1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keandalan penyaluran energi listrik ke konsumen sangat dipengaruhi
oleh sistem pendistribusiannya. Untuk itu diperlukan sistem distribusi
tenaga listrik dengan keandalan yang tinggi. Keandalan pada sistem
distribusi yang dimaksud adalah ukuran tingkat ketersediaan pasokan listrik
dan seberapa sering sistem mengalami pemadaman serta berapa lama
pemadaman terjadi (berapa cepat waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan
kondisi pemadaman yang terjadi).
Dalam penyaluran tenaga listrik, tingkat keandalaan Jaringan
Tegangan Menengah (JTM) sangat diperlukan karena ini merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap kesinambungan penyaluran energi listrik
sampai ke konsumen. Untuk mendapatkan keandalan yang tinggi, penerapan
sistem SCADA (Supervisory Control and Data Aquisition) pada jaringan
distribusi tenaga listrik sangatlah diperlukan, dimana kelebihan dari sistem
SCADA yang diterapkan pada jaringan ditribusi jika dibandingkan dengan
sistem yang telah ada sebelumnya (konvensional) sangat berpengaruh
signifikan terhadap efisiensi dari sistem pendistribusian tenaga listrik,
adapun kelebihan dari sistem SCADA yaitu dapat memantau,
mengendalikan, mengkonfigurasi dan mencatat kerja sistem secara real time
(setiap saat), serta mampu menangani gangguan yang bersifat permanen
2
ataupun yang bersifat sementara/temporer dalam waktu yang singkat secara
remote (jarak jauh) dari pusat kontrol.
Sehingga diharapakan dengan diterapkannya integrasi sistem SCADA
dengan jaringan distribusi tenaga listrik dapat memberikan kualitas pelayanan
yang lebih baik (efektif dan efesien) kepada konsumen listrik, dan dari pihak
penyedia tenaga listrik sendiri (dalam hal ini PT.PLN persero) bisa meminimalisir
terjadinya kerugian finansial akibat keandalan sistem yang rentan gangguan.
Di samping itu, pemeliharaan jaringan secara rutin terjadwal dan evaluasi
kerja sistem melalaui data-data harian yang ada, baik data gangguan maupun data
pembacaan metering dari peralatan sistem juga sangat diperlukan karena hal ini
dapat membantu meningkatkan keandalan pada jaringan distribusi tenaga listrik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya
yaitu sebagai beikut:
1. Bagaimana pengaruh penggunaan sistem SCADA terhadap keandalan Jaringan
Distribusi Tenaga Listrik.
2. Bagaimana memaksimalkan kelebihan sistem SCADA dalam meningkatkan
keandalan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik.
1.3 Batasan Masalah
3
Keandalan Jaringan Distribusi yang akan dianalisis pada skripsi ini berada
di wilayah kota palu dengan pengambilan data pada Feeder Elang Gardu Induk
(GI) Talise.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan
sistem SCADA terhadap keandalan Jaringan Distribusi PT.PLN Wilayah VII
Sulutenggo Cabang Palu, dengan pengambilan data pada Feeder Elang Gardu
Induk (GI) Talise.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian tentang Pengaruh Penggunaan SCADA
Pada Keandalan Jaringan Distribusi Wilayah Kota Palu yang penulis akan
lakukan pada Feeder Elang Gardu Induk (GI) Talise adalah sebagai berikut;
1. Manfaat secara akademik yaitu sebagai referensi mata kuliah SCADA untuk
bahan ajar dan praktikum mahasiswa.
2. Sedangkan secara praktisi manfaat dari penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam perencanaan jaringan distribusi yang belum
menggunakan sistem SCADA .
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan memahami permasalahan yang akan dibahas maka
proposal skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
4
BAB I Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka dan landasan teori atau
teori pendukung dari pembuatan skripsi ini.
BAB III Bab ini yang membahas tentang bahan dan alat penelitian, cara
penelitian, serta Hipotesis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Jaringan distribusi tenaga listrik akan bekerja lebih efektif dan efisien jika
telah terintegrasi dengan sistem SCADA , dimana sistem ini mempunyai banyak
kelebihan jika dibandingkan dengan sistem pendistribusian tenaga listrik yang
masih konvensional. Adapun kelebihan dari penerapan sistem SCADA pada
jaringan distribusi tenaga listrik yaitu, sistem SCADA dapat memantau kerja dan
performa pendistribusian tenaga listrik secara real time (setiap saat), serta mampu
menangani gangguan dalam waktu yang singkat secara remote control (jarak jauh)
dari pusat kontrol/pusat pengaturan beban (SPLN S6.001:2008).
