SKRIPSI Oleh Vincen Haryo Wibowo NIM 062210101059 BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of SKRIPSI Oleh Vincen Haryo Wibowo NIM 062210101059 BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS...
SKRIPSI
Oleh
Vincen Haryo Wibowo
NIM 062210101059
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
OPTIMASI KOMPOSISI HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA DAN
KITOSAN SEBAGAI SISTEM FLOATING – MUCOADHESIVE
TABLET TEOFILIN
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Farmasi (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Farmasi
oleh
Vincen Haryo Wibowo
NIM 062210101059
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
OPTIMASI KOMPOSISI HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA DAN
KITOSAN SEBAGAI SISTEM FLOATING – MUCOADHESIVE
TABLET TEOFILIN
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Papa dan Mama tercinta;
2. Bapak dan Ibu Guruku sejak taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi;
3. Almamater Fakultas Farmasi Universitas Jember.
MOTTO
” Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita
sulit. Karena itu, jangan pernah menyerah untuk mencoba dan jangan pernah
mencoba untuk menyerah ”
(Anonim)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
nama : Vincen Haryo Wibowo
NIM : 062210101059
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul ”Optimasi Komposisi
Hidroksi Propil Metil Selulosa dan Kitosan sebagai Sistem Floating-Mucoadhesive
Tablet Teofilin” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah
saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan
karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai
dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan
dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, 20 Juni 2013
Yang menyatakan,
Vincen Haryo Wibowo
NIM. 062210101059
SKRIPSI
oleh
Vincen Haryo Wibowo
NIM. 062210101059
Pembimbing:
Dosen Pembimbing Utama : Eka Deddy Irawan, S.Si., M.Sc., Apt.
Dosen Pembimbing Anggota : Lusia Oktora RKS., S.F., M.Sc., Apt.
OPTIMASI KOMPOSISI HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA DAN
KITOSAN SEBAGAI SISTEM FLOATING – MUCOADHESIVE
TABLET TEOFILIN
PENGESAHAN
Skripsi berjudul ”Optimasi Komposisi Hidroksi Propil Metil Selulosa dan Kitosan
sebagai Sistem Floating-Mucoadhesive Tablet Teofilin” telah diuji dan disahkan
pada:
hari, tanggal : Kamis, 20 Juni 2013
tempat : Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Tim Penguji:
Mengesahkan
Dekan Fakultas Farmasi,
Lestyo Wulandari, S.Si., Apt., M.Farm.
NIP. 197604142002122001
Ketua,
Eka Deddy Irawan, S.Si., M.Sc., Apt.
NIP. 197503092001121001
Sekretaris,
Lusia Oktora RKS., S.F., M.Sc., Apt.
NIP. 197910032003122001
Penguji I,
Yudi Wicaksono, S.Si., Apt., M.Si.
NIP. 197607242001121006
Penguji II,
Lidya Ameliana., S.Si., Apt., M.Farm.
NIP. 198004052005012005
RINGKASAN
Optimasi Komposisi Hidroksi Propil Metil Selulosa dan Kitosan sebagai Sistem
Floating-Mucoadhesive Tablet Teofilin; Vincen Haryo Wibowo, 062210101059;
2013; 58 halaman; Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Salah satu pengobatan penyakit asma adalah dengan terapi obat menggunakan
bahan aktif teofilin. Teofilin yang bekerja dengan mekanisme bronkodilatasi,
memiliki waktu paro yang pendek dan jendela terapi yang sempit. Pembuatan teofilin
dalam bentuk sediaan tablet lepas lambat akan menghasilkan konsentrasi obat dalam
darah yang lebih seragam dan kadar puncak yang tidak fluktuatif, serta akan
meningkatkan kepatuhan pasien karena frekuensi pemberian yang lebih sedikit.
Gastroretentive drug delivery system merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat. Sistem ini meliputi
bioadhesive/mucoadhesive, floating dan swelling yang dapat meningkatkan waktu
tinggal sediaan di lambung. Pengombinasian sistem floating dan mucoadhesive
dengan menggunakan polimer hidrofilik seperti hidroksi propil metil selulosa
(HPMC) dan kitosan diharapkan dapat menggabungkan keuntungan dari kedua sistem
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aras dari HPMC dan
kitosan terhadap kemampuan mengapung, kekuatan mucoadhesive, dan profil
pelepasan bahan aktif tablet teofilin lepas lambat dengan sistem kombinasi floating-
mucoadhesive serta mengetahui komposisi optimum keduanya.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Pembuatan
tablet lepas lambat teofilin dilakukan dengan metode cetak langsung, karena memiliki
sifat alir serbuk yang buruk. Pengujian kemampuan mengapung tablet teofilin
dilakukan dengan memasukkan tablet ke dalam gelas beker yang berisi larutan dapar
HCl pH 1,2 yang diletakkan di atas pemanas untuk menjaga suhu kurang lebih 37°C.
Dilakukan pengamatan pada waktu awal mengapung (floating lag time) dan durasi
mengapung tablet (floating duration time). Pengujian mucoadhesive dilakukan
dengan menempelkan tablet pada lambung kelinci lokal yang diikuti dengan
penambahan beban satu gram tiap detik. Beban yang dapat ditahan tablet
menunjukkan kekuatan lekat mukosanya. Pengujian pelepasan teofilin dari tablet
dilakukan dengan menggunakan alat dissolution tester dan diamati serapannya
dengan spektrofotometer UV-Vis. Dari keempat respon yang dianalisis dapat
ditentukan formula optimum dengan metode desain faktorial.
Hasil penelitian menunjukkan semua formula memenuhi persyaratan floating
lag time 25-600 detik yaitu berurutan dari F1-F4: 273,5 detik, 59,33 detik, 228,83
detik dan 29,33 detik. Floating duration time keempat formula juga memenuhi syarat
yaitu dapat mengapung selama lebih dari 12 jam dalam cairan lambung. Hasil
pengujian mucoadhesive menunjukkan F1, F3 dan F4 memenuhi rentang persyaratan
20-30 g. Pengujian disolusi diperoleh hasil efisiensi disolusi (DE480) untuk F1-F4:
58,83%, 73,64%, 37,51% dan 39,47%. Kinetika pelepasan obat model Higuchi lebih
dominan pada penelitian ini, dilihat dari nilai koefisien korelasi dari masing-masing
formula.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah jumlah polimer
HPMC dan kitosan berpengaruh pada respon kemampuan mengapung (floating),
kekuatan mucoadhesive dan DE480 tablet teofilin. Hasil analisis dengan software
Design Expert 8.0.6, diperoleh komposisi optimum untuk tablet teofilin, yaitu jumlah
HPMC 60-66,38 mg pada penggunaan kitosan aras rendah dan jumlah kitosan 40-
74,56 mg pada penggunaan HPMC aras rendah dan 59,81-87,44 mg pada penggunaan
HPMC aras tinggi.
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Optimasi
Komposisi Hidroksi Propil Metil Selulosa dan Kitosan sebagai Sistem Floating-
Mucoadhesive Tablet Teofilin”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Eka Deddy Irawan, S.Si., M.Sc.,Apt., selaku Dosen Pembimbing Utama dan
Lusia Oktora RKS., S.F., M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing Anggota yang
telah meluangkan waktu, pikiran dan perhatian dalam penulisan skripsi ini;
2. Yudi Wicaksono, S.Si., Apt., M.Si. dan Lidya Ameliana, S.Si., Apt., M.Farm.,
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran yang
konstruktif dalam penulisan skripsi ini;
3. Lina Winarti, S.Farm., M.Sc., Apt dan Indah Purnama Sary, S.Si., Apt., selaku
Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama
menempuh studi sebagai mahasiswa;
4. Solihatus Salama, Amd. (Bu Itus) dan Titin Nur Farida, S.Farm. selaku teknisi
Laboratorium Teknologi Farmasi yang telah membantu dalam penyediaan
peralatan dan bahan-bahan untuk penelitian skripsi ini;
5. Papa dan Mama, atas segala kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan
dengan cuma-cuma sejak masih dalam kandungan sampai sekarang;
6. semua teman-teman Farmasi angkatan 2006, teman-teman BEM, LPMF Lingkar,
UKSM Essensi, UKMO Fassenden, UKM Kerohanian Kristen Katolik dan
Ismafarsi Komisariat Universitas Jember yang telah memberi banyak
pengalaman berorganisasi baik internal maupun eksternal di kampus Farmasi;
7. teman-teman UKM Kerohanian Katolik Universitas Jember yang selalu
menemani, mengingatkan dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi
ini;
8. rekan-rekan seperjuangan di laboratorium Teknologi Farmasi yang senantiasa
siap sedia membantu dan berbagi ilmu dalam mengerjakan penelitian sampai
terselesaikannya skripsi ini;
9. keluarga besar Mastrip H/14 Jember atas segala motivasi, kebersamaan sebagai
keluarga dan kasih sayangnya selama penulis menuntut ilmu di Jember;
10. keluarga besar Lingkungan Bernadeth, Wilayah II Paroki Santo Yusup Jember,
yang telah menjadi keluarga rohani penulis selama tinggal di Jember.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
juga menerima segala saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi
ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.
Jember, 20 Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ii
HALAMAN MOTO ...................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv
HALAMAN PEMBIMBINGAN .................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... vi
RINGKASAN ................................................................................................ vii
PRAKATA ..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... . 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1 Mekanisme Pencernaan dalam Lambung ........................... 4
2.2 Sediaan Lepas Lambat .......................................................... 5
2.3 Gastro Retentive Drug Delivery System (GRDDS) ............... 7
2.4 Sistem Mengapung (Floating System) .................................. 8
2.5 Sistem Mucoadhesive ............................................................. 9
2.6 Teofilin .................................................................................... 10
2.7 Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) ............................. 11
2.8 Kitosan .................................................................................... 12
2.9 Metode Cetak Langsung ....................................................... 13
2.10 Desain Faktorial ..................................................................... 14
BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................... 16
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................ 16
3.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................... 17
3.2.1 Alat .............................................................................. 17
3.2.2 Bahan ........................................................................... 17
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 17
3.4 Prosedur Penelitian ............................................................... 17
3.4.1 Penentuan dosis teofilin ............................................... 17
3.4.2 Formula ........................................................................ 18
3.4.3 Pembuatan campuran serbuk ....................................... 20
3.4.4 Evaluasi campuran serbuk ........................................... 20
3.4.5 Pencetakan tablet ......................................................... 22
3.4.6 Evaluasi tablet .............................................................. 22
3.4.7 Analisis data ................................................................. 26
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 29
4.1 Hasil Pembuatan Campuran Serbuk ................................... 29
4.2 Hasil Pengujian Sifat Alir Campuran Serbuk .................... 30
4.3 Hasil Pengujian Keseragaman Kandungan Teofilin dalam
Campuran Serbuk ................................................................. 30
4.3.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum ........ 30
4.3.2 Hasil pembuatan kurva baku teofilin ........................... 31
4.3.3 Hasil penentuan kadar teofilin ..................................... 32
4.4 Hasil Pencetakan Tablet ....................................................... 32
4.5 Hasil Evaluasi Sifat Fisik Tablet .......................................... 32
4.5.1 Hasil pengujian keseragaman bobot ............................ 32
4.5.2 Hasil pengujian kekerasan dan kerapuhan tablet ......... 33
4.6 Hasil Pengujian Kemampuan Mengapung Tablet ............. 34
4.7 Hasil Pengujian Kekuatan Mucoadhesive Tablet ............... 39
4.8 Hasil Pengujian Pelepasan Teofilin dari Tablet ................. 42
4.8.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum teofilin
dalam larutan dapar ...................................................... 42
4.8.2 Hasil pembuatan kurva baku teofilin dalam larutan
dapar ............................................................................ 43
4.8.3 Hasil pengujian disolusi tablet ..................................... 43
4.9 Hasil Perhitungan DE480 ....................................................... 45
4.10 Hasil Analisis Kinetika Pelepasan Teofilin dari Tablet ..... 48
4.11 Hasil Analisis Desain Faktorial dan Penentuan
Area Optimum ....................................................................... 50
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 52
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 52
5.2 Saran ....................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 54
LAMPIRAN ................................................................................................... 59
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Susunan aras faktor berdasarkan desain faktorial .................................. 19
3.2 Set standar percobaan berdasarkan desain faktorial .............................. 19
3.3 Susunan formula tablet lepas lambat teofilin ......................................... 19
3.4 Hubungan antara sudut diam dengan sifat alir campuran serbuk .......... 21
3.5 Persyaratan penyimpangan bobot tablet ................................................ 23
4.1 Hasil penimbangan bahan campuran serbuk ......................................... 30
4.2 Hasil penentuan kadar teofilin dalam campuran serbuk ........................ 32
4.3 Hasil pengujian keseragaman bobot ...................................................... 33
4.4 Hasil pengujian kekerasan dan kerapuhan tablet ................................... 34
4.5 Hasil pengujian kemampuan mengapung tablet .................................... 35
4.6 Hasil pengujian kekuatan mucoadhesive tablet ..................................... 39
4.7 Hasil perhitungan DE480 ........................................................................ 45
4.8 Hasil analisis kinetika pelepasan teofilin dari tablet matriks ................ 50
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Struktur teofilin .................................................................................... 10
2.2 Struktur HPMC ...................................................................................... 12
2.3 Struktur kitosan .................................................................................... 13
3.1 Skema langkah kerja penelitian ............................................................. 16
4.1 Kurva absorbansi teofilin dalam akuades .............................................. 31
4.2 Kurva baku teofilin dalam akuades ....................................................... 31
4.3 Contour plot dari respon floating lag time ............................................ 36
4.4 3D surface dari respon floating lag time ............................................... 37
4.5 Contour plot dari respon floating duration time .................................... 38
4.6 3D surface dari respon floating duration time ....................................... 38
4.7 Contour plot dari respon kekuatan mucoadhesive ................................. 41
4.8 3D surface dari respon kekuatan mucoadhesive .................................... 41
4.9 Kurva absorbansi teofilin dalam larutan dapar HCl pH 1,2 .................. 42
4.10 Kurva baku teofilin dalam larutan dapar HCl pH 1,2 ............................ 43
4.11 Profil pelepasan teofilin dari tabet matrik ............................................. 44
4.12 Contour plot dari respon dissolution efficiency ..................................... 46
4.13 3D surface dari respon dissolution efficiency ........................................ 47
4.14 Kurva kinetika orde nol tablet teofilin ................................................... 48
4.15 Kurva kinetika orde satu tablet teofilin ................................................. 49
4.16 Kurva kinetika model Higuchi tablet teofilin ........................................ 49
4.17 Overlay plot penentuan daerah optimum formula ................................. 51
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A.1 Certificate of analysis teofilin ............................................................... 59
A.2 Certificate of analysis HPMC K4M ...................................................... 60
A.3 Certificate of analysis kitosan ................................................................ 61
B.1 Hasil pengukuran absorbansi teofilin dalam akuades ............................ 62
B.2 Tabulasi hasil pengujian keseragaman kadar teofilin dalam serbuk ...... 62
B.3 Contoh perhitungan kadar teofilin dalam campuran serbuk .................. 63
C.1 Tabulasi hasil pengujian keseragaman bobot tablet .............................. 64
C.2 Tabulasi hasil pengujian kekerasan tablet ............................................. 65
C.3 Tabulasi hasil pengujian kerapuhan tablet ............................................. 65
C.4 Tabulasi hasil pengujian floating lag time tablet ................................... 65
C.5 Tabulasi hasil pengujian floating duration time tablet .......................... 66
C.6 Tabulasi hasil pengujian kekuatan mucoadhesive tablet ....................... 66
C.7 Hasil pengukuran serapan larutan teofilin dalam dapar HCl pH 1,2 ...... 66
C.8 Tabulasi hasil serapan teofilin pada uji disolusi .................................... 67
C.9 Tabulasi hasil persen pelepasan teofilin ................................................ 68
C.10 Contoh perhitungan persen pelepasan teofilin ....................................... 70
C.11 Tabulasi hasil perhitungan dissolution efficiency (DE480) ..................... 71
C.12 Contoh perhitungan dissolution efficiency (DE480) ................................ 71
D.1 Hasil uji anova floating lag time ............................................................ 72
D.2 Hasil uji anova floating duration time ................................................... 73
D.3 Hasil uji anova kekuatan mucoadhesive ................................................ 74
D.4 Hasil uji anova dissolution efficiency (DE480) ....................................... 75
D.5 Hasil point of prediction ........................................................................ 77
F.1 Foto tablet matrik ................................................................................... 79
F.2 Foto pengujian kekerasan dan kerapuhan tablet .................................... 79
F.3 Foto pengujian floating lag time dan floating duration time tablet ........ 80
F.4 Foto pengujian kekuatan mucoadhesive tablet ...................................... 81
F.5 Foto pengujian pelepasan teofilin dari tablet matrik ............................. 82
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma merupakan suatu penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril
kronis disertai serangan sesak napas akut secara berkala, mudah tersengal-sengal dan
batuk dengan bunyi khas. Ciri lain adalah hipersekresi dahak yang biasanya lebih
parah pada malam hari dan meningkatnya hiper-reaktivitas bronkus terhadap
rangsangan alergis maupun non-alergis (Tjay dan Rahardja, 2007). Menurut Sundaru
(2007), sebanyak tiga ratus juta orang di dunia mengidap penyakit asma, 225.000
diantaranya meninggal dunia pada tahun 2005 lalu. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa prevalensi gejala penyakit asma di Indonesia naik dari sebesar 4,2% menjadi
5,4%. Kejadian asma terus meningkat hampir di seluruh dunia, baik di negara maju
maupun negara berkembang seperti Indonesia (Suriviana, 2005).
