Return on Equity in period t1
3.4.2.2 Cash Conversion Cycle (CCC)
Cash conversion cycle (CCC) dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
dimana:
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
52
Universitas Indonesia
COGS t1 = Cost of Goods Sold in period t1
3.4.2.3 Dividend Yield (DY)
Dividends Yield (DY) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
3.4.2.4 Return on Assets (ROA)
Return on assets (ROA) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
3.4.2.5 Ukuran Perusahaan (Log(TA))
Ukuran perusahaan diukur melalui nilai total aset perusahaan
dalam satuan mata uang. Namun agar nilainya tidak terlalu besar demi
mempermudah dalam pengolahan data, maka digunakanlah logaritma dari
nilai total aset perusahaan.
3.4.2.6 Dummy Tahun
Tahun 2007 digunakan sebagai tahun dasar. Dummy tahun yang
digunakan di dalam model adalah sebanyak (n-1), dimana n adalah jumlah
tahun yang ditetapkan sebagai periode penelitian.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
53
Universitas Indonesia
3.5 Data dan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pasar dan
data laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan, kecuali
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kelompok sektor
industri keuangan dan perbankan. Perusahaan dari kelompok sektor
industri keuangan dan perbankan memiliki karakterisitik khusus yang jauh
berbeda dari sektor industri lainnya, sehingga memerlukan penggunaan
ukuran atau variabel yang berbeda. Penulis memperoleh data-data laporan
keuangan yang dibutuhkan untuk penelitian ini melalui ICMD (Indonesian
Capital Market Directory), OSIRIS, dan IDX (Indonesian Stock
Exchange) Database. Penulis menggunakan data wealth added index
(WAI™
) masing-masing perusahaan yang penulis peroleh dari majalah
SWA. Selain itu, penulis juga menggunakan data pasar yang terdiri dari
data harga saham dan nilai dividen tahun 2007 sampai dengan tahun 2010
dari masing-masing perusahaan, serta data Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) yang penulis peroleh melalui Yahoo Finance dan Thomson
Reuters Datastream.
Penentuan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian
ini mengacu kepada penentuan ukuran sampel berdasarkan pengambilan
sampel bertujuan (purposive sampling). Kriteria-kriteria yang digunakan
dalam pengambilan sampel, yaitu:
a. Perusahaan-perusahaan yang ada di peringkat SWA100 dan tidak
pernah keluar dari peringkat tersebut mulai dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2011, kecuali perusahaan dari kelompok sektor industri
keuangan dan perbankan.
b. Data laporan keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian ini tersedia
dan disajikan secara lengkap oleh perusahaan serta dapat diakses oleh
penulis.
c. Laporan keuangan perusahaan berakhir pada periode 31 Desember dan
telah diaudit oleh kantor akuntan publik (KAP).
d. Tidak memiliki nilai ekuitas yang negatif.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
54
Universitas Indonesia
e. Outlier yaitu observasi yang lebih besar dari rerata ditambah dengan 3
kali simpangan baku atau observasi yang lebih kecil dari rerata
dikurangi dengan 3 kali simpangan baku, dikeluarkan dari sampel.
3.6 Teknik Pengujian
Di dalam penelitian ini terdapat dua jenis pengujian yang akan
dilakukan, yaitu uji kriteria ekonometrika, dan uji statistik. Ordinary least
squares (OLS) regression dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
pooled data, yaitu menggabungkan antara data runut waktu (time series)
dan data silang (cross section), sehingga regresinya dapat juga disebut
pooled regression. Kedua jenis data tersebut digabungkan berdasarkan
klasifikasi periode, oleh karenanya dalam penelitian ini ditambahkan
variabel kategori (dummy) tahun. Penggunaan pendekatan tersebut
dimaksudkan agar model regresi yang dibangun dapat mencerminkan
heterogenitas data yang digunakan dalam penelitian ini.
3.6.1 Uji Kriteria Ekonometrika
3.6.1.1 Uji ormalitas
Dalam analisis statistika, salah satu asumsi yang berlaku adalah
data berdistribusi normal. Ketika melakukan analisis multivariat, para
peneliti berpedoman jika tiap variabel terdiri atas 30 data maka data
tersebut telah berdistribusi normal. Dan apabila analisis melibatkan 5
variabel, maka diperlukan data sebanyak 5 × 30 = 150. Sehingga uji
normalitas digunakan jika jumlah observasi kurang dari jumlah tersebut,
untuk mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal. Uji
normalitas dapat dilakukan melalui uji Jarque-Bera (JB test) yang tersedia
pada program Eviews. Dengan H0 pada data berdistribusi normal, nilai
probabilitas yang kecil cenderung mengarahkan pada penolakan hipotesis
nol. Jika nilai probabilitas lebih besar dari α berarti H0 diterima bahwa
data berdistribusi normal.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
55
Universitas Indonesia
3.6.1.2 Uji Multikolinearitas (Multicolinearity)
Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linier yang
signifikan antarvariabel bebas (Nachrowi, 2006). Dampak yang dapat
ditimbulkan jika terdapat multikolinearitas adalah tidak dapatnya
interprestasi dilakukan, atau tidak dapatnya koefisien regresi diestimasi.
Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat diketahui, dengan cara
melihat (Nachrowi, 2006):
a. Nilai Eigenvalues dan Conditional Index (CI). Persamaan regresi
dapat dinyatakan mempunyai kolinearitas yang kuat antarvariabel
bebasnya adalah jika nilai Eigenvalues mendekati 0 atau nilai CI
berada di atas 30.
b. Nilai VIF dan Tolerance. Multikolinearitas dikatakan ada jika nilai
dari VIF > 1 atau nilai Tolerance mendekati 0. Sebaliknya, jika
nilai VIF mendekati angka 1 atau nilai Tolerance mendekati 1
maka tidak terdapat multikolinearitas.
Cara mengatasi multikolinieritas ada berbagai cara yang dapat
dilakukan, yaitu (Nachrowi, 2006):
a. Melihat informasi sejenis yang ada.
b. Mengeluarkan variabel bebas yang kolinier dengan model.
c. Mentransformasikan variabel.
d. Mencari data tambahan.
3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas (Heterocedasticity)
Heteroskedastisitas adalah kondisi dimana varian tidak konstan
atau berubah-ubah (Nachrowi, 2006). Jika terdapat gejala
heterokedastisitas, maka akan menyebabkan varian dalam model
cenderung akan besar. Dengan besar dan tidak konstannya varian maka
interval kepercayaannya pun semakin lebar dan tidak konsisten, sehingga
berakibat uji hipotesis menjadi tidak akurat. Ada berbagai cara untuk
mengidentifikasi adanya heteroskedastisitas, salah satunya adalah metode
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
56
Universitas Indonesia
grafik scatterplot. Apabila titik-titik berkumpul sejajar di garis horizontal
nilai 0, maka dapat diduga tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas dapat juga dideteksi dengan uji White, uji Glejser, dan
uji Breusch-Pagan-Godfrey yang tersedia pada program Eviews. Jika nilai
probabilitas pada ketiga uji tersebut lebih kecil dari α, maka model
penelitian mengalami masalah heteroskedastisitas.
Cara mengatasi masalah heteroskedastisitas ada beberapa cara,
yaitu (Winarno, 2009):
a. Metode WLS (Weighted Least Square). Metode ini dapat
digunakan apabila σi2 diketahui.
b. Metode White. Metode ini digunakan apabila besarnya σi2
tidak
diketahui.
c. Metode Tranformasi.
3.6.1.4 Uji Autokorelasi (Autocorellation)
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi
dengan residual observasi lainnya (Winarno, 2009). Autokorelasi terjadi
karena beberapa sebab. Menurut Gujarati (2009), beberapa penyebab
autokorelasi adalah:
a. Data mengandung pergerakan naik turun secara musiman,
misalnya kondisi perekonomian suatu negara yang kadang
membaik dan kadang memburuk.
b. Kekeliruan memanipulasi data, misalnya data tahunan dijadikan
data kuartalan dengan membagi empat.
c. Data runtut waktu.
d. Data yang dianalisis tidak bersifat stationer.
Cara mengidentifikasikan adanya autokorelasi adalah dengan
melakukan uji (Winarno, 2009):
a. Durbin-Watson. Nilai d (menggambarkan koefisien DW) akan
berada di kisaran 0 hingga 4. Apabila nilai d berada diantara 0 dan
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
57
Universitas Indonesia
dL (nilai batas bawah d berdasarkan tabel DW), maka ada
autokorelasi positif. Bila nilai d ada diantara dL dan dU (nilai batas
atas d berdasarkan tabel DW), maka tidak dapat diputuskan ada
atau tidaknya autokorelasi. Dan apabila nilai d berada diantara dU
dan 4-dU, maka disimpulkan tidak ada autokorelasi. Bila nilai d ada
diantara 4-dU dan 4-dL, maka tidak dapat diputuskan ada atau
tidaknya autokorelasi. Sedangkan apabila nilai d berada diantara 4-
dL dan 4, maka ada autokorelasi negatif.
b. Breusch-Godfrey. Nama lain dari uji Breusch-Godfrey adalah uji
Lagrange-Multiplier (Pengganda Lagrange). Apabila nilai
probabilitasnya lebih besar dari α berarti tidak terdapat autokorelasi
pada model penelitian.
Beberapa cara untuk mengatasi masalah autokorelasi, yaitu (Modul
Analisa Software Ekonometrika, Lab IE-FEUI):
a. Dengan menambahkan variabel AR (Auto Regressive) pada sisi
kanan persamaan regresi.
b. Dengan menambahkan lag variabel dependen atau menambah lag
pada variabel independen.
3.6.2 Uji Statistik
3.6.2.1 Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen
secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan
dengan melihat signifikansi nilai F pada tabel ANOVA. Secara umum
hipotesisnya dapat dituliskan sebagai berikut:
H0: β1 = β2 = β3 = β4 =…βk = 0 (model tidak dapat menjelaskan variabel
dependen)
H1: Bukan H0 (model dapat menjelaskan variabel dependen)
Jika nilai probabilitas (F Statistik) lebih kecil daripada α maka H0
tidak dapat diterima, yang artinya model dapat menjelaskan variabel
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
58
Universitas Indonesia
dependen atau dengan kata lain variabel dependen dipengaruhi oleh
seluruh variabel independen secara bersama-sama (Winarno, 2009).
