BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Anak Usia ...repository.ump.ac.id/5387/3/Dewi Aulicha...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Anak Usia ...repository.ump.ac.id/5387/3/Dewi Aulicha...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Anak Usia Prasekolah
a. Pengertian Anak Usia Prasekolah
Menurut Biechler dan Snowman dalam Patmonodewo (2003)
menjelaskan bahwa anak prasekolah adalah mereka yang berusia
antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah dan
kinderganten. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti
program tempat penitipan anak ( 3 bulan – 5 tahun ) dan kelompok
bermain (usia 3 tahun) sedangkan 4-6 tahun biasanya mereka
mengikuti program Taman Kanak-Kanak.Wong (2000) menambahkan
bahwa anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6
tahun .
Yusuf (2009) menjelaskan bahwa masa usia prasekolah
diperinci menjadi dua masa, yaitu:
1) Masa vital
Pada masa ini, individu mengggunakan fungsi-fungsi biologis
untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa
belajar, Freud menanamkan tahun pertama dalam kehidupan
individu itu sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang
sebagai sumber kenikmatan dan ketidaknikmatan. Anak
memasukan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya itu,
11
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
12
tidaklah karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama,
tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan
eksplorasi (penelitian) dan belajar. Pada tahun kedua anak telah
belajar berjalan dengan mulai berjalan anak akan mulai menguasai
ruang, mula-mulai ruang tempatnya saja, kemudian ruang dekat
dan selanjutnya ruang yang jauh. Pada tahun kedua ini umumnya
terjadi pembiasaan terhadap kebersihan (kesehatan). Melalui
latihan kebersihan ini, anak belajar mengendalikan impuls-impuls
atau dorongan-dorongan yang datang dari dalam dirinya (misalnya
buang air kecil dan air besar).
2) Masa estetik
Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa
keindahan. Kata estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini,
perkembangan anak yang terutama adalah fungsi pancainderanya.
Kegiatan eksploitas dan belajar anak juga terutama menggunakan
pancainderanya. Pada masa ini, indera masih peka, karena itu
mentessori menciptakan bermacam-macam alat permainan untuk
melatih pancainderanya.
2. Ciri-ciri anak usia Prasekolah
Ciri-ciri anak usia prasekolah meliputi aspek fisik, sosial,
emosi dan kognitif anak (Patmonodewo, 2003) :
1) Ciri fisik anak usia prasekolah
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
13
Penampilan maupun gerak-gerik usia prasekolah mudah
dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.
Ciri-ciri fisik anak usia prasekolah dikemukakan sebagai berikut :
anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki
penguasaan (control) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai
kegiatan yang dilakukan sendiri. Berikan kesempatan kepada anak
untuk lari, memanjat dan melompat. Usahakan kegiatan-kegiatan
tersebut di atas sebanyak mungkin sesuai dengan kebutuhan anak
dan selalu di bawah pengawasan guru.
a) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan
istirahat yang cukup. Seringkali anak tidak menyadari bahwa
mereka harus beristirahat cukup
b) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari
kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak
belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit
misalnya mengikat tali sepatu.
c) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus
memfokuskan pandangannya pada objek-objek yang kecil
ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan dan matanya
masih kurang sempurna.
d) Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang
melindungi masih lunak.
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
14
e) Walaupun anak lelaki lebih besar dan anak perempuan lebih
terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam
tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak
lelaki apabila ia tidak terampil. Jauhkanlah dari sikap
membandingkan lelaki dan perempuan.
2) Ciri sosial anak usia prasekolah
Anak usia prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan
orang disekitarnya. Ciri-ciri sosial anak prasekolah (Dewi, 2005) :
a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua
sahabat, tetapi sahabat ini biasanya cepat berganti. Mereka
umumnya dapat cepat menyesuaikan secara sosial, mereka
mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya
yang sama jenis kelaminnya tetapi kemudian berkembang
sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda.
b) Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu
berorganisasi secara baik oleh karena itu kelompok tersebut
cepat berganti-ganti.
c) Anak yang lebih muda seringkali bermain bersebelahan
dengan anak yang lebih besar. Parten (Patmonodewo, 2003),
melalu pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di
sekolah dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial :
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
15
(1) Tingkah laku “unoccupied” : Anak tidak bermain dengan
sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan
memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
(2) Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan
menggunakan alat permainan, berbeda dari apa yang
dimainkan oleh teman yang ada didekatnya. Mereka tidak
berusaha untuk saling bicara.
(3) Tingkah laku „onlooker”. Anak menghasilkan waktu
dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang
apa yang dimainkan anak yang lain tetapi tidak berusaha
untuk tidak main bersama.
(4) Bermain pararel. Anak-anak bermain dengan saling
berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama
dengan anak lain. Mereka menggunakan alat mainan yang
sama, berdekatan tetapi dengan cara yang tidak saling
bergantung.
(5) Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tetapi
tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing
anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
(6) Bermain kooperatif. Anak bermain dalam kelompok
dimana ada organisasi. Ada pemimpinnya, masing-masing
anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan
bersama, misalnya main toko-tokoan atau perang-
perorangan.
