6 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1. Perusahaan Keluarga
2.1.1. Pengertian Perusahaan Keluarga
Definisi perusahaan keluarga menurut John L. Ward dan Craig E. Aronoff
(2002) adalah apabila perusahaan tersebut teridiri dari dua atau lebih
anggota keluarga yang mengawasi keuangan perusahaan. Menurut Robert
G. Donnelley (2002) dalam bukunya Book of The Family Business
dikatakan suatu perusahaan dinamakan perusahaan keluarga apabila paling
sedikit ada keterlibatan dua generasi dalam keluarga itu dan mereka
mempengaruhi kebijakan perusahaan. (Susanto, Susanto.P, Wijanarko &
Mertosono, 2007, p. 4-5)
2.1.2. Tipe Perusahaan Keluarga
Dalam terminologi bisnis, ada dua tipe perusahaan keluarga (dalam Susanto,
Susanto.P, Wijanarko & Mertosono, 2007, p. 4) yaitu :
a. Family Owned Entreprise
adalah keadaan dimana perusahaan tersebut milik sebuah keluarga akan
tetapi dikelola oleh tenaga kerja proffesional yang berasal dari luar
keluarga atau eksternal.
b. Family Business Entreprise.
adalah keadaan dimana perusahaan tersebut milik sebuah keluarga dan
dikelola oleh anggota keluarga tersebut. Di Indonesia sebagian besar
perusahaan keluarga tergolong ke dalam tipe ini.
2.1.3. Karakteristik dan Nilai Perusahaan Keluarga
Secara umum, karakteristik dari Family Business Entreprise adalah
keterlibatan yang tinggi dari anggota keluarga dalam artian segala peraturan
perusahaan, pengambilan keputusan, strategi-strategi yang dilakukan, dan segala
7
Universitas Kristen Petra
aktivitas perusahaan setiap harinya diatur dan dijalankan oleh anggota keluarga.
Fokusnya berada pada kontrol dan partisipasi dari seluruh anggota keluarga.
Karakteristik ini diperkuat oleh Harris, Martinez and Ward (1994) dimana dalam
perusahaan keluarga pemilik perusahaan selalu ingin berpengaruh dalam setiap
langkah dari proses perusahaan. Karekteristik lain yang dimiliki oleh perusahaan
keluarga adalah tingginya tingkat pembelajaran dan berbagi lingkungan di dalam
organisasi, yang artinya berbagi tentang keadaan-keadaan bisnis dimanapun baik
itu di perkumpulan keluarga sekalipun.
Nilai anggota keluarga mengekspresikan penciptaan suatu tujuan umum bagi
karyawan dan membantu terbentuknya rasa identifikasi dan komitmen. Sedari
Perusahaan Keluarga itu berdiri telah mempunyai nilai–nilai yang tanpa disadari
telah menjadi karakteristik tertentu yaitu :
a. Inward Looking
Berarti melihat ke dalam dimana dalam penempatan jabatan maupun
pengambilan keputusan lebih mengutamakan hubungan sebagai
keluarga yang tetap harus dijaga di luar jalur profesionalitas.
b. Berdasarkan Emosi
Pengambilan Keputusan yang diambil atau ditentukan lebih bersifat
objektif karena masih adanya hubungan kekeluargaan.
c. Lifelong Membership
Karena adanya status keluarga maka pekerja–pekerja yang berada
dalam perusahaan tersebut tidak memiliki batas waktu bekerja.
2.1.4. Struktur Perusahaan Keluarga
Michael Friedman dan Scott Friedman menjelaskan empat macam struktur
perusahaan keluarga (dalam Susanto, Susanto.P, Wijanarko & Mertosono, 2007)
yaitu :
a. Kepemilikan Tunggal (sole proprietorship)
Perusahaan dikelola oleh pemiliknya sendiri. Kepemilikan tunggal ini
bukan merupakan badan hukum yang terpisah dari pemiliknya. Oleh
8
Universitas Kristen Petra
karena itu pemilik bertanggung jawab sepenuhnya atas semua hutang dan
kewajiban bisnisnya.
b. Perkongsian umum (general partnership)
Merupakan asosiasi sukarela dari dua atau tiga orang, perusahaan, atau
badan hukum yang setuju untuk bekerja sama, berbagi keuntungan dan
kerugian serta pengawasan untuk tujuan bisnis. Untuk membentuk
perkongsian ini tidak dituntut langkah-langkah formal seperti rapat-rapat,
dokumen-dokumen yang perlu disiapkan dan di tandatangani.
c. Perkongsian terbatas (limited partnership)
Merupakan badan hukum yang diciptakan di bawah undang-undang.
Perkongsian terbatas dibentuk berdasarkan persyaratan-persyaratan
menurut hukum setempat. Setiap perkongsian terbatas harus mempunyai
sekurang-kurangnya satu mitra umum dan satu mitra terbatas yang tidak
harus perorangan, tetapi bisa perusahaan. Mitra terbatas mempunyai
otoritas manajerial yang terbatas dalam kegiatan perkongsian. Mitra
terbatas bertanggung jawab atas kewajiban perkongsian hanya sebatas
investasinya di bisnis itu. Sedangkan mitra umum dari perkongsian
terbatas mempunyai tanggung jawab pribadi tak terbatas untuk kewajiban-
kewajiban perkongsian umum.
d. Perusahaan (corporation)
Korporasi ini dimiliki oleh para pemegang saham. Pemegang saham
perusahaan tidak mempunyai tanggung jawab pribadi untuk hutang-hutang
perusahaan atau tanggung jawab lain di luar nilai investasinya di
perusahaan.
