REHABILITASI JARINGAN IRIGASI DI PELANGAN ...

32
Jurnal Ilmiah REHABILITASI JARINGAN IRIGASI DI PELANGAN KECAMATAN SEKOTONG KABUPATEN LOMBOK BARAT Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil Oleh : K ARDIANSYAH FIA 009 076 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MATARAM 2017

Transcript of REHABILITASI JARINGAN IRIGASI DI PELANGAN ...

Jurnal Ilmiah

REHABILITASI JARINGAN IRIGASI DI PELANGAN

KECAMATAN SEKOTONG KABUPATEN LOMBOK BARAT

Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

Oleh :

K ARDIANSYAH

FIA 009 076

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MATARAM

2017

REHABILITASI JARINGAN IRIGASI DI PELANGAN KECAMATAN SEKOTONG

KABUPATEN LOMBOK BARAT

(STUDI KASUS : DAERAH IRIGASI PELANGAN)

Ardiansyah1, Salehudin

2, Agustono Setiawan

2

1Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram 2Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

INTISARI

Sesuai dengan amanat dari Kepmen PU No. 390 Tahun 2007 Tentang Penetapan

Status Daerah Irigasi yang Pengelolaanya menjadi wewenang dan tanggung jawab

Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, kewenangan pengelolaan

irigasi yang diatur lebih lanjut melalui Kepmen PU No 293tahun 2014 tentang penetapan status

Daerah Irigasi yang Pengelolaannya Menjadi wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah,

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dari 20 Daerah Irigasi Kewenangan

kabupaten yang ada di kabupaten Lombok Barat, terdapat satu Daerah Irigasi yaitu Daerah Irigasi

Pelangan yang sampai saat ini tidak dapat berfungsi karena telah terjadi banyak kerusakan. akibat

dari tidak beroperasinya Daerah Irigasi di Pelangan maka areal Daerah Irigasi pelangan seluas 137

Ha tidak bisa mendapatkan air irigasi dan harus menggantungan air untuk pertanian dari air hujan.

Untuk melakukan Rehabilitasi Jaringan Irigasi di Pelangan perlu dilakukan survey

Lapangan untuk mengetahui kondisi eksisting jaringan Irigasi, kemudian menganalisis kebutuhan

air irigasi, merencanakan disain rehabilitasi jaringan Irigasi Pelangan dan menghitung Rencana

Anggaran Biaya (RAB) Jaringan Irigasi di Pelangan.

Berdasarkan Survey Lapangan, Kondisi Jaringan Irigasi Pelangan seluas 137Ha rusak

pada bangunan pelengkapnya seperti, saluran, bangunan bagi, gorong-gorong, bangunan terjun dan

bangunan ukur, Berdasarkan Perhitungan, Kebutuhan air Irigasi tebesar untuk Irigasi pelangan

adalah 1,29 lt/dt/ha terjadi pada awal tanam November 1 dengan pola tanam padi-padi + palawija-

palawija dengan kapasitas pengambilan 1,17 m3/dt.Berdasarkan perhitungan saluran, dimensi

bangunan primer (b) 0,50 m, (h) 0,60 m, (w) 0,20 m, (m) 1,00 m, bangunan sekunder (b) 0,40 m,

(h) 0,52 m (w) 0,20 m, (m) 1,00 m, dan bangunan tersier (b) 0,30 m, (h) 0,44 m, (w) 0,20 m (m)

1,00 m. Sedangkan dimensi bangunan bagi sadap (b) 0,70 m (h) 0,49 m (w) 0,20, dan bangunan

gorong-gorong (b) 0,30 m, (h) 0,24 m, (w) 0,20.Total Biaya Konstruksi Rehabilitasi Jaringan

Irigasi Pelangan sebesar Rp.6,926,480,000.00.

Kata kunci : Survey Lapangan, Kebutuhan Air Irigasi, Rencana Rehabilitasi, Rencana Anggaran

Biaya (RAB)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan amanat dari Kepmen PU No.

390 Tahun 2007 Tentang Penetapan Status

Daerah Irigasi yang Pengelolaanya Menjadi

Wewenang dan Tanggung Jawab

Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota, kewenangan

pengelolaan irigasi yang diatur lebih lanjut

melalui Kepmen PU No 293 tahun 2014 tentang

Penetapan Status Daerah Irigasi yang

Pengelolaannya Menjadi Wewenang dan

Tanggung Jawab Pemerintah, Pemerintah

Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kabupaten Lombok Barat, terdiri dari 20

Daerah irigasi kewenangan Kabupaten yang

terbagi dalam 3 Wilayah Kepengamatan yaitu

Pengamat Narmada, Pengamat Gunungsari dan

Pengamat Kediri.

