LAPORAN PENDAHULUAN
BBLR
A. Konsep DasarI. Pengertian
BBLR adalah bayi yang mempuyai berat badan lahir kurang dari 2500 gram. BBLR ada 3
macam yaitu
1. Bayi dengan usia kehamilan aterm (37-42 minggu) maupun posterm (kurang 42
minggu) dengan BB <2,5kg kecil untuk masa kehamilan.
2. Bayi dengan preterm (28-37 minggu)BB<2,5kg BB bayi sesuai dengan umur
kehamilan .Disebut juga premature murni.
3. Bayi Preterm usia (28-37 minggu) BB<dari umur kehamilan.
Menurut WHO(1961) BBLR adalah semua bayi baru lahir yang BB nya kurang atau
sama dengan 2500.
Kongres European Perinatal Medicine II di London diusulkan definisi sebagai berikut:
1. Pre Term Infant : masa gestas i<259 hari (37minggu)
2. Term Infant : masa gestasi 259-293 hari (37-41minggu)
3. Post Term Infant : masa gestasi 294 hari atau lebih (42 minggu atau lebih)
Dengan pengertian seperti dapa yang telah diterangkan diatas,maka bayi BBLR dibagi menjadi dua golongan ,yaitu:
1. Prematuritas Murni : Masa gestasi kurang dari 37minggu dan Bbnya sesuai dengan
Bbmasa gestasi ini.
2. Dismamatur : Kalau Bb bayi tersebut kurang dari BB seharusnya untuk masa-
masa gestasi.
(Depkes RI,1989:20)
Deslidel, Hasan, Hevrialni & Sartika (2011:107) menjelaskan tentang “berat badan lahir
rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram”. Departemen
Kesehatan RI (2008) menyatakan bahwa “BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tannpa memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Untuk keperluan bidan di desa berat badan lahir masih
dapat diterima apabila dilakukan penimbangan dalam 24 jam pertama setelah lahir”.
II. Epidemologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia
dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-
ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir
lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas
dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh
angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut
SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% .
III. Etiologi
Departemen Kesehatan RI (2008) mengatakan bahwa penyebab BBLR sangat kompleks.
BBLR dapat disebabkan oleh kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau
kombinasi keduanya. Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur kehamilan 37
minggu. Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup di luar kandungan dan mendapatkan
kesulitan untuk memulai bernapas, menghisap, melawan infeksi, dan menjaga tubuhnya agar tetap
hangat. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang tidak tumbuh dengan baik di dalam
kandungan selama kehamilan. Ada 3 kelompok bayi yang termasuk bayi KMK, yaitu KMK lebih
bulan, KMK cukup bulan, KMK kurang bulan. KMK cukup bulan kebanyakan mampu bernapas
dan menghisap dengan baik, sedangkan bayi KMK kurang bulan kadang kemampuan bernapas
dan menghisap lemah.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan Tindakan
BBLR
Ibu hamil pada umur:
a) Kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun
b) Jarak kehamilan terlalu pendek (kurang
dari 1 tahun)
a) Menyarankan ibu hamil dan melahirkan
antara umur 20—35 tahun.
b) Konseling pada suami istri untuk
mengusahakan agar jarak kelahiran
sekitar 2—3 tahun.
c) Mendorong penggunaan metode
kontrasepsi yang modern dan sesuai
untuk menjarangkan kehamilan.
Ibu dengan keadaan:
a) Mempunyai BBLR sebelumnya
b) Mengerjakan pekerjaan fisik beberapa
jam tanpa istirahat
c) Sangat miskin
d) Beratnya kurang dan kurang gizi
e) Perokok, pengguna obat terlarang,
alcohol.
a) Meningkatkan kepedulian masyarakat
agar proses kehamilan menjadi lebih
aman. Ibu harus
1) Cukup makan dengan jenis-jenis
makanan yang bergizi.
2) Cukup istirahat bila bekerja keras.
3) Memperoleh pelayanan antenatal
yang komprehensif dan baik.
4) Memiliki akses ke tempat pelayanan
kesehatan untuk menemukan dan
mendapatkan penanganan masalah-
masalah umum sebelum kehamilan.
b) Membantu ibu agar terpenuhi kebuthan
mereka selama kehamilan.
c) Berhenti merokok, alcohol, obat-obatan
terlarang.
