Upaya-Meningkatkan-Kemampuan-Berpikir-Kritis-Dan ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of Upaya-Meningkatkan-Kemampuan-Berpikir-Kritis-Dan ...
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAAN PROBLEM SOLVING DISERTAI LKS
PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI KELAS X M-IPA 3
SEMESTER GENAP SMA NEGERI KEBAKKRAMAT
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Oleh :
DIDIK KURNIANTO
K3314012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
i
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAAN PROBLEM SOLVING DISERTAI LKS
PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI KELAS X M-IPA 3
SEMESTER GENAP SMA NEGERI KEBAKKRAMAT
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Oleh :
DIDIK KURNIANTO
K3314012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Didik Kurnianto
NIM : K3314012
Program Studi : Pendidikan Kimia
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAAN PROBLEM SOLVING
DISERTAI LKS PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI KELAS X
M-IPA 3 SEMESTER GENAP SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN
PELAJARAN 2017/2018” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 29 Januari 2019
Yang membuat pernyataan,
Didik Kurnianto
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAAN PROBLEM SOLVING DISERTAI LKS
PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI KELAS X M-IPA 3
SEMESTER GENAP SMA NEGERI KEBAKKRAMAT
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh :
DIDIK KURNIANTO
K3314012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iv
PERSETUJUAN
Nama : Didik Kurnianto
NIM : K3314012
Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi
Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaraan Problem
Solving Disertai LKS pada Materi Pokok Stoikiometri Kelas X
M-IPA 3 Semester Genap SMA Negeri Kebakkramat Tahun
Pelajaran 2017/2018
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I,
Dr. Elfi Susanti VH, M.Si
NIP 197210231998022001
Pembimbing II,
Dr. Mohammad Masykuri, M.Si
NIP 196811241994031001
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
v
PENGESAHAN
Nama : Didik Kurnianto
NIM : K3314012
Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi
Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaraan Problem
Solving Disertai LKS pada Materi Pokok Stoikiometri Kelas X
M-IPA 3 Semester Genap SMA Negeri Kebakkramat Tahun
Pelajaran 2017/2018
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta pada hari
Selasa, tanggal 29 Januari 2019 dengan hasil LULUS dengan revisi maksimal 3
bulan. Skripsi telah direvisi dan mendapatkan persetujuan dari Tim Penguji.
Persetujuan hasil revisi oleh Tim Penguji:
Nama Penguji Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dr. Sri Yamtinah, M.Pd ……………… …………
Sekretaris Lina Mahardiani, S.T., M.M., M.Sc., Ph.D. ……………… …………
Anggota I Dr. Elfi Susanti VH, M.Si ……………… …………
Anggota II Dr. Mohammad Masykuri, M.Si ……………… …………
Skripsi disahkan oleh Kepala Program Studi Pendidikan Kimia pada:
hari :
tanggal :
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd.
NIP. 19610124 198702 1 001
Kepala Program Studi
Pendidikan Kimia,
Dr.rer.nat. Sri Mulyani, M.Si.
NIP. 19650916 199103 2 009
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vi
MOTTO
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya
(Q.S. Al-Baqarah : 286)
Tugas kalau Cuma dipikir saja tidak akan selesai, Ya harus di kerjakan.
(Penulis)
Kesampatan kamu untuk sukses dalam setiap kondisi dapat diukur dari seberapa
besar kepercayaan terhadap dirimu sediri
(Penulis)
Kadang seseorang berada diatas, dan suatu saat akan berada di bawah. Namun
bagaimanapun keadaan kita haruslah dilalui dengan BERSYUKUR
(Penulis)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
Orang Tuaku, Bapak Bapak Sardi Harto Priyono dan Ibu Mulyati, yang
senantiasa memberikan kasih sayang, doa, semangat setiap hari
Kakak-kakakku Eko Budi Priyono dan Rudy Samroni
Teman-Teman Pendidikan Kimia 2014, Terima kasih atas kebersamaan,
kerjasama, doa, dan dukungannya selama ini.
Sahabat kampus (Aldi, Tomas, Dimuk, Arga, Fariz, Syarif, Mas Gilang, Mas
Yusro, Mur, dkk)
Adik tingkat dan kakak tingkat Pendidikan Kimia
5quadra (Fajar, Megik, Amin, Ramadhan)
Keluarga Besar Bimbingan Belajar Sinar Ilmu
Almamaterku Tercinta, UNS
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
viii
ABSTRAK
Didik kurnianto. K3314012. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAAN PROBLEM SOLVING
DISERTAI LKS PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI KELAS X
M-IPA 3 SEMESTER GENAP SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN
PELAJARAN 2017/2018. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) prestasi belajar siswa
melalui pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving disertai
Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi stoikiometri kelas X M-IPA 3 SMA
Negeri Kebakkramat tahun pelajaran 2017/2018, dan (2) kemampuan berpikir
kritis siswa melalui pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving
disertai Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk materi stoikiometri kelas X M-IPA 3
SMA Negeri Kebakkramat tahun pelajaran 2017/2018.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan
dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdapat empat tahapan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X M-
IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2017/2018. Data yang diperoleh
berupa prestasi belajar (aspek pengetahuan, sikap, keterampilan) dan kemampuan
berpikir kritis siswa. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara,
kajian dokumen, angket dan tes. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan
model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan prestasi belajar pada
materi stoikiometri siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun
pelajaran 2017/2018. Hasil tes pengetahuan menunjukkan pada siklus I presentase
ketuntasan aspek pengetahuan siswa adalah 36,11% dan pada siklus II meningkat
menjadi 75,00%. Pencapaian ketuntasan aspek sikap adalah 100% dan pencapaian
pada aspek keterampilan sebesar 100%. (2) Penerapan model pembelajaran
problem solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada materi
stoikiometri siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran
2017/2018. Hasil penelitian menunjukan pelaksanaan tindakan siklus I presentase
ketuntasan siswa sebesar 67,00% dan pada siklus II meningkat menjadi 82,00%.
Kata Kunci : Problem solving , Lembar Kerja Siswa (LKS), kemampuan berpikir
kritis, prestasi belajar, stoikiometri
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ix
ABSTRACT
Didik Kurnianto. K3314012. EFFORTS TO IMPROVE CRITICAL
THINKING ABILITY AND LEARNING ACHIEVEMENTS BY USING
THE LEARNING MODEL OF PROBLEM SOLVING ACCOMPANIED
BY STUDENT WORKSHEET (LKS) IN SUBJECT MATTER
STOICHIOMETRY OF CLASS X M-IPA 3 SMA NEGERI
KEBAKKRAMAT EVEN SEMESTER IN THE ACADEMIC YEAR OF 2017/2018. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education,
Universitas Sebelas Maret. January 2019.
This study aims to increase: (1) student’s learning achievement and
(2) student’s critical thinking ability through learning with problem solving
learning models accompanied by LKS for stoichiometry material of class X M-
IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat in the academic year of 2017/2018 .
This study is a Classroom Action Research (CAR) conducted in two
cycles. Each cycle has four stages, namely planning, acting, observing, and
reflecting. The research subject wes class X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat
in the academic year of 2017/2018. Data obtained in the form of learning
achievement (aspects of knowledge, attitudes, and skills) and students' critical
thinking skills. Data collection techniques were obtained through observations,
interviews, documents review, questionnaires and tests. The analysis technique
used in this study wa descriptive qualitative.
Based on the results of the study it can be concluded that: (1) the
application of problem solving learning model can improve learning achievement
in the stoichiometry of class X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat in the
academic year of 2017/2018. The results of the kognitive test showed that in the
first cycle the completeness percentage of aspects of student knowledge was
36.11% and in the second cycle increased to 75.00%. Achievement of
completeness of the attitude aspect is 100% and the achievement of skills aspects
is 100%. (2) The application of problem solving learning models can improve
students critical thinking ability in the stoichiometry of class X M-IPA 3 SMA
Negeri Kebakkramat in the academic year of 2017/2018. The results showed that
the implementation of the first cycle of the percentage of students completeness
was 67.00% and in the second cycle increased to 82.00%.
Keywords: Problem solving, student worksheet, critical thinking, learning
achievement, stoichiometry
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna
memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari skripsi ini dapat terlaksana dengan baik atas bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang telah
memberikan izin penyusunan skripsi.
2. Dr.rer.nat. Sri Mulyani, M.Si., selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Kimia yang memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.
3. Dr. Elfi Susanti VH, M.Si. selaku Pembimbing I yang senantiasa memberikan
bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
4. Dr. Mohammad Masykuri, M.Si., selaku Pembimbing II yang senantiasa
memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
5. Dr. Endang Susilowati, M.Si.., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi.
6. Ibu Ida Lastari, S.T. selaku Guru Mata Pelajaran Kimia Kelas X SMA Negeri
Kebakkramat yang telah memberikan bimbingan selama penelitian.
7. Siswa-siswi SMA Negeri Kebakkramat yang telah bersedia berpartisipasi
dalam penelitian.
8. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan semangat dan doa restu.
9. Teman-teman Pendidikan Kimia yang telah memberikan bantuan, motivasi,
dan dukungan.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
Penulis berharap skripsi ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya serta
bermanfaat bagi pembaca dan lingkup pendidikan umumnya.
Surakarta, Januari 2019
Penulis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .................................................................................................. i
Halaman Pernyataan......................................................................................... ii
Halaman Pengajuan .......................................................................................... iii
Halaman Persetujuan ........................................................................................ iv
Halaman Pengesahan ....................................................................................... v
Motto ................................................................................................................ vi
Persembahan .................................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................. viii
Kata Pengantar ................................................................................................. x
Daftar Isi........................................................................................................... xii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv
Daftar Gambar .................................................................................................. xvi
Daftar lampiran ................................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ............................................................................................ 7
1. Belajar ................................................................................................. 7
2. Teori Belajar ....................................................................................... 8
3. Pembelajaran....................................................................................... 11
4. Model Pembelajaran Problem Solving ............................................... 12
5. Lembar Kerja Siswa (LKS) ................................................................ 15
6. Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................... 16
7. Prestasi Belajar ................................................................................... 19
8. Stoikiometri ........................................................................................ 20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiii
9. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 21
B. Kerangka Berpikir .................................................................................. 23
C. Hipotesis ................................................................................................. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ................................................................................. 26
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................. 26
C. Subjek Penelitian .................................................................................... 27
D. Data dan Sumber Data ............................................................................ 28
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 28
F. Teknik Uji Validitas Data ....................................................................... 30
G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 43
H. Indikator Kinerja Penelitian ................................................................... 44
I. Prosedur Penelitian .................................................................................. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 49
1. Data Pratindakan ................................................................................. 49
2. Hasil Tindakan Siklus I ...................................................................... 51
3. Hasil Tindakan Siklus II ..................................................................... 64
4. Perbandingan Hasil Tindakan ............................................................. 72
B. Pembahasan ............................................................................................ 74
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................. 79
B. Implikasi ................................................................................................. 79
C. Saran ....................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 81
LAMPIRAN ..................................................................................................... 84
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Nilai Rata-rata Kimia UAS Ganjil Kelas X SMAN Kebakkramat ............ 3
2.1 Indikator Kemampuan berpikir Kritis ........................................................ 18
2.2 Penelitian terdahulu ................................................................................... 21
3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 26
3.2 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen RPP .................................................. 31
3.3 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen LKS ................................................. 32
3.4 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen Penilaian Pengetahuan..................... 34
3.5 Ringkasan Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Pengetahuan ................ 34
3.6 Ringkasan Daya Beda Instrumen Penilaian Pengetahuan .......................... 35
3.7 Ringkasan Tingkat Kesukaran Instrumen Penilaian Pengetahuan ............. 36
3.8 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen Penilaian Sikap ................................ 37
3.9 Rentang Nilai dan Huruf pada Penilaian Keterampilan ............................. 38
3.10 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen Penilaian Keterampilan ................. 39
3.11. Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ....................................... 39
3.12 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ........ 40
3.13 Ringkasan Hasil Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 41
3.14 Ringkasan Daya beda Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis .............. 42
3.15 Ringkasan Tingkat Kesukaran Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis 43
3.16 Indikator Keberhasilan Proses Pembelajaran ........................................... 45
4.1 Hasil Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Aspek Pengetahuan Siklus I ...... 58
4.2 Hasil penilaian Aspek Sikap Siklus I ......................................................... 59
4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ................................ 61
4.4 Ketercapaian Target Siklus I ...................................................................... 64
4.5 Hasil Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Aspek Pengetahuan Siklus II .... 68
4.6 Hasil Penilaian kemampuan berpikir Kritis Siklus II ................................ 69
4.7 Ketercapaian Target Siklus II..................................................................... 71
4.8 Persentase ketuntasan Indikator Aspek Pengetahuan Siklus I dan siklus II 73
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xv
4.9 Hasil Kemampuan Berpikir kritis Pada Siklus I dan Silus II ..................... 74
4.10 Hubungan Sintaks Problem Solving dengan Indikator Kemampuan Berpikir
Kritis ................................................................................................................. 76
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Kerangka Berpikir .......................................................................... 24
4.1 Persentase ketuntasan Siswa Aspek Pengetahuan siklus I ......................... 57
4.2 Persentase Kategori Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ................ 62
4.3 Persentase ketuntasan Siswa Aspek Pengetahuan siklus II........................ 67
4.4 Persentase Kategori Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ................ 70
4.5 Perbandingan Persentase Ketuntasan Aspek Pengetahuan Siklus I dan
Siklus II ...................................................................................................... 73
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ......................................................................................................... Halaman
1. Hasil Observasi Awal ................................................................................. 84
2. Hasil Wawancara dengan Guru .................................................................. 86
3. Hasil Validasi RPP ..................................................................................... 89
4. Hasil Validasi Instrumen Aspek Pengetahuan ........................................... 90
5. Hasil Validasi Instrumen Aspek Sikap Metode Observasi ........................ 91
6. Hasil Validasi Instrumen Aspek Sikap Metode Angket Diri ..................... 92
7. Hasil Validasi Instrumen Aspek Sikap Metode Angket teman .................. 93
8. Hasil Validasi Penilaian Aspek keterampilan ............................................ 94
9. Hasil Validasi Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis ............................... 95
10. Hasil Validasi Instrumen LKS .................................................................. 96
11. Hasil Penilaian Aspek Pengetahuan Siklus I ............................................. 97
12. Hasil Penilaian Aspek Pengetahuan Siklus II ............................................ 99
13. Hasil Penilaian Aspek Sikap metode observasi ......................................... 101
14. Hasil Penilaian Aspek Sikap metode Angket Diri ..................................... 103
15. Hasil Penilaian Aspek Sikap metode Angket teman .................................. 105
16. Hasil Penilaian Keterampilan ..................................................................... 107
17. Hasil Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ................................ 109
18. Hasil Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II ............................... 111
19. Hasil Iteman Tryout Aspek Pengetahuan ................................................... 113
20. Hasil Iteman Tryout Kemampuan Berpikir Kritis ...................................... 118
21. Dokumentasi .............................................................................................. 121
22. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi ............... 124
23. Surat Izin Permohonan Penelitian .............................................................. 125
24. Surat Keterangan Penelitian SMA ............................................................. 126
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu bentuk dari kehidupan manusia yang terus
berkembang dimana perkembangan pendidikan tersebut mencerminkan potensi
masyarakat dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Dalam Undang-Undang
nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa salah
satu tujuan Negara Republik Indonesia sesuai dengan pembukaan Undang Undang
Dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pewujudan cita-cita
Negara tersebut salah satunya melalui dunia pendidikan. Pelaksanaan pendidikan
di suatu negara, didasarkan pada kurikulum yang berlaku. Dalam UU No 20 Tahun
2003 di sebutkan pengertian kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalahaKurikulum 2013
yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Pada dasarnya KTSP dan Kurikulum 2013 memiliki
kesamaan yaitu dikembangkan dan diimplementasikan berdasarkan kebutuhan
daerah, peserta didik dan satuan pendidikan. Pembelajaran pada tingkat satuan
pendidikan dapat diartikan sebagai upaya dalam mempersiapkan program dan
memberikan pelayanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan potensi yang dimiliki siswa (Haryati, 2010). Pada penerapan kurikulum
sekolah berhak menentukan kurikulum yang digunakan sesuai dengan kondisi
sekolah yang bersangkutan, baik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
atau kurikulum 2013.
Ilmu kimia adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
mempelajari tentang struktur, sifat, komposisi, dan perubahan suatu materi serta
energi yang terlibat dalam perubahan tersebut (Faizi, 2013). Tujuan pembelajaran
kimia SMA/MA bagi peserta didik menurut Badan Standar Nasional Pendidikan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
(2006) salah satunya adalah untuk memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif,
kritis, ulet, terbuka, dan dapat bekerjasama dengan orang lain. Dalam Kurikulum
2013, stoikiometri merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran kimia untuk
kelas X semester genap. Materi pokok stoikiometri dikelas X merupakan salah satu
aspek penting dari materi kimia SMA karena materi stoikiometri mendasari materi-
materi yang lain seperti asam-basa, kesetimbangan kimia, larutan penyangga dan
lain sebagainya. Okanlawon (2010) mengungkapkan bahwa materi stoikiometri
penting untuk semua aspek dalam kimia karena belajar memecahkan masalah
dalam kimia membutuhkan penguasaan konsep stoikiometri yang baik terutama
menjelaksan persamaan teaksi dan perhitungan zat yang terlibat didalamnya.
SMA Negeri Kebakkramat merupakan salah satu sekolah yang mulai
menerapkanakurikulum 2013 pada tahun ajaran 2017/2018. Penerapan kurikulum
2013 di SMA Negeri Kebakkramat dilakukan secara bertahap, sehingga belum
semua tingkatan kelas menerapkan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 hanya di
terapkan bagi kelas X, namun untuk kelas XI dan XII masih menerapkan KTSP.
Tentunya hal ini menyebabkan pembelajaran yang di targetkan terpusat pada siswa
(student centered learning) harus mampu menggantikan pembelajaran yang
sebelumnya masih terpusat pada guru (teacher centered learning).
Materi stoikiometri merupakan salah satu materi pokok kimia yang masih
dianggap sulit dipahami terkait dalam penyelesaian soal-soalnya yang
membutuhkan pemahaman konsep serta keterampilan dalam mengoperasikan
angka-angkanya. Sependapat dengan hal tersebut Mandina (2017) juga
mengungkapkan bahwa kesulitan yang dihadapi siswa kimia SMA dalam
menyelesaikan masalah stoikiometri adalah memahami konsep stoikiometri dasar
seperti konsep mol, menyeimbangkan persamaan kimia maupun menentukan
reagen pembatas. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di
SMA Negeri Kebakkramat kelas X tahun 2016/2017, bahwa masihabanyak siswa
kelas X yang mengalami kesulitan dalam memahami materi stoikiometri. Hasil
Ujian Akhir Semester (UAS) kimia menunjukkan bahwa prestasi belajar peserta
didik kelas X masih perlu ditingkatkan. Nilai rata-rata masih berada di bawah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 68 seperti yang ditunjukkan pada Tabel
1.1.
Tabel 1.1 Nilai Rata-rata kimia UAS ganjil kelas X SMA Kebakkramat
No. Kelas Nilai Rata-rata kimia
1 X M-IPA 1 65
2 X M-IPA 2 64,7
3 X M-IPA 3 60,2
4 X M-IPA 4 61,3
5 X M-IPA 5 67,7
Sumber : Observasi Lapangan (2017)
Salah satu hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pada
materi stoikiometri adalah kemampuan berpikir kritis. Boss (2010) menjelaskan
bahwa kemampuan berfikir kritis merupakan kumpulan keterampilan yang
digunakan setiap hari yang diperlukan untuk pengembangan intelektual dan
kepribadian serta melibatkan penerapan logika dan juga pengumpulan bukti
sehingga menghasilkan sebuah rencana dalam bertindak.
