1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai
kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan atau asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu
pasien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Pasien sebagai mahluk
biopsikososiokultural dan spiritual yang berespon secara holistik dan unik
terhadap perubahan kesehatan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh
perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian
integral dari interaksi perawat dengan pasien. Perawat berupaya untuk
membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari
kebutuhan menyeluruh pasien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan spiritual pasien tersebut, walaupun perawat dan pasien tidak
mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid, 2008).
Menurut American Nurse Association (2003; dalam Rohman, 2009),
sebagai profesi, perawat menggunakan berbagai ketrampilan dalam
melaksanakan aktivitas profesionalnya, baik ketrampilan berfikir kritis,
penggalian masalah maupun ketrampilan dalam pembuatan keputusan.
Aktivitas profesional itu dilakukan melalui suatu proses keperawatan untuk
mencapai stabilitas dan fungsi maksimal dari pasien. Dimensi spiritual
mempunyai peranan penting dalam kehidupan individu disamping dimensi
2
lainnya. Terpenuhinya kebutuhan spiritual pasien, akan membantu mereka
beradaptasi dan melakukan koping terhadap sakit yang diderita.
Hanson et al (2008) menyatakan, dalam suatu penelitian sekitar 41-
94% pasien menginginkan tenaga kesehatan menanyakan tentang kebutuhan
spiritual mereka. Hasil suatu studi wawancara menunjukkan bahwa spiritual
yang kuat dan koping religius mempunyai hubungan dengan support social
yang baik, sedikitnya beban psikologis, mempunyai kesehatan fisik yang baik
dan kualitas hidup yang lebih baik pula.
Pasien sangat mungkin memiliki masalah psikososial atau keadaan
yang mengancam status kesehatannya seperti cemas menghadapi operasi, atau
hubungan yang kurang mendukung dengan kerabat. Untuk mempertahankan
atau meningkatkan kesehatan pasien, perawat sebaiknya memperhatikan semua
aspek yang ada dalam diri pasien. Pendekatan holisitik memberikan perhatian
pada fungsi spiritual pasien yang akan mempengaruhi keadaan sejahtera
pasien. Individu dikuatkan melalui “spirit” mereka, yang mengakibatkan
peralihan ke arah kesejahteraan. Pengaruh spiritualitas terutama sangat penting
selama periode sakit. Ketika sakit, kehilangan, atau nyeri mempengaruhi
seseorang, energi orang tersebut menipis, dan spirit orang tersebut akan
terpengaruhi (Potter & Perry, 2005).
Florence Nightingale, sebagai tokoh keperawatan modern,
menekankan perawat untuk menghormati aspek psikologi dan spiritual pasien
dalam upaya meningkatkan kesehatan pasien. Tanyi (2002; dalam Wu, 2011)
menekankan bahwa memahami dimensi spiritual sangat penting dalam
3
keperawatan, karena keperawatan adalah praktik disiplin ilmu yang berfokus
pada manusia. Perawat memberikan perawatan kepada pasien dalam
kesehariannya dan semestinya tidak memisahkan asuhan atau perawatan
spiritual untuk memandang pasien secara holistik. Tiap individu manusia
adalah mahluk yang holistik yang tersusun atas body, mind, dan spirit.
Manusia adalah mahluk unik yang utuh menyeluruh, yang tidak saja terdiri
atas aspek fisik, melainkan juga psikologis, sosial, kultural, dan spiritual.
Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu saja diantara dimensi
tersebut akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat.
Inggriane (2005; dalam Puspita, 2009), menyatakan fenomena yang
menarik dari pasien-pasien dewasa yang sedang rawat inap. Ekspresi spiritual
pasien dengan penyakit akut maupun kronis sangat beragam, mulai dari
kondisi pasien yang pasrah dan menerima takdir penyakitnya sampai dengan
kondisi menggugat Tuhan nya melalui ekspresi kemarahan dan menolak
pengobatan maupun perawatan yang diberikan, ketidaktahuan maupun
ketidakmampuan pasien dalam melaksanakan ibadah yang diyakininya,
sementara dukungan spiritual dari perawat menurut pengakuan pasien tersebut
tidak mereka dapatkan. Dukungan spiritual dari seorang perawat sangat
diperlukan dan perawat sebaiknya mampu memperhatikan dan memenuhi
kebutuhan spiritual pasien karena perawat senantiasa hadir selama 24 jam
mendampingi pasien.
