BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penglihatan merupakan indera yang sangat penting dalam menentukan
kualitas hidup manusia. Indera penglihatan yang dimaksud adalah mata.
Tanpa mata, manusia mungkin tidak dapat melihat sama sekali apa yang ada
disekitarnya. Dalam penglihatan, mata mempunyai berbagai macam kelainan
refraksi. Kelainan refraksi tersebut antara lain seperti emetropia, miopia,
ametropia, presbiopia, hipermetropia, dan afakia. Kelainan refraksi
merupakan gangguan yang banyak terjadi di dunia tanpa memandang jenis
kelamin, usia, maupun kelompok etnis.1
Dalam hal ini dari semua kelainan refraksi yang ada, angka kejadian
miopia didunia terus meningkat, data WHO pada tahun 2004 menunjukkan
angka kejadian 10% dari 66 juta anak usia sekolah menderita kelainan
refraksi yaitu miopia. Puncak terjadinya miopia adalah pada usia remaja yaitu
pada tingkat SMA dan miopia paling sering banyak terjadi pada anak
perempuan daripada anak laki-laki, dengan perbandingan perempuan
terhadap laki-laki 1,4 : 1. Perbandingan serupa pada miopia tinggi adalah
3,5 : 1. Sebanyak 30% penderita miopia berasal dari keluarga dengan
golongan ekonomi menengah ke atas.1
1
Miopia merupakan salah satu gangguan penglihatan yang memiliki
prevalensi tinggi di dunia. Di Amerika Serikat, berdasarkan data yang
dikumpulkan dari 7.401 orang berumur 12-54 tahun oleh National Health and
Nutrition Examination Survey pada tahun 1971-1972 diperkirakan prevalensi
miopia di Amerika Serikat sebanyak 25%. Bila dibandingkan dengan Amerika
Serikat, Asia merupakan daerah yang memiliki prevalensi miopia yang lebih
tinggi, terutama pada masyarakat Cina dan Jepang. Pada awal 1930,
Rasmusssen memperkirakan prevalensi miopia kira-kira 70% di Cina, tetapi
prosedur pengambilan datanya tidak dijelaskan secara rinci. Di Taiwan
sekitar 4000 anak sekolah didiagnosa mengalami kelainan refraksi dengan
sikloplegia pada sebuah survey tahun 1983. Ada peningkatan
prevalensimiopia seiring dengan peningkatan umur, dari 4% umur 6 tahun
sampai sampai 40% pada umur 12 tahun. Lebih dari 70% dari umr 17 tahun
dan lebih dari 75% dari umur 18 tahun(Saw 1996). Di Indonesia, dari seluruh
kelompok umur (berdasarkan sensus penduduk tahun 1990), kelainan
refraksi (12,9%) merupakan penyebab low visison/penglihatan terbatas
terbanyak kedua setelah katarak (61,3%).2
Miopia adalah bentuk kelainan refraksi di mana sinar-sinar sejajar, pada
mata yang istirahat, akan dibiaskan pada suatu titik di depan retina. Faktor
Resikonya antara lain adalah genetika dan lingkungan. Bahwa membaca
atau kerja dekat dalam waktu yang lama menyebabkan miopia. Terdapat
korelasi kuat antara tingkat pencapaian pendidikan dan prevalensi serta
2
progresitivitas gangguan refraksi miopia. Individu dengan profesi yang
banyak membaca seperti pengacara, dokter, pekerja dengan mikroskop, dan
editor mengalami miopia derajat lebih tinggi. Miopia dapat berkembang tidak
hanya pada usia remaja, namun melewati usia 20-30 tahun. Gejala utama
miopia adalah gangguan penglihatan jarak jauh.1,3
Di Indonesia terutama anak-anak remaja yang golongan ekonomi
keluarganya menengah keatas mempunyai angka kejadian miopia yang
semakin meningkat. Banyak berpengaruh dalam perkembangan miopia
adalah aktivitas melihat dekat atau nearwork. Adanya kemajuan teknologi
dan telekomunikasi, seperti televisi, komputer, video game, dan lain-lain,
secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan aktivitas melihat
dekat.1
Faktor gaya hidup mendukung tingginya akses anak terhadap media
visual yang ada. Hampir seluruh murid di sekolah manapun di Indonesia rata-
rata mempunyai faktor-faktor yang menyebabkan miopia, salah satu faktor
yang Universitas Sumatera Utara televisi (94,5%), video game (39,4%), dan
komputer (15,7%). Tingginya akses terhadap media visual ini apabila tidak
diimbangi dengan pengawasan terhadap perilaku buruk, seperti jarak lihat
yang terlalu dekat serta istirahat yang kurang, tentunya dapat meningkatkan
terjadinya miopia.1
3
Oleh karena latar belakang inilah maka diperlukan penelitian-penelitian
lebih lanjut tentang tentang Karakteristik Penderita Miopia di Klinik Spesialis
Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun 2009-2010.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian untuk
menjawab pertanyaan yaitu, “Bagaimanakah Karakteristik Penderita Miopia di
Klinik Spesialis Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode
tahun 2009-2010?”