Dari 20 Daerah irigasi Kewenangan kabupaten

yang ada di kabupaten Lombok Barat, terdapat

satu daerah irigasi yaitu Daerah Irigasi Pelangan

yang sampai saat ini tidak dapat berfungsi

karena telah terjadi banyak kerusakan-

kerusakan seperti, pintu pengatur hilang,

sedimentasi pada bangunan sadap di hulu/ hilir,

sedimentasi pada bangunan pembawa serta

sayap saluran dan bangunan ditumbuhi semak-

semak, kerusakan parah pada beberapa

bangunan talang dan bangunan bagi serta

banyak lagi kerusakan-kerusakan lainnya. akibat

dari tidak beroperasinya daerah Irigasi di

Pelangan maka areal daerah irigasi pelangan

seluas 108 Ha tidak bisa mendapatkan air irigasi

dan harus menggantungan air untuk pertanian

dari air hujan. Hal ini menyebabkan tingkat

produktivitas pertanian di Kecamatan Sekotong

juga menurun tajam. Melihat hal tersebut maka

dirasa perlu dan sangat dibutuhkan suatu

Perencanaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi

Pelangan sehingga nantinya diharapkan produk

perencanaan rehabilitasi Jaringan Irigasi

Pelangan ini bisa menjadi acuan dalam kegiatan

fisik rehabilitasi JaringanIrigasi Pelangan.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan yang ingin dicapai dari Skripsi ini

adalah :

1. Menginventarisir kondisi eksisting

sarana dan prasarana Jaringan Irigasi

di Pelangan?

2. MenghitungBerapakah kebutuhan Air

Irigasi di Pelangan ?

3. Merencanakan Detail Rehabilitasi

Jaringan Irigasi berdasarkan

persyaratan Teknis?

4. Menghitung Berapakah Rencana

Anggaran Biaya (RAB) Rehabilitasi

Jaringan Irigasi di Pelangan?

1.5 Batasan Masalah

Agar pembahasan lebih terarah maka

diperlukan batasan masalah untuk mencegah

melebarnya lingkup permasalahan. Adapun

batasan permasalahanya adalah sebagai berikut

:

1. Hanya Menginventarisir kerusakan –

kerusakan JaringanIrigasi saja.

2. Hanya merencanakan Rehabilitasi

Jaringan Irigasi seperti, Saluran,

Bangunan Bagi, Bangunan Sadap dan

bangunan pelengkap lainnya.

3. Tidak membahas masalah Bendung.

4. Menghitung Rencana Anggaran Biaya

(RAB)

2. DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Guntur (2012) melakukan penelitian

tentang menganalisis kebutuhan air di sawah

dengan ketersediaan di daerah irigasi batang

Anai serta merencanakan bangunan pelengkap

disepanjang saluran irigasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa berdasarkan grafik neraca

air dapat dikombinasikan : pada alternatif 1

terlihat kebutuhan bersih air di sawah

maksimum (Netto Field Requirement/ N.F.R)

sebesar 0,783 ltr/dtk/Ha, hasil dimensi

bangunan primer didapat dengan nilai (b) 1,50

m, (h) 0,80 m, (w) 0,20 m, (m) 1.50 m.

bangunan sekunder (b) 0,70 m, (h) 0,04 m, (w)

0,20 m, (m) 1 m. Bangunan Tersier (b) 0,55 m,

(h) 0,37 m, (w) 0,40 m, (m) 1 m. Sedangkan

bangunan pelengkap terdapat Sebanyak :

Bangunan bagi sadap sebanyak 1 lokasi,

bangunan sadap sebanyak 7 lokasi, bangunan

Terjun 1 Lokasi, bangunan talang 1 (satu)

lokasi, bangunan gorong-gorong 14 lokasi.

Imron (2012), melakukan penelitian

tentang kajian kebutuhan dan ketersediaan air

pada jaringan irigasi karangasem. Hasil

penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Nilai

Evapotranspirasi (Eto) terbesar bulan oktober

sebesar 5,474 mm/hari, sedangkan nilai Eto

terkecil pada bulan juni sebesar 3,392 mm/hari.

Consumtive Use (Etc) untuk tanaman padi pada

awal masa tanam (penyiapan lahan) merupakan

nilai Etc terbesar mendekat masa panen nilai

Etc akan menurun. Nilai Etc untuk tanaman padi

terbesar pada setengah bulan ke 1 dan 2 bulan

November sebesar 12,82 mm/hari sedangkan

nilai Etc untuk tanaman palawija terbesar pada

setengah bulan ke 2 bulan oktober sebesar 5,39

mm/hari. Curah hujan setengah bulanan rata-

rata terbesar pada setengah bualan 1 dan 2

bulan desember sebesar 340,00 mm/hari,

sedangkan curah hujan bulanan rata-rata

terkecil pada setengah bulan 1 dan 2 bulan

agustus sebesar 4,80 mm/hari. Kebutuhan air

total terbesar pada setengah bulan 1 dan 2

bulan November sebesar 3,14 mm/dtk,

sedangkan kebutuhan air total terkecil pada

setengah bulan ke 2 februari dan setengah

bualan ke 2 bulan juni serta setengah bulan ke 1

bulan Juli sebesar 0,00 m3/dtk. Ketersediaan

debit setengah bulanan rata-rata di intake per

bulan terbesar pada setengah bulan ke 1 bulan

februari sebesar 11,82 m3/dtk sedangkan

terkecil pada setengah bulan ke 1 pada bulan

oktober sebesar 1,51 m3/dtk. Dengan pola

tanam Padi-Padi (Varietes unggul FAO) –

Palawija ( Jagung), kebutuhan air di Daerah

Irigasi Pijenan masih dapat dilayani dengan

ketersediaan yang ada.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Evapotranspirasi

Peristiwa berubahnya air menjadi uap

dan bergeraknya dari permukaan tanah ke

udara disebut evaporasi (penguapan).Peristiwa

penguapan dari tanaman disebut transpirasi.Bila

kedua-duanya terjadi bersama-sama disebut

evapotranspirasi.

