Upaya-Meningkatkan-Kemampuan-Berpikir-Kritis-Dan ...

101
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAAN PROBLEM SOLVING DISERTAI LKS PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI KELAS X M-IPA 3 SEMESTER GENAP SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI Oleh : DIDIK KURNIANTO K3314012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2019

Transcript of Upaya-Meningkatkan-Kemampuan-Berpikir-Kritis-Dan ...

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAAN PROBLEM SOLVING DISERTAI LKS

PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI KELAS X M-IPA 3

SEMESTER GENAP SMA NEGERI KEBAKKRAMAT

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Oleh :

DIDIK KURNIANTO

K3314012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

i

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAAN PROBLEM SOLVING DISERTAI LKS

PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI KELAS X M-IPA 3

SEMESTER GENAP SMA NEGERI KEBAKKRAMAT

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Oleh :

DIDIK KURNIANTO

K3314012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Didik Kurnianto

NIM : K3314012

Program Studi : Pendidikan Kimia

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAAN PROBLEM SOLVING

DISERTAI LKS PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI KELAS X

M-IPA 3 SEMESTER GENAP SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN

PELAJARAN 2017/2018” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.

Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, 29 Januari 2019

Yang membuat pernyataan,

Didik Kurnianto

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

iii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAAN PROBLEM SOLVING DISERTAI LKS

PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI KELAS X M-IPA 3

SEMESTER GENAP SMA NEGERI KEBAKKRAMAT

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Oleh :

DIDIK KURNIANTO

K3314012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam

Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

iv

PERSETUJUAN

Nama : Didik Kurnianto

NIM : K3314012

Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi

Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaraan Problem

Solving Disertai LKS pada Materi Pokok Stoikiometri Kelas X

M-IPA 3 Semester Genap SMA Negeri Kebakkramat Tahun

Pelajaran 2017/2018

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I,

Dr. Elfi Susanti VH, M.Si

NIP 197210231998022001

Pembimbing II,

Dr. Mohammad Masykuri, M.Si

NIP 196811241994031001

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

v

PENGESAHAN

Nama : Didik Kurnianto

NIM : K3314012

Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi

Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaraan Problem

Solving Disertai LKS pada Materi Pokok Stoikiometri Kelas X

M-IPA 3 Semester Genap SMA Negeri Kebakkramat Tahun

Pelajaran 2017/2018

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta pada hari

Selasa, tanggal 29 Januari 2019 dengan hasil LULUS dengan revisi maksimal 3

bulan. Skripsi telah direvisi dan mendapatkan persetujuan dari Tim Penguji.

Persetujuan hasil revisi oleh Tim Penguji:

Nama Penguji Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Sri Yamtinah, M.Pd ……………… …………

Sekretaris Lina Mahardiani, S.T., M.M., M.Sc., Ph.D. ……………… …………

Anggota I Dr. Elfi Susanti VH, M.Si ……………… …………

Anggota II Dr. Mohammad Masykuri, M.Si ……………… …………

Skripsi disahkan oleh Kepala Program Studi Pendidikan Kimia pada:

hari :

tanggal :

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta,

Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd.

NIP. 19610124 198702 1 001

Kepala Program Studi

Pendidikan Kimia,

Dr.rer.nat. Sri Mulyani, M.Si.

NIP. 19650916 199103 2 009

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

vi

MOTTO

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya

(Q.S. Al-Baqarah : 286)

Tugas kalau Cuma dipikir saja tidak akan selesai, Ya harus di kerjakan.

(Penulis)

Kesampatan kamu untuk sukses dalam setiap kondisi dapat diukur dari seberapa

besar kepercayaan terhadap dirimu sediri

(Penulis)

Kadang seseorang berada diatas, dan suatu saat akan berada di bawah. Namun

bagaimanapun keadaan kita haruslah dilalui dengan BERSYUKUR

(Penulis)

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

vii

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:

Orang Tuaku, Bapak Bapak Sardi Harto Priyono dan Ibu Mulyati, yang

senantiasa memberikan kasih sayang, doa, semangat setiap hari

Kakak-kakakku Eko Budi Priyono dan Rudy Samroni

Teman-Teman Pendidikan Kimia 2014, Terima kasih atas kebersamaan,

kerjasama, doa, dan dukungannya selama ini.

Sahabat kampus (Aldi, Tomas, Dimuk, Arga, Fariz, Syarif, Mas Gilang, Mas

Yusro, Mur, dkk)

Adik tingkat dan kakak tingkat Pendidikan Kimia

5quadra (Fajar, Megik, Amin, Ramadhan)

Keluarga Besar Bimbingan Belajar Sinar Ilmu

Almamaterku Tercinta, UNS

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

viii

ABSTRAK

Didik kurnianto. K3314012. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAAN PROBLEM SOLVING

DISERTAI LKS PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI KELAS X

M-IPA 3 SEMESTER GENAP SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN

PELAJARAN 2017/2018. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) prestasi belajar siswa

melalui pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving disertai

Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi stoikiometri kelas X M-IPA 3 SMA

Negeri Kebakkramat tahun pelajaran 2017/2018, dan (2) kemampuan berpikir

kritis siswa melalui pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving

disertai Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk materi stoikiometri kelas X M-IPA 3

SMA Negeri Kebakkramat tahun pelajaran 2017/2018.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan

dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdapat empat tahapan, yaitu perencanaan,

pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X M-

IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2017/2018. Data yang diperoleh

berupa prestasi belajar (aspek pengetahuan, sikap, keterampilan) dan kemampuan

berpikir kritis siswa. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara,

kajian dokumen, angket dan tes. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan

model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan prestasi belajar pada

materi stoikiometri siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun

pelajaran 2017/2018. Hasil tes pengetahuan menunjukkan pada siklus I presentase

ketuntasan aspek pengetahuan siswa adalah 36,11% dan pada siklus II meningkat

menjadi 75,00%. Pencapaian ketuntasan aspek sikap adalah 100% dan pencapaian

pada aspek keterampilan sebesar 100%. (2) Penerapan model pembelajaran

problem solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada materi

stoikiometri siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran

2017/2018. Hasil penelitian menunjukan pelaksanaan tindakan siklus I presentase

ketuntasan siswa sebesar 67,00% dan pada siklus II meningkat menjadi 82,00%.

Kata Kunci : Problem solving , Lembar Kerja Siswa (LKS), kemampuan berpikir

kritis, prestasi belajar, stoikiometri

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ix

ABSTRACT

Didik Kurnianto. K3314012. EFFORTS TO IMPROVE CRITICAL

THINKING ABILITY AND LEARNING ACHIEVEMENTS BY USING

THE LEARNING MODEL OF PROBLEM SOLVING ACCOMPANIED

BY STUDENT WORKSHEET (LKS) IN SUBJECT MATTER

STOICHIOMETRY OF CLASS X M-IPA 3 SMA NEGERI

KEBAKKRAMAT EVEN SEMESTER IN THE ACADEMIC YEAR OF 2017/2018. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education,

Universitas Sebelas Maret. January 2019.

This study aims to increase: (1) student’s learning achievement and

(2) student’s critical thinking ability through learning with problem solving

learning models accompanied by LKS for stoichiometry material of class X M-

IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat in the academic year of 2017/2018 .

This study is a Classroom Action Research (CAR) conducted in two

cycles. Each cycle has four stages, namely planning, acting, observing, and

reflecting. The research subject wes class X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat

in the academic year of 2017/2018. Data obtained in the form of learning

achievement (aspects of knowledge, attitudes, and skills) and students' critical

thinking skills. Data collection techniques were obtained through observations,

interviews, documents review, questionnaires and tests. The analysis technique

used in this study wa descriptive qualitative.

Based on the results of the study it can be concluded that: (1) the

application of problem solving learning model can improve learning achievement

in the stoichiometry of class X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat in the

academic year of 2017/2018. The results of the kognitive test showed that in the

first cycle the completeness percentage of aspects of student knowledge was

36.11% and in the second cycle increased to 75.00%. Achievement of

completeness of the attitude aspect is 100% and the achievement of skills aspects

is 100%. (2) The application of problem solving learning models can improve

students critical thinking ability in the stoichiometry of class X M-IPA 3 SMA

Negeri Kebakkramat in the academic year of 2017/2018. The results showed that

the implementation of the first cycle of the percentage of students completeness

was 67.00% and in the second cycle increased to 82.00%.

Keywords: Problem solving, student worksheet, critical thinking, learning

achievement, stoichiometry

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna

memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari skripsi ini dapat terlaksana dengan baik atas bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang telah

memberikan izin penyusunan skripsi.

2. Dr.rer.nat. Sri Mulyani, M.Si., selaku Kepala Program Studi Pendidikan

Kimia yang memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.

3. Dr. Elfi Susanti VH, M.Si. selaku Pembimbing I yang senantiasa memberikan

bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

4. Dr. Mohammad Masykuri, M.Si., selaku Pembimbing II yang senantiasa

memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

5. Dr. Endang Susilowati, M.Si.., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi.

6. Ibu Ida Lastari, S.T. selaku Guru Mata Pelajaran Kimia Kelas X SMA Negeri

Kebakkramat yang telah memberikan bimbingan selama penelitian.

7. Siswa-siswi SMA Negeri Kebakkramat yang telah bersedia berpartisipasi

dalam penelitian.

8. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan semangat dan doa restu.

9. Teman-teman Pendidikan Kimia yang telah memberikan bantuan, motivasi,

dan dukungan.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian makalah skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xi

Penulis berharap skripsi ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya serta

bermanfaat bagi pembaca dan lingkup pendidikan umumnya.

Surakarta, Januari 2019

Penulis

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .................................................................................................. i

Halaman Pernyataan......................................................................................... ii

Halaman Pengajuan .......................................................................................... iii

Halaman Persetujuan ........................................................................................ iv

Halaman Pengesahan ....................................................................................... v

Motto ................................................................................................................ vi

Persembahan .................................................................................................... vii

Abstrak ............................................................................................................. viii

Kata Pengantar ................................................................................................. x

Daftar Isi........................................................................................................... xii

Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv

Daftar Gambar .................................................................................................. xvi

Daftar lampiran ................................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ............................................................................................ 7

1. Belajar ................................................................................................. 7

2. Teori Belajar ....................................................................................... 8

3. Pembelajaran....................................................................................... 11

4. Model Pembelajaran Problem Solving ............................................... 12

5. Lembar Kerja Siswa (LKS) ................................................................ 15

6. Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................... 16

7. Prestasi Belajar ................................................................................... 19

8. Stoikiometri ........................................................................................ 20

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xiii

9. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 21

B. Kerangka Berpikir .................................................................................. 23

C. Hipotesis ................................................................................................. 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu ................................................................................. 26

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................. 26

C. Subjek Penelitian .................................................................................... 27

D. Data dan Sumber Data ............................................................................ 28

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 28

F. Teknik Uji Validitas Data ....................................................................... 30

G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 43

H. Indikator Kinerja Penelitian ................................................................... 44

I. Prosedur Penelitian .................................................................................. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 49

1. Data Pratindakan ................................................................................. 49

2. Hasil Tindakan Siklus I ...................................................................... 51

3. Hasil Tindakan Siklus II ..................................................................... 64

4. Perbandingan Hasil Tindakan ............................................................. 72

B. Pembahasan ............................................................................................ 74

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................................. 79

B. Implikasi ................................................................................................. 79

C. Saran ....................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 81

LAMPIRAN ..................................................................................................... 84

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Nilai Rata-rata Kimia UAS Ganjil Kelas X SMAN Kebakkramat ............ 3

2.1 Indikator Kemampuan berpikir Kritis ........................................................ 18

2.2 Penelitian terdahulu ................................................................................... 21

3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 26

3.2 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen RPP .................................................. 31

3.3 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen LKS ................................................. 32

3.4 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen Penilaian Pengetahuan..................... 34

3.5 Ringkasan Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Pengetahuan ................ 34

3.6 Ringkasan Daya Beda Instrumen Penilaian Pengetahuan .......................... 35

3.7 Ringkasan Tingkat Kesukaran Instrumen Penilaian Pengetahuan ............. 36

3.8 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen Penilaian Sikap ................................ 37

3.9 Rentang Nilai dan Huruf pada Penilaian Keterampilan ............................. 38

3.10 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen Penilaian Keterampilan ................. 39

3.11. Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ....................................... 39

3.12 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ........ 40

3.13 Ringkasan Hasil Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 41

3.14 Ringkasan Daya beda Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis .............. 42

3.15 Ringkasan Tingkat Kesukaran Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis 43

3.16 Indikator Keberhasilan Proses Pembelajaran ........................................... 45

4.1 Hasil Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Aspek Pengetahuan Siklus I ...... 58

4.2 Hasil penilaian Aspek Sikap Siklus I ......................................................... 59

4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ................................ 61

4.4 Ketercapaian Target Siklus I ...................................................................... 64

4.5 Hasil Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Aspek Pengetahuan Siklus II .... 68

4.6 Hasil Penilaian kemampuan berpikir Kritis Siklus II ................................ 69

4.7 Ketercapaian Target Siklus II..................................................................... 71

4.8 Persentase ketuntasan Indikator Aspek Pengetahuan Siklus I dan siklus II 73

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xv

4.9 Hasil Kemampuan Berpikir kritis Pada Siklus I dan Silus II ..................... 74

4.10 Hubungan Sintaks Problem Solving dengan Indikator Kemampuan Berpikir

Kritis ................................................................................................................. 76

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Kerangka Berpikir .......................................................................... 24

4.1 Persentase ketuntasan Siswa Aspek Pengetahuan siklus I ......................... 57

4.2 Persentase Kategori Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ................ 62

4.3 Persentase ketuntasan Siswa Aspek Pengetahuan siklus II........................ 67

4.4 Persentase Kategori Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ................ 70

4.5 Perbandingan Persentase Ketuntasan Aspek Pengetahuan Siklus I dan

Siklus II ...................................................................................................... 73

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ......................................................................................................... Halaman

1. Hasil Observasi Awal ................................................................................. 84

2. Hasil Wawancara dengan Guru .................................................................. 86

3. Hasil Validasi RPP ..................................................................................... 89

4. Hasil Validasi Instrumen Aspek Pengetahuan ........................................... 90

5. Hasil Validasi Instrumen Aspek Sikap Metode Observasi ........................ 91

6. Hasil Validasi Instrumen Aspek Sikap Metode Angket Diri ..................... 92

7. Hasil Validasi Instrumen Aspek Sikap Metode Angket teman .................. 93

8. Hasil Validasi Penilaian Aspek keterampilan ............................................ 94

9. Hasil Validasi Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis ............................... 95

10. Hasil Validasi Instrumen LKS .................................................................. 96

11. Hasil Penilaian Aspek Pengetahuan Siklus I ............................................. 97

12. Hasil Penilaian Aspek Pengetahuan Siklus II ............................................ 99

13. Hasil Penilaian Aspek Sikap metode observasi ......................................... 101

14. Hasil Penilaian Aspek Sikap metode Angket Diri ..................................... 103

15. Hasil Penilaian Aspek Sikap metode Angket teman .................................. 105

16. Hasil Penilaian Keterampilan ..................................................................... 107

17. Hasil Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ................................ 109

18. Hasil Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II ............................... 111

19. Hasil Iteman Tryout Aspek Pengetahuan ................................................... 113

20. Hasil Iteman Tryout Kemampuan Berpikir Kritis ...................................... 118

21. Dokumentasi .............................................................................................. 121

22. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi ............... 124

23. Surat Izin Permohonan Penelitian .............................................................. 125

24. Surat Keterangan Penelitian SMA ............................................................. 126

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu bentuk dari kehidupan manusia yang terus

berkembang dimana perkembangan pendidikan tersebut mencerminkan potensi

masyarakat dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Dalam Undang-Undang

nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa salah

satu tujuan Negara Republik Indonesia sesuai dengan pembukaan Undang Undang

Dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pewujudan cita-cita

Negara tersebut salah satunya melalui dunia pendidikan. Pelaksanaan pendidikan

di suatu negara, didasarkan pada kurikulum yang berlaku. Dalam UU No 20 Tahun

2003 di sebutkan pengertian kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu.

Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalahaKurikulum 2013

yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Pada dasarnya KTSP dan Kurikulum 2013 memiliki

kesamaan yaitu dikembangkan dan diimplementasikan berdasarkan kebutuhan

daerah, peserta didik dan satuan pendidikan. Pembelajaran pada tingkat satuan

pendidikan dapat diartikan sebagai upaya dalam mempersiapkan program dan

memberikan pelayanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal sesuai

dengan potensi yang dimiliki siswa (Haryati, 2010). Pada penerapan kurikulum

sekolah berhak menentukan kurikulum yang digunakan sesuai dengan kondisi

sekolah yang bersangkutan, baik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

atau kurikulum 2013.

Ilmu kimia adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

mempelajari tentang struktur, sifat, komposisi, dan perubahan suatu materi serta

energi yang terlibat dalam perubahan tersebut (Faizi, 2013). Tujuan pembelajaran

kimia SMA/MA bagi peserta didik menurut Badan Standar Nasional Pendidikan

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2

(2006) salah satunya adalah untuk memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif,

kritis, ulet, terbuka, dan dapat bekerjasama dengan orang lain. Dalam Kurikulum

2013, stoikiometri merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran kimia untuk

kelas X semester genap. Materi pokok stoikiometri dikelas X merupakan salah satu

aspek penting dari materi kimia SMA karena materi stoikiometri mendasari materi-

materi yang lain seperti asam-basa, kesetimbangan kimia, larutan penyangga dan

lain sebagainya. Okanlawon (2010) mengungkapkan bahwa materi stoikiometri

penting untuk semua aspek dalam kimia karena belajar memecahkan masalah

dalam kimia membutuhkan penguasaan konsep stoikiometri yang baik terutama

menjelaksan persamaan teaksi dan perhitungan zat yang terlibat didalamnya.

SMA Negeri Kebakkramat merupakan salah satu sekolah yang mulai

menerapkanakurikulum 2013 pada tahun ajaran 2017/2018. Penerapan kurikulum

2013 di SMA Negeri Kebakkramat dilakukan secara bertahap, sehingga belum

semua tingkatan kelas menerapkan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 hanya di

terapkan bagi kelas X, namun untuk kelas XI dan XII masih menerapkan KTSP.

Tentunya hal ini menyebabkan pembelajaran yang di targetkan terpusat pada siswa

(student centered learning) harus mampu menggantikan pembelajaran yang

sebelumnya masih terpusat pada guru (teacher centered learning).

Materi stoikiometri merupakan salah satu materi pokok kimia yang masih

dianggap sulit dipahami terkait dalam penyelesaian soal-soalnya yang

membutuhkan pemahaman konsep serta keterampilan dalam mengoperasikan

angka-angkanya. Sependapat dengan hal tersebut Mandina (2017) juga

mengungkapkan bahwa kesulitan yang dihadapi siswa kimia SMA dalam

menyelesaikan masalah stoikiometri adalah memahami konsep stoikiometri dasar

seperti konsep mol, menyeimbangkan persamaan kimia maupun menentukan

reagen pembatas. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di

SMA Negeri Kebakkramat kelas X tahun 2016/2017, bahwa masihabanyak siswa

kelas X yang mengalami kesulitan dalam memahami materi stoikiometri. Hasil

Ujian Akhir Semester (UAS) kimia menunjukkan bahwa prestasi belajar peserta

didik kelas X masih perlu ditingkatkan. Nilai rata-rata masih berada di bawah

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 68 seperti yang ditunjukkan pada Tabel

1.1.

Tabel 1.1 Nilai Rata-rata kimia UAS ganjil kelas X SMA Kebakkramat

No. Kelas Nilai Rata-rata kimia

1 X M-IPA 1 65

2 X M-IPA 2 64,7

3 X M-IPA 3 60,2

4 X M-IPA 4 61,3

5 X M-IPA 5 67,7

Sumber : Observasi Lapangan (2017)

Salah satu hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pada

materi stoikiometri adalah kemampuan berpikir kritis. Boss (2010) menjelaskan

bahwa kemampuan berfikir kritis merupakan kumpulan keterampilan yang

digunakan setiap hari yang diperlukan untuk pengembangan intelektual dan

kepribadian serta melibatkan penerapan logika dan juga pengumpulan bukti

sehingga menghasilkan sebuah rencana dalam bertindak.