Teofilin merupakan obat yang paling sering digunakan dalam terapi asma
karena memiliki efek bronkodilatasi yang paling kuat dibandingkan dengan turunan
xantin yang lain (Aditama et al., 1995). Teofilin memiliki waktu paruh 8,1 jam dan
indeks terapetik 10-20 µg/mL. Oleh karena itu, formulasi teofilin dalam bentuk
sediaan lepas lambat diharapkan dapat menghasilkan konsentrasi obat yang lebih
seragam dan kadar puncak yang tidak fluktuatif dalam plasma. Bentuk sediaan lepas
lambat dapat meningkatkan kepatuhan pasien terutama jika pasien kesulitan untuk
mengonsumsi obat secara berulang selama serangan asma akut (Bayomi et al., 2001).
Beberapa metode dapat digunakan untuk membuat sediaan lepas lambat.
Salah satunya adalah sediaan yang dirancang untuk tetap tinggal atau dapat
dipertahankan di lambung, yang disebut dengan gastroretentive drug delivery system
(GRDDS). GRDDS dapat memperbaiki pengontrolan penghantaran obat yang
memiliki indeks terapetik sempit dan diabsorbsi dengan baik di lambung. Beberapa
teknik yang termasuk dalam sistem ini antara lain: sistem penghantaran bioadhesive
2
yang melekat pada permukaan mukosa (mucoadhesive), sistem penghantaran yang
dapat meningkatkan ukuran obat (swelling) sehingga tertahan di lambung karena
tidak dapat melewati pilorus dan sistem penghantaran dengan mengontrol densitas
termasuk floating system dalam cairan lambung (Gohel et al., 2004).
Pengombinasian teknik floating dan mucoadhesive diharapkan mampu
mengatasi kelemahan masing-masing sistem pada penggunaan tunggal, sehingga
dapat meningkatkan waktu tinggal tablet di lambung. Kelemahan sistem floating
adalah adanya kemungkinan tablet menuju pilorus kemudian dikeluarkan dari
lambung ketika jumlah cairan lambung sedikit. Kelemahan sistem mucoadhesive
adalah adanya kemungkinan tablet terlepas dari mukosa akibat gerakan peristaltik
lambung (Gaykar et al., 2013).
Polimer hidrofilik digunakan secara luas dalam formulasi bentuk sediaan
lepas lambat peroral, diantaranya adalah hidroksi propil metil selulosa (HPMC) dan
kitosan. Karakteristik HPMC sebagai gelling agent sangat penting dalam mengontrol
pelepasan obat melalui mekanisme difusi, sehingga digunakan untuk mendukung
teknik floating (Emami and Tavakoli, 2004). HPMC dipilih karena memiliki
beberapa keuntungan, antara lain: tahan terhadap perubahan pH atau kandungan ionik
media disolusi, ekonomis, mengurangi resiko toksisitas bila terjadi dose dumping
serta mudah digunakan (Lachman et al., 1994). Kitosan merupakan polimer
bioadhesive pada pH fisiologis yang digunakan untuk menghasilkan mekanisme
perlekatan pada mukosa lambung. Kitosan dipilih karena bersifat biodegradabel, tidak
memiliki efek samping, tidak beracun serta mudah dibentuk menjadi gel yang mampu
mengontrol pelepasan obat (Satpathy, 2008).
Pengombinasian polimer HPMC dan kitosan bertujuan untuk meningkatkan
waktu tinggal obat dalam lambung melalui mekanisme gastroretentive dengan sistem
kombinasi floating-mucoadhesive selama rentang waktu yang dikehendaki, yaitu 12
jam. Metode desain faktorial digunakan untuk mengetahui efek faktor HPMC dan
kitosan serta interaksinya terhadap respon yang diinginkan, sehingga diperoleh
3
formula optimum yang dapat mengontrol pelepasan teofilin dari tablet secara konstan
dalam rentang waktu 12 jam.
Berdasarkan penjelasan di atas, dibutuhkan suatu penelitian untuk mengetahui
pengaruh kombinasi dan optimasi komposisi HPMC dan kitosan terhadap
kemampuan mengapung, kekuatan mucoadhesive serta pelepasan bahan aktif teofilin
dari tablet. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sifat-sifat sediaan tablet
kombinasi floating dan mucoadhesive yang memenuhi persyaratan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh aras dari kombinasi HPMC dan kitosan terhadap
kemampuan mengapung, kekuatan mucoadhesive, dan profil pelepasan bahan aktif
tablet teofilin lepas lambat dengan sistem kombinasi floating-mucoadhesive?
2. Berapakah komposisi optimum HPMC dan kitosan untuk tablet teofilin lepas
lambat dengan sistem kombinasi floating-mucoadhesive?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh aras dari kombinasi HPMC dan kitosan terhadap
kemampuan mengapung, kekuatan mucoadhesive, dan profil pelepasan bahan aktif
tablet teofilin lepas lambat dengan sistem kombinasi floating-mucoadhesive.
2. Mengetahui komposisi optimum HPMC dan kitosan untuk tablet teofilin lepas
lambat dengan sistem kombinasi floating-mucoadhesive?
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah
untuk pengembangan sediaan tablet teofilin lepas lambat dengan sistem kombinasi
floating dan mucoadhesive.
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mekanisme Pencernaan dalam Lambung
Lambung adalah organ yang memiliki kapasitas penyimpanan dan
pencampuran. Bagian fundus dan badan lambung mampu mengembang untuk
mengakomodasi makanan tanpa banyak meningkatkan tekanan dalam lambung.
Selaput lambung tidak memiliki jonjot, tetapi terdiri atas sejumlah besar terowongan
lambung yang memperbesar kapasitas penyimpanan lambung. Daerah antrum
bertanggung jawab atas pencampuran dan penghalusan isi lambung (Siregar dan
Wikarsa, 2008).
Saluran cerna selalu memiliki daya gerak. Pada sistem pencernaan makanan
terdapat dua daya gerak, yaitu cara digestif dan cara interdigestif. Daya gerak
interdigestif dicirikan oleh pola siklus yang terdiri dari empat fase, yaitu :
Fase I : periode tidak ada kontraksi;
Fase II : periode kontraksi berselang sebentar-sebentar;
Fase III : periode kontraksi tetap pada frekuensi maksimal yang bermigrasi secara
distal;
Fase IV : periode transisi fase III ke fase I.
Siklus lengkap yang mencakup keempat fase memiliki durasi rata-rata 90-120 menit
pada manusia dan anjing. Kondisi tertentu seperti pertumbuhan bakteri, ketegangan
mental, dan variasi siang hari atau kombinasinya dapat mempengaruhi durasi masing-
masing fase dan juga siklus total (Chien, 1992).
Setiap sistem lepas lambat yang menghantarkan zat aktif dan didesain untuk
tinggal di dalam saluran cerna selama keadaan puasa hendaknya mampu menghindari
kerja fase III. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan waktu tinggal zat aktif
dalam saluran cerna (Chien, 1992).
5
Bentuk sediaan padat dapat tinggal di lambung pada kondisi puasa selama
kira-kira 0-120 menit, bergantung pada kedekatan waktu pencernaan aktivitas fase III
berikutnya. Selama fase I, ketika minim kontraksi, cairan atau solid tidak bergerak
atau sedikit bergerak di dalam usus halus. Sebaliknya, pada fase II dan III, aliran
bahan dalam pembuluh usus halus menjadi semakin cepat. Selain itu terjadi
pemisahan cairan dan solid; cairan cenderung bermigrasi selama fase II dan solid
selama fase III. Aktivitas motor usus halus selama keadaan puasa kemungkinan tidak
cukup kuat untuk memindahkan solid (Chien, 1992).
Mekanisme pengayaan terjadi pada saat lambung dalam keadaan kenyang dan
dipengaruhi oleh viskositas makanan. Bentuk sediaan cenderung tinggal di daerah
antrum jika solid berukuran besar karena penghalusan makanan terjadi di daerah
tersebut. Sebaliknya, bentuk sediaan unit ganda terdispersi dan dikosongkan bersama
dengan makanan sehingga menunjukkan derajat distribusi yang besar. Total waktu
pengosongan lambung beragam dalam rentang antara 2-6 jam (Chien, 1992).
Mayoritas bentuk sediaan yang diberikan secara oral dalam keadaan puasa
akan dikosongkan dalam waktu 90 menit. Pada saat kondisi kenyang, tablet dan
kapsul yang tidak terdisintegrasi akan tinggal dalam lambung selama 2-6 jam dan
baru mulai dikosongkan di permulaan keadaan puasa, sedangkan bentuk sediaan
terdisintegrasi dan partikel-partikel kecil dikosongkan bersama dengan makanan.
Waktu transit total makanan dan bentuk sediaan dari lambung sampai katup ileosekal
manusia kira-kira 3-6 jam dalam keadaan puasa, dan 6-10 jam dalam keadaan
kenyang (Chien, 1992).
2.2 Sediaan Lepas Lambat
Sediaan lepas lambat didesain untuk memberikan suatu dosis zat aktif sebagai
terapi awal (loading dose) kemudian diikuti oleh pelepasan zat aktif yang lebih
lambat dan konstan. Kecepatan pelepasan dosis pemeliharaan didesain agar jumlah
zat aktif yang hilang dari tubuh karena eliminasi diganti secara konstan. Konsentrasi
zat aktif dalam plasma dipertahankan selalu konstan dengan fluktuasi minimal pada
6
pemberian sediaan lepas lambat (Shargel and Yu, 1985). Sediaan dengan sistem lepas
lambat yang didesain dengan tepat merupakan suatu kemajuan dalam menangani dua
aspek penting dalam pemberian obat, yaitu penempatan ruang dan penghantaran
sementara suatu zat aktif (Gennaro, 2000).
Tujuan pembuatan bentuk sediaan lepas lambat pada umumnya adalah
mempertahankan konsentrasi zat aktif dalam darah atau jaringan untuk periode waktu
yang diperpanjang. Hal tersebut dapat dicapai dengan mencoba memperoleh bentuk
sediaan dengan kinetika pelepasan orde-nol. Kinetika pelepasan orde-nol
menunjukkan pelepasan zat aktif dari bentuk sediaan tidak bergantung pada jumlah
zat aktif dalam sistem pemberian, atau dapat dikatakan kecepatan pelepasannya
konstan. Sistem lepas lambat pada umumnya tidak menunjukkan tipe pelepasan ini,
tetapi biasanya mencoba meniru kinetika pelepasan orde-nol dengan menyediakan zat
aktif dengan pelepasan orde-satu yang lambat, yaitu bergantung pada konsentrasi
(Banker and Rhodes, 1990).
Kelebihan atau manfaat sediaan lepas lambat antara lain :
1. Memberikan konsentrasi terapi zat aktif dalam darah yang terus menerus dan
menghasilkan respon klinis yang diperpanjang dan konstan pada pasien. Hal
tersebut dapat memperbaiki efisiensi pengobatan, yakni optimasi terapi;
2. Memperbesar jarak waktu pemberian yang diperlukan, sehingga dapat mengurangi
jumlah total dosis yang diperlukan per hari dan menghindari pemberian obat pada
malam hari. Hal tersebut dapat meningkatkan kepatuhan pasien;
3. Mengurangi fluktuasi konsentrasi zat aktif dalam darah;
4. Mengurangi iritasi saluran cerna dan efek samping lain yang berkaitan dengan
dosis;
5. Memberikan keuntungan ekonomis bagi pasien (Shargel and Yu, 1985; Robinson
and Lee, 1987).
7
Selain itu, bentuk sediaan lepas lambat juga memiliki beberapa keterbatasan,
diantaranya :
1. Harga per unit pada umumnya lebih mahal daripada bentuk sediaan konvensional
dengan bahan aktif yang sama;
2. Memperlihatkan absorbsi zat aktif yang berubah-ubah karena berbagai interaksi
zat aktif dengan kandungan saluran cerna dan mengubah motilitas saluran cerna;
3. Jika terjadi reaksi obat yang merugikan (adverse drug reaction) atau keracunan,
pembersihan zat aktifnya lebih sulit daripada sediaan lepas segera;
4. Hanya didesain untuk populasi normal. Akibatnya, keadaan penyakit yang
mengubah disposisi zat aktif (ekskresi dan metabolisme) serta variasi pasien yang
signifikan tidak diperhitungkan;
5. Tidak semua jenis zat aktif dapat diformulasi ke dalam bentuk sediaan lepas
lambat (Shargel and Yu, 1985; Aulton, 1990).
2.3 Gastro Retentive Drug Delivery System (GRDDS)
Banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat sediaan lepas lambat,
salah satunya adalah sediaan yang dirancang untuk tetap tinggal/dipertahankan di
lambung, yang disebut dengan gastroretentive drug delivery system (GRDDS).
GRDDS dapat memperbaiki pengontrolan penghantaran obat-obat yang memiliki
kriteria: untuk aksi lokal di lambung, diabsorbsi secara cepat dan baik di lambung,
tidak stabil dan terdegradasi di dalam saluran intestinal/kolon, kelarutannya rendah
pada pH alkalis, memiliki waktu eliminasi yang pendek serta memiliki indeks terapi
yang sempit (Rocca et al., 2003).
Beberapa keuntungan dari GRDDS antara lain: meningkatkan bioavailabilitas,
dapat mengendalikan penghantaran obat dan mengurangi frekuensi pengobatan,
mengurangi fluktuasi konsentrasi obat, meningkatkan selektivitas pada aktivasi
reseptor, mengurangi aktivitas perlawanan dari tubuh, memperpanjang batas waktu
konsentrasi efektif, meminimalkan aktivitas merugikan pada usus besar, serta
menempatkan penghantaran obat yang spesifik (Garg and Gupta, 2008).
8
Secara umum GRDDS terdiri dari sistem mengembang (swelling), sistem
bioadhesive/mucoadhesive dan sistem mengapung (floating).
2.4 Sistem Mengapung (Floating System)
Sistem mengapung pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1968.
Floating system merupakan sistem dengan densitas kecil, yang memiliki kemampuan
mengambang kemudian mengapung serta tinggal di lambung untuk beberapa waktu.
Pada saat sediaan mengapung di lambung, obat dilepaskan perlahan pada kecepatan
yang dapat ditentukan. Hasil yang diperoleh adalah peningkatan gastric residence
time dan pengurangan fluktuasi konsentrasi obat dalam plasma (Chawla et al., 2003).
Sistem mengapung pada lambung berisi bahan aktif yang dilepaskan perlahan-
lahan dari sediaan yang memiliki densitas kecil, disebut floating drug delivery system
(FDDS). FDDS memiliki bulk density yang lebih rendah dari cairan lambung. FDDS
tetap mengapung dalam lambung tanpa mempengaruhi kondisi lambung dan obat
dilepaskan perlahan dari sediaan pada kecepatan yang diinginkan (Anonim, 2003).
Bentuk sediaan sistem mengapung banyak diformulasi dengan menggunakan
matriks-matriks hidrofilik dan dikenal dengan istilah hydrodynamically balanced
system (HBS). Hal tersebut dikarenakan pada saat polimer terhidrasi, terjadi
penurunan intensitas akibat matriks yang mengembang, sehingga menjadi gel
penghalang di permukaan bagian luar. Bentuk sediaan ini diharapkan tetap
mengapung selama 3-4 jam dalam lambung tanpa dipengaruhi oleh kecepatan
pengosongan lambung karena densitasnya lebih rendah dari medium dalam lambung.
Polimer yang direkomendasikan untuk formulasi bentuk floating adalah turunan
selulosa, khususnya hidroksi propil metil selulosa (HPMC) (Moes, 2003).
Sistem mengapung dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Non-Effervescent system
Sistem ini biasanya menggunakan matriks yang memiliki daya pengembangan
tinggi seperti selulosa, jenis hidrokoloid, polisakarida dan polimer seperti
polikarbonat, poliakrilat, polimetakrilat dan polistiren. Salah satu cara formulasi
9
bentuk sediaan sistem mengapung ini yaitu dengan mencampur zat aktif dengan
gel hidrokoloid. Hidrokoloid akan mengembang ketika kontak dengan cairan
lambung setelah pemberian oral, tinggal dengan bentuk yang utuh dan memiliki
bulk density yang lebih kecil dari kesatuan lapisan luar gel. Struktur gel bertindak
sebagai reservoir obat yang akan dilepaskan perlahan dan dikontrol oleh difusi
melalui lapisan gel (Anonim, 2003).
2. Effervescent system
Sistem ini diformulasi menggunakan polimer yang dapat mengembang seperti
methocel, polisakarida, kitosan ditambah dengan komponen effervescent, seperti
natrium bikarbonat dan asam sitrat atau asam tartrat. Matriks akan membentuk gel
ketika kontak dengan cairan lambung, kemudian terbentuklah gas karbondioksida
(CO2) yang dihasilkan dari sistem effervescent. Gas tersebut akan terperangkap
dalam gelyfiedhydrocolloid yang mengakibatkan tablet akan mengapung,
meningkatkan pergerakan sediaan, sehingga akan mempertahankan daya
mengapungnya (Anonim, 2003).
2.5 Sistem Mucoadhesive
Sistem bioadhesive atau mucoadhesive merupakan suatu sistem yang
menyebabkan tablet dapat terikat pada permukaan sel epitel lambung (mucin) dan
memperpanjang waktu tinggal di lambung. Konsep dasarnya adalah mekanisme
perlindungan pada gastrointestinal. Daya lekat epitel dari mucin telah diketahui dan
digunakan dalam pengembangan GRDDS melalui penggunaan polimer
mucoadhesive. Perlekatan sistem penghantaran obat pada dinding lambung
meningkatkan waktu tinggal terutama di tempat aksi (Chawla et al., 2003).
