LEMBAR TUGAS
Judul Praktikum : Instrumentasi & Pengukuran Temperatur
Laboratorium : Komputasi dan Pengendalian Proses
Jurusan / Prodi : T. Kimia / D3
Kelas/Semester : 2 TK RP/IV
Nama : Abu Bakar Siddiq
Uraian Tugas :
1. Kalibrasi Termometer, Termokopel dan RTD dengan es mencair masing – masing
5 kali data pengukuran.
2. Tentukan linieritas Termometer, Termokopel dan RTD dengan pemanasan yang
konstan dengan selang waktu tertentu.
3. Tentukanlah responsibilitas Termometer, Termokopel dan RTD dengan cairan
yang temperaturnya yang sudah ditentukan.
4. Akurasi masing – masing alat ukur yang digunakan dengan mengambil salah satu
alat ukur sebagai standar.
Buketrata, 29 Maret 2012
Ka Laboratorium Dosen Pembimbing
Ir. Syafruddin, M.Si. Selvie Diana,ST.MT
NIP. 19650819 199802 1 001 NIP. 198207282010122004
1
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum : Instrumentasi & Pengukuran Temperatur
Mata Kuliah : Instrumentasi Proses
Kelas / Semester : 2 TKI / IV
Nama Dosen Pembimbing : Selvie Diana,ST.MT
NIP : 19650819 199802 1 001
Ka Laboratorium : Ir. Syafruddin, M.Si.
NIP : 19650819 199802 1 001
Tanggal Pengesahan : 16 maret 2014
Buketrata, 26 April 2012
Ka Laboratorium Dosen Pembimbing
Ir. Syafruddin, M.Si. Selvie Diana,ST.MT
NIP. 19650819 199802 1 001 NIP. 198207282010122004
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN PERCOBAAN
ò Mengenal instrumentasi pengukuran temperatur
ò Mampu menggunakan instrumentasi pengukuran
ò Mampu mengkalibrasi alat ukur temperatur
ò Membuktikan rumus konversi suhu
ò Menentukan linieritas alat ukur suhu dan waktu
ò Menentukan responsibility
1.2. ALAT DAN BAHAN
ò Seperangkat peralatan pengukuran temperatur
ò Termometer Celcius
ò Termokopel Celcius dan Fahrenheit
ò Stopwatch
ò Es batu / es mencair, P = 1 atm ( 0o C = 32o F = 273 k )
Air mendidih ( 100 0C = 212 0F = 373 K )
1.3. PROSEDUR PERCOBAAN
1.3.1 Prosedur Kalibrasi
1. Termometer
Pada es mencair
Masukkan es ke dalam termos.
Ambil termometer dan celupkan ke dalam es selama waktu yang
telah ditentukan.
Baca skala termometer dan dicatat.
Ulangi langkah di atas beberapa kali.
Hitung suhu rata-rata yang diperoleh.
Pada air mendidih
3
Didihkan air dalam tangki sampai mencapai suhu didihnya dengan
cara setting temp pemanas pada 1000C.
Ambil thermometer dan celupkan ke dalam air selama waktu yang
telah ditentukan.
Baca skala termometer dan dicatat.
Ulangi langkah di atas beberpa kali.
Hitung suhu rata – rata yang diperoleh
2. Termokopel sama seperti prosedur kalibrasi pada termometer
1.3.2 Prosedur Linieritas
1. Termometer
Panaskan air di dalam suatu wadah dengan laju panas konstan.
Ambil termometer, kemudian secara bersamaan celupkan
termometer ke dalam air yang sedang dipanaskan dan hidupkan
stopwatch.
Baca dan catat skala termometer tiap selang waktu yang ditentukan.
Buat grafik linieritas antara waktu dengan temperatur sesuai data
yang diperoleh.
2. Termokopel sama seperti prosedur pada termometer
1.3.3 Prosedur Responsibility
1. Termometer
Siapkan cairan dengan temperatur konstan dalam suatu wadah,
misalnya : 70 0C.