Faktor yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran suatu materi
antara lain adalah model pembelajaran yang diterapkan. Okanlawon (2010)
berpendapat bahwa kesulitan siswa pada materi stoikiometri terletak pada
kompleksitas perhitungan yang memerlukan pemahaman tentang konsep mol,
penyetaraan persamaan reaksi, keterampilan aljabar dan interpretasi dari suatu
masalah ke dalam langkah-langkah prosedural untuk mendapatkan jawaban yang
benar. Dari karakteristik materi stoikiometri, maka diperlukan suatu model
pembelajaran yang mengarahkan pada pemecahan suatu masalah. Problem solving
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam materi
stoikiometri. Pernyataan ini didukung Pinto (2013) yang menyebutkan bahwa guru
memfasilitasi pembelajaran lebih efektif daripada memberi tahu siswa secara
langsung apa yang perlu dilakukan, sehingga pembelajaran yang melibatkan
masalah lebih sesuai dengan tujuan pembelajaran stoikiometri. Aldous (2005)
dalam jurnalnya juga menjelaskan bahwa problem solving dapat menumbuhkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
kreativitas siswa dalam asal munculnya ide-ide baru dan pengembangannya, serta
melatih siswa dalam menciptakan solusi dariamasalah yang diberikan.
Untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran maka diperlukan suatu
media pembelajaran, salah satunya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) atau ada
yang menyebutnya dengan Lembar Kegiatan Siswa. Lembar Kegiatan Siswa
(student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisiatugas yang harus dikerjakan
oleh peserta didik. Lembar kegiatanisiswa paling tidak akan memuat: judul,
Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai, waktu pengerjaan, peralatan/bahan
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas
yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan (Departemen Pendidikan
Nasional, 2008). LKS nantinya diharapkan mampu menunjang pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang ada.
Dari permasalahan yang telah dipaparkan tersebut, peneliti merencanakan
suatu penelitian dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini
menerapkan model pembelajaran problem solving dan menggunakan media
pembelajaran Lembar Kerja Siswa (LKS) untukimeningkatkan prestasi belajar dan
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi stoikiometri kelas X M-IPA 3 SMA
Negeri Kebakkramat tahun pelajaran 2017/2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving disertai
Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi stoikiometri dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun
pelajaran 2017/2018?
2. Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving disertai
Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi stoikiometri dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat
tahun pelajaran 2017/2018?
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran dengan model
pembelajaran problem solving disertai Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi
stoikiometri kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun pelajaran
2017/2018.
2. Meningkatkanakemampuan berpikir kritis siswa melaluiapembelajaran dengan
model pembelajaran problem solving disertai Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk
materi stoikiometri kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun pelajaran
2017/2018.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitin ini adalah :
1. Manfaat teoritis
Beberapa manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penerapanimodel
pembelajaran problem solving terhadap hasil belajar kimia.
b. Membantu guru menambah pengetahuan tentang penerapan strategi
pembelajaran.
c. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya
mengenai penerapan model pembelajaran problem solving dan penggunaan
media LKS.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
1) Memberikan suasanaibelajar yang lebih bervariasi sehingga
pembelajaran tidak monoton.
2) Dapat membawa dampak pada peningkatan penguasaan konsep
stoikiometri dan peningkatan prestasi belajar siswa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
3) Memberikan pengalaman kepada siswa mengenai metode pembelajaran
problem solving sebagai perangsang kemampuan berpikir kritis serta
menyampaikan pendapat.
b. Manfaat bagi guru
1) Menambah wawasan kepada guru tentang penerapan pendekatan, model
atau metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2) Memberi masukan dalam rangka pemilihan metode pembelajaran kimia
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis
dan prestasi belajar.
c. Manfaat bagi sekolah
1) Memberikan usulan kebijakan yang dapat dterapkan guna peningkatan
prestasi belajar siswa.
2) Memberikan solusi terhadap masalah dalam pelaksanaan pembelajaran
kimia khususnya terkait dengan meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan prestasi belajar siswa.
d. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti adalah dapat menambah wawasan dan
pengalaman langsung dalam penerapan model pembelajaran problem
solving di sekolah khususnya pada materi stoikiometri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Belajar
Definisi-definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli pada
umumnya mengandung arti atau pengertian yang sama. Menurut Slameto
(2010) belajar ialah suatu proses usaha seseorang yang dilakukan untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan
tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan dalam aspek pengetahuan
(kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yangamenyangkut nilai dan
sikap (afektif).
Perbedaan pengertian mengenai belajar disesuaikan dengan persepsi
dan sudut pandang masing-masing. Hal yang utama dalam proses belajar adalah
adanya perubahan pada diri seseorang dimana perubahan ini ditunjukkan
dalamaberbagai bentuk seperti berubahan pemahaman, pengetahuan, sikap,
keterampilan, tingkah laku, kemampuannya, dan aspek lain-lain. Hal ini di
perkuat oleh pendapat dari Aunurrahman (2010) yang menjelaskan bahwa ciri
umum kegiatan belajar adalah 1) belajar menunjukan aktivitas pada diri
seseorang yang disadariaatau disengaja, 2) belajar merupakanainteraksi
individu dengan lingkunganya dan 3) hasil belajar ditandai dengan perubahan
tingkah laku.aMenurut Slameto (2010), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi belajar, tetapi digolongkan menjadi dua golongan utama yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar. Faktor yang tergolong faktor internal antara lain faktor
jasmaniah, faktor psikologi, faktor kelelahan, dan lain-lain
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
individu yang sedang belajar. Faktor yang tergolong ke dalam faktor
eksternal antara lain adalah faktor keluarga, faktor sekolah, faktor
masyarakat, dan faktor yang lain
2. Teori Belajar
Teori belajar dapat menunjukkan hubungan antara sifat dan sikap
dalam diri siswa saat proses pembelajaran. Tujuan dari teori belajar adalah
menjelaskan proses belajar sehingga teori belajar dapat digunakan sebagai
indikator keberhasilan siswa dalam belajar. Banyak teori belajar dari para ahli
yang telah disusun, namun tidak dapat dikatakan bahwa hanya satu teori yang
menjadi teori paling tepat. Setiap teori memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, sehingga dalam pelaksanaannya perlu melihat beberapa teori
dan saling dihubungkan agar saling melengkapi. Beberapa teori belajar menurut
beberapa ahli antara lain:
1) Teori Belajar Bruner
Bruner tidak mengembangkan teoriabelajar yang sistematis. Hal
yang penting bagi Bruner ialah cara bagaimana seseorang memilih,
mempertahankan, dan mentransformasikan sebuah informasi secara aktif
dalam proses belajar. Bruner menganggap belajar penemuan sesuaiadengan
pencarian pengetahuan secara aktifaoleh manusia dan dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan dalam suatu masalah serta pengetahuan yang menyertainya akan
menghasilkan pengetahuan yang bermakna (Dahar, 2011). Menurut Bruner,
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. siswa diberi kesempatan
mencari dan menemukan sendiri pemecahanaamasalah yang sedang
dihadapinya. Di dalam proses pembelajaran Bruner lebih mementingkan
partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaa
kemampuan (Slameto, 2010). Keterkaitan teori belajar Bruner dengan
penelitian adalah siswa mencari sendiri pemecahan dari masalah yang
diberikan, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang lebih bermakna
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
bagi siswa. Bahkan kemampuan memecahkan masalah dapat bermanfaat di
kehidupan sehari-hari.
2) Teori Belajar Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan salah satu
proses genetik, yaitu proses yang didasarkan pada mekanisme biologis
perkembangan sistem syaraf. Semakinabertambah umur seseorang, maka
kemampuannya akan semakin meningkat. Dalam teori Piaget tidak melihat
perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikanasecara
kuantitatif karena kekuatan atau daya pikir seseorang berbeda menurut
usianya. Piaget menyebutkan bahwa perkembangan mental pada setiap anak
melalui tahap-tahap tertentu yang urut dan berlaku bagi semua anak
(Slameto, 2010). Menurut Piaget dalam Dahar (2011), proses belajar harus
disesuaikanidengan tahap perkembangan kognitif yangIdilalui siswa. Piaget
membagi menjadi empat tahap yaitu:
a) Tahap sensorimotor (0-2 tahun)
Pada tahap ini anak mengatur alamnya dengan indra (sensori) dan
tindakannya (motor).
b) Tahap praoperasional (2 sampai 7 tahun)
Tahap ini anak cenderung berpikir irreversible dan pemikirannnya
masih bersifat egosentris. Selain itu anak cenderung lebih menfokuskan
pada aspek statis tentang suatu peristiwa daripada transformasi dari satu
keadaan ke keadaan lain.
c) Tahap operasional konkret (7 sampai 11 tahun)
Tahap ini merupakan permulaan dari berpikir rasional. Anak memiliki
operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah
yang konkret.
d) Tahap operasional formal (lebih dari 11 tahun)
Tahap ini anak dapat menggunakanaoperasi-operasi konkretnya untuk
membentuk operasiayang lebih kompleks. Tahap operasional formal,
anak mempunyai kemampuan berpikir abstrak dan berpikir adolensensi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
Anak dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam
menyelesaikan masalah.
3) Teori Belajar Ausubel
Teori belajar Ausubel mengungkapkan bahwa suatu bahan
pelajaran harus bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses
yang mengaitkan informasi-informasi baru dengan konsep-konsep relevan
yang terdapat dalam strukturikognitif seseorang. Kekuatan dari proses
pemecahan masalah dalam pembelajaran terletak pada kemampuan siswa
untuk mengambil peran dalam kelompoknya. Agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik diperlukan bimbingan langsung dari guru, baik
lisan maupun tindakan, sedangkan siswa diberiakebebasan untuk
membangun pengetahuannya sendiri. Menurut Ausubel, problem solving
adalah pembelajaran yang lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan
strategi yang efisien. Teori ini mengacu pada kegiatan pembelajaran yang
banyak melibatkan partisipasi dari peserta didik maka dalam pembelajaran
yang berlangsung peserta didik haruslah bersikap aktif. Pengetahuan tidak
hanya disalurkan secara verbal tetapi juga dikonstruksi dan direkonstruksi
peserta didik (Budiningsih, 2005). Pada proses pembelajaran terdapat
prinsip-prinsip yang perluadiperhatikan untuk menerapkan teori Ausubel.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1) Pengatur awal
Pengatur awal mengarahkan para peserta didik ke materi yang akan
dipelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembaliiinformasi
yang berhubungan yang dapat membantu menanamkan pengetahuan
baru.
2) Diferensiasi Progresif
Dalam berlangsungnya belajar bermakna, perlu terjadi pengembangan
dan elaborasiakonsep. Pengembangan konsep dapat berlangsung
dengan baik, jika unsur-unsur yang paling umum diperkenalkan terlebih
dulu, setelah itu baru hal-hal yang lebih khusus dan detail dari suatu
konsep.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
3) Belajar Superordinat
Belajar superordinate terjadi jika konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya dikenal sebagaiaunsur-unsur dari suatu konsep yang lebih
luas.
4) Penyesuaian Integratif
Penyesuaian integratif memperlihatkan bagaimana konsep konsep baru
dihubungkan pada konsep-konsep superordinat (Dahar 2011).
3. Pembelajaraan
Satu tugas guru adalah melaksanakan pembelajaran yang baik.
Dalam suatu pembelajaran seorang guru harus memiliki berbagai
pengetahuan baik pengetahuan secara umum maupun pengetahuan yang
berhubungan dengan kelangsungan proses pembelajaran. Pengertian
pembelajaran dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 adalah proses
interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik pada
suatu lingkungan belajar. Howard dalam Slameto (2003) berpandangan
bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mendapatkan, mengubah,
atau mengembangkan skill (kemampuan), attitude (tingkah laku),
appreciations (penghargaan), ideals (cita-cita), dan knowledge
(pengetahuan). Dalam pengertian ini guru harus berusaha untuk
menghasilkanaperubahan tingkah laku yang baik bagi peserta didik.
Sardiman (2010) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha
untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Menurut Rahyubi
(2012) pembelajaran merupakanabantuan yang diberikan seorang pendidik
agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap danakepercayaan pada
siswa.
Istilah pembelajaran memilikiamakna sebagai kegiatan yang
dimulai dari mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan dan
mengevaluasi kegiatan yang dapat menciptakan proses belajar bagi peserta
didik. Menurut Weil (1980) dalam Sanjaya (2008) terdapat tiga prinsip
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
penting dalam proses pembelajaran yaitu (1) proses pembelajaran
adalahamembentuk kreasi lingkungan yang dapat mengubah struktur
kognitif siswa, (2) berhubungan dengan tipe-tipeapengetahuan yang harus
dipelajari, dan (3) dalamapembelajaran perlu melibatkan peran lingkungan
sosial. Dalam pembelajaran guru mempunyai tugas yaitu harus mampu dan
ahli dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi dalam kegiatan
pembelajaran agar dalam proses pembelajaran dapat tercapai tujuannya.
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
model pembelajaran menurut Suradji (2008) antara lain:
a. Disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.
b. Disesuaikan dengan kemampuan siswa serta kepribadian siswa.
c. Disesuaikan dengan bahan pelajaran yang akan dipelajari.
d. Disesuaikan dengan fasilitas yang ada di sekolah.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepasadari kemampuan
guru mengembangkan metode-metodeapembelajaran yang berorientasi
pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam
proses pembelajaran. Dari pengertian di atas, pembelajaran dapat diartikan
sebagai prosesakomunikasi dua arah antara guru dan siswa dalam rangka
memberikan pengetahuan, pengarahan, bimbingan dan doronganakepada
siswa agar terjadi proses belajar sehingga diperoleh suatu pemahaman dan
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
4. Model Pembelajaran Problem Solving
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sains
adalah dengan memberikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan materi. Hal ini bertujuan untuk merangsang kebiasaan untuk
berpikir dan melakukan kegiatan untuk memecahkan masalah. Model
pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran
yang dilakukakan dengan melibatkan suatu masalah. Problem solving
melibatkan aktivitas berpikiratingkat tinggi yang aktif pada siswa
terutamaaberpikir kritis sehingga model pembelajaran ini dapat
dimanfaatkan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
Menurut Ahmadi, Amri dan Elisah (2011) model pembelajaran
problem solving merupakan penggunaan model dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa untuk menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah pribadi atau peroranganamaupun masalah
kelompok untuk dipecahkan sendiriaaatau secara bersama-sama. Dalam
kegiatan pembelajaran, guru memberikan masalah atau persoalan sesuai
dengan topik yang diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan
persoalan tersebut. Dengan pemecahan masalah, siswa akan belajar untuk
mengorganisasikan kemampuan mereka dan di dalam kelompoknya
masing-masing, siswa berlatih untuk menjelaskan pemecahan masalah
dengan teman sekelompok mereka kemudian mempresentasikannya di
depan kelas. Tujuan penggunaan model problem solving adalah untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam mencari sebab akibat
dari suatu masalah, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan
analisis serta mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah
serta mengambil keputusan secara objektif dan rasional.
Beberapa keunggulan penggunaan model problem solving
menurut Ahmadi et al. (2011) yaitu:
a. Melatih siswaauntuk mendesain suatu penemuan.
b. Berpikir danabertindak kreatif.
c. Memecahkan masalahayang dihadapi secara realistis
d. Mengidentifikasi danamelakukan penyelidikan.
e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f. Merangsang perkembangan akemajuan berpikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yangadihadapi dengan tepat.
g. Dapat membuat pendidikanasekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnyaadunia kerja.
Menurut Trianto (2007), penggunaan model problem solving
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Adanya masalahayang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus
tumbuh dariasiswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban
ini berdasarkan kepada data yang telah diperolehapada langkah kedua
di atas.
d. Menguji kebenaran jawabanasementara di atas. Dalam langkah ini siswa
harus berusaha memecahkan masalah hingga benar-benar yakin pada
jawaban tersebut. Apakah sesuai dengan jawabanasementara atau tidak
sesuai sama sekali.
e. Menarik kesimpulan.
Dalam penelitian ini, langkah-langkah pembelajaran dalam model
pembelajaran problem solving yang dilakukan disesuai dengan kondisi
kelas dan sekolah. Pada model pembelajaran problem solving, tahap
merumuskan masalah tidak termasuk dalam langkah-langkah pembelajaran.
Hal ini dikarenakan permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran
berasal dari guru. Langkah-langkah pembelajaran dalam model
pembelajaran problem solving yang akan digunakan sebagai berikut:
a. Menganalisis masalah
Guru memberikan permasalahan dalam bentuk soal kepada siswa,
kemudian siswa menganalisis soal tersebut.
b. Merumuskan hipotesis
Dalam langkah ini siswa memperkirakan jawaban sementara dari
persoalan/permasalahan tersebut.
c. Mengumpulkan data
Pada langkah ini, siswa mengumpulkan data dari berbagai sumber
belajar dan juga dari hasil berdiskusi dengan siswa yang lain.
d. Menguji hipotesis
Dalam langkah ini siswa mempresentasikanahasil diskusi dalam
kelompok besar agar kelompok lain memberikanatanggapan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
e. Menarik kesimpulan
Pada langkah ini, siswa dibantu oleh guru menarik kesimpulan dari hasil
pembahasan masalah.
5. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Penggunaan media pembelajaran yang tepat merupakan salah satu
cara untuk mengoptimalkan tercapainya hasil belajar. Pengertian media
pembelajaran menurut Hamdani (2011) adalah alat atau perantara yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikanamateri pembelajaran kepada
siswa agar mudah dipahami dan ditangkapamaknanya oleh siswa sehingga
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Fungsi media
pengajaran yaitu:
a. Berfungsi sebagai sarana bantuanauntuk mewujudkan situasi
kependidikan yang lebih efektif.
b. Merupakan bagianaintegral dari seluruh proses kependidikan.
c. Media pendidikan harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan agar
dapat membantu pencapaiannya.
d. Berfungsi mempercepat proses tercapaiannya tujuan pendidikan.
e. Berfungsi meningkatkan kualitas proses kependidikan.
f. Media pemdidikan meletakkanadasar-dasar yang kongkrit untuk
berpikir sehinga dapat mengurangi terjadinyaapenyakit verbalisme.
Salah satu media pembelajaran yang dapataadigunakan guru untuk
meningkatkan keterlibatanasiswa dalam proses pembelajaran adalah
Lembar Kerja Siswa (LKS) atau ada yang menyebutnya dengan Lembar
Kegiatan Siswa. Pengertian Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet)
menurut Widyantini (2013) adalah lembaran-lembaranaberisi tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa. Lembarakerja ini berisi petunjuk dan langkah-
langkah untuk menyelesaikan suatuatugas yang diberikan oleh guru kepada
siswanya. Lembar kegiatan siswa akan memuat paling tidak; judul,
Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai, waktu penyelesaian,
peralatan/bahanayang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi
singkat, langkah kerja, tugasayang harus dilakukan, dan laporan yangaharus
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
dikerjakan (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Tugas-tugas yang
diberikan kepada siswa dapat berupa tugas teori dan atau tugas praktik.
Sebagai media pembelajaran LKS haruslah memiliki bagian
penting. Menurut Prastowo (2014), LKS memiliki enam unsurautama yang
meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasaraatau materi pokok,
informasi pendukung, tugas ataualangkah kerja dan penilaian. Ada beberapa
jenis LKS diantaranya adalah:
a. LKSayang membantu peserta didik menemukan suatu konsep.
b. LKSayang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan
berbagai konsepayang telah ditemukan.
c. LKS yangaberfungsi sebagai penuntun pelajaran.
d. LKS yang berfungsiasebagai penguatan.
e. LKS yang berfungsiasebagai petujuk praktikum.
6. Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan kemampuanapeserta didik untuk
berpikir secaraanetral, memiliki alasan logis, dan keinginan kuat
akanakejelasan dan ketepatan suatu informasi. Pemikiran kritis tidak hanya
menuntut siswa mengumpulkan bukti dan data, tetapi juga bagaimana
mereka mempelajari bagaimana data tersebut dipilih, dibentuk, diatur, dan
diintegrasikan ke dalam rancangan suatu materi (Paul, 1992).
Menurut Kennedi dalam Pithers & Soden (2000) menjelaskan
bahwa pemikiran kritis melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi
masalah asumsi yang terkait; mengklarifikasi dan memfokuskan masalah,
dan menganalisa, memahami untuk mendapatkan kesimpulan melalui
pemikiran secara induktif dan deduktif dengan berdasarkan sumber data
atau informasi yang tersedia. Selain itu dalam buku yang di tulis Alec Fisher
(2010) ada beberapa pendapat mengenai pengertianaaberpikir kritis dari
beberapa ahli diantaranya yaitu:
a. John Dewey mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses yang aktif,
terus menerus, dan teliti mememikirkan berbagai hal secara
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
lebihamendalam, mengajukan pertanyaan dan menemukan informasi
bagi diri sendiri.
b. Edward Glaser menjelaskan bahwa berkritis adalah suatu sikapamau
berpikir mengenai masalah-masalah ,mencari dan menerapkan metode
untuk mengatasinya setra mendapatka kesimpulan berdasarkan bukti
yang ada.
c. Robert Ennis berpendapat bahwa berpikir kritis adalah pemikiranayang
masuk akal danareflektif yang berfokus utuk memutuskan apa yang
mesti dipercaya atau dilakukan.
d. Menurut RichardaPaul, berpikir kritis merupakan mode berpikir
mengenai hal, subtansi, atau masalah dimana seseorang berusaha
meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara
terampilastruktur-struktur yang melekat dalam pemikiran
danamenerapkan standar-standar intelektual padanya.
Boss (2012) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis
merupakan gabungan dari beberapa kemampuan yang mendukung satu
sama lain. Karakteristik kemampuan berpikir kritis adalah:
a. Memiliki kemampuan menganalisis.
b. Memiliki kemampuan komunikasi yang efektif.
c. Memiliki kemampuan mencari dan menemukan.
d. Memiliki toleransi dan fleksibilitas terhadap sesuatu yang belum pasti.
e. Berfikir secara terbuka.
f. Mampu menyelesaikan masalah (problem solving).
g. Penuh perhatian, sadar dan berani.
Harsanto (2005) menjelaskan latihan yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis adalah:
a. Membedakan antara fakta, nonafakta dan pendapat.
b. Membedakan antara kesimpulanadefinitif dan sementara.
c. Menguji tingkataketerpercayaan.
d. Membedakan informasi yangarelevan dan tidak relevan.
e. Berpikir kritis atas apa yang kita baca.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
f. Membuatakeputusan.
g. Mengidentifikasi sebabadan akibat.
h. Mempertimbangkanawawasan lain.
i. Menguji pertanyaan yang kita miliki.
Untuk menentukan tingkatan berfikir kritis seseorang, terdapat
indikator untuk mengukurnya. Menurut Ennis dalam Fristadi dan Bharata
(2015) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang dapat dilihat
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Indikator Kemampuan Berfikir Kritis
No. Kelompok Indikator
1 Memberikan penjelasan
sederhana (praktis)
1. Memfokuskan pertanyaan
2. Menganalisisaargument
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan
2 Membangun
keterampilan dasar
4. Mempertimbangkan apakah sumber
dapat dipercaya atau tidak
5. Mengobservasi dan mempertimbangkan
laporan observasi
3 Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan
hasil deduksi
7. Menginduksi dan mempertimbangkan
hasil induksi
8. Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Keyakinan 9. Mendefinisikan istilahadan
mempertimbangkan suatu definisi
10. Mengidentifikasi asumsi-asumsi
5 Tindakan 11. Menentukan suatuatindakan
12. Berinteraksiadengan orang lain
Beyer dalam Slavin (2009) mengidentifikasikan ada sepuluh
indikator dalam penilaian kemampuan berpikir krtitis, meliputi:
a. Membedakan antara faktaavariabel dan pernyataan nilai.
b. Membedakan informasi, pernyataanaatau alasan yang relevan dari yang
tidak relevan.
c. Menentukannketepatan fakta pernyataan.
d. Menentukan kredibilitasasumber.
e. Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
f. Mendeteksiaprasangka.
g. Mengidentifikasi kekeliruanalogika.
h. Mengenali ketidakkonsistenanalogika garis pemikiran.
i. Menentukan kekuatan argumenaatau pernyataan.
7. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi belajar
Pengertian prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha
yang telah dicapai peserta didik dalam belajar. Prestasi belajar
merupakan suatu indikator secara kualitas dan kuantitasapengetahuan
yang dikuasai siswa selama proses pembelajaran tertentu. Mendikbud
dalam Permendikbud No 104 Tahun 2014 menjelaskan bahwa
berdasarkan penilaian hasil belajar oleh pendidik, pendidik dan peserta
didik dapat memperoleh informasi tentang kelemahan dan kekuatan
pembelajaran sehingga pendidik dan peserta didik memiliki arah yang
jelas mengenai apa yang harus diperbaiki dan dapat melakukan refleksi
mengenai apa yang dilakukannya dalam pembelajaran dan belajar.
Dalam Permendikbud No 104 Tahun 2014 juga menjelaskan bahwa
penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam
kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan,
dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan
sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.
b. Fungsi Penilaian Prestasi Belajar
Adapun fungsi utama dari penilaian prestasi belajar adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui tingkatapenguasaan peserta didik terhadaap
materi yang diberikan;
2) Untuk mengetahuiakecakapan, motivasi, bakat, minat, dan
sikapapeserta didik terhadap pogram pembelajaran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
3) Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaianahasil belajar
peserta didik dengan standarakompetensi dan kompetensi dasar
yang telah ditetapkan.
4) Untuk mendiagnosisakeunggulan dan kelemahan pesertaadidik
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
5) Untuk seleksi, yaituamemilih dan menentukan peserta didikayang
sesuain dengan jenis pendidikanatertentu;
6) Untuk menentukanakenaikan kelas;
7) Untuk menempatkan pesertaaadidik sesuai dengan potensi yang
dimilikinya (Arifin, 2009)
c. Jenis Prestasi Belajar
Prestasi belajar dalam bidang pendidikan adalah hasil dari
pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) setelah mengikuti
proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes
atau instrumen yangarelevan (Hamdani, 2011). Menurut Bloom hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang mencakup tiga ranah yaitu
ranah kognitif, ranah afektifadan psikomotor (Aunurrahman, 2010).
Dalam Permendikbud No. 104 tahun 2014 juga disebutkan bahwa
lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidikamencakup kompetensi
sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan. Penilaianaahasil belajar oleh pendidik
dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, danaperbaikan
hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
8. Stoikiometri
Dalam bahasa Yunani, kata stoicheion berarti unsur. Istilah
Stoikiometri dalam bahasa Latin (stoicheion berarti unsuraatau bagian
sedangkan metron berarti ukuran) secara bahasa stoichiometry berarti
mengukur unsur, tetapi dari sudut pandang praktis, stoikiometri meliputi
semua hubungan kuantitatif (perhitungan) yang terlibat dalam suatu reaksi
kimia atau rumus kimia. Hal yang diukur antara lain adalah pengukuran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
massa, jumlah, atom, volume, tekanan, jumlah atom, ion, molekul, atau
satuan kimia lainnya yang dihubungkan dengan suatu reaksi kimia.
Stoikiometri mempelajari aspek kuantitatifareaksi kimia atau rumus kimia
yang diperoleh melaluiaipengukuran massa, volume, jumlah dan
sebagainya, yangaterkait dengan jumlah atom, ion, molekul, atau rumus
kimia, serta keterkaitannyaadalam suatu reaksi kimia.
Stoikiometri merupakan materiadalam mata pelajaran kimia yang
dipelajari di kelas X semesteragenap dalam lingkup Kurikulum 2013.
Konsep-konsep yang dipelajari dalam materi stoikiometri di penelitian ini
meliputi massa atom, massaaatom rata-rata, massa atom relatif, massa
molekul relatif, massa molar unsur, volume molar gas, bilangan Avogadro,
hipotesis Avogadro, hukum gas ideal, interkonversi mol, persen berat,
bagian per sejuta (ppm), sistem bagian per miliar (ppb), molaritas, fraksi
mol, persen komposisi senyawa, dan pereaksi pembatas
9. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu pada pembahasan menjadi salah satu acuan
penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya
teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari
penelitian yang telah ada, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul
yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat
beberapa penelitian sebagai referensi dalam menambah bahan kajian pada
penelitian penulis. Beberapa penelitian terdahulu yang berupa jurnal terkait
dengan penelitian yang dilakukan penulis disajikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Penelitian terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Gabriel Pinto
(2013)
Stoichiometry in
Context: Inquiry-
Guided Problems of
Chemistry for
Encouraging Critical
Thinking in
Engineering Students
Pembelajaran stoikiometri
dengan pelatihan pemikiran
kritis dan kreatif, dengan
pemecahan masalah telah
menunjukkan minat yang
besar bagi siswa membantu
mereka memahami topik
kimia dengan lebih baik.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
Perbedaan: Pada penelitian yang dilakukan oleh Gabriel Pinto dilakukan
dengan menyajikan suatu masalah konkret dalam kehidupan yang
berkaitan dengan stoikiometri, namun tidak di jelaksan metode atau mode
pembelajaran yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan peneliti
secara spesifik menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah problem
solving denga media LKS.
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Restu Fristadi dan
Haninda Bharata
(2015)
Meningkatkan
Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Dengan
Problem Based
Learning
Kemampuan berpikir kritis
dapat ditingkatkan melalui
penerapan model
pembelajaran problem
based learning. Model
problem based learning
berfokus pada masalah yang
dipilih sehingga siswa tidak
hanya mempelajari konsep-
konsep yang berhubungan
dengan masalah tetapi juga
metode ilmiah untuk
memecahkan masalah
tersebut.
Perbedaan: Pada penelitian yang dilakukan oleh Restu Fristadi dan
Haninda Bharata bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL). Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan model
pembelajaran problem solving.
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Dyah Ernawati,
Ashadi dan Budi
Utami (2015)
Upaya Peningkatan
Prestasi Belajar dan
Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Kelas X
MIA 7 dengan
Menggunakan Metode
Pembelajaran Problem
Solving pada Materi
Stoikiometri di SMA
Negeri 1 Sukoharjo
Tahun Pelajaran
2014/2015
Penerapan metode
pembelajaran problem
solving dapat meningkatkan
prestasi belajar dan
kemampuan berpikir kritis
siswa kelas X MIA 7
SMAN 1 Sukoharjo pada
materi stoikiometri.
Perbedaan: Pada penelitian yang dilakukan oleh Dyah Ernawati, Ashadi
dan Budi Utami bertujuan meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan
berpikir kritis dengan menggunakan metode pembelajaran problem
solving. Sama dengan penelitian yang dilakukan peneliti , hanya saja pada
penelitian ini menggunakan media pembelajaran LKS (Lembar Kerja
Siswa) untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Yuvencia Carolin,
Sulistyo Saputro
dan Agung
Nugroho Catur
Saputro (2015)
Penerapan Metode
Pembelajaran Problem
Solving Dilengkapi
LKS untuk
Meningkatkan
Aktivitas dan Prestasi
Belajar pada Materi
Hukum Dasar kimia
siswa kelas X MIA 1
SMA Bhineka Karya 2
Boyolali Tahun
Pelajaran 2014 / 2015
penggunaan metode
problem solving dilengkapi
LKS dapat meningkatkan
aktivitas dan prestasi belajar
yang meliputi kompetensi
pengetahuan, sikap, dan
keterampilan siswa kelas X
MIA 1 SMA Bhinneka
Karya 2 Boyolali tahun
pelajaran 2014/2015.
Perbedaan: Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuvencia Carolin,
Sulistyo Saputro dan Agung Nugroho Catur Saputro dilakukan pada
materi hukum dasar kimia sedangkan pada penelitian yang dilakukan
peneliti juga menggunakan model pembelajaran problem solving dan
media LKS hanya saja dilakukan pada materi stoikiometri.
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Lisa Gueldenzoph
Snyder dan Mark
J. Snyder (2008)
Critical Thinking and
Problem Solving Skills
Lingkungan belajar yang
secara aktif melibatkan
siswa dalam penyelidikan
informasi dan penerapan
pengetahuan akan
meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa. Siswa
yang memiliki kemampuan
berpikir kritis tinggi dapat
memecahkan masalah.
Perbedaan: Pada penelitian yang dilakukan oleh Lisa Gueldenzoph
Snyder dan Mark J. Snyder ini menjadi referensi bagi peneliti bahwa
terdapat keterkaitan antara kemampuan berpikir kritis dengan pemecahan
suatu masalah (problem solving).
B. Kerangka Berfikir
Kimia merupakan salah bidang yang dijadikan mata pelajaran bagi siswa
kelas X IPA pada jenjang Sekolah Menengah Atas pada kurikulum 2013. Dalam
Permendikbud No 69 Tahun 2013, Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memilikiakemampuan hidup sebagai
pribadi danawarga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, danaaafektif
serta mampu berkontribusi padaakehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan peradaban dunia. Pelaksanaan pembelajaran kimia yang biasanya terjadi di
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
kelas X M-IPA 3 dilakukan oleh guru masih belum dapat menerapkan kurikulum
2013 secara maksimal, sehingga pembelajaran hanyaaberpusat pada guru dan siswa
menjadi kurang aktif. Selain itu, pemakaian media yang kurang variatif
menyebabkan siswa menjadi bosan. Hal inilah yang mungkin menyebabkan anak
kurang mampu mengasah kemampuan berfikir kritis dalam mengerjakan soal di
materi stoikiometri dan menyebabkan prestasi belajarnya kurang baik.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti bermaksud menerapkan
model problem solving yang nantinya pembelajaran diarahkan berpusat pada siswa.
Dalam pembelajaran yang dilaksanakan nantinya akan digunakan juga media
Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk memberikan pekerjaan bagi siswa untuk
memecahkan masalah dalam stoikiometri. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu
mengasah kemampuan berfikir kritis dalam mengerjakan soal atau permasalahan
yang ada dalam LKS. Dalam pelaksanaan pembelajaran nantinya siswa tidak hanya
mengerjakan soal sendiri saja tetapi ada beberapa waktu dimana siswa dapat
mengerjakan soal secara kelompok yang akan membantu keaktifan siswa dalam
berinteraksi.
Gambar 2.1 Skema KerangkaaBerpikir
SIKLUS II
Menerapkan model
problem solving
berbantuan LKS
dengan diskusi
kelompok kecil
KONDISI
AWAL
KONDISI
AKHIR
TINDAKAN
Model Problem solving
berbantuan LKS belum
digunakan Guru pada materi
stoikiometri
Diduga model problem
solving berbantuan LKS
dapat meningkatkan
kemampuansberpikir kritis
dan prestasi belajar pada
materiastoikiometri
Guru melakukan penerapan
model problem solving
berbantuan LKS pada
materi stoikiometri
rendahnya kemampuan
berfikir kritis siswa
prestasi belajar siswa
masih rendah
SIKLUS I
Menerapkan model
problem solving
berbantuan LKS
dengan diskusi
kelompok besar
KD
belum
tercapai KD
sudah
tercapai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
Berdasarkan penjelasan di atas, maka diduga penerapan model problem
solving dengan bantuan LKS dapat meningkatkanakemampuan berfikir kritis. Jika
kemampuan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan maka diharapkan prestasi
belajar siswa dalam materi stoikiometri dapat meningkat. Skemaakerangka berpikir
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, dapat
dikemukakan hipotesis tindakanasebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran problem solving disertai Lembar Kerja Siswa
(LKS) dapatameningkatkan prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri.
2. Penggunaan model pembelajaran problem solving disertai Lembar Kerja Siswa
(LKS) dapat meningkatkanakemampuan berpikir kritis siswaapada materi
stoikiometri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukanaidi SMA Negeri Kebakkramat dengan alamat
Jalan Kebakkramat-Tasikmadu, Desa Nangsri, Kecamatan Kebakkramat,
Kabupaten Karanganyar, kode pos 57762 di kelas X M-IPA 3 semester genap
tahun pelajaran 2017/2018.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakanapada semester genap tahun pelajaran
2017/2018 yang berlangsung pada bulan Januari - Juli 2018. Penjelasan jadwal
pelaksanaan dan alokasi waktu penelitian, dapatadilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan Penelitian Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Persiapan Penelitian
a. Observasiaawal
b. Menyusunaproposal
penelitian
c. Menyiapkan instrumen
penelitian
2. PelaksanaanaTindakan
a. Siklus I
b. Siklus II
3. Analisis Dataadan Pelaporan
a. Analisis data
(hasil tindakan 2 siklus)
b. Menyusunalaporan/skripsi
c. Ujian dan revisi
d. Penggandaanalaporan
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
(CAR)ayang dilaksanakan oleh peneliti bersama guru mata pelajaran kimia yang
berada di kelas X M-IPA 3. Penelitan tindakan kelas dilakukan karena munculnya
permasalahan dalam proses pembelajaran yang memerlukan penanggulangan agar
masalah tersebut terpecahkan. Masalah yang akan dipecahkan melalui Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) harus selaluaberangkat dari persoalan pembelajaranasehari-
hari yang dihadapi oleh pendidik. Permasalahan yang terjadi dikelas meliputi
model, pendekatan, metode, dan media pembelajaran yang menyebabkan
siswaikurang memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Dengan adanya PTK diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran,
salah satunya dengan menggunakan model problem solving Penelitian ini
menggunakansaapendekatan kualitatif dengan sumber data berasal
dariapermasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas.
Data yang diperoleh berupa data kualitatif berupa angka, kalimat, atau deskripsi
berdasarkan penjelasan guru, observasi, hasil evaluasi, maupun angket yang disebar
pada saat awal hingga akhir penelitian. Data angka yang diperoleh dari angket
penelitian dilaporkan dengan mendeskripsikannya melalui tulisan sehingga
diperoleh gambaran pembelajaran secara akurat, runtut, terpercaya berdasarkan
fakta yang diperoleh dari penelitian.
Berdasarkan penjelasan di atas maka PTK pada penulisan hasilnya akan
menjelaskan proses dari hasil perbaikan yang dilakukan oleh peneliti yang bekerja
sama dengan guru dengan cara menginovasi pembelajaran salahasatunya dengan
menggunakan modelapembelajaran lain seperti problem solving yang disajikan
secara runtut dengan mendeskripsikan setiap kejadian dan hasil yang diperoleh dari
perlakuan atau tindakan di dalam kelas yang diteliti. Perlakuan tindakan dimulai
dari uji pra-siklus, siklus I, dan siklus II sehingga diperoleh peningkatan
kemampuan berpikirikritis dan prestasi belajarasiswa dalam materi stoikiometri
pada kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat.
C. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri
Kebakkramatatahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 36 siswa. Pemilihan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
subjek pada penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa siswa kelas X M-IPA
3 memiliki masalah dalam pembelajaran kimia dalam hal kemammpuan berpikir
kritis dan prestasi belajar yang rendah. Masalah dalam kelas tersebut teridentifikasi
melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru kimia.
D. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian iniameliputi data informasi
tentang keadaan siswaadilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif.
