7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
1/19
SB/O/KR/10
KOLEKSI DAN ADAPTASI IKAN HIAS ASLI SUNGAI LASUSUA,
SULAWESI TENGGARA, UNTUK KANDIDAT BUDIDAYA IKAN HIAS
Ahmad Musa1, Bastiar Nur1 dan Bongi21Balai Riset Budidaya Ikan Hias
Jln. Perikanan No. 13, Pancoran Mas, Depok2Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kolaka Utara
Jln. Poros Watuliu, Lasusua, Kolaka Utara Sulawesi Tenggara
Email :[email protected]. Tlp : 021-7520482
ABSTRAK
Penelitian yang bertujuan untuk mengoleksi dan mengadaptasi ikan hias asli sungai Lasusua,Sulawesi Tenggara telah dilakukan pada bulan September November 2009. Koleksi
dilakukan dengan menggunakan jala lempar inchi, jaring insang 1 inchi dan alat setrum
dengan bertegangan 12 Volt dan daya 10 Ampere. Enam jenis hanya berpotensi menjadi ikan
hias yaitu Gymnothorax polyuranodon, Tetraroge niger, Microphis argulus, Microphis
brachyurus, Arathron reticularis dan Chelonodon patoca. Sedang yang berpotensi menjadi
ikan hias sekaligus konsumsi yaitu Belobranchus belobranchus, Ophiocara porocephala,
Eleotris melanosoma, Ophieleotris aporos, Awaous melanocephalus, Glossogobius celebius,
Sicyopterus cynocephalus, Kuhlia marginata, Lutjanus fuscescens, Lutjanus
argentimaculatus, Rhyachichthys aspro dan Mesopristes cancellatus. Adaptasi telah
dilakukan terhadap tiga spesies yang memiliki potensi sebagai ikan hias yaitu E. melanosoma,
G. polyuranodon danL. fuscescens.
Kata kunci : koleksi, ikan hias, sungai Lasusua
PENDAHULUAN
Kabupaten Kolaka Utara mencakup
wilayah daratan dan kepulauan yang
memiliki daratan seluas 3.391 km2 dan
wilayah perairan (laut) diperkirakan seluas +5.000 km2. Secara geografis terletak
memanjang dari utara ke selatan berada di
antara 2.00 Lintang Selatan dan
membentang dari Barat ke Timur diantara
122.045124.060 Bujur Timur,.
Keadaan permukaan wilayah
Kabupaten Kolaka Utara umumnya terdiri
dari gunung danbukit yang memanjang dari
utara ke selatan. Diantara gunung dan bukit
terbentang dataran-dataran yang merupakan
daerah potensial untuk pengembangan sektor
pertanian. Kabupaten Kolaka Utara
mempunyai ketinggian umumnya dibawah
1.000 meter dari permukaan laut dan beradadi sekitar daerah khatulistiwa maka daerah
ini beriklim tropis. Suhu udara minimum
sekitar 10C dan maksimum 31C atau rata-
rata antara 24C - 28C.
Dipandang dari sudut oceanografi
memiliki perairan (laut) yang sangat luas
yaitu diperkirakan mencapai + 5.000 km2.
Perairan ini masih belum begitu
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010128
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]://id.wikipedia.org/wiki/Lintang_Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bujur_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gununghttp://id.wikipedia.org/wiki/Bukithttp://id.wikipedia.org/wiki/Utarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pertanianhttp://id.wikipedia.org/wiki/Khatulistiwahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tropishttp://id.wikipedia.org/wiki/Suhuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Udarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Udarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Suhuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tropishttp://id.wikipedia.org/wiki/Khatulistiwahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pertanianhttp://id.wikipedia.org/wiki/Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Utarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bukithttp://id.wikipedia.org/wiki/Gununghttp://id.wikipedia.org/wiki/Bujur_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lintang_Selatanmailto:[email protected]7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
2/19
dimanfaatkan secara optimal walaupun
potensial untuk usaha perikanan.
Kabupaten Kolaka Utara memiliki
beberapa sungai yang tersebar pada 6 (enam)
Kecamatan. Sungai tersebut pada umumnya
memiliki potensi yang dapat dijadikan
sebagai sumber tenaga, kebutuhan industri,
kebutuhan rumah tangga, kebutuhan irigasi
dan kebutuhan pariwisata serta kebutuhan
perikanan. Pada tahun 2005 produksi ikan
tercatat sebesar 6.938,20 ton terdiri dari
produksi ikan laut 5.737,0 ton dan produksi
ikan darat 1.201,2 ton dengan produksi ikan
tertinggi berada di Kecamatan Pakue sebesar
2.361,30 ton [1].
Di antara sungai yang terdapat di
Kabupaten Kolaka Utara ialah Sungai
Lasusua yang kedalamannya berkisar 0,3
1,2 m pada musim kemarau dan 1,5 3 m
pada musim hujan. Sungai Lasusua memiliki
tiga hulu (Gambar 1), hulu pertama dan
kedua merupakan ujung dari cabang sungai
yang mengarah ke utara, sedang hulu ketiga
merupakan ujung dari batang utama sungai
yang terletak di bagian timur.