Faktor yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran suatu materi

antara lain adalah model pembelajaran yang diterapkan. Okanlawon (2010)

berpendapat bahwa kesulitan siswa pada materi stoikiometri terletak pada

kompleksitas perhitungan yang memerlukan pemahaman tentang konsep mol,

penyetaraan persamaan reaksi, keterampilan aljabar dan interpretasi dari suatu

masalah ke dalam langkah-langkah prosedural untuk mendapatkan jawaban yang

benar. Dari karakteristik materi stoikiometri, maka diperlukan suatu model

pembelajaran yang mengarahkan pada pemecahan suatu masalah. Problem solving

merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam materi

stoikiometri. Pernyataan ini didukung Pinto (2013) yang menyebutkan bahwa guru

memfasilitasi pembelajaran lebih efektif daripada memberi tahu siswa secara

langsung apa yang perlu dilakukan, sehingga pembelajaran yang melibatkan

masalah lebih sesuai dengan tujuan pembelajaran stoikiometri. Aldous (2005)

dalam jurnalnya juga menjelaskan bahwa problem solving dapat menumbuhkan

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4

kreativitas siswa dalam asal munculnya ide-ide baru dan pengembangannya, serta

melatih siswa dalam menciptakan solusi dariamasalah yang diberikan.

Untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran maka diperlukan suatu

media pembelajaran, salah satunya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) atau ada

yang menyebutnya dengan Lembar Kegiatan Siswa. Lembar Kegiatan Siswa

(student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisiatugas yang harus dikerjakan

oleh peserta didik. Lembar kegiatanisiswa paling tidak akan memuat: judul,

Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai, waktu pengerjaan, peralatan/bahan

yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas

yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan (Departemen Pendidikan

Nasional, 2008). LKS nantinya diharapkan mampu menunjang pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang ada.

Dari permasalahan yang telah dipaparkan tersebut, peneliti merencanakan

suatu penelitian dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini

menerapkan model pembelajaran problem solving dan menggunakan media

pembelajaran Lembar Kerja Siswa (LKS) untukimeningkatkan prestasi belajar dan

kemampuan berpikir kritis siswa pada materi stoikiometri kelas X M-IPA 3 SMA

Negeri Kebakkramat tahun pelajaran 2017/2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving disertai

Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi stoikiometri dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun

pelajaran 2017/2018?

2. Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving disertai

Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi stoikiometri dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat

tahun pelajaran 2017/2018?

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka penelitian

ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran dengan model

pembelajaran problem solving disertai Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi

stoikiometri kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun pelajaran

2017/2018.

2. Meningkatkanakemampuan berpikir kritis siswa melaluiapembelajaran dengan

model pembelajaran problem solving disertai Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk

materi stoikiometri kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun pelajaran

2017/2018.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan pada penelitin ini adalah :

1. Manfaat teoritis

Beberapa manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penerapanimodel

pembelajaran problem solving terhadap hasil belajar kimia.

b. Membantu guru menambah pengetahuan tentang penerapan strategi

pembelajaran.

c. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya

mengenai penerapan model pembelajaran problem solving dan penggunaan

media LKS.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa

1) Memberikan suasanaibelajar yang lebih bervariasi sehingga

pembelajaran tidak monoton.

2) Dapat membawa dampak pada peningkatan penguasaan konsep

stoikiometri dan peningkatan prestasi belajar siswa.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6

3) Memberikan pengalaman kepada siswa mengenai metode pembelajaran

problem solving sebagai perangsang kemampuan berpikir kritis serta

menyampaikan pendapat.

b. Manfaat bagi guru

1) Menambah wawasan kepada guru tentang penerapan pendekatan, model

atau metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

2) Memberi masukan dalam rangka pemilihan metode pembelajaran kimia

yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis

dan prestasi belajar.

c. Manfaat bagi sekolah

1) Memberikan usulan kebijakan yang dapat dterapkan guna peningkatan

prestasi belajar siswa.

2) Memberikan solusi terhadap masalah dalam pelaksanaan pembelajaran

kimia khususnya terkait dengan meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan prestasi belajar siswa.

d. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian bagi peneliti adalah dapat menambah wawasan dan

pengalaman langsung dalam penerapan model pembelajaran problem

solving di sekolah khususnya pada materi stoikiometri.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Belajar

Definisi-definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli pada

umumnya mengandung arti atau pengertian yang sama. Menurut Slameto

(2010) belajar ialah suatu proses usaha seseorang yang dilakukan untuk

memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan

tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan dalam aspek pengetahuan

(kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yangamenyangkut nilai dan

sikap (afektif).

Perbedaan pengertian mengenai belajar disesuaikan dengan persepsi

dan sudut pandang masing-masing. Hal yang utama dalam proses belajar adalah

adanya perubahan pada diri seseorang dimana perubahan ini ditunjukkan

dalamaberbagai bentuk seperti berubahan pemahaman, pengetahuan, sikap,

keterampilan, tingkah laku, kemampuannya, dan aspek lain-lain. Hal ini di

perkuat oleh pendapat dari Aunurrahman (2010) yang menjelaskan bahwa ciri

umum kegiatan belajar adalah 1) belajar menunjukan aktivitas pada diri

seseorang yang disadariaatau disengaja, 2) belajar merupakanainteraksi

individu dengan lingkunganya dan 3) hasil belajar ditandai dengan perubahan

tingkah laku.aMenurut Slameto (2010), terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi belajar, tetapi digolongkan menjadi dua golongan utama yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar. Faktor yang tergolong faktor internal antara lain faktor

jasmaniah, faktor psikologi, faktor kelelahan, dan lain-lain

7

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri

individu yang sedang belajar. Faktor yang tergolong ke dalam faktor

eksternal antara lain adalah faktor keluarga, faktor sekolah, faktor

masyarakat, dan faktor yang lain

2. Teori Belajar

Teori belajar dapat menunjukkan hubungan antara sifat dan sikap

dalam diri siswa saat proses pembelajaran. Tujuan dari teori belajar adalah

menjelaskan proses belajar sehingga teori belajar dapat digunakan sebagai

indikator keberhasilan siswa dalam belajar. Banyak teori belajar dari para ahli

yang telah disusun, namun tidak dapat dikatakan bahwa hanya satu teori yang

menjadi teori paling tepat. Setiap teori memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing, sehingga dalam pelaksanaannya perlu melihat beberapa teori

dan saling dihubungkan agar saling melengkapi. Beberapa teori belajar menurut

beberapa ahli antara lain:

1) Teori Belajar Bruner

Bruner tidak mengembangkan teoriabelajar yang sistematis. Hal

yang penting bagi Bruner ialah cara bagaimana seseorang memilih,

mempertahankan, dan mentransformasikan sebuah informasi secara aktif

dalam proses belajar. Bruner menganggap belajar penemuan sesuaiadengan

pencarian pengetahuan secara aktifaoleh manusia dan dengan sendirinya

memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari

pemecahan dalam suatu masalah serta pengetahuan yang menyertainya akan

menghasilkan pengetahuan yang bermakna (Dahar, 2011). Menurut Bruner,

selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. siswa diberi kesempatan

mencari dan menemukan sendiri pemecahanaamasalah yang sedang

dihadapinya. Di dalam proses pembelajaran Bruner lebih mementingkan

partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaa

kemampuan (Slameto, 2010). Keterkaitan teori belajar Bruner dengan

penelitian adalah siswa mencari sendiri pemecahan dari masalah yang

diberikan, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang lebih bermakna

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9

bagi siswa. Bahkan kemampuan memecahkan masalah dapat bermanfaat di

kehidupan sehari-hari.

2) Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan salah satu

proses genetik, yaitu proses yang didasarkan pada mekanisme biologis

perkembangan sistem syaraf. Semakinabertambah umur seseorang, maka

kemampuannya akan semakin meningkat. Dalam teori Piaget tidak melihat

perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikanasecara

kuantitatif karena kekuatan atau daya pikir seseorang berbeda menurut

usianya. Piaget menyebutkan bahwa perkembangan mental pada setiap anak

melalui tahap-tahap tertentu yang urut dan berlaku bagi semua anak

(Slameto, 2010). Menurut Piaget dalam Dahar (2011), proses belajar harus

disesuaikanidengan tahap perkembangan kognitif yangIdilalui siswa. Piaget

membagi menjadi empat tahap yaitu:

a) Tahap sensorimotor (0-2 tahun)

Pada tahap ini anak mengatur alamnya dengan indra (sensori) dan

tindakannya (motor).

b) Tahap praoperasional (2 sampai 7 tahun)

Tahap ini anak cenderung berpikir irreversible dan pemikirannnya

masih bersifat egosentris. Selain itu anak cenderung lebih menfokuskan

pada aspek statis tentang suatu peristiwa daripada transformasi dari satu

keadaan ke keadaan lain.

c) Tahap operasional konkret (7 sampai 11 tahun)

Tahap ini merupakan permulaan dari berpikir rasional. Anak memiliki

operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah

yang konkret.

d) Tahap operasional formal (lebih dari 11 tahun)

Tahap ini anak dapat menggunakanaoperasi-operasi konkretnya untuk

membentuk operasiayang lebih kompleks. Tahap operasional formal,

anak mempunyai kemampuan berpikir abstrak dan berpikir adolensensi.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

Anak dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam

menyelesaikan masalah.

3) Teori Belajar Ausubel

Teori belajar Ausubel mengungkapkan bahwa suatu bahan

pelajaran harus bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses

yang mengaitkan informasi-informasi baru dengan konsep-konsep relevan

yang terdapat dalam strukturikognitif seseorang. Kekuatan dari proses

pemecahan masalah dalam pembelajaran terletak pada kemampuan siswa

untuk mengambil peran dalam kelompoknya. Agar proses pembelajaran

dapat berjalan dengan baik diperlukan bimbingan langsung dari guru, baik

lisan maupun tindakan, sedangkan siswa diberiakebebasan untuk

membangun pengetahuannya sendiri. Menurut Ausubel, problem solving

adalah pembelajaran yang lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan

strategi yang efisien. Teori ini mengacu pada kegiatan pembelajaran yang

banyak melibatkan partisipasi dari peserta didik maka dalam pembelajaran

yang berlangsung peserta didik haruslah bersikap aktif. Pengetahuan tidak

hanya disalurkan secara verbal tetapi juga dikonstruksi dan direkonstruksi

peserta didik (Budiningsih, 2005). Pada proses pembelajaran terdapat

prinsip-prinsip yang perluadiperhatikan untuk menerapkan teori Ausubel.

Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1) Pengatur awal

Pengatur awal mengarahkan para peserta didik ke materi yang akan

dipelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembaliiinformasi

yang berhubungan yang dapat membantu menanamkan pengetahuan

baru.

2) Diferensiasi Progresif

Dalam berlangsungnya belajar bermakna, perlu terjadi pengembangan

dan elaborasiakonsep. Pengembangan konsep dapat berlangsung

dengan baik, jika unsur-unsur yang paling umum diperkenalkan terlebih

dulu, setelah itu baru hal-hal yang lebih khusus dan detail dari suatu

konsep.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

3) Belajar Superordinat

Belajar superordinate terjadi jika konsep-konsep yang telah dipelajari

sebelumnya dikenal sebagaiaunsur-unsur dari suatu konsep yang lebih

luas.

4) Penyesuaian Integratif

Penyesuaian integratif memperlihatkan bagaimana konsep konsep baru

dihubungkan pada konsep-konsep superordinat (Dahar 2011).

3. Pembelajaraan

Satu tugas guru adalah melaksanakan pembelajaran yang baik.

Dalam suatu pembelajaran seorang guru harus memiliki berbagai

pengetahuan baik pengetahuan secara umum maupun pengetahuan yang

berhubungan dengan kelangsungan proses pembelajaran. Pengertian

pembelajaran dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 adalah proses

interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik pada

suatu lingkungan belajar. Howard dalam Slameto (2003) berpandangan

bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mendapatkan, mengubah,

atau mengembangkan skill (kemampuan), attitude (tingkah laku),

appreciations (penghargaan), ideals (cita-cita), dan knowledge

(pengetahuan). Dalam pengertian ini guru harus berusaha untuk

menghasilkanaperubahan tingkah laku yang baik bagi peserta didik.

Sardiman (2010) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha

untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan

memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Menurut Rahyubi

(2012) pembelajaran merupakanabantuan yang diberikan seorang pendidik

agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaaan

kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap danakepercayaan pada

siswa.

Istilah pembelajaran memilikiamakna sebagai kegiatan yang

dimulai dari mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan dan

mengevaluasi kegiatan yang dapat menciptakan proses belajar bagi peserta

didik. Menurut Weil (1980) dalam Sanjaya (2008) terdapat tiga prinsip

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

penting dalam proses pembelajaran yaitu (1) proses pembelajaran

adalahamembentuk kreasi lingkungan yang dapat mengubah struktur

kognitif siswa, (2) berhubungan dengan tipe-tipeapengetahuan yang harus

dipelajari, dan (3) dalamapembelajaran perlu melibatkan peran lingkungan

sosial. Dalam pembelajaran guru mempunyai tugas yaitu harus mampu dan

ahli dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi dalam kegiatan

pembelajaran agar dalam proses pembelajaran dapat tercapai tujuannya.

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan

model pembelajaran menurut Suradji (2008) antara lain:

a. Disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

b. Disesuaikan dengan kemampuan siswa serta kepribadian siswa.

c. Disesuaikan dengan bahan pelajaran yang akan dipelajari.

d. Disesuaikan dengan fasilitas yang ada di sekolah.

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepasadari kemampuan

guru mengembangkan metode-metodeapembelajaran yang berorientasi

pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam

proses pembelajaran. Dari pengertian di atas, pembelajaran dapat diartikan

sebagai prosesakomunikasi dua arah antara guru dan siswa dalam rangka

memberikan pengetahuan, pengarahan, bimbingan dan doronganakepada

siswa agar terjadi proses belajar sehingga diperoleh suatu pemahaman dan

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

4. Model Pembelajaran Problem Solving

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sains

adalah dengan memberikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan

dengan materi. Hal ini bertujuan untuk merangsang kebiasaan untuk

berpikir dan melakukan kegiatan untuk memecahkan masalah. Model

pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

yang dilakukakan dengan melibatkan suatu masalah. Problem solving

melibatkan aktivitas berpikiratingkat tinggi yang aktif pada siswa

terutamaaberpikir kritis sehingga model pembelajaran ini dapat

dimanfaatkan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

Menurut Ahmadi, Amri dan Elisah (2011) model pembelajaran

problem solving merupakan penggunaan model dalam kegiatan

pembelajaran dengan jalan melatih siswa untuk menghadapi berbagai

masalah baik itu masalah pribadi atau peroranganamaupun masalah

kelompok untuk dipecahkan sendiriaaatau secara bersama-sama. Dalam

kegiatan pembelajaran, guru memberikan masalah atau persoalan sesuai

dengan topik yang diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan

persoalan tersebut. Dengan pemecahan masalah, siswa akan belajar untuk

mengorganisasikan kemampuan mereka dan di dalam kelompoknya

masing-masing, siswa berlatih untuk menjelaskan pemecahan masalah

dengan teman sekelompok mereka kemudian mempresentasikannya di

depan kelas. Tujuan penggunaan model problem solving adalah untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam mencari sebab akibat

dari suatu masalah, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan

analisis serta mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah

serta mengambil keputusan secara objektif dan rasional.

Beberapa keunggulan penggunaan model problem solving

menurut Ahmadi et al. (2011) yaitu:

a. Melatih siswaauntuk mendesain suatu penemuan.

b. Berpikir danabertindak kreatif.

c. Memecahkan masalahayang dihadapi secara realistis

d. Mengidentifikasi danamelakukan penyelidikan.

e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

f. Merangsang perkembangan akemajuan berpikir siswa untuk

menyelesaikan masalah yangadihadapi dengan tepat.

g. Dapat membuat pendidikanasekolah lebih relevan dengan kehidupan,

khususnyaadunia kerja.

Menurut Trianto (2007), penggunaan model problem solving

melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Adanya masalahayang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus

tumbuh dariasiswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah tersebut.

c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban

ini berdasarkan kepada data yang telah diperolehapada langkah kedua

di atas.

d. Menguji kebenaran jawabanasementara di atas. Dalam langkah ini siswa

harus berusaha memecahkan masalah hingga benar-benar yakin pada

jawaban tersebut. Apakah sesuai dengan jawabanasementara atau tidak

sesuai sama sekali.

e. Menarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini, langkah-langkah pembelajaran dalam model

pembelajaran problem solving yang dilakukan disesuai dengan kondisi

kelas dan sekolah. Pada model pembelajaran problem solving, tahap

merumuskan masalah tidak termasuk dalam langkah-langkah pembelajaran.

Hal ini dikarenakan permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran

berasal dari guru. Langkah-langkah pembelajaran dalam model

pembelajaran problem solving yang akan digunakan sebagai berikut:

a. Menganalisis masalah

Guru memberikan permasalahan dalam bentuk soal kepada siswa,

kemudian siswa menganalisis soal tersebut.

b. Merumuskan hipotesis

Dalam langkah ini siswa memperkirakan jawaban sementara dari

persoalan/permasalahan tersebut.

c. Mengumpulkan data

Pada langkah ini, siswa mengumpulkan data dari berbagai sumber

belajar dan juga dari hasil berdiskusi dengan siswa yang lain.

d. Menguji hipotesis

Dalam langkah ini siswa mempresentasikanahasil diskusi dalam

kelompok besar agar kelompok lain memberikanatanggapan.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

e. Menarik kesimpulan

Pada langkah ini, siswa dibantu oleh guru menarik kesimpulan dari hasil

pembahasan masalah.

5. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Penggunaan media pembelajaran yang tepat merupakan salah satu

cara untuk mengoptimalkan tercapainya hasil belajar. Pengertian media

pembelajaran menurut Hamdani (2011) adalah alat atau perantara yang

digunakan oleh guru dalam menyampaikanamateri pembelajaran kepada

siswa agar mudah dipahami dan ditangkapamaknanya oleh siswa sehingga

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Fungsi media

pengajaran yaitu:

a. Berfungsi sebagai sarana bantuanauntuk mewujudkan situasi

kependidikan yang lebih efektif.

b. Merupakan bagianaintegral dari seluruh proses kependidikan.

c. Media pendidikan harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan agar

dapat membantu pencapaiannya.

d. Berfungsi mempercepat proses tercapaiannya tujuan pendidikan.

e. Berfungsi meningkatkan kualitas proses kependidikan.

f. Media pemdidikan meletakkanadasar-dasar yang kongkrit untuk

berpikir sehinga dapat mengurangi terjadinyaapenyakit verbalisme.

Salah satu media pembelajaran yang dapataadigunakan guru untuk

meningkatkan keterlibatanasiswa dalam proses pembelajaran adalah

Lembar Kerja Siswa (LKS) atau ada yang menyebutnya dengan Lembar

Kegiatan Siswa. Pengertian Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet)

menurut Widyantini (2013) adalah lembaran-lembaranaberisi tugas yang

harus dikerjakan oleh siswa. Lembarakerja ini berisi petunjuk dan langkah-

langkah untuk menyelesaikan suatuatugas yang diberikan oleh guru kepada

siswanya. Lembar kegiatan siswa akan memuat paling tidak; judul,

Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai, waktu penyelesaian,

peralatan/bahanayang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi

singkat, langkah kerja, tugasayang harus dilakukan, dan laporan yangaharus

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

dikerjakan (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Tugas-tugas yang

diberikan kepada siswa dapat berupa tugas teori dan atau tugas praktik.

