CARSINOMA KOLOREKTAL
Riska Arisman (220110100042)
Dini Hendrayani (220110100045)
Sisca Damayanti (220110100064)
Amartiwi (220110100065)
Redita Christy (220110100066)
Siti herlina (220110100067)
Ratna Eka Wati (220110100068)
Ina Islamiah (220110100069)
Yufi Luthfia (220110100070)
Suci Perdana P (220110100071)
Firman Nurrahim (220110100072)
Anisya Virgi (220110100073)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat,
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Kanker Kolorektal” ini. Makalah ini kami
susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Digestive System.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada fasilitator tutorial kami, dan juga kepada temen
teman yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan sebagai pembelajaran dan acuan
bagi kami untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini menjadi manfaat bagi kita
semua.
Jatinangor, Maret 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relatif umum.
Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling umum yang sring
dijumpai sekarang. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang
berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami
kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Insidensi kanker pada sigmoid dan area
rektal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat. Lebih
dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kirakira setengah dari jumlah tersebut
meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkandengan
diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40%
sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase.
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan
hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan daging serta rendah serat. Hal-
hal mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, komplikasi, hingga proses keperawatan kanker
kolorektal akan dibahas pada bab selanjutnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa dan bagaimana pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, patofisiologi, dan asuhan keperawatan pada klien dengan carcinoma kolorektal.
C. TUJUAN
Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan, patofisiologi, dan asuhan keperawatan pada klien dengan
kolorektal.
BAB IIPEMBAHASAN
Tn C 49 tahun dengan BB=70kg TB=155cm dating ke poliklinik penyakit dalam,
mengeluh BAB yang berdarah dan gatal disekitar anus. Pada saat wawancara diketahui ia
menjelaskan timnulnya darah dan terjadi setelah setiap feses keluar dengan warna merah terang.
Ia merasa khawatir dengan kondisinya karena darah muncul menetap dan ia memiliki riwayat
keluarga yang menderita kanker kolon . ketidaknyamanan / nyeri pada daerah rectum dan gatal
dirasakan meningkat pada dua hari yang lalu. Biasanya tn C mengalami konstipasi minimal 1x
sebulan. Ia juga mengatakan tidak biasa mengkonsumsi sayuran, kadang-kadang merokok.
Setelah diperiksa tn. C akan direncanakan endoscopy / kolonoscopy, pemeriksaan feses dan
darah lengkap.
STEP 1
1. Endoscopy adalah alat yang digunakan untuk memeriksa organ didalam tubuh manusia
secara langsung dengan bantuak skop atau langsung melihat pada layar monitor sehingga
kelainan pada organ dapat terlihat.
2. Kolonscopy adalah alat yang digunakan untuk memeriksa kolon
STEP 2
1. Kenapa mengalami gatal disekitar anus?
2. Kenapa BAB berdarah?
3. Apa yang menyebabkab berat badan klien tidak turun?
4. Apakah darah yang keluar bercampur dengan feses?
5. Hubungan berat badan dan konstipasi?
6. Apakah riwayat keluarga yang mengidap kanker kolon berpengaruh?
7. Hubungan konstipasi dengan penyakit yang dialami klien?
8. Hubungan merokok dan konsumsi sayur dengan penyakit?
9. Tindakan perawat atas kekhawatiran klien?
10. Diagnose medis dan penyebab utama?
11. Pemeriksaan diagnostic yang lain?
12. Zat apa yang ada pada rokok yang dapat menyebabkan konstipasi?
13. Apa perbedaan kolonoscopy dengan endoscopy?
STEP 3
1. Setelah BAB keluar darah sehingga menyebabkan iritasi. Dan juga akumulasi bakteri di
feses yang menyebabkan gatal pada feses.
