BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronis yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis yang termasuk basil tahan asam dan
mampu bertahan di dalam makrofag. Radang granulomatosa tuberkulosis
merupakan suatu inflamasi kronis spesifik yang ditandai dengan agregasi
makrofag teraktivasi yang gambarannya menyerupai sel epiteloid.
Biasanya bagian tengah granuloma tuberkular mengalami nekrosis
perkijuan (Robbins dan Cotran, 2010). Sebagian besar infeksi tuberkulosis
menyebar lewat udara, melalui terhirupnya droplet berisi organisme basil
tuberkulosis dari seseorang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis
(Robbins, 2010). Terjadinya peningkatan kasus tuberkulosis dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti daya tahan tubuh yang rendah diantaranya
infeksi HIV/AIDS, status sosial ekonomi, status gizi, usia, jenis kelamin
dan faktor sosial lainnya (Hiswani, 2009). Tuberkulosis paling sering
mengenai organ paru yang disebut sebagai tuberkulosis pulmonal dengan
angka kejadian tertinggi yaitu 80% (Reviglione, 2010) dan 75% kasus
berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun (Zulkifli, 2010), sedangkan
tuberkulosis ektrapulmonal sebanyak 20% (Reviglione, 2010).
Penyebaran melalui saluran limfe dan pembuluh darah
bermanifestasi sebagai tuberkulosis ektrapulmoner. Organ ekstrapulmoner
yang sering di infeksi oleh basil tuberkulosis adalah kelenjar limfe, pleura,
tulang, meningen, usus, perikardium, saluran nafas atas, saluran kemih dan
genital (Reviglione, 2010). Secara mikroskopik gambaran tuberkulosis
berupa tuberkel yang terdiri dari granuloma dan nekrosis kaseosa di bagian
sentral yang dikelilingi oleh sel-sel epitheloid dengan infiltrasi sel radang
limfosit, fibroblast dan giant cell Langhans. Secara makroskopik gambaran
yang paling banyak berupa pembesaran kelenjar limfe dan pleuritis. Gejala
1
yang timbul tergantung dari organ tubuh mana yang terkena (Robbins,
2010).
Dari hasil penelitian Herryanto dkk (2004), mengemukakan
tentang karakteristik kasus kematian penderita tuberkulosis paru hampir
tersebar pada semua kelompok usia, dan paling banyak pada kelompok
usia 20-49 tahun (58,3%) yang merupakan usia produktif. Penelitian
tuberkulosis ekstrapulmonal sebelumnya terbatas pada satu lokasi seperti
penelitian Winarti dan Sriwidyani (2012) selama kurun waktu 6 bulan,
diperoleh 46 kasus tuberkulosis kelenjar limfe terdiri dari 30 orang (65%)
wanita dan 16 orang (35%) pria, dengan rentang umur 5 sampai 83 tahun.
Kelompok umur tertinggi yaitu 30-39 tahun (39%). Hasil pemeriksaan
sitologik positif TB ditemukan pada 22 kasus (48%).
Menurut Kreider dan Rossman (2008) lokasi tuberkulosis
ekstrapulmoner tersering adalah kelenjar limfe (44%), rongga Pleura
(19%), tulang dan atau sendi (11%), meningen atau sistem Saraf Pusat
(6%), peritoneum dan atau usus (5,5%), saluran genitourinarius (4%),
milier (1.8%), dan lain-lain (11%). Jika tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi berat hingga kematian. Komplikasi dini berupa
pleuritis, efusi pleura, empyema, laryngitis, poncet arthropathy dan
komplikasi lanjut berupa tuberkulosis milier dan kavitas tuberkulosis,
(Zulkifli, 2010). Dari penelitian Munthe dkk (2011) diketahui terjadi
komplikasi tamponade jantung pada tuberkulosis perikardium.
Menurut WHO pada tahun 2012 ada 8,6 juta kasus baru
tuberkulosis dan 1,3 juta orang meninggal karena tuberkulosis. Indonesia
adalah negara dengan prevalensi tuberkulosis ke-3 tertinggi di dunia
setelah Cina dan India (WHO, 2013). Baik tuberkulosis pulmonal dan
ekstrapulmonal sama bahayanya. Walaupun tuberkulosis ekstrapulmonal
jarang terjadi namun komplikasinya berat. Meskipun begitu belum
terdapat data tentang prevalensi kasus radang granulomatosa tuberkulosis
di bagian Patologi Anatomi RSMH Palembang. Hal ini melatarbelakangi
peneliti untuk melakukan penelitian prevalensi radang granulomatosa
2
tuberkulosis di laboratorium Patologi Anatomi RSMH Palembang selama
lima tahun terakhir.
1.2 Rumusan Masalah
Berapa angka kejadian kasus radang granulomatosa tuberkulosis
di Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Mohammad Hoesin
Palembang periode Januari 2009 sampai Desember 2013.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui berapa angka kejadian kasus radang granulomatosa
tuberkulosis di Sumatera Selatan di Laboratorium Patologi Anatomi
Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009
sampai Desember 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi usia kasus radang granulomatosa tuberkulosis
di Bagian Patologi Anatomi RSMH Palembang periode Januari 2009
sampai Desember 2013.
2. Mengetahui distribusi jenis kelamin penderita penyakit radang
granulomatosa tuberkulosis di Bagian Patologi Anatomi RSMH
Palembang Januari 2009 sampai Desember 2013.
3. Mengetahui distribusi lokasi anatomi penderita penyakit radang
granulomatosa tuberkulosis di Bagian Patologi Anatomi RSMH
Palembang Januari 2009 sampai Desember 2013.
3
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademis
Dapat digunakan sebagai informasi bagi peneliti lain jika ingin
melanjutkan penelitian terkait dengan prevalensi radang granulomatosa
tuberkulosis.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penyakit radang
granulomatosa tuberkulosis.
2. Memberikan informasi mengenai prevalensi dan lokasi antomi kasus
radang granulomatosa tuberkulosis di Bagian Patologi Anatomi
Rumah Sakit Umum Mohammad Hoesin.
3. Sebagai database dalam registrasi kasus radang granulomatosa
tuberkulosis di Laboraturium Patologi Anantomi Rumah Sakit Umum
Mohammad Hoesin.
4
Top Related