Sebagai media pembelajaran LKS haruslah memiliki bagian

penting. Menurut Prastowo (2014), LKS memiliki enam unsurautama yang

meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasaraatau materi pokok,

informasi pendukung, tugas ataualangkah kerja dan penilaian. Ada beberapa

jenis LKS diantaranya adalah:

a. LKSayang membantu peserta didik menemukan suatu konsep.

b. LKSayang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan

berbagai konsepayang telah ditemukan.

c. LKS yangaberfungsi sebagai penuntun pelajaran.

d. LKS yang berfungsiasebagai penguatan.

e. LKS yang berfungsiasebagai petujuk praktikum.

6. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan kemampuanapeserta didik untuk

berpikir secaraanetral, memiliki alasan logis, dan keinginan kuat

akanakejelasan dan ketepatan suatu informasi. Pemikiran kritis tidak hanya

menuntut siswa mengumpulkan bukti dan data, tetapi juga bagaimana

mereka mempelajari bagaimana data tersebut dipilih, dibentuk, diatur, dan

diintegrasikan ke dalam rancangan suatu materi (Paul, 1992).

Menurut Kennedi dalam Pithers & Soden (2000) menjelaskan

bahwa pemikiran kritis melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi

masalah asumsi yang terkait; mengklarifikasi dan memfokuskan masalah,

dan menganalisa, memahami untuk mendapatkan kesimpulan melalui

pemikiran secara induktif dan deduktif dengan berdasarkan sumber data

atau informasi yang tersedia. Selain itu dalam buku yang di tulis Alec Fisher

(2010) ada beberapa pendapat mengenai pengertianaaberpikir kritis dari

beberapa ahli diantaranya yaitu:

a. John Dewey mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses yang aktif,

terus menerus, dan teliti mememikirkan berbagai hal secara

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

lebihamendalam, mengajukan pertanyaan dan menemukan informasi

bagi diri sendiri.

b. Edward Glaser menjelaskan bahwa berkritis adalah suatu sikapamau

berpikir mengenai masalah-masalah ,mencari dan menerapkan metode

untuk mengatasinya setra mendapatka kesimpulan berdasarkan bukti

yang ada.

c. Robert Ennis berpendapat bahwa berpikir kritis adalah pemikiranayang

masuk akal danareflektif yang berfokus utuk memutuskan apa yang

mesti dipercaya atau dilakukan.

d. Menurut RichardaPaul, berpikir kritis merupakan mode berpikir

mengenai hal, subtansi, atau masalah dimana seseorang berusaha

meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara

terampilastruktur-struktur yang melekat dalam pemikiran

danamenerapkan standar-standar intelektual padanya.

Boss (2012) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis

merupakan gabungan dari beberapa kemampuan yang mendukung satu

sama lain. Karakteristik kemampuan berpikir kritis adalah:

a. Memiliki kemampuan menganalisis.

b. Memiliki kemampuan komunikasi yang efektif.

c. Memiliki kemampuan mencari dan menemukan.

d. Memiliki toleransi dan fleksibilitas terhadap sesuatu yang belum pasti.

e. Berfikir secara terbuka.

f. Mampu menyelesaikan masalah (problem solving).

g. Penuh perhatian, sadar dan berani.

Harsanto (2005) menjelaskan latihan yang dapat mengembangkan

kemampuan berpikir kritis adalah:

a. Membedakan antara fakta, nonafakta dan pendapat.

b. Membedakan antara kesimpulanadefinitif dan sementara.

c. Menguji tingkataketerpercayaan.

d. Membedakan informasi yangarelevan dan tidak relevan.

e. Berpikir kritis atas apa yang kita baca.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

f. Membuatakeputusan.

g. Mengidentifikasi sebabadan akibat.

h. Mempertimbangkanawawasan lain.

i. Menguji pertanyaan yang kita miliki.

Untuk menentukan tingkatan berfikir kritis seseorang, terdapat

indikator untuk mengukurnya. Menurut Ennis dalam Fristadi dan Bharata

(2015) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang dapat dilihat

pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Indikator Kemampuan Berfikir Kritis

No. Kelompok Indikator

1 Memberikan penjelasan

sederhana (praktis)

1. Memfokuskan pertanyaan

2. Menganalisisaargument

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan

2 Membangun

keterampilan dasar

4. Mempertimbangkan apakah sumber

dapat dipercaya atau tidak

5. Mengobservasi dan mempertimbangkan

laporan observasi

3 Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan

hasil deduksi

7. Menginduksi dan mempertimbangkan

hasil induksi

8. Membuat dan menentukan hasil

pertimbangan

4 Keyakinan 9. Mendefinisikan istilahadan

mempertimbangkan suatu definisi

10. Mengidentifikasi asumsi-asumsi

5 Tindakan 11. Menentukan suatuatindakan

12. Berinteraksiadengan orang lain

Beyer dalam Slavin (2009) mengidentifikasikan ada sepuluh

indikator dalam penilaian kemampuan berpikir krtitis, meliputi:

a. Membedakan antara faktaavariabel dan pernyataan nilai.

b. Membedakan informasi, pernyataanaatau alasan yang relevan dari yang

tidak relevan.

c. Menentukannketepatan fakta pernyataan.

d. Menentukan kredibilitasasumber.

e. Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

f. Mendeteksiaprasangka.

g. Mengidentifikasi kekeliruanalogika.

h. Mengenali ketidakkonsistenanalogika garis pemikiran.

i. Menentukan kekuatan argumenaatau pernyataan.

7. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi belajar

Pengertian prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha

yang telah dicapai peserta didik dalam belajar. Prestasi belajar

merupakan suatu indikator secara kualitas dan kuantitasapengetahuan

yang dikuasai siswa selama proses pembelajaran tertentu. Mendikbud

dalam Permendikbud No 104 Tahun 2014 menjelaskan bahwa

berdasarkan penilaian hasil belajar oleh pendidik, pendidik dan peserta

didik dapat memperoleh informasi tentang kelemahan dan kekuatan

pembelajaran sehingga pendidik dan peserta didik memiliki arah yang

jelas mengenai apa yang harus diperbaiki dan dapat melakukan refleksi

mengenai apa yang dilakukannya dalam pembelajaran dan belajar.

Dalam Permendikbud No 104 Tahun 2014 juga menjelaskan bahwa

penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan

informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam

kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan,

dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan

sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.

b. Fungsi Penilaian Prestasi Belajar

Adapun fungsi utama dari penilaian prestasi belajar adalah

sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui tingkatapenguasaan peserta didik terhadaap

materi yang diberikan;

2) Untuk mengetahuiakecakapan, motivasi, bakat, minat, dan

sikapapeserta didik terhadap pogram pembelajaran

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

3) Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaianahasil belajar

peserta didik dengan standarakompetensi dan kompetensi dasar

yang telah ditetapkan.

4) Untuk mendiagnosisakeunggulan dan kelemahan pesertaadidik

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

5) Untuk seleksi, yaituamemilih dan menentukan peserta didikayang

sesuain dengan jenis pendidikanatertentu;

6) Untuk menentukanakenaikan kelas;

7) Untuk menempatkan pesertaaadidik sesuai dengan potensi yang

dimilikinya (Arifin, 2009)

c. Jenis Prestasi Belajar

Prestasi belajar dalam bidang pendidikan adalah hasil dari

pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif (pengetahuan),

afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) setelah mengikuti

proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes

atau instrumen yangarelevan (Hamdani, 2011). Menurut Bloom hasil

belajar merupakan perubahan perilaku yang mencakup tiga ranah yaitu

ranah kognitif, ranah afektifadan psikomotor (Aunurrahman, 2010).

Dalam Permendikbud No. 104 tahun 2014 juga disebutkan bahwa

lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidikamencakup kompetensi

sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan

kompetensi keterampilan. Penilaianaahasil belajar oleh pendidik

dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, danaperbaikan

hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

8. Stoikiometri

Dalam bahasa Yunani, kata stoicheion berarti unsur. Istilah

Stoikiometri dalam bahasa Latin (stoicheion berarti unsuraatau bagian

sedangkan metron berarti ukuran) secara bahasa stoichiometry berarti

mengukur unsur, tetapi dari sudut pandang praktis, stoikiometri meliputi

semua hubungan kuantitatif (perhitungan) yang terlibat dalam suatu reaksi

kimia atau rumus kimia. Hal yang diukur antara lain adalah pengukuran

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

massa, jumlah, atom, volume, tekanan, jumlah atom, ion, molekul, atau

satuan kimia lainnya yang dihubungkan dengan suatu reaksi kimia.

Stoikiometri mempelajari aspek kuantitatifareaksi kimia atau rumus kimia

yang diperoleh melaluiaipengukuran massa, volume, jumlah dan

sebagainya, yangaterkait dengan jumlah atom, ion, molekul, atau rumus

kimia, serta keterkaitannyaadalam suatu reaksi kimia.

Stoikiometri merupakan materiadalam mata pelajaran kimia yang

dipelajari di kelas X semesteragenap dalam lingkup Kurikulum 2013.

Konsep-konsep yang dipelajari dalam materi stoikiometri di penelitian ini

meliputi massa atom, massaaatom rata-rata, massa atom relatif, massa

molekul relatif, massa molar unsur, volume molar gas, bilangan Avogadro,

hipotesis Avogadro, hukum gas ideal, interkonversi mol, persen berat,

bagian per sejuta (ppm), sistem bagian per miliar (ppb), molaritas, fraksi

mol, persen komposisi senyawa, dan pereaksi pembatas

9. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu pada pembahasan menjadi salah satu acuan

penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya

teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari

penelitian yang telah ada, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul

yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat

beberapa penelitian sebagai referensi dalam menambah bahan kajian pada

penelitian penulis. Beberapa penelitian terdahulu yang berupa jurnal terkait

dengan penelitian yang dilakukan penulis disajikan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Penelitian terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Gabriel Pinto

(2013)

Stoichiometry in

Context: Inquiry-

Guided Problems of

Chemistry for

Encouraging Critical

Thinking in

Engineering Students

Pembelajaran stoikiometri

dengan pelatihan pemikiran

kritis dan kreatif, dengan

pemecahan masalah telah

menunjukkan minat yang

besar bagi siswa membantu

mereka memahami topik

kimia dengan lebih baik.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Perbedaan: Pada penelitian yang dilakukan oleh Gabriel Pinto dilakukan

dengan menyajikan suatu masalah konkret dalam kehidupan yang

berkaitan dengan stoikiometri, namun tidak di jelaksan metode atau mode

pembelajaran yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan peneliti

secara spesifik menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah problem

solving denga media LKS.

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Restu Fristadi dan

Haninda Bharata

(2015)

Meningkatkan

Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa Dengan

Problem Based

Learning

Kemampuan berpikir kritis

dapat ditingkatkan melalui

penerapan model

pembelajaran problem

based learning. Model

problem based learning

berfokus pada masalah yang

dipilih sehingga siswa tidak

hanya mempelajari konsep-

konsep yang berhubungan

dengan masalah tetapi juga

metode ilmiah untuk

memecahkan masalah

tersebut.

Perbedaan: Pada penelitian yang dilakukan oleh Restu Fristadi dan

Haninda Bharata bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis

dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL). Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan model

pembelajaran problem solving.

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Dyah Ernawati,

Ashadi dan Budi

Utami (2015)

Upaya Peningkatan

Prestasi Belajar dan

Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa Kelas X

MIA 7 dengan

Menggunakan Metode

Pembelajaran Problem

Solving pada Materi

Stoikiometri di SMA

Negeri 1 Sukoharjo

Tahun Pelajaran

2014/2015

Penerapan metode

pembelajaran problem

solving dapat meningkatkan

prestasi belajar dan

kemampuan berpikir kritis

siswa kelas X MIA 7

SMAN 1 Sukoharjo pada

materi stoikiometri.

Perbedaan: Pada penelitian yang dilakukan oleh Dyah Ernawati, Ashadi

dan Budi Utami bertujuan meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan

berpikir kritis dengan menggunakan metode pembelajaran problem

solving. Sama dengan penelitian yang dilakukan peneliti , hanya saja pada

penelitian ini menggunakan media pembelajaran LKS (Lembar Kerja

Siswa) untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Yuvencia Carolin,

Sulistyo Saputro

dan Agung

Nugroho Catur

Saputro (2015)

Penerapan Metode

Pembelajaran Problem

Solving Dilengkapi

LKS untuk

Meningkatkan

Aktivitas dan Prestasi

Belajar pada Materi

Hukum Dasar kimia

siswa kelas X MIA 1

SMA Bhineka Karya 2

Boyolali Tahun

Pelajaran 2014 / 2015

penggunaan metode

problem solving dilengkapi

LKS dapat meningkatkan

aktivitas dan prestasi belajar

yang meliputi kompetensi

pengetahuan, sikap, dan

keterampilan siswa kelas X

MIA 1 SMA Bhinneka

Karya 2 Boyolali tahun

pelajaran 2014/2015.

Perbedaan: Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuvencia Carolin,

Sulistyo Saputro dan Agung Nugroho Catur Saputro dilakukan pada

materi hukum dasar kimia sedangkan pada penelitian yang dilakukan

peneliti juga menggunakan model pembelajaran problem solving dan

media LKS hanya saja dilakukan pada materi stoikiometri.

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Lisa Gueldenzoph

Snyder dan Mark

J. Snyder (2008)

Critical Thinking and

Problem Solving Skills

Lingkungan belajar yang

secara aktif melibatkan

siswa dalam penyelidikan

informasi dan penerapan

pengetahuan akan

meningkatkan keterampilan

berpikir kritis siswa. Siswa

yang memiliki kemampuan

berpikir kritis tinggi dapat

memecahkan masalah.

Perbedaan: Pada penelitian yang dilakukan oleh Lisa Gueldenzoph

Snyder dan Mark J. Snyder ini menjadi referensi bagi peneliti bahwa

terdapat keterkaitan antara kemampuan berpikir kritis dengan pemecahan

suatu masalah (problem solving).

B. Kerangka Berfikir

Kimia merupakan salah bidang yang dijadikan mata pelajaran bagi siswa

kelas X IPA pada jenjang Sekolah Menengah Atas pada kurikulum 2013. Dalam

Permendikbud No 69 Tahun 2013, Kurikulum 2013 bertujuan untuk

mempersiapkan manusia Indonesia agar memilikiakemampuan hidup sebagai

pribadi danawarga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, danaaafektif

serta mampu berkontribusi padaakehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,

dan peradaban dunia. Pelaksanaan pembelajaran kimia yang biasanya terjadi di

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

kelas X M-IPA 3 dilakukan oleh guru masih belum dapat menerapkan kurikulum

2013 secara maksimal, sehingga pembelajaran hanyaaberpusat pada guru dan siswa

menjadi kurang aktif. Selain itu, pemakaian media yang kurang variatif

menyebabkan siswa menjadi bosan. Hal inilah yang mungkin menyebabkan anak

kurang mampu mengasah kemampuan berfikir kritis dalam mengerjakan soal di

materi stoikiometri dan menyebabkan prestasi belajarnya kurang baik.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti bermaksud menerapkan

model problem solving yang nantinya pembelajaran diarahkan berpusat pada siswa.

Dalam pembelajaran yang dilaksanakan nantinya akan digunakan juga media

Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk memberikan pekerjaan bagi siswa untuk

memecahkan masalah dalam stoikiometri. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu

mengasah kemampuan berfikir kritis dalam mengerjakan soal atau permasalahan

yang ada dalam LKS. Dalam pelaksanaan pembelajaran nantinya siswa tidak hanya

mengerjakan soal sendiri saja tetapi ada beberapa waktu dimana siswa dapat

mengerjakan soal secara kelompok yang akan membantu keaktifan siswa dalam

berinteraksi.

Gambar 2.1 Skema KerangkaaBerpikir

SIKLUS II

Menerapkan model

problem solving

berbantuan LKS

dengan diskusi

kelompok kecil

KONDISI

AWAL

KONDISI

AKHIR

TINDAKAN

Model Problem solving

berbantuan LKS belum

digunakan Guru pada materi

stoikiometri

Diduga model problem

solving berbantuan LKS

dapat meningkatkan

kemampuansberpikir kritis

dan prestasi belajar pada

materiastoikiometri

Guru melakukan penerapan

model problem solving

berbantuan LKS pada

materi stoikiometri

rendahnya kemampuan

berfikir kritis siswa

prestasi belajar siswa

masih rendah

SIKLUS I

Menerapkan model

problem solving

berbantuan LKS

dengan diskusi

kelompok besar

KD

belum

tercapai KD

sudah

tercapai

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diduga penerapan model problem

solving dengan bantuan LKS dapat meningkatkanakemampuan berfikir kritis. Jika

kemampuan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan maka diharapkan prestasi

belajar siswa dalam materi stoikiometri dapat meningkat. Skemaakerangka berpikir

dapat dilihat pada Gambar 2.1.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, dapat

dikemukakan hipotesis tindakanasebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran problem solving disertai Lembar Kerja Siswa

(LKS) dapatameningkatkan prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri.

2. Penggunaan model pembelajaran problem solving disertai Lembar Kerja Siswa

(LKS) dapat meningkatkanakemampuan berpikir kritis siswaapada materi

stoikiometri.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukanaidi SMA Negeri Kebakkramat dengan alamat

Jalan Kebakkramat-Tasikmadu, Desa Nangsri, Kecamatan Kebakkramat,

Kabupaten Karanganyar, kode pos 57762 di kelas X M-IPA 3 semester genap

tahun pelajaran 2017/2018.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakanapada semester genap tahun pelajaran

2017/2018 yang berlangsung pada bulan Januari - Juli 2018. Penjelasan jadwal

pelaksanaan dan alokasi waktu penelitian, dapatadilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Penelitian Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Persiapan Penelitian

a. Observasiaawal

b. Menyusunaproposal

penelitian

c. Menyiapkan instrumen

penelitian

2. PelaksanaanaTindakan

a. Siklus I

b. Siklus II

3. Analisis Dataadan Pelaporan

a. Analisis data

(hasil tindakan 2 siklus)

b. Menyusunalaporan/skripsi

c. Ujian dan revisi

d. Penggandaanalaporan

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research

7

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

(CAR)ayang dilaksanakan oleh peneliti bersama guru mata pelajaran kimia yang

berada di kelas X M-IPA 3. Penelitan tindakan kelas dilakukan karena munculnya

permasalahan dalam proses pembelajaran yang memerlukan penanggulangan agar

masalah tersebut terpecahkan. Masalah yang akan dipecahkan melalui Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) harus selaluaberangkat dari persoalan pembelajaranasehari-

hari yang dihadapi oleh pendidik. Permasalahan yang terjadi dikelas meliputi

model, pendekatan, metode, dan media pembelajaran yang menyebabkan

siswaikurang memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Dengan adanya PTK diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran,

salah satunya dengan menggunakan model problem solving Penelitian ini

menggunakansaapendekatan kualitatif dengan sumber data berasal

dariapermasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas.

Data yang diperoleh berupa data kualitatif berupa angka, kalimat, atau deskripsi

berdasarkan penjelasan guru, observasi, hasil evaluasi, maupun angket yang disebar

pada saat awal hingga akhir penelitian. Data angka yang diperoleh dari angket

penelitian dilaporkan dengan mendeskripsikannya melalui tulisan sehingga

diperoleh gambaran pembelajaran secara akurat, runtut, terpercaya berdasarkan

fakta yang diperoleh dari penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas maka PTK pada penulisan hasilnya akan

menjelaskan proses dari hasil perbaikan yang dilakukan oleh peneliti yang bekerja

sama dengan guru dengan cara menginovasi pembelajaran salahasatunya dengan

menggunakan modelapembelajaran lain seperti problem solving yang disajikan

secara runtut dengan mendeskripsikan setiap kejadian dan hasil yang diperoleh dari

perlakuan atau tindakan di dalam kelas yang diteliti. Perlakuan tindakan dimulai

dari uji pra-siklus, siklus I, dan siklus II sehingga diperoleh peningkatan

kemampuan berpikirikritis dan prestasi belajarasiswa dalam materi stoikiometri

pada kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat.

C. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri

Kebakkramatatahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 36 siswa. Pemilihan

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

subjek pada penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa siswa kelas X M-IPA

3 memiliki masalah dalam pembelajaran kimia dalam hal kemammpuan berpikir

kritis dan prestasi belajar yang rendah. Masalah dalam kelas tersebut teridentifikasi

melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru kimia.

D. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian iniameliputi data informasi

tentang keadaan siswaadilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif.

Aspekakualitatif berupa data hasil observasi, wawancara, kajianadokumen atau

arsip dengan berpedoman pada lembar pengamatan dan pemberian angket yang

menggambarkan prosesapembelajaran kimia di dalam kelas. Aspek kuantitatif

diperoleh dari hasil penilaian belajaramateri pokok stoikiometri berupa nilai

(skor) yang diperoleh siswa dari penilaian kemampuan pengetahuan melalui tes

awal, tes pada siklus I, tes pada siklus II, serta penilaian aspek sikap dan

keterampilan siswa baik siklus I maupun siklus II.

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalahainforman yaitu guru dan

siswa. Selain itu juga berasal dari hasil wawancara, catatan observasi penelitian

tentang kegiatan pembelajaran serta dokumen atau arsip dan hasil tes.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan dataaadalah dengan tes dan

non tes.

1. Tes

Pemberian tes dilakukan untuk mengukurahasil yang diperoleh siswa

setelah kegiatanapemberian tindakan dalam pembelajaran. Tes meliputi dua

pengukuran yaitu tes aspek pengetahuan dan tes kemampuan berpikirakritis.

Dalam tes kemampuan berpikir kritis dilakukan tes kemampuan awal

padaaawal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasiakekurangan atau

kelemahan siswa dalam materi pokok stoikiometri dan setiap akhir siklus

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

untukimengetahui hasil dari tindakan yang dilakukan. Dengan perkataan lain

tes disusunaidan dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan pengetahuan

siswa sesuai denganasiklus yang ada. Sedangkan tes kemampuan berpikir kritis

dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kitis siswa di kelas

X M-IPA 3 setelah dilakukan tindakan dalam proses pembelajaran kimia

dengan model problem solving.

2. Non Tes

a. Pengamatan (observasi)

Pengamatan yang penelitialakukan adalah pengamatan yang

berperan sertaasecara pasif atau pengamatan langsung. Pengamatan ini

dilakukan terhadap guruaketika melaksanakan kegiatan belajar-

mengajaraidi kelas. Pengamatan dilakukan oleh peneliti di tempat duduk

paling belakang. Dalam posisi itu peneliti dapat lebih leluasa

melaksanakanapengamatan terhadap aktifitas belajar-mengajar siswa.

Pengamatan juga dilakukan sebelum dan selama tindakan kelas

dilaksanakan.

Pengamatan terhadap kinerjaaguru juga diarahkan pada kegiatan

guru dalam menggunakanametode pembelajaran dalam hal ini adalahacara

guru menjelaskan materi, kegiatan guru dalam mengajukan pertanyaan dan

menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan

umpan balik, dan melakukanapenilaian terhadap hasil belajar siswa.

Sementara itu pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat

partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran seperti terlihat pada

keaktifanasiswa dalam pembelajaran kimia dan keaktifan siswa dalam

mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran. Observasi selama

berlangsungnya tindakan kelas dilakukan oleh peneliti dan observer dengan

menilai aspek sikap atau afektif dari siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi terkait

pembelajaran kimia di kelas X M-IPA 3, sehingga diperoleh identifikasi

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

masalah yang berkaitan dengan pembelajaran kimia. Wawancara dilakukan

setelah diperoleh hasil pengamatan di kelasaamaupun kajian dokumen.

Wawancara atau diskusi dilakukan oleh peneliti setelahapengamatan

pertama terhadap kegiatan belajar-mengajar (KBM) agar diperoleh

informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran kimia.

Berdasarkan wawancara, pengamatan dan kajian dokumen yang telah

dilakukan berkenaan dengan masalah pembelajaran kimia, serta faktor-

faktorapenyebabnya sehingga bisa dilakukan penelitian tindakan untuk

mengatasi permasalahan tersebut.

c. Kajian dokumen

Kajian juga dilakukaniterhadap berbagai dokumen atauiarsip yang

ada seperti kurikulum, rencanaapembelajaran yang dibuat guru, bukuaatau

materi pelajaran, daftar nilai ulanganaharian siswa, daftar nilai ulangan

akhir semester siswa. Daftar nilai ulangan harian digunakan sebagai dasar

pemilihan materi yang akan diberi perlakuan pada semester genap.

Sedangkan daftar nilai ulangan akhir semester digunakan untuk memilih

kelas yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran sehingga diberi

perlakuan dan perlu dilakukan penelitian.

d. Angket

Angket diberikan padaasiswa untuk mengetahui berbagaiahal

yang berkaitan dengan proses belajar-mengajarapada pokok bahasan

stoikiometri. Angket diberikan pada akhiraapenelitian tindakan. Dengan

menganalisis informasiaiyang diperoleh dari angket tersebut dapat

diketahuiapeningkatan proses kegiatan pembelajaran baik di kelas sehingga

dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kemampuan berpikirakritis dan

prestasi belajarasiswa berupa aspek sikap (afektif) dalam proses

pembelajaran kimia materi pokok stoikiometri.

F. Teknik Uji Validitas Data

Validitas digunakanaiuntuk mengukur sejauh mana instrumen yang

digunakan relevan, valid, dan dapat dipercaya atau tidak. Dalam penelitian PTK

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

digunakan validitas isi terutama dalam pengu kuran prestasi belajar agar

instrumen yang digunakan dapat dipercaya. Validasi ini dilakukan oleh ahli atau

validator yaitu dosen pembimbing. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat dua

instrumen yang digunakan yaitu instrumen pembelajaranidan instrumen

penilaian.

a. Instrumen pembelajaran

1. Silabus

Silabus yang digunakan dalamapenelitian ini telah dibuat oleh

guru mata pelajaran kimia kelas X SMA Negeri Kebakkramat yakni Ibu

Ida Lastari, S.T. Silabus Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan dalam

penelitian ini disusun oleh penelitiadan disetujui oleh guru mata pelajaran

kimia kelas X M-IPA 3 dan telah divalidasi oleh panelis I dan II, RPP

yang dibuat berisi tentang pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran problem solving disertai media Lembar Kerja Siswa (LKS)

pada materi stoikiometri. Sesuai dengan Rumus Gregory kriteria untuk

validasi adalah CV>0,7 agar analisis dapat dilanjutkan, menggunakan

formula:

Content Validity (CV) = 𝐷

𝐴+𝐵+𝐶+𝐷

Keterangan:

A = jumlah item yangakurang relevan menurut kedua panelis.

B = jumlah itemayang kurang relevan menurut panelis I dan

relevanamenurut panelis II.

C = jumlah item yangarelevan menurut panelis I dan kurang

relevanamenurut panelis II.

D = jumlah itemayang relevan menurut keduaapanelis. (Gregory, 2007)

Tabel 3.2 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen RPP

Instrumen Jumlah indikator CV Kriteria

RPP 19 0,94 Dapat dilanjutkan

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

Hasil Validasi Instrumen RPP dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Instrumen memperoleh CV sebesar 0,94 sehingga Intrumen RPP dapat

digunakan karena melebihi kriteria yang ditetapkan yaitu 0,7. Insrumen

RPP selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

3. Media Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media digunakan sebagai pendukung dalam pembelajaran di kelas

untuk mempermudah siswa dalam menguasai materi stoikiometri yang

divalidasi oleh dua ahli. Sesuai dengan rumus Gregory kriteria untuk

validasi adalah CV>0,7 agar analisis dapat dilanjutkan, menggunakan

formula:

Content Validity (CV) = 𝐷

𝐴+𝐵+𝐶+𝐷

Keterangan:

A = jumlah item yangakurang relevan menurut kedua panelis.

B = jumlah itemayang kurang relevan menurut panelis I dan relevan

menurut panelis II.

C = jumlah item yangarelevan menurut panelis I dan kurang relevan

menurut panelis II.

D = jumlah itemayang relevan menurut keduaepanelis. (Gregory, 2007)

Tabel 3.3 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen LKS

Instrumen Jumlah indikator CV Kriteria

RPP 19 0,89 Dapat dilanjutkan

Hasil Validasi Instrumen LKS dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Instrumen memperoleh CV sebesar 0,89 sehingga Intrumen LKS dapat

digunakan karena melebihi kriteria yang ditetapkan yaitu 0,7. Instrumen

LKS selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

b. Instrumen Penilaian

Di dalam instrumen penilaian terdapat empat penilaian yang meliputi

instrumen penilaian pengetahuan, instrumen penilaian sikap, instrumen

penilaian keterampilan dan instrumen penilaian kemampuan berpikir kritis.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

1) Instrumen Penilaian Pengetahuan

Instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek pengetahuan

(kognitif) adalah tesaobyektif atau pilihan ganda denganalima pilihan

jawaban. Variasi soal yang digunakan adalah sesuai dengan tingkatan

Bloom yaitu C1 sampai C5 yang meliputi kemampuan mengingat,

memahami, mengaplikasikan, menganalisis/sintesis, dan mengevaluasi

permasalahan dalam soal. Instrumen pengetahuan diawali dengan

pembuatan kisi-kisi dan uji coba soal agar instrumen relevan. Instrumen

yang digunakan untuk pengumpulan data meliputi ketepatan tujuan

penggunaan instrumen (validitas) dan keterpercayaan hasil ukuran

instrumen (reliabilitas). Dalam analisis instrumen pengetahuan, terdapat

syarat penilaian istrumen dikatakan baik atau tidak sebagai berikut.

a) Validitas Isi

Valid dapat diartikan bahwa sebuah instrumen dapat

digunakan untukimengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas

untuk instrumen kognitif atau pengetahuan adalah uji validitas isi

yangadilakukan oleh dua orang panelis. Dalam penelitian ini, validasi

dilakukan oleh dosen pembeimbing. Hasil telaah dari dua panelis

selanjutnya dihitung menggunakan rumus Content Validity (CV)

menurut Gregory (2007) dengan kriteria CV>0,7 agar analisis dapat

dilanjutkan, menggunakan formula:

ContentaValidity (CV) = 𝐷

𝐴+𝐵+𝐶+𝐷

Keterangan:

A = jumlah item yangakurang relevan menurut kedua panelis.

B = jumlah itemayang kurang relevan menurut panelis I dan relevan

menurut panelis II.

C = jumlah item yangarelevan menurut panelis I dan kurang relevan

menurut panelis II.

D = jumlah itemayang relevan menurut keduaapanelis. (Gregory, 2007)

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen penilaian pengetahuan

Instrumen Jumlah indikator CV Kriteria

Penilaian

Pengetahuan 25 0,88 Dapat dilanjutkan

Hasil Validasi Instrumen penilaian pengetahuan dapat dilihat pada

Tabel 3.4. Instrumen memperoleh CV sebesar 0,88 sehingga Intrumen

penilaian pengetahuan dapat digunakan karena melebihi kriteria yang

ditetapkan yaitu 0,7. Instrumen penilaian pengetahuan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran.

b) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakanauntuk mengetahui tingkat

kepercayaan dan keterandalan instrumen soal untuk digunakan sebagai

alatapengumpul data. Instrumen dapat digunakan sebagai

alatapengumpul data apabila instrumen tersebutasudah baik atau layak.

Untuk mengetahuiareliabilitas instrumen penilaian pengetahuan yang

digunakan, maka soal diujicobakan pada siswa yang telah menerima

materi stoikiometri. Pada penelitian ini uji coba intrumen pengetahuan

dilakukan di kelas X M-IPA 1.

Tingkat kepercayaan (reliabilitas) dapat dilihat dari nilai alpha

(α) yang terdapat dalam aplikasi program komputer Iteman. Menurut

Direktorat Pembinaan SMA (2010) bahwa kriteria reliabilitas soal

adalah sebagai berikut.

0,91 - 1,00 : sangatatinggi (ST)

0,71 - 0,90 : tinggi (T)

0,41 - 0,70 : cukup (C)

0,21 - 0,40 : rendah (R)

>0,00 - 0,2 : sangatarendah (SR)

Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Pengetahuan

Instrumen Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Penilaian

pengetahuan 25 0,74 Dapat dilanjutkan

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

Hasil uji cobaainstrumen penilaian pengetahuan dapat dilihat pada

Tabel 3.5. Instrumen memperoleh reliabilitas sebesar 0,74 sehingga

Intrumen penilaian pengetahuan dapat digunakan karena masuk dalam

kriteria reliabilitas soal yang tinggi. Hasil analisis butir soal dengan

program komputer iteman selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

c) Daya PembedaaSoal

Daya pembeda soal merujuk pada kemampuan sesuatuasoal

untuk membedakan antaraasiswa yang memiliki kemampuan tinggi

dengan siswa memiliki kemampuan rendah. Daya pembedaamerupakan

pengukuran yang digunakan untuk membedakan bahwa butir soal dapat

mengetahui siswa yang menguasai kompetensi atau belum sesuai

dengan kriteria tertentu. Apabila hasil koefisien daya beda soal tinggi,

maka semakin bagus butir soal dalam membedakanasiswa yang sudah

memahami kompetensi dengan siswa yangabelum menguasai.

Untuk menghitung daya beda soal, digunakan aplikasi Iteman

dengan pengetikan hasil pada windows notepad terlebih dahulu. Sistem

aplikasi iteman menerapkan rumus berikut:

dengan

Arikunto (2015) menjelaskan bahwa butir-butirasoal yang

baik adalah butir-butir soal yangamempunyai indeks diskriminasi 0,4

sampaiadengan 0,7 dan klasifikasi daya pembeda adalah sebagai

berikut.

0,00 – 0,20 : buruk (poor)

0,21 – 0,40 : cukup (satistifactory)

0,41 – 0,70 : baik (good)

0,71 – 1,00 : baikasekali (excellent)

Tabel 3.6 Ringkasan Daya Beda Instrumen Penilaian Pengetahuan

Instrumen Jumlah

Soal

Kriteria Soal

Baik Sekali Baik Cukup Buruk

Penilaian

pengetahuan 25 8 7 9 1

xp1xp

Y

Y1YpbisrD

2

n

Y

n

2YY

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

Hasil uji coba instrumen penilaian pengetahuan dapat

dilihatapada Tabel 3.6. Masih terdapat soal yang memiliki daya beda

buruk, sehingga soal tersebut diperbaiki untuk selanjutnya digunakan

sebagai instrumen penelitian. Hasil analisis butir soal dengan program

komputer iteman selengkapnya dapatadilihat pada lampiran.

d) Tingkat Kesukaran Soal

Soal yang baik adalahasoal yang mempunyai tingkat kesulitan

yang tidak terlalu mudahaatau tidak terlalu sukar karena soal yang

terlalu mudah tidakaakan merangsang siswa untuk melakukan usaha

berpikir yang lebih tinggi untukamemecahkannya dan soal yang terlalu

sukaraakan menyebabkan siswa menjadiaputus asa dan tidak

mempunyai semangat untukaamencoba lagi karena diluar jangkauan

pemikirannya. Taraf kesukaran soal mempunyai indeks antara 0 sampai

dengan 1. Jika indeks kesukaran 1 artinya termasuk soal mudah, dan jika

taraf kesukaran 0 termasuk soal yang sulit. Mengetahui tingkat

kesukaran dalam instrumen penilaian dapat dilakukan dengan perangkat

lunak komputer Iteman. Perhitungan pada sistem iteman menggunakan

proporsi siswa menjawab benar pada suatu butir soal. Tingkat kesukaran

dalam butir soal ditunjukan oleh data Prop. Correct.

Arikunto (2015) menjelaskan bahwa indeks kesukaran sering

diklasifikasikan sebagai berikut.

0,00 – 0,30 : soal sukar

0,31 – 0,70 : soalasedang

0,71 – 1,00 : soal mudah

Tabel 3.7 Ringkasan Tingkat Kesukaraan Instrumen Penilaian

Pengetahuan

Instrumen Jumlah

Soal

Kriteria Soal

Mudah Sedang Sukar

Penilaian pengetahuan 25 7 13 5

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

Hasil uji tingkat kesukaran soal instrumen penilaian

pengetahuan terangkum dalam tabel 3.7. Hasil analisis butir soal dengan

program komputer iteman selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

2) Instrumen Penilaian Sikap

Aspek sikap/perilaku akan menggambarkan ciri siswa yang akan

diteliti dengan menggunakan aspek atau atribut yang hendak diukur. Dalam

penilaian sikap tidak semua atribut diukur, hanya atribut yang menonjol

yang menjadi permasalahan yang sudah diperbaiki melalui proses

pembelajaran yang akan diukur seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan

moral. Dalam penilaian sikap dilakukan observasi terhadap peserta didik

merupakansteknik yang dilakukan secara berkesinambunganaimelalui

pengamatan perilaku. Asumsinya setiap peserta didik pada dasarnya

berperilaku baik. Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang dibuat selama

satu semester oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas. Perilaku

yang perlu dicatat hanyaiperilaku yang sangat baik (positif)iatau kurang

baik (negatif) yang muncul dari peserta didik. Catatan digunakan sebagai

dasar untuk penilaian anak. Predikat dalam penilaian sikap bersifat

kualitatif, yakni: sangat baik, baik, cukup, dan kurang (Kemendikbud, 2017)

Penilaian aspek sikap dilakukan dengan menggunakan data non

tes berupa angket dan lembar observasi. Sebelum digunakan, instrumen

penilaian sikap terlebih dahulu diuji validitasnya. Ringkasan hasil validasi

instrumen penilaian sikap disajikan dalam tabel 3.8. Hasil validitas

instrumen penilaian menunjukan instrumen termasuk dalam instrumen

dapat digunakan karena melebihi kriteria CV yang ditentukan yaitu 0,70.

Instrumen penilaian sikap selengkapnya dapatadilihat pada lampiran.

Tabel 3.8 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen Penilaian Sikap

Instrumen Jumlah Soal CV Kriteria

Angket penilaian

sikap diri sendiri 40 1,00 Dapat dilanjutkan

Angket penilaian

sikap teman 35 0,97 Dapat dilanjutkan

Observasi penilaian

sikap 21 0,95 Dapat dilanjutkan

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

3) Instrumen Penilaian Keterampilan

Aspek keterampilan akan menggambarkan ciri orang yang atau

siswa yang akan diteliti dengan menggunakan aspek atau atribut yang

hendak diukur. Penilaian keterampilan merupakanakegiatan yang dilakukan

untuk mengukur kemampuan peserta didikamenerapkan pengetahuan

dalam melakukan tugas tertentu (Mendikbud, 2016). Nilai keterampilan

diperoleh dariahasil penilaian unjuk kerja/praktik, proyek, produk,

portofolio, dan bentuk lainasesuai karakteristik KD mata pelajaran. Teknik

penilaian lain dapatidigunakan sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4

mata pelajaran yang akan diukur. Jika penilaian KD yang sama

dilakukanadengan teknik yang berbeda, misalnya proyek dan produk atau

praktik danaproduk, maka hasil akhir penilaian KD tersebut dirata-ratakan

(Kemendikbud, 2017). Instrumen yang digunakan berupa daftar cekaatau

skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. kemudian melaporkan

hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-4. Skala penilaian

sebagaimana kompetensi keterampilan menggunakan rentang angka dan

huruf 4,00 (A) - 1,00 (D) dengan rincian pada tabel 3.9.

