RESPONS TANAMAN UBI JALAR (Ipomoea batatas L ...

66
RESPONS TANAMAN UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN WAKTU PEMBALIKAN BATANG (SKRIPSI) Oleh: CINDY MAYA SILFIA 15110003 SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN DHARMA WACANA METRO 2019

Transcript of RESPONS TANAMAN UBI JALAR (Ipomoea batatas L ...

RESPONS TANAMAN UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) TERHADAP

DOSIS PUPUK KALIUM DAN WAKTU PEMBALIKAN BATANG

(SKRIPSI)

Oleh:

CINDY MAYA SILFIA

15110003

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN

DHARMA WACANA METRO

2019

RESPONS TANAMAN UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) TERHADAP

DOSIS PUPUK KALIUM DAN WAKTU PEMBALIKAN BATANG

Oleh:

CINDY MAYA SILFIA

15110003

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar (S1)

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN

DHARMA WACANA METRO

2019

ABSTRAK

RESPONS TANAMAN UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) TERHADAP

DOSIS PUPUK KALIUM DAN WAKTU PEMBALIKAN BATANG

Oleh

Cindy Maya Silfia

Kebutuhan ubi jalar yang dapat menggantikam kebutuhan masyarakat terhadap

konsumsi beras sebagai bahan. Upaya peningkatan hasil produksi ubi jalar dengan

memenuhi unsur unsur hara yang dibutuhkan yaitu dilakukan pemupukan. Pupuk

yang berperan dalam pertumbuhan ubi jalar adalah pupuk kalium, serta perlu

dilakukan pembalikan batang untuk mencegah terjadinya pembentukan umbi pada

setiap ruas batang ubi jalar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh berbagai dosis pupuk

kalium terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.).

(2) Pengaruh waktu pembalikan batang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

ubi jalar (Ipomoea batatas L.). (3) Interaksi antara berbagai dosis pupuk kalium

dan waktu pembalikan batang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar

(Ipomoea batatas L.).

Penelitian akan dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana

Metro, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro. Penelitian

ini menggunakan metode percobaan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

berpola faktorial. Sebagai faktor pertama adalah pupuk kalium yang terdiri dari

3 taraf yaitu: 50 kg/ha KCl setara 8,71 gr/petak kalium, 100 kg/ha KCl setara

17,42 gr/petak kalium, dan 150 kg/ha KCl setara 26,13 gr/petak kalium. Sebagai

faktor keduanya adalah waktu pembalikan batang yang tendiri atas tiga taraf yaitu:

tanpa pembalikan, 4 mst dan 8 mst, 8 mst dan12 mst. Data hasil penelitian diuji

homogenitasnya dengan uji Bartlet dan ketidakaditifan data diuji Tuckey

kemudian dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata

terkecil (BNT), semua pengujian dilakukan pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penggunaan berbagai dosis pupuk

kalium berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman ubi jalar. Dosis pupuk

KCl 50 kg/ha menghasilkan pertumbuhan tanaman ubi jalar tertinggi yang

didukung oleh peubah jumlah akar dan berat berangkasan basah. (2) Perlakuan

waktu pembalikan batang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman ubi

jalar. Pembalikan pada umur 4 MST dan 8 MST menghasilkan pertumbuhan dan

hasil pertumbuhan tanaman ubi jalar tertinggi pada peubah berat berangkasan

kering. (3) Tidak terdapat interaksi antara dosis pupuk kalium dengan waktu

pembalikan batang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman yang diamati.

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Respons Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

Terhadap Pemberian Dosis Pupuk Kalium dan Waktu

Pembalikan Batang

Nama Mahasiswa : Cindy Maya Silfia

NPM : 15110003

Jurusan : Agroteknologi

MENYETUJUI,

KOMISI PEMBIMBING :

PEMBIMBING I,

Ir. Syafiuddin, M.P.

NIP. 19630216 199003 1 003

PEMBIMBING II,

Nurleni Kurniawati, S.Pd. M.Si

NIK. 003024273

KETUA JURUSAN

AGROTEKNOLOLOGI,

Priyadi, SP, M.Si

NIK. 003027283A

HALAMAN PENGESAHAN

1. Tim Penguji :

Ketua Penguji : Ir. Syafiuddin, M.P ..................................

Penguji Utama : Ir. Yatmin, M.T.A ..................................

Anggota Penguji : Nurleni Kurniawati, S.Pd. M.Si ..................................

2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro,

Ir. Rakhmiati, M.T.A

NIP. 196302161990031003

Tanggal Lulus Ujian : 8 Juli 2019

RIWAYAT HIDUP

Penulis dengan nama lengkap Cindy Maya Silfia dilahirkan di Rejomulyo,

Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada tanggal 03 Maret 1997. Penulis

adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Suharli dan Ibu

Triwahyu Ningsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Metro Selatan pada

tahun 2009, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Metro tamat pada tahun 2012,

dan Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Komputer dan Jaringan Muhammadiyah

2 Metro tamat tahun 2015.

Penulis melanjutkan pendidikan Strata Satu (S1) di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

Dharma Wacana Metro sebagai mahasiswa Jurusan / Program Studi

Agroteknologi.

MOTTO

Kesuksesan akan datang jika kita memiliki kemauan dan kegigihan untuk

menggapainya

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya sederhana ini kepada :

Bapakku SUHARLI dan Ibuku TRI WAHYU NINGSIH tercinta yang selalu

membinmbingku dan mendo’akan yang terbaik dalam setiap langkahku.

Adikku DIKY SUBIAN TORO yang selalu memberikan dukungan dan

semangat untuk meraih kesuksesan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. karena atas segala hidayah dan

inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Respons

Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Terhadap Pemberian Dosis Pupuk

Kalium dan Waktu Pembalikan Batang.

Penyusunan skripsi ini tidak mampu disusun sendiri tanpa bantuan dari berbagai

pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu terselesainya karya ilmiah ini. Terima kasih setinggi-

tingginya penulis ucapkan kepada :

1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A. selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

Dharma Wacana Metro.

2. Bapak Ir. Syafiuddin, M.P. selaku dosen pembimbing I, atas bimbingan,

nasehat, bantuan motivasi dan dukungann dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Nurleni Kurniawati, S.Pd., Msi. selaku dosen pembimbing II, atas

bimbingan, nasehat, motivasi dan dukungannya selama ini.

4. Bapak Ir. Yatmin M.T.A. selaku dosen penelaah, atas saran, kritikan dan

nasehatnya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Priyadi, S.P., M.Si. selaku ketua jurusan Agroteknologi Sekolah

Tinggi Ilmu Pertanian Dhama Wacana Metro, yang telah memberikan

pengarahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si. selaku Pengelola BIDIKMISI STIPER

Dharma Wacana Metro, yang telah memberikan nasihat selama perkuliahan.

7. Bapak dan ibu dosen STIPER Dharma Wacana Metro yang selalu

memberikan dukungan dan ilmu selama perkuliahan.

8. Bapak, ibu dan adik tercinta yang telah memberi do’a, semangat dan

dorongan selama kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana

Metro.

9. Teman-teman Cah Calon Sarjana Pertanian : Ageng Permono, Astri Mega

Sihombing, Destia Susanti, Evi Susanti, Fenda Mahendra, Gintara Yoga

Pratama, Syamsu Rizal, Wahida Noor, Wawan Agung Setiawan. yang telah

memberi semangat dan terima kasih atas kerja sama dan kebersamaannya.

10. Sahabat-sahabat remajaku : Anggara Paksi, Bella Rosa Lavenia, Fadea

Afidah, Livia Riski Amanda serta Irvan Santoso yang telah memberikan

motivasi dan memberikan pengarahan baik.

Penulis menyadari masih begitu banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penulis

harapkan demi kesempurnaan dan manfaat skripsi ini bagi kita semua. Akhir kata,

semoga skripsi ini nantinya banyak membantu dan berguna bagi saya dan bagi

semua yang membaca.

Metro, September 2019

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vi

MOTTO .................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .............................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii

I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Tujuan..................................................................................... 3

1.3 Dasar Hipotesis ...................................................................... 4

1.4 Hipotesis ................................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

2.1 Botani Tanaman Ubi Jalar ...................................................... 6

2.1.1 Taksonomi tanaman ubi jalar ...................................... 6

2.1.2 Morfologi tanaman ubi jalar ........................................ 7

2.1.3 Syarat tumbuh tanaman ubi jalar ................................. 10

2.2 Pupuk Kalium ......................................................................... 11

2.3 Pembalikan Batang ................................................................. 15

III. METODE PENELITIAN .............................................................. 17

3.1 Tempat dan Waktu ................................................................. 17

3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 17

3.3 Metode Penelitian ................................................................... 18

3.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 18

3.4.1 Pengolahan Tanah ....................................................... 18

3.4.2 Penanaman ................................................................... 19

3.4.3 Penyulaman ................................................................. 19

3.4.4 Pemupukan .................................................................. 19

3.4.5 Pemeliharaan ............................................................... 20

3.4.6 Panen ........................................................................... 21

3.5 Peubah yang Diamati .......................................................... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 24

4.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 24

4.1.1 Panjang Sulur............................................................... 24

4.1.2 Jumlah Cabang ............................................................ 26

4.1.3 Jumlah Umbi ............................................................... 28

4.1.4 Bobot Umbi ................................................................. 29

4.1.5 Jumlah Akar................................................................. 31

4.1.6 Bobot Akar .................................................................. 32

4.1.7 Bobot Berangkasan Basah ........................................... 33

4.1.8 Bobot Berangkasan Kering.......................................... 35

4.1.9 Hasil Umbi per Petak................................................... 37

4.1.10 Asumsi Hasil per Hektar ............................................. 38

4.2 Pembahasan ............................................................................ 39

V. KESIMPULAN dan SARAN ........................................................ 45

5.1 Kesimpulan............................................................................. 45

5.2 Saran ....................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 47

LAMPIRAN ............................................................................................. (49-79)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tata Letak Penelitian ......................................................................... 49

