Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659 Vol.6.No.4, Oktober 2018 (92): 668- 680 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
668
Seleksi Tingkat Tahan Penyakit Busuk Pangkal Batang Athelia rolfsii(Curzi)Beberapa
Galur Kedelai(Glycine maxL.Merrill)dan Produksi Tinggi PadaGenerasi M5
Selection to Stem Rot Disease Athelia rolfsii (Curzi)Resistant Level of SomeSoybean
(Glycine max L. Merrill)Line and High Production on M5 Generation
Mutia Rahmah, Diana Sofia Hanafiah*, Luthfi Aziz Mahmud Siregar
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155
*Corresponding Author : [email protected]
ABSTRACT
This study aims to get individuals selected of some soybean Glycine max L. (Merrill) M5
generation with character resistant stem rot disease Athelia rolfsii (Curzi)and high production.
This research was conducted in Plant Disease Laboratory and experimental field Faculty of
Agriculture Universitas Sumatera Utara Medan, Indonesia. This research was conducted from
December 2016 until July 2017. In this study using augmented design. The treatments were 15
mutant lines, the check variety were Anjasmoro, Agromulyo, and Kipas Putih varieties. The
results showed that the appearance of agronomic characters observed in the inoculated medium
of the fungus causes stem rot disease is lower than the optimum field without inoculation of
fungus. Differences in the means values of the mutant line are in the larger stem diameter
character of plant than with the inoculation of fungus. Broad sense heritability values were found
in the number of pods per plant, number of seeds per plant, and seed weight per plant on the
inoculated medium of the fungus and the optimum field. Selection performed on population
M5resulted 7 individuals with high production character and 62 individuals with tolerance of stem
rot disease character.
Keywords: high production, M5 generation, selection,soybean,stem rot.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan individu terpilih beberapa galur kedelai
(Glycine max L. Merrill) pada generasi M5dengan karakter tahan penyakit busuk pangkal batang
Athelia rolfsii Curzi dan produksi tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit
Tumbuhan dan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, Indonesia.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Juli 2017. Pada penelitian ini
menggunakan rancangan augmented. Perlakuan yang digunakan adalah 15 galur mutan,beberapa
varietas yaitu Anjasmoro, Agromulyo, dan Kipas Putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penampilan karakter agronomi yang diamati pada media yang di inokulasi jamur penyebab
penyakit busuk pangkal batang lebih rendah dibandingkan lahan optimum tanpa inokulasi jamur.
Perbedaan nilai tengah genotip mutan terdapat pada karakter diameter batang tanaman yang lebih
besar dibandingkan tanaman dengan pemberian inokulasi jamur. Nilai heritabilitas arti luas
terdapat pada karakter jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji
per tanaman pada media yang di inokulasi jamur dan lahan optimum. Seleksi yang dilakukan pada
populasi M5 menghasilkan 7 individu terpilih dengan karakter produksi tinggi dan 62 individu
dengan karakter toleran penyakit busuk pangkal batang.
Kata kunci: : produksi tinggi, generasi M5, seleksi, kedelai, busuk pangkal batang.
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659 Vol.6.No.4, Oktober 2018 (92): 668- 680 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
669
PENDAHULUAN
Produksi kedelai Indonesia pada
periode 1980–2015 berfluktuasi dan
cenderung meningkat dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 2,37% per tahun.
Kontribusi terbesar diberikan oleh Provinsi
JawaTimur sebesar 39,74% (rata-rata
produksi 351,92 ribu ton), diikutiJawa
Tengah 14,03% (rata-rata produksi
124,23 ribu ton), dan NusaTenggara Barat
10,65% (rata-rata produksi 94,33 ribu
ton).Peningkatan produksi kedelai yang
signifikan terjadi di tahun 2014, dimana
produksi kedelai nasional menjadi sebesar
955,00 ribu ton, meningkat dari tahun 2013
sebesar 779,99. ribu ton. Berdasarkan data
sasaran dari Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, produksi kedelai tahun 2015 adalah
sebesar 1,5 juta ton. Capaian produksi dari
hasil ARAM I, diperkirakan sebesar 998,87
ribu ton(Nuryati et al., 2015).
Produktivitas tanaman kedelai dapat
ditingkatkan melalui introduksi inovasi
teknologi. Salah satu komponen teknologi
yang paling mudah dan cepat menyebar
adalah varietas unggul baru (VUB) yang
berdaya hasil tinggi, karena kontribusi
varietas unggul baru yang meningkatkan
produktivitas lebih mudah dilihat dan
dipahami oleh petani. Salah satu contoh
kedelai yang dilepas tahun 2001 adalah
varietas Anjasmoro, memiliki ukuran biji
besar yang dapat tumbuh di lahan sawah dan
produksinya mencapai 2,5 ton/ha. Varietas
ini yang paling sering digunakan untuk bahan
baku pembuat tahu, tempe, kecap, tauco,
susu kedelai, dan berbagai bentuk pangan
olahan, karena ukuran bijinya besar
(Swastika et al. 2007).