Ibu hamil dengan masalah-masalah seperti:
a) Anemia berat
b) Pre eklampsia atau hipertensi
c) Infeksi selama kehamilan
(infeksi kandung kemih dan ginjal),
Mengajari ibu dan keluarga untuk:
a) Mengenali tanda-tanda bahaya selama
kehamilan
b) Mendapatkan pengobatan terhadap
masalah-masalah selama kehamilan.
hepatitis, IMS, HIV/AIDS, malaria,
TORCH.
d) Kehamilan ganda.
c) Merujuk ke dokter kandungan.
Bayi dengan:
a) Cacat bawaan.
b) Infeksi selama dalam kandungan
Selama kehamilan mengajari ibu da keluarga
untuk:
a) Tidak meminum obat yang tidka
dianjurkan oleh tenaga kesehatan.
b) Mengenali tanda-tanda bahay dalam
kehamilan dan bayi baru lahir.
c) Mendapatkan pengobatan terhadap
masalah-masalah yang ada.
Sumber: Departemen Kesehatan RI. 2008. Modul (Buku Acuan): Manajemen Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) untuk bidan desa. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Deslidel, Hasan, Hevrialni & Sartika (2011:107—108) menjelaskan bahwa BBLR
kemungkinan dapat premature (kurang bulan) dan dapat pula dismatur (BBLR tidak sesuai usia
kehamilan). Penyebab kelahiran bayi premature sebagian besar belum diketahui. Banyak kasus
BBLR, bayi premature sebagian besar beruhungan dengan kondisi, yaitu:
a. Faktor Ibu
Status sosial ekonomi :
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat
pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasanantenatal yang
kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah.ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
Usia ibu:
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang
jarak kelahiran terlalu dekat.Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 – 35 tahun.
Penyakit Ibu:
b. Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
c. Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-
ekonomi dan paparan zat-zat racun .
ibu menderita penyakit akut/kronis (DM, tiroid, ginjal, jantung, paru, preeclampsia
berat/eklampsia, autoimun, trobositopenia), kehamilan multiple, kehamilan sebelumnya
kurang baik, faktor-faktor kebinanan (faktor obstretik kelahiran premature adalah malforasi
uterus, trauma uterus, plasenta previa, solution plasenta, serviks inkompeten, ketuban pecah
dini, dan amnionitis), faktor janin seperti gawat janin dan IUGR, dan kelahiran dini oleh
sebab lain, misalnya kesalahan menentukan usia kehamilan.
Penyebab BBLR tidak sesuai usia kehamilan (dismatur), yaitu
a. Faktor ibu: genetic, ras, kehamilan diluar pernikahan, bayi sebelumnya juga BBLR,
penyakit kronis, faktor yang mempengaruhi oksigenasi plasenta seperti penyakit jantung,
ginjal, hipertensi, merokok, kelainan eritosit, penyakit paru, DM, serotinus, kehamilan
multiple, anomaly rahim.
b. Lesi plasenta skunder akibat penyakit vaskuler ibu, kembar, malforasi, tumor.
c. Faktor janin: kromosom abnormal, infeksi congenital (TORCH), rubella. CMV,
malforasi, atau kembar. (Deslidel, Hasan, Hevrialni & Sartika, 2011:107).
IV. Klasifikasi
Deslidel, Hasan, Hevrialni & Sartika (2011:107) menjelaskan bahwa bayi baru lahir
rendah (BBLR) menjadi tiga klasifikasi, yaitu
a) Bayi berat lahir lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500—2500 gram.
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000—1500 gram.
c) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) berat lahir < 1000 gram.
V. Tanda dan Gejala
Masalah-masalah BBLR adalah asfiksia, gangguan napas, hipotermi, hipoglikemi,
masalah pemberian ASI, infeksi, ikterus (kadar bilirubin yang tinggi), masalah perdarahan
(Depkes RI, 2008).
Bayi lahir dengan berat lahir rendah mempunyai lemak di bawah kulit yangs sangat
sedikit, karena beratnya kurang dari 2500 gram.