3.6.2.2 Uji ilai Koefisien Determinasi (uji R2)
R2 merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena
dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang
terestimasi. Atau dengan kata lain, angka tersebut dapat mengukur
seberapa dekatkah regresi yang terestimasi dengan data yang
sesungguhnya (Nachrowi, 2006). Nilai R2 ini mencerminkan seberapa
besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel X.
apabila nilai R2 sama dengan 0 artinya variabel dari Y tidak dapat
diterangkan oleh variabel X, sementara apabila nilai R2 sama dengan satu,
maka semua pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian
nilai R2 baik buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R
2-nya
yang memiliki nilai antara nol dan satu.
3.6.2.3 Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen secara sendiri-sendiri memiliki pengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan memeriksa nilai signifikansi
di tabel koefisien. Adapun hipotesis dalam uji ini adalah sebagai berikut:
H0: βj = 0
H1: βj ≠ 0
Dimana j=0,1,2……,j (j adalah koefisien slope)
Variabel independen dikatakan memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen apabila koefisien regresi tidak sama dengan
nol. Namun untuk dapat menolak H0 maka nilai probabilitas (t-statistik)
harus kurang daripada α.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
59 Universitas Indonesia
BAB IV
A�ALISIS HASIL PE�ELITIA�
4.1 Hasil Pemilihan Sampel
Stern Stewart & Co. dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan
tahun 2011 bekerja sama dengan majalah SWA membuat dan
mempublikasikan peringkat 100 perusahaan publik dengan kapitalisasi
pasar terbesar di Indonesia berdasarkan metode wealth added index
(WAI™
). Dan karena penelitian ini ditekankan pada penggunaan wealth
added index (WAI™
) sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan, maka yang
menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang termasuk dalam
peringkat SWA100. Dengan memilih sampel dari perusahaan peringkat
SWA100 tersebut, penulis juga berharap sampel yang digunakan di dalam
penelitian ini dapat merepresentasikan populasinya, yaitu perusahaan-
perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peringkat
SWA100 tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 disusun berdasarkan data
pasar per 31 Desember 2007 sampai dengan per 31 Desember 2010.
Periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 dipilih penulis agar penulis
memperoleh gambaran kondisi terkini dari objek penelitian ini dan agar
hasil dari penelitian ini masih tetap relevan sampai dengan beberapa waktu
mendatang. Di samping itu, pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global
yang walaupun tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian
Indonesia namun ikut mempengaruhi kinerja saham-saham di Bursa Efek
Indonesia, sehingga dengan memilih periode tersebut penulis berharap di
dalam penelitian ini dapat mencakup periode bullish maupun bearish.
Dari 100 perusahaan yang ada dalam peringkat SWA100 setiap
tahunnya, terdapat 59 perusahaan yang konsisten selalu berada dalam
peringkat SWA100 dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.
Perusahaan-perusahaan dari kelompok sektor industri keuangan dan
perbankan tidak diikutsertakan ke dalam sampel penelitian. Alasannya
adalah karena kelompok sektor industri tersebut memiliki karakteristik
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
60
Universitas Indonesia
khusus yang jauh berbeda dari sektor industri lainnya, sehingga
menyebabkan perlunya penggunaan ukuran atau variabel yang berbeda.
Dengan begitu tersisa 44 perusahaan yang menjadi sampel penelitian.
Outlier di dalam penelitian ini didefinisikan sebagai observasi yang lebih
besar dari rerata ditambah dengan 3 kali simpangan baku, atau observasi
yang lebih kecil dari rerata dikurangi dengan 3 kali simpangan baku. Dan
observasi yang sesuai dengan definisi outlier tersebut dikeluarkan dari
sampel penelitian ini.
Tabel 4.1
Ikhtisar Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan listed di BEI tahun 2010
420 (Sumber: IDX Fact Book)
Perusahaan yang tidak masuk dalam peringkat SWA100 (320)
Perusahaan yang tidak konsisten berada dalam peringkat
(41) SWA100 dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011
Perusahaan yang termasuk kelompok sektor industri
keuangan dan perbankan
(15) (Sumber: JASICA)
Jumlah perusahaan yang menjadi sampel
44 (Lampiran 1)
Jumlah observasi selama empat tahun 176
Outlier (34)
Jumlah total observasi 142
Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012
4.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif untuk variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
61
Universitas Indonesia
Tabel 4.2
Deskripsi Statistik Regresi
Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012
Pada tabel 4.2 di atas dapat terlihat bahwa rerata nilai Sharpe ratio
dari perusahaan yang dijadikan sampel selama tahun 2007 sampai dengan
tahun 2010 adalah sebesar 0.202. Simpangan baku variabel Sharpe ratio
sebesar 0.776. Itu artinya nilai Sharpe ratio dari perusahaan yang menjadi
sampel penelitian ini selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 cukup
bervariasi. Rentang nilai Sharpe ratio dari perusahaan-perusahaan yang
diteliti pada periode tersebut tidak terlalu lebar. Hal itu terlihat dari nilai
Sharpe ratio yang berkisar dari minimum -1.437 sampai dengan
maksimum 1.834. Nilai Sharpe ratio dari perusahaan yang menjadi sampel
penelitian ini selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sedikit yang
Variabel � Rerata Minimum Maksimum
Simpangan
Baku Skewness
SR 142 0.202 -1.437 1.834 0.776 0.059
JA 142 -0.048 -1.125 1.768 0.405 0.326
WAIPERTA 142 0.144 -2.483 5.812 1.186 1.062
SGR 142 0.004 -6.368 0.465 0.606 -8.790
CCC 142 125.940 -327.154 1,625.440 259.503 3.382
DY 142 0.038 0.000 1.641 0.141 10.568
ROA 142 0.092 -0.667 0.622 0.135 -0.369
TA 142 18,815,922 621,835 112,857,000 22,265,457 2.199
D08 142 0.303 0.000 1.000 0.461 0.858
D09 142 0.225 0.000 1.000 0.419 1.315
D10 142 0.232 0.000 1.000 0.424 1.267
Keterangan:
SR = Sharpe ratio;
JA = Jensen’s alpha;
WAIPERTA = wealth added index relative to total assets;
SGR = sustainable growth rate;
CCC = cash conversion cycle;
DY = dividend yield;
ROA = return on assets;
TA = total assets (dalam jutaan rupiah);
D08 = 1 jika observasi pada tahun 2008 atau 0 jika lainnya;
D09 = 1 jika observasi pada tahun 2009 atau 0 jika lainnya;
D10 = 1 jika observasi pada tahun 2010 atau 0 jika lainnya;
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
62
Universitas Indonesia
bernilai besar hal itu terlihat dari nilai skewness yang bernilai positif
(kurva distribusi data condong ke kanan).
Rerata nilai Jensen’s alpha dari perusahaan yang dijadikan sampel
selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar -0.048.
Simpangan baku variabel Jensen’s alpha sebesar 0.405. Itu artinya nilai
Jensen’s alpha dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama
tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sangat bervariasi. Rentang nilai
Jensen’s alpha dari perusahaan-perusahaan yang diteliti pada periode
tersebut tidak terlalu lebar. Hal itu terlihat dari nilai Jensen’s alpha yang
berkisar dari minimum -1.125 sampai dengan maksimum 1.768. Nilai
Jensen’s alpha dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama
tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sedikit yang bernilai besar hal itu
terlihat dari nilai skewness yang bernilai positif (kurva distribusi data
condong ke kanan).
Rerata nilai WAI™
/TA dari perusahaan yang dijadikan sampel
selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 0.144.
Simpangan baku variabel WAI™
/TA sebesar 1.186. Itu artinya nilai
WAI™
/TA dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama
tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sangat bervariasi. Rentang nilai
WAI™
/TA dari perusahaan-perusahaan yang diteliti pada periode tersebut
sangat lebar. Hal itu terlihat dari nilai WAI™
/TA yang berkisar dari
minimum -2.483 sampai dengan maksimum 5.812. Nilai WAI™
/TA dari
perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama tahun 2007 sampai
dengan tahun 2010 sedikit yang bernilai besar hal itu terlihat dari nilai
skewness yang bernilai positif (kurva distribusi data condong ke kanan).
Rerata nilai sustainable growth rate dari perusahaan yang
dijadikan sampel selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah
sebesar 0.004. Simpangan baku variabel sustainable growth rate sebesar
0.606. Itu artinya nilai sustainable growth rate dari perusahaan yang
menjadi sampel penelitian ini selama tahun 2007 sampai dengan tahun
2010 sangat bervariasi. Rentang nilai sustainable growth rate dari
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
63
Universitas Indonesia
perusahaan-perusahaan yang diteliti pada periode tersebut sangat lebar.
Hal itu terlihat dari nilai sustainable growth rate yang berkisar dari
minimum -6.368 sampai dengan maksimum 0.465. Nilai sustainable
growth rate dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama
tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sedikit yang bernilai kecil hal itu
terlihat dari nilai skewness yang bernilai negatif (kurva distribusi data
condong ke kiri).
Rerata nilai cash conversion cycle dari perusahaan yang dijadikan
sampel selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar
125.940 hari. Simpangan baku variabel cash conversion cycle sebesar
259.503 hari. Itu artinya nilai cash conversion cycle dari perusahaan yang
menjadi sampel penelitian ini selama tahun 2007 sampai dengan tahun
2010 cukup bervariasi. Rentang nilai cash conversion cycle dari
perusahaan-perusahaan yang diteliti pada periode tersebut sangat lebar.
Hal itu terlihat dari nilai cash conversion cycle yang berkisar dari
minimum -327.154 hari sampai dengan maksimum 1,625.440 hari. Nilai
cash conversion cycle dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini
selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sedikit yang bernilai besar
hal itu terlihat dari nilai skewness yang bernilai positif (kurva distribusi
data condong ke kanan).
Rerata nilai dividend yield dari perusahaan yang dijadikan sampel
selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 0.038.
Simpangan baku variabel dividend yield sebesar 0.141. Itu artinya nilai
dividend yield dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama
tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 cukup bervariasi. Rentang nilai
dividend yield dari perusahaan-perusahaan yang diteliti pada periode
tersebut tidak lebar atau dapat dikatakan nilainya cenderung berdekatan.