Aspekakualitatif berupa data hasil observasi, wawancara, kajianadokumen atau
arsip dengan berpedoman pada lembar pengamatan dan pemberian angket yang
menggambarkan prosesapembelajaran kimia di dalam kelas. Aspek kuantitatif
diperoleh dari hasil penilaian belajaramateri pokok stoikiometri berupa nilai
(skor) yang diperoleh siswa dari penilaian kemampuan pengetahuan melalui tes
awal, tes pada siklus I, tes pada siklus II, serta penilaian aspek sikap dan
keterampilan siswa baik siklus I maupun siklus II.
2. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalahainforman yaitu guru dan
siswa. Selain itu juga berasal dari hasil wawancara, catatan observasi penelitian
tentang kegiatan pembelajaran serta dokumen atau arsip dan hasil tes.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan dataaadalah dengan tes dan
non tes.
1. Tes
Pemberian tes dilakukan untuk mengukurahasil yang diperoleh siswa
setelah kegiatanapemberian tindakan dalam pembelajaran. Tes meliputi dua
pengukuran yaitu tes aspek pengetahuan dan tes kemampuan berpikirakritis.
Dalam tes kemampuan berpikir kritis dilakukan tes kemampuan awal
padaaawal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasiakekurangan atau
kelemahan siswa dalam materi pokok stoikiometri dan setiap akhir siklus
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
untukimengetahui hasil dari tindakan yang dilakukan. Dengan perkataan lain
tes disusunaidan dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan pengetahuan
siswa sesuai denganasiklus yang ada. Sedangkan tes kemampuan berpikir kritis
dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kitis siswa di kelas
X M-IPA 3 setelah dilakukan tindakan dalam proses pembelajaran kimia
dengan model problem solving.
2. Non Tes
a. Pengamatan (observasi)
Pengamatan yang penelitialakukan adalah pengamatan yang
berperan sertaasecara pasif atau pengamatan langsung. Pengamatan ini
dilakukan terhadap guruaketika melaksanakan kegiatan belajar-
mengajaraidi kelas. Pengamatan dilakukan oleh peneliti di tempat duduk
paling belakang. Dalam posisi itu peneliti dapat lebih leluasa
melaksanakanapengamatan terhadap aktifitas belajar-mengajar siswa.
Pengamatan juga dilakukan sebelum dan selama tindakan kelas
dilaksanakan.
Pengamatan terhadap kinerjaaguru juga diarahkan pada kegiatan
guru dalam menggunakanametode pembelajaran dalam hal ini adalahacara
guru menjelaskan materi, kegiatan guru dalam mengajukan pertanyaan dan
menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan
umpan balik, dan melakukanapenilaian terhadap hasil belajar siswa.
Sementara itu pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat
partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran seperti terlihat pada
keaktifanasiswa dalam pembelajaran kimia dan keaktifan siswa dalam
mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran. Observasi selama
berlangsungnya tindakan kelas dilakukan oleh peneliti dan observer dengan
menilai aspek sikap atau afektif dari siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi terkait
pembelajaran kimia di kelas X M-IPA 3, sehingga diperoleh identifikasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
masalah yang berkaitan dengan pembelajaran kimia. Wawancara dilakukan
setelah diperoleh hasil pengamatan di kelasaamaupun kajian dokumen.
Wawancara atau diskusi dilakukan oleh peneliti setelahapengamatan
pertama terhadap kegiatan belajar-mengajar (KBM) agar diperoleh
informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran kimia.
Berdasarkan wawancara, pengamatan dan kajian dokumen yang telah
dilakukan berkenaan dengan masalah pembelajaran kimia, serta faktor-
faktorapenyebabnya sehingga bisa dilakukan penelitian tindakan untuk
mengatasi permasalahan tersebut.
c. Kajian dokumen
Kajian juga dilakukaniterhadap berbagai dokumen atauiarsip yang
ada seperti kurikulum, rencanaapembelajaran yang dibuat guru, bukuaatau
materi pelajaran, daftar nilai ulanganaharian siswa, daftar nilai ulangan
akhir semester siswa. Daftar nilai ulangan harian digunakan sebagai dasar
pemilihan materi yang akan diberi perlakuan pada semester genap.
Sedangkan daftar nilai ulangan akhir semester digunakan untuk memilih
kelas yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran sehingga diberi
perlakuan dan perlu dilakukan penelitian.
d. Angket
Angket diberikan padaasiswa untuk mengetahui berbagaiahal
yang berkaitan dengan proses belajar-mengajarapada pokok bahasan
stoikiometri. Angket diberikan pada akhiraapenelitian tindakan. Dengan
menganalisis informasiaiyang diperoleh dari angket tersebut dapat
diketahuiapeningkatan proses kegiatan pembelajaran baik di kelas sehingga
dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kemampuan berpikirakritis dan
prestasi belajarasiswa berupa aspek sikap (afektif) dalam proses
pembelajaran kimia materi pokok stoikiometri.
F. Teknik Uji Validitas Data
Validitas digunakanaiuntuk mengukur sejauh mana instrumen yang
digunakan relevan, valid, dan dapat dipercaya atau tidak. Dalam penelitian PTK
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
digunakan validitas isi terutama dalam pengu kuran prestasi belajar agar
instrumen yang digunakan dapat dipercaya. Validasi ini dilakukan oleh ahli atau
validator yaitu dosen pembimbing. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat dua
instrumen yang digunakan yaitu instrumen pembelajaranidan instrumen
penilaian.
a. Instrumen pembelajaran
1. Silabus
Silabus yang digunakan dalamapenelitian ini telah dibuat oleh
guru mata pelajaran kimia kelas X SMA Negeri Kebakkramat yakni Ibu
Ida Lastari, S.T. Silabus Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini disusun oleh penelitiadan disetujui oleh guru mata pelajaran
kimia kelas X M-IPA 3 dan telah divalidasi oleh panelis I dan II, RPP
yang dibuat berisi tentang pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran problem solving disertai media Lembar Kerja Siswa (LKS)
pada materi stoikiometri. Sesuai dengan Rumus Gregory kriteria untuk
validasi adalah CV>0,7 agar analisis dapat dilanjutkan, menggunakan
formula:
Content Validity (CV) = 𝐷
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷
Keterangan:
A = jumlah item yangakurang relevan menurut kedua panelis.
B = jumlah itemayang kurang relevan menurut panelis I dan
relevanamenurut panelis II.
C = jumlah item yangarelevan menurut panelis I dan kurang
relevanamenurut panelis II.
D = jumlah itemayang relevan menurut keduaapanelis. (Gregory, 2007)
Tabel 3.2 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen RPP
Instrumen Jumlah indikator CV Kriteria
RPP 19 0,94 Dapat dilanjutkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Hasil Validasi Instrumen RPP dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Instrumen memperoleh CV sebesar 0,94 sehingga Intrumen RPP dapat
digunakan karena melebihi kriteria yang ditetapkan yaitu 0,7. Insrumen
RPP selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
3. Media Lembar Kerja Siswa (LKS)
Media digunakan sebagai pendukung dalam pembelajaran di kelas
untuk mempermudah siswa dalam menguasai materi stoikiometri yang
divalidasi oleh dua ahli. Sesuai dengan rumus Gregory kriteria untuk
validasi adalah CV>0,7 agar analisis dapat dilanjutkan, menggunakan
formula:
Content Validity (CV) = 𝐷
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷
Keterangan:
A = jumlah item yangakurang relevan menurut kedua panelis.
B = jumlah itemayang kurang relevan menurut panelis I dan relevan
menurut panelis II.
C = jumlah item yangarelevan menurut panelis I dan kurang relevan
menurut panelis II.
D = jumlah itemayang relevan menurut keduaepanelis. (Gregory, 2007)
Tabel 3.3 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen LKS
Instrumen Jumlah indikator CV Kriteria
RPP 19 0,89 Dapat dilanjutkan
Hasil Validasi Instrumen LKS dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Instrumen memperoleh CV sebesar 0,89 sehingga Intrumen LKS dapat
digunakan karena melebihi kriteria yang ditetapkan yaitu 0,7. Instrumen
LKS selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
b. Instrumen Penilaian
Di dalam instrumen penilaian terdapat empat penilaian yang meliputi
instrumen penilaian pengetahuan, instrumen penilaian sikap, instrumen
penilaian keterampilan dan instrumen penilaian kemampuan berpikir kritis.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
1) Instrumen Penilaian Pengetahuan
Instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek pengetahuan
(kognitif) adalah tesaobyektif atau pilihan ganda denganalima pilihan
jawaban. Variasi soal yang digunakan adalah sesuai dengan tingkatan
Bloom yaitu C1 sampai C5 yang meliputi kemampuan mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis/sintesis, dan mengevaluasi
permasalahan dalam soal. Instrumen pengetahuan diawali dengan
pembuatan kisi-kisi dan uji coba soal agar instrumen relevan. Instrumen
yang digunakan untuk pengumpulan data meliputi ketepatan tujuan
penggunaan instrumen (validitas) dan keterpercayaan hasil ukuran
instrumen (reliabilitas). Dalam analisis instrumen pengetahuan, terdapat
syarat penilaian istrumen dikatakan baik atau tidak sebagai berikut.
a) Validitas Isi
Valid dapat diartikan bahwa sebuah instrumen dapat
digunakan untukimengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas
untuk instrumen kognitif atau pengetahuan adalah uji validitas isi
yangadilakukan oleh dua orang panelis. Dalam penelitian ini, validasi
dilakukan oleh dosen pembeimbing. Hasil telaah dari dua panelis
selanjutnya dihitung menggunakan rumus Content Validity (CV)
menurut Gregory (2007) dengan kriteria CV>0,7 agar analisis dapat
dilanjutkan, menggunakan formula:
ContentaValidity (CV) = 𝐷
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷
Keterangan:
A = jumlah item yangakurang relevan menurut kedua panelis.
B = jumlah itemayang kurang relevan menurut panelis I dan relevan
menurut panelis II.
C = jumlah item yangarelevan menurut panelis I dan kurang relevan
menurut panelis II.
D = jumlah itemayang relevan menurut keduaapanelis. (Gregory, 2007)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen penilaian pengetahuan
Instrumen Jumlah indikator CV Kriteria
Penilaian
Pengetahuan 25 0,88 Dapat dilanjutkan
Hasil Validasi Instrumen penilaian pengetahuan dapat dilihat pada
Tabel 3.4. Instrumen memperoleh CV sebesar 0,88 sehingga Intrumen
penilaian pengetahuan dapat digunakan karena melebihi kriteria yang
ditetapkan yaitu 0,7. Instrumen penilaian pengetahuan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran.
b) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakanauntuk mengetahui tingkat
kepercayaan dan keterandalan instrumen soal untuk digunakan sebagai
alatapengumpul data. Instrumen dapat digunakan sebagai
alatapengumpul data apabila instrumen tersebutasudah baik atau layak.
Untuk mengetahuiareliabilitas instrumen penilaian pengetahuan yang
digunakan, maka soal diujicobakan pada siswa yang telah menerima
materi stoikiometri. Pada penelitian ini uji coba intrumen pengetahuan
dilakukan di kelas X M-IPA 1.
Tingkat kepercayaan (reliabilitas) dapat dilihat dari nilai alpha
(α) yang terdapat dalam aplikasi program komputer Iteman. Menurut
Direktorat Pembinaan SMA (2010) bahwa kriteria reliabilitas soal
adalah sebagai berikut.
0,91 - 1,00 : sangatatinggi (ST)
0,71 - 0,90 : tinggi (T)
0,41 - 0,70 : cukup (C)
0,21 - 0,40 : rendah (R)
>0,00 - 0,2 : sangatarendah (SR)
Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Pengetahuan
Instrumen Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Penilaian
pengetahuan 25 0,74 Dapat dilanjutkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Hasil uji cobaainstrumen penilaian pengetahuan dapat dilihat pada
Tabel 3.5. Instrumen memperoleh reliabilitas sebesar 0,74 sehingga
Intrumen penilaian pengetahuan dapat digunakan karena masuk dalam
kriteria reliabilitas soal yang tinggi. Hasil analisis butir soal dengan
program komputer iteman selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
c) Daya PembedaaSoal
Daya pembeda soal merujuk pada kemampuan sesuatuasoal
untuk membedakan antaraasiswa yang memiliki kemampuan tinggi
dengan siswa memiliki kemampuan rendah. Daya pembedaamerupakan
pengukuran yang digunakan untuk membedakan bahwa butir soal dapat
mengetahui siswa yang menguasai kompetensi atau belum sesuai
dengan kriteria tertentu. Apabila hasil koefisien daya beda soal tinggi,
maka semakin bagus butir soal dalam membedakanasiswa yang sudah
memahami kompetensi dengan siswa yangabelum menguasai.
Untuk menghitung daya beda soal, digunakan aplikasi Iteman
dengan pengetikan hasil pada windows notepad terlebih dahulu. Sistem
aplikasi iteman menerapkan rumus berikut:
dengan
Arikunto (2015) menjelaskan bahwa butir-butirasoal yang
baik adalah butir-butir soal yangamempunyai indeks diskriminasi 0,4
sampaiadengan 0,7 dan klasifikasi daya pembeda adalah sebagai
berikut.
0,00 – 0,20 : buruk (poor)
0,21 – 0,40 : cukup (satistifactory)
0,41 – 0,70 : baik (good)
0,71 – 1,00 : baikasekali (excellent)
Tabel 3.6 Ringkasan Daya Beda Instrumen Penilaian Pengetahuan
Instrumen Jumlah
Soal
Kriteria Soal
Baik Sekali Baik Cukup Buruk
Penilaian
pengetahuan 25 8 7 9 1
xp1xp
Y
Y1YpbisrD
2
n
Y
n
2YY
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
Hasil uji coba instrumen penilaian pengetahuan dapat
dilihatapada Tabel 3.6. Masih terdapat soal yang memiliki daya beda
buruk, sehingga soal tersebut diperbaiki untuk selanjutnya digunakan
sebagai instrumen penelitian. Hasil analisis butir soal dengan program
komputer iteman selengkapnya dapatadilihat pada lampiran.
d) Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalahasoal yang mempunyai tingkat kesulitan
yang tidak terlalu mudahaatau tidak terlalu sukar karena soal yang
terlalu mudah tidakaakan merangsang siswa untuk melakukan usaha
berpikir yang lebih tinggi untukamemecahkannya dan soal yang terlalu
sukaraakan menyebabkan siswa menjadiaputus asa dan tidak
mempunyai semangat untukaamencoba lagi karena diluar jangkauan
pemikirannya. Taraf kesukaran soal mempunyai indeks antara 0 sampai
dengan 1. Jika indeks kesukaran 1 artinya termasuk soal mudah, dan jika
taraf kesukaran 0 termasuk soal yang sulit. Mengetahui tingkat
kesukaran dalam instrumen penilaian dapat dilakukan dengan perangkat
lunak komputer Iteman. Perhitungan pada sistem iteman menggunakan
proporsi siswa menjawab benar pada suatu butir soal. Tingkat kesukaran
dalam butir soal ditunjukan oleh data Prop. Correct.
Arikunto (2015) menjelaskan bahwa indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut.
0,00 – 0,30 : soal sukar
0,31 – 0,70 : soalasedang
0,71 – 1,00 : soal mudah
Tabel 3.7 Ringkasan Tingkat Kesukaraan Instrumen Penilaian
Pengetahuan
Instrumen Jumlah
Soal
Kriteria Soal
Mudah Sedang Sukar
Penilaian pengetahuan 25 7 13 5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
Hasil uji tingkat kesukaran soal instrumen penilaian
pengetahuan terangkum dalam tabel 3.7. Hasil analisis butir soal dengan
program komputer iteman selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
2) Instrumen Penilaian Sikap
Aspek sikap/perilaku akan menggambarkan ciri siswa yang akan
diteliti dengan menggunakan aspek atau atribut yang hendak diukur. Dalam
penilaian sikap tidak semua atribut diukur, hanya atribut yang menonjol
yang menjadi permasalahan yang sudah diperbaiki melalui proses
pembelajaran yang akan diukur seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan
moral. Dalam penilaian sikap dilakukan observasi terhadap peserta didik
merupakansteknik yang dilakukan secara berkesinambunganaimelalui
pengamatan perilaku. Asumsinya setiap peserta didik pada dasarnya
berperilaku baik. Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang dibuat selama
satu semester oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas. Perilaku
yang perlu dicatat hanyaiperilaku yang sangat baik (positif)iatau kurang
baik (negatif) yang muncul dari peserta didik. Catatan digunakan sebagai
dasar untuk penilaian anak. Predikat dalam penilaian sikap bersifat
kualitatif, yakni: sangat baik, baik, cukup, dan kurang (Kemendikbud, 2017)
Penilaian aspek sikap dilakukan dengan menggunakan data non
tes berupa angket dan lembar observasi. Sebelum digunakan, instrumen
penilaian sikap terlebih dahulu diuji validitasnya. Ringkasan hasil validasi
instrumen penilaian sikap disajikan dalam tabel 3.8. Hasil validitas
instrumen penilaian menunjukan instrumen termasuk dalam instrumen
dapat digunakan karena melebihi kriteria CV yang ditentukan yaitu 0,70.
Instrumen penilaian sikap selengkapnya dapatadilihat pada lampiran.
Tabel 3.8 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen Penilaian Sikap
Instrumen Jumlah Soal CV Kriteria
Angket penilaian
sikap diri sendiri 40 1,00 Dapat dilanjutkan
Angket penilaian
sikap teman 35 0,97 Dapat dilanjutkan
Observasi penilaian
sikap 21 0,95 Dapat dilanjutkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
3) Instrumen Penilaian Keterampilan
Aspek keterampilan akan menggambarkan ciri orang yang atau
siswa yang akan diteliti dengan menggunakan aspek atau atribut yang
hendak diukur. Penilaian keterampilan merupakanakegiatan yang dilakukan
untuk mengukur kemampuan peserta didikamenerapkan pengetahuan
dalam melakukan tugas tertentu (Mendikbud, 2016). Nilai keterampilan
diperoleh dariahasil penilaian unjuk kerja/praktik, proyek, produk,
portofolio, dan bentuk lainasesuai karakteristik KD mata pelajaran. Teknik
penilaian lain dapatidigunakan sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4
mata pelajaran yang akan diukur. Jika penilaian KD yang sama
dilakukanadengan teknik yang berbeda, misalnya proyek dan produk atau
praktik danaproduk, maka hasil akhir penilaian KD tersebut dirata-ratakan
(Kemendikbud, 2017). Instrumen yang digunakan berupa daftar cekaatau
skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. kemudian melaporkan
hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-4. Skala penilaian
sebagaimana kompetensi keterampilan menggunakan rentang angka dan
huruf 4,00 (A) - 1,00 (D) dengan rincian pada tabel 3.9.
Tabel 3.9 Rentang Nilai dan Huruf pada Penilaian Keterampilan
Rentang Nilai Huruf
3,85 - 4,00 A
3,51 - 3,84 A-
3,18 - 3,50 B+
2,85 - 3,17 B
2,51 - 2,84 B-
2,18 - 2,50 C+
1,85 - 2,17 C
1,51 - 1,84 C-
1,18 - 1,50 D+
1,00 - 1,17 D
(Permendikbud, 2014)
Instrumen penilaian keterampilanayang digunakan dalam
penelitian ini berupaalembar observasi. Penilaian dilakukan olehaiobserver
pada saat pembelajaran berlangsung. Sebelum digunakan, Instrumen
terlebih dahulu diuji validitasnya. Berdasarkan tabel 3.10 hasil validitas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
instrumen penilaian keterampilan memperoleh hasil sebesar 1,00 sehingga
termasuk dalam instrumen dapat digunakan karena melebihi kriteria CV
yang ditentukan yaitu 0,70. Instrumen penilaian keterampilan dapat
digunakan dalam penelitian.
