a. Pengukuran Produksi b. Kapasitas Tampung c. Penggembalaan
MANAJEMEN PASTURA
MATERI PERKULIAHAN MINGGU KE PENDAHULUAN 1 BUDIDAYA TANAMAN PAKAN 2, 3, 4 PENGUKURAN PRODUKSI PAKAN 5, 6, 7
MID SEMESTER 8
PENGGEMBALAAN DAN KAPASITAS TAMPUNG
9, 10,11
PRODUKSI BIJI TANAMAN PAKAN 12, 13, 14 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PASTURA
15
UJIAN AKHIR 16
MATERI KULIAH
• PENGUKURAN PRODUKSI PAKAN – SAMPLING – METODE ANALISIS
• PENGGEMBALAAN DAN KAPASITAS TAMPUNG – CARA PENGGEMBALAAN – PENGUKURAN KAPASITAS TAMPUNG
V a r i a b l e / Pulau
Suma-tera
Jawa Kaliman- tan
Sulawesi
B a l i N u s a Tenggara
Maluku
Papua
P o p . s a p i (%)
18 50 3 12 14 1 1
P o p . p e n d u d u k (%)
21 57 1 7 6 1 2
SAMPLING, CLUSTER (Soedomo, 1985)
• Cuplikan ubinan acak • Bujur sangkar atau lingkaran 1 m2, next 10 langkah lurus ke kanan (2 petak itu 1 cluster)
• Cluster kedua diambil 125 m • Lahan 65 ha diambil 50 cluster (100 ubinan)
SAMPLING
• Hijauan dipotong sedekat mungkin dengan tanah, pohon dipotong yang mungkin dimakan ternak (sampai keSnggian 1.5 M)
• DiSmbang berat segar, kantong, analisis • Diketahui hasil per M2 • Tentukan proper use: ringan 25-‐30%, sedang 40-‐50%, berat 60-‐70%
• Hitung
Perhitungan produksi
• Bila produksi hijauan segar per M2 = 900 g, dan proper use factor 45%, maka jumlah hijauan tersedia per m2 adalah:
• 45% x 900 g = 405 g, atau diperkirakan • 4050 kg per ha
SAMPLING, Alexander (1962)
• Plywood 0,4 m2, 5-‐6 mm • Lempar acak • 85 H – 190 = kg dry ma_er/ha • H = jml Snggi rumput dari tanah pada 4 sudut Misal H = 50 cm 85 (50) – 190 = 4060 kg/ha
PENGUKURAN PRODUKSI PAKAN: à melibatkan 2 sistem biologi: yaitu tanaman dan ternak
a. 1. Untuk Tanaman à Metoda Sampling, Estimasi Visual, Electronik, dan Photografi. POHON ???
2. Untuk Ternak à Penampilan Ternak: a). Produksi tenak: LWG, susu atau wool/ha), b). Jumlah pakan yg diperlukan utk maintenance, untuk produksi karkas, susu, dll. Ini dapat diukur secara tidak langsung atau langsung.
Yang Sdak langsung yaitu menggunakan produk ternak dan menghitung jumlah unit pakan yang diperlukan utk men-‐dapatkan produk tersebut. Sdg yang secara langsung yaitu dari analisis komposisi hijauan dan hasil hijauan.
6
CONTOH GIS MAP
Mongole Empire
Disini sudah melibatkan “Metoda Analysis’ b. Metoda Analisis: à Ada dua jenis unit pakan yang dahulu
digunakan untuk mengukur produksi pakan, yaitu TDN (total digestible nutrients) dan SE (starch equivalent atau martabat pati). Untuk menentukan TDN selain harus mengerjakan analisis proksimat juga melakukan digestion trial à dapat dihitung misal anda dapatkan TDN rumput Raja umur 40 hari = 65%, shg dapat dihitung potensi pastura tersebut utk produksi ternak
SE à adalah jumlah paS yang diperlukan utk menghasilkan kuanStas yang sama dari lemak tubuh (energi) seperS yang akan dihasilkan 100 unit ( kg atau lb) hijauan.