Gambar 1. Denah sungai Lasusua (Microsoft Encarta 2009)
Sungai ini sudah mulai terancam
dikarenakan kegiatan penambangan yang
berlangsung di sekitar sungai tersebut.
Penambangan pasir dan batu kali merupakan
ancaman utama yang dikhawatirkan dapat
mengganggu kelestarian biota yang terdapat
di sungai tersebut. Ikan yang merupakan
salah satu fauna utama di sungai merupakan
fauna yang paling terancam dengan adanya
kegiatan penambangan tersebut. Pada
= 13,5 km
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 129
http://id.wikipedia.org/wiki/Perikananhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sungaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kecamatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tenagahttp://id.wikipedia.org/wiki/Industrihttp://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisatahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pakue,_Kolaka_Utarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pakue,_Kolaka_Utarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisatahttp://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Industrihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tenagahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kecamatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sungaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Perikanan7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
3/19
September 2008, telah pernah dilakukan
identifikasi awal mengenai kondisi sungai
Lasusua dan beberapa spesies ikan yang
hidup di sungai tersebut. Namun belum
dilakukan dengan mengikuti kaidah ilmiah
dan tanpa pengawetan sampel yang baik [2].
Kegiatan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi, mengoleksi dan
mendomestikasikan ikan-ikan yang terdapat
di sungai Lasusua tersebut.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan dalam dua tahap,
yaitu koleksi ikan dan domestikasi ikan hasil
koleksi. Koleksi ikan dilakukan dengan cara
survey dan menangkap ikan-ikan yang
terdapat di Sungai Lasusua. Koleksi sampel
dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada awal
bulan Oktober dan pertengahan bulan
November 2009. Penangkapan ikan
dilakukan dengan jala lempar, jaring insang
dan alat setrum ikan. Semua ikan yang
ditangkap dimasukkan ke dalam wadah tong
untuk ditampung dalam keadaan hidup.
Setelah selesai pengambilan sampel ikan
hidup pada satu tempat tertentu, ikan
dimasukkan ke dalam plastik ikan
sebelumnya diberi bantuan oksigen. Plastik
yang berisi ikan hidup kemudian
dikumpulkan dalam box styrofoam dan
dibawa ke Balai Riset Budidaya Ikan Hias
(BRBIH) Depok. Pencatatan koordinat titik
pengambilan ikan dilakukan dengan
menggunakan GPS Garmin. Pengukuran
kualitas air dilakukan secara insitu untuk
meliputi Temperatur dan pH. Sampel ikan
yang mati dimasukkan ke dalam larutan
formalin 4 %. Identifikasi dilakukan di Loka
Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok
dengan mengacu pada Kottelat et.al [3].
Adaptasi dilakukan dengan mengadaptasikan
ikan hasil koleksi pada akuarium di
LRBIHAT, dengan pemberian pakan ikan
seribu dan udang kecil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suhu air sungai berkisar antara 23,8
hingga 24,3 derajat Celcius (oC) dengan pH
antara 8,2 8,3. Salinitas air sungai 0 ppt
setelah 500 meter dari muara. Pada saat
pasang, air laut masuk ke sungai tidak lebih
dari 200 meter. Selama dua kali sampling,
ekspedisi hanya mencakup anak sungai yang
menuju hulu pertama. Dari hasil koleksi
didapatkan sebanyak 19 jenis ikan yang
berasal dari 10 famili yang berbeda (Tabel
1).
Dari ikan yang dikoleksi, satu-satunya ikan yang hanya berpotensi sebagai
ikan konsumsi adalah ikan sidat (Anguilla
marmorata), ikan ini merupakan makanan
favorit masyarakat di Lasusua. Jumlah yang
ditemukan cukup banyak, penyebarannya
merata di seluruh titik sampling. Sidat jenis
ini (A. marmorata) lebih mahal dibanding
jenis lainnya [4].
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010130
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
4/19
Tabel 1. Fauna ikan di sungai Lasusua
Nama lokal Nama ilmiah Famili Potensi Keterangan
Massapi Anguilla marmorata Anguillidae Konsumsi Asli
Bungo Belobranchus
belobranchus
Eleotrididae Konsumsi &
hias
Asli
Malapuso Ophiocara porocephala Eleotrididae Konsumsi &
hias
Asli
Malapuso Eleotris melanosoma Eleotrididae Konsumsi &
hias
Asli
Lajin Ophieleotris aporos Eleotrididae Konsumsi &
hias
Asli
Laka-laka Awaous melanocephalus Gobiidae Konsumsi &
hias
Asli
Laka-laka Glossogobius celebius Gobiidae Konsumsi &
hias
Asli
Laka-laka Sicyopterus cynocephalus Gobiidae Konsumsi &hias
Asli
Irak Kuhlia marginata Kuhliidae Konsumsi &
hias
Asli
Kalera Lutjanus fuscescens Lutjanidae Konsumsi &
hias
Asli
Kalera Lutjanus argentimaculatus Lutjanidae Konsumsi &
hias
Asli
Binnuang Gymnothorax
polyuranodon
Muraenidae Hias Asli
Panga Rhyachichthys aspro Ryacichthyda
e
Konsumsi &
hias
Asli
Kanofu Tetraroge niger Scorpaenidae Konsumsi &
hias
Asli
Susubungin Microphis argulus Syngnathidae Hias Asli
Susubungin Microphis brachyurus Syngnathidae Hias Asli
Bakuku Mesopristes cancellatus Teraponidae Konsumsi &
hias
Asli
Bontiti Arathron reticularis Tetraodontida
e
Hias Asli
Bontiti Chelonodon patoca Tetraodontida
e
Hias Asli
A. marmorata (Gambar 2) ini
merupakan ikan yang sebaran migrasinya
sangat luas, dari Afrika Timur hingga
Polynesia dan kepulauan Ryukyu [3].
