REFRAR ANXIETY
Transcript of REFRAR ANXIETY
REFRAT
ANXIOUS DISORDER
Pembimbing :
dr. Henny Riana, Sp.KJ (K)
Disusun oleh :
Muhammad Rifai 1102009190
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Jiwa
Rumah Sakit Bhayangkara tk.I R.S. Sukanto-Jakarta
1
2 Anxious disorder]
Periode: 3 Agustus 2015 – 9 September 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Kecemasan merupakan pengalaman emosional yang
berlangsung singkat dan merupakan respon yang wajar, pada
saat individu menghadapi tekanan atau peristiwa yang
mengancam kehidupannya.
Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah ‘’anxiety
neurosis’’. Kata anxiety diambil dari kata ‘’angst” yang
berarti ‘’ketakutan yang tidak–perlu’’ . Pada mulanya Freud
mengartikan kecemasan (anxietas) sebagai transformasi
lepasnya ketegangan seksual yang menumpuk melalui sistem
saraf otonom dengan menggunakan saluran pernafasan. Kemudian
kecemasan ini diartikan sebagai perasaan takut atau khawatir
yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi.
Dapat pula diartikan sebagai suatu respon terhadap situasi
yang berbahaya. Kecemasan merupakan pengalaman yang bersifat
subjektif, tidak menyenangkan, tidak menentu, menakutkan dan
mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau ancaman
bahaya, dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau
reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik.
2 KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu
respons mental dan fisik terhadap situasi yang menakutkan
dan mengancam. Secara mendasar lebih merupakan respon
fisiologis ketimbang respon patologis terhadap ancaman.
Sehingga orang cemas tidaklah harus abnormal dalam perilaku
mereka, bahkan kecemasan merupakan respon yang sangat
diperlukan. Ia berperan untuk menyiapkan orang untuk
menghadapi ancaman (baik fisik maupun psikologik). Perasaan
cemas atau sedih yang berlangsung sesaat adalah normal dan
hampir semua orang pernah mengalaminya
Menurut DSM-IV yang termasuk gangguan kecemasan adalah
gangguan panik dengan dan tanpa agorafobia, agorafobia tanpa
riwayat gangguan panik, fobia spesifik dan sosial, gangguan
obsesif-kompulsif, gangguan stres pascatraumatik, gangguan
stress akut, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan
kecemasan karena kondisi medis umum, gangguan kecemasan
akibat zat dan gangguan kecemasan yang tidak ditentukan,
termasuk gangguan kecemasan-depresif campuran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH
2.1.1 DEFINISI
3
4 Anxious disorder]
Gangguan anxietas menyeluruh (Generalized Anxiety
Disorder, GAD) merupakan kondisi gangguan yang ditandai
dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak
rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai
peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir
sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan
berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan
otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan
sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan
yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.4
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan
khawatir yang berlebihan tentang peristiwa-peristiwa
kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk
khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat
menyebabkan timbulnya stres dan mengganggu aktivitas sehari-
hari, pekerjaan dan kehidupan sosial.4
Pasien dengan GAD biasanya mempunyai rasa risau dan
cemas yang berlanjut dengan ketegangan motorik, kegiatan
autonomik yang berlebihan, dan selalu dalam keadaan siaga.
Beberapa pasien mengalami serangan panik dan depresi.4
2.1.2 EPIDEMIOLOGI
Angka prevalensi untuk gangguan anxietas menyeluruh 3-
8%, dengan prevalensi pada wanita > 40 tahun sekitar 10%.
4 KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Onset
penyakit biasanya muncul pada usia pertengahan hingga dewasa
akhir, dengan insidens yang cukup tinggi pada usia 35-45
tahun. GAD merupakan gangguan kecemasan yang paling sering
ditemukan pada usia tua. 5,6
2.1.3 ETIOLOGI
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan faktor yang
diduga menyebabkan terjadinya gangguan anxietas menyeluruh.
Teori-teori tersebut antara lain :
Kontribusi Ilmu Psikologi
Tiga teori utama psikologis yaitu psikoanalitik,
perilaku, dan eksistensial telah memberikan kontribusi teori
tentang penyebab kecemasan. Teori masing-masing memiliki
kegunaan baik konseptual dan praktis dalam mengobati
gangguan kecemasan.3
1. Teori psikoanalitik
Meskipun Freud awalnya diyakini bahwa kecemasan
berasal dari penumpukan fisiologis libido, ia akhirnya
merumuskan kembali kecemasan sebagai sinyal adanya
bahaya di bawah sadar. Menanggapi sinyal ini, ego
digunakan sebagai mekanisme pertahanan untuk mencegah
pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima yang
muncul ke dalam kesadaran. Dari perspektif
5
6 Anxious disorder]
psikodinamik, tujuan terapi tidak diperlukan untuk
menghilangkan kecemasan, tapi untuk meningkatkan
toleransi kecemasan, yaitu kemampuan untuk mengalami
kecemasan dan menggunakannya sebagai sinyal untuk
menyelidiki konflik yang mendasari yang telah
menciptakannya. Kecemasan muncul sebagai respon
terhadap berbagai situasi selama siklus hidup. 3
Sumber lain dari kecemasan melibatkan anak yang
takut kehilangan cinta atau persetujuan orang tua.
Seringkali, sebuah wawancara psikodinamik dapat
menjelaskan tingkat kecemasan yang dialami seorang
pasien. Beberapa kecemasan jelas berkaitan dengan
konflik pada beberapa tingkat perkembangan yang
bervariasi.3
2. Teori Perilaku
Teori-teori perilaku adalah respon terkondisi
terhadap rangsangan lingkungan tertentu. Dalam model
pengkondisian klasik, seorang gadis dibesarkan oleh
seorang ayah yang kasar, misalnya, dapat menjadi cemas
segera setelah ia melihat ayahnya yang kasar. Dalam
model pembelajaran sosial, seorang anak dapat
mengembangkan respon kecemasan dengan meniru kecemasan
di lingkungan, seperti orang tua cemas.3
3. Teori eksistensial
6 KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
Teori kecemasan eksistensial menyediakan model
untuk kecemasan umum, di mana tidak ada stimulus khusus
yang diidentifikasi untuk rasa cemas yang sifatnya
kronis. Kekhawatiran eksistensial tersebut dapat
meningkat sejak pengembangan senjata nuklir dan
bioterorisme.3
Teori kognitif-perilaku
Penderita GAD berespon secara salah dan tidak tepat
terhadap ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif
terhadap hal-hal yang negative pada lingkungan, adanya
distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat
negative terhadap kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.4,7
Teori Genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan
genetik pasien GAD dan gangguan Depresi Mayor pada pasien
wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama penderita
GAD juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian
pada pasangan kembar didapatkan angka 50% pada kembar
monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik.4,7
Kontribusi Ilmu Biologi
1. Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom menyebabkan gejala
tertentu contoh pada sistem kardiovaskular (misalnya,
7
8 Anxious disorder]
takikardia), otot (misalnya, sakit kepala), pencernaan
(misalnya, diare), dan pernapasan (misalnya,
takipnea).3
2. Neurotransmitter
Tiga neurotransmitter utama yang terkait dengan
kecemasan dengan dasar dari studi hewan dan tanggapan
terhadap terapi obat adalah norepinefrin (NE),
serotonin, dan gama-ainobutyric acid (GABA). Salah satu
eksperimen untuk mempelajari kecemasan adalah tes
konflik, di mana hewan secara bersamaan disajikan
dengan rangsangan yang positif (misalnya makanan) dan
negatif (misalnya, sengatan listrik). Anxiolytic
narkoba (misalnya benzodiazepin) cenderung
memfasilitasi adaptasi hewan untuk situasi ini,
sedangkan obat lain (misalnya, amfetamin) lebih lanjut
mengganggu respon perilaku hewan.3
3. Norepinefrin
Gejala kronis yang dialami oleh pasien dengan
gangguan kecemasan, seperti serangan panik, insomnia,
terkejut, dan hyperarousal otonom, merupakan
karakteristik fungsi noradrenergik yang meningkat. Itu
teori umum tentang peranan norepinefrin pada gangguan
kecemasan dimana pasien yang terkena mungkin memiliki8 KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
sistem noradrenergik yang buruk. Badan sel dari sistem
noradrenergik terutama terlokalisasi pada lokus
seruleus di pons rostral, dan mereka memproyeksikan
akson mereka ke korteks otak, sistem limbik, batang
otak, dan sumsum tulang belakang. Percobaan pada
primata telah menunjukkan bahwa stimulasi dari lokus
seruleus menghasilkan respon ketakutan pada hewan dan
bahwa ablasi dari daerah yang sama atau sama sekali
menghambat menghambat kemampuan hewan untuk membentuk
respon ketakutan.3
Studi pada manusia telah menemukan bahwa pada
pasien dengan gangguan panik, agonis reseptor
adrenergik (misalnya, isoproterenol [Isuprel]) dan
adrenergik antagonis reseptor (misalnya, yohimbine
[Yocon]) dapat memicu serangan panik yang sering dan
cukup parah. Sebaliknya, clonidine (Catapres), sebuah
beta 2-reseptor agonis, mengurangi gejala kecemasan
dalam beberapa situasi eksperimental dan terapeutik.
