SEJARAH EKONOMI INDONESIA
1. Pendahuluan
Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 dijelaskan bahwa sistem ekonomi yang diterapkan
Indonesia tak lepas dari prinsip-prinsip dasar yang tercancum dalam Pancasila dan UUD
1945. Ketentuan-ketentuan dasar konstitusional tentang kehidupan ekonomi berdasarkan
pancasila dan UUD 1945(sebelum diamandemen) tercantum pada pasal-pasal berikut: 23, 27,
33 dan 34 UUD 1945.
Pada pasal 33 menetapkan 3 hal:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak
3. SDA dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat
Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan serta
penghidupan yang layak.
Sedangkan pasal 34 menetapkan bahwa masyarakat miskin dan anak-anak yang terlantar
dipelihara oleh negara.
2. Masa penjajahan Belanda
Sistem ekonomi yang diterapkan Indonesia selama penjajahan belanda dibagi jadi 3
bagian, yaitu :
a. Sistem merkantilisme (VOC) 1600-1800
Adalah sistem ekonomi yang ditandai dengan adanya campur tangan pemerintah
secara ketat dan menyeluruh dalam kehidupan perekonomian untuk memupuk kekayaan
sebanyak-banyakanya sebagai ukuran kekayaan, kesejahteraan dan kekuasaan yang dimiliki
Negara tersebut.
Page 1
Belanda melimpahkan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda kepada VOC
(Vereenigde Oost-Indische Compagnie), sebuah perusahaan yang didirikan dengan tujuan
untuk menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda, sekaligus untuk menyaingi
perusahaan imperialis lain.
VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain meliputi :
1. Hak mencetak uang
2. Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
3. Hak menyatakan perang dan damai
4. Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
5. Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Dalam hal ini VOC melakukan penekanan terhadap peningkatan ekspor dan
membatasi impor.
b. Sistem Monopoli (Tanam Paksa) 1830-1870
Adalah sistem ekonomi yang memusatkan kegiatan ekonomi pada satu kelompok
dalam bentuk monopoli dibidang tertentu yang dapat merugikan rakyat. Tujuannya adalah
untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran dunia sejak tahun
1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai permintaan pasar di Eropa,
yaitu rempah-rempah. Kota-kota dagang dan jalur-jalur pelayaran yang dikuasainya adalah
untuk menjamin monopoli atas komoditi itu. Dengan memonopoli rempah-rempah,
diharapkan VOC akan menambah isi kas negri Belanda, dan dengan begitu akan
meningkatkan pamor dan kekayaan Belanda. Ditambah dengan diterapkan Preangerstelstel,
yaitu kewajiban menanam tanaman kopi bagi penduduk Priangan. . Sejak saat itu,
diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula,
nila, tembakau, teh, kina, karet, kelapa sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk
pribumi, tapi amat menguntungkan bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem
konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah penerapan kedua sistem ini, seluruh kerugian akibat
perang dengan Napoleon di Belanda langsung tergantikan berkali lipat.
Dalam sistem ini masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan
menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang
sudah ditentukan oleh pemerintah. Bagi masyarakat pribumi, ini tentu memeras keringat dan
Page 2
darah mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya
adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada
umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang
memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Bagi pemerintah Belanda, ini berarti bahwa
masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka datangkan ke Hindia
Belanda. Dan ini juga merubah cara hidup masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial,
tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi
nonagraris.
c. Sistem ekonomi Kapitalis Liberal, 1870-1945
Adanya desakan dari kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga
pribumi ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengubah
kebijakan ekonominya. Sistem Ekonomi ini lebih rentan terhadap krisis ekonomi tetapi
produksi yang dibuat berdasarkan atas kebutuhan masyarakat.
Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi, tapi
malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang pada umumnya tidak
diperlakukan layak.
Sistem-sistem ekonomi ini meninggalkan kemelaratan, namun disisi lain memberi
pengetahuan tentang bercocok tanam, sistem uang dan budaya industri. Pada masa itu,
Indonesia adalah pengekspor terbesar sejumlah komoditas primer. Pada dekade 1930an bank-
bank bermunculan, industri manufaktur berkembang pesat yang dimotori oleh industri gula.
Pasar modal muncul dan modal asing masuk dalam jumlah yang besar. Namun
perkembangan ekonomi yang pesat itu tidak memberi peningkatan kesejahteraan bagi rakyat.
3. Pemerintahan Orde Lama
Sejak berdirinya negara Republik Indonesia, banyak sudah tokok-tokoh negara saat itu
telah merumuskan bentuk perekonomian yang tepat bagi bangsa Indonesia, baik secara
individu maupun diskusi kelompok.