Tanda banyi kurang bulan (KB), yaitu
a) Kulit tipis dan mengkilap
b) Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum trebentuk dengan sempurna
c) Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung
d) Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik
e) Pada bayi perumpuan labia mayora belum menutupi labia minora
f) Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
g) Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
h) Kadang disertai dengan pernafasan tidak teratur
i) Aktivitas dan tangisan lemah
j) Reflex menghisap dan menelan tidak efektif/lemah
Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK), yaitu
a) Umur bayi dapat cukup, kurang, atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2500 gram.
b) Gerakannnya cukup aktif, tangis cukup kuat
c) Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis.
d) Bila kurang bulan jaringan kecil, puting kecil. Bila cukup bulan payudara dan puting
sesuai masa kehamilan.
e) Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora.
f) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
g) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
h) Mengisap cukup kuat
VI. Komplikasi
Komplikasi bergantung pada klasifikasi BBLR, yaitu BBLR premature/kurang bulan dan
BBLR tidak sesuai usia kehamilan/dismatur.
Komplikasi pada BBLR premature/kurang bulan, yiatu
a) Syndrome gangguan pernafasan idopatik (penyakit membrane hialin)
b) Pneumonia aspirasi karena reflex menelan dan batuk belum sempurna: bayi belum dapat
menyusu
c) Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler (P/IVH) otak lateral akibat
anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan)
d) Hipotermia karena sumber panas pada bayi premature baik lemak subkutan yang masih
sedikit maupun brown fat belum terbentuk.
e) Hiperbiliribinemia karena fungsi hati belum matang
Komplikasi BBLR tidak sesuai usia kehamilan/dismatur, yaitu
a) Sindrom aspirasi mekonium
b) Hiperbilirubinemia
c) Hipoglikemia
d) Hipotermia
VII. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :1. Pemeriksaan skor ballard
2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah.
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
5. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan
VIII. Penatalaksanaan
Penanganan BBLR meliputi 3 tahapan yaitu ante/intrapartum, di kamar bersalin, dan dikamar
bayi.
1. Penanganan ante/intrapartum. Setiap pesalinan dipertahankan aterm. Apabila ada
gawat janin, kehamilan dipertahankan paling tidak sampai maturitas janin optimal
setelah usia kehamilan lewat 35 minggu, karena pada usia tersebut organ tubuh dapat
berfungsi optimal di luar rahim. Kendala perawat bayi kurang bulan di negara
berkembang adalah adanya komplikasi penyakit membrane hialin.
a. Bila ada gawat janin, lakukan resusitasi intrauterine, yaitu tindakan untuk
pertahankan kehamilan dengan pemberian antibiotic yang aman untuk bayi.
b. Apabila kehamilan kurang dari 35 minggu dan tidak dapat dipertahankan, ibu diberi
kortikosteroid dosis tunggal untuk mempercepat pematangan paru janin.
c. Beberapa jam sebelum persalinan dimulai, kolaborasi dengan spesialis anak untuk
pemberian informasi bahwa akan lahir anak dengan BBLR pada ibu yang beresiko,
seperti ketuban pecah dini, hipertensi dalam kehamilan, pre-eklampsia berat,
dekompensasi kordis, TBC, infeksi TORCH dll.
2. Dikamar Bersalin. Hal yang harus dilakukan sebelum bayi lahir adalah :
a. Pra-resusitasi
1) Menyiapakan alat resusitasi dan fasilitas perawatan bayi serta memeriksa kelengkapan
dan fungsi alat
Meja resusitasi, lampu penghangat, dan penerang
Penghisap lender disposable dan pompa penghisap bayi
Ambulans incubator
Status dan tanda identitas bayi-ibu
2) Memberi informasi ke perawat intensif tentang akan ada bayi dengan BBLR untuk
persiapan perawatan bayi. Dokter anak akan memeriksa kembali semua persiapan, tim
resusitasi juga disiapkan.
b. Resusitasi. Dibandingkan bayi yang cukup bulan, resusitasi pada bayi premature
memerlukan intervensi yang lebih cepat dan proaktif serta difokuskan pada stabilitas
suhu dan oksigen. Resusitasi dilakukan tahap demi tahap sesuai dengan kondisi bayi
dengan menentukan nilai Apgar pada menit 1 dan 5 untuk menentukan diagnosis
(ada/tidaknya asfiksia) dan prognosis bayi.