2. Pertumbuhan sel yang abnormal, pembuluh darah mengalami rupture saat melalui massa
yang abnormal, pembuluh darah pecah sehingga feses bercampur dengan darah
3. Karena klien obesitas
4. Feses yang keluar bercampur dengan darah.
5. Orang yang obesitas biasanya lebih mudah konstipasi karena lebih menyukai makanan
fast food, berlemak dibandingkan tinggi serat
6. Berpengaruh karena ada penyakit dibawa secara genetic dan apabila pola hidup tidak
sehat akan semakin membuat angka terserang kanker semakin besar
7. Konstipasi termasuk manifestasi klinis dari kanker kolorektal, konstipasi kan
menyebabkan penumpukan feses di usus (obstruksi usus)
8. Rokok mempunyai zat yang dapat mengaktifkan kanker. Konsumsi sayuran yang kurang
dapat menyebabkan terjadinya konstipasi karena serat berfungsi memperlancar
pencernaan.
9. Perawat bias menjelaskan etiologi dari penyakit, memberikan inform concern tentang
konsumsi makana yang sehat dan tinggi serat, memberikan pengetahuan dan prognosis
kepada klien, dukungan spiritual
10. Kanker kolorektal
11. CT-scan, x-ray, colok dubur
12. Tidak ada hubungan tapi rokok dapat melancarkan defekasi
13. Kolonoskopy alat dari endoscopy untuk memeriksa bagian kolon.
KANKER KOLREKTAL
1. Konsep
a.definisi
Colorectal cancer atau dikenal ca. colon atau kanker usus besar adalah suatu bentuk
keganasan yang terjadi pada kolon, rectum dan apendiks (usus buntu). Di negara maju,
kanker ini menduduki peringkat ke tiga yang paling sering terjadi dan menjadi penyebab
kematian yang utama di dunia barat. Untuk menemukannya diperlukan suatu tindakan yang
disebut sebagai kolonoskopi.
Carcinoma klorektal adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak
sel DNA dan jaringans ehat sekitar kolorektum. (tambayong, 2000:143)
b.etiologi
1) Diet rendah serat
Makanan yang mengandung banyak serat, misanya sayur-sayuran, akan menyebabkan
waktu transit bolus di intestine akan berkurang, sehingga kontak zat yang potensial
karsinogen pada mukosa akan lebih singkat. Pada orang yang mengonsumsi makanan
rendah serat akan cenderung lebih besar berpeluang terkena carcinoma akibat waktu
transit bolus diintestin yang lama.
2) Kelainan kolon
- Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
- Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasimaligna menjadi karsinoma
- Kondisi ulserative : Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena
karsinoma kolon.
3) Kebiasaan makan-makanan yang berlemak dan protein hewani
4) Merokok
5) Konsumsi alcohol
6) Genetic
Hasil penelitian menunjukan pasien yang berasal dari keluarga yang menderita
karsinoma kolorektal mempunyai resiko 3 ½ kali lebih banyak daripada pasien yang
tidak memiliki riwayat keluarga kanker.
7) Idiopatik
8) Umur
Umur > 40 tahun lebih rentan terkena carsonimoa kolorektal
9) Obesitas
10) Jenis kelamin
Kaum pria lebih beresiko terkena carcinoma kolorektal daripada kaum wanita (1 : 2)
c. manifestasi klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan
keluhan yang umum terjadi.
1. Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar
hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus
lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah
bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat
dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang
kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita
mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada
epigastrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai
akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi
kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan
berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat
terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat
mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada
tungakai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau
sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang
mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah
defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah (Gale, 2000).
Manifestasi klinis kanker kolon secara umum, adalah sebagai berikut :
1. Lelah, sesak napas waktu bekerja, dan kepala terasa pening.
2. Pendarahan pada rektum, rasa kenyang bersifat sementara, atau kram lambung serta
adanya tekanan pada rektum.
3. Adanya darah dalam tinja, seperti terjadi pada penderita pendarahan lambung, polip
usus, atau wasir.
4. Pucat, sakit pada umumnya, malnutrisi, lemah, kurus, terjadi cairan di dalam rongga
perut, pembesaran hati, serta pelebaran saluran limpa.
Tabel Perbedaan manifestasi klinis dari kolon kanan dan kolon kiri
Kolon kanan Kolon kiri
Pasokan darah: a. mesenterika
superior, v. mesenterika superior.