2.2. Entrepreneurship dan Entrepreneur
2.2.1. Pengertian Entrepreneurship
Entrepreneurship kerap kali merupakan kekuatan lembut yang menentang
keteraturan masyarakat melalui perubahan-perubahan kecil marjinal, tetapi
menurut pandangan Schumpeter, hal tersebut merupakan sebuah kekuatan dahsyat
seperti halnya penemuan alat “Reaper” dari McCormick. Schumpeter melukiskan
entrepreneurship sebagai sebuah proses dan para entrepreneur dianggapnya
9
Universitas Kristen Petra
sebagai inovator yang memanfaatkan proses tersebut untuk menghancurkan
kondisi Status quo melalui kombinasi-kombinasi baru sumber-sumber daya
metode-metode perniagaan baru (dalam Winardi, 2008, p. 11-12)
Menurut Ronstad (1984) entrepreneurship merupakan sebuah proses
dinamik di mana orang menciptakan kekayaan inkremental. Kekayaan tersebut
diciptakan oleh individu-individu yang menanggung resiko utama, dalam wujud
risiko modal, waktu dan atau komitmen karier dalam hal menyediakan nilai untuk
produk atau jasa tertentu. Produk atau jasa tersebut mungkin tidak baru, atau
bersifat unik, tetapi tetap nilai harus diciptakan oleh sang entrepreneur melalui
upaya mencapai dan mengalokasi keterampilan-keterampilan serta sumber-
sumber daya yang diperlukan (dalam Winardi, 2008, p. 23)
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses penciptaan sesuatu yang
baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung
risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan
moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi. Definisi ini
menekankan pada empat (4) aspek dasar dari menjadi seorang pengusaha yaitu
kewirausahaan melibatkan proses penciptaan, kewirausahaan menuntut sejumlah
waktu dan upaya yang dibutuhkan, kewirausahaan melibatkan penghargaan
menjadi seorang pengusaha, dan yang terakhir adalah tindakan kewirausahaan :
mengacu pada perilaku sebagai bentuk tanggapan atas keputusan yang didasarkan
pada pertimbangan ketidakpastian mengenai peluang yang mungkin untuk
mendapatkan keuntungan (dalam Robert, Michael & Dean A.Shepherd, 2008,
p.10)
Entrepreneurship kerap kali dikaitkan dengan perusahaan-perusahaan
yang merupakan perusahaan-perusahaan baru, yang mengejar pertumbuhan cepat.
Secara khusus dapat dikatakan bahwa penciptaan usaha baru yang ditujukan ke
arah pencapaian pertumbuhan tinggi, merupakan esensi (inti) dari
entrepreneurship. Usaha-usaha baru tidak muncul hanya dari ide-ide cemerlang.
Mereka memerlukan keterampilan dan keberanian untuk berpetualangan para
petualang yang memilih untuk menerima risiko (dalam Winardi, 2008, p. 60)
10
Universitas Kristen Petra
Sedangkan proses kewirausahaan adalah proses untuk mengembangkan
sebuah usaha baru, mungkin dalam bentuk membawa produk baru ke pasar yang
ada, membawa produk yang ada ke pasar yang baru, dan/atau pembentukan
organisasi baru. (Robert, Michael & Dean A.Shepherd, 2008)
Kultur kewirausahaan (entrepreneurial culture) adalah lingkungan sebuah
perusahaan yang berorientasi pada kewirausahaan. Lingkungan yang terbatas ini
tentu saja tidak kondusif untuk kreatifitas, fleksibilitas, kemerdekaan, kepemilikan,
atau pengambilan risiko. Tujuan dari sebuah kultur kewirausahaan : untuk
mengembangkan visi, tujuan, dan rencana bertindak; untuk mendapatkan
penghargaan atas tindakan-tindakan yang diambil; untuk memberi saran, berusaha,
dan bereksperimen; untuk menciptakan dan mengembagkan tanpa menghiraukan
bidang tersebut; serta untuk mengambil tanggung jawab dan kepemilikan. (Robert,
Michael & Dean A.Shepherd, 2008)
2.2.2. Klasifikasi, Kelebihan dan Kelemahan Entrepreneurship
Seorang yang bernama Clarence Danhof, dalam buku Economic
Development, dengan editor H.F. Williamson dan J.A. uttrick menyajikan
klasifikasi berikut tentang entrepreneurship : (Williamson, 1961)
a. Innovating Entrepreneurship
Entrepreneurship demikian dicirikan oleh pengumpulan informasi
secara agresif serta analisis tentang hasil-hasil yang dicapai dari
kombinasi-kombinasi baru (novel) faktor-faktor produksi. Orang-orang
(para entrepreneur) dalam kelompok ini umumnya bereksperimentasi
secara agresif, dan mereka terampil mempraktekkan transformasi-
transformasi kemungkinan-kemungkinan atraktif.
b. Imitative Entrepeneurship
Entrepreneurship demikian dicirikan oleh kesediaan untuk
menerapkan (intinya: meniru) inovasi-inovasi yang berhasil diterapkan
oleh kelompok para inovating entrepreneur.
11
Universitas Kristen Petra
c. Fabian Entrepreneurship
Entrepreneurship demikian dicirikan oleh sikap yang teramat berhati-
hati dan sikap skeptikal (yang mungkin sekedar sikap inersia) tetapi
yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali,
bahwa apabila mereka tidak melakukan hal tersebut, mereka akan
kehilangan posisi relatif mereka di dalam industri yang bersangkutan.
d. Drone Entrepreneurship
Entrepreneurship demikian (Drone berarti malas) dicirikan oleh
penolakan untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk melaksanakan
perubahan-perubahan dalam rumus produksi, sekalipun hal tersebut
akan mengakibatkan mereka merugi dibandingkan dengan para
produsen lainnya.
Sedangkan menurut Winardi masih ada konsep entrepreneurship yang perlu
ditonjolkan. Pada banyak negara yang sedang berkembang senantiasa dapat
dijumpai sekelompok entrepreneur yang senantiasa menunggu kesempatan dalam
kesempitan, dan begitu ada peluang untuk mendapatkan laba, mereka
memanfaatkan peluang tersebut secara optimal untuk keuntungan diri sendiri.
Entrepreneurship semacam ini dapat dinamakan : Parasitic Entrepreneurship.
(Winardi, 1977, p.84)
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan entrepreneurship. Kelebihan
entrepreneurship antara lain :
a. Peluang mengendalikan nasib sendiri
b. Kesempatan melakukan perubahan
c. Peluang untuk menggunakan potensi sepenuhnya
d. Peluang untuk meraih keuntungan tanpa batas
e. Peluang melakukan sesuatu yang anda sukai.
Adapula kelemahan-kelemahan entrepreneurship antara lain :
a. Pendapatan yang tidak pasti
b. Resiko kehilangan seluruh investasi
c. Kerja lama dan kerja keras
12
Universitas Kristen Petra
d. Mutu hidup yang lebih rendah sampai bisnis mapan
e. Ketegangan mental yang tinggi
f. Tanggung jawab penuh
2.2.3. Pengertian Entrepreneur
Entrepreneur sebagai seorang yang membayar harga tertentu untuk produk
tertentu, untuk kemudian dijualnya dengan harga yang tidak pasti (an Uncertain
Price), sambil membuat keputusan-keputusan tentang upaya mencapai dan
memanfaatkan sumber-sumber daya, dan menerima risiko berusaha (The Risk of
Enterprise). (dalam Winardi, 2008, p.1)
David Silver (1983) melukiskan entrepreneur sebagai seorang yang
enerjetik, berfikiran tunggal dan yang memilki suatu misi dan visi yang jelas.
