serviam journey
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of serviam journey
1
LAPORAN KEGIATAN
PELAYANAN AGAMA
PANTI ASUHAN PINTU ELOK
Kelompok :
Alois Sudira XIA3 / 2
Klaudia Yoana XIA3 / 18
Laurensius Mario S. XIA3 / 19
Miranda Theodorus XIA3 / 23
Natasha Christabella S. XIA3 / 24
Natasha Jesslyn P. XIA3 / 25
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Agama ini yang berjudul : Pelayanan Panti
Asuhan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Hieronymus Yuan Pratam yang telah membimbing kami dalam pelayanan dan
pembuatan laporan ini.
2. Seluruh keluarga besar Panti Asuhan Panti Elok yang telah bersedia kami kunjungi
dan membantu kami selama proses pelayanan ini berlangsung.
3. Setiap anggota kelompok yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
melaksanakan pelayanan dan membuat laporan ini.
Laporan ini berisi tentang kegiatan pelayanan kelompok kami ke sebuah panti asuhan.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan ini. Oleh karena itu kami
mengundang para pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun
kami. Kritik dari pembaca akan sangat membantu kami untuk pembuatan laporan
selanjutnya.
Tangerang Selatan, 25 Maret 2014
Penyusun
3
Daftar Isi
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Bab 1 : Pembukaan
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Tujuan Pelayanan 5
Bab 2 : Dasar Pelayanan
2.1 Dasar Teori Pelayanan 6
2.2 Ayat Kitab Suci 10
2.3 Artikel yang Menjelaskan Bentuk Pelayanan 11
Bab 3 : Pelayanan Panti Asuhan
3.1 Proses Persiapan
3.1.1 Perencanaan 13
3.1.2 Hambatan 13
3.1.3 Bantuan 14
3.2 Proses Pelaksanaan
3.2.1 Deskripsi Tempat 14
3.2.2 Jurnal Pelayanan 16
3.2.3 Tantangan 19
3.2.4 Dukungan 20
Bab 4 : Refleksi
4.1 Refleksi Kelompok 21
4.2 Refleksi Pribadi 22
Bab 5 : Kesimpulan
4
5.1 Kesimpulan 29
5.2 Kritik dan Saran untuk Proyek Pelayanan 29
5.3 Kritik dan Saran untuk Pembimbing 29
5.4 Lampiran
5.4.1 Lampiran Laporan Keuangan 29
5.4.2 Lampiran Dokumentasi 31
5
Bab 1
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, sering kali manusia sibuk dengan dirinya masing – masing. Masih banyak
di antara mereka yang tidak puas akan apa yang mereka miliki dan selalu menuntut agar
mendapatkan apa saja yang mereka inginkan. Bersyukur adalah suatu hal yang sering kali
terlupakan oleh manusia. Mereka tidak sadar atas apa yang telah mereka miliki
merupakan berkat kasih dan rahmat dari Tuhan.
Dalam Efesus 2:10 dikatakan bahwa manusia diciptakan untuk melakukan pekerjaan
atau hal - hal baik yang disiapkan Allah sebelumnya. Hal – hal yang baik tersebut salah
satunya merupakan pelayanan. Tuhan selalu mengajarkan kita untuk melayani sesama
kita. Melayani sesama tersebut bisa dalam bentuk apapun. Baik membantu teman yang
kesulitan, setia menemani dan mendengarkan teman dalam situasi apapun, hingga
mengajarkan anak kecil yang tidak kita kenal sekalipun.
Pelayanan merupakan salah satu bentuk aktivitas yang dapat dilakukan untuk
mengucap syukur kepada Tuhan atas apa yang telah Ia berikan sekaligus sebagai cermin
untuk merefleksikan diri selama ini bagaimanakah kehidupan kita selama ini, apakah kita
pernah mengucap syukur atas kehidupan yang layak, dan lainnya. Namun, cukup banyak
orang yang hanya melakukan pelayanan sebagai bentuk formalitas saja. Hal tersebut
bukanlah hal yang baik, karena Tuhan telah menghendaki kita semua untuk saling
membantu dan melayani satu sama lain sebagai bentuk kesatuan atas umat Allah.
1.2 Tujuan Pelayanan
Melayani sesama yang membutuhkan
Merefleksikan diri
Belajar untuk menerima orang lain apa adanya
Belajar untuk bersyukur
Berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang beruntung
6
Bab 2
2.1 Dasar Teori Pelayanan
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara
langsung. Sedangkan, pengertian pelayanan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
pelayanan adalah menolong menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain seperti tamu
atau pembeli. Menurut Kotler (1994), pelayanan adalah aktivitas atau hasil yang dapat
ditawarkan oleh sebuah lembaga kepada pihak lain yang biasanya tidak kasat mata, dan
hasilnya tidak dapat dimiliki oleh pihak lain tersebut. Hadipranata (1980) berpendapat bahwa,
pelayanan adalah aktivitas tambahan di luar tugas pokok (job description) yang diberikan
kepada konsumen-pelanggan, nasabah, dan sebagainya-serta dirasakan baik sebagai
penghargaan maupun penghormatan.
Salah satu jenis pelayanan ialah pelayanan sosial, yaitu jenis pelayanan yang kami
gunakan dalam tugas Agama kami. Pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau
intervensi-intervensi terhadap kasus yang muncul dan dilaksanaan secara
diindividualisasikan, langsung dan terorganisasi serta memiliki tujuan untuk membantu
individu, kelompok, dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai penyesuaian dan
keberfungsian yang baik dalam segala bidang kehidupan di masyarakat, yang terkandung
dalam pelayanan dapat dikatakan adanya kegiatan-kegiatan yang memberikan jasa kepada
klien dan membantu mewujudkan tujuan-tujuan mereka.
Pelayanan sosial itu sendiri merupakan suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk
membantu individu, kelompok, ataupun kesatuan masyarakat agar mereka mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, yang pada akhirnya mereka diharapkan dapat memecahkan
permasalahan yang ada melalui tindakan-tindakan kerjasama ataupun melalui pemanfaatan
sumber-sumber yang ada di masyarakat untuk memperbaiki kondisi kehidupannya.
Menurut M.Fadhil Nurdin (1986:50), bahwa pelayanan sosial bukan hanya sebagai
usaha memulihkan, memelihara, dan meningkatkan kemampuan berfungsi sosial individu dan
keluarga melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektivitas seperti
kelompok-kelompok sosial, organisasi-organisasi serta masyarakat. Sedangkan
menurut Alfred J. Khan yang telah diterjemahkan oleh Soetarso (1993: 32-33), Pelayanan
Sosial dibedakan dalam dua golongan, yakni :
7
1. Pelayanan–pelayanan sosial yang sangat rumit dan komprehensif sehingga sulit
ditentukan identitasnya. Pelayanan ini antara lain pendidikan, bantuan sosial dalam
bentuk uang oleh pemerintah, perawatan medis dan perumahan rakyat.
2. Pelayanan sosial yang jelas ruang lingkupnya dan pelayanan-pelayanannya walaupun
selalu mengalami perubahan. Pelayanan ini dapat berdiri sendiri, misalnya
kesejahteraan anak dan kesejahteraan keluarga, tetapi juga dapat merupakan suatu
bagian dari lembaga-lembaga lainnya, misalnya pekerjaan sosial di sekolah, pekerjaan
sosial medis, pekerjaan sosial dalam perumahan rakyat dan pekerjaan sosial
dalam industri.
Menurut Dwi Heru Sukoco “Pelayanan sosial dalam arti luas adalah setiap pelayanan
yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial manusia sedangkan dalam arti
sempit ialah pelayanan yang diberikan kepada sebagian masyarakat yang kurang atau tidak
beruntung” (Dwi Heru Sukoco 1991:3). Sedangkan menurut Syarif Muhidin, pelayanan sosial
dalam arti sempit disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup pertolongan dan
perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak yang
terlantar, keluarga miskin, cacat dan sebagainya” (Syarif Muhidin; 1992:3).