Balikan vena: vena portaàhati
kanan
Pasokan darah: a. mesenterika
inferior, v. mesenterika inferior
Balikan vena: v. lienalisàvena
portaàhati kiri
Besar Kecil
Cair seperti bubur Berbentuk kering, padat
Terutama absorbsi air,
elektrolit
Storasi feses, defekasi
Umumnya berbentuk benjolan,
sering ulserasi luas, berdarah, infeksi
Umumnya tipe infiltrative, mudah
ileus
Massa abdominal, sistemik,
perut kembung, nyeri samar dan
gejala tak khas
Ileus, hematokezia, iritasi usus
d. Klasifikasi dan stadium
- Klasifikasi kanker kolorektal menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut
(FKUI,2001:209) :
A : Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis
B1 : Kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa
B2 : Kanker telah menembus lapisan muskularis mukosa
C1 : Kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai
empat buah
C2 : Kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah
D : Kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
yang tidak dapat di operasi lagi.
- Stadium dan prognosis Kanker kolorektal
STADIUM DESKRIPSI
HISTOPATOLOG
I
PROGNOSI
SDUKE
S
TNM DERAJA
T
AT1NoM
oI
Kanker terbatas
pada mukosa atau
submukosa
>90
B1T2NoM
oII
Kanker mencapai
muskularis85
B2T3NoM
oIII
Kanker cenderung
melewati lapisan
serosa
70-80
CTxN1M
oIV
Tumor melibatkan
kelenjar getah
bening regional
35-65
DTxN2M
1V
Metastasis5
- Stadium kanker kolorektal dan penatalaksanaan yang efektif
Stadium I : Tumor ditemukan dalam bentuk kecil dan terbatas pada bagian
Dalam usus besar dan rectum.Terapi yang dilakukan adalah
Pembedahan
Stadium II : Tumor telah masuk ke dalam lapisan usus yang lainnya,tetapi
Belum menyebar keluar dinding usus besar.Terapi yang dilaku
Kan adalah pembedahan
Stadium III : Tumor telah menyebar ke kelenjar getah bening terdekat tetapi
belum sampai ke organ tubuh yang letaknya lebih jauh. Pilihan
terapi pada stadium ini adalah pembedahan, kemoterapi,
radiasi.
Stadium IV : Tumor telah menyebar ke organ tubuh atau jaringan lain
seperti hati atau paru. Pilihan terapinya adalah pembedahan,
kemoterapi, radiasi dan terapi fokus sasaran.
e. Komplikasi
1) Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap
2) Metastase ke organ lain melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung
3) Hemoragi : Pertumbuhan dan ulserasi yang menyerang pembuluh darah sekitar kolon
4) Perforasi usus yang dapat mengakibatkan pembentukan abses
5) Syok akibat peritonitis atau sepsis
6) Pembentukan fistula pada urinaribladder atau vagina
7) Perdarahan akibat tumor yang menyerang pembuluh darah
f. Pencegahan
1) Konsumsi makanan yang tinggi serat untuk memperlancar buang air besar dan
menurunkan derajat keasaman, konsentrasi asam lemak, asam empedu dan besi dalam
usus besar
2) Konsumsi kalium, vitamin, A C D E dan betakarotin
3) Kurangi stress
4) Berolahraga dan banyak bergerak untuk memudahkan buang air besar
5) Tidak mengkonsumsi alcohol dan tidak merokok
6) Terapkan pola hidup sehat
g. Prognosis
Pasien karsinoma kolorektal yang belum mengalami metastasi dapat dioperasi dan
biasanya mempunyai prognosis yang baik. Dari hasil penelitian pasien yang mengalami
kanker kolorektal tenyata dapat hidup kurang lebih 5 tahun.
h. Pemeriksaan diagnostic
1. Tes darah samar pada feses atau kotoran (Fecal Occult Blood Test- FOBT)
Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah dan FOBT dapat mendeteksi jumlah
darah yang sangat sedikit dalam kotoran karena tes ini hanya mendeteksi darah, tes-tes
ini dibutuhkan untuk menemukan sumber darah tersebut. Kondisi jinak (seperti
hemoroid) juga bisa menyebabkan darah dalam kotoran.