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
16
3) Ciri emosi anak usia prasekolah
a) Anak usia prasekolah biasanya mengekspresikan emosinya
dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan
oleh anak pada usia tersebut.
b) Iri hati pada anak usia prasekolah sering terjadi. Mereka
seringkali memperebutkan perhatian guru.
4) Ciri kognitif anak usia prasekolah
a) Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa,
sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam
kelompoknya. Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk
berbicara, sebagian dari mereka perlu dilatih untuk menjadi
pendengar yang baik.
b) Kompetisi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,
kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan
Wittig serta Shite dan Wittig (Patmonodewo, 2003) menjelaskan
cara mengembangkan anak agar dapat berkembang menjadi
kompeten dengan cara sebagai berikut :
(1) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan
anak
(2) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan
dikatakan anak
(3) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan
mendapatkan pengalaman dalam banyak hal
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
17
(4) Berikan kesempatan dan dorongan untuk melakukan
kegiatan secara mandiri
(5) Doronglah agar anak mau mencoba mendapatkan
keterampilan dalam berbagai tingkah laku
(6) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh
lingkungannya.
(7) Kagumilah apa yang dilakukan anak
(8) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan
dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah
1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya
multiplikasi (bertambah banyak)sel-sel tubuh dan juga karena
bertambah besarnya sel. Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami
perbedaan yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak.
Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki.
Perkembangan merupakan hasil interaksi antara kematangan susunan
saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, sehingga perkembangan
ini berperan penting dalam kehidupan manusia (Nursalam, 2005).
Menurut Hidayat (2005) menjelaskan bahwa dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat suatu peristiwa yang
dialaminya yaitu masa percepatan dan perlambatan. Masa tersebut akan
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
18
berlainan dalam suatu organ tubuh. Percepatan dan perlambatan
tersebut merupakan suatu kejadian yang berbeda dalam setiap organ
tubuh akan tetapi masih saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan tentang
besarnya jumlah, ukuran didalam tingkat sel, organ maupun individu,
sedangkan perkembangan pada anak bisa terjadi pada perubahan bentuk
dan fungsi pematangan mulai dari aspek sosial, emosional dan
intelektual.
Mansur (2012) menyatakan bahwa masa prasekolah merupakan
fase perkembangan individu pada usia 2-6 tahun, ketika anak mulai
memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat
mengatur diri dalam buang air dan mengenal beberapa hal yang
dianggap berbahaya. Hidayat (2005) menambahkan bahwa pada
pertumbuhan masa prasekolah pada anak pertumbuhan fisik khususnya
berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg,
kelihatan kurus akan tetapi aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem
tubuh sudah mencapai kematangan seperti berjalan, melompat dan lain-
lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak akan
bertambah rata-rata 6,75-7,5 cm setiap tahunnya.
2. Tahap Tumbuh Kembang
Ada beberapa tahapan tumbuh kembang dan perkembangan
pada masa anak-anak, tahapan tersebut yaitu (Soetjiningsih, 2002 dalam
Nursalam, 2005):
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
19
1. Masa pranatal (konsepsi lahir), terbagi atas
1) Masa embrio (mudigah): masa konsepsi – 8 minggu
2) masa janin (fetus):9 minggu-kelahiran
2. Masa pasnatal, terbagi atas
1) Masa neonatal usia 0-28 hari
a) Neonatal dini (perinatal): 0-7 hari
b) Neonatal lanjut: 8-28 hari
2) Masa bayi
a) Masa bayi dini 1-12 bulan
b) Masa bayi akhir 1-2 tahun
3. Masa prasekolah (usia 2-6 tahun), terbagi ata:
1) Prasekolah awal (masa balita): mulai 2-3 tahun
2) Prasekolah akhir: mulai 4-6 tahun
4. Masa sekolah atau masa prabupertas, terbagi atas:
1) Wanita: 6-10 tahun
2) Laki-laki 8-12 tahun
5. Masa adolesensi atau masa remaja, terbagi atas:
1) Wanita: 10-18 tahun
2) Laki-laki: 12-20 tahun
C. Kemandirian
1. Pengertian
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh
secara komulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
20
belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi
dilingkungan, sehingga individu mampu berfikir dan bertindak
sendiri. Dengan kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidupnya
untuk berkembang yang lebih mantap (Mu’tadin, 2002).
Kemandirian adalah suatu sikap individuyang diperoleh secara
kumulatif selamaperkembangan, dimana individu akan terus
belajaruntuk bersikap mandiri dalam menghadapiberbagai situasi
lingkungan, sehingga individupada akhirnya akan mampu berfikir dan
bertindaksendiri dengan kemandiriannya (Tjandraningtyas,2004
dalam Suseno dan Irdawati, 2012).
Lie, Anita & Prasati (2004) menambahkan bahwa kemandirian
merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara bertahap
selama perkembangan, dimana anak akan terus belajar untuk bersikap
mandiri dalam menghadapai berbagai situasi dilingkungan, sehingga
anak mampu berfikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian
seorang anak dapat berkembang dengan baik
Sedangkan menurut Yusuf (2009) kemandirian merupakan
karakteristik dari kepribadian yang sehat (healthy personality).
Kemandirian individu tercermin dalam cara berpikir dan bertindak,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan
diri, serta menyesuaikan diri secara konstruktif dengan norma yang
berlaku di lingkungannya.