Ambil termometer, kemudian secara bersamaan celupkan
termometer ke dalam cairan dan hidupkan stopwatch.
Matikan stopwatch ketika termometer menunjukkan skala 70 0C.
Lihat dan catat waktu yang tertera pada stopwatch.
Ulangi beberapa kali langkah 2 – 4 untuk memperoleh hasil yang
lebih akurat.
Hitung waktu rata – ratanya.
2. Termokopel sama seperti prosedur pada thermometer
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Temperatur atau suhu merupakan derajat aktivitas termal partikel dalam suatu
material. Apabila dua benda yang berbeda suhunya dikontakkan, maka panas akan
ditransfer dari benda yang panas ke benda yang lebih dingin, sehingga dapat dicapai
keseimbangan termal yaitu pada saat temperatur kedua benda tersebut sama.
Metode pengukuran temperatur :
1. Secara mekanik menggunakan sensor yang merespon temperatur dengan
perubahan sifat mekanis. Seperti diafragma dan elemen bourdon.
2. Secara elektrik menggunakan sensor yang merespon temperatur dengan
menghasilkan perubahan tahanan maupun tegangan listrik.
Tabel 2.1 Beberapa metode pengukuran temperatur
No Metode Rentang pengukuran
1 Filled system (-195 – 760)OC
2 Termokopel (-200 – 1700)OC
3 Resistance
RTD (-250 – 650)OC
Termistor (-195 – 450)OC
4 Pirometer (-40 – 3000)OC
Gambar 2.1 Rentang/skala suhu
6
2.1. TERMOMETER
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu atau perubahan
suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa latin yaitu “ thermo “ yang berarti panas
dan “ meter “ yang berarti mengukur.
2.1.1 Macam-Macam Termometer
Macam-macam termometer adalah sebagai berikut:
1) Termometer Air Raksa
Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan
kandungan merkuri di bagian ujung bawah. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat
hampa udara. Jika temperatur naik maka merkuri akan memuai dan menunjukkan skala
dan suhu tersebut.
Gambar 2.2 Termometer Air Raksa
2) Filled System Termometer
Pengukuran temperatur dengan filled system termasuk cara mekanik. Instrument
pengukuran dengan sistem ini terdiri atas :
a. Bulb : sebagai sensor.
b. Pipa kapiler : sebagai elemen penghubung.
c. Diafragma : sebagai elemen yang berubah dengan adanya perubahan
temperatur.
7
Sumber :http//alkohol.blogspot.com
Gambar 2.3 Filled System Thermometer
Gambar 2.4 Rangkaian Filled system thermometer
Gambar 2.5 Elemen-elemen fungsional dari filled system termometer
8
Sumber :http//baroda.indiabiz.com
Lembaga Scientific Apparatus Manufactures Association (SAMA) membagi
Filled System menjadi 4 kelas yaitu :
A. Kelas I Liquid filled volume change ( tidak termasuk merkuri ).
A. Full Compensation.
B. Case Compensation.
B. Kelas II Vapor filled pressure change.
A. Dirancang untuk temperatur di atas suhu lingkungan.
B. Dirancang untuk temperatur di bawah suhu lingkungan.
C. Dirancang untuk suhu di atas dan di bawah suhu lingkungan.
D. Dirancang untuk seluruh temperature.
C. Kelas III Gas filled pressure change.
A. Full Compensation.
B. Case Compensation.
D. Kelas IV Mercury filled volume change.
A. Full Compensation.
B. Case Compensation.
C.
Filled System Termometer mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut :
Kelebihan :
a. Konstruksinya sederhana dan kuat.
b. Harga relatif murah.
c. Tidak menimbulkan bahaya listrik.
Kekurangan :
a. Respon relatif lambat.
b. Daerah kerja temperatur di bawah 1500 0F.
c. Kerusakan tabung sensor memerlukan penggantian seluruh sistem
termal.
d. Jarak transmisinya terbatas.
