TEACHING INDONESIAN LANGUAGE USING AUDIO-VISUAL VIDEO MEDIA TO INCREASE SPEAKING SKILL

29
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL VIDEO PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Barunagri, Lembang) Wawan Setiawardani PGSD FIP Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi no. 229 Bandung e-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya aktivitas belajar dan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui penerapan media audio-visual. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, model Kemmis & Taggart. Subjek penelitian ini 47 siswa kelas V SDN Barunagri Lembang, Bandung Barat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan media audio- visual pada pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Kata kunci: Media audio-visual, keterampilan berbicara. Abstract: The background of the reasearch was the low students' studying activities and speaking skill on Indonesian Language subject. The aim of the research is increasing speaking skill through audio-visual media. Method of the research used was Classroom Action Research (CAR) by Kemmis and Mc. Taggart model. Subjects of the research involves 47 students of the 1

Transcript of TEACHING INDONESIAN LANGUAGE USING AUDIO-VISUAL VIDEO MEDIA TO INCREASE SPEAKING SKILL

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL VIDEO PADAPEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUKMENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Barunagri,Lembang)

Wawan Setiawardani PGSD FIP Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr.

Setiabudhi no. 229 Bandunge-mail: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnyaaktivitas belajar dan keterampilan berbicara siswa padamata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian inibertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicaramelalui penerapan media audio-visual. Metode penelitianyang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, modelKemmis & Taggart. Subjek penelitian ini 47 siswa kelasV SDN Barunagri Lembang, Bandung Barat. Hasilpenelitian ini menunjukan bahwa penggunaan media audio-visual pada pembelajaran bahasa Indonesia dapatmeningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Kata kunci: Media audio-visual, keterampilan berbicara.

Abstract: The background of the reasearch was the lowstudents' studying activities and speaking skill onIndonesian Language subject. The aim of the research isincreasing speaking skill through audio-visual media.Method of the research used was Classroom ActionResearch (CAR) by Kemmis and Mc. Taggart model.Subjects of the research involves 47 students of the

1

2

fifth grade semester II SDN Barunagri Lembang KabupatenBandung Barat. Result of the research showed that byusing audio-visual media on learning IndonesianLanguage was able to increase students' speaking skill.

Keywords: audio-visual media, speaking skill

PENDAHULUAN

Pendidikan bahasa Indonesia di sekolah dasar

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa

Indonesia siswa sesuai dengan fungsi bahasa sebagai

wahana berfikir dan berkomunikasi untuk mengembangkan

potensi intelektual, emosional dan sosial. Bahasa

sangat fungsional dalam kehidupan manusia, karena

selain merupakan alat komunikasi yang paling efektif,

berfikir pun menggunakan bahasa.

Ada beberapa aspek keterampilan berbahasa yang

harus terus dibina untuk meningkatkan mutu pembelajaran

3

bahasa sekarang ini. Kita mengenal ada berbagai macam

atau beberapa macam cabang dari keterampilan berbahasa,

mulai dari tingkat paling sederhana yakni menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis.

Menurut Resmini (2009: 49) “berbicara adalah

keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa

lisan”.

Berbicara tidak sekedar mengucapkan kata-kata,berbicara merupakan alat untuk mengkomunikasikangagasan-gagasan yang disusun dan dikembangkansesuai dengan kebutuhan sang penyimak. Berbicaramerupakan instrumen yang mengungkapkan kepadapenyimak hampir secara langsung apakah sangpembicara memahami atau tidak pembicaraan yangdisampaikannya maupun para penyimaknya; apakahdia bersikap tenag serta dapat menyesuaikan diriatau tidak, pada saat dia mengkomunikasikangagasan-gagasannya dan apakah dia antusias atautidak (Tarigan 1983: 15).