Sebagai contoh, Bung Hatta sendiri, semasa hidupnya mencetuskan ide, bahwa dasar
perekonomian Indonesia yang sesuai dengan cita-cita tolong menolong adalah koperasi,
namun bukan berarti semua kegiatan ekonomi harus dilakukan secara koperasi.
Page 3
Demikian juga dengan tokoh ekonomi Indonesia saat itu, Sumitro Djojohadikusumo,
dalam pidatonya di Amerika tahun 1949, menegaskan bahwa yang dicita-citakan adalah
semacam ekonomi campuran. Namun demikian dalam proses perkembangan berikutnya
disepakatilah suatu bentuk ekonomi yang baru, dinamakan sebagai Sistem Ekonomi
Pancasila, yang didalamnya mengandung unsur pentinga yang disebut Demokrasi
Ekonomi.
Demokrasi Ekonomi dipilih, karena mempunyai ciri-ciri positif yang diantaranya
adalah (Suroso, 1993) :
- Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
- Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak, dikuasai oleh negara.
- Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
- Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan pemufakatan
lembaga-lembaga perwakilan rakyat, serta pengawasan terhadap kebijaksanaannya
ada pada lembaga-lembaga perwakilan pula.
- Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki serta
mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
- Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatnnya tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan masyarakat.
- Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya
dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
- Fakir miskin serta anak terlantar, dipelihara oleh pemerintah.
Sistem perekonomian di Indonesia sangat menentang adanya sistem Free Fight
Liberalism, Etatisme (Ekonomi Komando) dan Monopoli, karena sistem ini memang tidak
sesuai dengan sitem ekonomi yang dianut Indonesia (bertentangan).
Free fight liberalism : Sistem kebebasan usaha yang tidak terkendali, sistem ini dianggap
tidak cocok dengan kebudayaan Indonesia dan berlawanan dengan semangat gotong-royong
yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 33, dan dapat mengakibatkan semakin besarnya
jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin.
Page 4
Etatisme : Suatu paham dalam pemikiran politik yang menjadikan negarasebagai pusat
segala kekuasaan. Negara adalah sumbu yang menggerakkan seluruh elemen politik dalam
suatu jalinan rasional, yang dikontrol secara ketat dengan menggunakan instrumen
kekuasaan. Keikutsertaan pemerintah yang terlalu dominan juga dapat mematikan motivasi
dan kreasi dari masyarakat untuk dapat berkembang dan bersaing sehat.
Monopoli : suatu bentuk pemusatan ekonomi pada satu kelompok tertentu, sehingga tidak
memberikan pilihan lain pada konsumen untuk tidak mengikuti keinginan sang monopoli.
Walaupun indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya tetapi indonesia
masih menglami perang dengan belanda selama dekade 1950 hingga 1965, akibatnya
Indonesia mengalami gejolak politik dalam negri. keadaan perekonomian Indonesia sangat
buruk, laju pertumbuhan rata-rata turun drastis. Selain itu, Indonesia mengalami defisit saldo
neraca pembayaran dan defisit APBN terus membesar dari tahun ke tahun. Kegiatan produksi
disektor pertanian dan industri manufaktur pun sangat rendah.
Dapat disimpulkan, buruknya perekonomian indonesia selama pemerintahan Orde
Lama dikarnakan rusaknya infrastruktur ekonomi fisik maupun non fisik selama pendudukan
jepang.
Kebijakan ekonomi yang paling penting yang dilakukan pada kabinet Hatta adalah
reformasi moneter melalui devaluasi mata uang nasional dan pemotongan nilai uang sebesar
50% atas semua uang kertas yang beredar.
Pada masa kabinet Natsir, pertama kalinya dirumuskan suatu perencanaan
pembangunan ekonomi yang disebut Rencana Urgensi Perekonomian (RUP). RUP ini
digunakan oleh kabinet berikutnya untuk merumuskan rencana pembangunan ekonomi 5
tahun(Repelita).
Pada masa kabinet Sukiman, kebijakan-kebijakan penting yang diambil adalan
nasionalisasi De Javasche Bank yang menjadi Bank Indonesia (BI) dan penghapusan sistem
kurs berganda.
Pada kabinet Wilopo, langkah-langkah yang diilakukan untuk memulihkan
perekonomian Indonesia adalah pertama kalinya memperkenalkan konsep anggaran
berimbang dalam APBN, memperketat impor, melakukan nasionalisasi angkatan bersenjata
melalui modernisasi dan pengurangan jumlah personil, dan pengiritan jumlah pengeluaran
pemerintah.
