CONVERSATION ANALYSIS AS A DISCOURSE APPROACH TO TEACHING SPEAKING SKILL
TEACHING INDONESIAN LANGUAGE USING AUDIO-VISUAL VIDEO MEDIA TO INCREASE SPEAKING SKILL
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of TEACHING INDONESIAN LANGUAGE USING AUDIO-VISUAL VIDEO MEDIA TO INCREASE SPEAKING SKILL
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL VIDEO PADAPEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUKMENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Barunagri,Lembang)
Wawan Setiawardani PGSD FIP Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr.
Setiabudhi no. 229 Bandunge-mail: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnyaaktivitas belajar dan keterampilan berbicara siswa padamata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian inibertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicaramelalui penerapan media audio-visual. Metode penelitianyang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, modelKemmis & Taggart. Subjek penelitian ini 47 siswa kelasV SDN Barunagri Lembang, Bandung Barat. Hasilpenelitian ini menunjukan bahwa penggunaan media audio-visual pada pembelajaran bahasa Indonesia dapatmeningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Kata kunci: Media audio-visual, keterampilan berbicara.
Abstract: The background of the reasearch was the lowstudents' studying activities and speaking skill onIndonesian Language subject. The aim of the research isincreasing speaking skill through audio-visual media.Method of the research used was Classroom ActionResearch (CAR) by Kemmis and Mc. Taggart model.Subjects of the research involves 47 students of the
1
2
fifth grade semester II SDN Barunagri Lembang KabupatenBandung Barat. Result of the research showed that byusing audio-visual media on learning IndonesianLanguage was able to increase students' speaking skill.
Keywords: audio-visual media, speaking skill
PENDAHULUAN
Pendidikan bahasa Indonesia di sekolah dasar
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa
Indonesia siswa sesuai dengan fungsi bahasa sebagai
wahana berfikir dan berkomunikasi untuk mengembangkan
potensi intelektual, emosional dan sosial. Bahasa
sangat fungsional dalam kehidupan manusia, karena
selain merupakan alat komunikasi yang paling efektif,
berfikir pun menggunakan bahasa.
Ada beberapa aspek keterampilan berbahasa yang
harus terus dibina untuk meningkatkan mutu pembelajaran
3
bahasa sekarang ini. Kita mengenal ada berbagai macam
atau beberapa macam cabang dari keterampilan berbahasa,
mulai dari tingkat paling sederhana yakni menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Menurut Resmini (2009: 49) “berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa
lisan”.
Berbicara tidak sekedar mengucapkan kata-kata,berbicara merupakan alat untuk mengkomunikasikangagasan-gagasan yang disusun dan dikembangkansesuai dengan kebutuhan sang penyimak. Berbicaramerupakan instrumen yang mengungkapkan kepadapenyimak hampir secara langsung apakah sangpembicara memahami atau tidak pembicaraan yangdisampaikannya maupun para penyimaknya; apakahdia bersikap tenag serta dapat menyesuaikan diriatau tidak, pada saat dia mengkomunikasikangagasan-gagasannya dan apakah dia antusias atautidak (Tarigan 1983: 15).
Dalam menyampaikan pesan, seseorang akan
mempergunakan ragam bahasa lisan. Tujuan seseorang
menyampaikan pesan yaitu mengharapkan agar pendengar
atau penerima pesan dapat memahaminya. Proses
menyampaikan pesan tersebut disebut berbicara. Dengan
4
demikian, berbicara adalah keterampilan seseorang dalam
menyampaikan pesan kepada penyimak.
Keterampilan berbicara harus dilatih melalui proses
belajar dan latihan secara berkesinambungan dan
sistematis agar dapat memperlancar seseorang dalam
berkomunikasi. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator
yang akan mengembangkan dua keterampilan diatas harus
menerapkan cara dan media yang efektif untuk
membelajarkan keterampilan berbahasa. Namun, kenyataan
dilapangan, kemampuan dan prestasi siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, di kelas V SDN Barunagri
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat masih rendah.
Hal ini dibuktikan dari data yang diperoleh peneliti
banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditentukan sebesar 65. Dari 47
siswa, hanya 18 orang yang mencapai KKM. Artinya
sebanyak 62% siswa belum mencapai ketuntasan belajar
Bahasa Indonesia.