Tanaman menyerbuk sendiri, seperti
tanaman kedelai akan membentuk galur-
galur yang mantap atau tidak bersegregasi.
Populasi tersusun dari galur-galur, dengan
keragaman genetik intragalur sangat kecil
atau hampir nol, dan keragaman antar galur
sangat nyata. Keragaman genetik baru akan
muncul di alam sebagai akibat mutasi atau
terjadinya persilangan antargalur, walau
dengan derajat yang kecil, sehingga
keragaman genetik kedelai rendah (Jusuf,
2004).
Pada penelitian Hanafiah et al. (2011)
menunjukkan bahwa irradiasi sinargamma
mempengaruhi keragaman fenotip
padaturunan M1 berdasarkan ciri-ciri
morfologi tanaman. Hal ini ditunjukkan oleh
adanyaperubahan yang bersifat kualitatif
sepertiperubahan bentuk daun dari bulat telur
(normal)menjadi memanjang, terdapat daun
bifoliat danunifoliat diatas buku pertama
berada pada satutanaman dengan daun
trifoliat, perubahan warnabunga dari ungu
menjadi putih, tidakberkembangnya rasim
bunga menjadi polong, daunmasih hijau
walaupun polong telah matang panen.
Sclerotium (Athelia) rolfsii Sacc.
merupakan cendawan patogen tular tanah
yang bersifat nekrotropi, dan merupakan
penyebab penyakit busuk pangkal batang
pada pertanaman kacang. Dalam kondisi
lingkungan yang lembab, S. rolfsii juga
menginfeksi cabang dan daun yang berada di
dekat permukaan tanah, dan dapat menjadi
jembatan penyebaran pertumbuhan miselium
ke bagian tanaman yang lain
(Pudjihartati et al., 2006). Infeksi S. rolfsii
pada tanaman kacang rentan di lapangan
dapat menurunkan hasil polong hingga 74%
(Rani, 2001).
Upaya pengembangan kedelai,
kacang tanah, dan kacang hijau perlu
didukung dengan perbaikan teknik budidaya,
termasuk pengelolaan hama dan penyakit.
Tanaman kacang-kacangan sering diserang
oleh cendawan yang dapat bertahan di dalam
tanah, yang dikenal dengan sebutan
cendawan tular tanah, antara lain dari genus
Rhizoctonia dan Sclerotium.Sebaran penyakit
tular tanah di Indonesia sangat luas, meliputi
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara
Timur (Sumartini, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian
Sibarani et al.(2014) pada generasi M1
didapatkan pertumbuhan yang abnormal pada
tanaman dan produktivitasnya cenderung
menurun diakibatkan dosis iradiasi yang
terlalu tinggi, pada tanaman ke-6 dan 11
dosis iradiasi 100 Gy berpotensi untuk
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659 Vol.6.No.4, Oktober 2018 (92): 668- 680 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
670
dilanjutkan dan dilakukan seleksi. Pada
penelitian generasi M2 yaitu pengamatan
keragaman fenotip dan genotip oleh
Mustaqim (2015) didapatkan hasil pada
populasi 100 Gy jumlah produktivitas
tanaman semakin meningkat dan pada
populasi 300 Gy umur berbunga menjadi
semakin lama.Pada penelitianselanjutnya
dilakukan oleh Sihombinget al., (2015) yaitu
seleksi individu generasi M3 berdasarkan
umur genjah dan produksi tinggi didapatkan
hasil pada populasi 200 Gy jumlah
produktivitas tanaman semakin meningkat
dan pada populasi 300 Gy umur berbunga
menjadi semakin lama. Kemudian dilakukan
seleksi individu dalam barisan terbaik
berdasarkan karakter umur berbunga dan
bobot biji pada generasi M4 oleh Bangun
(2016) didapatlkan hasil terdapat enam belas
sampel genotipe yang memiliki karakter
umur genjah dan produksi tinggi tanaman
kedelai dari masing-masing barisan terbaik.
Pertumbuhan karakter akibat mutasi
diharapkan ke arah yang menguntungkan
seperti karakter produksi tinggi, toleran
cekaman abiotik, ketahanan terhadap hama
dan penyakit. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul
seleksi individu terpilih pada tanaman
kedelai (Glycine max L. Merrill) Generasi M5
berdasarkan karakter produksi tinggi dan
toleran penyakit busuk pangkal batang
Athelia rolfsii Curzi.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan
lahanPenelitian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan dengan
ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan
laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Desember 2016 sampai dengan Juli 2017.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah benih kedelai M5,
Anjasmoro, Agromulyo dan Kipas putih
sebagai varietas pembanding, pupuk Urea,
TSP dan KCl sebagai pemupukan dasar,
insektisida berbahan aktif profenos 500 g/l
untuk mengendalikan hama,kompos, bambu,
air,label, biakan murni Athelia rolfsii (Curzi),
media Potato Dextrose Agar (PDA), jagung,
agar, plastik PP, Aluminium foil, Cling
Wrap, sarung tangan dan masker.
