1
399333
KATA PENGANTAR
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan
yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang
didasarkan pada data dan informasi yang sudah dipublikasikan oleh
Kementerian/Lembaga, instansi internasional, maupun hasil dari diskusi terbatas
perkembangan ekonomi yang dilakukan bersama dengan beberapa
Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi ekonomi.
Publikasi triwulan IV tahun 2018 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai
perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan IV tahun 2018. Dari sisi
perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat
dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi
perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia
triwulan IV tahun 2018 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan
investasi dan kerja sama internasional, industri dalam negeri, serta perekonomian
daerah.
Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak
perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun
dari pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan
publikasi ini dapat tercapai.
Jakarta, Maret 2018
Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS
i
Ringkasan Eksekutif
Pada tahun 2018, perekonomian global diperkirakan tumbuh mencapai 3,7 persen,
menurun 0,2 persen bila dibandingkan proyeksi sebelumnya pada bulan Oktober
2018. Pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi global diprediksi sebesar 3,5
persen, juga menurun dari perkiraan bulan Oktober tahun 2018. Penurunan
tersebut disebabkan pertumbuhan yang lebih rendah dari ekspektasi pada negara-
negara maju seperti Amerika Serikat dan kawasan Eropa. Pada 2019, isu hambatan
perdagangan masih menjadi pendorong perlambatan perekonomian.
Perekonomian Tiongkok tumbuh sedikit melambat pada triwulan IV tahun 2018
menjadi 6,4 persen (YoY) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,5
persen (YoY). Meredanya tekanan perang dagang antara AS dan Tiongkok serta
stimulus kebijakan moneter bank sentral Tiongkok membantu perekonomian
Tiongkok tetap stabil. Tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) dan Jepang
mengalami kenaikan. Peningkatan pengangguran di Amerika Serikat (AS)
disebabkan oleh pertumbuhan angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan
sementara di Jepang sebagian diakibatkan oleh diterbitkannya undang-undang
yang mendorong kenaikan jumlah pekerja asing.
Ketidakpastian perekonomian global masih menjadi tantangan bagi Indonesia
hingga akhir 2018. Meskipun begitu, perekonomian Indonesia pada triwulan IV
tahun 2018 mampu tumbuh sebesar 5,18 persen (YoY), meskipun sedikit lebih
rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2017 yang sebesar 5,19 persen (YoY).
Pertumbuhan tersebut dipengaruhi kondisi perekonomian global yang mengalami
perlambatan, dan volume perdagangan dunia yang menurun akibat perang dagang
antara Amerika dengan Tiongkok. Secara regional, rata-rata pertumbuhan ekonomi
mengalami pertumbuhan positif kecuali Maluku dan Papua. Perekonomian Maluku
dan Papua mengalami kontraksi menjadi -9,4 persen (YoY), setelah menjadi yang
tertinggi pada triwulan sebelumnya. Perlambatan ini dipengaruhi oleh penurunan
yang signifikan di sektor Pertambangan dan Penggalian.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2018 mengalami
surplus sebesar USD5,4 miliar, meningkat dibandingkan dengan triwulan IV tahun
2017 yang mengalami surplus USD0,97 miliar. Surplus yang lebih tinggi tersebut
terutama dipengaruhi oleh surplus transaksi modal dan finansial yang lebih tinggi
meskipun neraca transaksi berjalan mengalami defisit yang lebih besar. Dari sisi
neraca perdagangan, nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2018
sebesar USD45,1 miliar. Sementara itu, total impor Indonesia sampai dengan
triwulan IV tahun 2018 mencapai USD49,9 miliar. Cadangan devisa Indonesia pada
ii
triwulan IV tahun 2018 mencapai USD120,7 miliar atau setara dengan 6,5 bulan
impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Pada awal triwulan IV tahun 2018 nilai mata uang Rupiah melemah terhadap
Dollar (USD), dipengaruhi tekanan yang berasal dari faktor eksternal. Peningkatan
ketidakpastian global, termasuk didalamnya risiko ketegangan hubungan dagang
Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, peningkatan suku bunga The Fed, serta
fluktuasi harga minyak mentah merupakan faktor utama yang memberi tekanan
terhadap Rupiah. Pada akhir triwulan IV nilai tukar Rupiah mengalami penguatan
menjadi Rp14.390 yang dipengaruhi peningkatan aliran masuk modal asing. Pada
tahun 2018 inflasi cenderung stabil dan terkontrol dalam kisaran target yang telah
ditetapkan di rentang 3,5±1 persen.
Realisasi pendapatan negara dan hibah hingga akhir tahun 2018 mencapai
Rp1.942,3 triliun atau 102,5 persen dari target APBN 2018. Capaian positif ini
didukung oleh kenaikan seluruh komponen Pendapatan Negara dan Hibah,
terutama Penerimaan Perpajakan dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Sementara itu, realisasi belanja negara hingga akhir 2018 mencapai Rp2.202,2
triliun atau 99,2 persen dari target APBN. Realisasi tersebut lebih tinggi dari
realisasi pada tahun 2017, yaitu sebesar 94,1 persen dari target APBN.
Kontribusi PMTB terhadap PDB pada triwulan IV tahun 2018 sebesar 33,8 persen.
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada triwulan
IV tahun 2018 mencapai Rp86,9 triliun, atau tumbuh sebesar 28,5 persen (YoY)
disbanding triwulan IV tahun 2017. Sementara itu, realisasi Penanaman Modal
Asing (PMA) pada triwulan IV tahun 2018 turun sebesar 11,6 persen (YoY)
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi PMA mengalami
penurunan di semua sektor, yang masing-masing sebesar 22,2 persen (YoY); 9,8
persen (YoY) dan 8,8 persen (YoY) pada sektor primer, sekunder dan tersier.
Penjualan mobil pada tahun 2018 mencapai 1.151.291 unit, meningkat 6,64 persen
dibandingkan penjualan pada tahun 2017. Kenaikan produksi dan penjualan untuk
jenis mobil truk dan kendaraan sport sejalan dengan meningkatnya investasi untuk
kendaraan sekaligus meningkatnya konsumsi masyarakat. Sementara itu,
penjualan motor terus melanjutkan tren pertumbuhan positif sejak awal tahun.
Penjualan motor mencapai 1,66 juta atau tumbuh sebesar 7,44 persen.
Peningkatan penjualan motor didorong oleh perbaikan daya beli masyarakat dan
sejalan dengan kenaikan harga komoditas di pasar internasional.
iii
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ........................................................... 3
Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................... 3
Tingkat Pengangguran ............................................................................ 5
Perkembangan Inflasi Negara-Negara Global......................................... 6
Suku Bunga Kebijakan Beberapa Bank Sentral ....................................... 8
Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD ..................................................... 9
Perkembangan Harga Komoditas di Pasar Internasional ....................... 12
Harga Minyak Dunia dan Gas Alam .............................................. 13
Cadangan Devisa ..................................................................................... 13
Perkiraan Ekonomi Dunia ....................................................................... 14
Risiko Global ........................................................................................... 16
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA .................................................... 21
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .......................................................... 21
Perkembangan Ekonomi Daerah ............................................................ 28
Indeks Tendensi Konsumen dan Indeks Tendensi Bisnis ........................ 34
Indeks Tendensi Konsumen .......................................................... 34
Indeks Tendensi Bisnis .................................................................. 35
Indeks Keyakinan Konsumen .................................................................. 36
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI .......................................................... 41
Pertumbuhan Industri Pengolahan......................................................... 41
Data Penjualan Komoditas Industri Utama ............................................ 44
Manufacturing Purchasing Manager Index (PMI)................................... 44
Investasi Sektor Industri Pengolahan ..................................................... 48
Perkembangan Sektor Pariwisata ........................................................... 51
Pertumbuhan Wisatawan Mancanegara ...................................... 51
PERKEMBANGAN KEUANGAN NEGARA...................................................... 55
Pendapatan Negara dan Hibah ............................................................... 55
Belanja Pemerintah ................................................................................ 55
Pembiayaan Pemerintah ........................................................................ 60
Posisi Utang Pemerintah ......................................................................... 60
v
Surat Berharga Negara ................................................................. 61
Pinjaman Luar Negeri ................................................................... 62
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA ........................................... 67
Perdagangan Luar Negeri ....................................................................... 67
Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia .......................... 67
Perkembangan Ekspor .................................................................. 67
Perkembangan Impor ................................................................... 73
Perkembangan Kerjasama Ekonomi Internasional....................... 77
Isu Terkini Kerjasama Ekonomi Internasional .............................. 82
Perdagangan Dalam Negeri .................................................................... 85
Perkembangan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor ........................................................................ 85
Perkembangan Koefisien Variasi Harga Antarwaktu dan
Antarwilayah ................................................................................ 85
PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN .................................................. 91
Transaksi Berjalan ................................................................................... 93
Perkembangan Neraca Perdagangan ........................................... 93
Neraca Pendapatan ...................................................................... 95
Neraca Modal dan Finansial ................................................................... 96
Cadangan Devisa ..................................................................................... 97
PERKEMBANGAN INVESTASI ..................................................................... 103
Perkembangan Investasi ......................................................................... 103
Realisasi Investasi ................................................................................... 104
Realisasi Per Sektor ...................................................................... 104
Realisasi Per Lokasi ....................................................................... 106
Realisasi per Negara ..................................................................... 108
PERKEMBANGAN MONETER DAN PASAR KEUANGAN ................................ 111
Perkembangan Moneter ......................................................................... 111
Nilai Tukar Rupiah ........................................................................ 111
Inflasi ............................................................................................ 111
Jumlah Uang Beredar ................................................................... 117
Suku Bunga Kebijakan Bank Indonesia ......................................... 117
Kesimpulan ................................................................................... 119
Perkembangan Sektor Jasa Keuangan .................................................... 119
Perkembangan Perbankan ........................................................... 121
Perkembangan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) ................... 121
vi
Perkembangan Pasar Modal ........................................................ 129
Perkembangan Pasar Saham ........................................................ 130
Perkembangan Pasar Obligasi ...................................................... 130
Perkembangan Sektor Jasa Keuangan Syariah ............................. 132
LAMPIRAN ................................................................................................ 139
Lampiran 1: Inflasi 82 Kabupaten/Kota (YoY) ......................................... 139
Lampiran 2: Inflasi 82 Kabupaten/Kota (MtM) ....................................... 140
Lampiran 3: Nilai Tukar Mata Uang ........................................................ 141
vii
DAFTAR TABEL Tabel 1. Tingkat Inflasi Global Triwulan IV Tahun 2018 (% (YoY))............................ 7
Tabel 2. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara, Tahun 2018 (%) ........................ 9
Tabel 3. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih, Tahun 2018 ................ 12
Tabel 4. Perkembangan Harga Minyak dan Gas Dunia, Tahun 2017-2018 ............ 14
Tabel 5. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral, Tahun 2018
(miliar USD) ............................................................................................... 15
Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF, Tahun 2016-2018 ............. 16
Tabel 7. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Menurut ADB, Tahun 2017-2019
(YoY) .......................................................................................................... 18
Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV
Tahun 2018 Menurut Lapangan Usaha (YoY) ........................................... 24
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV
Tahun 2018 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) .......................... 26
Tabel 10. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Maluku dan Papua
Tahun 2017-2018 ...................................................................................... 29
Tabel 11. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi
Tahun 2017-2018 ...................................................................................... 30
Tabel 12. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa
Tahun 2017-2018 ...................................................................................... 30
Tabel 13. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sumatera
Tahun 2017-2018 ...................................................................................... 32
Tabel 14. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Bali dan Nusa
Tenggara Tahun 2017-2018 ...................................................................... 32
Tabel 15. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Kalimantan
Tahun 2017-2018 ...................................................................................... 33
Tabel 16. Indeks Tendensi Konsumen Tahun 2017–Tahun 2018 Menurut Sektor
dan Variabel Pembentuknya .................................................................... 34
Tabel 17. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan III dan Triwulan IV
Tahun 2018 Menurut Lapangan Usaha dan Komponen Pembentuknya . 36
Tabel 18. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari – Juli 2018..................... 37
Tabel 19. Perkembangan Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah,
2012 – 2018 (triliun Rp) ............................................................................ 55
Tabel 20. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa,
Tahun 2012-2018 (triliun Rp) ................................................................... 60
Tabel 21. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN,
2017 - 2018 (triliun Rp) ............................................................................. 61
Tabel 22. Posisi Kepemilikan SBN Rupiah yang Diperdagangkan,
Tahun 2012 – 2018 (triliun Rp) ................................................................. 62
viii
Tabel 23. Posisi Utang Luar Negeri Berdasarkan Kreditur,
2012 - November 2018 (miliar USD)......................................................... 64
Tabel 24. Neraca Perdagangan dan Tingkat Pertumbuhan Ekspor dan Impor
Tahun 2017 Dan 2018 ............................................................................... 67
Tabel 25. Perkembangan Ekspor sampai dengan Triwulan IV
Tahun 2018 (juta USD).............................................................................. 69
Tabel 26. Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Golongan Barang
Terpilih sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 ..................................... 70
Tabel 27. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Berdasarkan Golongan Barang
Terpilih sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 ..................................... 71
Tabel 28. Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Negara Tujuan
Utama sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018....................................... 72
Tabel 29. Perkembangan Impor sampai dengan Triwulan IV
Tahun 2018 (juta USD).............................................................................. 74
Tabel 30. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Berdasarkan Golongan Barang
Terpilih sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 ..................................... 75
Tabel 31. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Berdasarkan Negara Asal Utama
sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 .................................................. 76
Tabel 32. Status Perjanjian Ekonomi Internasional ................................................. 77
Tabel 33. Persentase Nilai Ekspor yang Menggunakan SKA terhadap Total Ekspor
Indonesia Periode Januari-Agustus Per Tahun (Direct Only) .................... 78
Tabel 34. Persentase Nilai Ekspor yang Menggunakan SKA terhadap Total Ekspor
Indonesia Periode Januari-Desember Per Tahun (Direct Only) ................ 78
Tabel 35. Kinerja Perdagangan Sektor Migas Indonesia dengan Beberapa Negara
Mitra FTA (juta USD) ................................................................................. 80
Tabel 36. Kinerja Perdagangan Sektor Non Migas Indonesia dengan Beberapa
Negara Mitra FTA (Juta USD) .................................................................... 81
Tabel 37. Perkembangan PDB Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 ................... 85
Tabel 38. Harga Barang Kebutuhan Pokok Tingkat Nasional sampai dengan
Triwulan IV Tahun 2018 (Rupiah) ............................................................. 85
Tabel 39. Koefisien Variasi Harga Antarwaktu Barang Kebutuhan Pokok Tingkat
Nasional sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 ................................... 86
Tabel 40. Koefisien Variasi Harga Antarwilayah Barang Kebutuhan Pokok Tingkat
Nasional sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 ................................... 86
Tabel 41. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV
Tahun 2018 (miliar USD) ........................................................................... 92
Tabel 42. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi PMTB Triwulan IV Tahun 2018 ..... 103
Tabel 43. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi PMDN dan PMA
Triwulan IV Tahun 2018 Berdasarkan Sektor ......................................... 104
ix
Tabel 44. Lima Besar Sektor Realisasi PMA dan PMDN Triwulan IV Tahun 2018 .. 105
Tabel 45. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi PMA
Triwulan IV Tahun 2018 Berdasarkan Lokasi (juta USD) ........................ 106
Tabel 46. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi PMDN
Triwulan IV Tahun 2018 Berdasarkan Lokasi (triliun Rp) ........................ 106
Tabel 47. Lima Besar Provinsi Lokasi Investasi Triwulan IV Tahun 2018 ............... 106
Tabel 48. Lima Besar Negara Asal Realisasi PMA Triwulan IV Tahun 2018 ........... 108
Tabel 49. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan IV Tahun 2018 .................................. 114
Tabel 50. Tingkat Inflasi Domestik Berdasarkan Komponen,
Oktober – Desember 2018 ..................................................................... 115
Tabel 51. Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM), Oktober – Desember 2018 ........ 115
Tabel 52. Suku Bunga Operasi Moneter BI 7 Day Reverse Repo Rate Triwulan IV,
Tahun 2018 (persen) .............................................................................. 119
Tabel 53. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional
di Indonesia 2017–2018 ......................................................................... 125
Tabel 54. Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Sektor 2017–2018 ..................... 134
Tabel 55. Nilai Tukar Mata Uang ............................................................................ 141
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Tahun 2018 di Beberapa
Negara (Yoy) .......................................................................................... 3
Gambar 2. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara sampai dengan Tahun
2016 ....................................................................................................... 6
Gambar 3. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD Per
Akhir Oktober 2018-Januari 2019 (%) ................................................. 11
Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2015-Triwulan IV
Tahun 2018 (Persen) ........................................................................... 21
Gambar 5. Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar Indonesia
pada Triwulan IV Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018 (Persen) ........ 28
Gambar 6. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV
Tahun 2018 .......................................................................................... 35
Gambar 7. Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan Nonmigas Tahun 2011-2018
(Yoy, Persen) ........................................................................................ 41
Gambar 8. Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas 2018
(Yoy, Persen) ........................................................................................ 42
Gambar 9. Komposisi Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Pengolahan
Nonmigas Semester I 2018 .................................................................. 43
Gambar 10. Nilai dan Pertumbuhan Ekspor Produk Industri Pengolahan
Nonmigas ............................................................................................. 44
Gambar 11. Kinerja Produksi Mobil ........................................................................ 45
Gambar 12. Kinerja Penjualan Mobil ...................................................................... 46
Gambar 13. Kinerja Penjualan Motor ..................................................................... 47
Gambar 14. Kinerja Penjualan Semen ..................................................................... 47
Gambar 15. Purchasing Manager Index Indonesia ................................................ 48
Gambar 16. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sektor Industri
Pengolahan ......................................................................................... 49
Gambar 17. Penanaman Modal Asing (PMA) Sektor Industri Pengolahan ............. 50
Gambar 18. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Mancanegara (Yoy, Persen) .......... 51
Gambar 19. Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan (Triliun Rp) .................. 56
Gambar 20. Realisasi Komponen PNBP (Triliun Rp) ................................................ 56
Gambar 21. Perkembangan Realisasi Belanja Negara (% terhadap Target APBN) . 57
Gambar 22. Perkembangan Komponen Belanja Negara (% terhadap Target
APBN) .................................................................................................. 57
Gambar 23. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Komponen Tahun
2018 ..................................................................................................... 58
Gambar 24. Realisasi Belanja Modal dan Subsidi (% Terhadap Target APBN) ........ 59
Gambar 25. Perkembangan Realisasi Defisit APBN, (Rp Triliun dan %PDB) ........... 60
Gambar 26. Perkembangan Utang Pemerintah Pusat, 2013-2018 ......................... 61
xi
Gambar 27. Komposisi Kepemilikan SBN Oleh Asing Berdasarkan Tenor
(% Total SBN) ....................................................................................... 63
Gambar 28. Nilai Ekspor Indonesia sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018
(Miliar USD) ......................................................................................... 68
Gambar 29. Nilai Impor Indonesia sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 .......... 73
Gambar 30. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV
Tahun 2018 (Miliar USD) .................................................................... 91
Gambar 31. Neraca Perdagangan Barang Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV
Tahun 2018 .......................................................................................... 93
Gambar 32. Neraca Perdagangan Jasa Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun
2018 (Miliar USD) ................................................................................ 94
Gambar 33. Neraca Perdagangan Jasa Perjalanan dan Transportasi Triwulan I
Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018 .................................................. 95
Gambar 34. Neraca Pendapatan Investasi Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV
Tahun 2018 (Miliar USD) .................................................................... 96
Gambar 35. Pendapatan Sekunder Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018
(Miliar USD) ......................................................................................... 97
Gambar 36. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan
IV Tahun 2018 (Miliar USD) ................................................................. 98
Gambar 37. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Rp Per USD) ...... 112
Gambar 38. Real Effective Exchange Rate Asean-5, Desember 2011 – Desember
2018 (2010=100) ............................................................................... 113
Gambar 39. Perkembangan Indeks Harga Pangan Strategis Nasional, 2018
(2018=100) ........................................................................................ 116
Gambar 40. Perkembangan Uang Beredar Triwulan IV Tahun 2018 .................... 118
Gambar 41. Perkembangan Kinerja Bank Umum Konvensional di Indonesia
2016 – 2018 ....................................................................................... 121
Gambar 42. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional di
Indonesia 2016 – 2018 ...................................................................... 122
Gambar 43. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional di Indonesia
2016 – 2018 ....................................................................................... 124
Gambar 44. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdasarkan Sektor
Ekonomi ............................................................................................. 127
Gambar 45. Pertumbuhan Total Aset Industri Asuransi 2016 – 2018 .................. 128
Gambar 46. Pertumbuhan Jumlah Aset Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun
2016 – 2018 ....................................................................................... 129
Gambar 47. Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham
2016 – 2018 ....................................................................................... 130
Gambar 48. Perkembangan Obligasi Korporasi 2016 – 2018................................ 131
Gambar 49. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah 2016 – 2018 .................. 132
xii
Gambar 50. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah 2016 – 2018 .......... 133
Gambar 51. Perkembangan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ISSI dan JII
2016 – 2018 ....................................................................................... 135
Gambar 52. Perkembangan Sukuk Korporasi (Outstanding) 2016 – 2018 ............ 136
Gambar 53. Pertumbuhan Aset IKNB Syariah 2016 – 2018 ................................... 137
Gambar 54. Inflasi YoY 82 Kabupaten/Kota Oktober – Desember 2018 ............... 139
Gambar 55. Inflasi MtM 82 Kabupaten/Kota Oktober – Desember 2018 ............. 140
xiii
1
2
3
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2018
sebesar 3,7 persen berdasarkan proyeksi pada
bulan Oktober 2018. Pada tahun 2019
pertumbuhan ekonomi global diprediksi turun
menjadi 3,5 persen, lebih rendah dari perkiraan
bulan Oktober tahun 2018 sebesar 3,6 persen.
Penurunan ini disebabkan oleh pertumbuhan
ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat dan
Eropa yang cenderung lebih rendah dari ekspektasi.
Pada 2019, isu hambatan perdagangan hingga era
normalisasi kebijakan moneter menjadi beberapa
faktor yang mendorong perlambatan tersebut.
Pada triwulan IV tahun 2018, pergerakan harga
beberapa komoditas internasional cenderung
turun. Harga komoditas pertanian seperti kopi, teh
serta komoditas energi seperti minyak, gas dan
batubara mengalami penurunan. Demikian juga
dengan harga komoditas logam yang juga
mengalami tren yang sama.
Pertumbuhan Ekonomi
Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh 3,1 persen
(YoY) pada triwulan IV tahun 2018. Pendorong
utama pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan IV
adalah meningkatnya pertumbuhan investasi yang
mencapai 4,8 persen (YoY), khususnya investasi non
residensial (7,2 persen, YoY). Pada sisi lain, ekspor
maupun impor tumbuh lebih lambat dibandingkan
triwulan III tahun 2018. Impor tumbuh sebesar 3,5
persen (YoY), tumbuh lebih tinggi dibandingkan
dengan ekspor yang tumbuh 2,3 persen (YoY) pada
triwulan IV tahun 2018.
Harga komoditas internasional cenderung turun, khususnya komoditas pertanian, energi dan logam.
Pada tahun 2018 dan 2019, pertumbuhan ekonomi global diproyeksi masing-masing sebesar 3,7 dan 3,5 persen.
Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh 3,1 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018.
4
Pertumbuhan ekonomi Kawasan Eropa pada triwulan IV tahun 2018 cenderung melambat dibandingkan triwulan III tahun 2018
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Tahun 2018 di Beberapa Negara (YoY)
Sumber: BEA, ECB, NBC, SingStat, Statistics Japan (diolah)
Pertumbuhan negara-negara di Kawasan Eropa
pada triwulan IV tahun 2018 secara umum tumbuh
lebih lambat dibandingkan dengan triwulan III
tahun 2018. Pertumbuhan ekonomi Italia menurun
paling tajam, dari sebelumnya 0,64 persen (YoY)
pada triwulan III tahun 2018, menjadi 0,08 persen
(YoY) pada triwulan IV tahun 2018. Jerman juga
mengalami perlambatan ekonomi yang cukup
berarti, dari sebelumnya 1,16 persen (YoY) pada
triwulan III tahun 2018, menjadi 0,64 persen pada
triwulan IV tahun 2018.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok bergerak stabil
pada triwulan IV tahun 2018 dengan pertumbuhan
sebesar 6,4 persen (YoY). Angka ini sedikit
melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi
triwulan III tahun 2018 yang besarnya 6,5 persen
(YoY). Faktor meredanya tekanan perang dagang
antara AS dan Tiongkok serta stimulus kebijakan
moneter bank sentral Tiongkok mendorong
pertumbuhan ekonomi Tiongkok cenderung stabil.
Perekonomian Jepang tumbuh 0,3 persen (YoY)
pada triwulan IV tahun 2018, lebih lambat
1,9 2,1
2,3 2,5 2,6
2,9 3 3,1
2
2,5 2,7 2,7
2,4 2,2
1,6 1,2
6,9 6,9 6,8 6,8 6,8 6,7 6,5 6,4
1,5 1,4 1,7
1,5
0,9 1 0,6
0,3
2,5
3
5,5
3,6
4,6
4,1
2,4
1,9
I II III IV I II III IV
2017 2018
Amerika Serikat
Uni Eropa
Tiongkok
Jepang
Singapura
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok bergerak stabil pada triwulan IV tahun 2018 sebesari 6,4 persen (YoY).
Perekonomian Jepang tumbuh 0,3 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018.
5
dibandingkan periode triwulan III tahun 2018 yang
tumbuh 0,6 persen (YoY). Perlambatan ini didorong
oleh pertumbuhan impor yang lebih tinggi
dibandingkan ekspor pada triwulan IV tahun 2018.
Sepanjang periode tersebut, impor tumbuh 7,4
persen. Sementara ekspor hanya tumbuh 4,5
persen.
Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran Brazil pada triwulan IV tahun
2018 mengalami penurunan hingga level 11,6
persen. Penurunan tingkat pengangguran telah
terjadi sejak triwulan I tahun 2018. Pasar tenaga
kerja membaik seiring diadakannya pemilihan
umum presiden di Brazil pada bulan Oktober 2018.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Brazil yang mulai
mengalami perbaikan juga mendorong penurunan
tingkat pengangguran.
Tingkat pengangguran di AS meningkat pada
triwulan IV tahun 2018. Pada periode tersebut,
tingkat pengangguran mencapai 3,9 persen lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
besarnya 3,7 persen. Peningkatan ini didorong
pertumbuhan angkatan kerja yang belum memiliki
pekerjaan.
Tingkat pengangguran Jepang pada triwulan IV
tahun 2018 naik tipis ke level 2,5 persen
dibandingkan dengan triwulan III tahun 2018 yang
besarnya 2,4 persen. Kenaikan ini didorong
semakin ketatnya pasar tenaga kerja di Jepang. Di
sisi lain, pemerintah Jepang telah menerbitkan
Undang-Undang yang mendorong kenaikan jumlah
pekerja asing, sehingga pasar tenaga kerja
domestik semakin ketat dan mendorong kenaikan
tingkat pengangguran.
Pasar tenaga kerja di Singapura juga sedikit
mengalami kenaikan pada triwulan IV tahun 2018
Tingkat pengangguran Brazil pada triwulan IV tahun 2018 sebesar 11,6 persen.
Tingkat pengangguran Jepang pada triwulan IV tahun 2018 naik tipis.
Pasar tenaga kerja di Singapura meningkat.
Tingkat pengangguran di Amerika Serikat mengalami kenaikan pada triwulan IV tahun 2018.
6
ke level 2,2 persen dari sebelumnya 2,1 persen
pada triwulan III tahun 2018. Hal ini didorong oleh
jumlah pencari kerja yang terus meningkat di
Singapura sepanjang tahun 2018.
Gambar 2. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara sampai dengan Tahun 2016
Sumber: Bloomberg (diolah)
Perkembangan Inflasi Negara-Negara Global
Perkembangan inflasi global pada triwulan IV tahun
2018 cenderung turun. Inflasi di Brazil pada
Desember 2018 sebesar 3,8 persen (YoY). Angka ini
lebih rendah dibandingkan realisasi periode
Oktober dan November 2018 yang di atas 4 persen.
Penurunan inflasi didorong penurunan harga di
sektor transportasi serta kebijakan devaluasi mata
uang. Kondisi ini mendorong inflasi masih berada di
dalam target bank sentral yaitu 4,5±1,5 persen.
Inflasi di India pada Desember 2018 sebesar 2,2
persen (YoY). Realisasi ini lebih rendah
dibandingkan periode Oktober dan November
2018. Hal ini didorong oleh penurunan harga-harga
bahan makanan, bahan bakar dan pakaian.
Inflasi di Brazil pada bulan Desember 2018 turun hingga ke level 3,8 persen.
Inflasi India pada bulan Desember 2018 berada di posisi terendah selama periodetriwulan IV tahun 2018.
7
Inflasi Tiongkok sepanjang triwulan IV tahun 2018
juga mengalami tren penurunan. Faktor
perlambatan ekonomi di Tiongkok sebagai dampak
dari meningkatnya eskalasi perang dagang dengan
Amerika Serikat. Pada Desember 2018, Tingkat
inflasi Tiongkok sebesar 1,9 persen (YoY) atau turun
0,6 persen sejak Oktober 2018.
Tingkat inflasi Singapura selama triwulan IV tahun
2018 bergerak fluktuatif. Pada November 2018,
tingkat inflasi mencapai 0,3 persen (YoY) atau turun
dibandingkan Oktober 2018 sebesar 0,7 persen
(YoY). Namun pada Desember 2018, inflasi kembali
naik dan berada di level 0,5 persen (YoY).
Sementara di kawasan Eropa, pertumbuhan inflasi
juga cenderung melambat. Tingkat inflasi di Uni-
Eropa pada Desember 2018 hanya tumbuh 1,6
persen (YoY) atau lebih rendah dibandingkan bulan
Oktober dan November 2018.
Inflasi di Inggris juga tumbuh rendah. Sepanjang
triwulan IV tahun 2018, pergerakan inflasi hanya
tumbuh di bawah 2,5 persen. Pada Desember 2018,
Inflasi di Inggris sebesar 2,1 persen (YoY).
Tabel 1. Tingkat Inflasi Global Triwulan IV Tahun 2018 (persen (YoY))
Okt Nov Des
Indonesia 3,2 3,1 2,8
BRIC
Brazil 4,6 4,1 3,8
Russia 3,5 3,8 4,3
India 3,4 2,3 2,2
Tiongkok 2,5 2,2 1,9
ASEAN
Singapura 0,7 0,3 0,5
Malaysia 0,6 0,2 0,2
Thailand 1,2 0,9 0,4
Filipina 6,7 6,0 5,1
Vietnam 3,9 3,5 3,0
Inflasi di kawasan Eropa juga cenderung melambat pada triwulan IV tahun 2018.
Inflasi Tiongkok sepanjang triwulan IV tahun 2018 mengalami tren penurunan.
Perkembangan inflasi di Inggris selama triwulan IV tahun 2018 juga tumbuh rendah
Tingkat inflasi Singapura sepanjang triwulan IV tahun 2018 bergerak fluktuatif
8
Negara Maju
Kawasan Euro 2,2 1,9 1,6
Amerika Serikat 2,5 2,2 1,9
Inggris 2,4 2,3 2,1
Jepang 1,4 0,8 0,3
Sumber: Bloomberg, data
Suku Bunga
Bank Sentral Tiongkok, The People Bank of China
(PBoC), menahan tingkat suku bunga bank sentral
sepanjang triwulan IV tahun 2018 pada level 2,25-
2,50 persen. Keputusan ini guna menjaga aktivitas
ekonomi yang masih lesu akibat perang dagang AS-
Tiongkok.
The Reserve Bank of India (RBI) juga menahan suku
bunga acuannya sepanjang triwulan IV tahun 2018
pada level 6,5 persen. Keputusan ini untuk
mengantisipasi perlambatan ekonomi global dan
menjaga ekonomi India tetap stabil.