Jumlah kadar air yang hilang dari tanah oleh

transpirasi tergantung pada (Soemarto, 1986) :

1. Adanya persediaan air yang cukup (hujan

dan lain-lain),

2. Faktor-faktor iklim seperti suhu,

kelembaban dan lain-lain,

3. Tipe dan cara kultivasi tumbuh-

tumbuhan.

Evapotranspirasi merupakan faktor yang sangat

penting dalam studi pengembangan sumber

daya air dan sangat mempengaruhi debit

sungai, kapasitas waduk dan penggunaan

konsumtif (consumptive use) untuk tanaman.

2.2.2.1 Evapotranspirasi Terbatas

Evapotranspirasi terbatas adalah

evapotranspirasi aktual dengan

mempertimbangkan kondisi vegetasi dan

permukaan tanah serta frekuensi curah hujan.

Curah hujan (P) yang diambil yaitu curah hujan

bulanan dan jumlah hari hujan (n) = jumlah hari

hujan pada bulan yang bersangkutan.

Metode Penmann memberikan formulasi untuk

menghitung besarnya evapotranspirasi yaitu :

ETo = c [ W . Rn + (1-W). f(u). (ea-ed) ]

Dengan :

Eto : evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

W : faktor temperatur

Rn : radiasi bersih (mm/hari)

f(u) : faktor kecepatan angin

(ea-ed): perbedaan antara tekanan uap air

pada temperatur rata-rata

dengan tekanan uap jenuh air (mbar)

c :faktor perkiraan dari kondisi musim

2.2.3 Analisis Kebutuhan Air

Dalam penentuan kebutuhan air irigasi

untuk tanaman adalah tergantung pada

penentuan pola tanam, yang dibuat dengan

beberapa alternatif dimana untuk mendapatkan

debit yang efisien juga diatur pembagian

golongan yang sesuai

Perhitungan air irigasi tiap hektar didasarkan

atas faktor-faktor yang bisa mempengaruhi

kebutuhan air tanaman di sawah, faktor tersebut

antara lain kriteria perencanaan :

a. Penyiapan lahan b. Kebutuhan air tanaman c. Perkolasi dan infiltrasi d. Hujan Efektif 2.2.3.1 Kebutuhan Air Tanaman

Untuk perhitungan kebutuhan tanamam

akan air maka pelaksanaannya adalah dengan

membuat terlebih dahulu pola tanam dan

pelaksanaan perhitungan adalah dengan sistem

tabel, adapun kebutuhan air bersih tanaman

dihitung dengan rumus :

NFR = ET crop + P - Re + WLR

DR = NFR / E

dimana :

NFR = Kebutuhan air bersih lapangan (mm/hari). NFR = NFR (l/dt/ha). DR = Kebutuhan air di tempat pengambilan

(l/dt/ha) Selanjutnya untuk mengetahui nilai Etc

tanaman tertentu maka Eto dikalikan dengan

nilai Kc yakni koefisien tanaman yang

tergantung pada jenis tanaman dan tahap

pertumbuhan . nilai Kc tersedia untuk setiap

tanaman .

Etc = Kc x Eto

Dimana:

Etc= Consumtive Use Kc= Koefisien Tanaman Eto = Evapotranspirasi

2.2.3.2 Perkolasi dan infiltrasi

Infiltrasi merupakan proses masuknya air dari

permukaan tanah ke dalam tanah (daerah tidak

jenuh), sedangkan perkolasi adalah masuknya

air dari daerah tidak jenuh ke dalam daerah

jenuh, pada proses ini air tidak dimanfaatkan

oleh tanaman. Untuk tujuan perencanaan,

tingkat perkolasi standar 2,0 mm/hari, dipakai

untuk mengestimasi kebutuhan air pada daerah

produksi padi.

2.2.4 Analisis Hidrolika Saluran Irigasi

2.2.4.1 Kriteria Perencanaan Saluran

Pasangan

2.2.4.1.1 Rumus Aliran

Rumus aliran yang digunakan untuk menghitung

dimensi saluran pasangan adalah Rumus

Manning, yaitu :

V= (1/N) R2/3

I1/2

R=P

A

A= (b+mh)h

P= b+2h 13 m

Q= v A

Dimana :

Q = Debit saluran, m3/dt

v = Kecepatan aliran, m/dt A = Luas Potongan melintang saluran, m

2

R = Jari-jari hidrolis, m P = Keliling basah, m b = Lebar dasar, m h = Tinggi air, m I = Kemiringan energi (kemiringan saluran) k = Koefisien kekasaran Strikler, m

1/3/dt

m=Kemiringan talud (1 vertikal : m horisontal)

2.2.4.1.2 Debit Saluran (Q)

Debit rencana saluran dihitung dengan

menggunakan rumus umum :

e

ANFRcQ

..

Dimana :

Q = Debit rencana, l/dt

`c = koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan

NFR= Kebutuhan bersih (netto) air di sawah, m.l/dt.ha

A = Luas daerah yang diairi, Ha e = Efisiensi irigasi secara

keseluruhan

2.2.4.1.3 Kecepatan Aliran (v)

Kecepatan maksimum untuk aliran subkritis

dianjurkan pada :

Pasangan batu : 2 m/dt

Pasangan beton : 3 m/dt 2.2.4.1.4 Jari-jari hidrolis (R)

Agar belokan saluran yang sudah dilining tidak

menimbulkan perubahan aliran air, maka

lengkung jari-jari minimum saluran harus diambil

sekurang-kurangnya 3 kali lebar muka air

rencana.