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah meteran, pacak, timbangan,
gembor, spidol, autoklaf, oven, erlenmeyer,
gelas ukur, petridish, scapel, kokbor dan
LAF.
Benih kedelai yang ditanam
adalahbenih M5genotip putatif mutan yang di
peroleh dari hasil seleksi pedigri generasi M4.
Percobaan disusun dalam rancangan
augmenteddimana genotipe M5 ditanam
dalam baris tanpa ulangan dan genotipe
kontrol ditanam dengan ulangan. Tanaman
kontrol yang ditanam adalah varietas
Agromulyo, Anjasmoro dan Kipas putih.
Tiga varietas pembanding tersebut diulang
tiga kali, secara umum ada 7 kelompok
genotip yang digunakan pada rumah plastik
dan lahan yaitu M5(100)-A-25 terdapat 358
tanaman, M5(100)-A-6 terdapat 96 tanaman.
M5(200)-A-12 terdapat 200 tanaman.
M5(200)-A-17 terdapat 130 tanaman.
M5(200)-A-11 terdapat 244 tanaman.
M5(300)-A-8 terdapat 76 tanaman. M5(300)-
A-6 terdapat 90 tanaman. Total keseluruhan
tanaman M5 adalah 1104 tanaman. Kedelai
Varietas Agromulyo, Kipas putih dan
Anjasmoro masing- masing terdapat 80
tanaman. Masing-masing varietas di bagi dua
untuk di tanam di rumah plastik (pemberian
inokulasi penyakit) dan lahan optimum
(tanpa pemberian inokulasi penyakit).
Analisis data dimulai dengan
menghitung rataan setiap karakter yang
diamati lalu nilai tengah masing-masing
populasi diuji dengan menggunakan uji t.
Analisis data juga dilakukan untuk
penghitungan ragam fenotip dan lingkungan
dan serta pendugaan ragam genotip,
heritabilitas dan nilai koefisien keragaman
genetik untuk masing-masing populasi sesuai
dengan dosis iradiasi.
Heritabilitas
Nilai heritabilitas dihitung dengan
menggunakan rumus :
h2 = σ2g/σ2p
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659 Vol.6.No.4, Oktober 2018 (92): 668- 680 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
671
Kriteria nilai heritabilitas :
h2> 0,5 : nilai heritabilitas tinggi
h2 terletak antara 0,2 – 0,5 : nilai heritabilitas sedang
h2< 0,2 : nilai heritabilitas rendah (Singh dan Chaudhari 1977)
Keragaman Genetik
KKG = √ σ2g x 100%
x
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dilihat rataan beberapa genotip dengan
karakter agronomi menunjukkan hasil yang
berbeda untuk setiap karakter. Hasil analisis
M5 (100 Gy) dengan tetua Anjasmoro pada
media yang di inokulasi jamur penyebab
penyakit busuk pangkal batang untuk
karakter umur berbunga dan tinggi tanaman
berbeda sangat nyata sedangkan karakter
jumlah cabang produktif, jumlah polong
berisi per tanaman, umur panen, jumlah biji
per tanaman, bobot biji per tanaman dan
bobot 100 biji berbeda tidak nyata.
Tabel 1. Nilai Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (100 Gy) dengan Tetua Anjasmoro pada
Media yang di Inokulasi Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang
Karakter
Rataan
t value Tetua
Anjasmoro M100
Umur Berbunga (hari) 32,880 34,627 0,007**
Tinggi Tanaman (cm) 73,578 85,468 0,006**
Jumlah cabang Produktif (cabang) 2,560 2,902 0,185
Diameter Batang 7,998 7,688 0,295
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 69,760 68,045 0,773
Umur Panen (hari) 101,080 100,586 0,099
Jumlah Biji per Tanaman (biji) 145,520 142,850 0,821
Bobot Biji per Tanaman (g) 23,592 24,821 0,552
Bobot 100 Biji (g) 15,656 15,661 0,992 Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
**= Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t
Tabel 2. Nilai Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (200 Gy) dengan Tetua Anjasmoro pada
Media yang di Inokulasi Jamur Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang
Karakter
Rataan t
value Tetua
Anjasmoro M200
Umur Berbunga (hari) 32,173 33,333 0,139
Tinggi Tanaman (cm) 73,568 77,483 0,327
Jumlah cabang Produktif (cabang) 2,560 2,694 0,590
Diameter Batang 7,998 7,693 0,297
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 69,760 68,408 0,818
Umur Panen (hari) 101,080 100,639 0,139
Jumlah Biji per Tanaman (biji) 145,520 142,537 0,797
Bobot Biji per Tanaman (g) 23,592 25,841 0,292
Bobot 100 Biji (g) 15,656 15,932 0,992 Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
**= Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659 Vol.6.No.4, Oktober 2018 (92): 668- 680 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
672
Hasil analisis uji t pada M5 (200 Gy)
terhadap tetua Anjasmoro pada media yang
di inokulasi jamur menunjukkan berbeda
tidak nyata terhadap semua karakter amatan.