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik penderita miopia di Klinik Spesialis Mata
Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun 2009-2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik umur penderita miopia di Klinik Spesialis Mata
Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun 2009-2010.
2. Mengetahui karakteristik jenis kelamin penderita miopia di Klinik Spesialis
Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun 2009-
2010.
4
3. Mengetahui karakteristik pendidikan penderita miopia di Klinik Spesialis
Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun 2009-
2010.
4. Mengetahui karakteristik pekerjaan penderita miopia kerjaan di Klinik
Spesialis Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun
2009-2010.
5. Mengetahui karakteristik riwayat orangtua penderita miopia di Klinik
Spesialis Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun
2009-2010.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai bahan tambahan informasi ilmiah mengenai karakteristi penderita
miopia.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Untuk memberikan informasi tentang miopia sehingga masyarakat dapat
memahami dan mengetahui karakteristik penderita miopia.
1.4.3 Bagi Peneliti
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu
yang diperoleh semasa perkuliahan.
2. Dapat meningkatkan dalam mengaplikasikan dan menerapkan
pengetahuan statistik kedokteran ke dalam penelitian.
5
3. Dapat juga meningkatkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam
meneliti bidang penelitian.
1.4.4 Bagi Peneliti Lainnya
Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi peneliti
lainnnya untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
penelitian yang telah dilakukan penulis.
1.4.5 Bagi Klinik Spesialis Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar
Sebagai bahan masukan dalam hal perncanaan dan penanggulangan factor-
faktor yang mempengaruhi kejadian miopia.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Miopia
Istilah miopia sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2,
yang mana terbentuk dari dua kata, meyn yang berarti menutup, dan ops
yang berarti mata. Ini memang menyiratkan salah satu ciri - ciri penderita
miopia yang suka menyipitkan matanya ketika melihat sesuatu yang baginya
nampak kurang jelas, karena dengan cara ini akan terbentuk debth of focus
di dalam bola mata sehingga titik fokus yang tadinya berada di depan retina,
akan bergeser ke belakang mendekati retina.4
Miopia adalah kondisi di mana sinar - sinar sejajar yang masuk ke
bolamata titik fokusnya jatuh di depan retina. Miopia adalah bentuk kelainan
refraksi di mana sinar-sinar sejajar, pada mata yang istirahat, akan dibiaskan
pada suatu titik di depan retina.3,5
2.2 Etiologi
Miopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif
panjang dan disebut sebagai miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias
media yang tinggi, atau akibat indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu
kuat; dalam hal ini disebut sebagai miopia refratif.3,4
7
Faktor genetik dapat menurunkan sifat miopia ke keturunannya, baik
secara autosomal dominan maupun autosomal resesif. Selain faktor genetik,
menurut Curtin (2002) ada 2 mekanisme dasar yang menjadi penyebab
miopia yaitu :
a. Hilangnya bentuk mata (hilangnya pola mata), terjadi ketika kualitas
gambar dalam retina berkurang.
b. Berkurangnya titik fokus mata maka akan terjadi ketika titik fokus cahaya
berada di depan atau di belakang retina. Miopia akan terjadi karena bola
mata tumbuh terlalu panjang pada saat masih bayi. Dikatakan bahwa
semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka
semakin besar kemungkinan mengalami miopia. Ini karena organ mata
sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan.
Akibatnya, para penderita miopia umumnya merasa bayangan benda yang
dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina matanya, melainkan didepannya.1
Berikut ini adalah hal-hal umum yang bisa menyebabkan mata minus :6
1. Jarak terlalu dekat membaca buku, menonton televisi, bermain
videogames, main komputer, main hp ponsel, dll. Mata yang dipaksakan
dapat merusak mata. Pelajari jarak aman aktivitas mata kita agar selalu
terjaga kenormalannya.
2. Terlalu lama beraktifitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di
depan komputer, di depan layar monitor, di depan mesin, di depan berkas,
8
dan lain-lain. Mata butuh istirahat yang teratur dan sering agar tidak terus
berkontraksi yang monoton.