Orang tersebut berintensi untuk menciptakan sebuah produk atau servis, dari visi
tersebut, dalam bidang dimana banyak orang beranggapan bahwa hal tersebut
maha penting untuk memperbaiki kehidupan jutaan manusia. Silver juga
berpendapat bahwa para entrepreneur berusaha sendiri, karena mereka tidak puas
dengan organisasi-organisasi mereka, sekalipun mereka tidak selalu tidak senang
dengan bidang-bidang karier mereka (dalam Winardi, 2008, p.29)
Entrepreneurs adalah seseorang dimana ia mempunyai ide yang inovatif,
dapat melihat peluang yang ada di dalam pasar dan dapat membuat mimpi-mimpi
mereka menjadi sebuah realitas yang gemilang. (Thornberry, 2006, p.3)
Wiraswasta atau wirausaha berarti pejuang yang gagah, luhur, berani dan
pantas menjadi teladan dalam bidang usaha. Dengan kata lain wirausaha adalah
orang-orang yang mempunyai sifat-sifat kewiraswastaan atau kewirausahaan :
keberanian mengambil resiko, keutamaan, kreatifitas dan keteladanan dalam
menangani usaha atau perusahaan dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan
sendiri (Salim Siagian & Asfahani, 1995)
Menurut Winardi (2001) fungsi para entrepreneur adalah mengubah atau
merevolusionerkan pola produksi dengan jalan memanfaatkan sebuah penemuan
baru (invention) atau secara lebih umum, sebuah kemungkinan teknologikal untuk
13
Universitas Kristen Petra
memproduksi sebuah komoditi baru, atau memproduksi sebuah komoditi lama
dengan cara baru, membuka sebuah sumber suplai bahan-bahan baru, atau suatu
cara penyaluran baru atau mereorganisasi sebuah industri baru (dalam Winardi,
2008, p.3)
2.3. Intrapreneurship
2.3.1. Pengertian Intrapreneurship
Intrapreneurship didefinisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di
dalam organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dengan
keinginan pasar. (Hisrich, R.D. dkk, 2005). Intrapreneurship umumnya dimulai
dari karyawan dalam sebuah organisasi yang mempunyai sebuah ide bisnis atau
inovasi.
Istilah “corporate entrepreneurship” telah berkembang menjadi
“intrapreneurship”, sebuah istilah yang dimaksud untuk mencerminkan kegiatan
usaha “intrakorporat”. Agar supaya intrapreneurship dapat berkembang di dalam
sebuah organisasi besar, pinchot berpendapat bahwa perlu terdapat adanya lima (5)
macam “faktor kebebasan” (dalam Winardi, 2008, p.44-45) sebagai berikut :
a. Seleksi diri
Perusahaan-perusahaan harus memberikan peluang kepada para inovator
untuk mengemukakan ide-ide mereka, dan bukan menjadikan tanggung
jawab untuk menghasilkan ide-ide baru, tanggung jawab yang ditugaskan
kepada beberapa individu atau kelompok-kelompok tertentu.
b. Jangan ide yang diciptakan di tengah jalan, diserahkan kepada pihak lain
(no-hand-offs)
Setelah ide-ide muncul, para manajer harus membiarkan orang-orang yang
menciptakan ide tersebut, melanjutkannya (menerapkannya) dan jangan
mengintruksikannya untuk menyerahkan ide tersebut kepada pihak lain.
c. Pihak yang melakukanlah yang mengambil keputusan
Kepada pihak yang memunculkan ide, perlu diberikan kebebasan tertentu
untuk mengambil keputusan tentang pengembangan dan implementasi ide
tersebut.
14
Universitas Kristen Petra
d. Perlu diciptakan apa yang dinamakan waktu untuk membantu penciptaan
inovasi (corporate “slack”)
Perusahaan-perusahaan yang menyediakan dana dan waktu (“slack”)
memfasilitasi inovasi.
e. Akhirilah falsafah penemuan “akbar” (end the “home-run” philosophy)
Pada beberapa perusahaan, terlihat gejala bahwa pimpinan puncaknya
hanya berminat terhadapa ide-ide inovatif, yang dapat menciptakan hasil-
hasil luar biasa, (major breakthroughs). Dalam kultur demikian
intrapreneurship dikekang.
Terdapat aneka macam aspek intrapreneurship, akan tetapi yang perlu
dipahami adalah bahwa produk-produk dan servis-servis baru dapat diciptakan
orang melalui kegiatan “invention” atau “innovation”. Invention berarti
penciptaan sesuatu yang baru, hasil yang diciptakan oleh seorang inventor, yang
sebelumnya belum pernah ada. Sebaliknya, inovation merupakan sebuah cara baru
untuk memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada. (Holt, 1993)
Ada dua pandangan tentang intrapreneurship. Pandangan yang pertama
mengatakan bahwa intrapreneurship adalah suatu entrepreneurship yang selalu
menekankan pada pengembangan sumber daya manusia, yaitu sumber daya dari
dalam untuk memacu bisnis yang sukses. Pandangan yang kedua berpendapat
bahwa intrapreneurship itu terjadi hanya pada lembaga usaha besar atau
perusahaan besar saja, dimana bagian-bagian didalamnya perlu menggerakkan
entrepreneurship dengan mengambil resiko dan inovasi.
Kewirausahaan korporat sangat tercermin dalam aktivitas-aktivitas
kewirausahaan begitu juga dengan orientasi-orientasi manajemen puncak dalam
organisasi-organisasi. Usaha keras wirausaha ini terdiri atas empat elemen utama
berikut : usaha bisnis baru, keinovatifan, pembaruan diri, dan keproaktifan.
(Robert, Michael & Dean A.Shepherd, 2008)
Kultur korporat (corporate culture) yang umum mempunyai suasana dan
sistem pengharagaan yang mendukung pembuatan keputusan konservatif.
Penekanannya ada pada pengumpulan data dalam jumlah besar sebagai dasar
15
Universitas Kristen Petra
pengambilan sebuah keputusan yang rasional dan kemudian penggunaan data
tersebut untuk membenarkan keputusan tersebut apabila hasil-hasil yang
diharapkan tidak muncul. Keputusan-keputusan yang berisiko sering kali ditunda
sampai fakta-fakta yang kuat dapat dikumpulkan atau seorang konsultan
dipekerjakan untuk “menjelaskan yang tidak diketahui.” Sering kali, terdapat
begitu banyak pembatalan dan persetujuan yang dibutuhkan untuk sebuah proyek
skala besar, di mana tak seorang pun merasa bertanggung jawab secara pribadi.