2.2.4.1.5 Koefisien kekasaranStrikler (k)

Tabel 2.2 Koefisien Kekasaran Strikler (k) untuk

Saluran Irigasi Pasangan

Jenis pasangan k

(m1/3

/dt)

Pasangan batu 60

Pasangan beton 70

Pasangan tanah 35 – 45

Sumber : KP-03 Bagian Saluran

2.2.4.1.6 Kemiringan Talud (m)

Tabel 2.3 Harga- harga Kemiringan Talud Saluran Pasangan pada bermaca m- macam dasar Tanah

2.24.1.7 T

inggi Jagaan (w)

Jenis Tanah H < 0,75

m

0,75 m < h < 1,5 m

Lempung pasiran

Tanah pasiran kohesif

1 1

Tanah pasiran lepas 1 1,25

Geluh pasiran, lempung berpori

1 1,5

Tanah gambut lunak 1,25 1,5

Gambar 2.1 Penampang Saluran

Sumber : KP-03 Bagian Saluran

Tinggi Jagaan minimum yang digunakan pada

saluran pasangan sesuai dengan debit rencana

yang dialirkan dapat dilihat pada Tabel dibawah

ini:

Tabel.2.4 Tinggi Jagaan Untuk Saluran Pasangan

Q (m

3/dt)

Tanggul (F) M

Pasangan (Fl) M

< 0,5 0,40 0,20

0,5 – 1,5 0,50 0,20

1,5 – 5,0 0,60 0,25

5,0 – 10,0 0,75 0,30

10,0 – 15,0 0,85 0,40

>15,0 1,00 0,50

Sumber : KP-03 Bagian Saluran

2.2.4.2 Tahapan Perhitungan Saluran

V = k x R2/3

x I1/2

A = (b x m x h) x h

P = b + 2 x h 12 m

R =P

A

Q = v x A

Adapun desain hidraulik untuk saluran yang

ada, secara umum dapat mengikuti tahapan-

tahapan sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data pengukuran saluran

yang ada.

2. Menentukan kemiringan saluran

memanjang (i) berdasarkan hasil ukur long

section, sedangkan lebar dasar saluran (b)

dan kemiringan bagian dalam saluran (m),

berdasarkan hasil ukur cross section.

3. Menghitung debit rencana (Q)

4. Menentukan koefisien kekasaran Strikler

5. Menentukan kecepatan maksimum yang

diijinkan

6. Menghitung (A.R2/3

) dari persamaan

maksimum Strikler dengan menggunakan

Qrencana dan kemiringan memanjang yang

ada (I).

7. Menghitung dengan cara uji coba secara

berulang untuk mendapatkan kedalaman

aliran

8. Memeriksa V > Vmaks, dari (7), jika terlalu

besar pilihlah kemiringan rencana (1) yang

lebih kecil dan diulangi langkah (6) sampai

dengan (8), dan bila diperlukan

ditambahkan bangunan terjun untuk

memperkecil kemiringan dasar saluran (i)

9. Kontrol balik besarnya Q yang didapat

dengan menggunakan rumus Q = V x A.

Jika besarnya sudah sama atau mendekati

sama dengan nilai koreksi yang mendekati

nol, maka uji coba dapat dihentikan.

10. Memilih tinggi jagaan (w) saluran yang

dibutuhkan.

2.2.4.4 Gorong-Gorong

debit pada gorong-gorong dihitung dengan

menggunakan persamaan :

Q = μ A gz2

Dimana :

Q = debit (m3/dt)

μ = koefisien debit A = luas pipa (m2) g = percepatan gravitasi (9,8 m/dt2) z = kehilangan energi (m) Harga koefisien debit dapat dilihat pada Tabel berikut :

Gambar 2.3 Gorong- gorong

Gambar 2.2 Talang

Tabel 2.5 Nilai Koefisien Debit (μ)

Tinggi dasar di bangunan sama dengan di saluran

Tinggi dasar di bangunan lebih tinggi daripada di saluran

Sisi Μ Ambang Sisi Μ

Segi empat

Bulat

0,80

0,90

Segi empat

Bulat

Bulat

Segi empat

Segi empat

Bulat

0,72

0,76

0,85

Sumber : KP-03 Bagian Saluran

2.2.4.5 Bangunan Bagi

Rumus yang digunakan untuk menghitung debit

yang dialirkan adalah :

Q = μ b x a gxz2

Dimana :

Q = debit yang dialirkan (m3/dt) μ = koefisien debit (0,80) b = lebar bukaan (m) a = tinggi bukaan (m) g = percepatan gravitasi (9,8 m/dt) z = kehilangan tinggi energi (0,5-0,10 m)

3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Jaringan Irigasi di

Pelangan yang secara administrasi berada di

daerah Pelangan Kecamatan Sekotong Barat

Kabupaten Lombok Barat.

3.2 Pengumpulan Data

1. Peta yang terdiri dari peta topografi dan peta

daerah Irigasi di daerah Pelangan

2. Data Skema Jaringan Irigasi Primer dan

Sekunder

3. Data Luas Lahan Iirigasi

4. Data Hidrologi

5. Data Klimatologi

6. Data Curah Hujan

Data curah hujan yang digunakan adalah data

curah hujan selama 19 tahun (1996-2014) yang

diperoleh dari BWS (Balai Wilayah Sungai)

7. Data-Data Teknis Daerah Irigasi Pelangan.

8. Laporan-Laporan terdahulu yang dapat

memberikan data dan informasi mengenani

disain awal Jaringan Irigasi Pelangan dan

riwayat perkembangan.