7
Setiap nutrien dapat diexpresi-kan dalam bentuk pati. Misal nilai protein = 0,94 apabila pati dinilai 1,0. Shg dalam SE juga melibatkan analisis proksimat. Kedua sistem tersebut sudah tidak populer lagi, banyak kelemahan2nya à ??
Sistem analisis kimia: I. Analisis Proksimat (Weende atau analisis
rutin); II. Analisis Serat (Van Soest) àPREDICT SISTEM NE (net energy) à NEm, NEg an NEl. Sistem ini lebih
akurat d/p sistem TDN maupun SE.
8
NUTRITVE VALUES DETERMINATIONS
ANALISIS NILAI NUTRISI SECARA KIMIA 1. Proximate analysis (Weende = RouNne analysis) à pk, sk, lk, abu, betn -‐> semua berdasar bk 1. Fiber analysis (Goering & Van Soest Method of Anal.) à
ndf, adf, adl/permanganate lignin 2. Etc. ANALISIS NILAI NUTRISI DENGAN TERNAK 1. In vitro: selain 2 stages …termasuk juga gas method 2. In sacco à Orang Jerman memasukkan sbg invitro 3. In vivoà RouNne analysis
NUTRITVE VALUES DETERMINATIONS
ANALISIS NILAI NUTRISI SECARA KIMIA 1. Proximate analysis (Weende = RouNne analysis) à pk, sk, lk, abu, betn -‐> semua berdasar bk 1. Fiber analysis (Goering & Van Soest Method of Anal.) à
ndf, adf, adl/permanganate lignin 2. Etc. ANALISIS NILAI NUTRISI DENGAN TERNAK 1. In vitro: selain 2 stages …termasuk juga gas method 2. In sacco à Orang Jerman memasukkan sbg invitro 3. In vivoà RouNne analysis
Lanjutan
METODA PENGUKURAN PRODUKSI PASTURA BERDASAR ANALISIS KIMIA DAN BIOKIMIA
Kualitas hijauan berhubungan erat dg kesuburan tanah à paling rumit dan susah untuk dimengerti. Yg terbaik utk mengukur kualitas hijauan adalah dg melihat penampilan ternak yg grazing di situ. Tapi cara itu sangat mahal dikerjakan, untung ditemukan cara2 yg lebih murah & mudah dikerjakan, yaitu:
Cara yg sdh tua, adalah analisis kandungan protein dan atau kandungan TDN. Dari data ini kemudian akan dapat diprediksi nilai kecernaan hijauan. Shg dapat dihitung berapa AU dapat ditampung. Cara yg baru tapi tak banyak yg mengerjakan, yaitu dg mengukur kandungan ADF yang lebih tepat utk memprediksi nilai kecernaan hijauan. Tentu saja kandungan CP/TDN juga ADF sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, utamanya stage of maturity.
Lanjutan
Metoda yang yang lain yang juga dapat untuk meramal nilai cerna hijauan pastura adalah dengan mengukur kecernaan secara tidak langsung, yaitu metoda in vitro, a.l: metoda kantong nilon (fiber bag method), metoda dua tingkat {two stages method atau metoda Tilley & Terry (1963)}, dan metoda produksi gas (gas production method).
Bila nilai kecernaan hijauan pastura sudah dapat ditentukan (mestinya dicari yang optimal yg juga mempertimbangkan faktor lain, misal hasil bahan kering, kualitas (analisis kimianya) hijauan), maka akan dapat diprediksi berapa besar daya tampungnya.