Selain pelayanan sosial, ada pula Pelayanan Kristus. Pelayanan Yesus Kristus
merupakan riwayat pekerjaan yang dilakukan oleh Yesus Kristus semasa hidup-Nya di dunia,
menurut keyakinan orang Kristen berdasarkan catatan dalam Alkitab, terutama bagian
Perjanjian Baru. Yesus diyakini sebagai "Domba Allah", seperti yang pernah dinyatakan oleh
Yohanes Pembaptis. Domba Paskah yang terakhir ini harus berumur satu tahun dan tidak
bercela, seperti yang tertulis di dalam kitab Taurat. Tentu bukan Yesus Kristus yang berumur
satu tahun yang dimaksudkan sebagaimana domba paskah sebelumnya dipilih dan
dikurbankan, tetapi Yesus Kristus baru dianggap sebagai orang pada umur 30 tahun menurut
kebudayaan Timur. Yesus Kristus mulai pelayanannya pada umur 30 tahun, dan masa
pelayanannya kepada anak-anak Israel berakhir pada umur sekitar 33 tahun. Meskipun
demikian, kebanyakan Kristen meyakini bahwa masa pelayanan Yesus Kristus bukan satu
tahun, melainkan tiga setengah tahun.
Selama di muka bumi, Yesus, yang adalah Anak Allah, melakukan berbagai pelayanan
yang melingkupi antara lain (tapi tidak terbatas pada):
Menyebarkan ajaran tentang Kerajaan Allah, kasih Allah, dan hidup yang kekal
(Matius 5-7, Lukas 10:25, Lukas 8:1).
8
Memberikan pengampunan akan dosa (Lukas 7:37-50)
Memberikan konseling pribadi (Yohanes 3)
Memberikan pemuridan (Lukas 11:1-5)
Merangkul dan bergaul bersama orang-orang yang dianggap sampah oleh masyarakat
(Matius 9:10-11). Bahkan dalam kenyataannya, sejumlah murid Yesus dulunya adalah
seorang pemungut cukai (Matius 10:3), yakni seorang penagih pajak, yang dibenci
oleh masyarakat karena dianggap kaki tangan penjajah.
Mengadakan mujizat-mujizat (Matius 14:15-21), mengusir roh jahat (Markus 1:23-
26), menyembuhkan penyakit (Matius 8:5-13)
Mengecam dan menegur para ahli-ahli agama (ahli Taurat) yang pada saat itu hidup
menyimpang dari ajaran Tauratyang mereka sendiri ajarkan (Matius 12:34)
Menebus dosa manusia (Yohanes 3:16)
Dalam Perjanjian Baru kata “pelayan” disebut dengan diakonia (diakonia).
Pada zaman Yesuslah, kata diakonia yang lebih banyak digunakan, namun tidak dalam arti
religusnya. Namun pada zaman Yahudi, justru diakonia dipahami sebagai jabatan yang
merupakan status yang harus dihormati. Namun dalam dunia Yunani diakonia itu mempunyai
arti yang hina karena dipahami sebagai pembujuk yang hina.
Diakonia ini banyak dipakai dalam Perjanjian Baru, seperti pelayanan pada waktu makan
(Mat.22:13), pelayanan ibu mertua Petrus (Mark 1:31), pelayanan Marta (Luk 10:40),
pelayanan hamba pada tuannya (Luk.17:8), pelayanan hamba pada pesta kawin di Kana (Yoh
2:59). Kesemuanya pelayanan itu dianggap hina dalam dunia pada waktu itu, karena arti
hidup pada waktu itu dilihat orang dalam perkembangan yang bebas dari diri sendiri.
Sesungguhnya pelayanan bukanlah demikian, melainkan pelayanan harus menghendaki
kesediaan untuk memberikan diri sendiri kepada orang lain. Jadi diakonia, bukanlah untuk
diri sendiri melainkan diarahkan kepada diri orang lain.Dengan demikian pelayanan banyak
diarahkan kepada pekerjaan Yesus. Pelayanan harus menekankan pengorbanan.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pelayanan bukanlah jabatan kekuasaan yang
mempunyai daerah tertentu sebagai otoriter. Pelayanan bukanlah sesuatu pekerjaan yang
sungguh-sungguh di hormati. Pelayanan bukan pula kedudukan yang harus dihormati secara
dunia. Pelayanan bukan pula tugas untuk mengatur dan memimpin yang otoriter. Pelayanan
9
adalah pekerjaan seorang hamba yang harus taat kepada pimpinan. Pimpinan yaitu Yesus
Kristus. Pelayanan itu dapat juga disebut dengan jabatan, tetapi bukanlah jabatan dunia
semata yang dipahami sebagai kedudukan yang istimewa dan mempunyai daerah teritorial
(daerah kekuasaan). Dengan demikian pelayanan yang dipahami sebagai jabatan bukanlah
mempunyai kedudukan yang harus memimpin melainkan harus melayani sebagai mana
melayani di perjamuan makan.
Pelayanan adalah Hamba. Hamba adalah perkerjaan yang hina di mata dunia dan
kebahagiaan di dalam iman. Seorang pelayan harus mampu melihat para manusia yang belum
mendapat makan, untuk itu memberikan makan kepada orang yang belum makan (parhobas-
bahasa batak toba). Pelayan gereja juga demikian, memberi perhatian kepada orang yang
belum merasakan kasih dan keselamatan. Ke arah itulah tugas pelayanan diprioritaskan.
Pelayanan Yesus sebagai teladan pada pelayan-pelayan gereja. Yesus tidak pernah
menganggap dirinya sebagai penguasa dan pejabat. Melainkan Dia menganggap sebagai
hamba, yang selalu bersedia melayani orang banyak tanpa memikirkan upah. Matius 20:28
“Anak Manusia datang bukan untuk diayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”.
Prinsip inilah harus menjadi pedoman para pelayan dalam mengerjakan pekerjaannya sebagai
pelayan.
Pelayanan Gereja adalah empati sekaligus partisipasi dalam segala usaha untuk
membebaskan manusia dari kemiskinan dan penderitaan (kemiskinan jasmani, psikis, dan
rohani). “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Ciri-ciri Pelayanan Gereja(Hormat dan taat pada Allah
Bapa, Kesetiaan kepada Yesus Kristus, dan kerendahan Hati)
a. Taat pada Bapa
Gereja adalah Umat Allah yang mengikuti dan berpartisipasi dalam Kristus. Seluruh
peristiwa Yesus Kristus mengungkapkan ketaatanNya kepada kehendak Bapa. Maka
Gereja yang berpartisipasi dalam Kristus berarti berpartisipasi dalam ketaatan Kristus
kepada Bapa. Maka segala bentuk pelayanan Gereja adalah suatu ungkapan ketaatan
kepada Bapa. Pelayanan sebagai ungkapan ketaatan kepada Bapa di sini adalah pelayanan
kepada sesama. Oleh karena itu, pelayanan Kristisni tidak berdasarkan belaskasihan atau
ketaatan kepada pemerintah, melainkan berdasarkan hormat terhadap Allah Sang
Pencipta, yang membuat manusia sesuai dengan citraNya sendiri.
10
b. Kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru
Beriman kepada Kristus mengandung arti setia kepada Kristus sebagai muridNya. Sikap
setia kepada Kristus dalam berbagai ungkapan dan perwujudan iman turut memuliakan
Allah, sebab kesetiaan kristus berarti berpartisipasi dalam seluruh hidup Kristus yang
senantiasa memuliakan Bapa.
c. Mengambil bagian dalam kesengsaraan dan penderitaan Kristus demi dan untuk
keselamatan umat manusia.
2.2 Ayat Kitab Suci
Lukas 22:27
“Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia
yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.”
Roma 12:1
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”
Roma 12:10-11
“Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi
hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan
layanilah Tuhan.”