Setiap manusia mempunyai tiga kebutuhan spiritual yang sama yaitu
kebutuhan akan arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan
4
berhubungan, dan kebutuhan untuk mendapatkan pengampunan. Ketika
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat peka terhadap
kebutuhan spiritual pasien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan
perawat justru menghindar untuk memberikan asuhan spiritual. Alasan
tersebut, antara lain karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan
spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak
mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau
merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual pasien bukan menjadi tugasnya,
tetapi tanggung jawab pemuka agama (Hamid, 2008).
Videback (2008) menyatakan bahwa spiritualitas berbeda dari agama,
agama merupakan sistem keyakinan yang terorganisasi tentang satu atau lebih
kekuatan yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui yang mengatur alam
semesta dan memberi pedoman untuk hidup harmonis dengan alam semesta
dan sesama. Spiritualitas dan agama memberi rasa nyaman dan harapan
kepada individu dan dapat mempengaruhi kesehatan dan praktik perawatan
kesehatan individu. Spiritualitas memberi dimensi luas pada pandangan
holistik kemanusiaan. Dalam Utomo (2011) menyebutkan spiritualitas sebagai
tahapan aktualisasi diri seseorang, dimana seseorang berlimpah dengan
kreativitas, intuisi, keceriaan, suka cita, kasih, kedamaian, toleransi,
kerendahan hatian, serta memiliki tujuan hidup yang jelas.
Definisi spiritualitas berkaitan dengan nilai personal yang mendalam
yang merentang dari pengertian kesadaran paling sederhana sampai yang
kompleks. Spiritualitas berisi satu unsur kunci yang umum yaitu nilai (value),
5
keyakinan, sikap atau emosi yang mempengaruhi seseorang (Kolodinsky et al,
2008, Moore, 2005; dalam Mulyono, 2010).
Sejalan dengan pengertian konsep nilai bahwa nilai adalah keyakinan
personal mengenai harga atas suatu ide, tingkah laku, kebiasaan atau objek
yang menyusun suatu standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai individu
merefleksikan kebutuhan personal, budaya, dan pengaruh sosial, serta
hubungan dengan orang tertentu. Persepsi orang lain dan respon kita terhadap
mereka dipengaruhi oleh nilai. Fungsi filter dalam nilai membantu seseorang
untuk membuat banyak keputusan yang penting dan memberikan rasa percaya
diri pada seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (Potter & Perry,
2005).
Individu mencapai tahap perkembangan spiritual yang berbeda,
bergantung pada karakteristik individual dan interpretasi tentang pengalaman
dan pertanyaan dalam kehidupan. Konsep perkembangan spiritualitas ini
penting dalam memahami spiritualitas pasien dan bagaimana kematangan
spiritualitas perawat mempengaruhi kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan spiritual pasien, membentuk hubungan, dan kemudian membantu
pasien dengan kebutuhan perawatan kesehatannya (Potter & Perry, 2005).
Kompetensi perawat merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
kesuksesan pelayanan yang dimiliki rumah sakit untuk memberikan kepuasan
pada pasien dalam memperoleh pelayanan asuhan keperawatan yang
maksimal (Muchson, 2012). Salah satu kompetensi perawat yang cukup
penting adalah kompetensi asuhan spiritual pasien. Kompetensi dalam
6
perawatan spiritual mengacu pada satu set kompleks ketrampilan bekerja
dalam konteks profesional, yaitu proses keperawatan klinis.