Dalam menyampaikan pesan, seseorang akan

mempergunakan ragam bahasa lisan. Tujuan seseorang

menyampaikan pesan yaitu mengharapkan agar pendengar

atau penerima pesan dapat memahaminya. Proses

menyampaikan pesan tersebut disebut berbicara. Dengan

4

demikian, berbicara adalah keterampilan seseorang dalam

menyampaikan pesan kepada penyimak.

Keterampilan berbicara harus dilatih melalui proses

belajar dan latihan secara berkesinambungan dan

sistematis agar dapat memperlancar seseorang dalam

berkomunikasi. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator

yang akan mengembangkan dua keterampilan diatas harus

menerapkan cara dan media yang efektif untuk

membelajarkan keterampilan berbahasa. Namun, kenyataan

dilapangan, kemampuan dan prestasi siswa dalam

pembelajaran bahasa Indonesia, di kelas V SDN Barunagri

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat masih rendah.

Hal ini dibuktikan dari data yang diperoleh peneliti

banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang ditentukan sebesar 65. Dari 47

siswa, hanya 18 orang yang mencapai KKM. Artinya

sebanyak 62% siswa belum mencapai ketuntasan belajar

Bahasa Indonesia.

5

Guru harus dapat melihat situasi kelas atau siswa

dan kemudian memilih media seperti apa yang akan di

gunakan dalam pembelajarannya. Materi yang sama belum

tentu dapat diterapkan pada kelas yang berbeda. Namun,

dalam pemilihan media pembelajaran tetap harus mengacu

pada tujuan utama dalam pencapaian belajar yaitu

penekanan pada unsur pemahaman siswa, bukan sekedar

menghafal dan akan lebih baik lagi jika dilanjutkan

pada praktek aplikasi dari materi yang telah diajarkan.

Dalam pencapaian tujuan pembelajaran itu perlu di

terapkan pembelajaran yang aktif, dinamis, dan

menyenangkan. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti

lakukan diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil

belajar siswa kelas V tersebut dalam mata pelajaran

bahasa Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya :

1. Kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran

di kelas. Siswa tidak menggunakan kesempatan-

kesempatan yang diberikan oleh guru untuk

6

bertanya mengenai materi pelajaran yang belum

dimengerti tidak dimanfaatkan dengan baik oleh

siswa.

2. Seringnya siswa berada diluar kelas pada saat

jam pelajaran yang seharusnya digunakan untuk

belajar dikarenakan guru yang tidak hadir.

3. Guru mengajar dengan menggunakan metode yang

monoton yaitu metode ceramah, sehingga siswa

cenderung bosan dalam pembelajaran.

4. Guru jarang sekali menggunakan media

pembelajaran, sehingga kurang menarik minat

siswa dalam proses pembelajaran.

5. Guru sering masuk terlambat dan sering

membiarkan siswa berada diluar kelas. Sehingga

hal ini membuat pembelajaran tidak berlangsung

sesuai dengan yang semestinya.

6. Aktifitas siswa dalam menjawab, menyelesaikan

tugas-tugas masih sangat kurang.

Bahasa Indonesia lebih sering dipandang pelajaran

yang sederhana dan tidak terlalu penting. Bahasa

7

Indonesia yang dipelajari di sekolah lebih banyak

disampaikan melalui ceramah, atau mengerjakan buku LKS.

Guru cenderung hanya mentransfer ilmu dan siswa hanya

menerima dengan pasif. Padahal teori perkembangan

intelektual dari Piaget, anak SD berada pada periode

operasional konkret. Siswa SD masih terikat dengan

objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra.

Sebab itu, pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan

tidak hanya disampaikan dengan cara ceramah akan tetapi

membutuhkan objek konkret yang dapat ditangkap oleh

panca indra. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa

memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga yang

disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan

dimengerti oleh siswa.

Berdasarkan permasalahan diatas penggunaan media

pembelajaran yang bervariasi dan inovatif sangat

diperlukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia Adapun

salah satu caranya adalah dengan menggunakan media

Audio-visual.