Hal itu terlihat dari nilai dividend yield yang berkisar dari minimum 0
sampai dengan maksimum 1.641. Nilai dividend yield dari perusahaan
yang menjadi sampel penelitian ini selama tahun 2007 sampai dengan
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
64
Universitas Indonesia
tahun 2010 sedikit yang bernilai besar hal itu terlihat dari nilai skewness
yang bernilai positif (kurva distribusi data condong ke kanan).
Rerata nilai return on assets dari perusahaan yang dijadikan
sampel selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar
0.092. Simpangan baku variabel return on assets sebesar 0.135. Itu artinya
nilai return on assets dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini
selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 cukup bervariasi. Rentang
nilai return on assets dari perusahaan-perusahaan yang diteliti pada
periode tersebut tidak lebar atau dapat dikatakan nilainya cenderung
berdekatan. Hal itu terlihat dari nilai return on assets yang berkisar dari
minimum -0.667 sampai dengan maksimum 0.622. Nilai return on assets
dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama tahun 2007
sampai dengan tahun 2010 sedikit yang bernilai kecil hal itu terlihat dari
nilai skewness yang bernilai negatif (kurva distribusi data condong ke
kiri).
Rerata nilai total assets dari perusahaan yang dijadikan sampel
selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 18,815,922
(dalam jutaan rupiah). Simpangan baku nilai total assets sebesar
22,265,457 (dalam jutaan rupiah). Itu artinya nilai total assets dari
perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini selama tahun 2007 sampai
dengan tahun 2010 tidak terlalu bervariasi. Rentang nilai total assets dari
perusahaan-perusahaan yang diteliti pada periode tersebut sangat lebar
atau dapat dikatakan nilainya cenderung berjauhan. Hal itu terlihat dari
nilai total asset yang berkisar dari minimum 621,835 (dalam jutaan
rupiah) sampai dengan maksimum 112,857,000 (dalam jutaan rupiah).
Nilai total assets dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini
selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sedikit yang bernilai besar
hal itu terlihat dari nilai skewness yang bernilai positif (kurva distribusi
data condong ke kanan).
Jumlah observasi pada periode 2008 yang menjadi sampel adalah
30.3% dari keseluruhan jumlah sampel. Jumlah observasi pada periode
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
65
Universitas Indonesia
2009 yang menjadi sampel adalah 22.5% dari keseluruhan jumlah sampel.
Sedangkan jumlah observasi pada periode 2010 yang menjadi sampel
adalah 23.2% dari keseluruhan jumlah sampel. Sementara sisanya
sebanyak 24% dari keseluruhan jumlah sampel disimpulkan merupakan
sampel yang berasal dari observasi pada periode 2007.
4.3 Pengujian Kriteria Ekonometrika
4.3.1 Uji �ormalitas
Hasil uji Jarque-Bera (JB test) untuk model penelitian 1, 2, dan 3
dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Uji Jarque-Bera (JB test)
Model Penelitian
1 2 3
Jarque-Bera 0.801 0.727 1.624
Probabilitas 0.670 0.695 0.444 Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012
Dengan H0: data berdistribusi normal, berdasarkan data pada tabel
di atas maka pada α = 5%, H0 diterima (karena nilai probabilitas lebih
besar dari nilai α). Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95%,
dapat dikatakan bahwa data yang digunakan pada model penelitian 1, 2,
dan 3 berdistribusi normal.
4.3.2 Uji Multikolinearitas (Multicolinearity)
Multikolinearitas dideteksi melalui nilai Tolerance dan VIF. Tabel
4.4 berikut menyajikan nilai Tolerance dan VIF untuk variabel-variabel
independen dalam model penelitian ini:
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
66
Universitas Indonesia
Tabel 4.4
�ilai Tolerance dan VIF
Var. Independen TOL VIF
SGR 0.983 1.018
CCC 0.885 1.130
DY 0.917 1.091
ROA 0.908 1.101
LOGTA 0.847 1.181
D08 0.604 1.657
D09 0.658 1.519
D10 0.629 1.590 Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012
Tidak terdapat multikolinearitas apabila nilai Tolerance dan VIF
variabel-variabel independen berada pada kisaran 1. Dapat dilihat pada
tabel di atas bahwa variabel-variabel independen dalam penelitian ini
memiliki nilai Tolerance dan VIF sekitar 1, sehingga dapat dikatakan
model-model penelitian ini terbebas dari masalah multikolinearitas.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas (Heterocedasticity)
Hasil uji Breusch-Pagan-Godfrey untuk model penelitian 1, 2, dan
3 dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Uji Breusch-Pagan-Godfrey
Model Penelitian 1
F-statistic 0.685 Probabilitas 0.704
Obs*R-squared 5.620 Probabilitas 0.690
Model Penelitian 2
F-statistic 0.775 Probabilitas 0.625
Obs*R-squared 6.330 Probabilitas 0.611
Model Penelitian 3
F-statistic 0.977 Probabilitas 0.457
Obs*R-squared 7.881 Probabilitas 0.445 Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012
Dengan H0: tidak ada heteroskedastisitas, berdasarkan data pada
ketiga tabel di atas maka pada α = 5%, H0 diterima (karena nilai
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
67
Universitas Indonesia
probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari nilai α). Kesimpulannya
adalah dengan tingkat keyakinan 95%, dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat heteroskedastisitas pada model penelitian 1, 2, dan 3.
4.3.4 Uji Autokorelasi (Autocorellation)
Hasil uji Breusch-Godfrey (Lagrange-Multiplier Test) untuk model
penelitian 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Uji Breusch-Godfrey (Lagrange-Multiplier Test)
Model Penelitian 1
F-statistic 1.018 Probabilitas 0.364
Obs*R-squared 2.173 Probabilitas 0.337
Model Penelitian 2
F-statistic 0.868 Probabilitas 0.422
Obs*R-squared 1.857 Probabilitas 0.395
Model Penelitian 3
F-statistic 0.045 Probabilitas 0.956
Obs*R-squared 0.097 Probabilitas 0.953 Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012
Dengan H0: tidak ada autokorelasi, berdasarkan data pada tabel di atas
maka pada α = 5%, H0 diterima (karena nilai probabilitas Obs*R-squared
lebih besar dari nilai α). Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan
95%, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model
penelitian 1, 2, dan 3.
4.4 Pengujian Statistik
4.4.1 Uji F
Hasil uji F untuk model penelitian 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada
tabel 4.7 berikut:
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
68
Universitas Indonesia
Tabel 4.7
Uji F
Model Penelitian
1 2 3
F-statistik 27.498 7.868 24.793
Probabilitas (F-statistik) 0.000 0.000 0.000
Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012
Dengan H0: model tidak dapat menjelaskan variabel dependen,
berdasarkan data pada tabel di atas maka pada α = 5%, H0 tidak dapat
diterima (karena nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari nilai α).
Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95%, dapat dikatakan
bahwa model penelitian 1, 2, dan 3 masing-masing dapat menjelaskan
variabel dependennya. Atau dengan kata lain variabel dependen pada
masing-masing model penelitian 1, 2, dan 3 dipengaruhi oleh seluruh
variabel independennya secara bersama-sama.
4.4.2 Uji �ilai Koefisien Determinasi (Uji R2)
Nilai koefisien determinasi (R2) model penelitian 1, 2, dan 3 dapat
dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
�ilai Koefisien Determinasi
Model Penelitian
1 2 3
R-kuadrat 0.623 0.321 0.599
Adj. R-kuadrat 0.601 0.280 0.574 Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012
Dari tabel di atas dapat terlihat nilai R2 untuk model penelitian 1
adalah 62.3%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa 62.3% variasi nilai
variabel dependen Sharpe ratio dapat dijelaskan oleh variabel independen
logaritma nilai total assets, sustainable growth rate, return on assets, cash
conversion cycle, dividend yield, dummy tahun 2008, dummy tahun 2009,
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
69
Universitas Indonesia
dan dummy tahun 2010. Sedangkan sisanya sebesar 37.7% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Nilai R2 untuk model penelitian 2 adalah 32.1%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa 32.1% variasi nilai variabel dependen Jensen’s alpha
dapat dijelaskan oleh variabel independen logaritma nilai total assets,
sustainable growth rate, return on assets, cash conversion cycle, dividend
yield, dummy tahun 2008, dummy tahun 2009, dan dummy tahun 2010.
Sedangkan sisanya sebesar 67.9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Nilai R2 untuk model penelitian 3 adalah 59.9%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa 59.9% variasi nilai variabel dependen wealth added
index relative to total assets (WAI™
/TA) dapat dijelaskan oleh variabel
independen logaritma nilai total assets, sustainable growth rate, return on
assets, cash conversion cycle, dividend yield, dummy tahun 2008, dummy
tahun 2009, dan dummy tahun 2010. Sedangkan sisanya sebesar 40.1%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
penelitian ini.
4.4.3 Uji Hipotesis (Uji t)
Hasil uji hipotesis untuk model penelitian 1, 2, dan 3 dapat dilihat
pada tabel 4.9 berikut:
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Tabel 4.9
Uji Hipotesis (Uji t)
Variabel
Dugaan Model 1 (SR) Model 2 (JA) Model 3 (WAIPERTA)
Hubungan Koef t-stat Prob Koef t-stat Prob Koef t-stat Prob
C 0.5737 0.8371 0.2020 -0.1222 -0.2546 0.3997 1.3080 1.2095 0.1143
SGR H1: + -0.1195 -1.7389 0.0422** -0.1732 -3.5976 0.0003*** -0.3852 -3.5518 0.0003***
CCC H2: − 0.0003 1.5619 0.0604* 0.0001 1.1960 0.1169 0.0001 0.5479 0.2924
DY H3: + 0.0399 0.1303 0.4483 -0.2404 -1.1203 0.1323 -0.1967 -0.4068 0.3424
ROA + 1.2891 4.0277 0.0000*** 1.3997 6.2452 0.0000*** 4.4461 8.8036 0.0000***
LOGTA − -0.0495 -0.5159 0.3034 -0.0168 -0.2499 0.4015 -0.0881 -0.5812 0.2811
D08 -0.9694 -8.4115 0.0000*** 0.2124 2.6317 0.0048*** -1.5915 -8.7521 0.0000***
D09 0.5817 4.7927 0.0000*** 0.0192 0.2253 0.4111 -1.1421 -5.9638 0.0000***
D10
-0.0623 -0.5069 0.3066 -0.0590 -0.6856 0.2471 -0.9668 -4.9888 0.0000***
R² 0.623 0.321 0.599
Adj R² 0.601 0.280 0.574
� 142 142 142
*** signifikan pada α = 1%
** signifikan pada α = 5%
* signifikan pada α = 10%
Sumber: Hasil Olah Penulis, 2012
4.4.3.1 Pengaruh Pertumbuhan Usaha Terhadap Kinerja Pasar Perusahaan
Pada tabel 4.9 terlihat bahwa variabel sustainable growth rate
sebagai proxy dari pertumbuhan usaha pada hasil regresi model penelitian
1 memiliki nilai koefisien -0.1195 dengan nilai probabilitas t-statistik lebih
kecil dari α = 5%. Sehingga dapat dikatakan variabel sustainable growth
Keterangan:
SR = Sharpe ratio;
JA = Jensen’s alpha;
WAIPERTA = wealth added index relative to total assets
SGR = sustainable growth rate;
CCC = cash conversion cycle;
DY = dividend yield;
ROA = return on assets;
LOGTA = logaritma nilai total assets;
D08 = 1 jika observasi pada tahun 2008 atau 0 jika lainnya;
D09 = 1 jika observasi pada tahun 2009 atau 0 jika lainnya;
D10 = 1 jika observasi pada tahun 2010 atau 0 jika lainnya;
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
71
Universitas Indonesia
rate memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Sharpe ratio. Pada
hasil regresi model penelitian 2, variabel sustainable growth rate memiliki
nilai koefisien -0.1732 dengan nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari
α = 1%. Sehingga juga dapat dikatakan variabel sustainable growth rate
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Jensen’s alpha. Pada hasil
regresi model penelitian 3, variabel sustainable growth rate memiliki nilai
koefisien -0.3852 dengan nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α =
1%. Sehingga juga dapat dikatakan variabel sustainable growth rate
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap WAI™
/TA.