2. Sigmoidoskopi
Merupakan pemeriksaan dengan suatu alat berupa kabel seperti kabel kopling yang
ujungnya ada alat petunjuk yang ada cahayanya dan bisa teropong. Jika ditemukan
polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker) makan polip bisa diangkat.
3. Endoskopi
Penting untuk dilakukan karena gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat
dilihat dengan jelas pada endoskopi dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan
biopsi. Tes ini diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari
pasien mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai polip
premaligna.
4. Radiologi
Terdiri dari : foto dada untuk melihat ada tidaknya metastase kanker ke paru. Dan foto
kolon (barium enema) dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu
stitura.
5. Ultrasonografi (USG)
Berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di
abdomen dan di hati.
6. Hispatologi
Gambaran hispatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma dan perlu ditentukan
differensiasi sel.
7. Pemeriksaan rektal dengan jari (Digital Rectal Exam)
Pemeriksaan keadaan dinding rektum sejauh mungkin dengan jari, pemeriksaan ini
tidak selalu menemukan adanya kelainan, khususnya kanker yang terjadi di kolon saja
dan belum menyebar ke rectum
8. Pemeriksaan darah dalam tinja
9. CT Scan
Dapat mengevaluasi abdominal cavity dan pasien kanker kolon pre operator. Bisa
mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar limfa, dan organ
lainnya di pelvis. CT Scan sangat berguna untuk mendeteksi pada pasien dengan nilai
CEA yang meningkat setelah pmbedahan kanker kolon. CT Scan memegang peranan
penting pada pasien dengan kanker kolon karena sulitnya dalam menentukan stage dari
lesi sbelum tindakan operasi.
10. Whole Body PET Scan Imaging
Merupakan pemeriksaan diagnostik yang paling akurat untuk mendeteksi kanker
kolorektal rekuren (yang timbul kembali).
11. Pemeriksaan DNA tinja
12. Proktosigmoidoskopi
Dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita karsinoma usus besar. Jika tumor
terletak dibawah bisa terlihat langsung. Karsinoma kolon dibagian proksimal sering
berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.
13. Sitoskopi
Indikasinya adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang mencurigai invasi keganasan
ke kandung kemih.
14. Biopsi
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika terdapat
sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukannya biopsi maka sifat biopsi
akan sangat berguna.
15. Imagingteknik
MRI, CT Scan, Transrectal Ultrasound merupakan bagian dari teknik imaging yang
digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi
teknik ini bukan merupakan screening test.
16. MRI
Sensitifitas MRI lebih tinggi daripada CT Scan. MRI dipergunakan untuk
mengidentifikasi metastasis ke hepar.
17. Colok dubur
Merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan bila ada tumor di rektum akan teraba dan
diketahui dengan pemerksaan ini.
18. CEA (Carcio Embryonic Antigen)
Untuk pemeriksaan organ spesifik maupun tumor spesifik, CEA dapat meninggi pada :
Tumor epitelia dan mesenkima
Emfisema pulmonom
Sirosis hati
Hepatitis
Perlemakan hati
Pankreatitis
Kolitis ulserosa
Penyakit chron
Divertikulitis
Tukak peptik
Orang sehat yang perokok
Peranan CEA penting misalnya pada diagnosis karsinoma kolon yang sudah
ditegakkan CEA meninggi yang kemudian menurun setelah dioperasi. Bial dikemudian
hari CEA meninggi lagi, kemungkinan residif dan metastasis menjadi besar sekali.
Tetapi kadang-kadang ada juga residif dan metastasis tanpa meningginya kadar CEA.
Berdasarkan penelitian CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi dini karsinoma
kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 gr/ml hanya pada sepertiga kasus stadium
III.
19. Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan
(FKUI, 2001 : 201 )
i. Penatalaksaan
1. Pembedahan
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima sebagai
penanganan kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan kuratif harus mengeksisi
dengan batas yang luas dan maksimal regional lymphadenektomi sementara
mempertahankan fungsi dari kolon sebisanya. Untuk lesi diatas rektum, reseksi tumor
dengan minimum margin 5 cm bebas tumor. Pendekatan laparaskopik kolektomi telah
dihubungkan dan dibandingkan dengan tehnik bedah terbuka pada beberapa randomized
trial. Subtotal kolektomi dengan ileoproktostomi dapat digunakan pada pasien kolon
kanker yang potensial kurabel dan dengan adenoma yang tersebar pada kolon atau pada
pasien dengan riwayat keluarga menderita kanker kolorektal.Eksisi tumor yang berada
pada kolon kanan harus mengikutsertakan cabang dari arteri media kolika sebagaimana
juga seluruh arteri ileokolika dan arteri kolika kanan. Eksisi tumor pada hepatik flexure
atau splenic flexure harus mengikutsertakan seluruh arteri media kolika.Permanen
kolostomi pada penderita kanker yang berada pada rektal bagian bawah dan tengah harus
dihindari dengan adanya tehnik pembedahan terbaru secara stapling.Tumor yang
menyebabkan obstruksi pada kolon kanan biasanya ditangani dengan reseksi primer dan
anastomosis. Tumor yang menyebabkan obstruksi pada kolon kiri dapat ditangani dengan
dekompresi.Tumor yang menyebabkan perforasi membutuhkan eksisi dari tumor primer
dan proksimal kolostomi, diikuti dengan reanastomosis dan closure dari kolostomi
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-ray
berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara pemberian terapi radiasi,
yaitu dengan eksternal radiasi dan internal radiasi. Pemilihan cara radiasi diberikan
tergantung pada tipe dan stadium dari kanker.
Eksternal radiasi (external beam therapy) merupakan penanganan dimana radiasi
tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada sel kanker. Sejak radiasi digunakan untuk
membunuh sel kanker, maka dibutuhkan pelindung khusus untuk melindungi jaringan
yang sehat disekitarnya. Terapi radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi hanya
berlangsung beberapa menit.
Internal radiasi (brachytherapy, implant radiation) menggunakan radiasi yang
diberikan ke dalam tubuh sedekat mungkin pada sel kanker. Substansi yang
menghasilkan radiasi disebut radioisotop, bisa dimasukkan dengan cara oral, parenteral
atau implant langsung pada tumor. Internal radiasi memberikan tingkat radiasi yang lebih
tinggi dengan waktu yang relatif singkat bila dibandingkan dengan eksternal radiasi, dan
beberapa penanganan internal radiasi secara sementara menetap didalam tubuh.
Radiasi terapi dapat digunakan sebagai tindakan primer sebagai modalitas
penanganan untuk tumor yang kecil dan bersifat mobile atau dengan kombinasi bersama
sama kemoterapi setelah reseksi dari tumor. Radiasi terapi pada dosis palliatif meredakan
nyeri, obstruksi, perdarahan dan tenesmus pada 80% kasus. Penggunaan hepatic arterial
infusion dengan 5-FU terlihat meningkatkan tingkat respon, tetapi penggunaan ini dapat
mengakibatkan berbagai masalah termasuk berpindahnya kateter, sklerosis biliaris dan
gastrik ulserasi. Regimen standar yang sering digunakan adalah kombinasi 5-FU dengan
leucovorin, capecitabine (oral 5-FU prodrug), floxuridine (FUDR), irinotecan (cpt-11)
dan oxaliplatin.
3. Adjuvant Kemoterapi
Kanker kolon telah banyak resisten pada hampir sebagian besar agen kemoterapi.
Bagaimanapun juga kemoterapi yang diikuti dengan ekstirpasi dari tumor secara teoritis
seharusnya dapat menambah efektifitas dari agen kemoterapi. Kemoterapi sangat efektif
digunakan ketika kehadiran tumor sangat sedikit dan fraksi dari sel maligna yang berada
pada fase pertumbuhan banyak. Obat kemoterapi bisa dipakai sebagai single agen atau
dengan kombinasi, contoh : 5-fluorouracil (5FU), 5FU + levamisole, 5FU + leucovorin.