Mekanisme perlekatan sediaan mucoadhesive pada mucin diawali oleh kontak
antara sediaan dengan mucus dilanjutkan dengan interpenetrasi polimer ke dalam
mucus. Ada dua ikatan kimia yang terjadi pada bioadhesive. Yang pertama adalah
ikatan kovalen, dimana ikatan ini tidak dikehendaki pada bioadhesive karena sangat
kuat ikatannya. Yang kedua adalah ikatan yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik
10
antara gugus molekul yang berbeda, seperti gaya elektrostatik, ikatan van der Waals,
ikatan hidrogen dan hidrofob (Ahuja et al., 1997).
Sediaan mucoadhesive dapat dibuat menggunakan polimer alam dan sintetis
(Salsa et al., 1997). Polimer alam yang prospektif untuk diteliti adalah karboksi metil
selulosa (CMC), gom arab dan natrium alginat. Contoh polimer sintetis yaitu
poliakrilat dan turunan selulosa, seperti karbopol 934P, 940P, 1342, polikarbofil,
hidroksi propil selulosa, HPMC dan hidroksi etil selulosa (Haruta et al., 2001).
2.6 Teofilin
Teofilin memiliki rumus molekul C7H8N4O2 dengan bobot molekul 198,18.
Struktur teofilin dapat dilihat pada gambar 2.1. Teofilin berbentuk serbuk hablur,
putih, tidak berbau, rasa pahit dan stabil di udara. Kelarutan teofilin adalah: sukar
larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air panas, mudah larut dalam larutan
alkali hidroksida dan larutan ammonium hidroksida, agak sukar larut dalam etanol,
dalam kloroform dan dalam eter. Panjang gelombang maksimum teofilin secara
teoritis adalah 272 nm (Depkes RI, 1995).
Gambar 2.1 Struktur Teofilin
Teofilin memiliki efek bronkodilatasi yang paling kuat dibandingkan dengan
turunan xantin yang lain, tetapi lebih lemah jika dibandingkan dengan inhalasi beta-2
agonis. Teofilin dapat menurunkan bronkospasme akibat beban kerja dan mengurangi
hiperaktivitas bronkus non-spesifik, meskipun lebih lemah jika dibandingkan dengan
inhalasi beta-2 agonis. Teofilin juga menghambat degranulasi sel mast dengan cara
11
mencegah pelepasan mediator yang dapat menimbulkan bronkospasme dan inflamasi
saluran napas. Di samping itu, teofilin dapat meningkatkan kontraktilitas diafragma.
Pemakaian teofilin dengan bronkodilator lain bersifat aditif (Aditama et al., 1995).
Teofilin merupakan obat paling efektif untuk perawatan asma akut dan kronis.
Konsentrasi serum harus dijaga pada rentang 10-20 µg/mL untuk mendapatkan terapi
yang optimum dengan sedikit resiko dari efek samping (Kristl, 1993). Efek samping
yang tidak diinginkan pada penggunaan teofilin biasanya dihubungkan dengan
konsentrasi plasma dan kenaikannya yang melebihi 20 µg/mL. Efek samping yang
sering terjadi antara lain: sakit kepala, mual, muntah, tidak nyaman pada sekitar
lambung dan lemas (Barnes and Pauwels, 2004).
Teofilin diabsorbsi cepat dan lengkap setelah pemberian oral. Saat mencapai
sirkulasi sistemik, 40% teofilin terikat pada protein plasma dengan volume distribusi
sebesar 0,45 L/kg dan klirens 0,65 mL/kg/menit. Teofilin tidak mengalami first-pass
elimination dan sekitar 90% dimetabolisme di hati (Anonim, 2008). Teofilin memiliki
waktu paruh yang relatif pendek, yaitu 8,1 jam dan indeks terapi yang sempit yaitu
10-20 µg/mL (Bayomi et al., 2001).
Formulasi teofilin dalam bentuk sediaan lepas lambat diharapkan dapat
menghasilkan konsentrasi obat dalam darah yang lebih seragam dan kadar puncak
yang tidak fluktuatif. Bentuk sediaan lepas lambat dapat meningkatkan kepatuhan
pasien terutama jika pasien kesulitan untuk mengonsumsi obat secara berulang
selama serangan asma akut (Bayomi et al., 2001).
2.7 Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC)
HPMC merupakan polimer hidrofilik dan kelarutannya tidak dipengaruhi oleh
pH, mengandung gugus metoksi 19,0-24,0% dan hidroksipropil 4,0-12,0%. HPMC
bersifat stabil meskipun higroskopis setelah pengeringan dan akan mengalami
penurunan viskositas pada kenaikan temperatur yang tinggi (Rowe et al., 2003).
Struktur HPMC dapat dilihat pada gambar 2.2.
12
Gambar 2.2 Struktur HPMC
HPMC dapat digunakan dalam penyalutan tablet atau granul untuk
mengurangi kecepatan pelepasan obat. Polimer ini dibuat dengan mereaksikan
selulosa yang diberi basa dengan metal klorida untuk memberikan gugus metoksi,
kemudian direaksikan dengan propilen oksida untuk memberikan gugus propilen
glikol eter. Produk yang dihasilkan digunakan secara komersial dengan viskositas
yang berbeda. HPMC memiliki bermacam-macam jenis yang dibedakan berdasarkan
perbedaan viskositas, kelarutannya dalam air dan perbandingan jumlah gugus metoksi
dan hidroksi propil (Lieberman et al.,1989).
HPMC sering digunakan dalam pembuatan bentuk sediaan dengan mekanisme
pelepasan terkendali untuk menghambat pelepasan zat aktif dengan cara memperlama
waktu tinggal obat dalam lambung. HPMC memiliki rantai polimer yang panjang
sehingga pada waktu kontak dengan media disolusi akan terbentuk lapisan gel yang
semakin tebal dengan bertambahnya waktu. Semakin panjang rantai polimer dapat
menyebabkan pembentukan lapisan gel yang makin tebal, sehingga penghalang yang
harus dilewati zat aktif obat dalam berdifusi keluar dari matrik semakin sulit saat
berinteraksi dengan medium disolusi (Buang, 2006).
2.8 Kitosan
Kitosan adalah hasil deasetilasi kitin dengan menggunakan basa pekat,
menyisakan gugus amina bebas yang menjadikannya bersifat polikationik sebanyak
mungkin (Pasaribu, 2004). Rumus empiris kitosan adalah C6H6CNHCOCH3. Kitosan
13
merupakan polisakarida yang paling banyak terdapat di alam setelah selulosa, yaitu
terdapat pada limbah udang dan kepiting yang cukup banyak terdapat di Indonesia.
Menurut Toharisman (2007), kitosan lebih bersifat biokompatibel dan
biodegradabel dibandingkan dengan polimer sintetik lainnya. Kitosan juga mudah
berinteraksi dengan zat-zat organik lainnya seperti protein. Oleh karena itu, kitosan
relatif lebih banyak digunakan pada berbagai bidang industri terapan dan industri
kesehatan (Widodo et al., 2005). Struktur kitosan dapat dilihat pada gambar 2.3.
HO
H
H
NH2H
OH
CH2OH
H
O
O
HO
H
H
NH2H
OH
CH2OH
H
Gambar 2.3 Struktur kitosan
Kitosan dapat memperlambat pelepasan obat dari matriks melalui mekanisme
penghambatan proses difusi. Hal tersebut dikarenakan kitosan dapat membentuk
lapisan gel yang memiliki viskositas dalam suasana asam seperti medium dalam
lambung. Kitosan digunakan sebagai matriks yang dapat menghambat pelepasan obat
dengan cara cairan media disolusi berpenetrasi ke dalam matrik yang menyebabkan
matriks mengembang dan membentuk gel. Lapisan gel ini berfungsi sebagai
penghalang di sekeliling matriks yang mengontrol pelepasan obat dari dalam matriks
(Satpathy, 2008).
2.9 Metode Cetak Langsung
Istilah cetak langsung menyatakan proses ketika tablet dicetak langsung dari
campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk pengisi, disintegran
dan lubrikan), yang akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang cetak dan
14
membentuk suatu padatan yang kompak. Tidak ada prosedur pra-perlakuan granulasi
basah atau kering yang diperlukan pada campuran serbuk (Siregar dan Wikarsa,
2008). Cetak langsung mensyaratkan suatu pendekatan baru dan kritis dalam
menyeleksi bahan-bahan mentah, sifat aliran dan campuran serbuk, serta pengaruh
perubahan/variasi formulasi pada kompresibilitas (Lieberman et al., 1989; Swarbrick
and Boylan, 1991).
Cetak langsung memiliki beberapa keuntungan, antara lain: lebih ekonomis
karena terjadi pengurangan waktu dan proses yang dapat mengurangi biaya tenaga
kerja, tahap manufaktur dan jenis peralatan lebih sedikit, validasi proses lebih sedikit,
dan konsumsi energi lebih rendah (Lieberman et al., 1990). Metode ini dapat
menghilangkan kelembaban dan meningkatkan stabilitas bahan aktif dengan
meminimalisir pertumbuhan mikroba, sehingga lebih sesuai untuk bahan aktif yang
memiliki kelembaban tinggi dan rusak terhadap pemanasan (Gohel, 2005).
Cetak langsung juga memiliki kelemahan, diantaranya: tidak dapat dilakukan
pada zat aktif dengan dosis kecil, zat aktif dengan masalah pemisahan dan
keseragaman kandungan, zat aktif dengan dosis besar yang tidak dapat dicetak
langsung atau yang memiliki sifat aliran yang buruk; dalam pembuatan tablet tertentu
atau dalam banyak pengoperasian manufaktur tablet tertentu (Lieberman et al., 1990).
2.10 Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi, yaitu teknik untuk
memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel
bebas. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan secara
simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan (Bolton, 1997).
Desain faktorial dua aras berarti ada dua faktor, misalnya A dan B, yang masing-
masing faktor diuji pada dua aras yang berbeda, yaitu aras rendah dan aras tinggi.
Tablet dapat mengandung lebih dari satu jenis bahan penyusun, oleh karena itu
memprediksi sifat-sifat campuran yang terdiri dari bahan dengan sifat masing-masing
dapat menjadi hal yang penting dan menarik. Suatu percobaan dapat dirancang
15
dengan desain faktorial untuk mengetahui faktor dominan yang berpengaruh secara
signifikan terhadap suatu respon (Voight, 1995).
Desain faktorial memiliki beberapa istilah khusus, yaitu faktor, aras, efek, dan
respon. Faktor merupakan setiap besaran yang mempengaruhi respon (Voight, 1995).
Aras merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Pada percobaan dengan desain
faktorial perlu ditetapkan aras yang diteliti yang meliputi aras rendah dan aras tinggi
(Bolton, 1997). Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari
faktor. Efek faktor atau interaksi merupakan rata-rata respon pada aras tinggi
dikurangi rata-rata respon pada aras rendah. Respon merupakan sifat atau hasil
percobaan yang diamati. Respon yang diukur harus dikuantitatifkan (Bolton, 1997).
Persamaan umum dari desain faktorial adalah sebagai berikut :
Y = b0 + baXA+ bbXB + babXAXB
Y = respon hasil atau sifat yang diamati
XA = aras bagian A
XB = aras bagian B
b0, ba, bb, bab = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
16
dikompresi
dicampur selama 25 menit (Campuran 1)
Campuran 1 + Mg Stearat
dicampur selama 5 menit (Campuran 2)
BAB 3. METODE PENELITIAN
2.1 Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimental laboratorik
dengan metode desain faktorial. Skema langkah kerja penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 3.1.
Gambar 3.1 Skema langkah kerja penelitian
Teofilin, HPMC K4M, Kitosan, NaHCO3, Kalsium fosfat dibasik
Pengujian tablet matrik
Keseragaman bobot
Kekerasan
Kerapuhan
Uji pelepasan
teofilin
Uji kekuatan
mucoadhesive
Tablet
Pengujian campuran serbuk
Uji sifat alir
Penetapan kadar teofilin
Penentuan formula optimum berdasarkan metode optimasi desain faktorial
Campuran 2
Uji kemampuan mengapung
Floating lag time
Floating duration time
Analisis data
17
2.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alat uji disolusi tipe
dayung (Pharmeq), spektrofotometer (Genesys tipe 10S UV-Vis), alat uji kerapuhan
tablet (Pharmeq tipe TAB), timbangan analitik digital (Adventure Ohaus), alat
pencetak tablet single punch, alat uji kekerasan tablet (Stokes-Monsanto), alat uji sifat
alir bentuk corong (Pharmeq), alat uji mucoadhesive yang dimodifikasi, alat uji
floating, mortir dan stamper, alat-alat gelas, serta software pengolah data (GraphPad
Prism 6 dan Design Expert 8.0.6).
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: teofilin (CSPC
Innovation Pharmaceutical, China), HPMC K4M (Shin-Etsu Chemical, Jepang),
kitosan (Biotech Surindo), natrium bikarbonat, kalsium fosfat dibasik, magnesium
stearat, akuades bebas karbondioksida, asam klorida, kalium klorida, dan lambung
kelinci lokal (jenis kelamin jantan, usia 6-8 bulan, bobot 1-2 kg).
2.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi, Bagian
Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Jember pada bulan Juni-Oktober 2011.
2.4 Prosedur Penelitian
2.4.1 Penentuan dosis teofilin
Perhitungan dosis teofilin dilakukan dengan memperhatikan data-data
farmakokinetika sebagai berikut :
t ½ = 8,7 jam
Vd = 0,45 L/kgBB
Cp = 10 µg
(Anonim, 2008)
18
F = 0,96
(Hendeles et al., 2002)
Berat badan rata-rata orang dewasa Indonesia = 60 kg
maka dosis teofilin yang dibutuhkan adalah :
Vd (total) = 0,45 L/kgBB × 60 kg
= 27 L
Kel = 0,693
t1
2
= 0,693
8,7 jam
= 0,0796/jam ≈ 0,08/jam
Cl = Kel × Vd
= 0,08/jam × 27.000 mL
= 2.160 mL/jam
Dosis =Cp × Cl × τ
F
D(d osi =10 µg/mL × 2.160 mL/jam × 12 jam
0,96
= 270.000 µg = 270 mg
2.4.2 Formula
Penelitian ini dilakukan dengan mengaplikasikan metode desain faktorial
untuk menentukan formula optimum tablet lepas lambat teofilin yang dirancang
untuk tetap tinggal di lambung selama 12 jam. Penelitian menggunakan empat
rancangan formula dengan variabel bebas (faktor) dan variabel terikat (respon)
sebagai berikut :
Variabel bebas (X) : XA = jumlah polimer HPMC
XB = jumlah polimer kitosan
Variabel terikat (Y) : Y1 = waktu yang dibutuhkan tablet untuk mulai mengapung
(floating lag time)
19
Y2 = durasi mengapung tablet (floating duration time)
Y3 = kekuatan mucoadhesive
Y4 = dissolution efficiency (DE480)
Susunan aras faktor berdasarkan desain faktorial dapat dilihat pada tabel 3.1,
sedangkan set standar percobaan dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.1 Susunan aras faktor berdasarkan desain faktorial
Faktor Aras rendah (-1) Aras tinggi (+1)
HPMC K4M 60 140
Kitosan 40 90
Tabel 3.2 Set standar percobaan berdasarkan desain faktorial
Percobaan Faktor A
(HPMC K4M) Faktor B (Kitosan)
Faktor A dan B
(1) -1 -1 +1 A +1 -1 -1 B -1 +1 -1
AB +1 +1 +1
Formula secara umum dibuat untuk satu tablet (berat tablet = 550 mg) dengan
dosis teofilin 270 mg sebagai dosis terapi. Susunan formula tablet lepas lambat
teofilin yang akan diteliti dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Susunan formula tablet lepas lambat teofilin
Bahan Fungsi Berat bahan (mg)
F1 F2 F3 F4
Teofilin Bahan aktif 270 270 270 270
HPMC K4M Polimer floating 60 140 60 140
Kitosan Polimer mucoadhesive 40 40 90 90
NaHCO3
Kalsium fosfat dibasik
Gas generating agent
Bahan pengisi
30
139
30
59
30
89
30
9
Mg stearat Bahan pelincir/lubrikan 11 11 11 11
Berat tablet (mg) 550 550 550 550
20
Natrium bikarbonat (NaHCO3) digunakan sebagai agen pembentuk gas
karbondioksida (CO2). Gas tersebut akan terperangkap oleh lapisan gel yang
terbentuk dari hidrasi matrik oleh air sehingga dapat membentuk tablet dengan
kemampuan mengapung pada media cairan lambung. Kalsium fosfat dibasik
(CaHPO4) digunakan sebagai bahan pengisi untuk membuat kesesuaian berat tablet,
yaitu sampai 550 mg. Bahan ini dipilih karena memiliki sifat alir yang baik dan
merupakan pengisi yang tidak larut air. Magnesium stearat (C36H70MgO4) berfungsi
sebagai lubrikan yang dapat mencegah tablet melekat pada punch serta mencegah
gesekan antara punch dan die pada saat pencetakan tablet. Penambahan magnesium
stearat dalam formula dimaksudkan agar campuran serbuk yang dihasilkan memiliki
sifat alir yang baik.
2.4.3 Pembuatan campuran serbuk
Proses pembuatan tablet dengan metode cetak langsung diawali dengan
pembuatan campuran serbuk yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: teofilin,
HPMC K4M, kitosan, NaHCO3, dan kalsium fosfat dibasik dihaluskan dalam mortar
lalu dicampur dalam wadah selama 25 menit. Campuran yang dihasilkan
ditambahkan magnesium stearat, kemudian dicampur lagi selama 5 menit.
2.4.4 Evaluasi campuran serbuk
a. Penentuan sifat alir
Ditimbang 100 g campuran serbuk, dimasukkan pada corong yang dasarnya
masih tertutup, penutup dasar corong dibuka dan alat pencatat waktu dijalankan.