9
Tabel 2.2 Perbandingan keempat kelas filled system thermometer menurut
(SAMA)
KELAS I II III IV
Fluida Cairan Uap Gas Merkuri
Rentang oC -30 s.d 315 -45 s.d 315 -197 s.d 760 -35 s.d 650
Akurasi % span
± 0.5 % ± 0.5 % ± 0.5 % ± 0.5 %
(T < 215) (T > 2/3 span) (T < 330) (T < 215)
± 0.75 % ± 0.75 % ± 0.75 %
(T > 215) (T > 330) (T > 215)
Span oC 25 s.d 330 40 s.d 215 65 s.d 550 30 s.d 665
Respon 7 II A = 1 2 6
- Tercepat = 1 II B = 2
- Terlambat = 7 II C = 3
II D = 4
Kapasibilitas Sedang Terkecil Terbesar Sedang
Linieritas Linier Non Linier Linier Linier
Panjang Kapiler
Maksimum (m) I A = 30 45 30
IV A = 30
IV = 15
Ukuran Sensor
Panjang x Untuk
Span 110 oC
9.5 X 45 mm 9.5 x 55 mm 14.5 x 900 mm 9.5 x 100 mm
Harga Termahal Termurah SedangAntara kelas I
dan II
2.2 TERMOKOPEL
Termokopel merupakan instrument ukur temperatur yang bekerja secara elektrik.
Termokopel berupa pasangan konduktor yang terdiri atas dua jenis logam paduan yang
ujungnya disatukan dengan lilitan atau pengelasan maupun dengan cara ditekan pada
tekanan tertentu. Titik persatuan antara material disebut titik hubung.
10
Sumber:http//simple.wikipedia.org
Gambar 2.6 Termokopel
Prinsip kerja termokopel
Gambar 2.7 Rangkaian termokopel
Pada rangkaian terdapat efek seeback, yaitu terjadinya difusi elektron melintasi
bidang batas antara dua material. Potensial listrik penerima elektron akan bertegangan
negatif sehingga terjadi beda tekanan antara dua titik.
Untuk keperluan industri, antisipasi perubahan temperatur pada titik umum
referensi dengan menebalkan suatu rangkaian kompensasi elektronik sebab suatu
metode kompensasi adalah dengan cara melewatkan arus dalam sensor temperatur yang
dilewatkan pada titik hubung referensi. Variasi temperatur pada titik referensi akan
menyebabkan variasi tegangan yang melintas sensor sehingga membangkitkan tegangan
kompensasi yang diperlukan.
Tipe – Tipe Termokopel
11
ISA (Instrument Society of America) membagi termokopel dalam 7 tipe brdasarkan
material yang digunakan.
Tabel 2.3 Tipe-tipe Termokopel
Penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan tipe-tipe termokopel di sajikan dalam
bentuk tabel.
Tabel 2.4 Kelemahan dan kelebihan tipe-tipe termokopel.
TIP
E
PENJELASAN
B KELEBIHAN
Stabil dan kuat.
Tidak memerlukan titik hubung referensi.
Sesuai untuk pemakaian di lingkungan oksidator atau atmosfer inert
hingga temperatur 1700 °C.
12
Dalam waktu singkat dapat digunakan dalam kondisi vakum.
KELEMAHAN
Tegangan output rendah.
Tidak sesuai dengan lingkungan atmosfer yang mengandung Reduktor
(H,CO dan lain-lain).
Tidak sesuai jika terdapat uap metal (timbal zink) atau nominal (arsen
dan lain-lain).
LAIN-LAIN
Tidak pernah dilengkapi pipa pelindung metal atau termokopel.
R KELEBIHAN
Sesuai untuk pemakaian di lingkungan oksidator dan atmosfer hingga
temperature 1480 °C.
Tegangan output lebih besar.
KELEMAHAN
Kestabilan lebih rendah dibandingkan tipe B bila digunakan dalam
kondisi vakum.
