BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang keinginan saya membuat karya ilmiah tentang Budidaya
Tanaman Karet adalah karena Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan
penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong
pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun
pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal
terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa
kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas
(91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang
didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat
disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan
klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya
percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat,
perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif
walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta
samasama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih
banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak
produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya
adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir,
jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang
diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk
menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan
baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga
diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.
Tujuan pengembangan karet ke depan adalah mempercepat peremajaan karet
rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk
meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani. Sasaran jangka
panjang (2025) adalah: (a) Produksi karet mencapai 3,5-4 juta ton yang 25% di antaranya
1
untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 1.200-1.500 kg/ha/th
dan hasil kayu minimal 300 3 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (85%); (d)
Pendapatan petani menjadi US$ 2.000/KK/th dengan tingkat harga 80% dari harga FOB;
dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet. Sasaran jangka menengah (2005-
2009) adalah: (a) Produksi karet mencapai 2,3 juta ton yang 10% di antaranya untuk
industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 800 kg/ha/th dan hasil kayu
minimal 3 300 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (55%); (d) Pendapatan petani
menjadi US$ 1.500/KK/th dengan tingkat harga 75% dari harga FOB; dan (e)
Berkembangnya industri hilir berbasis karet di sentrasentra produksi karet.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1. Bagaiman Syarat pertumbuhan karet?
1.2.2. Bagaimana cara Pembibitannya?
1.2.3. Bagaimana cara Penanamannya?
1.2.4. Bagaimana cara Pemeliharaannya?
1.2.5. Bagaiman cara Penyadapannya?
1.2.6. Bagaimana cara Pemberantasan Penyakit Tanaman?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi
cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek
yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan
terutama dalam bidang teknologi budidayanya.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir semester genap
1.5. Sistematika Penyajian
2
Sistematika Penyajian pada karya ilmiah ini lima bab.
Bab pertama pendahuluan,bab kedua Rumusan masalah,bab ketiga metode penelitian,bab
keempat pembahasan,bab kelima penutup.
Di dalam bab pertama pendahuluan terdiri atas lima subbab,di antaranya yaitu latar
belakang,rumusan masalah,ruang lingkup masalah,maksud dan tujuan,sistematika penyajian.
Bab 2 sesuai landasan teori
Bab 3 yaitu metode penelitian.Di dalam bab3 terdapat empat hal yaitu sumber
data,cara memperoleh data,instrumen penelitian dananalisis data.
Bab 4 dalah pembahasan.Di dalam pembahasan terdapat...
Bab 5 yaitu penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Para
Pohon karet para pertama kali hanya tumbuh di Amerika Selatan, namun setelah percobaan
berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di
mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan; sekarang Asia merupakan sumber
karet alami.
Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta
ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi
beberapa industri termasuk otomotif dan militer.
Karet hypoallergenic dapat dibuat dari Guayule. Eksperimen awal dari pengembangan karet
sintetis membawa ke penemuan Silly Putty. Karet alami seringkali divulkanisasi, seubah
proses yang memanaskan karet dan ditambah belerang untuk meningkatkan "resilience" dan
elastisitas. Proses vulkanisasi meningkatkan durabilitas dan penggunaan karet dari 1830-an
sampai sekarang. Pengembangan sukses vulkanisasi dihubungkan dengan Charles Goodyear.
2.2. Morfologi Tanaman Karet
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea braziliensis yang berasal dari
Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia.
Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat
seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga
menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman
Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi
getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai
penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara
besar-besaran (Nazarudin, dkk: 1992). Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi
dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman
biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet
ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang
tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari
tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang
tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga
anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang
4
dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang
buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran
biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang
khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini
mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur
botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut (APP,2008):
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea braziliensis
2.3. Jarak Tanam
roduktivitas satuan luas dipengaruhi oleh jarak tanam dan kerapatan tanaman, disamping
faktor-faktor yang lainya. Jarak yang lebih sempit akan berdampak negative dengan beberapa
kelemahannya. Beberapa kerusakan yang akan terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah:
Kerusakan mahkota tajuk oleh angin
Kematian pohon karena penyakit menjadi lebih tinggi
Tercapainya lilit batang sadap lebih lambat
Hasil getahnya akan berkurang
Oleh sebab itu, dalam melakukan penanaman, sangat tidak dianjurkan terlalu rapat jarak
antara satu pohon dengan pohon yang lainnya. Maka dewasa ini kepadatan kerapatan pohon
setiap hektarnya tidak melebihi dari jumlah 400 sampai dengan 500 pohon. Hal itu berarti
jarak tanamnya perhektar adalah 7x3 m, 7, 14x 3, 33 m atau 8x2,5 m.
2.4. Bibit
Usaha peningkatan produktivitas tanaman karet baik pada tingkat perusahaan swasta maupun
secara nasional, harus dilaksanakan dengan menanam klon-klon unggulan terbaru pada saat
penanaman baru ataupun pada saat peremajaan.