c. Pasca-resusitasi melakukan pemeriksaan fisik diagnostic secara sistematis dan
lengkap, menentukan masa gastasi dan pertumbuhan janin (SMK/KMK/BMK),
menentukan diagnosis kerja, melakukan perawatan tali pusat, memberi tetes mata dan
vit , memeberi identitas pada bayi dan ibu yang sama. Indikasi perawatan BBLR pada
bayi premature, cukup bulan dalam 3 tempat perawat, yaitu :
Perawatan I rawat gabung (rooming rin) yaitu BBLR sampai 2250 gram, dan
tanpa komplikasi
Perawatan II/perawatan khusus/Intermediate care/high care yaitu bayi yang
memerlukan perawatan khusus untuk observasi dan penanganan klinik
Perawatan III/perawatan intensif neonates/neonatal intensive care unit
3. Di kamar Bayi. Secara umum perwatan BBLR adalah
a) Timbang berat bayi dalam 0—24 jam bayi stabil dan timbang dilapisi kain hangat
agar tidak menjadi dingin.
b) Jaga bayi tetap hangat
Kontak kulit bayi dengan kulit ibu
Tutupi ibu dan bayi keduanya dengan kain hangat
Tutup kepala bayi dengan kain atau topi
Memandikan bayi setelah usia 24 jam dan suhu tubuh stabil
Dorong ibu meneteki/memberikan ASI dengan cangkir/sendok sesegera mungkin
c) Periksa napas, warna kulit, dan suhu
d) Minum ASI dini dan ekslusif
e) Beri dosis tunggal vitamin K 1 mg IM paha kiri
f) Pencegahan infeksi
Beri salep mata tetrasiklin 1%
Perawatan tali pusat kering, bersih, dan terbuka
Sarankan ibu dan keluarga cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
g) Jika suhu aksila turun dibawah 36,50C
Hangatkan ruangan pakai sumber panas
Tutupi bayi dan ibu keduanya dengan kain yang lebih hangat
h) Jika BBLR membiru/terjadi gangguan napas stimulasi
i) Jika bayi tidak menghisap dengan baik peras dan beri ASI menggunakan
cangkir/sendok
j) Kunjungan bayi minimal 2 kali dalam seminggu 1 dan selanjutnya 1 kali tipa minggu
sampai BB bayi 2500 gram dengan menggunakan MTBM
k) Pantau dengan cermat MASALAH MINUMNYA
l) BBLR mungkin turun bertanya hingga 10—15% dalam 10 hari pertama, kemudian
harus naik sekurangnya 15 gram/hari atau 100 gram/minggu.
m) Penghangatan bayi PMK
n) Pemberian ASI sini dan ekslusif
o) Pencegahan infeksi
p) Pemberian imunisasi
q) Pemantauan tanda bahaya dan persiapan pra rujukan bila perlu
IX. Pencegahan BBLR
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka
dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil
B.Konsep Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian Fokus
a) Data Demografi
1) Anak usia, jenis kelamin, berat badan, tanggal kelahiran
2) Orang tua pekerjaan (ibu), pendidikan
b) Keluhan utama BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi (ringan>340C,
sedang30—340C, berat<300C)
c) Riwayat kesehatan
1) Riwayat prenatal kunjungan kehamilan, kenaikan berat badan, komplikasi
kehamilan/infeksi, konsumsi obat, perdarahan, penyakit ibu
2) Intranatal lama persalinan, komplikasi persalinan, terapi yang diberikan, cara
melahirkan normal/SC, tempat melahirkan
3) Postnatal apgar score, usaha napas, kebutuhan resusitasi, obat yang digunakan,
trauma lahir, keluaran urine, interaksi ke orang tua.
4) Pemeriksaan fisik
K.U. bayi Pediatrik Glasgow Coma Scale, Vital Sign (Suhu, Nadi, RR),
kesadaran.
Antropometri BB, LK, PB, Lila
Kepala caput succedanum (pembengkakan), cefalohematom (trauma
kelahiran), fontela anterior.
Mata ikterus, anemia, bernanah
Telinga peningkatan kartilago lengkung daun telinga luar (usia kehamilan 32
minggu), daun telinga kaku melengkung baik (usia kehamilan 36 minggu—matur)
Dada/thorax aerola terlihat jaringan payudara kecil (usia kehamilan 32
minggu), aerola terlihat baik dan nodul payudara (usia kehamilan 36 minggu),
retraksi sternum.
Abdomen tali pusat kemerahan, berbau busuk atau berair.