Penelitian mengenai pengaruh penggunaan sistem SCADA terhadap
keandalan jaringan distribusi tenaga listrik telah banyak dilakukan, akan tetapi
tempat dan pola jaringan distribusi yang di teliti serta metode yang digunakan
berbeda-beda. Adapun penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berkaitan
dengan pengaruh penggunaan SCADA terhadap keandalan jaringan distribusi
tenaga listrik yaitu sebagai berikut;
Fardiana (2003), penelitian yang dilakukan membahas mengenai sistem
operasi jaringan distribusi loop yang menggunakan teknologi SCADA di PT.PLN
6
Distribusi Jakarta Raya dan Tanggerang. Penerapan sistem SCADA untuk gardu
induk membuat efisiensi waktu pengendalian jaringan listrik, dapat memperkecil
area pemadaman dan meningkatkan pelayanan penyaluran listrik kepada
konsumen terutama sangat berguna pada operasi jaringan loop.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh saudari Fardiana dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada pola jaringan distribusi yang
di teliti, yakni saudari Fardiana melakukan penelitian pada jaringan distribusi
dengan pola loop di PT.PLN (Persero) Area Pendistribusian Jakarta Raya dan
Tanggerang, sedangkan penulis akan melakukan penelitian pada jaringan
distribusi dengan pola spindel di PT.PLN (Persero) Cabang Palu.
Sedangkan persamaan penelitian yang dilakukan oleh saudari Fardiana
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis terletak pada jaringan
distribusi yang di teliti, yakni masing-masing telah terintegrasi dengan sistem
SCADA.
Penelitian mengenai analisa keandalan sistem distribusi PT.PLN (Persero)
Wilayah Kudus pada Feeder KDS 2, KDS 4, KDS 8, PTI 3 dan PTI 5.
Menggunakan metode Section Technique dan running keandalan pada Software
ETAP oleh Wicaksono (2012). Penelitian ini lebih mengkosentrasikan pada
analisa keandalan suatu jaringan distribusi tenaga listrik dengan cara manual
menggunakan metode Section Technique kemudian di simulasikan pada software
ETAP (Electric Transient Analysis Program).
Persamaan penelitian yang dilakukan saudara Wicaksono dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis mempunyai kesamaan pada analisa
7
yang dilakukan yakni menganalisa keandalan jaringan distribusi tenaga listrik
PT.PLN (Persero). Sedangkan perbedaannya adalah pada metode yang digunakan
dalam masing-masing penelitian, yakni penulis menganalisa keandalan jaringan
distribusi dengan cara membandingkan tingkat SAIDI dan SAIFI sebelum dan
sesudah menggunakan sistem SCADA, sedangkan saudara Wicaksono
menganalisa keandalan jaringan distribusi dengan cara mengunakan metode
Section Technique yang disimulasikan pada software ETAP.
Penelitian yang dilakukan oleh Wildawati (2011), Analisis Dampak
Pemasangan SCADA Terhadap Penyelamatan Energi dan Kulitas Pelayanan di
Jaringan Distribusi PT. PLN (persero) APJ Yogyakarta. Dengan diterapkannya
sistem SCADA pada jaringan distribusi, usaha penyelamatan energi listrik dan
kualitas pelayanan ke konsumen menjadi lebih efektif dan efesien (meningkatnya
keandalan suatu jaringan distribusi tenaga listrik).
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh saudari Wildawati dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis terletak pada analisa yang dilakukan,
yakni menganalisa pengaruh penggunaan SCADA terhadap keandalan jaringan
distribusi tenaga listrik. Adapun perbedaannya adalah saudari Wildawati lebih
mengkosentrasikan pada dampak penggunaan SCADA terhadap usaha
penyelamatan energi listrik dan kualitas pelayanan ke konsumen, sedangkan
penulis lebih berorientasi pada pengaruh penggunaan SCADA terhadap keandalan
jaringan distribusi secara umum.
Dalam tinjauan pustaka yang telah di lakukan banyaknya penelitian-
penelitian Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro yang meneliti tentang keandalan
8
suatu jaringan distribusi tenaga listrik yang menggunakan sistem SCADA , masih
berorientasi pada jaringan distribusi loop yang kompleks dengan metode Section
Technique atapun simulasi pada software ETAP. Oleh karena itu penulis
berencana akan melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan SCADA
terhadap keandalan jaringan distribusi spindle PT.PLN Cabang Palu, dengan cara
membandingkan SAIDI (system average interruption duration index) dan SAIFI
(system average interruption frequency index) sistem distribusi pada Feeder elang
Gardu Induk (GI) Talise, sebelum dan sesudah menggunakan SCADA .