Tabel 3.9 Rentang Nilai dan Huruf pada Penilaian Keterampilan

Rentang Nilai Huruf

3,85 - 4,00 A

3,51 - 3,84 A-

3,18 - 3,50 B+

2,85 - 3,17 B

2,51 - 2,84 B-

2,18 - 2,50 C+

1,85 - 2,17 C

1,51 - 1,84 C-

1,18 - 1,50 D+

1,00 - 1,17 D

(Permendikbud, 2014)

Instrumen penilaian keterampilanayang digunakan dalam

penelitian ini berupaalembar observasi. Penilaian dilakukan olehaiobserver

pada saat pembelajaran berlangsung. Sebelum digunakan, Instrumen

terlebih dahulu diuji validitasnya. Berdasarkan tabel 3.10 hasil validitas

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

instrumen penilaian keterampilan memperoleh hasil sebesar 1,00 sehingga

termasuk dalam instrumen dapat digunakan karena melebihi kriteria CV

yang ditentukan yaitu 0,70. Instrumen penilaian keterampilan dapat

digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.10 Ringkasan Hasil Validasi Instrumen Penilaian Keterampilan

Instrumen Jumlah indikator CV Kriteria

Penilaian Keterampilan 11 1,00 Dapat dilanjutkan

4) Instrumen Penilaian Kemampuan Berpikir kritis

Dalam pengukuran kemampuan berpikirakritis digunakan tes

obyektif menggunakan pilihan ganda (multiple-choice test) dengan jumlah

10 butir soal. Soal yang digunakan diarahkan pada indikator kemampuan

berpikir kritis yang mengacu 12 indikator menurut Ennis sesuai pada tabel

2.1. Namun tidak seluruh indikator digunakan, hanya beberapa indikator

yang disesuaikan dengan kondisi pembelajaran.

Kategori kemampuan berpikir kritisadibagi menjadi 5 kategori

yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, danasangat rendah. Pembagian

kategri tersebut didasarkan pada panjang kelas interval (p) (Sudjana, 1996).

Dengan rumus:

𝑝 =𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 =

100

5 = 20

Rentang = skor maksimal- skor minimal = 100-0 = 100

Jumlah kelas = 5 (sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah)

Dari perhitungan tersebut, panjang interval pada tiap kategori

adalah 4 poin dengan rincian seperti pada tabel 3.11

Tabel 3.11 Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Nilai Kategori

1-20 Sangat rendah

21-40 Rendah

41-60 Sedang

61-80 Tinggi

81-100 Sangat tinggi

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

Sebelum digunakan untuk meneliti, instrumen diuji validitas,

reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal.

a) Uji Validitas

Uji validitas menggunakan uji validitas isi yang dilakukan oleh

dua orang panelis yaitu dosen pembimbing untuk menentukan relevan

tidaknya antara indikator dengan butir-butir soal. Uji ini menggunakan

formula Gregory sebagai berikut.

Content Validity (CV) = 𝐷

𝐴+𝐵+𝐶+𝐷

Keterangan:

A = jumlah item yangakurang relevan menurut kedua panelis.

B = jumlah itemayang kurang relevan menurut panelis I dan relevan

menurut panelis II.

C = jumlah item yangarelevan menurut panelis I dan kurang relevan

menurut panelis II.

D = jumlah itemayang relevan menurut keduaapanelis. (Gregory, 2007)

Tabel 3.12 Ringkasan Hasil Validasi InstrumenaPenilaian Kemampuan

Berpikir Kritis

Instrumen Jumlah indikator CV Kriteria

Penilaian kemampuan

berpikir kritis 10 0,80

Dapat

dilanjutkan

Hasil Validasi Instrumen penilaian kemampuan berpikir kritis

dapat dilihat pada Tabel 3.12. Instrumen memperoleh CV sebesar 0,80

sehingga Intrumen penilaian kemampuan berpikir kritis dapat

digunakan karena melebihi kriteria yang ditetapkan yaitu 0,7. Instrumen

penilaian kemampuan berpikir kritis selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran.

b) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas kemampuanaberpikir kritis sama dengan saat

uji pada instrumen penilaian pengetahuan. Tingkat kepercayaan

(reliabilitas) dapat dilihat dari nilai alpha (α) yang terdapat dalam hasil

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

analisis aplikasi program komputer iteman. Kriteria reliabilitas soal

adalah sebagai berikut:

0,91 - 1,00 : sangatatinggi (ST)

0,71 - 0,90 : tinggi (T)

0,41 – 0,70: cukup (C)

0,21 - 0,40 : rendah (R)

>0,00 - 0,2 : sangatarendah (SR)

Tabel 3.13 Ringkasan Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian

Kemampuan Berpikir Kritis

Instrumen Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Penilaian

berpikir kritis 10 0,72 Dapat dilanjutkan

Hasil uji coba instrumen penilaian kemampuanaberpikir kritis

dapat dilihat pada Tabel 3.13. Instrumen memperoleh reliabilitas

sebesar 0,72 sehingga Intrumen penilaian kemampuan berpikir kritis

dapat digunakan karena masuk dalam kriteria reliabilitas soal yang

tinggi. Hasil analisis butir soal dengan program komputer iteman

selengkapnya dapatadilihat pada lampiran.

c) Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal merujuk pada kemampuan sesuatuasoal

untuk membedakanaantara siswa yang memiliki kemampuan tinggi

dengan siswa memiliki kemampuan rendah. Dayaapembeda merupakan

pengukuran yang digunakan untuk membedakan bahwa butirasoal dapat

mengetahui siswa yang menguasai kompetensi atau belum sesuai

dengan kriteria tertentu. Apabila hasil koefisien daya beda soal tinggi,

maka semakin bagus butir soal dalam membedakan siswaayang sudah

memahami kompetensi dengan siswa yang belum menguasai. Untuk

menghitung daya beda soal, digunakan aplikasi Iteman dengan

pengetikan hasil pada windows notepad terlebih dahulu. Daya beda

ditunjukan pada nilai Biser pada hasil analisis iteman.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

Sistem aplikasi iteman menerapkan rumus berikut:

dengan

Arikunto (2015) menjelaskan bahwa butir-butir soal yang

baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4

sampai dengan 0,7 dan klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut.

0,00 – 0,20 : buruk (poor)

0,21 – 0,40 : cukup (satistifactory)

0,41 – 0,70 : baik (good)

0,71 – 1,00 : baikasekali (excellent)

Tabel 3.14 Ringkasan Daya Beda Instrumen Penilaian Kemampuan

Berpikir Kritis

Instrumen Jumlah

Soal

Kriteria Soal

Baik Sekali Baik Cukup Buruk

Penilaian kemampuan

berpikir kritis 10 5 5 0 0

Ringkasan hasil daya beda instrumen penilaianakemampuan

berpikir kritisidapat dilihat pada Tabel 3.14. Hasil analisis butir soal

dengan program komputer iteman selengkapnya dapat dilihatapada

lampiran.

d) TingkataKesukaran Soal

Soal yang baikaadalah soal yang mempunyai tingkat kesulitan

yang tidak terlaluamudah atau tidak terlalu sukar karena soal

yangaterlalu mudah tidak akan merangsang siswa untuk melakukan

usaha berpikir yang lebih tinggi untuk memecahkannya dan soal yang

terlalu sukar akan menyebabkan siswaamenjadi putus asa dan tidak

mempunyaiasemangat untukaimencoba lagi karena diluar jangkauan

pemikirannya. Taraf kesukaranasoal mempunyai indeks antara 0 sampai

dengan 1. Jika indeks kesukaran 1 artinya termasuk soal mudah, dan jika

taraf kesukaran 0 termasuk soal yang sulit. Mengetahui tingkat

kesukaran dalam instrumen penilaian dapat dilakukan dengan perangkat

xp1xp

Y

Y1YpbisrD

2

n

Y

n

2YY

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

lunak komputer Iteman. Perhitungan pada sistem iteman menggunakan

proporsi siswa menjawab benar pada suatu butir soal. Tingkat kesukaran

dalam butir soal ditunjukan oleh data Prop. Correct.

Arikunto (2015) menjelaskan bahwa indeks kesukaran sering

diklasifikasikanasebagai berikut.

0,00 – 0,30 : soal sukar

0,31 – 0,70 : soalasedang

0,71 – 1,00 : soal mudah

Tabel 3.15 Ringkasan Tingkat Kesukaraan Instrumen Penilaian

Kemampuan Berpikir Kritis

Instrumen Jumlah

Soal

Kriteria Soal

Mudah Sedang Sukar

Penilaian kemampuan

berpikir kritis 10 3 6 1

Hasil uji tingkat kesukaran soal instrumen penilaian

kemampuan berpikir kritis terangkumadalam tabel 3.15. Hasil analisis

butir soal dengan program komputer iteman selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam PenelitianaTindakan Kelas (PTK) dimulai dari

awal penelitian mulai obeservasi hingga akhir penelitian dan pengumpulan data.

Analisis data digunakan untuk mempermudah peneliti dalam mempelajari dan

mengkaji setiap kejadian yang berlangsung selama pembelajaran didalam kelas

yang akan diteliti. Data yang telah diperoleh selama penelitian akan diolah secara

deskriptif-kualitatif dengan mendeskripsikan setiap proses dan kejadian serta

peningkatan yang sudah dicapai siswa kemudian mengevaluasi hasilnya.

Data yang didapat dari lapangan diolah dan dianalisis mengacu pada

model Miles and Huberman (1984) yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2013).

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

- Reduksi Data

Data yang diperolehadari lapangan yang jumlahnya cukup banyak

berupa data kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar peserta didik perlu

direduksi. Reduksi data merupakan kegiatan merangkum dan memilih data,

serta membuang data yang tidak perlu dicantumkan. Reduksi data dapat

memberikanagambaran yang lebih jelas dan mempermudahapeneliti untuk

melakukan langkah selanjutnya.

- Penyajian Data

Data hasil penilaian kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar

peserta didik baik aspek kognitifadan afektif kemudian disajikan dalam bentuk

tabel, grafik, chart, pie, histogram, dan sejenisnya agar lebih mudah dipahami.

Penyajian data akan mempermudah peneliti untuk memahami apaayang terjadi

dan merencanakan langkah selanjurnya.

- Penarikan Kesimpulan

Data kemampuan berpikirakritis danaprestasi belajar yang telah

disajikan selanjutnya disimpulkan. Penarikanakesimpulan ini merupakan upaya

peneliti untuk mencari makna data, mencatataketeraturan dan penggolongan

data. Kesimpulan awal yang didapat perlu diverifikasi agar benar-benar bisa

dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan penjelasan di atas diharapkan hasil perolehan data yang

diperolehadari semua informasi pada saat penelitian bisa disintesis dengan baik

sehingga diperoleh kesimpulan dan verifikasi data hasil penelitian sesuai

dengan yang diharapkan.

H. Indikator Kinerja Penelitian

Indikator kinerjaapenelitian merupakan landasan yang dapat dijadikan

acuan dalam mencapai target keberhasilan suatuapenelitian yang dilakukan oleh

peneliti. Indikator keberhasilan tindakanabiasanya ditetapkan berdasarkan suatu

ukuranistandar yang berlaku, misalnya pencapaian penguasaan kompetensi atau

KKM yang ditetapkan olehasekolah.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

Pada penelitian ini, indikator keberhasilan yang digunakan adalah

prestasi belajar yang terdiri dari aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek

keterampilan. Selain itu juga kemampuan berpikir kritis. Indikator keberhasilan

tersebut tercantum dalam Tabel 3.16. Penentuan target indikator keberhasilan

tersebut didasarkan pada hasil diskusi peneliti dan guruamata pelajaran kimia di

kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat sesuai dengan karakter dan

kemampuan siswa di kelas tersebut.

Tabel 3.16. Indikator KeberhasilanaProses Pembelajaran

Aspek yang

diukur

Target Ketercapaian

(%) Cara Mengukur

Pengetahuan 65 Berdasarkan hasil tes aspek

pengetahuan kemudian dihitung dari

jumlah siswaiyang mendapatkan nilai

minimal sesuai KKM tiap KD yaitu

67 dibandingkan dengan total siswa

kelas X M-IPA 3

Sikap 80 Diukur dari hasil observasi dan

angket aspek sikap yang dihitung

dariijumlah siswa yang masuk

kategori sangat baik (SB) dan baik

(B) dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan siswa dalam kelas X M-

IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat

keterampilan 75 Diukur dari hasil opservasi aspek

keterampilan yang dihitung dari

jumlahasiswa yang mendapatkan

nilai diatas 2,50 (skala 1-4)

dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan siswa dalam kelas X M-

IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat

Kemampuan

Berpikir

kritis

65 Dinilai melalui pengerjaan soal tes

kemampuan berpikir kritis dan

dihitung dari siswa yang

mendapatkan skor kategori tinggi dan

sangat tinggi dibandingkan dengan

total siswa dalam kelas X M-IPA 3

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

I. Prosedur Penelitian

Tata cara atau prosedur penelitian ini dimulai dari observasi awal,

wawancara, dan uji pra-siklus atau uji pendahuluan sebagai landasan awal untuk

merumuskan masalah yang terjadi dalam pembelajaran kimia dikelas X M-IPA 3

SMA Negeri Kebakkramat. Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2016) menjelaskan

bahwa menurut Kemmis dan McTaggart (1990)ipenelitian tindakan kelas adalah

suatu siklusispiral yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaanatindakan, pengamatan

(observasi), danarefleksi yang selanjutnya mungkin diikutiadengan siklus spiral

berikutnya. Berikut ini merupakan tahapan yang akan dilakukan dalam langkah yang

dijelaskan oleh Kemmis dan McTaggart:

1. Tahap persiapan, meliputi:

a. Perizinan penelitian kepada Kepala Sekolah dan guruamata pelajaran kimia

kelas X SMA Negeri Kebakkramat.

b. Observasi dan wawancaraadengan guru mata pelajaran kimia kelas X untuk

mendapatkanagambaran awal pembelajaran kimia dan cara mengajar yang

berlangsung di kelas X M-IPA 3.

c. Identifikasi masalah dalam proses pembelajaran, mengumpulkan data nilai

dan kelas yang mengalami kesulitan belajar kimia di kelas X SMA Negeri

kebakkramat.

2. Tahap Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini, tindakan yang dilakukan adalah:

a. Pengambilan satu kelas untuk dilakukan uji pra-siklus berdasarkan

rekomendasi dari guru mata pelajaran kimia, yakni kelas X M-IPA 3.

b. Penyusunan rangkaian kegiatan pelaksanaan tindakan yangaakan dilakukan

pada model problem solving dengan bantuan LKS pada materi stoikiometri

c. Penyusunan instrumenapenelitian berupa Silabus, RPP, LKS, lembar

observasi kelas, soal tes pengetahuan, lembar observasi penilaian sikap, dan

soal tes kemampuan berpikir kritis.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

3. Tahap PelaksanaanaTindakan

Tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam memperbaiki masalah

pembelajaran dikelas X M-IPA 3 yaitu:

a. Pelaksanaan pembelajaran sesuaiidengan langkah dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)ayang telah disusun.

b. Pemantauan pembelajaranamelalui observasi langsung di dalam kelas dan

menyebarkan angket siswa.

c. Evaluasi pembelajaran untuk mengetahui prestasiabelajar siswa.

d. Pelaksanaan perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan tindakanaapabila

hasil dari evaluasi tahap sebelumnya kurang memuaskan dan masih perlu

perbaikan.

4. Tahap Observasi

Dalam tahapaini, peneliti akan melakukan kegiatan yang meliputi:

a. Pengamatan pembelajaran yang berlangsung di kelas yang dilakukan oleh

peneliti maupun guru beserta situasi yang terjadi.

b. Pencatatan semua hasil pengamatan yang dilakukan ke dalam lembar

observasi.

c. Diskusi dengan guru mata pelajaran dan dosen pembimbing terhadap hasil

pengamatanisetelah proses belajar-mengajaraselesai dilaksanakan.

d. Penyimpulan hasil pengamatan yang telah dilakukan.

Sedangkan pada saat evaluasi pembelajaran, peneliti melakukan persiapan

instrumen evaluasi (tes), melaksanakan evaluasi setelah proses belajar-

mengajar selesai, menganalisis hasil evaluasi, dan menyusun kriteria

keberhasilan tindakan.

5. Tahap Refleksi

Refleksi merupakan tahap peneliti untuk mengingat, melihat,

mempertimbangkan dan mengkaji ulang pembelajaran yang telah dilaksanakan

terhadap hasil dan dampak dari perlakuan tidakan di dalam kelas. Refleksi ini

dilakukan oleh peneliti, guru maupun siswa agar dapat memperbaiki

pembelajaran yang dirasa masih kurang untuk siklus selanjutnya. Langkah

kegiatan dalam refleksi adalah:

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

a. Analisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada

lembariangket.

b. Pencocokan pengamatan oleh guruapada lembar observasi guru atau lembar

monitoring.

Pada tahap refleksi ini akan menentukan berhasil tidaknya

pelaksanaan tindakan. Dalam tahap ini juga terdapat diskusi antara peneliti dan

guru untuk mengambil kesepakatan yang tepat dalam menentukan perbaikan

tindakan untuk siklus berikutnya.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Pratindakan

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakanadi kelas X M-IPA 3 SMA

Negeri Kebakkramat pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Hasil

wawacara dengan guru memberikan informasi bahwa SMA Negeri

Kebakkramat sudah mulai menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran

2017/2018, namun hanya berlaku untuk kelas X. Kegiatan observasi awal

dilaksanakan pada tanggal 11 Januari 2017. Observasi awal dilakukan dengan

tujuan agar peneliti dapat mengatahui keadaan awal kelas selama proses

pembelajaran berlangsung. Hasil observasi awal diketahui bahwa model dan

metode yang digunakan masih konvensional, yaitu ceramah dan penugasan

sehinggaaaktivitas siswa hanya terbatas pada kegiatan mendengarkan, mencatat

dan mengerjakan tugas. Metode ceramah disertai tanya jawab merupakan

metode yang seringadigunakan guru dalam kegiatan pembelajaran, karena

metode ini dianggap sebagai metode yangaapraktis dan mudah untuk

dilaksanakan.

Wawancara terhadap guru memberikan informasi bahwa stoikiometri

adalah materi kimia yang nilainya kurang baik dalam beberapa tahun terakhir.

Guru menyampaikan perlu adanya tindakan untuk meningkatkan aspek

pengetahuan untuk kelas X M-IPA 3 karena memilikiaarata-rata nilai

pengetahuan yang kurang baik. Hal ini diperkuat dengan data hasil UAS

semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Berdasarkan Tabel 1.1 hasil UAS siswa

X M-IPA 3 pada mata pelajaran kimia menunjukan hasil rata-rata terendah

dibandingkan kelas yang lainnya yaitu 60,2. Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) SMA Negeri Kebakkramat adalah 67. Rendahanya nilai yang dimiliki

kelas X M-IPA 3 terjadi karena siswa banyak mengalami kesulitan untuk

menyelesaikan soal dan menerjemahkannya kedalam konsep.

7

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

Mayoritas siswa di kelas X M-IPA 3 merupakan siswa yang kurang

aktif. Berdasarkan hasilaobservasi, pada saat pembelajaran kimia berlangsung

tidak ada siswa yang bertanya kepada guru, namun hanya sesekaliamenjawab

pertanyaan yang diberikan dari guru. Hal ini berakibat selama proses

pembelajaran siswa cenderung diam baik ketika guru menjelaskan maupun saat

mengerjakan latihan soal. Penggunaan metode yang kurang bervariasi

menyebabkan pembelajaran hanya berlangsung satuaarah dan hanya berpusat

pada guru. Apabila karakteristik siswa dihubungkan dengan materi stoikiometri

yang akan diajarkan tentu perlu adanya perlakuan yang dapat membantu siswa

dalam memahami siswa. Hasil wawancara diperoleh bahwa guru menghendaki

adanya tindakan untuk meningkatkan kemampuan berpikiraikritis siswa. Hal ini

dikarenakan masalah dari tahun ke tahun adalah siswa kurang dapat

menyelesaikan soal-soal stoikiometri karena kurang dapat memahami

permasalahan yang ada dan tidak dapat menentukan bagaimana menyelesaikan

permasalahan stoikiometri tersebut.