Temuan yang kurang konsisten adalah bahwa pasien dengan
gangguan kecemasan, terutama gangguan panik, memiliki
cairan serebrospinal tinggi (CSF) atau tingkat urin
metabolit noradrenergik 3-metoksi-4-hydroxyphenylglycol
(MHPG).3
4. Serotonin
9
10 Anxious disorder]
Identifikasi jenis reseptor serotonin telah
mendorong pencarian untuk peran serotonin dalam
patogenesis gangguan kecemasan. Berbagai hasil test
pada stres akut menunjukkan omset 5-hidroksitriptamin
(5-HT) yang meningkat pada korteks prefrontal,
amigdala, dan hipotalamus lateral. Kepentingan dalam
hubungan ini pada awalnya didorong oleh pengamatan
bahwa antidepresan serotonergik memiliki efek terapi
dalam beberapa gangguan kecemasan misalnya,
clomipramine (Anafranil) di OCD. Efektivitas buspirone
(BuSpar), suatu serotonin 5-HT1A agonis reseptor, dalam
pengobatan gangguan kecemasan juga menunjukkan
kemungkinan adanya hubungan antara serotonin dan
kecemasan. Badan sel neuron serotonergik kebanyakan
terletak di inti raphe di batang otak dan sel – sel
yang menuju ke korteks, sistem limbik (khususnya
amigdala dan hippocampus), dan hipotalamus. Beberapa
laporan menunjukkan bahwa meta-chlorophenylpiperazine
(MCPP), obat serotonergik, dan fenfluramine (Pondimin),
yang menyebabkan pelepasan serotonin, menyebabkan
kecemasan meningkat pada pasien dengan gangguan
kecemasan, dan banyak laporan menunjukkan bahwa
serotonergik halusinogen dan stimulansia misalnya, asam
diethylamide lysergic (LSD) dan 3,4-
methylenedioxymethamphetamine (MDMA) terkait dengan10
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
perkembangan gangguan kecemasan akut dan kronis pada
orang yang menggunakan obat ini.3
5. GABA
Peran GABA pada gangguan kecemasan sebagai contoh
penggunaan golongan benzodiazepin, yang meningkatkan
aktivitas GABA pada jenis reseptor GABA A (GABAA),
dalam pengobatan beberapa jenis gangguan kecemasan.
Meskipun potensinya rendah, benzodiazepin adalah obat
yang paling efektif untuk mengatasi gejala dari
gangguan kecemasan umum, potensi tinggi obat – obat
golongan benzodiazepin, seperti alprazolam (Xanax), dan
clonazepam efektif dalam pengobatan gangguan panik.
Sebuah antagonis benzodiazepin, flumazenil (Romazicon),
menyebabkan serangan panik sering berat pada pasien
dengan gangguan panik. Data ini telah membawa para
peneliti berhipotesis bahwa beberapa pasien dengan
gangguan kecemasan memiliki fungsi abnormal dari
reseptor GABAA mereka, meskipun hubungan ini belum
terbukti secara langsung.3
6. Hipotalamus-hipofisis-adrenal Axis
Bukti yang konsisten menunjukkan bahwa banyak
bentuk stres psikologis meningkatkan sintesis dan
pelepasan kortisol. Kortisol berfungsi untuk
memobilisasi dan untuk melengkapi penyimpanan energi
dan kontribusi untuk gairah meningkat, kewaspadaan,
11
12 Anxious disorder]
perhatian terfokus, dan pembentukan memori;
penghambatan pertumbuhan dan sistem reproduksi, dan
penahanan dari respon kekebalan. Sekresi kortisol yang
berlebihan dan berkelanjutan dapat memiliki efek
samping yang serius, termasuk hipertensi, osteoporosis,
imunosupresi, resistensi insulin, dislipidemia,
dyscoagulation, dan, akhirnya, aterosklerosis dan
penyakit kardiovaskular.3
7. Corticotropin-releasing hormone (CRH)
Salah satu mediator yang paling penting dari
respon stres, CRH mengkoordinasikan perubahan perilaku
dan fisiologis adaptif yang terjadi selama
stres.Tingkat CRH di hipotalamus meningkat pada orang
dengan stres, mengakibatkan aktivasi dari sumbu HPA dan
meningkatkan pelepasan kortisol dan
dehydroepiandrosterone (DHEA). CRH juga menghambat
berbagai fungsi neurovegetative, seperti asupan
makanan, aktivitas seksual, dan program endokrin untuk
pertumbuhan dan reproduksi.3
8. Aplysia
Sebuah model neurotransmitter untuk gangguan
kecemasan berdasarkan pada studi Aplysia di
californica, yang dilakukan oleh pemenang Hadiah Nobel
12
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
Eric Kandel. Aplysia adalah siput laut yang bereaksi
terhadap bahaya dengan menghindar, menarik diri ke
dalam cangkangnya. Perilaku ini dapat dikondisikan
secara klasik, sehingga siput merespon stimulus netral
seolah-olah itu stimulus berbahaya. Siput juga bisa
menjadi peka dengan guncangan acak, sehingga
menunjukkan respon walaupun dengan tidak adanya bahaya
nyata. Aplysia klasik dikondisikan menunjukkan
perubahan terukur dalam fasilitasi presynaptic,
sehingga terjadi peningkatan pelepasan jumlah
neurotransmitter. Meskipun siput laut adalah hewan
sederhana, karya ini menunjukkan pendekatan
eksperimental untuk proses neurokimia kompleks yang
berpotensi terlibat dalam gangguan kecemasan pada
manusia.3
9. Neuropeptida Y
Neuropeptide Y (NPY) adalah asam amino peptida,
yang merupakan salah satu peptida yang paling berlimpah
ditemukan di otak mamalia.Bukti yang menunjukkan
keterlibatan amigdala dalam efek ansiolitik NPY yang
kuat, dan mungkin terjadi melalui reseptor NPY-Y1. NPY
memiliki efek regulasi counter pada sistem CRH dan LC-
NE di lokasi otak yang penting dalam ekspresi
kecemasan, ketakutan, dan depresi.3
10. Galanin
13
14 Anxious disorder]
Galanin adalah polipeptida yang pada manusia
ditemukan mengandung 30 asam amino. Galanin telah
terbukti terlibat dalam sejumlah fungsi fisiologis dan
perilaku, termasuk belajar dan memori, mengontrol rasa
sakit, asupan makanan, kontrol neuroendokrin, regulasi
kardiovaskular, dan terakhir kecemasan. Sebuah galanin
immunoreactive padat serat sistem yang berasal dari LC
innervasi otak depan dan struktur otak tengah, termasuk
hippocampus, hipotalamus, amigdala, dan korteks
prefrontal.3
2.1.4 GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dinilai dari 2 hal, yaitu gejala somatik dan
gejala psikologik.