Page 5
Pada masa kabinet Ali I, langkah yang dilakukan dalam bidang ekonomi walaupun
sedikit tidak berhasil adalah pembatasan impor dan sistem uang ketat.
Pada masa kabinet Baharuddin tindakan ekonomi yang dilakukan adalah liberalisasi
impor, kebijakan uang etat untuk menekan laju uang beredar, penyempurnaan Program
Benteng, mengeluarkan kebijakan yang memperbolehkan modal(investasi) asing masuk ke
Indonesia, pemberian bantuan khusus pada pangusaha-pengusaha pribumi dan
pembatalan(sebelah pihak) Persetujuan Koferensi Meja Bundar untuk menghilangkan sistem
ekonomi kolonial atau menghapuskan dominasi perusahaan-perusahaan Belanda dalam
Perekonomian Indonesia.
Dilihat dari aspek politiknya selama periode orde lama, dapat dikatakan Indonesia
pernah mengalami sistem politik yang sangat demokrasi. Namun, semua itu menyebabkan
kehancuran politik dan perekonomian nasional.
Selama periode 1950an struktur ekonomi Indonesia masih peninggalan zaman
kolonialisasi. Sektor formal/modern yang memiliki kontribusi lebih besardaripada sektor
informal/tradisional terhadap output nasional atau PDB yang di dominasi oleh perusahaan-
perusahaan asing yang kebanyakan berorientasi ekspor.
Struktur ekonomi itu disebut dual societies, yang artinya dalah salah satu karakteristik
utama dari NSB yang merupakan warisan kolonialisasi. Dualisme didalam suatu ekonomi
seperti ini terjadi karna pada masa penjajahan pemerintah yang berkuasa menerapkan
diskriminasi dalam kebijakan-kebijjakannya. Diskriminasi ini diterapkan untuk membuat
perbedaan dalam kesempatan melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi tertentu antara
penduduk asli dan orang-orang non pribumi.
Keadaan ekonomi Indonesia, setelah dilakukan nasionalisasi terhadap semua
perusahaan asing Belanda, menjadi lebih buruk dibanding pada saat dijajah oleh Belanda,
ditambah lagi tingkat inflasi yang tinggi. Selain kondisi politik didalam negri yang tidak
mendukung, buruknya pemeritahan Indonesia pada masa Orde lama disebabkan juga karna
keterbatasan faktor-faktor produksi.
Pada akhir september 1965 ketidakstabilan politik Indonesia mencapai pncaknya
dengan terjadinya kudera yang gagal pada Partai Komunis Indonesia(PKI). Sejak saat itu
terjadi perubahan politik yang drastis di dalam negri yang mengubah sistem ekonomi yang
dianut Indonesia pada masa Orde lama dari sosialis menjadi semikapitalis.
Meskipun pada awal perkembangan perekonomian Indonesia menganut sistem ekonomi
pancasila, ekonomi Demokrasi, dan ‘mungkin campuran’, namun bukan berarti sistem
Page 6
perekonomian liberalis dan etatisme tidak pernah terjadi di Indonesia. Awal tahun1950-an
sampai dengan tahun 1957-an merupakan bukti sejarah adanya corak liberalis dalam
perekonomian Indonesia. Demikian juga dengan sistem etatisme, pernah juga memberi corak
perekonomian di tahun 1960-an sampai dengan pada masa orde baru.
4. Pemerintahan Orde Baru
Orde sebutan bagai masa pemerintahan Presiden Soeharto. Orde Baru menggantikan
pemerintahan Orde Lama yang di pimpin oleh Soekarno.
Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut,
ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang
merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga
semakin melebar.
Dalam Orde Baru ini pemerintah lebih ditunjukkan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial tanah air. Pada masa ini Indonesia
kembali menjalin hubungan baik dengan pihak barat dan menjauhi komunis. Sebelum
rencana pembangunan melalui repelita, pemerintah lebih dulu melakukan pemulihan
stabilitas ekonomi, sosial, dan politik, serta rehabilitasi ekonomi dalam negri. Tujuannya
yaitu untuk menekan kembali tingkat inflasi,, mengurangi defisit keuangan pemerintah, dan
menghidupkan kembali kegiatan produksi, termasuk ekspor. Ditambah lagi dengan
penyusunan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) secara bertahap. Kebijakan
ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur
pemerataan yaitu : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan,
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran
pembangunan, dan peradilan.