Mrk 10:45
“Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Yoh 20:21
“Maka kata Yesus sekali lagi : “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus
Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”
11
2.3 Artikel yang Menjelaskan Bentuk Pelayanan
Mitsubishi Ajak Anak Panti Asuhan Bermain di Kandank Jurank Doank
TANGERANG- Masa kecil memang terkadang butuh perhatian yang lebih dari para orang
tua. Namun hal ini tidak bisa dirasakan bagi para anak-anak yatim piatu.
Karena itulah, PT Krama yudha Tiga Berlian Motors (KTB) selaku agen tunggal pemegang
merek (ATPM) kendaraan Mitsubishi di Indonesia hari ini coba menjadi orang tua sehari
dalam satu kegiatan social bertajuk "We Care We Share”.
Mengambil lokasi di Kandank Jurank Doank, Ciputat, Tangerang, KTB mengundang 88 anak
yatim piatu dan kurang mampu dari Panti Sosial Anak Putra Utama I, Klender, Jakarta
Timur. Anak-anak ini diajak bermain bersama para sukarelawan yang merupakan karyawan
KTB sendiri.
Tidak tanggung-tanggung President Director KTB Hidemoto Mizuhara dan Operating
Marketing Director KTB Eiichi Koito juga turut terjun langsung menghibur para anak-anak
panti asuhan tersebut.
"Kami ingin bersatu dengan anak-anak dalam aktivitas bersama dan berbagi semangat dengan
mereka sebagai penerus bangsa," tutur Mizuhara dalam sambutannya kepada wartawan,
Kamis (18/11/2010).
12
Seluruh tim KTB selama sehari penuh menemani anak-anak berbagai permainan dan hiburan,
serta melatih mereka mengenai team work. Tak hanya itu KTB juga memberikan sumbangan
berupa tiga unit komputer lengkap beserta meja dan modemnya untuk mendukung aktivitas
kegiatan belajar mengajar di panti asuhan tersebut.
"Kami ingin kedepan seluruh karyawan KTB yang telah bekerja sejak KTB lahir untuk ikut
terus dalam kegiatan seperti ini. Apalagi Desember mendatang KTB genap berusia 40 tahun,"
tutup Mizuhara. (uky)
Sumber : http://ns1.kompas.web.id/read/read/2010/11/18/52/394456/mitsubishi-ajak-anak-
panti-asuhan-bermain-di-kandank-jurank-doank
13
Bab 3
3.1 Proses Persiapan
3.1.1 Perencanaan
Saat kami diberi tugas untuk melakukan pelayanan agama, kami dengan
segera memikirkan berbagai kemungkinan kegiatan yang akan kami lakukan.
Rencana awal kami adalah untuk berkunjung ke Yayasan Kangker yang ada di
Jakarta namun karena berbagai pertimbangan kami memutuskan untuk mengganti
rencana. Setelah itu kami mempertimbangkan berbagai kegiatan yang akan kami
lakukan. Berbagai ide terus bermunculan di kelompok kami, seperti berkunjung ke
rumah sakit, panti asuhan dan melakukan pelayanan di gereja, namun pada
akhirnya kami memutuskan untuk berkunjung ke panti asuhan pintu elok yang
berlokasi di Pamulang. Kami berencana untuk berkungjung dua kali. Pada
kunjungan pertama kami membawa berbagai macam snack dan alat tulis yang
rencana akan kami bagikan di panti. Kunjungan kedua kami bersamaan dengan
satu kelompok lain, kami pun membawa berbagai macam snack untuk juga
dibagikan.
3.1.2 Hambatan
Hambatan yang kami lalui selama melakukan pelayanan kebanyakan terjadi
saat persiapaan pelayanan, terutama saat menentukan tempat yang akan kami
kunjungi. Tempat awal yang kami rencana akan kunjungi yaitu Yayasan yang
bertempat di Jakarta, namun karena kendala jarak yang terlalu jauh, juga pada
waktu itu di Jakarta banyak terjadi banjir, maka kami memutuskan untuk
berkunjung ke tempat yang lebih dekat. Kami memiliki sederet pilihan tempat
yang kami pikir akan kunjungi, namun setelah kami hubungi beberapa tempat
tersebut jadwal kunjungan yang mereka berikan tidaklah cocok dengan waktu
yang kami minta, sedangkan waktu itu deadline yang belum dimajukan telah
didepan mata. Sampai pada akhirnya ada satu panti asuhan tempat Jesslyn pernah
berkunjung yang waktu berkunjungnya cocok dengan kami. Maka akhirnya kami
memutuskan untuk pergi ke tempat tersebut yaitu pintu elok.
14
3.1.3 Bantuan
Bantuan banyak kami dapatkan khusunya dari ayah Jesslyn yang telah
bersedia untuk menunjukan lokasi panti kepada kami.
3.2 Proses Pelaksanaan
3.2.1 Deskripsi Tempat
Keluarga Bahagia Panti Asuhan Pintu Elok adalah sebuah panti khusus
menampung anak-anak serta remaja yang berlokasi di Jalan Benda Barat 6, Pamulang
Permai II, Kota Tangerang Selatan 15416. Untuk menghubungi panti, bisa melalui
nomor (021)-7405720. Panti Asuhan Pintu Elok dibangun oleh Pak Kurniawan
kurang lebih 24 tahun yang lalu dengan bantuan dana yang diberikan oleh 6 gereja.
Awalnya Panti Pintu Elok ini bergabung dengan beberapa gereja untuk mendapat
bantuan dana, salah satunya ialah Gereja Kalvari, namun setelah Bapak Kurniawan
meninggal, panti ini akhirnya memisahkan diri dari Gereja Kalvari menjadi organisasi
yang independen dan hidup dengan dana dari para donatur.
Ketika menginjakkan kaki di Panti Asuhan Pintu Elok, yang terlintas di
pikiran kami ialah tempat ini tampaknya kurang layak untuk menjadi tempat tinggal
anak-anak. Udaranya saja sudah tidak segar dan tidak sehat. Mulai dari halaman
depannya, tampak sudah tidak terurus, jalanan berbatu dan halamannya kotor dengan
sampah. Lapangan bermainnya saja sudah terlihat kurang layak dan resiko
keselamatannya juga kurang. Gawang dan net untuk bermain basket dan sepak bola
sudah tidak ada jaringnya lagi. Lapangan itu sudah lama belum direnovasi karena
sudah berlubang-lubang di berbagai sisi-sisinya, jika tidak berhati-hati bisa jatuh
tersandung. Selain itu di taman bermainnya sampah yang berserakan tidak
dibersihkan. Berlanjut ke kamar mandi, kamar mandinya juga sudah tidak terawat
padahal beberapa tahun yang lalu sudah sempat direnovasi oleh Sekolah BPK
Penabur Gading Serpong. Secara keseluruhan, panti itu sebenarnya bukan tempat
yang layak untuk anak-anak tinggal dilihat dari sisi kebersihan, keamanan, dan
kenyamanan.Namun, di tempat itulah mereka masih bisa merasakan kehangatan dan
kasih sayang sebagai seorang keluarga, daripada mereka hidup sendiri di jalanan,
karena di tempat itu mereka masih bisa memperoleh pendidikan, dirawat oleh
15
pengurus panti, masih bisa makan dan tidur walaupun tidak senyaman seperti di
rumah.
Rutinitas anak yatim piatu di Panti Pintu Elok ini ialah semua anak panti harus
bangun pagi mulai pukul 4.30 kemudian membereskan tempat tidur masing-masing,
melaksanakan piket, kemudian kebaktian, dan dilanjutkan dengan makan pagi
sebelum berangkat ke sekolah. Setiap hari, di Panti Pintu Elok ini sudah dibentuk
piket untuk membersihkan kamar dan memasak Semua anak di panti asuhan Pintu
Elok mendapat kesempatan untuk bersekolah, ada juga yang sudah menjadi
mahasiswa. Namun di panti ini diterapkan sistem mengajar untuk para remaja, mereka
diminta untuk mengajar adik-adik mereka. Selain memperoleh ilmu dari sekolah, anak
yatim piatu ini juga memperoleh ilmu dari kakak-kakaknya.