2. Tata Letak Tanaman........................................................................... 50

3. Deskripsi Ubi Jalar Ungu ................................................................... 51

4. Analisis Tanah Kebun Percobaan Dharma Wacana Metro ................ 52

5. Jadwal Pelaksanaan ............................................................................ 53

6. Rekapitulasi Analisis Ragam dan Uji BNT ....................................... 55

7. Data Rata-rata Panjang Sulur Tanaman Ubi Jalar ............................. 56

8. Data Panjang Sulur Tanaman Ubi Jalar Umur 13 MST Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................. 57

9. Analisis Ragam Panjang Sulur Tanaman Ubi Jalar Umur

13 MST Akibat Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu

Pembalikan Batang ............................................................................ 57

10. Data Jumlah Cabang Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Pupuk

Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ............................................. 58

11. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Ubi Jalar Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................. 58

12. Data Jumlah Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Pupuk

Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ............................................. 59

13. Analisis Ragam Jumlah Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................. 59

14. Data Bobot Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Pupuk

Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ............................................. 60

15. Analisis Ragam Bobot Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................. 60

16. Data Jumlah Akar Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Pupuk

Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ............................................. 61

17. Analisis Ragam Jumlah Akar Tanaman Ubi Jalar Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................. 61

18. Data Bobot Akar Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Pupuk

Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ............................................. 62

19. Analisis Ragam Bobot Akar Tanaman Ubi Jalar Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................. 62

20. Data Bobot Akar Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Pupuk

Kalium dan Waktu Pembalikan Batang (Transformasi) .................... 63

21. Analisis Ragam Bobot Akar Tanaman Ubi Jalar Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang

(Transformasi) .................................................................................... 63

22. Data Berat Berangasan Basah Tanaman Ubi Jalar Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................. 64

23. Analisis Ragam Berat Berangkasan Basah Tanaman Ubi Jalar

Akibat Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan ................. 64

24. Data Berat Berangasan Basah Tanaman Ubi Jalar Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang

(Transformasi) .................................................................................... 65

25. Analisis Ragam Berat Berangkasan Basah Tanaman Ubi Jalar

Akibat Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang

(Transformasi) .................................................................................... 65

26. Data Berat Berangkasan Kering Tanaman Ubi Jalar Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................ 66

27. Analisis Ragam Berat Berangkasan Kering Tanaman Ubi Jalar

Akibat Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan

Batang ................................................................................................ 66

28. Data Berat Berangkasan Kering Tanaman Ubi Jalar Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang

(Transformasi) .................................................................................... 67

29. Analisis Ragam Berat Berangkasan Kering Tanaman Ubi Jalar

Akibat Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang .....

(Transformasi) .................................................................................... 67

30. Data Hasil per Petak Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan

Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang .................................. 68

31. Analisis Ragam Hasil per Petak Tanaman Ubi Jalar Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium Dan Waktu Pembalikan Batang ................ 68

32. Data Hasil per Petak Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan

Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang (Transformasi) ......... 69

33. Analisis Ragam Hasil per Petak Tanaman Ubi Jalar Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium Dan Waktu Pembalikan Batang

(Transformasi) .................................................................................... 69

34. Data Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Ubi Jalar Akibat

Perlakuan Pupuk Kalium Dan Waktu Pembalikan Batang ................ 70

35. Foto Kegiatan ..................................................................................... 71

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2. Hasil Uji BNT Panjang Sulur Tanaman 13 Mst ................................ 25

3. Hasil Uji BNT Jumlah Cabang .......................................................... 27

4. Hasil Uji BNT Jumlah Umbi ............................................................. 29

5. Hasil Uji BNT Bobot Umbi ............................................................... 30

6. Hasil Uji BNT Jumlah Akar .............................................................. 32

7. Hasil Uji BNT Bobot Akar ................................................................ 33

8. Hasil Uji BNT Berat Berangkasan Basah .......................................... 34

9. Hasil Uji BNT Berat Berangkasan Kering ......................................... 36

10. Hasil Uji BNT Hasil Per Petak .......................................................... 38

11. Asumsi Hasil Per Hektar .................................................................... 39

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik Pertumbuhan Panjang Sulur Tanaman Umur

5 MST, 7MST, 9 MST, 11MST, Dan 13 MST .................................. 26

2. Penyemprotan Hebisida ..................................................................... 71

3. Penimbangan Pupuk Kandang ........................................................... 71

4. Pengolahan Lahan .............................................................................. 72

5. Petakan Percobaan ............................................................................. 72

6. Penanaman ......................................................................................... 73

7. Penimbangan Pupuk ........................................................................... 73

8. Penyiangan dan Pembumbunan ......................................................... 74

9. Pemupukan Kedua Umur 30 Hst ....................................................... 74

10. Pembalikan Batang Umur 4 MST ...................................................... 75

11. Pemotongan Cabang .......................................................................... 75

12. Pengukuran Panjang Sulur 5 MST ..................................................... 76

13. Pengukuran Panjang Sulur 7 MST ..................................................... 76

14. Pembalikan Umur 8 MST .................................................................. 76

15. Pengukuran Panjang Sulur 9 MST ..................................................... 77

16. Pengukuran Panjang Sulur 11 MST ................................................... 77

17. Pengukuran Panjang Sulur 13 MST ................................................... 77

18. Panen .................................................................................................. 78

19. Penimbangan Umbi ............................................................................ 78

20. Pemotongan Akar ............................................................................... 78

21. Penimbangan Akar ............................................................................. 79

22. Pengopenan Berangkasan Kering ...................................................... 79

23. Penimbangan Berangkasan Kering .................................................... 79

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan tanaman pangan yang sangat potensial

untuk dikembangkan. Keberadaan ubi jalar dapat menggantikan kebutuhan

masyarakat terhadap konsumsi beras sebagai bahan pangan. Kebutuhan manusia

terhadap vitamin dan mineral juga bisa didapatkan dengan mengkonsumsi ubi

jalar. Setiap 100 gram ubi jalar segar mentah mengandung 562 g kalium, 107 mg

kalsium, 2,8 protein, kalori 53,00 kal, 5,565 SI vitamin A dan 32 mg vitamin C.

Setelah dimasak kandungan gizi berkurang yaitu menjadi 2,6 mg kalsium, 94 mg

kalium, 3,345 SI vitamin A dan 5 mg vitamin C (Krisno, 2011 dalam Pusdati

Kementan, 2016).

Menurut Pusdatin Kementan (2016) rata-rata luas panen, produksi dan

produktivitas ubi jalar di Indonesia mengalami fluktuatif. Pada tahun 2012-2016

luas panen mencapai 152.891 ha dengan penurunan rata-rata 11,14%,

menghasilkan produksi 2,3 juta ton dengan penurunan rata-rata 4,14% dan

produktivitas mencapai 153,49 ku/ha. Prediksi konsumsi per kapita ubi jalar untuk

tahun 2016-2020 diperkirakan akan sedikit mengalami kenaikan rata-rata sebesar

4,88% atau mencapai angka konsumsi per kapita 2,90 kilogram per kapita per

tahun. Ketersediaan per kapita ubi jalar antara tahun 1993 hingga tahun 2020

2

turun rata-rata 0,06% per tahun atau ketersediaan ubi jalar rata-rata sebesar

8,17 kg/kapita/tahun.

Upaya dan usaha peningkatan produksi dan produktivitas ubi jalar perlu dilakukan

agar terpenuhinya konsumsi per kapita. Peningkatan produktivitas pada tanaman

ubi jalar dipengaruhi oleh penggunaan sarana produksi pupuk dan bibit yang baik.

Pupuk adalah bahan yang diberikan untuk meningkatkan kesuburan tanah

(Sutedjo, 2010).

Kalium merupakan hara makro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi

tanaman ubi jalar, sebagai tanaman penghasil umbi unsur kalium banyak

dibutuhkan tanaman ubi jalar karena berperan penting dalam meningkatkan

fotosintesis terutama pada periode pembentukkan umbi. Menurut Paulus dan

Sumayku (2006) dalam Paturohman dan Sumarno (2015) pemupukan kalium

mampu meningkatkan hasil umbi, kandungan karbohidrat, dan pati ubi jalar.

Respons tanaman ubi jalar terhadap pemupukan kalium terkait dengan

kemampuannya menyerap hara kalium yang cukup besar, sehingga ketersediaan

kalium mampu mendorong pertumbuhan dan pembentukan umbi secara optimal.

Berdasarkan hasil uji analisis tanah (Lampiran. 4) di kebun percobaan STIPER

Dharma Wacana Metro unsur hara kalium memiliki kadar yang rendah, sehingga

penambahan pupuk kalium perlu dilakukan.

Selain dengan pemupukan yang tepat untuk meningkatkan produksi dan

produktivitas ubi jalar perlu dilakukan pembalikan batang. Tanaman ubi jalar

merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai sifat pertumbuhan yang

menjalar, maka untuk mengantisipasi terjadinya pembentukan umbi pada setiap

3

ruas batang, maka perlu dilakukan pembalikan batang. Hal ini berdasarkan bahwa

semakin panjang sulur kemungkinan kontak antara akar adventif dengan tanah

akan semakin banyak, karena akar adventif tumbuh pada setiap buku pada batang

(Rahmiana dkk, 2015). Apabila akar adventif tumbuh terus-menerus maka tingkat

prokduktivitas ubi jalar akan rendah. Hal ini terjadi karena akar adventif akan

membentuk umbi-umbi kecil.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh

pemberian dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.).

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh berbagai dosis pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.).

2. Pengaruh waktu pembalikan batang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

ubi jalar (Ipomoea batatas L.).

3. Interaksi antara berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.).

1.3 Dasar Hipotesis

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu

faktor dalam (genetik) dan faktor luar (lingkungan). Beberapa faktor luar yang

menentukan, sebagian ada yang dapat dikendalikan oleh manusia salah satunya

pemupukan. Tujuan pemupukan adalah untuk menambah unsur hara ke dalam

4

tanah yang terus-menerus diserap oleh tanaman sehingga unsur hara bagi tanaman

akan selalu tetap tersedia. Pemupukan yang efektif adalah yang tepat kuantitas

dan kualitas. Tepat kuantitas yaitu tepat dosis pupuknya, sedangkan tepat kualitas

meliputi beberapa hal, antara lain: 1) tepat unsur hara, pupuk yang diberikan

berdasarkan masalah nutrisi yang ada, 2) tepat waktu dan tempat, sehingga dapat

tersedia bagi tanaman, dan 3) unsur hara yang diserap digunakan oleh tanaman

untuk meningkatkan produksinya (Purwo, 2007).