Pemakaian secara kombinasi dari obat kemoterapi tersebut berhubungan dengan
peningkatan survival ketika diberikan post operatif kepada pasien tanpa penyakit
penyerta. Terapi 5FU + levamisole menurunkan rekurensi dari kanker hingga 39%,
menurunkan kematian akibat kanker hingga 32%.
3.1. Adjuvant Kemoterapi untuk Kanker Kolorektal Stadium II
Pemakaian adjuvant kemoterapi untuk penderita kanker kolorektal stadium II masih
kontroversial. Peneliti dari National Surgical Adjuvant Breast Project (NSABP)
menyarankan penggunaan adjuvant terapi karena dapat menghasilkan keuntungan yang
meskipun kecil pada pasien stadium II kanker kolorektal pada beberapa penelitiannya.
Sebaliknya sebuah meta-analysis yang mengikutkan sekitar 1000 pasien menunjukkan
perbedaan yang tidak bermakna pada 5-years survival rate sebesar 2%, antara yang
diberi perlakuan dan yang tidak untuk semua pasien stage II.
3.2. Adjuvant Kemoterapi untuk Kanker Kolorektal Stadium III
Penggunaan 5-FU + levamisole atau 5-FU + leucovorin telah menurunkan insiden
rekurensi sebesar 41% pada sejumlah prospektif randomized trial. Terapi selama satu
tahun dengan menggunakan 5-FU + levamisole meningkatkan 5-year survival rate dari
50% menjadi 62% dan menurunkan kematian sebesar 33%. Pada kebanyakan penelitian
telah menunjukkan bahwa 6 bulan terapi dengan menggunakan 5-FU + leucovorin telah
terbukti efektif dan sebagai konsekuensinya, standar regimen terapi untuk stage III
kanker kolorektal adalah 5-FU + leucovorin.
3.3. Adjuvant Kemoterapi Kanker Kolorektal Stadium Lanjut
Sekitar delapan puluh lima persen pasien yang terdiagnosa kanker kolorektal dapat
dilakukan pembedahan. Pasien dengan kanker yang tidak dapat dilakukan penanganan
kuratif, dapat dilakukan penanganan pembedahan palliatif untuk mencegah obstruksi,
perforasi, dan perdarahan. Bagaimanapun juga pembedahan dapat tidak dilakukan jika
tidak menunjukkan gejala adanya metastase. Penggunaan stent kolon dan ablasi laser
dari tumor intraluminal cukup memadai untuk kebutuhan pembedahan walaupun pada
kasus asymptomatik.
4. Imunotherapy
Bertujuan untuk merangsang dan meningkatkan system kekebalan tubuh (imun)
untuk melawan sel kanker.
5. Penanganan Jangka Panjang
Terdapat beberapa kontroversi tentang frekuensi pemeriksaan follow up untuk
rekurensi tumor pada pasien yang telah ditangani dengan kanker kolon. Beberapa tenaga
kesehatan telah menggunakan pendekatan nihilistic (karena prognosis sangat jelek jika
terdeteksi adanya rekurensi dari kanker). Sekitar 70% rekurensi dari kanker terdeteksi
dalam jangka waktu 2 tahun, dan 90% terdeteksi dalam waktu 4 tahun. Pasien yang telah
ditangani dari kanker kolon mempunyai insiden yang tinggi dari metachronous kanker
kolon. Deteksi dini dan penatalaksanaan yang tepat pada pasien ini dapat meningkatkan
prognosa. Evaluasi follow up termasuk pemeriksaan fisik, sigmoidoskopi, kolonoskopi,
tes fungsi hati, CEA, foto polos thorax, barium enema, liver scan, MRI, dan CT scan.19
Tingginya nilai CEA preoperatif biasanya akan kembali normal antara 6 minggu setelah
pembedahan.