Nilai rataan karakter agronomi pada M5 (200
Gy) dengan tetua Anjasmoro dapat dilihat
pada Tabel 2.
Hasil uji t pada M5 (300 Gy) terhadap
tetua Anjasmoro pada media yang di
inokulasi jamur menunjukkan perbedaan
yang nyata terhadap karakter jumlah cabang
produktif dan berbeda sangat nyata pada
karakter umur panen. Hasil yang
menunjukkan berbeda tidak nyata terdapat
pada karakter umur berbunga, tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah polong
berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman,
bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji.
Nilai rataan karakter agronomi pada M5(300
Gy) dengan tetua Anjasmoro dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Rataan Karakter Agronomi populasi M5 (300 Gy) dengan Tetua Anjasmoro pada
Media yang di Inokulasi Jamur Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang
Karakter
Rataan
t value Tetua
Anjasmoro M300
Umur Berbunga (hari) 32,880 34,476 0,133
Tinggi Tanaman (cm) 73,568 71,448 0,745
Jumlah cabang Produktif (cabang) 2,560 3,476 0,023*
Diameter Batang 7,998 7,836 0,786
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 69,760 82,095 0,239
Umur Panen (hari) 101,080 102,524 0,001**
Jumlah Biji per Tanaman (biji) 145,520 169,286 0,328
Bobot Biji per Tanaman (g) 23,592 33,148 1,000
Bobot 100 Biji (g) 15,656 15,905 0,723
Tabel 4. NilaiRataan Karakter Agronomi populasi M5 (100 Gy) dengan Tetua Anjasmoro pada
Kondisi Optimum Tanpa Inokulasi Jamur
Karakter
Rataan
t value Tetua
Anjasmoro M100
Umur Berbunga (hari) 39,389 39,797 0,600
Tinggi Tanaman (cm) 37,567 46,234 0,001**
Jumlah cabang Produktif (cabang) 2,944 3,365 0,168
Diameter Batang 6,771 8,193 0,016*
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 64,667 72,946 0,257
Umur Panen (hari) 100,778 98,811 0,001**
Jumlah Biji per Tanaman (biji) 139,722 149,986 0,472
Bobot Biji per Tanaman (g) 22,556 22,556 0,319
Bobot 100 Biji (g) 14,233 14,261 0,942
Keterangan : *=Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
**=Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
**= Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659 Vol.6.No.4, Oktober 2018 (92): 668- 680 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
673
Hasil analisis uji t pada M5 (100 Gy)
terhadap tetua Anjasmoro pada kondisi
optimum tanpa inokulasi jamur menunjukkan
berbeda sangat nyata terhadap karakter tinggi
tanaman, umur panen, dan berbeda nyata
pada karakter diameter batang. Hasil yang
menunjukkan berbeda tidak nyata terdapat
pada karakter umur berbunga, jumlah cabang
produktif, jumlah polong berisi per tanaman,
jumlah biji per tanaman, bobot biji per
tanaman dan bobot 100 biji.
Hasil analisis uji t pada M5 (200 Gy)
terhadap tetua Anjasmoro pada kondisi
optimum tanpa inokulasi jamur menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata terhadap
karakter tinggi tanaman dan berbeda nyata
pada karakter diameter batang, jumlah
polong berisi per tanaman, jumlah biji per
tanaman, dan bobot biji per tanaman. Hasil
yang menunjukkan berbeda tidak nyata
terdapat pada karakter umur berbunga,
jumlah cabang produktif, umur panen dan
bobot 100 biji.