1. Gejala somatik4,7
• Gemetar
• Nyeri punggung dan nyeri kepala
• Ketegangan otot
• Napas pendek, hiperventilasi
• Mudah lelah, sering kaget
14
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
• Hiperaktivitas otonomik (wajah merah dan pucat,
takikardia, palpitasi, tangan rasa dingin, diare, mulut
kering, sering kencing)
• Parestesia
• Sulit menelan
2. Gejala psikologik4,7
• Rasa takut yang berlebihan dan sulit untuk
dikontrol
• Sulit konsentrasi
• Insomnia
• Libido menurun
• Rasa mual di perut
• Hipervigilance (siaga berlebih)
Gangguan anxietas menyeluruh juga memiliki pengaruh
terhadap tekanan darah. Ada dua faktor yang paling
berpengaruh pada tekanan darah, yaitu curah jantung (cardiac
output) dan tahanan perifer (peripheral resistance).
Anxietas akan merangsang respon hormonal dari hipotalamus
yang akan mengsekresi CRF ( Cortisocoprin- Releasing Factor)
yang menyebabkan sekresi hormon-hormon hipofise. Salah satu
dari hormon tersebut adalah ACTH (Adreno- Corticotropin
Hormon). Hormon tersebut akan merangsang korteks adrenal
15
16 Anxious disorder]
untuk mengsekresi kortisol ke dalam sirkulasi darah.
Peningkatan kadar kortisol dalam darah akan mengakibatkan
peningkatan renin plasma, angiotensin II dan peningkatan
kepekaan pembuluh darah terhadap katekolamin, sehingga
terjadi peningkatan tekanan darah dan sebagai pusat dari
system saraf otonom. Sistem ini terbagi atas sistem simpatis
dan sistem parasimpatis. Pada anxietas terjadi sekresi
adrenalin berlebihan yang menyebabkan peningkatan tekanan
darah, sedanngkan pada anxietas yang sangat berat dapat
terjadi reaksi yang dipengaruhi oleh komponen parasimpatis
sehingga akan mengakibatkan penurunan tekanan darah dan
frekuensi denyut jantung. Pada kecemasan yang kronis, kadar
adrenalin terus meninggi, sehingga kepekaan terhadap
rangsangan yang lain berkurang dan akan terlihat tekanan
darah meninggi. Pada gangguan anxietas menyeluruh yang
terutama berperan adalah neurotransmiter serotonin. Pada
saat ini telah diidentifikasi tiga reseptor serotonin, yaitu
: 5-hidroksitriptamin 1 (5-HT1), 5-HT2 dan 5-HT3. Menurut
Kabo reseptor 5-HT1 bersifat sebagai inhibitor, sedangkan
reseptor 5-HT2 dan reseptor 5-HT3 bersifat sebagai
eksitator. Menurut Gothert, aktivasi reseptor 5-HT1 akan
mengurangi kecemasan sedangkan aktivasi reseptor 5-HT2 akan
meningkatkan tekanan darah.8
2.1.5 DIAGNOSIS
16
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
Kriteria diagnostik gangguan anxietas menyeluruh menurut
DSM IV-TR :9
a. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang
timbul hampir setiap hari, sepanjanghari, terjadi selama
sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau
kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)
b. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya
c. Kecemasan atau kekhawatiran disertai tiga atau lebih
dari enam gejala berikut ini (dengan sekurangnya beberapa
gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi
selama enam bulan terakhir). Catatan : hanya satu nomor
yang diperlukan pada anak:
1. Kegelisahan
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur,
atau tidur gelisah, dan tidakmemuaskan)
d. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada
gangguan aksis I, misalnya kecemasan atau ketakutan
17
18 Anxious disorder]
adalah bukan tentang menderita suatu serangan panik
(seperti pada gangguan panik), merasa malu pada situasi
umum (seperti pada fobia sosial), terkontaminasi (seperti
pada gangguan obsesif kompulsif), merasa jauh dari rumah
atau sanak saudara dekat (seperti gangguan anxietas
perpisahan), penambahan berat badan (seperti pada
anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik berganda
(seperti pada gangguan somatisasi), atau menderita
penyakit serius (seperti pada hipokondriasis) serta
kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi semata-mata
selama gangguan stres pasca trauma.
e. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan
penderitaan yang bermakna secara klinis, atau gangguan
pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
f. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek
fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya
penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum
(misalnya hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata
selama suatu gangguan mood, gangguan psikotik, atau
gangguan perkembangan pervasif.
Penegakan diagnosis gangguan anxietas menyeluruh berdasarkan
PPDGJ-III sebagai berikut:10
18
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
• Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer
yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja
(sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
• Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur
berikut :
(a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti
di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dan sebagainya);
(b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran,
tidak dapat santai); dan
(c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan,
berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan
lambung, pusing kepala, mulut kering dan sebagainya).
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan
untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan
somatic berulang yang menonjol.
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk
beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan
diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-),
gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif
(F42.-).
19
20 Anxious disorder]
2.1.6 DIAGNOSIS BANDING
Gangguan anxietas menyeluruh perlu dibedakan dari
kecemasan akibat kondisi medis umum maupun gangguan yang
berhubungan dengan penggunaan zat. Diperlukan pemeriksaan
medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan
tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan adanya
intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia, kondisi
putus zat atau obat seperti alkohol, hipnotik-sedatif dan
anxiolitik.4
Kelainan neurologis, endokrin, metabolik dan efek samping
pengobatan pada gangguan panik harus dapat dibedakan dengan
kelainan yang terjadi pada gangguan anxietas menyeluruh.
Selain itu, gangguan anxietas menyeluruh juga dapat
didiagnosis banding dengan fobia, gangguan obsesif-
kompulsif, hipokondriasis, gangguan somatisasi, dan gangguan
stres post-trauma.4
2.1.7 PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
a. Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian
benzodiazepine dimulai dengan dosis terendah dan
ditingkatkan sampai mencapai respons terapi.
20
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
Pengguanaan sediaan dengan waktu paruh menengah dan
dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang
tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata 2-6
minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-
2 minggu. Spektrum klinis Benzodiazepin meliputi efek
anti-anxietas, antikonvulsan, anti-insomnia, dan
premedikasi tindakan operatif. Adapun obat-obat yang
termasuk dalam golongan Benzodiazepin antara lain :11
• Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari;
injeksi = 5-10 mg (im/iv), broadspectrum
• Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10
mg/hari, broadspectrum
• Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari, dosis
anti-anxietas dan anti-insomnia. Lebih efektif sebagai
anti-anxietas, untuk pasien-pasien dengan kelainan
hati dan ginjal.
• Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari, , dosis
anti-anxietas dan anti-insomnia berjauhan (dose-
related), lebih efektif sebagai anti-anxietas,
psychomotor performance paling kurang terpengaruh,
untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang masih ingin
tetap aktif.
21
22 Anxious disorder]
• Bromazepam, dosis anjuran 3x 1,5 mg/hari, , dosis
anti-anxietas dan anti-insomnia berjauhan (dose-
related), lebih efektif sebagai anti-anxietas.
• Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari,
efektif untuk anxietas tipe antisipatorik, “onset of
action” lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti-
depresi.
b. Non-benzodoazepin (Buspiron)
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron
lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif
disbanding gejala somatik. Tidak menyebabkan
withdrawal. Dosis anjuran 2-3x 10 mg/hari.
Kekurangannya adalah, efek klinisnya baru terasa
setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD
yang sudah menggunakan Benzodiazepin tidak akan
memberikan respon yang baik dengan Buspiron. Dapat
dilakukan penggunaan bersama antara Benzodiazepin
dengan Buspiron kemudian dilakukan tapering
Benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi
Buspiron sudah mencapai maksimal.11
2. Psikoterapi
a. Terapi kognitif perilaku
22
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa
pola pemikiran manusia terbentuk melalui proses
rangkaian stimulus-kognisi-respon, dimana proses
kognisi akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan
bagaimana manusia berpikir, merasa dan bertindak.