Saat ini di Panti Asuhan Pintu Elok, ada 71 anak yatim piatu yang diterima
dan diasuh di panti asuhan dengan rentang umur dari 1 tahun hingga 27 tahun, 45
diantaranya adalah laki-laki sedangkan 26 sisanya adalah perempuan. Dari 71 anak
yatim piatu itu, ada 11 anak yang sudah menjadi mahasiswa, 21 anak duduk di tingkat
SMA/SMK, 8 anak duduk di tingkat SMP, 25 anak masih duduk di tingkat Sekolah
Dasar, 2 anak masih di Taman Kanak-Kanak, dan 4 anak balita. Sebelumnya, Panti
Asuhan Pintu Elok tidak hanya menampung anak yatim piatu, tapi juga menampung
kakek-nenek, jadi panti ini bisa multifungsi menjadi Panti Anak dan Panti Jompo.
Sejak Pak Kurniawan meninggal, akhirnya Panti Werda ditiadakan karena tidak
memiliki pengurus, namun masih tersisa 1 lansia bernama Adtmaja. Sebagian besar
anak yatim piatu ditelantarkan oleh orangtuanya dan lainnya karena orangtua
meninggal. Bahkan ada 1 anak bernama Andrew yang baru berumur 2 hari, ditemukan
di depan Gerbang Panti dibungkus di dalam kantong kresek.
Total penghuni di dalam Panti Asuhan Pintu Elok ialah 81 orang, terdiri dari
71 anak yatim piatu, 1 lansia, 4 orang pendamping bernama Bapak Kristian Buteto,
Ibu Sri Mulyati, Ibu Siska Fransiska, dan Ibu Vivi, serta 5 orang sukarelawan yaitu
Bapak Jerry Makaliwe (Pendeta), Ibu Sarce Manueke, Ibu Wisye M. Dalope, Ibu
Admini Prasetyo, dan Ibu Dameria Butar-Butar. Ibu Sarce, pengelola Pintu Elok,
telah bersama rumah yatim piatu ini sejak tempat ini pertama kali dibangun saat ia
masih gadis. Ia sangat senang bermain dengan anak-anak sehingga ia memilih untuk
16
berada di rumah yatim piatu ini. Saat ia menikah, ia dan suami memutuskan untuk
mendedikasikan hidup mereka mengasuh anak-anak yatim piatu di Pintu Elok.
Pintu Elok beroperasi dengan biaya dari para donatur tetap namun saat ini
mereka tidak menerima donasi apapun karena sudah tidak ada lagi yang
memberikan. Dari 71 anak, 4 diantaranya adalah balita. Mereka mendapat susu
formula pemberian donatur. Semua anak di panti asuhan tidak dapat diadopsi karena
pengurus panti tidak ingin anak-anak tersebut ditelantarkan. Pintu Elok tidak ingin
hal itu terjadi sehingga mereka mengasuh semua anak hingga menyelesaikan kuliah
mereka. Setelah mereka bekerja, barulah mereka dapat tinggal di tempatnya masing-
masing karena sudah memiliki penghasilan.
3.2.2 Jurnal Pelayanan
Kunjungan pertama kelompok kami lakukan pada hari Sabtu, 28 Februari
2015. Perjalanan dimulai sepulang sekolah, sekitar pukul 13.30 kita berangkat dari
BSD menuju ke Panti Asuhan Pintu Elok yang terletak di Jln. Benda Barat 6,
Pamulang Permai II. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 15 menit. Sekitar pukul
13.45 kelompok kami sampai di panti. Sesampainya di sana kami bertemu dengan
beberapa pengurus panti, namun kedatangan kelompok kami kurang disambut dengan
baik karena ada beberapa hambatan. Pertama, seharusnya kunjungan kelompok kami
harus disertai dengan surat izin dari sekolah. Kedua, ternyata kurang lebih pukul
14.00 anak-anak sedang tidur siang. Sebelumnya kami sempat putus asa dan ingin
pulang saja, tapi pada akhirnya setelah beberapa pertimbangan, akhirnya panti
mengizinkan kelompok kami melaksanakan kegiatan pelayanan ini.
Mula-mula kami disambut dengan baik oleh seorang anak perempuan bernama
Alin. Ia memperkenalkan beberapa anak-anak panti dengan kelompok kami dan
memperkenalkan beberapa ruangan di panti. Setelah disambut baik oleh Alin, kami
disambut juga oleh seorang kakek. Beliau menceritakan sejarah awal Panti Asuhan ini
terbentuk, ia juga menceritakan bahwa selama beberapa tahun ia bertugas menjaga
gerbang panti namun sekarang sudah pensiun. Kemudian kami melanjutkan kegiatan
kami, awalnya kami masih merasa bingung apa yang harus kami lakukan. Melihat
semakin lama semakin banyak anak-anak yang menghampiri kami, akhirnya kami
bermain bersama. Mario dan Aloy bermain bola bersama anak-anak laki. Sedangkan
Audi, Bella, Jesslyn, dan Miranda bermain bersama anak-anak perempuan. Masing-
17
masing dari kami cukup mengenal dekat beberapa anak-anak untuk diajak bermain
bersama. Bella menghandle seorang anak perempuan bernama Merry. Merry masih
berumur 2 tahun. Terlihat anak-anak panti sangat lihai dalam memanjat tiang-tiang di
taman bermain, mereka tidak memiliki rasa takut jatuh dan takut sakit. Mereka
bermain dengan gembira di taman bermain tersebut.
Tiba-tiba kami mendengar suara tangisan anak perempuan, ternyata Merry
menangis, matanya tertusuk daun sedangkan seorang anak bernama Prisilia tertendang
oleh temannya yang bermain ayunan karena berdiri terlalu dekat dengan ayunan.
Prisilia adalah seorang anak perempuan berumur 9 tahun dan memiliki
keterbelakangan mental. Setelah masalah Merry dengan Prisilia selesai kami lanjut
bermain. Ada yang bermain tebak-tebakan, test IQ, menyanyi, dan bermain gitar. Dari
beberapa anak yang kami hadapi, ada seorang anak perempuan bernama Reta yang
menurut kami sangat nyaman untuk diajak berbicara dan bermain. Selama bermain,
kami sedikit demi sedikit bisa mempelajari karakter masing-masing anak panti itu.
Setelah kurang lebih 2 jam, kami pamit untuk pulang, tiba-tiba ketika kami ingin
berbicara dengan pengurus panti, Alin menangis. Kami bingung, karena sebelumnya
Alin terlihat tidak apa-apa, ternyata setelah kami tanya Alin cerita bahwa ia
bertengkar dengan anak laki-laki yang mengejeknya. Kami pun menasihati mereka
agar mereka harus saling akur karena mereka adalah sahabat sekaligus keluarga. Tapi
anak laki-laki tetap mengejek Alin cengeng, akhirnya Alin berlari ke dalam bersama
dengan Ibu Panti dan tidak mau keluar lagi. Kami merasa tidak enak dan merasa
bersalah, akhirnya kami memberitahu kondisi Alin kepada Ibu Panti. Ibu Panti
berkata bahwa bertengkar adalah hal yang biasa, kami pun merasa lega. Setelah itu
kami mengambil 3 box besar yang sudah kami siapkan. Box-box itu berisi susu kotak,
biskuit, dan energen sereal. Kami membagi-bagikan susu dan biscuit itu. Ketika kami
berteriak, “Siapa mau susu???” sekejap anak-anak menghampiri kami, tapi Ibu Panti
berteriak memberitahu mereka untuk berbaris di depan kami dan kami pun
membagikannya satu per satu. Tidak semua anak mau berbaris dengan rapi, ada yang
berebut 1 kotak susu, kami merasa prihatin karena mereka menganggap 1 kotak susu
itu berharga sehingga harus direbutkan. Setelah selesai membagikan susu dan biskuit
sisanya kami berikan kepada petugas panti untuk disimpan. Setelah itu kami
berpamitan untuk pulang pada pukul16.00 dengan anak-anak panti dan para petugas
18
panti. Tak lupa sebelumnya kami berjanji untuk kembali nanti dan mengajar anak-
anak panti.