Bahkan pada Juni Oktober 2003 dilaporkan
telah ditemukan pada Palmyra Atoll, sebuah
pulau karang yang berada di Samudera
Pasifik 1.292,60 mil sebelah utara Polynesia.
Namun masih dipertanyakan apakah hasil
migrasi alami atau introduksi oleh manusia
[5].
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 131
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
5/19
Gambar 2.Anguilla marmorata (dokumentasi pribadi)
Ditinjau dari segi potensi, ikan yangdidapatkan terbagi atas tiga kelompok yaitu
(1) kelompok ikan konsumsi, (2) kelompok
ikan hias dan (3) kelompok ikan yang
berfungsi ganda sebagai ikan hias dan
konsumsi. Ikan yang termasuk dalam
kelompok ikan konsumsi hanya satu yaitu A.
marmorata. Adapun ikan yang termasuk ke
dalam kelompok ikan hias ada 6 spesies yaituG. Polyuranodon, M. argulus, M.
brachyurus, T. Niger, A. reticularis dan C.
Patoca. Bentuk yang unik dan warna bintik
dan pita kuning hitam tak beraturan yang
menarik pada G. polyuranodon (Gambar 3)
menyebabkan jenis ini berpotensi sebagai
ikan hias [4].
Gambar 3. Gymnothorax polyuranodon (dokumentasi pribadi).
Ikan ini tidak dikonsumsi oleh
masyarakat Lasusua karena khawatir akan
adanya racun pada ikan tersebut. G.
polyuranodon yang memiliki bentuk seperti
ular hingga dianggap sebagai ular air.
Adapula masyarakat yang tidak
mengkonsumsi dikarenakan kepercayaan
bahwa ikan tersebut adalah nenek moyang
dariA. marmorata.
Ikan kanofu (Tetraroge niger)
(Gambar 4) merupakan ikan yang ditakuti
oleh masyarakat akibat duri beracun yang
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010132
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
6/19
terdapat pada kulitnya. Meskipun demikian,
duri-durinya yang tajam dan beracun tersebut
merupakan keunikan tersendiri. Ikan ini
hanya ditemukan pada daerah sungai yang
berdekatan dengan muara.
Gambar 4. Tetraroge niger(dokumentasi pribadi)
Ditemukannya M. argulus pada
sungai Lasusua ini menguatkan catatan
Haryono & Tjakrawidjaja [4] bahwa
Sulawesi juga merupakan habitat ikan ini,
dimana menurut Kottelat et.al. [3] sebaran
ikan ini terdapat pada Jawa, Flores,
Madagascar, Fiji dan Polynesia. M.
brachyurus merupakan satu famili denganM.
argulus, namun memiliki perbedaan pada
panjang moncong dan sirip dorsal keduanya.
Kedua ikan ini berpotensi menjadi ikan hias
selain karena bentuknya yang unik juga
karena tak dikonsumsi oleh penduduk di
sekitar sungai tersebut (Gambar 5a dan 5b).
(a) (b)
Gambar 5. (a) Microphis argulus, terdapat perbedaan warna, kemungkinan merupakan
perbedaan kelamin. (b) Microphis brachyurus dengan moncong yang lebih panjang
(dokumentasi pribadi)
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 133
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
7/19
Adapun ikan dari famili
tetraodontidae yaitu A. reticularis dan C.
Patoca (Gambar 6a dan 6b), keduanya tidak
dikonsumsi oleh masyarakat sekitar dengan
alasan beracun. Meskipun demikian di
daerah Sumatera ikan dari famili ini ada
dikonsumsi setelah menghilangkan racunnya,
biasanya racun terdapat pada daging atau
organ tubuh lainnya. Jenis dari famili ini
yang telah dikomersilkan sebagai ikan hias
misalnya Tetraodon palembangensis. T.
palembangensis ini telah dapat dipijahkan
secara alami di BRBIH.
(a) (b)
Gambar 6. (a)Arathron reticularis dan (b) Chelonodon patoca (dokumentasi pribadi)
Ikan yang selain dari keenam ikan
tersebut di atas merupakan ikan yang
berfungsi ganda sebagai ikan konsumsi dan
ikan hias. Dari famili Eleotrididae terdapat
empat spesies yaitu B. belobranchus, O.
porocephala, E. melanosoma dan O. aporos
(Gambar 7a 7d). Keempat spesies ini
memiliki rasa yang lezat dan juga berpotensi
sebagai ikan hias karena bentuk dan
kebiasaannya yang unik. Khusus E.