Sementara itu, The Fed sepanjang triwulan IV
tahun 2018 menaikkan suku bunga acuan sebesar
25 bps Hal ini dilakukan untuk menjaga laju
pertumbuhan inflasi sesuai dengan target yang
ditetapkan yaitu 2,0 persen. Di sisi lain, kenaikan
suku bunga acuan untuk mencegah perekonomian
AS dari overheating.
Bank sentral Filipina menaikkan suku bunga
acuannya 25 bps sepanjang triwulan IV tahun 2018
menjadi 4,75 persen. Kenaikan ini untuk melindungi
pelemahan mata uang Peso terhadap Dolar AS
Bank sentral Malaysia memutuskan untuk tidak
mengubah suku bunga acuan sepanjang triwulan IV
tahun 2018 karena inflasi yang masih stabil. Suku
bunga acuan yang ditetapkan masih sebesar 3,25
persen. Sementara Bank Indonesia meningkatkan
suku bunga acuan sebesar 25 bps ke level 6,00
The Fed menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps sepanjang triwulan IV tahun 2018.
Reserve Bank of India (RBI) memilih untuk menahan suku bunga acuan
Bank sentral Tiongkok memilih untuk menahan kebijakan suku bunga sepanjang triwulan IV tahun 2018
Bank sentral Filipina menaikkan tingkat suku bunga acuan sebanyak 25 bps
Bank sentral Malaysia memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan sedangkan Bank Indonesia meningkatkan suku bunga acuan 25 bps
9
persen untuk melindungi stabilitas nilai tukar
Rupiah. Sejak awal tahun 2018, Bank Indonesia
telah menaikkan suku bunga acuan hingga 6 kali.
Tabel 2. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara, Tahun 2018 (persen)
Okt Nov Des
BRIC
Brazil 6,50 6,50 6,50
Russia 7,50 7,50 7,75
India 6,50 6,50 6,50
Tiongkok 2,55 2,55 2,55
ASEAN
Indonesia 5,75 6,00 6,00
Thailand 1,50 1,50 1,50
Filipina 4,50 4,75 4,75
Malaysia 3,25 3,25 3,25
Vietnam 6,25 6,25 6,25
Negara Maju
Kawasan Eropa 0,00 0,00 0,00
Amerika Serikat 2,00-2,25 2,00-2,25 2,25-2,50
Inggris 0,75 0,75 0,75
Jepang -0,1 -0,1 -0,1
Sumber: Bloomberg
Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD
Dolar Singapura sepanjang triwulan IV tahun 2018
cenderung menguat terhadap dolar AS. Penguatan
ini didorong oleh meredanya tensi perang dagang
AS-Tiongkok dan aliran dana ke obligasi
pemerintah.
Rubel Rusia mengalami fluktuatif sepanjang
triwulan IV tahun 2018. Sempat melemah pada
periode Oktober-November 2018. Pada Desember
2018 Rubel mampu menguat dipengaruhi kebijakan
bank sentral yang menaikkan suku bunga acuan
hingga 50 bps pada triwulan IV tahun 2018.
Nilai tukar Rupee India juga bergerak fluktuatif
terhadap Dolar AS sepanjang triwulan IV tahun
Rubel Rusia bergerak fluktuatif terhadap dolar AS sepanjang triwulan IV tahun 2018.
Nilai tukar Rupee India juga bergerak fluktuatif terhadap Dolar AS
Dolar Singapura menguat terhadap dolar AS.
10
2018. Pada periode Oktober 2018 Rupee sempat
menguat hingga 5,91 persen. Namun pada periode
November-Desember 2018, kurs Rupee kembali
bergerak melemah
Nilai tukar Lira Turki juga bergerak fluktuatif
terhadap dolar AS sepanjang triwulan IV tahun
2018. Pada Oktober 2018, Lira Turki menguat
hingga 6,58 persen. Namun pada periode
November 2018, Lira melemah 1,42 persen. Pada
periode Desember 2018, Lira kembali menguat
sebesar 2,36 persen Dampak dari meredanya
tingkat inflasi di Turki mendorong penguatan Lira
terhadap Dolar AS.
Nilai tukar Yuan bergerak menguat terhadap Dolar
AS sepanjang triwulan IV tahun 2018. Pada Oktober
2018, Yuan menguat 0,22 persen. Tren penguatan
berlanjut pada periode November 2018, dimana
Yuan menguat 1,18 persen. Pada Desember 2018,
penguatan Yuan semakin tinggi, hingga mencapai
2,65 persen. Penguatan yang terjadi didorong
kebijakan bank sentral Tiongkok menurunkan rasio
cadangan perbankan, guna meningkatkan
pertumbuhan kredit agar pertumbuhan ekonomi
Tiongkok stabil. Pada akhir triwulan IV tahun 2018,
pertumbuhan kredit tumbuh 13,5 persen (YoY),
lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan III tahun
2018 sebesar 13,2 persen (YoY).
Nilai tukar Lira Turki bergerak fluktuatif terhadap Dolar AS sepanjang triwulan IV tahun 2018
Mata uang Yuan mampu menguat terhadap Dolar AS sepanjang triwulan IV tahun 2108.
11
Gambar 3. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD
per akhir Oktober 2018-Januari 2019 (%)
2,90
0,92
1,27
3,40
6,03
5,73
-1,89
2,65
0,73
0,17
-2,78
2,36
7,61
-0,16
-0,56
-0,62
1,21
0,69
1,86
-0,36
-3,37
-0,26
1,18
3,42
-1,33
-0,04
-1,42
-3,44
0,87
0,88
5,93
0,00
0,96
0,51
-3,84
-1,84
5,91
0,22
-0,56
-0,04
0,13
6,58
6,20
1,67
0,42
Rupiah Indonesia
Ringgit Malaysia
Dollar Singapura
Baht Thailand
Real Brazil
Rubel Rusia
Rupee India
Yuan China
Yen Jepang
Euro
Poundsterling Inggris
Lira Turki
Rand Afrika Selatan
Won Korea Selatan
Taiwan Dollar
Nov 2018 Des 2018 Jan 2019
Sumber: Bloomberg (diolah)
12
Perkembangan Harga Komoditas di Pasar Internasional
Harga komoditas energi pada triwulan IV tahun
2018 cenderung bergerak turun. Harga batubara
sepanjang periode Oktober-Desember 2018 turun
USD7,3 ke posisi USD101,4/MT. Penurunan ini
didorong lesunya permintaan akibat perlambatan
ekonomi global.
Harga komoditas pertanian seperti kopi dan minyak
sawit juga bergerak turun. Sepanjang triwulan IV
tahun 2018, ketiga komoditas tersebut turun
masing-masing sebesar USD0,2/kg dan USD55/MT
ke level USD1,7/kg dan USD535/MT. Sementara
harga komoditas lain seperti gandum, jagung
hingga kedelai bergerak naik.
Harga komoditas logam dan mineral, mayoritas
mengalami perlambatan sepanjang triwulan IV
tahun 2018. Beberapa komoditas seperti tembaga,
bijih besi, nikel dan seng mengalami perlambatan
dipengaruhi dampak perang dagang antara AS dan
Tiongkok. Di sisi lain, komoditas timah justru
bergerak naik seiring potensi permintaannya yang
masih tinggi untuk memenuhi kebutuhan
kendaraan listrik.
Tabel 3. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih, Tahun 2018
Komoditas Unit Agt Sept Okt Nov Des Q4-2018
Energi Batubara, Australia
($/mt) 117,3 114,1 108.7 100.7 101.4 103,6
Minyak mentah, WTI
($/bbl) 67,9 70,2 70.8 56.7 49 58,8
Pangan dan Pertanian
Kakao ($/kg) 2,2 2,2 2.1 2.2 2.2 2,2
Kopi, robusta ($/kg) 1,8 1,7 1.9 1.8 1.7 1,8
Minyak sawit ($/mt) 534 605 590 539 535 554,7
Kedelai ($/mt) 407 357 368 374 381 374
Bubur kayu ($/mt) 875 875 875 875 875 875
Karet*, Singapore/MYS
($/kg) 1,5 1,5 1,4 1,4 1,4 1,4
Harga komoditas energi
pada triwulan IV tahun 2018
cenderung turun, didorong
lesunya permintaan akibat
perlambatan ekonomi
global.
Harga Komoditas pertanian
seperti kopi dan minyak
sawit juga bergerak turun.
Sementara komoditas lain
seperti gandum, jagung dan
kedelai bergerak naik.
Harga komoditas logam
mineral ikut mengalami
perlambatan di triwulan
IV tahun 2018.
13
Komoditas Unit Agt Sept Okt Nov Des Q4-2018
Gula, world ($/kg) 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Gandum, US SRW
($/mt) 217,4 202,0 209,1 210,8 217,8 212,6
Jagung ($/mt) 162,4 154,8 160,3 160,7 167,4 162,8
Logam & Mineral
Tembaga ($/mt) 6.051,0 6.050,7 6.219,6 6.196,0 6.075,0 6.163,5
Bijih Besi ($/dmtu) 67,1 68,4 73,4 73,0 69,0 71,8
Nikel ($/mt) 13411,3 12510,3 12314,9 11240,0 10835,0 11.463,3
Timah ($/mt) 19228,8 18967,1 19121,5 19065,0 19260,0 19.148,8
Seng ($/mt) 2512 2434,7 2673,7 2596,0 2616,0 2628,4
Inflasi Unit Agt Sept Okt Nov Des
Energi Batubara, Australia
(%) -1,9 -2,7 -4,8 -7,4 0,1
Minyak mentah,WTI
(%) -4 3,3 0,8 -19,9 -14,0
Pertanian
Kakao (%) -7,9 1,1 -2,8 4,5 0,0
Kopi, robusta (%) -4,4 -5 11,2 -5,2 -5,5
Minyak sawit (%) -1,9 -1,9 -4,7 -9,0 -1,0
Kedelai (%) 0,5 -5,8 2,8
Bubur kayu (%) 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Karet*, Singapore/MYS
(%) 0,6 -2,2 -1,1 -5,6 6,6
Gula, world (%) -5,4 2,5 16,8 -3,5 0
Gandum, US SRW
(%) 5,1 -7,1 3,5 0,8 3,3
Jagung (%) 3,8 -4,7 3,5 0,3 4,2
Logam & Mineral
Tembaga (%) -3,2 0 2,8 -0,4 -2,0
Bijih besi (%) 4 1,9 7,3
Nikel (%) -2,8 -6,7 -1,6 -8,7 -3,6
Timah (%) -2,5 -1,4 0,8 -0,3 1,0
Seng (%) -5,4 -3,1 9,8 -2,9 0,7
Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank
Harga Minyak Dunia dan Gas Alam
Harga minyak mentah rata-rata masih
menunjukkan tren menurun sepanjang triwulan IV
Harga minyak mentah dunia pada triwulan IV tahun 2018 menunjukkan tren penurunan.
14
tahun 2018, di bawah USD60,0 per barrel.
Penurunan harga minyak didorong lesunya
permintaan di pasar serta supply minyak global
yang melimpah.
Harga minyak mentah Indonesia sejalan dengan
tren harga minyak mentah dunia secara rata-rata
berada di bawah USD60 per barel pada triwulan IV
tahun 2018. Hal ini didorong penurunan harga
minyak mentah global.
Tabel 4. Perkembangan Harga Minyak dan Gas Dunia, Tahun 2017-2018
Harga Minyak Mentah dan Gas Dunia
2017 2018 Rata-rata Bulanan
2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Okt Nov Des
Crude Oil (Rata-rata) 52,9 49,4 52,6 58,7 64,6 71,4 73,0 64,3 76,7 62,3 54,0
Crude Oil; Brent 54,1 50,2 54,7 61,5 66,9 74,5 75,5 67,4 80,5 65,2 56,5
Crude Oil; Dubai 52,9 49,7 53,3 59,2 64,0 71,8 74,0 66,8 79,0 65,1 56,5
Crude Oil; WTI 51,8 48,2 49,8 55,4 62,9 67,9 69,7 58,8 70,8 56,7 49 Indonesian Crude Price Oil 51,0 45,5 51,6 58,1 63,1 70,1 71,7 64,8 77,5 63,0 54,0 Gas Alam (US) 3,0 3,1 2,9 2,9 3,1 2,9 2,9 3,8 3,3 4,1 4,0
Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM, EIA
Sementara itu, harga gas alam justru mengalami
tren meningkat sepanjang triwulan IV tahun 2018
dengan harga rata-rata sepanjang periode tersebut
mencapai USD3,8 per mmbtu. Hal ini didorong oleh
permintaan yang mengalami peningkatan dengan
seiring musim dingin di beberapa negara. Apabila
suhu pada musim dingin menjadi lebih rendah
maka permintaan terhadap gas alam untuk
penghangat akan meningkat.
Cadangan Devisa
Cadangan devisa beberapa negara mengalami
kenaikan bila dibandingkan dengan periode yang
sama pada bulan Desember 2017. Cadangan devisa
Rusia tumbuh signifikan hingga 31,5 persen (YoY)
pada periode triwulan IV tahun 2018.
Cadangan devisa Tiongkok justru mengalami
penurunan pada triwulan IV tahun 2018. Sepanjang
Harga gas alam mengalami peningkatan pada triwulan IV tahun 2018 USD3,8 per mmbtu.
Harga minyak mentah Indonesia turun sejalan dengan tren harga minyak mentah
Cadangan devisa Rusia meningkat signifikan sepanjang triwulan IV tahun 2018.
Cadangan devisa Tiongkok mengalami penurunan sepanjang triwulan IV tahun 2018 sebesar 2,1 persen (YoY).
Cadangan devisa Tiongkok mengalami penurunan sepanjang triwulan IV tahun 2018 sebesar 2,1 persen (YoY).
15
periode tersebut, cadangan devisa Tiongkok turun
2,1 persen disebabkan menurunnya surplus
perdagangan.
Cadangan devisa India juga masih tumbuh pada
triwulan IV tahun 2018. Pada periode tersebut,
cadangan devisa tumbuh 1 persen dibandingkan
periode yang sama tahun 2017. Kondisi ini didorong
penguatan Rupee terhadap dolar AS hingga 3,76
persen sehingga mengurangi besar nilai impor dan
beban devisa.
Cadangan devisa Indonesia juga mengalami
peningkatan baik sepanjang triwulan IV tahun
2018. Namun dibandingkan periode Desember
2017, cadangan devisa mengalami penurunan.
Penguatan Rupiah pada triwulan IV didorong
intervensi bank sentral untuk menstabilkan
pelemahan nilai tukar Rupiah serta aliran capital
flow yang masuk ke Indonesia.
Tabel 5. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral, Tahun 2018 (miliar USD)
Sumber: IMF, International Reserve Assets 2018
Des'17 Okt’18 Nov'18 Des'18 % (YoY)
BRIC
Brazil 371,2 380,3 379,7 374,7 0,9
Rusia 356,1 459,6 504,4 468,5 31,5
India 389,4 392,1 393,7 393,4 1,0
Tiongkok 3159,0 3075,3 3083,3 3094,0 -2,1
ASEAN-5
Indonesia 130,2 115,2 117,2 120,7 -7,3
Malaysia 102,4 101,7 102.0 101.4 -1.0
Singapura 279,9 290,7 289,5 287,7 2,8
Thailand 194,0 193,6 194,9 197,0 1,5
Filipina 81,6 74,7 75,7 79,2 -3,0
Jepang 1264,3 1224,0 1229,4 1240,5 -1,9
Kawasan Euro 62,0 66,3 67,3 68,6 10,6
Inggris 158,5 164,2 173,2 176,5 11,3
Amerika Serikat 123,1 123,6 123,5 125,8 2,2
Cadangan devisa India mengalami tren peningkatan sepanjang triwulan IV tahun 2018.
Cadangan devisa Indonesia juga mengalami tren kenaikan sepanjang triwulan IV tahun 2018.
16
Perkiraan Ekonomi Dunia
Pertumbuhan ekonomi global tahun 2018 masih
diperkirakan sebesar 3,7 persen. Proyeksi ini
menurun 0,2 persen bila dibandingkan proyeksi
pada bulan Oktober 2018. Sedangkan tahun 2019
pertumbuhan ekonomi global diperkirakan sebesar
3,7 persen, juga menurun dari perkiraan bulan Juli
tahun 2018. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan
yang lebih rendah dari ekspektasi khususnya
negara-negara kawasan Eropa dan Inggris.
Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF, Tahun 2016-2018
WEO-IMF Realisasi Perkiraan
Kelompok Negara 2016 2017 2018 2019
Perbedaan dg Oktober 2018
Okt Des Okt Des 2018 2019
Dunia 3,2 3,7 3,9 3,7 3,7 3,5 -0,2 -0,2 Negara Maju 1,7 2,3 2,4 2,3 2,1 2,0 -0,1 -0,1
Amerika Serikat 1,6 2,2 2,9 2,9 2,7 2,5 0,0 -0,2
Kawasan Eropa 1,9 2,4 2,2 1,8 1,9 1,6 -0,4 0,0
Jerman 2,2 2,5 1,9 1,5 1,9 1,3 -0,3 -0,6 Inggris 1,8 1,7 1,4 1,4 1,5 1,5 0,0 0,0 Jepang 1,0 1,7 1,1 0,9 0,9 1,1 -0,2 0,2
Negara Berkembang 4,4 4,8 4,7 4,6 4,7 4,5 -0,1 -0,2 Tiongkok 6,7 6,9 6,6 6,6 6,2 6,2 0,0 0,0 India 7,1 6,7 7,3 7,3 7,4 7,5 0,0 0,1
ASEAN-5 4,9 5,3 5,3 5,2 5,2 5,1 -0,1 -0,1
Amerika Latin dan Karibia
-0,6 1,3 1,2 1,1 2,2 2,0 -0,1 -0,2
Brazil -3,5 1,0 1,4 1,3 2,4 2,5 -0,1 0,1
Sub Sahara Afrika 1,4 2,7 3,1 2,9 3,8 3,5 -0,2 -0,3
Afrika Selatan 0,6 1,3 0,8 0,8 1,4 1,4 0,0 0,0
Sumber: World Economic Outlook, Juli 2018
Pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2018
diperkirakan sebesar 2,9 persen, merupakan
pertumbuhan yang tinggi didukung oleh stimulus
dari sisi fiskal. Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja
yang membaik ikut memberikan dampak positif
bagi AS. Proyeksi yang sama juga diberikan pada
2019, meskipun ada ancaman dari perang dagang
dengan Tiongkok.
Pertumbuhan ekonomi global tahun 2018 dan 2019 diperkirakan sebesar 3,7 lebih rendah 0,2 persen dari proyeksi bulan Juli 2018.
Perekonomian AS diproyeksi tumbuh 2,9 persen tahun 2018 dan akan sama pada tahun 2019.
17
Pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa pada tahun
2018 diperkirakan sebesar 2,2 persen. Namun
pertumbuhan tersebut direvisi menjadi 1,8 persen.
Begitu juga pertumbuhan ekonomi tahun 2019,
diperkirakan lebih lambat dari tahun 2018. Proyeksi
pertumbuhan yang menurun sebagai dampak dari
perlambatan ekonomi negara-negara di kawasan
Eropa diantaranya Jerman. Pertumbuhan Jerman
diproyeksikan menurun tahun 2018 menjadi
sebesar 1,5 persen, atau lebih rendah dibandingkan
proyeksi di Oktober 2018 sebesar 1,9 persen.
Pertumbuhan ekonomi Jepang diprediksi tumbuh
secara moderat sebesar 1,1 persen pada tahun
2018, namun dikoreksi menjadi 0,9 persen. Pada
2019, ekonomi Jepang diperkirakan kembali ke
level 1,1 persen. Stagnasi ekonomi di Jepang
menyebabkan pertumbuhkan cenderung terbatas.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada
tahun 2018 sebesar 6,6 persen. Pertumbuhan ini
melambat pada tahun 2019 menjadi 6,2 persen.
Dampak dari perang dagang dengan AS
mengakibatkan perlambatan di sektor manufaktur
sehingga mendorong penurunan ekspor negara
tersebut.
Pertumbuhan ekonomi di kawasan Amerika Latin
diproyeksi melambat dari sebelumnya 1,3 persen
tahun 2017 menjadi 1,2 persen tahun 2018. Namun
pada tahun 2019, angka pertumbuhan ekonomi
diproyeksi naik menjadi 2,2 persen. Beberapa
negara kawasan Amerika Latin juga mengalami
penurunan seperti Argentina dan Brazil.
Pertumbuhan Argentina pada tahun 2018
diproyeksi melambat dibandingkan tahun 2017 dari
2,9 persen menjadi 2,6 persen. Hal ini didorong
oleh gangguan pasar keuangan dan suku bunga riil
yang tinggi. Sementara pertumbuhan Brazil
Pertumbuhan ekonomi Jepang diprediksi tumbuh sebesar 1,1 persen pada tahun 2018.
Pertumbuhan Tiongkok diperkirakan sebesar 6,6 persen tahun 2018 dan 6,2 persen tahun 2019.
Pertumbuhan ekonomi di kawasan Amerika Latin diproyeksi mengalami perlambatan tahun 2018 dan menguat kembali tahun 2019
Ekonomi kawasan Eropa mengalami perlambatan pada 2018 dan 2019.
18
diproyeksi turun menjadi 1,3 persen dari
sebelumnya 1,4 persen
Pertumbuhan kawasan Sub-Sahara Afrika
diperkirakan mampu terus tumbuh menguat pada
tahun 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 3,1
persen dan 3,8 persen. Proyeksi pertumbuhan
tahun 2018 direvisi menurun 0,2 persen menjadi
1,9 persen dari bulan Oktober tahun 2018.
Pertumbuhan di kawasan Sub-Sahara Afrika
diprediksi masih didukung oleh pertumbuhan
Nigeria yang terus menunjukkan tren kenaikan
sejak pertengahan tahun 2018.
Tabel 7. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Menurut ADB, Tahun 2017-2019 (YoY)
Pertumbuhan PDB (%)
Realisasi Perkiraan
2017 2018 2019
Asia 6,1 6,0 5,8 Asia Timur 6,3 6,0 5,7
Tiongkok 6,9 6,6 6,3 Jepang 1,7 1,1 1,0
Asia Selatan 6,5 7,0 7,2 India 6,7 7,3 7,6
ASEAN 5,2 5,1 5,2 Indonesia 5,1 5,2 5,3 Filipina 6,7 6,4 6,7 Thailand 3,9 4,5 4,3
Sumber: Asia Development Outlook Suplement September 2018
Risiko Global
Risiko ekonomi global pada triwulan IV tahun 2018
cenderung lebih besar kepada risiko negatif baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Risiko negatif yang menjadi risiko ekonomi pada
triwulan IV tahun 2018 adalah penyelesaian perang
dagang antara AS-Tiongkok yang masih mundur
serta penurunan harga komoditas global.
Ketidakpastian ini menjadikan ekonomi global pada
periode tersebut melambat, sehingga berpengaruh
terhadap negara-negara maju maupun
berkembang.
Risiko ekonomi global pada triwulan IV tahun 2018 cenderung lebih besar kepada risiko negatif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Kawasan Sub-Sahara Afrika diproyeksi tumbuh meningkat menjadi 2,9 persen pada tahun 2018 dan 3,5 persen tahun 2019.
19
20
21
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun
2018 mampu tumbuh sebesar 5,18 persen (YoY),
sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun
2017 yang besarnya 5,19 persen (YoY).
Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2015-Triwulan IV Tahun 2018 (persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari sisi lapangan usaha, Industri Pengolahan yang
merupakan sektor dengan proporsi terbesar
terhadap PDB tumbuh besarnya 4,25 persen (YoY).
Pertumbuhan tersebut lebih rendah dari triwulan IV
tahun 2017 yang sebesar 4,51 persen (YoY), kondisi
ini dipengaruhi oleh industri nonmigas yang
tumbuh membaik meskipun industri Batubara dan
Pengilangan Migas tumbuh negatif.
(i) Industri Makan dan Minuman tumbuh sebesar
2,74 persen (YoY), melambat tajam dari triwulan IV
tahun 2017 maupun triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 13,77 persen (YoY) dan 8,10
persen (YoY). Hal ini didorong oleh perlambatan
produksi minyak kelapa sawit (CPO) dan produk
makanan olahan dan minuman. (ii) Industri Alat
Angkutan tumbuh sebesar 3,23 persen (YoY),
melambat dari triwulan IV tahun 2017 dan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,38 persen
4,94
5,21
5,03
4,94 5,01 5,01 5,06
5,19
5,06
5,27 5,17 5,18
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,18 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018.
Industri Pengolahan tumbuh sebesar 4,25 persen (YoY).
22
(YoY) dan 5,37 persen (YoY). (iii) Industri Tekstil dan
Pakaian Jadi tumbuh sebesar 10,82 persen (YoY),
meningkat signifikan baik dibandingkan dengan
triwulan IV tahun 2017 dan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 6,47 persen (YoY) dan 10,08 persen
(YoY). Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan
produksi Tekstil dan Pakaian Jadi untuk memenuhi
permintaan luar negeri. (iv) Industri Batubara dan
Pengilangan Migas tumbuh negatif yaitu sebesar -
0,01 persen (YoY), membaik dibandingkan dengan
triwulan IV tahun 2017 maupun triwulan III tahun
2018 yang tumbuh sebesar -0,97 persen (YoY) dan -
1,46 persen (YoY).
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan
IV tahun 2018 tumbuh sebesar 3,87 persen (YoY),
lebih cepat dari triwulan IV tahun 2017 yang
tumbuh sebesar 2,39 persen (YoY) serta triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,66 persen
(YoY). Kinerja tersebut dipengaruhi oleh Pertanian,
Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian yang
tumbuh sebesar 3,34 persen (YoY). Sementara itu,
Perikanan tumbuh sebesar 6,20 persen (YoY),
menguat dari triwulan IV tahun 2017 maupun
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,35
persen (YoY) dan 3,95 persen (YoY).
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor tumbuh sebesar 4,39 persen (YoY)
pada triwulan IV tahun 2018. Pertumbuhan
tersebut sedikit melambat dibandingkan triwulan IV
tahun 2017 maupun triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 4,53 persen (YoY) dan 5,28 persen.
Kinerja tersebut dipengaruhi oleh Perdagangan
Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor
yang tumbuh sebesar 4,46 persen (YoY) atau lebih
cepat dari triwulan IV tahun 2017 yang tumbuh
4,25 persen (YoY) meskipun sedikit melambat dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,34 persen
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan tumbuh sebesar 3,87 persen (YoY).
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tumbuh sebesar 4,39 persen (YoY)
23
(YoY). Sementara itu, Perdagangan Mobil, Sepeda
Motor dan Reparasinya tumbuh sebesar 4,46
persen (YoY), melambat dari triwulan IV tahun 2017
dan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,74
persen (YoY) dan 5,00 persen (YoY). Secara
keseluruhan, kinerja Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tersebut
didorong oleh peningkatan penjualan mobil dan
motor termasuk pada hari belanja online nasional
(harbolnas).
Pada triwulan IV tahun 2018, Konstruksi tumbuh
sebesar 5,58 persen (YoY), melambat dibandingkan
triwulan IV tahun 2017 yang besarnya 7,24 persen
(YoY), dan sedikit lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,79 persen
(YoY). Kinerja ini dipengaruhi oleh pembangunan
infrastruktur yang masih berlangsung di beberapa
daerah.
Sektor Informasi dan komunikasi tumbuh sebesar
7,17 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan
triwulan IV tahun 2017 maupun triwulan III tahun
2018 yang tumbuh sebesar 8,27 persen (YoY) dan
8,14 persen (YoY). Sementara itu, Transportasi dan
Pergudangan tumbuh sebesar 5,34 persen (YoY),
melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2017
maupun triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
8,21 persen (YoY) dan 5,65 persen (YoY).
Pada triwulan IV tahun 2018, Pertambangan dan
Penggalian tumbuh sebesar 2,25 persen (YoY), lebih
tinggi dari triwulan IV tahun 2017 yang besarnya
0,04 persen (YoY) dan lebih rendah triwulan III
tahun 2018 yang besarnya 2,67 persen (YoY). Hal ini
didorong oleh pertambangan Batubara dan Lignit
yang tumbuh signifikan ditengah lesunya komoditas
minyak dan gas.
Konstruksi tumbuh sebesar 5,58 persen (YoY).
Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh sebesar 2,25 persen (YoY).
Sektor Informasi dan komunikasi serta sektor Transportasi dan Pergudangan tumbuh masing-masing sebesar 7,17 persen (YoY) dan 5,34 persen (YoY).
24
Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV Tahun 2018 Menurut Lapangan Usaha (YoY)
Uraian 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Total Q1 Q2 Q3 Q4 Total
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
7,11 3,32 2,83 2,39 3,87 3,34 4,72 3,66 3,87 3,87
Pertambangan dan Penggalian -1,30 2,11 1,83 0,04 0,66 1,06 2,65 2,67 2,25 0,66
Industri Pengolahan 4,28 3,50 4,88 4,51 4,29 4,60 3,88 4,35 4,25 4,29 Pengadaan Listrik dan Gas 1,60 -2,53 4,88 2,27 1,54 3,31 7,56 5,58 5,46 1,54
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
4,39 3,66 4,82 5,52 4,60 3,65 3,94 6,20 7,92 4,60
Konstruksi 5,96 6,95 6,98 7,24 6,80 7,35 5,73 5,79 5,58 6,80 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
4,61 3,47 5,22 4,53 4,46 4,99 5,22 5,28 4,39 4,46
Transportasi dan Pergudangan 8,06 8,80 8,88 8,21 8,49 8,56 8,70 5,65 5,34 8,49
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
5,35 5,60 5,52 5,11 5,39 5,17 5,60 5,91 5,95 5,39
Informasi dan Komunikasi 10,48 11,06 8,82 8,27 9,63 7,76 5,11 8,14 7,17 9,63
Jasa Keuangan dan Asuransi 6,01 5,93 6,13 3,82 5,47 4,23 3,06 3,14 6,27 5,47
Real Estate 3,66 3,73 3,58 3,67 3,66 3,19 3,07 3,82 4,24 3,66
Jasa Perusahaan 6,83 8,24 9,37 9,25 8,44 8,04 8,89 8,67 8,94 8,44
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0,24 -0,03 0,69 6,96 2,06 5,79 7,20 7,93 7,13 2,06
Jasa Pendidikan 4,10 0,92 3,66 5,93 3,70 4,84 5,04 6,60 4,97 3,70
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
7,11 6,37 7,56 6,36 6,84 6,06 7,07 7,54 7,80 6,84
Jasa lainnya 7,97 8,59 9,39 8,95 8,73 8,43 9,22 9,19 9,08 8,73
Produk Domestik Bruto 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17
Sumber: Badan Pusat Statistik
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial tumbuh sebesar
7,80 persen (YoY), lebih cepat dari triwulan IV
tahun 2017 maupun triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 6,36 persen (YoY) dan 7,54 persen
(YoY). Sementara itu, Jasa Keuangan dan Asuransi
tumbuh sebesar 6,27 persen (YoY), meningkat
signifikan dari triwulan IV tahun 2017 yang
besarnya 3,82 persen (YoY) maupun triwulan III
tahun 2018 yang tumbuh sebesar 3,14 persen
(YoY).
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum tumbuh
sebesar 5,95 persen (YoY), lebih tinggi
dibandingkan triwulan IV tahun 2017 maupun
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Makan Minum serta Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 7,80 persen (YoY) dan 6,27 persen (YoY).
25
Konsumsi Rumah Tangga yang menjadi sumber utama pertumbuhan PDB tumbuh sebesar 5,08 persen (YoY).
triwulan III tahun 2018 yang besarnya masing-
masing tumbuh 5,11 persen (YoY) dan 5,91 persen
(YoY) . Sementara itu, real estate tumbuh sebesar
4,24 persen (YoY), lebih cepat dari triwulan IV
tahun 2017 maupun triwulan III tahun 2018 yang
masing-masing besarnya 3,67 persen (YoY) dan 3,82
persen (YoY). Pengadaan Listrik dan Gas tumbuh
sebesar 5,46 persen (YoY), meningkat dari
pertumbuhan triwulan IV tahun 2017 yang
besarnya 2,27 persen (YoY) meskipun sedikit
melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 5,58 persen (YoY).
Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 4,97 persen (YoY)
pada triwulan IV tahun 2018, lebih rendah dari
triwulan IV tahun 2017 yang tumbuh sebesar 5,93
persen (YoY) dan triwulan III tahun 2018 yang
tumbuh sebesar 6,60 persen (YoY). Jasa Perusahaan
tumbuh sebesar 8,94 persen (YoY), melambat dari
triwulan IV tahun 2017dan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 9,25 persen (YoY) dan 8,67
persen (YoY).
Sementara itu, Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan sosial tumbuh sebesar
7,13 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018,
meningkat dari triwulan IV tahun 2017 yang
tumbuh 6,96 persen (YoY) meskipun sedikit
melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 7,93 persen (YoY).
Dari sisi pengeluaran, Konsumsi Rumah Tangga
yang menjadi sumber utama pertumbuhan
ekonomi, tumbuh sebesar 5,08 persen (YoY).
Kinerja tersebut membaik dari triwulan IV tahun
2017 dan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 4,98 persen (YoY) dan 5,00 persen (YoY).
Makanan dan Minuman Selain Restoran yang
merupakan komponen terbesar Pengeluaran
Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Real estate; dan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas tumbuh masing-masing sebesar 5,95 persen (YoY); 4,24 persen (YoY); dan 5,46 persen (YoY).
Sektor Jasa Pendidikan dan Sektor Jasa Perusahaan masing-masing tumbuh sebesar 4,97 persen (YoY) dan 8,94 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018.
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial tumbuh sebesar 7,13 persen (YoY).
26
Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 4,81 persen (YoY)
pada triwulan IV tahun 2018 sedikit melambat dari
triwulan IV tahun 2017 yang besarnya 5,36 persen
(YoY). Transportasi dan Komunikasi yang
merupakan komponen terbesar kedua dalam
Konsumsi Rumah Tangga tumbuh lebih tinggi, yang
besarnya 6,14 persen (YoY) dibandingkan triwulan
IV tahun 2017 maupun triwulan sebelumnya yang
tumbuh 5,04 persen (YoY) dan 5,40 persen (YoY).
Perumahan dan Perlengkapan Rumah Tangga
tumbuh sebesar 4,70 persen (YoY) meningkat dari
triwulan IV tahun 2017 dan triwulan sebelumnya
sebesar 4,52 persen (YoY) dan 4,06 persen (YoY).
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV Tahun 2018 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)
Jenis Pengeluaran 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Total Q1 Q2 Q3 Q4 Total
Pengeluaran Konsumsi
Rumahtangga 4,94 4,95 4,91 4,98 4,94 4,94 5,16 5,00 5,08 5,05
Pengeluaran Konsumsi
LNPRT 8,08 8,53 6,04 5,26 6,93 8,10 8,75 8,59 10,79 9,08
Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah 2,69 -1,94 3,46 3,80 2,13 2,71 5,20 6,27 4,56 4,80
Pembentukan Modal
Tetap Domestik Bruto 4,77 5,34 7,08 7,26 6,15 7,94 5,85 6,96 6,01 6,67
Ekspor Barang dan Jasa 8,36 2,73 16,48 8,42 -4,88 5,94 7,65 8,08 4,33 55,55
Dikurangi Impor Barang
dan Jasa 4,78 0,18 15,40 11,91 8,91 12,64 15,17 14,02 7,10 6,48
Produk Domestik Bruto 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17
Sumber : Badan Pusat Statistik
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh
6,01 persen (YoY) atau melambat dari triwulan IV
tahun 2017 dan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 7,26 persen (YoY) dan 6,96 persen (YoY),
Pertumbuhan ini didorong oleh seluruh jenis
barang modal. Pembangunan infrastruktur yang
PMTB tumbuh sebesar 6,01 persen (YoY).
27
Konsumsi Pemerintah pada triwulan IV tahun 2018 tumbuh sebesar 4,56 (YoY).
berlangsung di beberapa daerah, baik
pembangunan baru maupun lanjutan, meskipun
dari jenis investasi cenderung melambat.
Investasi bangunan tumbuh sebesar 5,02 persen
(YoY), melambat dari triwulan IV tahun 2017 yang
tumbuh sebesar 6,68 persen (YoY) dan juga
melambat dari triwulan III tahun 2018 yang tumbuh
6,96 persen (YoY). Mesin dan Perlengkapan tumbuh
sebesar 12,28 persen (YoY), melambat dari triwulan
IV tahun 2017 dan triwulan sebelumnya yang
besarnya 22,30 persen (YoY), dan 22,13 persen
(YoY).
Konsumsi Pemerintah pada triwulan IV tahun 2018
tumbuh sebesar 4,56 persen (YoY), meningkat
cukup signifikan dari triwulan IV tahun 2017 yang
tumbuh sebesar 3,80 persen (YoY) walaupun
melambat pada triwulan III tahun 2018 yang
tumbuh sebesar 6,27 persen (YoY).
Ekspor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 4,33
persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV
tahun 2017 dan triwulan III tahun 2018 yang
masing-masing tumbuh sebesar 8,42 persen (YoY)
dan 8,08 persen (YoY). Hal ini terutama dipengaruhi
oleh kondisi perekonomian negara mitra dagang
utama yang melambat.
Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 7,10 persen
(YoY), melambat dibandingkan triwulan IV tahun
2017 dan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 11,91 persen (YoY) dan 14,02 persen (YoY).
Impor Barang tumbuh sebesar 8,20 persen (YoY),
lebih rendah dari triwulan IV tahun 2017 yang
sebesar 13,15 persen (YoY) dan triwulan III tahun
2018 yang sebesar 15,48 persen (YoY). Kondisi ini
dipengaruhi oleh peningkatan impor barang
nonmigas yang tumbuh sebesar 10,54 persen (YoY)
maupun impor migas yang tumbuh sebesar -1,94
Ekspor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 4,33 persen (YoY).
Impor Barang dan Jasa
tumbuh sebesar 7,10 persen (YoY).
28
Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh 10,79 persen (YoY).
persen (YoY). Di sisi lain, impor Jasa tumbuh
sebesar 0,22 persen (YoY), melambat dari triwulan
IV tahun 2017 yang tumbuh sebesar 4,69 persen
(YoY) dan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 4,53 persen (YoY).
Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani
Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh sebesar 10,79
persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018, lebih
tinggi dari triwulan IV tahun 2017 dan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,26 persen
(YoY) dan 8,59 persen (YoY). Pertumbuhan ini
dipengaruhi oleh kegiatan persiapan pemilihan
legislatif dan pemilIihan presiden.
Perkembangan Ekonomi Daerah
Pada triwulan IV tahun 2018, sebagian besar pulau
mengalami pertumbuhan positif kecuali Maluku
dan Papua. Sulawesi mengalami pertumbuhan
paling tinggi. Rata-rata pertumbuhan Sulawesi,
Kalimantan, dan Jawa di atas rata-rata
pertumbuhan ekonomi nasional.
Gambar 5. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar Indonesia pada Triwulan IV Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018 (Persen)
Sumber : Badan Pusat Statistik
4,4 5,6 3,2 3,3 7,4 5,4 4,3 5,7 3,8 3,2 6,8 17,1 4,6 5,7 3,6 3,4 6,7 17,6 4,7 5,7
-0,7
3,5 6,9 6,6 4,5 5,8 4,4 5,5 6,2
-9,4
Sumatera Jawa Bali dan NusaTenggara
Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua
IV-2017 I-2018 II-2018 III-2018 IV-2018
Pada triwulan IV tahun 2018, sebagian besar pulau mengalami pertumbuhan positif kecuali Maluku dan Papua.
29
Papua memiliki proporsi terbesar bagi perekonomian Maluku dan Papua.
Pertumbuhan ekonomi di kawasan Maluku dan Papua pada triwulan IV tahun 2018 terkontraksi menjadi sebesar -9,4 persen (YoY).
Rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi sebesar 6,2 persen (YoY).
Perekonomian kawasan Maluku dan Papua rata-
rata mengalami kontraksi sebesar -9,4 persen (YoY),
tumbuh lebih lambat dibandingkan triwulan IV
tahun 2017 yang besarnya 5,4 persen (YoY)
maupun triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 6,6
persen (YoY). Perlambatan ini dipengaruhi oleh
penurunan yang signifikan di sektor Pertambangan
dan Penggalian yang menjadi sektor utama
perekonomian kawasan tersebut.
Tabel 10. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Maluku dan Papua Tahun 2017-2018
Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)
2017 2018 2017 2018
Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4
Maluku 5,8 5,1 6,4 6,4 11,6 11,0 11,3 12,3 Maluku Utara 7,8 8,3 8,2 8,3 9,5 8,9 9,8 10,5 Papua Barat 3,8 6,3 6,9 0,2 21,0 20,5 21,3 22,6 Papua 3,9 4,8 6,4 -17,8 57,9 59,6 57,6 54,6 Maluku dan Papua
4,4 5,4 6,6 -9,4 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Papua memiliki kontribusi terbesar bagi
perekonomian Maluku dan Papua, yaitu mencapai
54,6 persen. Pada triwulan IV tahun 2018, Papua
terkontraksi sebesar -17,8 persen (YoY).
Pertumbuhan tersebut terkontraksi dari triwulan IV
tahun 2017 yang tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY)
dan melambat dibanding triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 6,4 persen (YoY). Pertumbuhan
tersebut dipengaruhi oleh kontraksi di sektor
Pertambangan dan Penggalian yang merupakan
sektor utama.
Sementara itu, Sulawesi tumbuh sebesar 6,2 persen
(YoY), melambat baik dibandingkan dengan
triwulan IV tahun 2017 yang mencapai 7,5 persen
(YoY) maupun triwulan sebelumnya yang besarnya
6,9 persen (YoY).
30
Sulawesi Selatan sebagai penyumbang terbesar perekonomian Sulawesi tumbuh sebesar 6,5 persen (YoY).
Tabel 11. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Tahun 2017-2018
Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)
2017 2018 2017 2018
Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4
Sulawesi Utara 6,5 6,5 5,6 6,1 12,9 13,8 12,6 13,6
Sulawesi Tengah 8,7 9,1 7,0 5,4 15,5 16,0 15,9 16,4
Sulawesi Selatan 6,7 7,7 7,2 6,5 50,2 48,2 50,3 48,2
Sulawesi Tenggara
6,5 6,1 7,1 6,2 12,7 13,0 12,6 12,9
Gorontalo 5,2 7,8 5,3 7,2 4,1 4,0 4,0 4,0
Sulawesi Barat 7,1 6,5 7,5 5,3 4,6 4,9 4,7 4,8
Sulawesi 6,9 7,5 6,9 6,2 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sulawesi Selatan memiliki proporsi perekonomian
terbesar di Sulawesi, yaitu mencapai 48,2 persen.
Pada triwulan IV tahun 2018, Sulawesi Selatan
tumbuh sebesar 6,5 persen (YoY), melambat dari
triwulan IV tahun 2017 yang tumbuh sebesar 7,7
persen dan juga melambat dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY).
Kondisi tersebut merupakan akibat musiman pada
sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa adalah 5,8
persen (YoY), sedikit meningkat dari triwulan IV
tahun 2017 maupun triwulan sebelumnya. DKI
Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan
provinsi dengan proporsi perekonomian terbesar di
Jawa. Proporsi perekonomian DKI Jakarta terhadap
Jawa pada triwulan IV tahun 2018 adalah sebesar
30,1 persen. DKI Jakarta yang merupakan
kontributor utama perekonomian Jawa tumbuh
sebesar 6,4 persen (YoY).
Tabel 12. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2017-2018
Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)
2017 2018 2017 2018
Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4
DKI Jakarta 6,4 5,8 6,4 6,4 29,3 29,7 29,5 30,1
Jawa Barat 5,2 5,5 5,6 5,5 22,3 22,2 22,3 22,3
Jawa Tengah 5,2 5,4 5,2 5,3 14,7 14,4 14,5 14,3
DI Yogyakarta 5,4 5,3 6,0 7,4 1,5 1,5 1,5 1,5
31
Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sumatera pada triwulan IV tahun 2018 sebesar 4,5 persen (YoY).
Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)
2017 2018 2017 2018
Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4
Jawa Timur 5,6 5,8 5,4 5,6 25,3 25,0 25,2 24,7
Banten 5,6 5,8 5,9 6,0 7,0 7,1 7,0 7,1
Jawa 5,7 5,7 5,7 5,8 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Pertumbuhan tersebut lebih cepat dari triwulan IV
tahun 2017, namun relatif tidak berubah dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,4
persen (YoY). Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh
pertumbuhan sektor Pengadaan Listrik dan Gas.
Sementara itu, Sumatera tumbuh sebesar 4,5
persen (YoY), sedikit lebih tinggi dari triwulan IV
tahun 2017 yang tumbuh sebesar 4,4 persen (YoY),
meskipun melambat dibandingkan triwulan III
tahun 2018 yang besarnya 4,7 persen. Riau,
Sumatera Utara dan Sumatera Selatan memiliki
proporsi terbesar pada perekonomian Sumatera
yaitu masing-masing sebesar 23,2 persen, 23,1
persen dan 12,9 persen. Pada triwulan IV tahun
2018, Riau yang merupakan penyumbang utama
perekonomian Sumatera tumbuh sebesar 1,3
persen (YoY) paling lambat dibandingkan provinsi
lain. Pertumbuhan tersebut relatif lebih rendah dari
triwulan IV tahun 2017 maupun triwulan
sebelumnya yang sebesar 2,5 persen (YoY) dan 2,9
persen (YoY). Kinerja tersebut dipengaruhi oleh
pertumbuhan sektor Pertambangan dan Industri
Pengolahan; Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor; serta sektor Kontruksi yang
melambat.
32
Bali dan Nusa Tenggara pada triwulan IV tahun 2018 rata-rata tumbuh 4,4 persen (YoY).
Tabel 13. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sumatera Tahun 2017-2018
Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)
2017 2018 2017 2018
Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4
Aceh 4,8 3,5 4,1 5,4 4,9 4,9 4,8 4,9
Sumatra Utara 5,2 5,6 5,4 5,3 22,9 23,1 22,7 23,1
Sumatra Barat 5,4 5,4 5,2 5,5 7,1 7,2 7,0 7,2
Riau 2,9 2,5 2,9 1,3 23,3 24,0 23,5 23,2
Jambi 4,8 5,2 4,8 4,8 6,3 6,5 6,3 6,6
Sumatra Selatan 5,6 6,0 6,1 6,1 13,1 12,7 13,1 12,9
Bengkulu 4,9 4,6 5,0 4,8 2,0 2,1 2,0 2,1
Lampung 5,2 5,3 5,2 5,4 10,6 9,6 10,6 9,8
Kep. Bangka Belitung
3,6 2,9 7,1 3,7 2,3 2,3 2,2 2,2
Kepulauan Riau 2,4 2,6 3,7 5,5 7,6 7,7 7,6 7,9
Sumatera 4,4 4,4 4,7 4,5 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Bali dan Nusa Tenggara tumbuh sebesar 4,4 persen
(YoY), lebih tinggi dari triwulan IV tahun 2017 yang
mencapai 3,7 persen (YoY) dan triwulan
sebelumnya yang terkontraksi sebesar -0,7 persen
(YoY). Pertumbuhan tersebut didorong oleh
pertumbuhan di sektor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan serta Pertambangan dan Penggalian
setelah sebelumnya terkontraksi.
Tabel 14. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2017-2018
Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)
2017 2018 2017 2018
Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4
Bali 6,2 5,6 6,1 7,6 48,7 49,9 51,5 51,2
Nusa Tenggara Barat
4,3 0,1 -14,1 -1,4 30,4 28,3 26,5 26,7
Nusa Tenggara Timur
5,0 5,1 5,1 5,3 20,8 21,8 22,0 22,1
Bali dan Nusa Tenggara
5,3 3,7 -0,7 4,4 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Bali merupakan provinsi dengan proporsi
perekonomian terbesar di Bali dan Nusa Tenggara,
yaitu mencapai sebesar 51,2 persen. Pada triwulan
IV tahun 2018, Bali tumbuh sebesar 7,6 persen
33
Kalimatan pada triwulan IV tahun 2018 rata-rata tumbuh dan 5,5 persen (YoY).
(YoY), lebih tinggi baik dari triwulan IV tahun 2017
maupun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 6,1 persen (YoY). Sementara itu, Nusa
Tenggara Barat mengalami kontraksi sebesar -1,4
persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018 akibat
gempa bumi. Namun, kondisi tersebut sudah jauh
lebih baik dari triwulan sebelumnya.
Tabel 15. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Kalimantan Tahun 2017-2018
Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)
2017 2018 2017 2018
Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4
Kalimantan Barat 5,1 5,8 5,0 5,1 15,9 15,8 15,9 16,0
Kalimantan Tengah
6,1 5,3 6,4 6,1 11,1 11,2 11,2 11,3
Kalimantan Selatan
6,4 4,5 5,1 5,8 14,6 14,0 14,6 13,7
Kalimantan Timur 3,5 1,6 1,8 5,1 51,7 52,1 51,3 51,8
Kalimantan Utara 6,6 7,0 5,6 7,7 6,7 6,9 6,9 7,2
Kalimantan 4,6 3,4 3,5 5,5 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Kalimatan
adalah sebesar 5,5 persen (YoY), lebih tinggi dari
triwulan IV tahun 2017 yang besarnya 3,4 persen
(YoY) dan dari triwulan sebelumnya yang besarnya
3,5 persen (YoY). Kalimantan Timur memiliki
proporsi sebesar 51,8 persen terhadap
perekonomian Kalimantan. Pada triwulan IV tahun
2018, Kalimantan Timur tumbuh sebesar 5,1 persen
(YoY), meningkat cukup berarti dari triwulan
sebelumnya yang mencapai 1,8 persen maupun
dari triwulan IV tahun 2017 yang tumbuh sebesar
1,6 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut
dipengaruhi oleh Pertambangan dan Penggalian
yang tumbuh positif setelah sebelumnya
terkontraksi serta Jasa Keuangan dan Asuransi yang
tumbuh lebih cepat.
34
Indeks Tendensi Konsumen dan Indeks Tendensi Bisnis
Indeks Tendensi Konsumen
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan IV
tahun 2018 adalah sebesar 110,5, lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya yang besarnya 101,2. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat merasa kondisi
ekonomi yang membaik dengan optimisme lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya. Peningkatan
tersebut didorong oleh meningkatnya pendapatan
rumah tangga dengan nilai indeks sebesar 110,0
dan meningkatnya volume konsumsi rumah tangga
dengan nilai indeks sebesar 113,4. Daya beli
konsumen yang dilihat dari indeks pengaruh inflasi
terhadap pengeluaran rumah tangga yang
besarnya 109,3 menunjukkan bahwa inflasi tidak
terlalu berpengaruh terhadap tingkat konsumsi
rumah tangga.
Tabel 16. Indeks Tendensi Konsumen Tahun 2017–Tahun 2018 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya
Variabel Pembentuk 2017 2018
Q3 Q4 Q3 Q4
Pendapatan rumah tangga 110,4 106,7 100,3 110,0 Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari 108,7 105,8 102,5 109,3 Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi)
108,9 109,3 101,8 113,4
Indeks Tendensi Konsumen 109,4 107,0 101,2 110,5
Sumber: Badan Pusat Statistik
Pada triwulan I tahun 2019, ITK diperkirakan
sebesar 104,0, lebih rendah dari triwulan IV tahun
2018 yang besarnya 110,5, lebih tinggi dari triwulan
IV tahun 2017 yang besarnya 107,0. Hal tersebut
menunjukkan perkiraan kondisi ekonomi
masyarakat yang membaik dengan dan optimisme
masyarakat yang lebih tinggi. Perkiraan
meningkatnya kondisi ekonomi masyarakat pada
triwulan I tahun 2019 didorong oleh perkiraan
meningkatnya pendapatan rumah tangga yaitu
Pada triwulan I tahun 2019 ITK diperkirakan sebesar 104,0.
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) sebesar 110,5.
35
Kondisi bisnis di Indonesia
pada triwulan IV tahun
2018 menurun.
dengan indeks sebesar 113,0 meskipun rencana
pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan
pesta/hajatan menurun dengan nilai indeks sebesar
88,2.
Indeks Tendensi Bisnis
Gambar 6. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018
Sumber: BPS, diolah
Catatan: ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200 dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan
(stagnan) dibanding triwulan sebellumnya c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (meningkat)dibanding
triwulan sebelumnya
d. * = Angka perkiraan
Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan IV tahun
2018 menurun dengan nilai Indeks Tendensi Bisnis
(ITB) sebesar 104,7. Optimisme pelaku bisnis di
Indonesia lebih rendah dari triwulan sebelumnya
dimana nilai ITB besarnya 108,1. Peningkatan
kondisi bisnis tertinggi terjadi pada sektor
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib dengan nilai ITB sebesar
122,6. Sementara itu, kondisi bisnis terendah
terjadi pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan dengan nilai ITB sebesar 95,3. Pada
triwulan I tahun 2019 kondisi bisnis pada 14
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*
2017 2018 2019
36
lapangan usaha diperkirakan meningkat meskipun
dengan tingkat optimisme pelaku bisnis yang lebih
rendah. Perbaikan ini diperkirakan karena adanya
peningkatan order dari dalam negeri dan
peningkatan harga jual.
Tabel 17. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan III dan Triwulan IV Tahun 2018 Menurut Lapangan Usaha dan Komponen Pembentuknya
No Sektor dalam ITB ITB Trw III-2018
ITB Trw IV-2018
Komponen Pembentuk ITB Trw IV Tahun 2018
Pendapatan Usaha
Penggunaan Kapasitas Produksi/
Usaha
Rata-Rata Jam
Kerja
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
108,4 95,3 97,9 92,8 -
2 Pertambangan dan Penggalian
112,9 97,2 96,5 97,2 97,9
3 Industri Pengolahan 105,2 98,1 98,0 97,2 99,0 4 Pengadaan Listrik dan Gas 123,7 114,6 115,6 120,3 107,8
5 Pengadaaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
121,7 109,4 106,7 113,3 108,3
6 Konstruksi 105,8 104,1 103,2 103,8 105,4
7
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
102,8 99,0 99,7 98,7 98,7
8 Transportasi dan Pergudangan
108,3 119,0 126,0 119,7 111,0
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
112,9 110,3 116,7 110,8 103,3
10 Informasi dan Komunikasi 106,0 105,3 109,0 107,6 99,3
11 Jasa Keuangan 119,9 113,0 122,5 120,5 96,0
12 Real Estat 100,4 101,2 100,0 101,2 102,3 13 Jasa Perusahaan 100,2 105,1 105,6 109,0 100,7
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
121,8 122,6 119,4 135,5 112,9
15 Jasa Pendidikan 113,5 112,0 111,7 112,5 111,7
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
114,9 118,8 122,3 120,2 113,8
17 Jasa Lainnya 100,3 103,1 103,4 101,7 104,2
Indeks Tendensi Bisnis 108,1 104,7 106,3 105,5 102,4
Sumber: Badan Pusat Statistik
Indeks Keyakinan Konsumen
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 127,0
lebih tinggi dari akhir triwulan IV tahun 2018 yang Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada akhir triwulan IV tahun 2018 sebesar 127,0.
37
sebesar 127,0. Hal ini menunjukkan kondisi
ekonomi konsumen yang meniningkat dengan
optimisme yang lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya. Sementara itu, IKK pada bulan Januari
2019 adalah sebesar 125,5.
Tabel 18. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari – Juli 2018
KETERANGAN 2018
Juli Aug Sept Okt Nov Des Jan
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 124,8 121,6 122,4 119,2 122,7 127,0 125,5
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 115,0 109,2 110,2 106,2 109,1 111,9 110,3 Penghasilan saat ini 127,3 120,2 118,2 115,7 117,9 123,3 121,1
Ketersediaan lapangan kerja 96,8 93,9 98,6 91,9 97,3 94,7 96,8 Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama
120,7 113,6 113,9 110,9 112,0 117,7 113,1
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 134,7 133,9 134,5 132,2 136,4 142,1 140,6 Ekspektasi Penghasilan 149,2 147,6 148,6 147,9 152,0 158,7 153,1
Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 121,6 121,8 123,2 119,5 125,0 127,1 126,6 Ekspektasi Kegiatan Usaha 133,4 132,3 131,7 129,3 132,0 140,4 142,0
Sumber: Bank Indonesia
Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) besarnya 111,9 pada
akhir triwulan IV tahun 2018, lebih tinggi dari akhir
triwulan III tahun 2018 yang besarnya 110,2.
Peningkatan ini disebabkan oleh Indeks Penghasilan
dan Pembelian Barang Tahan Lama saat ini yang
lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan persepsi
konsumen terhadap kondisi ekonomi (pada akhir
triwulan IV tahun 2018) yang tetap terjaga dengan
tingkat optimisme yang meningkat. Pada Januari
2019 IKE adalah sebesar 110,3.
Indeks Ekpektasi Konsumen (IEK) pada akhir
triwulan IV tahun 2018 adalah sebesar 142,1 lebih
tinggi dari triwulan III tahun 2018 yang besarnya
134,5. Kondisi ini dipengaruhi oleh meningkatnya
ekspektasi masyarakat dalam penghasilan,
ketersediaan lapangan kerja, dan kegiatan usaha
yang meningkat.
Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)
pada akhir triwulan IV
tahun 2018 adalah sebesar
111,9.
Indeks Ekpektasi Konsumen
(IEK) pada akhir triwulan IV
tahun 2018 adalah sebesar
142,1.
38
39
40
41
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI
Pertumbuhan Industri Pengolahan
Gambar 7. Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan Nonmigas Tahun 2011-2018 (YoY, persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik (2019), diolah
Pada triwulan IV tahun 2018, nilai tambah sektor
industri pengolahan nonmigas adalah sebesar Rp668
triliun (harga berlaku), atau tumbuh sebesar 4,73
persen dari triwulan IV tahun 2017 (YoY).
Pertumbuhan tersebut masih dibawah pertumbuhan
nasional (5,18 persen), sehingga masih belum cukup
kuat untuk menahan tren penurunan kontribusi PDB
industri pengolahan nonmigas dari 17,8 persen pada
triwulan IV tahun 2017 menjadi 17,6 persen pada
triwulan IV tahun 2018.
Secara akumulatif, nilai tambah sektor industri
pengolahan nonmigas sepanjang tahun 2018 adalah
sebesar Rp2.615 triliun (harga berlaku), atau tumbuh
sebesar 4,77 persen dari tahun 2017 (YoY).
Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan
tahun sebelumnya (4,85 persen), sehingga kontribusi
industri pengolahan nonmigas menurun dari 17,9
persen menjadi 17,6 persen pada tahun 2018.
Subsektor logam dasar, mesin perlengkapan, dan kulit
dan alas kaki tumbuh paling tinggi pada triwulan IV
tahun 2018, yaitu masing-masing sebesar 15,52
6,17 6,03 5,58
4,98 4,88
5,03 5,07 5,17
7,46 6,98
5,45
5,61 5,05
4,43 4,85 4,77
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan PDB Nasional SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NONMIGAS
PDB industri pengolahan nonmigas pada triwulan IV 2018 mencapai Rp668 triliun (Harga Berlaku) dan tumbuh sebesar 4,73 persen (YoY).
Pertumbuhan subsektor logam dasar; mesin dan perlengkapan; dan kulit dan alas kaki tumbuh msing-masing sebesar 15,52 persen, 14,55 persen, dan 12,10 persen.
PDB industri pengolahan nonmigas tahun 2018 mencapai Rp2.615 triliun (Harga Berlaku) dan tumbuh sebesar 4,77 persen (YoY).
42
persen, 14,55 persen, dan 12,10 persen. Pertumbuhan
subsektor tersebut didorong oleh peningkatan ekspor.
Pertumbuhan di sektor logam dasar juga menunjukkan
peningkatan kontribusi kawasan industri berbasis
logam.
Gambar 8. Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas 2018 (YoY, persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik (2019), diolah
Secara kumulatif, subsektor mesin dan perlengkapan,
kulit dan alas kaki, serta logam dasar tumbuh paling
tinggi selama tahun 2018, yakni masing-masing 9,49
persen, 9,42 persen, dan 8,99 persen (Gambar 8).
Pertumbuhan ekspor menjadi salah satu faktor
pendukung pertumbuhan, terutama di subsektor
logam dasar. Subsektor makanan dan minuman masih
menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar PDB
industri pengolahan nonmigas pada tahun 2018
(Gambar 8). Kondisi ini di satu sisi menunjukkan
penguatan sektor yang menjadi tumpuan nilai tambah
industri nasional, namun di sisi lain menunjukkan
tantangan bagi Indonesia untuk mengembangkan
-1,42
-0,83
-0,61
0,75
1,43
2,22
2,75
3,52
4,24
6,92
7,91
8,73
8,99
9,42
9,49
4,77
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
Industri Pengolahan Lainnya
Industri Barang Logam dll
Industri Kayu dll
Industri Kertas dll
Industri Furnitur
Industri Barang Galian bukan Logam
Industri Pengolahan Tembakau
Industri Alat Angkutan
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
Industri Makanan dan Minuman
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
Industri Logam Dasar
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
Industri Mesin dan Perlengkapan
SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NONMIGAS
Sepanjang tahun 2018, pertumbuhan PDB tertinggi terdapat di subsektor mesin dan perlengkapan; kulit dan alas kaki; dan logam dasar yaitu masing-masing sebesar 9,49 persen, 9,42 persen, dan 8,99 persen.
43
heavy industries (seperti industri besi dan baja serta
kimia) dan tidak bergantung pada industri yang
berbasis komoditas.
Di sisi lain, beberapa subsektor mengalami kontraksi,
yaitu barang logam (-0,61 persen), industri
pengolahan lainnya (-0,83 persen), dan industri kimia
dan farmasi (-1,42 persen). Kontraksi pada subsektor
industri kimia, farmasi dan obat tradisional
dipengaruhi oleh beban bahan baku impor, yang
dipengaruhi kenaikan harga minyak bumi dan
pelemahan nilai tukar. Beberapa perusahaan kimia
hulu memutuskan untuk menyesuaikan kapasitas
produksi untuk mencapai tingkat economies of scale
dengan harga bahan baku saat ini.
Gambar 9. Komposisi Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas Semester I 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik (2019), diolah
Nilai ekspor produk industri pengolahan nonmigas
pada triwulan IV tahun 2018 mencapai USD32,41
miliar, atau menurun sebesar 1,3 persen dibandingkan
dengan triwulan IV tahun 2017 (YoY). Pertumbuhan
ekspor logam dasar besi dan baja, bijih, kerak dan abu
2,69
0,54
0,44
0,39 0,26
0,45
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
Makanan &Minum
Tekstil Alat Angkut Logam Dasar Karet Lainnya MANUFAKTURNon-MIGAS
4,77
Nilai ekspor produk industri pengolahan nonmigas pada triwulan IV tahun 2018 mencapai USD32,41 miliar.
44
logam, dan bubur kayu (pulp) tercatat paling tinggi.
Pertumbuhan ekspor ini juga menunjukkan kontribusi
yang cukup signifikan dari perkembangan kawasan
industri yang berbasis logam. Dari sisi nilai ekspor,
produk minyak makan dan lemak nabati dan hewani,
kendaraan dan bagiannya, dan besi dan baja tercatat
memiliki nilai ekspor terbesar sepanjang tahun 2018.
Gambar 10. Nilai dan Pertumbuhan Ekspor Produk Industri Pengolahan Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik (2018), diolah
Data Penjualan Komoditas Industri Utama
Penjualan mobil dan motor merupakan indikator yang
digunakan untuk mengetahui kondisi daya beli
masyarakat kelas menengah atas dan kelas menengah
bawah. Sementara itu penjualan semen merupakan
indikator yang menunjukkan kondisi pembangunan di
Indonesia.