Johnson dan Soenen (2003) dalam penelitiannya menemukan bukti
empiris bahwa sustainable growth rate memiliki pengaruh positif
signifikan baik terhadap Sharpe ratio, terhadap Jensen’s alpha, maupun
terhadap EVA®
/TA. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hobart (2006)
juga ditemukan bukti empiris bahwa sustainable growth rate memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap return on investments (ROI).
Sustainable growth rate merupakan tingkat pertumbuhan usaha tertinggi
yang dapat dipertahankan oleh perusahaan tanpa harus meningkatkan
leverage keuangannya (Higgins, 1977). Sustainable growth rate
merepresentasikan uang yang tetap tinggal di dalam perusahaan, atau
dengan kata lain laba yang tidak didistribusikan kepada para pemegang
saham yang dapat diinvetasikan kembali untuk kemajuan atau ekspansi
usaha. Dengan memiliki nilai sustainable growth rate yang tinggi maka
keuangan perusahaan akan semakin lebih fleksibel dan dapat digunakan
untuk ekspansi usaha. Adanya ekspansi usaha memungkinkan perusahaan
untuk meningkatkan kinerja usahanya di masa datang.
Hasil yang didapatkan pada uji t ini tidak sesuai dengan penelitian-
penelitian terdahulu dan hipotesis penulis. Walaupun demikian, pada
penelitian Hobart (2006) juga didapatkan bukti empiris bahwa sustainable
growth rate memiliki hubungan negatif dengan arus kas kepada pemegang
saham dan perubahan nilai pasar perusahaan. Jika semakin besar laba yang
direinvestasikan kembali ke dalam perusahaan (sustainable growth rate
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
72
Universitas Indonesia
tinggi) maka dalam jangka pendek efek yang jelas terlihat oleh investor
adalah minimnya pendistribusian laba oleh perusahaan untuk para
pemegang saham. Efek jangka pendek tersebut mengakibatkan rendahnya
apresiasi pasar terhadap saham perusahaan, karena pasar menilai kebijakan
manajemen perusahaan tidak berpihak kepada para pemegang saham.
Sehingga dalam jangka pendek, semakin tinggi pertumbuhan usaha suatu
perusahaan maka akan mengakibatkan semakin rendah kinerja pasar
perusahaan tersebut.
Efek positif yang dapat ditimbulkan dari tingginya sustainable
growth rate seperti kemungkinan meningkatnya profitabilitas perusahaan
di masa mendatang ataupun adanya ekspansi usaha yang dilakukan
perusahaan belum dapat tercermin dalam harga saham, begitu pula return
saham dalam jangka pendek. Menurut penulis, time lag satu atau dua
periode diperlukan agar dapat melihat hubungan positif antara sustainable
growth rate dan kinerja pasar perusahaan sesuai dengan yang
dihipotesakan pada penelitian ini dan bukti empiris dari penelitian-
penelitian sebelumnya. Setelah penulis mencoba menggunakan time lag
satu periode pada variabel sustainable growth rate yang hasil regresinya
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5, ditemukan bahwa variabel
sustainable growth rate memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan
terhadap kinerja pasar perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi
rendahnya pertumbuhan usaha suatu perusahaan dalam jangka panjang
tidak terlalu mempengaruhi apresiasi pasar terhadap saham perusahaan
tersebut. Hal itu dikarenakan walaupun usaha suatu perusahaan bertumbuh
dengan adanya ekspansi usaha yang akan meningkatkan pendapatan
perusahaan, namun belum pasti membuat laba perusahaan tersebut juga
akan meningkat. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil yang
didapatkan pada uji t ini berbeda dengan hipotesis satu (H1) penulis yang
menyatakan bahwa pertumbuhan usaha memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan. Sehingga hipotesis satu (H1)
penelitian ini tidak dapat diterima.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
73
Universitas Indonesia
4.4.3.2 Pengaruh Efisiensi Working Capital Management Terhadap Kinerja
Pasar Perusahaan
Pada tabel 4.9 terlihat bahwa variabel cash conversion cycle
sebagai proxy dari efisiensi working capital management pada hasil
regresi model penelitian 1 memiliki nilai koefisien 0.0003 dengan nilai
probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 10%. Sehingga dapat dikatakan
variabel cash conversion cycle memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap Sharpe ratio. Pada hasil regresi model penelitian 2, variabel cash
conversion cycle memiliki nilai probabilitas t-statistik lebih besar dari α =
10%. Sehingga dapat dikatakan variabel cash conversion cycle memiliki
pengaruh yang tidak signifikan terhadap Jensen’s alpha. Pada hasil regresi
model penelitian 3, variabel cash conversion cycle memiliki nilai
probabilitas t-statistik lebih besar dari α = 10%. Sehingga juga dapat
dikatakan variabel cash conversion cycle memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap WAI™
/TA.
Pada penelitian Johnson dan Soenen (2003) ditemukan bukti
empiris bahwa cash conversion cycle memiliki pengaruh negatif (antara
panjang siklus dan kinerja) signifikan baik terhadap EVA®
/TA, terhadap
Sharpe ratio, maupun terhadap Jensen’s alpha. Begitu juga dalam
penelitian yang dilakukan oleh Hobart (2006) yang menemukan bukti
empiris bahwa cash conversion cycle memiliki pengaruh negatif signifikan
baik terhadap return on investment (ROI), maupun terhadap perubahan
nilai pasar akhir tahun perusahaan. Cash conversion cycle adalah arus kas
yang terus berputar dari suppliers ke persediaan, kemudian ke piutang
usaha, dan kembali lagi menjadi kas. Perusahaan yang memiliki cash
conversion cycle yang pendek dapat diasumsikan kegiatan operasinya
berjalan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti, karena perusahaan
tersebut dapat menghasilkan kas dalam waktu yang relatif singkat dari
kegiatan operasinya. Dengan memiliki cash conversion cycle yang pendek
maka perusahaan akan terhindar dari risiko mengalami kekurangan kas
untuk menjalankan operasi maupun membayar kewajiban dan beban,
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
74
Universitas Indonesia
sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup dari perusahaan itu.
Tersedianya kas yang cukup untuk menjalankan operasi akan membuat
perusahaan tidak akan pernah kehilangan kesempatan bisnis yang ada.
Hasil yang didapatkan pada uji t ini tidak sesuai dengan penelitian-
penelitian terdahulu dan hipotesis penulis. Walaupun demikian, dalam
penelitian Hobart (2006) juga ditemukan bukti empiris bahwa cash
conversion cycle memiliki hubungan positif dengan arus kas pemegang
saham. Cash conversion cycle selain mencerminkan efisiensi working
capital management juga mengindikasikan tingkat likuiditas perusahaan.
Perusahaan dengan cash conversion cycle yang panjang akan memiliki
likuiditas yang kurang baik sehingga memiliki risiko yang lebih besar dari
perusahaan dengan cash conversion cycle yang pendek. Sesuai dengan
konsep risk & return, maka investor akan mengharapkan return yang lebih
tinggi dari perusahaan dengan cash conversion cycle yang panjang
dibanding perusahaan dengan cash conversion cycle yang pendek. Tidak
konsistennya signifikansi pengaruh cash conversion cycle terhadap ketiga
ukuran kinerja pasar perusahaan lebih disebabkan karena perbedaan risiko
yang diperhitungkan dalam masing-masing metode risk adjusted return.
Sharpe ratio memperhitungkan risiko total sedangkan Jensen’s alpha
maupun WAI™
/TA hanya memperhitungkan risiko sistematis dengan
asumsi investor menerapkan manajemen portofolio untuk meminimalkan
risiko spesifik perusahaan, sehingga cash conversion cycle yang panjang
sebagai bagian dari risiko spesifik perusahaan hanya berpengaruh
signifikan terhadap Sharpe ratio.
Sementara itu, tidak siginifikannya pengaruh cash conversion cycle
terhadap Jensen’s alpha dan WAI™
/TA mengindikasikan bahwa tinggi
rendahnya efisiensi working capital management suatu perusahaan tidak
selalu mempengaruhi apresiasi pasar terhadap saham perusahaan tersebut.
Seperti yang telah disebutkan di atas, hal itu dikarenakan cash conversion
cycle yang panjang sebagai bagian dari risiko spesifik perusahaan dapat
diminimalkan pengaruhnya melalui penerapan manajemen portofolio
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
75
Universitas Indonesia
terhadap aset investasi. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil
yang didapatkan pada uji t ini berbeda dengan hipotesis dua (H2) penulis
yang menyatakan bahwa efisiensi working capital management memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan. Sehingga
hipotesis dua (H2) penelitian ini tidak dapat diterima.