Kunjungan kedua kami lakukan pada hari Jumat, 13 Maret 2015. Pada
kunjungan kedua ini, kami bergabung dengan kelompok dari kelas XI IPS 2.
Kelompok XI IPS 2 terdiri dari Sharon, Jane, Karin, Valen, Rosa, dan Andre.
Perjalanan dari BSD dimulai kurang lebih pukul 13.30. Kami sampai di panti pukul
13.45, sesampainya di sana kami meminta izin kepada petugas panti untuk
melaksanakan kegiatan, untunglah mereka kali ini mengizinkan kami melaksanakan
tugas tanpa harus menggunakan surat izin dan kelompok kami juga malam
sebelumnya sudah menghubungi panti untuk konfirmasi bahwa pada hari Jumat kami
akan melakukan kunjungan. Setelah mendapat izin, kami memulai kegiatan kami di
Aula Panti, kebetulan anak-anak juga sedang jam bermain bebas. Setelah melihat
kedatangan kami, Ibu Panti segera memberitahu mereka untuk merapikan aula agar
kegiatan kami bisa segera dimulai. Dalam 1 menit, anak-anak panti sudah selesai
mengangkat bangku untuk disusun agar menjadi rapi. Kegiatan dimulai dengan
perkenalan, Jane mengkoordinir perkenalan, kami pun maju dan memperkenalkan diri
kami kepada anak panti satu per satu. Banyak yang sudah tidak ingat dengan wajah-
wajah kami, namun ketika Mario ingin memperkenalkan diri, anak-anak sudah
mengenalinya dan langsung berteriak, “HALO KAK MARIO!”. Setelah
memperkenalkan diri kami bernyanyi ‘Kasihnya Seperti Sungai’ dengan gerakan,
anak-anak pun mengikuti kami menari dan bernyanyi. Selama berkegiatan, Miranda
mendokumentasikan kegiatan yang kami lakukan. Ada yang bisa mengikuti gerakan
dengan baik, ada pula yang tidak bisa. Kegiatan kami lanjutkan dengan membagi
anak-anak dalam kelompok untuk mempermudah proses mengajar. Kelompok kami
menghandle anak-anak yang ingin belajar IPA dan Matematika. Bella dan Audi
mengajarkan IPA pada anak-anak kelas 6. Mario dan Aloy mengajar anak-anak kelas
1-3 SD, sedangkan Jesslyn mengajar Reta seorang anak perempuan berusia 9 tahun,
karena sebelumnya Jesslyn sudah berjanji akan mengajarkan Reta. Saat itu Reta minta
diajarkan Ilmu Sosial. Kelompok XI IPS 2 menghandle anak-anak yang ingin belajar
IPS dan Bahasa Inggris. Setelah berproses, supaya tidak bosan dalam masing-masing
kelompok kami mengadakan games. Di kelompok kami, kami mengadakan games
mencongak/berhitung cepat, barangsiapa yang menjawab paling cepat akan
mendapatkan hadiah. Hampir semua anak akhirnya mendapat hadiah, bahkan ada
19
yang mendapat lebih dari satu. Semakin lama, kondisi semakin tidak terkendali.
Anak-anak akhirnya berebut hadiah sehingga ruangan Aula menjadi berantakan.
Setelah mengajar, kelompok kami baru menyadari bahwa daritadi Alin menghindari
dan nyuekin kelompok kami, Alin ternyata tidak ingin bermain dengan kami, jadi
kami biarkan dia bermain dengan Rosa dan Andre. Karena ruangan Aula berantakan
akhirnya kami membantu membersihkannya. Bella, Mario, Aloy, dan Miranda
menggiring anak-anak keluar dari Aula untuk bermain di lapangan dan di taman.
Jesslyn dan Audi membersihkan Aula dengan menyapu lalu membuang sampahnya,
Jesslyn dan Audi dibantu menyapu juga oleh seorang anak yang bernama Andrew.
Aula itu harus kami bersihkan bagaimanapun caranya karena pada pukul 16.30 akan
digunakan Bapak Jerry (Pendeta) untuk beribadat. Setelah bersih-bersih kami semua
bermain kembali dengan anak-anak hingga pukul 16.00, untunglah kali ini tidak ada
yang bertengkar sehingga semua berjalan dengan mulus. Pada kunjungan kedua ini
kami bertemu dengan anak balita yang bernama Valentine. Untuk mengakhiri
kunjungan, seperti biasa kami membagikan susu dan biskuit kepada anak-anak, dan
mereka mengikuti tradisi berbaris. Setelah semua dapat, kami berikan sisanya kepada
petugas panti lalu kami berpamitan untuk pulang. Tak lupa kami mengucapkan terima
kasih, karena pengurus panti telah berbesar hati menerima kedatangan kelompok kami
dan mengizinkan kami untuk bermain dengan anak-anak.
3.2.3 Tantangan
Selama proses pelayanan yang kelompok kami lakukan sebanyak 2x ini, ada
beberapa tantangan yang kami hadapi. Yang pertama adalah saat pertama kali kami
mengunjungi panti asuhan tersebut, ternyata kami datang di waktu yang kurang tepat.
Sebab sebagian besar murid masih bersekolah dan akan pulang di sore hari. Kami
juga diminta surat pengantar dari sekolah oleh salah satu ibu pengurus panti, padahal
kami melakukan pelayanan ini atas nama pribadi, tidak ada campur tangan dari
sekolah. Saat itu kami merasa bingung harus berbuat apa karena dengan tidak adanya
surat pengantar dari sekolah, ibu tersebut mengatakan bahwa kami tidak bisa
melakukan pelayanan di sana. Dan kami sudah hampir ingin kembali pulang saat itu,
namun karena dirasa akan jadi sia-sia apabila kami langsung pulang, akhirnya kami
memutuskan untuk tetap melakukan pelayanan. Walaupun anak-anak yang ada tidak
lengkap, hanya anak-anak kecil yang berusia sekitar 3-10 tahun yang saat itu memang
20
sudah kembali dari sekolah. Tantangan kedua adalah dari kelompok kami, tidak ada
yang mengetahui pasti karakteristik setiap anak di sana. Memang salah satu anggota
kelompok kami, Jesslyn, sudah pernah mengunjungi panti asuhan itu sebelumnya
namun itu juga tidak secara berkala sehingga tidak mengenal dengan akrab. Ditambah
lagi saat pelayanan pertama itu ada kejadian tak terduga yaitu tiba-tiba saja ada satu
anak yang menangis dengan alasan diganggu dan diejek oleh teman-temannya. Di situ
kami semua bingung harus berbuat apa karena kami pun tidak tahu kejadian
persisnya, karena pada saat itu kami sedang beristirahat dan megobrol santai dengan
anak-anak lainnya. Tetapi akhirnya setelah ditenangkan beberapa kali dan dibantu
salah satu ibu panti, suasana menjadi membaik.
3.2.4 Dukungan
Dukungan yang kami rasakan selama melakukan pelayanan ini adalah dari
anak-anak di Pintu Elok sendiri ada beberapa yang membuka diri terhadap kami,
seperti Alin, Retha, dan Andrew. Mereka dengan aktif bertanya banyak hal pada kami
sehingga proses mengobrol menjadi lebih mudah dan santai. Ketika kami
menanyakan sesuatu pada mereka juga mereka mau menjawab dengan mudah, seperti
sekolah di mana, kelas berapa, setiap hari pulang sekolah jam berapa, dan pertayaan-
pertanyaan umum lainnya.