Klon adalah keturunan yang diperoleh secara pembiakab vegetatif suatu tanaman . sehingga,
cirri-ciri darti tanaman tersebut sama persis dengan tanaman induknya.. Klon-klon anjuran
yang dianjurkan untuk digunakan pada saat okulasi maupun penanaman bibit unggul adalah
5
bahan tanaman karet. Adapun bahan tanaman yang dianjurkan adalah: Klon GT1, Klon PR
107, Klon PR 228, Klon PR 261, Klon PR 300, Klon PR 255, Klon PR 303, Klon AVROS
2037, Klon BPMI.
2.5. Rekomendasi klon karet
Asosiasi penelitian dan perkebunan Indonesia pada tahun 2000 merekomendasikan sebagai
berikut: Sistem rekomendasi klon karet 1999-2001, disesuaikan dengan undang-undang no 12
tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman. Rekomendasi klon unggulan dikelompokan
menjadsi dua, yaitu: Kelompok klon anjuran komersil Kelompok klon anjuran harapan Kon
anjuran komeresil dibagi menjai 3 yaitu:
Klon penghasil lateks
Klon penghasil lateks-kayu
Klon penghasil kayu
Sedangkan klon anjuran harapan terdiri dari beberapa klon yaitu:
IRR 2
IRR5
IRR13
IRR17
IRR21
IRR24
IRR41
IRR42
IRR54
IRR1OO
IRR104
IRR105
IRR107
IRR111
IRR 118hasil klon di anjurkan
PBB 2660
PBB 2640
2.6. Penyadapan
6
Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan merupakan salah
satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini
adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan
aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang Kulit karet
dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet untuk
memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan
harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merisak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan
dalam penyadapan, maka produksi karet akan berkurang(santosa, 1986) Untuk memperoleh
hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang
tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor
kesehatan
Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup
internasional dan teristimewa di Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil
pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekomian negara. Hasil devisa yang
diperoleh dari karet cukup besar bahkan Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia
dengan melibatkan negara-negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri. (Tim Penulis,
1999).
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanian karet,
sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas areal perkebunan karet
tahun 2002 tercatat mencapai lebih dari 3,2 juta ha yang tersebar di wilayah seluruh
Indonesia..Jumlah ini masih di tingkatkan lagi dengan melakukan peremajaan dan
pemberdayaan lahan-lahan pertanian milik petani serta lahan kosong/tidak produktif dan
sesuai untuk perkebunan karet. (Soekartawi, 2002).
Dalam dunia tumbuhan, tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
7
Genus : Hevea
Spesies : Hevea bransilensis
(Setyamidjaja, 1993)
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah
pada zona antara 15o LS dan 15o LU, curah hujan yang cocok tidak kurang dari 2000 mm.
Optimal 2500- 4000 mm/tahun. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah yaitu pada
ketinggian 200 m dpl sampai 600 m dpl, dengan suhu 25o – 23o C (Setyamidjaja, 1993).
Jenis – Jenis Karet
Ada dua jenis karet, yaitu, karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet memiliki
karakteristik yang berbeda sehingga keberadaannya saling melengkapi.
Karet Alam. a. Sifat Karet Alam
Sifat – sifat atau kelebihan karet alam yaitu :
1. Daya elastis atau daya lentingnya sempurna.
2. Sangat plastis, sehingga mudah diolah.
3. Tidak mudah panas.
4. Tidak mudah retak
Jenis Karet Alam
Tujuh jenis karet alam yang dikenal di pasaran yakni sebagai berikut :
Bahan Olah Karet
Bahan Olah Karet adalah Lateks kebun dan gumpalan lateks kebun yang didapat dari
penyadapan pohon karet Havea Brasiliensis. Bahan olah karet ini umumnya merupakan
produksi perkebunan karet rakyat, sehingga sering disebut dengan bokar ( bahan olah karet
rakyat ).
Bokar terdiri dari empat jenis yaitu :
• Lateks Kebun
8
Lateks Kebun adalah getah yang didapat dari kegiatan menyadap pohon karet. Syarat-syarat
lateks kebun yang baik adalah :
Telah disaring menggunakan saringan berukuran 40 mesh.
Bebas dari kotoran dan benda – benda lain, seperti serpihan kayu atau daun.
Tidak bercampur dangan bubur lateks, air, atau serum lateks.
Warna putih dan berbau khas karet segar.
Kadar karet kering untuk mutu 1 sekitar 28% dan untuk mutu 2 sekitar 20%.
• Sheet Angin.
Sheet Angin merupakan produk lanjutan dari lateks kebun yang telah disaring dan
digumpalkan menggunakan asam semut. Kriteria sheet angin yang baik adalah :
Tidak ada kotoran.
Kadar karet kering untuk mutu 1 sebesar 90% dan mutu 2 sebesar 80%.
Tingkat ketebalan pertama 3 mm dan ketebalan kedua 5 mm.
• Slab Tipis
Slab Tipis merupakan bahan olahan karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan
dengan asam semut. Syarat – syarat slab tipis yang baik adalah :
Bebas dari air atau serum.
Tidak tercampur gumpalan yang tidak segar.
Tidak terdapat kotoran.
Slab Tipis mutu 1 berkadar karet kering sebesar 70% dan mutu 2 memiliki kadar karet
kering 60%.