Tabel 5.NilaiRataan Karakter Agronomi populasi M5 (200 Gy) dengan Tetua Anjasmoro pada
Kondisi Optimum Tanpa Inokulasi Jamur
Karakter
Rataan
t value Tetua
Anjasmoro M200
Umur Berbunga (hari) 39,389 39,581 0,808
Tinggi Tanaman (cm) 37,567 44,306 0,004**
Jumlah cabang Produktif (cabang) 2,944 3,500 0,075
Diameter Batang 6,771 8,264 0,011*
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 64,667 81,581 0,032*
Umur Panen (hari) 100,778 100,500 0,621
Jumlah Biji per Tanaman (biji) 139,722 175,677 0,025*
Bobot Biji per Tanaman (g) 22,556 28,492 0,033*
Bobot 100 Biji (g) 14,233 14,745 0,191 Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
**= Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t
Tabel 6. NilaiRataan Karakter Agronomi populasi M5 (300 Gy) dengan Tetua Anjasmoro pada
Kondisi Optimum Tanpa Inokulasi Jamur
Karakter
Rataan
t value Tetua
Anjasmoro M300
Umur Berbunga (hari) 39,389 40,000 0,576
Tinggi Tanaman (cm) 37,567 45,950 0,054*
Jumlah cabang Produktif (cabang) 2,944 4,667 0,026*
Diameter Batang 6,771 8,498 0,024*
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 64,667 116,833 0,070
Umur Panen (hari) 100,778 97,833 0,015*
Jumlah Biji per Tanaman (biji) 139,722 253,500 0,048*
Bobot Biji per Tanaman (g) 22,556 33,050 0,005**
Bobot 100 Biji (g) 14,223 15,633 0,091 Keterangan : *= Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t
**= Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659 Vol.6.No.4, Oktober 2018 (92): 668- 680 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
674
Hasil analisis uji t pada M5 (300 Gy)
terhadap tetua Anjasmoro pada kondisi
optimum tanpa inokulasi jamur menunjukkan
berbeda sangat nyata terhadap karakter bobot
biji per tanaman dan berbeda nyata pada
karakter tinggi tanaman, jumlah cabang
produktif, diameter batang, umur panen,
jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per
tanaman. Hasil yang menunjukkan berbeda
tidak nyata terdapat pada karakter umur
berbunga, jumlah polong berisi per tanaman
dan bobot 100 biji. Nilai rataan karakter
agronomi pada M5 (300 Gy) dengan tetua
Anjasmoro dapat dilihat pada Tabel 6.
Nilai variabilitas genetik, variabilitas
fenotipe, koefisien keragaman genetik dan
nilai heritabilitas pada populasi M5 dengan
tetua Anjasmoro pada media yang di
inokulasi jamur dapat dilihat pada Tabel 7.
Pengaruh dosis iradiasi terhadap keragaman
genetik bergantung pada karakter agronomi
yang diamati. Keragaman genetik yang
sempit sampai luas dapat diperoleh dengan
perlakuan dosis iradiasi 100 Gy sampai 300
Gy. Nilai heritabilitas tinggi terdapat pada
karakter umur berbunga populasi 100 Gy dan
300 Gy, karakter diameter batang pada 300
Gy, karakter jumlah polong berisi per
tanaman, jumlah biji per tanaman pada
populasi 100 Gy, bobot biji per tanaman 100
Gy sampai 200 Gy dan karakter umur panen
pada 200 Gy.
Nilai heritabilitas sedang terdapat pada
karakter tinggi tanaman 100 Gy, karakter
jumlah cabang produktif, umur panen pada
100 Gy dan 300 Gy, jumlah polong berisi per
tanaman, jumlah biji per tanaman dan
diameter batang pada 100 Gy – 200 Gy, Nilai
heritabilitas rendah terdapat pada karakter
umur berbunga, jumlah cabang produktif pada
200 Gy, karakter tinggi tanaman dan bobot
100 biji pada 100 Gy- 200 Gy.
Nilai variabilitas genetik, variabilitas
fenotipe, koefisien keragaman genetik dan
nilai heritabilitas pada populasi M5 dengan
tetua Anjasmoro pada kondisi optimum tanpa
inokulasi jamur dapat dilihat pada Tabel 8.
Perlakuan dosis iradiasi 100 Gy sampai 300
Gy mempengaruhi keragaman genetik pada
karakter agronomi yang diamati. Nilai
heritabilitas tinggi terdapat pada karakter
Jumlah polong berisi per tanaman, jumlah
biji per tanaman, bobot 100 biji pada semua
populasi, untuk karakter umur panen, bobot
biji per tanaman terdapat pada semua
populasi kecuali populasi 300 Gy hanya pada
karakter diameter batang.
Nilai heritabilitas sedang terdapat
pada karakter tinggi tanaman populasi 200
Gy, karakter diameter batang pada 100 - 200
Gy dan karakter jumlah cabang produktif
pada populasi 100 Gy – 300 Gy. Nilai
heritabilitas rendah terdapat pada karakter
umur berbunga pada semua populasi,
karakter tinggi tanaman, umur panen, dan
bobot biji per tanaman pada populasi 300 Gy.