Genetalia pada perempuan (deposit lemak pada labia mayora meningkat usia
32 minggu dan labia mayora hampir menutupi labia minora usia 36 minggu—
matur) dan pada laki-laki (testis belum turun rugae/berlipat-lipat pada sebagian
skrotum usia 32 minggu dan testis sudah turun pigmentasi meningkat 36 minggu
—matur)
Ekstremitas rajah pada 1/3 anterior telapak kaki (usia 32 minggu) dan rajah
hampir pada seluruh telapak kaki (36 minggu—matur)
Kulit warna kulit, adanya ruam, nanah (pada BBLR ikterus tampak lebih awal,
lebih lama dan kadarnya tinggi), lanugo (dahi, pelipis, telinga, tangan), kulit tipis,
mengkilap
Reflek reflek moro (+).
II. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
a) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan surfactan, pertumbuhan dan
perkembangan paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan
tulang iga yang melengkung serta refleks batuk yang belum sempurna.
Tujuan Kriteria Standart:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam menunjukkan respiratory status
(ventilasi, airway, dan vital sign) tidak terganggu dengan kriteria:
1) Bernapas dengan bebas dan lancar.
2) Tidak ada sianosis, warna kulit merah.
3) Tidak ada apnea, ataupun tachipnea.
4) Frekuensi nafas dalam batas normal sesuai usia.
Intervensi :
1) Pantau adanya pucat dan sianosis. R/ mengetahui intake O2 klien atau adekuat O2
2) Pantau kecepatan, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan. R/ untuk melihat
respon/kondisi paru.
3) Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus melaporkan keadaan
klien apabila terjadi ketidakefektifan pola pernafasan. R/ agar tenaga kesehatan
dapat mengambil tindakan cepat untuk menyelamatkan pasien.
4) Kolaborasikan pemberian obat bronkodilator sesuai program. R/ obat bronkodilator
untuk vasodilator saluran pernafasan.
5) Kolaborasikan penggunakan oksimetri. R/ untuk mengetahui saturasi O2 klien.
6) Beri rangsangan taktil sedini mungkin. R/
7) Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi. R/ posisi yang ekstensi akan membuka
airway.
8) Berikan terapi O2 sesuai kebutuhan klien. R/ untuk mensuplai O2 yang kurang ke
dalam tubuh klien.
b) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
refleks menghisap dan menelan yang belum sempurna, distensi abdomen, volume
lambung berkurang, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin
yang larut dalam lemak berkurang, kerja spinkter esophagus teratur.
Tujuan criteria standart:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam memperlihatkan status gizi dengan
kriteria:
1) Refleks menelan dan isap adekuat.
2) Turgor kulit membaik, kulit lembut dan tidak lembab.
3) Mata tidak cekung.
4) BAB dab BAK lancar.
Intervensi :
1) Kolaborasikan pengecekan nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan
elektrolit. R/ untuk mengetahui kadar protein dalam darah.
2) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan kalori pasien. R/ pasien
dapat menerima nutrisi sesuai dengan kebutuhannya.
3) Berikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan nutrisi pasien dan bagaimana
memenuhinya. R/ keluarga dapat menerapkan setelah pulang dari rumah sakit
4) Berikan ASI dan PASI normal, bila tidak mungkin berikan melalui NGT/OGT. R/
memberikan asupan nutrisi yang adekuat ke pasien. Apabila asupan per oral tidak
bisa, bisa menggunakan enteral.
5) Monitor BB setiap hari. R/ memantau kenaikan atau penurunan BB pasien.
6) Kaji antopometri pasien sesuai interval. R/ memantau perkembangan fisik pasien
sesuai dengan standar devisiasi.
7) Observasi intake dan out put pasien. R/ untuk melihat fungsi ginjal serta memonitor
dehidari pasien.
8) Kolaborasi pemberian cairan IV dextrose 10% ke pasien. R/ memberikan asupan ke
tingkat sel.
c) Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan imaturitas, yang ditandai
dengan fluktuasi suhu tubuh di atas atau di bawah rentang normal.
Tujuan kriteria standart:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam menunjukkan
termoregulasi:neonatus dalam batas stabil, dengan kriteria:
1) Suhu tubuh rentang normal 36,50C—37,50C.
2) RR dalam batas normal/stabil (30—60x/m)
3) Nadi dalam batas normal/stabil (110—140x/m)
Intervensi :
1) Pantau kejang. R/ keadaan pasien hipertermi/hipotermi dapat menyebabkan
kesadaran menurun.
2) Ajarkan keluarga untuk mengukur suhu secara benar. R/ untuk memberikan
pengetahuan dan mendeteksi dini peningkatan atau penurunan suhu tubuh.