Tingkat ketebalan pertama 30 mm dan ketebalan kedua 40 mm.
• Lump Segar
Bahan olahan karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara
alamiah dalam mangkuk penampungan disebut Lump Segar. Kriteria lump sagar yang baik
adalah :
Bersih dari kotoran.
Mutu 1 berkadar karet kering 60% dan mutu 2 berkadar karet kering 50%.
Tingkat ketebalan pertama 40 mm dan ketebalan kedua 60 mm.
9
Karet Alam Konvensional
Jenis-jenis karet alam olahan yang termasuk karet alam konvensional dengan standar
mutunya adalah sebagai berikut:
• Ribbed Smoked Sheet
Ribbed Smoked Sheet yang disingkat RSS berupa lembaran sheet yang diproses melalui
pengasapan yang baik. Beberapa kelas dalam RSS sebagai berikut :
X RSS
Merupakan karet yang benar – benar bersih, kuat, kering, bagus, dan setiap bagian mendapat
pengasapan sempurna.
RSS 1
Merupakan karet yang jika pembungkusnya terdapat jamur masih diperbolehkan, dengan
catatan jamur tersebut tidak sampai masuk kedalam karetnya.
RSS 2
Merupakan karet yang masih diperbolehkan terdapat gelembung udara dan serpihan –
serpihan kayu..
RSS 3
Merupakan karet yang diperbolehkannya terdapat cacat warna, gelembung besar atau noda –
noda dari permukaan kulit tanaman karet.
RSS 4
Merupakan karet yang diperbolehkan terdapat gelembung – gelembung udara, karet agak
rekat, atau terdapat serpihan – serpihan kulit pohon asalkan tidak terlalu banyak.
RSS 5
Merupakan karet yang paling rendah mutunya dibandingkan dengan kelas-kelas lainnya
dalam kelompok RSS. Dalam kelas RSS 5 ini bintik – bintik, gelembung kecil, noda,
10
serpihan kulit pohon, karet agak rekat, kelebihan asap, dan belum kering benar masih
diperbolehkan.
• White Crepe Pale Crepe
Crepe jenis ini memiliki warna putih atau muda, ada yang tebal dan ada pula yang tipis.
Standar mutu dalam kelompok white crepe dan pale crepe adalah sebagai berikut :
No. 1 X Thin White Crepe
Karet yang termasuk kelas ini harus kering, kokoh, dan warnanya putih merata. Warna yang
luntur, bau asam atau tidak enak, noda, debu, pasir, minyak, atau bekas oksidasi tidak
diperbolehkan.
No. 1 Thin White Crepe
Pada kelas ini masih mentoleransi perubahan warna asalkan sangat kecil.
No. 1 Thin Pale Crepe
Kelas ini tidak memperbolehkan adanya kelunturan, bau asam, dabu, noda – noda pasir, atau
benda – benda asing, dan bekas – bekas oksidasi.
No. 2 Thin Pale Crepe
Dikelas ini karet harus dalam keadaan kering dan kokoh dengan warna lebih tua dari no 1
thin pala crepe, hanya ada belang- belang masih diperbolehkan asalkan tidak lebih dari 10%.
No. 3 Thin Pale Crepe
Karet untuk kelas ini harus kering, kokoh, dan warnanya sedikit kekuningan. Dalam kelas ini
perubahan warna menjadi sedikit lebih tua, belang- belang , atau garis- garis masih
diperbolehkan.
• Estate Brown Crepe
Sesuai dengan namanya, crepe ini memiliki warna coklat muda, biasanya diproduksi oleh
perkebunan-perkebunan besar. Dibuat dari bahan-bahan yang kurang baik, seperti sisa lateks,
lump, atau koagulum yang berasal dari prokoagulasi, serta scrap atau lateks kebun yang
sudah kering dibidang penyadapan.
11
Kelompok Estate Brown Crepe berdasarkan standar mutu adalah sebagai berikut :
No. 1 Thin Brown Crepe
Karet kelas ini harus kering, bersih, dan berwarna coklat muda. Diperbolehkan adanya noda,
benda-benda asing semacam pasir, bekas oksidasi, bau asam dan warna yang luntur.
No. 2 Thin Brown Crepe
Kelas ini kualifikasinya sama dengan kelas no 1 thin brown crepe, perbedaannya terletak
pada warnanya yang tidak harus coklat muda, tetapi coklat sadang.
No. 3 Thin Brown Crepe
Karet kelas ini sama hampir sama dengan kelas diatasnya, warna coklat hingga coklat tua
masih diperbolehkan.
• Compo Crepe
Compo Crepe ini terbuat dari bahan lump, srap pohon, potongan-potongan sisa RSS, atau
slab basah. Standar mutu Compo Crepe adalah sebagai berikut :
No. 1 Compo
Dikelas ini karet harus dalam keadaan kering, bersih, dan berwarna coklat muda. Luntur,
noda-noda, pasir,atau benda-benda asing, minyak dan bekas oksidasi tidak diperbolehkan.
No. 2 Compo
Kelas ini sama dengan kelas di atasnya, perbedaannya adalah adanya coklat dan belang-
belang masih bias ditolerir.