Terapi kognitif perilaku diarahkan kepada modifikasi
fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan
menekankan peran otak dalam menganalisa, memutuskan,
bertanya, berbuat dan memutuskan kembali. Dengan
mengubah arus pikiran dan perasaan, klien diharapkan
dapat mengubah tingkah lakunya, dari negatif menjadi
positif.Tujuan terapi kognitif perilaku ini adalah
untuk mengajak pasien menentang pikiran (dan emosi)
yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang
bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah
yang dihadapi. Pendekatan kognitif mengajak pasien
secara kangsung mengenali distorsi kognitif dan
pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara
langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan
behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.6,11
b. Terapi suportif
Pasien diberikan re-assurance dan kenyamanan, digali
potensi-potensi yang ada dan belum tampak, didukung
egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam
fungsi sosial dan pekerjaannya.6
23
24 Anxious disorder]
c. Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengajak pasien ini untuk mencapai
penyingkapan konflik bawah sadar, menilik egostrength,
relasi objek, serta keutuhan self pasien. Dari
pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita
sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh mana pasien
dapat diubah untuk menjadi lebih matur, bila tidak
tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat
beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.6
2.1.8 PROGNOSIS
Gangguan anxietas menyeluruh merupakan suatu keadaan
kronis yang mungkin berlangsung seumur hidup. Prognosis
dipengaruhi oleh usia, onset, durasi gejala dan perkembangan
komorbiditas gangguan cemas dan depresi. Terjadinya beberapa
peristiwa negatif dalam kehidupan dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya gangguan cemas menyeluruh. Menurut
definisinya, gangguan kecemasan umum adalah suatu keadaan
kronis yang mungkin seumur hidup. Sebanyak 25% penderita
akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami
gangguan depresi mayor.4
24
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
2.2 GANGGUAN PANIK
2.2.1 DEFINISI
Gangguan panik ditandai dengan terjadinya serangan
panik yang spontan dan tidak diperkirakan. Serangan panik
adalah periode kecemasan dan ketakutan yang kuat dan relatif
singkat (biasanya kurang dari satu tahun), yang disertai
oleh gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan takipnea.
Frekuensi pasien dengan gangguan panik mengalami serangan
panik adalah bervariasi dari serangan multiple dalam satu
hari sampai hanya beberapa serangan selama setahun.
2.2.2 EPIDEMIOLOGI
Penelitian epidemiologi telah melaporkan prevalensi
seumur hidup untuk gangguan panik adalah 1,5-5% dan untuk
serangan panik adalah 3-5,6%. Sebagai contohnya, satu
penelitian terakhir pada lebih dari 1.600 orang dewasa yang
dipilih secara acak di Texas menemukan bahwa angka
prevalensi seumur hidup adalah 3,8% untuk gangguan panik,
5,6% untuk serangan panik dan 2,2% untuk serangan panik
dengan gejala yang terbatas yang tidak memenuhi kriteria
diagnostik lengkap
Jenis kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena
dibandingkan laki-laki. Faktor sosial satu-satunya yang
dikenali berperan dalam perkembangan gangguan panik adalah
riwayat perceraian atau perpisahan yang belum lama. Gangguan
25
26 Anxious disorder]
paling sering berkembang pada dewasa muda, usia rata-rata
timbulnya adalah kira-kira 25 tahun, walaupun dapat
berkembang pada setiap usia.
2.2.3 ETIOLOGI
Faktor Biologis
Gejala gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan biologis di dalam struktur otak dan fungsi otak.
Beberapa penelitian telah menghasilkan hipotesis yang
menyebabkan disregulasi sistem saraf perifer dan pusat di
dalam patofisiologi gangguan panik. Sistem saraf otonomik
dapat menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi
secara lambat terhadap stimuli yang berulang, dan berespon
secara berlebihan terhadap stimuli yang sedang.
Sistem neurotransmitter utama yang terlibat adalah
norepinefrin, serotonin, dan gammaaminobutyric acid (GABA).
Faktor Genetika
Angka prevalensi tinggi pada anak dengan orang tua yang
menderita gangguan panik. Berbagai penelitian telah
menemukan adanya peningkatan resiko gangguan panik sebesar
4-8 kali lipat pada sanak saudara derajat pertama pasien
dengan gangguan panik dibandingkan dengan sanak saudara
26
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik
lainnya. Demikian juga pada kembar monozigot.
Faktor Psikososial
Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa kecemasan
adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku
modeling orang tua atau melalui proses pembiasan klasik.
Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai
akibat dari pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan
impuls yang menyebabkan kecemasan. Apa yang sebelumnya
merupakan suatu sinyal kecemasan ringan menjadi suatu
perasaan ketakutan yang melanda, lengkap dengan gejala
somatik.
Peneliti menyatakan bahwa serangan panik kemungkinan
melibatkan arti bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan
bahwa patogenesis serangan panik mungkin berhubungan dengan
faktor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi psikologis.
2.2.4 GEJALA KLINIS
27
28 Anxious disorder]
Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang
kuat dan relatif singkat dan disertai gejala somatik. Suatu
serangan panik secara tiba-tiba akan menyebabkan minimal 4
dari gejala-gejala somatik berikut:
1. Palpitasi
2. Berkeringat
3. Gemetar
4. Sesak napas
5. Perasaan tercekik
6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
7. Mual dan gangguan perut
8. Pusing, bergoyang, melayang atau pingsan
9. Derealisasi atau depersonalisasi
10. Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
11. Rasa takut mati
12. Parestesi atau mati rasa
13. Menggigil atau perasaan panas.
Serangan panik sering dimulai dengan periode gejala
yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental
utama adalah ketakutan yang kuat dan suatu perasaan ancaman
kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan
sumber ketakutannya.
2.2.5 DIAGNOSIS
28
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ
III)
Gangguan Panik baru ditegakkan sebagai diagnosis
utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas
fobik
Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya
beberapa kali serangan anxietas berat (severe attacks
of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu
bulan:
a. Pada keadaan-keadaan diamna sebenarnya secara
objektif tidak ada bahaya;
b. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui
atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable
situations);
c. Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-
gejala anxietas pada periode di antara serangan-
serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat
terjadi juga “anxietas antisipatorik”, yaitu
anxietas yang terjadi setelah membayangkan
sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi).
2.2.6. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk seorang pasien dengan gangguan
panik adalah sejumlah gangguan medis dan juga gangguan
mental. Untuk gangguan medis misalnya infark miokard,
hipertiroid, dan hipoglikemia. Sedangkan diagnosis banding
29
30 Anxious disorder]
psikiatri untuk gangguan panik adalah pura-pura, gangguan
buatan, fobia sosial dan spesifik, gangguan stress pasca
traumatik,dan gangguan depresi.
2.2.7 PENATALAKSANAAN
Respon yang lebih baik terhadap pengobatan akan terjadi jika
penderita memahami bahwa penyakit panik melibatkan proses
biologis dan psikis. Obat-obatan dan terapi perilaku
biasanya bisa mengendalikan gejala-gejalanya. Selain itu,
psikoterapi bisa membantu menyelesaikan berbagai
pertentangan psikis yang mungkin melatarbelakangi perasaan
dan perilaku cemas
a. Farmakoterapi
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan
panik adalah obat anti depresi dan obat anti cemas:
1. SSRI ( Serotonin Selective Reuptake Inhibitors), terdiri atas
beberapa macam dapat dipilih salah satu dari
sertralin, fluoksetin, fluvoksamin, escitalopram,
dll. Obat diberikan dalam 3-6 bulan atau lebih,
tergantung kondisi individu, agar kadarnya stabil
dalam darah sehingga dapat mencegah kekambuhan
30
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
2. Alprazolam; awitan kerjanya cepat, dikonsumsi
biasanya antara 4-6 minggu, setelah itu secara
perlahan-lahan diturunkan dosisnya sampai akhirnya
dihentikan. Jadi setelah itu dan seterusnya, individu
hanya minum golongan SSRI
b. Psikoterapi
Terapi Relaksasi
Terapi ini bermanfaat meredakan secara relatif cepat
serangan panik dan menenangkan individu, namun itu dapat
dicapai bagi yang telah berlatih setiap hari. Prinsipnya
adalah melatih pernafasan (menarik nafas dalam dan lambat,
lalu mengeluarkannya dengan lambat pula), mengendurkan
seluruh otot tubuh dan mensugesti pikiran ke arah
konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai. Dalam proses
terapi, dokter akan mebimbing secara perlahan-lahan, selama
20-30 menit. Setelah itu, individu diminta untuk
melakukannya sendiri di rumah setiap hari.
Terapi Kognitif Perilaku
Pasien diajak bersama-sama melakukan restrukturisasi
kognitif, yaitu membentuk kembali pola perilaku dan pikiran
yang irasional dan menggantinya dengan yang lebih rasional.