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
21
Mengacu pada definisi tersebut, ada delapan unsur yang
menyertai makna kemandirian bagi seorang anak, yaitu antara lain:
1) Kemampuan untuk menentukan pilihan;
2) Berani memutuskan atas pilihannya sendiri;
3) Bertanggungjawab menerima konsekwensi yang menyertai
pilihannya;
4) Percaya diri;
5) Mengarahkan diri;
6) Mengembangkan diri;
7) Menyesuaikan diri dengan lingkungannya;
8) Berani mengambil resiko atas pilihannya.
Unsur-unsur atau indikator kemandirian tersebut di atas, tentu
pada anak usia dini berbeda dengan makna kemandirian bagi orang
dewasa. Bagi anak usia dini kemandirian sifatnya masih dalam taraf
yang sangat sederhana, sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Selain itu, indikator tersebut bagi anak-anak usia dini pada negara-
negara berkembang tentu masih sangat berat, apalagi anak-anak di
pedesaan atau perkampungan terpencil, jauh dari perkotaan sulit
menerapkan unsur-unsur tersebut sesuai dengan indikator kemandirian
anak.
2.Ciri-ciri Kemandirian Anak
Ciri-ciri kemandirian anak, termasuk juga pada anak usia dini,
adalah sebagai berikut (Rimm, 2003) :
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
22
1) Kepercayaan pada diri sendiri. Rasa percaya diri sengaja
ditempatkan sebagai ciri pertama dari sifat kemandirian anak,
karena memang rasa percaya diri ini memegang peran penting
bagi seseorang, termasuk anak usia dini, dalam bersikap dan
bertingkah laku atau dalam beraktivitas sehari-hari. Anak yang
memiliki kepercayaan diri lebih berani untuk melakukan sesuatu,
menentukan pilihan sesuai dengan kehendaknya sendiri dan
bertanggung jawab terhadap konsekwensi yang ditimbulkan
karena pilihannya. Kepercayaan diri sangat terkait dengan
kemandirian anak. Seorang anak yang memiliki percaya diri yang
tinggi dapat menutupi kekurangan dan kebodohan yang melekat
pada dirinya. Oleh karena itu, dalam berbagai kesempatan, sikap
percaya diri perlu ditanamkan dan dipupuk sejak awal pada anak
usia dini ini.
2) Motivasi instrinsik yang tinggi. Motivasi instrinsik adalah
dorongan yang tumbuh dalam diri untuk melakukan sesuatu.
Motivasi instrinsik biasanya lebih kuat dan abadi dibandingkan
dengan motivasi ekstrinsik walupun kedua motivasi ini kadang
berkurang, tapi kadang juga bertambah. Kekuatan yang datang
dari dalam akan mampu menggerakkan untuk melakukan
sesuatuyang diinginkan. Keingintahuan seseorang yang murni
adalah merupakan salah satu contoh motivasi instrinsik. Dengan
adanya keingintahuan yang mendalam ini dapat mendorong
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
23
seseorang untuk melakukan sesuatu yang memungkinkan ia
memperoleh apa yang dicita-citakannya. Dengan keinginan dan
tekad yang kuat, orang biasanya menjadi lupa waktu, keadaan, dan
bahkan lupa diri sendiri.
3) Mampu dan berani menentukan pilihan sendiri. Anak mandiri
memiliki kemampuan dan keberanian dalam menentukan pilihan
sendiri. Misalnya dalam memilih alat bermain atau alat belajar
yang akan digunakannya.
4) Kreatif dan inovatif. Kreatif dan inovatif pada anak usia dini
merupakan ciri anak yang memiliki kemandirian, seperti dalam
melakukan sesuatu atas kehendak sendiri tanpa disuruh oleh orang
lain, tidak ketergantungan kepada orang lain dalam melakukan
sesuatu, meyukai pada hal-hal baru yang semula dia belum tahu,
dan selalu ingin mencoba hal-hal yang baru.
5) Bertanggung jawab menerima konsekwensi yang menyertai
pilihannya. Di dalam mengambil keputuan atau pilihan tentu ada
konsekwensi yang melekat pada pilihannya. Anak yang mandiri
dia bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya apapun
yang terjadi tentu saja bagi anak Taman Kanak-kanak tanggung
jawab pada taraf yang wajar. Misalnya tidak menangis ketika ia
salah mengambil alat mainan, dengan senang hati mengganti
dengan alat mainan yang lain yang diinginkannya.
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
24
6) Menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Lingkungan sekolah
(Taman Kanak-kanak) merupakan lingkungan baru bagi anak-
anak. Sering dijumpai anak menangis ketika pertama masuk
sekolah karena mereka merasa asing dengan lingkungan di Taman
Kanak-kanak bahkan tidak sedikit yang ingin ditunggui oleh orang
tuanya ketika anak sedang belajar. Namun, bagi anak yang
memiliki kemandirian, dia akan cepat menyesuaiakan diri degan
lingkungan yang baru.