(Robert, Michael & Dean A.Shepherd, 2008 : hal.92)
2.3.2. Karakteristik Intrapreneurship
Karakteristik kepemimpinan Intrapreneurship adalah sebagai berikut :
(dalam Buchari Alma, 2008, p.51)
a. Dia harus seorang visioner leader, seorang atau a person who dreams
great dreams. Jadi coba yakinkan orang lain, bahwa mimpi anda bagus
sehingga mereka tertarik dan mengiyakan lalu mereka menyokong
mewujudkan mimpi tersebut. The entrepreneurial leader must have a
dream and overcome all the obstacles to achieve it by selling the dream to
others.
b. Pemimpin entrepreneur harus fleksibel dan menciptakan manajemen yang
memberi kebebasan kreativitas.
c. Mendorong munculnya teamwork, dengan pendekatan multidisiplin dari
berbagai keahlian. Harus diciptakan diskusi terbuka untuk mencari sesuatu
yang baru.
2.4. Orientasi Kewirausahaan
Orientasi kewirausahaan dibangun untuk melihat seperti apakah
perusahaan kewirausahaan (entrepreneurial company) itu. Hal ini didasarkan oleh
sejumlah orang menginginkan perusahaan atau organisasi mereka menjadi lebih
bersifat entrepreneurial. Berdasarkan dari orientasi kewirausahaan suatu
perusahaan, hal ini memungkinkan atau tidaknya bagi perusahaan untuk mencoba
menemukan dan mengembangkan pemimpin yang bersifat entrepreneurial di
dalam perusahaan.
16
Universitas Kristen Petra
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, perusahaan dalam menentukan
perilaku kewirausahaan (entrepreneurial behavior) harus berhati-hati tentang apa
yang mereka inginkan dan apa yang mereka minta, karena perusahaan pasti akan
mendapatkan apa yang mereka inginkan tersebut.
Dan untuk mendeskripsikan suatu perusahaan sebagai perusahaan yang
memiliki orientasi kewirausahaan yang tinggi atau perusahaan yang memiliki
peluang, maka perusahaan harus relatif men-score dengan baik dari beberapa
dimensi yang ada. Dan dimensi-dimensi itu berdasarkan :
a. Kecepatan
b. Fleksibilitas
c. Fokus
d. Persahabatan
e. Hemat (frugal)
f. Pencapaian jangka panjang
g. Masa depan
Apabila perusahaan mendapatkan score yang rendah di dalam kategori-kategori
ini maka perusahaan tersebut akan sulit untuk menangkap kesempatan-
kesempatan yang ada. Kesempatan muncul sewaktu-waktu dan kesempatan ini
dapat pula tertutup, dan seringkali tertutupnya sangat cepat. (Thornberry, 2006,
p.222-223)
2.4.1. Rencana Stratejik
2.4.1.1. Pengertian Strategi
Strategi (strategy) adalah rencana komprehensif untuk mencapai tujuan
organisasi. Manajemen strategis (strategic management) merupakan proses
manajemen yang komprehensif dan berkelanjutan yang ditujukan untuk
memformulasikan dan mengimplementasikan strategi yang efektif, hal ini
merupakan sebuah cara untuk menanggapi peluang dan tantangan bisnis. Strategi
yang efektif (effective strategies) adalah strategi yang mendorong terciptanya
17
Universitas Kristen Petra
suatu keselarasan yang sempurna antara organisasi dengan lingkungannya dan
antara organisasi dengan pencapaian dari tujuan strategisnya (Griffin, 2002).
2.4.1.2. Komponen Strategi
Secara umum, strategi yang disusun dengan baik meliputi tiga bidang
(dalam Griffin, 2002, p.226) yaitu :
a. Kompetensi unggulan (distinctive competence) : kekuatan organisasional
yang hanya dimiliki oleh sejumlah kecil perusahaan yang bersaing.
b. Ruang lingkup (scope) : merinci rentang pasar di mana suatu perusahaan
atau organisasi akan bersaing.
c. Alokasi sumber daya (resource deployment) : bagaimana organisasi akan
mendistribusikan sumber dayanya di antara bidang-bidang yang menjadi
lahan persaingannya.
2.4.1.3. Jenis-jenis Strategi
Dari perspektif sederhana dapat diasumsikan bahwa pengusaha dan
perusahaan mempunyai pengetahuan tentang produk yang sudah ada dan
mempunyai pengetahuan tentang kelompok konsumen mana yang menjadi
sasaran penjualan produk tersebut (pasar yang sudah ada). Berbagai kombinasi
yang berbeda dari tingkat yang berbeda dari jenis-jenis pengetahuan memberikan
suatu model dari berbagai strategi pertumbuhan yang berbeda. Strategi
pertumbuhan ini adalah : (Robert, Michael & Dean A. Shepherd, 2008)
a. Strategi penetrasi (penetration strategy)
Strategi untuk tumbuh dengan cara mendorong para konsumen lama untuk
membeli lebih banyak produk perusahaan. Strategi ini berfokus pada
produk perusahaan dalam pasar yang sudah ada. Pengusaha berusaha
menembus produk atau pasar ini lebih jauh dengan cara mendorong
konsumen yang sudah ada untuk membeli lebih banyak produk perusahaan
tersebut. Strategi pertumbuhan ini tidak melibatkan apa pun yang baru
bagi perusahaan dan bergantung pada pengambilan pangsa pasar dari
pesaing dan/atau pengembangan ukurannya dari pasar yang sudah ada.
18
Universitas Kristen Petra
Oleh karena itu, strategi pertumbuhan ini berupaya untuk lebih
mengeksploitasi usahanya semula.
b. Strategi pengembangan pasar (market development strategy)
Meliputi penjualan produk perusahaan yang sudah ada pada kelompok
konsumen yang baru. Strategi untuk tumbuh dengan cara menjual produk-
produk yang sudah ada ke konsumen yang baru.
c. Strategi pengembangan produk (product development strategy)
Strategi untuk tumbuh dengan cara mengembangkan dan menjual produk-
produk baru pada orang-orang yang telah membeli produk-produk lama
dari perusahaan. Keuntungan lebih jauh dari menggunakan strategi
pengembangan produk adalah kesempatan untuk memanfaatkan sistem
distribusi yang sudah ada dan reputasi korporasi yang telah dimiliki
perusahaan dengan para konsumennya.
d. Strategi diversifikasi (diversification strategy)
Strategi untuk tumbuh dengan cara menjual produk baru ke pasar yang
baru. Walaupun kedua dasar pengetahuannya tampaknya baru, beberapa
strategi diversifikasi berkaitan dengan pengetahuan dari pengusaha (dan
perusahaan).
Pendapat lain mengatakan, sebagian besar bisnis di masa sekarang juga
mengembangkan strategi pada dua tingkat yang berbeda, (dalam Griffin, 2002,
p.227) yaitu :
a. Strategi tingkat bisnis (business-level strategy)
Adalah serangkaian strategi alternatif yang dipilih organisasi pada saat
organisasi tersebut berbisnis dalam suatu industri atau pasar tertentu.