Lanjutan
METODA PENGUKURAN PRODUKSI TANAMAN PERDU & POHON LEGUMINOSA:
Problem untuk mengambil sampel dari tanaman perdu/pohon legum akan timbul. Sebab, bila kita ambil sampel dari bagian tanaman itu, maka tidak semua bagian dapat dimakan ternak. Sehingga perlu kita ketahui bagian atau porsi yang edible (yg dapat dimakan) dari masing2 spesies legum perdu/pohon untuk masing2 spesies ternak ruminansia. Misal untuk Lamtoro, maka ranting yang diameternya kurang dari 6mm masih edibel utk kambing dsbnya.
Bila cabang2 perdu atau campuran sulit ditentukan pengambilan sampel areanya pada tanah, maka sampling akan mengalami kesulitan. Shg digunakan satu tanaman untuk satu unit sampling, sdg sampel yg besar t.a. keseluruhan tanaman, misal 5tanaman dimana batang utamanya berasal dari area sampel yg telah ditentukan sebelumnya.
Lanjutan
MENANGANI SAMPEL (HANDLING SAMPLES) Pengeringan: Kandungan air beda2 dlm hijauan segar, shg hijauan
segar tidak dapat digunakan utk menentukan hasil pastura. Shg lebih baik dinyatakan dalam berat kering oven (DW). Idealnya berdasar bahan kering (DM).
Penimbangan: Timbangan yang digunakan harus memenuhi syarat.
Shg, kalau sampelnya Cuma 0,5 s/d 5,0kg ditimbang dg timbangan gantung (spring balance) kapasitas 25kg dengan kepekaan 50g, maka hasil yang diapat nanti tidak memuaskan. Hasil yang baik bila kita punya timbangan elektronik “Mettler atau Sartorius”.
Pencatatan Data: Data yg didapat dicatat dg baik, diberi label yang jelas
dan sistemnya simpel saja. Tiap penelitian perlu satu buku catatan, tidak campur-baur.
• NEXT………………….. • PENGGEMBALAAN & KAPASITAS TAMPUNG à
Difini-si2 yang perlu diketahui:
GANTI BAB
• MULAILAH DENGAN SENYUM
MACAM PADANG PENGGEMBALAAN • Padang Penggembalaan alam : dominasi rumput perenial, sedikit gulma, less or no tree, ppa
permanent, Sdak ada intervensi manusia.
• Padang penggembalaan permanen yang sudah diSngkatkan : dengan intervensi manusia
• Padang penggembalaan buatan/temporer • Padang penggembalaan irigasi : disepanjang sungai
atau sumber air, ternak digembalakan setelah diairi 2-‐4 hari
Tujuan Tatalasana penggembalaan • Mempertahankan konSnyuitas pasokan hijauan sepanjang waktu baik dari segi kuanStas maupun kualitasnya.
• Mempertahankan ekosistem antar hijauan yang ada di dalam pastura baik rerumputan, leguminosa maupun tanaman penunjang lainnya.
• Untuk mencapai Sngkat penggunaan hijauan makanan ternak seefisienmungkin.
• Untuk mendapatkan Sngkat produkSvitas ternak yang Snggi
Output produk ternak per unit area adalah meru-pakan fungsi dari produksi per ekor ternak dan ju-mlah ternak per unit area. Atau Produksi ternak per ha = prod.ekor-1 X jumlah ternak ha-1.
Stocking rate didifinisikan sbg jumlah ternak yang meragut/digembalakan pada unit area (biasa-nya 1ha) dalam waktu tertentu. Difinisi itu terlalu umum, tipe ternak harus disebutkan (sapi, domba dll) dan akan lebih tepat kalau kelas ternak disebut (sapi yearling, domba dewasa dll)
PENGGEMBALAAN & KAPASITAS TAMPUNG
a. Stocking rate (SR) -‐> secara umum : jml ternak yang digembalakan per unit area (biasanya 1 ha). Utk itu lebih tepat sebut ternaknya dan lebih baik sebut klasnya (dewasa/ yearling dll). à akan baik kalau distandar-disasi kedalam animal unit (AU).
