11b. BAB I atas

6
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang termasuk basil tahan asam dan mampu bertahan di dalam makrofag. Radang granulomatosa tuberkulosis merupakan suatu inflamasi kronis spesifik yang ditandai dengan agregasi makrofag teraktivasi yang gambarannya menyerupai sel epiteloid. Biasanya bagian tengah granuloma tuberkular mengalami nekrosis perkijuan (Robbins dan Cotran, 2010). Sebagian besar infeksi tuberkulosis menyebar lewat udara, melalui terhirupnya droplet berisi organisme basil tuberkulosis dari seseorang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (Robbins, 2010). Terjadinya peningkatan kasus tuberkulosis dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti daya tahan tubuh yang rendah diantaranya infeksi HIV/AIDS, status sosial ekonomi, status gizi, usia, jenis kelamin dan faktor sosial lainnya (Hiswani, 2009). Tuberkulosis paling sering mengenai organ paru yang disebut sebagai tuberkulosis pulmonal dengan angka kejadian tertinggi yaitu 80% (Reviglione, 2010) dan 75% 1

description

jjhjhjhjhjh

Transcript of 11b. BAB I atas

Page 1: 11b. BAB I atas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronis yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis yang termasuk basil tahan asam dan

mampu bertahan di dalam makrofag. Radang granulomatosa tuberkulosis

merupakan suatu inflamasi kronis spesifik yang ditandai dengan agregasi

makrofag teraktivasi yang gambarannya menyerupai sel epiteloid.

Biasanya bagian tengah granuloma tuberkular mengalami nekrosis

perkijuan (Robbins dan Cotran, 2010). Sebagian besar infeksi tuberkulosis

menyebar lewat udara, melalui terhirupnya droplet berisi organisme basil

tuberkulosis dari seseorang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis

(Robbins, 2010). Terjadinya peningkatan kasus tuberkulosis dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti daya tahan tubuh yang rendah diantaranya

infeksi HIV/AIDS, status sosial ekonomi, status gizi, usia, jenis kelamin

dan faktor sosial lainnya (Hiswani, 2009). Tuberkulosis paling sering

mengenai organ paru yang disebut sebagai tuberkulosis pulmonal dengan

angka kejadian tertinggi yaitu 80% (Reviglione, 2010) dan 75% kasus

berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun (Zulkifli, 2010), sedangkan

tuberkulosis ektrapulmonal sebanyak 20% (Reviglione, 2010).

Penyebaran melalui saluran limfe dan pembuluh darah

bermanifestasi sebagai tuberkulosis ektrapulmoner. Organ ekstrapulmoner

yang sering di infeksi oleh basil tuberkulosis adalah kelenjar limfe, pleura,

tulang, meningen, usus, perikardium, saluran nafas atas, saluran kemih dan

genital (Reviglione, 2010). Secara mikroskopik gambaran tuberkulosis

berupa tuberkel yang terdiri dari granuloma dan nekrosis kaseosa di bagian

sentral yang dikelilingi oleh sel-sel epitheloid dengan infiltrasi sel radang

limfosit, fibroblast dan giant cell Langhans. Secara makroskopik gambaran

yang paling banyak berupa pembesaran kelenjar limfe dan pleuritis. Gejala

1

Page 2: 11b. BAB I atas

yang timbul tergantung dari organ tubuh mana yang terkena (Robbins,

2010).

Dari hasil penelitian Herryanto dkk (2004), mengemukakan

tentang karakteristik kasus kematian penderita tuberkulosis paru hampir

tersebar pada semua kelompok usia, dan paling banyak pada kelompok

usia 20-49 tahun (58,3%) yang merupakan usia produktif. Penelitian

tuberkulosis ekstrapulmonal sebelumnya terbatas pada satu lokasi seperti

penelitian Winarti dan Sriwidyani (2012) selama kurun waktu 6 bulan,

diperoleh 46 kasus tuberkulosis kelenjar limfe terdiri dari 30 orang (65%)

wanita dan 16 orang (35%) pria, dengan rentang umur 5 sampai 83 tahun.

Kelompok umur tertinggi yaitu 30-39 tahun (39%). Hasil pemeriksaan

sitologik positif TB ditemukan pada 22 kasus (48%).

Menurut Kreider dan Rossman (2008) lokasi tuberkulosis

ekstrapulmoner tersering adalah kelenjar limfe (44%), rongga Pleura

(19%), tulang dan atau sendi (11%), meningen atau sistem Saraf Pusat

(6%), peritoneum dan atau usus (5,5%), saluran genitourinarius (4%),

milier (1.8%), dan lain-lain (11%). Jika tidak ditangani dengan benar akan

menimbulkan komplikasi berat hingga kematian. Komplikasi dini berupa

pleuritis, efusi pleura, empyema, laryngitis, poncet arthropathy dan

komplikasi lanjut berupa tuberkulosis milier dan kavitas tuberkulosis,

(Zulkifli, 2010). Dari penelitian Munthe dkk (2011) diketahui terjadi

komplikasi tamponade jantung pada tuberkulosis perikardium.

Menurut WHO pada tahun 2012 ada 8,6 juta kasus baru

tuberkulosis dan 1,3 juta orang meninggal karena tuberkulosis. Indonesia

adalah negara dengan prevalensi tuberkulosis ke-3 tertinggi di dunia

setelah Cina dan India (WHO, 2013). Baik tuberkulosis pulmonal dan

ekstrapulmonal sama bahayanya. Walaupun tuberkulosis ekstrapulmonal

jarang terjadi namun komplikasinya berat. Meskipun begitu belum

terdapat data tentang prevalensi kasus radang granulomatosa tuberkulosis

di bagian Patologi Anatomi RSMH Palembang. Hal ini melatarbelakangi

peneliti untuk melakukan penelitian prevalensi radang granulomatosa

2

Page 3: 11b. BAB I atas

tuberkulosis di laboratorium Patologi Anatomi RSMH Palembang selama

lima tahun terakhir.

1.2 Rumusan Masalah

Berapa angka kejadian kasus radang granulomatosa tuberkulosis

di Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Mohammad Hoesin

Palembang periode Januari 2009 sampai Desember 2013.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui berapa angka kejadian kasus radang granulomatosa

tuberkulosis di Sumatera Selatan di Laboratorium Patologi Anatomi

Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009

sampai Desember 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi usia kasus radang granulomatosa tuberkulosis

di Bagian Patologi Anatomi RSMH Palembang periode Januari 2009

sampai Desember 2013.

2. Mengetahui distribusi jenis kelamin penderita penyakit radang

granulomatosa tuberkulosis di Bagian Patologi Anatomi RSMH

Palembang Januari 2009 sampai Desember 2013.

3. Mengetahui distribusi lokasi anatomi penderita penyakit radang

granulomatosa tuberkulosis di Bagian Patologi Anatomi RSMH

Palembang Januari 2009 sampai Desember 2013.

3

Page 4: 11b. BAB I atas

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Akademis

Dapat digunakan sebagai informasi bagi peneliti lain jika ingin

melanjutkan penelitian terkait dengan prevalensi radang granulomatosa

tuberkulosis.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penyakit radang

granulomatosa tuberkulosis.

2. Memberikan informasi mengenai prevalensi dan lokasi antomi kasus

radang granulomatosa tuberkulosis di Bagian Patologi Anatomi

Rumah Sakit Umum Mohammad Hoesin.

3. Sebagai database dalam registrasi kasus radang granulomatosa

tuberkulosis di Laboraturium Patologi Anantomi Rumah Sakit Umum

Mohammad Hoesin.

4