No. 3 Compo
Pada kelas ini kualifikasinya sama dengan no 2 compo, hanya dalam kelas ini noda-noda
kulit pohon masih diperbolehkan dan warnanya dari coklat hingga coklat tua
• Thin Brown Crepe Remills
Thin Brown Crepe Remills adalah Crepe coklat yang tipis karena digiling ulang, sehingga
didapat crepe dengan ketebalan yang dikehendaki.
12
No. 1 Thin Brown Crepe Remills
Karet kelas ini berwarna coklat muda, kering dan bersih. Tidak terdapat noda-noda kulit
pohon, lumpur, pasir, dan benda-benda lainnya serta harus bebas dari minyak, bintik-bintik
dan bekas oksidasi. Belang –belang masih diperbolehkan asal dalam jumlah kecil.
N.o 2 Thin Brown Crepe Remills
Kualifikasi secara umum sama dengan kelas di atasnya. Namun warnanya dari coklat muda
sampai sedang.
No. 3 Thin Brown Crepe Remills
Kualifikasi sama dengan kelas di atasnya, tetapi warnanya coklat sedang hingga coklat tua
sedang.
No. 4 Thin Brown Crepe Remills
Kualifikasi sama dengan kelas di atasnya,. Perbedaannya terletak pada warnanya yang coklat
tua sadang hingga coklat tua.
• Thick Blanket Crepe Ambers
Thick Blanket Crepe Ambers adalah Crepe Blanket yang tebal dangan warna coklat, dan
terbuat dari slab basah, sheet tanpa pengasapan, lump, dan scrap dari perkebunan besar atau
kebun rakyat yang baik mutunya. Standar mutu jenis ini sebagai berikut :
No. 2 Thick Blanket Crepe Ambers
Karet no.2 thick blanket crepe ambers harus kering dan bersih dengan warna coklat muda.
Benda-benda asing seperti noda kulit kayu, pasir, lumpur, minyak, bintik-bintik, bekas panas
atau oksidasi, serta warna luntur tidak diperbolehkan.
No.3 Thick Blanket Crepe Ambers
Kualifikasinya hampir sama dengan kelas di atasnya, perbedaannya warnanya dari coklat
sedang hingga coklat. Belang-belang masih ditolerir asalkan dalam jumlah tidak terlalu
banyak.
No.4 Thick Blanket Crepe Ambers
13
Syaratnya sama dengan kelas di atasnya. Perbedaannya hanya pada warna yaitu dari coklat
hingga coklat tua.
• Flat Bark Crepe
Flat Bark Crepe adalah karet tanah atau earth rubber, yakni crepe yang dihasilkan dari karet
alam yang belum diolah, termasuk scrap tanah yang berwarna hitam. Karet ini harus kering
dangan warna coklat tua sampai kehitaman dan bertekstur sedang hingga lembek. Tidak
diperbolehkan adanya kelenturan, bekas panas, pasir, lumpur, dan pengepakan tidak bersih.
• Pure Samoked Blanket Crepe
Crepe ini didapatkan dari penggilingan karet asap yang berasal dari ribbed smoked sheet,
termasuk karet bongkah atau block sheet dan sisa potongannya. Standar mutunya adalah
kering, bersih, kuat, liat, dan berbau karet asap yang khas. Warnanya dari coklat hingga
coklat tua.
• Off Crepe
Crepe jenis ini terbuat dari bahan- bahan sisa atau bermutu jelek, misalnya lembaran-
lembaran ribbed smoked sheet yang penggilingannya tidak sempurna, busa lateks, dan bekas
air cucian yang masih banyak mengandung lateks. Tidak ada standar mutu pada jenis karet
ini.
Lateks Pekat
Berbeda dengan jenis karet lain yang berbentuk lembaran atau bongkahan, lateks pekat
berbentuk cairan pekat. Pemerosesan bahan baku menjadi lateks pekat bisa melalui
pendadihan (creamed latex) atau pemusingan (centrifuged
latex). Lateks pekat ini biasanya merupakan bahan untuk pembuatan barang-barang yang tipis
dan bermutu tinggi.
Karet bongkah
Karet bongkah berasal dari karet remah yang dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-
bandela dangan ukuran yang telah ditentukan.
Karet Spesifikasi Teknis
14
Karet Spesifikasi Teknis atau crumb rubber merupakan karet yang dibuat secara khusus,
sehingga mutu teknisnya terjamin yang penetapannya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Karet
spesifikasi teknis ini dikemas dalam bongkahan-bongkahan kecil dengan berat dan ukuran
seragam.
Type Rubber
Type Rubber merupakan karet setengah jadi, sehingga bias langsung digunakan oleh
konsumen, seperti untuk membuat ban atau barang-barang lain yang berbahan karet alam.
Tujuan pembuatan type rubber adalah meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet
sintetis. Karet ini juga memiliki daya campur yang baik, sehingga mudah digabungkan
dangan karet sintetis.
Karet Reklim
Karet Reklim atau reclaimed rubber adalah karet yang didaur ulang dari karet bekas.
Umumnya bekas ban mobil atau ban berjalan dipabrik-pabrik besar. Kelebihan karet reklim
ini adalah daya lekatnya bagus, kokoh, tahan lama dalam
Universitas Sumatera Utara
pemakaian, serta lebih tahan terhadap bensin dan minyak pelumas dibandingkan dengan karet
yang baru dibuat. Kelemahannya kurang kenyal dan kurang tahan gesekan.