4.4.3.3 Pengaruh Aliran Kas Pemegang Saham Terhadap Kinerja Pasar
Perusahaan
Pada tabel 4.9 terlihat bahwa variabel dividend yield sebagai proxy
dari aliran kas pemegang saham pada hasil regresi model penelitian 1
memiliki nilai probabilitas t-statistik lebih besar dari α = 10%. Sehingga
dapat dikatakan variabel dividend yield memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap Sharpe ratio. Pada hasil regresi model penelitian 2,
variabel dividend yield memiliki nilai probabilitas t-statistik lebih besar
dari α = 10%. Sehingga dapat dikatakan variabel dividend yield memiliki
pengaruh yang tidak signifikan terhadap Jensen’s alpha. Pada hasil regresi
model penelitian 3, variabel dividend yield memiliki nilai probabilitas t-
statistik lebih besar dari α = 10%. Sehingga juga dapat dikatakan variabel
dividend yield memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
WAI™
/TA.
Di dalam penelitian Van Horne dan McDonald (1971) ditemukan
bukti empiris bahwa kebijakan dividen suatu perusahaan memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap nilai pasar saham. Naranjo et al.
(1998) dalam penelitiannya juga menemukan bukti empiris bahwa
dividend yield memiliki hubungan positif dengan return saham. Kemudian
dalam penelitian Lie (2005) ditemukan bukti empiris bahwa perusahaan
yang memutuskan untuk berhenti membagikan selamanya atau dengan
kata lain menghilangkan dividen mengalami kinerja usaha yang buruk
selama tiga bulan pertama setelah pengumuman dan tiga bulan berikutnya.
Dividend yield adalah suatu cara untuk mengukur seberapa besar aliran kas
yang didapatkan oleh investor untuk setiap rupiah dana yang
diinvestasikan pada saham suatu perusahaan. Semakin besar nilai dividend
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
76
Universitas Indonesia
yield, maka akan semakin menarik bagi investor dan pemegang saham,
karena perusahaan dianggap mampu memberikan nilai tambah kepada
mereka. Hal itu dikarenakan dividen merupakan manfaat langsung yang
dapat dirasakan oleh para pemegang saham atas keberhasilan dan
keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan. Nilai dividend yield yang
tinggi secara tidak langsung juga mengindikasikan kondisi keuangan
perusahaan yang baik, dan tersedianya kas yang cukup bagi perusahaan
untuk menjalankan usahanya.
Hasil yang didapatkan pada uji t ini tidak sesuai dengan penelitian-
penelitian terdahulu dan hipotesis penulis. Pengaruh dividend yield sebagai
proxy dari aliran kas pemegang saham yang tidak siginifikan terhadap
ketiga ukuran kinerja pasar perusahaan mengindikasikan bahwa besar
kecilnya aliran kas pemegang saham tidak terlalu mempengaruhi apresiasi
pasar terhadap saham perusahaan tersebut. Hal itu dikarenakan sebagian
investor ada yang mendambakan aliran kas yang besar melalui dividen,
sementara sebagian lainnya kurang menyukai aliran kas yang besar
melalui dividen karena mempertimbangkan faktor pajak. Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan pada uji t ini berbeda
dengan hipotesis tiga (H3) penulis yang menyatakan bahwa aliran kas
perusahaan untuk pemegang saham memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap kinerja pasar perusahaan. Sehingga hipotesis tiga (H3) penelitian
ini tidak dapat diterima.
4.4.3.4 Pengaruh Variabel Kontrol Terhadap Kinerja Pasar Perusahaan
1) Efektivitas penggunaan aset
Pada tabel 4.9 terlihat bahwa variabel return on assets
(ROA) sebagai proxy dari efektivitas penggunaan aset pada hasil
regresi model penelitian 1 memiliki nilai koefisien 1.2891 dengan
nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 1%. Pada hasil
regresi model penelitian 2, variabel return on assets (ROA)
memiliki nilai koefisien 1.3997 dengan nilai probabilitas t-statistik
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
77
Universitas Indonesia
lebih kecil dari α = 1%. Pada hasil regresi model penelitian 3,
variabel return on assets (ROA) memiliki nilai koefisien 4.4461
dengan nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 1%.
Sehingga dapat dikatakan variabel return on assets (ROA) sebagai
proxy dari efektivitas penggunaan aset memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.
Hasil yang didapatkan pada uji t ini sesuai dengan prediksi
penulis, dan hasil dari penelitian Johnson dan Soenen (2003),
maupun penelitian Hobart (2006). Rasio return on assets (ROA)
digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan seberapa efektif
suatu perusahaan dalam menggunakan aset-aset yang dimilikinya
untuk menghasilkan keuntungan. Semakin efektif suatu perusahaan
dalam menggunakan aset-aset yang dimilikinya untuk
menghasilkan keuntungan, maka akan berdampak pada semakin
meningkatnya profitabilitas perusahaan tersebut. Para investor
akan mencari saham perusahaan-perusahaan dengan profitabilitas
tinggi, sehingga apresiasi pasar terhadap saham-saham tersebut
juga akan meningkat.
2) Ukuran perusahaan
Pada tabel 4.9 di atas dapat terlihat bahwa variabel
logaritma total assets sebagai proxy dari ukuran perusahaan pada
hasil regresi model penelitian 1 memiliki nilai probabilitas t-
statistik lebih besar dari α = 10%. Pada hasil regresi model
penelitian 2, variabel logaritma total assets memiliki nilai
probabilitas t-statistik lebih besar dari α = 10%. Pada hasil regresi
model penelitian 3, variabel logaritma total assets memiliki nilai
probabilitas t-statistik lebih besar dari α = 10%. Sehingga dapat
dikatakan variabel logaritma total assets sebagai proxy dari ukuran
perusahaan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
kinerja pasar perusahaan.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
78
Universitas Indonesia
Hasil yang didapatkan pada uji t ini tidak sesuai dengan
prediksi penulis dan hasil dari penelitian Fama dan French (1992),
Rouwenhorst (1999), serta Hobart (2006). Ukuran perusahaan
dianggap merepresentasikan kinerja kumulatif perusahaan di masa
lalu. Sehingga perusahaan dengan aset kecil dapat diindikasikan
memiliki kinerja yang tidak begitu baik di masa-masa yang lalu.
Dengan begitu maka semakin besar ukuran suatu perusahaan maka
semakin rendah return yang akan didapatkan oleh investor. Hal itu
karena perusahaan kecil dianggap memiliki risiko yang lebih
tinggi. Dan sesuai dengan konsep risk & return, maka investor
akan mengharapkan return yang lebih tinggi dari perusahaan kecil
dibanding perusahaan besar. Pengaruh ukuran perusahaan yang
tidak signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan pada penelitian
ini menunjukkan bahwa besar kecilnya ukuran suatu perusahaan
(berdasarkan ukuran total assets) tidak terlalu mempengaruhi
apresiasi pasar terhadap saham perusahaan tersebut. Memang pada
kenyataannya, terutama di bursa saham Indonesia tidak selalu
saham-saham perusahaan kecil memberikan return yang lebih
besar dibandingkan return dari saham-saham perusahaan yang
tergolong besar, begitupun sebaliknya.
4.4.3.5 Pengaruh Variabel Dummy Tahun Terhadap Kinerja Pasar
Perusahaan
Dengan menggunakan tiga dummy tahun untuk mencerminkan
empat periode observasi (2007, 2008, 2009, 2010), dan yang menjadi
observasi dasar adalah periode tahun 2007, maka model regresi yang
dihasilkan diasumsikan merupakan model regresi untuk periode tahun
2007. Dalam tabel 4.9 terlihat bahwa variabel dummy tahun 2008 pada
hasil regresi model penelitian 1 memiliki nilai koefisien -0.9694 dengan
nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 1%. Sehingga dapat
dikatakan nilai Sharpe ratio periode tahun 2008 lebih kecil dari periode
tahun 2007. Pada hasil regresi model penelitian 1, variabel dummy tahun
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
79
Universitas Indonesia
2009 memiliki nilai koefisien 0.5817 dengan nilai probabilitas t-statistik
lebih kecil dari α = 1%. Sehingga dapat dikatakan nilai Sharpe ratio
periode tahun 2009 lebih besar dari periode tahun 2007. Pada hasil regresi
model penelitian 1, variabel dummy tahun 2010 memiliki nilai probabilitas
t-statistik lebih besar dari α = 10%. Sehingga dapat dikatakan nilai Sharpe
ratio periode tahun 2010 sama dengan periode tahun 2007.
Dalam tabel 4.9 terlihat bahwa variabel dummy tahun 2008 pada
hasil regresi model penelitian 2 memiliki nilai koefisien 0.2124 dengan
nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 1%. Sehingga dapat
dikatakan nilai Jensen’s alpha periode tahun 2008 lebih besar dari periode
tahun 2007. Pada hasil regresi model penelitian 2, variabel dummy tahun
2009 memiliki nilai probabilitas t-statistik lebih besar dari α = 10%.
Sehingga dapat dikatakan nilai Jensen’s alpha periode tahun 2009 sama
dengan periode tahun 2007. Pada hasil regresi model penelitian 2, variabel
dummy tahun 2010 memiliki nilai probabilitas t-statistik lebih besar dari α
= 10%. Sehingga dapat dikatakan nilai Jensen’s alpha periode tahun 2010
sama dengan periode tahun 2007.
Dalam tabel 4.9 terlihat bahwa variabel dummy tahun 2008 pada
hasil regresi model penelitian 3 memiliki nilai koefisien -1.5915 dengan
nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 1%. Sehingga dapat
dikatakan nilai WAI™
/TA periode tahun 2008 lebih kecil dari periode
tahun 2007. Pada hasil regresi model penelitian 3, variabel dummy tahun
2009 memiliki nilai koefisien -1.1421 dengan nilai probabilitas t-statistik
lebih kecil dari α = 1%. Sehingga dapat dikatakan nilai WAI™
/TA periode
tahun 2009 lebih kecil dari periode tahun 2007. Pada hasil regresi model
penelitian 3, variabel dummy tahun 2010 memiliki nilai koefisien -0.9668
dengan nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari α = 1%. Sehingga dapat
dikatakan nilai WAI™
/TA periode tahun 2010 lebih kecil dari periode
tahun 2007.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
80 Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULA DA SARA
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini berusaha untuk memberikan bukti empiris mengenai
pengaruh pertumbuhan usaha, efisiensi working capital management, dan
aliran kas pemegang saham terhadap kinerja pasar perusahaan. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel kontrol yang dimasukkan ke dalam
model penelitian yaitu, efektivitas penggunaan aset, dan ukuran
perusahaan. Penelitian ini menggunakan 142 observasi di setiap modelnya,
dan menggunakan 3 ukuran kinerja pasar perusahaan yaitu Sharpe ratio,
Jensen’s alpha, dan wealth added index relative to total assets
(WAI™/TA).