5
Guru harus dapat melihat situasi kelas atau siswa
dan kemudian memilih media seperti apa yang akan di
gunakan dalam pembelajarannya. Materi yang sama belum
tentu dapat diterapkan pada kelas yang berbeda. Namun,
dalam pemilihan media pembelajaran tetap harus mengacu
pada tujuan utama dalam pencapaian belajar yaitu
penekanan pada unsur pemahaman siswa, bukan sekedar
menghafal dan akan lebih baik lagi jika dilanjutkan
pada praktek aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
Dalam pencapaian tujuan pembelajaran itu perlu di
terapkan pembelajaran yang aktif, dinamis, dan
menyenangkan. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti
lakukan diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil
belajar siswa kelas V tersebut dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya :
1. Kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran
di kelas. Siswa tidak menggunakan kesempatan-
kesempatan yang diberikan oleh guru untuk
6
bertanya mengenai materi pelajaran yang belum
dimengerti tidak dimanfaatkan dengan baik oleh
siswa.
2. Seringnya siswa berada diluar kelas pada saat
jam pelajaran yang seharusnya digunakan untuk
belajar dikarenakan guru yang tidak hadir.
3. Guru mengajar dengan menggunakan metode yang
monoton yaitu metode ceramah, sehingga siswa
cenderung bosan dalam pembelajaran.
4. Guru jarang sekali menggunakan media
pembelajaran, sehingga kurang menarik minat
siswa dalam proses pembelajaran.
5. Guru sering masuk terlambat dan sering
membiarkan siswa berada diluar kelas. Sehingga
hal ini membuat pembelajaran tidak berlangsung
sesuai dengan yang semestinya.
6. Aktifitas siswa dalam menjawab, menyelesaikan
tugas-tugas masih sangat kurang.
Bahasa Indonesia lebih sering dipandang pelajaran
yang sederhana dan tidak terlalu penting. Bahasa
7
Indonesia yang dipelajari di sekolah lebih banyak
disampaikan melalui ceramah, atau mengerjakan buku LKS.
Guru cenderung hanya mentransfer ilmu dan siswa hanya
menerima dengan pasif. Padahal teori perkembangan
intelektual dari Piaget, anak SD berada pada periode
operasional konkret. Siswa SD masih terikat dengan
objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra.
Sebab itu, pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan
tidak hanya disampaikan dengan cara ceramah akan tetapi
membutuhkan objek konkret yang dapat ditangkap oleh
panca indra. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa
memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga yang
disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan
dimengerti oleh siswa.
Berdasarkan permasalahan diatas penggunaan media
pembelajaran yang bervariasi dan inovatif sangat
diperlukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia Adapun
salah satu caranya adalah dengan menggunakan media
Audio-visual.
8
Seperti yang diungkapkan Rusman (2013: 201)
manfaat penggunaan audio-visual meliputi : siswa dapat
memperoleh persepsi yang sama dan benar dalam menerima
materi pelajaran. Guru membuat siswa lebih fokus pada
pembelajaran dan membantu mengigat kembali materi
sehingga lebih mudah berbagi pengetahuan dan
keterampilan yang telah dipelajari.
Penggunaan media audio-visual dipandang tepat untuk
memberikan pemahaman yang bersifat konkret, sehingga
mempermudah siswa menyerap materi yang disampaikan.
Materi yang diserap selanjutnya akan disampaikan
kembali oleh siswa melalui teknik berbicara. Media
audio-visual ini berupa media video yang ditayangkan
didepan kelas melalui proyektor.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas
maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini
bisa dinyatakan secara umum dengan rumusan seperti
dibawah ini.
9
“Bagaimana penggunaan media audio-visual untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa di kelas V
SDN Barunagri dalam pelajaran bahasa Indonesia?”
Rumusan masalah diatas dapat dijabarkankan menjadi
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana rencana pembelajaran bahasa Indonesia
dengan menggunakan media audio-visual untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa di kelas V
SDN Barunagri, Lembang?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
dengan menggunakan media audio-visual untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa di kelas V
SDN Barunagri, Lembang?
3. Berapa besar peningkatan kemampuan berbicara siswa
di kelas V SDN Barunagri, Lembang dalam
pembelajaraan bahasa Indonesia setelah menggunakan
media audio-visual?