8

Seperti yang diungkapkan Rusman (2013: 201)

manfaat penggunaan audio-visual meliputi : siswa dapat

memperoleh persepsi yang sama dan benar dalam menerima

materi pelajaran. Guru membuat siswa lebih fokus pada

pembelajaran dan membantu mengigat kembali materi

sehingga lebih mudah berbagi pengetahuan dan

keterampilan yang telah dipelajari.

Penggunaan media audio-visual dipandang tepat untuk

memberikan pemahaman yang bersifat konkret, sehingga

mempermudah siswa menyerap materi yang disampaikan.

Materi yang diserap selanjutnya akan disampaikan

kembali oleh siswa melalui teknik berbicara. Media

audio-visual ini berupa media video yang ditayangkan

didepan kelas melalui proyektor.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas

maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini

bisa dinyatakan secara umum dengan rumusan seperti

dibawah ini.

9

“Bagaimana penggunaan media audio-visual untuk

meningkatkan keterampilan berbicara siswa di kelas V

SDN Barunagri dalam pelajaran bahasa Indonesia?”

Rumusan masalah diatas dapat dijabarkankan menjadi

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana rencana pembelajaran bahasa Indonesia

dengan menggunakan media audio-visual untuk

meningkatkan keterampilan berbicara siswa di kelas V

SDN Barunagri, Lembang?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia

dengan menggunakan media audio-visual untuk

meningkatkan keterampilan berbicara siswa di kelas V

SDN Barunagri, Lembang?

3. Berapa besar peningkatan kemampuan berbicara siswa

di kelas V SDN Barunagri, Lembang dalam

pembelajaraan bahasa Indonesia setelah menggunakan

media audio-visual?

Penelitian yang dilakukan tentunya memiliki

tujuan. Tujuan umum diadakannya penelitian ini adalah

10

“untuk mendapatkan deskripsi mengenai penggunaan media

audio-visual untuk meningkatkan keterampilan berbicara

siswa kelas V sekolah dasar”, secara khusus penelitian

ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran proses perencanaan pembelajaran

siswa dan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia

terutama yang berkaitan dengan keterampilan

berbicara dengan menggunakan media audio-visual di

kelas V SDN Barunagri, Lembang.

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran

bahasa Indonesia dengan menggunakan media audio-

visual untuk meningkatkan keterampilan berbicara

siswa di kelas V SDN Barunagri, Lembang.

3. Untuk mengetahui sejauh mana media audio-visual

dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa

dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN

Barunagri, Lembang.

METODE PENELITIAN

11

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action

Research, yaitu Action Research yang dilakukan di kelas.

Sedangkan menurut Wardhani (2012: 3), ‘penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh

guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,

dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai

guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat’.

Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga

siklus. Masing-masing siklus mencakup kegiatan-kegiatan

perencanaan (planing), tindakan (acting), pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting) (Emzir, 2008: 258).

Alur penelitian tindakan kelas yang diaplikasikan

dalam penelitian ini mengacu pada alur penelitian yang

dikembangkan oleh Kemmis & Mc. Taggart sebagai mana

disajikan di halaman berikut:

12

Siklus I

Siklus II

Gambar 1.1

Alur Penelitian Tindakan Kelas

Penyusunan RencanaTindakan

Penyusunan Rencana Tindakan

PelaksanaanTindakan

ObservasiRefleksi

PelaksanaanTindakan

ObservasiRefleksi

Penyusunan RencanaTindakan

Observasi

Rencana TindakanSelanjutnya

Refleksi PelaksanaanTindakan

Rumusan Masalah

Identifikasi Masalah

13

Menurut Kemmis dan M.C Taggart (Syamsudin dan Vismaia,2009: 205)

Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas V semester 2 di SDN Barunagri, Lembang. Dengan

jumlah siswa sebanyak 47 siswa, yang terdiri dari 21

siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan.