Setelah dilakukan analisa terhadap hasil penelitian, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1) Pertumbuhan usaha memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap kinerja pasar perusahaan dalam jangka pendek. Atau
dapat dikatakan, semakin tinggi pertumbuhan usaha suatu
perusahaan maka akan mengakibatkan semakin rendah kinerja
pasar perusahaan tersebut dalam jangka pendek.
2) Bila memperhitungkan risiko spesifik perusahaan, efisiensi
working capital management memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan. Atau dapat
dikatakan, bila memperhitungkan risiko spesifik perusahaan,
semakin rendah efisiensi working capital management suatu
perusahaan (cash conversion cycle panjang) maka akan
mengakibatkan semakin tinggi kinerja pasar perusahaan
tersebut.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
81
Universitas Indonesia
3) Aliran kas pemegang saham memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan. Atau dapat
dikatakan besar kecilnya aliran kas suatu perusahaan untuk
pemegang sahamnya tidak terlalu mempengaruhi kinerja pasar
perusahaan tersebut.
4) Efektivitas penggunaan aset ditemukan berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja pasar suatu perusahaan, sementara
ukuran perusahaan ditemukan berpengaruh tidak signifikan
terhadap kinerja pasar suatu perusahaan.
5.2 Implikasi Penelitian
1) Bagi investor, dengan diperolehnya bukti empiris bahwa
pertumbuhan usaha, efisiensi working capital management, dan
efektivitas penggunaan aset memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja pasar perusahaan, maka investor dapat menjadikan faktor-
faktor finansial tersebut sebagai dasar pertimbangan ketika
mengambil keputusan investasi.
2) Bagi perusahaan, dengan diperolehnya bukti empiris bahwa
pertumbuhan usaha, efisiensi working capital management, dan
efektivitas penggunaan aset memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja pasar perusahaan, maka dapat menjadi masukan bagi
perusahaan untuk senantiasa mengevaluasi faktor-faktor finansial
tersebut demi meningkatkan kinerja pasar perusahaan mereka.
3) Bagi akademisi dan peneliti, dengan diperolehnya bukti empiris
bahwa pertumbuhan usaha, efisiensi working capital management,
dan efektivitas penggunaan aset memiliki pengaruh signifikan
terhadap kinerja pasar perusahaan, maka akan menambah referensi
atau bahan rujukan bagi penelitian-penelitian mereka selanjutnya
yang berkaitan dengan hubungan serta pengaruh faktor-faktor
finansial terhadap kinerja pasar perusahaan.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
82
Universitas Indonesia
5.3 Keterbatasan dan Saran
1) Ukuran perusahaan ditemukan memiliki pengaruh yang tidak
signifikan di ketiga ukuran kinerja pasar perusahaan. Penulis
menduga penggunaan total assets sebagai dasar ukuran perusahaan
tidaklah terlalu tepat. Sehingga penulis menyarankan pada
penelitian-penelitian selanjutnya besar kecilnya perusahaan dapat
diukur melalui market value of equity (market capitalization).
2) Penggunaan metode wealth added index (WAI™) sebagai salah
satu ukuran kinerja perusahaan menjadikan perusahaan peringkat
SWA100 sebagai dasar pengambilan sampel penelitian ini, karena
nilai wealth added index (WAI™) tidak dipublikasikan oleh pihak
lain, kecuali oleh majalah SWA dan Stern Stewart & Co. Hal itu
berakibat pada terbatasnya jumlah observasi yang mungkin
menjadi penyebab tidak signifikannya pengaruh beberapa faktor
finansial yang diteliti terhadap kinerja pasar perusahaan. Sehingga
dalam penelitian-penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menambah jumlah observasi baik jumlah perusahaan yang diteliti
maupun lama periode observasinya.
3) Dalam penelitian ini sampel yang digunakan berasal dari beragam
sektor industri, kecuali sektor industri keuangan dan perbankan.
Pada penelitian-penelitian selanjutnya penulis menyarankan untuk
membagi sampel dalam beberapa kelompok berdasarkan klasifikasi
masing-masing sektor industrinya, agar hasil dari penelitian
tersebut dapat lebih akurat dan dapat dibandingkan hasil
penelitiannya antara satu sektor industri dengan sektor industri
lainnya.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
83 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Black, F & Scholes, M.S. (1973). The Pricing of Options and Corporate
Liabilities. Journal of Political Economy (81), p. 637-654.
Busija, E.C., O’Neill, H.M., & Zeithaml, C.P. (1997). Diversification
Strategy, Entry Mode, and Performance: Evidence of Choice And
Constraints. Strategic Management Journal (18), p. 321–327.
Chan, L.K., Hamao, Y., & Lakonishok, J. (1991). Fundamentals and Stock
Returns in Japan. Journal of Finance (46), p. 1739-1789.
Combs, J.G. & Ketchen, D.J. (1999). Explaining Interfirm Cooperation
and Performance:Toward A Reconciliation of Predictions From the
Resource-Based View and Organizational Economics. Strategic
Management Journal (20), p. 867–888.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fahkruddin. (2008). Pasar Modal di
Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, Edisi 2, Jakarta: Salemba Empat.
Dess, G.G., Lumpkin, G.T., & Covin, J.G. (1997). Entrepreneurial
Strategy Making and Firm Performance: Tests of Contingency and
Configurational Models. Strategic Management Journal (18/9), p. 677–
695.
Fama, E.F. & French, K. (1992). The Cross-Section of Expected Stock
Returns. Journal of Finance (47), p. 427-466.
Fama, E.F. & French, K. (1998a). Taxes, Financing Decisions and Firm
Value. Journal of Finance (53), p. 819–841.
Fama, E.F. & French, K. (1998b). Value Versus Growth: The International
Evidence. Journal of Finance (53), p. 1975–1998.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
84
Universitas Indonesia
Farjoun, M. (1998). The Independent And Joint Effects of The Skill and
Physical Bases of Relatedness in Diversification. Strategic Management
Journal (19/7), p. 611–630.
Gujarati, Damodar N., & Porter, Dawn C. (2009). Basic Econometrics. Ed.
5, McGraw-Hill.
Harto, Budi. (2007). Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga
Saham (Studi pada Saham-saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta). Tesis
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Hickman, Kent A., Hunter, Hugh O., & Byrd, John W. (2002).
Foundations of Corporate Finance. Ed. 2, South-Western, Ohio.
Higgins, R.C. (1974). Growth, Dividend Policy, and Capital Costs in the
Electric Utility Industry. Journal of Finance, 29, pp. 1189-1201.
Higgins, Robert, C. (1977). How Much Growth Can a Firm Afford?.
Financial Management, Vol. 6, No.3 (Autumn, 1977), pp.7-16.
Hitt, M. & Hoskisson, R. (1997). International Diversification: Effects on
Innovation and Firm Performance in Product Diversified Firms. Academy
of Management Journal (40/4), p. 767-98.
Hobarth, Mag Lukas L. (2006). Modelling the Relationship between
Financial Indicators and Company Performance – An Empirical Study for
US Listed Companies. Dissertation Vienna University of Economics and
Business Administration.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2000). Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Standar Akuntansi Keuangan Per 1
September 2007. Jakarta: Salemba Empat.
Iqbal, Muhammad. (2004). Analisis Pengaruh Economic Value Added,
Return on Asset, Return on Equity, dan Earning per Share terhadap
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
85
Universitas Indonesia
Harga Saham dan Market Value Added (Penelitian Empiris di Bursa Efek
Jakarta Tahun 2000-2002). Tesis Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia.
Jensen, Michael C. (2001). Value Maximization, Stakeholder Theory, and
the Corporate Objective Function. Harvard Business School Working
Paper, Boston.
Johansson, J.K. & Yip, G.S. (1994). Exploiting Globalization Potential:
U.S. and Japanese Strategies. Strategic Management Journal (15/8), p.
579–601.
Johnson, R. & Soenen, L. (2003). Indicators Of Successful Companies.
European Management Journal (21), p. 364-369.
Jones, Charles P. (2007). Investments: Analysis and Management. Ed. 10,
John Wiley & Sons, Inc., New York.
Keats, B.W. & Hitt, M.A. (1988). A Causal Model of Linkages among
Environmental Dimensions, Macro Organizational Characteristics, and
Performance. Academy of Management Journal (31/3), p. 570–598.
Keown, Arthur, J dan John D. Martin dan J. William Petty dan David F.
Scott, JR. (2005). Financial Management: Principles and Applications.
Tenth Edition. Pearson Prentice Hall.
Kothari, S.P dan Jay Shanken. (1997). Book-to-Market, Dividend Yield,
and Expected Market Returns: A time-series Analysis. Journal of Financial
Economics, 44, pp.169-203.
Legowo, Herman. & Machfoedz, Mas’ud. (1998). Efisiensi Pasar Modal:
Perbandingan Pada Dua Periode Yang Berbeda Dalam Pasar Modal
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 13, No. 2, p. 78-90.
Lie, Erik. (2005). Operating Performance Following Dividend Decreases
and Omissions. Journal of Corporate Finance, 12, pp.27-53.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
86
Universitas Indonesia
Nachrowi, Djalal Nachrowi., & Usman, Hardius. (2006). Pendekatan
Populer dan Praktis EKO@OMETRIKA Untuk Analisis Ekonomi dan
Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta.
Naranjo, Andy dan M. Nimalendran dan Mike RyngaertSource. (1998).
Stock Returns, Dividend Yields, and Taxes. The Journal of Finance, Vol.
53, No. 6 (Dec., 1998), pp. 2029-2057.
Nguyen, T.H., Seror A.., & Devinney, T.M. (1990). Diversification
Strategy and Performance in Canadian Manufacturing Firms. Strategic
Management Journal (11/5), p. 411–418.
Pontiff, Jeffrey dan Lawrence D. Schall. (1998). Book-to-Market Ratios as
Predictors of Market Returns. Journal of Financial Economics, 49, pp.141-
160.