Penelitian yang dilakukan tentunya memiliki
tujuan. Tujuan umum diadakannya penelitian ini adalah
10
“untuk mendapatkan deskripsi mengenai penggunaan media
audio-visual untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa kelas V sekolah dasar”, secara khusus penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Memperoleh gambaran proses perencanaan pembelajaran
siswa dan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia
terutama yang berkaitan dengan keterampilan
berbicara dengan menggunakan media audio-visual di
kelas V SDN Barunagri, Lembang.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran
bahasa Indonesia dengan menggunakan media audio-
visual untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa di kelas V SDN Barunagri, Lembang.
3. Untuk mengetahui sejauh mana media audio-visual
dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa
dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN
Barunagri, Lembang.
METODE PENELITIAN
11
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian
Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action
Research, yaitu Action Research yang dilakukan di kelas.
Sedangkan menurut Wardhani (2012: 3), ‘penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat’.
Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga
siklus. Masing-masing siklus mencakup kegiatan-kegiatan
perencanaan (planing), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting) (Emzir, 2008: 258).
Alur penelitian tindakan kelas yang diaplikasikan
dalam penelitian ini mengacu pada alur penelitian yang
dikembangkan oleh Kemmis & Mc. Taggart sebagai mana
disajikan di halaman berikut:
12
Siklus I
Siklus II
Gambar 1.1
Alur Penelitian Tindakan Kelas
Penyusunan RencanaTindakan
Penyusunan Rencana Tindakan
PelaksanaanTindakan
ObservasiRefleksi
PelaksanaanTindakan
ObservasiRefleksi
Penyusunan RencanaTindakan
Observasi
Rencana TindakanSelanjutnya
Refleksi PelaksanaanTindakan
Rumusan Masalah
Identifikasi Masalah
13
Menurut Kemmis dan M.C Taggart (Syamsudin dan Vismaia,2009: 205)
Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas V semester 2 di SDN Barunagri, Lembang. Dengan
jumlah siswa sebanyak 47 siswa, yang terdiri dari 21
siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan.
Instrumen penelitian yang dilakukan dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Tes kompetensi berbicara
Tes kemampuan berbicara ini bertujuan untuk
menilai kemampuan berbicara siswa setelah mengikuti
pembelajaran. Tes kemampuan berbicara dalam hal ini
aspek-aspek yang dinilai yaitu tekanan, tata bahasa,
kosa kata, kelancaran, dan pemahaman.
Pensekoran dilakukan dalam penilaian kemampuan
berbicara tersebut kemudian akan di ubah dalam bentuk
tabel.
b. Observasi
14
Penelitian ini berlangsung melalui proses
pengamatan atau observasi yang dilakukan baik secara
langsung atau melihat hasil rekaman oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi tentang siswa dengan cara
mengamati, melihat, mencatat tingkah laku dan kemampuan
guru maupun siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Adapun jenis yang digunakan adalah
observasi nonpartisipan, observer berada di luar subjek
yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan
yang mereka lakukan.
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil
penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini
berupa data yang diperoleh dan di dapat dari hasil
observasi siswa dan guru serta hasil tes siswa pada
saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan data
kuantitatif yang didapat berupa data yang menunjukan
proses interaksi yang terjadi selama digunakan metode
kualitatif. Data yang diperoleh dari kegiatan
15
wawancara, lembar aktifitas siswa, observasi guru dan
studi dokumentasi tersebut kemudian diolah dan dibuat
persentasenya.
1. Analisis Data Kualitatif
Prinsip data kualitatif dalam analisisinya bersifat
berkesinambungan, sebagaimana yang dinyatakan oleh
Nasution dalam Satori dan Komariah (2012: 167) “bahwa
proses analisis telah dimulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun meneliti hingga
penulisan hasil penelitian”.
Peneliti menganalisis data observasi dan hasil tes
berbicara yang kemudian disajikan dalam bentuk table
dan dirangkum agar kesesuaian antara data dan
pembelajaran yang sebenarnya dapat terlihat.
2. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari tes keterampilan
berbicara. Setelah data diperoleh kemudian dilakukan
analisis melalui langkah-langkah berikut:
16
a. Penyekoran hasil tes
Hasil dari penyekoran akan dihitung dengan
rumus:
Kemampuan Berbicara = Jumlahskoryangdiperoleh3
Untuk mengklasifikasikan kualitas kemampumpuan
berbicara siswa, maka data hasil tes dikelompokan
dengan menggunakan skala 10-60.
b. Menghitung nilai rata-rata kelas
X=∑xN
Ket : X = Rata – rata
∑x = Jumlah keseluruhan nilai yang
diperoleh
N = banyak data (siswa)
c. Menghitung persentase ketuntasan belajar (nilai
> 65)
N=siswadengannilai>65
∑siswax100 %
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran menjadi bagian yang
penting dalam upaya menciptakan pembelajaran yang
efektif dan efisien. oleh karenanya perencanaan
pembelajaran dalam setiap siklus disusun secara
sistematis. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang
disusun dalam penelitian ini mengacu pada prinsip-
prinsip penggunaan media audio-visual sebagai sarana
mendekatkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa.
Untuk Indikator dirumuskan berdasarkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang diambil dari
Standar Isi. Materi pada penelitian ini dibatasi pada
pokok bahasan mengomentari persoalan faktual untuk
setiap siklus dari I sampai III.
Perencanaan pada siklus II dan III dibuat dengan
mengacu pada hasil refleksi kegiatan pada siklus I dan
II, perubahan lebih terlihat dari pengkondisian dan
pengaturan ruangan kelas yang memungkinkan siswa dapat
18
duduk dengan rapih dan mengikuti pembelajaran dengan
nyaman. Perubahan juga dilakukan dalam Rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan pemahaman
mengenai teknik berpidato dan berbicara efektif,
memilih materi video yang lebih sederhana dan dekat
dengan siswa sehingga siswa lebih mengenal tentang
materi yang disampaikan, serta memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berfikir kritis dan menggomentari
persoalan-persoalan yang ditayangkan pada video.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada
dasarnya sudah mengikuti prinsip-prinsip penggunaan
media pembelajaran. Namun, dalam pemilihan materi video
pembelajaran masih kurang memperhatikan perkembangan
dan pengalaman siswa, sehingga menyulitkan siswa untuk
memahami dan mengomentari persoalan-persoalan yang ada
didalamnya. Guru pun masih kurang memberikan kesempatan
siswa untuk mengomentari persoalan-persoalan dalam
materi itu sendiri, guru masih membantu siswa
19
mengarahkan dengan pertanyaan sehingga siswa lebih
fokus menjawab dari pada mengomentari persoalan-
persoalan tersebut. Usaha yang dilakukan guru dalam
rangka perbaikan proses pembelajaran berupa perencanaan
ulang dengan mengacu pada refleksi pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
Hasilnya pada tindakan siklus II dan III
aktivitas guru dan siswa mulai berubah. Pembelajaran
berlangsung lebih baik, guru memilih materi video
pembelajaran yang lebih dekat dengan siswa sehingga
siswa lebih mudah memahami materi video pembelajaran
yang disampaikan, memberi kesempatan mengomentari
persoalan-persoalan yang ditayangkan kepada siswa serta
memberikan npemahaman mengenai teknik berpidato yang
baik. Siswa lebih antusias menyimak video-video yang
ditayangkan, serta mulai terbiasa menyusun dan
menyampaikan pidato dengan bahasa dan teknik yang baik.
Siswa juga lebih aktif dalam mengomentari persoalan-
persoalan faktual yang sedang dibahas. Selain itu
pemahaman dan Kemampuan berbicara tentang konsep materi
20
yang diberikan semakin meningkat ini menunjukan bahwa
tingkat kemampuan berbicara siswa bisa meningkat dengan
menggunakan media audio-visual.
Pembahasan mengenai gambaran pelaksanaan dan
aktivitas guru dan siswa dalam penelitian ini bisa
dilihat dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh
observer. Dari hasil observasi tersebut dapat dilihat
secara keseluruhan proses pembelajaran baik aktivitas
guru maupun siswa selama pembelajaran dengan
menggunakan media audio-visual. Peningkatan ini ternyata
berpengaruh terhadap hasil kemampuuan berbicara siswa
yang diperoleh dari hasil tes kemampuan berbicara setiap
tindakan baik siklus II maupun siklus III.
3. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa
Untuk melihat peningkatan kemampuan bericara dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan
mengomentari persoalan faktual di kelas V SDN
Barunagri pada penelitian ini, peneliti membandingkan
hasil tes kemampuan berbicara pada siklus I sampai siklus
21
III. Peningkatan Kemampuan berbicara dapat dilihat dari
perubahan skor dan rata-rata skor yang diperoleh oleh
siswa.