Tidak sesuai dengan lingkungan atmosfer yang mengandung reduktor
(H,CO, dan lain-lain).
Tidak sesuai jika terdapat uap metal (timbale zink) atau non metal
(arsen,fosfor dan belerang).
Tdak tahan dalam lingkungan reaksi redoks kecuali diberi pelindung
secukupunya.
LAIN-LAIN
Tidak pernah dilengkapi pipa pelindung metal atau termowell.
S KELEBIHAN
Sesuai untuk pemakaian di lingkungan oksidator dan atmosfer hingga
temperature 1480 °C.
Tegangan output lebih besar.
KELEMAHAN
Kestabilan lebih rendah dibandingkan tipe B bila digunakan dalam
kondisi vakum.
Tidak sesuai dengan lingkungan atmosfer yang mengandung reduktor
13
(H,CO, dan lain-lain).
Tidak sesuai jika terdapat uap metal (timbale zink) atau non metal
(arsen,fosfor dan belerang).
Tidak tahan dalam lingkungan reaksi redoks kecuali diberi pelindung
secukupnya.
LAIN-LAIN
Merupakan tipe asli termokopel platina/rhodium yang digunakan
sebaga standar internasional.
J KELEBIHAN
Sesuai untuk pemakaian di lingkungan oksidator, atmosfer inert dan
dalam vakum hingga hingga temperature 760 °C.
Murah.
KELEMAHAN
Tidak sesuai dengan lingkungan atmosfer yang mengandung uap
belerang.
LAIN-LAIN
Di atas 540°C besi mengalami oksidasi secara cepat.
Konstanta dalam tipe ini merupakan nama generic.
K KELEBIHAN
Sesuai untuk pemakaian di lingkungan oksidator, atmosfer inert dan
dlam vakum hingga temperature 1260 °C.
Kemampuan mengukur tinggi sehingga tipe ini adalah tipe yang paling
banyak dipakai untuk suhu tinggi.
KELEMAHAN
Tidak sesuai dengan lingkungan reduktor, uap belerang dalam vakum.
LAIN-LAIN
Khromel merupakan campuran 8.4% Ni, 14.2% Cr, 1.4% Si.
Alumel merupakan campuran 95% Ni, 2% Mn, 2% Al, 1% Si.
T KELEBIHAN
Sesuai untuk pemakaian terus menerus dalam lingkungan oksidator,
atmosfer inert dan dlam vakum.
KELEMAHAN
14
Batas temperature rendah (370°C).
E KELEBIHAN
Output GGL paling besar.
Sesuai untuk pemakaian di lingkungan oksidator, atmosfer inert dan
lembab.
Tahan terhadap korosi.
LAIN-LAIN
Dianjurkan untuk pengukuran temperature pada rentang -200°C hingga
980°C.
2.3 RTD (RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR)
RTD bekerja berdasarkan prinsip perubahan hambatan bila temperature berubah.
Jika temperature. Jika temperature naik, nilai hambatan listrik juga naik. RTD terbuat
dari metal konduktor (platinum) yang memiliki koefisien hambatan positif. RTD juga
dikenal sebagai PT-100 atau PTC (Positive Temperature Coefficient). Elemen tahanan
biasanya panjang (dibentuk spiral), diselubungi dengan porselin untuk mencegah
hubungan singkat antara wire dan metal sheath.
Jenis-jenis logam, yaitu:
Platinum,
Copper, dan
Nickel.
Gambar 2.8 RTD (Resistance Temperature Detector)
Beberapa bahan yang digunakan untuk RTD adalah :
Platinum (harga tinggi, sangat linier, umum digunakan).
15
Sumber :http//vanguard-co.com.my
Tungsten (sangat linier).
Copper (untuk range temperature yang rendah).
Nikel (temperature rendah, murah, nonlinier).
Nike Alloy (Temperature rendah, murah).
Adapun kelebihan-kelebihan RTD ialah :
Nilai hambatan rendah (umumnya 100 Ω - 1000 Ω.