Melanosoma, ikan ini memiliki prilaku yang
tenang dan kurang gerak, hingga meskipun
dengan bentuk yang unik, ikan ini tidak
terlalu aktif. Hal ini berarti ikan tersebut
tidak terlalu baik untuk dijadikan ikan hias.
O. porocephala merupakan famili
Eleotrididae yang kebanyakan hidup di
payau-payau dan muara sungai. Meskipun
ada beberapa merupakan jenis laut [3],
namun ikan ini juga dapat ditemukan di
sungai bahkan danau seperti di danau
Tondano, Limboto dan sungai Ayong di
Sulawesi Utara [4].
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010134
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
8/19
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 7. (a) Belobranchus belobranchus (b) Ophiochara porocephala (c) Eleotrismelanosoma dan (d) Ophieletris aporos (dokumentasi pribadi)
Dari famili gobiidae yaitu A.
melanocephalus, G. celebius, dan S.
Cynocephalus (Gambar 8a 8c). Meskipun
ketiga spesies ini berbeda, karena cirinya
yang unik yaitu sirip perut yang bersatu
menjadi cakram, penduduk lokal
mengidentifikasi dengan sebutan Laka-laka
(menempel). Cakram tersebut menyebabkan
ikan ini dapat melekat di permukaan batu
ketika melawan derasnya arus. Tak jarang
pula ditemui ikan ini melekat di permukaan
batu yang tidak tergenang air. Keunikan ini
merupakan daya tarik untuk menjadikannya
sebagai ikan hias. G. celebius dilaporkan
dapat berada pada elevasi 100 m [6].
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 135
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
9/19
(a) (b)
(c)
Gambar 8. (a) Awaous melanocephalus (b) Glossogobius celebius dan (c) Sicyopteruscynocephalus (dokumentasi pribadi)
Dari famili kuhlidae hanya terdapat
satu spesies yaitu K. Marginata (Gambar 9)
yang merupakan ikan air tawar yang
terdistribusi pada daerah tropis dan subtropis
di samudera pasifik. Meskipun famili dari
ikan ini telah diketahui hidup di air laut dan
dapat bermigrasi ke muara dan sungai, ikan
ini dianggap bersifat katadromous pertama
kali pada tahun 1988-1989 oleh McDowall
[7] dan Senou serta diperkuat dengan bukti
motilitas spermanya yang tidak terjadi pada
salinitas 0 dan 5 ppt serta sangat aktif pada
25
35 ppt [8].
Gambar 9.Kuhlia marginata (dokumentasi pribadi)
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010136
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
10/19
Berdasarkan rasio Strontium /Calsium
(Sr/Ca) pada otolithnya, ikan ini tumbuh di
laut hingga ukuran panjang standarnya 20
mm dan tumbuh di air tawar hingga masa
matang gonad lalu migrasi kembali ke laut
untuk memijah [9].
Terdapat dua spesies dari famili
lutjanidae yaitu L. Fuscescens dan L.
Argentimaculatus (Gambar 10a dan 10b),
kedua spesies ini selain dijadikan ikan
konsumsi, benihnya berpotensi untuk
menjadi ikan hias [4].
(a) (b)
Gambar 10. (a)Lutjanus argentimaculatus dan (b) Lutjanus fuscescens (dokumentasi pribadi)
R. aspro (Gambar 11) merupakan
spesies tunggal dalam dalam famili
ryacichthydae. Ikan ini disebut ikan panga.
Bentuknya yang unik dengan sirip dada yang
melebar menyerupai sayap merupakan ciri
khas tersendiri untuk dikategorikan sebagai
ikan hias.
Gambar 11.Rhyachichthys aspro (dokumentasi pribadi)
Adapun dari famili teraponidae hanya
terdapat satu spesies yaitu M. Cancellatus
(Gambar 12), penelitian tentang ikan ini
hanya masih sebatas identifikasi, belum
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 137
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
11/19
terekspose informasi apakah ikan ini telah
masuk dalam komoditas budidaya atau
belum.
Gambar 12.Mesopristes cancellatus (dokumentasi pribadi)
Untuk potensi budidaya, belum ada
satupun di antara jenis ikan yang ditemukan
dapat dibudidayakan. Sifat katadromous
seperti padaA. marmorata danK. marginata
menyebabkan sukarnya untuk budidaya ikan
ini. ProduksiA. marmorata selama ini masih
bergantung pada kegiatan penangkapan.
Kurangnya kajian aspek reproduksi dari ikan-
ikan lainnya menjadi penyebab belum
dapatnya ikan-ikan ini dibudidayakan.
Dibandingkan dengan ikan air tawar
yang terdapat di daerah Sulawesi Utara [4],
jenis ikan yang terdapat di daerah ini
memiliki kesamaan. Perlu dikaji lebih lanjut
perbandingan gen di antara ikan yang
terdapat di dua daerah yang berbeda ini.
Ditinjau dari segi kualitas air, sungai Lasusua
masih berada pada kategori baik. Hal ini
disebabkan ditemukanya tiga jenis udang
yang berasal dari famili Palaemonoidea yang
menjadi indikator bahwa kualitas air tersebut
berada dalam kondisi yang baik. Kondisi ini
perlu dijaga untuk menjaga kelestarian fauna
dan biota lain yang hidup di daerah sungai
Lasusua tersebut.