32.411
-1,3
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
Ekspor Produk Industri (juta USD, sb. kiri)
Pertumbuhan Ekspor Produk Industri (persen, sb. kanan, y-on-y)
45
Produksi mobil pada triwulan IV tahun 2018 mencapai
348.111 unit, atau mengalami kenaikan sebesar 11,16
persen dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2017.
Kenaikan produksi tersebut utamanya didorong oleh
kenaikan produksi kendaraan sport 1.500-3.000 cc
(52,59 persen) dan produksi truk lebih dari 24 ton
(46,55 persen). Sementara secara akumulatif, produksi
mobil sepanjang tahun 2018 mencapai 1.343.714
unit, atau meningkat 10,40 dibandingkan dengan
produksi tahun 2017.
Gambar 11. Kinerja Produksi Mobil
Sumber: GAIKINDO (2018), diolah
Dari sisi penjualan, sebanyak 294.658 unit mobil
terjual pada triwulan IV tahun 2018, atau meningkat
sebesar 6,87 persen dibandingkan dengan triwulan IV
tahun 2017. Kenaikan penjualan mobil ini didorong
oleh kenaikan penjualan mobil truk lebih dari 24 ton
(29,73 persen), kendaraan sport (16,26 persen), dan
truk dibawah 5 ton (14,77 persen). Secara kumulatif,
348.111
11,16
-15,00
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
Produksi mobil (unit, sb.kiri) Pertumbuhan (y-o-y,%,sb.kanan)
Penjualan mobil pada triwulan IV tahun 2018 mencapai 294.658 unit atau meningkat sebesar 6,87 persen (YoY).
Produksi mobil pada triwulan IV tahun 2018 mencapai 348.111 unit atau naik sebesar 11,16 persen dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2017.
46
penjualan mobil pada tahun 2018 mencapai 1.151.291
unit, atau meningkat 6,64 persen dibandingkan
penjualan mobil pada tahun 2017. Kenaikan produksi
dan penjualan untuk kedua jenis tersebut sejalan
dengan meningkatnya investasi untuk kendaraan
sekaligus meningkatnya konsumsi masyarakat.
Gambar 12. Kinerja Penjualan Mobil
Sumber: GAIKINDO (2018), diolah
Penjualan motor pada triwulan IV tahun 2018 masih
melanjutkan tren pertumbuhan positif sejak awal
tahun. Penjualan motor mencapai 1,66 juta atau
tumbuh sebesar 7,44 persen. Secara kumulatif,
penjualan motor pada tahun 2018 mencapai 6,38 juta
unit atau tumbuh 8,44 persen (YoY). Peningkatan
penjualan motor didorong oleh perbaikan daya beli
masyarakat dan sejalan dengan kenaikan harga
komoditas di pasar internasional.
294.658
6,9
-25,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2016 2017 2018
Penjualan Mobil (Unit, sb. kiri) Pertumbuhan Penjualan Mobil (persen, sb. kanan, y-on-y)
Penjualan motor pada triwulan IV tahun 2018 mencapai 1,66 juta unit atau meningkat sebesar 7,44 persen (YoY).
47
Gambar 13. Kinerja Penjualan Motor
Sumber: GAIKINDO dan ASTRA 2018, diolah
Gambar 14. Kinerja Penjualan Semen
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI, 2018), diolah
Penjualan semen pada triwulan IV tahun 2018
mencapai 21,34 juta ton, atau meningkat sebesar 7,63
1.660.869
7,44
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
1.800.000
2.000.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018 Penjualan Sepeda Motor (Unit, sb. kiri)
Pertumbuhan Penjualan Sepeda Motor (persen, sb. kanan, y-on-y)
21 7,63
-10
-5
0
5
10
15
,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018 Penjualan Semen (Juta Ton, sb. kiri)
Pertumbuhan Penjualan Semen (persen, sb. kanan, y-on-y)
Penjualan semen pada triwulan IV tahun 2018 mencapai 21,34 juta ton.
48
persen (YoY). Secara kumulatif, pada tahun 2018,
penjualan semen mencapai 75,14 juta ton atau
meningkat 8,46 persen (YoY). Penyelesaian proyek-
proyek infrastruktur, termasuk infrastruktur di
pedesaan, program sejuta rumah, serta
pengembangan perumahan oleh pengembang swasta
masih menjadi pendorong pertumbuhan penjualan
semen pada tahun 2018.
Manufacturing Purchasing Manager Index (PMI)
Nilai PMI Indonesia pada bulan Oktober, November,
dan Desember 2018 adalah 50,50; 50,40; dan 51,20
dengan rata-rata 50,70 selama triwulan IV tahun 2018.
Meskipun masih menunjukkan ekspansi, namun
secara nilai, indeks pada triwulan ini lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laporan
Nikkei Market menyebutkan bahwa ekpansi industri
pengolahan lebih disebabkan oleh meningkatnya
permintaan domestik dibandingkan ekspor. Hal
tersebut disebabkan indeks untuk permintaan ekspor
selalu turun sepanjang tahun 2018. Namun, pada
bulan Desember 2018 terjadi kenaikan pemesanan
baru (new orders) dan tenaga kerja yang mendorong
kenaikan produksi pada bulan Desember setelah turun
pada dua bulan sebelumnya. Apresiasi nilai Rupiah
pada akhir tahun juga membantu penurunan biaya
input yang sebagian masih harus diimpor.
Gambar 15. Purchasing Manager Index Indonesia
Sumber: CEIC, diolah
46,0
48,0
50,0
52,0
2017 2018
Prompt Manufacturing Index (PMI)
Angka PMI yang berada di atas 50 pada triwulan IV tahun 2018 menunjukkan industri pengolahan rata-rata masih melakukan ekspansi.
49
Investasi Sektor Industri Pengolahan
Pada triwulan IV tahun 2018, nilai PMDN sektor
industri pengolahan mencapai USD20,41 miliar atau
menurun sebesar 22,03 persen (YoY). Subsektor
dengan nilai PMDN terbesar adalah industri makanan
sebesar USD9 miliar, yang diikuti dengan industri kimia
dan farmasi serta subsektor industri logam dasar,
barang dari logam, bukan mesin dan perlengkapannya
dengan nilai investasi masing-masing USD4,19 miliar
dan USD3,09 miliar. Sementara subsektor industri
kendaraan bermotor, industri kimia dan farmasi, serta
industri kertas dan percetakan menjadi subsektor
dengan peningkatan nilai PMDN terbesar pada
triwulan IV tahun 2018.
Gambar 16. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sektor Industri Pengolahan
Sumber : BKPM 2018, diolah
Nilai PMA untuk sektor industri pengolahan pada
triwulan IV tahun 2018 mencapai USD2,40 miliar. Nilai
PMA tersebut turun sebesar 21,37 persen
dibandingkan periode yang sama tahun 2017.
Subsektor dengan nilai PMA terbesar pada triwulan IV
tahun 2018 adalah subsektor industri logam, barang
dari logam, bukan mesin dan perlengkapan sebesar
USD517,20 juta, diikuti dengan subsektor industri
kimia dan farmasi dan industri makanan masing-
20.411
-22,0
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018PMDN (Juta USD, sb. kiri)
Pertumbuhan PMDN (%,sb. kanan, y-o-y)
Nilai PMDN sektor industri pengolahan pada triwulan IV tahun 2018 mencapai USD20,41 milyar.
Nilai PMA sektor industri pengolahan pada triwulan IV tahun 2018 mencapai USD2,40 miliar.
50
masing sebesar USD425,40 juta dan USD334,90 juta.
Peningkatan PMA di industri logam didorong oleh
investasi kawasan industri berbasis logam dan kerja
sama produksi industri logam. Sementara itu,
subsektor industri kayu, industri kertas dan
percetakan, dan industri logam dasar, barang logam,
bukan mesin merupakan subsektor dengan
pertumbuhan realisasi investasi tertinggi pada
triwulan IV tahun 2018.
Tren penurunan PMDN dan PMA di sektor industri
pengolahan sejak tahun 2017 tidak sejalan dengan
peningkatan Ease of Doing Business yang terjadi. Paket
kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah
dan relaksasi Daftar Negatif Investasi juga masih
belum mampu untuk meningkatkan investasi di sektor
industri pengolahan. Kebijakan investasi yang lebih
terarah, harmonisasi kebijakan hulu-hilir dan
antarsektor, serta peningkatan kepastian dan
kemudahan prosedur untuk mengakses insentif
investasi dapat menjadi solusi kebijakan untuk
meningkatkan investasi di sektor industri pengolahan.
Kebijakan investasi ke depan dapat mencontoh
kawasan industri berbasis logam, seperti Morowali,
yang mampu menarik pemain global untuk
membangun industri yang terintegrasi hulu-hilir di
lokasi sumber bahan baku.
Gambar 17. Penanaman Modal Asing (PMA) Sektor Industri Pengolahan
Sumber: BKPM (2018), diolah
2407,0
-9,8
-60-40-20020406080100
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
PMA (juta USD,sb. kiri) Pertumbuhan PMA (%, sb. kanan, y-on-y)
Penerapan kebijakan khusus untuk meningkatkan investasi di sektor industri pengolahan harus segera dilaksanakan.
51
Perkembangan Sektor Pariwisata
Pertumbuhan Wisatawan Mancanegara
Pada triwulan IV tahun 2018, jumlah wisatawan
mancanegara (wisman) mencapai 3,86 juta orang,
atau meningkat 14,44 persen dibandingkan dengan
triwulan IV tahun 2017. Secara kumulatif, jumlah
wisman pada tahun 2018 mencapai 15,81 juta orang
atau meningkat 12,58 persen. Pemantauan jumlah
wisman dengan dukungan mobile positioning device
(MPD) memperbaiki pencatatan wisman pada tahun
2018. Hal ini tercermin dari wisman asal Malaysia dan
Timor Leste yang melakukan perjalanan lintas batas
dalam jumlah paling besar. Pertumbuhan wisman
sebenarnya cenderung melambat (Gambar 13),
namun beberapa momentum di tahun 2018 dapat
dijadikan sebagai basis bagi perbaikan strategi
promosi pariwisata ke depan. Salah satunya adalah
keberhasilan penyelenggaraan IMF-World Bank
Annual Meeting serta Asian Games dan Asian Para
Games yang diharapkan dapat menarik minat wisman
untuk berkunjung ke Indonesia.
Gambar 18. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Mancanegara (YoY, persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik (2018), diolah
3.857.482
5,94 5,83
13,36
16,91
21,91
29,55 30,69
6,79
14,85
11,46 10,17
14,44
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
-
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
4.500.000
5.000.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
Jumlah Wisman (ribu orang, BPS) Pertumbuhan (%, y-o-y, sb. kanan)
Jumlah wisman pada triwulan IV tahun 2018 mencapai 3,86 juta orang, atau meningkat 14,44 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2017.
52
53
54
55
PERKEMBANGAN KEUANGAN NEGARA
Pendapatan Negara dan Hibah
Sampai dengan akhir tahun 2018, realisasi
Pendapatan Negara dan Hibah mencapai Rp1.942,3
triliun atau 102,5 persen dari target APBN 2018
(Tabel 19). Realisasi tersebut meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya. Capaian positif ini
didukung oleh kenaikan seluruh komponen
Pendapatan Negara dan Hibah, utamanya
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Tabel 19. Perkembangan Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah, 2012 – 2018 (triliun Rp)
Keterangan 2012 2013 2014 2015 2016
2017 2018
Nominal %
APBN Nominal
% APBN
Perpajakan 980,5 1.077,3 1.146,9 1.240,4 1.285,0 1.343,5 89,6 1.521,4 94,2
PNBP 351,8 354,8 398,6 255,6 262,0 311,2 124,5 407,1 147,8
Hibah 5,8 6,8 5,0 12,0 8,9 11,6 847,2 13,9 1.161,4
TOTAL 1.338,1 1.438,9 1.550,5 1.508,0 1.555,9 1.666,3 95,2 1.942,3 102,5
Sumber: Kementerian Keuangan
Hingga akhir tahun 2018, realisasi penerimaan
perpajakan mencapai Rp1.521,4 triliun (94,2 persen
dari APBN 2018) atau meningkat 13,2 persen
dibandingkan realisasi tahun 2017. Pajak
Penghasilan (PPh), sebagai kontributor utama dari
Penerimaan Perpajakan, meningkat 16,2 persen
dari Rp646,8 triliun pada 2017 menjadi Rp751,5
triliun pada 2018. Perkembangan positif dari harga
komoditas global mendorong peningkatan PPh,
khususnya PPh Non-Migas. Selanjutnya Pajak
Pertambahan Nilai juga meningkat sebesar 12,0
persen dibandingkan periode yang sama pada
tahun 2017 (Gambar 19).
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah hingga akhir 2018 meningkat dibandingkan tahun 2017.
Kinerja positif dari realisasi penerimaan perpajakan pada tahun 2018 didorong oleh peningkatan PPh dan PPN.
56
Gambar 19 Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan (triliun Rp)
Sumber: Kementerian Keuangan
PNBP menjadi komponen tingginya penerimaan
negara tahun 2018. Realisasi PNBP hingga akhir
2018 sebesar Rp407,1 triliun, lebih tinggi 47,8
persen dibandingkan dengan target APBN. Secara
umum, realiasasi seluruh komponen PNBP tahun
2018 diatas target APBN. Berdasarkan komponen
penyusunnya, penerimaan SDA migas masih
mendominasi PNBP pada 2018, yaitu sebesar
Rp143,3 triliun. Capaian ini meningkat 75,2 persen
dibandingkan dengan tahun 2017. Meningkatnya
harga rata-rata komoditas global, khususnya
minyak bumi dan batu bara menjadi salah satu
faktor utama capaian kinerja positif PNBP.
Gambar 20. Realisasi Komponen PNBP (triliun Rp)
Sumber: Kementerian Keuangan
Belanja Pemerintah
Hingga akhir 2018, realisasi belanja negara
mencapai sebesar Rp2.202,2 triliun atau 99,2
persen dari target APBN. Apabila dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya
646,79 480,72
16,77 153,29
39,21
751,49 538,20
26,20 159,69
45,78
Pajak Penghasilan PajakPertambahan
Nilai
PBB dan PajakLainnya
Cukai PajakPerdaganganInternasional
Desember 2017 Desember 2018
81,84
29,29 43,9
108,83
47,35
143,3
37,8 45,1
127,2
53,7
SDA Migas SDA Non Migas Pendapatan dari KND PNBP Lainnya Pendapatan BLU
Desember 2017 Desember 2018
Kenaikan realisasi PNBP pada akhir 2018 dikontribusikan oleh kenaikan harga komoditas global
Realisasi Belanja Negara pada triwulan IV tahun 2018 meningkat dibandingkan pada periode yang sama pada tahun 2017.
57
terhadap target APBN-nya, capaian realisasi Belanja
Negara tahun 2018 lebih tinggi dibandingkan
dengan realisasi tahun 2017 (Gambar 21). Realisasi
belanja negara meliputi Belanja Pemerintah Pusat
dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
Gambar 21 Perkembangan Realisasi Belanja Negara (% terhadap Target APBN)
Sumber: Kementerian Keuangan
Hingga akhir tahun 2018, realisasi Belanja
Pemerintah Pusat mencapai Rp1.429,3 triliun atau
99,3 persen dari target APBN 2018. Realisasi
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi
tahun 2017 yang hanya mencapai 92,6 persen dari
APBN. Selanjutnya, hingga akhir tahun 2018,
Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
tercatat sebesar Rp757,8 triliun atau 98,9 persen
dari target APBN 2018 (Gambar 22). Besaran
belanja TKDD pada 2018 meningkat 2,1 persen
dibandingkan dengan realisasi pada periode yang
sama pada tahun 2017. Gambar 22. Perkembangan Komponen Belanja Negara (% terhadap Target APBN)
%APBN
92,6 %APBN
99,3 %APBN
Desember 2017
Desember 2018
Belanja pemerintah pusat serta belanja transfer ke daerah dan dana desa, meningkat pada akhir tahun 2018
%APBN
94,1 %APBN
99,2 %APBN
Desember 2017
Desember 2018
Belanja Negara
%APBN
96,8 %APBN
98,9 %APBN
Belanja Pemerintah
Pusat
Belanja Transfer Ke
Daerah dan Dana Desa
Desember 2017
Desember 2018
Sumber: Kementerian Keuangan
58
Peningkatan realisasi Belanja Pemerintah Pusat
pada tahun 2018 ini utamanya dihasilkan oleh
tingginya realisasi beberapa komponen belanja
terhadap APBN seperti Bantuan Sosial (103,3
persen), Pembayaran Bunga Utang (108,2 persen)
dan Subsidi (138,8 persen). Sementara itu beberapa
komponen Belanja Pemerintah Pusat tidak
mencapai target APBN yang meliputi Belanja
Barang (99,1 persen), Belanja Pegawai (94,8), dan
Belanja Modal (90,7 persen) (Gambar 23).
Gambar 23. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Komponen Tahun 2018
Sumber: Kementerian Keuangan
Hingga akhir tahun 2018, realisasi Belanja Modal
mencapai sebesar Rp184,9 triliun atau 90,7
persen dari target APBN. Jika dibandingkan
dengan tahun 2017, realisasi belanja modal
mengalami penurunan sebesar 12,9 persen.
Dalam tahun 2018, realisasi Belanja Subsidi
mencapai sebesar Rp216,77 triliun atau 38,8
persen lebih tinggi dari target APBN 2018.
Tingginya realisasi belanja subsidi disebabkan
oleh tingginya subsidi energi yang terpengaruh
oleh harga minyak dan nilai tukar yang jauh lebih
tinggi dari yang diproyeksikan. Peningkatan nilai
subsidi energi tersebut dimaksudkan untuk
menjaga daya beli masyarakat yang kurang
mampu. Agar harga tetap stabil pada tingkat
masyarakat, melalui Peraturan Menteri ESDM
No. 40 Tahun 2018 Tentang Perubahan Keenam
Subsidi
Bunga Utang
Bantuan Sosial
Belanja Barang
Belanja Pegawai
Belanja Modal
138,8%
108,2%
103,3%
99,1%
94,8%
90,7% Rp263,9 T
Rp337,0 T
Rp184,9 T
Rp83,9 T
Rp258,1 T
Rp216,8 T
Realisasi belanja modal hingga akhir tahun 2018 mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, realisasi belanja subsidi hingga akhir tahun 2018 meningkat dibandingkan Desember 2017.
Pembayaran Bunga Utang, Bantuan Sosial, dan Subsidi merupakan komponen Belanja Pemerintah Pusat dengan realisasi yang relatif tinggi.
59
Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 39 Tahun 2014 Tentang
Perhitungan Harga Jual Eceran Bahan Bakar
Minyak, subsidi tetap (fixed subsidy) solar
dinaikan dari Rp500;-/liter menjadi Rp2000,-
/liter. Kebijakan tersebut selain berdampak
positif pada daya beli masyarakat kurang mampu
juga untuk menjaga financial sustainability
BUMN.
Gambar 24. Realisasi Belanja Modal dan Subsidi (% terhadap Target APBN)
Sumber: Kementerian Keuangan
Hingga akhir tahun 2018, Dana Perimbangan
sebagai komponen terbesar dari TKDD mencapai
sebesar Rp668,6 triliun, meningkat 2,2 persen
dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun 2017. Dana Alokasi Umum (DAU) menjadi
komponen terbesar dari Dana Perimbangan dengan
realisasi sebesar Rp401,5 triliun. Adapun realisasi
Dana Transfer Khusus mengalami peningkatan
sebesar 3,5 persen dari Rp167,7 triliun pada 2017
menjadi Rp173,5 triliun pada 2018. Selain itu,
penyaluran Dana Desa juga hampir mencapai
target, dengan realisasi sebesar 99,8 persen (Tabel
20). Pencapaian ini didorong oleh koordinasi yang
baik antar Kementerian/Lembaga dalam
%APBN
107,4 %APBN
%APBN
104,0 %APBN
90,7 %APBN
DAU masih menjadi komponen terbesar dari Dana Perimbangan. Lebih lanjut, Dana Transfer Khusus mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2017.
Desember 2018
138,8 %APBN
Desember 2017
Belanja Modal
Belanja Subsidi
60
mempercepat proses penyaluran dan penyampaian
laporan realisasi penyaluran Dana Desa.
Tabel 20. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Tahun 2012-2018 (triliun Rp)
Keterangan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Nominal % APBN Nominal % APBN
Transfer Ke Daerah 424,4 445,3 495,0 521,1 664,2 682,2 96,6 697,9 98,8
Dana Perimbangan 411,1 430,4 477,1 485,8 639,8 654,5 96,5 668,6 98,8
Dana Bagi Hasil 111,3 88,5 103,9 78,1 90,5 88,2 92,5 93,7 105,2
Dana Alokasi Umum 273,8 311,1 341,2 352,9 385,4 398,6 100,0 401,5 100,0
Dana Transfer Khusus 25,9 30,8 31,9 54,9 164,5 167,7 90,8 173,5 93,3
Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
12,0 13,6 16,6 17,7 18,8 20,2 100,0 21,1 100
Dana Insentif Daerah 1,4 1,4 1,4 1,7 5,0 7,5 100,0 8,2 96,8
Dana Desa - - - 20,8 46,7 59,8 99,6 59,9 99,8
Total 424,4 445,3 495,0 525,9 710,9 742,0 96,8 757,8 98,1
Sumber: Kementerian Keuangan
Pembiayaan Pemerintah
Hingga akhir tahun 2018, defisit APBN sebesar
Rp259,9 triliun rupiah atau berada pada 1,76
persen PDB. Besaran defisit ini jauh lebih rendah
dibandingkan dengan realisasi defisit tahun 2017
yang mencapai sebesar Rp341,0 triliun atau 2,51
persen PDB (Gambar 25). Membaiknya kinerja
pendapatan negara dan pengelolaan belanja negara
yang baik berdampak pada tingkat defisit yang lebih
rendah.
Gambar 25. Perkembangan Realisasi Defisit APBN, (Rp triliun dan %PDB)
Sumber: Kementerian Keuangan
Defisit anggaran yang lebih terjaga berimplikasi
pada kebutuhan pembiayaan yang relatif terjaga.
Hingga akhir tahun 2018, realisasi pembiayaan
(340,9759) (259,8959)
(2,5100)
(1,7600)
-3
-2
-1
0
-550-500-450-400-350-300-250-200-150-100
-500
Desember 2017 Desember 2018
Rp Triliun %PDB
Defisit anggaran yang terkendali berdampak pada turunnya realisasi pembiayaan pada triwulan IV tahun 2018.
Defisit Anggaran mengalami penurunan pada akhir triwulan IV tahun 2018.
0
61
(neto) mencapai Rp300,4 triliun atau menurun
18,07 persen dibandingkan dengan realisasi tahun
2017. Realisasi Pembiayaan tersebut mencapai 92,2
persen dari target APBN (Tabel 21).
Tabel 21. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN, 2017-2018 (Rp triliun)
Jenis Pembiayaan 2017 2018
Nominal % APBN Nominal % APBN
Utang (neto) 429,1 93,0 366,7 91,8
Investasi (59,8) 100,0 (61,1) 91,8
Pinjaman (2,1) 55,9 (4,3) 63,5
Penjaminan (1,0) 100,0 (1,1) 100,0
Lainnya 0,4 119,7 0,2 100,0
Total (neto) 366,6 92,3 300,4 92,2
Sumber: Kementerian Keuangan
Posisi Utang Pemerintah
Total Utang Pemerintah Pusat hingga akhir tahun
2018 sebesar Rp 4.418,3 triliun atau sekitar 30,0
persen PDB. Utang pemerintah pusat tersebut
meningkat 10,6 persen dari tahun 2017. Meskipun
secara nominal mengalami peningkatan namun dari
sisi rasionya terhadap PDB, utang pemerintah pusat
masih jauh dibawah ambang batas maksimal yang
ditetapkan oleh Undang-Undang No. 17 Tahun
2003, yaitu sebesar 60 persen. Proporsi Surat
Berharga Negara (SBN) masih memegang porsi
terbesar pada struktur utang Pemerintah.
Gambar 26. Perkembangan Utang Pemerintah Pusat, 2013-2018
Sumber: Kementerian Keuangan
2375,00 2608,7800 3165,1300 3515,4600 4010,2600
4418,300
26,200 24,700
27,4600 28,300 29,5115 29,9800
15
20
25
30
2000
3000
4000
5000
6000
2013 2014 2015 2016 2017 Desember2018
Utang Pemerintah Pusat Rasio Utang (%PDB)
Meskipun realisasi rasio
Utang Pemerintah
mengalami peningkatan
namun masih berada
dalam batas aman.
62
Surat Berharga Negara
Surat Berharga Negara (SBN) masih mendominasi
struktur utang Pemerintah Pusat, dengan proporsi
sebesar 81,8 dari total utang pemerintah. Hingga
Desember 2018, total SBN tercatat sebesar
Rp3.612,7 triliun. Dari total SBN tersebut, SBN yang
diperdagangkan adalah sebesar Rp2.368,5 triliun.
Berdasarkan kepemilikannya, Institusi Non-bank
masih mendominasi kepemilikan SBN yang
diperdagangkan dengan proporsi sebesar 69,0
persen, diikuti oleh Bank dan Institusi Negara
masing masing sebesar 20,3 persen dan 10,7
persen. Adapun kepemilikan asing (non-residen)
pada SBN mencapai Rp893,3 triliun atau 37,7
persen dari total SBN yang diperdagangkan (Tabel
22). Berdasarkan jangka waktunya, SBN dengan
tenor 5 tahun ke atas masih menjadi instrumen
yang diminati oleh nonresiden/asing dengan
proporsi sebesar 75,4 dari total SBN yang dimiliki
oleh nonresiden/asing. Pengelolaan yang
senantiasa memperhatikan aspek kehati-hatian
serta tingkat paparan terhadap risiko yang selalu
dijaga menjadi faktor positif yang meningkatkan
minat non-residen/asing terhadap SBN.
Tabel 22. Posisi Kepemilikan SBN Rupiah yang Diperdagangkan, Tahun 2012 – 2018 (triliun Rp)
2012 2013 2014 2015 2016 2017
2018
Nominal % Kepemilikan
Bank 299,7 335,4 375,6 350,1 399,5 491,6 481,3 20,3
Institusi Negara 3,1 44,4 41,6 148,9 134,3 141,8 253,5 10,7
Nonbank 517,5 615,4 792,8 962,9 1.239,6 1.466,3 1.633,7 69,0
Reksadana 43,2 42,5 45,8 61,6 85,7 104,0 118,6 5,0
Asuransi 83,4 129,6 150,6 171,6 238,2 150,8 201,6 8,5
Nonresiden/Asing 270,5 323,8 461,4 558,5 665,8 836,1 893,3 37,7
Dana Pensiun 56,5 39,5 43,3 49,8 87,3 198,1 212,9 9,0
Individu 32,5 30,4 42,5 57,8 59,8 73,1 3,1
Lain lain 64,9 47,6 61,3 78,8 104,8 117,5 134,2 5,7
Total 820,3 995,3 1.210,0 1.461,8 1.773,3 2.099,8 2.368,5 100,0
Sumber : Kementerian Keuangan
Minat investor asing terhadap SBN tenor jangka menengah dan panjang cukup tinggi.
63
Gambar 27. Komposisi Kepemilikan SBN oleh Asing berdasarkan Tenor (% Total SBN)
Sumber : Kementerian Keuangan
Pinjaman Luar Negeri
Hingga November 2018, realisasi Pinjaman Luar
Negeri mencapai sebesar USD176,1 miliar.
Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan
dengan realisasi tahun 2017 yang mencapai sebesar
USD177,3 miliar (Tabel 23). Berdasarkan pemberi
pinjaman (kreditor), Pinjaman Luar Negeri
didominasi oleh sumber pinjaman multilateral
dalam bentuk pinjaman program dan proyek.
Sedangkan pinjaman luar negeri yang berasal dari
bilateral masih didominasi oleh Jepang, dengan
nilai pinjaman senilai USD12,8 miliar.
1,9 4,5 10,2 11,9
7,8 5,2 4,7 3,2 3,5
5,0 4,3 5,1
4,7
4,6 8,2
2,8 5,4 3,7 1,3
5,4 5,1
1,9
23,3 19,8 18,1
16,8
16,5 12,9 15,2 11,8
17,8 17,3 18,4
16,9 21,7 21,0
24,9
27,8 32,0 33,6 39,0
37,4 35,6 36,8
52,8 49,3 46,0 38,2
45,0 44,5 42,8 44,7 36,0 37,0 38,6
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Dec-18
< 1 1 - 2 2 - 5 5 - 10 > 10
Jepang masih menjadi kreditur utama pinjaman luar negeri Indonesia.
64
Tabel 23. Posisi Utang Luar Negeri Berdasarkan Kreditur, 2012 - November 2018 (Miliar USD)
Negara/Kelompok 2012 2013 2014 2015 2016 2017 November-
2018
Negara 39,6 34,7 30,4 28,1 26,7 26,4 25,0
a Jepang 26,4 21,0 17,0 15,5 14,6 14,0 12,8
b Perancis 2,5 2,6 2,5 2,4 2,4 2,7 2,5
c Jerman 2,1 2,0 1,8 1,7 1,9 2,1 2,4
d Tiongkok 0,8 0,9 1,0 1,0 1,0 1,3 1,5
e Korsel 0,7 1,0 1,2 1,4 1,5 1,4 1,4
f AS 1,6 1,6 1,6 1,5 1,4 1,2 1,1
g Belanda 1,2 1,2 1,0 0,8 0,6 0,6 0,5
h Singapura 0,2 0,2 0,6 0,6 0,6 0,6 0,5
i Australia 0,8 0,7 0,7 0,6 0,5 0,5 0,4
j Austria 0,9 0,9 0,7 0,5 0,4 0,4 0,3
k Lainnya 2,3 2,6 2,4 2,0 1,7 1,6 1,5
Multilateral 230,1 288,3 93,4 109,3 128,2 150,9 155,5
a Bank Dunia 12,6 13,4 14,1 16,1 17,3 18,0 18,2
b ADB 10,4 9,4 8,6 9,2 9,3 9,0 9,8
c IDB 0,5 0,6 0,6 0,6 0,7 0,9 1,0
d IFAD 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2
e Lainnya 53 56,1 69,9 83,2 100,7 122,9 126,3
Total 269,7 323,0 123,8 137,4 154,9 177,3 176,1
Sumber: Kementerian Keuangan
65
66
67
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA
Perdagangan Luar Negeri
Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia
Tabel 24. Neraca Perdagangan dan Tingkat Pertumbuhan Ekspor dan Impor Tahun 2017 dan 2018 Tahun 2017 Q4 2017 2018 Q4 2018
Neraca Perdagangan (Juta USD)
Total 996,5 11.885,6 -4.871,4 -8.643,6
Migas -2.703,8 -8.578,1 -3.094,4 -12.453,8
Non Migas 3.700,4 20.463,6 -1.777,0 3.767,5
Pertumbuhan yoy (%)
Total Ekspor 13,4 16,8 -1,0 6,6
Total Impor 20,2 15,7 12,2 20,2
Ekspor Migas 25,3 20,1 9,0 10,3
Impor Migas 40,3 11,2 11,1 22,6
Ekspor Non Migas 12,3 16,5 -2,0 6,2
Impor Non Migas 17,1 13,6 12,4 19,8
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Neraca perdagangan Indonesia pada triwulan IV
tahun 2018 mengalami defisit perdagangan
sebesar USD4.871,4 juta. Sebagian besar defisit
disebabkan oleh defisit perdagangan di sektor
migas yakni sebesar USD3.094,4 juta, kemudian
ditambah dengan defisit perdagangan di sektor
non migas sebesar USD1.777,0 juta. Tingkat
pertumbuhan ekspor migas pada triwulan IV tahun
2018 sebesar 9,0 persen sedangkan impor migas
meningkat sebesar 11,1 persen (YoY). Sementara
itu, ekspor nonmigas mengalami tingkat
pertumbuhan negatif yakni sebesar 2,0 persen
sedangkan impor non migas meningkat sebesar
12,4 persen (YoY).