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Jaringan Distribusi
Pada dasarnya energi listrik dibangkitkan oleh beberapa pusat-pusat
pembangkit (PLTA, PLTD, PLTU, PLTGU, dan pembangkit lainnya) dengan
tegangan keluaran yang bervariasi 6-20 KV. Umumnya pusat pembangkit tenaga
listrik berada jauh dari pusat pengguna listrik (pusat beban) oleh karena itu
diperlukan sebuah sistem transmisi tenaga listrik dengan tegangan tinggi, mulai
dari 70 KV 500 KV tergantung besar daya dan jarak antara pusat pembangkit
dengan gardu induknya (Marsudi, D. 2006).
Tujuan menaikan tegangan generator dari pusat pembangkit melalui trafo
step up menjadi tegangan tinggi dan disalurkan pada sistem transmisi adalah
untuk efisiensi penyaluran tenaga listrik, efisiensi yang dimaksud antara lain
pengunaan penampang penghantar, karena arus yang mengalir akan menjadi lebih
kecil apabila tegangan transmisi dinaikan.
9
Setelah sampai pada gardu induk (GI) tegangan transmisi kemudian
diturukan kembali melalui trafo step down menjadi tegangan 20 KV. Sebuah
gardu induk (GI) pada dasarnya adalah pusat beban suatu pembangkit tenaga
listrik, dimana energi listrik yang ada pada gardu induk (GI) akan disuplai ke
pengguna beban melalui jaringan distribusi tegangan menengah 20 KV untuk
industri-industri besar dan diturunkan kembali menjadi tegangan rendah 220/380
V untuk pengguna beban sedang dan kecil. Ilustrasi penyaluran tenaga listrik dari
pusat pembangkit hingga sampai ke jaringan tegangan menengah di tunjukan pada
Gambar 2.1 .
Gambar 2.1. Penyaluran tenaga listrik
Pendistribusian tenaga listrik dapat dibagi menjadi dua jenis dilihat dari
nilai tegangan yang di distribusikannya, yaitu;
a) Jaringan Distribusi Primer
Jaringan distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari
gardu induk (GI) ke pusat-pusat beban. Penyaluran tenaga listrik pada jaringan
distribusi primer dapat menggunakan saluran udara tegangan menengah (SUTM)
10
atau melalui saluran kabel tegangan menengah (SKTM) dengan tegangan 20 KV.
Jaringan distribusi primer berada antara sisi primer trafo distribusi dan sisi
sekunder trafo gardu induk (GI), dan direntangkan sepanjang daerah pusat beban
seperti pada Gambar 2.2 .
Gambar 2.2 Jaringan distribusi primer
Berdasarkan pola penyalurannya (Suhadi, T.W. : 2008) ada beberapa jenis
jaringan distribusi primer antara lain sebagai berikut;
Pola radial
Sistem distribusi dengan pola radial, seperti ditunjukan pada Gambar 2.3
adalah sistem distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini
terdapat beberapa feeder yang menyuplai beberapa gardu distribusi tetapi feeder
ini tidak saling berhubungan. Kerugian tipe jaringan ini apabila jalur utama
pasokan terputus maka seluruh feeder akan padam. Kerugian lain mutu tegangan
11
pada gardu distribusi yang paling akhir kurang baik, hal ini dikarenakan besarnya
rugi-rugi pada saluran.
Gambar 2.3 Jaringan distribusi pola radial
Pola loop
Pada sistem ini terdapat feeder yang terkoneksi membentuk loop atau
rangkaian tertutup untuk menyuplai gardu distribusi (Gambar 2.4). Gabungan dari
dua struktur radial menjadi keuntungan pada pola loop karena pasokan daya lebih
terjamin dan memiliki keandalan yang cukup.
Gambar 2.4 Jaringan distribusi pola loop
12
Pola spindel
Sistem spindle adalah suatu pola konfigurasi jaringan dari pola radial dan
ring. Spindle terdiri dari beberapa feeder (Gambar 2.5), yang tegangannya
diberikan dari gardu induk dan tegangan tersebut berakhir pada gardu hubung
(GH). Pada sebuah spindle biasanya terdiri dari beberapa feeder aktif dan sebuah
feeder cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui gardu hubung.