21
Bab 4
4.1 Refleksi Kelompok
Kegiatan ini kami rasakan dampaknya bahwa kejadian nyata akan mengubah cara
pandang kita dan sadar akan pentingnya hidup. Keinginan untuk berubah akan timbul dari
diri masing-masing untuk menjadi yang lebih baik
Setelah melewati dua hari bersama anak-anak panti asuhan Pintu Elok, kami semua
merasa sangat bersyukur karena orang tua kami yang masih berada di sisi kami. Betapa
limpahnya kasih sayang yang orang tua kami masing-masing berikan kepada kami
dibandingkan dengan anak-anak panti. Kami mengetahui itu disetiap saat anak panti berebut
ingin mendapatkan perrhatian kami, betapa sulitnya usaha anak panti hanya untuk
mendapatkan sedikit perhatian dari orang asing yang hanya datang untuk mengunjungi.
Sedangkan kami yang terus dilimpahkan banyak kasih sayang, dan kami tidak sadar akan itu.
Kami sadar bahwa perhatian yang kami dapat sangat banyak, dan kami sering membuat orang
tua yang kami kecewa. Kami semua menyadari hal ini ketika kami melihat anak-anak panti.
Kami ingin memberikan orang tua kami kebanggaan memiliki kami sebagai anak mereka,
kami juga ingin tidak mengecewakan mereka karena sudah terlalu sering kami
melakukannya.
Di sisi lain kami juga perihatin dengan bagaimana anak-anak ini ditelantarkan oleh
orang tuanya. Ketika kami berada di sana, kami mendapat sedikit cerita tentang beberapa
anak yang berada di panti. Salah satunya adalah Andrew yang masuk ke panti asuhan Pintu
Elok dari bayi. Ia didatangkan ketika suatu hari ada bayi yang ditinggalkan di depan pintu
panti. Bayi itu masih baru beberapa jam hitunganya berada di dunia, namun kehadirannya
yang tidak diinginkan menyebabkan kedua orang tuanya meninggalkannya di dalam kantong
plastik kresek yang masing terhubung ari dengan pusarnya. Sungguh betapa tega orang tua
dari kedua bayi ini yang tidak diketahui siapa, meninggalkan seorang bayi yang baru lahir.
Mungkin hal ini dilakukan karena keterbatasan ekonomi atau kurangnya tanggung jawab
orang tua yang diakibatkan dari melakukan seks bebas.kejadian ini membuat kami sadar,
Kami ingin merawat anak-anak kami kelak dengan penuh perhatian tanpa kekurangan kasih
sayang, tidak ingin pada akhirnya menjadi seperti Amdrew yang ditinggalkan di depan pintu
panti tanpa kejelasan. Kerja keras untuk mengurangi kesulitan ekonomi akan kami lakukan
dan menghindari seks bebas agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Semua itu akan
22
kami lakukan untuk dapat memberikan kasih sayang dan perhatian maksimal untuk anak
yang kelak akan kami miliki.
4.2 Refleksi Pribadi
Alois Sudira
Kami memutuskan untuk melakukan pelayanan di Panti Asuhan Pintu Elok. Mekipun
pertama kami kurang diijinkan karena kami tidak membawa surat ijin dari sekolah. Namun
karena kami melakukan pelayanan ini tanpa membawa nama sekolah kami melakukan
diskusi dengan pengurus panti dan kami pun diijinkan melakukan pelayanan tanpa membawa
nama sekolah.
Ketika pertama memasuki panti, saya didekati oleh satu orang anak bernama Amos.
Ketika melihat kami membawa sebuah bola sepak, ia melihat bola itu dan kami mengetahui
keinginan anak itu untuk bersama-sama kami bermain bola.
Awalnya saya sendiri merasakan canggung dengan anak-anak ketika saya mengajak
mereka pertama kali bermain bola. Kesulitan untuk mengenal nama masing-masing anak
menjadi tantangan terbesar saya karena seperti pepatah mengatakan’tak kenal maka tak
sayang’ saya pun mencoba mengingat nama masing-masing anak. Saya bermain bola dengan
anak laki-laki di panti itu, saya sedikit kebingungan karena masing-masing anak mencoba
mengambil perhatian saya dan saya pun sadar betapa mereka menginginkan perhatian dan
mungkin itulah yang sangat sedikit mereka dapatkan ketika di dalam panti karena banyaknya
anak disana dibandingkan jumlah pengasuhnya. Saya senang ketika mereka dan saya bermain
bersama-sama.
Perhatian saya terpusat pada satu anak bernama Alin ketika kami semua beristirahat di
selasar dan ia sendiri duduk di taman dan menangis. Kami semua mengampiri dia dan semua
anak malah mengejek meraka. Meraka bilang bahwa Alin memang sering menangis ketika
ada tamu datang karena ia ingin mencari perhatian. Saya merasa kasihan pada Alin karena ia
memang seperti kurang mendapat perhatian dari orang sekitarnya. Namun di lain sudut
pandang, ia mengeluh dan sering menyalahkan temannya tanpa menjelaskan dengan jelas apa
kesalahan yang temannya lakukan. Pada saat itu ia menyalahkan Reta dan Reta juga mengaku
tidak melakukan apa-apa pada Alin. Saya pun sadar Alin menjadi seperti itu karena ia kurang
mendapatkan perhatian. Seperti itu jika seorang anak tidak cukup mendapatkan perhatian dari
orang disekitarnya. Jika saya memiliki anak nanti saya akan memberikan perhatian pada anak
23
saya karena saya sekarang telah mengetahui apa yang akan terjadi jika seorang anak kurang
mendapatkan perhatian dari orang-orang terdekatnya terutapa perhatian dari kedua orang tua.
Klaudia Yoana
Saya dan kelompok telah melakukan pelayanan sebanyak dua kali. Kami pergi ke
Panti Asuhan Pintu Elok yang berlokasi di Pamulang. Panti itu cukup luas, ada dua bangunan
di dalamnya, ada bangunan khusus perempuan dan bangunan khusus laki-laki. Berdasarkan
pengalaman saya bertemu mereka, saya merasa anak-anak di sana dididik dengan cukup baik
dan semua anak di sana sopan kepada tamu-tamu yang datang seperti kami. Ketika pertama
kali datang ke sana, saya merasa senang dan bersemangat karena bisa bertemu dengan banyak
anak kecil. Mereka di sana terlihat senang dan sangat antusias melihat kami datang, mereka
semua seperti ingin diperhatikan karena mungkin kurang atau bahkan tidak mendapat
perhatian dan kasih sayang yang utuh dari orangtuanya. Saya salut pada mereka karena
terlepas dari segala kesulitan yang mereka alami, mereka masih bisa tetap tersenyum dan
menjalani kehidupan masa kecil mereka dengan bahagia. Ada satu anak bernama Alin yang
pada saat itu saya tanya apa cita-citanya saat menjadi besar nanti, dan ia menjawab ingin
menjadi dokter paru-paru. Ketika mendengar alasannya jujur saya merasa kaget karena ia
mengatakan bahwa ibunya meninggal karena sakit paru-paru sehingga ia mau jadi dokter
paru-paru. Saya kaget karena ia mengucapkannya dengan begitu mudah seakan itu adalah hal
biasa, sedangkan saya berpikir jika saya yang mengalami hal itu pasti saya tidak bisa
bercerita dengan mudah seperti itu kepada orang lain terutama orang asing. Saya merasa
sangat senang bisa mengenal banyak anak di sana dengan berbagai karakteristik yang dimiliki
masing-masing anak. Walaupun tidak mengenal dengan sangat akrab, namun saya tetap
senang. Tetapi di sisi lain saya juga merasa prihatin, terutama setelah mendengar bahwa ada
salah satu anak yang bisa ada di panti asuhan itu karena “dibuang” oleh ibunya, bahkan saat
masih baru lahir dan diletakkan di dalam kantong kresek dari supermarket. Ketika
mendengarnya saya begitu kaget dan langsung merinding, karena tidak terpikir bagi saya
sejahat apa seorang ibu sampai melakukan hal itu pada anaknya sendiri.