Secara kumulatif, neraca perdagangan pada tahun
2018 mengalami defisit sebesar USD8.643,6 juta.
Hal ini disebabkan oleh defisit pada sektor migas
sebesar USD12.453,8 juta, namun dikurangi oleh
surplus perdagangan dari sektor non migas
Neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2018 mengalami defisit sebesar USD8,64 miliar.
68
sebesar USD3.767,5 juta. Impor nonmigas pada
tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 22,6
persen, sedangkan ekspor migas sebesar 10,3
persen. Sementara itu, impor nonmigas
mengalami peningkatan sebesar 19,8 persen,
sedangkan ekspor non migas mengalami
pertumbuhan 6,2 persen.
Perkembangan Ekspor
Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun
2018 adalah sebesar USD44.977,3 juta, mengalami
penurunan sebesar 1,0 persen dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal
ini disebabkan terjadinya penurunan ekspor
nonmigas pada triwulan IV tahun 2018 sebesar 2,1
persen, sedangkan ekspor migas mengalami
pertumbuhan sebesar 9,0 persen (YoY). Sementara
itu, secara kumulatif nilai ekspor Indonesia pada
tahun 2018 mencapai USD180.003,4 juta, atau
mengalami pertumbuhan sebesar 6,6 persen
dibandingkan dengan tahun 2017. Hal ini dapat
dicapai karena baik ekspor migas dan nonmigas
mengalami tingkat pertumbuhan yang positif yakni
berturut-turut sebesar 10,3 persen, dan 6,2
persen.
Gambar 28. Nilai Ekspor Indonesia sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 (Miliar USD)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
TW-1 TW-2 TW-3 TW-4
Non Migas 2017 Non Migas 2018 Migas 2017
Migas 2018 Total 2017 Total 2018
Nilai total ekspor Indonesia pada tahun 2018 mencapai 180,0 miliar USD, mengalami pertumbuhan sebesar 6,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
69
Tabel 25. Perkembangan Ekspor sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 (Juta USD)
Komoditas Oct-18 Nov-18 Dec-18 2018 TW IV 2018
Nilai Ekspor (USD Juta) 15.894,2 14.905,8 14.177,3 44.977,3 180.003,4
Migas 1.536,6 1.371,4 1.746,4 4.654,4 17.354,9
Minyak Mentah 419 381 317 1.116 5.120
Hasil Minyak 166 118 107 391 1.599
Gas 952 873 1.323 3.147 10.636
Non Migas 14.357,6 13.534,4 12.430,9 40.322,9 162.605,7
Pertanian 315,9 319,9 298,4 934,2 3.434,8
Industri 11.628,4 10.756,1 10.011,7 32.396,2 129.895,3
Pertambangan dan lainnya 2.413,3 2.458,4 2.120,8 6.992,5 29.282,7 Pertumbuhan Ekspor (YoY%) 4,28% -2,71% -4,68% -1,01% 6,63%
Migas 3,77% 7,14% 15,66% 8,98% 10,27%
Minyak Mentah -16,13% -14,90% -37,61% -23,25% -2,24%
Hasil Minyak 11,39% -1,14% -11,72% 0,35% -2,49%
Gas 14,33% 22,35% 50,15% 29,69% 20,03%
Non Migas 4,33% -3,60% -6,98% -2,05% 6,23%
Pertanian -9,56% 1,19% 8,15% -0,76% -6,47%
Industri 6,04% -6,04% -3,80% -1,30% 3,85%
Pertambangan dan lainnya -1,34% 9,36% -20,86% -5,17% 20,52%
Proporsi Ekspor (%) 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Migas 9,67% 9,20% 12,32% 10,35% 9,64%
Minyak Mentah 2,63% 2,55% 2,24% 2,48% 2,84%
Hasil Minyak 1,04% 0,79% 0,75% 0,87% 0,89%
Gas 5,99% 5,85% 9,33% 7,00% 5,91%
Non Migas 90,33% 90,80% 87,68% 89,65% 90,33%
Pertanian 1,99% 2,15% 2,10% 2,08% 1,91%
Industri 73,16% 72,16% 70,62% 72,03% 72,16%
Pertambangan dan lainnya 15,18% 16,49% 14,96% 15,55% 16,27%
Sumber Pertumbuhan (%) 4,28% -2,71% -4,68% -1,01% 6,63%
Migas 0,36% 0,66% 1,93% 0,93% 0,99%
Minyak Mentah -0,43% -0,38% -0,84% -0,58% -0,06%
Hasil Minyak 0,12% -0,01% -0,09% 0,00% -0,02%
Gas 0,86% 1,31% 4,68% 2,08% 1,18%
Non Migas 3,91% -3,27% -6,12% -1,83% 5,63%
Pertanian -0,19% 0,03% 0,17% -0,02% -0,12%
Industri 4,42% -4,36% -2,69% -0,93% 2,78%
Pertambangan dan lainnya -0,20% 1,54% -3,12% -0,80% 3,34% Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
70
Tabel 26. Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Golongan Barang Terpilih sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018
Golongan Barang (HS) Nilai (Juta USD)
Pertumbuhan YoY (%)
Share thd Total Non Migas (%)
Okt-Des 2018
Jan-Des 2018
Okt-Des
2018
Jan-Des
2018
Okt-Des
2018
Jan-Des
2018 Bahan bakar mineral (27) 6,168.9 24,589.3 -3.80 16.69 15.30 15.12
Lemak & minyak hewan/nabati (15) 5,083.2 20,354.1 15.39 -11.37 12.61 12.51
Mesin/peralatan listrik (85) 2,255.5 8,829.5 -6.60 4.50 5.59 5.43
Kendaraan dan Bagiannya (87) 2,042.1 7,554.0 -13.84 10.51 5.06 4.64
Karet dan Barang dari Karet (40) 1,437.9 6,381.6 21.09 -17.58 3.57 3.92
Besi dan Baja (72) 1,598.9 5,751.5 -25.33 71.71 3.97 3.54
Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (84) 1,416.7 5,730.6 8.85 -2.40 3.51 3.52
Perhiasan/Permata (71) 1,356.1 5,605.5 -4.27 -0.04 3.36 3.45
Bijih, Kerak, dan Abu logam (26) 987.2 5,254.8 57.63 39.40 2.45 3.23
Alas kaki (64) 1,380.5 5,114.0 -3.16 4.12 3.42 3.14
10 Terbesar 23,727.1 95,164.9 2.56 5.07 58.84 58.51
Lainnya 16,595.7 67,483.5 -46.51 8.12 41.16 41.49
Total Non Migas 40,322.8 162,648.5 1.89 6.31 100.00 100.00 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Berdasarkan Golongan barang kode HS 2 dijit,
Golongan barang yang berkontribusi terbesar
terhadap ekspor pada triwulan IV tahun 2018
adalah Bahan Bakar Mineral (HS 27) sebesar 15,1
persen; Lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15)
sebesar 12,6 persen; Mesin/peralatan listrik (HS
85) sebesar 5,6 persen; Kendaraan dan bagiannya
(HS 87) sebesar 5,1 persen; dan Karet dan barang
dari karet (HS 40) sebesar 3,6 persen.
Secara kumulatif, ekspor nonmigas pada 10
kelompok barang terbesar pada tahun 2018
mencapai USD95.164,9 juta, atau mengalami
pertumbuhan sebesar 5,1 persen dibandingkan
dengan tahun 2017. Tingkat pertumbuhan ini lebih
kecil dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan
ekspor total non migas yakni sebesar 6,31 persen.
Berdasarkan golongan barang HS 2 dijit, impor nonmigas terbesar pada tahun 2018 adalah Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (HS 84), Mesin/Peralatan Listrik (HS 85), dan Besi dan Baja (HS 72).
Sedangkan dilihat dari tingkat pertumbuhan YoY, di antara 10 barang impor terbesar, Benda-Benda dari Besi dan Baja (HS 73) mengalami peningkatan impor tertinggi sebesar 48,1 persen.
71
Tabel 27. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Berdasarkan Golongan Barang Terpilih sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018
Kelompok Barang (Kode HS)
Volume (Ribu Ton) Pertumbuhan YoY
(%)
Okt-Des 2018
Jan-Des 2018 Okt-Des
2018 Jan-Des
2018
Bahan bakar mineral (27) 113.047,8 430.075,7 13,9 10,1
Lemak & minyak hewan/nabati (15) 9.243,0 32.361,0 13,1 3,2
Bijih, Kerak, dan Abu logam (26) 9.296,7 31.776,6 160,2 191,3
Garam, Belerang, Kapur (25) 3.209,3 14.816,3 -19,5 17,7
Berbagai produk kimia (38) 1.455,8 6.046,7 39,9 55,3
Ampas/Sisa Industri Makanan (23) 1.613,1 5.806,2 28,2 12,3
Kayu, Barang dari Kayu (44) 1.342,7 5.303,4 -7,1 -5,8
Kertas/Karton (48) 1.214,1 5.129,1 1,2 9,7
Besi dan Baja (72) 1.190,7 4.513,3 36,3 33,8
Bubur kayu/Pulp (47) 873,7 4.310,4 -32,7 -8,2
10 Terbesar 142.486,9 540.138,7 11,3 14,2
Lainnya 8.089,9 30.375,8 3,7 -0,9
Total Non Migas 150.576,7 570.514,5 10,8 13,3 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Berdasarkan volume ekspor, ekspor nonmigas
pada triwulan IV tahun 2018 sebesar 150,6 juta
ton, atau mengalami pertumbuhan sebesar 10,8
persen dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan tertinggi
di antara 10 kelompok barang terbesar
berdasarkan volume ekspor terdapat pada Bijih,
Kerak, dan Abu logam (HS 26) yakni pada triwulan
IV tahun 2018 tumbuh sebesar 160,2 persen.
Secara kumulatif, volume ekspor tahun 2018
mengalami pertumbuhan sebesar 13,3 persen
dibandingkan dengan tahun 2017. Tingkat
pertumbuhan tertinggi di antara 10 komoditas
dengan volume ekspor terbesar dicapai oleh Bijih,
Kerak, dan Abu logam (HS 26) sebesar 191,3
persen.
Berdasarkan volume ekspor, ekspor nonmigas pada tahun 2018 mengalami pertumbuhan sebesar 13,3 persen.
72
Tabel 28. Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Negara Tujuan Utama sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018
Negara Nilai (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%)
Share thd Total Non Migas (%)
Okt-Des 2018
Jan-Dec 2018
Okt-Des 2018
Jan-Dec 2018
Okt-Des 2018
Jan-Dec 2018
R.R. Tiongkok 18.521,4 24.393,8 27,10 14,41 15,14 15,00
Amerika Serikat 13.199,9 17.673,5 2,94 3,11 10,79 10,87
Jepang 12.511,2 16.309,2 18,03 10,99 10,23 10,03
India 10.098,4 13.664,9 -1,25 -2,04 8,26 8,40
Singapura 6.634,6 8.909,8 -0,93 -1,80 5,42 5,48
Malaysia 5.823,2 7.762,6 12,66 9,94 4,76 4,77
Korea Selatan 5.564,2 7.505,9 18,63 18,52 4,55 4,62
Filipina 5.179,5 6.809,2 9,62 3,21 4,23 4,19
Thailand 4.388,8 5.718,1 8,47 5,19 3,59 3,52
Vietnam 3.166,6 4.549,3 23,70 27,21 2,59 2,80
10 Terbesar 85.087,8 113.296,4 11,80 7,71 69,56 69,67
Lainnya 37.237,8 49.326,1 4,07 3,04 30,44 30,33
Total Non Migas 122.325,7 162.622,5 9,33 6,25 100 100 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Berdasarkan negara tujuan ekspor, negara tujuan
ekspor nonmigas terbesar pada triwulan IV tahun
2018 adalah Tiongkok dengan kontribusi sebesar
15,1 persen terhadap total ekspor nonmigas.
Setelah Tiongkok, negara tujuan ekspor lainnya
yang adalah Amerika Serikat sebesar 10,8 persen,
Jepang sebesar 11,0 persen, India sebesar 8,3
persen, dan Singapura sebesar 5,4 persen. Pada
triwulan IV tahun 2018, 10 negara tujuan ekspor
utama berkontribusi sebesar 69,6 persen terhadap
total ekspor nonmigas.
Secara kumulatif, tingkat pertumbuhan tertinggi
tahun 2018 di antara 10 negara tujuan ekspor
utama adalah Vietnam, yakni sebesar 27,2 persen
dibandingkan dengan tahun 2017. Setelah
Vietnam, pertumbuhan ekspor nonmigas tertinggi
lainnya dicapai pada ekspor ke Korea Selatan
Berdasarkan negara tujuan ekspor, ekspor nonmigas terbesar pada tahun 2018 dilakukan terhadap Tiongkok, berkontribusi sebesar 15,0 persen dari total ekspor nonmigas.
73
sebesar 18,5 persen; dan Tiongkok sebesar 14,4
persen.
Perkembangan Impor
Gambar 29. Nilai Impor Indonesia sampai dengan triwulan IV Tahun 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Nilai total impor Indonesia pada triwulan IV tahun
2018 adalah sebesar USD49.848,7 juta, mengalami
peningkatan sebesar 12,2 persen dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal ini didukung oleh peningkatan impor bahan
baku sebesar 13,6 persen; barang modal sebesar
10,7 persen; dan barang modal sebesar 6,7
persen. Sementara itu, secara kumulatif nilai
impor Indonesia pada tahun 2018 mencapai
USD188.646,9 juta, atau mengalami peningkatan
sebesar 20,2 persen dibandingkan dengan tahun
2017. Hal ini didukung oleh peningkatan impor
migas sebesar 22,6 persen, dan impor nonmigas
sebesar 19,8 persen (YoY).
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
TW-1 TW-2 TW-3 TW-4
Non Migas 2017 Non Migas 2018 Migas 2017
Migas 2018 Total 2017 Total 2018
Nilai total impor Indonesia pada tahun 2018 mencapai 188,6 triliun USD, meningkat sebesar 20,2 persen.
74
Tabel 29. Perkembangan Impor sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 (Juta USD)
Komoditas Oct-18 Nov-18 Dec-18 2018 TW
IV 2018
Nilai Impor (USD Juta) 17.667,6 16.901,8 15.279,3 49.848,7 188.646,9
Barang Konsumsi 1.502,7 1.434,3 1.461,0 4.398,0 17.174,6
Bahan Baku 13.410,4 12.870,5 11.134,0 37.414,9 141.250,7
Barang Modal 2.754,5 2.597,0 2.684,3 8.035,8 30.221,6
Migas 2.916,9 2.866,7 1.965,2 7.748,8 29.808,7
Minyak Mentah 857,6 857,6 471,1 2.186,3 9.140,5
Hasil Minyak 1.699,1 1.730,6 1.276,6 4.706,3 16.498,8
Gas 278,5 278,5 217,5 774,5 3.031,8
Non Migas 14.750,7 14.035,1 13.314,1 42.099,9 158.838,2
Pertumbuhan Impor* (%) 24,1% 11,9% 1,2% 12,2% 20,2%
Barang Konsumsi 19,4% 6,9% 6,4% 10,7% 21,3%
Bahan Baku 24,3% 15,8% 1,0% 13,6% 20,0%
Barang Modal 25,7% -1,9% -0,3% 6,7% 20,5%
Migas 32,2% 30,0% -23,3% 11,1% 22,6%
Minyak Mentah 10,5% 62,6% -41,9% 3,4% 29,4%
Hasil Minyak 42,6% 24,2% -13,0% 16,1% 13,6%
Gas 16,2% -1,7% -23,6% -4,1% 11,3%
Non Migas 22,6% 8,8% 6,3% 12,4% 19,8%
Proporsi Impor (%) 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Barang Konsumsi 8,5% 8,5% 9,6% 8,8% 9,1%
Bahan Baku 75,9% 76,1% 72,9% 75,1% 74,9%
Barang Modal 15,6% 15,4% 17,6% 16,1% 16,0%
Migas 16,5% 17,0% 12,9% 15,5% 15,8%
Minyak Mentah 4,9% 5,1% 3,1% 4,4% 4,8%
Hasil Minyak 9,6% 10,2% 8,4% 9,4% 8,7%
Gas 1,6% 1,6% 1,4% 1,6% 1,6%
Non Migas 83,5% 83,0% 87,1% 84,5% 84,2%
Sumber Pertumbuhan (%) 24,1% 11,9% 1,2% 12,2% 20,2%
Barang Konsumsi 1,6% 0,6% 0,6% 0,9% 1,9%
Bahan Baku 18,4% 12,0% 0,7% 10,2% 15,0%
Barang Modal 4,0% -0,3% -0,1% 1,1% 3,3%
Migas 5,3% 5,1% -3,0% 1,7% 3,6%
Minyak Mentah 0,5% 3,2% -1,3% 0,1% 1,4%
Hasil Minyak 4,1% 2,5% -1,1% 1,5% 1,2%
Gas 0,3% 0,0% -0,3% -0,1% 0,2%
Non Migas 18,8% 7,3% 5,5% 10,4% 16,7%
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
75
Tabel 30. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Berdasarkan Golongan Barang Terpilih sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018
Kelompok Barang (Kode HS) Nilai (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%)
Okt-Des 2018 Jan-Des 2018 Okt-Des
2018 Jan-Des
2018
Mesin-mesin / Pesawat Mekanik (84) 7.476,9 27.192,0 16,2 24,9
Mesin / Peralatan Listrik (85) 5.599,2 21.446,8 6,7 19,6
Besi dan Baja (72) 3.189,4 10.247,0 25,8 28,3
Plastik dan Barang dari Plastik (39) 2.516,3 9.211,3 21,8 19,2
Kendaraan dan Bagiannya (87) 1.987,2 8.064,7 11,1 20,5
Bahan Kimia Organik (29) 1.769,9 6.925,9 14,3 17,4
Benda-benda dari Besi dan Baja (73) 980,1 3.890,6 18,5 48,1
Gandum-ganduman (10) 936,5 3.795,0 14,7 29,6
Ampas / Sisa Industri Makanan (23) 823,7 3.057,4 29,5 15,3
Perangkat Optik (90) 726,5 2.885,6 -13,8 11,6
10 Terbesar 26.005,7 96.716,3 14,3 22,7
Lainnya 16.055,1 62.082,9 9,1 15,4
Total Non Migas 42.060,8 158.799,3 12,3 19,8 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Berdasarkan Golongan barang kode HS 2 dijit,
impor nonmigas terbesar pada triwulan IV tahun
2018 di antaranya Mesin-mesin/Perawatan
Mekanik (HS 84), Mesin/Peralatan Listrik (HS 85);
Besi dan Baja (HS 72); Plastik dan Barang dan
Plastik (HS 39); dan Kendaraan dan Bagiannya (HS
87). Tingkat pertumbuhan tertinggi diantara 10
golongan barang impor nonmigas terbesar
terdapat pada Ampas/sisa industri makanan (HS
23) sebesar 29,5 persen; Besi dan Baja (HS 72)
sebesar 25,8 persen; dan Plastik dan Barang dari
Plastik (HS 39) sebesar 21,3 persen.
Secara kumulatif, impor nonmigas pada 10
kelompok barang terbesar pada tahun 2018
mencapai USD96.716,3 juta mengalami
peningkatan sebesar 22,7 persen dibandingkan
dengan tahun 2017. Tingkat pertumbuhan ini lebih
besar daripada total impor nonmigas sendiri yakni
sebesar 19,8 persen (YoY).
Berdasarkan golongan barang HS 2 dijit, impor nonmigas terbesar pada tahun 2018 adalah Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (HS 84), Mesin/Peralatan Listrik (HS 85), dan Besi dan Baja (HS 72).
76
Tabel 31. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Berdasarkan Negara Asal Utama sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018
Negara Nilai (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Share thd Total Non
Migas (%)
Okt-Des 2018
Jan-Dec 2018
Okt-Des 2018
Jan-Dec 2018
Okt-Des 2018
Jan-Dec 2018
Tiongkok 12.748,7 42.873,7 19,02 20,70 30,31 27,04
Jepang 4.642,8 17.731,8 7,64 16,54 11,04 11,18
Thailand 2.657,8 10.321,9 15,46 12,30 6,32 6,51
Amerika Serikat 2.257,5 9.887,6 10,20 28,35 5,37 6,24
Singapura 2.192,3 9.523,5 -12,41 14,70 5,21 6,01
Korea Selatan 2.038,0 7.650,5 11,14 5,93 4,85 4,83
Malaysia 1.671,7 6.308,9 15,11 20,80 3,97 3,98
India 1.241,4 5.593,3 10,31 47,64 2,95 3,53
Australia 1.405,1 4.884,9 17,01 -3,16 3,34 3,08
Jerman 853,0 3.862,5 -14,94 9,55 2,03 2,44
10 Terbesar 31.708,3 118.638,5 11,28 17,77 75,39 74,83
Lainnya 10.350,6 39.912,4 15,77 25,36 24,61 25,17
Total Non Migas 42.058,8 158.550,9 12,35 19,59 100 100 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Berdasarkan negara asal impor utama, negara
pengimpor terbesar pada triwulan IV tahun 2018
adalah Tiongkok yakni berkontribusi terhadap
total impor nonmigas sebesar 30,3 persen. Selain
Tiongkok, negara pengimpor terbesar lainnya
adalah Jepang sebesar 11,04 persen, Thailand
sebesar 6,32 persen; Amerika Serikat sebesar 5,37
persen; dan Singapura sebesar 5,21 persen.
Secara kumulatif, impor nonmigas pada 10 negara
pengimpor utama pada tahun 2018 mengalami
peningkatan 25,4 persen dibandingkan dengan
tahun 2017, lebih tinggi dibandingkan dengan
peningkatan pada total impor nonmigas yakni
sebesar 19,6 persen.
Berdasarkan negara asal impor utama, negara pengimpor terbesar pada tahun 2018 adalah Tiongkok, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, dan Singapura.
77
Perkembangan Kerjasama Ekonomi Internasional
Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional
Tabel 32. Status Perjanjian Ekonomi Internasional
No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun
1 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 1993
2 Indonesia-United States Free Trade Agreement Proposed/under study 1997
3 East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) Proposed/under study 2004
4 ASEAN-People's Republic of China Comprehensive Economic Cooperation Agreement
Signed and In Effect 2005
5 Comprehensive Economic Partnership for East Asia (CEPEA/ASEAN+6)
Proposed/under study 2005
6 ASEAN-[Republic of] Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement
Signed and In Effect 2007
7 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect 2008
8 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 2008
9 ASEAN-Pakistan Free Trade Agreement Proposed/under study 2009
10 ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Agreement
Signed and In Effect 2010
11 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement
Signed and In Effect 2010
12 India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation Arrangement
Negotiations launched 2011
13 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade Agreement
Negotiations launched 2011
14 Indonesia-Taipei,China FTA Proposed/under study 2011
15 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries
Signed and In Effect 2011
16 Australia-Indonesia Comprehensive Economic Partnership Agreement
Negotiations launched 2012
17 Indonesia-Republic of Korea Free Trade Agreement Negotiations launched 2012
18 Indonesia-Pakistan Free Trade Agreement Signed and In Effect 2013
19 Regional Comprehensive Economic Partnership Negotiations launched 2013
20 Free Trade Area of the Asia Pacific Proposed/under study 2014
21 Indonesia-Peru FTA Proposed/under study 2014
22 Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conference
Signed but not yet In Effect
2014
23 ASEAN-EU Free Trade Agreement Proposed/under study 2015
24 ASEAN-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement Proposed/under study 2016
25 Eurasian Economic Union-Indonesia Proposed/under study 2016
26 Indonesia-Ukraine Free Trade Agreement Proposed/under study 2016
27 ASEAN-Canada FTA Proposed/under study 2017
28 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect
2017
29 Indonesia-Chile Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect
2017
30 Indonesia-Turkey FTA Negotiations launched 2017
31 Indonesia-Gulf Cooperation Council Free Trade Agreement
Proposed/under study 2018
78
No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun
32 Indonesia-Kenya Free Trade Agreement Proposed/under study 2018
33 Indonesia-Morocco Free Trade Agreement Proposed/under study 2018
34 Indonesia-Mozambique Free Trade Agreement Negotiations launched 2018
35 Indonesia-South Africa Free Trade Agreement Proposed/under study 2018
36 Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2018
Sumber : Asia Regional Integration Center (ADB)
Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA)
Tabel 33. Nilai Ekspor Indonesia Berdasarkan SKA hingga Triwulan IV Tahun 2018 (direct only)
No Jenis Form Nilai FOB (Juta USD)
Persentase thd Total Ekspor (%)
2017 2018 2017 2018
SKA Preferensi
1 Form A 32.842,2 33.198,7 19,5 18,42
2 Form AANZ 2.269,2 2.673,1 1,3 1,48
3 Form AI 14.388,3 11.501,9 8,5 6,38
4 Form AK 8.263,0 7.264,6 4,9 4,03
5 Form COA 12,9 24,2 0,0 0,01
6 Form D 30.024,7 32.637,3 17,8 18,11
7 Form E 32.245,0 28.537,5 19,1 15,84
8 Form GSTP 26,1 15,4 0,0 0,01
9 Form HANDICRAFT BATIK - - - -
10 Form HANDICRAFT GOODS - - - -
11 Form HANDICRAFT PRODUCT 2,6 1,4 0,0 0,00
12 Form ICC - - - -
13 Form IJEPA 9.618,4 7.287,7 5,7 4,04
14 Form IP 2.348,2 1.569,0 1,4 0,87
SKA Non Preferensi
1 Form AJCEP - 755,6 - 0,4
2 Form ANEXO III 43,1 44,4 0,0 0,0
3 Form B 25.693,0 17.003,8 15,2 9,4
4 Form ICO 2.680,2 1.088,8 1,6 0,6
5 Form TP 44,6 23,5 0,0 0,0
Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah
79
Tabel 34. Jumlah Permohonan SKA hingga Triwulan IV Tahun 2018 (direct only)
No Jenis Form 2017 2018
Proporsi terhadap
Total Permohonan
(%)
Pertumbuhan (yoy) (%)
SKA Preferensi 1.168.950 960.673 67,5 -17,8
1 FormA 428.827 397.334 27,9 -7,3
2 FormAANZ 73.727 54.175 3,8 -26,5
3 FormAI 48.021 49.559 3,5 3,2
4 FormAK 71.473 68.334 4,8 -4,4
5 FormCOA 102 134 0,0 31,4
6 FormD 319.876 198.444 13,9 -38,0
7 FormE 111.912 101.605 7,1 -9,2
8 FormGSTP 281 229 0,0 -18,5
9 FormHANDICRAFTBATIK - - 0,0
10 FormHANDICRAFTGOODS - - 0,0
11 FormHANDICRAFTPRODUCT 120 85 0,0 -29,2
12 FormICC - - 0,0
13 FormIJEPA 104.223 81.039 5,7 -22,2
14 FormIP 10.388 9.735 0,7 -6,3
SKA Non Preferensi 255.939 231.077 16,2 -9,7
1 FormAJCEP 0 11.168 0,8
2 FormANEXOIII 818 698 0,0 -14,7
3 FormB 241.419 208.731 14,7 -13,5
4 FormICO 12.909 9.972 0,7 -22,8
5 FormTP 793 508 0,0 -35,9
Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah
Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA
Kinerja perdagangan Indonesia terhadap beberapa
negara mitra FTA khususnya pada sektor migas
pada tahun 2018 yang menunjukan perbaikan
dibandingkan dengan tahun 2017 terdapat pada
beberapa negara di antaranya Jepang, Tiongkok,
Thailand, Malaysia, Vietnam, India, Mesir, dan
Australia. Sementara itu, defisit perdagangan pada
tahun 2018 yang semakin besar terjadi pada
negara Singapura, Nigeria, dan Iran.
Kinerja perdagangan sektor migas tahun 2018 menunjukan perbaikan pada beberapa negara mitra FTA di antaranya Jepang, Tiongkok, dan Malaysia.
80
Tabel 35. Kinerja Perdagangan Sektor Migas Indonesia dengan Beberapa Negara Mitra FTA (Juta USD)
Kawasan / Negara 2017 2018
Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca
KAWASAN ASIA TIMUR
Jepang 3.095,8 30,8 3.065,1 3.171,3 33,2 3.138,1
Korea Selatan 1.853,8 902,5 951,2 2.027,5 1.361,4 666,2
R. R. Tiongkok 1.727,4 255,0 1.472,4 2.730,3 264,0 2.466,3
KAWASAN ASIA TENGGARA
Thailand 1.026,3 89,5 936,8 1.100,8 100,9 999,9
Singapura 3.678,5 8.603,8 -4.925,3 3.993,6 11.837,9 -7.844,3
Filipina 29,6 0,0 29,6 17,5 24,0 -6,5
Malaysia 1.406,3 3.572,3 -2.166,0 1.540,9 2.435,9 -895,0
Myanmar 0,6 0,0 0,6 0,9 0,0 0,9
Kamboja 2,4 0,0 2,4 0,2 0,0 0,2
Brunei Darussalam 0,0 27,9 -27,9 0,0 0,0 0,0
Laos 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Vietnam 11,4 0,6 10,8 35,3 1,4 33,9
KAWASAN ASIA SELATAN
India 133,9 260,7 -126,8 61,5 114,0 -52,5
Pakistan 0,0 0,0 0,0 83,0 0,0 83,0
Bangladesh 16,1 0,0 16,1 150,5 0,0 150,5
KAWASAN EROPA
Turki 0,0 223,1 -223,1 0,0 253,2 -253,2
KAWASAN AFRIKA
Mesir 2,6 135,9 -133,4 0,0 1,1 -1,1
Nigeria 0,2 1.253,0 -1.252,9 0,0 2.450,9 -2.450,8
KAWASAN OCEANIA
Australia 565,7 965,0 -399,3 1.236,1 664,8 571,3
Selandia Baru 25,5 0,0 25,5 8,8 0,0 8,8
KAWASAN TIMUR TENGAH
Iran 0,0 296,9 -296,9 0,0 363,9 -363,9
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Kinerja perdagangan Indonesia terhadap beberapa
negara mitra FTA khususnya pada sektor nonmigas
pada tahun 2018 yang menunjukan perbaikan
dibandingkan dengan tahun 2017 terdapat pada
beberapa negara di antaranya Korea Selatan,
Kinerja perdagangan sektor nonmigas tahun 2018 menunjukan perbaikan pada beberapa negara mitra FTA.
81
Filipina, Vietnam, Bangladesh, Nigeria, Australia,
dan Selandia Baru. Sementara itu, defisit
perdagangan pada tahun 2018 yang semakin besar
terjadi pada negara Jepang, Tiongkok, Thailand,
dan Laos.