Tabel 3.10 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen Penilaian Keterampilan
Instrumen Jumlah indikator CV Kriteria
Penilaian Keterampilan 11 1,00 Dapat dilanjutkan
4) Instrumen Penilaian Kemampuan Berpikir kritis
Dalam pengukuran kemampuan berpikirakritis digunakan tes
obyektif menggunakan pilihan ganda (multiple-choice test) dengan jumlah
10 butir soal. Soal yang digunakan diarahkan pada indikator kemampuan
berpikir kritis yang mengacu 12 indikator menurut Ennis sesuai pada tabel
2.1. Namun tidak seluruh indikator digunakan, hanya beberapa indikator
yang disesuaikan dengan kondisi pembelajaran.
Kategori kemampuan berpikir kritisadibagi menjadi 5 kategori
yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, danasangat rendah. Pembagian
kategri tersebut didasarkan pada panjang kelas interval (p) (Sudjana, 1996).
Dengan rumus:
𝑝 =𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 =
100
5 = 20
Rentang = skor maksimal- skor minimal = 100-0 = 100
Jumlah kelas = 5 (sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah)
Dari perhitungan tersebut, panjang interval pada tiap kategori
adalah 4 poin dengan rincian seperti pada tabel 3.11
Tabel 3.11 Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Nilai Kategori
1-20 Sangat rendah
21-40 Rendah
41-60 Sedang
61-80 Tinggi
81-100 Sangat tinggi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
Sebelum digunakan untuk meneliti, instrumen diuji validitas,
reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal.
a) Uji Validitas
Uji validitas menggunakan uji validitas isi yang dilakukan oleh
dua orang panelis yaitu dosen pembimbing untuk menentukan relevan
tidaknya antara indikator dengan butir-butir soal. Uji ini menggunakan
formula Gregory sebagai berikut.
Content Validity (CV) = 𝐷
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷
Keterangan:
A = jumlah item yangakurang relevan menurut kedua panelis.
B = jumlah itemayang kurang relevan menurut panelis I dan relevan
menurut panelis II.
C = jumlah item yangarelevan menurut panelis I dan kurang relevan
menurut panelis II.
D = jumlah itemayang relevan menurut keduaapanelis. (Gregory, 2007)
Tabel 3.12 Ringkasan Hasil Validasi InstrumenaPenilaian Kemampuan
Berpikir Kritis
Instrumen Jumlah indikator CV Kriteria
Penilaian kemampuan
berpikir kritis 10 0,80
Dapat
dilanjutkan
Hasil Validasi Instrumen penilaian kemampuan berpikir kritis
dapat dilihat pada Tabel 3.12. Instrumen memperoleh CV sebesar 0,80
sehingga Intrumen penilaian kemampuan berpikir kritis dapat
digunakan karena melebihi kriteria yang ditetapkan yaitu 0,7. Instrumen
penilaian kemampuan berpikir kritis selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
b) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas kemampuanaberpikir kritis sama dengan saat
uji pada instrumen penilaian pengetahuan. Tingkat kepercayaan
(reliabilitas) dapat dilihat dari nilai alpha (α) yang terdapat dalam hasil
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
analisis aplikasi program komputer iteman. Kriteria reliabilitas soal
adalah sebagai berikut:
0,91 - 1,00 : sangatatinggi (ST)
0,71 - 0,90 : tinggi (T)
0,41 – 0,70: cukup (C)
0,21 - 0,40 : rendah (R)
>0,00 - 0,2 : sangatarendah (SR)
Tabel 3.13 Ringkasan Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian
Kemampuan Berpikir Kritis
Instrumen Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Penilaian
berpikir kritis 10 0,72 Dapat dilanjutkan
Hasil uji coba instrumen penilaian kemampuanaberpikir kritis
dapat dilihat pada Tabel 3.13. Instrumen memperoleh reliabilitas
sebesar 0,72 sehingga Intrumen penilaian kemampuan berpikir kritis
dapat digunakan karena masuk dalam kriteria reliabilitas soal yang
tinggi. Hasil analisis butir soal dengan program komputer iteman
selengkapnya dapatadilihat pada lampiran.
c) Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal merujuk pada kemampuan sesuatuasoal
untuk membedakanaantara siswa yang memiliki kemampuan tinggi
dengan siswa memiliki kemampuan rendah. Dayaapembeda merupakan
pengukuran yang digunakan untuk membedakan bahwa butirasoal dapat
mengetahui siswa yang menguasai kompetensi atau belum sesuai
dengan kriteria tertentu. Apabila hasil koefisien daya beda soal tinggi,
maka semakin bagus butir soal dalam membedakan siswaayang sudah
memahami kompetensi dengan siswa yang belum menguasai. Untuk
menghitung daya beda soal, digunakan aplikasi Iteman dengan
pengetikan hasil pada windows notepad terlebih dahulu. Daya beda
ditunjukan pada nilai Biser pada hasil analisis iteman.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
Sistem aplikasi iteman menerapkan rumus berikut:
dengan
Arikunto (2015) menjelaskan bahwa butir-butir soal yang
baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4
sampai dengan 0,7 dan klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut.
0,00 – 0,20 : buruk (poor)
0,21 – 0,40 : cukup (satistifactory)
0,41 – 0,70 : baik (good)
0,71 – 1,00 : baikasekali (excellent)
Tabel 3.14 Ringkasan Daya Beda Instrumen Penilaian Kemampuan
Berpikir Kritis
Instrumen Jumlah
Soal
Kriteria Soal
Baik Sekali Baik Cukup Buruk
Penilaian kemampuan
berpikir kritis 10 5 5 0 0
Ringkasan hasil daya beda instrumen penilaianakemampuan
berpikir kritisidapat dilihat pada Tabel 3.14. Hasil analisis butir soal
dengan program komputer iteman selengkapnya dapat dilihatapada
lampiran.
d) TingkataKesukaran Soal
Soal yang baikaadalah soal yang mempunyai tingkat kesulitan
yang tidak terlaluamudah atau tidak terlalu sukar karena soal
yangaterlalu mudah tidak akan merangsang siswa untuk melakukan
usaha berpikir yang lebih tinggi untuk memecahkannya dan soal yang
terlalu sukar akan menyebabkan siswaamenjadi putus asa dan tidak
mempunyaiasemangat untukaimencoba lagi karena diluar jangkauan
pemikirannya. Taraf kesukaranasoal mempunyai indeks antara 0 sampai
dengan 1. Jika indeks kesukaran 1 artinya termasuk soal mudah, dan jika
taraf kesukaran 0 termasuk soal yang sulit. Mengetahui tingkat
kesukaran dalam instrumen penilaian dapat dilakukan dengan perangkat
xp1xp
Y
Y1YpbisrD
2
n
Y
n
2YY
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
lunak komputer Iteman. Perhitungan pada sistem iteman menggunakan
proporsi siswa menjawab benar pada suatu butir soal. Tingkat kesukaran
dalam butir soal ditunjukan oleh data Prop. Correct.
Arikunto (2015) menjelaskan bahwa indeks kesukaran sering
diklasifikasikanasebagai berikut.
0,00 – 0,30 : soal sukar
0,31 – 0,70 : soalasedang
0,71 – 1,00 : soal mudah
Tabel 3.15 Ringkasan Tingkat Kesukaraan Instrumen Penilaian
Kemampuan Berpikir Kritis
Instrumen Jumlah
Soal
Kriteria Soal
Mudah Sedang Sukar
Penilaian kemampuan
berpikir kritis 10 3 6 1
Hasil uji tingkat kesukaran soal instrumen penilaian
kemampuan berpikir kritis terangkumadalam tabel 3.15. Hasil analisis
butir soal dengan program komputer iteman selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam PenelitianaTindakan Kelas (PTK) dimulai dari
awal penelitian mulai obeservasi hingga akhir penelitian dan pengumpulan data.
Analisis data digunakan untuk mempermudah peneliti dalam mempelajari dan
mengkaji setiap kejadian yang berlangsung selama pembelajaran didalam kelas
yang akan diteliti. Data yang telah diperoleh selama penelitian akan diolah secara
deskriptif-kualitatif dengan mendeskripsikan setiap proses dan kejadian serta
peningkatan yang sudah dicapai siswa kemudian mengevaluasi hasilnya.
Data yang didapat dari lapangan diolah dan dianalisis mengacu pada
model Miles and Huberman (1984) yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2013).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
- Reduksi Data
Data yang diperolehadari lapangan yang jumlahnya cukup banyak
berupa data kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar peserta didik perlu
direduksi. Reduksi data merupakan kegiatan merangkum dan memilih data,
serta membuang data yang tidak perlu dicantumkan. Reduksi data dapat
memberikanagambaran yang lebih jelas dan mempermudahapeneliti untuk
melakukan langkah selanjutnya.
- Penyajian Data
Data hasil penilaian kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar
peserta didik baik aspek kognitifadan afektif kemudian disajikan dalam bentuk
tabel, grafik, chart, pie, histogram, dan sejenisnya agar lebih mudah dipahami.
Penyajian data akan mempermudah peneliti untuk memahami apaayang terjadi
dan merencanakan langkah selanjurnya.
- Penarikan Kesimpulan
Data kemampuan berpikirakritis danaprestasi belajar yang telah
disajikan selanjutnya disimpulkan. Penarikanakesimpulan ini merupakan upaya
peneliti untuk mencari makna data, mencatataketeraturan dan penggolongan
data. Kesimpulan awal yang didapat perlu diverifikasi agar benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan penjelasan di atas diharapkan hasil perolehan data yang
diperolehadari semua informasi pada saat penelitian bisa disintesis dengan baik
sehingga diperoleh kesimpulan dan verifikasi data hasil penelitian sesuai
dengan yang diharapkan.
H. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerjaapenelitian merupakan landasan yang dapat dijadikan
acuan dalam mencapai target keberhasilan suatuapenelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Indikator keberhasilan tindakanabiasanya ditetapkan berdasarkan suatu
ukuranistandar yang berlaku, misalnya pencapaian penguasaan kompetensi atau
KKM yang ditetapkan olehasekolah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
Pada penelitian ini, indikator keberhasilan yang digunakan adalah
prestasi belajar yang terdiri dari aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek
keterampilan. Selain itu juga kemampuan berpikir kritis. Indikator keberhasilan
tersebut tercantum dalam Tabel 3.16. Penentuan target indikator keberhasilan
tersebut didasarkan pada hasil diskusi peneliti dan guruamata pelajaran kimia di
kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat sesuai dengan karakter dan
kemampuan siswa di kelas tersebut.
Tabel 3.16. Indikator KeberhasilanaProses Pembelajaran
Aspek yang
diukur
Target Ketercapaian
(%) Cara Mengukur
Pengetahuan 65 Berdasarkan hasil tes aspek
pengetahuan kemudian dihitung dari
jumlah siswaiyang mendapatkan nilai
minimal sesuai KKM tiap KD yaitu
67 dibandingkan dengan total siswa
kelas X M-IPA 3
Sikap 80 Diukur dari hasil observasi dan
angket aspek sikap yang dihitung
dariijumlah siswa yang masuk
kategori sangat baik (SB) dan baik
(B) dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan siswa dalam kelas X M-
IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat
keterampilan 75 Diukur dari hasil opservasi aspek
keterampilan yang dihitung dari
jumlahasiswa yang mendapatkan
nilai diatas 2,50 (skala 1-4)
dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan siswa dalam kelas X M-
IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat
Kemampuan
Berpikir
kritis
65 Dinilai melalui pengerjaan soal tes
kemampuan berpikir kritis dan
dihitung dari siswa yang
mendapatkan skor kategori tinggi dan
sangat tinggi dibandingkan dengan
total siswa dalam kelas X M-IPA 3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
I. Prosedur Penelitian
Tata cara atau prosedur penelitian ini dimulai dari observasi awal,
wawancara, dan uji pra-siklus atau uji pendahuluan sebagai landasan awal untuk
merumuskan masalah yang terjadi dalam pembelajaran kimia dikelas X M-IPA 3
SMA Negeri Kebakkramat. Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2016) menjelaskan
bahwa menurut Kemmis dan McTaggart (1990)ipenelitian tindakan kelas adalah
suatu siklusispiral yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaanatindakan, pengamatan
(observasi), danarefleksi yang selanjutnya mungkin diikutiadengan siklus spiral
berikutnya. Berikut ini merupakan tahapan yang akan dilakukan dalam langkah yang
dijelaskan oleh Kemmis dan McTaggart:
1. Tahap persiapan, meliputi:
a. Perizinan penelitian kepada Kepala Sekolah dan guruamata pelajaran kimia
kelas X SMA Negeri Kebakkramat.
b. Observasi dan wawancaraadengan guru mata pelajaran kimia kelas X untuk
mendapatkanagambaran awal pembelajaran kimia dan cara mengajar yang
berlangsung di kelas X M-IPA 3.
c. Identifikasi masalah dalam proses pembelajaran, mengumpulkan data nilai
dan kelas yang mengalami kesulitan belajar kimia di kelas X SMA Negeri
kebakkramat.
2. Tahap Perencanaan (Planning)
Dalam tahap ini, tindakan yang dilakukan adalah:
a. Pengambilan satu kelas untuk dilakukan uji pra-siklus berdasarkan
rekomendasi dari guru mata pelajaran kimia, yakni kelas X M-IPA 3.
b. Penyusunan rangkaian kegiatan pelaksanaan tindakan yangaakan dilakukan
pada model problem solving dengan bantuan LKS pada materi stoikiometri
c. Penyusunan instrumenapenelitian berupa Silabus, RPP, LKS, lembar
observasi kelas, soal tes pengetahuan, lembar observasi penilaian sikap, dan
soal tes kemampuan berpikir kritis.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
3. Tahap PelaksanaanaTindakan
Tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam memperbaiki masalah
pembelajaran dikelas X M-IPA 3 yaitu:
a. Pelaksanaan pembelajaran sesuaiidengan langkah dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)ayang telah disusun.
b. Pemantauan pembelajaranamelalui observasi langsung di dalam kelas dan
menyebarkan angket siswa.
c. Evaluasi pembelajaran untuk mengetahui prestasiabelajar siswa.
d. Pelaksanaan perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan tindakanaapabila
hasil dari evaluasi tahap sebelumnya kurang memuaskan dan masih perlu
perbaikan.
4. Tahap Observasi
Dalam tahapaini, peneliti akan melakukan kegiatan yang meliputi:
a. Pengamatan pembelajaran yang berlangsung di kelas yang dilakukan oleh
peneliti maupun guru beserta situasi yang terjadi.
b. Pencatatan semua hasil pengamatan yang dilakukan ke dalam lembar
observasi.
c. Diskusi dengan guru mata pelajaran dan dosen pembimbing terhadap hasil
pengamatanisetelah proses belajar-mengajaraselesai dilaksanakan.
d. Penyimpulan hasil pengamatan yang telah dilakukan.
Sedangkan pada saat evaluasi pembelajaran, peneliti melakukan persiapan
instrumen evaluasi (tes), melaksanakan evaluasi setelah proses belajar-
mengajar selesai, menganalisis hasil evaluasi, dan menyusun kriteria
keberhasilan tindakan.
5. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan tahap peneliti untuk mengingat, melihat,
mempertimbangkan dan mengkaji ulang pembelajaran yang telah dilaksanakan
terhadap hasil dan dampak dari perlakuan tidakan di dalam kelas. Refleksi ini
dilakukan oleh peneliti, guru maupun siswa agar dapat memperbaiki
pembelajaran yang dirasa masih kurang untuk siklus selanjutnya. Langkah
kegiatan dalam refleksi adalah:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
a. Analisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada
lembariangket.
b. Pencocokan pengamatan oleh guruapada lembar observasi guru atau lembar
monitoring.
Pada tahap refleksi ini akan menentukan berhasil tidaknya
pelaksanaan tindakan. Dalam tahap ini juga terdapat diskusi antara peneliti dan
guru untuk mengambil kesepakatan yang tepat dalam menentukan perbaikan
tindakan untuk siklus berikutnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Pratindakan
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakanadi kelas X M-IPA 3 SMA
Negeri Kebakkramat pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Hasil
wawacara dengan guru memberikan informasi bahwa SMA Negeri
Kebakkramat sudah mulai menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran
2017/2018, namun hanya berlaku untuk kelas X. Kegiatan observasi awal
dilaksanakan pada tanggal 11 Januari 2017. Observasi awal dilakukan dengan
tujuan agar peneliti dapat mengatahui keadaan awal kelas selama proses
pembelajaran berlangsung. Hasil observasi awal diketahui bahwa model dan
metode yang digunakan masih konvensional, yaitu ceramah dan penugasan
sehinggaaaktivitas siswa hanya terbatas pada kegiatan mendengarkan, mencatat
dan mengerjakan tugas. Metode ceramah disertai tanya jawab merupakan
metode yang seringadigunakan guru dalam kegiatan pembelajaran, karena
metode ini dianggap sebagai metode yangaapraktis dan mudah untuk
dilaksanakan.
Wawancara terhadap guru memberikan informasi bahwa stoikiometri
adalah materi kimia yang nilainya kurang baik dalam beberapa tahun terakhir.
Guru menyampaikan perlu adanya tindakan untuk meningkatkan aspek
pengetahuan untuk kelas X M-IPA 3 karena memilikiaarata-rata nilai
pengetahuan yang kurang baik. Hal ini diperkuat dengan data hasil UAS
semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Berdasarkan Tabel 1.1 hasil UAS siswa
X M-IPA 3 pada mata pelajaran kimia menunjukan hasil rata-rata terendah
dibandingkan kelas yang lainnya yaitu 60,2. Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) SMA Negeri Kebakkramat adalah 67. Rendahanya nilai yang dimiliki
kelas X M-IPA 3 terjadi karena siswa banyak mengalami kesulitan untuk
menyelesaikan soal dan menerjemahkannya kedalam konsep.
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
Mayoritas siswa di kelas X M-IPA 3 merupakan siswa yang kurang
aktif. Berdasarkan hasilaobservasi, pada saat pembelajaran kimia berlangsung
tidak ada siswa yang bertanya kepada guru, namun hanya sesekaliamenjawab
pertanyaan yang diberikan dari guru. Hal ini berakibat selama proses
pembelajaran siswa cenderung diam baik ketika guru menjelaskan maupun saat
mengerjakan latihan soal. Penggunaan metode yang kurang bervariasi
menyebabkan pembelajaran hanya berlangsung satuaarah dan hanya berpusat
pada guru. Apabila karakteristik siswa dihubungkan dengan materi stoikiometri
yang akan diajarkan tentu perlu adanya perlakuan yang dapat membantu siswa
dalam memahami siswa. Hasil wawancara diperoleh bahwa guru menghendaki
adanya tindakan untuk meningkatkan kemampuan berpikiraikritis siswa. Hal ini
dikarenakan masalah dari tahun ke tahun adalah siswa kurang dapat
menyelesaikan soal-soal stoikiometri karena kurang dapat memahami
permasalahan yang ada dan tidak dapat menentukan bagaimana menyelesaikan
permasalahan stoikiometri tersebut.
Berdasarkan hasilaobservasi dan wawancara, maka perlu dilakukan
upaya untuk meningkatkan prestasiabelajar siswa dan kemampuan berpikir
kritis siswa. Model yang tepat untuk diterapkan adalah modelapembelajaran
problem solving. Model pembelajaran ini sesuai untuk meningkatkan
kemampuan berpikirakritis siswa, karena dalam model pembelajaran tersebut
disajikan masalah-masalahaayang harus diselesaikan oleh siswa. Model
pembelajaran problem solving dapat dilakukan dengan diskusi kolompok,
presetasi dan evaluasi. Penggunaan media juga memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap keberhasilan suatu kegiatan belajar mengajar. LKS
merupakan media yang dapat membantu siswaaadalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam menganalisis soal. Media LKS sesuai dengan
modelapembelajaran yang digunakan, yaitu problem solving, karena media
langsung memberikan permasalahan yang berupa soal kemudian siswa dapat
mengasah kemampuan berpikir kritis yang mengarah pada penyelesaian
permasalahan yang ada. LKS juga membantu siswaadalam memahami konsep
materi stoikiometri, karena siswa diarahkan untuk menemukan inti dari konsep
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
stoikiometri melalui soal diskusi, selain itu dalam LKS juga disajikan soal yang
runtut mulai dari konsep dasar hingga soal yang dikembangkan.