7) Tidak ketergantungan kepada orang lain. Anak mandiri selalu
ingin mencoba sendiri-sendiri dalam melakukan sesuatu tidak
bergantung pada orang lain dan anak tahu kapan waktunya
meminta bantuan orang lain, setelah anak berusaha melakukannya
sendiri tetapi tidak mampu untuk mendapatkannya, baru anak
meminta bantuan orang lain. Seperti mengambil alat mainan yang
berada di tempat yang tidak terjangkau oleh anak.
3. Upaya Mengembangkan Kemandirian Anak
Mengembangkan kemandirian pada anak pada prinsipnya
adalah dengan memberikan kesempatan untuk terlibat dalam
berbagai akivitas. Semakin banyak kesempatan yang diberikan pada
anak, maka anak akan semakin terampil mengembangkan skillnya
sehingga lebih percaya diri. Upaya-upaya yang dapat dilakukan
dalam rangka mengembangkan kemamdirian anak ini, sebagaimana
yang disarankan oleh Astuti (2006), yaitu:
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
25
1) Anak-anak didorong agar mau melakukan sendiri kegiatan sehari-
hari yang ia jalani seperti mandi sendiri, gosok gigi, makan sendiri,
bersisir, berpakaian, dan lain sebagainya segera setelah mereka
mampu melakukan sendiri.
2) Anak diberi kesempatan sesekali mengambil keputusan sendiri,
misalnya memilih baju yang akan dipakai.
3) Anak diberi kesempatan untuk bermain sendiri tanpa ditemani
sehingga terlatih untuk mengembangkan ide dan berpikir untuk
dirinya. Agar tidak terjadi kecelakaan maka atur ruangan tempat
bermain anak sehingga tidak ada barang yang membahayakan.
4) Biarkan anak mengerjakan segala sesuatu sendiri walaupun sering
membuat kesalahan.
5) Ketika bermain bersama bermainlah sesuai keinginan anak, jika
anak tergantung pada kita maka beri dorongan untuk berinisiatif
dan dukung keputusannya.
6) Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan idenya
7) Latihlah anak untuk mensosialisasi diri, sehingga anak belajar
menghadapi problem sosial yang lebih kompleks. Jika anak ragu-
ragu atau takut cobalah menemaninya terlebih dahulu, sehingga
anak tidak terpaksa.
8) Untuk anak yang lebih besar, mulai ajak anak untuk mengurus
rumah tangga, misalmya menyiram tanaman, membersihkan meja,
menyapu ruangan, dan lain-lain.
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
26
9) Ketika anak mulai memahami konsep waktu dorong mereka untuk
mengatur jadwal pribadinya, misalnya kapan akan belajar, bermain
dan sebagainya. Orang tua bisa mendampingi dengan menanyakan
alasan-alasan pengaturan waktunya.
10) Anak-anak juga perlu diberi tanggung jawab dan konsekwensinya
bila tidak memenuhi tanggung jawabnya. Hal ini akan membantu
anak mengembangkan rasa keberartian sekaligus disiplin.
11) Kesehatan dan kekuatan biasanya berkaitan juga dengan
kemandirian, sehingga perlu memberikan menu yang sehat pada
anak dan ajak anak untuk berolah raga atau melakukan aktivitas
fisik.
4. Faktor yang Mendorong Tumbuhnya Kemandirian Anak
Kemandirian sangat dipengaruhi oleh kepercayaan diri. Dalam
riset terbaru mengenai perkembangan kepercayaan diri dan
kepercayaan antara anak dengan orang tua ditemukan bahwa jika anak
merasa aman, maka anak akan lebih mau melakukan penjelajahan
sendiri, lebih mampu mengelola stress, mempelajari ketrampilan baru,
dan berhubungan dengan orang lain serta memiliki kepercayaan lebih
bahwa mereka cukup kompeten untuk menghadapi lingkungan yang
baru.
Untuk mendorong pertumbuhan dan kemandirian anak, Tracy
Hogg dan Melinda Blau dalam bukunya “Secrets of the Baby
Whisperer for Toddlersa” memperkenalkan konsep baru yang disebut
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
27
dengan HELP (Hold your self back, Encourage exploration, Limit,
and Praise), menjelaskan lebih lanjut bahwa dengan menahan diri kita
akan mengumpulkan banyak informasi dengan memperhatikan,
mendengarkan, dan menyerap seluruh gambar untuk menentukan apa
dan siapa anak kita, sehingga kita dapat mengantisipasi kebutuhan dan
memahami bagaimana respon anak tersebut pada lingkungan sekitar.
Menahan diri juga dapat mengirimkan sinyal bahwa ia kompeten dan
kita mempercayainya anak melakukan sesuatu sesuai dengan
keinginannya.
Mendorong penjelajahan akan menunjukkan pada anak
bahwa kita percaya pada kemampuannya untuk mengalami apa yang
ditawarkan oleh kehidupan yang ia alami, dan kita ingin agar anak kita
bereksperimen dengan benda-benda, orang, dan pada akhirnya ide-ide
yang baru. Hal tersebut akan membuatanak lebih terdorong untuk
melakukan semua tindakan tanpa merasa takut dihantui oleh kita
sebagai orang tuanya.
Kegiatan membatasi (limit), orang tua mengemukakan dengan
benar peran kita sebagai orang dewasa, menjaga anak dalam batas
aman, membantunya membuat pilihan yang tepat, dan melindungi
anak tersebut dari situasi berbahaya baik secara fisik maupun secara
emosional.