Instrumen penelitian yang dilakukan dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes kompetensi berbicara

Tes kemampuan berbicara ini bertujuan untuk

menilai kemampuan berbicara siswa setelah mengikuti

pembelajaran. Tes kemampuan berbicara dalam hal ini

aspek-aspek yang dinilai yaitu tekanan, tata bahasa,

kosa kata, kelancaran, dan pemahaman.

Pensekoran dilakukan dalam penilaian kemampuan

berbicara tersebut kemudian akan di ubah dalam bentuk

tabel.

b. Observasi

14

Penelitian ini berlangsung melalui proses

pengamatan atau observasi yang dilakukan baik secara

langsung atau melihat hasil rekaman oleh peneliti untuk

mendapatkan informasi tentang siswa dengan cara

mengamati, melihat, mencatat tingkah laku dan kemampuan

guru maupun siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Adapun jenis yang digunakan adalah

observasi nonpartisipan, observer berada di luar subjek

yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan

yang mereka lakukan.

Pengolahan data yang diperoleh dari hasil

penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan

kuantitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini

berupa data yang diperoleh dan di dapat dari hasil

observasi siswa dan guru serta hasil tes siswa pada

saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan data

kuantitatif yang didapat berupa data yang menunjukan

proses interaksi yang terjadi selama digunakan metode

kualitatif. Data yang diperoleh dari kegiatan

15

wawancara, lembar aktifitas siswa, observasi guru dan

studi dokumentasi tersebut kemudian diolah dan dibuat

persentasenya.

1. Analisis Data Kualitatif

Prinsip data kualitatif dalam analisisinya bersifat

berkesinambungan, sebagaimana yang dinyatakan oleh

Nasution dalam Satori dan Komariah (2012: 167) “bahwa

proses analisis telah dimulai sejak merumuskan dan

menjelaskan masalah, sebelum terjun meneliti hingga

penulisan hasil penelitian”.

Peneliti menganalisis data observasi dan hasil tes

berbicara yang kemudian disajikan dalam bentuk table

dan dirangkum agar kesesuaian antara data dan

pembelajaran yang sebenarnya dapat terlihat.

2. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari tes keterampilan

berbicara. Setelah data diperoleh kemudian dilakukan

analisis melalui langkah-langkah berikut:

16

a. Penyekoran hasil tes

Hasil dari penyekoran akan dihitung dengan

rumus:

Kemampuan Berbicara = Jumlahskoryangdiperoleh3

Untuk mengklasifikasikan kualitas kemampumpuan

berbicara siswa, maka data hasil tes dikelompokan

dengan menggunakan skala 10-60.

b. Menghitung nilai rata-rata kelas

X=∑xN

Ket : X = Rata – rata

∑x = Jumlah keseluruhan nilai yang

diperoleh

N = banyak data (siswa)

c. Menghitung persentase ketuntasan belajar (nilai

> 65)

N=siswadengannilai>65

∑siswax100 %

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran menjadi bagian yang

penting dalam upaya menciptakan pembelajaran yang

efektif dan efisien. oleh karenanya perencanaan

pembelajaran dalam setiap siklus disusun secara

sistematis. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang

disusun dalam penelitian ini mengacu pada prinsip-

prinsip penggunaan media audio-visual sebagai sarana

mendekatkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa.

Untuk Indikator dirumuskan berdasarkan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang diambil dari

Standar Isi. Materi pada penelitian ini dibatasi pada

pokok bahasan mengomentari persoalan faktual untuk

setiap siklus dari I sampai III.