Ikan yang telah dikoleksi dibawa ke
BRBIH untuk diadaptasi, ketahanan ikan
dalam menghadapi perubahan kondisi
berbeda-beda. Ikan yang paling rentan ialah
R. aspro, tidak ada satupun yang bertahan di
atas 72 jam setelah dikoleksi. Adapun yang
bertahan sampai BRBIH ialahA. Marmorata,
E. Melanosoma, G. Polyuranodon, L.
Fuscescens, dan S. Cynocephalus. Namun
setelah 1 pekan S. Cynocephalus mati akibat
belum mampu beradaptasi dengan
lingkungan dan pakan.
L. fuscescens (Gambar 13a) telah
diadaptasi dengan pemberian pakan berupa
ikan seribu dan udang kecil. Sedang G.
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010138
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
12/19
polyuranodon (Gambar 13b) telah mulai
memakan pakan yang diberikan berupa
udang kecil.
(a) (b)Gambar 13. (a) Lutjanus fuscescens dalam akuarium adaptasi (b) Gymnothorax
polyuranodon dalam akuarium adaptasi (dokumentasi pribadi)
KESIMPULAN DAN SARAN
Ikan yang ditemukan di sungai
Lasusua adalah jenis ikan asli yang terdiri
dari 11 famili yaitu Anguillidae, Eleotrididae,
Gobiidae, Kuhliidae, Lutjanidae,
Muraenidae, Ryacichthydae, Scorpaenidae,
Syngnathidae, Teraponidae dan
Tetraodontidae. Enam jenis hanya berpotensi
menjadi ikan hias yaitu Gymnothorax
polyuranodon, Tetraroge niger, Microphis
argulus, Microphis brachyurus, Arathron
reticularis dan Chelonodon patoca. Sedang
yang berpotensi menjadi ikan hias sekaligus
konsumsi yaitu Belobranchus belobranchus,
Ophiocara porocephala, Eleotris
melanosoma, Ophieleotris aporos, Awaous
melanocephalus, Glossogobius celebius,
Sicyopterus cynocephalus,Kuhlia marginata,
Lutjanus fuscescens, Lutjanus
argentimaculatus, Rhyachichthys aspro dan
Mesopristes cancellatus. Adaptasi telah
dilakukan terhadap tiga spesies yang
memiliki potensi sebagai ikan hias yaitu E.
melanosoma, G. polyuranodon dan L.
fuscescens. Perlu dilakukan upaya koleksi
lanjutan untuk mengumpulkan sebanyak-
banyaknya ikan hidup agar upaya adaptasi
dan domestikasi dilakukan lebih baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dibiayai oleh Dikti
melalui Dana Riset Insentif Tahun Anggaran
2009. Terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Kolaka Utara, Ir. Yunus beserta
staf, Palalla dan keluarga Bapak Naiem atas
bantuannya selama survey lapangan
berlangsung.
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 139
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
13/19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, tanpa tanggal,Kabupaten Kolaka
Utara - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas.mht, diunduh dari
www.wikipedia.org tanggal 30
November 2008 pukul 11.35 Wib.
Musa, A., M.R. Fahmi & B. Nur, 2008,
Beberapa Jenis Ikan di Sungai
Lasusua, Kolaka Utara, Sulawesi
Tenggara, Prosiding Seminar
Nasional Perikanan Indonesia 2008,
diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi
Perikanan Jakarta, 4-5 Desember
2008, hal: 341-345.
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari& S. Wirjoatmodo, 1993,Freshwater
fishes of western Indonesia and
Sulawesi, Periplus edition, Indonesia,
293 + 84 hal.
Haryono & A.H. Tjakrawidjaja, 2004,
Studies on the freshwater fishes of
North Sulawesi, Puslit Biologi LIPI,
Bogor, 120 + vi hal.
Handler, A.T. & S.A. James, 2006,
Anguilla marmorata (Giant Mottled
Eel) Discovered in a New Location:Natural Range Expansion or Recent
Human Introduction?, Pacific
Science - Vol 60 : 1, hal. 109-115.
Hoese, D. F., 2008, Radiation of
Glossogobius in freshwaters of the
Indo-west Pacific, Program and
Abstracts of Commemoration of the
130th Anniversary of the NationalMuseum of Nature and Science
International Symposium on
Systematics and Diversity of Fishes,
National Museum of Nature and
Science, Ichthyological Society of
Japan, Tokyo, 3-4 Maret 2008, hal.
11.
McDowall, R. M. 1988. Diadromy in
Fishes: Migrations Between
Freshwater and Marine
Environments. Timber Press.Portland.
Oka, S. & K. Tachihara, 2001, Estimation
of spawning sites in the spotted
flagtail, Kuhlia marginata, based on
sperm motility, Journal of
Ichthyological Research (2001) 48,
hal. 425427.
Oka, S. & K. Tachihara, 2007, Migratory
history of the spotted flagtail, Kuhlia
marginata, Environ Biol Fish (2008)
81, hal. 321327.