Berdasarkan hasilaobservasi dan wawancara, maka perlu dilakukan

upaya untuk meningkatkan prestasiabelajar siswa dan kemampuan berpikir

kritis siswa. Model yang tepat untuk diterapkan adalah modelapembelajaran

problem solving. Model pembelajaran ini sesuai untuk meningkatkan

kemampuan berpikirakritis siswa, karena dalam model pembelajaran tersebut

disajikan masalah-masalahaayang harus diselesaikan oleh siswa. Model

pembelajaran problem solving dapat dilakukan dengan diskusi kolompok,

presetasi dan evaluasi. Penggunaan media juga memberikan pengaruh yang

cukup besar terhadap keberhasilan suatu kegiatan belajar mengajar. LKS

merupakan media yang dapat membantu siswaaadalam meningkatkan

kemampuan siswa dalam menganalisis soal. Media LKS sesuai dengan

modelapembelajaran yang digunakan, yaitu problem solving, karena media

langsung memberikan permasalahan yang berupa soal kemudian siswa dapat

mengasah kemampuan berpikir kritis yang mengarah pada penyelesaian

permasalahan yang ada. LKS juga membantu siswaadalam memahami konsep

materi stoikiometri, karena siswa diarahkan untuk menemukan inti dari konsep

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

stoikiometri melalui soal diskusi, selain itu dalam LKS juga disajikan soal yang

runtut mulai dari konsep dasar hingga soal yang dikembangkan.

2. Hasil Tindakan Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus I

Tahap perencanaan tindakanaipada siklus I dimulai dengan

penyusunan instrumen pembelajaran diantaranya persiapan silabus,

penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen

penilaian aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan serta pembuatan

media pembelajaranaLKS yang disesuaikan dengan model pembelajaran

problem solving. Persiapan instrumen penilaian kemampuan berpikir kritis

juga dilakukan.

Pada tahap perencanaan, dilakukan kajian terhadap silabus yang

sebelumnya telah disusun. Kemudian materi dipersiapkan berdasarkan

silabus dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dalam penelitian.

Alokasi waktu materi stoikiometri dalam silabus adalah 8 jam pelajaran

(4 kali pertemuan) pada prosesapembelajaran siklus I dengan rincian 6x45

menit untuk penyampaian materi dan 2x45 menit untukaevaluasi kegiatan

pembelajaran siklus I.

Berdasarkan permasalahan yang ada di kelas X M-IPA 3, model

pembelajaran problemssolving dipilih untuk meningkatkan prestasiabelajar

siswa dan kemampuan berpikir kritis pada materi stoikiometri. Model

pembelajaran problem solving ini mengarahkanasiswa untuk berfikir secara

mandiri dan mendorong siswa untuk menemukan pemecahan masalah yang

ada. Pembelajaran stoikiometri dalam penelitian ini dilengkapi dengan

media pembelajaran LKS. Bantuan media ini diharapkan akan membatu

siswa mengasah kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan

permasalahan dalam soal diskusi.

Langkah selanjutnya, dirumuskan Rencana Pelaksanaan dan

Pembelajaran (RPP) pada materi stoikiometri yang telah disesuaikan

dengan silabus dan model pembelajaran yang akan diterapkan. Kegiatan

pembelajaran direncanakan 4 kali pertemuan. Intrumen penilaian

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

diperlukan selama pembelajaran diantaranya yaitu intrumen penilaian

pengetahuan berupa soal pilihan ganda, penilaianaaspek sikap berupa

lembar observasi dan angket, penilaian keterampilan berupa lembar

observasi, serta penilaian kemampuan berpikir kritis siswa berupa soal

pilihan ganda.

Validasi instrumen penilaian pada siklus I dilakukan oleh 2

panelis. Hasil validasi untuk penilaian pengetahuan siklus I diperoleh

perhitungan content validity sebesar 0,8. Pada instrumen angket sikap

sebesar 1 dan dan lembar observasi sebesar 1; untuk instrumen lembar

observasi penilaian keterampilan sebesar 0,96; dan content validity untuk

intrumen penilaian kemampuan berpikir kritis sebesar 0,93 Berdasarkan

hasil validasi, didapatkan hasil bahwa instrumen penilaian layak untuk

digunakan.

Sebelum instrumen penilaian diujikan pada siklus I, perlu

diadakan pengujian instrumen kepada siswa yang telah menerima materi

Stoikiometri. Instrumen penilaian tersebut diujicobakankan kepada siswa

kelas X M-IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Hasil uji coba digunakan

untuk mengetahui reliabilitas, daya beda dan tingkataakesukaran soal.

Berdasarkan uji coba yang dilakukan, didapatkan bahwa reliabilitas soal

pengetahuan adalah sebesar 0,74, dan intrumen kemampuan berpikir kritis

sebesar 0,72. Dengan demikian, intrumen penilaian dapat digunakan pada

tindakan siklus I.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Tahap pelaksanaanatindakan pembelajaran di kelas X M-IPA 3

SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2017/2018 disesuaikan dengan

RencanaaPelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun berdasarkan

model pembelajaran problem solving. Berdasarkan silabus dan RPP yang

telah disusun, pembelajaran kimia pada materi stoikiometri berlangsung

dalam 8 jam pelajaran, dimana 6 x 45 menit untukapenyampaian materi

stoikiometri dan 2 x 45 menit untuk evaluasi pembelajaran pada siklus I.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

1) Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan padaasiklus I mulai dilaksanakan pada

tanggal 2 Mei 2018 sebagai pertemuan pertama dengan alokasi waktu

2 x 45 menit. Peneliti bertindak sebagai observer dibantu oleh 2 observer

lain yang bertugas untuk mencatat seluruh kegiatan pembelajaran kimia

pada saat itu. Peran guru dalam penelitian iniaadalah sebagai pengajar.

Pada awal pembelajaran, guru memberi tahu mengenai

gambaran umum materi yang akanadipelajari serta model pembelajaran

yang akan diterapkan yaitu problem solving yang dilengkapi dengan

media LKS. Materi yang disampaikan pada pertemuan pertama adalah

mengenai stoikiometri secara umum. Guru mengawali kegiatan

pembelajaran dengan mengondisikan siswa, memulai berdoa karena

pertemuan tersebut berlangsung pada jam pertama. Selanjutnya adalah

melakukan pengecekan kehadiran siswa, menyampaikanaitujuan

pembelajaran dan memotivasi siswa. Kemudian, guru memberikan

apersepsi terkait dengan materi yang akan disampaikan.

Pada tahap eksplorasi (exploration), guru memfasilitasi

terjadinya interaksi antarsiswa maupun siswa dengan guru.

Pembentukan kelompok secara umum terdiri dari siswa yang memiliki

prestasi kimia tinggi, sedang dan rendahaberdasarkan nilai ulangan

harian mata pelajaran kimia sebelumnya. Pembagian siswa laki-laki dan

perempuan dilakuakan secara merata dalam setiap kelompok. Jumlah

siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat adalah 36 orang.

Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok, dimana masing-masingakelompok

berisi 6 siswa. Pembagian siswa dilakukan secara merata bedasarkan

nilai ulangan pada materi sebelumnya. Diharapkan dalam kelompok

tersebut siswa yang nilai baik dan yang kurang baik terbagi secara

merata. Setelah itu siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan

pembelajaran untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang diberikan

guru melalui LKS.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

Model pembelajaran problem solving menuntut siswa secara

mandiri untuk dapat menyelesaikan soal-soalsyang diberikan melalui

diskusi kelompok. Langkah-langkah yang dilakukan dalam berdiskusi

adalah mencari data atau teori-teori yang digunakan untukapemecahan

masalah, menetapkan jawaban sementaraadari masalah didasarkan pada

data atau teori yang diperoleh, mengujiakebenaran jawaban sementara

dan menarik kesimpulan. Kelompok mempresentasikan hasil diskusi di

depan kelas dan kelompok lainnya bertugas memberi tanggapan atau

sanggahan. Pada pertemuan pertama tidak semua kelompok dapat

mempresentasikan hasil diskusinya, sehingga presentasi dilanjutkan

pada pertemuan berikutnya.

Pada tahap konfirmasi, guru memberikan umpan balik berupa

penguatan kembaliamengenai konsep-konsepayang telah dibangun oleh

siswa dan membahasakembali hasil pembelajaran yang telah berjalan.

Pada tahap ini, terdapat siswa yang berani menyampaikan pertanyaan

dan pendapat dari apa yang kurang dipahami siswa selama pembelajaran

berlangsung. Sebagai penutup siswa denganaabimbingan guru

menyimpulkan pelajaran dan guru memberitahukan pelajaran untuk

pertemuan yang akan datang. Pelajaran diakhiri dengan salam.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakana tanggal 8 Mei 2018 selama

3 jam pelajaran, yaitu 3 x 45 menit. Pada pertemuan ini pelaksanaan

pembelajaran adalah melanjutkan presentasi siswa terhadap hasil

diskusi. Tetapi sebelum pembelajaran dimulai guru membuka pelajaran

dan melakukan presensi terhadap kehadiran siswa. Sebelum presentasi

dimulai guru mengingatkan kembali materi sebelumnya dengan

mengajukan beberapa pertanyaan pada siswa. Kemudian siswa

berkelompok dan melanjutkan presentasi membahas soal diskusi yang

diberikan guru.

Setelah presentasi guru melanjutkan langkah pembelajaran

dengan menguatkan materi yang telah dibahas. Pada petemuan kedua

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

ini siswa diberikan LKS yang kedua dan siswa memulai mengerjakan

soal pada LKS. Perbedaan LKS petama dan kedua ini terletak pada soal

yang di berikan, dimana LKS yang kedua ini mencakup indikator

kompetensi lanjutan dari LKS yang pertama. Siswa melakukan diskusi

dengan langkah-langkah antara lain mencari data atau teori-teori yang

digunakan untukapemecahan masalah dalam LKS, menetapkan jawaban

sementaraadari masalah didasarkan pada data atau teori yang diperoleh,

mengujiakebenaran jawaban sementara dan di presentasikan terakhir

adalah menarik kesimpulan setelah dipresentasikan dan

dikonfirmasikan oleh guru mengenai konsep yang dibangun.

Pada pertemuan ini, siswaaterlihat lebih aktif, lebih giat dan

lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

dibandingkan pertemuan sebelumnya. Selama prosesaipembelajaran

berlangsung dilakukan penilaian dengan observasi terhadap sikap dan

keterampilan siswa. Sebagai penutup siswa dengan bimbinganaguru

menyimpulkan pelajaran dan guru memberitahukan pelajaran untuk

pertemuan yang akan datang. Sebagai nilai tugas dan untuk mengetahui

keterampilan siswa dalam mengolah dan mengenalisis data, siswa

diberikan soal individu semacam postest yang dikerjakan secara

mandiri. Pelajaran pada hari itu diakhiri dengan salam.

3) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga padaasiklus I dilaksanakan pada tanggal

14 Mei 2018 dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran atau selama 45

menit. Pelaksanaan pmbelajaran difokuskan dengan penguatan

pemahaman siswa mengenai materi stoikiometri. Pertemuan diawali

denganaberdoa dan guru melakukanapresensi terhadap kehadiranisiswa.

Guru meninjau kembali materi stroikiometri dengan memberikan

beberapa soal latihan. Siswa diberikan kesempatan pengerjakan soal

secara mandiri selanjutnya siswa yang berani dipersilahkan

mengerjakan di depan kelas untuk selanjutnya dibahas bersama.

sebelum pembelajaran berakhir, dilakukan penilaian aspek sikap

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

menggunakan angket penilaian terhadap diri sendiri. Diakhir

pembelajaran guru memberikan kesimpulan materi dan menutup

pertemuan dengan mengucap salam.

4) Pertemuan Keempat

Pertemuan berikutnya pada siklus I adalah kegiatan evaluasi

yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018 dengan alokasiawaktu selama

2x45 menit. Evaluasi dilakukan pada aspek pengetahuan, kemampuan

berpikir kritis, dan sikap. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan

melalui tes sebanyak 25 butir soal. Pengujian terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa dengan instrumen yang telah disiapkan berupa 15

soal pilihan ganda. Yang terakhir adalah penilaian sikap dengan

instrumen lembar observasi dan pengisian angket sikap teman. Guru

menutup pembelajaranadengan salam.

c. Tahap Observasi Siklus I

1) Kegiatan Siswa

Kegiatan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung

diamati dengan cermat oleh guru dan observer. Jumlah siswa kelas X

M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2017/2018 adalah

sebanyak 36 siswa yangaterdiri dari 26 siswaaputri dan 10 siswaaputra.

siswa SMA Negeri Kebakkramat dibebaskan untuk memiliki buku paket

terbitan mana saja, namun mereka juga mendapatkan pinjaman satu

jenis buku yang sama dari perpustakaan.

Pada awal pembelajaran siswa masih terlihat bingung karena

belum terbiasa memecahkan masalah secaraaimandiri. Penggunaan

media LKS juga dapat membantuisiswa dalam mempelajari suatu

masalah dan mencari pemecahannya. Tidak butuh waktu lama siswa

sudah terlihat aktif berdiskusi mengerjakan LKS dan saling

berkerjasama dalam memecahkan masalah secara kelompok. Siswa

terlihat saling bertukar ide dalam pemecahan masalah. Beberapa siswa

yang belum paham juga tidak malu untuk bertanyaabaik kepada teman

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

36%

64% Tuntas

Belum Tuntas

sekolompok maupun guru. Siswa yang unggul dalam aspek

pengetahuan sering mendominasi jalannya diskusi dalam kelompok.

Selama proses pembelajaran, guru terlihat beberapa kali

memancing pengetahuanasiswa dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dijelaskan. Respon dari

siswa cukup baik dimana terlihat ada beberapa siswa yang menjawab

pertanyaan guru tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu. Setelah

pembelajaran dilaksanakan maka guru memberikan penguatan terhadap

konsep yang dibangun siswa denganacara memberikan latihan soal.

Penguatan materi dilaksanaakan hingga pertemuan terakhir sebelum

evaluasi pembelajaran pada siklus I. Selama prosesapembelajaran

dilakukan penilaian siswa pada beberapa aspek yaitu aspek

pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kemampuan berpikir kritis.

a) Penilaian Aspek Pengetahuan

Tes pengetahuan dilakukan untuk mengetahui

keberhasilan pembelajaran stoikiometri pada siklus I. Setelah tes

dilakukan dan hasil tes siklus I dianalisis, dapat diketahui bahwa

ketuntasan aspek pengetahuan kelas X M-IPA 3 sebesar 36,11%

atau sebanyak 13 siswa sudah tuntas, sedangkanasiswa yang belum

tuntas sebanyak 23 siswa atau sebesar 63,89%. Berdasarkan

persentase ketuntasan tersebut, maka hasil siklus I ini untuk aspek

pengetahuan belum mencapai target yang telah ditetapkan yaitu

65% atau minimal 24 siswa tuntas. Persentase ketuntasanaaspek

pengetahuan ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Persentase Ketuntasan Siswa Aspek Pengetahuan Siklus I

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

Hasil analisis tesapengetahuan siklus I menyatakan hasil

ketuntasan prestasi belajar siswa pada tiap indikator kompetensi dan

item soal disajikan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Ketuntasan PrestasiaiBelajar Siswa Aspek

Pengetahuan

No Indikator Kompetensi Nomor

soal

Ketuntasan (%) Kriteria Tiap

Soal

Tiap

indikator

1. Mengetahui pengertian

Mol 1 97,22 97,22 Tercapai

2. Mengetahui Pengertian

Massa molar 3 83,33 83,33 Tercapai

3. Mengetahui pengertian

volume molar. 7 69,44 69,44 Tercapai

4.

Menentukan Hubungan

antara mol, jumlah

partikel,massa molar,

dan volume gas molar

2 47,22

55,56 Belum

Tercapai

4 63,88

5 83,33

6 47,22

8 25,00

9 33,33

10 58,33

11 83,33

5. Menghitung banyaknya

zat dalam campuran

12 86,11

47,22 Belum

Tercapai

13 36,11

14 58,33

15 8,33

16 88,89

17 30,55

18 30,55

6. Menyetarakan

persamaan kimia 19 66,67 66,67 Tercapai

7.

Menentukan jumlah

mol, massaamolar,

volume molar gas, dan

jumlah partikel yang

terlibat dalam reaksi

20 61,11

50,00 Belum

Tercapai

21 41,67

22 41,67

23 41,67

24 61,11

8. Menentukanapereaksi

pembatas 25 44,44 44,44

Belum

Tercapai

Rata-rata 52,77 Belum

Tercapai

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

Terdapat beberapa indikator yang belum mencapai target

(65%). Berdasarkan indikator-indikator yang belum tuntas,

kemungkinan siswa masih kesulitan dalam mengidentifikasi data

yang disajikan dan bingung menentukan rumus mana yang akan

digunakan. Siklus II perlu dilakukan agar ketuntasan semua

indikator dapat tercapai.

b) Penilaian Aspek Sikap

Penilaian aspek sikap pada siswa dilakukan untuk pada

beberapa aspek diantaranya sikap spiritual, tanggungjawab, jujur,

disiplin, sopan, percaya diri, kerja sama dan toleransi. Penilaian

dilakukan melalui lembar observasi selama prosesapembelajaran.

Penilaian sikap juga dilakukan melalui angket penilaian diri sendiri

yang dilakukan pada akhir pertemuan ketiga dan angket penilaian

teman sejawat yang dilakukan setelah evaluasi materi stoikiometri.

Penilaian aspek sikap dilakukan berdasarkan pedoman

Permendikbud No. 104 tahun 2014 yang menyebutkan penilaian

sikap menggunakan teknikamodus. Modus yang digunakan adalah

modus dariamasing-masing angket yang diberikan yaitu angket

penilaianadiri dan angket penilaian temanasejawat untuk setiap

siswa. Analisis hasilapenilaian aspek sikap siswa siklus I untuk

penilaian diri dapat dilihatapada lampiran, sedangkan ketercapaian

penilaian aspek sikap penilaian diri, penilaian teman dan penilaian

melalui observasi dibuat 4 kategori yang terangkumapada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Penilaian Aspek Sikap Siklus I

Kategori Persentase Siswa (%)

SangataBaik (SB) 27,78

Baik (B) 69,44

Cukup (C) 2,78

Kurang (K) 0,00

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

Berdasarkan penilaian sikap siswa menggunakan angket

diri sendiri, angket teman dan observasi selamaaproses

pembelajaran didapatkan hasil sebagai berikut: sebanyak 10 siswa

(27,78%) masuk kategori sangat baik dan 25 siswa (69,44%)

termasuk kategoriabaik dan hanya 1 siswa (2,78%) yang masuk

kategori cukup. Berdasarkan penilaian tersebut dapat dikatakan

bahwa penilaian siswa ada aspek sikap yang memiliki target 80%

siswa memiliki sikap sangat baik dan baik sudah tercapai. Penilaian

aspek sikap pada aspek sikap spiritual, tanggung jawab, jujur,

disiplin, sopan, percaya diri, kerja sama dan toleransi dapat

diperolah hasil yang baik karena selama proses pembelajaran

ditekankan aspek sikap yang mengharuskan siswa melakukan hal-

hal yang baik. Selain itu terdapat siswa yang memiliki sikap dengan

kategori cukup. Hal tersebut menandakan bahwa masih terdapat

siswa yang belum mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Namun

secara umum siswa yang lain memperoleh nilai yang baik.

c) Penilaian Aspek Keterampilan

Penilaian aspek keterampilanadilakukan sendiri oleh guru

melalui pemberian tugas secara kelompok lalu dipresentasikan di

depan kelas. Aspek keterampilan yang dinilai yaitu keterampilan

mengolah dan menganalisis data serta keterampilan menyajikan

data. Nilai akhir aspek keterampilan didasarkan pada nilai optimum

dari keterampilan yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara

observasi selama proses pembelajaran. Kemampuan mengolah dan

menganalisis data dinilai pada saat berdiskusi mengerjakan LKS

maupun soal tugas mandiri dan keterampilan menyajikan data

dinilai pada saat presentasi dan diskusi. Analisis hasil aspek

keterampilan yang dilakukan menunjukkan ketuntasan siswa

sebesar 83,33%. Data tersebut berarti aspek keterampilan sudah

mencapai target yang telah ditetapkan. Aspek keterampilan

mengolah dan menganalisis data serta keterampilan menyajikan data

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

dinilai pada saat pembelajaran belangsung. Melalui data observasi,

siswa terlihat antusias dan terampil mengerjakan LKS yang

diberikan oleh guru, namun masih ada 6 siswa yang memiliki

keterampilan yang belum tunas. Jika dilihat berdasarkan data pada

lampiran 11 dan 16 dapat diketahui bahwa siswa yang tidak tuntas

pada nilai keterampilan juga tidak tuntas dalam penilaian

pengetahuan pada siklus 1 maupun siklus II. Dalam hal penilaian ini

tentu setiap aspek penilaian saling mempengaruhi dan berhubungan.