Tujuan jangka panjang dari pembangunan ekonomi di Indonesia pada masa Orde Baru
adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui proses industrialisasi dalam skala
besar. Awalnya pemerintah memusatkan pembangunan pada sektor-sektor tertentu secara
potensial dapat menyumbangkan nilai tambah yang besar dalam waktu yang tidak
panjangdan hanya di pulau jawakarnna fasilitas infrastruktur dan sumber daya manusia relatif
lebih baik. Dengan sumber daya yang sangat terbatas pada saat itu maka sulit untuk
memperhatikan pertumbuhan dan pemerataan pada waktu yang bersamaan.
Page 7
Tujuan utama pelaksanaan repalita I adalah untuk membuat Indonesia menjadi
swasembada terutama kebutuhan beras. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah
melakukan penghijaun disektor pertanian proses pembangunan sangat cepat dengan laju
pertumbuhan rata-rata yang cukup tinggi pertahun.
Repelita II (1 April 1969 – 31 Maret 1974) Trilogy pembangunan diubah urutannya
menjadi :
- Pertumbuhan ekonomi
- Pemerataan
- Stabilitas Nasional
Kebijakan ekonomi yang terkenal adalah adanya KNOP 15 tanggal 15 November 1978, yang
berisi :
- Masyarakat harus mencintai produk dalam negeri
- Mendorong ekspor
- Memberikan tarif spesifik bagi barang impor
Repelita III Trilogy pembangunan berubah menjadi :
- Pemerataan pembangunan dan hasil-hasil nya
- Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
- Stabilitas Nasional yang sehat dan dinamis
Pada masa ini terdapat kebijakan devaluasi(kebijakan menurunkan mata uang dan juga
adanya kebijakan deregulasi(kebijakan menguranngi berbagai faktor yg melindungi industri
perbankan dari masalah2 suatu perekonomian) perbankan oleh Soemarlin.
Pada Repeliita VI orientasi kebijakan-kebijakannya mengalami perubahan dari penekanan
hanya pada pertumbuhan ke pertumbuhan dengan pemerataan.
Keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia pada zaman soeharto dikarnakan
presiden soeharto jauh lebih baik dibanding pada masa Orde Lama dalam menyusun rencana,
strategi, dan kebijakan pembangunan ekonomi. Selain itu dikarnakan 3 hal, yaitu :
penghasilan ekspor yang sangat besar dari minyak, pinjamann luar negri, dan PMA di dalam
pembangunan ekonomi Indonesia meningkat tajam.
Page 8
Dalam usaha menghilangkan dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi
terhadap kesenjangan dan kemiskinan, atau memperkecil efek trade off antara pertumbuhan
dan kesenjangan atau kemiskinan.
Kebijakan-kebijakan ekonomi selama masa Orde baru telah menghasilkan suatu proses
transformasi ekonomi yang pesat dan laju ekonomi yang tinggi. Tetapi Akibatnya, ketika
terjadi krisis yang merupakan imbas dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang
paling buruk. Harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan
cepat, dan menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama ekonomi.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai
presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978,
1983, 1988, 1993, dan 1998.
Politik Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara
dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh
Soekarno pada akhir masa jabatannya.
Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi
anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September1966 mengumumkan bahwa
Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi
dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28
September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru.
Pengucilan politik - di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan terhadap orang-orang
yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan
menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan
Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat
"dibuang" ke Pulau Buru.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara
dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh
Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan
ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif
yang didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan
MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan
militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi
rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari
Page 9
PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang
pembangunan antara pusat dan daerah.
Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber
daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak
merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada
tahun 1970-an dan 1980-an.
Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan
dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga
pribumi, yang secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Kesenian
barongsai secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin
dilarang, meski kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas china indonesia terutama dari
komunitas pengobatan china tradisional karena pelarangan sama sekali akan berdampak pada
resep obat yang mereka buat yang hanya bisa di tulis dengan bahasa mandarin. Mereka pergi
hingga ke Makhamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung indonesia waktu itu memberi izin
dengan catatan bahwa china indonesia bejanji tidak menghimpun kekuatan untuk
memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia. Untuk keberhasilan ini kita mesti
memberi penghormatan bagi Ikatan Naturopatis Indonesia ( I.N.I ) yang anggota dan
pengurus nya pada waktu itu memperjuangkan hal ini demi masyarakat china indonesia dan
kesehatan rakyat indonesia. Hingga china indonesia mempunyai sedikit kebebasan dalam
menggunakan bahasa Mandarin.
Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah Harian
Indonesia yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Harian ini dikelola dan
diawasi oleh militer indonesia dalam hal ini adalah ABRI meski beberapa orang china
indonesia bekerja juga di sana. Agama tradisional Tionghoa dilarang. Akibatnya agama
Konghucu kehilangan pengakuan pemerintah.
Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika itu
mencapai kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat Indonesia dikhawatirkan akan
menyebarkan pengaruh komunisme di Tanah Air. Padahal, kenyataan berkata bahwa
kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan
apa yang diajarkan oleh komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan dilakukan.
Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi memilih untuk
menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan dirinya.
Page 10
Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru
- Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan
pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000
- Sukses transmigras
- Sukses KB
- Sukses memerangi buta huruf
- Sukses swasembada pangan
- Pengangguran minimum
- Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
- Sukses Gerakan Wajib Belajar
- Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
- Sukses keamanan dalam negeri
- Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
- Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru
- Semaraknya korupsi, kolusi dan nepotisme
- Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan
antara pusat dan daerah, sebagian lagi disebabkan karena kekayaan daerah sebagian
besar disedot ke pusat.
- Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan
terutama di Aceh dan Papua.
- Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh
tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertannya.
- Bertambahnya kesenjangan sosial diakibatkan karena perbedaan pendapatan yang
tidak merata bagi yang kaya dan yang miskin.
- Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat Tionghoa).
- Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan.
- Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang
dibredel.
- Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program
“penembakan misterius”.
Page 11
- Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden
selanjutnya).
- Menurut kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit ‘Asal Bapak Senang’,
hal ini adalah kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa birokrasi yang efektif
negara pasti hancur.
- Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik sehingga kurang
memperhatikan kesejahteraan anak buah.
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk
lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan
harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi
meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya
dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan
massa yang meluas, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR
melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B.
J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.
Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter
tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan
krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela,
sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat
mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan
oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi
total. Demonstrasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat
itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu me-ninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti
akibat bentrok dengan aparat keamanan. Empat mahasiswa tersebut adalah Elang Mulya
Lesmana, Hery Hariyanto, Hendriawan, dan Hafidhin Royan. Keempat mahasiswa yang
gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai “Pahlawan Reformasi”.
5. Pemerintahan Transisi
Pada tahun 1997 nilai tukar bath Thailand terhadap dolar AS mengalami guncangan hebat
akibat investor asing mengambil keputusan jual, karna tidak percaya lagi dengan
pereonomian negara tersebut.
Page 12
Yang terjadi di Thailand tersebut merembet ke Indonesia dan beberapa negara Asia lain,
ini adalah awal krisis keuangan di Asia. Di Indonesia nilai tukar rupiah terus melemah untuk
mencegah keadaan yang lebih buruk, pemerintah Orde baru mengambil langkah kongkrit
yaitu : menunda proyek-proyek senila Rp.39 triliun dalam mengimbangi keterbatasan
anggaran belanja negara yang sangat dipengaruhi oleh perubahan nilai rupiah. Akan tetapi
tetap saja, cadangan dolar As di BI makin menipis. Akhirnya pemerintah Indonesia secara
resmi meminta bantuan kepada IMF. Lembaga keuangan internasional tersebut
mengumumkan paket bantuan kepada Indonesia mencapai 40 miliar. Paket program
pemulihan tersebut diharapkan nilai rupiah menguat dan stabil kembali. Tetapi kenyataannya
nilai rupiah terus merosot dan membuat kepercayaan masyarakat di dalam dan luar negri pun
merosot. Dan dibuatlah kesepakatan yang mengandung butir-butir kebijaksanaan yang
mencakup ekonomi makro, restrukturisasi sektor keuangan, dan reformasi struktural.
Setelah gagal dalam kesepakatan pertama itu, dilakukan lagi perundingan-perundingan antara
Indonesia dengan IMF dan mencapai lagi satu kesepakatan baru.
Ada 5 memorandum dalam kesepakatan baru ini, yaitu :
- Program stabilisasi, untuk menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi.
- Restrukturisasi perbankan, untuk menyehatkan sistem perbankan nasional
- Reformasi structural
- Penyelesaian ULN
- Bantuan untuk rakyat kecil
Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin
besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto
saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organ
aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.
Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang
kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas
hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri,
Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Pemerintahan transisi merupakan peralihan antara pemerintahan zaman Soeharto ke
pemerintahan B.J. Habibie
Page 13
Krisis rupiah menjadi krisis ekonomi dan memunculkan krisis politik terbesar dalam
sejah perekonomian Indonesia. Krisis politik ini diawali dengan penembakan oleh tentara
terhadap 4 mahasiswa trisakti. Kemudian jakarta dilanda kerusuhan. Akhirnya presiden
soeharto mengundurkan diri dan digantikan oleh Dr. Bj. Habibie. Presiden Habibie
membentuk kabinet baru, awal dari terbentuknya pemerintahan transisi.
6. Pemerintahan Reformasi
Pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini
menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi.