3.3 Analisa Data

Adapunlangkah-langkah yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Curah Hujan setengah bulanan

selama kurun waktu 19 tahun

2. Analisis Data Klimatologi

Evapotranspirasi merupakan salah satu unsur

hidrologi yang sangat penting dalam

keseluruhan proses hidrologi, terutama dalam

perhitungan ketersediaan air Irigasi. Besarnya

Evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan

Gambar 3.1 Skema Jaringan Irigasi Pelangan

Gambar 2.6 Bangunan Bagi

Gambar 2.6 Bangunan Bagi

metode Penmann dengan memasukkan data-

data klimatologi yang ada.

3. Analisis Kebutuhan Air Tanaman

Analisis kebutuhan air tanaman bertujuan untuk

mengetahui banyaknya air yang dibutuhkan oleh

masing-masing tanaman.

4. Analisis Hidrolika Saluran Irigasi

Analisis hidrolika saluran bertujuan untuk

menghitung Kecepatan aliran, Debit saluran,

efisiensi irigasi, dan jari-jari hidrolis.

5. Mendisain Rehabilitasi Jaringan Irigasi.

6. Gambar Rencana

7. Menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB)

3.4 Bagan Alir Penelitian

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Eksisting DI Pelangan

Gambar 4.1 Skema Jaringan DI Pelangan

Hasil dari survey lapangan yang

dilakukan dapat dijelaskan mengenai

kondisi eksisting Jaringan Irigasi

Pelangan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Matrik Kondisi Eksisting

Jaringan Irigasi Pelangan

4.2 Analisis Hidrologi Dan

Klimatologi

4.2.1 Data Hujan

4.2.2 Uji Konsistensi Data Curah

Hujan

Salah satu cara yang dilakukan untuk

mendeteksi penyimpangan data hujan

adalah dengan metode RAPS (Rescaled

Adjusted Partial Sums). Metode RAPS

merupakan pengujian konsistensi

dengan menggunakan data dari stasiun

itu sendiri yaitu pengujian dengan

komulatif penyimpangan terhadap nilai

rata-rata dibagi dengan akar komulatif

rerata penyimpangan kuadrat terhadap

nilai reratanya (Sri Harto, 1993).

Persamaan umum yang digunakan

adalah:

n nQ / nR /

90% 95% 99% 90% 95% 99%

10 20 30 40 50

100 >100

1,05 1,10 1,12 1,13 1,14 1,17 1,22

1,14 1,22 1,24 1,26 1,27 1,29 1,36

1,29 1,42 1,46 1,50 1,52 1,55 1,53

1,21 1,34 1,40 1,42 1,44 1,50 1,62

1,28 1,43 1,50 1,53 1,55 1,62 1,75

1,38 1,60 1,70 1,74 1,78 1,86 2,00

Dy2

= n

) X - X ( 2n

1 i

i k =

1,2,3, … , n

Sk* =

2

1

k

i

i XX

Sk** =

2

*Sk

Dy

dengan:

n = banyak tahun Xi = data curah hujan ke- i

X = rata-rata curah hujan Sk*, Sk**, Dy = nilai statistik Nilai Statistik ( Q )

Q = **

0k

nkSmaks

Nilai Statistik ( R )

R = **

0

**

0min k

nkk

nkSSmaks

Dengan melihat nilai statistik di atas,

maka dicari nilai Q/√n dan R/√n. Hasil

yang diperoleh kemudian dibandingkan

dengan nilai kritis. Jika hasilnya lebih

kecil dari tabel, maka data masih dalam

batasan konsisten dan data dapat

digunakan. Nilai Q dan R dapat dilihat

pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Nilai n

Q dan

n

R

Sumber: Harto (2009:41)

Hasil pengujian konsistensi data hujan

dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.

Dari hasil pengujian konsistensi dapat

diketahui bahwa data hujan masih

dalam batasan konsisten sehingga data

tersebut dapat digunakan untuk analisis

selanjutnya.

Tabel 4.6 Uji Konsistensi Data Hujan Metode RAPS

n = 19

Dy = 23.32

Sk** maks = 2.26

Sk** min = -1.73

Q = | Sk** maks | = 2.26

R = Sk** maks - Sk** min = 3.99

Q/n 0.52 < 1.10 90% => Data Konsisten

Q/n 0.92 < 1.33 90% => Data Konsisten

Dari hasil uji konsistensi data

curah hujan dengan metode RAPS

dapat disimpulkan bahwa pos hujan

yang digunakan pada studi ini konsisten

atau memenuhi syarat berdasarkan nilai

kritis yang diijinkan untuk metode RAPS

Q/√ <Q/√ ijin 90 % serta R/√ <R/√

ijin 90% (pada Tabel 4.5).

4.2.3 AnalisisEvapotranspirasi

Besaran evapotranspirasi dihitung

memakai Metode Penman modifikasi

(FAO), dengan masukan data iklim

berikut: letak lintang, temperatur udara,

kelembaban relatif, kecepatan angin

dan lama penyinaran matahari.