Tabel 7. Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien keragaman
genetik (KKG) dan heritabilitas pada generasi M5 hasil iradiasi sinar gamma dari varietas
Anjasmoro pada Media yang di Inokulasi Jamur Penyebab Penyakit Busuk Pangkal
Batang
Karakter Populasi Hasil Radiasi
P 100 Gy P 200 Gy P 300 Gy
Umur Berbunga (hari)
σ2p 13,420 4,772 15,962
σ2g 11,361 2,712 13,903
h2 0,847(T) 0,568(T) 0,871(T)
KKG (%) 9,737 4,941 10,815
Kriteria KKG Sempit Sempit Sempit
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659 Vol.6.No.4, Oktober 2018 (92): 668- 680 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
675
Tinggi Tanaman (cm)
σ2p 281,794 156,980 579,818
σ2g 158,883 34,069 456,907
h2 0,564(T) 0,217(R) 0,788(T)
KKG (%) 14,750 7,533 29,918
Kriteria KKG Sempit Sempit Luas
Diameter Batang (mm)
σ2p 2,332 2,315 5,887
σ2g 0,645 0,628 4,200
h2 0,277(S) 0,271(S) 0,714(T)
KKG (%) 10,447 10,304 26,154
Kriteria KKG Sempit Sempit Sedang
Jumlah Cabang Produktif (cabang)
σ2p 1,880 1,500 2,060
σ2g 0,620 0,240 0,810
h2 0,330(S) 0,160(R) 0,390(S)
KKG (%) 27,132 18,369 25,814
Kriteria KKG Sedang Sedang Sedang
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)
σ2p 1065,330 1037,240 1652,590
σ2g 390,810 362,720 978,070
h2 0,370(S) 0,350(S) 0,590(T)
KKG (%) 29,053 27,841 38,095
Kriteria KKG Sedang Sedang Luas
Umur Panen (hari)
σ2p 3,000 3,310 2,260
σ2g 1,430 1,740 0,690
h2 0,470(S) 0,520(T) 0,300(S)
KKG (%) 1,187 1,310 0,807
Kriteria KKG Sempit Sempit Sempit
Jumlah Biji per Tanaman (biji)
σ2p 4071,417 3852,810 9739,010
σ2g 1412,907 1194,300 7080,500
h2 0,347(S) 0,310(S) 0,730(T)
KKG (%) 26,313 24,245 49,706
Kriteria KKG Sedang Sedang Luas
Bobot Biji per Tanaman (g)
σ2p 116,755 167,030 468,320
σ2g 34,094 84,370 385,650
h2 0,290(S) 0,510(T) 0,820(T)
KKG (%) 23,524 35,545 59,244
Kriteria KKG Sedang Luas Luas
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659 Vol.6.No.4, Oktober 2018 (92): 668- 680 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
676
Bobot 100 Biji (g)
σ2p 4,409 5,200 6,670
σ2g 0,210 1,000 2,470
h2 0,050(R) 0,190(R) 0,370(S)
KKG (%) 2,899 6,266 9,880
Kriteria KKG Sempit Sempit Sempit
Keterangan. (T) : Tinggi, (S): Sedang, (R): Rendah.
Tabel 8. Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien keragaman
genetik (KKG) dan heritabilitas pada generasi M5 hasil iradiasi sinar gamma dari
varietas Anjasmoro pada Kondisi Optimum Tanpa Inokulasi Jamur
Karakter Populasi Hasil Radiasi
P 100 Gy P 200 Gy P 300 Gy
Umur Berbunga (hari)
σ2p 9,315 9,166 4,000
σ2g 5,926 5,777 0,611
h2 0,636(T) 0,630(T) 0,153(R)
KKG (%) 6,117 6,072 1,954
Kriteria KKG Sempit Sempit Sempit
Tinggi Tanaman (cm)
σ2p 242,248 90,856 62,939
σ2g 181,391 29,998 2,081
h2 0,749(T) 0,330(S) 0,033(S)
KKG (%) 29,131 12,362 3,140
Kriteria KKG Luas Sedang Sempit
Diameter Batang (mm)
σ2p 2,332 2,315 5,887
σ2g 0,645 0,628 4,200
h2 0,277(S) 0,271(S) 0,714(T)
KKG (%) 10,447 10,304 26,154
Kriteria KKG Sempit Sempit Luas
Jumlah cabang Produktif (cabang)
σ2p 1,988 1,861 1,867
σ2g 0,874 0,746 0,752
h2 0,440(S) 0,401(S) 0,403(S)
KKG (%) 27,783 24,682 18,586
Kriteria KKG Luas Luas Sedang
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)
σ2p 1433,613 1608,543 2894,967
σ2g 849,496 1024,425 2310,849
h2 0,593(T) 0,637(T) 0,798(T)
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659 Vol.6.No.4, Oktober 2018 (92): 668- 680 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
677
KKG (%) 39,956 39,233 41,145
Kriteria KKG Luas Luas Luas
Umur Panen (hari)
σ2p 7,772 6,418 4,167
σ2g 4,060 2,706 0,454
h2 0,522(T) 0,422(S) 0,109(R)
KKG (%) 2,039 1,637 0,689
Kriteria KKG Sempit Sempit Sempit
Jumlah Biji per Tanaman (biji)
σ2p 4894,123 6613,271 10726,300
σ2g 2494,146 4213,294 8326,323
h2 0,510(T) 0,637(T) 0,776(T)
KKG (%) 33,297 36,948 35,996
Kriteria KKG Luas Luas Luas
Bobot Biji per Tanaman (g)
σ2p 170,651 209,887 32,011
σ2g 139,536 178,772 0,896
h2 0,818(T) 0,852(T) 0,028(R)
KKG (%) 47,105 46,928 2,864
Kriteria KKG Luas Luas Sempit
Bobot 100 Biji (g)
σ2p 4,969 4,752 2,479
σ2g 3,665 3,447 1,174
h2 0,737(T) 0,725(T) 0,474(S)
KKG (%) 13,424 12,592 6,931
Kriteria KKG Sedang Sedang Sempit Keterangan. (T) : Tinggi, (S): Sedang, (R): Rendah.