Range yang tinggi (-200°C-850°C).
Sensivitas yang tinggi (Dibandingkan termokopel).
Akurasi tinggi (±0,0006°C – 0,1°C).
Stabilitas dan repeatabilitas tinggi.
Sistem pemasangan RTD ada 3 yaitu :
2 wire untuk pemasangan standar.
3 wire untuk akurasi lebih baik.
4 wire, 1 pasang kabel untuk supply arus dan 1 pasang kabel untuk
pengukuran tegangan.
Kelemahan dari RTD ialah :
Respon time yang lambat.
Sensitive terhadap getaran.
Harus memperhatikan pemanasan sendiri (self heating), jika arus supply
terlalu besar akan menimbulkan pemanasan.
Tabel 2.5 Karakteristik Beberapa RTD
16
2.4 PYROMETER
Pyrometer adalah salah satu teknik pengukuran suhu tanpa kontak fisik, tetapi
suhu fluida dideteksi dengan mengukur radiasi elektromagnetik. Dalam pyrometer
radiasi, sebuah bodi hitam digunakan untuk menyerap panas.
17
Gambar 2.9 Pyrometer Radiasi
Lensa digunakan untuk menyatukan (focus) energi radiasi dari bodi. Radiasi
energy diterima oleh detector (thermocouple, thermophile), dan diteruskan ke recorder,
sehingga suhu fluida dapat dibaca.
Pyrometer dapat mengukur suhu tingi (> 1400). Termometer sinar ini dapat
menentukan suhu dengan cepat dan akurat dengan objek dari kejauhan dan tanpa
disentuh. Situasi ideal diamana objek bergerak sangat cepat, letaknya yang jauh, sangat
panas, berada di lingkunganberbahaya atau adanya kebutuhan menghindari kontaminasi
objek.
Sumber :http//bizrate.com
Gambar 2.10 Termometer Infra Merah (Pyrometer)
18
BAB III
DATA PENGAMATAN
3.1 KALIBRASI
3.1.1 Kalibrasi pada Es Mencair
Tabel 3.1.1.1 Kalibrasi Termometer
No. Percobaan Es Mencair (oC)
1 1 2
2 2 1
3 3 1
4 4 0.5
5 5 0.1
Rata-rata 1
Konversi
1 oC = 1 x 9/5 + 32 oF = 33.8 oF
Tabel 3.1.1.2 Kalibrasi Termokopel
No. PercobaanEs Mencair (oC)
Probe 2 Probe 31 1 32.2 31.5
2 2 32.1 31.7
3 3 31.7 31.7
4 4 31.7 31.2
5 5 31.6 31.5
Rata-rata 32 31.5
Konversi
Probe 2 32 oF = (32-32) x 5/9 = 0 oC
Probe 3 31.5 oF = (31.5-32) x 5/9 = -0.28 oC
3.1.2 Kalibrasi pada Air Mendidih
19
Tabel 3.1.2.1 Kalibrasi Termometer
No. Percobaan Air Mendidih (oC)
1 1 100
2 2 100
3 3 100
4 4 100
5 5 100
Rata-rata 100
Konversi
100 oC = 100 x 9/5 + 32 oF = 212 oF
Tabel 3.1.2.2 Kalibrasi Termokopel
No. PercobaanAir Mendidih (oC)
Probe 2 Probe 31 1 212 209
2 2 212 209
3 3 212 210
4 4 212 205
5 5 212 209
Rata-rata 212 208.4
Konversi
Probe 2 212 oF = (212-32) x 5/9 = 100 oC
Probe 3 208.4 oF = (208.4-32) x 5/9 = 98 oC
3.2 LINIERITAS
20
Tabel 3.2.1 Linieritas Termometer
No Percobaan Waktu [Menit] Suhu [oC] Suhu [oF]
1 1 0 28 82.4
2 2 3 40 104
3 3 6 42 107.6
4 4 9 47 116.6
5 5 12 51 123.8
Tabel 3.2.2 Linieritas Termokopel
No Percobaan Waktu [Menit] Suhu [oF] Suhu [oC]
1 1 0 90 32.2
2 2 3 102.1 38.9
3 3 6 105 40.6
4 4 9 112.5 44.7
5 5 12 119.9 48.8
3.3 RESBONSIBILITY
21