Persamaan Penman dirumuskan

sebagai berikut:

ETo = c [ W . Rn + (1-W). f(u). (ea-ed)

]

dengan :

Eto : evapotranspirasi tanaman

(mm/hari)

W : faktor temperatur

Rn : radiasi bersih (mm/hari)

f(u) : faktor kecepatan angin

(ea-ed): perbedaan antara tekanan

uap air pada temperatur

rata-rata

dengan tekanan uap jenuh

air (mbar)

c :faktor perkiraan dari kondisi

musim

dengan :

W =y n

L

P0.386

L = 595 - 0.51 T

P = 1013 - 0.1055 E

= 2 (0.00738T+0.8072)T - 0.00116

Rn = Rns - Rn1

Rns = ( 1 - )Rs

Rs = ( 0.25 + 0.28 n/N ) Ra

Rn1 = f (r) f (ed) f(n/N) Ra

ed = ea Rh

ea = 33.8639 (( 0.00738 T + 0.8072

) 8 - 0.000019 (1.8 T + 48 ) +

0.001316 ))

c = 0.68 + 0.0095 Rh max +

0.018125 - 0.068 Ud + 0.013 Ur

+ 0.0097 Ud Ur + 0.43 10-4

Rh max Rs Ud

Ud =

U Ur

43.2 1 Ur

2

Ur =

Ud

Un

Analisis Evapotranspirasi metode

Penman (Modifikasi FAO) Daerah Irigasi

Pelangan untuk bulan Januari I adalah

sebagai berikut:

Diketahui : Elevasi rerata

D.Isekotong = + 361,49 m

Elevasi pos iklim

sekotong = 169 m

Suhu = 25,38˚C

Rh (%) = 97 %

= 249,76 km/hari

Tc (˚C) = T – 0,006 (361,49 –

169 = 24,23 ˚C

n/Nc (%) =

– 0,01 (361,49 –

169)

= 21,22 – 0,01 (361,49

– 169)=21 %

U2c = × ( Elv. Rerata

daerah irigasi/Elv. Sta. Klimatologi) (1/7)

= 249,76 × (169/361,49+2) (1/7)

= 223,87 km/hari

ea= ed × Rh

= 22,10 mbar

Beda tekanan uap = es-ea

=21,43- 20,87

=0,58

f (u) = 0,27 (

)

= 0,27 (

)

= 0,0010ed =Rh×ea)/100

= (97,42×22,10)/100

= 22,68 mbar

d = 2 × ( 0,00738 × Tc + 0,8072 )Tc

0,0016

= 2 × ( 0,00738 × 24,23++ 0,8072 )24,23

0,0016 = 1,47

W=d

d 0,386 1013-0,1055 10

595-0,510 Tc

=1,27

1,47 0,386 1013-0,1055 10

595-0,510 24,23

= 0,0009

f (T) = 11,25 × 1,0133Tc

= 11,25 × 1,013324,23

= 15,51

f (ea) = 0,34 – 0,044 × (ed0,5

)

= 0,34 – 0,044 × (22,680,5

)

= 0,11

f (n/N)= 0,10 + 0,90 × ( n/Nc ) / 100

= 0,10 + 0,90 × (21)/100

= 0,35

Del ( konstantan kemiringan tekanan

uap) / (del+ c)del= 1,47 jadi =>

1,47/(1,47+0,485)

= 0,75

c / (del + c) = 0,485/ (1,47 + 0,485)

=0,25

Angka Radiasi = 0,75×(328,41/58×(1-

0,25)

=3,19

Radiasi gelombang panjang netto

= 0,35×0,11 ×15,51×0,75

= 0,44

Angka perpindahan angin netto

= angka perpindahan angin ×c / (del + c)

= 0,25×0,0009

=0,0002

Jadi Eto ( mm/hari) =Angka Radiasi-

Radiasi gelombang panjang

netto+angka perpindahan angina netto

Jadi Eto ( mm/hari) = 3,19-0,44+0,0002

=2,75

Eto (mm/15 hari) = 2,75× 15

= 41,26

Dari hasil seluruh perhitungan

dari bulan Januari sampai dengan bulan

Desember diperoleh nilai Eto terbesar

pada bulan oktober I sebesar 4,66

mm/hari dan yang terkecil pada bulan

juni II sebesar 2.66 mm/hari. Hasil

perhitungan untuk seluruhnya dapat

dilihat pada Tabel 4.9.

4.2.4 Analisa Kebutuhan Air

Analisa Kebutuhan Airdimaksudkan

untuk menentukan besarnya kebutuhan

air untuk irigasi dan air minum

penduduk. Sehingga akan dapat

dilakukan simulasi operasional waduk

untuk dalam rangka optimasi embung.

Banyaknya air yang diperlukan oleh

tanaman pada suatu petak sawah

dinyatakan dalam persamaan berikut

(KP Irigasi, 1986) :

NFR = LP + ETc + P + WLR

– Re

dengan :

NFR =kebutuhan air di sawah (mm/hari)

LP =kebutuhan air untuk pengolahan

lahan (mm/hari)

ETc =kebutuhan air tanaman (consumptive

use), mm/hari

WLR =penggantian lapisan air (mm/hari)

P =perkolasi (mm/hari)

Re = curah hujan efektif (mm/hari)

Contoh perhitungan kebutuhan air Irigasi

awal tanam Nopember I untuk pola

tanam Padi – Padi+ Palawija-Palawija

adalah sebagai berikut:

Evapotranspirasi (Eto)

= 4,66 mm/hari

Evapotranspirasi selama penyiapan

lahan (Eo) = 1,1 × Eto

= 5,12 + 2,00

= 7,12 mm/hari

k = M × (T/S)