7
SR: Jumlah ternak yang digembalakan dalam satu unit area (biasanya 1 hektar) dalam waktu ttt. Difinisi ini sangat umum, shg tipe/jenis ternak harus disebutkan (domba, sapi dll.). Akan lebih tepat klas ternak disebutkan, misal: yearling steer, dll. Agar perbandingan SR dapat distandardisasi, maka digunakan satuan unit ternak (a.u atau l.u = livestock unit). Ada istilah instaneous SR (a.u. ha-1) dan sustained SR
(a.u. ha-1 time-1, biasanya 1 tahun)
Lanjutan Metoda Grazing…..
ha-‐1 ha-‐1
STOCK
ING RA
TE
1 AU =400kg BB sapi jantan (steer); Pedet (1-8bln) = 0,35 AU Sapihan (8-12bln) = 0,40 AU; Steer (1-2th) = 0,87 AU Breeding cow = 2,0 AU; Bull = 2,0 AU 1 dry sheep equiv. (1 dse) = 40kg BB domba merino betina. Domba kastrasi = 1 dse; Domba betina = 1 dse Lamb/db muda (sampai 2 gigi) = 0,5 dse Domba betina untuk breeding dan domba pejantan @ = 1,7 dse 1,0 AU = 8dse
7
Hub. Antara kelas ternak dan difinisi animal unit pada sapi & domba
--------------------------------------------------------------------------------------- 1 au = 400kg steer; 1 dry sheep equiv.(dse) = 40kg db merino Pedet 1-8bln = 0,35au; wether (domba kastrasi) = 1 dse Sapihan 8-12bln = 0,40au; maiden ewe (db betina dws)= 1 dse Steer 1-2th = 0,87au; lambs (up to 2 tooth) = 0,5 dse Breeding cow = 2,0au; breeding ewe = 1,7 dse Bull = 2,0au; ram (db pejantan) = 1,7 dse
1,0 au = 8dse
LANJUTAN……
MENGHITUNG KAPASITAS TAMPUNG SAPI 1. Hitung konversi ternak dalam UT Jumlah ternak yang ada di konversi dalam UT 100 ekor sapi 300 kg = 100 x (300/400) = 75 UT 2. Hitung kebutuhan dan kapasitas tampung lahan
– Perkiraan konsumsi ternak (dibuat dalam 1 tahun) 2% BB dalam DM. 300 kg x 2% x 360 = 2160 kg/ ekor/tahun = 2,160 ton/ekor/ tahun.
– Data potensi HMT (ton/ ha). Misal 100 ton DM. Maka daya tampung = 100/2,160 = 46,296 ek . Dalam UT = 46,296 x 0,75 UT = 34,722 UT 3. Hitung peluang pengembangan (CC)
– Diketahui saat ini ada 75 UT, peluang pengembangan (2 dikurangi 1) = 34,722 – 75 = -‐27,222 UT 4. Kesimpulan : Over grazing
1 KG = 2,2 LBS à 450 KG = 1000 LBS 1 LB TDN = 2.000 KCAL DE = 1.640 KCAL ME; 1 kalori = 4,184 internaSonal joule 1 KG TDN = 4.400 KCAL DE = 3.600 KCAL ME 1 KCAL = 1.000 KAL à 1 MCAL = 1.000 KCAL 1 ACRE = O,4047 HA à Jadi 1 HA = 2,471 ACRE MENGUKUR NILAI PAKAN & PRODUKTIVITAS à SECARA
LAB. MENGGUNAKAN ANAL. PROXIMATE à TDN/SE, BIASANYA UNDER ESTIMATE à MENGAPA ??
9
SR secara spontan = AU per 1 hektar; sedangkan SR yang
bersinambungan = AU per 1 ha per 1 waktu biasanya 1 tahun).