Terapi berlangsung 30-45 menit.
Psikoterapi Dinamik
31
32 Anxious disorder]
Pasien diajak untuk lebih memahami diri dan
kepribadiannya, bukan sekedar menghilangkan gejalanya
semata. Pada psikoterapi ini, biasanya pasien lebih banyak
berbicara, sedangkan dokter lebih banyak mendengar. Terapi
ini memerlukan waktu panjang, dapat berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun. Hal ini tentu memerlukan kerjasama yang baik
antara individu dengan dokternya, serta kesabaran kedua
belah pihak.
2.2.8 PROGNOSIS
Walaupun gangguan panik merupakan penyakit kronis,
namun penderita dengan fungsi premorbid yang baik sertai
durasi serangan yang singkat bertendensi untuk prognosis
yang lebih baik.
2.3. FOBIA
2.3.1 DEFINISI
Fobia berasal dari bahasa Yunani yaitu Fobos yang
berarti ketakutan. Fobia adalah suatu ketakutan yang tidak
irasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari objek,
aktifitas / situasi yang ditakuti. Reaksi fobia menyebabkan
gangguan pada kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam32
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
kehidupannya. Fobia dibedakan dalam tiga jenis menurut jenis
objek atau situasi ketakutan yaitu agorafobia, fobia
spesifik, dan fobia sosial.
Fobia spesifik adalah suatu rasa takut yang kuat dan
persisten pada suatu objek atau situasi. Fobia sosial
disebut juga gangguan kecemasan sosial adalah rasa takut
yang berlebihan terhadap penghinaan dan rasa malu dalam
berbagai lingkungan sosial.
2.3.2 EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 5 – 10 % dari seluruh populasi mengalami
gangguan ini. Gangguan yang ditimbulkan dari fobia, apabila
tidak dihiraukan, dapat menyebabkan munculnya gangguan cemas
lainnya, gangguan depresi, dan gangguan yang berhubungan
dengan penggunaan obat terlarang dan alkhohol.
Fobia spesifik lebih sering dijumpai dibandingkan
dengan fobia sosial. Gangguan ini paling sering dialami
perempuan dan kedua tersering pada pria. Prevalensi 6 bulan
fobia spesifik berkisar antara 5 – 10 / 100 orang. Rasio
wanita berbanding laki – laki adalah 2 : 1, walaupun rasio
untuk fobia terhadap darah, injeksi dan cedera berkisar
antara 1 : 1. Puncak onset fobia spesifik darah-suntikan-
sakit berkisar antara 5 – 9 tahun. Sedangkan puncak onset
fobia situasional berkisar pada umur 20. Umumnya objek
penyebab rasa takut adalah hewan, badai, ketinggian,
penyakit, cedera, dan kematian.
33
34 Anxious disorder]
Prevalensi untuk fobia sosial berkisar antara 3 – 13 %.
Untuk prevalensi 6 bulannya berkisar antara 2 – 3 / 100
orang dimana kaum perempuan lebih sering mengalami fobia
sosial dibandingkan pria, namun pada studi klinis seringkali
ditemukan kebalikannya. Puncak onset fobia sosial adalah
pada masa remaja, namun berkisar antara usia 5 hingga 35
tahun.
2.3.3 ETIOLOGI
Prinsip-prinsip umum pada fobia terdiri dari faktor
psikoanalitik dan faktor perilaku.
Faktor Psikoanalitik
Teori Sigmund Freud menyatakan neurosis fobik,
merupakan penjelasan analitik untuk fobia spesifik dan fobia
sosial. Rasa cemas adalah sinyal untuk menyadarkan ego,
bahwa dorongan terlarang di alam bawah sadar yang akan
memuncak dan untuk menyadarkan ego untuk melakukan mekanisme
pertahanan melawan daya insting yang mengancam. Fobia
merupakan hasil konflik yang terpusat pada masalah masa
kanak-kanak yang tidak terselesaikan. Jika tindakan represi
untuk mencegah cemas gagal, sistem ego seseorang akan
mengaktifkan mekanisme pertahanan yang berupa “mengalihkan”
( displacement ), dimana masalah yang tidak selesai dari masa
kanak-kanak akan dialihkan kepada objek atau situasi yang
34
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
memiliki kemampuan untuk membangkitkan rasa cemas. Objek
atau situasi tersebut menjadi simbol dari masalah yang
dahulu dialaminya ( Symbolization ).
Mekanisme pertahanan ego terhadap rasa cemas terdiri
dari tiga hal, yakni represion, displacement, dan symbolization.
Sehingga rasa cemas tersebut teratasi dengan membentuk
phobic neurosis.
Pada agoraphobia atau erythrophobia, rasa cemas diduga
datang dari rasa malu yang mempengaruhi superego. Setiap
orang dilahirkan dengan tingkat temperamen yang berbeda yang
menyebabkan mereka dapat menangani stimuli stress dari luar
dengan cara yang berbeda. Dalam memunculkan fobia,
diperlukan tingkat stress yang cukup, seperti kekerasan
dalam rumah tangga, terkucilkan dari kehidupan sosial sampai
kehilangan orang yang dicintai.
Faktor Perilaku
John B. Watson memiliki hipotesis mengenai fobia,
dimana fobia muncul dari rasa cemas dari stimuli yang
menakutkan yang muncul bersamaan dengan stimuli kedua yang
bersifat netral. Jika dua stimuli dihubungkan bersamaan,
stimuli netral tersebut bisa membangkitkan kecemasan oleh
dirinya sendiri. Contohnya pada seseorang yang fobia dengan
kucing, dahulu ia pernah dicakar oleh kucing, dimana cakaran
tersebut merupakan stimuli yang menakutkan, sedangkan kucing
tersebut merupakan stimuli yang netral, namun karena stimuli
35
36 Anxious disorder]
tersebut muncul secara bersamaan, sehingga kucing tersebut
juga menjadi stimuli yang menakutkan.
Teori pembebasan perilaku menyatakan , kecemasan adalah
dorongan yang memotivasi organisme melakukan perilaku
tertentu untuk menghilangkan pengaruh yang menyakitkan.
Teori ini dapat diaplikasikan pada fobia spesifik terhadap
situasi tertentu atau fobia sosial, dengan contoh dimana
seseorang dapat menghindari berbicara didepan khayalak
ramai. Organisme belajar, dengan tindakan tertentu dapat
menghilangkan stimulus yang mendatangkan kecemasan
Penghindaran tersebut menjadi gejala yang stabil karena
efektif dalam melindungi seseorang dari kecemasan fobik
Berikut ini etiopatogenesis fobia spesifik dan fobia
sosial :
Fobia Spesifik
Pembentukan fobia spesifik muncul karena proses
pemasangan objek spesifik atau situasi tertentu dengan
perasaan takut dan panik. Kecenderungan nonspesifik untuk
merasakan takut dan cemas membentuk efek back group,
misalnya pada suatu keadaan tertentu seperti mengemudi bila
dihubungkan dengan kecelakaan, akan menyebabkan seseorang
mengalami asosiasi permanen antara mengemudi dengan
kecelakaan. Mekanisme asosiasi lain antara objek fobik dan
36
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
emosi fobik adalah modelling, dimana seseorang mengamati
reaksi orang lain dan pengalihan informasi, seseorang
diperingati tentang bahaya tertentu misalnya ular berbisa
Hasil studi menemukan jikalau seseorang dengan fobia
spesifik tersebut memiliki anggota keluarga tingkat satu
memiliki fobia dengan jenis yang sama. Sehingga faktor
genetik juga memiliki peran dalam fobia spesifik, contohnya
pada fobia terhadap darah-suntikan-sakit yang tampak nyata
terkait dengan keluarga.
Fobia Sosial
Penelitian melaporkan jika beberapa anak kemungkinan
memiliki faktor keturunan berdasarkan inhibisi perilaku yang
konsisten. Hal ini cukup sering pada anak-anak dengan orang
tua yang memiliki gangguan serangan panik, dan mungkin
berkembang menjadi pemalu yang parah saat dewasa. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh lingkungan didikan keluarga yang
tertutup, kurang perduli, dan terlalu protektif mengenai
anak mereka. Beberapa hal kecil dapat menjadi indikator dari
sifat seseorang, seperti seseorang yang berkuasa mungkin
cenderung berjalan dengan dagu terangkat dan melakukan
kontak mata, dibandingkan dengan seseorang yang dikalahkan
sering berjalan dengan kepala tertunduk dan jarang melakukan
kontak mata.