Alternatif semacam itu membantu organisasi untuk memfokuskan usaha
persaingannya dalam setiap industri atau pasar pada suatu target.
b. Strategi tingkat korporasi (corporate-level strategy)
Serangkaian alternatif strategi yang dipilih organisasi pada saat organisasi
mengelola operasinya secara simultan di beberapa industri atau di
beberapa pasar.
19
Universitas Kristen Petra
2.4.2. Cross Functional
Cross functional menggambarkan tentang hubungan antar fungsi atau
departemen dalam perusahaan. Hal ini terlihat dan dapat diukur melalui proses
komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan atau organisasi.
Komunikasi (communication) adalah proses penyampaian informasi dari
satu orang ke orang lain. Komunikasi yang efektif (effective communication)
adalah proses pengiriman pesan sedemikian rupa sehingga pesan yang diterima
memiliki makna sedekat mungkin dengan maksud si pengirim. (Griffin, 2002)
Komunikasi interpersonal secara umum memiliki dua bentuk (dalam
Griffin, 2002, p.108) yaitu :
a. Komunikasi lisan (oral communication)
Percakapan tatap muka, diskusi kelompok, percakapan telepon dan situasi-
situasi lain ketika ucapan digunakan untuk mengekspresikan makna.
b. Komunikasi tulisan (written communication)
Memo, surat, laporan, catatan, dan metode-metode lain di mana tulisan
digunakan untuk menyampaikan makna.
Sedangkan komunikasi organisasional adalah komunikasi yang mengalir
antar dan antara unit-unit dan grup-grup organisasional. Masing-masing bentuk
komunikasi ini bisa berupa lisan dan tulisan, tetapi tiap bentuk juga bisa
dikembangkan menjadi pola komunikasi yang lebih luas di sepanjang organisasi.
Ada dua bentuk komunikasi organisasional adalah : (Griffin, 2002)
a. Komunikasi vertikal (vertical communication)
Komunikasi yang mengalir ke atas dan ke bawah dalam hierarki organisasi,
biasanya melalui saluran-saluran pelaporan formal – yaitu, komunikasi
antara manajer dengan bawahan dan bisa melibatkan beberapa level
organisasi yang berbeda.
b. Komunikasi horizontal (horizontal communication)
Komunikasi yang mengalir ke samping di dalam organisasi, melibatkan
kolega dan rekan kerja dari level organisasi yang sama dan bisa
20
Universitas Kristen Petra
melibatkan individu-individu dari beberapa unit organisasi yang ada.
Komunikasi horizontal memainkan peranan penting dalam tim-tim kerja
yang beranggotakan wakil-wakil dari beberapa departemen.
2.4.3. Dukungan
Dukungan di dalam organisasi mencakup dukungan manajemen terhadap
tumbuhnya ide-ide baru yang bersifat entrepreneurial, hal ini diukur dari inovasi-
inovasi yang dilakukan oleh karyawan bagi pengembangan bisnis perusahaan atau
organisasi.
Inovasi adalah kemampuan untuk menggunakan solusi kreatif dalam
mengisi peluang sehingga membawa manfaat dalam kehidupan masyarakat
(Buchari Alma, 2008, p.71).
Ada tiga jenis inovasi (dalam Robert, Michael & Dean A. Shepherd, 2008,
p.18) yaitu :
a. Inovasi biasa (ordinary innovation)
Yaitu, produk-produk baru dengan sedikit perubahan teknologi.
b. Inovasi teknologi (technological innovation)
Yaitu, produk-produk baru dengan kemajuan teknologi yang signifikan.
c. Inovasi terobosan (breaktrough innovation)
Yaitu, produk-produk baru dengan sejumlah perubahan teknologi.
2.4.4. Intelijen Pasar
Intelijen pasar merupakan kemampuan perusahaan dalam membaca dan
berhubungan dengan pasar. Hal ini terlihat dan diukur dari segmentasi pasar dan
bagaimana perusahaan memilih pasar sasaran.
Pasar secara umum dapat dikatakan bahwa, tempat pertemuan antara
penjual dan pembeli. Pengertian ini mengandung arti bahwa yang dimaksud
dengan pasar disini adalah suatu tempat atau daerah yang didalamnya terdapat
kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran yang saling bertemu untuk
menentukan suatu harga. (Sumarni & Soeprihanto, 1998, p. 266)
21
Universitas Kristen Petra
Segmentasi pasar yaitu tindakan membagi suatu pasar yang bersifat
heterogen ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen.
Sehingga perusahaan dapat memusatkan kegiatan pemasarannya pada segmen-
segmen pasar yang dipilih dan masing-masing segmen bersifat homogen. Syarat-
syarat untuk mengadakan segmentasi pasar (dalam Sumarni & Soeprihanto, 1998,
p. 267) adalah :
a. Dapat diukur (measurability)
Sejauh mana besarnya pasar dan daya beli segmen ini dapat diukur.
b. Dapat terjangkau (accessibility)
Sampai sejauh mana segmen ini dapat secara efektif dicapai dan dilayani.
c. Besarnya (substantiality)
Sejauh mana segmen ini cukup menguntungkan. Sebuah segmen haruslah
kelompok homogen sebesar mungkin yang sejalan dengan program
pemasaran.
d. Dapat dilaksanakan (actionability)
Hal ini merupakan ukuran seberapa jauh program-program yang efektif
dapat dirancang untuk menarik segmen pasar.
Perusahaan harus memutuskan banyaknya segmen pasar yang harus diliput
dan melakukan identifikasi segmen yang terbaik. Dalam kaitannya dengan hal
tersebut, Philip Kotler mengemukakan 3 (tiga) strategi peliputan pasar, (dalam
Sumarni & Soeprihanto, 1998, p. 267-268) yaitu :
a. Pemasaran serba sama (undifferentiated marketing)
Perusahaan dapat memutuskan untuk mengabaikan perbedaan segmen
pasar dan mengikuti keseluruhan pasar dengan hanya satu tawaran produk
atau jasa. Dalam hal ini, pasar diperlukan sebagai suatu keseluruhan dan
memusatkan perhatian pada apa yang menjadi kebutuhan pelanggan.
Perusahaan berupaya mendisain jasa-jasa dan suatu program pemasaran
yang menarik untuk sejumlah besar pelanggan. Dasar pemikiran jenis ini
adalah penghematan biaya.