Sidang Istimewa MPR yang mengukuhkan Habibie sebagai Presiden, ditentang oleh
gelombang demonstrasi dari puluhan ribu mahasiswa dan rakyat di Jakarta dan di kota-kota
lain. Gelombang demonstrasi ini memuncak dalam peristiwa Tragedi Semanggi, yang
menewaskan 18 orang.
Masa pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana
Moneter Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie
juga melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan berekspresi.
Presiden BJ Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi. Sejumlah tahanan
politik dilepaskan. Sri Bintang Pamungkas dan Muchtar Pakpahan dibebaskan, tiga hari
setelah Habibie menjabat. Tahanan politik dibebaskan secara bergelombang. Tetapi, Budiman
Sudjatmiko dan beberapa petinggi Partai Rakyat Demokratik baru dibebaskan pada era
Presiden Abdurrahman Wahid. Setelah Habibie membebaskan tahanan politik, tahanan
politik baru muncul. Sejumlah aktivis mahasiswa diadili atas tuduhan menghina pemerintah
atau menghina kepala negara. Desakan meminta pertanggungjawaban militer yang terjerat
pelanggaran HAM tak bisa dilangsungkan karena kuatnya proteksi politik. Bahkan, sejumlah
perwira militer yang oleh Mahkamah Militer Jakarta telah dihukum dan dipecat karena
terlibat penculikan, kini telah kembali duduk dalam jabatan struktural.
Ketika mengganti Soeharto sebagai presiden tanggal 21 Mei 1998, ada lima isu terbesar
yang harus dihadapinya, yaitu:
a. Masa depan Reformasi
b. Masa depan ABRI
c. Masa depan daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari Indonesia
Page 14
d. Masa depan Soeharto, keluarganya, kekayaannya dan kroni-kroninya, serta
e. Masa depan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
Berikut ini beberapa kebijakan yang berhasil dikeluarkan B.J. Habibie dalam rangka
menanggapi tuntutan reformasi dari masyarakat.
a. Kebijakan dalam bidang politik
Reformasi dalam bidang politik berhasil mengganti lima paket undang-undang masa Orde
Baru dengan tiga undang-undang politik yang lebih demokratis. Berikut ini tiga undang-
undang tersebut.
- UU No. 2 Tahun 1999 tentang partai politik
- UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum
- UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR.
b. Kebijakan dalam bidang ekonomi
Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor perbankan,
pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya
pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
c. Kebebasan menyampaikan pendapat dan pers
Kebebasan menyampaikan pendapat dalam masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini
terlihat dari munculnya partai-partai politik dari berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat
bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam
menyatakan pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers. Reformasi dalam pers
dilakukan dengan cara menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).
d. Pelaksanaan Pemilu
Pada masa pemerintahan Habibie, berhasil diselenggarakan pemilu multipartai yang damai
dan pemilihan presiden yang demokratis. Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik.
Page 15
Keberhasilan lain masa pemerintahan Habibie adalah penyelesaian masalah Timor Timur.
Usaha Fretilin yang memisahkan diri dari Indonesia mendapat respon. Pemerintah Habibie
mengambil kebijakan untuk melakukan jajak pendapat di Timor Timur. Referendum tersebut
dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999 di bawah pengawasan UNAMET. Hasil jajak
pendapat tersebut menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Timor Timur lepas dari Indonesia.
Sejak saat itu Timor Timur lepas dari Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur
mendapat kemerdekaan penuh dengan nama Republik Demokratik Timor Leste dengan
presidennya yang pertama Xanana Gusmao dari Partai Fretilin.
7. Pemerintahan Abdurrahman Wahid
Pada tanggal 20 Oktober 1999, MPR berhasil memilih Presiden Republik Indonesia yang
ke-4 yaitu KH. Abdurrahman Wahid dengan wakilnya Megawati Soekarnoputri. Pada masa
pemerintahan Gus Dur, ada beberapa persoalan yang dihadapi yang merupakan warisan dari
pemerintahan Orde Baru yaitu:
1) Masalah praktik KKN yang belum terselesaikan
2) Pemulihan ekonomi
3) Masalah BPPN
4) Kinerja BUMN
5) Pengendalian Inflasi
6) Mempertahankan kurs rupiah
7) Masalah jejaring pengamanan sosial ( JPS)
8) Masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama
9) Penegakan hukum dan penegakan Hak asasi manusia (HAM)
Pembaharuan dilakukan pada masa Pemerintahan Gus Dur adalah :
1) Membentuk Kabinet Kerja
Untuk mendukung tugas dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, Gus Dur
membentuk kabinet kerja yang diberi nama Kabinet Persatuan Nasional yang anggotanya
diambil dari perwakilan masing-masing partai politik yang dilantik pada tanggal b28 Oktober
1999. Di dalam Kabinet Persatuan Nasional terdapat dua departemen yang dihapuskan, yaitu
Departemen Sosial dan Departemen Penerangan.