Dapat dimungkinkan ketidaktuntasan tersebut dikarenakan siswa

kurang dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan perlu diberikan

perhatian khusus pada siswa siswi tersebut.

d) Penilaian Kemampuan BerpikiraKritis

Aspek proses yang dinilai pada penelitian ini adalah

kemampuanaberpikir kritis siswa. Pada soal kemampuan berpikir

kritis siswa terdapat 5 aspek yang mencakup 10 indikator

kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir kritis yang baik

perlu dimiliki siswa terutama pada materi stoikiometri. Hal

dikarenakan dalam soal stoikiometri banyak dijumpai soal yang

membutuhkan pemecahan masalah yang runtut dan siswa harus

kritis dalam memahami soal stoikiometri.

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kemampuan BerpikiraKritis Siklus I

Aspek

Persentase pencapaian (%)

Sangat

Tinggi Tinggi Sedang Rendah

Sangat

Rendah

Kemampuan

Berpikir Kritis 22,22 47,22 30,56 0,00 0,00

Penilaian kemampuan berpikirakritis dilakukan pada akhir

siklus I dan hasilnya dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu

kemampuan berpikir kritis sangat tinggi, kemampuan berpikir kritis

tinggi, kemampuanaberpikir kritis sedang, kemampuan berpikir

kritis rendah dan kemampuan berpikir kritis sangat rendah. Hasil

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

23%

47%

30% Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

penilaian terhadap kemampuan berpikirakritis siswa pada siklus I

dinyatakan dalamaTabel 4.3. Persentase kategori nilai aspek

kemampuan berpikirakritis siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri

Kebakkramat Tahun Pelajaran 2017/2018 siklus I disajikan pada

Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Persentase Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I

Data Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada

akhir siklus I siswa yang dikategorikan kedalam kategori

kemampuan berpikir kritis sangat tinggi sebanyak 8 siswa atau

22,22%, siswa yang masuk dalam kategori kemampuan berpikir

kritis tinggi sebanyak 17 siswa atau 47,22% dan siswa yang masuk

dalam kategori kemampuan berpikir kritis sedang sebanyak 11 siswa

atau 30,56%. Kemampuan berpikir kritis siswa yang tergolong

tinggi dan sangat tinggi dalam tindakan siklus I mencapai 69,44%,

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa X

M-IPA 3 telah memenuhi target yang ditetapkan yaitu 65%.

2) Kegiatan Guru

Berdasarkan observasiaterhadap guru, secara umum kegiatan

belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Guru sudah menerapkan

model pembelajaran problem solving secara baik, sesuai dengan

langkah dalam RPP. Guru telah mampu menyampaikan materi dengan

baik dan memberikan suasana yang berbeda dibandingkan pembelajaran

yang biasa dilakukan. Sepanjang berjalannya pembelajaran guru

memberikan penekanan terhadap hal-hal penting dalam materi

stoikiometri yang dipelajari. Beberapa kali guru mengajak interaksi

siswa melalui pemberian pertanyaan maupun memberikan kesempatan

kepada siswa jika ada yang hendak bertanya pada guru.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

Secara umum, guru terlebih dahulu mengecek kehadiran siswa

dan kesiapan siswa untuk belajar yang dilanjutkan dengan memberikan

apersepsi mengenai materi yang akan dipelajari dan menjukkan hal-hal

penting yang harusadiperlajari. Setelah membagi kelompok dan

memberikan LKS padaamasing-masing kelompok, guru memulai

pelajaran dengan baik. Porsi guru selama proses pembelajaran harus

dijaga. Guru tidak selalu ikut campur dalam setiap pemecahan masalah

dalam diskusi kelompok. Disisi lain guru tidak boleh lepas tangan

terhadap konsep yang dibangun dan didapatkan siswa agar tidak salah.

Di akhir pembelajaran, guru memberikan refleksi dari hasil diskusi dan

memberikan penekanan pada hal-hal penting yangaharus dipahami oleh

siswa, selain itu membenarkan jika memang ada konsep yang salah pada

saat pembelajaran berlangsung.

d. Tahap Refleksi Tindakan Siklus I

Pembelajaran pada sub materiastoikiometri pada siklus I

dilaksanakan sebanyak 4 kaliapertemuan dengan total waktu yang

digunakan adalah 8 x 45 menit. Pada awalnya, siswa masih terlihatibingung

dengan model pembelajaran problem solving yang diterapkan. Hal ini

dikarenakan selama proses pembelajaran sebelumnya guru masih

menerapkan model pembelajaran yang monoton seperti model ceramah dan

tanya jawab. Pada pertemuanapertama siswa dapat beradaptasi dengan baik

terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Pemakaian media

pembelajaran LKS dapat langsung menarik perhatian siswa dan masing-

masing kelompok dapat terfokus pada soal yang ada pada LKS. Pada tiap

pertemuan, terdapat peningkatan kegiatan siswa seperti frekuensi siswa

yang bertanya dan keberanian siswa untuk mengutarakan pendapat. Peran

guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran terlihat dengan baik, dimana

guru mampu menciptakan suasana belajar berbeda dari biasanya dan

mengarah pada tujuan pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang dilakukan, pelaksanaan tindakan pada

siklus I berjalanadengan baik. Selama prosesapembelajaran interaksi yang

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

terjadi antar siswa maupun siswa dengan guru dapat berjalan dengan baik.

Hal itu ditunjukan pada saat diskusi kelompok berlangsung, antara siswa

satu dengan yang lainnya saling bertukar pikiran dan saling membantu

dalam mengerjakan soal dalam LKS. Beberapa siswa mulai ada yang berani

bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan menyelesaikan masalah.

Tabel 4.4 KetercapaianaTarget Siklus I

Aspek yang dinilai Capaian

(%)

Target

(%) Kriteria

Pengetahuan 26,11 65 Belum Tercapai

Sikap 91,67 80 Tercapai

Keterampilan 83,33 75 Tercapai

Kemampuan Berpikir kritis 69,22 65 Tercapai

Hasil pembelajaran pada siklus I dapatadilihat pada Tabel 4.4 yang

menunjukan perlu adanya perbaikan pembelajaranaadengan melanjutkan ke

tindakan siklus II agar seluruh aspek dapat memenuhi target. Aspek yang

perlu ditingkatkan adalah aspek pengetahuan yang belum memenuhi target.

Selain itu apabila ada aspek lain yang masih bisa ditingkatkan dapat

dilakukan pengulangan agar diperoleh hasil yang maksimal.

3. Hasil Tindakan Siklus II

a. Tahap Perencanaan TindakanaSiklus II

Berdasarkan dari hasil refleksi siklus I, maka perlu dilakukan

perencanaan untukapelaksanaan tindakan pada siklus II. Pada siklus II ini,

materi yang akan disampaikan berfokus pada indikator yangabelum tuntas

pada siklus I. Tindakanapada siklus II ini difokuskan untuk memperbaiki

hal-hal yang yang menjadi masalah pada siklus I. Tindakan pertama yaitu

mengulangi pembelajaran pada indikator dalam materi yang belum tuntas

untuk meningkatkanahasil belajar siswa pada aspek pengetahuan. Kedua,

guru banyak memberikan penekanan penjelasan kepada siswa pada bagian

materi yang belum tuntas. Ketiga, guru merubah susunan anggota kelompok

yang disusun ulang berdasarkan nilai siswa pada evaluasi siklus I. Hal ini

bertujuan agar siswa yang sudahatuntas dapat membantu siswa yang belum

tuntasadalam memahami materi.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

Berdasarkan perencanaan tersebut, diharapkan dapat

meningkatkanaprestasi belajar siswa pada tindakan siklus II dan mencapai

target ketuntasan. Siklus II direncanakan dilakukanasebanyak 2 kali

pertemuan (4 JP) dengan pembagian waktu 1 kali pertemuan (2 JP) untuk

prosesapembelajaran siklus II dan 1 kali pertemuan (2 JP) untuk evaluasi

siklus II. Perencanaan tindakan II meliputi penyusunanaiinstrumen

pembelajaran, antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media

Pembelajaran LKS, Instrumen penilaian pengetahuan dan instrumen

penilaian kemampuan berpikir kritis.

b. Tahap PelaksanaanaTindakan Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini dilakukan dalam

2 kali pertemuan. Pertemuan pertama, pada tanggal 4 Juni 2018 untuk

penyampaian materi dan pertemuan kedua pada tanggal 5 Juni 2018 untuk

tes siklus II. Pada pertemuan pertama, guru melakukan tindakan dengan

menerapakan model pembelajaran problem solving dengan media LKS,

Hanya saja anggota kelompok sudah dirubah dan disesuaikan dengan

komposisi siswa yang tuntas pada siklus I disebar secara merata. Tidak lupa

guru memberikan apersepsi untuk mengingatkan materi stoikiometri dan

memberikan beberapaipertanyaan kepada siswa untuk menguji pemahaman

siswa. Pada pembelajaran siklus II mulai terjadi interaksi dua arah yang

ditunjukkan dengan siswa yangamenjawab pertanyaan dari guru tanpa

ditunjuk.

Pada tahap eksplorasi, guru mempersilahkan siswa untuk

bergabung denganakelompoknya masing-masing sesuai dengan kelompok

yang telah ditentukan oleh guru. Terdapat 6 kelompokadengan tiap

kelompok terdiri dari 6 siswa. Pembentukan kelompokadidasarkan pada

hasil evaluasi pembelajaran pada siklus I. Siswa mengerjakan soal diskusi

secara berkelompok, soal diskusi difokuskan pada indikator yang belum

tuntas. Setiap siswa memiliki tanggung jawab yang samaadalam tugas yang

diberikan. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan kelompok dalam

membantu satu sama lain untuk memahami materi.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

Pada tahap konfirmasi, guru memberikan umpan balik berupa

penguatanakembali mengenai konsep-konsepayang telah dibangun oleh

siswa dan membahas kembali keseluruhanahasil pembelajaran. Sebagai

penutup, siswa dengan bimbinganaguru menyimpulkan pelajaran dan guru

memberitahu siswa bahwa setelah ini akan diadakan tes akhir mengenai

stoikiometri. Pelajaran diakhiri dengan salam.

Pada tanggal 5 Juni 2018 dilakukan evaluasi untuk siklus II selama

2 jam pelajaran yaitu 90 menit. Evaluasi siklus II ini hanya meliputi aspek

pengetahuanadan kemampuan berpikir kritis. Tes aspek pengetahuan pada

siklus II ini terdiri atas 25 soal dan tes kemampuan berpikirakritis terdiri

dari 15 soal. Beberapa butir soal dibuat berbeda namun indikator soal tetap

sama dengan soal evaluasi pada siklus I.

c. Tahap ObservasiaSiklus II

1) Kegiatan Siswa

Hasil observasi pembelajaran siklus II ini menunjukkan bahwa

aktivitas siswa sudah semakin meningkat. Hal ini dapatadilihat dari

mulai banyaknya siswa yang terlihat antusias dalam mengikuti

pembelajaran. Siswa aktif bertanya, berani menyampaikan pendapat dan

berani menuliskanajawaban di papan tulis tanpa ditunjuk oleh guru.

Setiap diskusi berlangsung siswa juga aktif mencatat hasil diskusi

dengan kelompoknya. Dalam penyelesaian soalnya siswa juga mulai

terlihat lancar dalam menyelesaikan setiap masalah dalam soal. Hal ini

dikarenakan susunan anggota kelompok telah disesuaikan dengan hasil

evaluasi pada siklus I. Hal ini bertujuan agarasiswa yang tuntas dapat

membantu teman-temanayang belum tuntas dalam memahami materi.

Dampak lain adalah diskusi dapat berlangsung dengan aktif dan

kondusif.

a) Penilaian Aspek Sikap

Dalam tindakanasiklus II, penilaian pada aspek sikap

(spiritual dan sosial) tidak dilakukan. Hal ini dikarenakanaaspek

sikap pada siklus I telah memenuhi target yaitu 91,67% siswa

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

75%

25%

TUNTAS

TIDAK TUNTAS

memiliki sikap baik dan sangat baik. Penilaian sikap dimungkinkan

meningkat apabila dilakukan penilaianakembali pada siklus II,

namun itu sulit untuk terjadi. Hal ini dikarenakan penilaian aspek

sikap dilakukan dengan intrumen angket dimana apabila angket

penilian sikapadiberikan kembali, dapat terjadi kecenderungan

siswaauntuk bosan dan malas dalam mengisi angket tersebut.

Apabila tetap dilakukan penilaian kembali dapat yang memberikan

hasil yang tidak maksimal.

b) Penilaian Aspek Keterampilan

Aspek keterampilan pada siklus II tidak dilakukan

penilaian kembali. Hal iniadikarenakan pada siklus I sudah

mencapai target yang telah ditetapkan. Apabila penilaian aspek

keterampilan ini dilakukan kembaliapada siklus II dimungkinkan

akan terjadi peningkatan padaarata-rata ketercapaian tiap

indikatornya, namun alokasi waktu pada siklus II hanya untuk

prosesaperbaikan pembelajaran, sehingga agar lebih efektif tidak

dilakukan penilaian aspek keterampilan.

c) Penilaian aspek Pengetahuan

Tes aspek pengetahuan dilakukan untuk mengetahui

keberhasilan pembelajaran stoikiometri pada siklus II. Setelah tes

dilakukan dan menganalisis hasil tes, dapat diketahui bahwa

ketuntasan aspek pengetahuan kelas X M-IPA 3 padaasiklus II

sebesar 75% atau sebanyak 27 siswa sudah tuntas, sedangkan siswa

yang belum tuntas sebanyak 9 siswa atau sebesar 25%.

Gambar 4.3 Persentase Ketuntasan Siswa Aspek Pengetahuan Siklus II

Berdasarkan persentase ketuntasan tersebut, maka hasil

siklus I ini untuk aspek pengetahuan telah mencapai target yang

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

ditetapkan yaitu 65% atau minimal 24 siswa tuntas. Persentase

ketuntasanaaspek pengetahuan pada siklus II ditunjukkan pada

Gambar 4.3.

Hasil analisis tes pengetahuan siklus II juga dapat

dinyatakan hasil ketuntasan prestasi belajar siswa pada tiap indikator

kompetensi dan item soal disajikan dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Ketuntasan PrestasiaaBelajar Siswa Aspek

Pengetahuan Siklus II

No Indikator Kompetensi No.

soal

Ketuntasan (%) Kriteria Tiap

Soal

Tiap

indikator

1. Mengetahui pengertian

Mol 1 80,55 80,55 Tercapai

2. Mengetahui Pengertian

Massa molar 3 86,11 86,11 Tercapai

3. Mengetahui pengertian

volume molar. 7 72,22 72,22 Tercapai

4.

Menentukanahubungan

antara mol, jumlah

partikel,massaamolar,

dan volume gas molar

2 63,88

75,00 Tercapai

4 69,44

5 91,66

6 66,67

8 83,33

9 41,67

10 83,33

11 91,66

5. Menghitung banyaknya

zatadalam campuran

12 86,11

69,44 Tercapai

13 80,55

14 80,55

15 44,44

16 83,33

17 61,11

18 58,33

6. Menyetarakanapersama

an kimia 19 66,67 66,67 Tercapai

7.

Menentukan jumlah

mol, massa molar,

volume molaragas, dan

jumlah partikel yang

terlibat dalam reaksi

20 83,33

69,44 Tercapai 21 66,67

22 69,44

23 61,11

24 69,44

8. Menentukanapereaksi

pembatas 25 66,67 66,67 Tercapai

Rata-rata 72,33 Tercapai

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

Seluruh indikator yang diajarkan pada pembelajaran telah

memenuhi target ketuntasan yang di tetapkan seperti yang tersaji

pada tabel 4.5. Hal ini dikarenakan padaapembelajaran siklus II

lebih ditekankan pada kompetensi yang belum tercapai.

d) Penilaian Kemampuan BerpikiraKritis

Pada pelaksanaan siklus II, aspek kemampuanaberpikir

siswa diukur kembali walaupun pada siklus I kemampuan berpikir

siswa telah memenuhi target. Hal ini dikarenakan masih

dimungkinkan terjadi peningkatan hasil. Pada soal kemampuan

berpikir kritis yang diujikan terdapat 5 aspek yang mencakup 10

indikatorakemampuan berpikir siswa yang terangkum dalam tes

penilaian kemampuan berpikirakritis yang diberikan kepada siswa

berupa soal objektif yang berjumlah 15 soal.

Penilaian kemampuan berpikirakritis dilakukan pada akhir

siklus II dan hasilnya dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu

kemampuan berpikir kritis sangat tinggi, kemampuan berpikir kritis

tinggi, kemampuan berpikir kritis sedang, kemampuanaberpikir

kritis rendah dan kemampuan berpikir kritis sangat rendah. Hasil

penilaian terhadap kemampuan berpikirakritis siswa pada siklus II

dinyatakan dalam Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Penilaian Kemampuan BerpikiraKritis Siklus II

Aspek

Persentase Pencapaian (%)

Sangat

Tinggi Tinggi Sedang Rendah

Sangat

Rendah

Kemampuan

BerpikiraKritis 13,88 66,67 19,44 0,00 0,00

Kategori kemampuan berpikirakritis siswa kelas X M-IPA

3 SMA Negeri Kebakkramat TahunaPelajaran 2017/2018 siklus I

disajikan pada Gambar 4.4.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

14%

67%

19%

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Gambar 4.4. Persentase Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II

Data tabel 4.6 dan Gambar 4.4 menunjukkanabahwa pada

akhir siklus I siswa yang masuk ke dalam kategori kemampuan

berpikir kritis sangat tinggi sebanyak 5 siswa atau 13,89%, siswa

yang masuk dalam kategori kemampuan berpikir kritis tinggi

sebanyak 24 siswa atau 66,67% dan siswa yang masuk dalam

kategori kemampuan berpikir kritis sedang sebanyak 7 siswa atau

19,44%. Berdasarkan pengujian kemampuan berpikir kritis siswa

yang tergolong tinggi dan sangat tinggi mencapai 80,56%, Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan berpikirakritis siswa X M-IPA 3

telah memenuhi target yang ditetapkan yaitu 65%.

2) KegiatanaGuru

Berdasarkan observasi terhadapaguru, secara umum kegiatan

belajar menagajar sudah berjalanidengan baik, Siswa sudah mulai

terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan pada

pembelajaran siklus II, sehingga mempermudah aktivitas guru. Pada

awal pertemuan guru terlebih dahulu mengecek kehadiranisiswa dan

kesiapan siswa untuk belajar yang dilanjutkan dengan memberikan

apersepsi mengenai materi yang akan dipelajari pada siklus II. Setelah

membagi kelompok yang telah dirubah dan memberikan LKS pada

masing-masing kelompok, guru memulai pelajaran dengan baik. Pada

pembelajaran di siklus II, guru tidak terlalu banyak menjelaskan

mengenai teknis berlangsungnya pembelajaran, hal ini

dikarenakanasiswa sudah terbiasa dengan alur model pembelajaran

yang diterapkan. Setelah selesai diskusi dilanjutkan presentasi. Diakhir

pembelajaran guru menekankan materi yang penting terutama mengenai

hal yang banyak belum tuntas pada siklus I.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

d. Tahap Refleksi Tindakan Siklus II

Pada siklus II ini pembelajaran kimia dilakukan dengan

menggunakan modelapembelajaran problem solving dengan alokasi waktu

2 kali pertemuan (4 JP) dengan rincian 1 kaliapertemuan (2 JP) untuk

penguatan materi yang belum tuntas dan 1 kali pertemuan (2 JP) untuk tes

evaluasi siklus II. Selama pembelajaran pertemuan pertama, terlihat jika

siswa tidak terlalu kesulitan menghadapi masalah, hal ini menunjukan

adanya peningkatan pada kemampuan berpikir kritis. Siswa terbiasa untuk

menemukan pemecahan masalah dari soal stoikiometri secara mandiri.