Secara spesifik, penggunaan obat antagonis reseptor β-
adrenergik ( propanolol ) untuk fobia kinerja contohnya
37
38 Anxious disorder]
berbicara di depan publik. Seseorang dengan fobia kinerja
biasanya melepaskan lebih banyak norepinephrine atau
epinephrine, secara sentral maupun perifer, dibandingkan
orang-orang non-fobik, atau orang-orang tersebut lebih
sensitif terhadap stimulasi kadar adrenergik yang normal.
Pengamatan bahwa mono amine oxidase inhibitor (MAOI) yang
lebih efektif dibandingkan obat-obatan tricylcic pada terapi
fobia sosial menyeluruh, diduga jikalau aktivitas
dopaminergik berhubungan dengan patogenesis gangguan fobia
sosial.
Faktor genetik diduga memiliki keterkaitan dengan fobia
sosial. Anggota keluarga tingkat pertama pada seseorang
dengan gangguan fobia memiliki kecenderungan untuk mengalami
fobia sosial sebanyak tiga kali lebih sering dibandingkan
dengan yang tidak.
2.3.4. GEJALA KLINIS
Fobia ditandai oleh kesadaran akan kecemasan yang berat
ketika pasien terpapar situasi atau objek spesifik. DSM-IV-
TR menyatakan bila serangan panik dapat terjadi pada pasien
38
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
dengan fobia spesifik atau fobia sosial, namun mereka sudah
mengetahui kemungkinan terjadinya serangan panik tersebut.
Paparan terhadap stimulan tertentu dapat mencetuskan
terjadinya serangan panik.
Seseorang yang memiliki fobia akan menghindari stimulus
fobianya, bahkan sampai pada taraf yang berlebihan.
Contohnya seorang pasien fobia mungkin menggunakan bus
untuk bepergian jarak jauh daripada pesawat terbang.
Seringkali, pasien dengan gangguan fobia juga memiliki
masalah dengan gangguan penggunaan zat-zat terlarang sebagai
upaya pelarian mereka dari rasa cemas tersebut. Selain itu,
diperkirakan sepertiga dari seluruh pasien fobia juga
memiliki keadaan depresif yang berat.
Pada pemeriksaan status mental ditandai dengan adanya
ketakutan yang irasional dan ego-distonik terhadap situasi,
aktifitas atau objek tertentu. Pasien umumnya menceritakan
bagaimana cara mereka menghindari stimulus tersebut. Umumnya
pasien dengan fobia juga memiliki gejala depresi.
2.3.5. DIAGNOSA
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM-IV-
TR)
Fobia Spesifik
Revisi keempat dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders ( DSM-IV-TR ), menggunakan isitilah fobia spesifik
39
40 Anxious disorder]
untuk dicocokkan dengan hasil revisi kesepuluh dari
International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems
( ICD-10 ).
DSM-IV-TR 300.29 FOBIA SPESIFIK
A. Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atautidak beralasan, ditandai oleh adanya atau antisipasidari suatu obyek atau situasi spesifik (misalnya, naikpesawat terbang, ketinggian, binatang, mendapatsuntikkan, melihat darah).
B. Pemaparan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan responkecemasan segera, dapat berupa serangan panik yangberhubungan dengan situasi atau predisposisi olehsituasi.
Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikandengan menangis, tantrum, diam membeku, atau melekat eratmenggendong.
C. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atautidak beralasan .
Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidakditemukan
D. Situasi fobik dihindari atau kalau dihadapi adalah dengan
40
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
kecemasan atau dengan penderitaan yang jelas.
E. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaandalam situasi yang ditakuti secara bermakna mengganggurutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau akademik), atauaktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atauterdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasipaling sedikit 6 bulan.
G. Kecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobikdihubungkan dengan objek atau situasi spesifik tidaklebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, sepertiGangguan Obsesif-Kompulsif (misalnya,seseorang takutkotoran dengan obsesi tentang kontaminasi), GangguanStres pascatrauma (misalnya,penghindaran stimulus yangberhubungan dengan stresor yang berat0, Gangguan CemasPerpisahan (misalnya,menghindari sekolah), Fobia Sosial(misalnya,menghindari situasi sosial karena takut merasamalu), Gangguan Panik dengan Agorafobia, atau AgorafobiaTanpa Riwayat Gangguan Panik.
Sebutkan tipe :
Tipe Binatang
Tipe Lingkungan Alam (misalanya, ketinggan, badai, air)
Tipe Darah, Injeksi, Cedera
Tipe Situasional (misalnya, pesawat udara, elevator,tempat tertutup)
Tipe Lainnya (misalnya, ketakutan tersedak, muntah,atau mengidap penyakit ; pada anak-anak, ketakutan padasuara keras atau karakter bertopeng).
41
42 Anxious disorder]
Dalam table ini, kriteria A dan B telah disebutkan
didalam DSM-IV-TR untuk memberikan kemungkinan jika suatu
pajanan terhadap stimulus fobia dapat mencetuskan serangan
panik. Kontras dengan gangguan serangan panik, serangan
panik pada fobia spesifik sangat terikat dengan stimulus
penyebabnya. Fobia darah-suntikan-sakit dibedakan dari fobia
yang lain karena didapatkan respon yang berbeda dari fobia
tersebut, yaitu hipotensi yang disusul dengan bradikardi.
Penegakan diagnosa fobia spesifik juga harus difokuskan pada
benda yang menjadi stimulus fobia. Berikut di bawah ini
adalah contoh fobia spesifik yakni :
Acrophobia Takut akan ketinggian
Agoraphobia Takut akan tempat
terbuka
Ailurophobia Takut akan kucing
Hydrophobia Takut akan air
Claustrophobia Takut akan tempat
tertutup
Cynophobia Takut akan anjing
42
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
Mysophobia Takut akan kotoran dan
kuman
Pyrophobia Takut akan api
Xenophobia Takut akan orang yang
asing
Zoophobia Takut akan hewan
Fobia Sosial
Menurut DSM-IV-TR untuk fobia sosial dinyatakan bahwa fobia
sosial dapat diikuti dengan serangan panik. DSM-IV-TR juga
menyertakan untuk fobia sosial yang bersifat menyeluruh yang
berguna untuk menentukan terapi, prognosis, dan respon terhadap
terapi. DSM-IV-TR menyingkirkan diagnosa fobia sosial bila gejala
yang timbul merupakan akibat dari penghindaran sosialisasi karena
rasa malu dari kelainan mental atau non-mental.
DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Social Phobia
A. Ketakutan yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebihsituasi sosial atau memperlihatkan perilaku dimana orangbertemu dengan orang asing atau kemungkinan diperiksaoleh orang lain. Ketakutan bahwa ia akan bertindak dengancara (atau menunjukkan gejala kecemasan) yang akanmenghinakan atau memalukan.
Catatan : pada anak-anak, harus terbukti adanya kemampuansesuai usianya untuk melakukan hubungan sosial dengan
43
44 Anxious disorder]
orang yang telah dikenalnya dan kecemasan hanya terjadidalam lingkungan teman sebaya, bukan dalam interaksidengan orang dewasa.
B. Pemaparan dengan situasi sosial yang ditakuti hampirselalu mencetuskan kecemasan, dapat berupa seragan panikyang berhubungan dengan situasi atai dipredisposisi olehsituasi.
Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikandengan menangism tantrumm diam membeku, atau bersembunyidari situasi sosial dengan orang asing.
C. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atautidak beralasan.
Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidakditemukan
D. Situasi sosial atau memperlihatkan perilaku dihindariatau kalau dihadapi adalah dengan kecemasan atau denganpenderitaan yang jelas
E. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaandalam situasi yang ditakuti secara bermakna mengganggurutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau akademik), atauaktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atauterdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasipaling sedikit 6 bulan.
G. Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena efekfisiologis langsung dari zat (misalnya, penyalahgunaanzat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum dan tidaklebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain
44
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
( misalnya, Gangguan Panik Dengan atau Tanpa Agorafobia,Gangguan Cemas Perpisahan, Gangguan Dismorfik Tubuh,Gangguan Perkembangan Pervasif, atau Gangguan KepribadianSkizoid).