Dari data hasil nilai siklus I menunjukan 4 siswa
atau 8% siswa dinyatakan tuntas dan 47 siswa atau 92%
siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas dari KKM yang
ditentukan sebesar 65. Hal ini disebabkan karena dalam
berpidato siswa masih banyak yang hanya membacakan teks
dan kurang memahami tentang bagaimana cara berbicara di
depan umum yang baik.
“Berbicara merupakan keterampilan menyampaikan
pesan dengan lisan” (Resmini, 2008: 35). Dalam
berbicara seseroang menyampaikan pesannya secara lisan,
berbeda dengan membaca. Membaca merupakan suatu
kegiatan untuk memahami arti tulisan, meskipun dalam
prakteknya membaca menyampaikan pesan secara lisan akan
tetapi dalam penilaian berbicara membaca tidak
dibenarkan.
Dari data hasil nilai siklus II menunjukan 27
siswa atau 57% siswa dinyatakan tuntas dan 20 siswa
22
atau 43% siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas dari KKM
yang ditentukan sebesar 65. Hal ini disebabkan karena
dalam berpidato kemampuan berbicara siswa cukup baik,
pemilihan katanya sudah bagus, namun masih sering
terjadi jeda karena siswa tidak mampu mengingat apa
yang ingin disampaikan atau masih gugup dalam berbicara
yang mengakibatkan lupa pembicaraan yang ingin
disampaikan. Meski terdapat beberapa siswa yang belum
mencapai KKM tetapi apabila dibandingkan dengan data
pada siklus satu terjadi kenaikan yang signifikan yaitu
sebesar 49%.
Peningkatan ini dipengaruhi oleh pemilihan materi
video pembelajaran yang cukup dekat dengan siswa,
sehingga mempermudah siswa untuk memahami materi.
Melalui penggunaan media audio-visual juga mampu membantu
siswa mamahami materi. Edgar Dale (Rudi Susilana dan
Cepi Riyana, 2008: 19) mengungkapkan bahwa pengetahuan
akan semakin abstrak apabila pengetahuan disampaikan
secara verbal. Dengan kata lain melalui penggunaan
media audio-visual pembelajaran tidak hanya bersifat
23
verbal tetapi mampu memberikan penggambaran jelas
mengenai persoalan yang sedang dibahas.
Pada data hasil nilai siklus III menunjukan 27
siswa atau 100% siswa dinyatakan tuntas dari KKM yang
ditentukan sebesar 65. Hal ini menunjukan bahwa
penggunaan media audio-visual (video) dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia mampu membantu meningkatkan
keterampilan berbicara siswa. Berikut adalah data
peningkatan keterampilan berbicara berdasarkan nilai
rata-rata persiklus.
0
20
40
60
80
100Data Nilai PrasiklusData Nilai Siklus IData Nilai Siklus IIData Nilai Siklus IIINi
lai
Rata
-rat
a
Gambar 1.2
Diagram Batang Rata-Rata Skor Siswa Tiap Siklus
Aktivitas guru dan siswa berpengaruh terhadap
hasil yang dicapai siswa sehingga dapat dikatakan bahwa
penggunaan media audio-visual selain dapat meningkatkan
24
aktivitas pembelajaran juga dapat meningkatkan
kemampuan berbicara siswa. Selain itu, pelaksanaan
pembelajaran lebih berpusat kepada siswa sehingga guru
hanya memberikan bimbingan dan memfasilitasi kegiatan
siswa untuk belajar. Dari gambar 1.3 dapat dilihat
ketuntasan belajar dari siklus ke siklus, dapat diambil
kesimpulan bahwa Penggunaan Media Audio-visual dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V dalam
materi pokok mengomentari persoalan faktual mata
pelajaran bahasa Indonesia.
0%
20%
40%
60%
80%
100%Data PrasiklusData Pencapaian Siklus IData Pencapaian Siklus IIData Pencapaian Siklus III
persentase
ketuntasan
Gambar 1.3
Diagram Batang Perkembangan Ketuntasan Kemampuan
Berbicara Siswa
25
Dalam penelitian ini, peneliti menilai hasil tes
kemampuan berbicara siswa sesudah dilaksanakannya
pembelajaran dengan menggunakan media audsio visual.