Perencanaan pada siklus II dan III dibuat dengan

mengacu pada hasil refleksi kegiatan pada siklus I dan

II, perubahan lebih terlihat dari pengkondisian dan

pengaturan ruangan kelas yang memungkinkan siswa dapat

18

duduk dengan rapih dan mengikuti pembelajaran dengan

nyaman. Perubahan juga dilakukan dalam Rencana

pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan pemahaman

mengenai teknik berpidato dan berbicara efektif,

memilih materi video yang lebih sederhana dan dekat

dengan siswa sehingga siswa lebih mengenal tentang

materi yang disampaikan, serta memberikan kesempatan

kepada siswa untuk berfikir kritis dan menggomentari

persoalan-persoalan yang ditayangkan pada video.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada

dasarnya sudah mengikuti prinsip-prinsip penggunaan

media pembelajaran. Namun, dalam pemilihan materi video

pembelajaran masih kurang memperhatikan perkembangan

dan pengalaman siswa, sehingga menyulitkan siswa untuk

memahami dan mengomentari persoalan-persoalan yang ada

didalamnya. Guru pun masih kurang memberikan kesempatan

siswa untuk mengomentari persoalan-persoalan dalam

materi itu sendiri, guru masih membantu siswa

19

mengarahkan dengan pertanyaan sehingga siswa lebih

fokus menjawab dari pada mengomentari persoalan-

persoalan tersebut. Usaha yang dilakukan guru dalam

rangka perbaikan proses pembelajaran berupa perencanaan

ulang dengan mengacu pada refleksi pembelajaran yang

telah dilaksanakan.

Hasilnya pada tindakan siklus II dan III

aktivitas guru dan siswa mulai berubah. Pembelajaran

berlangsung lebih baik, guru memilih materi video

pembelajaran yang lebih dekat dengan siswa sehingga

siswa lebih mudah memahami materi video pembelajaran

yang disampaikan, memberi kesempatan mengomentari

persoalan-persoalan yang ditayangkan kepada siswa serta

memberikan npemahaman mengenai teknik berpidato yang

baik. Siswa lebih antusias menyimak video-video yang

ditayangkan, serta mulai terbiasa menyusun dan

menyampaikan pidato dengan bahasa dan teknik yang baik.

Siswa juga lebih aktif dalam mengomentari persoalan-

persoalan faktual yang sedang dibahas. Selain itu

pemahaman dan Kemampuan berbicara tentang konsep materi

20

yang diberikan semakin meningkat ini menunjukan bahwa

tingkat kemampuan berbicara siswa bisa meningkat dengan

menggunakan media audio-visual.

Pembahasan mengenai gambaran pelaksanaan dan

aktivitas guru dan siswa dalam penelitian ini bisa

dilihat dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh

observer. Dari hasil observasi tersebut dapat dilihat

secara keseluruhan proses pembelajaran baik aktivitas

guru maupun siswa selama pembelajaran dengan

menggunakan media audio-visual. Peningkatan ini ternyata

berpengaruh terhadap hasil kemampuuan berbicara siswa

yang diperoleh dari hasil tes kemampuan berbicara setiap

tindakan baik siklus II maupun siklus III.

3. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa

Untuk melihat peningkatan kemampuan bericara dalam

mata pelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan

mengomentari persoalan faktual di kelas V SDN

Barunagri pada penelitian ini, peneliti membandingkan

hasil tes kemampuan berbicara pada siklus I sampai siklus

21

III. Peningkatan Kemampuan berbicara dapat dilihat dari

perubahan skor dan rata-rata skor yang diperoleh oleh

siswa.

Dari data hasil nilai siklus I menunjukan 4 siswa

atau 8% siswa dinyatakan tuntas dan 47 siswa atau 92%

siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas dari KKM yang

ditentukan sebesar 65. Hal ini disebabkan karena dalam

berpidato siswa masih banyak yang hanya membacakan teks

dan kurang memahami tentang bagaimana cara berbicara di

depan umum yang baik.

“Berbicara merupakan keterampilan menyampaikan

pesan dengan lisan” (Resmini, 2008: 35). Dalam

berbicara seseroang menyampaikan pesannya secara lisan,

berbeda dengan membaca. Membaca merupakan suatu

kegiatan untuk memahami arti tulisan, meskipun dalam

prakteknya membaca menyampaikan pesan secara lisan akan

tetapi dalam penilaian berbicara membaca tidak

dibenarkan.

