PERBEDAAN KEPRIBADIAN, WATAK DAN TABIAT
untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi dalam KeperawatanDosen Pengampu: Ns. Latifa Aini S, M.Kep., Sp.Kom
oleh:
Kartika Nurif Adeline PutriNIM 112310101018
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB 1. PEMBAHASAN
1.1 Kepribadian
Banyak ahli yang telah merumuskan definisi kepribadian berdasarkan
paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka
kembangkan. Dengan demikian akan dijumpai banyak variasi definisi sebanyak
ahli yang merumuskannya. Berikut ini dikemukakan beberapa ahli yang
definisinya dapat dipakai acuan dalam mempelajari kepribadian.
a. Gordon W. W Allport
Pada mulanya Allport mendefinisikan kepribadian sebagai “What a man
really is.” Tetapi definisi tersebut oleh Allport dipandang tidak memadai lalu dia
merevisi definisi tersebut (Soemadi Suryabrata, 2005: 240) Definisi yang
kemudian dirumuskan oleh Allport adalah: “Personality is the dynamic
organization within the individual of those psychophysical systems that determine
his unique adjustments to his environment” (Singgih Dirgagunarso, 1998 : 11).
Pendapat Allport di atas bila diterjemahkan menjadi: “Kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan
caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan”.
b. Krech dan Crutchfield
David Krech dan Richard S. Crutchfield (1969) dalam bukunya yang
berjudul Elelemnts of Psychology merumuskan definsi kepribadian sebagai
berikut: “Personality is the integration of all of an individual’s characteristics
into a unique organization that determines, and is modified by, his attemps at
adaption to his continually changing environment”.
Bila diterjemahkan menjadi: “Kepribadian adalah integrasi dari semua
karakteristik individu ke dalam suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan
yang dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang berubah terus-menerus”.
c. Adolf Heuken, S.J. dkk.
Adolf Heuken S.J. dkk. dalam bukunya yang berjudul Tantangan
Membina Kepribadian (1989 : 10), menyatakan sebagai berikut: “Kepribadian
adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang,
baik yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun yang sosial. Semuanya ini
telah ditatanya dalam caranya yang khas di bawah beraneka pengaruh dari luar.
Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi manusia
sebagaimana dikehendakinya”.
Berdasarkan definisi dari Allport, Kretch dan Crutchfield, serta Heuken
dapat disimpulkan pokok-pokok pengertian kepribadian sebagai berikut:
Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang terdiri dari aspek
psikis, seperti : inteligensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dst. serta aspek
fisik, seperti : bentuk tubuh, kesehatan jasmani, dst.
Kesatuan dari kedua aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya
yang mengalami perubahan secara terus-menerus, dan terwujudlah pola
tingkah laku yang khas atau unik.
Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan, tetapi
dalam perubahan tersebut terdapat pola-pola yang bersifat tetap.
Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai
oleh individu.
Selain pendapat di atas, ada pula yang menyebutkan arti lain dari
kepribadian. Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir,
merasakan dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland,
2002). Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau
herediter dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang
membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap
kehidupan (Weller, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat
diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan
menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu
merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang
menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dibawah ini
adalah ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat.
Ciri-ciri kepribadian yang sehat adalah sebagai berikut:
1. mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa
adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya;
2. mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau
kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima
secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu
yang sempurna;
3. mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai
keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak
menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila
memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami
kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap
optimistik;
4. menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap
kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya;
5. kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri
serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya;
6. dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat
menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau
konstruktif , tidak destruktif (merusak);
7. berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap
aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang
(rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai
tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan
dan keterampilan;
8. berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang
lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah
lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan
menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap
orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban
orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya;
9. penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan
memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
10. memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup
yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya;
11. berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung
oleh faktor-faktor achievement (prestasi) acceptance (penerimaan), dan
affection (kasih sayang).
Sedangkan ciri-ciri kepribadian yang tidak sehat meliputi:
1. mudah marah (tersinggung);
2. menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan;
3. sering merasa tertekan (stress atau depresi);
4. bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih
mudah atau terhadap binatang;
5. ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun
sudah diperingati atau dihukum;
6. kebiasaan berbohong;
7. hiperaktif;
8. bersikap memusuhi semua bentuk otoritas;
9. senang mengkritik/mencemooh orang lain;
10. sulit tidur;
11. kurang memiliki rasa tanggung jawab;
12. sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor
yang bersifat organis);
13. kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama;
14. pesimis dalam menghadapi kehidupan;
15. kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.
1. 2 Watak
Watak ialah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang
menggerakkan kemauan sehingga orang tersebut bertindak. Jadi yang
dimaksudkan bahwa kepribadian seseorang menunjukkan tindakan akibat
kemauan yang teguh dan kukuh maka ia dinamakan seseorang yang berwatak atau
sebaliknya.
Menurut Sumadi (1985), watak adalah keseluruhan atau totalitas
kemungkinan-kemungkinan bereaksi secara emosional dan volisional seseorang
yang terbentuk dalam hidupnya oleh unsur-unsur dari dalam (dasar, keturunan,
dan faktor-faktor endogen) dan unsur-unsur dari luar (pendidikan dan
pengalaman, serta faktor-faktor eksogen).
Menurut arti normatif, kata watak dipergunakan apabila orang bermaksud
mengenakan norma-norma kepada orang yang sedang dibicarakan. Misalnya
ungkapan: “Ia orang yang pandai, tetapi sayang tidak berwatak dan Ia orang
terdidik, tetapi tak punya watak”.