22
Universitas Kristen Petra
b. Pemasaran serba aneka (differentiated marketing)
Perusahaan memutuskan untuk beroperasi dalam beberapa segmen pasar
tetapi merancang tawaran tersendiri. Untuk setiap segmen, produk atau
jasa dan program pemasarannya adalah berbeda-beda, dengan maksud agar
jumlah penjualan meningkat serta memperoleh kedudukan yang kuat pada
setiap segmen pasar.
c. Pemasaran terpusat (concentrated marketing)
Terjadi manakala perusahaan memutuskan unruk membagi pasar mejadi
segmen-segmen tertentu dan memusatkan upaya pemasaran yang besar
pada satu segmen saja. Pada umumnya strategi ini digunakan oleh
perusahaan yang tidak berhasil melayani banyak kelompok pembeli yang
paling menguntungkan. Hal ini dikarenakan terbatasnya sumber-sumber,
sehingga perusahaan harus mengembangkan produk atau jasa yang lebih
ideal bagi kelompok tersebut.
2.4.5. Pengambilan Risiko
2.4.5.1. Pengertian Pengambilan Risiko
Menurut Iqbal Hasan (2004) risiko merupakan sesuatu, yang akan diterima
atau ditanggung oleh seseorang sebagai konsekuensi atau akibat dari suatu
tindakan. Terdapat beberapa pengertian lain dari risiko, yaitu :
a. Risiko adalah kesempatan timbulnya kerugian
b. Risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian
c. Risiko adalah ketidakpastian
d. Risiko adalah penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan
e. Risiko adalah suatu hasil yang berbeda dari hasil yang diharapkan.
Definisi risiko bisnis menurut Wasis (1999, p.193) adalah kemungkinan
adanya kerugian dalam menjalankan suatu bisnis tertentu. Dalam penelitian ini
risiko bisnis akan diteliti dari dua sisi yaitu sisi perusahaan yang disebut risiko
perusahaan dan dari sisi industri yang disebut risiko industri.
Risiko perusahaan adalah risiko yang timbul karena adanya ketidakpastian
di masa yang akan datang dalam pengoperasian perusahaan (Wasis, 1999). Risiko
23
Universitas Kristen Petra
industri dalam penelitian ini artinya sama dengan pengertian risiko perusahaan,
hanya saja risiko perusahaan tersebut dikelompokkan berdasarkan industri tertentu
dan disebut risiko industri (dalam Mayangsari dan Sudibyo, 2005).
2.4.5.2. Jenis-jenis Risiko
a. Risiko Dinamis, yaitu risiko yang berhubungan dengan dinamika atau
perubahan keadaan ekonomi, seperti tingkat harga, selera dan
teknologi.
Risiko dinamis dapat berupa sebagai berikut :
• Risiko Manajemen yang terdiri atas :
- Risiko Pasar
- Risiko Keuangan
- Risiko Produksi
• Risiko Politik, yaitu risiko yang berhubungan dengan
terjadinya perubahan politik yang diambil oleh Pemerintah.
• Risiko Inovasi, yaitu risiko yang berhubungan dengan
terjadinya perubahan – perubahan produk, baik berupa bentuk,
isi, cara-cara, metode baru dalam pembuatannya.
b. Risiko Statis, yaitu risiko yang berhubungan dengan keadaan ekonomi
yang statis.
Risiko statis dapat berupa sebagai berikut :
• Risiko Fundamental, yaitu risiko yang menyangkut rakyat
banyak
• Risiko Khusus, yaitu risiko yang menyangkut orang perorangan
• Risiko Murni, yaitu risiko yang sifatnya alami (murni)
• Risiko Spekulatif, yaitu risiko yang sifatnya untung-untungan
• Risiko Perorangan, yaitu risiko yang dapat menimpa orang
• Risiko Kebendaan, yaitu risiko yang menyangkut harta benda.
24
Universitas Kristen Petra
2.4.5.3. Sumber-sumber Risiko
a. Masyarakat (Risiko Sosial), berupa tindakan orang – orang yang
menciptakan kejadian yang menyebabkan terjadinya penyimpangan
yang merugikan dari harapan kita.
b. Fisik (Risiko Fisik), berupa fenomena alam dan kesalahan manusia.
c. Ekonomi (Risiko Ekonomi), berupa keadaan ekonomi yang mungkin
mengalami perubahan atau tidak.
2.4.5.4. Kondisi Berisiko
Kondisi Beresiko adalah suatu keadaan yang memenuhi beberapa syarat
yaitu :
a. Ada alternatif tindakan yang fisibel atau dapat dilakukan
b. Ada kemungkinan kejadian yang tidak pasti dengan masing – masing
nilai probabilitas
c. Memiliki nilai “pay off” sebagai hasil kombinasi suatu tindakan dan
kejadian tidak pasti tertentu.
Pay off merupakan nilai yang menunjukkan hasil yang diperoleh dari
kombinasi suatu alternatif tindakan dengan kejadian tidak pasti
tertentu, pay off dapat berupa nilai pembayaran, laba, kenaikan pangsa
pasar, kekalahan, penjualan, kemenangan, dan sebagainya.
2.4.6. Kecepatan
Kecepatan adalah keunggulan bersaing untuk mendapatkan kesempatan.
Biasanya perusahaan pertama yang memasarkan produk baru adalah yang paling
sukses. Kecepatan berarti cepat dalam mengambil keputusan, cepat dalam
mengalokasikan sumber daya dan cepat dalam distribusi. Dengan demikian suatu
organisasi yang berdasarkan kecepatan pada dasarnya menghasilkan suatu
keunggulan bersaing dengan atau tanpa produk yang berbeda.
Kecepatan yang diinginkan lingkungan bisnis saat ini menyebabkan
organisasi bisnis harus bergerak cepat pula. Motto dahulu “biar lambat asal
25
Universitas Kristen Petra
selamat” sepertinya telah terkubur dengan perkembangan jaman sendiri dan
digantikan dengan menjadi “cepat,tepat, dan benar”.
Cepat adaptasi merupakan tindakan yang dilakukan perusahaan untuk
bersaing dalam hal kecepatan (speed). Perusahaan yang beradaptasi terlalu lama
akan ditinggal oleh pesaing. Hal yang perlu berikutnya adalah keterkaitan yang
erat dengan informasi. Orang yang mengatakan, “siapa yang menguasai informasi,
maka dialah yang akan memenangkan persaingan”. Hal ini berlaku bagi
organisasi bisnis, siapa yang memiliki akses yang sangat kuat dan lembaga-
lembaga tertentu, misalnya pembuat undang-undang dan peraturan akan cepat
menentukan arah persaingan ke depan. (Thornberry, 2006)
Menurut Myers (1999) keluhan konsumen bisa diartikan sebagai
identifikasi kegagalan pelayanan dan diharapkan melalui komunikasi pada
konsumen pelayanan bisa ditingkatkan atau menguatkan hubungan kepada
pelanggan. Sedangkan menurut Schonberger (1990) dalam bukunya Building a
Chain of Customers ada 4 ukuran yang menentukan mutu layanan yaitu:
1. Respons yang cepat. Organisasi dan pegawainya harus melayani
pelanggan dengan cepat dan melaksanakan tugasnya dengan cepat pula.