Pencatatan waktu dihentikan pada saat semua serbuk telah melewati corong. Diukur
tinggi campuran serbuk (h) dan jari-jari (r) campuran serbuk. Dihitung tangen sudut
diam dengan membagi h dengan r, kemudian dapat ditentukan sudut diam campuran
serbuk. Kecepatan alir diperoleh dengan membagi banyaknya campuran serbuk
dengan waktu alir. Sifat alir dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih dari 30°
(Lachman et al., 1994). Sedangkan kecepatan alir yang baik yaitu tidak lebih dari 10
21
detik per 100 g (Fudholi, 1983). Hubungan antara sudut diam dengan sifat alir
campuran serbuk dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Hubungan antara sudut diam dengan sifat alir campuran serbuk
Sudut diam Sifat alir
≤ 30° Sangat baik
30° - 40° Baik
40° - 50° Agak baik
≥ 50° Buruk
b. Uji keseragaman kandungan teofilin dalam campuran serbuk
1) Penentuan panjang gelombang maksimum
Larutan baku induk dibuat dari 50 mg teofilin dilarutkan dalam 100 mL
akuades (500 ppm), dikocok sampai larut. Larutan baku induk 1 dipipet 1,0 mL lalu
dimasukkan dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan akuades sampai garis batas,
dikocok sampai homogen. Larutan yang diperoleh mengandung teofilin 10 μg/mL (10
ppm) dan diamati serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 250-
400 nm kemudian ditentukan panjang gelombang maksimumnya.
2) Pembuatan larutan baku teofilin
Larutan baku induk dibuat pengenceran sehingga didapatkan larutan dengan
konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 30 ppm. Masing-masing larutan
ditentukan serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum
kemudian dibuat kurva baku.
3) Penentuan kadar teofilin dalam campuran serbuk
Sejumlah campuran serbuk yang mengandung 25 mg teofilin dilarutkan dalam
100 mL dengan akuades hingga tanda batas dan dikocok sampai larut kemudian
larutan disaring. Dipipet 1,0 mL dari larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL
dan ditambahkan akuades sampai garis batas, dikocok sampai homogen. Larutan ini
mengandung teofilin 10 μg/mL (10 ppm) dan diamati serapannya dengan
22
spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum. Dihitung kadar teofilin
dengan menggunakan kurva baku teofilin. Replikasi dilakukan sebanyak lima kali.
Pengambilan sampel dilakukan pada lima tempat yang berbeda.
Keseragaman kadar serbuk teofilin dapat ditentukan dengan melihat nilai
koefisien variasi (CV) yang diperoleh dari replikasi sampel. Nilai CV yang
diinginkan adalah kurang dari 6% (Saifullah et al., 2007).
Keterangan : CV = koefisien variasi
SD = simpangan baku
= harga rata-rata % recovery
2.4.5 Pencetakan tablet
Campuran serbuk masing-masing formula dikompresi menjadi tablet matriks
dengan metode cetak langsung menggunakan pencetak tablet single punch. Tablet
dicetak dengan berat masing-masing 550 mg dan kekerasan tablet dikendalikan
sebesar 4-8 kg.
2.4.6 Evaluasi tablet
a. Pengujian keseragaman bobot
Pengujian keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet lalu
dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Menurut FI edisi III, jika ditimbang satu per satu,
tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A yaitu 5%, dan tidak
satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga yang
ditetapkan kolom B yaitu 10% (Depkes RI, 1979). Persyaratan penyimpangan bobot
tablet dapat dilihat pada tabel 3.5.
100%x
SDCV
x
23
Tabel 3.5 Persyaratan penyimpangan bobot tablet
Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata – rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg – 150 mg 10 % 20 %
151 mg – 300 mg 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5 % 10 %
b. Pengujian kekerasan tablet
Pemeriksaan kekerasan tablet dengan alat penguji Pharmeq Stokes-Monsanto
Hardness Tester adalah sebagai berikut: sebuah tablet dijepitkan secara ringan
dengan posisi tegak dan dipastikan tablet tidak bergerak. Mistar ukur digeser hingga
skala pada alat pada angka nol segaris dengan garis penunjuk, mistar ukur ditahan
agar tidak bergerak. Knop ulir diputar kembali searah jarum jam sampai tablet pecah.
Pada saat tablet pecah, skala dibaca yang dinyatakan dalam satuan kilogram.
Dilakukan replikasi sebanyak 10 kali dan dihitung rata-ratanya (Depkes RI, 1995).
c. Pengujian kerapuhan tablet
Pengujian kerapuhan tablet matrik dilakukan dengan alat Pharmeq Friability
Tester dengan cara sebagai berikut: diambil sebanyak 20 tablet matrik dan
dibersihkan dari serbuk yang menempel. Tablet kemudian ditimbang (W1) dan
dimasukkan dalam alat uji. Alat dijalankan dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit.
Tablet kemudian dikeluarkan dan dibersihkan lagi dari serbuk-serbuk yang menempel
lalu ditimbang lagi beratnya (W2). Dihitung % kerapuhannya dengan persamaan.
Penentuan kerapuhan tablet matrik dilakukan dengan pengulangan sebanyak tiga kali.
Persyaratan kerapuhan tablet yang diterima kurang dari 1% (Lachman et al., 1994).
% kerapuhan 100%W
WW
1
21
24
d. Pengujian kemampuan mengapung tablet
Uji keterapungan secara in vitro ditentukan oleh parameter floating lag time
dan floating duration time. Uji dilakukan dengan peralatan beaker glass, alat
pemanas, termometer dan stop watch. Larutan dapar HCl pH 1,2 dimasukkan ke
dalam beaker glass yang telah diletakkan di atas alat pemanas, suhu diatur pada 37 ±
0,5°C, lalu tablet uji dimasukkan ke dalam beaker glass. Dilakukan pengamatan
waktu awal mengapung dengan pencatat waktu. Waktu yang diperlukan untuk tablet
dapat naik sampai permukaan dan mulai mengapung pada permukaan medium
disolusi dicatat sebagai floating lag time, sedangkan waktu bagi tablet tetap konstan
di permukaan media disolusi dicatat sebagai floating duration time. Floating lag time
tablet teofilin dikontrol antara 25-600 detik dan floating duration time tidak kurang
dari 12 jam agar dapat memperlama waktu tinggal dalam lambung. Tiap formula
direplikasi sebanyak 6 kali (Rosa et al., 1994).
e. Pengujian kekuatan mucoadhesive
Uji mucoadhesive dilakukan menggunakan metode keseimbangan yang
dimodifikasi (El-Kamel et al., 2002). Pengujian menggunakan lambung kelinci.
Parameter yang dikontrol adalah jenis kelinci lokal, jenis kelamin jantan, usia dewasa
6-8 bulan dan memiliki bobot 1-2 kg. Lambung yang telah dibersihkan isinya dibuka
dan dibentangkan pada papan fiksasi dengan bantuan jarum pentul atau push pin.
Tablet uji diletakkan di atas jaringan lambung dan diberi beban 5 g selama 5 menit,
sehingga tablet dapat berinteraksi dengan jaringan lambung. Tablet dilepaskan dari
jaringan dengan cara ditarik menggunakan alat penarik dengan beban tertentu
kemudian diberi penambahan beban secara bertahap sebesar 1 g setiap 1 menit
sampai tablet terlepas dari jaringan lambung. Massa beban yang mampu menarik
tablet dari jaringan dicatat. Percobaan direplikasi 6 kali untuk tiap formula.
25
f. Pengujian pelepasan teofilin dari tablet matrik
1) Pembuatan larutan dapar HCl pH 1,2
Media disolusi yang digunakan adalah dapar HCl pH 1,2 yang dibuat dengan
cara yaitu: diukur 50 mL KCl 0,2 M dimasukkan ke dalam labu ukur 200 mL,
kemudian ditambahkan 85 mL larutan HCl 0,2 N dikocok sampai homogen,
kemudian ditambahkan aqudestilata hingga tanda batas (United States Pharmacopeial
Convention, 2007).
2) Penentuan panjang gelombang maksimum teofilin dalam larutan dapar
Ditimbang sejumlah tertentu teofilin (50 mg) kemudian dimasukkan labu ukur
100 mL, ditambahkan larutan dapar HCl pH 1,2 sebanyak 50 mL, dikocok sampai
larut. Ditambahkan larutan dapar HCl pH 1,2 sampai garis tanda dan dikocok sampai
homogen. Larutan ini sebagai larutan baku induk yang mengandung teofilin 500
µg/mL (± 500 ppm). Diambil 1,0 mL dari larutan baku induk dan dimasukkan dalam
labu ukur 50 mL dan larutan dapar HCl pH 1,2 sampai garis tanda, dikocok sampai
homogen. Larutan yang diperoleh mengandung teofilin 10 µg/ml (±10 ppm). Diamati
serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 250-400 nm.
Kemudian ditentukan panjang gelombang maksimumnya.
3) Pembuatan kurva baku teofilin dalam larutan dapar
Larutan baku induk teofilin dalam larutan dapar HCl pH 1,2 dibuat
pengenceran sehingga didapat larutan dengan konsentrasi kurang lebih 5 ppm, 10
ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 30 ppm. Larutan masing-masing kemudian ditentukan
serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum, kemudian
dibuat kurva baku dari hasil pengukuran tersebut.
4) Pengujian disolusi
Uji disolusi tablet matrik teofilin dilakukan dalam medium larutan dapar HCl
pH 1,2 dan menggunakan peralatan tipe II (konstruksi dayung, 50 rpm). Prosedur
26
yang dilakukan adalah sebagai berikut: air dimasukkan ke dalam bak alat uji disolusi
sampai tanda, labu disolusi dipasang dan diisi dengan 900 mL larutan dapar HCl pH
1,2. Temperatur dan waktu untuk uji disolusi yaitu 37 0,5°C selama 8 jam. Setelah
temperatur stabil, tablet matrik dimasukkan pada labu disolusi, dan alat uji disolusi
dijalankan dengan kecepatan 50 rpm. Sampling dilakukan pada waktu 15, 30, 45, 60,
120, 180, 240, 300, 360, 420, dan 480 menit dengan cara mengambil 5 mL larutan
media disolusi. Pengujian disolusi yang dilakukan selama 8 jam diharapkan dapat
menunjukkan dissolution efficiency pada waktu 480 menit (DE480). Setiap kali selesai
sampling dilakukan penambahan 5 mL larutan media disolusi yang baru. Sampel
disaring dengan membran filter selulosa nitrat 0,45 m. Kadar teofilin ditentukan
dengan mengukur serapannya pada spektrofotometer dan membandingkannya dengan
kurva baku. Profil pelepasan teofilin dari tablet matrik dengan memplotkan jumlah
teofilin yang dilepaskan (%) terhadap waktu. Dari kurva profil disolusi dihitung AUC
(Area Under Curve) untuk menentukan DE480.
Dissolution Efficiency (DE) adalah luas daerah dibawah kurva disolusi dibagi
luas persegi, yang menunjukkan 100% zat terlarut pada waktu tertentu. Penggunaan
metode ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain dapat menggambarkan
semua titik pada kurva kecepatan disolusi identik dengan pengungkapan data
percobaan secara in vivo. Nilai yang diperoleh bergantung pada bentuk kurva yang
merupakan gambaran dari kinetika pelarutan suatu zat yang tepat (Khan and Hayer,
1973).
2.4.7 Analisis data
a. Analisis floating lag time dan floating duration time
Persyaratan waktu awal mengapung (floating lag time) yang diinginkan adalah tablet
dapat mengapung dalam waktu 25-600 detik. Durasi keterapungannya (floating
duration time) dipersyaratkan tidak kurang dari 12 jam.
27
b. Analisis kekuatan mucoadhesive
Kekuatan mucoadhesive tablet dinyatakan sebagai massa beban yang dapat
menarik tablet sehingga terlepas dari jaringan mukosa pada lambung kelinci.
Persyaratan kekuatan mucoadhesive yang diinginkan sebesar 20-30 g, karena pada
rentang tersebut tablet akan dapat melekat cukup kuat pada lapisan mukosa lambung
dan tahan terhadap pergerakan cairan dan peristaltik dalam lambung.
c. Analisis kinetika pelepasan teofilin
Dari uji pelepasan teofilin kemudian dianalisis kinetika pelepasannya untuk
masing-masing formula dengan menggunakan persamaan orde nol, persamaan orde
satu dan persamaan model Higuchi (Ashrafi, et al., 2005).
1) Analisis pelepasan orde nol
Analisa kinetika pelepasan orde nol dilakukan dengan menggunakan
persamaan: M = M0 - K0 t
M adalah jumlah sisa obat yang tidak dilepaskan pada waktu t, M0 adalah jumlah obat
yang tidak dilepaskan pada saat t = 0, dan K0 adalah konstanta laju pelepasan.
Persamaan garis linear dapat dibentuk untuk pelepasan orde nol dengan cara
memplotkan jumlah pelepasan terhadap waktu.
2) Analisis kinetika pelepasan orde satu
Analisis kinetika pelepasan orde satu dilakukan dengan menggunakan
persamaan: ln M = ln M0 - K1t
M adalah jumlah obat yang tidak dilepaskan pada waktu t, M0 adalah jumlah obat
yang tidak dilepaskan pada saat t = 0, dan K1 adalah konstanta laju pelepasan.
Persamaan garis linear dapat dibentuk untuk pelepasan orde satu dengan
menggunakan persamaan diatas, yaitu dengan cara memplotkan log sisa obat dalam
terhadap waktu.
28
3) Analisis kinetika pelepasan model Higuchi
Analisa kinetika pelepasan model Higuchi dilakukan dengan menggunakan
persamaan: Q = Ks 𝐭
Q adalah (100-M), Ks adalah konstanta dan t adalah waktu. Untuk mendapatkan
persamaan pelepasan dari pelepasan model Higuchi dilakukan dengan cara
memplotkan jumlah pelepasan vs akar dari waktu.
Dari ketiga persamaan yang dihasilkan, persamaan dengan nilai r2 paling besar
menunjukkan kinetika pelepasan yang paling sesuai untuk masing-masing formula
(Asrafi et al., 2005).
d. Analisis desain faktorial
Dari data hasil pengujian, didapatkan harga untuk masing-masing respon
sehingga dapat dilengkapi persamaan umum Y = b0 + b1XA + b2X B + b12XAX B
sehingga didapatkan persamaan umum hubungan antara faktor (aras) dan respon
(floating lag time, floating duration time, kekuatan mucoadhesive dan DE480).
Berdasarkan rumus Y = b0 + b1XA + b2X B + b12XAX B dapat dihitung harga
koefisien b0, b1, b2, b12. Dari hasil perhitungan menggunakan rumus ini dapat dibuat
contour plot dengan menggunakan program Design Expert versi 8.0.6. Pembuatan
contour plot meliputi floating lag time, floating duration time, kekuatan
mucoadhesive, dan DE480 tablet teofilin sehingga dapat diketahui efek faktor terhadap
respon serta efek kombinasi faktor terhadap respon.
Dari contour plot tersebut kemudian digabungkan menjadi contour plot super
imposed/overlay plot untuk mengetahui komposisi optimum dari kombinasi HPMC
K4M dan kitosan yang akan digunakan sebagai polimer pada pembuatan tablet lepas
lambat teofilin sistem kombinasi floating-mucoadhesive. Dari data juga diperoleh
besarnya efek tiap faktor dan juga interaksinya.
52
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh aras dari kombinasi
HPMC dan kitosan terhadap kemampuan mengapung, kekuatan mucoadhesive dan
profil pelepasan bahan aktif tablet teofilin lepas lambat dengan sistem kombinasi
floating-mucoadhesive serta untuk mengetahui komposisi optimumnya. Penelitian
dirancang dengan menggunakan metode desain faktorial 22, yaitu dua faktor dan dua
aras sehingga diperoleh empat formula yang berbeda.
4.1 Hasil Pembuatan Campuran Serbuk
Campuran serbuk F1, F2, F3 dan F4 dibuat sesuai dengan berat komposisi
masing-masing bahan yang telah ditentukan dalam formula. Campuran serbuk untuk
masing-masing formula dibuat sebanyak 110 g untuk 200 tablet, yang disesuaikan
dengan jumlah campuran serbuk yang digunakan untuk pengujian campuran serbuk
dan pengujian tablet.
Campuran serbuk dibuat dengan cara pencampuran langsung. Semua bahan
kecuali magnesium stearat ditimbang menggunakan timbangan analitik digital,
dipindahkan ke mortar untuk dilakukan penyeragaman ukuran partikel, lalu
dimasukkan ke dalam wadah dan dicampur selama 25 menit. Setelah pencampuran
pertama kemudian ditambahkan magnesium stearat dan dicampur kembali dalam
wadah selama 5 menit. Campuran serbuk ini siap untuk dilakukan pengujian sifat alir
dan keseragaman kandungan teofilin dalam campuran serbuk, kemudian dicetak
menjadi tablet teofilin lepas lambat.
30
4.2 Hasil Pengujian Sifat Alir Campuran Serbuk
Campuran serbuk sebanyak 100 g diuji sifat alirnya dengan dua parameter,
yaitu: kecepatan alir dan sudut diam. Kecepatan alir serbuk yang baik adalah tidak
kurang dari 10 g/detik (Fudholi, 1983). Serbuk dengan sifat alir baik memiliki sudut
diam antara 30-40° (Lachman et al, 1994).
Berdasarkan pengujian kecepatan alir diperoleh hasil bahwa semua formula
campuran serbuk tidak dapat melewati corong alat uji sehingga tidak dapat diukur
kecepatan alirnya. Sudut diamnya juga tidak dapat ditentukan dalam pengujian ini
karena serbuk tidak dapat mengalir melewati corong.