Karet Sintetis
Jika karet alam dibuat dari getah pohon karet, karet sintetis atau karet buatan dibuat dari
bahan baku minyak bumi. Sama dengan karet alam, karet sintetis juga terdiri dari beberapa
jenis dengan sifat-sifat yang khas dari setiap jenisnya. Ada yang tahan terhadap panas, suhu
tinggi, minyak, pengaruh udara, dan ada pula yang kedap gas.
Jenis Karet Sintetis
Secara umum karet sintetis dibedakan menjadi dua, yaitu karet sintetis untuk kegunaan umum
dan kegunaan khusus.
Karet Sintetis untuk Kegunaan Umum
15
Dinamakan untuk kegunaan umum karena sintetis ini dapat digunakan untuk bermacam-
macam kebutuhan. Ada beberapa jenis karet sintetis yang bahkan dapat menggantikan fungsi
karet alam.
Beberapa jenis karet sintetis untuk kegunaan umum sebagai berikut :
SBR atau Styrena Butadiene Rubber
SBR merupakan jenis karet sintetis yang paling banyak diproduksi atau digunakan
SBR memiliki ketahanan kikis yang baik dengan kalor dan panas yang ditimbulkannya
rendah.
BR (Butadiene Rubber) atau PR (Polybutadiene Rubber)
BR memiliki daya lekat lebih rendah dibandingkan dengan BSR, sehingga dalam
penggunaannya BR biasanya harus dicampur dengan karet alam atau BSR
IR atau Isoprene Rubber
Karet sintetis jenis ini memiliki banyak kemiripan dengan karet alam karena merupakan
polimer isoprene.
IR bahkan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan karet alam, yaitu bahannya
lebih murni dan lebih mantap.
Karet Sintetis untuk Kegunaan Khusus
Karet Sintetis untuk kegunaan khusus ini memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki oleh karet
sintetis untuk kegunaan umum, yakni tahan terhadap minyak, oksidasi, panas atau suhu
tinggi, dan kedap terhadap gas.
Beberapa jenis karet untuk kegunaan khusus ini diantaranya IIR (isobutene isoprene rubber),
NBR (nytrile butadine rubber), CR (chloroprene rubber ), dan EPR (ethylene propylene
rubber ).
Manfaat Karet Sintetis
16
Disebabkan kelebihannya yang tidak dimiliki karet alam, seperti tahan minyak, karet sintetis
banyak digunakan untuk pembuatan pipa karet untuk minyak dan bensin, membran, seal,
gasket, serta barang-barang lain yang banyak dipakai untuk peralatan kendaraan bermotor
atau industri gas.
Karet sintetis jenis CR yang memiliki kelebihan tahan api dimanfaatkan untuk pembuatan
pipa karet, pembungkus kabel, seal, gasket, dan sabuk pengangkut.
Universitas Sumatera Utara
Jenis IIR yang tahan gas digunakan untuk campuran pembuatan ban kendaraan bermotor,
pembalut kawat listrik, serta pelapis tangki penyimpan minyak atau lemak. (Setiawan, D.H,
dkk, 2005)
Usahatani pada dasarnya adalah sebagian dari permukaan bumi dimana seorang petani,
sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok tanah atau memelihara ternak.
Kenyataan objektif yang senantiasa harus diperhatikan adalah (1) Sekitar 70% rakyat hidup di
pedesaan, (2) Hampir 50% dari angkatan kerja nasional rakyat kita menggantungkan
nasibnya berkerja di sektor pertanian dan (3) sekitar 80% rakyat mengenyam pendidikan
formal paling tinggi selama 6 tahun. (Husodo, 2004).
Faktor Sosial Petani
a. Umur
Bagi petani yang lebih tua bisa jadi mempunyai kemampuan berusahatani yang lebih
berpengalaman dan keterampilannya lebih baik, tetapi biasanya lebih konservatif dan lebih
mudah lelah. Sedangkan petani muda mungkin lebih miskin dalam pengalaman dan
keterampilan tetapi biasanya sifatnya lebih progresif terhadap inovasi baru dan relatif lebih
kuat. Dalam hubungan dengan perilaku petani terhadap resiko, maka faktor sikap yang lebih
progresi terhadap inovasi baru inilah yang lebih cenderung membentuk nilai perilaku petani
usia muda untuk lebih berani menangung resiko (Soekartawi, 2002).
b. Tingkat Pendidikan
Rendahnya tingkat petani dan keterbatasan teknologi modern merupakan dua faktor penyebab
utama yang menyebabkan kemiskinan di sektor pertanian di Indonesia. Keterbatasan dua
17
faktor produksi tersebut yang sifatnya komplementer satu sama lain mengakibatkan
rendahnya tingkat produktivitas yang pada akhirnya membuat rendahnya tingkat pendapatan
riil petani sesuai mekanisme pasar yang sempurna. (Tambunan, 2003).