Tabel 36. Kinerja Perdagangan Sektor Non Migas Indonesia dengan Beberapa Negara Mitra FTA (Juta USD)
Kawasan / Negara 2017 2018
Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca
Kamboja
Brunei Darussalam 14.695,0 15.209,3 -514,3 16.308,9 17.942,5 -1.633,6
Laos 6.333,2 7.219,8 -886,6 7.505,6 7.715,7 -210,1
Vietnam 21.321,9 35.511,8 -14.189,9 24.392,7 45.244,6 -20.851,9
KAWASAN ASIA SELATAN
India 5.435,8 9.192,1 -3.756,3 5.718,5 10.851,9 -5.133,4
Pakistan 9.088,7 8.284,8 804,0 8.969,2 9.579,7 -610,5
Bangladesh 6.597,6 859,3 5.738,3 6.808,0 934,4 5.873,6
KAWASAN EROPA 7.061,3 5.285,9 1.775,3 7.763,3 6.136,7 1.626,6
Turki 828,9 145,7 683,2 896,6 151,6 745,0
KAWASAN AFRIKA 511,4 28,3 483,1 525,2 33,0 492,2
Mesir 64,6 14,7 49,9 61,2 20,1 41,1
Nigeria 4,2 11,9 -7,7 7,3 25,7 -18,4
KAWASAN OCEANIA 3.576,1 3.228,2 347,9 4.549,2 3.793,2 756,0
Australia
Selandia Baru 13.949,7 3.787,8 10.161,9 13.664,7 4.903,0 8.761,8 KAWASAN TIMUR TENGAH 2.398,1 241,1 2.157,0 2.385,0 641,4 1.743,5
Iran 1.580,5 73,1 1.507,3 1.737,5 89,5 1.648,0
Kamboja
Brunei Darussalam 1.169,0 311,0 858,0 1.182,2 357,6 824,6
Laos
Vietnam 1.251,1 116,4 1.134,6 1.033,5 138,7 894,9
KAWASAN ASIA SELATAN 343,6 36,1 307,5 421,2 76,6 344,6
India
Pakistan 1.943,5 5.044,0 -3.100,5 2.163,3 5.160,8 -2.997,5
Bangladesh 412,4 751,2 -338,8 487,0 808,4 -321,5
KAWASAN EROPA
Turki 312,2 63,4 248,8 296,6 55,1 241,4
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
82
Isu Terkini Kerjasama Ekonomi Internasional
Mengikuti World Investment Forum (WIF) 2018 : Indonesia
Menyampaikan Kegiatan dalam Menunjang Keberhasilan Pencapaian
Sustainable Development Goals (SDGs) 2030
Pada tanggal 25-26 Oktober 2018, UNCTAD kembali menyelenggarakan World
Investment Forum (WIF) yang merupakan pertemuan 2 tahunan UNCTAD di
Jenewa, Swiss. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh negara anggora UNCTAD, para
kepala negara/pemerintahan, para menteri negara, para pemimpin organisasi
internasional, para CEO dari perusahaan ternama, dan para pemangku
kepentingan investasi dunia. Kementerian PPN/Bappenas berkesempatan menjadi
pembicara pada 2 sesi Ministrial Meeting untuk berbagi pengalaman bangsa
Indonesia. Forum ini juga merupakan tempat yang baik untuk mempromosikan
Indonesia sebagai negara tujuan berinvestasi bagi investor.
Sebagai pembicara pada sesi pertama Ministrial Roundtable dengan tema
Entrepreneurship for Sustainable Development, Bappenas menegaskan pentingnya
peran UKM serta wirausaha dalam pencapaian SDGs, terutama pada Tujuan 8:
Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi dan Tujuan 9: Infrastruktur, Industri,
dan Inovasi. UKM dan kewirausahaan berkontribusi besar terhadap penciptaan
lapangan kerja dan pasar tenaga kerja di Indonesia serta tidak dibatasi oleh
tantangan area geografis, sehingga para pelaku usaha di seluruh Indonesia dapat
menggeluti bidang tersebut. UKM dan kewirausahaan menjadi kunci inovasi bisnis,
berbeda dari perusahaan besar yang memiliki pilihan produksi dan terobosan
teknologinya. Di Indonesia, 97 persen lapangan kerja berasal dari UKM; namun
hanya sekitar 10 persen UKM yang sudah menggunakan teknologi informasi dalam
proses bisnisnya. Total UKM yang mampu melakukan kegiatan ekspor pun masih
sangat terbatas, hanya sekitar 4 persen pada tahun 2017; sementara 60 persen
UKM e-Commerce masih menjual produk-produk impor. Keterbatasan dalam
melakukan ekspor tersebut mengindikasikan kemampuan UKM Indonesia dalam
bersaing di pasar global.
Pada sesi yang kedua dengan tema 21st Century Global Investment Policy,
Bappenas menyampaikan bahwa upaya untuk memperkuat fundamental
perekonomian Indonesia senantiasa dilakukan dengan menggalakkan ekspor dan
investasi. Pemerintah Indonesia memberikan dukungan penuh kepada investor
atau perusahaan domestik yang berniat untuk berinvestasi dan berekspansi secara
global (Outward Direct Investment), antara lain dengan memberikan
pendampingan kepada para investor domestik, melakukan kajian-kajian, serta
83
mengumpulkan data dan informasi mengenai peluang investasi di beberapa
negara-negara potensial tujuan investasi. Selanjutnya, pengalaman Pemerintah
Indonesia dalam menerapkan One Stop Service; Electronic Single Submission
System; Ease of Doing Business (EoDB); serta Daftar Investasi juga dipaparkan.
Negatif Selain menjadi narasumber pada ministrial meeting, Bappenas juga
melaksanakan 5 kegiatan lain yang diantaranya masih terkait dengan keberhasilan
SDGs dan misi untuk mendorong minat investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Kegiatan tersebut yaitu: (1) Pertemuan bilateral dengan Deputy Executive Director
of the United Nations Global Compact dan Executive Vice President and Chief of
International Affairs and Sustainable Development - PIMCO; (2) pertemuan
bilateral dengan Sekjen UNCTAD; (3) Pertemuan dengan UNICEF; (4) wawancara
dengan Phoenix Satelite Television dan Capital Finance International.
Pada pertemuan bilateral dengan PIMCO, disampaikan usulan agar kiranya
Indonesia dapat menjadi tuan rumah penyelenggaraan High-Level Meeting of UN
Global Impact mengenai sustainability initiatives pada tahun 2019. Pihak PIMCO
juga menyarankan agar pemerintah Indonesia mengeluarkan green bond dan
mengutarakan minat untuk membeli green bond yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Indonesia tersebut.
Pada pertemuan bilateral dengan Sekjen UNCTAD, dibahas mengenai Empretec,
yaitu suatu program peningkatan kapasitas unggulan yang dimiliki oleh UNCTAD
untuk mempromosikan peran serta Kewirausahaan dan UKM dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan inklusif, terutama di negara-
negara berkembang. Sejak awal pembentukannya pada tahun 1988, melalui
program utamanya yaitu Entrepreneurship Training Workshop (ETW), program-
program Empretec telah berhasil diimplementasikan di 39 negara dan sukses
memberikan pelatihan kepada 422.000 orang, baik dalam rangka untuk membuka
usaha pertamanya, memperluas usaha, dan menciptakan lapangan kerja di negara-
negara berkembang.
Pada kesempatan tersebut, Bappenas menyampaikan usulan untuk menjajaki
kemungkinan Empretec berpartisipasi dan membantu Indonesia, dalam kerangka
Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST), melalui pemberian pelatihan
baik kepada calon wirausaha, wirausahawan, maupun para pelaku usaha kecil dan
menengah di Indonesia, termasuk dari kalangan pengusaha wanita dan pemuda,
dalam merencanakan bisnis, manajemen keuangan bisnis, membangun jejaring
(networking), inovasi, persaingan usaha, dan lain sebagainya. Sekjen UNCTAD
84
menanggapi positif usulan tersebut dan akan menindaklanjutinya dengan pihak
terkait.
Pada pertemuan bilateral dengan pihak UNICEF, dibahas mengenai kegiatan-
kegiatan UNICEF yang dilakukan secara global, termasuk kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya di Asia Tenggara dan Indonesia, serta peluang-peluang untuk
melakukan kerjasama dalam rangka pencapaian SDGs. Disamping itu, dibahas pula
mengenai peluang-peluang untuk melakukan kegiatan bersama dalam rangka
merespon bencana alam di Sulawesi.
Lebih lanjut, Bappenas menyampaikan isu mengenai pemberdayaan masyarakat di
Indonesia terutama dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
Indonesia, antara lain: stunting, obesitas, phenomonia, muscle and rubella. Dalam
hal ini, Bappenas meminta dukungan dari UNICEF untuk membantu mengatasi
permasalahan di atas, antara lain dengan inisiatif Philanthropy Funds melalui
Social Fund Raising, diantaranya zakat. Bappenas juga meminta agar UNICEF dapat
mempercepat fasilitasi social recovery, khususnya bagi anak-anak korban tsunami
dan gempa bumi di Lombok dan Palu, antara lain melalui proyek perbaikan
sanitasi. Diharapkan UNICEF dapat meningkatkan Social Mobilization kaum
pemuda dalam merubah kesadaran mereka terhadap kesehatan, mengingat
meningkatnya jumlah perokok dari kalangan kaum muda di Indonesia.
Dalam wawancara dengan Phoenix Satelite Television diantaranya dibicarakan
mengenai hal-hal: hubungan ekonomi Tiongkok-Indonesia dan arah perkembangan
masa depannya; semakin pentingnya transfer teknologi di Tiongkok-Indonesia dan
Tiongkok-ASEAN; keberhasilan dan tantangan dari Belt and Road Initiative di
Indonesia dan ASEAN; dan dampak perang perdagangan AS-Tiongkok terhadap
hubungan Tiongkok-ASEAN. Sementara itu, dalam wawancara dengan Capital
Finance International, Bappenas menyampaikan kemajuan Indonesia terutama
pada akhir-akhir ini. Melalui pemberitaan ini diharapkan kondisi Indonesia dapat
lebih dikenal masyarakat dunia secara lebih luas, sehingga membuka peluang
Indonesia untuk menjadi target tempat tujuan berinvestasi bagi investor dari
berbagai negara.
85
Perdagangan Dalam Negeri
Perkembangan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Tabel 37. Perkembangan PDB Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018
PDB Lapangan Usaha
Nilai (Triliun Rp) Pertumbuhan (%)
Okt-Des 2017
Jan-Des 2017
Okt-Des 2018
Jan-Des 2018
QtQ yoy
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
331,7142 1.311,8 346,3 1.376,9 4,39 4,97
1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya
63,9882 250,5 66,8 262,8 4,46 4,89
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor
267,726 1.061,2 279,4 1.114,1 4,37 4,99
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
PDB perdagangan besar dan eceran, reparasi
mobil, dan sepeda motor pada triwulan IV tahun
2018, mencapai Rp346,3 triliun, mengalami
pertumbuhan sebesar 4,39 persen dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Secara kumulatif, PDB Perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor tahun
2018 mencapai Rp1.376.9 triliun, atau mengalami
pertumbuhan sebesar 4,97 persen dibandingkan
dengan tahun 2017.
Perkembangan Koefisien Variasi Harga Antarwaktu dan Antarwilayah
Tabel 38. Harga Barang Kebutuhan Pokok Tingkat Nasional sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018 (Rupiah)
Barang Kebutuhan Pokok Unit Oct-18 Nov-18 Dec-18
Beras Medium Rp/kg 10.531 10.605 10.944
Gula Pasir Rp/kg 11.995 11.927 12.053
Jagung Pipilan Rp/kg 7.452 7.465 7.719
Kedelai Impor Rp/kg 10.191 10.208 10.266
Tepung Terigu Rp/kg 9.416 9.424 9.422
Minyak Goreng Curah Rp/ltr 11.060 10.872 10.745
Susu kental Manis Rp/385gr 10.396 10.400 10.393
Daging Ayam Ras Rp/kg 32.672 34.075 38.017
Daging Sapi Rp/kg 117.721 117.721 118.135
Telur Ayam Ras Rp/kg 23.563 24.805 27.153
Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah
PDB perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor pada tahun 2018 mencapai 1.376,9 triliun rupiah, mengalami pertumbuhan sebesar 4,97 persen yoy.
86
Tabel 39. Koefisien Variasi Harga Antarwaktu Barang Kebutuhan Pokok Tingkat Nasional sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018
Barang Kebutuhan Pokok Oct-18 Nov-18 Dec-18
Beras Medium 2,67 2,68 2,71
Gula Pasir 1,85 1,86 1,45
Jagung Pipilan 2,02 2,17 2,78
Kedelai Impor 2,44 2,26 1,89
Tepung Terigu 1,15 1,10 1,11
Minyak Goreng Curah 1,69 1,94 2,15
Susu kental Manis 1,73 1,73 1,72
Daging Ayam Ras 6,75 6,00 6,97
Daging Sapi 0,83 0,75 0,75
Telur Ayam Ras 4,51 4,24 4,69
Rata-rata 10 Komoditas 2,56 2,47 2,62
Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah
Koefisien variasi harga antarwaktu
merepresentasikan stabilitas harga selama 12
bulan terakhir. Semakin tinggi koefisien variasi
menunjukan gap antara harga terendah dan
tertinggi selama 12 bulan terakhir semakin lebar.
Rata-rata koefisien variasi harga antarwaktu pada
10 barang kebutuhan pokok sampai dengan akhir
triwulan IV tahun 2018 mencapai 2,62 persen.
Barang kebutuhan pokok yang memiliki koefisien
variasi harga tertinggi adalah daging ayam ras, dan
telur ayam ras. Barang kebutuhan pokok yang
memiliki nilai koefisien variasi harga terrendah
adalah Daging Sapi, dan Tepung Terigu. Rata-rata
nilai koefisien variasi harga antarwaktu pada 10
barang kebutuhan pokok masih berada dibawah
target maksimal yang ditetapkan dalam RPJMN
2015-2019 untuk tahun 2018 sebesar 9,0 persen
yakni 2,62 persen.
Rata-rata koefisien variasi harga antarwaktu pada akhir tahun 2018 sebesar 2,62 persen.
87
Tabel 40. Koefisien Variasi Harga Antarwilayah Barang Kebutuhan Pokok Tingkat Nasional sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018
Barang Kebutuhan Pokok Oct-18 Nov-18 Dec-18
Beras Medium 13,25 13,74 13,46
Gula Pasir 6,98 7,57 6,90
Jagung Pipilan 29,59 29,00 28,11
Kedelai Impor 21,76 21,97 21,59
Tepung Terigu 12,85 12,80 13,18
Minyak Goreng Curah 12,81 13,32 13,63
Susu kental Manis 11,05 11,03 10,86
Daging Ayam Ras 19,80 17,34 14,98
Daging Sapi 9,98 10,04 10,16
Telur Ayam Ras 15,97 13,28 13,40
Rata-rata bulanan 15,40 15,01 14,63
Rata-rata akumulatif 15,48 15,44 15,37
Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah
Koefisien variasi harga antarwilayah
merepresentasikan disparitas harga antarprovinsi
di Indonesia. Semakin tinggi koefisien variasi harga
antarwilayah menunjukan bahwa gap tingkat
harga barang kebutuhan pokok antarprovinsi di
Indonesia semakin lebar. Sampai dengan triwulan
IV tahun 2018, rata-rata koefisien variasi harga
antarwilayah pada 10 barang kebutuhan pokok
mencapai 15,37 persen.
Barang kebutuhan pokok yang memiliki disparitas
harga tertinggi adalah jagung pipilan dan kedelai
impor, sedangkan yang memiliki disparitas harga
paling rendah adalah gula pasir dan daging sapi.
Jika dibandingkan dengan target RPJMN 2015-
2019, koefisien variasi harga antarwilayah masih
melebihi batas maksimal yang ditetapkan yakni
13,0. Hal ini menunjukan bahwa upaya penurunan
disparitas harga antarprovinsi khususnya pada
barang kebutuhan pokok masih belum mencapai
target yang ditetapkan.
Rata-rata koefisien variasi harga antarwilayah pada akhir tahun 2018 sebesar 15,37 persen.
88
89
90
91
PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan
IV tahun 2018 mengalami surplus sebesar USD5,4
miliar. Kinerja tersebut meningkat dibandingkan
dengan triwulan IV tahun 2017 dengan surplus
sebesar USD0,97 miliar dan triwulan III tahun 2018
yang defisit sebesar USD4,4 miliar. Surplus NPI
pada triwulan IV tahun 2018 yang lebih tinggi
tersebut terutama dipengaruhi oleh surplus
transaksi modal dan finansial yang lebih tinggi
walaupun neraca transaksi berjalan mengalami
defisit yang lebih lebar. Neraca transaksi modal dan
finansial mengalami surplus sebesar USD15,7
miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun
2017 yang mencapai USD7,1 miliar maupun
triwulan III tahun 2018 yang mencapai USD3,9
miliar. Perkembangan neraca pembayaran
Indonesia dapat dilihat pada Gambar 30 dan Tabel
41 di bawah.
Gambar 30. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV Tahun 2018 (Miliar USD)
Sumber: Bank Indonesia
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2017 2018
Transaksi Berjalan -2,02 -4,37 -4,24 -5,57 -5,34 -7,95 -8,63 -9,15
Transaksi Modal danFinansial
6,65 5,35 9,60 7,13 28,73 2,29 3,33 3,90
Neraca Keseluruhan 4,51 0,74 5,36 0,97 -3,85 -4,31 -4,39 5,42
Posisi Cadangan Devisa 121,81 123,09 129,40 130,20 126,00 119,84 114,85 120,65
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
-15,0-10,0
-5,00,05,0
10,015,020,025,030,035,0
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II tahun 2017 mengalami suplus sebesar USD0,7 miliar.
Pada triwulan IV tahun 2018, NPI mengalami surplus, terutama dipengaruhi oleh tingginya surplus transaksi modal dan finansial.
92
Tabel 41. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV Tahun 2018 (Miliar USD)
2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
I. Transaksi Berjalan -2,0 -4,4 -4,2 -5,6 -5,3 -7,9 -8,6 -9,1
A. Barang 5,6 4,8 5,3 3,1 2,3 0,3 -0,5 -2,6
Ekspor 40,8 39,2 43,4 45,6 44,4 43,7 47,7 44,9
Impor -35,1 -34,3 -38,1 -42,5 -42,1 -43,5 -48,2 -47,5
1. Barang Dagangan Umum 5,5 4,6 5,0 2,8 2,0 0,5 -0,2 -2,7
- Ekspor, fob. 40,4 38,8 42,8 44,9 43,7 43,2 47,2 44,5
- Impor, fob. -35,0 -34,2 -37,8 -42,1 -41,7 -42,8 -47,4 -47,2
a. Nonmigas 7,6 6,1 6,3 5,2 4,4 3,2 3,4 0,1
- Ekspor, fob 36,5 35,4 39,0 40,6 39,7 38,8 42,6 40,0
- Impor, fob -28,8 -29,3 -32,6 -35,4 -35,2 -35,6 -39,2 -39,9
b. Migas -2,2 -1,5 -1,3 -2,4 -2,4 -2,8 -3,6 -2,8
- Ekspor, fob 4,0 3,4 3,9 4,3 4,1 4,4 4,6 4,5
- Impor, fob -6,1 -5,0 -5,1 -6,7 -6,5 -7,2 -8,2 -7,3
2. Barang Lainnya 0,2 0,3 0,2 0,3 0,3 -0,2 -0,3 0,2
- Ekspor, fob. 0,3 0,4 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,4
- Impor, fob. -0,2 -0,1 -0,4 -0,4 -0,3 -0,7 -0,8 -0,3
B. Jasa - jasa -1,1 -2,0 -2,1 -2,1 -1,6 -1,8 -2,0 -1,6
C. Pendapatan Primer -7,7 -8,1 -8,6 -7,8 -7,5 -8,0 -7,9 -7,0
D. Pendapatan Sekunder 1,1 1,0 1,1 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0
II . Transaksi Modal 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0
III . Transaksi Finansial 6,7 5,3 9,6 7,1 2,2 3,3 3,9 15,7
1. Investasi Langsung 2,6 4,5 7,0 4,4 4,8 2,5 4,6 2,0
2. Investasi Portofolio 6,5 8,1 3,8 2,6 -1,1 0,1 -0,1 10,4
3. Derivatif Finansial -0,1 0,0 0,0 -0,1 0,1 0,0 0,1 -0,2
4. Investasi Lainnya -2,5 -7,3 -1,2 0,2 -1,5 0,7 -0,7 3,5
IV. Total (I + II + III ) 4,6 1,0 5,4 1,6 -3,1 -4,6 -4,7 6,5
V. Selisih Perhitungan Bersih -0,1 -0,2 0,0 -0,6 -0,8 0,3 0,3 -1,1
VI . Neraca Keseluruhan (IV + V) 4,5 0,7 5,4 1,0 -3,9 -4,3 -4,4 5,4
Posisi Cadangan Devisa 121,81 123,09 129,40 130,20 126,00 119,84 114,85 120,65
Dalam Bulan Impor dan Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah
8,6 8,6 8,6 8,3 7,7 6,9 6,3 6,5
Transaksi Berjalan (% PDB) -0,8 -1,7 -1,6 -2,2 -2,1 -3,0 -3,3 -3,6
Sumber: Bank Indonesia
93
Transaksi Berjalan
Perkembangan Neraca Perdagangan
Neraca Perdagangan Barang
Pada triwulan IV tahun 2018, neraca perdagangan
barang mengalami defisit sebesar USD2,6 miliar,
menurun dibandingkan triwulan IV tahun 2017
yang surplus sebesar USD3,1 miliar atau triwulan III
tahun 2018 yang defisit sebesar USD0,5 miliar.
Defisit tersebut didorong oleh penurunan surplus
neraca perdagangan nonmigas. Perkembangan
neraca perdagangan barang dapat dilihat pada
Gambar 31 di bawah.
Gambar 31. Neraca Perdagangan Barang Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018
Sumber: Bank Indonesia
Neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus
sebesar USD0,1 miliar, lebih rendah dari triwulan IV
tahun 2017 yang mencapai USD5,2 miliar namun
menurun dari triwulan III tahun 2018 yang
mencapai USD3,4 miliar.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas
mencapai USD2,8 miliar, lebih tinggi dibandingkan
triwulan IV tahun 2017 yang mencapai defisit
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2017 2018
Neraca Perdaganagan Nonmigas 7,65 6,12 6,32 5,18 4,43 3,24 3,40 0,10
Neraca Perdaganagan Migas -2,18 -1,54 -1,28 -2,35 -2,41 -2,78 -3,55 -2,84
Neraca Perdaganagan Barang 5,64 4,83 5,26 3,09 2,32 0,28 -0,45 -2,58
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
Defisit neraca perdagangan migas mencapai USD2,8 miliar.
Surplus neraca perdagangan nonmigas meningkat terbatas.
Neraca perdagangan barang defisit sebesar USD2,6 miliar.
94
USD2,4 miliar namun lebih rendah dibandingkan
triwulan III tahun 2018 yang mencapai defisit
USD3,6 miliar. Penurunan defisit ini terutama
disebabkan oleh penurunan impor minyak seiring
dengan harga minyak dunia yang lebih rendah.
Neraca Perdagangan Jasa
Pada triwulan IV tahun 2018, defisit neraca
perdagangan jasa mencapai USD1,6 miliar, lebih
rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2017 yang
defisit sebesar USD2,1 miliar, dan triwulan III tahun
2018 yang defisit sebesar USD2,0 miliar. Hal ini
terutama dipengaruhi oleh meningkatnya surplus
jasa perjalanan yang jauh lebih besar dari
peningkatan defisit jasa transportasi akibat
penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF-World
Bank bulan Oktober 2018. Perkembangan neraca
perdagangan jasa dapat dilihat pada Gambar 32
berikut.
Gambar 32. Neraca Perdagangan Jasa Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018 (Miliar USD)
Sumber: Bank Indonesia
Surplus jasa perjalanan meningkat menjadi sebesar
USD1,5 miliar. Surplus tersebut lebih besar
-3,0
-2,5
-2,0
-1,5
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2017 2018
Transportasi
Perjalanan
Jasa asuransi dan danapensiun
Biaya penggunaan kekayaanintelektual
Jasa telekomunikasi,komputer, dan informasi
Jasa bisnis lainnya
Defisit neraca perdagangan jasa mencapai USD1,6 miliar.
95
dibandingkan triwulan IV tahun 2017 yang
mencapai USD1,1 miliar dan triwulan III tahun 2018
yang mencapai USD1,3 miliar. Hal ini didorong oleh
turunnya pembayaran (impor) jasa perjalanan serta
pola pengeluaran wisatawan nasional yang lebih
rendah. Sementara itu, neraca jasa transportasi
mengalami defisit sebesar USD2,5 miliar, lebih
tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2017 yang
besarnya USD2,1 miliar dan triwulan III tahun 2018
yang mencapai USD2,4 miliar. Peningkatan tersebut
didorong oleh meningkatnya pembayaran jasa
freight seiring dengan peningkatan impor barang.
Gambaran neraca perdagangan jasa perjalanan dan
transportasi dapat dilihat pada Gambar 33 berikut.
Gambar 33. Neraca Perdagangan Jasa Perjalanan dan Transportasi Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018
Sumber: Bank Indonesia
Neraca Pendapatan
Neraca Pendapatan Primer
Pada triwulan IV tahun 2018, neraca pendapatan
primer mengalami defisit sebesar USD7,0 miliar.
Defisit tersebut lebih kecil dari triwulan IV tahun
-4,0 -3,0 -2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
20
17
20
18
Impor Perjalanan Ekspor Perjalanan Impor Transportasi Ekspor Transportasi
Surplus jasa perjalanan meningkat terbatas, sementara itu defisit jasa transportasi meningkat lebih besar.
Neraca pendapatan primer mengalami defisit sebesar USD7,0 miliar.
96
2017 yang sebesar USD7,8 miliar, dan lebih rendah
dibandingkan triwulan III tahun 2018 sebesar
USD7,9 miliar. Penurunan defisit tersebut
dipengaruhi oleh menurunnya neto pembayaran
pendapatan investasi langsung dan investasi
lainnya, sejalan dengan membaiknya keuntungan
berbagai instrumen investasi di luar negeri.
Gambaran perkembangan neraca pendapatan
primer dapat dilihat pada gambar 34 di bawah.
Gambar 34. Neraca Pendapatan Investasi Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018 (miliar USD)
Sumber: Bank Indonesia
Neraca Pendapatan Sekunder
Neraca pendapatan sekunder pada triwulan IV
tahun 2018 surplus sebesar USD2,0 miliar, lebih
tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2017 maupun
triwulan III tahun 2018 yang masing-masing
besarnya USD1,2 miliar dan USD1,8 miliar.
Peningkatan surplus tersebut terutama didorong
oleh peningkatan penerimaan hibah terkait
bencana alam dan penerimaan transfer personal
dalam bentuk remitansi. Gambaran mengenai
-9,0
-8,0
-7,0
-6,0
-5,0
-4,0
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2017 2018
Pendapatan investasi Pendapatan investasi langsung
Pendapatan investasi portofolio Pendapatan investasi lainnya
Neraca pendapatan sekunder mengalami surplus sebesar USD2,0 miliar.
97
perkembangan pendapatan sekunder dapat dilihat
pada gambar berikut.
Gambar 35. Pendapatan Sekunder Triwulan I Tahun 2017-Triwulan IV Tahun 2018 (Miliar USD)
Sumber: Bank Indonesia
Neraca Modal dan Finansial
Pada triwulan IV tahun 2018 neraca transaksi
modal dan finansial mengalami surplus sebesar
USD15,7 miliar, naik dari triwulan IV tahun 2017
yang sebesar USD7,1 miliar dan triwulan III tahun
2018 yang besarnya USD3,9 miliar. Penurunan
surplus tersebut terutama dipengaruhi oleh
kenaikan surplus investasi portofolio dan surplus
investasi lainnya. Perkembangan neraca transaksi
modal dan finansial dapat dilihat pada Gambar 36.
Pada triwulan IV tahun 2018, investasi langsung
mengalami surplus sebesar USD2,0 miliar, lebih
kecil dari triwulan IV tahun 2017 yang sebesar
USD4,4 miliar dan triwulan III tahun 2018 yang
besarnya USD4,6 miliar. Kinerja tersebut terutama
dipengaruhi oleh menurunnya aliran masuk
investasi dari sisi kewajiban dibandingkan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2017 2018
Penerimaan 2,34 2,49 2,52 2,61 2,87 3,13 3,00 3,22
Pembayaran -1,22 -1,50 -1,37 -1,38 -1,42 -1,50 -1,23 -1,18
Pendapatan Sekunder 1,13 0,99 1,15 1,23 1,44 1,63 1,78 2,04
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
Penerimaan Pembayaran Pendapatan Sekunder
Neraca transaksi modal dan finansial surplus sebesar USD15,7 miliar.
Surplus investasi langsung pada triwulan IV tahun 2018 sebesar USD2,0 miliar.
98
penurunan aliran keluar investasi langsung di sisi
aset.
Gambar 36. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan IV Tahun 2018 (Miliar USD)
Sumber: Bank Indonesia
Kinerja investasi portofolio mengalami surplus
sebesar USD10,4 miliar pada triwulan IV tahun
2018, meningkat dari triwulan IV tahun 2017 yang
surplus sebesar USD2,6 miliar dan triwulan III tahun
2018 yang defisit sebesar USD0,1 miliar.
Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh
tingginya kepercayaan investor asing terhadap
prospek ekonomi domestik dan imbal hasil aset
keuangan yang menarik.
Pada triwulan IV tahun 2018 investasi lainnya
mengalami surplus sebesar USD3,5 miliar,
meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2017
yang surplus sebesar USD0,2 miliar dan triwulan III
tahun 2018 yang defisit sebesar USD0,7 miliar.
Cadangan Devisa
Cadangan devisa Indonesia pada triwulan IV tahun
2018 mencapai USD 120,7 miliar atau setara
dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2017 2018
Investasi Langsung 2,65 4,47 6,97 4,42 4,76 2,50 4,59 1,98
Investasi Portofolio 6,54 8,13 3,84 2,56 -1,11 0,10 -0,09 10,44
Investasi Lainnya -2,46 -7,28 -1,22 0,20 -1,48 0,71 -0,70 3,47
-10,0-8,0-6,0-4,0-2,00,02,04,06,08,0
10,012,0
Cadangan devisa Indonesia pada triwulan IV tahun 2018 mencapai USD 120,7 miliar.
Investasi portofolio pada triwulan IV tahun 2018 mengalami surplus sebesar USD10,4 miliar.
Investasi lainnya mengalami surplus sebesar USD3,5 miliar.
99
luar negeri pemerintah. Jumlah tersebut lebih kecil
dibandingkan triwulan IV tahun 2017 yang besarnya
USD 130,2 miliar atau setara dengan 8,3 bulan
impor dan pembayaran utang luar negeri
pemerintah namun lebih besar dari triwulan III
tahun 2018 yang besarnya USD 114,8 miliar setara
6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
pemerintah.
100
101
102
103
PERKEMBANGAN INVESTASI
Perkembangan Investasi
Tabel 42. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi PMTB Triwulan IV Tahun 2018
Kategori PDB Pengeluaran
Nilai Konstan (Rp Miliar) Pertumbuhan TW IV
2018 Konstan (%) Share thd PDB
Berlaku (%)
TW IV 2017
TW III 2018
TW IV 2018 YoY QtQ
TW III 2018
TW IV 2018
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
862,5 880,8 914,3 6,0 3,8 32,1 33,8
a. Bangunan 644,6 647,2 676,9 5,0 4,6 23,7 25,2
b. Mesin dan Perlengkapan
93,2 97,5 104,7 12,3 7,4 3,4 3,8
c. Kendaraan 47,2 52,1 51,2 8,4 -1,7 1,7 1,7
d. Peralatan Lainnya 15,2 15,4 15,2 0,3 -1,0 0,6 0,6
e. CBR 44,2 45,9 46,7 5,9 1,9 1,8 1,8
f. Produk Kekayaan Intelektual
18,1 22,9 19,6 8,1 -14,4 0,9 0,7
PDB 2508,9 2684,2 2638,9 5,2 -1,7 100 100
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Dalam perhitungan PDB sisi pengeluaran,
komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) triwulan IV tahun 2018 tumbuh sebesar
6,0 persen (YoY) dan 3,8 persen (QtQ).
Pada komponen PMTB, pertumbuhan triwulan IV
tahun 2018 (YoY) secara lebih detil didorong oleh
pertumbuhan Mesin dan Perlengkapan Dalam
Negeri sebesar 12,3 persen; Kendaraan sebesar
8,4 persen; dan Produk Kekayaan Intelektual
sebesar 8,1 persen.
Secara keseluruhan, kontribusi PMTB terhadap
PDB pada triwulan IV tahun 2018 adalah 33,8
persen, sedikit lebih besar daripada kontribusi
pada triwulan III tahun 2018 yakni sebesar 32,1
persen.
