KUMPULAN MATERIBUDIDAYA TANAMAN PANGAN (JAGUNG, UBI JALAR DAN PADI)
Kelas XI TP
Disusun oleh : AGUS SUPARDI
PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKADINAS PENDIDIKAN
Program Keahlian : Agr. Prod. Tanaman – Tek. Elektronika – Tek. Komputer & Informatika
Jl. Pasukan Sindangkasih Maja Tlp./Fax. (0233) 282480 Majalengka 45461
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
Certificate No: MY000004
ISO 9001:2008 CERTIFIEDCertificate No: MY000004
ISO 9001:2008 CERTIFIED
Certificate No: MY000004
ISO 9001:2008 CERTIFIED
BUDIDAYA JAGUNG
I. PENDAHULUAN
Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi
belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung
secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).
II. SYARAT PERTUMBUHAN
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan
pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau
menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum
antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah
yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5.
Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat
kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara
1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A. Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh
benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya
direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).
B. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar,
abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah
yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat
saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm.
Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang
dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan
tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang
sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada
tanaman jagung.
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
C. Pemupukan
Waktu
Dosis Pupuk Makro (per ha) Dosis POC
NASA Urea (kg)
TSP (kg)
KCl (kg)
Perendaman benih-
- - 2 - 4 cc/ lt air
Pupuk dasar 120 80 2520 - 40 tutup/tangki
( siram merata )
2 minggu - - -4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram)
Susulan I (3 minggu)115
- 55 -
4 minggu - - -
4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram )
Susulan II (6minggu) 115 - -4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram )
Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis ± 1 botol/1000 m2
dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian
setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram
+ 10 m bedengan.
D. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
a. Tumpang sari ( intercropping ),
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang
sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela
pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain
untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang
tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok
(dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan
kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun
larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama
dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak
tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam
semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya
40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75
cm (1 tanaman/lubang). Panen.
E. Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat
di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan,
karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan
untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst).
Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu
penanaman.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda
dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu
perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah
maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang
agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan
tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan
waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul,
kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang
memanjang.
4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab,
tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang
diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan
tanaman jagung.
F. Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau
mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning
kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang
lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman.
(2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot
dengan PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas
gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa
jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia
furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam
serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di
dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.
2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis,
merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3
minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi
bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami
gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah
bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.
Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan
pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan
musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO
b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak
memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan
meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian
berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua.
Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2)
mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO
c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman
dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta
terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan
memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap
penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.
d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga
terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan
pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2)
memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan
POC NASA .
e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw),
Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka
pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian
berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas
tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum
mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida
kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO
810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
G. Panen dan Pasca Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn)
dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen
ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen
jika sudah matang fisiologis.
2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.
3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air
dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.
4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau
dengan mesin pengering.
5. Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.
6. Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa
tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur,
hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.
(Sumber : www.anneahira.com/budidaya-jagung.htm
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-jagung.html)
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
BUDIDAYA UBI JALAR
I. SYARAT PERTUMBUHAN UBI JALAR
Tanaman ubi jalar dapat tumbuh dengan baik dan produksinya optimal pada daerah yang
cocok dengan pertumbuhannya. Ubi jalar tumbuh dengan baik pada tempat tumbuh dengan
syarat sebagai berikut :
1.1. Iklim
a) Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah yang
paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27 C.
b) Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang disukai.
Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim
kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman
ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik
yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
c) Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000 mm/tahun,
optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.
1.2. Media Tanam
a) Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah
yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik,
aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah
sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya,
bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi,
dan bentuk ubi benjol.
b) Derajat keasaman tanah (pH) adalah 5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan kelembaban
tanah yang cukup.
c) Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi, terutama pada
musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanah yang cukup lembab.
Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai.
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
1.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Tanaman ubi
jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena daerah
penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS. Di Indonesia yang beriklim tropik,
tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl. Di
dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan
baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah.
II. BUDIDAYA UBI JALAR
2.1. Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif
berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan
pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
1) Persyaratan Bibit
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan stek
batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
b) Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
c) Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat, normal, dan
tidak terlalu subur.
d) Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan
buku-bukunya tidak berakar.
e) Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.
Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi
yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan
stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan
hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan
harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
2) Penyiapan Bibit
Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
sebagai berikut:
a) Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan pertumbuhannya
sehat dan normal.
b) Potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang 20-25 cm
dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari.
c) Kumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk
mengurangi penguapan yang berlebihan.
d) Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang teduh
selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.
Bibit untuk tanaman ubi jalar ada dari umbi/tunas dan stek. Ada berbagai jenis atau
varietas ubi jalar yang bisa ditanam baik warna putih, kuning, merah atau varietas warna
ungu. Namun melihat peluang pasar yang cukup tinggi maka untuk saat ini dikembangkan
adalah varietas warna putih.
2.2. Pengolahan Lahan
1) Persiapan
Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu
basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras. Penyiapan
lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama 1 minggu.
Tahap berikutnya, tanah dibentuk guludan-guludan.
b) Tanah langsung diolah bersamaaan dengan pembuatan guludan-guludan.
Gambar 1. Pengolahan tanah
2) Pembentukan Bedengan
Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah sawah maka pertama-tama
jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100 cm. Kalau tanah yang dipergunakan
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat dengan jarak 1 meter.
Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang miring, maka pada musim hujan
bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai dengan miringnya tanah. Ukuran guludan
disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah yang ringan (pasir mengandung liat) ukuran
guludan 60 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.adalah lebar bawah
40 cm, tinggi 25-30 cm, danPada tanah pasir ukuran guludan adalah lebar bawah jarak
antar guludan 70-100 cm. Arah guludan sebaiknya memanjang Utara-Selatan, dan ukuran
panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan.
2.3. Penanaman
Cara penanaman ubi jalar pada umumnya di lakukan dengan memperhatikan
beberapa hal, diantaranya :
1) Penentuan Pola Tanam
Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpang sari
dengan kacang tanah.
a) Sistem Monokultur
1. Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan dengan
cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang 25-30 cm.
2. Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanam untuk
tempat pupuk.
3. Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga dangkal batang (setek)
terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal setek (bibit).
4. Masukkan pupuk dasar berupa urea 1/3 bagian ditambah TSP seluruh bagian ditambah
KCl 1/3 bagian dari dosis anjuran ke dalam lubang atau larikan, kemudian ditutup dengan
tanah tipis-tipis. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 45-90 kg N/ha (100-200 kg Urea/ha)
ditambah 25 kg P2O5/ha (50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pada
saat tanam diberikan pupuk urea 34-67 kg ditambah TSP 50 kg ditambah KCl 34 kg per
hektar. Tanaman ubi jalar amat tanggap terhadap pemberian pupuk N (urea) dan K (KCl).
b) Sistem Tumpang Sari
Tujuan sistem tumpang sari antara lain untuk meningkatkan produksi dan pendapatan
per satuan luas lahan. Jenis tanaman yang serasi ditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
kacang tanah. Tata cara penanaman sistem tumpang sari prinsipnya sama dengan sistem
monokultur, hanya di antara barisan tanaman ubi jalar atau di sisi guludan ditanami kacang
tanah. Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30 cm, dan jarak tanam kacang tanah 30 x 10 cm.
2) Cara Penanaman
Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas bedengan. Bibit
dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah kemudian disirami air. Bibit
sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan. Dalam satu alur
ditanam satu batang, bagian batang yang ada daunnya tersembul di atas bedengan.
Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30 cm. Untuk areal
seluas 1 ha dibutuhkan bibit stek kurang lebih 36.000 batang. Penanaman ubi jalar di lahan
kering biasanya dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau
(Maret) bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah
segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau.
2.4. Pemeliharaan
1) Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan mengganti bibit yang mati atau tumbuh abnormal
dengan bibit baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar
matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk penyulaman
sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
2) Penyiangan dan pembumbunan
Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya mudah
ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar, terutama dalam
pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar matahaari. Oleh karena itu, gulma
harus segera disiangi. Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu
menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut.
3) Pengairan dan penyiraman
Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal pertumbuhan
memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Seusai tanam, tanah atau guludan tempat
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
pertanaman ubi jalar harus diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian
airnya dialirkan keseluruh pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara
kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan
perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau
dihentikan.