Gambar 2.5 Jaringan distribusi pola spindle
Pola cluster
Dalam sistem ini terdapat saklar pemutus beban dan feeder cadangan,
dimana feeder ini berfungsi bila ada gangguan yang terjadi pada salah satu feeder
konsumen maka feeder cadangan inilah yang menggantikan fungsi supply ke
konsumen seperti pada Gambar 2.6.
13
Gambar 2.6 Jaringan distribusi pola cluster
b) Jaringan Distribusi Sekunder
Jaringan distribusi ini digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari trafo
distribusi ke beban-beban yang ada pada konsumen dengan tegangan 220 V
untuk 1 fasa dan 380 V untuk 3 fasa. Gambar 2.7 memperlihatkan keadaan
jaringan distribusi sekunder, yang terletak antara sisi sekunder trafo distribusi
sampai ke titik penyambungan tenaga listrik konsumen.
Gambar 2.7 Jaringan distribusi sekunder
14
2.2.2 Gangguan Pada Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi merupakan jaringan pangkal yang berada paling dekat
dengan pengguna beban atau konsumen , pada jaringan ini juga rentan terhadap
gangguan-gangguan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar sistem yang
berdampak pada kontinyunitas dan kualitas tenaga listrik yang di salurkan.
Gangguan pada jaringan distribusi tenaga listrik dapat bersifat temporer dan
permanen. Pada gangguan temporer sifatnya hanya sementara hal ini biasanya
diakibatkan oleh flash over antara penghantar dan tiang, sambaran petir ataupun
flash over dengan pohon-pohon yang berada di sekitar jaringan distribusi. Saat
gangguan temporer terjadi dispatcher atau operator distribusi tidak perlu
melakukan tindakan recovery (pemulihan) yang signifikan, karena gangguan
tersebut akan hilang dengan sendirinya dan sistem distribusi tenaga listrik akan
kembali berjalan normal.
Sedangkan pada saat gangguan permanen terjadi, dispatcher atau operator
distribusi harus melakukan tindakan recovery (pemulihan) jaringan untuk menjaga
stabilitas, kontinyunitas dan kualitas tenaga listrik yang disalurkan kepada
konsumen. Gangguan permanen dapat disebabkan oleh banyak faktor, adapun
diantaranya adalah menurunnya ketahanan isolasi minyak trafo akibat overload
yang mengakibatkan kerusakan permanen pada trafo tersebut, gangguan permanen
juga dapat disebabkan oleh hubung singkat antar fasa yang menyebabkan
terbukanya pemutus daya (PMT), dan gangguan permanen yang disebabkan oleh
faktor lainnya.
15
2.2.3 Sistem SCADA
Di era teknologi sekarang ini, sistem komputerisasi pada operasi sistem
tenaga listrik dituntut untuk mampu menangani permasalahan-permasalahan yang
ada baik dari segi pembangkitan tenaga listrik sampai pada proses pendistribusian
dan pengaturan beban tenaga listrik ke konsumen. Komputer yang digunakan
untuk operasi sistem tenaga listrik mempunyai tugas utama menyelengarakan
supervisi dan mengendalikan operasi ini, komputer mengumpulkan data dan
informasi dari sistem yang kemudian diolah menurut prosedur dan protokol
tertentu, prosedur ini akan diatur oleh software komputer, dan fungsi semacam ini
disebut Supervisory Control and Data Aquisition (SCADA ), (Andrian, R. C. :
2013).
Gambar 2.8 Arsitektur SCADA
Gambar 2.8 diatas menjelaskan bahwa SCADA merupakan suatu sistem
pengawasan, pengendalian dan pengolahan data sistem tenaga listrik secara real
time. Komponen SCADA meliputi Master Station, media telekomunikasi, dan
16
Remote Station/Remote Terminal Unit (RTU). SCADA mendapatkan data secara
real time baik dari Remote Terminal Unit (RTU) atau sumber komunikasi lainnya
yang ada di lapangan, sehingga operator (dispatcher) memungkinkan untuk
melakukan pengawasan (supervisory) operasi jaringan tenaga listrik dan
pengendalian peralatan pemutus beban jarak jauh (remote controle operation).