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010140
http://www.wikipedia.org/http://www.wikipedia.org/7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
14/19
SB/O/KR/11
KEANEKARAGAMAN UDANG AIR TAWAR
DI KALI PROGO
Annawaty1)
1) Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Tadulako Palu; email: [email protected]
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman udang air tawar di Kali Progo
di tiga bagian sungai yang berbeda, yaitu stasiun hulu di Desa Sitalang Kec Jumo, stasiun
tengah di Desa Kranggan Kec Kranggan, stasiun hilir di Desa Nepi Trimurti Kec Srandakan.
Dua stasiun pertama terletak di Kab. Temanggung Jawa Tengah, sedangkan stasiun ketiga diKab Bantul DIY. Koleksi dilakukan dengan menggunakan hand net dan pancing dengan
umpan cacing tanah. Spesimen yang diperoleh dipotret dengan kamera digital dan selanjutnya
dipreservasi dengan alkohol 96%. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Crustacea dan
Mollusca LIPI Cibinong Bogor. Pada bagian hulu di temukan Macrobrachium sintangense
atau udang regang, bagian tengah M. pilimanus. Sedangkan di bagian hilir sungai yaitu M.
horstii, danM. australe. Dari keempat spesies udang air tawar yang ditemukan di Kali Progo
semuanya termasuk dalam GenusMacrobrachium, Familia Palaemonidae.
Kata kunci: Keanekaragaman, Udang Air Tawar, Kali Progo
PENDAHULUAN
Sesungguhnya ada berapa jumlah
spesies di bumi ini? Adalah sebuah
pertanyaan yang hingga saat ini tidak
pernah tuntas untuk dijawab. Meskipun
selama 250 tahun terakhir para ahli
taksonomi telah berhasil memberi nama
ilmiah kepada 1,78 juta spesies hewan,
tumbuhan dan organisme mikro, namun
jumlah ini ternyata hanya sepersekian dari
jumlah total spesies yang ada, mengingat
bahwa jumlah spesies di muka bumi ini
diperkirakan sebanyak 5 hingga 30 juta
[1].
Taksonomi adalah cabang dari ilmu
biologi yang mempelajari tata penamaan
dan klasifikasi organisme [2]. Untuk dapat
dinamai dan diklasifikasikan tentu saja
spesies tersebut harus ditemukan terlebih
dahulu melalui suatu upaya pendataan,
penelitian atau ekspedisi ilmiah.
Meskipun sebagai negara tropik
Indonesia adalah salah satu negara dengan
tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di
dunia [3], namun informasi keaneka-
ragaman hayati di Indonesia masih
terbilang sedikit khususnya pendataan
taksonomi mengenai keanekaragaman
udang air tawar. Padahal udang air tawar
adalah salah satu makroinvertebrata yang
umum ditemukan di perairan tawar
khususnya danau dan sungai [4]. Udang air
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 141
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
15/19
tawar yang ditemukan di Indonesia
didominasi oleh anggota Familia
Palaemonidae dan Atyidae [5]. Beberapa
penelitian udang air tawar di sungai,
sebelumnya melaporkan antara lain
terdapat 4 spesies Palaemonidae di Sungai
Serayu Jawa Tengah [6], 2 spesies
Palaemonidae di Sungai Kelian
Kalimantan Barat [7], 3 spesies
Palemonidae di Sungai Asahan Sumatera
Utara [8]. Penelitian udang air tawar yang
lain umumnya difokuskan pada keberadaan
Macrobrachium rosenbergii, salah satu
anggota Palaemonidae yang berukuran
besar yang dapat mencapai hingga 30cm
sehingga memiliki nilai ekonomi yang
penting. Macrobrachium rosenbergii
ditemukan antara lain di Sungai Walanae
Bone Sulawesi Selatan, Sungai Cimandiri
dan Sungai Citarum jawa Barat [9], dan
Sungai Lempuing Sumatera Selatan [10].
Salah satu sungai di Pulau Jawa
yang menyimpan potensi keanekaragaman
hayati udang air tawar adalah Sungai
Progo yang melintasi Jawa Tengah danDaerah Istimewa Yogyakarta. Namun
hingga sejauh ini belum pernah ada
laporan ilmiah mengenai keanekaragaman
udang air tawar di daerah tersebut. Karena
itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengungkapkan bagaimana
keanekaragaman udang air tawar di Sungai
Progo.
BAHAN DAN CARA KERJA
Pengambilan sampel dilakukan
pada bulan Desember 2009 dan Februari
2010 di aliran Sungai Progo DIY dan Jawa
Tengah. Stasiun pengamatan meliputi
bagian hulu di Desa Sitalang Kec Jumo
dan stasiun tengah di Desa Kranggan Kec
Kranggan. Kedua stasiun terletak di Kab.
Temanggung Jawa Tengah. Stasiun ke
ketiga di hilir terletak di Desa Nepi
Trimurti Kec Srandakan Kab Bantul DIY.
Koleksi spesimen udang meng-
gunakan hand net maupun pancing dengan
umpan cacing tanah. Spesimen diambil
gambarnya dengan menggunakan kamera
digital, kemudian dipreservasi dengan
alkohol 96%. Data lapangan diamati
meliputi kondisi fisik sungai dan kecepatan
arus. Identifikasi spesimen dilakukan di
Laboratorium Crustacea dan Mollusca
LIPI Cibinong Bogor menggunakan
mikroskop binokuler dengan kunci
identifikasi berdasarkan Wowor et al. [4].