Tabel 3.3.1 Responsibility Termometer
No Percobaan Waktu [s] Suhu [oC]
1 1 11.89 70
2 2 10.79 70
3 3 10.65 70
4 4 10.45 70
5 5 9.27 70
Rata-rata 10.61 70
Tabel 3.3.2 Responsibility Termokopel
No PercobaanSuhu [oC]
Waktu [s]Suhu [oC]
Waktu [s]Probe 2 Probe 3
1 1 70 19.03 70 9.91
2 2 70 18.16 70 7.79
3 3 70 14.18 70 6.38
4 4 70 12.34 70 5.5
5 5 70 11.64 69.3 4.57
Rata-rata 70 15.07 69.86 6.83
BAB IV
22
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
4.1 PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah Instrumentasi dan Pengukuran Temperatur, pada
praktikum ini kami melakukan kalibrasi, linieritas, dan responsibility termometer dan
termokopel. Kalibrasi, linieritas dan responsibility ini dilakukan untuk masing-masing
jenis instrument yaitu sebanyak 5 kali pengulangan dan selanjutnya kami hitung suhu
rata-ratanya.
Pertama, kami mengkalibrasi termometer dan termokopel terlebih dahulu,
dengan tujuan untuk mengetahui standar kerja dari masing – masing instrumentasi
tersebut. Kalibrasi termometer dan termokopel ini dihitung dengan selang waktu 3
menit. Berdasarkan hasil pengamatan kami, kalibrasi termometer pada es mencair
adalah pada suhu 1 oC (33.8 oF) sedangkan berdasarkan referensi es mencair tersebut
pada 0 oC (32 oF). Hal ini terjadi penyimpangan sampai 1 oC, Sedangkan kalibrasi
termometer dengan air panas, data yang kami peroleh sesuai dengan referensi yaitu pada
100 oC (212 oF). Hal ini mungkin dikarenakan instrument tersebut yang sudah tidak
akurasi lagi dalam pengukuran. Terkadang Ia terbaca dengan sangat akurat dan
terkadang pun Ia meleset dari yang sebenarnya.
Setelah itu, kami juga mengkalibrasi termokopel (dalam satuan oF) dengan es
mencair pada 2 probe, yaitu probe 2 dan 3 dan data yang kami peroleh dengan
menggunakan probe 2 adalah 32 oF (0 oC), ini tidak terjadi penyimpangan dari data
berdasarkan referensi. Sedangkan data yang kami peroleh dengan kalibrasi termokopel
dengan es mencair pada probe 3 adalah 31.5 oF (-0.28 oC) kali ini terjadi penyimpangan
kembali. Oleh maka itu, probe 3 tidak sesuai dengan probe 2. Sedangkan
pengkalibrasian termokopel dengan menggunakan air mendidih pada probe 2 adalah
212 oF (100 oC) data yang kami peroleh ini sesuai dengan referensi. Akan tetapi berbeda
dengan probe 3 nilainya adalah 208.4 oF (98 oC), probe 3 ini sama saja halnya dengan
pengkalibrasian termokopel dengan es mencair. Ia terjadi penyimpangan yang lebih dari
0.1%.
23
Tahap kedua yang kami lakukan pada percobaan ini adalah menentukan
linieritas dari masing – masing instrumentasi pengukuran temperatur dan termokopel
dengan cara memanaskan air dalam suatu wadah dengan laju panas konstan, pada
percobaan ini kami mecari linieritas dari 2 jenis instrument dengan selang waktu 3
menit.
