45
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Model Pembelajaran 5E Learning Cycle Terhadap Kerja
Ilmiah Siswa
Data kerja ilmiah berdasarkan hasil observasi terdistribusi normal dan
berasal dari sampel yang homogen, sehingga data kerja ilmiah dapat dianalisis
dengan menggunakan teknik uji-t. Berdasarkan hasil uji hipotesis menujukkan
hasil thitung = 6,666 > 2,0042 ( t56; .05), maka H0 ditolak. Selanjutnya rerata kerja
ilmiah siswa 76,65 > 65,14. Nilai rata-rata kerja ilmiah kelas eksperimen lebih
tinggi daripada nilai rata-rata kerja imiah kelas kontrol . Jadi dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata kerja ilmiah antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Berarti dapat disimpulkan bahwa kerja ilmiah siswa
yang belajar dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle lebih tinggi daripada
kerja ilmiah siswa yang belajar dengan model pembelajaran Direct Instruction.
Kerja ilmiah siswa kelas eksperimen dapat lebih baik daripada kelas
kontrol karena melalui pembelajaran dengan model pembelajaran 5E Learning
Cycle, siswa diberi tanggung jawab sepenuhnya untuk mencari pemecahan dari
masalah yang disajikan oleh guru melalui kegiatan pengamatan,yaitu pada fase
exploration sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk melakukan
pengamatan guna memecahkan masalah yang disajikan oleh guru.
46
Kerja ilmiah yang lebih baik dengan model pembelajaran 5E Learning
Cycle, diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryaningsih (2012)
yang berjudul "Komparasi Penggunaan Model Pembelajaran 5E Dengan Model
Pengajaran Langsung terhadap Hasil Belajar Biologi dan Kinerja Ilmiah Siswa
SMA" menemukan bahwa kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan
model pembelajaran 5E menunjukkan hasil belajar dan kinerja ilmiah yang lebih
baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang menggunakan model pengajaran
langsung.
Ketika ditelaah lebih rinci siswa yang memiliki kerja ilmiah sangat baik,
cenderung lebih aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa yang memiliki
kerja ilmiah kurang baik, cenderung lebih pasif pada saat pembelajaran
berlangsung. Permasalahan awal yang diajukan oleh guru pada fase engagement
memacu siswa untuk mencari jawaban dari permasalahan tersebut. Terbukti pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa yang memiliki kerja ilmiah baik
maupun yang memiliki kerja ilmiah kurang baik di kelas eksperimen, cenderung
aktif untuk menjawab permasalahan awal yang diajukan oleh guru. Selain itu,
siswa juga bertanya aktif mengenai hubungan permasalah yang diajukan dengan
pengetahuan lain yang dijawab pada fase elaboration.
Marlinda (2009: 3) menyatakan bahwa "pendidikan sains tidak hanya
terdiri dari fakta, konsep, dan teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas
kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam
mempelajari gejala alam yang belum diterangkan." 5E Learning Cycle merupakan
salah satu model pembelajaran yang dalam tahapannya mendorong siswa untuk
aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan mencari tahu melalui suatu pengamatan
47
atau percobaan. Hal tersebut sejalan dengan beberapa hal yang dilatihkan dalam
kerja ilmiah yaitu mengamati, mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengukur,
memprediksi, dan menyimpulkan. Dengan demikian, siswa akan menjadi
pebelajar yang mandiri dengan menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi dan
diimplementasikan melalui kegiatan percobaan, serta siswa mampu membangun
pengetahuan dalam pikirannya sendiri melalui serangkaian kegiatan ilmiah dalam
kegiatan pembelajaran, terutama pembelajaran Fisika.
B. Pengaruh Model Pembelajaran 5E Learning Cycle Terhadap Prestasi
Belajar Fisika Siswa
Data prestasi belajar Fisika berdasarkan nilai posttest terdistribusi normal
dan berasal dari sampel yang homogen, sehingga data prestasi belajar Fisika dapat
dianalisis dengan menggunakan teknik uji-t. Berdasarkan hasil uji hipotesis
menujukkan hasil thitung sebesar 0,939 < 2,0042 (t56; .05), maka H0 diterima.