HASIL DAN PEMBAHASANBagian Hulu
M. sintangense adalah jenis udang
air tawar yang ditemukan di bagian hulu
Kali Progo di mana kondisi fisik substrat
sungai di bagian ini adalah berpasir dan
berbatu kerikil. Sebagian sungai dijadikan
tempat penambangan pasir oleh penduduk
setempat. M. sintangense ditemukan di
sekitar dam yang kecepatan arusnya
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010142
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
16/19
lambat yaitu 0,21m/dtk. Johnson [15]
mengatakan bahwa M sintangense pada
umumnya ditemukan pada sungai berarus
lambat, kanal, dan sungai kecil.
M. sintangense atau yang dikenal
sebagai udang regang memiliki ciri-ciri
antara lain bentuk kaki jalan kedua yang
langsing dengan carpus pada kaki jalan
kedua lebih panjang daripada merus,
Bentuk kaki yang langsing ini bersesuaian
dengan habitatnya yang merupakan sungai
berarus lambat dengan substrat berpasir.
Rostrum memiliki gigi dorsal berkisar
antara 9-13 dengan 2-5 gigi ventral.
Ukuran telur relatif besar berkisar 1,0-1,5
mm [11]. Ukuran telur yang relatif besar
ini merupakan salah satu ciri yang
menandakan bahwa udang air tawar yang
bersangkutan sudah terspesialisasi untuk
hidup sepenuhnya di air tawar, sehingga
dalam menyelesaikan siklus hidupnya
tidak lagi membutuhkan air payau/laut
untuk memijah [12]
Gbr. 1.M. sintangense, carpus pada
pereiopod II langsing
Penyebaran M. sintangense di Indonesia
meliputi Sumatera, Jawa dan Kalimantan
[13]. Beberapa penelitian sebelumnya juga
menemukan udang regang di Wai
Sekampung Lampung [11], Situ Ciletuh
Jawa Barat [14] dan Sungai Serayu
Banyumas Jawa Tengah [6].
Menurut Johnson [15], M.
sintangense memiliki prilaku yang agak
berbeda dengan spesies lain dalam
kelompok Macrobrachium, yaitu dalam
hal pemilihan habitatnya, spesies ini lebih
kerap ditemukan di perairan yang sudah
terganggu oleh aktivitas manusia daripada
di perairan yang masih belum terjamah.
Bagian Tengah
Di bagian tengah yaitu di desa
Kranggan Kecamatan Kranggan ditemukan
udang air tawar dari spesies
Macrobrachium pilimanus. Kondisi fisik
sungai di bagian tengah berbatu-batu besar
dengan aliran air yang cukup deras dengan
kecepatan arus antara 0,9 hingga 1,2
m/dtk. Hal ini sesuai dengan laporanJohnson [15] yang menyatakan bahwa M.
pilimanus umumnya menempati perairan
tawar berarus deras di dataran tinggi.
Adaptasi morfologi M. pilimanus
terhadap habitat berarus deras ditandai
dengan bentuk kaki jalan kedua (pereiopod
2) yang sangat kokoh dan didukung oleh
carpus yang berbentuk mangkuk. Struktur
ini nampaknya dapat membantu M.
Carpus
merus
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 143
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
17/19
pilimanus untuk mencengkeram lebih kuat
ke permukaan substrat sungai sehingga
dapat mempertahankan posisinya dalam
arus deras. Ciri lainnya yang juga
menonjol yaitu adanya setae yang lebat
yang melingkupi bagian propodus dan
dactylus pada kaki jalan kedua (gbr.2)
Gbr. 2.M. pilimanus, carpus pada
pereiopod II berbentuk seperti mangkuk
M. pilimanus yang ukuran
maksimumnya dapat mencapai 59 mm [13]
adalah udang air tawar yang sudah
terspesialisasi untuk hidup sepenuhnya di
air tawar [12]. Penyebaran spesies ini di
Indonesia meliputi Sumatera, Jawa dan
Kalimantan [13], karenanya tidak meng-herankan apabila spesies ini ditemukan di
Kali Progo. M. pilimanus juga dilaporkan
terdapat antara lain di Sungai Serayu
Banyumas Jawa Tengah [6], Danau
Manindjau, Danau Singkarak dan Danau di
Atas [15].
Bagian Hilir
Di bagian hilir Kali Progo yaitu di
desa Nepi Trimurti Kec Srandakan Kab
Bantul DIY ditemukan 2 spesies udang
yang terdiri dari M. horstii dan M.
australe. Kondisi fisik sungai di bagian
hilir berbatu-batu kerakal dan berpasir
dengan aliran air yang tidak terlalu deras
dengan kecepatan arus antara 0,6 hingga
0,8 m/dtk. Daerah sekitar sungai merupa-
kan tempat penambangan pasir dan kerikil.
M. horstii memiliki bentuk carpus
conical yang mendukung kaki jalan kedua
yang cukup kokoh meskipun tidak sekokoh
struktur kaki jalan kedua yang dimiliki
oleh M pilimanus. Hal ini mungkin
berhubungan dengan kondisi perairan di
bagian hilir yang tidak sederas di bagian
tengah sungai.