Page 16
2) Bidang Ekonomi
Untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk Dewan
Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk memecahkan perbaikan ekonomi Indonesia
yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dewan Ekonomi nasional
diketuai oleh Prof. Dr. Emil Salim, wakilnya Subiyakto Tjakrawerdaya dan sekretarisnya Dr.
Sri Mulyani Indraswari.
3) Bidang Budaya dan Sosial
Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama, Gus Dur memberikan
kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Hak itu dibuktikan dengan adanya
beberapa keputusan presiden yang dikeluarkan, yaitu :
a. Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut
Agama Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan adanya
Keppres No. 6 dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama maupun menggelar
budayanya secara terbuka seperti misalnya pertunjukan Barongsai.
b. Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga
menjadi hari libur nasional.
Disamping pembaharuan-pembaharuan di atas, Gus Dur juga mengeluarkan berbagai
kebijakan yang dinilai Kontroversial dengan MPR dan DPR, yang dianggap berjalan sendiri,
tanpa mau menaati aturan ketatanegaraan, melainkan diselesaikan sendiri berdasarkan
pendapat kerabat dekatnya, bukan menurut aturan konstitusi negara. Kebijakan-kebijakan
yang menimbulkan kontroversial dari berbagai kalangan yaitu:
- Pencopotan Kapolri Jenderal Polisi Roesmanhadi yang dianggap Orde Baru.
- Pencopotan Kapuspen Hankam Mayjen TNI Sudradjat, yang dilatarbelakangi oleh
adanya pernyataan bahwa Presiden bukan merupakan Panglima Tinggi.
- Pencopotan Wiranto sebagai Menkopolkam, yang dilatarbelakangi oleh hubungan
yang tidak harmonis dengan Gus Dur.
- Mengeluarkan pengumuman tentang menteri Kabinet Pembangunan Nasional yang
terlibat KKN sehingga mempengaruhi kinerja kabinet menjadi merosot.
- Gus Dur menyetujui nama Irian Jaya berubah menjadi Papua dan mengizinkan
pengibaran bendera Bintang Kejora.
Page 17
Puncak jatuhnya Gus dur dari kursi kepresidenan ditandai oleh adanya Skandal Brunei
Gate dan Bulog Gate yang menyebabkan ia terlibat dalam kasus korupsi, maka pada tanggal
1 Februari 2006 DPR-RI mengeluarkan memorandum yang pertama sedangkan memorandum
yang kedua dikeluarkan pada tanggal 30 Aril 2001. Gus Dur menanggapi memorandum
tersebut dengan mengeluarkan maklumat atau yang biasa disebut Dekrit Presiden yang berisi
antara lain:
1) Membekukan MPR/DPR-RI
2) Mengembalikan di tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun badan
yang diperlukan untuk pemilu dalam waktu satu tahun.
3) Membubarkan Partai Golkar karena dianggap warisan orde baru
Dalam kenyataan, Dekrit tersebut tidk dapat dilaksanakan karena dianggap bertentangan
dengan konstitusi dan tidak memiliki kekuaran hokum, maka MPR segera mengadakan
Sidang Istimewa pada tanggal 23 Juli 2001 dan Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai
Presiden RI menggantikan Gus Dur berdasarkan Tap MPR No. 3 tahun 2001 dengan
wakilnya Hamzah Haz.
8. Pemerintahan Gotong Royong
Kabinet Gotong Royong adalah kabinet pemerintahan Presiden RI kelima Megawati
Sukarnoputri (2001-2004). Kabinet ini dilantik pada tahun 2001 dan masa baktinya berakhir
pada tahun 2004.
Kinerja Pemerintahan Megawati Soekarnoputri sangat mengecewakan. Megawati tidak
tampil sebagai seorang presiden, melainkan lebih sebagai ketua umum partai. Akibatnya,
roda pemerintahan tidak berjalan sebagaimana diharapkan banyak orang dan cita-cita
reformasi.
Penilaian itu dilontarkan Kelompok Kerja (Pokja) Petisi 50 dalam evaluasi akhir tahun
Petisi 50 yang berjudul "Catatan Akhir Tahun 2002, Pernyataan Keperihatinan".
Sebagai pemimpin bangsa, menurut Petisi 50, Presiden Megawati sangat mudah
dipengaruhi. Selain itu, para pembantunya di jajaran kabinet kelihatan sangat tidak solid. Hal
itu terjadi karena para menteri masing-masing mengusung kepentingan partai politik (parpol)
dari mana mereka berasal.