2. Hasil Tindakan Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus I
Tahap perencanaan tindakanaipada siklus I dimulai dengan
penyusunan instrumen pembelajaran diantaranya persiapan silabus,
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen
penilaian aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan serta pembuatan
media pembelajaranaLKS yang disesuaikan dengan model pembelajaran
problem solving. Persiapan instrumen penilaian kemampuan berpikir kritis
juga dilakukan.
Pada tahap perencanaan, dilakukan kajian terhadap silabus yang
sebelumnya telah disusun. Kemudian materi dipersiapkan berdasarkan
silabus dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dalam penelitian.
Alokasi waktu materi stoikiometri dalam silabus adalah 8 jam pelajaran
(4 kali pertemuan) pada prosesapembelajaran siklus I dengan rincian 6x45
menit untuk penyampaian materi dan 2x45 menit untukaevaluasi kegiatan
pembelajaran siklus I.
Berdasarkan permasalahan yang ada di kelas X M-IPA 3, model
pembelajaran problemssolving dipilih untuk meningkatkan prestasiabelajar
siswa dan kemampuan berpikir kritis pada materi stoikiometri. Model
pembelajaran problem solving ini mengarahkanasiswa untuk berfikir secara
mandiri dan mendorong siswa untuk menemukan pemecahan masalah yang
ada. Pembelajaran stoikiometri dalam penelitian ini dilengkapi dengan
media pembelajaran LKS. Bantuan media ini diharapkan akan membatu
siswa mengasah kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan
permasalahan dalam soal diskusi.
Langkah selanjutnya, dirumuskan Rencana Pelaksanaan dan
Pembelajaran (RPP) pada materi stoikiometri yang telah disesuaikan
dengan silabus dan model pembelajaran yang akan diterapkan. Kegiatan
pembelajaran direncanakan 4 kali pertemuan. Intrumen penilaian
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
diperlukan selama pembelajaran diantaranya yaitu intrumen penilaian
pengetahuan berupa soal pilihan ganda, penilaianaaspek sikap berupa
lembar observasi dan angket, penilaian keterampilan berupa lembar
observasi, serta penilaian kemampuan berpikir kritis siswa berupa soal
pilihan ganda.
Validasi instrumen penilaian pada siklus I dilakukan oleh 2
panelis. Hasil validasi untuk penilaian pengetahuan siklus I diperoleh
perhitungan content validity sebesar 0,8. Pada instrumen angket sikap
sebesar 1 dan dan lembar observasi sebesar 1; untuk instrumen lembar
observasi penilaian keterampilan sebesar 0,96; dan content validity untuk
intrumen penilaian kemampuan berpikir kritis sebesar 0,93 Berdasarkan
hasil validasi, didapatkan hasil bahwa instrumen penilaian layak untuk
digunakan.
Sebelum instrumen penilaian diujikan pada siklus I, perlu
diadakan pengujian instrumen kepada siswa yang telah menerima materi
Stoikiometri. Instrumen penilaian tersebut diujicobakankan kepada siswa
kelas X M-IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Hasil uji coba digunakan
untuk mengetahui reliabilitas, daya beda dan tingkataakesukaran soal.
Berdasarkan uji coba yang dilakukan, didapatkan bahwa reliabilitas soal
pengetahuan adalah sebesar 0,74, dan intrumen kemampuan berpikir kritis
sebesar 0,72. Dengan demikian, intrumen penilaian dapat digunakan pada
tindakan siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tahap pelaksanaanatindakan pembelajaran di kelas X M-IPA 3
SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2017/2018 disesuaikan dengan
RencanaaPelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun berdasarkan
model pembelajaran problem solving. Berdasarkan silabus dan RPP yang
telah disusun, pembelajaran kimia pada materi stoikiometri berlangsung
dalam 8 jam pelajaran, dimana 6 x 45 menit untukapenyampaian materi
stoikiometri dan 2 x 45 menit untuk evaluasi pembelajaran pada siklus I.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan padaasiklus I mulai dilaksanakan pada
tanggal 2 Mei 2018 sebagai pertemuan pertama dengan alokasi waktu
2 x 45 menit. Peneliti bertindak sebagai observer dibantu oleh 2 observer
lain yang bertugas untuk mencatat seluruh kegiatan pembelajaran kimia
pada saat itu. Peran guru dalam penelitian iniaadalah sebagai pengajar.
Pada awal pembelajaran, guru memberi tahu mengenai
gambaran umum materi yang akanadipelajari serta model pembelajaran
yang akan diterapkan yaitu problem solving yang dilengkapi dengan
media LKS. Materi yang disampaikan pada pertemuan pertama adalah
mengenai stoikiometri secara umum. Guru mengawali kegiatan
pembelajaran dengan mengondisikan siswa, memulai berdoa karena
pertemuan tersebut berlangsung pada jam pertama. Selanjutnya adalah
melakukan pengecekan kehadiran siswa, menyampaikanaitujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa. Kemudian, guru memberikan
apersepsi terkait dengan materi yang akan disampaikan.
Pada tahap eksplorasi (exploration), guru memfasilitasi
terjadinya interaksi antarsiswa maupun siswa dengan guru.
Pembentukan kelompok secara umum terdiri dari siswa yang memiliki
prestasi kimia tinggi, sedang dan rendahaberdasarkan nilai ulangan
harian mata pelajaran kimia sebelumnya. Pembagian siswa laki-laki dan
perempuan dilakuakan secara merata dalam setiap kelompok. Jumlah
siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat adalah 36 orang.
Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok, dimana masing-masingakelompok
berisi 6 siswa. Pembagian siswa dilakukan secara merata bedasarkan
nilai ulangan pada materi sebelumnya. Diharapkan dalam kelompok
tersebut siswa yang nilai baik dan yang kurang baik terbagi secara
merata. Setelah itu siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang diberikan
guru melalui LKS.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
Model pembelajaran problem solving menuntut siswa secara
mandiri untuk dapat menyelesaikan soal-soalsyang diberikan melalui
diskusi kelompok. Langkah-langkah yang dilakukan dalam berdiskusi
adalah mencari data atau teori-teori yang digunakan untukapemecahan
masalah, menetapkan jawaban sementaraadari masalah didasarkan pada
data atau teori yang diperoleh, mengujiakebenaran jawaban sementara
dan menarik kesimpulan. Kelompok mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas dan kelompok lainnya bertugas memberi tanggapan atau
sanggahan. Pada pertemuan pertama tidak semua kelompok dapat
mempresentasikan hasil diskusinya, sehingga presentasi dilanjutkan
pada pertemuan berikutnya.
Pada tahap konfirmasi, guru memberikan umpan balik berupa
penguatan kembaliamengenai konsep-konsepayang telah dibangun oleh
siswa dan membahasakembali hasil pembelajaran yang telah berjalan.
Pada tahap ini, terdapat siswa yang berani menyampaikan pertanyaan
dan pendapat dari apa yang kurang dipahami siswa selama pembelajaran
berlangsung. Sebagai penutup siswa denganaabimbingan guru
menyimpulkan pelajaran dan guru memberitahukan pelajaran untuk
pertemuan yang akan datang. Pelajaran diakhiri dengan salam.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakana tanggal 8 Mei 2018 selama
3 jam pelajaran, yaitu 3 x 45 menit. Pada pertemuan ini pelaksanaan
pembelajaran adalah melanjutkan presentasi siswa terhadap hasil
diskusi. Tetapi sebelum pembelajaran dimulai guru membuka pelajaran
dan melakukan presensi terhadap kehadiran siswa. Sebelum presentasi
dimulai guru mengingatkan kembali materi sebelumnya dengan
mengajukan beberapa pertanyaan pada siswa. Kemudian siswa
berkelompok dan melanjutkan presentasi membahas soal diskusi yang
diberikan guru.
Setelah presentasi guru melanjutkan langkah pembelajaran
dengan menguatkan materi yang telah dibahas. Pada petemuan kedua
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
ini siswa diberikan LKS yang kedua dan siswa memulai mengerjakan
soal pada LKS. Perbedaan LKS petama dan kedua ini terletak pada soal
yang di berikan, dimana LKS yang kedua ini mencakup indikator
kompetensi lanjutan dari LKS yang pertama. Siswa melakukan diskusi
dengan langkah-langkah antara lain mencari data atau teori-teori yang
digunakan untukapemecahan masalah dalam LKS, menetapkan jawaban
sementaraadari masalah didasarkan pada data atau teori yang diperoleh,
mengujiakebenaran jawaban sementara dan di presentasikan terakhir
adalah menarik kesimpulan setelah dipresentasikan dan
dikonfirmasikan oleh guru mengenai konsep yang dibangun.
Pada pertemuan ini, siswaaterlihat lebih aktif, lebih giat dan
lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
dibandingkan pertemuan sebelumnya. Selama prosesaipembelajaran
berlangsung dilakukan penilaian dengan observasi terhadap sikap dan
keterampilan siswa. Sebagai penutup siswa dengan bimbinganaguru
menyimpulkan pelajaran dan guru memberitahukan pelajaran untuk
pertemuan yang akan datang. Sebagai nilai tugas dan untuk mengetahui
keterampilan siswa dalam mengolah dan mengenalisis data, siswa
diberikan soal individu semacam postest yang dikerjakan secara
mandiri. Pelajaran pada hari itu diakhiri dengan salam.
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga padaasiklus I dilaksanakan pada tanggal
14 Mei 2018 dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran atau selama 45
menit. Pelaksanaan pmbelajaran difokuskan dengan penguatan
pemahaman siswa mengenai materi stoikiometri. Pertemuan diawali
denganaberdoa dan guru melakukanapresensi terhadap kehadiranisiswa.
Guru meninjau kembali materi stroikiometri dengan memberikan
beberapa soal latihan. Siswa diberikan kesempatan pengerjakan soal
secara mandiri selanjutnya siswa yang berani dipersilahkan
mengerjakan di depan kelas untuk selanjutnya dibahas bersama.
sebelum pembelajaran berakhir, dilakukan penilaian aspek sikap
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
menggunakan angket penilaian terhadap diri sendiri. Diakhir
pembelajaran guru memberikan kesimpulan materi dan menutup
pertemuan dengan mengucap salam.
4) Pertemuan Keempat
Pertemuan berikutnya pada siklus I adalah kegiatan evaluasi
yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018 dengan alokasiawaktu selama
2x45 menit. Evaluasi dilakukan pada aspek pengetahuan, kemampuan
berpikir kritis, dan sikap. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan
melalui tes sebanyak 25 butir soal. Pengujian terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa dengan instrumen yang telah disiapkan berupa 15
soal pilihan ganda. Yang terakhir adalah penilaian sikap dengan
instrumen lembar observasi dan pengisian angket sikap teman. Guru
menutup pembelajaranadengan salam.
c. Tahap Observasi Siklus I
1) Kegiatan Siswa
Kegiatan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung
diamati dengan cermat oleh guru dan observer. Jumlah siswa kelas X
M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2017/2018 adalah
sebanyak 36 siswa yangaterdiri dari 26 siswaaputri dan 10 siswaaputra.
siswa SMA Negeri Kebakkramat dibebaskan untuk memiliki buku paket
terbitan mana saja, namun mereka juga mendapatkan pinjaman satu
jenis buku yang sama dari perpustakaan.
Pada awal pembelajaran siswa masih terlihat bingung karena
belum terbiasa memecahkan masalah secaraaimandiri. Penggunaan
media LKS juga dapat membantuisiswa dalam mempelajari suatu
masalah dan mencari pemecahannya. Tidak butuh waktu lama siswa
sudah terlihat aktif berdiskusi mengerjakan LKS dan saling
berkerjasama dalam memecahkan masalah secara kelompok. Siswa
terlihat saling bertukar ide dalam pemecahan masalah. Beberapa siswa
yang belum paham juga tidak malu untuk bertanyaabaik kepada teman
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
36%
64% Tuntas
Belum Tuntas
sekolompok maupun guru. Siswa yang unggul dalam aspek
pengetahuan sering mendominasi jalannya diskusi dalam kelompok.
Selama proses pembelajaran, guru terlihat beberapa kali
memancing pengetahuanasiswa dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dijelaskan. Respon dari
siswa cukup baik dimana terlihat ada beberapa siswa yang menjawab
pertanyaan guru tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu. Setelah
pembelajaran dilaksanakan maka guru memberikan penguatan terhadap
konsep yang dibangun siswa denganacara memberikan latihan soal.
Penguatan materi dilaksanaakan hingga pertemuan terakhir sebelum
evaluasi pembelajaran pada siklus I. Selama prosesapembelajaran
dilakukan penilaian siswa pada beberapa aspek yaitu aspek
pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kemampuan berpikir kritis.
a) Penilaian Aspek Pengetahuan
Tes pengetahuan dilakukan untuk mengetahui
keberhasilan pembelajaran stoikiometri pada siklus I. Setelah tes
dilakukan dan hasil tes siklus I dianalisis, dapat diketahui bahwa
ketuntasan aspek pengetahuan kelas X M-IPA 3 sebesar 36,11%
atau sebanyak 13 siswa sudah tuntas, sedangkanasiswa yang belum
tuntas sebanyak 23 siswa atau sebesar 63,89%. Berdasarkan
persentase ketuntasan tersebut, maka hasil siklus I ini untuk aspek
pengetahuan belum mencapai target yang telah ditetapkan yaitu
65% atau minimal 24 siswa tuntas. Persentase ketuntasanaaspek
pengetahuan ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Persentase Ketuntasan Siswa Aspek Pengetahuan Siklus I
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
Hasil analisis tesapengetahuan siklus I menyatakan hasil
ketuntasan prestasi belajar siswa pada tiap indikator kompetensi dan
item soal disajikan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Ketuntasan PrestasiaiBelajar Siswa Aspek
Pengetahuan
No Indikator Kompetensi Nomor
soal
Ketuntasan (%) Kriteria Tiap
Soal
Tiap
indikator
1. Mengetahui pengertian
Mol 1 97,22 97,22 Tercapai
2. Mengetahui Pengertian
Massa molar 3 83,33 83,33 Tercapai
3. Mengetahui pengertian
volume molar. 7 69,44 69,44 Tercapai
4.
Menentukan Hubungan
antara mol, jumlah
partikel,massa molar,
dan volume gas molar
2 47,22
55,56 Belum
Tercapai
4 63,88
5 83,33
6 47,22
8 25,00
9 33,33
10 58,33
11 83,33
5. Menghitung banyaknya
zat dalam campuran
12 86,11
47,22 Belum
Tercapai
13 36,11
14 58,33
15 8,33
16 88,89
17 30,55
18 30,55
6. Menyetarakan
persamaan kimia 19 66,67 66,67 Tercapai
7.
Menentukan jumlah
mol, massaamolar,
volume molar gas, dan
jumlah partikel yang
terlibat dalam reaksi
20 61,11
50,00 Belum
Tercapai
21 41,67
22 41,67
23 41,67
24 61,11
8. Menentukanapereaksi
pembatas 25 44,44 44,44
Belum
Tercapai
Rata-rata 52,77 Belum
Tercapai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
Terdapat beberapa indikator yang belum mencapai target
(65%). Berdasarkan indikator-indikator yang belum tuntas,
kemungkinan siswa masih kesulitan dalam mengidentifikasi data
yang disajikan dan bingung menentukan rumus mana yang akan
digunakan. Siklus II perlu dilakukan agar ketuntasan semua
indikator dapat tercapai.
b) Penilaian Aspek Sikap
Penilaian aspek sikap pada siswa dilakukan untuk pada
beberapa aspek diantaranya sikap spiritual, tanggungjawab, jujur,
disiplin, sopan, percaya diri, kerja sama dan toleransi. Penilaian
dilakukan melalui lembar observasi selama prosesapembelajaran.
Penilaian sikap juga dilakukan melalui angket penilaian diri sendiri
yang dilakukan pada akhir pertemuan ketiga dan angket penilaian
teman sejawat yang dilakukan setelah evaluasi materi stoikiometri.
Penilaian aspek sikap dilakukan berdasarkan pedoman
Permendikbud No. 104 tahun 2014 yang menyebutkan penilaian
sikap menggunakan teknikamodus. Modus yang digunakan adalah
modus dariamasing-masing angket yang diberikan yaitu angket
penilaianadiri dan angket penilaian temanasejawat untuk setiap
siswa. Analisis hasilapenilaian aspek sikap siswa siklus I untuk
penilaian diri dapat dilihatapada lampiran, sedangkan ketercapaian
penilaian aspek sikap penilaian diri, penilaian teman dan penilaian
melalui observasi dibuat 4 kategori yang terangkumapada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Penilaian Aspek Sikap Siklus I
Kategori Persentase Siswa (%)
SangataBaik (SB) 27,78
Baik (B) 69,44
Cukup (C) 2,78
Kurang (K) 0,00
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
Berdasarkan penilaian sikap siswa menggunakan angket
diri sendiri, angket teman dan observasi selamaaproses
pembelajaran didapatkan hasil sebagai berikut: sebanyak 10 siswa
(27,78%) masuk kategori sangat baik dan 25 siswa (69,44%)
termasuk kategoriabaik dan hanya 1 siswa (2,78%) yang masuk
kategori cukup. Berdasarkan penilaian tersebut dapat dikatakan
bahwa penilaian siswa ada aspek sikap yang memiliki target 80%
siswa memiliki sikap sangat baik dan baik sudah tercapai. Penilaian
aspek sikap pada aspek sikap spiritual, tanggung jawab, jujur,
disiplin, sopan, percaya diri, kerja sama dan toleransi dapat
diperolah hasil yang baik karena selama proses pembelajaran
ditekankan aspek sikap yang mengharuskan siswa melakukan hal-
hal yang baik. Selain itu terdapat siswa yang memiliki sikap dengan
kategori cukup. Hal tersebut menandakan bahwa masih terdapat
siswa yang belum mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Namun
secara umum siswa yang lain memperoleh nilai yang baik.
c) Penilaian Aspek Keterampilan
Penilaian aspek keterampilanadilakukan sendiri oleh guru
melalui pemberian tugas secara kelompok lalu dipresentasikan di
depan kelas. Aspek keterampilan yang dinilai yaitu keterampilan
mengolah dan menganalisis data serta keterampilan menyajikan
data. Nilai akhir aspek keterampilan didasarkan pada nilai optimum
dari keterampilan yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara
observasi selama proses pembelajaran. Kemampuan mengolah dan
menganalisis data dinilai pada saat berdiskusi mengerjakan LKS
maupun soal tugas mandiri dan keterampilan menyajikan data
dinilai pada saat presentasi dan diskusi. Analisis hasil aspek
keterampilan yang dilakukan menunjukkan ketuntasan siswa
sebesar 83,33%. Data tersebut berarti aspek keterampilan sudah
mencapai target yang telah ditetapkan. Aspek keterampilan
mengolah dan menganalisis data serta keterampilan menyajikan data
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
dinilai pada saat pembelajaran belangsung. Melalui data observasi,
siswa terlihat antusias dan terampil mengerjakan LKS yang
diberikan oleh guru, namun masih ada 6 siswa yang memiliki
keterampilan yang belum tunas. Jika dilihat berdasarkan data pada
lampiran 11 dan 16 dapat diketahui bahwa siswa yang tidak tuntas
pada nilai keterampilan juga tidak tuntas dalam penilaian
pengetahuan pada siklus 1 maupun siklus II. Dalam hal penilaian ini
tentu setiap aspek penilaian saling mempengaruhi dan berhubungan.