Berikut kurva linieritas dari termometer dan termokopel,
0 2 4 6 8 10 12 1425
30
35
40
45
50
55
f(x) = 1.3 x + 33.24R² = 0.971686300564741
f(x) = 1.76666666666667 x + 31R² = 0.920380078636959
Suhu Termome-ter [ C]
Linear (Suhu Termometer [ C])
Suhu Termokopel [ C]
Linear (Suhu Termokopel [ C])
Waktu [menit]
Suhu
[oC
]
Gambar 4.1 Linieritas Termometer dan Termokopel
Dari gambar 4.1 terlihat jelas bahwa instrumentasi pengukuran temperatur
memiliki linieritas yang baik, artinya pada setiap selang waktu 3 menit suhu
pemanasannya naik konstan. Dari kedua jenis instrument ini, terlihat pada garis suhu
termokopel memiliki linieritas lebih baik dibandingkan termometer yang dibuktikan
oleh nilai R pada garis termokopel yang paling mendekati linier yaitu 0.971. Tapi,
kedua linieritas kedua instrument tersebut tidak jauh berbeda.
24
Dan yang terakhir kami lakukan pada percobaan ini adalah menentukan
Responsibility dari masing – masing instrumentasi pengukuran temperatur dan
termokopel dengan cara memanaskan air dalam suatu wadah dengan laju panas konstan
yaitu 70 oC. Hal ini dilakukan dengan cara mengambil akurasi masing-masing alat ukur
yang digunakan dengan salah satu alat ukur sebagai standar.
Pada data pengamatan responsibility termometer yang kami dapatkan,
responsibility termometer sudah sangat baik. Dan daya tanggap instrumentasi
termometer sangat cepat dan tidak memliki rentang waktu yang lama. Sedangkan pada
responsibility termokopel kami menggunakan 2 probe yaitu, probe 2 dan 3. Pada probe
2 mempunyai nilai responsibilitynya tidak berbeda dengan responsibility pada
termometer dan tetap berdurasi waktu yang lama. Tetapi sangat berbeda dengan probe
3, nilai responsibilitynya menurun pada titik yang pertama. Hal ini mungkin disebabkan
oleh akurasi probe 3 yang kurang baik. Dan berdasarkan pengamatan kami dari pertama
sampai ke responsibility probe 3 banyak terjadi penyimpangan. Oleh maka itu, Probe 2
lebih baik dan akurat dibandingka dengan probe 3.
4.2 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang kami lakukan maka dapat kami simpulkan bahwa:
Kalibrasi alat ukur instrument temperatur yang akurasinya lebih tepat kali
ini adalah termokopel.
Termokopel mempunyai akurasi linieritas yang lebih baik dibandingkan
termometer. Hal ini mungkin disebabkan kerena termokopel merupakan alat
yang ukur temperatur yang bekerja secara elektrik dan respon sistemnya
cepat.
Prode 2 pada termokopel memliki akurasi lebih baik disbandingkan prode 3.
Apabila dua benda yang berbeda suhunya dikontakkan, maka panas akan
ditransfer dari benda yang panas ke benda yang lebih dingin, sehingga dapat
dicapai keseimbangan termal yaitu pada saat temperatur kedua benda
tersebut sama.
25
DAFTAR PUSTAKA
Andrew W.G & Willams H.B, Applied Instrumentation In The Process
Industries, Volume II Practical Guideines, 2nd Edition, Gulfpublishing Company
DR. ENG. Y. D. Hermawan. Dasar – dasar Instrumentasi proses.
ydhermawan.files.wordpress.com/.../02-dasar-dasar-instrumentasi-proses-pdf.
Diakses 28 februari 2012
Jobsheet (2012), Penuntun praktikum Instrumentasi dan pengukuran
temperatur, Jurusan kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
S. R. Endang, dkk (1996), Petunjuk Praktikum Instrumentasi dan Pengendalian
Proses, Direktorat jendral pendidikan, Bandung
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=termometer+alkohol
http://en.wikipedia.org/wiki/
Thermocouple&docid=mXfeeFM4jkWbcM&imgurl
26
Top Related