Unsur kalium merupakan salah satu unsur hara makro primer yang diperlukan

tanaman dalam jumlah banyak selain unsur nitrogen dan fosfor. Unsur kalium

diserap tanaman dari dalam tanah dalam bentuk ion K+. Kandungan unsur kalium

pada jaringan tanaman sekitar 0,5 - 6% dari berat kering. ( Rina, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian Yasir dan Ariani (2017) menyatakan bahwa

pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik KCl berpengaruh nyata terhadap

diameter umbi, berat umbi segar/tanaman, berat umbi segar/m, jumlah umbi/plot,

indeks hasil dan berpengaruh tidak nyata terhadap panjang batang, jumlah cabang

primer/tanaman dan panjang umbi. Kombinasi pupuk kompos 10 ton/ha dan

pupuk KCl 100 kg/ha setara dengan 24, 894 kalium/ha dapat meningkatkan

pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar ungu, serta mampu menghasilkan umbi

yang baik yaitu 2,06 kg berat umbi segar/m2 atau setara dengan 20,6 ton/ha.

Pembalikkan batang tanaman ubi jalar juga dianjurkan karena dapat membantu

meningkatkan hasil umbi. Hasil penelitian Rahmiana, dkk (2015) menyatakan

bahwa interaksi pengurangan panjang sulur dan frekuensi pembalikan batang

15 hari sekali dan 30 hari sekali berpengaruh nyata terhadap panjang sulur.

5

Pembalikan batang dilakukan pada saat tanaman berumur 30 hst dan 45 hst, tetapi

tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun, luas daun, bobot kering

total tanaman, bobot segar tanaman, bobot umbi ekonomis dan indeks pembagian.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Dosis pupuk kalium yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.).

2. Waktu pembalikan batang yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.).

3. Terdapat interaksi antara dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.).

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Ubi Jalar

2.1.1 Taksonomi tanaman ubi jalar

Sistematika tanaman ubi jalar dalam Rukmana (1997) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiosperma

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Convolvulales

Family : Convolvulaceae

Genus : Ipomea

Spesies : Ipomoea batatas (L.).

Ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman semusim

(berumur pendek). Tanaman ubi jalar hanya satu kali produksi dan setelah itu

tanaman mati. Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar pada permukaan tanah dengan

panjang tanaman dapat mencapai 3 meter, tergantung pada varietasnya.

Sebagai keluarga kangkung-kangkungan (Convolvulaceae), ubi jalar memiliki

cukup banyak kerabat dekat dengan kangkung, antara lain kangkung air (Ipomoea

aquatica Forsk), kangkung darat (Ipomoea reptans L. Poir), kangkung pagar atau

7

kangkung hutan (Ipomoea crassicaulus sin. I fistulosa Marf). Bibit ubi jalar yang

berasal dari sambungan kangkung hutan dengan tanaman ubi jalar dapat

menghasilkan produksi yang tinggi dan ukuran umbinya besar (Rukmana, 1997).

2.1.2 Morfologi tanaman ubi jalar

a. Batang

Ubi jalar berbatang lunak, tidak berkayu, berbentuk bulat, dan teras bagian tengah

bergabus. Batang ubi jalar beruas-ruas dan panjang ruas antara 1-3 meter. Setiap

ruas ditumbuhi daun, akar, dan tunas atau cabang. Panjang batang utama amat

beragam, tergantung pada varietasnya, yakni berkisar antara 2-3 meter untuk

varietas ubi jalar merambat, dan 1-2 meter untuk varietas ubi jalar tidak merambat

(bertipe tegak). Diameter batang ubi jalar bervariasi tergantung pada varietasnya,

ada yang berkuran besar, sedang, dan kecil. Varietas ubi jalar merambat umumnya

memiliki diameter besar. Batang tanaman ubi jalar ada yang berbulu dan ada yang

tidak berbulu. Warna batang ubi jalar bervariasi antara hijau dan ungu

(Juanda dan Cahyono, 2000).

b. Daun

Daun ubi jalar berbentuk bulat hati, bulat lonjong, dan bulat runcing tergantung

pada varietasnya. Daun ubi jalar berbentuk bulat hati memiliki tepi daun rata,

berlekuk dangkal, atau menjari. Daun ubi jalar yang berbentuk bulat lonjong

(oval) memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal atau berlekuk dalam. Sedangkan

daun ubi jalar yang berbentuk bulat runcing memiliki tepi daun rata, berlekuk

dangkal, atau berlekuk dalam. Daun ubi jalar memiliki tulang-tulang menyirip,

kedudukan daun tegak agak mendatar, dan bertangkai tunggal yang melekat pada

8

batang. Ukuran daun (lebar dan panjang) bervariasi, tergantung pada varietasnya.

Daun ubi jalar memiliki mulut daun (stomata) yang terletak merata. Varietas ubi

jalar berdaun (lebar) memiliki produktivitas umbi lebih tinggi dari pada ubi jalar

yang berdaun kecil karena daun lebar dapat berfotosintesis lebih baik dan efektif

(Juanda dan Cahyono, 2000).

c. Bunga

Bunga tanaman ubi jalar berbentuk terompet yang panjangnya antara 3-5 cm dan

lebar bagian ujung antara 3-4 cm. Mahkota bunga berwarna ungu keputihan-

putihan dan bagian dalam mahkota bunga berwarna ungu muda. Kepala putik

melekat pada bagian ujung tangkai putik. Tangkai putik dan kepala putik terletak

diatas bakal buah. Di dalam bunga juga terdapat lima buah tangkai sari yang

terletak disekitar tangkai putik. Panjang kelima tangkai sari tersebut berbeda-

beda, yakni antara 1,5-2 cm. Bunga ubi jalar membentuk karangan tiga hinga

tujuh bunga. Tangkai bunga tumbuh di ketiak daun. Penyerbukan bunga dapat

terjadi secara silang atau sendiri. Bunga ubi jalar siap melakukan penyerbukan

pada pagi hari mulai pukul 04:00 pagi (Juanda dan Cahyono, 2000).

d. Umbi

Umbi tanaman ubi jalar merupakan bagian yang dimanfaatkan untuk bahan

makanan. Umbi tanaman memiliki ukuran, bentuk, warna kulit, dan warna daging

bermacam-macam, tergantung pada varietasnya. Ukuran umbi tanaman ubi jalar

bervariasi, ada yang bebentuk bulat, bulat lonjong, dan bulat panjang. Kulit umbi

ada yang berwarna putih, kuning, ungu, jingga, dan merah. Struktur kulit umbi

bervariasi antara tipis dampai tebal dan bergetah. Umbi tanaman ubi jalar

9

memiliki tekstur daging bervariasi, ada yang masir (mempur) dan ada yang

benyek berair. Rasa umbi ada yang manis, kurang manis, dan ada yang gurih

(Juanda dan Cahyono, 2000).

Menurut Sarwono (2005) kurun waktu pembentukan umbi dapat dibedakan atas

tiga fase tumbuh, yaitu fase awal pertumbuhan, fase pembentukan umbi, dan fase

pengisian umbi.

1) Fase awal pertumbuhan

Fase ini berlangsung sejak bibit setek ditanam sampai dengan umur

4 minggu. Ciri-cirinya, setelah bibit ditanam, pertumbuhan akar muda

berlangsung cepat, sedangkan pembentukan batang dan daun masih lambat.

2) Fase pembentukan umbi

Fase pembentukan umbi berlangsung sejak tanaman berumur 4-8 minggu.

Rata-rata fase ini berlangsung antara 4-6 minggu setelah tanam, tergantung

varietas ubi jalar dan keadaan lingkungan tumbuh. Pada saat umur 7 minggu

paling tidak 80% umbi telah terbentuk. Ciri pembentukan umbi mulai

berlangsung yaitu pertumbuhan batang dan daun berlangsung cepat. Pada saat

ini batang tanaman tampak paling lebat.

3) Fase pengisian umbi

Fase ini berlangsung sejak tanaman berumur 8-17 minggu. Diantara

8-12 minggu, tanaman berhenti membentuk umbi baru karena mulai

membesarkan umbi yang sudah ada. Ciri pembentukan dan pengisian umbi

berlangsung cepat yaitu pertumbuhan batang dan daun berkurang. Pengisian

zat makanan dari daun ke umbi berhenti saat tanaman berumur 13 minggu.

10

Sementara mulai umur 14 minggu daun tanaman mulai menguning dan

rontok. Tanaman dapat dipanen umbinya saat berumur 17 minggu.

2.1.3 Syarat tumbuh tanaman ubi jalar

a. Iklim

Di Indonesia tanaman ubi jalar dapat ditanam mulai dari pantai sampai ke

pegunungan dengan ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut (dpl), suhu

rata-rata 27°C dan lama penyinaran 11-12 jam per hari (Juanda dan

Cahyono, 2000). Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah

yang bersuhu 21-27°C. Daerah yang mendapatkan sinar matahari 11-12 jam/hari

merupakan daerah yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk

usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering

(tegalan) waktu tanam yang baik untuk ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan,

sedangkan pada tanah sawah waktu yang baik yaitu sesudah tanaman padi

dipanen. Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan

500-5000 mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun (Deputi

Menegristek, 2008).

b. Tanah

Ubi jalar dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, namun hasil terbaik akan didapat

bila ditanam pada tanah lempung berpasir yang kaya akan bahan organik dan

drainase yang baik. Perkembangan umbi akan terhambat oleh struktur tanah bila

ditanam pada tanah lempung berat, sehingga dapat mengurangi hasil dan bentuk

umbinya sering berbenjol-benjol dan kadar seratnya tinggi. Apabila ditanam pada

11

lahan yang sangat subur akan banyak tumbuh daun tetapi hasil umbinya sangat

sedikit (Jedeng, 2011).

Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubi jalar adalah tanah dengan fraksi pasir

debu di lapisan atas dan fraksi lempung pada lapisan bawah. kisaran tingkat pH

optimum yang sesuai untuk tanaman ubi jalar yaitu 5,6-6,6. Tanaman ubi jalar

mampu beradaptasi pada tanah dengan pH 4,2 seperti pada tanah masam sumatera

dan kalimantan tanaman ini masih dapat menghasilkan 20 ton/ha (Balitbang

Kementerian Pertanian, 2011).

2.2 Pupuk Kalium

Pupuk adalah semua bahan yang diberikan pada tanah dengan tujuan untuk

memperbaiki keadaan fisik, kimia dan biologi tanah. Sutedjo (2002), menyatakan

bahwa pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik organik maupun

anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam

tanah dan meningkatkan produksi tanaman, di dalam faktor lingkungan baik.

Berdasarkan jumlah yang diperlukan tanaman, unsur hara menjadi dua golongan,

yakni: unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diperlukan

tanaman dan jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan unsur hara mikro.

Walaupun kadar unsur hara berbeda, namun setiap jenis tanaman umumnya

memiliki urutan berdasarnya kadar-kadarnya, yakni: C, H, O, N, P, K, S, Ca, Mg,

Si, Na, Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, dan B. Nitrogen bersama-sama fosfor dan kalium

merupakan unsur hara esensial primer, dan merupakan unsur yang paling sering

menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman (Munawar, 2011).

12

Kalium (K) merupakan unsur hara ketiga setelah nitrogen dan fosfor. Kalium

mempunyai satu valensi dan diserap dalam bentuk ion K+. Kalium tergolong

unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, jaringan tanaman maupun dalam

xilem dan floem (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Sumber utama K tanah adalah

batuan dan mineral yang mengandung K yang terdapat di dalam tanah. Peranan

utama kalium dalam tanaman ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Dengan

adanya kalium yang tersedia dalam tanah menyebabkan: ketegaran tanaman

terjamin, merangsang pertumbuhan akar, tanaman lebih tahan terhadap hama dan

penyakit, memperbaiki kualitas bulir, dapat mengurangi pengaruh kematangan

yang dipercepat oleh fosfor, mampu mengatasi kekurangan air pada tingkat

tertentu (Paulus, 2006).

Kandungan K dalam tanah berbeda-beda tergantung bahan induk derajat

pelapukan tanah. Namun jika dibandingkan dengan N dan P, kandungan K lebih

banyak. Meskipun kandungan total K di dalam tanah biasanya beberapa kali lebih

tinggi dari pada yang diserap oleh tanaman selama musim tanam, sering kali

hanya sebagian kecil K tanah yang tersedia bagi tanaman. Kandungan K di dalam

tanah beragam, mulai dari 0,1–3 %, dengan rata-rata 1% K. Tetapi, sebagian besar

sampai 90–98 % K tanah terikat dalam bentuk mineral, sehingga tidak tersedia

bagi tanaman. Bahkan, banyak tanah yang mengandung sejumlah K total besar

masih tanggap terhadap pemberian pupuk. Di dalam tanah, interaksi antara K dan

mineral tanah sangat menentukan ketersediaan K bagi tanaman (Sutedjo, 2002).

Kebutuhan K cukup tinggi apabila kebutuhan K tidak tercukupi akan terjadi

translokasi K dari bagian-bagian tanaman yang tua ke bagian yang muda. Berbeda

13

dengan unsur N, S dan P (terdapat pada protein) tetapi K tidak terdapat dalam

protein, protoplasma, dan selulosa sehingga diduga bahwa K bersifat katalisator

(Sutedjo, 2002).

Apabila tanaman kekurangan kalium berakibatkan: pertumbuhan kerdil, daun

kelihatan kering dan terbakar pada sisi-sisinya, menghambat pembentukan

karbohidrat pada biji, permukaan daun memperlihatkan gejala klorotik yang tidak

merata, munculnya bercak coklat mirip gejala penyakit pada bagian yang

berwarna hijau gelap. Sedangkan kelebihan kalium dapat menyebabkan daun

cepat menua sebagai akibat kadar magnesium daun dapat menurun, kadang-

kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktifitas fotosintesa terganggu

(Paulus, 2006).

Kalium mempunyai fungsi antara lain: membentuk dan mengangkut karbohidrat,

sebagai katalisator dalam pembentukan protein, menetralkan reaksi dalam sel

terutama dari asam organik, menaikkan pertumbuhan jaringan meristem,

memperkuat tegaknya batang sehingga tidak roboh. Selain hal-hal di atas kalium

juga berperan meningkatkan kualitas ubi, mengaktifkan enzim baik secara

langsung maupun tidak langsung dan membantu perkembangan akar

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Unsur kalium diperlukan tanaman untuk pembentukan karbohidrat didalam umbi,

untuk kekuatan daun, dan pembesaran daun. Tetapi pengaruhnya terhadap

pertumbuhan vegetatif tidak begitu nyata. Disamping itu unsur kalium

berpengaruh nyata terhadap peningkatan daya serap air pada tanaman sehingga

14

ketahanan terhadap hama dan penyakit, memperbesar umbi dan meningkatkan

daya simpan umbi (Paulus, 2006).

Menurut Rukmana (1997) menyatakan bahwa kebutuhan tanaman ubi jalar akan

pupuk kcl sebesar 100 kg/ha setara dengan 20,745 kg/ha kalium dan penambahan

pupuk nitogen sebesar 100 kg/ha setara dengan 46 kg/ha nitrogen dapat

menghasilkan setiap 31,48 ton umbi. Pemberian pupuk kalium sebesar 1/3 dosis

dilakukan pada saat tanam yang bertujuan sebagai pupuk dasar. Ubi jalar

termasuk ke dalam tanaman yang boros hara. Penyerapan unsur hara pada kondisi

normal mencapai kecepatan tinggi pada umur 6–12 minggu setelah tanam. Hal

tersebut berhubungan dengan fase pertumbuhan umbi jalar yang mulai

pembentukan umbi pada umur 1 bulan setelah tanam, sehingga diperlukan

pemupukan kalium kedua saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam.

2.3 Pembalikan Batang

Pembalikan batang pada tanaman ubi jalar dilakukan untuk mencegah tumbuhnya

akar pada setiap ruas batang yang menempel pada tanah. Akar pada ruas batang

tersebut membentuk umbi berukuran kecil-kecil. Pembalikan batang dilakukan

tiap 3 minggu sekali, sebab pada tanaman yang pertumbuhannya subur dalam

waktu satu bulan akan menjalar sepanjang 1-1,5 m. Bila batang terus dibiarkan

menjalar di atas tanah dengan segera akan tumbuh akar di ketiak-ketiak daun.

Akar akan membentuk umbi-umbi kecil yang mengurangi cadangan makanan

bagi umbi di batang utama. Pembalikan batang dimaksudkan untuk mematikan

akar yang tumbuh pada ketiak daun. Pembalikan batang dilakukan pada saat

tanaman berumur 4 minggu setelah tanam hingga 3 minggu sebelum panen.

15

Pembalikan batang merupakan salah satu bentuk kegiatan pengelolaan tanaman

yang mempunyai banyak tujuan, diantaranya adalah:

1. Untuk sanitasi kebun. Hal ini sangat terkait bahwa tanaman ubi jalar

merupakan salah satu jenis tanaman yang pertumbuhannya menjalar dengan

tingkat penutupan kanopi yang cukup rimbun. Rimbunnya tingkat penutupan

kanopi tersebut dapat memacu terjadinya serangan hama, terutama tikus,

selain hama lain seperti ulat. Rimbunnya tingkat penutupan kanopi tersebut

juga akan memacu tumbuhnya jamur sebagai akibat tingginya tingkat

kelembaban dalam tanaman.

2. Mencegah terbentuknya akar adventif yang merupakan tujuan utama dari

kegiatan tersebut.

3. Memperlancar laju fotosintesis tanaman, karena stomata daun terletak di

bagian bawah daun, sehingga apabila dilakukan pembalikan batang maka

diharapkan fotosintat yang dihasilkan juga lebih banyak

(Rahmiana, dkk., 2015).

III. METODE PENELITAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana

Metro, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro. Ketinggian

tempat 60 m dpl, pH 4,92 dan jenis tanah Podzolik merah kuning. Waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2019 – April 2019.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi rotari mini, tugal, cangkul, golok,

pisau, ember, gembor, mistar, meteran, oven, timbangan duduk, timbangan

elektrik, sendok makan, tali plastik, kamera, tangki sprayer, gelas ukur, bambu,

paku, kantong plastik, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi bibit ubi jalar ungu yang sudah

berumur 2 bulan, pupuk kandang kambing, air, pupuk kalium, pupuk fospor,

pupuk nitrogen, herbisida. name teks plot, dll.

17

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode percobaan dengan rancangan acak kelompok

(RAK) berpola faktorial. Sebagai faktor pertama adalah pupuk kalium (K) yang

terdiri dari 3 taraf yaitu: 50 kg/ha KCl (12,447 kg/ha kalium) setara 8,71 gr/petak

kalium (k1), 100 kg/ha KCl (24,894 kg/ha kalium) setara 17,42 gr/petak kalium

(k2), dan 150 kg/ha KCl (37,341 kg/ha kalium) setara 26,13 gr/petak kalium (k3).

Sebagai faktor keduanya adalah waktu pembalikan batang (P) yang tendiri atas

tiga taraf yaitu: tanpa pembalikan (p0), 4 mst dan 8 mst (p1), 8 mst dan12 mst (p2),

sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan yaitu k1p0, k1p1, k1p2, k2p0, k2p1, k2p2,

k3p0, k3p1, dan k3p2. Kombinasi perlakuan diulang tiga kali sehingga diperoleh

27 satuan percobaan. Data hasil penelitian yang diperoleh, diolah dengan analisis

ragam, homogenitas data diuji dengan uji Bartlet dan ketidakaditifannya diuji

dengan uji Tuckey. Untuk melihat pengaruh rata-rata perlakuan dilakukan dengan

uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf signifikan 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pengolahan tanah

Membersihkan lahan dari gulma dengan menyemprot menggunakan herbisida

yang mengandung bahan aktif glifosat. Sebelum mengolah tanah, memberikan

pupuk kandang kambing sebanyak 10 ton/ha setara dengan 7 kg/petak. Kemudian

tahap selanjutnya mengolah tanah dengan menggunakan rotari mini secara

sempurna dengan kedalaman 30 cm dan membuatkan petakan-petakan dengan

ukuran petakan 2,5 m x 3,6 m dan didalam petakan tanah membuat guludan-

guludan dengan lebar 60 cm, tinggi 20 cm dan jarak antar guludan 30 cm.