Model pendidikan yang digambarkan dalam pendidikan petani bukanlah pendidikan formal
yang acap kali mengasingkan petani dari realitas. Pendidikan petani tidak hanya berorientasi
kepada peningkatan produksi petanian semata, tetapi juga menyangkut kehidupan sosial
masyarakat petani. Masyarakat petani yang terbelakang lewat pendidikan petani diharapkan
dapat lebih aktif, lebih optimis pada masa depan, lebih efetkif dan pada akhirnya membawa
pada keadaan yang lebih produktif. (Soetpomo., 1997).
c. Pengalaman Bertani
Belajar dengan mengamati pengalaman petani lain sangat penting, karena merupakan cara
yang lebih baik untuk mengambil keputusan dari pada dengan cara mengolah sendiri
informasi yang ada. Misalnya seorang petani dapat mengamati dengan seksama dari petani
lain yang lebih mencoba sebuah inovasi baru dan ini menjadi proses belajar secara sadar.
Mempelajari pola perilaku baru, bisa juga tanpa disadari. (Soekartawi, 2005).
2. Faktor Ekonomi
a. Luas Lahan
Ketersediaan lahan garapan yang dimiliki petani yang jauh dibawa skala usaha ekonomi
menjadi salah satu penyebab yang membuat rendahnya pendapatan petani di Indonesia. Baik
didaerah perkotaan maupun daerah pedesaan, jumlah petani miskin yang tidak memiliki lahan
jauh lebih banyak dibandingkan dengan petani miskin yang memiliki lahan. (Tambunan,
2003).
Luas lahan yang selalu digunakan dalam skala usaha pertanian tradisional karena komunitas
yang ditanam oleh petani tradisional selalu seragam yakni padi, kacang-kacangan dan
tanaman keras yang sejenisnya. Dengan demikian pedoman luas lahan juga secara otomatis
mengaju pada nilai modal, aset dan tenaga kerja. Kebun kelapa sawit, Karet, Kopi misalnya
juga bisa menggunakan acuan luas lahan untuk menentukan skala usahanya.(Rahardi, 2003).
b. Jumlah Tanggungan Keluarga
18
Ada hubungan yang nyata yang dapat dilihat melalui keengganan petani terhadap resiko
dengan jumlah anggota keluarga. Keadaan demikian sangat beralasan, karena tuntutan
kebutuhan uang tunai rumah tangga yang besar, sehingga petani harus berhati-hati alam
bertindak khususnya berkaitan dengan cara-cara baru yang riskan terhadap risiko. Kegagalan
petani dalam berusaha tani akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan
keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat
untuk berusaha tani secara intensif dengan menerapkan teknologi baru sehingga akan
mendapatkan pendapatan. (Soekartawi, 2002).
c. Curahan Tenaga Kerja
Faktor utama masalah ketenagakerjaan adalah produktivitas. Semakin produktif pekerja akan
semakin besar pendapatan yang diperoleh. Jika seluruh tenaga kerja dalam satu unit kegiatan
sangat produktif, maka unit kegiatan tersebut akan menjadi produktif. Jika produktivitas itu
disertai dengan efesien, maka unit kegiatan tersebut akan memperoleh laba usaha yang sangat
besar. (Rahardi, 2003).
Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja, oleh karena
itu dalam analisa ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan
oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya
tenaga kerja efektif yang dipakai seperti yang telah diketahui bahwa skala usaha akan
mempengaruhi besar kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan juga menentukan
macam tenaga kerja yang bagaimana yang diperlukan (Soekartawi, 2005).
Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.
Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :
TR = Py. Y
Dimana :
TR = Total Penerimaan
Harga = Harga
Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani
Pendapatan usaha tani adalah antara penerimaan dan semua biaya, jadi :
Pd = TR – TC
Dimana :
Pd = Pendapatan Usahatani
19
TR = Total Penerimaan
TC = Total biaya
(Soekartawi, 1995)
Return on Investmen (ROI) merupakan analisa untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha
sehubungan dengan modal yang telah digunakan. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh
tingkat tingkat perpuataran modal dan keuntungan bersih yang dicapai. Dengan kriteria
sebagai berikut yaitu bila ROI lebih besar atau sama dengan satu artinya usahatani tersebut
layak diusahakan, jika ROI lebih kecil dari satu maka usahatani tersebut tidak layak
diusahakan. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :
ROI = x 100% ModalKeuntungan
(Soekartawi, 1995)
Faktor produksi mempunyai peranan penting dalam melaksanakan usahatani Pemilikan lahan
yang semakin luas memberikan potensi yang besar dalam mengembangkan usahatani. Modal
juga mempunyai peranan penting, digunakan untuk membeli sarana produksi seperti, bibit,
pupuk, obat-obatan dan lain-lain. Faktor produksi ini sangat menentukan besar kecilnya
produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi
lahan, tenaga kerja, modal, untuk membeli saprodi adalah faktor yang penting di antara faktor
produksi lain (Soekartawi, 2005).
Petani sebagai individu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda satu sama lain baik
secara sosial maupun ekonomi. Dimana kedua faktor tersebut berpengaruh besar terhadap
kegiatan petaniannya serta keuntungan yang akan diperoleh dari usaha tani tersebut. Adapun
faktor-faktor sosial petani dalam hal ini adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani
pada usahatani karet rakyat dan status kepemilikan lahan. Sedangkan faktor-aktor ekonomi
adalah menyangkut luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, dan curahan tenaga kerja.