Asuhan spiritual mempunyai tujuan yang sama dengan perawatan
aspek lainnya. Sama halnya dengan asuhan keperawatan, penggunanan
terapeutik proses keperawatan penting dalam memenuhi kebutuhan spiritual
pasien (Rieg, 2006). Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual
pasien merupakan bagian dari peran dan fungsi perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan yang dilakukan secara sistematis yaitu dengan
pendekatan proses keperawatan yang diawali dari pengkajian data, penetapan
diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, yang sebelumnya
dikenal sebagai RSUD Purbalingga, mempunyai visi menjadi pusat pelayanan
kesehatan dan rujukan yang mandiri dan bermutu tinggi pada tahun 2015. Visi
ini berusaha diwujudkan melalui misi memberikan pelayanan yang
profesional, efisien, efektif, dan memuaskan semua pihak. Data yang
diperoleh bahwa jumlah tenaga keperawatan yang terdapat di RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata adalah sebanyak 223 orang. Jumlah pasien rawat inap
pada bulan Juli 2012 berjumlah 1347 orang, bulan Agustus 2012 berjumlah
1340 orang, bulan September 2012 berjumlah 1317 orang. Dengan melihat
fluktuasi banyaknya jumlah pasien rawat inap setiap bulannya maka sudah
sebaiknya perawat mampu memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual
kepada pasien.
7
Penelitian yang pernah dilakukan Purnamasari (2011) di RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga yaitu hubungan kecerdasan spiritual
dengan caring perawat didapatkan hasil bahwa kecerdasan spiritual
mempunyai hubungan yang bermakna dengan caring. Sikap caring perawat di
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga menunjukkan hasil yang
baik. Untuk melihat bagaimanakah kompetensi asuhan spiritual pasien yang
dilakukan oleh perawat apakah diperoleh hasil yang baik juga seperti sikap
caring, dimana dalam memberikan asuhan spiritual diperlukan sikap caring
perawat, maka peneliti memilih tempat penelitian di RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.
Dalam wawancara dengan kepala seksi keperawatan dan perawat
ruangan di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata, perawat di RSUD tersebut
belum secara komprehensif menerapkan asuhan spiritual kepada pasien. Yang
sudah dilakukan antara lain, memfasilitasi pasien yang membutuhkan
bimbingan rohani dan implementasi berupa ajakan atau mengingatkan pasien
untuk melaksanakan ibadah. RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata ini
didukung oleh tim pembinaan rohani islam yang berjumlah 4 orang dengan
spesifikasi tugas adalah memberikan santunan rohani bagi pasien yang sedang
rawat inap berdasarkan prosedur dari perawat ruangan maupun dilihat dari
kebutuhan pasien itu sendiri.
Untuk melihat sejauh mana hubungan spiritualitas dengan kompetensi
perawat dalam asuhan spiritual dan berdasarkan uraian tersebut di atas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan
8
Spiritualitas dengan Kompetensi Perawat Dalam Asuhan Spiritual Pasien di
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga”. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana hubungan spiritualitas
dengan kompetensi perawat dalam asuhan spiritual terhadap pasien.
B. Perumusan Masalah
Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien
dalam proses penyembuhan. Dalam pelayanan kesehatan, perawat
mempunyai peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual dalam bentuk
asuhan spiritual kepada pasien. Namun ada kemungkinan perawat tidak
memberikan asuhan spiritual kepada pasien, salah satu alasannya yaitu karena
perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan : “Apakah ada hubungan antara spiritualitas
dengan kompetensi perawat dalam asuhan spiritual pasien di RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara spiritualitas dengan kompetensi perawat dalam asuhan spiritual
pasien di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
9
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakterisitik responden berdasarkan umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan masa kerja.
b. Mengidentifikasi spiritualitas perawat di RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.
c. Mengidentifikasi kompetensi perawat dalam asuhan spiritual pasien di
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
d. Mengidentifikasi hubungan karakteristik responden (usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja) dengan spiritualitas.
e. Mengidentifikasi hubungan karakteristik responden (usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja) dengan kompetensi
asuhan spiritual.
f. Menganalisa hubungan spiritualitas dengan kompetensi perawat dalam
asuhan spiritual pasien di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan tambahan
kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan
mengenai hubungan spiritualitas dengan kompetensi perawat dalam
asuhan spiritual pasien.