Hasil diagram pengamatan kejadian
penyakit 24 HSI dapat dilihat pada Gambar 1.
menunjukkan bahwa persentase tertinggi
tanaman yang terserang penyakit adalah G
M300-A-8 (37/2) sebesar 100%,
G M300-A-8 (33/3) sebesar 100%, tetua
Anjasmoro sebesar 100%, tetua Agromulyo
sebesar 91,6%, dan tetua Kipas Putih sebesar
100%
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659 Vol.6.No.4, Oktober 2018 (92): 668- 680 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
678
Pada Gambar 2. dapat dilihat
perbedaan batang bagian dalam tanaman
kedelai yang sehat dan batang tanaman
kedelai yang terserang penyakit busuk
pangkal batang.
Gambar 2. Batang tanaman kedelai terserang
penyakit dan batang tanaman kedelai sehat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penampilan karakter agronomi pada media
yang di inokulasi jamur penyebab penyakit
busuk pangkal batang lebih rendah dari
penanaman pada kondisi optimum tanpa
inokulasi jamur pada populasi M5. Secara
deskriptif, karakter diameter batang pada
populasi 100 Gy – 300 Gy menunjukkan
perkembangan yang terhambat dan lebih
kecil dibandingkan pada kondisi optimum
tanpa inokulasi jamur. Hal ini dikarenakan A.
rolfsii adalah patogen tular tanah
yangpertama kali menyerang bagian pangkal
batang pada tanaman kedelai dan membentuk
sklerotium berwarna putih yang akhirnya
menjadi coklat seperti biji sawi. Hal ini
sesuai dengan literatur Ferreira dan Boley
(2006) yang menyatakan bahwa A. rolfsii
pertama sekali menyerang batang, meskipun
menginfeksi beberapa bagian tanaman
dibawah kondisi lingkungan yang sesuai
termasuk akar, buah petiole, daun dan bunga.
Berdasarkan hasil nilai heritabilitas dengan
kriteria sedang sampai tinggi terdapat pada
karakter jumlah cabang produktif, jumlah
polong per tanaman, jumlah biji per tanaman
dan bobot biji per tanaman pada hampir
semua populasi 100 Gy - 300 Gy pada
perlakuan inokulasi penyakit dan tanpa
inokulasi penyakit busuk pangkal batang.
Nilai heritabilitas yang tinggi disebabkan
oleh lingkungan yang relatif homogen, hal ini
menunjukkan bahwa variabilitas genetik
lebih besar dibandingkan variabilitas
lingkungan. Hal ini sesuai dengan literatur
Nasir (1999) menyatakan bahwa tingginya
nilai heritabilitas dalam arti luas untuk
karakter agronomi ini diduga disebabkan
oleh relatif homogennya lokasi percobaan
dan relatif kecilnya perbedaan antar plot
percobaan baik dalam blok maupun antar
blok itu sendiri. Sesuai dengan pengertian
heritabilitas sendiri, ini menunjukkan bahwa
kemampuan genotip mewariskan sifat-sifat
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Gambar 1. Diagram Pengamatan Kejadian Penyakit setelah 24 HSI
Keteranga : HSI=Hari Setelah Inokulasi
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659 Vol.6.No.4, Oktober 2018 (92): 668- 680 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
679
kepada turunannya lebih besar.Pada
pengamatan kejadian penyakit mulai dari 3
HIS sampai dengan
24 HSI hasil akhir menunjukkan persentase
kejadian penyakit tertinggi yaitu pada
G M300-A-8 (37/2), G M300-A-8 (33/3) dan
tetua Anjasmoro mencapai sebesar 100%.
Penyakit busuk pangkal A. rolfsii (Curzi)
dapat menurunkan produksi tanaman kedelai,
varietas yang digunakan juga bergantung
terhadap peka atau tidaknya suatu penyakit
menyerang.Hal ini sesuai dengan literatur
Rahayu (2012) yang menyatakan bahwa
kedelai varietas Anjasmoro di lingkungan
lembab seperti di Genteng-Banyuwangi,
dilaporkan terinfeksi A.rolfsii dengan
kejadian penyakit cukup tinggi mencapai
23%. Gejala penyakit berupa busuk
perakaran dan pangkal batang, rebah bibit
(damping-off), layu, tanaman mati, serta
busuk polong.