Dapat dimungkinkan ketidaktuntasan tersebut dikarenakan siswa
kurang dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan perlu diberikan
perhatian khusus pada siswa siswi tersebut.
d) Penilaian Kemampuan BerpikiraKritis
Aspek proses yang dinilai pada penelitian ini adalah
kemampuanaberpikir kritis siswa. Pada soal kemampuan berpikir
kritis siswa terdapat 5 aspek yang mencakup 10 indikator
kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir kritis yang baik
perlu dimiliki siswa terutama pada materi stoikiometri. Hal
dikarenakan dalam soal stoikiometri banyak dijumpai soal yang
membutuhkan pemecahan masalah yang runtut dan siswa harus
kritis dalam memahami soal stoikiometri.
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kemampuan BerpikiraKritis Siklus I
Aspek
Persentase pencapaian (%)
Sangat
Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat
Rendah
Kemampuan
Berpikir Kritis 22,22 47,22 30,56 0,00 0,00
Penilaian kemampuan berpikirakritis dilakukan pada akhir
siklus I dan hasilnya dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu
kemampuan berpikir kritis sangat tinggi, kemampuan berpikir kritis
tinggi, kemampuanaberpikir kritis sedang, kemampuan berpikir
kritis rendah dan kemampuan berpikir kritis sangat rendah. Hasil
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
23%
47%
30% Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
penilaian terhadap kemampuan berpikirakritis siswa pada siklus I
dinyatakan dalamaTabel 4.3. Persentase kategori nilai aspek
kemampuan berpikirakritis siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri
Kebakkramat Tahun Pelajaran 2017/2018 siklus I disajikan pada
Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Persentase Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I
Data Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada
akhir siklus I siswa yang dikategorikan kedalam kategori
kemampuan berpikir kritis sangat tinggi sebanyak 8 siswa atau
22,22%, siswa yang masuk dalam kategori kemampuan berpikir
kritis tinggi sebanyak 17 siswa atau 47,22% dan siswa yang masuk
dalam kategori kemampuan berpikir kritis sedang sebanyak 11 siswa
atau 30,56%. Kemampuan berpikir kritis siswa yang tergolong
tinggi dan sangat tinggi dalam tindakan siklus I mencapai 69,44%,
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa X
M-IPA 3 telah memenuhi target yang ditetapkan yaitu 65%.
2) Kegiatan Guru
Berdasarkan observasiaterhadap guru, secara umum kegiatan
belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Guru sudah menerapkan
model pembelajaran problem solving secara baik, sesuai dengan
langkah dalam RPP. Guru telah mampu menyampaikan materi dengan
baik dan memberikan suasana yang berbeda dibandingkan pembelajaran
yang biasa dilakukan. Sepanjang berjalannya pembelajaran guru
memberikan penekanan terhadap hal-hal penting dalam materi
stoikiometri yang dipelajari. Beberapa kali guru mengajak interaksi
siswa melalui pemberian pertanyaan maupun memberikan kesempatan
kepada siswa jika ada yang hendak bertanya pada guru.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
Secara umum, guru terlebih dahulu mengecek kehadiran siswa
dan kesiapan siswa untuk belajar yang dilanjutkan dengan memberikan
apersepsi mengenai materi yang akan dipelajari dan menjukkan hal-hal
penting yang harusadiperlajari. Setelah membagi kelompok dan
memberikan LKS padaamasing-masing kelompok, guru memulai
pelajaran dengan baik. Porsi guru selama proses pembelajaran harus
dijaga. Guru tidak selalu ikut campur dalam setiap pemecahan masalah
dalam diskusi kelompok. Disisi lain guru tidak boleh lepas tangan
terhadap konsep yang dibangun dan didapatkan siswa agar tidak salah.
Di akhir pembelajaran, guru memberikan refleksi dari hasil diskusi dan
memberikan penekanan pada hal-hal penting yangaharus dipahami oleh
siswa, selain itu membenarkan jika memang ada konsep yang salah pada
saat pembelajaran berlangsung.
d. Tahap Refleksi Tindakan Siklus I
Pembelajaran pada sub materiastoikiometri pada siklus I
dilaksanakan sebanyak 4 kaliapertemuan dengan total waktu yang
digunakan adalah 8 x 45 menit. Pada awalnya, siswa masih terlihatibingung
dengan model pembelajaran problem solving yang diterapkan. Hal ini
dikarenakan selama proses pembelajaran sebelumnya guru masih
menerapkan model pembelajaran yang monoton seperti model ceramah dan
tanya jawab. Pada pertemuanapertama siswa dapat beradaptasi dengan baik
terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Pemakaian media
pembelajaran LKS dapat langsung menarik perhatian siswa dan masing-
masing kelompok dapat terfokus pada soal yang ada pada LKS. Pada tiap
pertemuan, terdapat peningkatan kegiatan siswa seperti frekuensi siswa
yang bertanya dan keberanian siswa untuk mengutarakan pendapat. Peran
guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran terlihat dengan baik, dimana
guru mampu menciptakan suasana belajar berbeda dari biasanya dan
mengarah pada tujuan pembelajaran.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, pelaksanaan tindakan pada
siklus I berjalanadengan baik. Selama prosesapembelajaran interaksi yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
terjadi antar siswa maupun siswa dengan guru dapat berjalan dengan baik.
Hal itu ditunjukan pada saat diskusi kelompok berlangsung, antara siswa
satu dengan yang lainnya saling bertukar pikiran dan saling membantu
dalam mengerjakan soal dalam LKS. Beberapa siswa mulai ada yang berani
bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan menyelesaikan masalah.
Tabel 4.4 KetercapaianaTarget Siklus I
Aspek yang dinilai Capaian
(%)
Target
(%) Kriteria
Pengetahuan 26,11 65 Belum Tercapai
Sikap 91,67 80 Tercapai
Keterampilan 83,33 75 Tercapai
Kemampuan Berpikir kritis 69,22 65 Tercapai
Hasil pembelajaran pada siklus I dapatadilihat pada Tabel 4.4 yang
menunjukan perlu adanya perbaikan pembelajaranaadengan melanjutkan ke
tindakan siklus II agar seluruh aspek dapat memenuhi target. Aspek yang
perlu ditingkatkan adalah aspek pengetahuan yang belum memenuhi target.
Selain itu apabila ada aspek lain yang masih bisa ditingkatkan dapat
dilakukan pengulangan agar diperoleh hasil yang maksimal.
3. Hasil Tindakan Siklus II
a. Tahap Perencanaan TindakanaSiklus II
Berdasarkan dari hasil refleksi siklus I, maka perlu dilakukan
perencanaan untukapelaksanaan tindakan pada siklus II. Pada siklus II ini,
materi yang akan disampaikan berfokus pada indikator yangabelum tuntas
pada siklus I. Tindakanapada siklus II ini difokuskan untuk memperbaiki
hal-hal yang yang menjadi masalah pada siklus I. Tindakan pertama yaitu
mengulangi pembelajaran pada indikator dalam materi yang belum tuntas
untuk meningkatkanahasil belajar siswa pada aspek pengetahuan. Kedua,
guru banyak memberikan penekanan penjelasan kepada siswa pada bagian
materi yang belum tuntas. Ketiga, guru merubah susunan anggota kelompok
yang disusun ulang berdasarkan nilai siswa pada evaluasi siklus I. Hal ini
bertujuan agar siswa yang sudahatuntas dapat membantu siswa yang belum
tuntasadalam memahami materi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
Berdasarkan perencanaan tersebut, diharapkan dapat
meningkatkanaprestasi belajar siswa pada tindakan siklus II dan mencapai
target ketuntasan. Siklus II direncanakan dilakukanasebanyak 2 kali
pertemuan (4 JP) dengan pembagian waktu 1 kali pertemuan (2 JP) untuk
prosesapembelajaran siklus II dan 1 kali pertemuan (2 JP) untuk evaluasi
siklus II. Perencanaan tindakan II meliputi penyusunanaiinstrumen
pembelajaran, antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media
Pembelajaran LKS, Instrumen penilaian pengetahuan dan instrumen
penilaian kemampuan berpikir kritis.
b. Tahap PelaksanaanaTindakan Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini dilakukan dalam
2 kali pertemuan. Pertemuan pertama, pada tanggal 4 Juni 2018 untuk
penyampaian materi dan pertemuan kedua pada tanggal 5 Juni 2018 untuk
tes siklus II. Pada pertemuan pertama, guru melakukan tindakan dengan
menerapakan model pembelajaran problem solving dengan media LKS,
Hanya saja anggota kelompok sudah dirubah dan disesuaikan dengan
komposisi siswa yang tuntas pada siklus I disebar secara merata. Tidak lupa
guru memberikan apersepsi untuk mengingatkan materi stoikiometri dan
memberikan beberapaipertanyaan kepada siswa untuk menguji pemahaman
siswa. Pada pembelajaran siklus II mulai terjadi interaksi dua arah yang
ditunjukkan dengan siswa yangamenjawab pertanyaan dari guru tanpa
ditunjuk.
Pada tahap eksplorasi, guru mempersilahkan siswa untuk
bergabung denganakelompoknya masing-masing sesuai dengan kelompok
yang telah ditentukan oleh guru. Terdapat 6 kelompokadengan tiap
kelompok terdiri dari 6 siswa. Pembentukan kelompokadidasarkan pada
hasil evaluasi pembelajaran pada siklus I. Siswa mengerjakan soal diskusi
secara berkelompok, soal diskusi difokuskan pada indikator yang belum
tuntas. Setiap siswa memiliki tanggung jawab yang samaadalam tugas yang
diberikan. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan kelompok dalam
membantu satu sama lain untuk memahami materi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
Pada tahap konfirmasi, guru memberikan umpan balik berupa
penguatanakembali mengenai konsep-konsepayang telah dibangun oleh
siswa dan membahas kembali keseluruhanahasil pembelajaran. Sebagai
penutup, siswa dengan bimbinganaguru menyimpulkan pelajaran dan guru
memberitahu siswa bahwa setelah ini akan diadakan tes akhir mengenai
stoikiometri. Pelajaran diakhiri dengan salam.
Pada tanggal 5 Juni 2018 dilakukan evaluasi untuk siklus II selama
2 jam pelajaran yaitu 90 menit. Evaluasi siklus II ini hanya meliputi aspek
pengetahuanadan kemampuan berpikir kritis. Tes aspek pengetahuan pada
siklus II ini terdiri atas 25 soal dan tes kemampuan berpikirakritis terdiri
dari 15 soal. Beberapa butir soal dibuat berbeda namun indikator soal tetap
sama dengan soal evaluasi pada siklus I.
c. Tahap ObservasiaSiklus II
1) Kegiatan Siswa
Hasil observasi pembelajaran siklus II ini menunjukkan bahwa
aktivitas siswa sudah semakin meningkat. Hal ini dapatadilihat dari
mulai banyaknya siswa yang terlihat antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Siswa aktif bertanya, berani menyampaikan pendapat dan
berani menuliskanajawaban di papan tulis tanpa ditunjuk oleh guru.
Setiap diskusi berlangsung siswa juga aktif mencatat hasil diskusi
dengan kelompoknya. Dalam penyelesaian soalnya siswa juga mulai
terlihat lancar dalam menyelesaikan setiap masalah dalam soal. Hal ini
dikarenakan susunan anggota kelompok telah disesuaikan dengan hasil
evaluasi pada siklus I. Hal ini bertujuan agarasiswa yang tuntas dapat
membantu teman-temanayang belum tuntas dalam memahami materi.
Dampak lain adalah diskusi dapat berlangsung dengan aktif dan
kondusif.
a) Penilaian Aspek Sikap
Dalam tindakanasiklus II, penilaian pada aspek sikap
(spiritual dan sosial) tidak dilakukan. Hal ini dikarenakanaaspek
sikap pada siklus I telah memenuhi target yaitu 91,67% siswa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
75%
25%
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
memiliki sikap baik dan sangat baik. Penilaian sikap dimungkinkan
meningkat apabila dilakukan penilaianakembali pada siklus II,
namun itu sulit untuk terjadi. Hal ini dikarenakan penilaian aspek
sikap dilakukan dengan intrumen angket dimana apabila angket
penilian sikapadiberikan kembali, dapat terjadi kecenderungan
siswaauntuk bosan dan malas dalam mengisi angket tersebut.
Apabila tetap dilakukan penilaian kembali dapat yang memberikan
hasil yang tidak maksimal.
b) Penilaian Aspek Keterampilan
Aspek keterampilan pada siklus II tidak dilakukan
penilaian kembali. Hal iniadikarenakan pada siklus I sudah
mencapai target yang telah ditetapkan. Apabila penilaian aspek
keterampilan ini dilakukan kembaliapada siklus II dimungkinkan
akan terjadi peningkatan padaarata-rata ketercapaian tiap
indikatornya, namun alokasi waktu pada siklus II hanya untuk
prosesaperbaikan pembelajaran, sehingga agar lebih efektif tidak
dilakukan penilaian aspek keterampilan.
c) Penilaian aspek Pengetahuan
Tes aspek pengetahuan dilakukan untuk mengetahui
keberhasilan pembelajaran stoikiometri pada siklus II. Setelah tes
dilakukan dan menganalisis hasil tes, dapat diketahui bahwa
ketuntasan aspek pengetahuan kelas X M-IPA 3 padaasiklus II
sebesar 75% atau sebanyak 27 siswa sudah tuntas, sedangkan siswa
yang belum tuntas sebanyak 9 siswa atau sebesar 25%.
Gambar 4.3 Persentase Ketuntasan Siswa Aspek Pengetahuan Siklus II
Berdasarkan persentase ketuntasan tersebut, maka hasil
siklus I ini untuk aspek pengetahuan telah mencapai target yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
ditetapkan yaitu 65% atau minimal 24 siswa tuntas. Persentase
ketuntasanaaspek pengetahuan pada siklus II ditunjukkan pada
Gambar 4.3.
Hasil analisis tes pengetahuan siklus II juga dapat
dinyatakan hasil ketuntasan prestasi belajar siswa pada tiap indikator
kompetensi dan item soal disajikan dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Ketuntasan PrestasiaaBelajar Siswa Aspek
Pengetahuan Siklus II
No Indikator Kompetensi No.
soal
Ketuntasan (%) Kriteria Tiap
Soal
Tiap
indikator
1. Mengetahui pengertian
Mol 1 80,55 80,55 Tercapai
2. Mengetahui Pengertian
Massa molar 3 86,11 86,11 Tercapai
3. Mengetahui pengertian
volume molar. 7 72,22 72,22 Tercapai
4.
Menentukanahubungan
antara mol, jumlah
partikel,massaamolar,
dan volume gas molar
2 63,88
75,00 Tercapai
4 69,44
5 91,66
6 66,67
8 83,33
9 41,67
10 83,33
11 91,66
5. Menghitung banyaknya
zatadalam campuran
12 86,11
69,44 Tercapai
13 80,55
14 80,55
15 44,44
16 83,33
17 61,11
18 58,33
6. Menyetarakanapersama
an kimia 19 66,67 66,67 Tercapai
7.
Menentukan jumlah
mol, massa molar,
volume molaragas, dan
jumlah partikel yang
terlibat dalam reaksi
20 83,33
69,44 Tercapai 21 66,67
22 69,44
23 61,11
24 69,44
8. Menentukanapereaksi
pembatas 25 66,67 66,67 Tercapai
Rata-rata 72,33 Tercapai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
Seluruh indikator yang diajarkan pada pembelajaran telah
memenuhi target ketuntasan yang di tetapkan seperti yang tersaji
pada tabel 4.5. Hal ini dikarenakan padaapembelajaran siklus II
lebih ditekankan pada kompetensi yang belum tercapai.
d) Penilaian Kemampuan BerpikiraKritis
Pada pelaksanaan siklus II, aspek kemampuanaberpikir
siswa diukur kembali walaupun pada siklus I kemampuan berpikir
siswa telah memenuhi target. Hal ini dikarenakan masih
dimungkinkan terjadi peningkatan hasil. Pada soal kemampuan
berpikir kritis yang diujikan terdapat 5 aspek yang mencakup 10
indikatorakemampuan berpikir siswa yang terangkum dalam tes
penilaian kemampuan berpikirakritis yang diberikan kepada siswa
berupa soal objektif yang berjumlah 15 soal.
Penilaian kemampuan berpikirakritis dilakukan pada akhir
siklus II dan hasilnya dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu
kemampuan berpikir kritis sangat tinggi, kemampuan berpikir kritis
tinggi, kemampuan berpikir kritis sedang, kemampuanaberpikir
kritis rendah dan kemampuan berpikir kritis sangat rendah. Hasil
penilaian terhadap kemampuan berpikirakritis siswa pada siklus II
dinyatakan dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Penilaian Kemampuan BerpikiraKritis Siklus II
Aspek
Persentase Pencapaian (%)
Sangat
Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat
Rendah
Kemampuan
BerpikiraKritis 13,88 66,67 19,44 0,00 0,00
Kategori kemampuan berpikirakritis siswa kelas X M-IPA
3 SMA Negeri Kebakkramat TahunaPelajaran 2017/2018 siklus I
disajikan pada Gambar 4.4.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
14%
67%
19%
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Gambar 4.4. Persentase Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II
Data tabel 4.6 dan Gambar 4.4 menunjukkanabahwa pada
akhir siklus I siswa yang masuk ke dalam kategori kemampuan
berpikir kritis sangat tinggi sebanyak 5 siswa atau 13,89%, siswa
yang masuk dalam kategori kemampuan berpikir kritis tinggi
sebanyak 24 siswa atau 66,67% dan siswa yang masuk dalam
kategori kemampuan berpikir kritis sedang sebanyak 7 siswa atau
19,44%. Berdasarkan pengujian kemampuan berpikir kritis siswa
yang tergolong tinggi dan sangat tinggi mencapai 80,56%, Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan berpikirakritis siswa X M-IPA 3
telah memenuhi target yang ditetapkan yaitu 65%.
2) KegiatanaGuru
Berdasarkan observasi terhadapaguru, secara umum kegiatan
belajar menagajar sudah berjalanidengan baik, Siswa sudah mulai
terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan pada
pembelajaran siklus II, sehingga mempermudah aktivitas guru. Pada
awal pertemuan guru terlebih dahulu mengecek kehadiranisiswa dan
kesiapan siswa untuk belajar yang dilanjutkan dengan memberikan
apersepsi mengenai materi yang akan dipelajari pada siklus II. Setelah
membagi kelompok yang telah dirubah dan memberikan LKS pada
masing-masing kelompok, guru memulai pelajaran dengan baik. Pada
pembelajaran di siklus II, guru tidak terlalu banyak menjelaskan
mengenai teknis berlangsungnya pembelajaran, hal ini
dikarenakanasiswa sudah terbiasa dengan alur model pembelajaran
yang diterapkan. Setelah selesai diskusi dilanjutkan presentasi. Diakhir
pembelajaran guru menekankan materi yang penting terutama mengenai
hal yang banyak belum tuntas pada siklus I.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
d. Tahap Refleksi Tindakan Siklus II
Pada siklus II ini pembelajaran kimia dilakukan dengan
menggunakan modelapembelajaran problem solving dengan alokasi waktu
2 kali pertemuan (4 JP) dengan rincian 1 kaliapertemuan (2 JP) untuk
penguatan materi yang belum tuntas dan 1 kali pertemuan (2 JP) untuk tes
evaluasi siklus II. Selama pembelajaran pertemuan pertama, terlihat jika
siswa tidak terlalu kesulitan menghadapi masalah, hal ini menunjukan
adanya peningkatan pada kemampuan berpikir kritis. Siswa terbiasa untuk
menemukan pemecahan masalah dari soal stoikiometri secara mandiri.