Ross, Stephen A. (1995). Fundamentals of Corporate Finance. Ed. 3,
Irwin.
Rouwenhorst, Geert. K. (1999). Local Return Factors and Turnover in
Emerging Stock Markets. The Journal of Finance, Vol.54, No.4, pp.1439-
1464.
Schroeder, Richard G., Calrk, Myrtle W., Cathey, Jack M. (2009).
Financial Accounting Theory and Analysis: Text and Cases. Ninth
Edition. John Wiley & Sons, Inc.
Stern, Erik. (2009). Strategi Mendongkrak WAI dan RWA. Majalah SWA
13/XXV, pp.74-76.
Stern Stewart & Co. (2002). Introduction to the Wealth Added Index
(WAI™
) A @ew Performance Measurement and Strategic Planning
Platform. Perspective on Business, London.
Swakarya, Sembada. (2008). Peringkat SWA100. Majalah SWA 19/XXIV.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
87
Universitas Indonesia
Swakarya, Sembada. (2009). Peringkat SWA100. Majalah SWA 13/XXV.
Swakarya, Sembada. (2010). Peringkat SWA100. Majalah SWA 13/XXVI.
Swakarya, Sembada. (2011). Peringkat SWA100. Majalah SWA
13/XXVII.
Van Horne, J.C. & J.G. McDonald. (1971). Dividend Policy and @ew
Equity Financing. Journal of Finance, 26, pp. 507-519.
Winarno, Wing Wahyu. (2009). Analisis Ekonometrika dan Statistika
dengan EViews. Edisi Kedua, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Young, David. (2001). EVA and Value Based Management: A Practical
Guide to Implementation. McGraw-Hill, New York.
Zajac E.J., Kraatz M.S., & Bresser R.K.F. (2000). Modeling the Dynamics
of Strategic Fit: A @ormative Approach to Strategic Change. Strategic
Management Journal (21/4), p. 429–453.
Modul Analisa Software Ekonometrika, Laboratorium Komputasi,
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
LAMPIRA� 1
DAFTAR SAMPEL PERUSAHAA�
�O KODE
EMITE� �AMA EMITE�
1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk
2 AKRA PT AKR Corporindo Tbk
3 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk
4 ANTM PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
5 ASII PT Astra International Tbk
6 AUTO PT Astra Otoparts Tbk
7 BLTA PT Berlian Laju Tanker Tbk
8 BMTR PT Global Mediacom Tbk
9 BNBR PT Bakrie & Brothers Tbk
10 BRPT PT Barito Pacific Tbk
11 BUMI PT Bumi Resources Tbk
12 ENRG PT Energi Mega Persada Tbk
13 FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk
14 GGRM PT Gudang Garam Tbk
15 HMSP PT HM Sampoerna Tbk
16 INCO PT International Nickel Indonesia Tbk
17 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk
18 INKP PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
19 INTP PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
20 ISAT PT INDOSAT Tbk
21 JRPT PT Jaya Real Property Tbk
22 KIJA PT Kawasan Industri Jababeka Tbk
23 KLBF PT Kalbe Farma Tbk
24 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk
25 LSIP PT PP London Sumatra Tbk
26 MEDC PT Medco Energi International Tbk
27 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk
28 MPPA PT Matahari Putra Prima Tbk
29 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
30 PLIN PT Plaza Indonesia Realty Tbk
31 PTBA PT Tambang Batu Bara Bukit Asam (Persero) Tbk
32 RALS PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk
33 RMBA PT Bentoel International Investama Tbk
34 SMAR PT SMART Tbk
35 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk
36 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
37 SMRA PT Summarecon Agung Tbk
38 TINS PT Timah (Persero) Tbk
39 TKIM PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
40 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
41 TURI PT Tunas Ridean Tbk
42 UNSP PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk
43 UNTR PT United Tractor Tbk
44 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
LAMPIRA� 2
HASIL (OUTPUT) MODEL PE�ELITIA� 1
1. Uji �ormalitas
0
4
8
12
16
20
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5
Series: ResidualsSample 1 142Observations 142
Mean 5.00e-17Median -0.010454Maximum 1.456307Minimum -1.054904Std. Dev. 0.476120Skewness 0.182714Kurtosis 3.042454
Jarque-Bera 0.800760Probability 0.670066
2. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
LogTA .847 1.181
SGR .983 1.018
ROA .908 1.101
CCC .885 1.130
DY .917 1.091
D08 .604 1.657
D09 .658 1.519
D10 .629 1.590
a. Dependent Variable: SR
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 0.685092 Prob. F(8,133) 0.7041
Obs*R-squared 5.620016 Prob. Chi-Square(8) 0.6897
Scaled explained SS 5.034849 Prob. Chi-Square(8) 0.7538
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 01/18/12 Time: 14:29
Sample: 1 142
Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.831167 0.455401 1.825130 0.0702
LOGTA -0.078924 0.063799 -1.237081 0.2182
SGR 0.036517 0.045677 0.799469 0.4254
ROA -0.226951 0.212682 -1.067089 0.2879
CCC -0.000181 0.000112 -1.605903 0.1107
DY -0.082697 0.203658 -0.406058 0.6854
D08 -0.036685 0.076577 -0.479060 0.6327
D09 0.014293 0.080650 0.177228 0.8596
D10 0.014441 0.081610 0.176956 0.8598 R-squared 0.039578 Mean dependent var 0.225094
Adjusted R-squared -0.018192 S.D. dependent var 0.322830
S.E. of regression 0.325754 Akaike info criterion 0.655931
Sum squared resid 14.11335 Schwarz criterion 0.843273
Log likelihood -37.57113 Hannan-Quinn criter. 0.732059
F-statistic 0.685092 Durbin-Watson stat 1.574120
Prob(F-statistic) 0.704058
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
4. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.017860 Prob. F(2,131) 0.3642
Obs*R-squared 2.172893 Prob. Chi-Square(2) 0.3374
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/18/12 Time: 14:23
Sample: 1 142
Included observations: 142
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.120318 0.690992 0.174124 0.8620
LOGTA -0.014179 0.096623 -0.146749 0.8836
SGR 0.007194 0.069081 0.104140 0.9172
ROA -0.021604 0.321705 -0.067156 0.9466
CCC -4.65E-05 0.000172 -0.269649 0.7879
DY 0.012001 0.306630 0.039139 0.9688
D08 -0.026702 0.117213 -0.227806 0.8202
D09 -0.009765 0.121619 -0.080291 0.9361
D10 -0.017317 0.124174 -0.139457 0.8893
RESID(-1) -0.028222 0.087918 -0.321005 0.7487
RESID(-2) -0.127535 0.091189 -1.398590 0.1643 R-squared 0.015302 Mean dependent var 5.00E-17
Adjusted R-squared -0.059866 S.D. dependent var 0.476120
S.E. of regression 0.490164 Akaike info criterion 1.486148
Sum squared resid 31.47422 Schwarz criterion 1.715121
Log likelihood -94.51652 Hannan-Quinn criter. 1.579193
F-statistic 0.203572 Durbin-Watson stat 1.984985
Prob(F-statistic) 0.995679
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
5. Hasil Penelitian
Dependent Variable: SR
Method: Least Squares
Date: 01/18/12 Time: 14:23
Sample: 1 142
Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.573709 0.685339 0.837118 0.4040
LOGTA -0.049530 0.096011 -0.515879 0.6068
SGR -0.119532 0.068739 -1.738923 0.0844
ROA 1.289132 0.320068 4.027682 0.0001
CCC 0.000264 0.000169 1.561855 0.1207
DY 0.039948 0.306488 0.130341 0.8965
D08 -0.969352 0.115241 -8.411507 0.0000
D09 0.581690 0.121371 4.792650 0.0000
D10 -0.062253 0.122817 -0.506874 0.6131 R-squared 0.623211 Mean dependent var 0.201538
Adjusted R-squared 0.600547 S.D. dependent var 0.775652
S.E. of regression 0.490230 Akaike info criterion 1.473400
Sum squared resid 31.96332 Schwarz criterion 1.660741
Log likelihood -95.61137 Hannan-Quinn criter. 1.549527
F-statistic 27.49778 Durbin-Watson stat 2.035904
Prob(F-statistic) 0.000000
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
LAMPIRA� 3
HASIL (OUTPUT) MODEL PE�ELITIA� 2
1. Uji �ormalitas
0
2
4
6
8
10
12
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8
Series: ResidualsSample 1 142Observations 142
Mean 4.53e-17Median -0.007127Maximum 0.756152Minimum -0.842338Std. Dev. 0.333401Skewness 0.050710Kurtosis 2.664447
Jarque-Bera 0.727052Probability 0.695221
2. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
LogTA .847 1.181
SGR .983 1.018
ROA .908 1.101
CCC .885 1.130
DY .917 1.091
D08 .604 1.657
D09 .658 1.519
D10 .629 1.590
a. Dependent Variable: JA
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 0.775237 Prob. F(8,133) 0.6252
Obs*R-squared 6.326558 Prob. Chi-Square(8) 0.6107
Scaled explained SS 4.618851 Prob. Chi-Square(8) 0.7974
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 01/18/12 Time: 14:28
Sample: 1 142
Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.224618 0.201060 1.117166 0.2659
LOGTA -0.013346 0.028167 -0.473804 0.6364
SGR 0.003184 0.020166 0.157897 0.8748
ROA -0.151602 0.093900 -1.614513 0.1088
CCC -2.17E-05 4.96E-05 -0.437534 0.6624
DY -0.005277 0.089916 -0.058690 0.9533
D08 -0.036826 0.033809 -1.089248 0.2780
D09 0.015196 0.035607 0.426755 0.6702
D10 0.018062 0.036031 0.501292 0.6170 R-squared 0.044553 Mean dependent var 0.110374
Adjusted R-squared -0.012917 S.D. dependent var 0.142901
S.E. of regression 0.143821 Akaike info criterion -0.979215
Sum squared resid 2.751026 Schwarz criterion -0.791874