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan
penampilan karakter agronomi pada media
yang di inokulasi jamurAthelia rolfsiiCurzi
penyebab penyakit busuk pangkal batang
lebih rendah dari perlakuan tanpa inokulasi
penyakit busuk pangkal batang pada populasi
M5.
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, K. 2016. Seleksi Individu Terpilih
Dari Barisan Terbaik Pada Tanaman
Kedelai (GlycinemaxL. Merrill) M4
Iradiasi Sinar Gamma Berdasarkan
Karakter Umur Genjah Dan Produksi
Tinggi. Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
[Skripsi].
Ferriera, S A., and R.A. Boley. 2006.
Sclerotium rolfsii.
http:/www.extento.edu . diakses pada
23 Juli 2017.
Hanafiah, D. S., Trikoesoemaningtyas.,
Sudirman, Y., dan Desta, W. 2010.
Studi Radiosensitivitas Kedelai
[Glycine max (L) Merr] Varietas
Argomulyo Melalui Irradiasi Sinar
Gamma. Bionatura, J. Ilmu-ilmu
Hayati dan Fisik. Vol. 12(2), Juli
2010 : 103 – 109. ISSN 1411 – 0903.
Jusuf, M. 2004. Metode Eksplorasi,
Inventarisasi,Evaluasi dan Konservasi
Plasmanutfah, Pusat Penelitian
Bioteknologi IPB. Bogor.
http://www.papua.go.id/bkp
bapedalda/index.htm.
Mustaqim, I. 2015. Keragaman Morfologi
dan Genotif Tanaman Kedelai
(Glycine max L. Merril) Hasil Iradiasi
Sinar Gamma Pada Genererasi M2.
Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara. Medan. [Skripsi].
Nasir, M. 1999. Heritabilitas dan kemajuan
genetik harapan karakter
agronomitanaman lombok (Capsicum
annum L.). Habitat 11 (109) : 1-7.
Nuryati, L., Budi, W., Noviati., Roch, W.
2015. Outlook Komoditas Pertanian
Tanaman Pangan Kedelai. Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian 2015. ISSN :
1907 – 1507. Pudjihartati, E., Satriyas, I., Sudarsono. 2006.
Aktivitas Pembentukan secara Cepat
Spesies Oksigen Aktif,Peroksidase, dan
Kandungan Lignin Kacang
TanahTerinfeksi Sclerotium rolfsii.
IPB. Bogor. Vol. 13, No. 4. ISSN
0854-8587.
Rahayu, M. 2015. Penyakit Busuk Batang
Sclerotium Rolfsii pada Tanaman
Aneka Kacang.BalaiPenelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
http:// balitkabi. litbang. pertanian .go.
id/ info- teknologi/ 2069 diakses
4 Desember 2016.
Rani I. 2001. Tingkat Ketahanan Beberapa
Varietas Kacang TanahTerhadap
Sclerotium rolfsii Sacc. [Skripsi].
FakultasPertanian, Institut Pertanian
Bogor.Bogor.
Sibarani, I. B. Ratna, R. L., dan Diana, S. H.
2015. Respon Morfologi Tanaman
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill)
Varietas AnjasmoroTerhadap Beberapa
Iradiasi Sinar Gamma.Universitas
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659 Vol.6.No.4, Oktober 2018 (92): 668- 680 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
680
Sumatera Utara. Jurnal Online
Agroekoteknologi . Vol.3, (2) : 515-
526. ISSN No. 2337- 6597.
Sihombing, Y. B. L., Diana, S. H., Husni, Y.
2016. Seleksi Individu M3 Berdasarkan
Karakter Umur Genjah dan Produksi
Tinggi pada Tanaman Kedelai (Glycine
max L. Merrill). Universitas Sumatera
Utara. Jurnal Agroekoteknologi Vol.4
(4), Desember 2016 (626); 2272-2283.
E-ISSN No. 2337- 6597
Singh, R. K., Chaundhary BD. 1977.
Biometrical Methods in Quantitative
Genetics Analysis. New Delhi, Kalyani
Publishers.
Sumartini. 2011. Penyakit Tular Tanah
(Sclerotium rolfsii dan
Rhizoctonia solani) Pada Tanaman
Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian
Serta Cara Pengendaliannya. Balai
Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan
Dan Umbi-Umbian. Malang. Jurnal
Litbang Pertanian, 31(1).
Swastika, D.K.S., S. Nuryanti, dan M.H.
Sawit. 2007. Kedudukan Indonesia
dalam Perdagangan Internasional
Kedelai. DalamSumarno, Suyamto, A.
Widjono, Hermanto, dan H. Kasim.
2007. Kedelai. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan,
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Bogor.