6. Diet
Peningkatan dari diet serat menurunkan insiden dari kanker pada pasien yang
mempunyai diet tinggi lemak. Diet rendah lemak telah dijabarkan mempunyai efek
proteksi yang lebih baik daripada diet tanpa lemak. The National Research Council telah
merekomendasikan pola diet pada tahun 1982. Rekomendasi ini diantaranya : (a)
menurunkan lemak total dari 40 ke 30% dari total kalori, (b) meningkatkan konsumsi
makanan yang mengandung serat, (c) membatasi makanan yang diasinkan, diawetkan dan
diasapkan, (d) membatasi makanan yang mengandung bahan pengawet, (e) mengurangi
konsumsi alkohol.
7. Non Steroid Anti Inflammation Drug
Penelitian pada pasien familial poliposis dengan menggunakan NSAID sulindac
dosis 150 mg secara signifikan menurunkan rata-rata jumlah dan diameter dari polip bila
dibandingkan dengan pasien yang diberi plasebo. Ukuran dan jumlah dari polip
bagaimanapun juga tetap meningkat tiga bulan setelah perlakuan dihentikan. Data lebih
jauh menunjukkan bahwa aspirin mengurangi formasi, ukuran dan jumlah dari polip; dan
menurunkan insiden dari kanker kolorektal, baik pada kanker kolorektal familial maupun
non familial. Efek protektif ini terlihat membutuhkan pemakaian aspirin yang
berkelanjutan setidaknya 325 mg perhari selama 1 tahun.
8. Hormon Replacement Therapy (HRT)
Penelitian oleh the Nurses Health Study yang melibatkan partisipan sebanyak
59.002 orang wanita postmenopouse menunjukkan hubungan antara pemakaian HRT
dengan kanker kolorektal dan adenoma. Pemakaian HRT menunjukkan penurunan risiko
untuk menderita kanker kolorektal sebesar 40%, dan efek protektif dari HRT menghilang
antara 5 tahun setelah pemakaian HRT dihentikan.
9. Kolostomi
Tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian
bentuk kolon (usu besar) kedinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat
sementra / permanen.
Tujuan : untuk tindakan dekompresi usus pada obstruksi usus.
- Kolostomi sementara : luka tusuk, untuk mengistirahatkan usus setelah operasi
- Kolostomi permanen : pada penderita kanker pada kolon
Perawatan pasca operasi :
- Menjga keseimbangancairan dan elektrolit
- Perawat mengobservasi untuk nekrosis jaringan, perdarahan, warna pucat
- Perawatan kulit, mencegah terjadinya iritasi akibat fekal yang keluar dari stoma
Prinsip pencegahan iritasi kulit disekitar stoma :
a. Pencegahan primer : bersihkan dengan perlahan, gunakan skin barier , ganti
segera kantong bila terjadi kebocoran
b. Pencegahan sekunder (penanganan kulit yang sudah rusak) : ganti kantong
kolostomi setiap 24 jam bersihkan kulit dengan air hangat, pakai kapas dan
keringkan, gunakan kantong kolostomy yang tidak menimbulkan alergi, setelah
dibersihkan olesi dengan zinsalf
- Lakukan irigasi, yang bertujuan untuk :
a. Mengeluarkan feses
b. Membersihkan saluran pencernaan bagian bawah
Komplikasi kolostomy :
- Obstruksi akibat adanya perlengketan usus
- Adanya pergeseran feses yang sulit keluar
- Infeksi
- Retraksi stoma akibat adanya jaringan scar yang terbentk disekitar stoma yang
mengalami pengerutan
- perdarahan
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes. 2006. Gaya hidup penyebab kolorektol, (Online),
(http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=2058&Itemid=2,
diakses 13 desember 2006).
2. Casciato DA, (ed). 2004. Manual of Clinical Oncology 5th ed. Lippincott Willi ams &
Wilkins: USA.p 201
3. Syamsuhidajat R, Jong Wim D,(eds). 2004. buku ajar Ilmu Bedah 2nd ed. EGC: jakarta.
4. FKUI.1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
5. Smeltzer, Suzanne c. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Jakarta: EGC
6. Smeltzer, Stanley L. 1996. Buku Ajar Patologi II. E/4. Jakarta : EGC