Gambar 2.9 SCADA yang terintegrasi dengan sistem operasi tenaga listrik menggunakan
media GPRS
(Sumber: Ricky C. Adrian 2013, seminar aplikasi SCADA pada kelistrikan, Teknik Elektro
UNTAD)
Pada Gambar 2.9 merupakan suatu sistem operasi tenaga listrik yang
terintegrasi dengan sistem SCADA menggunakan media GPRS, Dimana
komputer yang ada di pusat kontrol (control centre) akan melakukan kontak
17
dialog/berkomunikasi secara virtual dengan setiap Remote Terminal Unit (RTU)
yang ada pada pertalatan listrik (LBS, Feeder, Trafo) secara bergilir dengan
periodik waktu tertentu, pada proses ini dikenal dengan istilah scaning time.
Waktu yang diperlukan komputer pusat kontrol untuk mendapatkan data-data dari
Remote Terminal Unit (RTU) saat proses scaning adalah 10 detik, artinya data-
data yang ada pada komputer pusat kontrol (pembacaan metering Arus,
Tegangan, Daya aktif dan reaktif serta status peralatan) akan diperbaharui (di-
refresh) setiap 10 detik dan setiap pembaharuan data akan disimpan secara
otomatis pada Hard Drive komputer pusat kontrol.
Media telekomunikasi yang digunakan sebagai perantara pengiriman data
dari Remote Terminal Unit (RTU) ke Master Station ada beberapa macam,
diantaranya adalah Power Line Carrier (PLC), Fiber Optic Network, Radio
Link/GPRS dan Media komunikasi lainnya.
2.2.4 Pengaruh Penggunaan SCADA Pada Sistem Distribusi
Gangguan yang besifat permanen pada sistem distribusi dapat menyebabkan
terjadinya pemadaman tetap pada jaringan listrik dan pada titik gangguan akan
terjadi kerusakan yang permanen. Untuk memperbaiki jaringan listrik agar dapat
berfungsi kembali, maka perlu dilaksanakan perbaikan (recovery) dengan cara
menghilangkan gangguan tersebut. Proses perbaikan ini terkadang memerlukan
waktu yang relatif lama, sehingga terpaksa melakukan pemadaman di belakang
titik gangguan. Untuk sistem distribusi loop yang masih konvensional, proses
manuver manual ini memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini menyebabkan
18
suplai tenaga listrik ke beban di belakang titik gangguan dari sumber menjadi
terhambat dan terjadi pemadaman. Proses produksi pun tidak dapat dilakukan
secara optimal karena tidak tersedianya suplai tenaga listrik. Kerugian yang
dialami oleh perusahaan listrik sangatlah besar karena adanya pemadaman listrik,
yang mengakibatkan banyaknya energi listrik yang hilang dan tidak dapat
disalurkan/dijual kepada konsumen.
Penerapan sistem SCADA pada jaringan distribusi tenaga listrik dapat
mengefesiensikan waktu pengendalian dan pemulihan jaringan listrik, dapat
memperkecil area pemadaman dan meningkatkan pelayanan penyaluran listrik
kepada konsumen. Dengan sistem SCADA dapat dilakukan manuver beban
apabila terjadi gangguan. Beban yang dibelakang titik gangguan dari arah gardu
induk yang semula mensuplai kearah gangguan dapat dipindahkan ke gardu induk
lainnya, sehingga suplai energi listrik ke beban yang bebas gangguan tetap dapat
di distribusikan.
Tanpa adanya pemadaman listrik maka kualitas pelayanan konsumen
menjadi lebih baik karena suplai tenaga listrik dapat dilakukan. Konsumen tidak
lagi mengalami kerugian, produksi tetap berjalan, produktivitas meningkat, quota
terpenuhi dan kontinuitas pelayanan energi listrik menjadi lebih baik. Dari segi
ekonomis energi listrik yang hilang akibat pemadaman dapat terselamatkan dan
perusahaan listrik tidak mengalami kerugian.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan dan alat yang dibutuhkan dalam penelitian Pengaruh
Penggunaan SCADA Terhadap Keandalan Jaringan Distribusi Wilayah Kota
Palu adalah sebagai berikut
a. Bahan Penelitian
Single line jaringan distribusi kota palu sebelum dan sesudah menggunakan
SCADA
Data lokasi pemasangan peralatan SCADA
Data gangguan jaringan distribusi kota palu tahun 2012-2013
b. Alat Penelitian
Notebook Acer intel atom CPU N450 1.67GHz, OS Windows 7 Ultimate
RAM 1 GB, Hard Drive 250 GB
Software MATLAB 7.0.1
3.2. Cara Penelitian
Perkiraan waktu yang digunakan untuk penelitian ini selama tiga bulan,
berlokasi di Gardu Induk Talise dan Area Pengaturan Beban PT.PLN (Persero)
Wilayah VII Sulutenggo Cabang Palu.