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) pada triwulan IV tahun 2018 tumbuh sebesar 6,0 persen (YoY).
104
Realisasi Investasi
Realisasi Per Sektor
Tabel 43. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi PMDN dan PMA Triwulan IV Tahun 2018 Berdasarkan Sektor
Tahun PMA (juta USD) PMDN (Triliun Rupiah)
Primer Sekunder Tersier Total Primer Sekunder Tersier Total
2015 6.236,4 11.763,1 11.276,5 29.275,9 17,1 89,0 73,4 179,5
2016 4.501,9 16.687,6 7.774,6 28.964,1 27,7 106,8 81,7 216,2
2017 6.076,1 13.148,4 13.015,0 32.239,5 43,6 99,2 119,6 262,4
2017-TW IV 1.544,0 2.668,7 4.142,4 8.355,1 11,0 26,2 30,5 67,6
2018-TW IV 1.201,7 2.407,0 3.778,0 7.386,7 14,2 20,4 52,3 86,9
Pertumbuhan YoY (%)
- 22,2 - 9,8 - 8,8 - 11,6 29,4 - 22,0 71,6 28,5
Share (%) 16,3 32,6 51,1 100,0 16,4 23,5 60,1 100,0
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah
Realisasi PMA pada triwulan IV tahun 2018 adalah
sebesar USD7.386,7 juta. Nilai ini mengalami
penurunan sebesar 11,6 persen dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan PMA terbesar pada triwulan IV
terdapat pada sektor primer yakni sebesar 22,2
persen, kemudian diikuti oleh sektor sekunder
sebesar 9,8 persen, dan sektor primer sebesar 8,8
persen. Berdasarkan komposisi antarsektor,
realisasi PMA pada triwulan IV tahun 2018
didominasi oleh sektor tersier yakni sebesar 51,1
persen.
Realisasi PMDN pada triwulan IV tahun 2018
adalah sebesar Rp86,9 triliun. Nilai ini mengalami
kenaikan sebesar 28,5 persen dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan PMDN terjadi pada sektor tersier sebesar
71,6 persen dan sektor primer sebesar 29,4
persen. Sedangkan pada sektor sekunder, realisasi
PMDN mengalami penurunan sebesar 22,0 persen
(YoY). Berdasarkan komposisi antarsektor, realisasi
PMDN pada triwulan IV tahun 2018 juga
Realisasi PMA mengalami penurunan sebesar 11,6 persen (YoY). Sektor yang berkontribusi paling besar adalah Sektor Tersier sebesar 51,1 persen.
Realisasi PMDN mengalami kenaikan sebesar 25,8 persen (YoY). Sektor yang berkontribusi paling besar adalah Sektor Tersier sebesar 60,1 persen.
105
didominasi oleh sektor tersier yakni sebesar 60,1
persen.
Tabel 44. Lima Besar Sektor Realisasi PMA dan PMDN Triwulan IV Tahun 2018
PMA PMDN
Sektor Nilai
(USD Juta) Share
(%) Sektor
Nilai (Rp Triliun)
Share (%)
Listrik, Gas dan Air 1.406,2 19,0 Konstruksi 18,5 21,3
Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi
1.063,9 14,4 Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi
14,3 16,5
Pertambangan 807,6 10,9 Industri Makanan 9,1 10,4
Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran
773,9 10,5 Listrik, Gas dan Air 8,4 9,7
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya
517,2 7,0 Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan
8,2 9,4
Gabungan Lainnya 2.818,0 38,1 Gabungan Lainnya 28,5 32,7
Jumlah 7.386,7 100,0 Jumlah 86,9 100
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah
Berdasarkan sektor/bidang usaha, lima sektor
yang berkontribusi terbesar pada realisasi PMA
pada triwulan IV tahun 2018 adalah Sektor Listrik,
Gas, dan Air sebesar 19,0 persen; Sektor
Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi sebesar
14,4 persen; Sektor Pertambangan sebesar 10,9
persen; Sektor Perumahan, Kawasan Industri dan
Perkantoran sebesar 10,5 persen; dan Sektor
Industri, Logam Dasar, Barang Logam, Bukan
Mesin dan Peralatannya sebesar 7,0 persen.
Sedangkan pada realisasi PMDN, lima sektor yang
berkontribusi terbesar pada triwulan IV tahun
2018 adalah Sektor Konstruksi sebesar 21,3
persen; Sektor Transportasi, Gudang dan
Telekomunikasi sebesar 16,5 persen; Sektor
Industri Makanan sebesar 10,4 persen; Sektor
Listrik, Gas, dan Air sebesar 9,7 persen; dan Sektor
Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan
sebesar 9,4 persen.
Sektor Usaha yang berkontribusi paling besar pada realisasi PMA adalah Sektor Listrik, Gas, dan Air sebesar 19,0 persen, sedangkan pada realisasi PMDN adalah Sektor Konstruksi sebesar 21,3 persen.
106
Realisasi Per Lokasi
Tabel 45. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi PMA Triwulan IV Tahun 2018 Berdasarkan Lokasi (Juta USD)
Tahun
Lokasi
Total Sumatera Jawa
Bali dan NT
Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
2015 3.732,8 15.433 1.265,1 5.842,9 1.560,4 286,2 1.155,7 29.275,9
2016 5.665,3 14.772,4 47,9 2.588,7 2.765,2 541,6 1.682,9 28.964,1
2017 5.497,4 16.761 1.157,9 2.887,4 3.487 440,1 2.008,8 32.239,5
2017-TW IV 1.373,1 4.748,3 225,4 801,8 594,6 99,8 512,0 8.355,1
2018-TW IV 1.095,7 4.100,2 259,6 621,1 736,1 92,0 482,0 7.386,7
Pertumbuhan YoY (%)
-20,2 -13,6 15,2 -22,5 23,8 -7,8 -5,9 -11,6
Share (%) 14,8 55,5 3,5 8,4 10,0 1,2 6,5 100
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah
Berdasarkan lokasi investasi, pertumbuhan
realisasi PMA terbesar pada triwulan IV tahun
2018 terdapat di Sulawesi sebesar 23,8 persen,
dan diikuti oleh Bali dan Nusa Tenggara sebesar
15,2 persen (YoY). Berdasarkan kontribusi
terhadap total realisasi PMA, daerah yang
berkontribusi terbesar pada triwulan IV tahun
2018 adalah Jawa yakni sebesar 55,5 persen.
Tabel 46. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi PMDN Triwulan IV Tahun 2018 Berdasarkan Lokasi (Triliun Rp)
Tahun
Lokasi
Total Sumatera Jawa
Bali dan NT
Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
2015 37,8 103,8 2,9 20 13,7 0 1,3 179,5
2016 39,8 126,4 2,6 33,6 13,6 0 0,2 216,2
2017 46,5 166 7,1 30,2 10,1 1,2 1,3 262,4
2017-TW IV 12,2 43,4 1,1 9,0 1,3 0,5 0,1 67,6
2018-TW IV 20,3 46,3 1,1 8,4 9,7 1,1 0,1 86,9
Pertumbuhan YoY (%)
65,7 6,5 1,6 -5,8 646,0 106,4 -21,5 28,5
Share (%) 23,3 53,2 1,3 9,7 11,2 1,2 0,1 100,0
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah
Sedangkan pada realisasi PMDN, daerah yang
mengalami pertumbuhan terbesar pada triwulan
IV tahun 2018 adalah Sulawesi sebesar 646,0
Pertumbuhan Realisasi PMA terbesar terdapat di Sulawesi sebesar 23,8 persen.
Pertumbuhan Realisasi PMDN terbesar terdapat di Sulawesi sebesar 646,0 persen.
107
persen, dan diikuti oleh Maluku sebesar 106,4
persen (YoY). Berdasarkan kontribusi terhadap
total realisasi PMDN, daerah yang berkontribusi
terbesar pada triwulan IV tahun 2018 adalah Jawa
yakni sebesar 53,2 persen.
Tabel 47. Lima Besar Provinsi Lokasi Investasi Triwulan IV Tahun 2018
PMA PMDN
Lokasi (Propinsi) USD Juta % Thd Total
Lokasi (Propinsi) Rp
Triliun % Thd Total
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
1.342,8 18,2 Jawa Barat 14,7 16,9
Jawa Barat 1.034,1 14,0 Daerah Khusus Ibukota Jakarta
11,2 12,9
Jawa Tengah 771,5 10,4 Jawa Timur 9,5 10,9
Banten 531,8 7,2 Lampung 8,0 9,2
Jawa Timur 417,9 5,7 Jawa Tengah 7,0 8,0
Gabung lainnya 3.228,7 44,5 Gabung lainnya 36,5 42,0
Jumlah 7.326,7 100,0 Jumlah 86,9 100,0
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah
Berdasarkan provinsi lokasi investasi, lima provinsi
yang berkontribusi terbesar pada realisasi PMA
triwulan IV tahun 2018 adalah Provinsi DKI Jakarta
sebesar 18,2 persen; Provinsi Jawa Barat sebesar
14,0 persen; Provinsi Jawa Tengah sebesar 10,4
persen; Provinsi Banten sebesar 7,2 persen; dan
Provinsi Jawa Timur sebesar 5,7 persen.
Sedangkan pada realisasi PMDN, lima provinsi yang
berkontribusi terbesar pada triwulan IV tahun 2018
adalah Provinsi Jawa Barat sebesar 16,9 persen;
Provinsi DKI Jakarta sebesar 12,9 persen; Provinsi
Jawa Timur sebesar 10,9 persen; Provinsi Lampung
sebesar 9,2 persen; Provinsi Jawa Tengah sebesar
8,0 persen.
Provinsi yang berkontribusi paling besar pada realisasi PMA adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 18,2 persen.
Provinsi yang berkontribusi paling besar pada realisasi PMDN adalah Provinsi Jawa Barat sebesar 16,9 persen.
108
Realisasi per Negara
Tabel 48. Lima Besar Negara Asal Realisasi PMA Triwulan IV Tahun 2018
Negara USD Juta % Thd Total
Singapura 2.491,3 33,7
Jepang 1.199,2 16,2
Malaysia 593,7 8,0
R.R. Tiongkok 548,9 7,4
Hongkong, RRT 374,8 5,1
Gabung lainnya 2.178,7 29,5
Jumlah 7.386,7 100,0
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah
Berdasarkan negara asal investasi, lima negara asal
investasi yang berkontribusi terbesar pada realisasi
PMA triwulan IV tahun 2018 adalah Singapura
sebesar 33,7 persen; Jepang sebesar 16,2 persen;
Malaysia sebesar 8,0 persen; Tiongkok sebesar 7,4
persen; dan Hong Kong sebesar 5,1 persen. Lima
negara asal investasi tersebut berkontribusi sebesar
70,5 persen terhadap total realisasi PMA pada
triwulan IV tahun 2018.
Negara asal investasi terbesar pada realisasi PMA triwulan IV tahun 2018 adalah Singapura sebesar 33,7 persen.
109
110
111
PERKEMBANGAN MONETER DAN PASAR KEUANGAN
Perkembangan Moneter
Nilai Tukar Rupiah
Pada awal triwulan IV 2018 nilai mata uang Rupiah
melemah terhadap Dollar (USD), kemudian menguat
pada November 2018. Pelemahan rupiah di awal
triwulan IV dipengaruhi tekanan yang berasal dari
faktor eksternal. Peningkatan ketidakpastian global
termasuk didalamnya risiko ketegangan hubungan
dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok,
peningkatan suku bunga The Fed, serta fluktuasi
harga minyak mentah merupakan faktor dominan
yang memberikan tekanan terhadap nilai tukar
rupiah. Pada triwulan IV 2018, The Fed menaikkan
FFR sebanyak satu kali yaitu pada tanggal 19
Desember sebesar 25 bps dari 2,25 persen menjadi
2,50 persen.
Ditinjau dari sisi internal, fundamental ekonomi
Indonesia cukup kuat di tengah gejolak ekonomi
global. Hal tersebut ditunjukkan oleh: (i)
pertumbuhan ekonomi triwulan IV yang semakin
membaik mencapai 5,17 persen; (ii) tingkat inflasi
yang rendah dan stabil pada tingkat 3,13 persen di
bulan Desember, serta (iii) realisasi defisit APBN
sebesar 1,76 persen yang jauh lebih baik dari target
pemerintah dalam APBN yaitu 2,19 persen maupun
defisit anggaran pada tahun 2017 sebesar 2,51
persen.
Dampak kondisi eksternal dan internal terhadap nilai
tukar rupiah adalah pelemahan rupiah pada awal
triwulan IV hingga mencapai Rp 15.238 pada
Oktober 2018. Kemudian pada November 2018
rupiah mengalami apresiasi mencapai Rp 14.302. Di
akhir triwulan IV Rupiah kembali mengalami tekanan
dan melemah tipis sebesar Rp14.390 per USD
(Gambar 37).
Pada akhir triwulan IV tahun 2018, nilai tukar Rupiah berada pada level Rp 14.390. Dibandingkan dengan rata-rata triwulan sebelumnya, pelemahan yang dialami Rupiah mencapai 1,2 persen.
112
Gambar 37. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (Rp per USD)
Sumber: Bloomberg, data diolah.
Pada akhir triwulan IV tahun 2018, indeks nilai tukar
Rupiah (Real Effective Exchange Rate/REER)
Indonesia adalah 89,69. Nilai REER Indonesia pada
triwulan IV masih berada dibawah nilai wajarnya
(par), efeknya nilai tukar Rupiah masih kompetitif
dalam mendorong ekspor. Nilai REER Indonesia lebih
rendah dibandingkan negara-negara sekawasan
ASEAN yaitu Thailand, Singapura, dan Filipina meski
demikian REER Indonesia lebih tinggi dibandingkan
Malaysia (Gambar 38). Nilai REER negara kawasan
ASEAN tertinggi dimiliki oleh Singapura sebesar
108,43, disusul Thailand sebesar 107,59, dan Filipina
sebesar 106,98. Rendahnya REER Indonesia
berdampak positif terhadap daya saing ekspor
dibandingkan negara-negara peers tersebut.
12.500
13.000
13.500
14.000
14.500
15.000
15.500
Jan-17 Apr-17 Jul-17 Oct-17 Jan-18 Apr-18 Jul-18 Oct-18 Jan-19
USD
- ID
R (
Ru
pia
h)
USD-IDR (Rp/USD)
Nilai tukar riil Rupiah (REER) Indonesia pada akhir triwulan IV tahun 2018 mencapai 89,69.
31 Des 2018 Rp 14.390
Rp 15.238 9 Okt 2018
Rp 14.302 30 Nov 2018
113
Gambar 38. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5, Desember 2011 – Desember 2018 (2010=100)
Sumber: Bloomberg, data diolah.
Pada triwulan IV tahun 2018, Rupiah mengalami
pelemahan sebesar 1,2 persen. Pelemahan nilai
tukar pada triwulan IV dialami oleh hampir seluruh
mata uang negara-negara emerging market, dimana
dua mata uang yang mengalami pelemahan sangat
signifikan (di atas 5 persen) adalah Kyat-Myanmar
(Lampiran 3).
Inflasi
Inflasi pada triwulan IV tahun 2018 terpantau
rendah dan stabil. Sepanjang tahun 2018, inflasi
berada dalam rentang target yang ditetapkan, yaitu
± 3,5 persen. Pada Bulan Oktober-Desember 2018,
inflasi tahunan (YoY) masing-masing sebesar 3,16
persen, 3,23 persen dan 3,13 persen (Tabel 49).
Selanjutnya, jika dilihat secara bulanan (MtM)
pergerakan inflasi masing-masing bulan sebesar 0,28
persen, 0,27 persen, dan 0,62 persen (Tabel 49).
Inflasi pada bulan Oktober dan November rendah
dan stabil, namun pada akhir tahun inflasi
mengalami sedikit peningkatan yang dipengaruhi
Hari Natal dan tahun baru.
80
85
90
95
100
105
110
115
120
Ind
eks
INDONESIA THAILAND MALAYSIA FILIPINA SINGAPURA
108,43 107,59 106,98
89,69
89,13
Inflasi bulanan (MtM) pada periode Oktober-Desember 2018 terpantau rendah dan stabil
114
Tabel 49. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan IV Tahun 2018
Persentase (%)
Oktober November Desember
Year-on-Year (YoY) 3,16 3,23 3,13
Month-to-month (MtM) 0,28 0,27 0,62
Year-to-Date (YtD) 2,22 2,5 3,13
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Dilihat dari komponennya, inflasi Bulan Oktober-
Desember 2018 disumbang oleh seluruh komponen,
terutama volatile foods, yang diikuti administered
prices dan inti.
Inflasi komponen volatile foods (MtM) mengalami
peningkatan dari Oktober hingga Desember 2018
secara berturut-turut sebesar 0,17 persen, 0,23
persen dan 1,55 persen. Inflasi komponen ini
dipengaruhi peningkatan harga-harga bahan
makanan, terutama bawang merah. Faktor cuaca
(intensitas hujan tinggi) berdampak pada penurunan
produksi. Secara tahunan (YoY), inflasi komponen
volatile foods pada triwulan IV tahun 2018 juga
mengalami peningkatan berturut-turut sebesar 4,48
persen, 4,32 persen, dan 3, 39 persen.
Inflasi komponen administered prices (MtM) terjadi
pada bulan Oktober, November, dan Desember
secara berturut-turut sebesar 0,32 persen, 0,52
persen dan 1,20 persen. Hal ini dipengaruhi
peningkatan harga tarif angkutan udara akibat
kenaikan permintaan. Berdasarkan data tahunan
(YoY) inflasi komponen administered price (YoY) pada
triwulan IV tahun 2018 juga meningkat secara
berturut-turut sebesar 2,74 persen, 3,07 persen, 3,36
persen.
Komponen inti (MtM) mengalami penurunan dari
Oktober-Desember 2018, secara berturut-turut
sebesar 0,29 persen, 0,22 persen dan 0,17 persen.
Namun berdasarkan data tahunan (YoY), pada inflasi
inti pada Oktober-Desember 2018 mengalami
Inflasi pada triwulan keempat tahun 2018 disumbang oleh seluruh komponen.
115
kenaikan secara berturut-turut sebesar 2,94 persen,
3,03, persen, dan 3,07 persen. Inflasi inti terjaga
ditengah peningkatan permintaan yang tercermin
dari kenaikan inflasi core durable goods dan core non
food. Dengan demikian, meskipun berdasarkan data
bulanan (MtM) inflasi inti menurun, namun secara
tahunan (YoY) meningkat tipis (Tabel 50).
Tabel 50. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen, Oktober – Desember 2018 (dalam %)
Komponen YoY (%) MtM (%)
Oktober November Desember Oktober November Desember
Inti 2,94 3,03 3,07 0,29 0,22 0,17
Volatile Foods 4,48 4,32 3,39 0,17 0,23 1,55
Administered Prices 2,74 3,07 3,36 0,32 0,52 1,20
Sumber: Badan Pusat Statistik, data diolah
Inflasi pada triwulan IV tahun 2018 disebabkan oleh
peningkatan harga pada Kelompok Bahan Makanan,
Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa
Keuangan, serta Kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok, dan Tembakau. Inflasi kelompok bahan
makanan berasal dari peningkatan harga sejumlah
komoditas bahan makanan, antara lain beras,
bawang merah, dan telur ayam ras. Inflasi kelompok
transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan
disebabkan oleh peningkatan tarif angkutan udara
dan angkutan kereta api. Selanjutnya, inflasi
kelompok Makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau dipengaruhi peningkatan harga air
kemasan dan rokok kretek filter (Tabel 51).
Tabel 51. Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM), Oktober – Desember 2018
Kelompok Pengeluaran Persentase (%)
Oktober November Desember
UMUM (headline) 0,28 0,27 0,62
Bahan Makanan 0,15 0,24 1,45
Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,26 0,56 1,28
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0,27 0,20 0,22
Kesehatan 0,06 0,36 0,20
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi pada triwulan IV tahun 2018 didorong oleh peningkatan harga pada Kelompok Bahan Makanan, Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan, serta Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau.
116
Kelompok Pengeluaran Persentase (%)
Oktober November Desember
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar 0,42 0,25 0,13
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 0,09 0,05 0,10
Sandang 0,54 0,23 0,08
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Setelah diteliti lebih lanjut, peningkatan inflasi
kelompok pengeluaran bahan makanan tercermin
pada peningkatan indeks harga pangan strategis
nasional. Pada triwulan IV tahun 2018, indeks
harga komoditas bahan-bahan pokok nasional
cenderung meningkat. Bawang merah mengalami
kenaikan harga tertinggi, diikuti daging ayam, dan
telur ayam (Gambar 39).
Peningkatan harga mayoritas komoditas pangan
pokok pada triwulan IV tahun 2018 dipengaruhi
kurangnya ketersediaan pasokan, terhambatnya
kelancaran distribusi, dan kenaikan permintaan
bahan makanan menjelang akhir tahun. Faktor
cuaca yang ekstrem di musim penghujan
berdampak terhadap penurunan hasil panen.
Selain itu kinerja konektivitas antar wilayah yang
masih rendah mengakibatkan terhambatnya
distribusi pasokan dari daerah-daerah penghasil ke
daerah-daerah sentra konsumsi.
Gambar 39. Perkembangan Indeks Harga Pangan Strategis Nasional, 2018 (2018=100)
Sumber: Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), 2018.
70
80
90
100
110
120
Sep-18 Okt-18 Nop-18 Des-18
Ind
eks
Har
ga
Minyak Goreng Daging Sapi Daging AyamTelur Ayam Beras Medium Gula PasirCabai Rawit Cabai Merah Bawang Merah
Sepanjang triwulan IV 2018, indeks harga komoditas bahan pokok nasional cenderung meningkat.
103,59
116,42
108,20
117
Secara umum inflasi daerah pada Desember 2018
cukup baik hanya terdapat 27 kabupaten/kota
yang memiliki inflasi tahunan (YoY) diatas inflasi
nasional (3,13 persen). Bahkan secara bulanan
(MtM) masih terdapat 37 kabupaten/kota yang
inflasinya lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional
(0,62 persen).
Inflasi tahunan (YoY) tertinggi dialami oleh Kota
Palu sebesar 6,24 persen Oktober 2018, Kota
Jayapura sebesar 7,40 persen November 2018,
Kota Jayapura sebesar 6,70 Desember 2018.
Deflasi kabupaten/kota terjadi di Kota Tual 1,20
persen pada bulan Oktober 2018 (Lampiran 1).
Selanjutnya, inflasi bulanan (MtM) tertinggi dialami
oleh Kota Palu sebesar 2,27 persen pada bulan
Oktober, Kota Merauke sebesar 2,05 persen pada
bulan November, dan Kota Kupang sebesar 2,09
persen pada bulan Desember. Sementara itu,
deflasi tertinggi kabupaten/kota terjadi di Kota
Bengkulu sebesar 0,74 persen pada bulan Oktober,
Kota Medan sebesar 0,64 persen pada bulan
November, dan Kota Sorong sebesar 0,15 persen
pada bulan Desember (Lampiran 2).
Jumlah Uang Beredar
Secara umum, likuiditas perekonomian atau uang
beredar dalam arti luas (M2) pada triwulan IV
tahun 2018 mengalami perlambatan dibandingkan
dengan akhir triwulan III tahun 2018. Posisi M2
pada akhir triwulan IV 2018 tumbuh 6,29 persen
(YoY) sebesar Rp5.758,3 triliun, lebih rendah
dibanding pertumbuhan triwulan III tahun 2018
yang mencapai 6,71 persen (Gambar 40).
Penurunan pertumbuhan M2 dipengaruhi
penurunan pertumbuhan komponen uang kuasi
dan komponen uang beredar dalam arti sempit
(M1) sepanjang triwulan IV tahun 2018.
Sepanjang triwulan IV Tahun 2018, inflasi daerah baik secara tahunan (YoY) maupun bulanan(MtM) cukup baik.
Likuiditas perekonomian tumbuh melambat pada triwulan IV tahun 2018 sebagai akibat dari penurunan pertumbuhan M1 dan uang kuasi.
118
Perlambatan pertumbuhan uang kuasi sejalan
dengan perlambatan dana pihak ketiga (DPK).
Selama triwulan IV 2018, perlambatan
pertumbuhan uang kuasi sebagai berikut: 7,58
persen pada Oktober, 7,08 persen pada November,
dan 6,1 persen pada Desember.
Komponen lain yang mempengaruhi penurunan
likuiditas perekonomian adalah perlambatan
pertumbuhan M1. Pertumbuhan M1 pada akhir
triwulan tahun IV mencapai 4,77 persen (YoY), lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan III
tahun 2018 yang mencapai 8,23 persen. Sedangkan
komponen surat berharga selain saham tumbuh
lebih tinggi pada bulan sebelumnya dari 3,3 persen
(YoY) pada November 2018 menjadi 11,8 persen
(YoY) pada Desember 2018, peningkatan komponen
surat berharga selain saham menahan perlambatan
M2 lebih dalam.
Gambar 40. Perkembangan Uang Beredar Triwulan IV Tahun 2018
Keterangan: *) Angka sementara.
Sumber: Bank Indonesia, data diolah.
6,71% 7,25%
6,55% 6,29%
8,23%
6,40%
5,02% 4,77%
6,27%
7,58% 7,08%
6,79%
3%
5%
7%
9%
Sep Okt Nov Des*
Pe
rtu
mb
uh
an Y
oY
(%
)
Pertumbuhan M2, %YoY Pertumbuhan M1, %YoY
Pertumbuhan Uang Kuasi, %YoY
119
Suku Bunga Kebijakan Bank Indonesia
Pada November 2018, Bank Indonesia (BI)
menaikkan suku bunga kebijakan BI 7-day Reverse
Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin, dari
5,75 persen menjadi 6,00 persen (Tabel 52).
Sampai dengan triwulan III tahun 2018, Bank
Indonesia telah menaikkan BI7DRR sebesar 150
basis poin. Peningkatan ini dilakukan secara
bertahap sebanyak lima kali. Kenaikan suku bunga
kebijakan BI7DRR merupakan kebijakan jangka
pendek yang merespon ketidakpastian kondisi
perekonomian global, salah satunya kebijakan The
Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali
dari 1,5 persen menjadi 2,5 persen pada tahun
2018. Kenaikan suku bunga kebijakan tersebut
telah mempertahankan daya tarik aset keuangan
domestik sehingga dapat mengontrol aliran modal
untuk menjaga stabilisasi nilai tukar Rupiah. Tabel 52. Suku Bunga Operasi Moneter BI 7 Day Reverse Repo Rate Triwulan IV,
Tahun 2018 (persen)
Tenor Bulan
Oktober November Desember
7 hari 5,75 6,00 6,00
2 minggu 5,95 6,20 6,20
1 bulan 6,15 6,40 6,40
Sumber: Bank Indonesia.
Kesimpulan
Perkembangan ekonomi global yang penuh
ketidakpastian masih menjadi tantangan bagi
perekonomian nasional hingga triwulan IV tahun
2018. Meskipun begitu, kinerja ekonomi Indonesia
masih cukup kuat yang tercermin dari beberapa
indikator ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia sepanjang 2018 mencapai 5,17 persen,
tertinggi sejak 2014. Nilai tukar Rupiah mengalami
penguatan yang dipengaruhi peningkatan aliran
masuk modal asing akibat kondisi perekonomian
Sepanjang tahun 2018, BI menaikkan suku bunga kebijakan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 175 basis poin, dari 4,25 persen menjadi 6,00 persen. Kenaikan ini dilakukan secara bertahap sebanyak enam kali.
Pemerintah dan BI bersinergi mendorong kinerja positif ekonomi Indonesia di tengah tantangan perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
120
domestik yang kondusif dan imbal hasil domestik
yang menarik, pada akhir triwulan IV tahun 2018
posisi Rupiah mencapai Rp14.390. Pada tahun
2018 inflasi tercatat rendah dan stabil sehingga
berada dalam kisaran target yang telah ditetapkan
3,5±1 persen.
Sinergi kebijakan antara Pemerintah dengan BI
hingga triwulan keempat 2018 dilakukan melalui:
1. Peningkatan suku bunga kebijakan moneter
(BI7DRR) untuk menjaga stabilitas nilai tukar
dan perekonomian Indonesia.
2. Intervensi ganda di pasar valas dan pembelian
Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar
sekunder.
3. Meningkatkan fleksibilitas dan distribusi
likuiditas di perbankan.
4. Akselerasi pendalaman pasar keuangan melalui
penyediaan swap valas yang lebih efisien.
5. Koordinasi kebijakan baik dengan Pemerintah
pusat maupun daerah untuk menjaga stabilitas
inflasi.
Koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan
otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi
dan memperkuat ketahanan eksternal, termasuk
mengendalikan defisit transaksi berjalan.
121
Perkembangan sektor
jasa keuangan pada
triwulan IV tahun 2018
relatif terjaga ditopang
oleh peningkatan
kinerja dan likuiditas
subsektor perbankan.
Perkembangan Sektor Jasa Keuangan
Perkembangan Perbankan
Gambar 41. Perkembangan Kinerja Bank Umum Konvensional di Indonesia 2016 – 2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (diolah)
*Catatan : Data Q4 adalah data bulan November
Pada triwulan IV tahun 2018, perkembangan sektor
jasa keuangan relatif terjaga ditopang oleh kinerja dan
likuiditas subsektor perbankan yang cukup baik.
Kinerja subsektor perbankan tercermin pada rasio
kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR).
Pada triwulan IV tahun 2018, rasio CAR sebesar 23,3
persen, sedikit meningkat dibandingkan dengan rasio
CAR triwulan III tahun 2018, yaitu sebesar 22,9 persen.
Dengan demikian, rasio tersebut masih berada jauh di
atas ketentuan minimum yang ditetapkan yaitu
sebesar 8 persen. Peningkatan CAR tersebut
mencerminkan ketahanan perbankan dalam
mengatasi tekanan perekonomian.
Selain itu, likuiditas perbankan pada triwulan IV tahun
2018 masih terjaga yang tercermin dari peningkatan
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
LDR (%) 89,60 91,19 90,04 90,70 89,12 89,31 88,74 90,04 90,19 92,76 94,09 93,19
CAR (%) 22,00 22,56 23,26 22,93 22,88 22,74 23,25 23,18 22,65 22,01 22,91 23,32
NPL (%) 2,83 3,05 3,22 2,93 3,19 2,96 2,93 2,59 2,75 2,67 2,66 2,67
0
5
10
15
20
25
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
CA
R d
an N
PL
(%)
LDR
(%)
122
penyaluran kredit. Penghimpunan DPK pada triwulan
IV tahun 2018 tumbuh sebesar 6,6 persen (QtQ), lebih
tinggi dari pertumbuhan penghimpunan DPK pada
triwulan III tahun 2018. Seiring dengan peningkatan
penghimpunan DPK, penyaluran kredit meningkat
sebesar 1,9 persen dari triwulan III tahun 2018.
Namun demikian, pertumbuhan kredit pada triwulan
IV tahun 2018 melambat dibandingkan pertumbuhan
kredit triwulan sebelumnya. Dengan perkembangan
tersebut, Loan to Deposit Ratio (LDR) menurun dari
94,1 persen pada triwulan III tahun 2018 menjadi 93,2
persen pada triwulan IV tahun 2018.
Peningkatan penyaluran kredit dihadapkan pada
penurunan kualitas penyaluran kredit. Kualitas
penyaluran kredit yang menurun tercermin pada
peningkatan rasio risiko kredit macet atau rasio Non-
Performing Loan (NPL). Rasio NPL pada triwulan IV
tahun 2018 sebesar 2,7 persen, sedikit lebih tinggi jika
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 2,7 persen. Namun demikian, subsektor
perbankan masih terjaga pada keseluruhan tahun
2018.
Gambar 42. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional di Indonesia 2016 – 2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan *Catatan : Data Q4 adalah data bulan November
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
Pe
rtu
mb
uh
an D
PK
(%
)
DP
K (
Trili
un
Rp
)
DPK (Rp T) Pertumbuhan DPK Growth Tabungan
123
Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan mengalami percepatan pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2018.