H. Jika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguanmental dengannya misalnya takut adalah bukan gagap,gemetar pada penyakit Parkinson, atau memperlihatkanperilaku makan abnormal pada Anoreksia Nervosa atauBulimia Nervosa.
Sebutkan Jika :
Menyeluruh : jika ketakutan termasuk situasi yang palingsosial (juga pertimbangkan diagnosis tambahan GangguanKepribadian Menghindar)
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ)
Agorafobia
Semua kriteria ini harus dipenuhi untuk :
a. Gejala psikologis/otonomik yang timbul harus merupakan
manifestasi primer dari anxietas dan bukan merupakan
gejala lain yang sekunder seperti waham atau pikiran
obsesif.
b. Anxietas yang timbul harus terutama terjadi dalam
sekurang-kurangnya dua dari situasi berikut :
• Banyak orang
• Tempat-tempat umum
45
46 Anxious disorder]
• Bepergian keluar rumah
• Bepergian sendiri
c. Menghindari situasi fobik harus/sudah merupakan
gambaran yang menonjol
Fobia Khas (Terisolasi)
Semua kriteria yang dibawah ini untuk diagnosis :
a. Gejala psikologis atau otonomik harus merupakan
manifestasi primer dari anxietas, dan bukan sekunder
dari gejala-gejala lain seperti waham atau pikiran
obsesif.
b. Anxietas harus terbatas pada adanya objek situasi fobik
tertentu.
c. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
Fobia Sosial
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk suatu
diagnosis pasti:
• Gejala-gejala psikologis, perilaku /otonomik harus
merupakan manifestasi primer dari anxietas dan bukan
sekundari gejala lain seperti waham / pikiran obsesif
• Anxietas harus hanya terbatas / menonjol pada situasi
sosial tertentu saja
46
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
• Penghindaran dari situasi fobik harus merupakan
gambaran yang menonjol
2.3.6 PENATALAKSAAN
Terdapat beberapa macam bentuk terapi, yakni terapi
perilaku, psikoterapi dan berbagai modalitas terapi lainnya.
Terapi Perilaku
Salah satu terapi yang paling sering digunakan dan
dipelajari adalah terapi perilaku. Kesuksesan terapi ini
bergantung pada :
komitmen pasien dengan terapi
permasalahan dan tujuan terapi yang jelas
berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menangani
masalah.
Terapi perilaku yang sering digunakan adalah
desensitisasi sistematis, dimana pasien dipajankan dengan
stimuli-stimuli yang berkekuatan menimbulkan cemas yang
paling rendah hingga yang paling kuat. Dengan penggunaan
obat-obat antianxietas, hipnosis, dan instruksi relaksasi
otot, pasien diajarkan untuk membentuk suatu mekanisme
respon yang baru terhadap stimulus-stimulus tersebut. Selain
itu,, terdapat terapi perilaku yang lain yakni image flooding,
dimana pasien dipajankan dengan gambar-gambar stimulus cemas
sampai pada masa dimana pasien tidak merasakan cemas lagi.
Psikoterapi
47
48 Anxious disorder]
Dahulu psikiater-psikiater percaya bahwa psikoterapi
merupakan terapi yang terutama, namun dengan seiring
berjalannya waktu, psikiater dihadapkan pada kenyataan bahwa
psikoterapi tidak mengurangi kecemasan yang timbul dari
respon pasien terhadap stimulus tersebut. Kemudian para
psikiater berinisiatif untuk menghimbau pasien menghadapi
sumber-sumber kecemasannya.
Terapi Lainnya
Hipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga berguna
pada terapi gangguan fobia. Hipnosis digunakan untuk
meningkatkan sugesti ahli terapi bahwa objek fobik tidaklah
berbahaya, dan teknik hipnosis diri diajarkan pada pasien
sebagai metode relaksasi jika berhadapan dengan objek fobik.
Psikoterapi suportif dan terapi keluarga berguna dalam
membantu pasien secara aktif menghadapi objek fobik selama
pengobatan. Obat-obatan seperti antagonis reseptor α-2
adrenergik dapat berguna pada pasien dengan fobia spesifik,
benzodiazepine, psikoterapi, atau terapi kombinasi dapat
digunakan pada kasus fobia spesifik. Pasien dengan fobia
sosial, psikoterapi dan farmakoterapi berguna untuk
menangani gangguan fobia sosial. Menggabungkan kedua bentuk
terapi diduga meningkatkan efektivitas terapi. Obat-obatan
yang dapat digunakan pada fobia sosial berupa :
48
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
Benzodiazepine
Venlafaxine
Buspirone
2.3.7 PROGNOSIS
Belum banyak diketahui tentang prognosis fobia, namun
kecenderungan menjadi kronis dan dapat terjadi komorbiditas
dengan gangguan lain seperti depresi, penyalahgunaan
alkohol, dan obat bila tidak mendapat terapi. Menurut
National Institute of Mental Health,
75% orang dengan fobia spesifik dapat mengatasi
ketakutannya dengan terapi kognitif perilaku
•80% orang dengan fobia sosial membaik dengan
farmakoterapi, terapi kognitif perilaku atau kombinasi
•Agorafobia dengan gangguan panik yang diterapi :
o 30-40% : bebas gejala untuk waktu yang
lama
o 50% : gejala ringan yang tidak
menggangu kehidupa
sehari - hari
o 10-20% : tidak membaik
49
50 Anxious disorder]
Gangguan fobia ditentukan tergantung oda perilaku fobik
apakah dapat mengganggu kemampuan seseorang berfungsi,
ketergantungan finansial pada orang lain dan gangguan dalam
kehidupan sosial, pekerjaan dan akademik.
2.4. GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF
2.4.1 DEFINISI
Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau
sensasi yang menganggu (intrusif). Sedangkan kompulsi adalah
pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan, dan rekuren,
seperti menghitung, memeriksa, atau menghindari.
Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan
melakukan kompulsi menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi,
jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu kompulsi,
kecemasan adalah meningkat.
Seseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif biasanya
menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasaka bahwa
obsesi dan kompulsi sebagai ego-distonik. Gangguan obsesif-
kompulsif dapat merupakan gangguan yang menyebabkan
ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan
dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal
seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya,
atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.
50
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
2.4.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi gangguan obsesi kompulsif sebesar 2-2,4%.
Sebagian besar gangguan dialami pada saat remaja atau dewasa
muda (umur 18-24 tahun), tetapi bisa terjadi pada masa
kayak. Perbandingan laki-laki : perempuan berimbang, dan
seringkali dilatar belakangi oleh ciri kepribadian
anankastik yang menonjol.
2.4.3. ETIOLOGI
Penyebab gangguan obsesif kompulsif besifat
multifaktorial, yaitu interaksi antara faktor biologik,
genetik, faktor psikososial.
2.4.4 GEJALA KLINIS
Obsesi dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum:
Suatu gagasan atau impuls yang memaksa dirinya secara
bertubi-tubi dan terus menerus ke dalam kesadaran
seseorang
Perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai
manifestasi sentral dan sering kali menyebabkan orang
melakukan tindakan kegagalan melawan gagasan atau
impuls awal
Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien);
yaitu ia dialami sebagai asing bagi pengalaman
seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk
psikologis.
51
52 Anxious disorder]
Pasien mengenali obsesi dan kompulsif merupakan sesuatu
yang mustahil dan tidak masuk akal
Individu yang tenderita obsesi kompulsif merasa adanya
dorongan kuat untuk menahannya
Ada 4 pola gejala utama gangguan obsesi kompulsif yaitu
:
1. Kontaminasi; pola yang paling sering terjadi yang
diikuti oleh perilaku mencuci dan menghindari obyek
yang dicurigai terkontaminasi
2. Sikap ragu-ragu yang patologik; obsesi tentang ragu-
ragu yang ikuti dengan perilaku mengecek/memeriksa.
Tema obsesi tentang situasi berbahaya atau kekerasan
(seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci
rumah).
3. Pikiran yang intrusif; pola yang jarang, pikiran yang
intrusif tidak disertai kompulsi, biasanya pikira
berulang tentang seksual atau tindakan agresif.