2. Perubahan yang cepat. Kelenturan menghasilkan produk yang berbeda
dari sistem yang sama pada waktu tang ditentukan.
3. Kemanusiaan. Apakah organisasi dan pegawainya tanggap dan
memahami kebutuhan pribadi pelanggan?
4. Nilai. Apakah produk melambangkan nilai uang di mata pelanggan.
(Armistead & Clark ,1996, p.180)
Dan jika konsumen ingin menggambarkan kita sebagai perusahaan yang
bergerak cepat maka menurut Berry, Parasuraman & Zeithaml (1985) dalam
bukunya Quality Counts in Services pada poin yang kedua yaitu
pertanggungjawaban yang didefinisikan sebagai layanan yang cepat, sikap
organisasi yang lebih baik memberikan respons pada kebutuhan pelanggan
daripada mencari cara menghindari mereka. Pelaksana layanan yang baik adalah
mereka yang mampu mengantisipasi permintaan pelanggan dan yang tidak
26
Universitas Kristen Petra
memberikan alasan mengapa permintaan ini tidak dapat dipenuhi. (Armistead &
Clark ,1996)
2.4.7. Fleksibilitas
Di dalam keadaan pasar saat ini, fleksibilitas sama pentingnya dengan
kecepatan. Kemampuan untuk memindahkan orang dan sumber daya dengan
cepat untuk dapat menangkap kesempatan di pasar baru (new market) itu
sesungguhnya diperlukan untuk sukses. Sering kali, di dalam perusahaan besar,
mengangkat fungsinya, divisi tenaga kerja, dan dengan terjadinya bottlenecks
membuat perusahaan sulit untuk mempertahankan sumber daya perusahaan
terutama sumber daya manusia yang mampu digunakan untuk kesempatan-
kesempatan baru. Permintaan untuk menangkap kesempatan yang ada
mematahkan batas-batas perusahaan. Hal ini meliputi koorporasi dan kolaborasi.
Akan tetapi ketika melihat ke dalam perusahaan, maka kita akan menemukan
gambaran batas perusahaan yang kaku antara departemen dan divisi, dan akhirnya
antara orang-orang dalam perusahaan.
Salah satu alasan yang paling berpengaruh dimana perusahaan besar dapat
ditangkap dan dilebihkan oleh kompetisi adalah kurangnya ketangkasan. Mereka
kehilangan kemampuan untuk dapat memindahkan orang dan sumber daya
dengan cukup cepat untuk mencegah berbagai penyerang-penyerang kecil.
Menjadi beesar tidak perlu berarti bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menjadi
tangkas atau cepat. Itu hanya berarti bahwa perusahaan besar harus lambat laun
dan secara konstan mempunyai mekanisme untuk membangun dan
mempertahankan ketangkasan secara serentak pada saat melaksanakan proses dan
prosedur untuk menjamin order. (Thornberry, 2006)
2.4.8. Fokus
Visi adalah manifestasi kolektif dari nilai-nilai budaya, minat, dan ambisi
dari para anggota organisasi (Robert, Michael & Dean A. Shepherd, 2008 :
hal.803). Visi merupakan suatu keinginan terhadap keadaan di masa datang yang
dicita-citakan oleh seluruh personel perusahaan, mulai dari jenjang yang paling
atas sampai yang paling bawah, bahkan pesuruh sekalipun. Cita-cita di masa
27
Universitas Kristen Petra
depan yang ada di benak pendiri yang kira-kira mewakili seluruh anggota
perusahaan inilah yang disebut visi (Husein Umar, 2005, p.6).
Perusahaan harus merencanakan dan membentuk struktur. Jika tidak
mereka bisa menjadi kacau. Pada saat merencanakan atau membentuk suatu
struktur mereka harus jeli melihat kesempatan yang ada. Belakangan ini, banyak
terdapat kesempatan yang muncul, tetapi kemampuan untuk fokus sangat sedikit.
Tidak ada organisasi yang mampu mnghabiskan waktu dan sumber yang
dibutuhkan untuk mendapat kesempatan yang datang. Dimana fokus harus
berjalan seiring dengan fleksibel. (Thornberry, 2006)
2.4.9. Masa Depan
Kesalahan di antara banyak perusahaan yang fokus pada konsumen
(customer) adalah mereka percaya pada respon konsumen (customer) secara
umum. Mereka pasti dan harus melakukan hal ini tentu saja, tetapi mereka juga
harus memperhitungkan konsumen (customer) yang tidak berada pada layar radar
mereka. Ini adalah konsumen-konsumen dimana mereka belum menggunakan
produk dan jasa yang belum disediakan. Saat ini, kedengarannya sangat mungkin,
akan tetapi antisipasi semacam ini di dalam pasar yang baru merupakan suatu
yang kritis jika suatu perusahaan sukses berlomba-lomba atau bersaing di dalam
pasar di masa depan. Kadang kala, suatu perusahaan senantiasa menciptakan
konsumen-konsumen yang baru dan pasar yang baru pada saat mengembangkan
teknologi yang baru atau produk yang baru. (Thornberry, 2006)
2.4.10. Orientasi Individu
Orientasi individu di dalam organisasi dapat terlihat dari karakteristik
entrepreneurial yang ada di dalam diri karyawan.
Menurut Schermerhorn Jr. (1999) ada sejumlah karakteristik entrepreneur,
antara lain (dalam Winardi, 2008, p.16-17) yaitu :
a. Lokus pengendalian internal : para entrepreneur beranggapan bahwa
mereka berkemampuan untuk mengendalikan nasib mereka sendiri,
mereka mampu mengarahkan diri mereka, dan mereka menyukai otonomi.
28
Universitas Kristen Petra
b. Tingkat energi tinggi : para entrepreneur merupakan manusia yang
persisten, yang bersedia bekerja keras, dan mereka bersedia untuk
berupaya ekstra untuk meraih keberhasilan.
c. Kebutuhan tinggi akan prestasi : para entrepreneur termovitasi untuk
bertindak secara individual untuk melaksanakan pencapaian tujuan –tujuan
yang menentang.
d. Toleransi terhadap ambiguitas : para entrepreneur merupakan manusia
yang bersedia menerima risiko, mereka mentoleransi situasi-situasi yang
menunjukkan tingkat ketidakpastian tinggi.
e. Kepercayaan diri : para entrepreneur merasa diri kompeten, dan mereka
yakin akan diri mereka sendiri, dan mereka bersedia mengambil
keputusan-keputusan.
f. Berorientasi pada action : para entrepreneur berupaya agar mereka
bertindak mendahului munculnya masalah-masalah, mereka ingin
menyelesaikan tugas-tugas mereka secepat mungkin dan mereka tidak
bersedia menghamburkan waktu yang berharga.