Gbr. 3.M. horstii, carpus pada pereiopodII berbentuk conical
M. horstii memiliki ciri antara lain adanya
sisik pada permukaan kaki jalan kedua
hingga kelima.
propodus
carpusdactylus
carpus
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010144
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
18/19
Menurut Wowor [12] M. horstii
adalah udang air tawar yang tidak
terspesialisasi untuk hidup di air tawar,
karena itu dalam sebagian siklus hidupnya
mutlak memerlukan air payau/air asin,
terutama dalam pemijahannya.
Sama halnya dengan M horstii, M.
australe juga adalah udang air tawar yang
tidak terspesialisasi untuk hidup di air
tawar. Karenanya tidak mengherankan
apabila kedua spesies ini ditemukan di
muara dan tidak ditemukan di bagian hulu
maupun bagian tengah Kali Progo.
Gbr. 4.M. australe,pereiopod II langsing
M. australe ditemukan di bagian tepi
sungai yang arusnya relatif lambat, hal ini
juga dapat dilihat dari bentuk kaki jalan
keduanya yang langsing yang merupakanbentuk adaptasi terhadap sungai yang tidak
berarus deras.
Dari keempat spesies yang
ditemukan di Kali Progo, semuanya
tergolong Genus Macrobrachium Familia
Palaemonidae yaitu M. sintangense, M
pilimanus,M. horstii danM. australe.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiastuti. 2006. Inisiatif Taksonomi
Global: Upaya Mengenali Kekayaan
Hayati. Hal 18 dalam Jurnal Warta
KEHATI edisi khusus 2006.
Mayr, E. and Peter D. Ashlock. 1991.
Principles of Systematic Zoology.
Second edition McGRAW-HILL,INC.
Singapore.
Whitmore, T.C. 1990. An Introduction to
Tropical Rain Forest. Claredon Press,
Oxford.
Wowor, D., Y. Cai and P. K.L. Ng. 2004.
Crustacea: Decapoda, Caridea. Di
dalam: Catherine M. Yule and YongHoi Sen, editor. Freshwater
Invertebrates of the Malaysian Region.
Kuala Lumpur. Academy of Science
Malaysia. hlm 337-356.
Chace, F.A., 1997. The Caridean Shrimps
(Crustacea: Decapoda) of the Albatross
Phillipine Expedition, 1907-1910, Part
7: Families Atyidae, Eugonatonotidae,
Rhynchocinetidae,
Bathypalaemonellidae, Processidae,
and Hippolytidae. SmithsonianContribution to Zoology. 587, 1-106.
Darbohoesodo, R.B. dan K. Muljani. 1981.
Jenis-jenis udang Macrobrachium di
Sungai Serayu. Berita Biologi 2(6):
124
Hadie, L.E., M.F. Sukadi, W. Hadie dan
Jaelani. 1993. Seleksi udang galah
untuk peningkatan keragaan produksi
pada tiga koleksi yang berbeda.
Proseding Seminar Hasil Penelitian
Perikanan Air Tawarhal. 244-249Wowor, D & J.W. Short. 2007. Two new
freshwater prawns of the genus
Macrobrachium Bate, 1868 (Crustacea:
Decapoda: Palaemonidae) from The
Kelian River, East Kalimantan,
Indonesia. The Raffles Bulletin of
Zoology, 55(1): 77-87.
Hadie, L.E., M.F. Suharto, H.H., Lesmana,
D.S., dan W. Hadie 1986. Resource
potential of freshwater prawn resources
of economical importance in Toba lake
and Asahan River. Bulletin perikanan
Darat Indonesia 5(1): 23-27
Seminar Nasional Biologi 2010
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 145
7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias
19/19
Samuel, S.Adjie, dan A.D. Utomo, 1991.
Aspek biologi dan ekologi udang galah
(Macrobrachium rosenbergii) di
Sungai Lempuing Sumatera Selatan.
Bull. Penel. Perik. Darat10(2): 32-39Sabar, F. 1979. Kehidupan udang regang,
Macrobrachium sintangense (de Man).
Berita Biologi 2(3) 45-49
Wowor D., V. Muthu, R. Meier, M. Balke,
Y. Cai and P.K.L. Ng. 2009. Evolution
of life history traits in Asian freshwater
prawns of the genus Macrobrachium
(Crustacea: Decapoda: Palaemonidae)
based on multilocus molecular phylo-
genetic analysis. Molecular Phylo-
genetics and Evolution 52(2009) 340-350.
Holthuis, L.B. 1980. FAO Species
Catalog. Vol.1. Shrimps and Prawns of
The World. An annotated catalogue of
species of interest to fisheries. FAO
Fisheries Synopsis (125), 1: 261
Wowor D. 1985. Struktur populasi dan
masa reproduksi udang regang. Berita
Biologi 3(3) 116-120
Johnson, D.S. 1963. Distributional and
other notes on some fresh water prawns
(Atyidae and Palaemonidae) mainly
from the Indo-West pasific region.
Bull. National Mus.3 25-30
Seminar Nasional Biologi 2010
146
Top Related