Sifat aliran serbuk dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel serbuk, serta
daya kohesi dan adhesinya. Bentuk partikel yang ekidimensional teratur (bulat atau
kubus), semakin besar diameternya maka sifat alirnya semakin baik. Sifat alir terbaik
terjadi pada diameter optimum partikel (200-500 µm), sedangkan partikel yang
berukuran kurang dari 100 µm cenderung lebih kohesif. Campuran serbuk yang halus
menyebabkan daya adhesi dan kohesi meningkat. Daya adhesi yang besar antara
partikel serbuk dengan dinding corong uji akan mempengaruhi sifat alir, karena dapat
menghambat kemampuan mengalir serbuk. Dalam pengujian ini, polimer HPMC
memiliki pengaruh yang besar pada buruknya sifat alir campuran serbuk karena
HPMC memiliki daya adhesi yang besar, sehingga cenderung menempel pada
dinding alat uji dan menghambat kemampuan mengalir serbuk.
4.3 Hasil Pengujian Keseragaman Kandungan Teofilin dalam Campuran
Serbuk
4.3.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum teofilin dalam akuades
Larutan teofilin dalam akuades dengan konsentrasi 10 ppm diukur pada
panjang gelombang 250-400 nm, diperoleh hasil absorbansi tertinggi pada 272 nm.
Hal tersebut sesuai dengan panjang gelombang maksimum teofilin secara teoritis,
yaitu 272 nm (Anonim, 1995). Kurva absorbansi teofilin dalam akuades dapat dilihat
pada gambar 4.1.
31
Gambar 4.1 Kurva absorbansi teofilin dalam akuades
4.3.2 Hasil pembuatan kurva baku teofilin
Larutan baku induk teofilin dalam akuades dibuat seri pengenceran dengan
konsentrasi yang berbeda-beda, yaitu 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan 30 ppm.
Setelah diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 272
nm, diperoleh kurva baku teofilin dalam akuades dengan persamaan regresi linier y =
0,0566x + 0,00216 (r = 0,999). Kurva baku teofilin dalam akuades dapat dilihat pada
gambar 4.2. Hasil pengukuran selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.1.
Gambar 4.2 Kurva baku teofilin dalam akuades
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
0 10 20 30 40
Ab
sorb
ansi
Konsentrasi teofilin (ppm)
y = 0,056x + 0,002r = 0,999
32
4.3.3 Hasil penentuan kadar teofilin
Penentuan kadar teofilin dalam campuran serbuk dilakukan sebanyak lima
replikasi untuk masing-masing formula. Hasil penentuan kadar teofilin dalam
campuran serbuk dapat dilihat pada Tabel 4.2. Hasil pengujian selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran B.2 dan B.3.
Tabel 4.2 Kadar teofilin dalam campuran serbuk
Formula % recovery
F1 98,44
F2 98,57
F3 97,37
F4 97,89
Rata- rata % recovery ± SD 98,07 ± 0,91
CV 0,93 %
Berdasarkan tabel 4.2, kandungan teofilin yang terdapat dalam campuran
serbuk F1, F2, F3 dan F4 telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam USP
XXXII, yaitu 97-102%. Keempat formula tersebut juga memenuhi persyaratan
homogenitas, yaitu nilai koefisien variasi kurang dari 6%.
4.4 Hasil Pencetakan Tablet
Campuran serbuk dicetak menjadi tablet dengan alat pencetak single punch.
Dilakukan pengontrolan kekerasan tablet 4-8 kg dengan cara mengatur jarak punch
atas ke die serta kekuatan kempanya. Sifat alir campuran serbuk yang buruk
menyebabkan tablet harus dicetak satu persatu (manual) dengan berat masing-masing
550 mg sebanyak 120 buah untuk tiap formula.
4.5 Hasil Evaluasi Sifat Fisik Tablet
4.5.1 Hasil pengujian keseragaman bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan untuk tablet yang tidak bersalut dan
mengandung zat aktif tunggal 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari
33
bobot, satuan sediaan (Depkes RI, 1995). Tablet yang diuji memiliki zat aktif tunggal
teofilin seberat 270 mg. Dua puluh tablet ditimbang satu persatu lalu dihitung bobot
rata-ratanya. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, dinyatakan bahwa jika
ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan
kolom A yaitu 5%, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-rata lebih dari harga yang ditetapkan kolom B yaitu 10% (Depkes RI, 1979).
Hasil pengujian keseragaman bobot dapat dilihat pada tabel 4.3.
Dari pengujian keseragaman bobot, keempat formula memenuhi persyaratan
keseragaman bobot yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia III karena tidak
terdapat tablet yang bobotnya menyimpang melebihi dari kolom A (5%) dan kolom B
(10%). Hasil pengujian lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran C.1.
Tabel 4.3 Hasil pengujian keseragaman bobot
4.5.2 Hasil pengujian kekerasan dan kerapuhan tablet
Pengujian kekerasan tablet dilakukan dengan menguji sebanyak 10 tablet dari
masing-masing formula dengan alat uji kekerasan. Diperoleh hasil, tiap-tiap formula
memiliki kekerasan tablet sesuai dengan rentang pengontrolan kekerasan, yaitu 4-8
kg. Menurut Ansel (2005), persyaratan kekerasan tablet yang baik yaitu di atas 4 kg.
Hal ini dilakukan agar kekerasan tablet tiap formula lebih seragam, dapat
meningkatkan karakteristik mengapung yang baik dan tidak berpengaruh pada
kecepatan pelepasan teofilin. Sifat bahan penyusun dan kekuatan kompresi alat
pencetak tablet mempengaruhi kekerasannya.
Formula Penyimpangan bobot rata-rata yang diperbolehkan (%)
Kesimpulan Kolom A (syarat 5%) Kolom B (syarat 10%)
F1 549,77 ± 27,49 549,77 ± 54,98 Memenuhi
F2 549,85 ± 27,49 549,85 ± 54,99 Memenuhi
F3 549,99 ± 27,50 549,99 ± 55,00 Memenuhi
F4 549,73 ± 27,49 549,73 ± 54,97 Memenuhi
34
Pengujian kerapuhan tablet dilakukan dengan menguji sebanyak 20 tablet dari
masing-masing formula dengan alat uji kerapuhan dan direplikasi sebanyak tiga kali.
Diperoleh hasil, semua formula memenuhi kriteria kerapuhan tablet yang
dipersyaratkan yaitu kurang dari 1%. Tablet F1 memiliki kekerasan tablet paling
tinggi. Tablet F2 memiliki kekerasan terendah serta persen kerapuhan yang tertinggi.
Hasil pengujian kekerasan dan kerapuhan tablet dapat dilihat pada tabel 4.4 dan hasil
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.2 dan C.3.
Tabel 4.4 Hasil pengujian kekerasan dan kerapuhan tablet
Formula Kekerasan tablet (kg)
± SD
Kerapuhan tablet (%)
± SD
1
2
3
4
5,80 ± 0,422
5,40 ± 0,459
5,75 ± 0,540
5,50 ± 0,577
0,872 ± 0,024
0,942 ± 0,020
0,866 ± 0,016
0,872 ± 0,064
Uji kerapuhan tablet merupakan uji ketahanan terhadap kehilangan berat
tablet, yang menunjukkan ketahanan tablet terhadap goresan ringan/kerusakan dalam
penanganan, pengemasan dan distribusi. Kerapuhan tablet dipengaruhi kekerasan
tablet dan faktor formulasi. Semakin tinggi tingkat kekerasan tablet akan membuat
kerapuhannya semakin rendah.
4.6 Hasil Pengujian Kemampuan Mengapung Tablet
Pengujian kemampuan mengapung tablet dilakukan dengan simulasi in vitro
menggunakan larutan dapar HCl pH 1,2 dalam beaker glass, dengan mengamati dua
parameter: floating lag time dan floating duration time. Floating lag time
menunjukkan waktu yang dibutuhkan tablet untuk memulai mengapung, sedangkan
floating duration time menunjukkan lamanya waktu tablet mengapung di atas
medium lambung. Hasil pengujian kemampuan mengapung tablet dapat dilihat pada
tabel 4.5. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.4 dan C.5.
35
Tabel 4.5 Hasil pengujian kemampuan mengapung tablet
Formula Floating lag time (detik)
± SD Floating duration time (jam)
1
2
3
4
273,50 ± 7,42
59,33 ± 2,58
228,83 ± 5,46
29,33 ± 3,01
> 12
> 12
> 12
> 12
Floating lag time dipengaruhi oleh daya mengembang dari polimer yang
digunakan dalam formula. Polimer yang memiliki daya mengembang besar dapat
segera menyerap cairan ketika terjadi kontak dengan medium, kemudian medium
tersebut dapat segera masuk ke dalam sediaan dan membasahi bahan pembentuk gas
yang terintegrasi di dalamnya. Semakin cepat gas karbondioksida terbentuk maka
semakin cepat pula tablet akan mengapung.
Dari hasil pengujian diketahui bahwa floating lag time tablet dari keempat
formula memenuhi persyaratan yaitu berada pada rentang 25-600 detik. Tablet baru
boleh mengapung setelah 25 detik karena diperlukan waktu bagi tablet dari mulut
untuk sampai ke dalam lambung, kurang lebih 25 detik lamanya. Tablet harus dapat
mengapung sebelum 600 detik adalah untuk menghindari kerja lambung fase III,
yaitu kontraksi tetap pada frekuensi maksimal diikuti dengan migrasi makanan ke
usus. Tablet F4 memiliki floating lag time paling cepat dibandingkan dengan formula
yang lain. Urutan floating lag time dari yang paling cepat adalah F4, F2, F3 dan F1.
Hal ini dikarenakan tablet F4 dan F2 mengandung lebih banyak polimer HPMC
daripada tablet F3 maupun F1. Dalam penelitian ini, HPMC merupakan polimer yang
paling berpengaruh terhadap floating lag time. Polimer ini bersifat hidrofilik,
sehingga akan segera terhidrasi pada saat tablet kontak dengan media pendisolusi.
Hasil analisis variasi (ANOVA) menunjukkan bahwa efek kedua faktor
HPMC dan kitosan berbeda signifikan. Peningkatan jumlah HPMC dan kitosan dalam
formula dapat menurunkan respon floating lag time tablet. Hasil selengkapnya dapat
36
dilihat pada lampiran D.1. Dari hasil analisis dengan desain faktorial, maka untuk
respon floating lag time diperoleh persamaan sebagai berikut:
Final equation in Terms of Coded Factors:
FLT = 147,75 - 103,42 XA - 18,67 XB + 3,67 XA XB
Final Equation in Terms of Actual Factor:
FLT = 478,66550 - 2,82383 HPMC - 1,11345 kitosan + 3,66750E-003
HPMC.kitosan
Pada respon floating lag time nilai efek masing-masing faktor memberikan
nilai negatif sedangkan interaksi keduanya memberikan nilai positif. Nilai efek
HPMC sebesar -103,42, kitosan sebesar -18,67, dan interaksi keduanya bernilai
+3,67. Hal ini berarti bahwa peningkatan jumlah HPMC maupun kitosan saja akan
mempercepat floating lag time tablet. Penggunaan bersama dari HPMC dan kitosan
akan meningkatkan floating lag time, meskipun peningkatan tersebut tidak sebesar
penurunan floating lag time yang disebabkan oleh peningkatan HPMC maupun
kitosan saja. Efek dari kedua faktor, HPMC dan kitosan berupa contour plot dan 3D
surface terhadap respon floating lag time dapat dilihat pada gambar 4.3 dan 4.4.
Gambar 4.3 Contour plot dari respon floating lag time
37
Gambar 4.4 3D surface dari respon floating lag time
Gambar contour plot di atas menunjukkan bahwa penambahan HPMC
maupun kitosan akan menurunkan respon floating lag time tablet, yaitu pada daerah
yang berwarna biru. Hal tersebut berarti floating lag time tablet akan semakin cepat.
Sedangkan daerah berwarna merah menunjukkan nilai respon floating lag time yang
semakin besar.
Tablet lepas lambat yang dibuat pada penelitian ini menggunakan sistem
kombinasi floating-mucoadhesive, dengan menerapkan effervescent system.
Mekanisme keterapungan tablet disebabkan oleh pembentukan gas CO2 sebagai hasil
reaksi netralisasi antara NaHCO3 dan HCl 0,1 N. Pada saat tablet masuk ke dalam
lambung, cairan lambung yang bersifat asam menembus pori-pori matriks yang terdiri
dari polimer gel dan bereaksi dengan NaHCO3 yang bersifat basa sehingga
menghasilkan gas CO2. Gas tersebut terperangkap dalam hidrokoloid yang terbentuk
dan tidak dapat keluar. Hal itulah yang menyebabkan densitas tablet menurun
sehingga dapat mengapung dan bertahan lebih lama di lambung.
Pada pengujian floating duration time, semua formula memenuhi persyaratan
yang diinginkan, yaitu memiliki waktu mengapung tidak kurang dari 12 jam. Tablet
diharapkan mengapung dalam lambung lebih dari 12 jam dan melepaskan obat secara
38
perlahan selama waktu tinggalnya dalam lambung. Pada floating duration time nilai
efek dari masing- masing faktor maupun interaksi keduanya memberikan nilai nol.
Hal tersebut dikarenakan respon yang dihasilkan dari keempat formula adalah sama,
yaitu lebih dari 12 jam sehingga tidak diketahui efek dari masing- masing faktor
terhadap respon floating duration time. Contour plot dan 3D surface dari kedua faktor
terhadap respon floating duration time dapat dilihat pada gambar 4.5 dan 4.6.
Gambar 4.5 Contour plot dari respon floating duration time
Gambar 4.6 3D surface dari respon floating duration time
39
Berdasarkan gambar contour plot di atas dapat diketahui bahwa respon pada
beberapa titik memberikan hasil yang sama sehingga tidak diketahui efek dari faktor
HPMC dan kitosan terhadap respon floating duration time tablet, terlihat dari warna
kuning yang homogeny di semua daerah. Dari hasil analisis dengan desain faktorial,
maka untuk respon floating duration time diperoleh persamaan berikut:
Final Equation in Terms of Actual Factor: (respon tidak bervariasi)
Final equation in Terms of Coded Factors: (respon tidak bervariasi)
4.7 Hasil Pengujian Kekuatan Mucoadhesive Tablet
Pengujian kekuatan mucoadhesive dilakukan dengan menggunakan lambung
kelinci yang sudah ditetesi dengan dapar HCl pH 1,2. Tablet diletakkan di atas
permukaan mukosa lambung kelinci, diberi beban 5 g selama 5 menit. Kemudian
tablet dilepaskan dari jaringan mukosa dengan cara diberi penambahan beban sebesar
1 g setiap menit. Dilakukan replikasi sebanyak enam kali untuk tiap formula. Hasil
pengujian kekuatan mucoadhesive tablet dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil pengujian kekuatan mucoadhesive tablet
Formula Kekuatan mucoadhesive (g)
± SD
1
2
3
4
21,52 ± 1,79
18,02 ± 0,55
26,52 ± 0,89
25,35 ± 0,75
Dari pengujian, diperoleh hasil kekuatan mucoadhesive tablet F3 > F4 > F1 >
F2. Dari keempat formula hanya F2 yang tidak masuk rentang persyaratan kekuatan
mucoadhesive, yaitu hanya 18,02 g sedangkan yang dipersyaratkan adalah 20-30 g.
Formula yang memiliki kekuatan mucoadhesive tertinggi adalah F3, yang
mengandung polimer HPMC aras rendah dan kitosan aras tinggi, sedangkan yang
terendah adalah F2 dengan HPMC aras tinggi dan kitosan aras rendah. Hal tersebut
40
menunjukkan bahwa penambahan kitosan pada formula akan meningkatkan kekuatan
mucoadhesive tablet.
Mekanisme interaksi kitosan dengan mukosa terjadi melalui interaksi
elektrostatik, ikatan hidrofobik, dan ikatan hidrogen. Pada suasana asam kitosan akan
mengalami protonasi gugus amin menjadi NH3+. Interaksi tersebut terjadi melalui
gaya elektrostatik gugus NH3+ pada kitosan dengan gugus COO
- pada rantai
karbohidrat mukosa. Ikatan hidrofobik terjadi antara gugus residu yang tidak
terdeasetilasi pada kitosan dengan gugus asetil pada asam sialat. Ikatan hidrogen
terjadi antara gugus-gugus hidrogen pada kitosan dan senyawa penyusun mukosa
lainnya (Deacon et al., 2000).
Mekanisme interaksi HPMC dalam sistem mucoadhesive terjadi melalui
ikatan hidrogen. HPMC memiliki gugus hidrosil (-OH) yang akan berinteraksi
dengan mucin mukosa dan cairan lambung. HPMC terhidrasi secara lambat sehingga
interpenetrasi rantai polimer ke dalam jaringan juga terjadi secara lambat. HPMC
merupakan polimer hidrofilik yang mengembang secara lambat untuk membentuk gel
yang memberikan kekuatan ikatan pada mukosa, tetapi HPMC juga mampu
mempertahankan tablet agar mampu menempel pada mukosa untuk periode waktu
yang lama (Balamurugan et al., 2008).
Pada respon kekuatan mucoadhesive, nilai efek masing-masing faktor
memberikan nilai negatif dan positif sedangkan interaksi keduanya memberikan nilai
positif. Nilai efek HPMC sebesar -1,17, kitosan sebesar +3,08, dan interaksi
keduanya bernilai +0,58. Hal ini berarti bahwa semakin banyak polimer HPMC
dalam formula akan menurunkan kekuatan mucoadhesive-nya, sedangkan
penambahan kitosan akan meningkatkan kekuatan mucoadhesive. Penggunaan
bersama dari HPMC dan kitosan akan meningkatkan kekuatan mucoadhesive
walaupun peningkatan tersebut tidak sebesar peningkatan kekuatan mucoadhesive
yang disebabkan oleh peningkatan kitosan saja. Efek dari kedua faktor, HPMC dan
kitosan berupa contour plot dan 3D surface terhadap respon kekuatan mucoadhesive
dapat dilihat pada gambar 4.7 dan 4.8.