18

3.4.2 Penanaman

Penanaman stek ubi jalar menggunakan jarak tanam 25 cm × 70 cm. Jumlah bibit

yang digunakan 1 stek per lubang dengan panjang 25 cm dan bersumber dari

3 bagian stek yaitu stek pucuk, stek tengah, dan stek pangkal dalam satu sulur.

Penanaman stek pucuk dilakukan pada ulangan I, stek tengah dilkukan pada

ulangan II dan stek pangkal dilakukan pada ulangan III. Bibit ditanam ½ bagian

dari stek pucuk yang telah disediakan kemudian tanah memadatkan dekat dengan

pangkal stek. Penanaman dilakukan pada sore hari.

3.4.3 Penyulaman

Penyulaman dilakukan menggunakan bibit stek ubi jalar yang telah disediakan

dalam polibag. Ukuran polibag yang digunakan 10 cm × 20 cm dengan

perbandingan tanah dan pupuk kandang 1:1. Penyulaman dilakukan pada umur

1 mst dan dilakukan pada sore hari.

3.4.4 Pemupukan

Pupuk kandang kambing diberikan pada saat sebelum pengolahan lahan sebesar

10 ton/ha setara 7 kg/petak. Pemberian pupuk kalium sesuai dengan perlakuan

yaitu 50 kg/ha KCl setara 8,71 gr/petak kalium (k1), 100 kg/ha KCl setara

17,42 gr/petak kalium (k2), dan 150 kg/ha KCl setara 26,13 gr/petak kalium (k3).

Selain pupuk kalium juga diberikan pupuk nitrogen (urea) sebesar 100 kg/ha

setara 1124 gram/petak dan pupuk fosfor (TSP) sebesar 100 kg/ha setara

1124 gram/petak. Pemupukan dilakukan secara tugal pada jarak 7 cm dari

19

tanaman dengan kedalaman 5 cm kemudian ditutup menggunakan tanah.

Pemberian pupuk dilakukan 2 kali yaitu 1/3 dosis setiap perlakuan diberikan pada

saat tanam dan 2/3 dosis diberikan pada saat tanaman berumur 30 hst. Pemberian

pupuk nitrogen pemupukan pertama dilakukan 7 hari setelah tanam (hst).

3.4.5 Pemeliharaan

Adapun pemeliharaan yang dilakukan meliputi

1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau menyesuaikan dengan curah hujan

yang turun pada saat penelitian. Penyiraman dilakukan pada saat pagi dan sore

hari.

2. Pemotongan cabang

Pemotongan cabang dilakukan pada saat tanaman berumur 3 mst dengan

menggunakan gunting. Cabang yang dipotong adalah semua cabang yang

muncul kecuali cabang tanaman yang berada dibagian paling atas pada

tanaman induk. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengamatan.

3. Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk membersihkan gulma yang ada di antara tanaman

agar tanaman tumbuh dengan baik. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman

berumur 30 hst secara manual menggunakan koret.

4. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan 1 kali yaitu pada umur 30 hst bersamaan pada saat

penyiangan dengan menggunakan koret.

5. Pembalikan Batang

20

Pembalikan batang dilakukan sesuai dengan perlakuan yaitu tanpa

pembalikan (p0), 4 mst dan 8 mst (p1), 8 mst dan12 mst (p2). Pembalikan

batang dilakukan pada saat sore hari dengan menggunakan tangan.

3.4.6 Panen

Memanen tanaman umbi jalar dapat dilakukan saat tanaman sudah memiliki

kriteria, yaitu: 1) daun dan batang sudah menguning (matang fisiologis),

2) disekitar pusat tumbuh tanaman tanah sudah mulai retak, 3) bagian batang

tanaman sudah membesar, 4) tanaman sudah berumur 4–4,5 bulan. Pemanenan

dilakukan secara serentak dengan cara menggali umbi pada setiap tanaman

menggunakan cangkul.

3.5 Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dan cara pengamatan dalam percobaan ini 5 tanaman sampel

meliputi :

1. Panjang Sulur (cm)

Tanaman diukur dari munculnya cabang sampai titik tumbuh terpanjang

dalam kondisi tanaman diluruskan. Pengukuran panjang sulur ini

menggunakan penggaris dan meteran yang dilakukan pada umur 5 mst,

7 mst, 9 mst, 11 mst dan 13 mst.

2. Jumlah Cabang per Tanaman (buah)

Cabang tanaman yang dihitung merupakan cabang yang muncul pada bagian

batang utama, dihitung apabila telah keluar sedikitnya dua helai daun

membuka sempurna. Jumlah cabang dihitung pada umur 3 mst.

21

3. Jumlah Umbi per Tanaman Sampel (buah)

Jumlah umbi diperoleh dengan cara menghitung seluruh umbi per tanaman

pada seluruh tanaman sampel. Umbi yang dihitung hanyalah umbi yang

sudah memiliki ukuran diameter ≥ 3 cm. Pengamatan dilakukan pada saat

panen.

4. Bobot Umbi per Tanaman sampel (gram)

Bobot umbi diperoleh dengan cara menimbang umbi segar yang sudah

diersihkan pada saat panen setiap tanaman sampel, dengan menggunakan

timbangan digital.

5. Jumlah Akar per Tanaman Sampel (buah)

Jumlah akar diperoleh dengan cara menghitung seluruh akar yang keluar pada

batang pokok (batang yang ditanam sebagai bahan stek) dan bukan umbi pada

5 tanaman sampel. Akar tanaman berukuran lebih kecil dan bercabang.

Pengamatan dilakukan pada saat panen dan tanaman sudah dibersihkan dari

tanah.

6. Bobot akar tanaman per Tanaman Sampel (gram)

Bobot akar tanaman ditimbang menggunakan timbangan analitik, dan

dilakukan pada saat panen. Sebelum penimbangan dilakukan akar tanaman

dibersihkan dan akar tidak boleh putus.

7. Bobot Basah Berangkasan per Tanaman (gram)

Sebanyak 2 tanaman destruktif dicabut pada saat panen tanaman masih

lengkap secara fisiologis. Kemudian dibersihkan selanjutnya tanaman

ditimbang menggunakan timbangan digital.

22

8. Bobot Kering Berangkasan per Tanaman (gram)

Sebanyak 2 tanaman destruktif dicabut pada saat panen kemudian dikering

ovenkan hingga bobotnya konstan, selanjutnya tanaman di timbang

menggunakan timbangan digital.

9. Hasil per Petak (kg)

Hasil per petak diperoleh dengan cara menimbang seluruh umbi yang berada

pada petak panen ukuran 140 cm x 150 cm dan sudah dibersihkan dengan

menggunakan timbangan duduk.

10. Hasil Asumsi per hektar

Hasil asumsi per hektar diperoleh setelah memperoleh data hasil petak panen

dengan menggunakan rumus:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Panjang Sulur

Data rata-rata pengamatan panjang sulur tanaman ubi jalar umur 5 MST, 7 MST,

9 MST, 11 MST dan 13 MST dapat dilihat pada (Lampiran 7). Sedangkan data

pengamatan panjang sulur tanaman ubi jalar pada umur 13 MST akibat perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat

dilihat pada (Lampiran 8).

Hasil sidik ragam panjang sulur tanaman ubi jalar akibat perlakuan dosis pupuk

kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat dilihat pada

(Lampiran 9). Dari analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan berbagai

dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang berpengaruh tidak nyata

terhadap panjang sulur dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut.

Hasil uji BNT panjang sulur tanaman ubi jalar akibat perlakuan dosis pupuk

kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda disajikan pada (Tabel 1).

24

Tabel 1. Panjang Sulur Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai Dosis

Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang yang Berbeda

Pupuk Kalium

(K)

Pembalikan Batang (P)

Rata-rata Tanpa

pembalikan

4 MST dan

8 MST

8 MST dan

12 MST

…..…….………..cm……………..…….

12,447 kg/ha 141,07 131,00 141,80 137,96

24,894 kg/ha 117,73 127,07 120,73 121,84

37,341 kg/ha 129,47 110,40 114,93 118,27

Rata-rata 129,42 122,82 125,82

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberi perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang berpengaruh tidak

nyata pada rata-rata panjang sulur tanaman. Meskipun secara statistik

menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata, namun penggunaan pupuk kalium

12,447 kg/ha dan tanpa pembalikan batang menunjukkan sulur terpanjang

dibandingkan dengan perlakuan lain. Penggunaan dosis 12,447 kg/ha pupuk

kalium menghasilkan panjang sulur tanaman ubi jalar lebih panjang 8,10 % dan

9,99% dibandingkan dengan dosis 24,894 kg/ha dan 37,341 kg/ha, sedangkan

tanpa pembalikan batang memiliki sulur terpanjang dibandingkan dengan

pembalikan batang umur 4 MST dan 8 MST yaitu 3,46 % dan pembalikan batang

umur 8 MST dan 12 MST yaitu 1,87%.

25

Gambar 1 . Grafik Panjang Sulur Tanaman Pada Umur 5-13 MST

Dari (Gambar 1) menunjukkan bahwa panjang sulur terpanjang dihasilkan oleh

perlakuan dosis 12,447 kg/ha pupuk kalium dengan pembalikan batang pada umur

8 MST dan 12 MST. Sedangkan hasil yang terendah adalah tanaman dengan

perlakuan dosis 150 kg/ha pupuk kalium dengan pembalikan batang pada umur

4 MST dan 8 MST.

4.1.2 Jumlah Cabang

Data pengamatan jumlah cabang tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai

dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat dilihat pada

(Lampiran 10).