Log likelihood 78.52430 Hannan-Quinn criter. -0.903088
F-statistic 0.775237 Durbin-Watson stat 1.805502
Prob(F-statistic) 0.625175
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
4. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.867745 Prob. F(2,131) 0.4223
Obs*R-squared 1.856621 Prob. Chi-Square(2) 0.3952
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/18/12 Time: 14:28
Sample: 1 142
Included observations: 142
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.078621 0.486065 0.161750 0.8718
LOGTA -0.009818 0.067958 -0.144470 0.8854
SGR -0.002413 0.048320 -0.049928 0.9603
ROA 0.003204 0.228398 0.014027 0.9888
CCC -3.12E-05 0.000122 -0.254859 0.7992
DY -0.020155 0.218048 -0.092436 0.9265
D08 -0.012110 0.081301 -0.148953 0.8818
D09 -0.005670 0.085344 -0.066436 0.9471
D10 0.000322 0.086206 0.003739 0.9970
RESID(-1) 0.013520 0.090188 0.149906 0.8811
RESID(-2) -0.118104 0.090277 -1.308243 0.1931 R-squared 0.013075 Mean dependent var 4.53E-17
Adjusted R-squared -0.062263 S.D. dependent var 0.333401
S.E. of regression 0.343624 Akaike info criterion 0.775761
Sum squared resid 15.46812 Schwarz criterion 1.004733
Log likelihood -44.07902 Hannan-Quinn criter. 0.868806
F-statistic 0.173549 Durbin-Watson stat 1.985912
Prob(F-statistic) 0.997785
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
5. Hasil Penelitian
Dependent Variable: JA
Method: Least Squares
Date: 01/18/12 Time: 14:28
Sample: 1 142
Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.122183 0.479906 -0.254597 0.7994
LOGTA -0.016804 0.067232 -0.249947 0.8030
SGR -0.173170 0.048134 -3.597648 0.0005
ROA 1.399730 0.224126 6.245272 0.0000
CCC 0.000142 0.000118 1.195973 0.2338
DY -0.240445 0.214617 -1.120346 0.2646
D08 0.212367 0.080697 2.631651 0.0095
D09 0.019150 0.084990 0.225318 0.8221
D10 -0.058966 0.086002 -0.685640 0.4941 R-squared 0.321231 Mean dependent var -0.048454
Adjusted R-squared 0.280402 S.D. dependent var 0.404675
S.E. of regression 0.343282 Akaike info criterion 0.760753
Sum squared resid 15.67304 Schwarz criterion 0.948094
Log likelihood -45.01345 Hannan-Quinn criter. 0.836881
F-statistic 7.867853 Durbin-Watson stat 1.959977
Prob(F-statistic) 0.000000
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
LAMPIRA� 4
HASIL (OUTPUT) MODEL PE�ELITIA� 3
1. Uji �ormalitas
0
4
8
12
16
20
24
-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Series: ResidualsSample 1 142Observations 142
Mean -1.51e-16Median -0.009722Maximum 2.008553Minimum -2.111887Std. Dev. 0.751267Skewness -0.250817Kurtosis 3.150874
Jarque-Bera 1.623525Probability 0.444075
2. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
LogTA .847 1.181
SGR .983 1.018
ROA .908 1.101
CCC .885 1.130
DY .917 1.091
D08 .604 1.657
D09 .658 1.519
D10 .629 1.590
a. Dependent Variable: WAIPerTA
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 0.976901 Prob. F(8,133) 0.4569
Obs*R-squared 7.880963 Prob. Chi-Square(8) 0.4452
Scaled explained SS 7.435169 Prob. Chi-Square(8) 0.4905
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 01/18/12 Time: 14:32
Sample: 1 142
Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.295518 1.153857 1.989431 0.0487
LOGTA -0.250746 0.161647 -1.551188 0.1232
SGR 0.017535 0.115731 0.151518 0.8798
ROA 0.800604 0.538876 1.485692 0.1397
CCC -0.000456 0.000285 -1.600148 0.1119
DY -0.353366 0.516012 -0.684802 0.4947
D08 0.051045 0.194024 0.263084 0.7929
D09 -0.065143 0.204344 -0.318789 0.7504
D10 0.103883 0.206778 0.502393 0.6162 R-squared 0.055500 Mean dependent var 0.560428
Adjusted R-squared -0.001312 S.D. dependent var 0.824825
S.E. of regression 0.825366 Akaike info criterion 2.515303
Sum squared resid 90.60348 Schwarz criterion 2.702644
Log likelihood -169.5865 Hannan-Quinn criter. 2.591431
F-statistic 0.976901 Durbin-Watson stat 1.518576
Prob(F-statistic) 0.456892
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
4. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.044596 Prob. F(2,131) 0.9564
Obs*R-squared 0.096615 Prob. Chi-Square(2) 0.9528
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/18/12 Time: 14:32
Sample: 1 142
Included observations: 142
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.025096 1.092939 0.022962 0.9817
LOGTA -0.003248 0.153027 -0.021227 0.9831
SGR 0.001669 0.110507 0.015102 0.9880
ROA 0.016050 0.511944 0.031352 0.9750
CCC -2.02E-05 0.000277 -0.072776 0.9421
DY -0.000414 0.487982 -0.000848 0.9993
D08 -0.004790 0.183999 -0.026031 0.9793
D09 -0.000481 0.193810 -0.002481 0.9980
D10 0.003501 0.195577 0.017903 0.9857
RESID(-1) -0.016703 0.090165 -0.185253 0.8533
RESID(-2) -0.022745 0.093062 -0.244404 0.8073 R-squared 0.000680 Mean dependent var -1.51E-16
Adjusted R-squared -0.075604 S.D. dependent var 0.751267
S.E. of regression 0.779149 Akaike info criterion 2.413071
Sum squared resid 79.52662 Schwarz criterion 2.642044
Log likelihood -160.3281 Hannan-Quinn criter. 2.506117
F-statistic 0.008919 Durbin-Watson stat 1.990700
Prob(F-statistic) 1.000000
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
5. Hasil Penelitian
Dependent Variable: WAIPERTA
Method: Least Squares
Date: 01/18/12 Time: 14:33
Sample: 1 142
Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.307979 1.081393 1.209532 0.2286
LOGTA -0.088053 0.151496 -0.581223 0.5621
SGR -0.385244 0.108463 -3.551840 0.0005
ROA 4.446112 0.505034 8.803595 0.0000
CCC 0.000146 0.000267 0.547857 0.5847
DY -0.196709 0.483606 -0.406755 0.6848
D08 -1.591474 0.181839 -8.752126 0.0000
D09 -1.142138 0.191511 -5.963824 0.0000
D10 -0.966781 0.193792 -4.988765 0.0000 R-squared 0.598606 Mean dependent var 0.143713
Adjusted R-squared 0.574462 S.D. dependent var 1.185793
S.E. of regression 0.773532 Akaike info criterion 2.385583
Sum squared resid 79.58077 Schwarz criterion 2.572924
Log likelihood -160.3764 Hannan-Quinn criter. 2.461711
F-statistic 24.79313 Durbin-Watson stat 2.019998
Prob(F-statistic) 0.000000
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
LAMPIRA� 5
HASIL (OUTPUT) MODEL PE�ELITIA� YA�G ME�GGU�AKA�
SUSTAI�ABLE GROWTH RATE (SGR) DE�GA� TIME LAG 1 PERIODE
1. Model Penelitian 1
Dependent Variable: SR
Method: Least Squares
Date: 01/17/12 Time: 19:03
Sample: 1 142
Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.493642 0.693145 0.712177 0.4776
LOGTA -0.036530 0.096987 -0.376646 0.7070
SGR_1 0.030248 0.071080 0.425554 0.6711
ROA 1.278070 0.323429 3.951626 0.0001
CCC 0.000259 0.000171 1.513159 0.1326
DY 0.100343 0.325887 0.307906 0.7586
D08 -0.983963 0.116191 -8.468511 0.0000
D09 0.569595 0.122457 4.651371 0.0000
D10 -0.084640 0.123428 -0.685742 0.4941 R-squared 0.615168 Mean dependent var 0.201538
Adjusted R-squared 0.592020 S.D. dependent var 0.775652
S.E. of regression 0.495435 Akaike info criterion 1.494520
Sum squared resid 32.64558 Schwarz criterion 1.681861
Log likelihood -97.11092 Hannan-Quinn criter. 1.570648
F-statistic 26.57566 Durbin-Watson stat 2.012192
Prob(F-statistic) 0.000000
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
2. Model Penelitian 2
Dependent Variable: JA
Method: Least Squares
Date: 01/17/12 Time: 19:03
Sample: 1 142
Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.235283 0.502006 -0.468686 0.6401
LOGTA 0.001675 0.070242 0.023850 0.9810
SGR_1 0.039214 0.051479 0.761754 0.4476
ROA 1.383895 0.234242 5.907981 0.0000
CCC 0.000134 0.000124 1.079705 0.2822
DY -0.159547 0.236022 -0.675986 0.5002
D08 0.190813 0.084151 2.267515 0.0250
D09 0.001391 0.088689 0.015680 0.9875
D10 -0.091423 0.089392 -1.022719 0.3083 R-squared 0.258411 Mean dependent var -0.048454
Adjusted R-squared 0.213804 S.D. dependent var 0.404675
S.E. of regression 0.358816 Akaike info criterion 0.849267
Sum squared resid 17.12358 Schwarz criterion 1.036608
Log likelihood -51.29795 Hannan-Quinn criter. 0.925395
F-statistic 5.793069 Durbin-Watson stat 1.982133
Prob(F-statistic) 0.000002
3. Model Penelitian 3
Dependent Variable: WAIPERTA
Method: Least Squares Date: 01/17/12 Time: 19:04
Sample: 1 142
Included observations: 142 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.034060 1.127619 0.917029 0.3608
LOGTA -0.044208 0.157779 -0.280192 0.7798
SGR_1 0.122743 0.115633 1.061481 0.2904
ROA 4.409416 0.526159 8.380388 0.0000
CCC 0.000128 0.000278 0.460501 0.6459
DY 0.034104 0.530158 0.064329 0.9488
D08 -1.636442 0.189021 -8.657465 0.0000
D09 -1.179822 0.199215 -5.922340 0.0000
D10 -1.038804 0.200794 -5.173484 0.0000 R-squared 0.564224 Mean dependent var 0.143713
Adjusted R-squared 0.538012 S.D. dependent var 1.185793
S.E. of regression 0.805980 Akaike info criterion 2.467768
Sum squared resid 86.39737 Schwarz criterion 2.655109
Log likelihood -166.2115 Hannan-Quinn criter. 2.543896
F-statistic 21.52531 Durbin-Watson stat 2.079870
Prob(F-statistic) 0.000000
Analisis pengaruh ..., Agung Nugroho Priyambodo, FE UI, 2012
Top Related