Carrying capacity (CC atau Kapasitas tampung) à difinisi utk SR waktu yang panjang dan disesuaikan dengan fluktuasi dlm SR. Shg difinisinya adalah: SR yang secara aman bersinambungan dan ini berhubungan dengan ketersediaan hijauan.
.
10
CC: Optimum SR yang secara aman dapat dilaksanakan. Dan ini berhubungan dg ketersediaan sumber hijauan dalam musim paceklik (musim kemarau/kekeringan sepanjang tahun).
Lanjutan Metoda Grazing…..
ha-‐1 ha-‐1 ha-‐1 ha-‐1
1 a.u. = 400kg sapi pejantan Pedet (1-8bln) = 0,35 a.u. Sapihan (8-12bln) = 0,40 a.u. Sapi jantan/steer (1-2th) = 0.87 a.u. Breeding cow = 2,0 a.u. Bull = 2,0 a.u 1 a.u. = 8 dse (dry sheep equivalent) 1 dse = 40kg domba merino.
Lanjutan Metoda Grazing…..
GP: ini menghubungkan antara jumlah unit ternak dengan jumlah hijauan yg tersedia. Contoh: kg DM yg disediakan per unit ternak, atau bbrp komponen dari total hijauan, misal: kg daun kering yg disediakan per unit ternak.
Lanjutan Metoda Grazing…..
ha-‐1 ha-‐1 ha-‐1
Grazing pressure (GP) = Dry ma7er demand per animal per day X no.animal per ha Dry ma7er available per day per ha
Ada difinisi lain dari GP, yaitu: adalah perbandingan antara kebutuhan pakan dengan suplai pakan:
GP = Kbut. DM animal-1 day-1 x jml animal ha-1
DM tersedia day-1 ha-1
Lanjutan Metoda Grazing…..
ha-‐1 ha-‐1 ha-‐1
1. Continuous grazing: à ternak digembalakan pastura tunggal yang tertutup/dipagari se-lama musim pertumbuhan tanaman atau sepanjang tahun. Disini dapat jumlah ter-nak tetap atau berubah tgt pada ketersedia-an hijauan à dapat juga disebut dg istilah put-and-take grazing.
SISTEM PENGGEMBALAAN
Penggembalaan KonNnyu Cara penggembalaan kontinyu adalah menempatkan ternak dalam pastura yangsama untuk dalam jangka waktu yang lama. Cara ini biasanya dikatagorikansebagai ekstensip total yang umumnya dilakukan pada pastura alam. Jumlah ternak yang digembalakan relatif rendah. Kemarau dan penghujan performance ternak berbeda karen ketersediaan hijauan juga berbeda.
Sistem penggembalaan kontinyu pada pastura di breeding centre Sumba Barat.
2. Rotational grazing: à pastura dibagi menjadi padock2 sekurang-kurangnya dua. Disini dapat jumlah ternak tetap atau berubah-ubah. Modifikasi dari sistem rotasià strip grazing (untuk dairy), menggunakan pagar listrik
3. Creep grazing à ternak yg produksinya terti-nggi diijinkan meragut terlebih dahulu, ke-mudian baru yang produksinya kurang, pe-jantan/steers diijinkan meragut.
LANJUTAN……
Penggembalaan bergilir Penggembalaan bergilir adalah cara penggembalaan ternak dengan cara membagiareal pastura menjadi beberapa bagian ( paddock) kemudian ternak digembalakansecara berganSan dari satu bagian ke bagian yang lain. Tujuan dari sistem iniadalah memberikan kesempatan pada ternak untuk mendapatkan hijauan pada saatnilai nutrisi hijauan Snggi, serta memberikan waktu isSrahat yang cukup bagitanaman untuk dapat tumbuh kembali.
Penggembalaan bergilir pada pastura alam di Sulawesi Tenggara.