4. Simetri; obsesi yang tema kebutuhan untuk simetri,
ketepatan sehingga bertindak lamban, misalnya makan
memerlukan waktu berjam-jam, atau mencukur kumis dan
janggut.
2.4.5. DIAGNOSA52
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM-IV-
TR)
Kriteria Diagnosis berdasarkan DSM-IV TR
A. Salah satu obsesi atau kompulsi :
Obsesi seperti yang didefinisikan oleh (1),(2),(3), dan
(4) :
1. Pikiran, impuls, atau layangan yang berulang dan
menetap yang dialami, pada suatu saat selama gangguan,
dirasakan mengganggu dan tidak sesuai, dan menyebabkan
kecemasan dan penderitaan yang jelas.
2. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran
berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.
3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran,
Impuls, atau bayangan tersebut untuk menetralkannya
dengan pikiran atau tindakan lain
4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan
obsesional adalah hasil dari pikirannya sendiri (tidak
disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran)
Kompulsi seperti yang didefinisikan oleh (1) dan (2) :
1. Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan,
mengurutkan, memeriksa) atau tindakan mental (misalnya,
berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati)
yang dirasakannya mendorong untuk melakukan sebagai
respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan
aturan yang harus dipatuhi secara kaku.
53
54 Anxious disorder]
2. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah
atau mengurangi penderitaan atau mencegah suatu
kejadian atau situasi yang menakutkan; akan tetapi,
perilaku atau tindakan mental tersebut tidak
dihubungkan dengan cara yang realistik dengan apa yang
mereka maksudkan untuk menetralkan atau mencegah, atau
secara jelas berlebihan.
B. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang
menyadari bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan
atau tidak beralasan. Catatan : hal ini tidak berlaku
untuk anak-anak.
C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaaan yang
jelas, menghabiskan waktu (lebih dari 1 jam sehari),
atau secara bermakna mengganggu rutinitas normal,
fungsi pekerjaan (atau akademik), atau kegiatan atau
hubungan sosial biasanya.
D. Jika terdapat gangguan Aksis I lainnya, Isi obsesi atau
kompulsi tidak terbatas padanya (misalnya, preokupasi
dengan makanan yang terdapat pada Gangguan Makan;
mencabut rambut yang terdapat pada Trikotilomania;
perhatian pada penampilan yang terdapat pada Gangguan
Dismorfik Tubuh; preokupasi dengan zat yang terdapat
pada suatu Gangguan Penggunaan Zat; preokupasi dengan
menderita suatu penyakit serius yang terdapat pada
Hipokondriasis; preokupasi dengan dorongan atau fantasi54
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
seksual yang terdapat pada Parafilia; atau perenungan
bersalah yang terdapat pada Gangguan Depresi Mayor.
E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung
dari zat (misal, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau
suatu kondisi medis umum
Kondisi khusus jika :
Dengan tilikan buruk : jika, selama sebagian besar waktu
episode terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan
kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan.
2.4.6 DIAGNOSA BANDING
Kondisi Medis
Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan di dalam
diagnosis banding adalah gangguan Tourette, gangguan tik
lainnya, epilepsi lobus temporalis.
Kondisi Psikiatrik
Pertimbangan utama di dalam diagnosis bading gangguan
obsesif-kompulsif adalah skizofrenia, gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif, fobia, dan gagguan depresif.
2.4.7. PENATALAKSAAAN
55
56 Anxious disorder]
Mengingat faktor utama penyebab gangguan obsesif
kompulsif adalah faktor biologik, maka pengobatan yang
disarankan adalah pemberian farmakoterapi dan terapi
perilaku.
Obat-obatan yang umum digunakan pada gangguan obsesif-
kompulsif berupa SSRI sebagai terapi lini pertama contohnya
fluoxetine, fluvoxamine, paroxetine, sertraline, dan
citalopram; antidepresan trisiklik seperti clomipramine yang
terbukti paling efektif dibandingkan dengan obat-obatan
trisiklik lainnya. Obat-obatan tersebut memiliki efek
samping, SSRI memiliki efek samping berupa rasa mual,
gangguan tidur, nyeri kepala, dan rasa gelisah yang sifatnya
transient sehingga tidak terlalu mengganggu. Untuk
pengobatan dengan clomipramine perlu diperhatikan pemberian
dosis awal, karena memiliki efek samping gangguan sistem
gastrointestinal, hipotensi ortostatik, dan efek
antikolinergi serta sedasi berat. Bila terapi dengan SSRI
dan clomipramine tidak efektif, dapat diberikan beberapa
obat lain seperti valproat, litihium, atau carbamazepine.
Venlafaxine, pindolol, dan obat-obatan MAOI (phenelzine)
juga dapat digunakan sebagai tambahan.
Terapi perilaku pada seseorang dengan gangguan obsesif-
kompulsif dapat berupa exposure and response prevention dimana
pasien dipanjankan dengan stimulusnya namun diingatkan dan56
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
diawasi untuk menahan perasaan kompulsifnya. Desensitisasi,
thought stopping, dan thought flooding, merupakan terapi yang dapat
digunakan pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif.
Untuk keberhasilan dari terapi perilaku, sebaiknya terapi
ini digabungkan dengan obat-obatan, psikoterapi, dan yang
terutama memerlukan tingkat komitmen pasien yang tinggi.
Dalam proses terapi, diperlukan dukungan dari keluarga yang
cukup sehingga pasien dapat mempertahankan tingkat
komitmennya terhadap terapi yang dijalaninya. Dalam kondisi
tertentu, terapi kelompok juga dapat membantu seorang pasien
dalam terapinya.
Pada kasus-kasus yang ekstrim, dapat dipertimbangkan
terapi elektro-konvulsi dan bedah psikis. Yang umumnya
digunakan terkait dengan kasus gangguan obsesif-kompulsif
adalah cingulotomy yang sukses pada 25-30 % pasien. Selain
itu juga terdapat capsulotomy.Teknik bedah nonablasi dimana
menanamkan elektrode-elektrode pada nukleus-nukleus ganglia
basal. Terapi-terapi ini dilakukan dengan bantuan MRI.
Komplikasi dari terapi bedah tersebut umumnya adalah kejang,
yang dapat diterapi dengan fenitoin.
57
58 Anxious disorder]
BAB III
KESIMPULAN
Keadaan stres, konflik-konflik yang kompleks menjadikan
pencetus stres bagi individu maupun masyarakat sendiri. Secara
subyektif kecemasan itu bagi kebanyakan orang adalah perasaan
yang tidak enak, yang perlu secepat-cepatnya ditangani.
Secara objektif kecemasan itu merupakan suatu pola
psikobiologik dengan fungsi pemberitahu (alarm) adanya bahaya,
dengan mengakibatkan suatu perencanaan tindakan yang efektif,
ialah suatu usaha penyesuaian diri terhadap trauma psikis, krisis
dan konflik. Apabila perencanaan dalam penyesuaian diri ini
berjalan dengan baik maka kecemasan akan berkurang, tetapi
apabila perencanaan ini berlangsung tidak baik kecemasan bahkan
akan bertambah hebat.
Untuk itu dalam menghadapi kecemasan orang dapat mengadakan
reaksi sebagai berikut : secara sadar menghadapinya dan berusaha
58
KEPANITERAAN KLINIK ILMU JIWA
meniadakan atau memperkecil kekuatannya dengan jalan
rasionalisasi.
Secara tidak sadar orang dapat menghadapinya dan berusaha
meniadakan atau memperkecil kekuatannya dengan jalan
rasionalisasi.
Secara tidak sadar orang dapat menempuh 2 jalan :
a. Dengan menggunakan mekanisme pembelaan, yang kita lihat pada
reaksi fobik dan rekasi obsesi.
b. Dengan menggunakan mekanisme konversi.
Bentuk – bentuk gangguan anxietas sendiri berupa gangguan
panik, gangguan fobik gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres
pasca trauma, gangguan stres akut, gangguan anxietas menyeluruh.
Terapi yang dianjurkan adalah manajemen krisis, farmakoterapi,dan
psikoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilak Psikiatri Klinis, Edisi ketujuh,
Jilid satu. Binarupa Aksara, Jakarta 2010.
59