3. Tinggal di tempat yang sempit penuh sesak karena mata kurang
berkontraksi melihat yang jauh-jauh sehingga otot mata jadi tidak normal.
Atur sedemikian rupa ruang rumah kita agar kita selalu bisa melihat jarak
pandang yang jauh.
4. Kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti
membaca sambil tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca
di bawah sinar matahari langsung yang silau, menatap sumber cahaya
terang langsung, dan lain sebagainya.
5. Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok untuk
mata dapat mengganggu kesehatan mata seperti sering kelamaan
memakai helm, lama memakai kacamata yang tidak sesuai dengan mata
normal kita, dan sebagainya.
6. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata
sehingga kurang mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun
jika mata bekerja terlalu diporsir. Vitamin A, betakaroten, ekstrak billberry,
alpukat, dan lain sebagainya bagus untuk mata.
9
2.3 Klasifikasi
Dikenal beberapa bentuk miopia seperti:7
a. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
b. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti
terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih lebih cembung
sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia
indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea
dan lensayang terlalu kuat.
Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:3,7
a. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri
b. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri
c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk:7
a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa
b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan Miopia
pernisiosa = miopia maligna = miopia degenerative.
10
2.4 Faktor Resiko
2.4.1 Faktor Genetik
Orang tua yang mempunyai sumbu bolamata yang lebih panjang dari
normal akan melahirkan keturunan yang memiliki sumbu bolamata yang lebih
panjang dari normal pula. Anak dengan kedua orang tua menderita miopia
akan lebih beresiko menderita miopia dibanding anak dengan salah satu
orang tua menderita miopia atau kedua orang tua tanpa miopia. Pada
penelitian anak usia 6-12 th didapatkan angka kejadian miopia pada anak
dengan kedua orang tua miopia sebesar 12,2%. Sedangkan angka kejadian
miopia pada anak dengan salah satu orang tua miopia sebesar 8,2%, dan
pada anak dengan kedua orang tua normal sebesar 2,7%.4,8
2.4.2 Lingkungan
Bahwa membaca atau kerja dekat dalam waktu yang lama
menyebabkan miopia. Terdapat korelasi kuat antara tingkat pencapaian
pendidikan dan prevalensi serta progresitivitas gangguan refraksi miopia.
Individu dengan profesi yang banyak membaca seperti pengacara, dokter,
pekerja dengan mikroskop, dan editor mengalami miopia derajat lebih tinggi.
Miopia dapat berkembang tidak hanya pada usia remaja, namun melewati
usia 20-30 tahun. Iluminasi atau tingkat penerangan juga dianggap sebagai
faktor pencetus yang mempengaruhi timbulnya miopia pada faktor
lingkungan. Gangguan penerangan dapat menimbulkan gangguan
11
akomodasi mata, kontraksi otot siliar secara terus-menerus akan
menimbulkan gangguan refraksi mata yaitu miopia.1,4
2.5 Gambaran Klinis
2.5.1 Gejala subyektif :1,7,9
1. Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka
penderita miopia hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat,
sedangkan penglihatan kabur bila melihat objek jauh.
2. Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari
miopianya dapat disembuhkan.
3. Kecenderungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh
untuk mendapatkan efek “pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.
2.5.2 Gejala obyektif :3,9
1. Miopia simpleks :
a. Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang
relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak
menonjol.
b. Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang ringan di
sekitar papil saraf optik.
2. Miopia patalogik :
a. Gambaran pada segmen antierior serupa dengan miopia simpleks.
12
b. Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-
kelainan pada:
Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi
badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan
keadaan miopia.
Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, presen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal.
Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh
papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang
tak teratur.
Makula : berupa pigmentasi yang tak teratur.
Retina bagian perifer : berupa degenerasi kista retina bagian
perifer.
Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid
dan retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid
tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.
13
2.6 Diagnosis
Diagnosis dilakukan dengan melakukan Pengukuran Uji Miopia:14
1. Tujuan
Pemeriksaan dilakukan guna mengetahui derajat lensa negatif yang
diperlukan untuk memperbaiki tajam penglihatan sehingga penglihatan
menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan terbaik.
2. Dasar
Mata miopia mempunyai daya lensa positif yang lebih sehingga sinar
yang sejajar atau datang dari tidak terhingga difokuskan di depan
retina.
Lensa negatif menggeser bayangan benda ke belakang sehingga
dapat diatur tepat jatuh pada retina.