Dalam pembelajaran siklus II, siswa terlihat aktif ketika berdiskusi dan
presentasi, beberapa siswa berani bertanya kepada guru mengenai hal yang
belum dimengerti.
Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus II, maka dilakukan
evaluasi berupa tes akhir siklus II pada pertemuan berikutnya. Tes tersebut
meliputi tes aspek pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis.
Ketercapaianatarget siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 KetercapaianaSiklus II
Aspek yang dinilai Capaian (%) Target
(%) Kriteria
Pengetahuan 75,00 65 Tercapai
Sikap 91,67 80 Tercapai
Keterampilan 83,33 75 Tercapai
Kemampuan Berpikir kritis 80,56 65 Tercapai
Hasil tes aspek pengetahuan sebesar 75% atau sebanyak 27 siswa
sudah tuntas, sedangkanasiswa yang belum tuntas sebanyak 9 siswa atau
sebesar 25%, sehingga target telah tercapai. Peningkatan juga mengalami
peningkatan pada jumlah ketuntasan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
aspekapengetahuan, sikap, keterampilan dan kemampuan berpikirakritis
siswa pada siklus II telah mencapai target yangatelah ditetapkan pada saat
prapenelitian. Hasil refleksi siklus II dapat disimpulkan bahwa
pembelajaranaistoikiometri dengan menggunakan model pembelajaran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
36.11%
63.89%75%
25%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Tuntas Belum Tuntas
ketu
nta
san
(%
)
Ketuntasan
Siklus I
Suklus II
problemasolving yang dilengkapi dengan LKS dapat meningkatkan prestasi
belajar dan kemampuanaberpikir kritis siswa. Penelitian ini dihentikan pada
siklus II dikarenakan semua aspek telah mencapaiaitarget yang telah
ditetapkan pada awal penelitian.
4. Perbandingan Hasil Tindakan
Penerapan model pembelajaranaproblem solving berbantuan media
LKS pada materi stoikiometriaidilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I
dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, sedangkanasiklus II dilaksanakan
sebanyak 2 kali pertemuan dengan evaluasi di setiap akhir siklus. Pada
pelakasanaan tindakan silus II hanya terfokus pada kompetensi siswa yang
belumaitercapai pada siklus I. Perbandingan hasilatindakan antar siklus
digunakan untuk mengetahui peningkatanayang terjadi selama tindakan siklus
I dan siklus II.
a. Aspek Pengetahuan
Persentase ketuntasan merupakan penentu keberhasilan dalam
penelitian ini. Ketuntasan belajar siswa padaamateri stoikiometri dalam
penelitian ini dilihat dari nilai tes aspek pengetahuan di tiap akhir siklus.
Penilaian aspek pengetahuan yang diujikan pada siklus Iaterdiri dari 25 butir
soal pilihan ganda, dan pada siklus II terdiri dari 25 butir soalapilihan ganda.
Hasil penilaian aspek pengetahuan siklus I menunjukkan 3 sebesar 36,11%
atau sebanyak 13 siswa sudah tuntas dan siswa yang belumituntas sebanyak
23 siswa atau sebesar 63,89%. Pada tindakan siklus II, sebanyak 27 siswa
(75%) mencapai ketuntasan dan 9 siswa (25%) belum mencapaiiketuntasan.
Gambar 4.5 PerbandinganaPersentase Ketuntasan Aspek Pengetahuan
Siklus I dan Siklus II
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
Data hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan persentase
ketuntasan aspek pengetahuan siswa. Adapun peningkatan persentase
ketuntasan tiap siklus dapat dilihatapada Gambar 4.5. Peningkatan
ketuntasan belajar siswa pada aspek pengetahuan juga diikuti dengan
kenaikan pencapaian tiap indikator. Pencapaian tiap indikator pada tiap
siklus dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Ketuntasan Indikator Aspek Pengetahuan Siklus I dan Siklus II
Indikator Kompetensi Ketercapain (%)
Siklus I Siklus II
1. Mengetahuiapengertian Mol 97,22 80,55
2. Mengetahuiapengertian Massa molar 83,33 86,11
3. Mengetahui pengertian volume molar. 69,44 72,22
4. Menentukanahubungan antara mol, jumlah
partikel,massaamolar, dan volume gas molar 55,56 75,00
5. Menghitung banyaknya zat dalam campuran 47,22 69,44
6. Menyetarakan persamaan kimia 66,67 66,67
7. Menentukanajumlah mol, massa molar,
volume molaragas, dan jumlah partikel yang
terlibatadalam reaksi
50,00 69,44
8. Menentukan pereaksiapembatas 44,44 66,67
Indikator kompetensi yang belum tuntas pada siklus I mengalami
peningkatan ketercapaian ketuntasan. Secara umum, penerapan model
pembelajaran problem solving yang dilengkapi dengan telah berhasil
meningkatkan prestrasi belajar aspek pengetahuan siswa kelas X M-IPA 3.
b. Aspek Kemampuan BerpikiraKritis
Aspek kemampuan berpikirakritis yang dimiliki siswa dapat
diketahui dengan pengujian pada tindakan siklus I dan siklus II. Secara
umum, hasil pengujian pada siklus I telah mencapai target yang diharapkan,
namun pengujian kemampuan berpikir kritis dilakukan kembali pada siklus
II karena dimungkinkan adanya peningkatan. Perbandingan hasil pengujian
kemampuan berpikir kritis siklus I dan siklus II dapat dilihatipada Tabel 4.9.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa mengalami peningkatan ketuntasan. Ketuntasan dilihat dari
jumlah siswa yang masuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
Tabel 4.9 Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I dan Siklus II
Kategori Pencapaian Siswa (%)
Siklus I Siklus II
SangataTinggi 22,22 13,89
Tinggi 47,22 66,67
Sedang 30,56 19,44
Rendah 0,00 0,00
Sangatarendah 0,00 0,00
B. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian tindakanakelas
yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklusaterdiri dari 4 tahap, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi tindakan. Pelaksanaan penelitian
dapat dimulai ketika peneliti sudah melakukan observasi untuk mengetahuiakondisi
awal yang ada di SMA Negeri Kebakkramat. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara pratindakan, ditemukan permasalahan bahwa rendahnya prestasi belajar
dan kemampuan berpikirakritis siswa kelas X M-IPA 3. Oleh karena itu dilakukan
diskusi dengan guru mata pelajaran kimia untuk mengatasiapermasalahan tersebut
dengan menerapkan model pembelajaran problem tsolving yang dilengkapi dengan
LKS.
Model pembelajaran problem solving mendorong siswa untuk dapat
memecahkan masalah dan memahami konsep secara mandiri. Selain itu, siswa aktif
bertanya, menjawab, mencatat hasil diskusi, dan berani mengemukakan pendapat
dalam proses pembelajaran. Hal ini didukung penelitian dari Ernawati, Ashadi dan
Utami (2015) yang menyatakan bahwa untuk dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan prestasi belajar pada siswa maka dibutuhkan metode yang
dapatimengembangkan kreatifitas, keaktifan, dan kekritisan siswa salah satunya
adalah metode pembelajaraniproblem solving. Proses pembelajaran dengan model
problem solving dilakukan dalam kelompok agar melatih siswa untuk gotong
royong, jujur, tanggung jawab, dan percaya diri dalam kelompoknya. Penggunaan
media LKS dimaksudkan agar siswa lebih banyak berlatih untuk mencari solusi dari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
permasalahan berupa soal-soal yang berkaitan dengan materi stoikiometri, sehingga
pemahaman siswa akan konsep stoikiometri lebih kuat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penerapan model
pembelajaran problemasolving yang dilengkapi dengan LKS dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini didukung penelitian dari Snyder dan
Snyder (2008) bahwa teknik pemecahan masalah (problem solving) akan
membimbing siswa untuk memahami suatu materi melalui proses berpikir kritis
dan memanfaatkan kolaborasi antar siswa. Sebuah penelitian serupa oleh Gürses
(2007) menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang melibatkan masalah dapat
mengasah pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan suatu persoalan,
partisipasi aktif dalam proses pembelajaran termasuk pengarahan diri sendiri,
identifikasi kebutuhan belajar sendiri, kerja tim, diskusi kreatif, dan belajar dari
teman. Hasil observasi danawawancara prasiklus menunjukkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada saat mengikuti pelajaran kimia masih rendah. Pada saat
pembelajaran kimia siswa terlihat tidak ada yang bertanya pada guru mengenai
suatu materi yang sedang dipelajari. Setelah pelaksanaanatindakan pada siklus I
maupun siklus II, terdapat perubahan yang besar. Pembelajaran yang diterapkan
merupakan pembelajaran dengan model problem solving yang menuntut siswa
lebih aktif mengikuti pembelajaran. Siswa lebih leluasaaberpendapat, mau
mengungkapkan idenya. Apabila kesulitan, siswa berusaha bertanya dengan
temannya maupun guru.
Berdasarkan data hasil perlakuan didapatkan kemampuan berpikirakritis
dan prestasi belajar siswaamengalami peningkatan. Faktor yangamenyebabkan
peningkatan kemampuan berpikirakritis salah satunya adalah model pembelajaran
yang digunakan. Penerapan model problem solving menuntut siswa untuk
menemukan konsep secara mandiri dalam memecahkan masalah yang ada.
Hubungan antara model pembelajaran problem solving dengan indikator
kemampuan berpikir kritis menurut Ennis ditunjukan pada tabel 4.10. Model
problem solving menuntut siswa aktif dalam mencari data-data pendukung serta
menganalisis data yang berguna untuk memecahkan permasalahan yang ada.
Diskusi kelompok kecil memberikanikesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
yang lebih besar sehingga setiap siswa merasa terlibat dan puasaterhadap belajarnya
serta mencegah dominasi anggota tertentu.
Tabel 4.10 Hubungan Sintaks Problem Solving dengan Indikator Kemampuan
Berpikir Kritis
Sintaks Problem
Solving Indikator Kemampuan Berpikir Kritis yang Diasah
1. Menganalisis
masalah
- Memfokuskan pertanyaan
- Bertanya dan menjawab pertanyaan
- Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan
observasi
- Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu
definisi
- Mengidentifikasi asumsi-asumsi
- Berinteraksi dengan orang lain
2. Merumuskan
hipotesis
- Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
- Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
- Bertanya dan menjawab pertanyaan
- Berinteraksi dengan orang lain
3. Mengumpulkan
data
- Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya
atau tidak
- Menganalisis argument
- Berinteraksi dengan orang lain
4. Menguji
hipotesis
- Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
- Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
- Menganalisis argument
- Menentukan suatu tindakan
- Berinteraksi dengan orang lain
5. Menarik
kesimpulan
- Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
- Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
- Bertanya dan menjawab pertanyaan
- Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
- Berinteraksi dengan orang lain
Pada tahap siskusi siswa bersama kelompoknya berdiskusi memecahkan
soal dalam LKS, saling bertukar ilmu antar anggota untuk memahami materinya,
serta menyiapkan diri untuk mempresentasikanajawabannya. Setiap siswa harus
memiliki tanggung jawab yang besar terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
kelompoknya. Pembelajaran yang melibatkan pemecahan masalah dan dikerjakan
secara berkelompok membuat siswa terbiasa untuk berpikir secara kritis. Kondisi
siswa yangadapat menyelesaikan masalah mengakibatkan pemahaman konsep
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
secara mendasar. Hal ini sesuai dengan teori belajar Ausubel dimana model
pembelajaran problemasolving dapat mematangkan konsepadasar materi, karena
pembelajaran yang dilaksanakan bertujuan untuk membangun pemahaman siswa
melalui pemecahaan masalah. Model pembelajaran ini dapat memberikan
pembelajaran yang bermakna melalui permasalahan yang disajikan oleh guru.
Wawancara dengan guruamata pelajaran kimia menyatakan bahwa masih
banyak siswa yang belum tuntas pada materi stoikiometri. Setelahadilakukan
tindakan pada siklus I ketuntasan prestasi belajar siswa adalah 36,11% . Hasil ini
belum mencapai target yangatelah ditentukan karena masih terdapat beberapa
indikatorakompetensi yang belum tercapai sehingga perluadilanjutkan ke siklus II
untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Padaasiklus II, pembelajaran hanya
difokuskan pada satu indikator yang belum tercapai ketuntasannya tersebut. Hasil
persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II meningkat menjadi sebesar
75,00%.
Dari hasil belajar siswa yangamencakup aspek pengetahuan, sikap,
keterampilan dan kemampuan berpikir kritis siswa, dapat dinyatakan bahwa
penerapan model pembelajaran problem solving yang dilengkapi dengan LKS dapat
meningkatkan prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian Mandina dan
Ochonogor (2017) yang mengungkapkan bahwa pengajaran pemecahan masalah
(problem solving) lebih efektif dan lebih unggul daripada model pembelajaran
konvensional dalam mengatasi kesulitan siswa yang berkaitan dengan stoikiometri.
Pada materi stoikiometri LKS akan memudahkan siswa dalam menentukan pokok
permasalahan yang ada. Hal ini didukung oleh penelitian dari Carolin, Saputro dan
Catur (2015) yang menyatakan bahwa dengan bantuan LKS, maka ketergantungan
siswa pada guru akan berkurang, sehingga siswa dapat lebih aktif untuk
menyelesaikan permasalahan pada materi. Dalam stoikiometri diperlukan
kemampuan berpikir kritis karena siswa memerlukan tahapan seperti menentukan
masalah dan bagaimana cara menyelesaikan soal stoikiometri. Dengan begitu,
prestasi belajar pada materi stoikiometri akan meningkat seiring dengan
meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
Penelitian ini dapat disimpulkanaberhasil karena indikator proses dan
prestasi belajar meliputi aspek pengetahuan, sikap keterampilan dan kemampuan
berpikir kritis telah mencapai target dan mengalamiipeningkatan. Berdasarkan hasil
tindakan, pengamatan danapembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwaipenerapan
model pembelajaran problem solving yang dilengkapi dengan LKS dapat
meningkatkan prestasiabelajar dan kemampuan berpikirakritis siswa pada materi
Stoikiometri kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2017/2018.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
79
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan prestasi
belajar pada materi stoikiometri siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri
Kebakkramat Tahun Pelajaran 2017/2018. Hasil belajar pada penelitian ini
meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil tes pengetahuan
menunjukkan pada siklus I presentase ketuntasan aspek pengetahuan siswa
adalah 36,11% dan pada siklus II meningkat menjadi 75,00%. Pencapaian
ketuntasan aspek sikap adalah 91,67% dan pencapaian pada aspek keterampilan
sebesar 83,33%.
2. Penerapan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis pada materi stoikiometri siswa kelas X M-IPA 3
SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2017/2018. Peningkatan dapat
dilihat setelah pelaksanaan tindakan siklus I presentase ketuntasan siswa
sebesar 67% dan pada siklus II meningkat menjadi 82%.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
dikemukakan implikasi secara teoritis dan praktis.
1. Implikasi Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau
referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai penerapan model
pembelajaran problem solving. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan
sebagai dasar untuk mengadakan upaya bersama antara guru, orang tua, dan
siswa, serta pihak sekolah lainnya agar dapat membantu siswa dalam
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar kimia secara maksimal.
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
2. Implikasi Praktis
Secara praktis, berdasarkan hasil penelitian dapat memberikan
informasi model pembelajaran problem solving dapat diterapkan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa pada
materi stoikiometri.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Guru kimia dapat menerapkan model pembelajaran problem solving dengan
media Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi stoikiometri karena dapat
meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar siswa.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan model
pembelajaran problem solving dengan meneliti pada aspek lain yang belum
dibahas sebelumnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
DAFTAR PUSTAKA
Aldous, C. R. (2005). Creativity in problem solving: Uncovering the origin of new
ideas. International Education Journal, 5(5), 43–56.
Alec, Fisher. (2010). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. (S. Sagara, Ed.). Jakarta:
Erlangga.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik dan Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2015). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Boss, J. A. (2012). Think. New York: McGraw-Hill.
Carolin, Y., Saputro, S., & Catur, N. (2015). Penerapan Metode Pembelajaran
Peoblem solving dilengkapi LKS untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi
belajar pada Materi Hukum Dasar kimia siswa kelas X MIA 1 SMA Bhineka
Karya 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2014 / 2015, Jurnal Pendidikan Kimia, 4(4),
46–53.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Panduan Pengembangan Bahan
Pelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 1–33. Retrieved from
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20
_th_2003.pdf
Ernawati, D., Ashadi, & Utami, B. (2015). 2015. Upaya Peningkatan Prestasi
Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIA 7 dengan
Menggunakan Metode Pembelajaran Problem Solving pada Materi
Stoikiometri di SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015, Jurnal
Pendidikan Kimia, 4(4). 17-26.
Fristadi, R., & Bharata, H. (2015). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Dengan Problem Based Learning, Proceeding Seminar nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika UNY 2015. 597–602. Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
Gregory, R. J. (2007). Psychological Testing: History, Principles, and
Applications. United Stated of America: Pearson Education, Inc.
Gürses, A., Açıkyıldız, M., Ar, Ç. D., & Mustafa, S. (2007). An investigation into
the effectiveness of problem-based learning in a physical chemistry laboratory
course. Research in Science & Technological Education, 25, 99–113.
https://doi.org/10.1080/02635140601053641
Hamdani. (2011). Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Harsanto, R. (2005). Melatih anak Berpikir Analisis, Kritis dan Kreatif. Jakarta:
Grasindo.
Iif Khoiru Ahmadi, Amri, S., & Elisah, T. (2011). Strategi Pembelajaran Sekolah
Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Kemendikbud. (2017). Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan
Sekolah Menengah Atas (p. 100). Jakarta: Kemendikbud.
Mandina, S., & Ochonogor, C. E. (2017). Using problem-solving instruction to
overcome high school chemistry students ’ difficulties with stoichiometric
problems, African Journal of Educational Studies in Mathematics and
Sciences, 13, 33–39.
Mastur Faizi. (2013). Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid.
Yogyakarta: DIVA Press.
Mendikbud. (2014). Permendikbud No. 104 Tahun 2014: Penilaian Hasil Belajar
oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Indonesia.
Mendikbud. (2016). Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Standar Penilaian
Pendidikan. Indonesia.
Okanlawon, A. E. (2010). Teaching Reaction Stoichiometry: Exploring and
Acknowledging Nigerian Chemistry Teachers Pedagogical Content
Knowledge. Cypriot Journal of Educational Sciences, 5(2), 107–129.
Paul, R. (1992). Critical Thinking : What , Why , and How, (77).
Pinto, G. (2013). Stoichiometry in Context : Inquiry-Guided Problems of Chemistry
for Encouraging Critical Thinking in Engineering Students, i-JEP, (May
2014), 1–6. https://doi.org/10.3991/ijep.v3i1.2313
Pithers, R. T., & Soden, R. (2000). Critical thinking in education: a review.
Educational Research, 42(3), 237–249. https://doi.org/10.1080/001318800
440579
Prastowo, A. (2014). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
DIVA Press.
Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Slavin, R. E. (2009). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks.
SMA, D. P. (2010). Juknis Analisis Butir Soal Di SMA. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Umum Depdiknas.
Snyder, L. G., & Snyder, M. J. (2008). Teaching Critical Thinking and Problem
Solving Skills. The Delta Pi Epsilon Journal, 90–100.
Sudjana. (1996). Metoda Ststistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suradji. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta Indonesia: Prestasi Pustaka.
Widyantini, T. (2013). Artikel Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa ( LKS ) sebagai
Bahan Ajar (pp. 1–11). Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependididkan (PPPPTK) Matematika.