Orang berwatak apabila sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dipandang
dari segi norma-norma sosial adalah baik dan sebaliknya.
Sedangkan menurut arti deskriptif, menurut Allport (1937) bahwa
“character is personality evaluated, and personality is character devaluated”.
Menurutnya kepribadian dan watak adalah satu dan sama, tetapi dipandang dari
segi yang berlainan. Apabila orang akan mengenakan norma-norma, yang berarti
mengadakan penilaian lebih tepat dipergunakan istilah “watak”. Apabila tidak
mengadakan penilaian sehingga menggambarkan apa adanya, dipakai istilah
“kepribadian”.
1.3 Tabiat (Tempramen)
Pengertian tabiat (tempramen) dan kepribadian sering juga dipergunakan
secara tertukar. Tempramen adalah kepribadian yang lebih bergantung pada
keadaan badaniah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tabiat adalah konstitusi
kejiwaan.
Menurut Allport sebagaimana dikutip oleh Sumadi Suryabrata (1985)
tempramen adalah “Gejala karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk mudah
tidaknya terkena rangsangan emosi, ketakutan dan kecepatannya bereaksi, kualitas
kekuatan suasana hati secara fluktuasi dan intensitas suasana hati, serta
bergantung pada faktor konstitusional, yang karenanya terutama berasal dari
keturunan”. Jadi, tempramen sifatnya turun-menurun dan tak dapat di ubah oleh
pengaruh-pengaruh dari luar.
Aspak tempramen:
a. Motalitas (kegesitan atau kelincahan) ditentukan oleh otot, tulang, dan
saraf perifer.
Contoh:
Orang bekerja dan bereaksi dengan lincah dan gesit.
Orang bekerja dengan tenang.
b. Vitalitas (daya hidup) lebih ditentukan keadaan hormonal dan saraf
otonom.
Contoh:
Orang dengan vitalitas tinggi: baru bangun pagi sudah penuh
gairah hidup dan memiliki berbagai rencana.
Orang yang mudah bosan, kurang kreatif, dan kurang inovatif.
c. Emosionalitas (daya rasa) lebih ditentukan keadaan neurohormonal dan
saraf pusat.
Contoh:
Bila ada sesuatu yang menakutkan, ada orang yang bereaksi segera
dan spontan secara emosional.
Ada orang yang biasa-biasa saja dalam menghadapi hal yang
menakutkan atau mengejutkan.
SOAL
1. Sebuah tulisan di Jawa Pos yang mengetengahkan terhadap keprihatinan
terhadap film kartun Asia. Penelitian menyebutkan bahwa tingkat
kekerasan pada film kartun anak-anak itu cukup tinggi. Dan diantara film-
film kartun anak di Asia, film kartun produksi Jepang menempati posisi
paling tinggi dalam penayangan yang berunsur kekerasan. Akibat dari
tayangan televisi inilah akan menjadikan seorang anak menjadi agresif.
Demikian juga dengan tayangan-tanyangan film-film kartun yang penuh
romantisme seperti Sailor Moon, dan yang berunsur pornografi seperti
Crayon Sinchan.
Akibat dari tayangan film-film tersebut dapat membentuk kepribadian
anak mempunyai …
a. ciri-ciri kepribadian yang sehat
b. ciri-ciri kepribadian yang tidak sehat
c. ciri-ciri kepribadian yang tidak menentu
d. ciri-ciri kepribadian yang optimistik
e. ciri-ciri kepribadian yang pesimis
2. Seorang anak yang bernama Farhan baru saja pulang sekolah mengeluh
pada ibunya “Tidak ada orang yang bicara dengan aku hari ini disekolah”.
“waah, jadi kamu sedih ya” tanggap ibunya. Lalu Farhan berkata lagi
“Sarah baik sekali Bu, dia bilang dia senang dengan gambarku”.
Menurut kasus di atas, gambaran kepribadian apakah yang dimiliki
Farhan?
a. Menerima tanggung jawab
b. Ingin dimengerti
c. Kemandirian
d. Kebiasaan berbohong
e. Sering merasa tertekan
3. Ibu A adalah wanita yang senang bergaul namun beliau merasa kesulitan
jika harus memulai pembicaraan dengan orang lain yang tidak dikenali
sebelumnya. Ibu A merasa kurang nyaman jika harus mulai bertanya lebih
dulu. Tetapi beliau bisa berubah 180 derajat ketika berada bersama orang-
orang yang membuatnya merasa nyaman. Bisa dibilang ibu A adalah
orang yang cerewet ketika berada ditengah-tengah keluarga, teman-teman,
atau siapa pun yang beliau rasa membuatnya nyaman. Disaat ibu A berada
ditengah-tengah mereka, beliau bisa terbuka dan menceritakan apapun
yang dialami dan terkadang bercerita dengan suara yang lantang.
Apa yang menyebabkan ibu A kurang nyaman jika harus memulai
pembicaraan dengan orang lain?
a. Takut pada orang lain
b. Hanya terbiasa berbicara di hadapan keluarga
c. Tidak percaya diri
d. Malu
e. Merasa rendah diri
DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26926/4/Chapter%20II.pdf (19 Februari 2012)
http://caturcreat.student.umm.ac.id/2010/01/29/ciri-ciri-kepribadian-yang-sehat-dan-tidak-sehat/ (19 Februari 2012)
http://forsilais.wordpress.com/2010/05/27/pendidikan-anak-memahami-anak-melalui-temperamen/ (8 Maret 2012)
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/kasus-dalam-psikologi-kepribadian/ (8 Maret 2012)
Top Related