Page 18
9. Pemerintahan Indonesia Bersatu
PEMERINTAHAN INDONESIA BERSATU JILID I (ERA SBY-JK)==(2004-2009)
Kabinet Indonesia Bersatu (Inggris: United Indonesia Cabinet)
adalahkabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla.
Kabinet ini dibentuk pada 21 Oktober 2004 dan masa baktinya berakhir pada tahun
2009. Pada 5 Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan kabinet untuk
pertama kalinya, dan setelah melakukan evaluasi lebih lanjut atas kinerja para menterinya,
Presiden melakukan perombakan kedua pada 7 Mei 2007.
Susunan Kabinet Indonesia Bersatu pada awal pembentukan (21 Oktober 2004),
perombakan pertama (7 Desember 2005), dan perombakan kedua (9 Mei 2007)
Pada periode ini, pemerintah melaksanakan beberapa program baru yang
dimaksudkan untuk membantu ekonomi masyarakat kecil diantaranya Bantuan Langsung
Tunai (BLT), PNPM Mandiri dan Jamkesmas. Pada prakteknya, program-program ini
berjalan sesuai dengan yang ditargetkan meskipun masih banyakkekurangan disana-sini.
PEMERINTAHAN INDONESIA BERSATU JILID II (ERA SBY-JK)==(2009-2014)
Kabinet Indonesia Bersatu II (Inggris: Second United Indonesia Cabinet)
adalah kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari usulan partai
politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan kursi
di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai Golkar yang
bergabung setelahnya, tim sukses pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009, serta kalangan
profesional. Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21
Oktober 2009 dan dilantik sehari setelahnya. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY
mengumumkan pergantian Menteri Keuangan.
Pada periode ini, pemerintah khususnya melalui Bank Indonesia menetapkan empat
kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional negara yaitu:
- BI rate
- Nilai tukar
- Operasi moneter
- Kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas dan makroprudensial
lalu lintas modal.
Page 19
Dengan kebijakan-kebijakan ekonomi diatas, diharapkan pemerintah dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara yang akan berpengaruh pula pada meningkatnya kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
Kinerja Pemerintahan SBY - Tak terasa sudah 1 tahun pemerintahan SBY jilid
II berjalan, Namun masih saja dianggap gagal serta mendapat rapor merah dari beberapa
kalangan. Dan kali ini pengamat ekonomi dunia pun ikut bicara terkait dengan kinerja
pemerintahan SBY yang sudah 1 tahun ini. Perolehan suara 60 % dalam Pilpres 2009 dan
mendapat dukungan mayoritas di parlemen ternyata belum bisa dioptimalkan pasangan Susilo
Bambang Yudhoyono dan Boediono untuk melakukan langkah-langkah yang konkrit dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
Di mata pengamat ekonomi politik dari Northwestern University, Amerika Serikat, Prof
Jeffrey Winters, buruknya kinerja pemerintahan SBY tidak lepas dari sikap Presiden SBY
dalam menjalankan pemerintahan. SBY dianggap lebih suka terlihat cantik, santun dan
berambut rapi di depan kamera dibanding bekerja keras mengatasi persoalan-persoalan yang
ada di Indonesia.
Apa pandangan Anda terhadap kinerja SBY-Boediono selama menjalankan
pemerintahan?
Sampai saat ini dilihat kinerja pemerintahan SBY-Boediono rendah. Dan perlu dicatat
prestasi yang rendah kepemimpinan SBY bukan sesuatu yang baru. Karena sejak 2004
memang kinerjanya tidak pernah tinggi. Jadi kombinasi SBY-Kalla yang sudah
mengecewakan menjadi lebih parah dengan kombinasi SBY-Boediono.
Meski pada masa SBY-JK kinerjanya buruk, paling tidak Jusuf Kalla dikenal sebagai
orang yang tidak sabar dan sering mendorong SBY untuk bertindak dan ambil keputusan.
Tetapi akhirnya Kalla menjadi capek, frustrasi dan memilih lepas saja.
Kinerja para menteri terkait dengan performa pemimpinnya. Karena sikap presidennya
sebagai leader tidak bagus tentu saja para menterinya juga tidak bagus kerjanya. Apalagi
pemilihan anggota kabinet berdasarkan bagi-bagi kekuasaan supaya aman di parlemen.
Hasilnya yang terjadi pemilihan bukan berdasarkan kapabilitas dan akuntabilitas. Melainkan
berdasarkan jatah anggota koalisi.
Page 20
Top Related