Bertemu, belajar, dan bermain bersama mereka membuat saya mendapatkan pelajaran
berharga. Sesulit apapun cobaan yang saya hadapi, saya harus tetap berusaha untuk
melewatinya dan menjalani hidup saya dengan tersenyum. Saya merasa sangat bersyukur
karena sampai saat ini saya masih mempunyai kedua orangtua yang lengkap dan merasakan
24
kasih sayang dari mereka. Saya tidak bisa membayangkan apakah saya bisa setegar anak0-
anak itu apabila saya ada di posisi mereka. Melihat mereka membuat saya menjadi bertekad:
suatu saat nanti ketika saya sudah menikah dan memiliki anak, saya pasti akan merawatnya
dengan penuh kasih sayang dan tidak akan pernah menelantarkan anak saya. Karena saya
tidak ingin anak saya kehilangan perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya. Karena anak
adalah berkah yang dititipkan Tuhan bagi manusia, sehingga harus dijaga dengan sangat baik,
seperti orangtua saya yang sudah menjaga dan mengurus saya selama ini.
Laurensius Mario S.
Setelah saya dan kelompok melakukan pelayanan selama dua kali ke panti asuhan
pintu elok, saya mendapat banyak pelajaran berharga melalui interaksi-interaksi dengan anak-
anak panti. Satu yang paling berkesan bagi saya adalah interaksi dengan anak yang bernama
Prisilia. Anak tersembut menderita down syndrome yang membuatnya berbeda dengan anak-
anak yang lain. Pada pertama kali kunjungan, saya tidak terlalu memperhatikan dirinya
karena saya sibuk bermain bola dengan anak-anak panti yang lain. Namun pada kunjungan
kedua saya tidak ikut bermain bola sehingga saya mendapat kesempatan bermain dengan
anak-anak yang lain. Pada kesempatan itu saya bertemu dengan Prisilia yang meminta saya
untuk membukakan susu yang akan dia minum. Setelah itu percakapan kami berlanjut dan
saya menyadari bahwa Prisilia adalah penderita down syndrome dari cara ia bicara. Selama
hamper setengah jam dia menanyakan pertanyaan yang sama “kakak yang nyolong mobil
ya?”. Saya pribadi awalnya bingung harus menjawab apa karena ia bicara tidak jelas dan
pertanyaan yang diajukan selalu sama. Namun setelah lama berbincang, saya malah jadi
merasa iba dengan keadaannya. Yang ada di kepala saya saat itu adalah pertanyaan,
bagaiman ia berinteraksi dengan anak-anak panti yang lain dengan keadaan demikian. Saya
berpikir bahwa ia pastilah kesepian dengan keadaan itu. Maka di situ saya merasa sedikit
bersyukur pada Tuhan telah diberikan keadaan tubuh yang normal sehingga saya dapat
berinteraksi dengan teman-teman saya secara normal. Pelajaran lain yang saya dapat selama
di sana adalah keadaan bersyukur karena telah diberi oleh Tuhan orang tua yang lengkap,
yang mau merawat saya hingga saat ini. Selama ini saya merasa jengkel apabila dimarahi
oleh orang tua hanya karena hal-hal yang menurut saya sepele. Namun setelah melihat
keadaan anak panti saya merasa salah, karena ternyata ada rasa yang lebih tidak enak
dibanding rasa jengkel yaitu rasa kurang kasih sayang karena tidak ada orang tua yang
25
memarahi. Saya bayangkan bahwa anak-anak tersebut justru ingin “dimarahi” oleh orang tua
mereka, namun mereka sadar itu tidak mungkin. Para pengawas atau penjaga yang ada di
sana pun tetap tidak dapat memberikan kasih sayang yang sama dengan yang diberikan oleh
orang tua kandung kita. Kebanyakan dari para pengasuh pada saat saya dan kelompok datang
memilih untuk tidur dan membiarkan anak-anak panti bermain sesukanya. Sehingga lebih
terlihat bahwa anak-anak panti selama ini lebih banyak sendiri tanpa adanya bimbingan dari
orang tua atau pengasuh. Jadi dari serangkaian proses pelayanan yang saya lakukan bersama
dengan kelompok, satu kata yang dapat menjadi gambaran atas semua pelajaran yang saya
dapat adalah BERSYUKUR. Bersyukur untuk segala hal yang saya miliki, bersyukur atas
segala hal buruk yang terjadi pada saya, karena ternyata di luar sana banyak orang yang
memiliki pengalaman lebih buruk dari saya, yang tidak pernah saya temui.
Miranda Theodorus
Melalui dua kali kunjungan kelompok ke panti asuhan Pintu Elok minggu yang lalu,
saya sadar betapa beruntungnya saya karena masih memiliki kedua orang tua yang sangat
mencintai saya dan mampu memenuhi seluruh kebutuhan hidup saya. Banyak di antara anak
panti tersebut yang menurut saya masih kurang perhatian, yang menyebabkan mereka sering
kali melakukan hal – hal yang dapat menarik perhatian kami, kelompok yang mengunjungi
mereka. Adapula di antara mereka yang kurang beruntung karena orang tua mereka yang
telah tega membuang mereka dan meninggalkannya di panti asuhan dengan hanya terbungkus
oleh satu plastik kresek. Selain itu, adapula orang tua salah satu anak panti tersebut yang
meninggal karena kanker paru – paru, namun anak tersebut dapat tetap ceria dan
mengatakannya seolah dia telah benar – benar menerima bahwa orang tuanya telah
meninggal.
Saya juga mendengar bahwa anak – anak di panti tersebut tidak pernah keluar untuk
berjalan – jalan atau berekreasi selain hanya untuk pergi ke sekolah. Tak dapat saya
bayangkan bahwa setiap hari mereka harus tetap menghabiskan waktu di panti tersebut yang
dapat dibilang di mana mainan yang mereka miliki cukup terbatas. Seperti hanyaada
perosotan kecil, jungkat – jungkit, ayunan, dan panjatan. Diri saya sendiri saja terkadang
beberapa minggu sekali, saya menghabiskan waktu dengan teman – teman saya untuk
bersantai bersama seperti menonton film contohnya, karena jika tidak saya akan merasa
sangat bosan di rumah.
26
Ketika kami membagikan snack juga hampir semua anak panti tersebut berebutan
untuk mendapatkan snack. Bahkan walaupun telah mendapatkan 3 snack ada yang terus
meminta snack lagi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa mungkin dalam kehidupan keseharian
mereka jarang mendapatkan snack – snack selain makanan pook yang disediakan panti
tersebut kecuali pada saat ada orang yang mengunjungi mereka dan membawakan snack. Ini
mengingatkan saya bahwa terkadang saya membeli snack dalam jumlah yang cukup banyak,
Namun, saya suka lupa untuk menghabiskan seluruhnya sampai pada saat kadaluarsanya
sehingga harus dibuang. Saya sadar bahwa masih banyak anak – anak yang kurang
berkecukupan di luar sana yang jika mendapatkan snack tersebut pasti akan merasa sangat
senang.
Maka dari itu, melalui kunjungan ini, saya bertekad untuk lebih menghargai apa yang
telah saya miliki semuanya saat ini dan bersyukur atas kedua orang tua lengkap yang selalu
mengasihi saya dan memberikan perhatian yang lebih dari cukup serta ingin benar – benar
memanfaatkan waktu saya dengan mereka selama saya masih bisa. Berdasarkan teladan dari
orang tua saya pun, kelak saya akan berusaha menjadi orang tua yang bertanggung jawab dan
mampu memberikan pengajaran sekaligus kasih sayang yang cukup bagi anak saya
Terkadang saya juga harus melihat ke bawah dan jangan selalu melihat ke atas, di mana saya
harus benar – benar sadar atas kehidupan yang berkelimpahan dan sangat beruntung yang
saya miliki dibandingkan sesama saya yang masih kurang beruntung. Karena jika terus
melihat ke atas, maka sampai kapan pun kita tak pernah akan puas atas apa yang telah kita
miliki. Saya pun akan lebih menghargai makanan, dan membeli secukupnya sajaTak lupa
saya juga akan selalu mengucap syukur kepada Tuhan setiap harinya atas segala kecukupan
yang telah Ia berikan serta mendoakan mereka yang dalam kekurangan agar Tuhan selalu
dapat memudahkan dan memberi berkat kepada mereka.