Dalam usaha petanian produksi diperoleh melalui suatu proses yang panjang dan penuh
resiko. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi juga ikut sebagai faktor penentu
pencapaian produktivitas. Dalam segi waktu tanaman perkebunan membutuhkan periode
yang lebih panjang dibanding dengan tanaman lainnya. Input produksi yang dibutuhkan
antara lain adalah modal, lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, dan lain-lain.
Modal merupakan biaya yang harus dimiliki petani dalam menjalankan usahataninya.
Digunakan untuk membeli sarana produksi seperti bibit, pupuk, biaya tenaga kerja, alat dan
lain-lan.
20
Lahan merupakan media tanam yang harus di milki oleh petani untuk melakukan usahatani
diukur dengan satuan (ha). Semakin luas lahan yang dimiliki semakin besar pula hasil yang
didapat dengan memperhatikan faktor-faktor produksi seperti penggunaan bibit, jarak tanam,
pemupukkan dan juga obat-obatan yang digunakan.
Tenaga kerja adalah orang yang bekerja dalam melakukan proses usaha tani, dari pembukaan
lahan sampai kepada proses pemanenan.
Bibit adalah tanaman yang dipakai dalam usahatani yaitu bibit tanaman karet dan obat-obatan
digunakan untuk memberantas dan menanggulangi hama penyakit tanaman karet dengan
menggunakan anjuran dan dosis yang baik dan benar.
Produktivitas merupakan suatu perbandingan antara sejumlah output dengan beberapa input.
Produktivitas merupakan suatu ukuran seberapa baik suatu sumber kekayaan yang
dikombinasikan dan digunakan untuk mencapai suatu hasil. (hasil yang dicapai : sumber daya
yang digunakan). Semakin baik produktivitas dilakukan semakin baik pula hasil yang dicapai
dan sebaliknya.
Pendapatan bersih usahatani perkebunan karet rakyat dapat dengan mengurangi semua nilai
produksi dengan seluruh pengeluaran selama proses produksi berlangsung. Dimana nilai
produksi dari karet basah yang dijual berdasarkan harga jual yang bersaing di pasar lelang
yang nantinya pendapatan ini sebagian digunakan petani untuk melanjutkan usahataninya dan
sebagian lagi untuk kegiatan usahataninya.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sumber data
Dalam penelitian karya tulis ini,digunakan metode penulisan dengan cara peninjauan
dan cara tinjaua kepustakaan menurut buku………………………………tinjauan
kepustakaan disebut juga study kepustakaan yaitu mencari data dari kepustakaan misalnya
dari data buku jurnal masalah dan lain-lain.
Semakin banyak sumber bacaan semakin banyak pula pengetahuan yang diteliti
namun tidak semua buku bacaan dan laporan dapat diolah.
3.2 Cara memperoleh data
a. Mepelajari hasil yang diperoleh dari setiap sumber yang relevan dengan penelitian
yang akan dilakukan.
b. Mempelajari metode penelitian yang dilakukan termasuk metode penelitian
pengambilan sampel pengumpulan data sumber data dan satuan data
c. Mengumpulkan data dari sumber lain yang berhubungan dengan bidang penelitian.
d. Mempelajari analisis deduktif dari problem yang tertera(analisis berpikir secara
kronologis)
3.3 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian ini adalah penelitian sendiri karena subjek penelitiannya berupa
pustaka yang memerlukan pemahaman dan penafsiran penelitian,penulis mencatat hal-hal
yang berhubungan dengan pesan social budaya dalam menghasilkan generasi muda yang
berkualitas yang digunakan sebagai instruktur penelitian seluruh data dikumpulkan dalam
catatan khusus.
3.4 Analisis data
` Data yang dikumpulkan dalam catatan khusus selanjutnya dianalisis,proses analisis
dilakukan dengan cermat dan dideskripsikan dengan lengkap sehingga menghasilkan analisis
yang representative teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis isi.
22
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Syarat pertumbuhan
1. Suhu udara 240C – 280C
2. Curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun.
3. Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari
4. Kelembaban tinggi
5. Kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas
6. Tanah ber-pH 5-6 (batas toleransi 3-8).
7. Ketinggian lahan 200 m dpl
Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi yang tinggi pada kondisi tanah
dan iklim sebagai berikut:
- Di dataran rendah sampai dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut,
suhu optimal 280 c.
- Jenis tanah mulai dari vulkanis muda, tua dan aluvial sampai tanah gambut
dengan drainase dan aerase yang baik, tidak tergenang air. pH tanah
bervariasi dari 3,0-8,0
- Curah hujan 2000 – 4000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 100 -150 hari
. Persiapan lahan penanaman
Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai
kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan
persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :
1 Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-
alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain
Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan
pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.
2 Pengolahan Tanah
23
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan
dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter
dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis
untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan
tanah.
3 Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket
Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan
dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk
menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25
sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan.
4 Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian
dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan
di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang
tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.
4.2. Pembibitan
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif.
Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara yaitu dengan
okulasi tanaman.Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan
tahapan sbb:
- Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar
1/2 – 3/4 cm.
- Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata
diambil dari ketiak daun.
- Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit
jendela dan kambium
- Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang
tebalnya 0,04 mm.
24
- 2 minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.
- Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan
arah pemotongan miring.
Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah:
GTI, LCB 1320 dan PR 228.
Seleksi dan Penanaman Bibit
1 Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan
tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif
terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta
pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah
antara lain :
- Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
- Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
- Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
- Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).
2 Kebutuhan bibit
Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet untuk
penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%)
sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.
3 Penanaman
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni
antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari
hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top
soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan
dengan urea 50 gram dan SP – 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.
25
4.3. Penanaman
- Lahan/kebun diolah sebaik mungkin sebelumnya .
- Lakukan pengairan untuk mengatur letak tanaman dalam barisan.
- Luka potong akar tunggal dan akar lateral diolesi dengan pasta Rootone F
dosis 125 mg ditambah dengan air 0,5 ml untuk satu stump.
- Pembungkus okulasi dilepas agar tidak mengganggu pertumbuhan dan bibit
siap ditanam
4.4.Pemeliharaan
- Lakukan penyiangan untuk menghindari persaingan tanaman didalam pengambilan unsur
hara.
- Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah mati sampai dengan tanaman
telah berumur 2 tahun pada saat musim penghujan.
- Tunas palsu harus dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 2 minggu sekali,
sedangkan tunas lain dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,80 m.
- Setelah tanaman berumur 2-3 tahun, dengan ketinggian 3,5 m dan bila belum
bercabang, perlu diadakan perangsangan dengan cara pengeratan batang,
pembungkusan pucuk daun dan pemenggalan
- Lakukan pemupukan secara intensif pada tanaman baik pada kebun
persemaian, kebun okulasi maupun kebun produksi, dengan menggunakan
pupuk urea, TSP, dan KCL.Dosis pupuk disesuaikan dengan keadaan/jenis
tanah.Untuk jenis tanah Latosol dan Podsolik Merah Kuning, anjuran dosis
pupuk
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian
gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.
1Pengendalian gulma
26
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah
menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
2.Program pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara
berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali
pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari
dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih
dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua
minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl.
Hama-hama penting yang sering menyerang karet adalah:
a .Pseudococcus citri
Pengendaliannnya dengan menggunakan insektisida jenisMetamidofos, dilarutkan dalam air
dengan konsentrasi 0,05 -0,1%.
b.Kutu Lak (Laeciper greeni)
Dapat diberantas dengan insektisida Albolinium (Konsentrasi 2%) ditambah Surfactan
citrowett 0,025%.
- Penyakit-penyakit yang ditemui pada tanaman karet adalah: penyakit embun
tepung, penyakit daun, penyakit jamur upas, penyakit cendawan akar
putih-dan penyakit gugur dawn: Pencegahannya dengan menanam Klon yang
sesuai dengan lingkungan dan lakukan pengelolaan , tanaman secara tepat
dan teratur:
4.5. Penyadapan
Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi bukaan
sadap pertama 130 cm dan bukaan sadap kedua 280 cm diatas pertautan okulasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain:
- Pembukaan bidang sadap dimulai dari kiri atas kekanan bawah, membentuk
sudut 300.
27
- Tebal irisan sadap dianjurkan 1,5 – 2 mm.
- Dalamnya irisan sadap 1-1,5 mm.
- Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi
4.6. Pemberantasan Penyakit Tanaman
Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian
yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi
juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah
pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut
perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet.
Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang
ditimbulkannya
28
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Ada perbedaan produktivitas usahatani karet rakyat antar dua daerah penelitian.
5.1.2. Ada perbedaan biaya produksi usahatani karet rakyat antar dua daerah penelitian
5.1.3. Ada perbedaan pendapatan bersih usahatani karet rakyat antar dua daerah penelitian.
5.1.4. Ada perbedaan tingkat efisiensi usahatani karet rakyat antar dua daerah penelitian.
5.1.5. Ada perbedaan karakteristik sosial ekonomi petani karet (umur, tingkat pendidikan,
pengalaman petani, luas lahan, curahan tenaga kerja jumlah tanggungan antar dua daerah
penelitian.
5.2. Saran
5.2.1. Terus tingkatkan kualitas karet untuk kemajuan perekonomian kita.
5.2.2. Lakukan sebaik mungkin dalam berkebun karet.
5.2.3. Gunakan pupuk yang baik dan teratur.
5.2.4. Iakuti aturan jarak dalam penanaman karet yang baik dan bemar.
29
Daftar pustaka
Amy Palupy, K. 2006. Okulasi Bahan Tanam. Pusat Penelitian Karet. Balai PenelitianSembawa dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat.Indraty, S.I. 1990. Pemindahan Kecambah Karet Stadia Berdaun. Pusat PenelitianPerkebunan Getas. Dalam Prosiding Konferensi Nasional Karet. 1990. Palembang.Indonesia.Lasminingsih, M. 2006. Pembangunan Kebun Entres. Pusat Penelitian Karet. BalaiPenelitian Sembawa dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat.Gozali, D.A. dan Boerhendhy, I. 2006. Pembangunan Batang Bawah. Pusat Penelitian
30
Top Related