4) Pengendalian hama dan penyakit
A. Pengendalian hama
a) Penggerek batang ubi jalar
Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah
membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam
lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat). Gejala : terjadi pembengkakan batang,
beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang
tanaman akan mati. Pengendalian : (1) rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus
hama; (2) pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama:
bila serangan hama >5 %, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi; (3) pemotongan dan
pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat; (4) penyemprotan insektisida yang
mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500 EC atau Matador 25 dengan konsentrasi yang
dianjurkan.
b) Hama Boleng atau Lanas
Serangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yang
bagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya berwarna merah. Kumbang
betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil meletakkan telur di tempat yang
terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi larva (ulat), selanjutnya ulat akan membuat
gerekan (lubang kecil) pada batang atau ubi yang terdapat di permukaan tanah terbuka.
Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran
berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang
sudah berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi
hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata.
Pengendalian: (1) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak
sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi; (2) pembumbunan atau penimbunan
guludan untuk menutup ubi yang terbuka; (3) pengambilan dan pemusnahan ubi yang
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
terserang hama cukup berat; (4) pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara
periodik: bila ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan
pengendalian hama secara kimiawi; (5) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil,
seperti Decis 2,5 EC atau Monitor 200 LC dengan konsentrasi dianjurkan; (6) penanaman
jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak; (7) pemanenan tidak terlambat untuk
mengurangi tingkat kerusakan yang lebih berat.
c) Tikus (Rattus rattus sp)
Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau
sudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan
memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan.
Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti
dengan gejala pembusukan ubi. Pengendalian: (1) sistem gropyokan untuk
menangkap tikus dan langsung dibunuh; (2) penyiangan dilakukan sebaik
mungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar; (3) pemasangan umpan beracun,
seperti Ramortal atau Klerat.
B. Pengendalian penyakit
a) Kudis atau Scab
Penyebab: cendawan Elsinoe batatas. Gejala: adanya benjolan pada tangkai sereta
urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat
menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun
bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian: (1) pergiliran/rotasi tanaman untuk
memutus siklus hidup penyakit; (2) penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis,
seperti daya dan gedang; (3) kultur teknik budi daya secara intensif; (4) penggunaan bahan
tanaman (bibit) yang sehat.
b) Layu fusarium
Penyebab : jamur Fusarium oxysporum f. batatas. Gejala : tanaman tampak lemas,
urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat bertahan selama
beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan
terbawa oleh bibit. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit); (2)
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang bukan famili; (3)
penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit Fusarium.
c) Virus
Beberapa jenis virus yang ditemukan menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal
Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf. Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal,
ukuran tanaman kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna daun
klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang berat, tanaman ubi jalar
tidak menghasilkan. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus; (2)
pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di daerah basis (endemis) virus;
(3) pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.
2.5. Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang fisiologis). Ciri fisik
ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan
kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak serta tidak berair.
Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau varietas
ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan, sedangkan varietas
berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan.
Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling
lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan
hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi.
Adapun tata cara panen ubi jalar dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a) Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.
b) Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit, kemudian
batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil dikumpulkan.
c) Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.
d) Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil.
e) Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel.
f) Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara terpisah
dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi utuh dari ubi terluka ataupun terserang
oleh hama atau penyakit.
g) Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat penampungan
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
(pengumpulan) hasil.
(Sumber : http://bp4kkabsukabumi.net)
BUDIDAYA PADI
Produksi gabah padi di Indonesia rata-rata 4 - 5 ton/ha. PT. NATURAL NUSANTARA
berupaya membantu tercapainya ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produksi
padi berdasarkan asas kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ).
SYARAT TUMBUHPadi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19-270C , memerlukan
penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan
pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH
tanah 4 - 7.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYAA.Benih
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal
benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan
dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan
B.Perendaman BenihBenih direndam POC NASA dan air, dosis 2 cc/lt air selama 6-12 jam. tiriskan dan masukkan
karung goni, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam menggunakan
daun pisang atau dipendam di dalam tanah selama 1 - 2 malam hingga benih berkecambah
serentak.
C.Pemeliharaan Pembibitan/PenyemaianPersemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 3 - 5 cm. Setelah bibit berumur 7-10 hari
dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan POC NASA dengan dosis 2 tutup/tangki.
D. Pemindahan benihBibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang
bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit.
F. PemupukanPemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk sesuai dengan hasil panen yang
diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke lahan sesuai dosis.