Memuji (praise) anak akan mengukuhkan pembelajaran yang
telah kita berikan, pertumbuhan, dan perilaku yang bermanfaat bagi
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
28
anak ketika ia memasuki dunia dan berinteraksi dengan anak-anak dan
orang dewasa lainnya. Hasil riset menunjukkan bahwa anak-anak
yang diberikan pujian dengan benar, ia semakin terdorong untuk
belajar lebih, dan dapat menikmati kerjasama yang terjalin antara
dirinya dengan orang tuanya. Anak yang biasa diberikan pujian
dengan benar menjadi lebih dapat lebih menerima masukan dari orang
tuanya, dan bukan suatu hal yang kebetulan seandainya orang tua
menjadi lebih perhatian dan penyayang.Pujian hanya diberikan jika
anak telah melakukan perkerjaan dengan baik.Tujuan pujian bukanlah
untuk membuat anak senang, melainkan untuk menekankan bahwa
pekerjaan yang telah dilakukan dengan baik, untuk memuji sikap yang
baik, dan mengakui ketrampilan sosial yang dimiliki anak, termasuk
segi keramahan dan kerjasama.Pujian yang kita berikan pada anak
akan membuat anak tahu ia telah melakukan sesuatu dengan benar dan
baik.
Kasih sayang dan cinta merupakan unsur ajaib dalam hal
menjadi orang tua. Jika anak dicintai dan disayangi ia akan merasa
aman dan ingin menyenangkan orang tuanya. Tidak ada kata terlalu
banyak kasih sayang dan cinta, siapkah kita menjadi orang tua yang
bijaksana.
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
29
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian anak usia prasekolah
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian anak
prasekolah menurut Soejtiningsih (2005) terbagi menjadi dua faktor,
yaitu:
1) Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu
sendiri yang meliputi emosi dan intelektual
a) Faktor emosi yang ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol
emosi dan tidak terganggunya kebutuhan emosi anak.
b) Faktor intelektual yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi anak.
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak itu
sendiri yang meliputi lingkungan, karakteristik sosial, stimulasi,
pola asuh yang dipengaruhi oleh komunikasi yang dibangun dalam
keluarga, kualitas informasi anak dan orang tua yang dipengaruhi
pendidikan orangtua dan status pekerjaan
a) Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau
tidaknya kemandirian anak usia prasekolah. Pada usia ini anak
membutuhkan kebebasan untuk bergerak kesana kemari dan
mempelajari lingkungan.
b) Karakteristik sosial dapat mempengaruhi kemandirian anak,
misalnya tingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda
dengan anak-anak dari keluarga kaya.
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
30
c) Stimulus. Anak yang mendapat stimulus yang terarah dan teratur
akan lebih cepat mandiri dibandingkan dengan anak yang
kurang mendapat stimulasi.
d) Pola asuh, anak dapat mandiri dengan diberi kesempatan,
dukungan dan peran orangtua sebagai pengasuh.
e) Cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan
sewajarnya karena jika diberikan berlebihan, anak menjadi
kurang mandiri. Hal ini dapat diatasi bila interaksi dua arah
antara orangtua dan anak berjalan lancar dan baik.
f) Pendidikan ibu. Kualitas informasi anak dan orangtua yang
dipengaruhi pendidikan orangtua, dengan pendidikan yang baik,
informasi dapat diberikan pada anak karena orangtua dapat
menerima informasi dari luar terutama cara meningkatkan
kemandirian anak.
g) Status pekerjaan ibu, apabila ibu bekerja di luar rumah untuk
mencari nafkah maka ibu tidak bisa memantau kemandirian
anak sesuai perkembangan usianya.
George, Guy, Ron dan Jennifer (2012) dalam penelitianya
menyatatakan bahwa dari total 1.016 responden yang ada di
Kanada, 111 (10,9%) orang tua yang tinggal dalam radius 2 km
dari sekolah memiliki seorang anak yang berjalan ke sekolah
dengan tidak dikawal, 233 (22,9%) orang tua memiliki anak yang
berjalan ke sekolah dengan dikawal, dan 146 (14,4%) orang tua
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
31
memiliki anak yang didorong untuk ke sekolah dengan dikawal. Di
Kanada seorang anak yang memiliki kemandirian adalah yang
memiliki orang tua yang bekerja.
Menurut Donlau et. all (2011) dalam penelitianya
dilaporkan bahwa kemandirian seorang anak dalam kegiatan toilet
ada sebanyak 74 % yang dipengaruhi oleh jenis kelamin.
D. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
1. Pengertian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu
masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga
masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PUBS melalui
pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Sosial Suport) dan
pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Terdapat 5 tatanan PHBS
yaitu PHBS Rumah Tangga, PHBSSekolah, PHBS Tempat Kerja,
PHBS Sarana Kesehatan, PHBS Tempat-tempat Umum (DepKes,
2009).
Menurut Rahmawati dan Proverawati (2011) mengungkapkan
bahwa pola hidup bersih dan sehat adalah suatu gaya hidup dengan
memperhatikan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan,
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
32
antara lain makanan dan olah raga. Untuk memperoleh tubuh yang
sehat, tidak harus dengan pola hidup yang serba mahal.