2.5. Perkembangan Perusahaan
2.5.1. Pengertian Siklus Hidup Organisasional
Siklus hidup perusahaan bermula dari close-circle family sang pendiri.
Pendiri perusahaan keluarga memiliki fokus pada perkembangan perusahaan.
Pada tahapan berikutnya, ketika perusahaan sudah tumbuh, generasi kedua dan
extended family. Pada tahapan berikutnya, saat perusahaan mengalami
kematangan (maturity) perusahaan membutuhkan peran seorang professional
untuk menangani perusahaan (Susanto, Susanto.P, Wijanarko, & Mertosono,
2007).
29
Universitas Kristen Petra
Sumber : Susanto, Susanto.P, Wijanarko, & Mertosono, 2007, p.33
2.5.2. Tahap Siklus Hidup Organisasional
Sedangkan menurut Ichak Adizes dalam Susanto, Susanto.P, Wijanarko, &
Mertosono (2007, p.33), siklus perkembangan perusahaan dibagi menjadi 10
(sepuluh) bagian, yakni:
1. Courtship
Tahapan ini adalah tahapan paling awal, dalam tahapan ini pemimpin
perusahaan baru melaksanakan penjajakan terhadap bisnis apa yang
akan dimasukinya.
2. Infancy
Dalam tahapan Infancy, pendiri perusahaan menginformasikan dan
mewujudkan idenya dalam bisnis. Perusahaan pada tahap ini
mengalami masalah seperti kurang terjaminya cash flow, pasar dan
sebagainya.
30
Universitas Kristen Petra
3. Go-Go
Dalam Tahapan go-go, perusahaan telah mengatasi cash flow,
pendapatan meningkat, peluang baru, founder trap. Founder trap
terjadi apabila pendiri tidak mau menaruh kepercayaan kepada
profesional.
4. Adolescene
Dalam tahap adolescene, sistem managerial perusahaan bergeser dari
manajemen tradisional ke manajemen profesional. Visi dan misi
perusahaan harus tetap dijalankan namun pengelolaan bisa dialihkan
pada para profesional.
5. Prime
Dalam tahap ini perusahaan sudah tidak terlalu menemui banyak
kendala asalkan pemimpin mampu mempertahankan kinerja
perusahaan dengan cara menlakukan kontrol yang memadai guna
mencegah penurunan kinerja.
6. Maturity
Tahapan maturity tidak jauh berbeda dengan tahapan prime, disini
perusahaan masih harus berusaha mempertahankan kinerjanya agar
tidak mengalami penurunan.
7. Aristrocracy
Tahap Aristocracy merupakan saat yang tepat bagi perusahaan untuk
melakukan organizational development. Mengubah struktur organisasi
dinilai tepat dalam tahapan ini untuk menghilangkan ketergantungan
terhadap pemilik perusahaan.
8. Early Bureaucreacy
9. Bureaucracy
31
Universitas Kristen Petra
10. Death
Sumber : Susanto, Susanto.P, Wijanarko, & Mertosono, 2007, p.34
Gambar 2.2. Siklus hidup Perusahaan
2.5.3. Kinerja Perusahaan
Evaluasi kinerja perusahaan dapat dilihat dari berbagai macam aspek,
antara lain aspek strategi perusahaan, aspek keuangan, aspek sumber daya
manusia, dan aspek pemasaran.
2.5.3.1. Aspek Strategi Perusahaan
Evaluasi untuk aspek strategi perusahaan bermanfaat untuk mengetahui
bagaimana implementasi dari strategi perusahaan yang telah ditetapkan itu.
Memang, implementasi strategi biasanya akan dievaluasi dalam jangka waktu
yang agak lama, akan tetapi, bisa saja strategi segera diubah jika kondisi
menyatakan demikian. (Umar, 2005)
32
Universitas Kristen Petra
Ada berbagai cara untuk menilai implementasi strategi perusahaan, salah
satunya adalah melaui kekuatan produk usahanya di antara para pesaing, sekaligus
mengetahui bagaimana kemenarikan bisnis ini di pasar industrinya. (Umar, 2005)
2.5.3.2. Aspek Keuangan
Kinerja perusahaan dari aspek keuangan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dan model Altman
tentang kebangkrutan Usaha (Umar, 2005). Rasio-rasio Keuangan digunakan
untuk menganalisis keuangan dalam rangka evaluasi kinerja perusahaan
diperlukan rasio-rasio keuangan, misalnya rasio-rasio likuiditas, efisiensi, rasio
leverage, dan profitabilitas.
Tujuan mengevaluasi bisnis dari aspek keuangan adalah untuk mengetahui
apakah realisasi investasi telah sesuai dengan yang diharapkan. Analisisnya dapat
ditinjau dari laba dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan,
ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar hutang, dan
menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus.(Umar, 2005)
2.5.3.3. Aspek Sumber Daya Manusia
Beberapa hal penting dari SDM yang perlu dievaluasi antara lain
mengenai: produktivitas kerja, motivasi kerja, kepuasan kerja, pelatihan dan
pengembangan, serta kepemimpinan (Umar, 2005). Program pelatihan ditujukan
untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan
kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan bertujuan
untuk menyiapkan pegawainya siap memnagku jabatan tertentu di masa yang
akan datang. Program pelatihan dan pengembangan bertujuan antara lain untuk
menutupi gap antara kecakapan karyawan dan permintaan jabatan, selain untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran
kerja.
33
Universitas Kristen Petra
2.5.3.4. Aspek Pemasaran
Pada umumnya, evaluasi untuk aspek pemasaran akan diarahkan untuk
mendapatkan informasi mengenai fakta tertentu dibandingkan dengan target atau
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya mengenai : (Umar, 2005)
a. Segmentasi, target, dan posisi produk di pasar.
b. Strategi bersaing yang diterapkan.
c. Kegiatan pemasaran melalui bauran pemasaran.
d. Nilai penjualan.
e. Market-share yang dikuasai perusahaan
34
Universitas Kristen Petra
2.6. Kerangka Pemikiran
Sumber : Husein Umar, 2005, p. 43 - 88
Sumber : Neal Thornberry, 2006, p. 222-223
Gambar 2.3. Kerangka pemikiran
Perusahaan keluarga pada industri makanan dan minuman di Jawa Timur
Ukuran Orientasi Kewirausahaan dalam perusahaan:
1. Rencana stratejik 2. Cross functional 3. Dukungan 4. Intelijen pasar 5. Pengambilan risiko 6. Kecepatan 7. Fleksibilitas 8. Fokus 9. Masa depan 10. Orientasi individu
Karyawan Ukuran perkembangan perusahaan keluarga :
1. Aspek keuangan 2. Aspek pemasaran 3. Aspek sumber daya
manusia
Top Related