Natasha Christabella S.
Pelayanan agama telah banyak membuka pikirian saya, dengan melihat anak-anak
yang tetap bahagia walaupun mungkin saya jika berada dalam situasi yang mereka alami
akan merasa sengsara. Mungkin karena mereka masih terbilang anak kecil maka mereka tidak
memikirkan terlalu banyak hal, namun dengan meilihat mereka dan situasi yang mereka
alami saya sadar bahwa selama ini saya belum sepenuhnya bersyukur atas apa yang saya
telah terima, selama ini saya selalu merasa bahwa semua yang telah saya punya tidaklah
27
cukup dan selalu meminta lebih, saya tidak menghargai apa yang telah saya miliki karena
saya terlalu terfokus pada apa yang tidak saya miliki.Untuk kedepannya saya ingin untuk
lebih memperbaiki diri dengan melihat semua hal dari sisi yang lebih positif, serta menyadari
bahwa ada yang lebih tidak beruntung dari saya dan saya harus selalu mensyukuri apa yang
telah saya punya sekarang ini. Saya juga merasa harus lebih menghargai orangtua saya,
selama ini saya mungkin kurang menyadari betapa berharga dan pentingnya orangtua saya
karena saya sudah terbiasa dengan keberadaan mereka, karena merekalah saya bisa ada di
tempat saya sekarang. Karena berbagai kesibukan sering kali banyak waktu keluarga yang
terpotong untuk kedepannya saya ingin untuk lebih menghabiskan banyak waktu bersama
orangtua saya dan lebih menghargai dan menyayangi mereka.
Natasha Jesslyn P.
Menjalani tugas pelayanan bagi saya bukan hal yang mudah, selama proses
persiapannya saja sudah banyak hambatan. Mulai dari mencari tempat yang cocok sampai
dengan masalah ingin menyumbang apa, karena tidak mungkin mengunjungi suatu tempat,
melaksanakan tugas pelayanan dengan tangan kosong, lagipula saya juga merasa kasihan kalo
sampai tidak memberi apa-apa rasanya tidak tega juga. Ketika saya masuk ke Panti Pintu
Elok, saya cukup kaget karena terakhir saya berkunjung sekitar 4 tahun yang lalu, kondisinya
tidak separah sekarang. Dulu, biasanya saya setiap tahun mengunjungi panti itu entah dalam
rangka Natal atau Paskah. Kondisi panti yang dulu dan sekarang sangat berbeda, saya saja
merasa miris melihat kondisinya halaman depan panti yang kotor. Begitu sampai depan
gerbang udaranya saja sudah tidak sehat dan tidak segar, sesampainya di dalam lebih kaget
lagi karena taman bermain dan lapangan bola nya sudah tidak layak, begitu disambut oleh
seorang anak bernama Alin saya cukup kagum karena anak berumur 10 tahun ditinggal kedua
orang tuanya masih bisa tersenyum ceria dan bangga. Alin pun beberapa kali menyatakan
bahwa mamanya sakit, maka itu ia bercita-cita ingin jadi dokter supaya bisa mengobati
orang-orang yang memiliki penyakit sama seperti mamanya. Semua anak panti itu memang
terlihat bahagia dan ceria, namun di balik senyuman mereka, kalau saya pribadi, saya melihat
mereka kekurangan rasa kasih sayang dari orang tua maka itu ketika kelompok saya datang,
mereka banyak yang mencari perhatian dengan berteriak memanggil-manggil kami untuk
bermain dengan mereka. Ketika saya membagikan makanan saja sebelum diinstruksikan
untuk berbaris, mereka berebut satu sama lain. Hal yang bisa saya pelajari dari kegiatan ini
28
ialah, tidak semua anak hidupnya beruntung bisa memiliki kedua orang tua yang lengkap dan
menyayangi kita, tidak semua anak bisa hidup nyaman di rumah bersama keluarganya, tidak
semua anak itu bisa makan dan selalu hidup berkecukupan setiap harinya. Belajar dari anak-
anak panti yang selalu ceria dan tegar walaupun mereka tidak memiliki orang tua lagi, dari
situ saya bertekad untuk selalu tegar dalam menghadapi masalah, tidak cepat putus asa, dan
yang terutama selalu menghadapi hari-hari dengan senyuman, anak yatim piatu saja bisa
selalu ceria kenapa kita tidak bisa. Selain itu saya juga belajar untuk menghargai makanan,
makanan yang sering kita buang itulah sebenarnya masih dibutuhkan oleh orang-orang di luar
sana yang tidak bisa makan. Untuk itu sebagai seorang anak juga, saya merasa sangat
bersyukur dengan apa yang saya miliki karena saya masih bisa merasakan rasa kasih sayang
dari orang tua dan keluarga dan masih bisa hidup dengan nyaman dan berkecukupan beserta
fasilitas yang diberikan orang tua tidak seperti anak panti yang sudah tidak memiliki orang
tua. Rasa bersyukur itu saya wujudkan dengan belajar dan berprestasi di sekolah selagi saya
memiliki kesempatan untuk bersekolah, menghargai makanan, dan yang terpenting saya
harus menyayangi kedua orang tua saya dan menghargai mereka.
29
Bab 5
5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa proyek pelayanan ini sangat bermanfaat bagi kami, karena
melalui proyek pelayanan ini kami diajarkan untuk peka terhadap orang-orang yang ada di
sekitar kami. Tanpa adanya proyek pelayanan ini, kami tidak akan mendapatkan kesempatan
berharga untuk mengunjungi dan bermain dengan anak-anak panti asuhan Pintu Elok.
Pengalaman tersebut berharga bagi kami karena melalui pengalaman tersebut kami diajarkan
untuk bersyukur atas semua yang kami miliki terutama atas orang tua yang telah
dianugerahkan oleh Tuhan kepada kami.
5.2 Kritik dan Saran untuk Proyek Pelayanan
1. Kegiatan ini pas dilakukan ketika ada waktu senggang kami yaitu pada saat liburan,
sehingga pikiran kami tidak akan terbagi dengan kegiatan sekolah yang menumpuk di
masa SMA.
2. Pemberian refrensi tempat akan memudahkan kami untuk mencari dan mendapatkan
tempat yang cocok untuk kegiatan kami karena inti pelayanan yang kami lakukan
dilalui kesulitan ketika dimintai surat dari sekolah
5.3 Kritik dan Saran untuk Pembimbing
1. Deadline yang jelas dengan waktu yang cukup akan memudahkan kami sebagai siswa
untuk mengatur jadwal sehingga kami menjadi siap yang dapat melakukan tugas ini
dengan maksimal
5.4 Lampiran
5.4.1 Lampiran Laporan Keuangan
PENGELUARAN
Ultra Mini Coklat 125mL 1 box x Rp 78.409,00 = Rp 78.409,00
Trenz Sandwich Keju 10gr 1 box x Rp 32.364,00 = Rp 32.364,00
Energen Coklat 1 box x Rp 114.000,00 = Rp 114.000,00
30
Tango 2 x Rp 18.000,00 = Rp 36.000,00
Good Time 2 x Rp 10.500,00 = Rp 21.000,00
Ultra Kardus 1 box x Rp 85.000,00 = Rp 85.000,00
Bola Plastik 1 x Rp 12.000,00 = Rp 12.000,00
Buku Mewarnai 10 x Rp 1.200,00 = Rp 12.000,00
Pensil Warna 4 x Rp 9.000,00 = Rp 36.000,00+
TOTAL Rp 426.773,00