3. Teknik
Pasien duduk menghadap kartu snellen pada jarak 6 meter.
Pada mata dipasang bingkai percobaan.
Satu mata ditutup.
Pasien diminta membaca kartu snellen mulai huruf terkecil yang masih
dibaca.
Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam
penglihatan menjadi lebih baik ditambah kekuatannya perlahan-lahan
hingga dapat dibaca huruf pada baris terbawah.
14
Sampai terbaca baris 6/6.
Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.
4. Nilai
Bila dengan S -1.50 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S -1.75
penglihatan 6/6 – 2 sedang dengan S – 2.00 penglihatan 6/7.5 maka
pada keadaan ini derajat miopi mata yang diperiksa adalah S – 1.50
dan kaca mata dengan ukuran ini diberikan pada pasien.
Pada pasien miopia selamanya diberikan lensa sferis minus terkecil
yang memberikan tajam penglihatan terbaik.
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan Miopi meliputi:
a. Kacamata dan Kontak Lens (lensa konkaf)
Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan
menggunakan lensa konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang
melewati suatu lensa cekung akan menyebar. Bila permukaan refraksi
mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu
panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan
meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. Lensa cekung yang akan
mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan
demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina. Cara ini
15
paling mudah dan banyak dilakukan, yaitu dengan menggunakan
kacamata maupun lensa kontak.2,4,9
b. Operasi Refraksi (LASIK)
Metode operatif yang mulai populer di Indonesia saat ini adalah LASIK
(Laser-assisted in situ keratomileusis) yang mana laser digunakan
mengurangi lapisan kornea sehingga kornea menjadi lebih datar yang
menyebabkan bayangan benda lebih fokus ke retina.4,10,11,12
2.8 Pencegahan
Menurut Curtin (2002) ada cara untuk mencegah terjadinya miopia, yaitu
dengan:1,13
1. Melakukan kebiasaan baik seperti:
a. Biasakan anak duduk dengan posisi tegak sejak kecil.
b. Memegang alat tulis dengan benar.
c. Lakukan istirahat setiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca
atau menonton televisi.
d. Batasi jam untuk membaca.
e. Atur jarak membaca buku dengan tepat (kurang lebih 30 centimeter dari
buku) dan gunakan penerangan yang cukup.
f. Membaca dengan posisi tidur atau tengkurap bukanlah kebiasaan yang
baik.
16
2. Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha untuk melatih jauh atau
melihat jauh dan dekat secara bergantian dapat mencegah terjadinya
miopia.
3. Jika ada kelainan pada mata, kenali dan perbaiki sejak awal. Jangan
menunggu sampai ada gangguan mata. Jika tidak diperbaiki sejak awal,
maka kelainan yang ada bisa menjadi permanen. Contohnya bila ada bayi
prematur harus terus dipantau selama 4-6 minggu pertama di ruang
inkubator supaya dapat mencegah tanda-tanda retinopati.
4. Untuk anak dengan tingkat miopia kanan dan kiri tinggi, segera lakukan
konsultasi dengan dokter spesialis mata anak supaya tidak terjadi juling.
Dan selama mengikuti rehabilitasi tersebut, patuhilah setiap perintah
dokter dalam mengikuti program tersebut.
5. Walaupun sekarang ini sudah jarang terjadi defisiensi vitamin A, ibu hamil
tetap perlu memperhatikan nutrisi, termasuk pasokan vitamin A selama
hamil.
6. Periksalah mata anak sedini mungkin jika dalam keluarga ada yang
memakai kacamata.
7. Dengan mengenali keanehan, misalnya kemampuan melihat yang kurang,
maka segeralah melakukan pemeriksaan. Selain Curtin (2002) Menurut
Wardani (2009) ada cara lain untuk mencegah terjadinya miopia, yaitu
dengan:
17
a. Melakukan pemeriksaan mata secara berkala setiap 1 tahun sekali atau
sebelum 1 tahun bila ada keluhan (terutama yang telah memakai
kacamata).
b. Istirahat yang cukup supaya mata tidak cepat lelah.
c. Kurangi kebiasaan yang kurang baik untuk mata, misalnya membaca
sambil tiduran dengan cahaya yang redup. Jarak aman untuk membaca
adalah sekitar 30 cm dari mata dengan posisi duduk dengan
penerangan yang cukup baik (tidak boleh terlalu silau atau redup).