Selanjutnya rerata prestasi belajar Fisika siswa 74,27 > 71,89. Nilai rata-rata
prestasi belajar Fisika atau nilai rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih
tinggi daripada nilai rata-rata prestasi belajar Fisika atau nilai rata-rata nilai
posttest kelas kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan terhadap rata-rata prestasi belajar Fisika berdasarkan nilai posttest
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berarti dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar Fisika siswa yang belajar dengan model pembelajaran 5E
Learning Cycle tidak lebih tinggi daripada prestasi belajar Fisika siswa yang
belajar dengan model pembelajaran Direct Instruction.
Prestasi belajar Fisika siswa kelas eksperimen tidak dapat lebih baik
daripada kelas kontrol karena melalui pembelajaran dengan model pembelajaran
48
5E Learning Cycle, siswa kurang diberi tanggung jawab sepenuhnya untuk
menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau dalam konteks
yang berbeda misalnya dengan mengerjakan soal latihan, yaitu pada fase
elaboration sehingga siswa kurang mempunyai kesempatan untuk memperdalam
latihan dalam pengerjaan soal dengan beberapa macam permasalahan.
Pemahaman konsep dalam pembelajaran Fisika khususnya pada materi
suhu dan kalor tidak hanya dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran
yang berpusat pada guru. Pembelajaran Fisika lebih bermakna ketika siswa
diberikan kesempatan untuk terlibat dalam proses pembelajaran, dengan demikian
siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Senada dengan penelitian yang telah
dilakukan, pembelajaran Fisika tidak hanya berpusat pada guru melainkan
pembelajaran berpusat pada siswa dan mendorong siswa untuk aktif dalam
pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari fase pembelajaran 5E Learning Cycle,
yang dalam fasenya mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle pada
prinsipnya memberikan gambaran mengenai materi yang akan dipelajari dengan
mengajukan suatu permasalahan pada tahap engagement, dan guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk emncari jawaban atau penyelesaian dari
permasalahan yang diajukan oleh guru. Permasalahan yang diajukan oleh guru
sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa dapat mengidentifikasi
dan memecahkan masalah yang diajukan dengan mudah. Dapat dikatakan bahwa
siswa dapat membangun pengetahuan dan pikirannya sendiri setelah mencoba
menemukan pemecahan masalah yang diajukan oleh guru.
49
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang mungkin dapat
menyebabkan siswa mencapai prestasi belajar Fisika yang relatif rendah, di
antaranya sebagai berikut.
1) Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang baru. Ketika guru
membagikan set alat untuk melakukan pengamatan, beberapa siswa asyik
bermain dengan set alat yang telah dibagikan untuk mencoba hal-hal baru,
yang mengakibatkan waktu pembelajaran banyak yang terbuang. Akibatnya
beberapa siswa tersebut tidak memperhatikan pengarahan yang diberikan oleh
guru. Usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengubah sikap siswa yang
demikian yaitu dengan membagikan set alat untuk pengamatan setelah
memberikan pengarahan, selain itu guru memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya mengenai cara penggunaan set alat dan lain-lain.
2) Terbatasnya waktu kegiatan pembelajaran (KBM) yang mengakibatkan
keterlaksanaan model pembelajaran 5E Learning Cycle kurang optimal,
khususnya pada tahap evaluation. Usaha yang dilakukan untuk
memaksimalkan kegiatan pembelajaran mengkondisikan siswa yang kurang
aktif dan siswa yang terlalu aktif, serta mengatur waktu dengan sebaik
mungkin dengan tujuan semua tahapan model pembelajaran 5E Learning
Cycle dapat tercapai dengan maksimal.
3) Beberapa siswa yang diam, cenderung tidak mengutarakan pendapatnya pada
tahap engagement, pada tahap exploration, serta pada tahap evaluation.
Siswa yang cenderung aktif, cenderung menguasai kelas dengan
mengutarakan pendapat-pendapatnya dan tidak memberikan kesempatan
teman yang lain untuk berpendapat. Usaha yang dilakukan untuk merubah
50
sikap siswa yang demikian adalah dengan menunjuk siswa yang cenderung
diam untuk menyampaikan pendapatnya, dengan tujuan semua siswa
mempunyai kesempatan yang sama dalam mengemukakan pendapatnya
dalam kegiatan pembelajaran.
Top Related