20
Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini yaitu:
1. Penulis melakukan studi literarur yang berkaitan dengan pengaruh penggunaan
SCADA terhadap keandalan jaringan distribusi tenaga listrik dari berbagai
sumber, baik dari materi kuliah dan kepustakaan maupun artikel-artikel yang
ada di internet.
2. Kemudian setelah studi literatur dianggap cukup, penulis melakukan observasi
terhadap objek yang akan penulis teliti (dalam hal ini jaringan distribusi yang
menggunakan sistem SCADA pada Feeder Elang Gardu Induk (GI) Talise).
3. Tahap selanjutnya yaitu pengambilan data, adapun data yang akan diambil
meliputi jalur jaringan distribusi Feeder Elang, berapa kapasitas beban yang
ditanggung oleh Feeder Elang GI Talise, jumlah Load Break Switch (LBS)
yang dioperasikan secara remote dan manual, jumlah pelanggan yang di bebani
Feeder Elang, jumlah trafo distribusi sepanjang jalur distribusi Feeder Elang,
dan data-data gangguan sebelum dan sesudah menggunakan SCADA serta
data-data lain penunjang penelitian skripsi ini. Data-data observasi bersumber
dari data primer maupun dari data sekunder. Sumber data primer berasal dari
wawancara langsung dengan pihak terkait di Gardu Induk (GI) Talise dan
Pusat Kontrol Area Pengaturan Beban Sistem Palu. Sedangkan data sekunder
bersumber dari arsip-arsip data jaringan distribusi PT.PLN Cabang Palu.
4. Pengolahan data-data hasil observasi. Tujuan dari pengolahan data-data ini
adalah untuk membandingkan SAIDI (system average interruption duration
index) dan SAIFI (system average interruption frequency index) jaringan
distribusi pada Feeder Elang GI Talise, sebelum dan sesudah menggunakan
21
SCADA . Sehingga bisa disimpulkan seberapa besar pengaruh penggunaan
SCADA pada keandalan jaringan distribusi tenaga listrik pada Feeder Elang
GI Talise.
5. Tahap terakhir yaitu penulisan laporan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan pada jaringan distribusi PT. PLN Cabang Palu Feeder Elang Gardu
Induk (GI) Talise.
22
Adapun diagram alir (Flow Chart) rencana penelitian yang akan dilakukan
pada jaringan distribusi PT. PLN Cabang Palu Feeder Elang Gardu Induk (GI)
Talise dapat dilihat pada Gambar 3.1 .
Gambar 3.1 Flow Chart Rencana Penelitian
23
3.3 Hipotesis
Dengan diterapkannya sistem SCADA yang terintegrasi dengan jaringan
distribusi tenaga listrik PT.PLN (persero) Cabang Palu, dapat meningkatkan
keandalan pendistribusian tenaga listrik, baik dari segi kualitas pelayanan kepada
konsumen serta mampu meminimalisir kerugian yang ditanggung oleh PT.PLN
(persero) Cabang Palu akibat tingkat SAIDI dan SAIFI yang tinggi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Andrian, R. C. 2013. Seminar Aplikasi SCADA pada Kelistrikan, Teknik Elektro
Universitas Tadulako, Palu.
Fardiana, D. 2003. Sistem SCADA Pada Operasi Jaringan Spindle PT.PLN
(persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tanggerang, Universitas Gunadarma,
Jakarta.
Marsudi, D. 2006. Operasi Sistem Tanaga Listrik, Edisi Pertama, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Suhadi, T. W. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1 untuk SMK,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta.
SPLN No.59. 1985. Keandalan Pada Sistem Distribusi 20 kV dan 6 kV,
Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta.
SPLN S6.001. 2008. Perencanaan dan Pembangunan Sistem SCADA ,
Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta.
Wicaksono, H. P. 2012. Analisa Keandalan Sistem Distribusi PT.PLN (Persero)
Wilayah Kudus Pada Feeder KDS 2, KDS 4, KDS 8, PTI 3 dan PTI 5.
Menggunakan metode Section Technique dan Running Keandalan Software
ETAP, Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Wildawati, N. 2011. Analisis dampak pemasangan SCADA terhadap
penyelamatan energi dan kualitas pelayanan di jaringan distribusi PT.PLN
(persero) APJ Yogyakarta, Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Top Related