Lampu harus difokuskan pada buku yang dibaca.
d. Jaga jarak aman aman saat menonton televisi. Jarak yang ideal adalah
2 meter dari layar televisi dan usahakan posisi layar sejajar dengan
mata dan pencahayaan ruangan yang memadai.
e. Bila bekerja di depan komputer, usahakan setiap 1-1,5 jam sekali
selama 5-10 menit untuk memandang ke arah lain yang jauh, dengan
maksud untuk mengistirahatkan otot-otot bola mata. Dan jangan lupa
untuk sering berkedip supaya permukaan bola mata selalu basah.
f. Perbanyak konsumsi makanan, baik sayuran maupun buah-buahan yang
banyak mengandung vitamin A, C, E dan lutein yang berfungsi sebagai
antioksidan karotenoid pemberi warna kuning jingga pada sayuran dan
buah-buahan.
2.9 Prognosis
18
Miopia sangat dipengaruhi oleh usia. Setiap derajat miopia pada usia
kurang dari 4 tahun harus dianggap serius. Pada usia lebih dari 4 tahun dan
terutama 8-10 tahun, miopia sampai dengan -6 D harus diawasi dengan hati-
hati. Jika telah melewati usia 21 tahun tanpa progresivitas serius maka
kondisi miopia dapat diharapkan telah menetap dan prognosis dianggap
baik.1
Pada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple prognosisnya baik
bila penderita miopia memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk
kesehatan. Bila progresif miopia prognosisnya buruk terutama bila di sertai
oleh perubahan koroid dan vitreus, sedangkan pada miopia maligna
prognosisnya sangat jelek.9
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
19
3.1 Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun
kerangka teori sebagai berikut:
3.2 Kerangka Konsep
20
MIOPIA
Genetik
Berkurangnya titik fokus
mata
Faktor Resiko
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Riwayat Orang tua
Keterangan:
= Variabel dependent
= Variabel independent
3.3 Definisi Operasional Variabel dan Kriteria Objektif
21
MIOPIA
Jenis Miopia
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Riwayat Orangtua
Definisi operasional sangat dibutuhkan untuk membatasi ruang atau
pengertian variabel-variabel penelitian dan akan memudahkan untuk
mengukurnya. Definisi operasional variabel adalah rumusan pengertian
variabel-variabel yang diamati, diteliti, dan diberi batasan.
1. Jenis miopia
Miopia adalah kondisi di mana sinar - sinar sejajar yang masuk ke
bolamata titik fokusnya jatuh di depan retina.3
Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:3,7
a. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.
b. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri.
c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.
2. Umur
Lama waktu hidup dimulai sejak dilahirkan sampai tercatat miopia
dalam satuan tahun.15
3. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah yang membedakan seks laki-laki dan seks
perempuan penderita miopia.15
Kriteria objektif:
Laki-laki
Perempuan
4. Pendidikan
22
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang tertinggi dan
mempunyai ijazah resmi.15
Kriteria objektif:
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
dll
5. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
pendapatan.15
Kriteria objektif:
Siswa
Mahasiswa
Pengacara
Dokter
Editor
dll
6. Riwayat orang tua
Riwayat orang tua artinya penderita mempunyai salah satu atau kedua orang
tua yang mengalami miopia.
23
Kriteria objektif:
Ada: salah satu atau kedua orang tua mengalami miopia
Tidak ada: kedua orang tua tidak mengalami miopia
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
24
4.1 Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross sectional yang dimaksudkan untuk mengetahui
karakteristik pada penderita miopia.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Spesialis Mata Orbita Celebes Eye
Center Makassar.
4.2.2 Waktu Penelitian
Waktu pengumpulan data akan mulai dilakukan pada tanggal
…….......... s/d ……........2011.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Semua penderita miopia yang pernah berobat di Klinik Spesialis Mata
Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun 2009-2010
4.3.2 Sampel
25
Seluruh populasi yaitu semua pasien penderita miopia yang pernah di
Klinik Spesialis Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode
tahun 2009-2010 dan memenuhu kriteria inklusi.
Kriteria inklusi:
Pasien yang tercatat dan memiliki status
Kriteria eksklusi:
Pasien tidak memiliki status
Pasien memiliki status namun data yang dibutuhkan tidak lengkap
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Sampel diambil dengan cara “total sampling” yang berasal dari rekam
medik Klinik Spesialis Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada
periode tahun 2009-2010. Yang meliputi sampel adalah pasien yang
didiagnosis menderita miopia.
4.5 Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan sistem Excel,
metode statistik yang akan digunakan adalah distribusi frekuensi dan
hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel disertai penjelasan.
26