= 7,12 × (30/250)

= 0,85 mm/hari

Jangka waktu penyiapan lahan (T)

= 30 hari

Kebutuhan air penyiapan lahan (S)

= Penjenuhan + Lapisan Air

= 200 + 50 = 250 mm

Bilangan alam (e)

= 2,718

Penyiapan lahan (LP)

=

=

=12,41 mm/hari

Curah hujan efektif (R80) = 18,0

mm/hari

Curah hujan efektif padi (Reff)= 0,84

mm/hari

Curah hujan efektif palawija (Reff)

= 3,06 mm/hari

Penggantian lapisan air= 3,33 mm/hari

Penggantian lapisan air rerata (WLR)

= Penggantian lapisan air / 2

= 3,33 / 2

= 1,67 mm/hari

Koefisien tanaman Padi (C1)

= 1,10

Koefisien rerata Padi

=

=

= 1,10

Koefisien tanaman palawija (C2)

= 0,40

Koefisien rerata palawija

=

=

= 0,20

Penggunaan konsumtif Padi (ETC1)

(Untuk Desember I)

= 3,73 x 0,55

= 2,05 mm/hari

Penggunaan konsumtif palawija

(ETC2)(Untuk Maret II)

=Eto x Koefisien rerata plj.

=4,05x 0,81

= 3,28 mm/hari

NFR Padi = Etc + WLR + LP + P – Reff (Untuk Nopember.I) = 5,79 mm/hari NFR palawija = Etc – Reff P alawija (Untuk Mei II)

= 4,18 mm/hari

Kebutuhan air di sawah untuk padi

= NFR padi x 8,64

(Untuk nopember I)

= 0,67 lt/dt/ha

Kebutuhan air di sawah untuk palawija

= NFR palawija x 0,116

(Untuk Mei II)

= 0,14 lt/dt/ha

Kebutuhan air di intake untuk padi (DR)

=

(Untuk Nopember I)

= 1,03 lt/dt/ha

Kebutuhan air di intake untuk palawija

(DR) =

(Untuk Mei I)

= 0,74 lt/dt/ha

Dari hasil optimasi didapatkan awal

tanam terpilih yakni november 1 dengan

DR maksimum sebesar 1.29 lt/dt/ha,

luas areal irigasi 137.00 ha dengan

kapasitas pengambilan 0.18 m3/dt

1.29 lt/dt/ha

137

0.18 m3/dt

DR terpilih

Luas Areal

Kapasitas debit

4.3 Rehabilitasi Saluran Irigasi DI Pelangan

4.2.1 Perhitungan Rehab Saluran

Irigasi DI Pelangan

Perhitungan dimensi saluran dijelaskan

sebagai berikut:

Contoh perhitungan saluran INTAKE-

BP.1

Panjang saluran (l) : 60.50 m

Luas sawah (L) : 137.00 ha

q saluran (DR) : 1.29 lt/dt/ha

Q saluran : 0.18 m3/dt

Koef. Strikler (k) : 60.00

Kemiringan saluran (I) : 0.0005

Kemiringan talud (m) : 1

Lebar saluran : 0.50 m

Tinggi jagaan (fb) : 0.20 m

Perhitungan

Q = VA

A =(b x mh)h

A =(0.50 x 1x0.40)x0.40 = 0.362 m2

V =2

13

2

SRK

V = 60.00 x R2/3

*0.00051/2

R = A/p (p= keliling basah)= 0.362/p

P = b+2h 12 m

= 0.5+2x0.40 112 = 1.635 m

R = A/P = 0.362/1.635= 0.312 m

V =2

13

2

SRK

= 60 x 0.3122/3

*0.00051/2

= 0.491 m/det < 3.0 m/dt (Aman)

Q = VA

0.18 m3/det = 0.362 m

2 x 0.491 m/det

0.18 m3/det = 0.18 m

3/det Oke….

4.2.2 Skema Jaringan Irigasi

Skema jaringan irigasi DI Pelangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini

4.2.3 Bangunan Bagi

Perhitungan

Perhitungan dimensi bangunan bagi

dijelaskan sebagai berikut:

Contoh perhitungan Bangunan BP.1

Gambar 4.15 Skema Jaringan Irigasi Pelangan

Data:

Dimensi saluran

Q = 0.177 m3/dt

b = 0.700 m

h = 0.495 m

fb = 0.200 m

Dimensi bangunan bagi/sadap

z = 0.334 x 0.495 = 0.165 m

μ = 0.8

b = 0.500 m

h1 = 32

71.1 xb

Q

= 32

70.071.1

177.0

x =

0.279 m

a = 5.0)81.92( xhxxbx

Q

=

5.0)495.081.92(70.080.0

177.0

xxxx = 0.101 m

d = h-h1 = 0.495 – 0.279 =

0.216 m

Elv.1 = Elv.2 – fb = 13.555 – 0.200 =

13.355 m

Elv.2 = 52.00 + h + fb = 12.86 + 0.495

+ 0.20 = 13.555

Elv.3 = Elv. 1- h = 13.555 – 0.495 =

12.860 m

Elv.4 = Elv. 5 – fb = 13.190 + 0.200 =

13.390 m

Elv.5 = Elv. 1 – z = 13.355 – 0.165 =

13.190 m

Elv.6 = Elv. 3 – z = 12.860 – 0.165 =

12.695 m

Elv.7 = Elv. 3 – 0.300 = 12.860 –

0.300 = 12.560

Elv.8 = Elv. 1 – h1 = 13.355 – 0.279 =

13.076 m

Perhitungan dimensi bangunan bagi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.17 dan 4.18