Penggembalaan Jalur
Dengan pagar pembatas listrik
Penggembalaan jalur, dimana ternak terus berjalan teratur mengikuti jalannya pagar. Pemanfaatan hijauan akan merata dan selekdi hijauan dapat ditekan
Sistem kontinyu grazing banyak diterapkan di Inggris, sedangkan di New Zealand adalah lebih populer. Dalam praktek stocking dapat ditingkatkan ketika penggunaan pupuk nitrogen memungkinkan. Dari observasi, apabila semua faktor sama, maka tidak ada perbedaan output antara kontinyu grazing dg ritasional.
Lanjutan Metoda Grazing…..
ROTATIONAL GRAZING: Disini area dibagi menjadi beberapa paddock
dan digunakan bergantian, dan setelah digunakan masing2 paddock diistirahatkan. Total panjang waktu grazing plus waktu istirahat disebut siklus rotational grazing.
Bila terjadi understocking, mungkin produksi individu ternak dapat baik, tetapi bila dihitung produksi per hektar jelek. Sdg overstocking menurunkan performan individu. Ttp output per hektar meningkat.
STRIP GRAZING: ???
Lanjutan Metoda Grazing…..
ha-‐1 ha-‐1 ha-‐1
Rumus Voisin: (y – 1) s = r, dimana: y = angka perbandingan luas tanah yang diperlukan seekor ternak per tahun di- banding per bulan. s = stay, yaitu periode merumput/grazing r = rest, yaitu periode istirahat Untuk menjamin regrowth, maka diperlu-kan
proper use yang besarnya tgt pada: keadaan ppa, jenis ternak, tipe iklim &
keadaan musim. Penggembalaan ringan proper use factor-nya = 25-30%, sedang = 40-45%, dan penggembalaan berat = 60-70%.
Aplikasi Penggunaan Rumus
VOISIN
ha-‐1 ha-‐1 ha-‐1
Misal: PPA seluas 120 ha akan digunakan penggembalaan kambing liar dg BB awal 30kg. Andaikan per ekor ternak perlu hijauan per hari = 10% BB, maka dalam sebulan (30 hari) diperlukan hijauan (3 X 30) kg = 90kg/bulan. Andaikata diperkirakan grazingnya diharapkan tergolong sedang, maka proper use factor yang digunakan = 45%. Misal PPA didominasi rumput alam Cynodon sp. & Cyperus rotundus yang berdasar pengamatan hasil per meter persegi = 200g basah. Dalam setahun hanya 6 bulan hujan, sehingga 6 bulan lainnya tidak ada pertumbuhan rumput. Periode istirahat = 60 hari & periode merumput = 30 hari. Dengan demikian dari rumus (y-1) s = r à (y-1) 30 = 60 à 30y – 30 = 60
à 30y = 60 + 30 = 90 à Jadi y = 3.
Lanjutan VOISIN
Sehingga kebutuhan luas PPA per tahun per ekor kambing liar dapat dihitung, yaitu 3 X kebutuhan tanah per bulan. Kebutuhan tanah per bulan = 90.000 : (200 X 0,45)m² = (90.000 : 90) m² = 1.000 m². Jadi luas PPA per tahun yang diperlukan per ekor kambing liar = 3 X 1.000 m² = 3.000 m².
Maka, apabila ada 120 ha PPA berarti dapat menampung 120 ha : 3000 m² equal dengan 400 ekor kambing liar atau kira-kira setara dengan 50 AU
Lanjutan VOISIN
Kemampuan tanaman untuk mengikat N bervariasi. Studi menggunakan lysimeter yang mampu mengukur pertambahan/gains dan pengurangan/losses N dalam ta- nah adalah yang paling akurat. Metoda lainnya terma- suk mengestimasi dan membandingkan hasil N dari ta- naman rumput (non nodulated plants) dan nodulated le- gumes, membandingkan produksi rumput dan legum de- ngan rumput plus pupuk nitrogen beberapa level, dg me- ngukur secara langsung hasil N hijauan, atau perubahan N tanah dalam waktu panjang dengan tanaman legum. Pada kondisi yg ideal dg mengontrol environment dila- porkan legum Stylosanthes humilis mampu mengikat N sebanyak 1.500kg/ha/tahun.