Khusus penggunaan Hormonik bisa dicampurkan dengan POC NASA kemudian
disemprotkan ( 3-4 tutup NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan bervariasi
tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis tanah, serangan hama dan penyakit serta
Tabel Penggunaan Poc Nasa Dan Supernasa
Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 14 hari ( kg ) 30 hari ( kg ) 45 hari ( kg ) 60 hari ( kg )
Urea 36,5 9 9 9 9
ZA 3,5 1 1 1 1
SP-36 6,5 1,5 1,5 1,5 1,5
KCl 20 5 5 5 5
Dolomit 13 3 3 3 3
SPR NASA 2 botol ( siram) 2 botol ( siram) - - -
Catatan : Dosis produksi padi 1,2 – 1,7 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 10–14 hari ( kg ) 25–28 hari ( kg ) 42–45 hari ( kg )
Urea 12 6 6 6
SP-36 10 50 - -
KCl - - 7 8
SPR NASA 1 botol (siram) 5 5 5
POC NASA - 4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot)
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 10–14 hari ( kg ) 25–28 hari ( kg ) 42–45 hari ( kg )
Urea 10 4,5 4 4
SP-36 11,5 - - -
KCL - - 5 6,5
POC NASA 20-40 ttp
(siram)4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot)
HORMONIK - -1 ttp/tgk campur
NASA
1 ttp/tgk campur
NASA
Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
Cara Penggunaan SUPER NASA & POC NASA
1. Pemberian SUPER NASA dengan cara dilarutkan dalam air secukupnya kemudian
disiramkan ( hanya disiramkan)
2. Jika dengan POC NASA dicampur air secukupnya bisa disiramkan atau disemprotkan.
3. Khusus SP-36 bisa dilarutkan SUPER NASA atau POC NASA, sedang pupuk makro
lainnya disebar secara merata.
G. PENGOLAHAN LAHAN RINGANDilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang
gas beracun dan menyerap oksigen.
H.PENYIANGANPenyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok
dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55.
I. PENGAIRANPenggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan,
pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase
sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji
untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.
J. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT· Hama putih (Nymphula depunctalis)Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang
daun, ulat menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan
bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) menggunakan BVR
atau Pestona · ·Padi Thrips (Thrips oryzae)Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi. Pengendalian: BVR atau Pestona.
· Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi
berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau
(Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Gejala:
tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman
yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak,
menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb,
membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang
lebah; (2) penyemprotan BVR
· Walang sangit (Leptocoriza acuta)Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa atau berkualitas rendah seperti
berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir
padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan
memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan BVR
atau PESTONA
· Kepik hijau (Nezara viridula)Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan,
buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu.
Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan BVR atau
PESTONA
· Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata),
kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens).
Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna
kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada
tanaman muda disebut hama "sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut
"beluk". Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan,
menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami;
(2) menggunakan BVR atau PESTONA
· Hama tikus (Rattus argentiventer)Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh
pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.
Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh
alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).
· BurungMenyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: mengusir
dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.
· Penyakit Bercak daun coklat Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae.
Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru
berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji
kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat +
POC NASA, pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini.
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
· Penyakit BlastPenyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung
tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai
membusuk.
Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1)
membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-
48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir;
(2) pemberian GLIO di awal tanam
· Busuk pelepah daun Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman
yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit (2) pemberian GLIO pada saat
pembentukan anakan
· Penyakit Fusarium Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi
kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam,
mencelupkan benih + POC NASA dan disebari GLIO di lahan
·Penyakit kresek/hawar daun Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik
tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-
hitaman, daun mengering dan mati. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit
seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan;
(2) pengendalian diawal dengan GLIO
· Penyakit kerdilPenyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua
bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang
pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha
pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector
dengan BVR atau PESTONA.
· Penyakit tungroPenyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps. Gejala:
menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning
hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak
berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54,
IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.
K. PANEN DAN PASCA PANEN·Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk
· Alat yang digunakan ketam atau sabit
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
· Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan perontok mesin atau tenaga manusia
· Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin
Setelah dirontokkan diayaki (Jawa : ditapeni)
· Dilakukan pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari
· Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari kulit bijinya.
· Beras siap dikonsumsi.
Sumber : http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-padi.html
“Demikian sedikit materi tentang budidaya tanaman pangan, semog dapat bermanfaat. Tak
ada gading yang tak retak, bila ada kesalahan kritikan dan saran yang membangun
senantiasa ditunggu.”
Edited by Agus Supardiabineoagus.wordpress.com / [email protected]
Top Related