4.2.5 Gorong-gorong perhitungan Data: Dimensi saluran Q = 0.057 m3/dt b = 0.30 m h = 0.24 m fb = 0.20 m Dimensi gorong-gorong K = 60.00 L = 4.00 m I = 0.0008 R = 2b+h = (2x0.30) + 0.24 = 0.84 m A = b x h = 0.30 x 0.24 = 0.07 m2

C = K (A/R)^1/6 = 60.00

(0.07/0.84)^1/6 = 39.91

V = C x (RI)^0.5 = 39.91 (0.84 x

0.0008) ^0.5 = 1.04 m/dt

67.024.081.9

04.1

gh

VFr

Q = A x V = 0.07 x 1.04 = 0.076

m3/dt

Kehilangan energy

DHf = (1.042 x 4.00)/(39.91

2 x 0.84)

= 0.0032

Dhmasuk = (0.25 x (1.04 - 1)2)/(2 x 9.8) =

0.00002

Dhkeluar = (0.50 x (1.04 - 1)2)/(2 x 9.8) =

0.00003

Perhitungan dimensi bangunan gorong-

gorong selengkapnya dapat dilihat pada

tabel 4.20

4.3 Menghitung Rencana Anggaran

Biaya (RAB)

Tabel 4.22. Rekapitulasi Rencana

Anggaran BiayaRehabilitasi

DI Pelangan

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan Survey, Kondisi

Jaringan Irigasi Pelangan seluas 137

rusak parah pada bangunan

pelengkapnya seperti, saluran,

bangunan bagi, gorong-gorong,

bangunan terjun dan bangunan ukur,

oleh karena itu dirasa sangat perlu

untuk direhabilitasi.

2. Berdasarkan Perhitungan,

Kebutuhan air Irigasi tebesar untuk

Irigasi pelangan adalah 1,29 lt/dt/ha

terjadi pada awal tanam November 1

dengan pola tanam padi-padi +

palawija-palawija dengan kapasitas

pengambilan 1,17 m3/dt. Sementara

kebutuhan air terkecil 0,21 lt/dt/ha.

3. Berdasarkan perhitungan saluran,

dimensi bangunan primer (b) 0,50 m,

(h) 0,60 m, (w) 0,20 m, (m) 1,00 m,

bangunan sekunder (b) 0,40 m, (h)

0,52 m (w) 0,20 m, (m) 1,00 m, dan

bangunan tersier (b) 0,30 m, (h) 0,44

m, (w) 0,20 m (m) 1,00 m.

Sedangkan dimensi bangunan bagi

sadap (b) 0,70 m (h) 0,49 m (w) 0,20,

dan bangunan gorong-gorong (b)

0,30 m, (h) 0,24 m, (w) 0,20.

4. Total Biaya Konstruksi Rehabilitasi

Jaringan Irigasi Pelangan sebesar

Rp.6,926,480,000.00.

5.2. Saran

Selain kesimpulan yang telah dijabarkan

diatas, beberapa saran diperlukan guna

mendapatkan hasil yang lebih baik pada

perencanaan Rehabilitasi Jaringan

Irigasi Pelangan. Dari itu penulis

memberikan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Banyak sekali kerusakan pada

Jaringan Irigasi Pelangan, maka dari itu

partisipasi masyarakat sangat

dibutuhkan terutama masyarakat

setempat untuk menjaga dan

memelihara Jaringan Irigasi pelangan.

2. Diharapkan dengan adanya

perencanaan Rehabilitasi Jaringan

Irigasi Pelangan ini, dapat memberikan

masukan kepada Instansi terkait untuk

bisa ditindaklanjuti, sehingga areal

Irigasi Pelangan Dapat berfungsu

kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986 Standar Perencanaan

IrigasiKP-01, subdit

perencanaan Teknis Dirjen

Pengairan

Anonim. 1986 Standar Perencanaan

IrigasiKP-03, subdit

perencanaan Teknis Dirjen

Pengairan

Anonim. 1986 Standar Perencanaan

IrigasiKP-04, subdit

perencanaan Teknis Dirjen

Pengairan

Anonim, 2014, Undang-undang no.7

tahun 2014, Tentang Sumber

Daya Air, Sekretariat Negara,

Jakarta

Anonim, 2014 Peraturan Menteri

Republik Indonesia nomor: P.

61/Menhut II/ 2014. Tentang

Pedoman Monitoring dan

Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai.

Imror, 2012. Kajian kebutuhan dan keter

sediaan air pada Jaringan Irigas

Karang Asem.Muhammadiyah

Yogyakarta.

Mahendra, 2015.pengaruh ketersediaan

debit air terhadap pola tanam

daerah irigasi tibunangka di

kecamatan praya timur

kabupaten lombok tengah,

Universitas Mataram

Mawardi, E, 2007, Desain Hidraulik Ban

gunan Irigasi, Alfabeta,

Bandung.

Subarkah, I. 1980. Hidrolika untuk

Perencanaan Banguna Air. Idea

Dharma. Bnadung :

Triatmodjo, B., 1998, Hidrologi Terapan,

Beta Offset,Yogyakarta.

Triatmodjo, B., 1994. Hidrolika II. Beta

Offset, Yogyakarta.