Dari data hasil nilai siklus II menunjukan 27

siswa atau 57% siswa dinyatakan tuntas dan 20 siswa

22

atau 43% siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas dari KKM

yang ditentukan sebesar 65. Hal ini disebabkan karena

dalam berpidato kemampuan berbicara siswa cukup baik,

pemilihan katanya sudah bagus, namun masih sering

terjadi jeda karena siswa tidak mampu mengingat apa

yang ingin disampaikan atau masih gugup dalam berbicara

yang mengakibatkan lupa pembicaraan yang ingin

disampaikan. Meski terdapat beberapa siswa yang belum

mencapai KKM tetapi apabila dibandingkan dengan data

pada siklus satu terjadi kenaikan yang signifikan yaitu

sebesar 49%.

Peningkatan ini dipengaruhi oleh pemilihan materi

video pembelajaran yang cukup dekat dengan siswa,

sehingga mempermudah siswa untuk memahami materi.

Melalui penggunaan media audio-visual juga mampu membantu

siswa mamahami materi. Edgar Dale (Rudi Susilana dan

Cepi Riyana, 2008: 19) mengungkapkan bahwa pengetahuan

akan semakin abstrak apabila pengetahuan disampaikan

secara verbal. Dengan kata lain melalui penggunaan

media audio-visual pembelajaran tidak hanya bersifat

23

verbal tetapi mampu memberikan penggambaran jelas

mengenai persoalan yang sedang dibahas.

Pada data hasil nilai siklus III menunjukan 27

siswa atau 100% siswa dinyatakan tuntas dari KKM yang

ditentukan sebesar 65. Hal ini menunjukan bahwa

penggunaan media audio-visual (video) dalam mata pelajaran

bahasa Indonesia mampu membantu meningkatkan

keterampilan berbicara siswa. Berikut adalah data

peningkatan keterampilan berbicara berdasarkan nilai

rata-rata persiklus.

0

20

40

60

80

100Data Nilai PrasiklusData Nilai Siklus IData Nilai Siklus IIData Nilai Siklus IIINi

lai

Rata

-rat

a

Gambar 1.2

Diagram Batang Rata-Rata Skor Siswa Tiap Siklus

Aktivitas guru dan siswa berpengaruh terhadap

hasil yang dicapai siswa sehingga dapat dikatakan bahwa

penggunaan media audio-visual selain dapat meningkatkan

24

aktivitas pembelajaran juga dapat meningkatkan

kemampuan berbicara siswa. Selain itu, pelaksanaan

pembelajaran lebih berpusat kepada siswa sehingga guru

hanya memberikan bimbingan dan memfasilitasi kegiatan

siswa untuk belajar. Dari gambar 1.3 dapat dilihat

ketuntasan belajar dari siklus ke siklus, dapat diambil

kesimpulan bahwa Penggunaan Media Audio-visual dapat

meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V dalam

materi pokok mengomentari persoalan faktual mata

pelajaran bahasa Indonesia.

0%

20%

40%

60%

80%

100%Data PrasiklusData Pencapaian Siklus IData Pencapaian Siklus IIData Pencapaian Siklus III

persentase

ketuntasan

Gambar 1.3

Diagram Batang Perkembangan Ketuntasan Kemampuan

Berbicara Siswa

25

Dalam penelitian ini, peneliti menilai hasil tes

kemampuan berbicara siswa sesudah dilaksanakannya

pembelajaran dengan menggunakan media audsio visual.

Peningkatan kemampuan berbicara dapat dilihat dari

persentase siswa yang mencapai KKM. Terlihat adanya

peningkatan dari setiap siklus, berikut gambar

peningkatan keterampilan berbicara setiap tindakan baik

siklus I maupun siklus II.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka

kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai

berikut :

1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan media

audio-visual video , dibuat oleh peneliti sebaik mungkin

dengan mengacu kepada KTSP disertai lembar observasi

guru dan siswa dan tes kemampuan berbicara di akhir

setiap siklus. Pemilihan video disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran, agar materi video sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Selain itu, alat-alat pendukung

26

dipersiapkan agar menunjang berlangsungnya

pembelajaran dengan baik.

2. Pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaan media

audio-visual video pada pokok bahasan mengomentari

persoalan faktual dilaksanakan sesuai rencana yang

telah dipersiapkan. Berdasarkan hasil observasi pada

siklus I kegiatan pembelajaran sudah cukup baik namun

beberapa kesalahan yang guru lakukan seperti

kurangnya memberi kesempatan siswa untuk berfikir dan

mengomentari persoalan faktual sendiri masih terjadi,

selain kesalahan guru terdapat faktor yang

berpengaruh, diantaranya pengalaman berbicara siswa

yang kurang sehingga kurang mampu meningkatkan hasil

belajar siswa (kemampuan berbicara) pada siklus I.

Setelah dilakukan refleksi dari pengamatan siklus I,

maka dalam pelaksanaan siklus II beberapa kegiatan

pembelajaran dirubah, diantaranya mengenai pemberian

pemahaman mengenai teknik berbicara di hadapan orang

lain serta pemilihan materi video yang lebih dekat

dengan siswa. Pada sisklus III tidak terjadi banyak

27

perubahan dari pelaksanaannya dibandingkan dengan

siklus II, perbedaan hanya pada materi video

pembelajaran.

3. Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan

penggunaan media audio-visual video mampu dikatakan

berhasil. Dari perbaikan pembelajaran yang dilakukan

berdasarkan hasil refleksi pada siklus I,

pembelajaran pada siklus II berhasil dengan baik

ditandai dengan adanya peningkatan hasil tes kemampuan

berbicara dari 43% menjadi 57% terjadi peningkatan

sebanyak 14% dengan rata-rata sebesar 66,36. Dan

hasil yang signifikan terlihat pada Siklus III tes

kemampuan berbicaranya meningkat dari 57% menjadi 100%

dengan rata-rata 77,15.

DAFTAR RUJUKAN

__________. 2012. Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru(PLPG). Bandung: UPI.

Depdiknas. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SekolahDasar. Jakarta: Depdiknas.

28

Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif danKualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Ferdiansyah, Ferda.2012. Peningkatan Hasil Belajar Siswa MelaluiPendekatan Matematika Realistik Pada Pembelajaran MatematikaKelas V Sdn 3 Cikidang Pokok Bahasan Pecahan. Skripsi. JurusanPedagogik Program Studi Pendidikan Guru SekolahDasar.

Nurgiantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran BahasaBerbiasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.

Resmini, Novi. 2010. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD.Bandung: UPI Press.

Resmini, Novi. Dkk. 2009. Pembinaan Dan PengembanganPembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia. Bandung: UPIPress.

Resmini, Novi. Juanda, Dadan. 2008. Pendidikan Bahasa danSastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press.

Rofiudin, A. Zuhdi, D. 2001. Pendidikan Bahasa dan SastraKelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud.

Rusman dkk. 2013. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi danKomunikasi.Jakarta: Rajawali Pers.

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.

29

Sofian. 2010. Pemanfaatan Media Video untuk MeningkatkanMotivasi Belajar Siswa di MAN 3 Jambi. Makalah JurusanKurikulum dan Teknologi Pendidikan.

Susilana, Rudi. Riyana, Cepi. 2008. Media Pembelajaran.Bandung: Juruan Kurtekpend FIP UPI.

Tarigan, H. G.1991. Menyimak Sebagai Suatu KeterampilanBerbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara Sebagai SuatuKeterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.

Wardani, IGAK . Wihardit, Kuswaya. 2012. Penelitiantindakan kelas. Tanggerang Seltan: UniversitasTerbuka.

Winata, Udin S. 1992. Pendekatan Pembelajaran Kelas Rangkap.Jakarta: Depdikbud.