10
2. Manfaat praktis
a. Bagi Responden
Memberikan wawasan mengenai hubungan spiritualitas dengan
kompetensi perawat dalam asuhan spiritual pasien dengan demikian
dapat diaplikasikan dalam perawatan pasien dan mendorong perawat
untuk meningkatkan spiritualitas agar dapat memberikan asuhan
spiritual dengan baik kepada pasien.
b. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dalam bidang penelitian serta menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan spiritualitas dengan
kompetensi perawat dalam asuhan spiritual pasien.
c. Bagi Pelayanan Kesehatan (RS)
Memberikan masukan bagi pelayanan kesehatan khususnya bagi lahan
penelitian terkait untuk dapat memberikan dukungan spiritual kepada
perawat misalnya melalui aktivitas kerohanian, pelatihan soft skill,
sehingga dapat mempengaruhi kompetensi perawat dalam memberikan
asuhan spiritual kepada pasien.
d. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
menambah referensi bagi pendidikan mengenai hubungan spiritualitas
dengan kompetensi perawat dalam asuhan spiritual pasien.
11
E. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul Hubungan spiritualitas dengan kompetensi
perawat dalam asuhan spiritual pasien belum pernah dilakukan sebelumnya,
tetapi penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan.
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berhubungan dengan
penelitian ini adalah :
1. Idianola (2009) dengan judul penelitian “Hubungan Kecerdasan Spiritual
Perawat dengan Kompetensi Perawat dalam Asuhan Spiritual Pasien di
Ruang Rawat Intensif RS. Dr. M. Djamil Padang”. Desain penelitian yang
digunakan cross sectional. Populasi adalah seluruh perawat di ruang rawat
intensif RS. DR. M. Djamil Padang yaitu ruang CVCU, HCU Irna B, HCU
Irna C. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling yang berjumlah
51 perawat. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Pengolahan dan analisa
data dilakukan secara univariat dan bivariat serta diuji dengan uji korelasi
Spearman. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan
antara kecerdasan spiritual perawat dengan kompetensi perawat dalam
asuhan spiritual (p=0,001), dengan kekuatan sedang (rho=0,462) dan arah
hubungan positif. Persamaan penelitian Idianola (2009) dengan penelitian
ini terletak pada variabel terikat yaitu kompetensi asuhan spiritual, analisis
data yang digunakan uji korelasi Spearman. Perbedaan penelitian Idianola
(2009) dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu kecerdasan
spiritual sementara penelitian ini yaitu spiritualitas, sampel adalah perawat
ruang intensif, sementara penelitian ini adalah perawat ruang rawat inap.
12
2. Utomo (2011) dengan judul penelitian “Hubungan Spiritualitas Perawat
terhadap Perilaku Caring Perawat di RS PKU Muhammadiyah Gombong”.
Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif non experimental
dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu total
sampling 77 orang responden. Analisis data dilakukan secara univariat dan
bivariat menggunakan uji Spearman Rank. Uji korelasi Spearman Rank
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara spiritualitas
terhadap perilaku caring perawat kepada pasien di RS PKU
Muhammadiyah Gombong (rho=0,355, p=0,02). Persamaan penelitian
Utomo (2011) dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu
spiritualitas, uji yang digunakan uji Spearman Rank. Perbedaan penelitian
Utomo (2011) dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat yaitu
perilaku caring sementara penelitian ini kompetensi asuhan spiritual.
3. Wu & Lin (2011) dengan judul penelitian “Exploration of Clinical Nurses’
Perception Spirituality and Spiritual Care”. Metode penelitian yang
digunakan deskriptif survey dengan pendekatan cross sectional. Sampel
berjumlah 350 orang perawat klinis di Taiwan. Kebanyakan responden
adalah wanita, dengan usia antara 23 sampai 64. Pengalaman kerja klinis
berkisar antara 1 tahun sampai 40 tahun, dengan rerata pengalaman adalah
13 tahun. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu adanya hubungan
yang positif antara persepsi spiritualitas dengan tingkat pendidikan,
pengalaman kerja 11-19 tahun, pendidikan asuhan spiritual yang sudah
diperoleh. Perbedaan penelitian Wu & Lin (2011) dengan penelitian ini
13
pada variabel yang diteliti yaitu persepsi dari spiritualitas sementara
penelitian ini adalah spiritualitas, variabel yang juga diteliti Wu & Lin
(2011) yaitu persepsi asuhan spiritual sementara dalam penelitian ini
adalah kompetensi asuhan spiritual, uji yang digunakan dalam penelitian
Wu & Lin (2012) adalah t test dan ANOVA sementara dalam penelitian ini
adalah Spearman.
Top Related