3) Pantau vital sign. R/ untuk melihat keadaan kardiovaskuler.
4) Kolaborasikan pemberian antipiretik sesuai anjuran. R/ antipiretik dapat
menurunkan suhu tubuh.
5) Rawat bayi dalam inkubator. R/ dapat menstabilkan suhu lingkungan dan pada bayi
dengan BBLR belum dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan.
d) Risiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi, ketidakuatan imunitas dapatan,
petahanan lapis kedua yang tidak memadai.
Tujuan kriteria standart:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam pengendalian risiko dengan kriteria:
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Kulit bersih dan tidak lembab.
3) Mata tidak ada kotoran.
4) Kuku terpotong pendek dan bersih.
5) Rambut bersih.
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala infeksi (mis. Suhu tubuh, denyut jantung, dsb.). R/
mendeteksi awitan awal infeksi agar bisa dicegah.
2) Ajarkan keluarga/pengunjung teknik mencuci tangan yang benar. R/ untuk
memecah rantai penularan infeksi nosokomial.
3) Kolaborasikan pemberian antibiotic sesuai jenis mikroba. R/ untuk memberikan
medikasi sesuai faktor penyebab.
4) Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien.
R/ mencegah terjadinya kontaminasi silang ke pasien.
5) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan. R/ mencegah
kontaminasi silang ke pasien.
6) Hindari kelelahan fisik dengan menyentuh seminimal mungkin. R/ kelemahan fisik
dapat menurunkan imunitas pasien, sehingga pasien cepat terserang penyakit.
7) Lakukan parasat dengan teknik aseptic. R/ mencegah terjadinya infeksi pada pasien.
8) Batasi kontak langsung dengan bayi. R/ semakin banyak kontak akan semakin besar
kemungkinan terjadi penularan infeksi ke pasein.
9) Kulit dan tali pusat terawat dan dibersihkan. R/ tali pusat merupakan port de entre
kuman/bakteri.
10) Bersihkan tempat tidur bayi/inkubator dengan menggunakan cairan antiseptic setiap
hari. R/ mencegah terjadinya perkembangbiakan kuman/bakteri di tempat
tidur/incubator.
e) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan usia yang ekstrim,
perkembangan imatur.
Tujuan kriteria standart:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam tidak ada kerusakan integritas kulit,
dengan criteria:
1) Suhu tubuh normal (36,50C—37,50C)
2) Warna kulit kemerahan
3) Mempertahankan kelembaban
Intervensi :
1) Pantau ruam, lecet, warna, suhu, kelembapan. R/ melihat adanya kerusakan kulit
dan segera dilakukan tindakan perluasan kerusakn kulit.
2) Gunakan kasur penurunan tekanan/kasur air. R/ untuk mencegah terjadinya
perlukaan/dekubitus karena tidak lancarnya sirkulasi darah.
3) Bersihkan daerah genital dan sekitar setelah BAB dan BAK. R/ kelembapan pada
daerah yan tertutup akan terjadinya jamur dan penggunaan pampers akan
menjadikan lecet/kemerahan.
4) Seka tubuh bayi dengan air hangat jika memungkinkan. R/ air hangat akan
melancarkan sirkulasi darah klien.
5) Berikan baby oil pada kulit yang kering dan terkelupas. R/ baby oil akan membuat
kulit tetap lembab dan terjaga dan menghindarkan dari lecet/kemerahan.
6) Beri talk secara merata, tidak tebal pada bagian tubuh yang terkena. R/ memberikan
efek kesegaran dan memberikan fungsi menjaga agar tidak lembab.
7) Ganti popok setiap kali basah/kotor. R/ akan mengurangi ruam/kemerahan karena
popok yang lembab akan menyebabkab lecet pada kulit.
Daftar Pustaka
Deslidel, Hasan, Z., Hevrialni, R. & Sartika, Y. 2011. Buku Ajar: Asuhan neonates, bayi, dan
balita. Jakarta: EGC.
Direktorat Kesehatan RI Bina Kesehatan Masyarakat. 2008. Manajemen Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) untuk Bidan Desa. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Betz, C. L. & Sowden, L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Lalani, A. & sxhneeweiss, S. 2011. Kegawatdaruratan Pediatri. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. 1989. Perawatan Bayi Dan Anak Edisi 1. Jakarta : Depkes RI.