Indikator PHBS di sekolah meliputi : mencuci tangan dengan air
yang mengalir dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di
kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga
yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di
sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan, membuang sampah pada tempatnya (DepKes, 2009).
2.Indikator PHBS untuk anak usia dini
Delapan indikator PHBS sekolah, yang dapat diterapkan pada
anak usia diniadalah : mencuci tangan dengan air yang mengalir dan
memakai sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah,
menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan
terukur, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan, membuang sampah pada tempatnya (DepKes, 2009).
3.Lima Pesan Dasar Cara hidup Sehat
Pesan kesehatan yang disampaikan terutama menyangkut pola
hidup bersih dan sehat (PHBS), khususnya yang bisa diterapkan oleh
anak usia dini sesuai tingkat perkembangannya. Secara singkat ada 5
(lima) pesan mendasar yang perlu diupayakan dalam pembinaan hidup
sehat bagi anak usia dini (DepKes, 2009):
1) Mencuci Tangan dan Menggosok Gigi dengan Bersih
Memberitahu cara mencuci tangan, sebelum dan setelah
melakukan kegiatan. Menyampaikan teknik menggosok gigi yang
baik dan benar, sebanyak dua kali sehari.
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
33
2) Mengkonsumsi Makanan yang Bergizi
Menganjurkan agar berhati-hati mengkonsumsi jajanan,
makanan/minuman. Menghimbau anak untuk mengkomsumsi
makanan 4 sehat 5 sempurna.
3) Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah
Membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia. Dan
mengadakan upaya kebersihan di ruangan kelas dan sekitar
halaman sekolah.
4) Melakukan Olahraga Secara Teratur
Melalui pembinaan oleh guru, para anak melaksanakan senam
kesegaran jasmani (SKJ)
5) Mengatur Waktu Istirahat dengan Baik
Membiasakan diri untuk istirahat dan tidur malam secara teratur.
4. Penerapan PHBS di Sekolah
1) Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada anak sesuai dengan
kurikulum yang berlaku (kurikuler)
2) Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa yang
dilakukan diluar jam pelajaran biasa (ekstra kurikuler)
a) Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas
b) Aktivitas kader kesehatan sekolah /dokter kecil.
c) Pemeriksaan kualitas air secara sederhana
d) Pemeliharaan jamban sekolah
e) Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
34
f) Demo/gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar
g) Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur
h) Pemeriksaan rutin kebersihan : kuku, rambut, telinga, gigi dan
sebagainya(DepKes, 2009).
5. Sasaran pembinaan PHBS di sekolah
Sasaran pembinaan PHBS di sekolah meliputi siswa, warga sekolah
(kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah dan orang
tua siswa), dan masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin,
satpam,dll) (DepKes, 2009).
E. Pola Asuh Orangtua
1.Pengertian Pola Asuh
Pola asuh adalah model dan cara pemberian perlakuan
seseorang kepada orang lain dalam suatu lingkungan sosial, atau
dengan kata lain pola asuh adalah model dan cara dari orang tua
memperlakukan anak dalam suatu lingkungan keluarga sehari-hari
baik perlakuan berupa fisik maupun psikis (Gunarsa, 2008).
Menurut Djamarah (2004) menjelaskan bahwa pendidikan
dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan
kepribadian seorang anak. Sejak kecil anak sudah mendapatkan
pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan dan
kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga.
Julianto (2006) menambahkan dalam penelitianya
menyatakan bahwa Orang tua harus mengetahui tumbuh kembang
anak yang normal sesuai dengan usia anak. Kemudian orang tua
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
35
harus memberikan kesempatan, dukungan dan dorongan. Oleh
karena itu peran orang tua dan pola pengasuhan yang baik akan
menjadikan anak yang mandiri.
2. Jenis – jenis pola asuh orang tua menurut Hurlok (2006) & Gunarsa
(2008) yaitu:
1) Pola asuh Permisif
Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua yang
menerapkan pola asuh permisif memperlihatkan ciri-ciri sebagai
berikut: orang tua cenderung memberikan kebebasan penuh
pada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua, tidak
adanya hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial
baik, tidak adanya hukuman meski anak melanggar peraturan.
Gunarsa (2000) mengemukakan bahwa orangtua yang
menerapkan pola asuh permisif memberikan kekuasaan penuh
pada anak, tanpa dituntut kewajiban dan tanggung jawab,
kurang kontrol terhadap perilaku anak dan hanya berperan
sebagai pemberi fasilitas, serta kurang berkomunikasi dengan
anak. Pola asuh ini, perkembangan kepribadian anak menjadi
tidak terarah, dan mudah mengalami kesulitan jika harus
menghadapi larangan-larangan yang ada di lingkungannya.
2) Pola asuh Otoriter
Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orangtua yang
mendidik anak dengan menggunakan pola asuh otoriter
memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orangtua menerapkan
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
36
peraturan yang ketat, tidak adanya kesempatan untuk
mengemukakan pendapat, anak harus mematuhi segala
peraturan yang dibuat oleh orang tua, berorientasi pada
hukuman (fisik maupun verbal), dan orang tua jarang
memberikan hadiah ataupun pujian.