PENTINGNYA N DALAM PASTURA
Pada kondisi lapangan pastura yang berdasarkan ta- naman legum menurut kemampuan jumlah N yang da- pat diikat per hektar per tahun dapat digolongkan me- njadi 3, yaitu: 1. Qualitas tinggi, hasil pastura tinggi: 280-400kg. 2. Pastura tergolong baik, tumbuh baik: 170-280kg. 3. Rata-rata pastura: 55-170kg. Apabila legum ditanam mengalami nodulasi dengan strain rhizobium yang efisien dan efektip, maka hasil N merupakan fungsi yang besar dari hasil bahan kering & kandungan N-nya. Mekanisme transfer N dari komponen tanaman le- gum ke tanaman rumput mungkin terjadi sbb:
LANJUTAN PENTINGNYA N DALAM PASTURA
a. Ekskresi N oleh legum secara langsung à berupa asam2 amino atau komponen N lainnya yang pada skala lapangan tak penting/sangat kecil.
b. Transfer oleh nodul atau akar yang lepas/ganti à saat tanaman masih hidup transfer N melalui akar sangat minim. Sedang yang mati penting, tapi yang mati di atas tanah mungkin mengalami volatilisasi.
c. Ranting & daun yang tua à apabila tanpa ternak grazing, itu akan jatuh ke tanah & akan mengalami pembusukan à transfer N ke dlm tanah. Yang hilang pd kondisi ttt mungkin banyak
d. Yang dikembalikan oleh ternak grazing à+ 85% N yg dikonsumsi ternak akan dikeluarkan & porsi terbanyak dlm urin. Pda kondisi panas/kemarau + 80%N akan menguap: NH2-C)-NH2 -urse-› NH3 + CO2
LANJUTAN PENTINGNYA N DALAM PASTURA
Jalur N pada sistem manajemen penggembalaan dan dipotong kemudian dikembalikan ke lahan, adalah sbb.: A. Setiap 100kg N dlm hijauan yang dikembalikan ke tanah
akan mengalami dekomposisi: 43% diabsorpsi tanaman, 46% menguap/tercuci dan 11% akan meningkatkan kandungan N tanah. Sedang bagian tanaman yg ada di dlm tanah & mati sebanyak sekitar 67% akan meningkatkan kandungan N tanah, 9% menguap/tercuci dan 24% diabsorpsi tanaman.
B. Yang dikonsumsi ternak: sekitar 8% menjadi jaringan tubuh ternak, 17% keluar bersama feses (akan mengalami dekomposisi: 8% akan meningkatkan N tanah, 6% menguap/tercuci & 3% diabsorpsi tanaman), dan 75% keluar bersama urin (45% menguap dan 30% diabsorpsi tanaman). Keadaan yg sama untuk bagian tanaman yg ada di dlm tanah & mati.