41
Gambar 4.7 Contour plot dari respon kekuatan mucoadhesive
Gambar 4.8 3D surface dari respon kekuatan mucoadhesive
Gambar contour plot menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah kitosan
dalam formula akan meningkatkan respon kekuatan mucoadhesive yang ditunjukkan
dengan warna merah, sedangkan penambahan HPMC akan menurunkan responnya
yang ditunjukkan dengan warna biru.
Hasil analisis variasi (ANOVA) menunjukkan bahwa efek kedua faktor
HPMC dan kitosan berbeda signifikan. Peningkatan jumlah HPMC dapat
42
menurunkan respon kekuatan mucoadhesive sedangkan peningkatan jumlah kitosan
mampu meningkatkan responnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
D.3. Dari hasil analisis dengan desain faktorial, maka untuk respon kekuatan
mucoadhesive diperoleh persamaan sebagai berikut:
Final equation in Terms of Coded Factors:
Mucoadhesive = 22,85 - 1,17 XA + 3,08 XB + 0,58 XA XB
Final Equation in Terms of Actual Factor:
Mucoadhesive = 21,54300 - 0,067050 HPMC + 0,065050 kitosan + 5,82500E-004
HPMC.kitosan
4.8 Hasil Pengujian Pelepasan Teofilin dari Tablet
4.8.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum teofilin dalam larutan dapar
Penentuan panjang gelombang (λ) maksimum teofilin dalam medium dapar
HCl pH 1,2 dengan konsentrasi 10 ppm, diperoleh absorbansi maksimum teofilin
pada λ 271 nm. Kurva absorbansi teofilin dalam larutan dapar HCl pH 1,2 dapat
dilihat pada gambar 4.9. Hasil pengukuran panjang gelombang maksimal dalam dapar
HCl pH 1,2 dapat dilihat pada lampiran E.
Gambar 4.9 Kurva absorbansi teofilin dalam larutan dapar HCl pH 1,2
43
4.8.2 Hasil pembuatan kurva baku teofilin dalam larutan dapar
Pembuatan kurva baku teofilin dalam larutan dapar pH 1,2 menggunakan
konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 30 ppm. Dari pembuatan kurva baku
tersebut diperoleh persamaan garis regresi liniernya adalah y = 0,0539x + 0,0227
(r = 0,999). Kurva baku teofilin dalam larutan dapar HCl pH 1,2 dapat dilihat pada
gambar 4.10.
Gambar 4.10 Kurva baku teofilin dalam larutan dapar HCl pH 1,2
4.8.3 Hasil pengujian disolusi tablet
Pengujian disolusi tablet lepas lambat teofilin dilakukan dalam media larutan
dapar HCl pH 1,2 dan menggunakan peralatan tipe II (konstruksi dayung, 50 rpm).
Profil disolusi tablet teofilin dapat dilihat pada gambar 4.11. Hasil pengujian
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C9.
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
0 10 20 30 40
Ab
sorb
ansi
Konsentrasi teofilin (ppm)
y = 0,054x + 0,023r = 0,999
44
Gambar 4.11 Profil pelepasan teofilin dari tablet matrik
Berdasarkan hasil pengujian pelepasan teofilin dari tablet matriks, diketahui
bahwa jumlah obat yang terlepas sangat dipengaruhi oleh jumlah polimer yang
digunakan dalam formula. Formula yang mengandung kitosan lebih banyak (aras
tinggi), yaitu pada F3 dan F4, memiliki persentase pelepasan obat yang lebih rendah
dibandingkan dengan F1 dan F2 dengan kitosan aras rendah. Formula dengan jumlah
HPMC dan kitosan maksimum (aras tinggi) yaitu F4 memiliki persentase pelepasan
terendah diantara keempat formula.
HPMC merupakan matrik hidrofilik yang memiliki viskositas tinggi sehingga
akan membentuk lapisan gel yang relatif sulit dikikis oleh pelarut dan menyebabkan
matriks sulit tererosi. Hal tersebut menyebabkan difusi teofilin keluar dari matriks
berjalan lambat. Mekanisme penghambatan kemampuan pelepasan teofilin oleh
kitosan diawali dengan terjadinya hidrasi dan pembentukan gel. Kitosan dalam
medium dapar asam menyebabkan penyumbatan pori tablet sehingga menghambat
masuknya air sehingga menyebabkan terjadinya difusi perlahan melalui lapisan gel
(El-Kamel et al., 2002). Oleh karena itu, peningkatan konsentrasi HPMC maupun
kitosan akan menurunkan pelepasan bahan aktif obat, yaitu teofilin.
0
20
40
60
80
100
120
0 100 200 300 400 500 600Jum
lah
ob
at y
ang
dile
pas
kan
(%
)
Waktu (menit)
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
45
4.9 Hasil Perhitungan DE480
Salah satu cara untuk melihat profil pelepasan adalah dengan menghitung
dissolution efficiency (DE). Nilai DE diperoleh dengan cara membagi area under
curve (AUC) dengan luas persegi yang menunjukkan luas area jika seluruh obat
terlepas pada menit tertentu. Pada penelitian ini DE diamati sampai menit ke-480 atau
pada jam ke-8. AUC dihitung dengan menggunakan software GraphPad Prism 6.
Tabel 4.7 menunjukkan hasil perhitungan DE480. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran C.11 dan C.12.
Tabel 4.7 Hasil perhitungan DE480
Formula DE (%) (𝑋 ± 𝑆𝐷)
F 1 58,83 ± 4,12
F 2 73,64 ± 6,12
F 3 37,51 ± 6,35
F 4 39,47 ± 6,88
Effisiensi disolusi menunjukkan jumlah obat yang terlepas pada jangka waktu
tertentu dibandingkan dengan jika obat terlepas secara keseluruhan, dinyatakan dalam
bentuk persentase. DE480 yang diharapkan pada tablet teofilin ini adalah 40-60%.
Penetapan rentang ini didasarkan pada semua formula yang mengikuti kinetika
pelepasan orde nol. Orde nol menunjukkan bahwa pada awal penggunaan sediaan,
jumlah obat yang dilepaskan sebanding dengan waktu sehingga membentuk kurva
linier, yang dilanjutkan dengan pelepasan obat yang konstan dan membentuk garis
lurus horisontal.
Dari hasil pengujian DE480, diketahui bahwa jumlah polimer yang digunakan
berpengaruh pada nilai DE480. Nilai DE480 berturut-turut dari yang terbesar adalah
F2>F1>F4>F3. Nilai DE480 F1 dan F4 menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah
komposisi polimer dalam formula akan menghasilkan persentase pelepasan obat yang
makin kecil. F1 yang menggunakan komposisi polimer paling sedikit memiliki nilai
DE480 yang lebih besar daripada F4 yang komposisi polimernya paling banyak. Hal
46
tersebut disebabkan oleh mekanisme pengontrolan pelepasan bahan aktif oleh polimer
melalui mekanisme difusi melalui lapisan gel yang dihasilkan dari hidrasi polimer.
Dari keempat formula, hanya F1 yang masuk rentang yang diinginkan, yaitu 58,83%.
Nilai efek dari faktor HPMC dan kitosan berturut-turut adalah +4,19 dan
-13,87, interaksi keduanya bernilai -3,21. Hal ini berarti bahwa penambahan jumlah
HPMC akan meningkatkan respon DE480 meskipun nilai peningkatannya tidak
sebesar nilai penurunan respon yang disebabkan oleh penambahan jumlah kitosan
dalam formula. Interaksi kedua faktor bernilai negatif, artinya interaksi antara HPMC
dan kitosan dapat menurunkan respon DE480. Hal ini terjadi karena polimer yang
digunakan sudah cukup terbasahi sehingga teofilin dapat berdifusi merata dalam
matriks dan mekanisme pelepasan terjadi melalui proses erosi dan difusi. HPMC
sebagai agen pembentuk lapisan gel dengan viskositas tinggi akan mengontrol laju
erosi tablet, sedangkan kitosan juga akan membentuk lapisan gel yang mengontrol
laju difusi teofilin. Contour plot dan 3D surface dari kedua faktor ini terhadap respon
dapat dilihat pada Gambar 4.12 dan 4.13.
Gambar 4.12 Contour plot dari respon Dissolution efficiency
47
Gambar 4.13 3D surface dari respon Dissolution efficiency
Gambar contour plot menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah HPMC
dalam formula akan meningkatkan respon DE480 yang terlihat pada daerah berwarna
merah, sedangkan penambahan jumlah kitosan akan menurunkan respon DE480 yang
ditunjukkan pada daerah berwarna biru.
Hasil ANOVA efek dominan faktor terhadap respon menunjukkan
perbedaan signifikan dengan nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
faktor yang memiliki efek dominan terhadap pelepasan obat yang akan berpengaruh
terhadap nilai DE480. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.4.
Dari hasil analisis dengan desain faktorial untuk respon DE480, diperoleh
persamaan sebagai berikut:
Final equation in Terms of Coded Factors:
DE480 = 52,36 + 4,19 XA - 13,87 XB - 3,21 XA XB
Final Equation in Terms of Actual Factor:
DE480 = 57,06850 + 0,31363 HPMC - 0,23365 kitosan - 3,21250E-003 HPMC.kitosan
48
4.10 Hasil Analisis Kinetika Pelepasan Teofilin dari Tablet
Kinetika pelepasan teofilin dari tablet matrik F1, F2, F3 dan F4 dianalisis
menggunakan persamaan orde nol, persamaan orde satu dan persamaan model
Higuchi. Dari masing- masing persamaan tersebut dihitung koefisien korelasi (r).
Persamaan yang mempunyai nilai r paling besar menunjukkan kinetika pelepasan
yang paling sesuai untuk masing-masing formula. Hasil analisis kinetika pelepasan
teofilin dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Analisis menggunakan persamaan kinetika orde nol dilakukan dengan
memplotkan jumlah obat yang dilepaskan terhadap waktu. Kurva kinetika orde nol
dapat dilihat pada gambar 4.14.
Gambar 4.14 Kurva kinetika orde nol tablet teofilin
Analisis menggunakan persamaan kinetika orde satu dilakukan dengan
memplotkan ln jumlah obat yang dilepaskan terhadap waktu. Kurva kinetika orde
satu dapat dilihat pada gambar 4.15.
0
50
100
150
200
250
300
350
0 100 200 300 400 500 600
Jum
lah
teo
filin
yan
g d
ilep
aska
n (
mg)
Waktu (menit)
F1 F2 F3 F4
49
Gambar 4.15 Kurva kinetika orde satu tablet teofilin
Analisis menggunakan persamaan kinetika model Higuchi dilakukan dengan
memplotkan jumlah obat yang dilepaskan terhadap akar waktu. Kurva kinetika model
Higuchi dapat dilihat pada gambar 4.16.
Gambar 4.16 Kurva kinetika model Higuchi tablet teofilin
0
1
2
3
4
5
6
7
0 100 200 300 400 500 600
ln ju
mla
h t
eofi
lin y
ang
dile
pas
kan
Waktu (menit)
F1 F2 F3 F4
0
50
100
150
200
250
300
350
0 5 10 15 20 25
Jum
lah
teo
filin
yan
g d
ilep
aska
n (
mg)
Akar waktu (menit1/2)
F1 F2 F3 F4
50
Tabel 4.8 Hasil analisis kinetika pelepasan teofilin dari tablet matriks
Formula r tabel
(N=11)
Nilai r2
Orde 0 Orde 1 Model Higuchi
F1 0,602 0,982 0,868 0,987
F2 0,602 0,916 0,806 0,970
F3 0,602 0,992 0,909 0,968
F4 0,602 0,990 0,906 0,991
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (r) untuk
keempat model kinetika pelepasan lebih besar dari nilai r tabel. Pada F1, F2 dan F4,
nilai r model Higuchi paling besar dibandingkan nilai r pada orde nol dan orde satu,
sedangkan pada F3 nilai r model kinetika orde nol yang paling besar nilainya. Hal ini
berarti F1, F2 dan F4 pelepasannya didominasi model Higuchi, sedangkan F3
didominasi orde nol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pelepasan
teofilin dari matriks dikontrol oleh mekanisme difusi dan erosi. F1, F2 dan F4
pelepasannya terjadi secara difusi, sedangkan F3 didominasi oleh mekanisme erosi.
Apabila pelepasan obat dikontrol oleh erosi matriks maka hubungan antara
banyaknya obat yang terlepas terhadap waktu adalah linear dan jika hubungan antara
banyaknya obat yang terlepas terhadap akar waktu adalah linear maka pelepasan obat
dikontrol oleh difusi matriks.
4.11 Hasil Analisis Desain Faktorial dan Penentuan Area Optimum
Setelah dilakukan analisis dari masing-masing respon dapat ditentukan daerah
optimum dengan overlay plot pada Design Expert 8.0.6. Daerah optimum ditentukan
berdasarkan kriteria yang diinginkan untuk masing-masing respon yaitu: floating lag
time, floating duration time, kekuatan mucoadhesive dan DE480. Pada penelitian ini,
kriteria formula optimum yang diinginkan untuk masing-masing respon yaitu:
floating lag time 25-600 detik, floating duration time tidak kurang dari 12 jam,
kekuatan mucoadhesive 20-30 g dan DE480 40-60%. Contour plot masing-masing
respon kemudian digabungkan menjadi contour plot super imposed atau overlay plot.
Hasil penentuan daerah optimum berupa overlay plot dapat dilihat pada gambar 4.17.
51
Gambar 4.17 Overlay plot penentuan daerah optimum formula
Dari gambar 4.17 didapatkan daerah overlay plot berwarna kuning, yang
merupakan daerah optimum. Jumlah HPMC yang dapat memberikan nilai optimum
untuk keempat kriteria respon di atas adalah 60-66,38 mg pada penggunaan kitosan
aras rendah. Jumlah kitosan yang dapat memberikan hasil optimum untuk keempat
kriteria respon adalah 40-74,56 mg pada penggunaan HPMC aras rendah dan 59,81-
87,44 pada penggunaan HPMC aras tinggi. Pada gambar tersebut, formula optimum
pada sembarang titik dapat diketahui dengan memunculkan flag pada daerah
berwarna kuning sehingga akan muncul nilai dari masing- masing respon beserta
jumlah faktor dalam formula. Point of prediction yang dihasilkan sebanyak 34 titik
yang memenuhi persyaratan respon yang diinginkan. Hasil selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran D.6.
52
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengaruh aras dari kombinasi HPMC dan kitosan terhadap kemampuan
mengapung, kekuatan mucoadhesive, dan profil pelepasan bahan aktif tablet
teofilin lepas lambat dengan sistem kombinasi floating-mucoadhesive adalah:
a. Peningkatan jumlah HPMC maupun kitosan akan menurunkan respon floating
lag time tablet teofilin, namun interaksi keduanya akan meningkatkan respon
floating lag time tablet tersebut.
b. Peningkatan jumlah HPMC akan menurunkan respon kekuatan mucoadhesive
tablet teofilin sedangkan peningkatan jumlah kitosan akan meningkatkan
respon kekuatan mucoadhesive tablet. Interaksi keduanya akan meningkatkan
respon kekuatan mucoadhesive tablet.
c. Peningkatan jumlah HPMC akan meningkatkan respon DE480 tablet teofilin
sedangkan peningkatan jumlah kitosan akan menurunkan respon DE480.
Interaksi keduanya akan menurunkan respon DE480 tablet tersebut.
2. Komposisi optimum untuk tablet teofilin, yaitu jumlah HPMC 60-66,38 mg pada
penggunaan kitosan aras rendah. Dibutuhkan jumlah kitosan 40-74,56 mg pada
penggunaan HPMC aras rendah dan 59,81-87,44 mg pada penggunaan HPMC aras
tinggi untuk mendapatkan kondisi optimum tablet teofilin dengan sistem
kombinasi floating-mucoadhesive.
53
5.2 SARAN
Saran-saran yang bisa penulis berikan setelah melakukan serangkaian
penelitian antara lain:
1. Dilakukan pembuatan tablet teofilin dengan metode yang berbeda, misalnya
granulasi basah atau granulasi kering untuk memperbaiki sifat alir campuran
serbuk yang kurang baik.
2. Dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kemampuan mengapung, kekuatan
mucoadhesive dan profil disolusi tablet teofilin secara in vivo.
54
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y., Mangunnegoro, H., dan Ikhsan, M. 1995. Pengobatan Asma dengan
Teofilin Lepas Lambat Dosis Sekali Sehari. Majalah Cermin Dunia
Kedokteran No.101 tahun 1995. Jakarta: Unit Paru Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Ahuja, A., Khar, R.K., and Ali, J. 1997. Mucoadhesive Drug Delivery System. Drug
Dev. Ind. Pharm. 23:5, page 489-515.
Anonim. 2003. Gastro-retentive Drugs: A Review. Page 1-3.
http://www.expresspharmapulse.com (diakses 15 September 2005).
Anonim. 2008. Theophylline: Drug Information Online. Drug.com.
http://www.drugs.com/pro/theophylline.html. (diakses 27 September 2008).
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi: Edisi Keempat. Jakarta: UI
Press.
Asrafi, M., Chowdhury, J.A., and Reza, M.S. 2005. Controlled Release of Metformin
Hydrochloride I. In vitro Release from Physical Mixture Containing Xanthan
Gum as Hydrophilic Rate Retarding Polymer. Dhaka University Journal of
Pharmaceutical Sciences.
http://www.ingentaconnect.com/content/apl/tmnc/2009/00000026/00000001/a
rt00006.