Penghimpunan dana perbankan (Dana Pihak Ketiga)
meningkat pada triwulan IV tahun 2018. Total Dana
Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp5.573,39 triliun,
atau tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY), lebih tinggi jika
dibandingkan dengan triwulan III tahun 2018. Hal ini
didorong oleh percepatan pertumbuhan pada
komponen terbesar DPK yaitu deposito. Sedangkan
komponen lain dari DPK yaitu tabungan dan giro
tercatat tumbuh meskipun sedikit melambat.
Tabungan tumbuh sebesar 8,5 persen (YoY) pada
triwulan IV tahun 2018, lebih rendah jika dibandingkan
dengan triwulan III tahun 2018 yang tumbuh sebesar
10,1 persen (YoY). Tabungan masih terus mengalami
perlambatan selama dua triwulan terakhir. Namun
demikian, pertumbuhan tabungan pada triwulan IV
tahun 2018 masih lebih baik jika dibandingkan dengan
awal tahun 2018 (triwulan pertama tahun 2018) yang
hanya tumbuh sebesar 6,4 persen (YoY).
Selanjutnya, sama halnya dengan tabungan, giro juga
mengalami pertumbuhan meskipun melambat. Giro
kembali tumbuh melambat cukup signifikan pada
triwulan IV tahun 2018. Giro tumbuh sebesar 4,6
persen (YoY) atau melambat jika dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,4
persen (YoY).
Di sisi lain, komponen terbesar DPK yaitu deposito
justru mengalami peningkatan pertumbuhan. Pada
triwulan IV tahun 2018, deposito tumbuh sebesar 3,9
persen (YoY), meningkat jika dibandingkan dengan
triwulan III tahun 2018 yang hanya tumbuh sebesar
2,5 persen (YoY). Namun demikian, pertumbuhan
tersebut masih jauh lebih rendah jika dibandingkan
dengan awal tahun yang sempat mencapai dua digit.
124
Total kredit perbankan pada triwulan IV tahun 2018 melambat.
Gambar 43. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional di Indonesia 2016 – 2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
*Catatan: Data Q4 adalah data bulan November
Berbeda dengan pertumbuhan DPK yang membaik,
kredit pada triwulan IV tahun 2018 tumbuh meskipun
sedikit melambat. Total kredit perbankan sebesar
Rp5.218,22 triliun, atau tumbuh sebesar 12,3 persen
(YoY), lebih rendah jika dibandingkan dengan Triwulan
III tahun 2018 yang mencapai 13,0 persen (YoY).
Perlambatan tersebut didorong oleh perlambatan
pertumbuhan pada dua jenis kredit, yaitu kredit
investasi dan kredit konsumsi.
Kredit investasi mengalami pertumbuhan sebesar 9,8
persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018, lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 11,8 persen (YoY). Selain kredit
investasi, kredit konsumsi juga berkontribusi
mendorong perlambatan pertumbuhan total kredit
pada triwulan IV tahun 2018. Kredit konsumsi
mengalami perlambatan pertumbuhan dari 11,7
persen (YoY) pada triwulan III tahun 2018, menjadi
11,3 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2018.
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
Pe
rtu
mb
uh
an K
red
it (
%)
Kre
dit
Pe
rban
kan
(Tr
iliu
n R
p)
Kredit (Rp T) Pertumbuhan Total Kredit Pertumbuhan KI
Pertumbuhan KMK Pertumbuhan KK
125
Tidak sejalan dengan kredit investasi dan kredit
konsumsi, kredit modal kerja justru mengalami
peningkatan pertumbuhan. Pada triwulan IV tahun
2018, kredit modal kerja tumbuh sebesar 13,7 persen
(YoY), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yaitu sebesar 12,1 persen (YoY).
Tabel 53. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional di Indonesia 2017 – 2018 (dalam Triliun)
Sektor 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan
284,46 296,65 298,09 317,38 319,60 329,40 338,57 345,38
Perikanan 9,78 10,29 10,32 11,27 10,64 11,01 11,52 11,67
Pertambangan dan Penggalian
124,80 122,47 116,34 113,62 104,75 105,32 137,18 132,93
Industri Pengolahan
756,53 784,69 775,04 824,11 793,33 813,86 868,92 859,48
Listrik, gas dan air 138,23 127,07 131,22 146,13 154,24 160,51 173,48 159,26
Konstruksi 215,28 234,15 241,64 258,93 254,71 267,36 290,87 310,31
Perdagangan Besar dan Eceran
836,52 845,29 844,02 885,45 885,84 919,80 961,47 964,81
Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
94,40 96,73 96,50 97,89 97,37 98,02 97,80 99,00
Transportasi, pergudangan dan komunikasi
171,08 173,98 169,83 182,63 192,11 208,44 210,08 210,78
Perantara Keuangan
196,33 212,05 205,69 214,19 211,49 222,24 225,95 227,38
Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan
206,87 211,33 211,45 221,92 225,52 225,12 238,36 246,87
Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
22,64 22,19 23,13 21,82 21,98 21,80 24,60 22,91
Jasa Pendidikan 8,89 9,25 9,34 10,10 10,17 10,50 11,23 11,36
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
16,57 17,45 17,54 19,09 19,80 19,27 20,28 21,02
126
Pada triwulan IV tahun 2018, penyaluran kredit perbankan mengalami peningkatan hampir di semua sektor.
Sektor
2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainnya
58,49 60,22 61,63 72,38 70,72 72,79 75,22 76,62
Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga
2,64 2,68 2,65 2,74 2,70 2,75 2,69 2,65
Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya
0,19 0,16 0,16 0,16 0,15 0,13 0,13 0,17
Kegiatan yang belum jelas batasannya
2,39 3,25 3,09 2,75 3,49 2,79 2,54 2,84
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
*Catatan: Data Q4 adalah data bulan November
Pada triwulan IV tahun 2018, penyaluran kredit
perbankan mengalami pertumbuhan hampir di
seluruh sektor. Dari 18 sektor, peningkatan
pertumbuhan kredit terjadi pada 13 sektor, dengan
peningkatan pertumbuhan terbesar terjadi pada
sektor 1) Badan Internasional dan Badan Ekstra
Internasional Lainnya, (2) Kegiatan yang belum jelas
batasannya, dan (3) Konstruksi.
Sementara itu, lima sektor lainnya justru mengalami
penurunan penyaluran kredit. Lima sektor tersebut
antara lain: (1) Pertambangan dan penggalian turun
sebesar 3 persen; (2) Industri Pengolahan sebesar 1
persen; (3) Listrik, gas, dan air sebesar 8 persen; (4)
Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib sebesar 7 persen; serta (5) Jasa
Perorangan yang Melayani Rumah Tangga sebesar 1,5
persen. Dari kelima sektor tersebut, penurunan
tertinggi (QtQ) terjadi pada sektor Listrik, gas dan air.
Selanjutnya jika dilihat dari sisi volume, sektor
Perdagangan Besar dan Eceran masih mendominasi
127
Pada akhir tahun 2018, total penyaluran KUR tercatat sebesar Rp120 triliun atau telah mencapai 97,2 persen dari target tahun 2018 sebesar 123,8 triliun.
penyerapan kredit dengan kontribusi sebesar 26,1
persen atau sebesar Rp964.806 miliar, diikuti sektor
Industri Pengolahan sebesar 23,2 persen atau sebesar
Rp859.480 miliar.
Gambar 44. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) berdasarkan Sektor Ekonomi
Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Catatan: Data sampai dengan bulan Desember 2018
Hingga akhir tahun 2018, penyaluran KUR telah
mencapai 97,2 persen dari target yang ditetapkan.
Total penyaluran KUR sebesar Rp120 triliun, hampir
memenuhi seluruh target yang ditetapkan yaitu
sebesar Rp123,8 triliun. KUR telah disalurkan kepada
4,4 juta debitur dengan rasio tingkat kredit macet
(NPL) sebesar 0,24 persen. Penyaluran KUR masih
didominasi oleh skema KUR Mikro (65,6 persen),
sedangkan porsi skema KUR lainnya yaitu KUR kecil
dan KUR TKI masing-masing sebesar 34,1 persen dan
0,3 persen.
Dari sisi penyaluran KUR menurut sektor ekonomi,
penyaluran KUR masih didominasi oleh sektor
perdagangan yaitu sebesar 53,2 persen, kemudian
diikuti oleh sektor pertanian, perburuan, dan
kehutanan yaitu sebesar 23,2 persen, serta sektor jasa
sebesar 15 persen.
Pertanian Perikanan Industri Pengolahan Perdagangan Jasa-jasa
Pertanian 23%
Jasa-jasa 15%
Perikanan 1,5%
Industri Pengolahan 7,3%
Perdagangan 53,2%
128
Industri asuransi hingga
triwulan IV tahun 2018
menunjukkan
pertumbuhan yang
positif.
Selanjutnya berdasarkan wilayah, penyaluran KUR
masih didominasi oleh provinsi-provinsi yang terletak
di Pulau Jawa yaitu sebesar 55 persen, diikuti oleh
Sumatera 19,4 persen dan Sulawesi 11,1 persen.
Perkembangan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB)
Selain perbankan, kondisi sektor jasa keuangan
domestik juga turut ditopang oleh Industri Keuangan
Non-Bank (IKNB). Selama tahun 2018, perkembangan
IKNB tercatat cukup positif, baik di industri asuransi
maupun dana pensiun. Beberapa indikator pada
industri tersebut memperlihatkan perkembangan
yang baik, sehingga menggambarkan semakin
berkembangnya sumber pembiayaan lainnya di luar
perbankan.
Perkembangan Industri Asuransi
Gambar 45. Pertumbuhan Total Aset Industri Asuransi 2016 – 2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Pada triwulan IV tahun 2018, industri asuransi
membaik, salah satunya tercermin dari peningkatan
aset industri asuransi. Setelah mengalami
perlambatan pertumbuhan sejak akhir tahun 2017
hingga pertengahan tahun 2018, aset industri asuransi
kembali mengalami percepatan pertumbuhan. Total
0
1
2
3
4
5
6
7
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
%
Trili
un
Rp
Total Aset Industri Asuransi Pertumbuhan Aset Industri Asuransi (QtQ)
129
Industri dana pensiun pada triwulan IV tahun 2018 mengalami pertumbuhan yang positif.
aset industri asuransi sebesar Rp1.209,6 triliun pada
triwulan IV tahun 2018, atau meningkat sebesar 2,9
persen jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Peningkatan tersebut terjadi karena
adanya percepatan pertumbuhan aset di seluruh jenis
asuransi, dengan peningkatan terbesar terdapat pada
jenis asuransi sosial dan asuransi wajib. Dengan
demikian, hal tersebut menunjukkan pertumbuhan
yang positif untuk industri asuransi di Indonesia pada
triwulan IV tahun 2018.
Perkembangan Industri Dana Pensiun
Gambar 46. Pertumbuhan Jumlah Aset Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun 2016 – 2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Industri dana pensiun pada triwulan IV tahun 2018
mengalami pertumbuhan yang positif. Hal tersebut
tercermin dari peningkatan jumlah aset bersih dan
jumlah investasi dana pensiun. Jumlah investasi dana
pensiun mengalami peningkatan, yaitu dari Rp254,4
miliar pada triwulan III tahun 2018 menjadi Rp260,9
miliar pada triwulan IV tahun 2018. Peningkatan
jumlah investasi tersebut didorong oleh meningkatnya
investasi dana pensiun terhadap sertifikat deposito.
Selanjutnya, sejalan dengan peningkatan investasi,
jumlah aset neto dana pensiun pun meningkat.
Jumlah aset neto dana pensiun mengalami
0
50
100
150
200
250
300
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
Mili
ar R
p
Jumlah Aset Neto Jumlah Investasi
130
Di tengah berbagai
macam tekanan baik dari
dalam maupun luar
negeri, kondisi pasar
saham pada triwulan IV
tahun 2018 tetap baik.
peningkatan sebesar 2,3 persen jika dibandingkan
dengan triwulan III tahun 2018. Peningkatan tersebut
dapat turut menggambarkan perkembangan positif
industri dana pensiun di Indonesia.
Perkembangan Pasar Modal
Kondisi pasar modal baik pasar saham maupun
obligasi masih terjaga di tengah tekanan global dan
domestik. Tekanan global seperti berlanjutnya perang
dagang antara AS dan Tiongkok, normalisasi kebijakan
moneter AS, serta melambatnya perekonomian
Tiongkok yang memberikan tekanan pada kecukupan
likuiditas dunia. Selain itu, pertumbuhan ekonomi
yang stagnan pada kisaran lima persen turut memberi
tekanan terhadap pasar modal. Namun demikian,
pasar modal Indonesia masih dapat tumbuh baik pada
pasar saham maupun pasar obligasi.
Perkembangan Pasar Saham
Gambar 47. Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham 2016 – 2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Perkembangan pasar saham membaik pada triwulan
IV tahun 2018, setelah sempat menurun pada
pertengahan tahun 2018. Hal tersebut salah satunya
tercermin dari perkembangan nilai kapitalisasi pasar
dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG
ditutup pada level 6.194,5 pada triwulan IV tahun
01.0002.0003.0004.0005.0006.0007.0008.000
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
Nila
i Kap
ital
isas
i Pas
ar
(Tri
liun
Rp
)
IHSG
Nilai Kapitalisasi Pasar IHSG
131
Obligasi korporasi tercatat mengalami pelambatan pertumbuhan sepanjang tahun 2018.
2018, dan capaian tersebut sesuai dengan target yang
telah ditetapkan, yaitu berada di atas level 6.000.
Sejalan dengan peningkatan IHSG, nilai kapitalisasi
pasar saham juga mengalami percepatan
pertumbuhan, setelah sempat berfluktuasi pada awal
tahun 2018. Nilai kapitalisasi pasar saham pada
triwulan IV tahun 2018 sebesar Rp7.023,5 triliun,
meningkat jika dibandingkan dengan nilai kapitalisasi
pasar saham pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar
Rp6.737,4 triliun.
Melihat kilas balik perkembangan pasar saham selama
tahun 2018, terdapat beberapa capaian yang didapat
meskipun banyak tantangan yang dihadapi. Pertama,
jumlah investor saham mengalami peningkatan
sebesar 35 persen sepanjang tahun 2018. Kedua,
terdapat 57 perusahaan tercatat yang melakukan
initial public offering (IPO), dan capaian tersebut
merupakan capaian tertinggi selama kurang lebih 20
tahun terakhir.
Perkembangan Pasar Obligasi Gambar 48. Perkembangan Obligasi Korporasi 2016 – 2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Sempat mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan
pada awal tahun 2018, pasar obligasi korporasi
kemudian terus mengalami perlambatan pertumbuhan
hingga akhir tahun 2018. Pada triwulan IV tahun 2018,
0
100
200
300
400
500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
Trili
un
Rp
132
Kondisi sektor perbankan syariah pada Triwulan IV 2018 mengalami peningkatan yang cukup baik.
obligasi korporasi tercatat sebesar Rp417,1 triliun, lebih
rendah jika dibandingkan dengan triwulan III tahun
2018 yang tercatat sebesar Rp418,9 triliun. Dengan kata
lain, obligasi korporasi sedikit mengalami penurunan,
yaitu sebesar 0,4 persen (QtQ). Mengkilas balik
perkembangan pasar obligasi korporasi pada tahun
2018, pasar obligasi korporasi pada tahun ini dapat
dikatakan cukup berfluktuasi, sama halnya dengan
pasar saham. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh berbagai
tantangan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Perkembangan Sektor Jasa Keuangan Syariah Perkembangan Perbankan Syariah
Gambar 49. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah 2016 – 2018
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (diolah)
*Catatan: Data Q4 adalah data bulan November
Perbankan syariah pada triwulan IV tahun 2018
mengalami peningkatan kinerja yang cukup baik. Dari
sisi penyaluran pembiayaan, rasio pembiayaan
terhadap deposit (Financing to Deposit Ratio/FDR)
sebesar 88,2 persen, lebih tinggi 2,5 persen daripada
triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yaitu
sebesar 85,7 persen (YoY). Kenaikan FDR tersebut
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2016 2017 2018
FDR 87,5 89,3 89,1 88,87 87,55 87,85 85,25 85,68 84,32 86,46 87,36 88,18
CAR 14,9 14,7 15,4 15,78 16,98 16,42 16,16 16,46 18,47 20,59 21,25 21,39
NPF 5,35 5,05 4,31 4,29 4,29 3,99 3,88 4,32 3,86 3,28 3,22 3,35
0,00
4,00
8,00
12,00
16,00
20,00
24,00
81,00
82,50
84,00
85,50
87,00
88,50
90,00
CA
R &
NP
F (%
)
FDR
(%
)
133
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan Dana
Pihak Ketiga (DPK) syariah yang juga memicu
pengetatan likuiditas. Melambatnya penghimpunan
DPK oleh bank syariah ini diindikasikan terjadi karena
adanya penyerapan dana masyarakat melalui
penerbitan sukuk pemerintah. Selanjutnya dari sisi
kualitas pembiayaan, rasio pembiayaan bermasalah
atau Non-Performing Financing (NPF) perbankan
syariah mengalami penurunan yang cukup signifikan.
NPF bank syariah berhasil ditekan hingga 3,3 persen,
lebih rendah 1,0 persen dibandingkan dengan triwulan
yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,3 persen
(YoY).
Adapun dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal
yang tercermin dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR)
bank syariah tercatat sebesar 21,4 persen, meningkat
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
sebesar 21,3 persen.
Gambar 50. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah 2016 – 2018
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (diolah)
*Catatan: Data Q4 adalah data bulan November
Pada triwulan IV tahun 2018, pertumbuhan total
pembiayaan didorong oleh pertumbuhan Pembiayaan
0
4
8
12
16
20
24
28
32
0
60
120
180
240
300
360
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2016 2017 2018
Pe
rtu
mb
uh
an (
%)
Trili
un
Rp
Total Pembiayaan Pertumbuhan PI
Pertumbuhan PMK Pertumbuhan PK
Pertumbuhan Pembiayaan (YoY)
134
Penyaluran pembiayaan perbankan syariah mengalami pertumbuhan hampir di seluruh sektor
Pertumbuhan Pembiayaan yang disalurkan masih ditopang oleh pertumbuhan Pembiayaan Konsumsi
Konsumsi yang sangat tinggi. Pembiayaan Konsumsi
tumbuh sebesar 17,7 persen (YoY), selanjutnya diikuti
oleh Pembiayaan Investasi yang tumbuh sebesar 16,3
persen (YoY). Sementara itu, komponen pembiayaan
lainnya yaitu Pembiayaan Modal Kerja hanya tumbuh
sebesar 5,1 persen (YoY), atau 3,4 persen lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya.
Tabel 54. Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Sektor 2017 – 2018
Sektor 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan
9.484 9.847 9.741 10.071 10396 11924 11844 11.846
Perikanan 1.492 1.350 1.370 1.291 1048 1191 1187 1.186
Pertambangan dan Penggalian 6.833 7.085 7.012 6.909 6551 5555 5769 5.562
Industri Pengolahan 20.055 20.558 20.422 21.017 21440 22934 23595 23.210
Listrik, gas dan air 8.262 7.857 7.733 7.985 11150 13576 16430 14.635
Konstruksi 14.409 19.782 21.540 21.405 21273 22033 22579 23.701
Perdagangan Besar dan Eceran 29.320 30.450 31.600 32.401 32472 32935 33258 33.781
Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
3.425 3.489 3.542 3.432 3730 4125 4162 4.454
Transportasi, pergudangan dan komunikasi
10.387 11.028 10.019 9.938 9833 9841 10221 9.177
Perantara Keuangan 18.106 19.385 19.564 19.358 18590 17769 18217 18.498
Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan
11.354 11.657 12.045 11.905 12218 12217 12662 13.218
Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
8 9 8 8 5 4 7 4
Jasa Pendidikan 4.107 4.390 4.693 4.766 4794 4947 5147 5.026
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.229 3.511 3.658 3.850 3981 3862 4174 4.345
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainnya
4.518 4.895 4.880 4.947 6699 6454 6143 5.644
Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga
329 343 330 332 331 354 360 369
Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya
- - 0 - 0 0 0 0
Kegiatan yang belum jelas batasannya
688 752 575 545 462 402 391 878
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
*Catatan : Data Q4 adalah data bulan November
Pada triwulan IV tahun 2018, penyaluran pembiayaan
perbankan syariah mengalami pertumbuhan hampir di
135
seluruh sektor. Pertumbuhan penyaluran pembiayaan
perbankan syariah terjadi pada 13 sektor dari 18
sektor penyaluran pembiayaan syariah.
Apabila ditinjau secara sektoral, sektor Perdagangan
Besar dan Eceran masih mendominasi penyerapan
pembiayaan yaitu sebesar 19,2 persen dari total
pembiayaan yang disalurkan. Diikuti oleh sektor
Konstruksi dan Industri Pengolahan yang masing-
masing menyerap penyaluran pembiayaan sebesar
13,5 persen dan 13,2 persen.
Sementara itu, penurunan penyaluran pembiayaan
terjadi pada lima sektor yaitu (1) Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
turun sebesar 48,5 persen; (2) Pertambangan dan
Penggalian turun sebesar 19,5 persen; (3) Perikanan
turun sebesar 8,1 persen; (4) Transportasi,
Pegudangan dan Komunikasi turun sebesar 7,6
persen; dan (5) Perantara Keuangan turun sebesar 4,4
persen.
Perkembangan Pasar Modal Syariah
Gambar 51. Perkembangan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ISSI dan JII 2016 – 2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
-
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
ISSI
136
Sejalan dengan tren Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan
Jakarta Islamic Index (JII) juga turut mengalami
penguatan pada triwulan IV tahun 2018. Setelah
sempat mengalami penurunan pada pertengahan
tahun pertama, nilai kapitalisasi ISSI meningkat relatif
kuat hingga Rp3.666 triliun, atau tumbuh 3,5 persen
dari triwulan sebelumnya (QtQ). Namun dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya, nilai
kapitalisasi ISSI turun 1,0 persen (YoY). Sementara itu,
nilai kapitalisasi saham blue chip JII menunjukkan
penguatan ke angka Rp2.239 triliun, atau tumbuh 8,0
persen dari triwulan sebelumnya (QtQ). Namun, jika
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebelumnya, nilai kapitalisasi JII triwulan IV tahun
2018 lebih rendah 2,1 persen. Hal ini menyusul
sentimen eksternal yang memberi tekanan pada
kinerja saham secara keseluruhan pada pertengahan
tahun 2018.
Gambar 52. Perkembangan Sukuk Korporasi (outstanding) 2016 – 2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Sejalan dengan tren ISSI dan JII, nilai outstanding
sukuk korporasi juga mengalami peningkatan yang
10 11 10
12 12
15 14
16 17
16
20
22
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018
Trili
un
Rp
Sejalan dengan tren IHSG, kondisi pasar modal syariah cenderung menguat pada triwulan IV tahun 2018.
137
Kinerja pasar sukuk korporasi mrningkat. Hal ini tercermin dari peningkatan nilai outstanding sukuk korporasi pada paruh kedua tahun 2018.
cukup signifikan. Pada triwulan IV tahun 2018, nilai
outstanding sukuk korporasi meningkat sebesar
10,0 persen (QtQ) menjadi Rp22,0 triliun. Adapun
nilai outstanding sukuk korporasi mengalami
pertumbuhan sebesar 37,5 persen dari triwulan
yang sama pada tahun sebelumnya (YoY). Meski
cenderung berfluktuasi, kondisi pasar sukuk
korporasi menunjukkan kinerja yang baik pada
paruh kedua tahun 2018. Namun demikian, pasar
sukuk korporasi masih perlu dilakukan pendalaman
agar dapat memberikan dukungan pembiayaan
bagi pembangunan ekonomi nasional.
Perkembangan Industri Keuangan Non-Bank Syariah (IKNBS)
Gambar 53. Pertumbuhan Aset IKNB Syariah 2016 – 2018
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (diolah)
Catatan : Data sampai dengan bulan November 2018
Pada triwulan IV tahun 2018, secara keseluruhan
Industri Keuangan Non-Bank Syariah menunjukkan
perkembangan yang kurang menggembirakan. Kondisi
ini tercermin dari adanya penurunan pada jumlah aset
secara umum Industri Keuangan Non-Bank Syariah
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2016 2017 2018P
ert
um
bu
han
(%
)
Mili
ar R
p
Asuransi Syariah Lembaga Jasa Keuangan Khusus SyariahLembaga Pembiayaan Syariah Lembaga Keuangan Mikro SyariahPertumbuhan Aset IKNBS (YoY)
138
(IKNBS) dari triwulan yang sama pada tahun
sebelumnya. Secara umum, aset Industri Keuangan
Non Bank Syariah mengalami penurunan sebesar 0,8
persen menjadi Rp96,2 triliun (YoY). Apabila ditinjau
lebih rinci. Lembaga Pembiayaan Syariah mengalami
penurunan aset secara signifikan sebesar 24,3 persen
dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (YoY), atau
dari Rp34,8 triliun pada November 2017 menjadi
Rp26,3 triliun pada November 2018.
Walaupun secara umum menurun, aset Lembaga Dana
Pensiun Syariah meningkat sebesar 162,4 persen
menjadi Rp3,3 triliun (YoY). Diikuti pertumbuhan aset
Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang juga
mengalami pertumbuhan sebesar 148,0 persen
menjadi Rp247 miliar (YoY). Aset Asuransi Syariah dan
Lembaga Jasa Keuangan Syariah masing-masing
tumbuh sebesar 9,8 persen menjadi Rp42,5 triliun dan
sebesar 7,1 persen menjadi Rp23,9 triliun (YoY).
139
LAMPIRAN Lampiran 1: Inflasi 82 Kabupaten/Kota (YoY)
Gambar 54. Inflasi YoY 82 Kabupaten/Kota Oktober – Desember 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah.
Papua
Maluku
Sulawesi
Kalimantan
Nusa Tenggara
Bali Jawa
Sumatera
140
Lampiran 2: Inflasi 82 Kabupaten/Kota (MtM)
Gambar 55 Inflasi MtM 82 Kabupaten/Kota Oktober – Desember 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah.
Maluku
Sulawesi
Jawa
Bali
Nusa Tenggara
Kalimantan
Sumatera Papua
141
Lampiran 3: Nilai Tukar Mata Uang
Tabel 55. Nilai Tukar Mata Uang
Negara Oktober 2018 November 2018 Desember 2018
Rata-rata Triwulanan
QtQ (%) PAB
MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM
(%) YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
Rupiah Indonesia 15.203,0 (2,0) (10,8) (10,8) 14.302,0 6,3 (5,2) (5,4) 14.390,0 (0,6) (5,80) (5,8) 14.784,4 (1,2)
Lira Turki 5,6 8,5 (32,1) (32,1) 5,2 7 (27,3) (24,8) 5,3 (1,4) (28,3) (28,2) 5,5 3,0
Rand Afrika Selatan 14,8 (4,4) (16,3) (4,5) 13,9 6,6 (10,7) (1,2) 14,3 (3,3) (13,7) (13,7) 14,3 (1,7) BRIC
Real Brazil 3,7 8,8 (11,0) (12,2) 3,9 (3,7) (14,3) (15,5) 3,9 (0,4) (14,7) (14,7) 3,8 3,6 Rubel Rusia 65,9 (0,5) (12,4) (11,4) 67,1 (1,8) (14,0) (12,9) 69,4 (3,3) (16,8) (16,8) 66,7 (1,6) Rupee India 74,0 (2,0) (13,9) (12,5) 69,6 6,3 (8,5) (7,4) 69,8 (0,3) (8,7) (8,4) 72,0 (2,6) Yuan Cina 7,0 (1,5) (6,7) (4,9) 7,0 0,2 (6,5) (5,0) 6,9 1,2 (5,4) (5,4) 6,9 (1,6)
ASEAN-6 Dolar Singapura 1,4 (1,3) (3,6) (1,7) 1,4 1,0 (2,7) (1,8) 1,4 0,7 (2,0) (2,0) 1,4 (0,6) Ringgit Malaysia 4,2 (1,1) (3,3) 1,1 4,2 1,0 (3,3) (2,2) 4,1 1,2 (2,1) (2,1) 4,2 (1,9) Baht Thailand 33,1 (2,4) (1,6) 0,3 32,9 0,5 (1,1) (0,9) 32,3 1,9 0,8 0,8 32,8 0,5 Peso Filipina 53,4 1,1 (6,7) (6,7) 52,4 1,9 (4,9) (3,9) 52,6 (0,2) (5,1) (5,1) 53,2 0,7 Kyat Myanmar 1.593,5 (2,4) (14,6) (14,3) 1.591,5 0,1 (14,5) (14,9) 1.533,5 3,8 (11,2) (11,2) 1.571,7 (5,4)
Negara Maju Euro 0,9 (2,5) (5,5) (2,9) 0,9 0,1 (5,7) (4,9) 0,9 1,3 (4,5) (4,5) 0,9 (1,9) Poundsterling Inggris 0,8 (2,0) (5,5) (3,9) 0,8 (0,1) (5,6) (5,7) 0,8 0,1 (5,5) (5,6) 0,8 (1,3) Yen Jepang 112,9 0,7 (0,3) 0,6 113,6 (0,6) (0,8) (0,9) 109,7 3,5 2,7 2,7 112,7 (1,1) Won Korea Selatan 1.139,8 (2,7) (6,4) (1,7) 1.120,8 1,7 (4,8) (2,9) 1.111,0 0,9 (4,0) (3,9) 1.127,4 (0,5)
Keterangan: PAB = Posisi Akhir Bulan.
Sumber: Bloomberg, data diolah.
142
SUSUNAN TIM REDAKSI
Penanggungjawab
Dr. Ir. Leonard VH Tampubolon, MA
Pemimpin Redaksi
Eka Chandra Buana, SE, MA
Dewan Redaksi
Dr. Ir. Boediastoeti Ontowirjo, MBA
Dr. Muhammad Cholifihani, SE, MA
Dr. Ir. Yahya Rachmana Hidayat, MSc
Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, SP, MS, Ph.D
Dr. Haryanto, SE, MA
Ir. Imarita Trihanda, MS
Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM
Redaktur Pelaksana
Cut Sawalina, SE, Msi
Ichsan Zulkarnaen, SE, MSc, Ph.D
Mochammad Firman Hidayat, SE, MA
Toni Priyanto J, S.Kom, ME
Muhammad Fahlevy, SE, MA
Rosy Wediawaty, SE, MSE, MSc
Dra. Dwi Martini, ME
Yunus Gastanto, SE, PG.Dip
Tari Lestari, S.Si, SE, MS
Octal Pramudito, SE, MA
P. N. Laksmi Kusumawati, SE, MSE, MSc
Widyastuti Hardaningtyas, SE
Yogi Harsudiono, SE, MPA
Istasius Angger Anindito, SE, MA
Ibnu Yahya, SE, M.Ec. Pol
Fajar Hadi Pratama, ST
Sukhad, S.IP
Drs. Muhammad Arif, Msi
143
Penulis
Arianto Christian Hartono, SE, MA
Geraldo Sihotang, SE
Filza Amalia, SE
Rakhmi Fadillah, SE
Alfado Agustio, SE. Sy, ME
Dimas Adhytia W, SE
Rahma Hanii Maulida, SE
Indra Muhammad, SE
Sharmila Erizaputri, SE
Anjani Putri, ST
Hilda Roseline Theresia, SE
Aris Saputra, SE
Mutiara Maulidya, SE
Ani Utami, SE
Distributor/Sirkulasi
Imam Musadad
Tulus Sujadi
Administrasi
Dina Fitriani, SPd
Editor
Alfado Agustio, SE. Sy, ME
Rahma Hanii Maulida, SE
Grafis dan Layout
Hamdan Hasan, S.Kom
144
Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik
membangun dari pembaca.
Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut
145
Top Related