Hasil sidik ragam jumlah cabang tanaman ubi jalar akibat perlakuan bebagai dosis

pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat dilihat pada

(Lampiran 11). Dari analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang berpengaruh tidak

0

200

400

600

800

1000

1200

5 MST 7 MST 9 MST 11 MST 13 MST

Pan

jan

g S

ulu

r T

an

am

an

(cm

) k3p2

k3p1

k3p0

k2p2

k2p1

k2p0

k1p2

k1p1

k1p0

26

nyata terhadap jumlah cabang dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor

tersebut.

Hasil uji BNT jumlah cabang tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai dosis

pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda disajikan pada

(Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah Cabang Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai Dosis

Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang yang Berbeda

Pupuk Kalium

(K)

Pembalikan Batang (P)

Rata-rata Tanpa

pembalikan

4 MST dan

8 MST

8 MST dan

12 MST

…..…….………..buah……………..…….

12,447 kg/ha 3,53 3,53 3,60 3,56

24,894 kg/ha 3,47 3,80 2,93 3,40

37,341 kg/ha 2,80 3,33 3,00 3,04

Rata-rata 3,27 3,56 3,18

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberi perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang berpengaruh tidak

nyata pada jumlah cabang. Meskipun secara statistik menunjukkan tidak terdapat

perbedaan nyata, namun penggunaan pupuk kalium 12,447 kg/ha dan pembalikan

batang pada umur 4 MST dan 8 MST menunjukkan jumlah cabang terbanyak

dibandingkan dengan perlakuan lain. Penggunaan dosis 12,447 kg/ha pupuk

kalium menghasilkan jumlah cabang tanaman ubi jalar lebih banyak 3,04% dan

10,23% dibandingkan dengan dosis 24,894 kg/ha dan 37,341 kg/ha, sedangkan

pembalikan batang pada umur 4 MST dan 8 MST memiliki jumlah lebih banyak

27

5,58% dan 7,38% dibandingkan dengan tanpa pembalikan dan pembalikan batang

pada umur 8 MST dan 12 MST.

4.1.3 Jumlah Umbi

Data pengamatan jumlah umbi tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai dosis

pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat dilihat pada

(Lampiran 12).

Hasil sidik ragam jumlah umbi tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai dosis

pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat dilihat pada

(Lampiran 13). Dari analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang berpengaruh tidak

nyata terhadap jumlah umbi dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor

tersebut.

Hasil uji BNT jumlah umbi tanaman ubi jalar akibat perlakuan berabagai dosis

pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda disajikan pada

(Tabel 3).

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberi perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang berpengaruh tidak

nyata pada jumlah umbi. Meskipun secara statistik menunjukkan tidak terdapat

perbedaan nyata, namun penggunaan pupuk kalium 12,447 kg/ha dan pembalikan

batang pada umur 4 MST dan 8 MST menunjukkan jumlah umbi lebih banyak

dibandingkan dengan perlakuan lain. Penggunaan dosis 12,447 kg/ha pupuk

kalium menghasilkan jumlah umbi tanaman ubi jalar lebih banyak 3,51%

28

dibandingkan dengan dosis 24,894 kg/ha dan 37,341 kg/ha, sedangkan tanpa

pembalikan batang memiliki jumlah lebih banyak 0,81% dan 3,01%

dibandingkan dengan pembalikan batang pada umur 4 MST dan 8 MST dan

pembalikan batang pada umur 8 MST dan 12 MST.

Tabel 3. Jumlah Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai Dosis

Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang yang Berbeda

Pupuk Kalium

(K)

Pembalikan Batang (P)

Rata-rata Tanpa

pembalikan

4 MST dan

8 MST

8 MST dan

12 MST

…..……......buah………..…….

12,447 kg/ha 2,20 2,53 2,80 2,51

24,894 kg/ha 2,67 2,27 2,20 2,38

37,341 kg/ha 2,53 2,53 2,07 2,38

Rata-rata 2,47 2,44 2,36

4.1.4 Bobot Umbi

Data pengamatan bobot umbi tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai dosis

pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat dilihat pada

(Lampiran 14).

Hasil sidik ragam bobot umbi tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai dosis

pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat dilihat pada

(Lampiran 15). Dari analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang berpengaruh tidak

nyata terhadap bobot umbi dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor

tersebut.

29

Hasil uji BNT bobot umbi tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai dosis

pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda disajikan pada

(Tabel 4).

Tabel 4. Bobot Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai Dosis Pupuk

Kalium dan Waktu Pembalikan Batang yang Berbeda

Pupuk Kalium

(K)

Pembalikan Batang (P)

Rata-rata Tanpa

pembalikan

4 MST dan

8 MST

8 MST dan

12 MST

…..…….…….gram..………..…….

12,447 kg/ha 426,67 393,33 366,67 395,56

24,894 kg/ha 420,00 346,67 313,33 360,00

37,341 kg/ha 386,67 446,67 373,33 402,22

Rata-rata 411,11 395,56 351,11

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberi perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang berpengaruh tidak

nyata pada bobot umbi. Meskipun secara statistik menunjukkan tidak terdapat

perbedaan nyata, namun penggunaan pupuk kalium 37,341 kg/ha dan tanpa

pembalikan batang menunjukkan bobot umbi terbanyak dibandingkan dengan

perlakuan lain. Penggunaan dosis 37,341 kg/ha pupuk kalium menghasilkan bobot

umbi tanaman ubi jalar lebih besar 1,11% dan 7,25% dibandingkan dengan dosis

12,447 kg/ha dan 24,894 kg/ha, sedangkan tanpa pembalikan batang memiliki

bobot lebih besar 2,55% dan 10,23% dibandingkan dengan pembalikan batang

pada umur 4 MST dan 8 MST dan pembalikan batang pada umur 8 MST dan

12 MST.

30

4.1.5 Jumlah Akar

Data pengamatan jumlah akar tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai dosis

pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat dilihat pada

(Lampiran 16).

Hasil sidik ragam jumlah akar tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai dosis

pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat dilihat pada

(Lampiran 17). Dari hasil sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan dosis

pupuk kalium menunjukkan berpengaruh nyata terhadap jumlah akar sedangkan

perlakuan waktu pembalikan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah akar dan

tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut.

Hasil uji BNT jumlah akar tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai dosis

pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda disajikan pada

(Tabel 5).

Dilihat dari hasil uji BNT (Tabel 5) menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang

diberi perlakuan berbagai dosis pupuk kalium berpengaruh nyata pada jumlah

akar. Pada perlakuan dosis pupuk kalium 12,447 kg/ha memberikan jumlah akar

lebih banyak dibandingkan dengan pemberian dosis pupuk kalium 24,894 kg/ha

dan 37,341 kg/ha. Dosis pupuk 12,447 kg/ha meningkatkan rata-rata jumlah akar

sebesar 14,48% dibandingkan dosis pupuk kalium 150 kg/ha.

31

Tabel 5. Jumlah Akar Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagi Dosis Pupuk

Kalium dan Waktu Pembalikan Batang yang Berbeda

Pupuk Kalium

(K)

Pembalikan Batang (P)

Rata-rata Tanpa

pembalikan

4 MST dan

8 MST

8 MST dan

12 MST

…..…….………..buah……………..…….

12,447 kg/ha 10,93 10,87 9,87 10,56 B

24,894 kg/ha 9,27 8,07 8,33 8,56 A

37,341 kg/ha 7,67 8,60 9,00 8,42 A

Rata-rata 9,29 9,18 9,07

BNT K = 0,99

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata

pada uji BNT 5%.

4.1.6 Bobot Akar

Data pengamatan bobot akar tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai dosis

pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat dilihat pada

(Lampiran 18).

Hasil sidik ragam bobot akar tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai dosis

pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat dilihat pada

(Lampiran 19). Dari analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang berpengaruh tidak

nyata terhadap bobot akar dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor

tersebut.

Hasil uji BNT bobot akar tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai dosis pupuk

kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda disajikan pada (Tabel 6).

32

Tabel 6. Bobot Akar Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai Dosis Pupuk

Kalium dan Waktu Pembalikan Batang yang Berbeda

Pupuk Kalium

(K)

Pembalikan Batang (P)

Rata-rata Tanpa

pembalikan

4 MST dan

8 MST

8 MST dan

12 MST

…..…….…….gram..………..…….

12,447 kg/ha 7,67 5,00 6,13 6,27

24,894 kg/ha 4,87 5,40 4,67 4,98

37,341 kg/ha 4,80 4,00 5,27 4,69

Rata-rata 5,78 4,80 5,36

Dari tabel 6 diatas menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberi perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang berpengaruh tidak

nyata pada bobot akar. Meskipun secara statistik menunjukkan tidak terdapat

perbedaan nyata, namun penggunaan pupuk kalium 12,447 kg/ha dan tanpa

pembalikan batang menunjukkan bobot akar lebih banyak dibandingkan dengan

perlakuan lain. Penggunaan dosis 12,447 kg/ha pupuk kalium menghasilkan bobot

akar tanaman ubi jalar lebih besar 14,72% dan 18,34% dibandingkan dengan dosis

24,894 kg/ha dan 37,341 kg/ha, sedangkan tanpa pembalikan batang memiliki

bobot 11,98% dan 4,96% dibandingkan dengan pembalikan batang pada umur 4

MST dan 8 MST dan pembalikan batang pada umur 8 MST dan 12 MST.

4.1.7 Bobot Berangkasan Basah

Data pengamatan berat berangkasan basah tanaman ubi jalar akibat perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat

dilihat pada (Lampiran 22).

33

Hasil sidik ragam berat berangkasan basah tanaman ubi jalar akibat perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat

dilihat pada (Lampiran 23). Dari hasil sidik ragam tersebut terlihat bahwa

perlakuan berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang

menunjukkan penagruh nyata terhadap berat berangkasan basah dan tidak terdapat

interaksi antara kedua faktor tersebut.

Hasil uji BNT berat berangkasan basah tanaman ubi jalar akibat perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda

disajikan pada (Tabel 7).