LANJUTAN PENTINGNYA N DALAM PASTURA
Ada kira2 17 element utama yang diperlukan tanam- an, namun nampaknya hanya unsur N yang sering kritis adanya di dalam pastura. Pada hal atmosfermengandung + 78%N. Karena pentingnya N, maka sering dilakukan evalua- si untuk menjaga agar kesuburan tanah tidak menurun. Pada umumnya tanah mengandung N bervariasi antara 0,1 s/d 0,3% N. Satu hectar furrow slice ( 1 HFS) = 2 ju- ta kg tanah. Secara alami mineral yang ada di dalam ta- nah baru akan dapat digunakan oleh tanaman apabila telah mengalami proses mineralisasi. Proses mineralisa- si kecepatannya hanya sekitar 1% per tahun. Sehingga apabila kita memiliki data dalam pastura
LANJUTAN PENTINGNYA N DALAM PASTURA
yang ditumbuhi rumput Brachiaria, dimana dlm penga- matan dan analisis di laboratorium diketahui kandung- an N tanah 0,15%, hasil hijauan dalam keadaan segar mencapai 6 ton/ha dengan kandungan bahan kering mi- salnya 23% dan kandungan N hijauan 1,46% dlm bahan keringnya. Kecepatan mineralisasi di areal pastura terse- but misalnya 0,9% per tahun. Maka setelah 1 siklus (seta- hun), perlukah dilakukan pemupukan N agar balans N ti- dak negatip dan produksi hijauan dapat dipertahankan? Apabila ternyata diperlukan, berapa banyak urea (mengan- dung 46% N) harus diberikan? Jawaban: 1HFS = 2 juta kg tanah, kandungan N 0,15% à jadi tanah = 3.000kg. Keceptanan mineralisasi 0,9% à yg tersedia bagi Tanaman = 27kg N/ha/tahun. Yang masih dlm pool 2.973kg.
LANJUTAN PENTINGNYA N ……….
BAGAIMANA MENCUKUPI KEBUTUHAN NUTRIEN KAMBING YANG DIGEMBALAKAN DI PASTURA ALANG2
Misal: Kambing berat rata2 20kg grazing di PPA rumput alang2. Diharapkan ADG = 150g.
Pertanyaan: Dapatkah ADG tercapai? Evaluasi:
Berdasar tabel NRC dalam bukunya Church, DC, 1986 dapat diketahui untuk mencapai ADG sbb diperlukan:
S/D BB 30kg
ADG 50g DMI: 571g (2,9%BB); ME:1,31Mcal;DP:32g
100g DMI: 755g (3,8%BB); ME: 1,74Mcal; DP: 42,3g 150g DMI: 938g (4,7%BB); ME: 2,16Mcal; DP: 52,6g
Menggunakan Tabel Komposisi Bahan Pakan (Hartadi et al, 1980) dapat dihitung, bahwa:
Lanjutan …..PREDIKSI/PERHITUNGAN INTAKE PAKAN/NUTRISI
Alang2 umur: A. < 28 hari: ME: 2,16Mcal, DP:8,1-8,2%
umur: B 43-56hr : ME: 2,04Mcal, DP: 3,1-3,4% Sehingga, dapat diperkirakan konsumsi nutriennya sbb:
Untuk A: 938g DMI mgd ME: 2,026Mcal dan DP: 76g,
Untuk B: 938g DMI mgd ME: 1,913Mcal dan DP: 31,9g
Sedangkan kebutuhannya, untuk:
ADG 50g DMI: 571g (2,9%BB); ME:1,31Mcal;DP:32g 100g DMI: 755g (3,8%BB); ME: 1,74Mcal; DP: 42,3g
150g DMI: 938g (4,7%BB); ME: 2,16Mcal; DP: 52,6g
Jadi dari perhitungan di atas kambing grazing rumput
Alang2 A belum dapat mencapai ADG 150g, karena energi-
nya masih kurang 0,134Mcal, sedang DP lebih 23,4g.
Lanjutan …..PREDIKSI/PERHITUNGAN INTAKE PAKAN/NUTRISI
Bila grazing Alang2 umur B, maka konsumsi ME (1,913 Mcal) dan DP (31,9g) hanya cukup untuk mendapatkan ADG sebesar 50g saja, tidak mungkin untuk mendapatkan ADG 100g, karena DP masih sangat kurang, yaitu kurang sebesar 10,4g atau equal dengan 24,59%, walaupun ME-nya cukup.
Berapakah kira-kira produksi DM rumput Alang2 tersebut per hektar? Kita coba lakukan ubinan di
lapangan untuk mendapatkan gambarannya. Bagaimana mengatasi agar ADG 150g tercapai?
Bagaimana setelah BB 30kg tercapai, akan dijual BB 40kg?
Top Related