Aulton, M.E. 1990. Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design. Churchill
Livingstone.
Balamurugan, Saravanan, Ganesh, Senthil, Hemalatha, dan Pandya. 2008.
Development and In-vitro Evaluation of Mucoadhesive Buccal Tablets of
Domperidone. Research J. Pharm. and Tech. 1(4): Oct.-Dec.
http://rjptonline.org/RJPT_Vol1(4)/16.pdf. (diakses 14 Oktober 2010)
Banker, G.S. and Rhodes, C.T. 1990. Modern Pharmaceutics. Second Edition.
Revised and Expanded. Marcel Dekker, Inc.
Bayomi, M.A., Al-Suwayeh, S.A., and El-Helw, A.M. 2001. Excipient-Excipient
Interaction in the Design of Sustained-Release Theophylline Tablets: In Vitro
and In Vivo Evaluation. Drug Dev. Ind. Pharm, page 499-506.
55
Bolton, S. 1997. Pharmaceutical Statistics: Practical and Clinical Applications.
Third edition, page 591-610. New York: Marcel Dekker Inc.
Buang, A. 2006. Pengaruh Kadar HPMC 90 SH 4000SR terhadap Pelepasan
Atenolol Berbasis Matrik Kombinasi dengan HPMC 90 SH 100000SR.
Surabaya: Airlangga University Library.
Chawla, Gupta, Koradadia, and Bansal. 2003. Gastroretention : A Means to Adress
Regional Variability in Intestinal Drug Absorption. Pharmaceutical
Technology, page 50-60 http://www.pharmtech.com (diakses 30 Nopember
2005)
Chien, Y.W. 1992. Novel Drug Delivery Systems. Second Edition. Revised and
Expanded. Marcel Dekker Inc.
Deacon, Gurk, Roberts, Williams, Tendler, Davies, Davis, and Harding. 2000. Atomic
Force Microscopy of Gastric Mucin and Chitosan Mucoadhesive Systems.
Biochem J. 348, 557-563.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
El-Kamel, Sokar, Naggar, and Gamal. 2002. Bioadhesive controlled release
metronidazole vaginal tablets. Acta Pharm. 52, page 171–179.
http://www.idd.hr/tbhzc/ap/ap2002303.pdf
Emami, J. and Tavakoli, N. 2004. Formulation of Sustained-Release Lithium
Carbonate Matrix Tablets: Influent of Hydrophilic Material on The Release
Rate and In Vitro-In Vivo Evaluation. J Pharm Pharmaceut Sci, 7(3), page
338-344.
Fudholi, A. 1983. Metodologi Formulasi dalam Kompresi Direk. Majalah Medika
7(9), hal. 586-593.
Garg, R. and Gupta, G.D. 2008. Progress in Controlled Gastroretentive Delivery
Systems. Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 7 (3), page 1055-1066.
http://www.tjpr.org (diakses September 2008).
56
Gaykar, Jadhav, Gadhave, and Gaikwad. 2013. Floating-Bioadhesive Tablets as
Innovative Approach to Gastroretention: A Review. WJPPS. ISSN 2278 –
4357, Volume 2 (1), page 108-119.
Gennaro, A. 2000. Remington’s Pharmaceutical Sciences. 20th
Edition. Lippincot
Williams and Wilkins.
Gohel, Mehta, Dave, and Bariya. 2004. A More Relevant Dissolution Method For
Evaluation of Floating Drug Delivery System. Dissolution Technologies Vol.
11, Issue 4, page 22-26.
Gohel, M.C. 2005. A Review of Co-processed Directly Compressible Excipients. J
Pharm Pharmaceutical Sci (www.cspscanada.org), vol 8, no.1 page 76-93.
Haruta, Kawai, Jinnouchi, Ogawara, Higaki, Tamura, Arimori, and Kimura. 2001.
Evaluation of Absorption Kinetics of Orrally Administered Theophylline in
Rat Based on Gastrointestinal Transit Monitoring by Gamma Scintigraphy.
J.Pharm. Sci. 90:4, hal. 464-473.
Hendeles, Weinberger, and Bighley. 2002. Absolut Bioavailability of Oral
Theophylline. http://www.ncbi.nlmnih.gov. (diakses 5 Nopember 2007)
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri II. Edisi ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Lieberman, H.A., Lachman, L., dan Schwartz, J.B. 1989. Pharmaceutical Dosage
Forms : Tablets. Volume 1. Second Edition. Revised and Expanded. Marcell
Dekker Inc. hal. 188-245.
Lieberman, H.A., Lachman, L., and Schwartz, J.B. 1990. Pharmaceutical Dosage
Forms : Tablets. Volume 3. Second Edition. Revised and Expanded. Marcell
Dekker Inc. hal. 8-11.
Moes, A.J. 2003. Gastric Retention System for Oral Drug Delivery Systems. Business
Briefing pharmatech, page 157-159. http://www.touchbriefings.com (diakses 21
September 2009).
Narendra C., Srinath M.S., Babu G. 2006. Optimization of Bilayer Floating Tablet
Containing Metoprolol Tartrate as a Model Drug for Gastric Retention. AAPS
PharmSciTech 7(2): Article 34. DOI:10.1208/pt070234.
Neal, M.J. 2005. At a Glance Farmakologi Medis (Alih bahasa oleh Juwalita
Surapsari). Jakarta: Penerbit Erlangga.
57
Pasaribu, C. 2004. Berbagai Ragam Pemanfaatan Polimer. Medan: USU Digital
Library.
Patel, S.S., Ray, S., and Thakur, R.S. 2006. Formulation and Evaluation of Floating
Drug Delivery System Containing Clarithromycin for Helicobacter Pylori.
Pharmaceutival Technology. Acta Poloniae Pharmaceutical-Drug Research.
Vol. 63 No.1, page 53-61. (diakses April 2009).
Riyanto, B.S. dan Hisyam, B. 2006. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Robinson, J.R. and Lee, V.H.L. 1987. Controlled Drug Delivery, Fundamental, and
Applications. Second Edition. Revised and Expanded. Marcel Dekker.
Rocca, J.G., Omidin, H., and Shah, K. 2003. Progresses in Gastro Drug Delivery
Systems, Bussines Briefing pharmatech. Http://www.touchbriefings.com.
Rosa, M., Zia, H., and Rodhes, T. 1994. Dosing and Testing In-vitro of A Bioadhesive
and Floating Drug Delivery System for Oral Application. Intl. J. Pharm. 105,
page 65-70.
Rowe, J.G., Sheskey, P.J., and Weller, P.J. 2003. Hand Book of Pharmaceutical
Exipient. Fourth edition. Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical
Association.
Saifullah, T.N., Yandi, S., dan Utami, R. 2007. Profil Pelepasan Propanolol HCl dari
Tablet Lepas Lambat dengan Sistem Floating Menggunakan Matriks
Methocel K15M. Majalah Farmasi Indonesia, 18(I), hal 48-55.
http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/8._18-1-2007-TN_Saifullah.pdf.
(diakses 20 September 2008)
Salsa, T., Veiga, F., and Pina, M.E. 1997. Oral Controlled-Released Dosage Form I:
Cellulose Ether Polymers in Hydrophilic Matrices. Drug Dev. Ind. Pharm.
23:9, hal. 929-938.
Samran. 2008. Kitosan sebagai Matriks Sediaan Tablet Press Coating. Surabaya:
Badan Penerbit Universitas Airlangga.
Satpathy, T.K. 2008. Chitosan Used in Pharmaceutical Formulation: A Review.
http://www.pharmainfo.net (diakses 29 September 2008).
58
Shargel, L. dan Yu, A.B.C. 1985. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan.
Alih bahasa oleh Fasich dan Siti Sjamsiah. 1988. Surabaya: Airlangga
University Press.
Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. 2008. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-
Dasar Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sundaru, H. 2007. Asma Bisa Sembuh atau Problem Seumur Hidup. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Suriviana, 2005. Penyakit Asma pada Anak. Jakarta: Rineka Cipta.
Swarbrick, J. and Boylan, J.C. 1991. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology.
Volume 4. Marcell Dekker.
Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Toharisman, A. 2007. Peluang Pemanfaatan Enzim Kitinase di Industri Gula.
Surabaya: Badan Penerbit ITS.
United States Pharmacopeia Convention. 2007. The 2007 of USP 30 – NF 25. e-
book.(CD-ROM). The Official Compendia of Standard.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Widodo, A., Mardiah dan Prasetyo, A., 2005. Potensi Kitosan dari Sisa Udang
Sebagai Koagulan Logam Berat Limbah Cair Industri Tekstil. Surabaya: Badan
Penerbit ITS.
62
B. Hasil Evaluasi Campuran Serbuk dan Mutu Sifat Fisik Tablet
B.1 Hasil pengukuran absorbansi teofilin dalam akuades
Konsentrasi teofilin (ppm) Absorbansi
5,00 0,278
10,00 0,568
15,00 0,859
20,00 1,138
30,00 1,693
Persamaan regresi linier y = 0,0566x + 0,00216
(r = 0,999)
Panjang gelombang maksimum 272 nm
B.2 Tabulasi hasil pengujian keseragaman kadar teofilin dalam campuran serbuk
F Rep Penimbangan
sampel (mg) Serapan
Kadar
teofilin
(ppm)
Jumlah teofilin
dalam sampel
(penelitian)
mg
Jumlah
teofilin dalam
sampel
(teoritis) mg
%
recovery
F1
1 50,9 0,564 9,927 24,816 24,987 99,316
2 50,9 0,560 9,856 24,640 24,987 98,609
3 50,8 0,552 9,714 24,286 24,938 97,386
4 50,8 0,555 9,767 24,419 24,938 97,917
5 50,9 0,562 9,891 24,728 24,987 98,962
F2
1 51,0 0,562 9,891 24,728 25,036 98,768
2 50,9 0,564 9,927 24,816 24,987 99,316
3 50,9 0,564 9,927 24,816 24,987 99,316
4 50,8 0,550 9,679 24,198 24,938 97,032
5 50,9 0,559 9,838 24,595 24,987 98,432
F3
1 50,9 0,556 9,785 24,463 24,987 97,902
2 50,8 0,548 9,644 24,110 24,938 96,677
3 50,9 0,553 9,732 24,330 24,987 97,371
4 50,9 0,554 9,750 24,375 24,987 97,548
5 50,9 0,553 9,732 24,330 24,987 97,371
F4
1 50,9 0,560 9,856 24,640 24,987 98,609
2 51,0 0,562 9,891 24,728 25,036 98,768
3 51,0 0,558 9,820 24,551 25,036 98,062
4 50,9 0,556 9,785 24,463 24,987 97,902
5 50,9 0,546 9,608 24,021 24,987 96,134
63
Formula Rata- rata % recovery
F1 98,438
F2 98,573
F3 97,374
F4 97,895
Rata- rata % recovery
4 formula ± SD 98,070 ± 0,909
CV 0,927 %
B.3 Contoh perhitungan kadar teofilin dalam campuran serbuk
Perhitungan kadar teofilin pada campuran serbuk formula 1 replikasi 1
Penimbangan teoritis untuk sejumlah serbuk yang mengandung 25 mg teofilin
270 mg teofilin
550 mg campuran sebuk =
25 mg teofilin
x mg campuran serbuk
x = 50,926 mg
Hasil penimbangan campuran serbuknya adalah 50,9 mg
Perhitungan kadar teofilin dalam campuran serbuk (secara penelitian)
Absorbansi yang diperoleh adalah 0,570
Persamaan kurva baku teofilin dalam akuades adalah:
y = 0,0566 x + 0,00216
0,570 = 0,0566 x + 0,00216
x = 10,032 ppm = 10,032 mg/L
Faktor pengenceran:
25 mL
1 mL x 10,032 mg/L = 250,800 mg/L
Dalam 100 mL mengandung:
250,8 mg/L x 100 mL = 250,8 mg
1000 mL x 100 mL = 25,080 mg
64
Perhitungan kadar teofilin dalam campuran serbuk secara teoritis:
50,9 mg
50,926 mg x 25 mg = 24,987 mg
% recovery teofilin formula 1 replikasi 1 adalah:
25,080 mg
24,987 mg x 100 % = 99,312 %
C. Hasil Evaluasi Tablet Matriks
C.1 Tabulasi hasil pengujian keseragaman bobot tablet
Replikasi Bobot (mg)
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
1 550,4 550,1 549,6 547,9
2 550,8 549,2 549,4 551,5
3 550,6 549,4 551,8 550,6
4 549,3 550,6 550,2 551,5
5 547,4 550,3 551,1 549,7
6 550,7 547,9 549,5 549,6
7 550,2 550,3 549,3 547,7
8 549,7 550,7 548,6 549,8
9 548,3 550,5 551,2 550,3
10 550,1 550,7 550,0 549,9
11 549,7 551,8 548,8 547,6
12 550,8 549,3 548,4 550,1
13 549,7 549,4 550,3 551,0
14 550,5 551,2 551,1 547,5
15 551,9 549,0 549,1 550,2
16 549,6 548,7 550,0 548,8
17 548,7 550,0 551,3 549,9
18 549,4 548,7 550,5 548,9
19 548,5 550,4 548,8 550,9
20 549,1 548,8 550,8 551,2
Rata-rata 549,77 549,85 549,99 549,73
Persyaratan
(rata-rata 5%) 27,489 27,493 27,5 27,487
Persyaratan
(rata-rata 10%) 54,977 54,985 55 54,973
65
C.2 Tabulasi hasil pengujian kekerasan tablet
Replikasi Kekerasan (kg)
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
1 6 6 6 5
2 5 6 6 5
3 6 5 5 6
4 6 5 6 6,5
5 6 5,5 5 6
6 6 6 6 6
7 5 5 6 5
8 6 5,5 6,5 5
9 6 5 6 5,5
10 6 5 5 5
Rata-rata 5,8 5,4 5,75 5,5
SD 0,422 0,459 0,54 0,577
C.3 Tabulasi hasil pengujian kerapuhan tablet
Replikasi Persentase kerapuhan (%)
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
1 0,849 0,965 0,852 0,929
2 0,896 0,926 0,883 0,802
3 0,872 0,935 0,863 0,885
Rata-rata 0,872 0,942 0,866 0,872
SD 0,024 0,02 0,016 0,064
C.4 Tabulasi hasil pengujian floating lag time tablet
Replikasi Floating lag time (detik)
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
1 281 58 234 30
2 275 62 235 27
3 265 63 221 28
4 267 59 231 29
5 270 57 225 27
6 283 57 227 35
Rata-rata 273,5 59,333 228,833 29,333
SD 7,423 2,582 5,456 3,011
66
C.5 Hasil pengujian floating duration time tablet
Replikasi Floating duration time (jam)
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
1 >12 >12 >12 >12
2 >12 >12 >12 >12
3 >12 >12 >12 >12
4 >12 >12 >12 >12
5 >12 >12 >12 >12
6 >12 >12 >12 >12
Rata-rata >12 >12 >12 >12
C.6 Tabulasi hasil pengujian kekuatan mucoadhesive tablet
Replikasi Kekuatan mucoadhesive (g)
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
1 19,52 18,52 25,52 24,52
2 21,52 17,52 26,52 25,52
3 19,52 17,52 26,52 25,52
4 23,52 17,52 27,52 24,52
5 21,52 18,52 27,52 25,52
6 23,52 17,52 25,52 26,52
Rata-rata 21,52 18,02 26,52 25,353
SD 1,789 0,548 0,894 0,753
C.7 Hasil pengukuran serapan larutan teofilin dalam dapar HCl pH 1,2
Konsentrasi teofilin (ppm) Absorbansi
5,00 0,286
10,00 0,579
15,00 0,828
20,00 1,086
30,00 1,646
Persamaan regresi linier y = 0,0539x + 0,00227
(r = 0,999)
Panjang gelombang maksimum 272 nm
67
C.8 Tabulasi hasil serapan teofilin pada uji disolusi
Waktu
sampling Replikasi
Serapan
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Menit ke-15
1 0,146 0,250 0,141 0,172
2 0,140 0,237 0,134 0,219
3 0,141 0,219 0,135 0,181
4 0,159 0,224 0,135 0,177
5 0,167 0,209 0,139 0,196
6 0,154 0,198 0,132 0,163
Menit ke-30
1 0,233 0,303 0,166 0,249
2 0,213 0,307 0,164 0,242
3 0,211 0,573 0,172 0,215
4 0,205 0,307 0,165 0,197
5 0,232 0,281 0,170 0,226
6 0,210 0,260 0,172 0,199
Menit ke-45
1 0,291 0,367 0,200 0,251
2 0,268 0,454 0,190 0,267
3 0,259 0,805 0,207 0,253
4 0,256 0,383 0,191 0,229