Tabel 7. Berat Berangkasan Basah Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai

Dosis Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang yang Berbeda

Pupuk Kalium

(K)

Pembalikan Batang (P)

Rata-rata Tanpa

pembalikan

4 MST dan

8 MST

8 MST dan

12 MST

…..…….………gram………..…….

12,447 kg/ha 2466,67 3133,33 1633,33 2411,11 B

24,894 kg/ha 1933,33 1633,33 1433,33 1666,67 A

37,341 kg/ha 2266,67 1833,33 1633,33 1911,11 AB

Rata-rata 2222,22 b 2200,00 b 1566,67 a

BNT K = 529,54 BNT P = 529,54

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata

pada uji BNT 5%.

Dilihat dari hasil uji BNT (Tabel 7) di atas menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar

yang diberi perlakuan berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang

berpengaruh nyata pada berat berangkasan basah. Pada perlakuan dosis pupuk

kalium 12,447 kg/ha memberikan berat berangkasan basah lebih besar

dibandingkan dengan pemberian dosis pupuk kalium 24,894 kg/ha dan 37,341

34

kg/ha. Dosis pupuk 12,447 kg/ha meningkatkan rata-rata berat berangkasan basah

sebesar 14,85% dibandingkan dosis pupuk kalium 37,341 kg/ha. Sedangkan untuk

perlakuan tanpa pembalikan batang menghasilkan berat berangkasan basah lebih

besar dibandingkan dengan perlakuan pembalikan batang pada umur 4 MST dan

8 MST dan pembalikan batang pada umur 8 MST dan 12 MST. Tanpa pembalikan

batang meningkatkan rata-rata berat berangkasan basah sebesar 0,67% dan

21,81% dibandingkan pembalikan batang pada umur 4 MST dan 8 MST dan

pembalikan batang pada umur 8 MST dan 12 MST.

4.1.8 Bobot Berangkasan Kering

Data pengamatan berat berangkasan kering tanaman ubi jalar akibat perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat

dilihat pada (Lampiran 26).

Hasil sidik ragam berat berangkasan kering tanaman ubi jalar akibat perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat

dilihat pada (Lampiran 27). Dari hasil sidik ragam tersebut terlihat bahwa

perlakuan berbagai dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata terhadap berat

berangkasan kering sedangkan perlakuan waktu pembalikan berpengaruh nyata

terhadap berat berangkasan kering dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor

tersebut.

Hasil uji BNT berat berangkasan kering tanaman ubi jalar akibat perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda

disajikan pada (Tabel 8).

35

Tabel 8. Berat Berangkasan Kering Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai

Dosis Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang yang Berbeda

Pupuk Kalium

(K)

Pembalikan Batang (P)

Rata-rata Tanpa

pembalikan

4 MST dan

8 MST

8 MST dan

12 MST

…..…….………..gram……………..…….

12,447 kg/ha 452,87 640,27 367,47 486,87

24,894 kg/ha 439,60 368,80 295,53 367,98

37,341 kg/ha 492,73 412,27 370,53 425,18

Rata-rata 461,20 b 473,79 b 344,51 a

BNT P = 112,95

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata

pada uji BNT 5%.

Dilihat dari hasil uji BNT (Tabel 8) di atas menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar

yang diberi perlakuan waktu pembalikan batang berpengaruh nyata pada berat

berangkasan kering. Pada perlakuan pembalikan batang pada umur 4 MST dan 8

MST menghasilkan berat berangkasan basah lebih besar dibandingkan dengan

tanpa pembalikan batang dan pembalikan batang pada umur 8 MST dan 12 MST.

Pembalikan batang pada umur 4 MST dan 8 MST meningkatkan rata-rata berat

berangkasan basah sebesar 1,79% dan 20,01% dibandingkan tanpa pembalikan

batang dan pembalikan batang pada umur 8 MST dan 12 MST.

4.1.9 Hasil Umbi per Petak

Data pengamatan hasil per petak tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai

dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat dilihat pada

(Lampiran 30).

36

Hasil sidik ragam hasil per petak tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai

dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat dilihat pada

(Lampiran 31). Dari analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang berpengaruh tidak

nyata terhadap hasil per petak dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor

tersebut.

Hasil uji BNT pada pengamatan hasil per petak tanaman ubi jalar akibat perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda

disajikan pada (Tabel 9).

Dari tabel 9 menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberi perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang tidak terdapat

perbedaan nyata pada rata-rata hasil per petak. Meskipun secara statistik

menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata, namun penggunaan pupuk kalium

37,341 kg/ha dan tanpa pembalikan batang menunjukkan hasil per petak lebih

besar dibandingkan dengan perlakuan lain. Penggunaan dosis 37,341 kg/ha pupuk

kalium menghasilkan hasil per petak tanaman ubi jalar lebih besar 2,04% dan

0,29% dibandingkan dengan dosis 12,447 kg/ha dan 24,894 kg/ha, sedangkan

pembalikan batang pada umur 4 MST dan 8 MST memiliki bobot lebih besar

5,94% dan 11,04% bandingkan dengan tanpa pembalikan batang dan pembalikan

batang pada umur 8 MST dan 12 MST.

37

Tabel 9. Hasil per Petak Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai Dosis

Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang yang Berbeda

Pupuk Kalium

(K)

Pembalikan Batang (P)

Rata-rata Tanpa

pembalikan

4 MST dan

8 MST

8 MST dan

12 MST

…..…….…….kg..………..…….

12,447 kg/ha 5,07 4,57 3,80 4,48

24,894 kg/ha 3,97 4,70 5,13 4,60

37,341 kg/ha 4,60 5,63 3,63 4,62

Rata-rata 4,54 4,97 4,19

4.1.10 Asumsi Hasil per Hektar

Data pengamatan asumsi hasl per hektar tanaman ubi jalar akibat perlakuan

berbagai dosis pupuk kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda dapat

dilihat pada (Lampiran 34).

Asumsi hasil per hektar tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai dosis pupuk

kalium dan waktu pembalikan batang yang berbeda disajikan pada (Tabel 10).

Dari tabel 10 menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberi perlakuan dosis

pupuk kalium 37,341 kg/ha dengan pembalikan batang pada umur 4 MST dan 8

MST menunjukkan asumsi hasil per hektar lebih besar dibandingkan dengan

perlakuan lain. Penggunaan dosis 37,341 kg/ha pupuk kalium menghasilkan hasil

per petak tanaman ubi jalar lebih besar 2,11% dan 0,33% dibandingkan dengan

dosis 12,447 kg/ha dan 24,894 kg/ha, sedangkan pembalikan batang pada umur 4

MST dan 8 MST memiliki bobot lebih besar 5,83% dan 11,00% dibandingkan

38

dengan tanpa pembalikan batang dan pembalikan batang pada umur 8 MST dan

12 MST.

Tabel 10. Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai

Dosis Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang yang Berbeda

Pupuk Kalium

(K)

Pembalikan Batang (P)

Rata-rata Tanpa

pembalikan

4 MST dan

8 MST

8 MST dan

12 MST

…..…….…….ton..………..…….

12,447 kg/ha 24,13 21,75 18,10 21,32

24,894 kg/ha 18,89 22,38 24,44 21,90

37,341 kg/ha 21,90 26,83 17,30 22,01

Rata-rata 21,64 23,65 19,95

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk kalium

memberikan pengaruh nyata pada peubah jumlah akar dan berat berangkasan

basah tanaman ubi jalar. Hasil uji BNT pada peubah jumlah akar dan berat

berangkasan basah menunjukkan pemberian pupuk kalium dengan dosis

12,447 kg/ha setara dengan 50 kg/ha KCl memiliki hasil lebih baik dibandingkan

pemberian pupuk kalium 24,894 kg/ha dan 37,341 kg/ha. Hal ini diduga unsur

hara kalium yang dibutuhkan tanaman dalam keadaan seimbang didukung

kemampuan tanaman menyerap unsur hara, air, dan cahaya matahari lebih baik

dibandingkan dosis lainya sehingga tanaman dapat meningkatkan aktivitas

fotosintesis dengan maksimal. Hal ini sesuai pendapat Lakitan (2007) dalam Yasir

dan Ariani (2016), menyatakan bahwa fotosintesis akan berjalan baik bila unsur

39

hara di dalam tanah tersedia dan akan menghasilkan fotosintat yang dapat

digunakan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Rulina (2010), menyatakan bahwa

perlakuan peletakan stek cara miring dengan dosis pupuk KCl 50 kg/ha

memberikan hasil cenderung lebih tinggi pada pengamatan panjang batang dan

jumlah cabang tanaman. Perlakuan peletakan stek cara mendatar dengan dosis

pupuk KCl 50 kg/ha memberikan hasil yang cenderung lebih tinggi pada

pengamatan luas daun, indeks luas daun, dan berat berangkasan kering tanaman.

Hal ini diduga pemberian pupuk KCl 50 kg/ha sudah mencukupi kebutuhan unsur

kalium bagi tanaman ubi jalar didukung oleh kondisi lingkungan yang baik untuk

umbi berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat Yowono dkk., (2006) dalam

Yasir dan Ariani (2016), menyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman

tidak hanya ditentukan oleh hara yang cukup dan seimbang tetapi juga

memerlukan lingkungan yang baik termasuk sifat fisik dan biologis tanah. Faktor

lingkungan seperti cahaya, air dan hara yang sangat mendukung akan

meningkatkan laju pertumbuhan tanaman.

Selain itu kalium merupakan hara yang berfungsi membentuk dan merangsang

sintesa protein, karbohidrat, merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar,

meningkatkan tekanan turgor akar dan meningkatkan penyerapan hara. Berat

umbi per tanaman akan optimal jika perkembangan umbi dan akar optimal

(Sulkan dkk., 2014 dalam Rahman Hakim A. dkk., 2018). Kalium berfungsi

sebagai katalisator seperti proses translokasi, fotosintesis dan sintesa protein.