Menurut Gunarsa (2008), pola asuh otoriter yaitu pola
asuh dimana orangtua menerapkan aturan dan batasan yang
mutlak harus ditaati, tanpa memberi kesempatan pada anak
untuk berpendapat, jika anak tidak mematuhi akan diancam dan
dihukum. Pola asuh otoriter ini dapat menimbulkan akibat
hilangnya kebebasan pada anak, inisiatif dan aktivitasnya
menjadi kurang, sehingga anak menjadi tidak percaya diri pada
kemampuannya.
3) Pola asuh Demokratis
Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan ciri-ciri
adanya kesempatan anak untuk berpendapat mengapa anak
melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman
diberikan kepada perilaku salah, dan memberi pujian ataupun
hadiah kepada perilaku yang benar.
Gunarsa (2008) mengemukakan bahwa dalam
menanamkan disiplin kepada anak, orang tua yang menerapkan
pola asuh demokratis memperlihatkan dan menghargai
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
37
kebebasan yang tidak mutlak, dengan bimbingan yang penuh
pengertian antara anak dan orangtua, memberi penjelasan secara
rasional dan objektif jika keinginan dan pendapat anak tidak
sesuai. Pola asuh ini, anak tumbuh rasa tanggung jawab, mampu
bertindak sesuai dengan norma yang ada.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irdawati (2011) tentang
“Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Anak Usia
Prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo” diperoleh hasil bahwa
sebanyak 70% orang tua menerapkan pola asuh demokratis dan terdapat
hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua dengan kemandirian
anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo.
Penelitian yang dilakukan oleh Malau (2009) temtamg Faktor
Eksternal yang Mempengaruhi Kemandirian Anak Kelas 1 SDN 1 Pondok
Cina Kota Depok dperoleh hasil bahwa anak yang anak yang memperoleh
pola asuh yang baik 0,27 kali memiliki tingkat kemandirian baik dibanding
anak yang mempunyai pola asuh kurang baik. Hal ini senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2013) hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh keluarga
dengan kemandirian perawatan diri anak usia sekolah. Hal ini ditunjukan
dengan pola asuh yang diberikan orang tua dalam memandirikan anak
dalam melakukan perawatan diri orang tua menggunakan modifikasi pola
asuh peromisif 54,3%, demokratis 76,3% dan otoriter 39,1%.
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
38
F. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan
kearah yang lebih dewasa, lebih baik matang pada individu, kelompok atau
masyarakat. Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia
sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya. Mencapai nilai-nilai hidup
merupakan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa,
lebih tahu dan sebagainya) dalam mencapai tujuan tersebut seseorang
individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar
(Notoatmodjo, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan
seseorang dibedakan menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern.
a. Faktor intern : Mencakup kecerdasan persepsi, emosi, motivasi dan
sebagainya yang berfungsi untuk mengolah
rangsangan dari luar.
b. Faktor ekstern : Meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non
fisik, seperti iklim, manusia, sosial ekonomi,
kebudayaan dan sebagainya. Semakin sempurna atau
semakin baik, faktor intern dan ekstern yang
mempunyai perilaku seseorang mengenai suatu hal
semakin baik tingkat pengetahuan orang tersebut.
(Notoatmodjo, 2003).
Jenjang pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
39
jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah
anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah berbentuk
SD/MI/ sederajat dan SMP/MTs/Sederajat. Pendidikan menengah
merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar berbentuk
SMA/MA/SMK/MAK/Sederajat. Pendidikan tinggi adalah jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana,
magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
(Depdiknas, 2003).
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pengetahuan berhubungan erat dengan
tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi tingkat
pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan
orang tersebut. Namun peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non
formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung
dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut (Notoatmodjo,
2003).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maranatha (2009) dengan
judul “Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu dengan
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
40
Tingkat Kemandirian Anak Tunagrahita di SLB “Prof. Dr. Sri Soedewi
Maschun Sofwan, SH Jambi tahun 2009” diperoleh hasil bahwa ibu yang
memiliki anak kurang mandiri mencapai 60,5%. Ibu yang memiliki
pendidikan rendah 39,5% dan mempunyai pengetahuan rendah sebanyak
50% serta sebanyak 55% mempunyai pola asuh tidak baik. Hasil uji
bevariate diperoleh bahwa pengetahuan, tingkat pendidikan dan pola asuh
berhubungan dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nuraini (2006)
mengatakan latar belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh
yang besar terhadap pembentukan kepribadian anak. Orangtua yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi akan lebih
memperhatikan segala perubahan dan setiap perkembangan yang terjadi
pada anaknya. Orangtua yang berpendidikan tinggi umumnya mengetahui
bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan orang
tua terhadap anak sesuai dengan perkembangan anak.
G.Status pekerjaan
Seorang wanita yang bekerja dan berumah tangga pada dasarnya
tetap menjalankan suatu peran yang tradisional, yaitu sebagai istri dan ibu
bagi anak- anaknya, hanya saja waktu untuk mengurus rumah tangga bagi
ibu yang bekerja tidak sebanyak waktu yang diberikan oleh wanita yang
tidak bekerja (Gunarsa, 2008).