Peningkatan kemampuan berbicara dapat dilihat dari
persentase siswa yang mencapai KKM. Terlihat adanya
peningkatan dari setiap siklus, berikut gambar
peningkatan keterampilan berbicara setiap tindakan baik
siklus I maupun siklus II.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka
kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai
berikut :
1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan media
audio-visual video , dibuat oleh peneliti sebaik mungkin
dengan mengacu kepada KTSP disertai lembar observasi
guru dan siswa dan tes kemampuan berbicara di akhir
setiap siklus. Pemilihan video disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran, agar materi video sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Selain itu, alat-alat pendukung
26
dipersiapkan agar menunjang berlangsungnya
pembelajaran dengan baik.
2. Pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaan media
audio-visual video pada pokok bahasan mengomentari
persoalan faktual dilaksanakan sesuai rencana yang
telah dipersiapkan. Berdasarkan hasil observasi pada
siklus I kegiatan pembelajaran sudah cukup baik namun
beberapa kesalahan yang guru lakukan seperti
kurangnya memberi kesempatan siswa untuk berfikir dan
mengomentari persoalan faktual sendiri masih terjadi,
selain kesalahan guru terdapat faktor yang
berpengaruh, diantaranya pengalaman berbicara siswa
yang kurang sehingga kurang mampu meningkatkan hasil
belajar siswa (kemampuan berbicara) pada siklus I.
Setelah dilakukan refleksi dari pengamatan siklus I,
maka dalam pelaksanaan siklus II beberapa kegiatan
pembelajaran dirubah, diantaranya mengenai pemberian
pemahaman mengenai teknik berbicara di hadapan orang
lain serta pemilihan materi video yang lebih dekat
dengan siswa. Pada sisklus III tidak terjadi banyak
27
perubahan dari pelaksanaannya dibandingkan dengan
siklus II, perbedaan hanya pada materi video
pembelajaran.
3. Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan
penggunaan media audio-visual video mampu dikatakan
berhasil. Dari perbaikan pembelajaran yang dilakukan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus I,
pembelajaran pada siklus II berhasil dengan baik
ditandai dengan adanya peningkatan hasil tes kemampuan
berbicara dari 43% menjadi 57% terjadi peningkatan
sebanyak 14% dengan rata-rata sebesar 66,36. Dan
hasil yang signifikan terlihat pada Siklus III tes
kemampuan berbicaranya meningkat dari 57% menjadi 100%
dengan rata-rata 77,15.
DAFTAR RUJUKAN
__________. 2012. Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru(PLPG). Bandung: UPI.
Depdiknas. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SekolahDasar. Jakarta: Depdiknas.
28
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif danKualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Ferdiansyah, Ferda.2012. Peningkatan Hasil Belajar Siswa MelaluiPendekatan Matematika Realistik Pada Pembelajaran MatematikaKelas V Sdn 3 Cikidang Pokok Bahasan Pecahan. Skripsi. JurusanPedagogik Program Studi Pendidikan Guru SekolahDasar.
Nurgiantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran BahasaBerbiasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Resmini, Novi. 2010. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD.Bandung: UPI Press.
Resmini, Novi. Dkk. 2009. Pembinaan Dan PengembanganPembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia. Bandung: UPIPress.
Resmini, Novi. Juanda, Dadan. 2008. Pendidikan Bahasa danSastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press.
Rofiudin, A. Zuhdi, D. 2001. Pendidikan Bahasa dan SastraKelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud.
Rusman dkk. 2013. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi danKomunikasi.Jakarta: Rajawali Pers.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.
29
Sofian. 2010. Pemanfaatan Media Video untuk MeningkatkanMotivasi Belajar Siswa di MAN 3 Jambi. Makalah JurusanKurikulum dan Teknologi Pendidikan.
Susilana, Rudi. Riyana, Cepi. 2008. Media Pembelajaran.Bandung: Juruan Kurtekpend FIP UPI.
Tarigan, H. G.1991. Menyimak Sebagai Suatu KeterampilanBerbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara Sebagai SuatuKeterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.
Wardani, IGAK . Wihardit, Kuswaya. 2012. Penelitiantindakan kelas. Tanggerang Seltan: UniversitasTerbuka.
Winata, Udin S. 1992. Pendekatan Pembelajaran Kelas Rangkap.Jakarta: Depdikbud.