Selain itu, kalium juga beperan dalam metabolisme N, metabolisme karbohidrat,

40

pengaturan pemanfaatan berbagai unsur hara utama, dan aktivasi berbagai enzim

(Wahyudi, 2011). Menurut Rukmana (1997) setiap 1 ton umbi tanaman ubi jalar

membutuhkan pupuk kalium sebanyak 0,6915 kg/ha.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk kalium

berpengaruh tidak nyata pada peubah panjang sulur, jumlah cabang, jumlah umbi,

bobot umbi, bobot akar, dan hasil umbi per petak. Hal ini diduga selain pemberian

pupuk kalium sifat genetik juga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

tanaman ubi jalar. Berbagai varietas tanaman ubi jalar memiliki sifat genetik yang

berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Wargiono (1989) dalam Yasir dan

Ariani (2016), menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan penyebaran akar ubi

jalar dipengaruhi oleh varietas, jenis tanah dan umur panen. Penambahan pupuk

kalium dalam tanah tidak semuanya dapat tersedia untuk tanaman. Kalium dalam

tanah dapat tercuci oleh air melalui pori-pori tanah. Kehilangan unsur kalium

akibat tercuci merupakan kehilangan paling terbesar. Besarnya kalium akibat

tercuci tergantung pada faktor tanah seperti tekstur tanah. Pada tektur tanah

berpasir dan pH rendah kalium mudah untuk tercuci (Novizan, 2002). Sedangkan

tanah yang digunakan pada penelitian yaitu tanah dengan kandungan pasir tinggi.

Pemberian pupuk organik kandang kambing saat olah lahan dan pemberian pupuk

kalium pada tanaman ubi jalar belum mampu memberikan pertumbuhan dan hasil

tanaman ubi jalar dengan maksimal karena pada dasarnya tanah yang digunakan

untuk penelitian merupakan tanah yang kurang subur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pembalikan memberikan pengaruh

nyata pada peubah berat berangkasan basah dan berat berangkasan kering. Hasil

41

uji BNT menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang dilakukan pembalikan

batang pada umur 4 mst dan 8 mst (p1) lebih baik dibandingkan pembalikan

batang pada umur 8 mst dan 12 mst (p2) namun tidak berbeda nyata pada

perlakuan tanpa pembalikan (p0). Hal ini sesuai dengan Sarwono (2005), kurun

waktu pembentukan umbi dapat dibedakan atas tiga fase tumbuh, yaitu fase awal

pertumbuhan, fase pembentukan umbi, dan fase pengisian umbi. Fase awal

pertumbuhan berlangsung sejak bibit setek ditanam sampai dengan umur

4 minggu. Fase pembentukan umbi berlangsung sejak tanaman berumur

4-8 minggu, rata-rata pada fase ini berlangsung antara 4-6 minggu setelah tanam

tergantung varietas ubi jalar dan keadaan lingkungan tumbuh. Fase pengisian

umbi berlangsung sejak sejak tanaman berumur 8-17 minggu diantara 8-12

minggu tanaman berhenti pembentukan umbi karena mulai membesarkan umbi

yang sudah ada.

Tanaman ubi jalar yang dilakukan pembalikan batang pada umur 4 mst dan 8 mst

diduga merupakan waktu yang tepat karena akar adventif belum terbentuk.

Sehingga apabila dilakukan pembalikan batang bagian tanaman tidak terluka

sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman ubi jalar. Tanaman ubi jalar

yang dilakukan pembalikan pada umur 8 mst dan 12 mst merupakan waktu yang

kurang tepat. Hal ini diduga akar adventif tanaman tersebut sudah terbentuk,

sehingga apabila dilakukan pembalikan batang maka akar adventif yang sudah

terbentuk akan terputus dan dapat menyebabkan jaringan pada tanaman tersebut

rusak. Kemudian tanaman mengalami stress, bahkan dapat menyebabkan sulur

mati. Hal ini akan mempengaruhi proses fotosintesis dan pendistribusian hasil

fotosintesis sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman akan terhambat.

42

Menurut Rulina (2010) potensi hasil asimilat (source) yang ditranslokasikan untuk

pembentukan umbi (sink) terbatas atau sebagian ditranslokasikan untuk

pertumbuhan batang, sehingga hasil asimilat yang digunakan untuk pembentukan

umbi kurang maksimal sehingga berpengaruh pada bobot umbi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembalikan batang pada umur 4 mst dan

8 mst memberikan pertumbuhan yang baik yang dapat dilihat pada peubah berat

berangkasan basah dan berat berangkasan kering. Hal ini sesuai dengan peryataan

Rahmiana dkk., (2015), pembalikan batang akan memperlancar laju fotosintesis

tanaman, karena stomata daun terletak di bagian bawah daun, sehingga apabila

dilakukan pembalikan batang maka diharapkan fotosintat yang dihasilkan juga

lebih banyak. Pembalikan batang akan menekan pemanjangan sulur yang berlebih

sehingga fotosintat yang dihasilkan tanaman akan lebih banyak ditransolakasikan

ke bagian umbi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pembalikan batang berpengaruh tidak

nyata pada peubah panjang sulur, jumlah cabang, jumlah umbi, bobot umbi,

jumlah akar, bobot akar, dan hasil umbi per petak. Pada pengamatan jumlah umbi

dan jumlah akar yang diamati hanya pada batang utama tidak pada batang

sekunder. Hasil jumlah umbi tertinggi pada perlakuan tanpa pembalikan batang

yaitu: 2,47 buah yang dapat dilihat pada (Tabel.3). Serta jumlah akar tertinggi

juga terdapat pada perlakuan tanpa pembalikan batang yaitu: 9,29 buah yang

dapat dilihat pada (Tabel.5).

43

Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan waktu

pembalikan batang berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati.

Hal ini diduga berbagai dosis pupuk kalium dan pembalikan batang belum mampu

menyediakan unsur hara dalam jumlah seimbang sehingga pertumbuhan dan hasil

tanaman belum maksimal. Menurut Reni dan Fentil (2001) dalam Sianturi dan

Ernita (2014), bahwa unsur hara N, P, K dan air saling berkaitan dalam

mempengaruhi perkembangan umbi tanaman. keterkaitan tersebut yaitu dalam

merangsang peningkatan fotosintesis agar pembentukan dan sintesis protein,

karbohidrat menjadi maksimal dan transportasi serta diferensiasi sel yang baik

menyebabkan cadangan makanan berupa pati dalam umbi menjadi maksimal.

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan berbagai dosis pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan tanaman ubi jalar. Dosis pupuk kalium 12,447 kg/ha

menghasilkan pertumbuhan tanaman ubi jalar tertinggi yang didukung oleh

peubah jumlah akar dan berat berangkasan basah.

2. Perlakuan waktu pembalikan batang berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan tanaman ubi jalar. Perlakuan tanpa pembalikan menghasilkan

pertumbuhan tanaman ubi jalar tertinggi yang ditunjukkan pada peubah berat

berangkasan basah. Pembalikan pada umur 4 MST dan 8 MST menghasilkan

pertumbuhan dan hasil pertumbuhan tanaman ubi jalar tertinggi pada peubah

berat berangkasan kering.

3. Tidak terdapat interaksi antara dosis pupuk kalium dengan waktu pembalikan

batang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman yang diamati.

45

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian yang serupa namun di tempat yang berbeda agar

mendapatkan daya adaptasi dilingkungan yang memiliki kesuburan berbeda untuk

melihat potensi hasilnya. Serta perlu dilakukan pembalikan batang dengan

frekuensi yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2016. Deskripsi Varietas Unggul

Ubi Jalar. Dalam website: http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id. Diakses

pada tanggal 23 November 2018.

Balitbang Kementerian Pertanian, 2011. Teknologi Produksi Kedelai, Kacang

Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu dan Ubi Jalar.

Bambang, H. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Ubi jalar pada

Berbagai Dosis K di Tanah Regosol. Thesis. Program Pascasarjana.

Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Deputi Menegristek. 2008. Ubi Jalar/Ketela Rambat (Ipomoea batatas). Kantor

Deputi Menegrestik Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp.

Jedeng, I. W. 2011. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Organik Terhadap

Pertumbuhan dan Hassil Ubi Jalar Var. Lokal Ungu. Thesis Program Pasca

Sarjana. Universitas Udayana. Bali.

Juanda, D., dan B. Cahyono. 2000. Ubi Jalar. Budidaya dan Analisis Usaha Tani.

Kanisius. Yogyakarta.

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Institut Pertanian

Bogor Press. Bogor.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Paturohman, E. dan Sumarno 2015. Pemupukan sebagai Penentu Produktivitas

Ubi Jalar. http://pangan.litbang.pertanian.go.id/files/04-EmanPaturohman-

2-2015.pdf. Diakses pada tanggal 22 November 2018

Paulus, J. M. 2006. Peranan Kalium Terhadap Kualitas Umbi Beberapa Varietas

Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam.). Eugenia.

Purwo. 2007. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta

47

Pusdati Kementan. 2016. Outlook Komuditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi

Jalar. ISSN : 1907 – 1507. Bidang Data Komoditas. Kementerian Pertanian

Republik Indonesia.

Rahmiana, E. A., Tyasmoro, S.Y., dan Suminarti, N. E. 2015. Pengaruh

Pengurangan Panjang Sulur dan Frekuensi Pembalikan Batang Pada

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Varietas

Madu Oranye. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.

Rina, D. 2015. Manfaat Unsur N, P, dan K Bagi Tanaman. Dalam website :

http://kaltim.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 23 November

2018.

Rukmana, 1997. Ubi Jalar. Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.

Rulina, Deka. 2010. Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk Kalim dan Macam Cara

Peletakan Stek Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar. Fakultas

Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Rosmarkam, A. dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.

Yogyakarta.

Sarwono, B. 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya. Jakarta

Sianturi, D.A,. Ernita. 2014. Penggunaan Pupuk KCl dan Bokasi Pada Tanaman

Ubi Jalar. Fakultas Pertanian. Universitas Islam Riau. Pekanbaru

Sutedjo, M.M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sutejo, 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

Wahyudi. 2011. Pengngaruh Pemupukan KCL Kedua dan Pemberian Jerami

Tehadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L. Lam)

Klon Ayamurashake. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Yasir, M dan Ariani, E. 2017. Pengaruh Pupuk Organik dan Pupuk KCl terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas Poir). Fakultas

Pertanian Universitas Riau.

48