Dalam pembelajaran siklus II, siswa terlihat aktif ketika berdiskusi dan

presentasi, beberapa siswa berani bertanya kepada guru mengenai hal yang

belum dimengerti.

Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus II, maka dilakukan

evaluasi berupa tes akhir siklus II pada pertemuan berikutnya. Tes tersebut

meliputi tes aspek pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis.

Ketercapaianatarget siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 KetercapaianaSiklus II

Aspek yang dinilai Capaian (%) Target

(%) Kriteria

Pengetahuan 75,00 65 Tercapai

Sikap 91,67 80 Tercapai

Keterampilan 83,33 75 Tercapai

Kemampuan Berpikir kritis 80,56 65 Tercapai

Hasil tes aspek pengetahuan sebesar 75% atau sebanyak 27 siswa

sudah tuntas, sedangkanasiswa yang belum tuntas sebanyak 9 siswa atau

sebesar 25%, sehingga target telah tercapai. Peningkatan juga mengalami

peningkatan pada jumlah ketuntasan. Hal tersebut menunjukkan bahwa

aspekapengetahuan, sikap, keterampilan dan kemampuan berpikirakritis

siswa pada siklus II telah mencapai target yangatelah ditetapkan pada saat

prapenelitian. Hasil refleksi siklus II dapat disimpulkan bahwa

pembelajaranaistoikiometri dengan menggunakan model pembelajaran

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

36.11%

63.89%75%

25%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

Tuntas Belum Tuntas

ketu

nta

san

(%

)

Ketuntasan

Siklus I

Suklus II

problemasolving yang dilengkapi dengan LKS dapat meningkatkan prestasi

belajar dan kemampuanaberpikir kritis siswa. Penelitian ini dihentikan pada

siklus II dikarenakan semua aspek telah mencapaiaitarget yang telah

ditetapkan pada awal penelitian.

4. Perbandingan Hasil Tindakan

Penerapan model pembelajaranaproblem solving berbantuan media

LKS pada materi stoikiometriaidilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I

dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, sedangkanasiklus II dilaksanakan

sebanyak 2 kali pertemuan dengan evaluasi di setiap akhir siklus. Pada

pelakasanaan tindakan silus II hanya terfokus pada kompetensi siswa yang

belumaitercapai pada siklus I. Perbandingan hasilatindakan antar siklus

digunakan untuk mengetahui peningkatanayang terjadi selama tindakan siklus

I dan siklus II.

a. Aspek Pengetahuan

Persentase ketuntasan merupakan penentu keberhasilan dalam

penelitian ini. Ketuntasan belajar siswa padaamateri stoikiometri dalam

penelitian ini dilihat dari nilai tes aspek pengetahuan di tiap akhir siklus.

Penilaian aspek pengetahuan yang diujikan pada siklus Iaterdiri dari 25 butir

soal pilihan ganda, dan pada siklus II terdiri dari 25 butir soalapilihan ganda.

Hasil penilaian aspek pengetahuan siklus I menunjukkan 3 sebesar 36,11%

atau sebanyak 13 siswa sudah tuntas dan siswa yang belumituntas sebanyak

23 siswa atau sebesar 63,89%. Pada tindakan siklus II, sebanyak 27 siswa

(75%) mencapai ketuntasan dan 9 siswa (25%) belum mencapaiiketuntasan.

Gambar 4.5 PerbandinganaPersentase Ketuntasan Aspek Pengetahuan

Siklus I dan Siklus II

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

Data hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan persentase

ketuntasan aspek pengetahuan siswa. Adapun peningkatan persentase

ketuntasan tiap siklus dapat dilihatapada Gambar 4.5. Peningkatan

ketuntasan belajar siswa pada aspek pengetahuan juga diikuti dengan

kenaikan pencapaian tiap indikator. Pencapaian tiap indikator pada tiap

siklus dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Ketuntasan Indikator Aspek Pengetahuan Siklus I dan Siklus II

Indikator Kompetensi Ketercapain (%)

Siklus I Siklus II

1. Mengetahuiapengertian Mol 97,22 80,55

2. Mengetahuiapengertian Massa molar 83,33 86,11

3. Mengetahui pengertian volume molar. 69,44 72,22

4. Menentukanahubungan antara mol, jumlah

partikel,massaamolar, dan volume gas molar 55,56 75,00

5. Menghitung banyaknya zat dalam campuran 47,22 69,44

6. Menyetarakan persamaan kimia 66,67 66,67

7. Menentukanajumlah mol, massa molar,

volume molaragas, dan jumlah partikel yang

terlibatadalam reaksi

50,00 69,44

8. Menentukan pereaksiapembatas 44,44 66,67

Indikator kompetensi yang belum tuntas pada siklus I mengalami

peningkatan ketercapaian ketuntasan. Secara umum, penerapan model

pembelajaran problem solving yang dilengkapi dengan telah berhasil

meningkatkan prestrasi belajar aspek pengetahuan siswa kelas X M-IPA 3.

b. Aspek Kemampuan BerpikiraKritis

Aspek kemampuan berpikirakritis yang dimiliki siswa dapat

diketahui dengan pengujian pada tindakan siklus I dan siklus II. Secara

umum, hasil pengujian pada siklus I telah mencapai target yang diharapkan,

namun pengujian kemampuan berpikir kritis dilakukan kembali pada siklus

II karena dimungkinkan adanya peningkatan. Perbandingan hasil pengujian

kemampuan berpikir kritis siklus I dan siklus II dapat dilihatipada Tabel 4.9.

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir

kritis siswa mengalami peningkatan ketuntasan. Ketuntasan dilihat dari

jumlah siswa yang masuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

Tabel 4.9 Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I dan Siklus II

Kategori Pencapaian Siswa (%)

Siklus I Siklus II

SangataTinggi 22,22 13,89

Tinggi 47,22 66,67

Sedang 30,56 19,44

Rendah 0,00 0,00

Sangatarendah 0,00 0,00

B. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian tindakanakelas

yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklusaterdiri dari 4 tahap, yaitu tahap

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi tindakan. Pelaksanaan penelitian

dapat dimulai ketika peneliti sudah melakukan observasi untuk mengetahuiakondisi

awal yang ada di SMA Negeri Kebakkramat. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara pratindakan, ditemukan permasalahan bahwa rendahnya prestasi belajar

dan kemampuan berpikirakritis siswa kelas X M-IPA 3. Oleh karena itu dilakukan

diskusi dengan guru mata pelajaran kimia untuk mengatasiapermasalahan tersebut

dengan menerapkan model pembelajaran problem tsolving yang dilengkapi dengan

LKS.

Model pembelajaran problem solving mendorong siswa untuk dapat

memecahkan masalah dan memahami konsep secara mandiri. Selain itu, siswa aktif

bertanya, menjawab, mencatat hasil diskusi, dan berani mengemukakan pendapat

dalam proses pembelajaran. Hal ini didukung penelitian dari Ernawati, Ashadi dan

Utami (2015) yang menyatakan bahwa untuk dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan prestasi belajar pada siswa maka dibutuhkan metode yang

dapatimengembangkan kreatifitas, keaktifan, dan kekritisan siswa salah satunya

adalah metode pembelajaraniproblem solving. Proses pembelajaran dengan model

problem solving dilakukan dalam kelompok agar melatih siswa untuk gotong

royong, jujur, tanggung jawab, dan percaya diri dalam kelompoknya. Penggunaan

media LKS dimaksudkan agar siswa lebih banyak berlatih untuk mencari solusi dari

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

permasalahan berupa soal-soal yang berkaitan dengan materi stoikiometri, sehingga

pemahaman siswa akan konsep stoikiometri lebih kuat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penerapan model

pembelajaran problemasolving yang dilengkapi dengan LKS dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini didukung penelitian dari Snyder dan

Snyder (2008) bahwa teknik pemecahan masalah (problem solving) akan

membimbing siswa untuk memahami suatu materi melalui proses berpikir kritis

dan memanfaatkan kolaborasi antar siswa. Sebuah penelitian serupa oleh Gürses

(2007) menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang melibatkan masalah dapat

mengasah pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan suatu persoalan,

partisipasi aktif dalam proses pembelajaran termasuk pengarahan diri sendiri,

identifikasi kebutuhan belajar sendiri, kerja tim, diskusi kreatif, dan belajar dari

teman. Hasil observasi danawawancara prasiklus menunjukkan kemampuan

berpikir kritis siswa pada saat mengikuti pelajaran kimia masih rendah. Pada saat

pembelajaran kimia siswa terlihat tidak ada yang bertanya pada guru mengenai

suatu materi yang sedang dipelajari. Setelah pelaksanaanatindakan pada siklus I

maupun siklus II, terdapat perubahan yang besar. Pembelajaran yang diterapkan

merupakan pembelajaran dengan model problem solving yang menuntut siswa

lebih aktif mengikuti pembelajaran. Siswa lebih leluasaaberpendapat, mau

mengungkapkan idenya. Apabila kesulitan, siswa berusaha bertanya dengan

temannya maupun guru.

Berdasarkan data hasil perlakuan didapatkan kemampuan berpikirakritis

dan prestasi belajar siswaamengalami peningkatan. Faktor yangamenyebabkan

peningkatan kemampuan berpikirakritis salah satunya adalah model pembelajaran

yang digunakan. Penerapan model problem solving menuntut siswa untuk

menemukan konsep secara mandiri dalam memecahkan masalah yang ada.

Hubungan antara model pembelajaran problem solving dengan indikator

kemampuan berpikir kritis menurut Ennis ditunjukan pada tabel 4.10. Model

problem solving menuntut siswa aktif dalam mencari data-data pendukung serta

menganalisis data yang berguna untuk memecahkan permasalahan yang ada.

Diskusi kelompok kecil memberikanikesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

yang lebih besar sehingga setiap siswa merasa terlibat dan puasaterhadap belajarnya

serta mencegah dominasi anggota tertentu.

Tabel 4.10 Hubungan Sintaks Problem Solving dengan Indikator Kemampuan

Berpikir Kritis

Sintaks Problem

Solving Indikator Kemampuan Berpikir Kritis yang Diasah

1. Menganalisis

masalah

- Memfokuskan pertanyaan

- Bertanya dan menjawab pertanyaan

- Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan

observasi

- Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu

definisi

- Mengidentifikasi asumsi-asumsi

- Berinteraksi dengan orang lain

2. Merumuskan

hipotesis

- Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

- Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

- Bertanya dan menjawab pertanyaan

- Berinteraksi dengan orang lain

3. Mengumpulkan

data

- Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya

atau tidak

- Menganalisis argument

- Berinteraksi dengan orang lain

4. Menguji

hipotesis

- Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

- Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

- Menganalisis argument

- Menentukan suatu tindakan

- Berinteraksi dengan orang lain

5. Menarik

kesimpulan

- Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

- Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

- Bertanya dan menjawab pertanyaan

- Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

- Berinteraksi dengan orang lain

Pada tahap siskusi siswa bersama kelompoknya berdiskusi memecahkan

soal dalam LKS, saling bertukar ilmu antar anggota untuk memahami materinya,

serta menyiapkan diri untuk mempresentasikanajawabannya. Setiap siswa harus

memiliki tanggung jawab yang besar terhadap dirinya sendiri maupun terhadap

kelompoknya. Pembelajaran yang melibatkan pemecahan masalah dan dikerjakan

secara berkelompok membuat siswa terbiasa untuk berpikir secara kritis. Kondisi

siswa yangadapat menyelesaikan masalah mengakibatkan pemahaman konsep

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

secara mendasar. Hal ini sesuai dengan teori belajar Ausubel dimana model

pembelajaran problemasolving dapat mematangkan konsepadasar materi, karena

pembelajaran yang dilaksanakan bertujuan untuk membangun pemahaman siswa

melalui pemecahaan masalah. Model pembelajaran ini dapat memberikan

pembelajaran yang bermakna melalui permasalahan yang disajikan oleh guru.

Wawancara dengan guruamata pelajaran kimia menyatakan bahwa masih

banyak siswa yang belum tuntas pada materi stoikiometri. Setelahadilakukan

tindakan pada siklus I ketuntasan prestasi belajar siswa adalah 36,11% . Hasil ini

belum mencapai target yangatelah ditentukan karena masih terdapat beberapa

indikatorakompetensi yang belum tercapai sehingga perluadilanjutkan ke siklus II

untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Padaasiklus II, pembelajaran hanya

difokuskan pada satu indikator yang belum tercapai ketuntasannya tersebut. Hasil

persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II meningkat menjadi sebesar

75,00%.

Dari hasil belajar siswa yangamencakup aspek pengetahuan, sikap,

keterampilan dan kemampuan berpikir kritis siswa, dapat dinyatakan bahwa

penerapan model pembelajaran problem solving yang dilengkapi dengan LKS dapat

meningkatkan prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian Mandina dan

Ochonogor (2017) yang mengungkapkan bahwa pengajaran pemecahan masalah

(problem solving) lebih efektif dan lebih unggul daripada model pembelajaran

konvensional dalam mengatasi kesulitan siswa yang berkaitan dengan stoikiometri.

Pada materi stoikiometri LKS akan memudahkan siswa dalam menentukan pokok

permasalahan yang ada. Hal ini didukung oleh penelitian dari Carolin, Saputro dan

Catur (2015) yang menyatakan bahwa dengan bantuan LKS, maka ketergantungan

siswa pada guru akan berkurang, sehingga siswa dapat lebih aktif untuk

menyelesaikan permasalahan pada materi. Dalam stoikiometri diperlukan

kemampuan berpikir kritis karena siswa memerlukan tahapan seperti menentukan

masalah dan bagaimana cara menyelesaikan soal stoikiometri. Dengan begitu,

prestasi belajar pada materi stoikiometri akan meningkat seiring dengan

meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

Penelitian ini dapat disimpulkanaberhasil karena indikator proses dan

prestasi belajar meliputi aspek pengetahuan, sikap keterampilan dan kemampuan

berpikir kritis telah mencapai target dan mengalamiipeningkatan. Berdasarkan hasil

tindakan, pengamatan danapembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwaipenerapan

model pembelajaran problem solving yang dilengkapi dengan LKS dapat

meningkatkan prestasiabelajar dan kemampuan berpikirakritis siswa pada materi

Stoikiometri kelas X M-IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2017/2018.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

79

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan prestasi

belajar pada materi stoikiometri siswa kelas X M-IPA 3 SMA Negeri

Kebakkramat Tahun Pelajaran 2017/2018. Hasil belajar pada penelitian ini

meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil tes pengetahuan

menunjukkan pada siklus I presentase ketuntasan aspek pengetahuan siswa

adalah 36,11% dan pada siklus II meningkat menjadi 75,00%. Pencapaian

ketuntasan aspek sikap adalah 91,67% dan pencapaian pada aspek keterampilan

sebesar 83,33%.

2. Penerapan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis pada materi stoikiometri siswa kelas X M-IPA 3

SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2017/2018. Peningkatan dapat

dilihat setelah pelaksanaan tindakan siklus I presentase ketuntasan siswa

sebesar 67% dan pada siklus II meningkat menjadi 82%.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

dikemukakan implikasi secara teoritis dan praktis.

1. Implikasi Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau

referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai penerapan model

pembelajaran problem solving. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan

sebagai dasar untuk mengadakan upaya bersama antara guru, orang tua, dan

siswa, serta pihak sekolah lainnya agar dapat membantu siswa dalam

meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar kimia secara maksimal.

7

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

80

2. Implikasi Praktis

Secara praktis, berdasarkan hasil penelitian dapat memberikan

informasi model pembelajaran problem solving dapat diterapkan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa pada

materi stoikiometri.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Guru kimia dapat menerapkan model pembelajaran problem solving dengan

media Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi stoikiometri karena dapat

meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar siswa.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan model

pembelajaran problem solving dengan meneliti pada aspek lain yang belum

dibahas sebelumnya.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

81

DAFTAR PUSTAKA

Aldous, C. R. (2005). Creativity in problem solving: Uncovering the origin of new

ideas. International Education Journal, 5(5), 43–56.

Alec, Fisher. (2010). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. (S. Sagara, Ed.). Jakarta:

Erlangga.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik dan Prosedur. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2015). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Bumi Aksara.

Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Boss, J. A. (2012). Think. New York: McGraw-Hill.

Carolin, Y., Saputro, S., & Catur, N. (2015). Penerapan Metode Pembelajaran

Peoblem solving dilengkapi LKS untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi

belajar pada Materi Hukum Dasar kimia siswa kelas X MIA 1 SMA Bhineka

Karya 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2014 / 2015, Jurnal Pendidikan Kimia, 4(4),

46–53.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Panduan Pengembangan Bahan

Pelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 1–33. Retrieved from

http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20

_th_2003.pdf

Ernawati, D., Ashadi, & Utami, B. (2015). 2015. Upaya Peningkatan Prestasi

Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIA 7 dengan

Menggunakan Metode Pembelajaran Problem Solving pada Materi

Stoikiometri di SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015, Jurnal

Pendidikan Kimia, 4(4). 17-26.

Fristadi, R., & Bharata, H. (2015). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Dengan Problem Based Learning, Proceeding Seminar nasional

Matematika dan Pendidikan Matematika UNY 2015. 597–602. Universitas

Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

82

Gregory, R. J. (2007). Psychological Testing: History, Principles, and

Applications. United Stated of America: Pearson Education, Inc.

Gürses, A., Açıkyıldız, M., Ar, Ç. D., & Mustafa, S. (2007). An investigation into

the effectiveness of problem-based learning in a physical chemistry laboratory

course. Research in Science & Technological Education, 25, 99–113.

https://doi.org/10.1080/02635140601053641

Hamdani. (2011). Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Harsanto, R. (2005). Melatih anak Berpikir Analisis, Kritis dan Kreatif. Jakarta:

Grasindo.

Iif Khoiru Ahmadi, Amri, S., & Elisah, T. (2011). Strategi Pembelajaran Sekolah

Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Kemendikbud. (2017). Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan

Sekolah Menengah Atas (p. 100). Jakarta: Kemendikbud.

Mandina, S., & Ochonogor, C. E. (2017). Using problem-solving instruction to

overcome high school chemistry students ’ difficulties with stoichiometric

problems, African Journal of Educational Studies in Mathematics and

Sciences, 13, 33–39.

Mastur Faizi. (2013). Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid.

Yogyakarta: DIVA Press.

Mendikbud. (2014). Permendikbud No. 104 Tahun 2014: Penilaian Hasil Belajar

oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Indonesia.

Mendikbud. (2016). Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Standar Penilaian

Pendidikan. Indonesia.

Okanlawon, A. E. (2010). Teaching Reaction Stoichiometry: Exploring and

Acknowledging Nigerian Chemistry Teachers Pedagogical Content

Knowledge. Cypriot Journal of Educational Sciences, 5(2), 107–129.

Paul, R. (1992). Critical Thinking : What , Why , and How, (77).

Pinto, G. (2013). Stoichiometry in Context : Inquiry-Guided Problems of Chemistry

for Encouraging Critical Thinking in Engineering Students, i-JEP, (May

2014), 1–6. https://doi.org/10.3991/ijep.v3i1.2313

Pithers, R. T., & Soden, R. (2000). Critical thinking in education: a review.

Educational Research, 42(3), 237–249. https://doi.org/10.1080/001318800

440579

Prastowo, A. (2014). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:

DIVA Press.

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

83

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Slavin, R. E. (2009). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks.

SMA, D. P. (2010). Juknis Analisis Butir Soal Di SMA. Jakarta: Direktorat

Pendidikan Menengah Umum Depdiknas.

Snyder, L. G., & Snyder, M. J. (2008). Teaching Critical Thinking and Problem

Solving Skills. The Delta Pi Epsilon Journal, 90–100.

Sudjana. (1996). Metoda Ststistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suradji. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta Indonesia: Prestasi Pustaka.

Widyantini, T. (2013). Artikel Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa ( LKS ) sebagai

Bahan Ajar (pp. 1–11). Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan

Tenaga Kependididkan (PPPPTK) Matematika.