5 0,300 0,361 0,195 0,289
6 0,260 0,444 0,198 0,223
Menit ke-60
1 0,391 0,429 0,224 0,313
2 0,313 0,534 0,240 0,315
3 0,355 0,907 0,381 0,305
4 0,321 0,431 0,227 0,261
5 0,378 0,416 0,229 0,344
6 0,344 0,581 0,239 0,251
Menit ke-120
1 0,607 0,671 0,346 0,500
2 0,516 0,669 0,343 0,397
3 0,637 1,226 0,596 0,492
4 0,505 0,656 0,360 0,374
5 0,640 0,610 0,338 0,573
6 0,649 0,867 0,365 0,375
Menit ke-180
1 0,852 0,960 0,541 0,680
2 0,786 0,934 0,457 0,515
3 0,829 1,420 0,757 0,671
4 0,653 0,952 0,475 0,477
5 0,867 0,798 0,442 0,707
6 0,749 1,254 0,503 0,484
Menit ke-240
1 0,981 1,327 0,597 0,789
2 1,109 1,349 0,596 0,587
3 1,021 1,603 0,880 0,754
4 0,806 1,515 0,643 0,575
68
5 1,162 1,361 0,543 0,816
6 0,912 1,564 0,610 0,542
Menit ke-300
1 1,280 1,607 0,709 0,920
2 1,321 1,600 0,670 0,699
3 1,324 1,665 0,975 0,889
4 1,066 1,663 0,757 0,696
5 1,408 1,620 0,647 0,946
6 1,185 1,615 0,702 0,630
Menit ke-360
1 1,419 1,681 0,823 1,022
2 1,553 1,624 0,765 0,766
3 1,465 1,693 1,137 1,028
4 1,248 1,677 0,856 0,772
5 1,425 1,625 0,776 1,017
6 1,488 1,633 0,808 0,709
Menit ke-420
1 1,521 1,698 0,921 1,133
2 1,604 1,644 0,857 0,824
3 1,544 1,702 1,239 1,146
4 1,391 1,697 0,947 0,853
5 1,607 1,648 0,842 1,157
6 1,522 1,681 0,902 0,784
Menit ke-480
1 1,575 1,704 1,136 1,168
2 1,633 1,677 1,055 0,941
3 1,641 1,734 1,323 1,249
4 1,529 1,719 1,195 0,955
5 1,609 1,653 1,210 1,243
6 1,563 1,741 1,240 0,853
C.9 Tabulasi hasil persen pelepasan teofilin
Waktu
sampling Replikasi
Persen pelepasan teofilin (%)
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Menit ke-15
1 7,643 14,057 7,066 9,263
2 7,269 13,275 6,643 12,166
3 7,320 11,856 7,009 9,825
4 8,437 12,456 6,705 9,581
5 8,954 11,507 7,272 10,768
6 8,124 10,845 6,834 8,680
Rata-rata 7,958 12,333 6,922 10,047
±SD 0,668 1,183 0,238 1,246
Menit ke-30
1 13,036 17,335 8,625 14,041
2 11,792 17,611 8,517 13,592
3 11,651 33,797 9,318 11,936
4 11,284 17,592 8,580 10,823
5 12,987 15,954 9,210 12,632
69
6 11,590 14,681 9,335 10,907
Rata-rata 12,057 19,495 8,931 12,322
±SD 0,758 7,101 0,395 1,346
Menit ke-45
1 16,632 21,293 10,745 14,165
2 15,201 26,717 10,142 15,141
3 14,622 48,176 11,502 14,294
4 14,441 22,294 10,205 12,809
5 14,476 20,895 10,773 16,547
6 14,683 26,064 10,961 12,392
Rata-rata 15,009 27,573 10,721 14,225
±SD 0,841 10,386 0,504 1,523
Menit ke-60
1 22,831 25,127 12,242 18,012
2 17,989 31,672 13,267 18,116
3 20,562 54,498 22,362 17,522
4 18,465 25,264 12,454 14,796
5 22,047 24,292 12,899 19,965
6 19,881 34,540 13,524 14,124
Rata-rata 20,296 32,566 14,458 17,089
±SD 1,919 11,514 3,902 2,210
Menit ke-120
1 36,221 40,093 19,851 29,615
2 30,568 40,035 19,703 23,199
3 38,011 72,269 35,780 29,129
4 29,854 39,187 20,766 21,813
5 38,304 36,274 19,714 34,194
6 38,753 52,233 21,402 21,795
Rata-rata 35,285 46,682 22,869 26,624
±SD 4,030 13,694 6,362 5,113
Menit ke-180
1 51,408 57,966 32,012 40,783
2 47,299 56,450 26,827 30,512
3 49,891 86,293 45,828 40,239
4 39,015 57,502 27,952 28,208
5 52,389 47,886 26,217 42,520
6 44,941 76,175 30,031 28,539
Rata-rata 47,491 63,712 31,478 35,134
±SD 4,969 14,422 7,349 6,713
Menit ke-240
1 59,405 80,662 35,504 47,546
2 67,315 82,157 35,514 34,974
3 61,772 97,635 53,505 45,391
4 48,486 92,339 38,451 34,293
5 70,694 82,659 32,532 49,293
6 55,027 95,354 36,721 32,127
Rata-rata 60,450 88,468 38,705 40,604
±SD 8,093 7,496 7,504 7,616
Menit ke-300 1 77,940 97,978 42,489 55,674
2 80,452 97,705 40,138 41,916
70
3 80,520 101,477 59,434 53,770
4 64,580 101,497 45,575 41,806
5 85,959 98,657 39,034 57,371
6 71,920 98,509 42,473 37,571
Rata-rata 76,895 99,304 44,857 48,018
±SD 7,556 1,726 7,490 8,534
Menit ke-360
1 86,556 102,555 49,599 62,003
2 94,828 99,192 46,074 46,069
3 89,245 103,213 69,544 62,398
4 75,845 102,363 51,761 46,525
5 87,014 98,965 47,100 61,783
6 90,668 99,622 49,101 42,458
Rata-rata 87,359 100,985 52,197 53,539
±SD 6,382 1,923 8,728 9,443
Menit ke-420
1 92,879 103,606 55,710 68,890
2 97,989 100,431 51,824 49,663
3 94,133 103,771 75,910 69,722
4 84,697 103,601 57,448 51,555
5 98,307 100,386 51,227 70,482
6 92,772 102,592 54,978 47,098
Rata-rata 93,463 102,398 57,850 59,568
±SD 4,941 1,597 9,158 11,198
Menit ke-480
1 96,227 103,977 69,119 71,062
2 99,786 102,475 64,197 56,915
3 100,135 105,754 81,153 76,115
4 93,239 104,962 72,946 57,888
5 98,431 100,695 74,236 75,826
6 95,309 106,304 76,112 51,367
Rata-rata 97,188 104,028 72,961 64,862
±SD 2,721 2,214 5,835 10,763
C.10 Contoh perhitungan persen pelepasan teofilin
Formula 1 replikasi 1
t = 15 menit
absorbansi = 0,146
persamaan regresi y = 0,0539 x – 0,0227
x = 2,288 ppm
pengenceran:
dalam labu ukur 10 mL → 10 mL
1 mL x 2,288 ppm = 22,876 ppm
71
dalam labu disolusi 900 mL 22,876 ppm x 900 mL = 20,588 mg
% pelepasan = 20,558
269,362 x 100% = 7,643 %
t = 30 menit
absorbansi = 0,233
persamaan regresi y = y = 0,0539 x – 0,0227
x = 3,902 ppm
pengenceran:
dalam labu ukur 10 mL → 10 mL
1 mL x 3,902ppm = 39,017 ppm
dalam labu disolusi 900 mL 39,017 ppm x 900 mL = 35,115 mg
Faktor koreksi = 35,115 mg + 22,876 ppm x 5 mL
900 mL = 35,115 mg
% pelepasan = 35,115
269,362 x 100% = 13,036 %
C.11 Tabulasi hasil perhitungan dissolution efficiency (DE480)
Replikasi Dissolution efficiency (%)
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
1 59,515 70,465 35,498 45,084
2 61,019 70,175 33,349 34,542
3 60,611 84,631 50,189 44,834
4 51,148 72,231 36,573 33,837
5 62,862 67,806 33,477 47,003
6 57,845 76,515 36,000 31,511
Rata- rata 58,83 73,64 37,51 39,47
SD 4,12 6,12 6,35 6,88
C.12 Contoh perhitungan dissolution efficiency (DE480)
Formula 1 replikasi 1
t0 0 mg
t15 20,588 mg
72
t30 35,115 mg
t45 44,800 mg
t60 61,497 mg
t120 97,564 mg
t180 138,474 mg
t240 160,014 mg
t300 209,940 mg
t360 233,150 mg
t420 250,181 mg
t480 259,198 mg
Persamaan regresi baru y = 0,597x + 17,68
Teofilin yang dilepaskan pada t480
y = 0,597 (480) + 17,68 = 304,24 mg
AUC total (dihitung dengan menggunakan software GraphPad Prism 6) = 76949
% DE = 76949
304,240 x 480 x 100%
% DE = 52,692 %
D. Hasil Analisis Data dengan Stat-Ease Design Expert 8.0.6 Trial Software
D.1 Hasil uji anova floating lag time
Response 1 Floating Lag Time
ANOVA for selected factorial model
Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]
Sum of Mean F p-value
Source Squares df Square Value Prob > F Model 1.769E+005 3 58971.23 6.366E+007 < 0.0001
A-HPMC 1.711E+005 1 1.711E+005 6.366E+007 < 0.0001
B-Kitosan 5575.61 1 5575.61 6.366E+007 < 0.0001
AB 215.21 1 215.21 6.366E+007 < 0.0001
Pure Error 0.000 12 0.000
Cor Total 1.769E+005 15
73
User Std. Dev. 0.000
Std. Dev. 0.000 R-Squared 1.0000
Mean 147.75 Adj R-Squared 1.0000
C.V. % 0.000 Pred R-Squared 1.0000
PRESS 0.000 Adeq Precision
Coefficient Standard 95% CI 95% CI
Factor Estimate df Error Low High VIF Intercept 147.75 1
A-HPMC -103.42 1 1.00
B-Kitosan -18.67 1 1.00
AB 3.67 1 1.00
Final Equation in Terms of Coded Factors: Floating Lag Time =
+147.75
-103.42 * A
-18.67 * B
+3.67 * A * B
Final Equation in Terms of Actual Factors: Floating Lag Time =
+478.66550
-2.82382 * HPMC
-1.11345 * Kitosan
+3.66750E-003 * HPMC * Kitosan
D.2 Hasil uji anova floating duration time
Response 2 Floating Duration Time
ANOVA for selected factorial model
Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]
Sum of Mean F p-value
Source Squares df Square Value Prob > F Model 0.000 3 0.000
A-HPMC 0.000 1 0.000
B-Kitosan 0.000 1 0.000
AB 0.000 1 0.000
Pure Error 0.000 12 0.000
Cor Total 0.000 15
74
Std. Dev. 0.000 R-Squared
Mean 12.00 Adj R-Squared
C.V. % 0.000 Pred R-Squared
PRESS 0.000 Adeq Precision
Coefficient Standard 95% CI 95% CI
Factor Estimate df Error Low High VIF Intercept 12.00 1 0.000 12.00 12.00
A-HPMC 0.000 1 0.000 0.000 0.000 1.00
B-Kitosan 0.000 1 0.000 0.000 0.000 1.00
AB 0.000 1 0.000 0.000 0.000 1.00
Final Equation in Terms of Coded Factors: Floating Duration Time =
+12.00
+0.000 * A
+0.000 * B
+0.000 * A * B
Final Equation in Terms of Actual Factors: Floating Duration Time =
+12.00000
+0.000000 * HPMC
+0.000000 * Kitosan
+0.000000 * HPMC * Kitosan
D.3 Hasil uji anova kekuatan mucoadhesive
Response 3 Mucoadhesive
ANOVA for selected factorial model
Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]
Sum of Mean F p-value
Source Squares df Square Value Prob > F Model 179.27 3 59.76 6.366E+007 < 0.0001
A-HPMC 21.81 1 21.81 6.366E+007 < 0.0001
B-Kitosan 152.03 1 152.03 6.366E+007 < 0.0001
AB 5.43 1 5.43 6.366E+007 < 0.0001
Pure Error 0.000 12 0.000
Cor Total 179.27 15
75
User Std. Dev. 0.000
Std. Dev. 0.000 R-Squared 1.0000
Mean 22.85 Adj R-Squared 1.0000
C.V. % 0.000 Pred R-Squared 1.0000
PRESS 0.000 Adeq Precision
The "Pred R-Squared" of 1.0000 is in reasonable agreement with the "Adj R-
Squared" of 1.0000.
Coefficient Standard 95% CI 95% CI
Factor Estimate df Error Low High VIF Intercept 22.85 1
A-HPMC -1.17 1 1.00
B-Kitosan 3.08 1 1.00
AB 0.58 1 1.00
Final Equation in Terms of Coded Factors: Mucoadhesive =
+22.85
-1.17 * A
+3.08 * B
+0.58 * A * B
Final Equation in Terms of Actual Factors: Mucoadhesive =
+21.54300
-0.067050 * HPMC
+0.065050 * Kitosan
+5.82500E-004 * HPMC * Kitosan
D.4 Hasil uji anova % dissolution efficiency
Response 4 Dissolution efficiency
ANOVA for selected factorial model
Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]
Sum of Mean F p-value
Source Squares df Square Value Prob > F Model 35.43 3 11.81 6.366E+007 < 0.0001
A-HPMC 16.73 1 16.73 6.366E+007 < 0.0001
B-Kitosan 16.24 1 16.24 6.366E+007 < 0.0001
AB 2.46 1 2.46 6.366E+007 < 0.0001
Pure Error 0.000 12 0.000
76
Cor Total 35.43 15
User Std. Dev. 0.000
Std. Dev. 0.000 R-Squared 1.0000
Mean 54.45 Adj R-Squared 1.0000
C.V. % 0.000 Pred R-Squared 1.0000
PRESS 0.000 Adeq Precision
The "Pred R-Squared" of 1.0000 is in reasonable agreement with the "Adj R-
Squared" of 1.0000.
Coefficient Standard 95% CI 95% CI
Factor Estimate df Error Low High VIF Intercept 54.45 1
A-HPMC 1.02 1 1.00
B-Kitosan 1.01 1 1.00
AB -0.39 1 1.00
Final Equation in Terms of Coded Factors: Dissolution efficiency =
+54.45
+1.02 * A
+1.01 * B
-0.39 * A * B
Final Equation in Terms of Actual Factors: Dissolution efficiency =
+46.72550
+0.051075 * HPMC
+0.079550 * Kitosan
-3.92500E-004 * HPMC * Kitosan
77
D.5 Point of prediction
Constraints
Lower Upper Lower Upper
Name Goal Limit Limit Weight Weight Importan
A:HPMC is in range 60 140 1 1 3
B:Kitosan is in range 40 90 1 1 3
Mucoadhesive is in range 20 25 1 1 3
Floating Lag Time is in range 25 600 1 1 3
Dissolution efficiency is in range 40 60 1 1 3
Solutions
No HPMC Kitosan Mucoadhesive Lag Time DE 480Desirability
1 64.00 57.50 23.14 247.41 51.88 1.000 Selected
2 60.00 40.00 21.52 273.50 58.83 1.000
3 136.00 83.75 24.51 43.15 43.56 1.000
4 136.00 72.50 22.88 50.06 51.11 1.000
5 101.58 69.45 23.36 140.37 50.03 1.000
6 138.88 69.51 22.38 44.51 53.37 1.000
7 78.34 52.38 22.09 214.17 56.22 1.000
8 72.51 53.42 22.41 228.65 54.89 1.000
9 108.65 61.39 22.14 127.96 55.38 1.000
10 131.87 76.23 23.52 58.28 48.32 1.000
11 80.07 78.46 24.94 188.26 43.67 1.000
12 105.49 75.97 24.08 125.59 46.66 1.000
13 127.00 60.88 21.49 80.61 57.84 1.000
14 94.94 65.99 23.12 160.07 51.30 1.000
15 87.02 60.92 22.76 184.56 53.10 1.000
16 110.36 82.05 24.76 108.88 43.42 1.000
17 69.19 49.27 22.09 240.92 56.30 1.000
18 105.82 76.79 24.18 124.15 46.21 1.000
19 74.97 62.31 23.29 214.72 51.02 1.000
20 135.22 62.83 21.51 58.03 57.50 1.000
21 122.39 59.07 21.39 93.81 58.43 1.000
22 110.95 54.85 21.22 126.60 59.50 1.000
23 97.59 81.25 24.90 141.70 43.22 1.000
24 121.22 60.74 21.66 95.72 57.24 1.000
25 123.50 77.47 23.87 78.77 46.97 1.000
26 107.45 57.06 21.62 134.18 57.74 1.000
27 72.25 73.16 24.54 212.56 45.65 1.000
28 88.29 79.59 24.89 166.52 43.59 1.000
29 68.76 63.49 23.61 229.81 49.78 1.000
30 131.37 69.80 22.62 63.61 52.50 1.000
78
31 112.44 81.82 24.69 103.80 43.66 1.000
32 123.93 81.22 24.38 75.20 44.62 1.000
33 66.85 45.16 21.76 250.69 57.78 1.000
34 90.16 80.49 24.96 161.05 43.22 1.000
34 Solutions found
Number of Starting Points: 34
HPMC Kitosan
60.00 90.00
60.00 40.00
140.00 90.00
140.00 40.00
101.58 69.45
138.88 69.51
78.34 52.38
72.51 53.42
108.65 61.39
131.87 76.23
68.07 85.96
105.49 75.97
127.00 60.88
94.94 65.99
87.02 60.92
110.36 82.05
69.19 49.27
105.82 76.79
74.97 62.31
135.22 62.83
130.39 54.07
110.95 54.85
97.59 81.25
121.22 60.74
115.50 87.47
107.45 57.06
72.25 73.16
76.29 87.09
68.76 63.49
131.37 69.80
112.44 81.82
123.93 81.22
66.85 45.16
78.16 87.99
79
E. Dokumentasi penelitian
E.1. Foto tablet matrik
Formula 1 Formula 2
Formula 3 Formula 4
E.2. Foto pengujian kekerasan dan kerapuhan tablet
Pengujian kekerasan dengan alat uji Stokes-Monsanto
80
Pengujian kerapuhan dengan alat uji Pharmeq
E.3. Foto pengujian floating lag time dan floating duration time tablet
Sebelum pengujian Setelah 1 jam Setelah 12 jam
81
E.4. Foto pengujian kekuatan mucoadhesive tablet
Tablet diberi beban seberat 5 g selama 5 menit
Penambahan beban sebesar 1 g setiap 1 menit