Obesitas pada anak merupakan masalah yang sangat kompleks, yang antara lain berkaitan dengan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh seseorang, perubahan pola makan menjadi makanan cepat saji yang memiliki kandungan kalori dan lemak yang tinggi, waktu yang dihabiskan untuk makan, waktu pertama kali anak mendapat asupan berupa makanan padat, kurangnya aktivitas fisik, faktor genetik, hormonal dan lingkungan.
Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak terutama dalam aspek organik dan psikososial. Obesitas pada anak berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa dan berpotensi mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian, antara lain penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus.
WHO (2000) secara sederhana
mendefinisikan obesitas sebagai kondisi
abnormal atau akumulasi lemak yang
ekstrim pada jaringan adiposa. Inti dari
obesitas ini adalah terjadinya
keseimbangan energi positif yang tidak
diinginkan dan bertambahnya berat
badan.
Untuk menilai status gizi anak prasekolah,
maka angka berat badan dan tinggi
badan setiap balita dikonversikan ke
dalam bentuk nilai terstandar (Z-score)
dengan menggunakan baku
antropometri balita WHO 2005
Pada tahun 2010 prevalensi kegemukan pada balita secara nasional berdasarkan BB/TB di Indonesia adalah 14,0 persen terjadi peningkatan prevalensi kegemukan yaitu dari 12,2 persen tahun 2007 menjadi 14,0 persen tahun 2010.
Secara nasional masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu 9,2 persen atau masih di atas 5,0 persen.
Prevalensi kegemukan pada anak laki-laki umur 6-12 tahun lebih tinggi dari prevalensi pada anak perempuan yaitu berturut-turut sebesar 10,7 persen dan 7,7 persen. Berdasarkan tempat tinggal prevalensi kegemukan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan prevalensi di perdesaan yaitu berturut-turut sebesar 10,4 persen dan 8,1 persen.
Eksogen (dapat dimodifikasi)
› Kurangnya aktifitas fisik- kurangnya olahraga
secara reguler.
› Perilaku sedenter- frekuensi menonton televisi, menggunakan computer, dan
perilaku sejenis yang mengurangi waktu
yang seharusnya bisa dipakai untuk melakukan aktifitas fisik.
› Faktor keluarga
Insiden obesitas anak berhubungan kuat dengan variable keluarga, termasuk obesitas pada orang tua, status sosio ekonomik yang tinggi, bertambahnya pendidikan orang tua, ukuran keluarga kecil, dan pola inaktivitas orangtua
› Kebiasaan makan - konsumsi makanan tinggi kalori secara berlebihan.
› Lingkungan - beberapa faktor seperti pemaparan yang berlebihan terhadap iklan makanan tinggi kalori dan kurangnya sarana rekreasi.
Endogen (tidak dapat dimodifikasi)
› Faktor genetika
Risiko yang lebih besar untuk menjadi obes
telah ditemukan pada anak-anak dengan
orangtua obes atau ‘overweight’.
› Faktor metabolik
Adanya anak dengan kecenderungan
diet induced thermogenesis’ yang rendah
sehingga lebih banyak cadangan
makanan yang disimpan.
› Faktor endokrin
Penyakit chusing menyebabkan timbunan lemak yang abnormal pada anak karena rangsangan hormone adrenokortikoid.
› Keadaan jiwa
Gangguan psikologis sering terjadi pada anak gemuk. Stress juga memengaruhi berat badan, selain kesalahan pola asuh, seperti dimanja dan dituruti semua kemauannya.
› Sindroma somatik dismorfi yang jarang, sering disertai obesitas. Biasanya obesitas pada sindroma somatik dismorfi justru disertai dengan tinggi badan yang pendek, umur tulang yang terlambat, dan perkembangan tanda kelamin sekunder yang juga terlambat.
Berdasarkan rancangan strategis dari beberapa departemen yang memiliki program dibidang kesehatan anak, prasekolah dan sekolah, pemerintah masih belum memfokuskan khusus pada masalah gizi lebih. Hal ini dikuatkan dengan RPJMN ke 2, pemerintah memfokuskan pengupayaan pencapaian target MDGs di bidang kesehatan dengan memberikan perhatian khusus pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan penanggulangan penyakit dan gizi buruk.
Belum fokusnya pemerintah terhadap masalah obesitas pada anak usia prasekolah-sekolah terjadi karena prevalensi kegemukan pada anak masih sedikit atau masih lebih banyak anak yang berstatus gizi kurang-buruk. Padahal berdasarkan data riskesdas tahun 2007 dan 2010, terjadi peningkatan prevalensi gizi lebih pada balita sebesar 1,5 %, yaitu 4,3 % pada tahun 2007 menjadi 5,8 % pada tahun 2010. Namun demikian ada beberapa program pemerintah yang dapat mengontrol kejadian obesitas pada anak seperti perbaikan status gizi masyarakat, pengendalian penyakit tidak menular, cakupan pelayanan kesehatan balita sebesar 85%, cakupan SD/MI melaksanakan penjaringan siswa kelas I sebesar 95%, presentase balita yang ditimbang berat badan sebesar 85%.
Faktor yang eksogen dan endogen merupakan penyebab dari obesitas pada anak. Obesitas pada masa anak beresiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan berpotensi mengalami penyakit metabolic dan penyakit degenerative.
program pemerintah belum memfokuskan masalah obesitas pada anak usia prasekolah-sekolah terjadi karena prevalensi kegemukan pada anak masih sedikit atau masih lebih banyak anak yang berstatus gizi kurang-buruk.
Mengingat meningkatnya prevalensi gizi
lebih secara keseluruhan yaitu sebesar 1,5
%, yaitu 4,3 % pada tahun 2007 menjadi 5,8
% pada tahun 2010, diharapkan
pemerintah memfokuskan upaya
pencegahan dan penanggulangan gizi
lebih ini. Karena, tingginya prevalensi gizi
lebih merupakan resiko penyakit
degeneratif di Indonesia yang saat ini
prevalensinya meningkat.
RENSTRA KEMENKES RI tahun 2010 -2014 Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010. Siti Nurul Hidayati, dkk. Obesitas Pada Anak. Divisi Nutrisi dan Penyakit
Metabolik Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair / RS.dr.Soetomo Surabaya.
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124640-S-5871-Faktor-faktor%20perilaku Literatur.pdf, diakses pada 7 November pukul 08.18 WIB.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=faktor%20penyebab%20obesitas%20pada%20anak%20pra%20sekolah%20dan%20sekolah&source=web&cd=2&ved=0CCMQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.fik.ui.ac.id%2Fpkko%2Ffiles%2FMENGIDENTIFIKASI%2520DAN%2520MENILAI%2520KEGEMUKAN%2520PADA%2520ANAK.docx%2520ok.rtf&ei=cxC1Tq2LOIPrrQfg36HkAw&usg=AFQjCNHertBblx8SYoWHDed-OvKhyM-BmQ&cad=rja diakses pada tanggal 5 November 2011 pukul 17.37 WIB.
http://etd.eprints.ums.ac.id/12360/2/04._BAB_II.pdf, diakses pada 8 November 2011 pukul 18.29 WIB.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22629/5/Chapter%20II.pdf, diakses pada 8 November 2011 pukul 18.37 WIB.
감사합니다 THANK YOU
Top Related