Menurut Sari, Susmarini dan Putra (2012) dalam penelitianya
menyatakan bahwa kehadiran ibu sangat penting dalam stimulasi
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
41
perkembangan anak karena 85% karakter anak dibentuk pada masa
prasekolah yaitu usia kurang dari 6 tahun. Sehingga diharapkan ibu dapat
sepenuhnya mengasuh anaknya dengan optimal dengan tidak sering
meninggalkannya karena kesibukan pekerjaan ataupun yang lainnya.
Tugas ibu adalah mempersiapkan anak agar anak mampu bersaing
dan mandiri untuk masa depan sehingga bagi ibu bekerja dalam mengasuh
anak yang dibutuhkan bukan kuantitas tetapi kualitas dalam pengasuhan
anak, Bagi anak usia pra sekolah ada anak yang mudah ditinggal begitu
saja, tapi tak sedikit yang merengek bahkan menangis histeris kala orang
tua lepas dari pandangan matanya. Karakteristik anak tersebut mudah
ditemui pada anak yang terlalu dilindungi atau overproteclive karena
dorongan rasa sayang yang berlebih dari orang tua (Apisah, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari, Susmarini
dan Putra (2012) menyatakan bahwa status pekerjaan ibu secara signifikan
akan mempengaruhi lama interaksi dengan anak. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat sedikit selisih pada pola stimulasi kemandirian oleh
ibu kategori cukup berdasarkan status pekerjaan yang didominasi oleh 17
orang (51,5%) dengan status pekerjaan bekerja sedangkan ibu yang tidak
bekerja sejumlah 16 orang (48,5%). Namun, pada kategori pola stimulasi
kemandirian baik, ibu dengan status pekerjaan tidak bekerja lebih
mendominasi sejumlah 17 orang (60,7%) dan ibu yang bekerja sejumlah
11 orang (39,3%).
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
42
Apisah (2008) menambahkan bahwa ibu yang tidak bekerja
memiliki anak dengan tingkat kemandirian tidak mandiri (42,3%), mandiri
sebagian (23,1%) dan mandiri penuh (34,6%). Sedangkan ibu bekerja
memiliki anak dengan tingkat kemandirian tingkat kemandirian tidak
mandiri (10,9%), mandiri sebagian (21,9%) dan mandiri penuh (67,2%).
Hasil uji statistik dengan chi-square tentang hubunganh.antara status
pekerjaan ibu dan tingkat kemandirian anak usia prasekolah .
Malau (2012) penelitianya tentang faktor eksternal yang
mempengaruhi kemandirian anak kelas 1 SDN 1 Pondok Cina Kota Depok
diperoleh hasil bahwa anak yang mempunyai orang tua tidak bekerja
mempunyai peluang 0,782 kali untuk memiliki tingkat kemandirian yang
baik dibanding anak dengan orang tua yang bekerja. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hernawati, Hastuti dan
Dewanggi (2012) menunjukkan hasil bahwa kemandirian anak
berhubungan signifikan dengan umur anak dan pendapatan keluarga.
Menurut Prezza et al (2001) dalam penelitianya menyatakan bahwa
pembatasan mobilitas seorang anak dapat mempengaruhi proses menunju
kemandirian anak. George, Guy, Ron dan Jennifer (2012) menambahkan
dalam penelitianya bahwa di Kanada seorang anak yang memiliki
kemandirian adalah yang memiliki orang tua yang bekerja, hal ini karena
mereka dapat belajar untuk mandiri.
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
43
H.KERANGKA TEORI
Gambar 1. Kerangka teori
Sumber : Soetjiningsih (2005) ; Kemendiknas (2012) dan Depkes (2009)
I. KERANGKA KONSEP
Gambar 2. Kerangka konsep
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian
anak usia dini:
a. Faktor internal
1. Faktor emosi
2. Faktor intelektua
b. Faktor eksternal
1. Lingkungan
2. Karakter sosial
3. Stimulasi
4. Pola asuh
5. Cinta dan kasih sayang
6. Pendidikan
7. Status pekerjaan
Kemandirian PHBS anak
prasekolah
PHBS :
1. Mencuci tangan dan
menggosok gigi
2. Mengkonsumsi makanan
yang bergizi
3. Menjaga kebersihan
lingkungan
4. Olahraga teratur
5. Mengatur waktu istirahat
dengan baik
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian
anak usia dini:
1. Pola asuh
2. Pendidikan
3. Status pekerjaan
Kemandirian PHBS anak
TK
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014
44
J. Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai suatu teori sementara yang kebenarannya perlu
di uji. Ada dua Hipotesis yaitu hipotesis statistik atau disebut juga Hipotesis
nol (Ho) dan Hipotesis kerja (Ha) disebut juga hipotesis alternatif. Hipotesis
penelitian adalah jawaban sementara penelitian atau dalil sementara yang
sebenarnya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoadmojo, 2002). Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Adanya hubungan pola asuh,
pendidikan dan pekerjaan orang tua terhadap kemandirian PHBS pada anak
prasekolah di TK Dewi Masyitoh 01 Desa Banyumudal Kecamatan Moga
Kabupaten Pemalang tahun 2014.
Hubungan Pola Asuh..., Dewi Aulicha Purnama, Keperawatan S1 UMP, 2014